s k r i p s i oleh : andhang setyo prabowo... · peningkatan ketrampilan menulis narasi melalui...
TRANSCRIPT
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI
MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI DAWUNG 2 JENAR
SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010
S K R I P S I
Oleh :
ANDHANG SETYO PRABOWO NIM X7107501
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS NARASI
MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA
KELAS V SD NEGERI DAWUNG 2 JENAR
SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010
Oleh :
ANDHANG SETYO PRABOWO
NIM X7107501
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
INTISARI
Andhang Setyo Prabowo. PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DAWUNG 2 JENAR KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010. Skripsi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta: Juli 2010.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi
melalui media gambar seri pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen. Penelitian ini dilaksanakan di SD Dawung 2 Jenar Kabupaten Sragen.
Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan pola penelitian siklus. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Dawung 2 Jenar Kabupaten Sragen yang berjumlah 20 orang siswa. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil tes, observasi, dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, dan arsip sekolah. Teknik pengumpulan data menggunakan tes untuk mengukur keterampilan menulis narasi, observasi untuk mengamati partisipasi siswa, dan wawancara dengan guru untuk mengumpulkan data proses pembelajaran. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan dengan model analisis interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Ada peningkatan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen setelah mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media gambar seri. Peningkatan menulis narasi tersebut diketahui dari tes kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata pada kondisi awal sebesar 63,27 dan termasuk dalam kategori cukup baik. Sedangkan nilai rata-rata pada siklus I mencapai 73,36 dan termasuk dalam kategori cukup baik. Dengan demikian, ada peningkatan dari kondisi awal sebesar 10,09. Pada siklus II nilai rata-rata yang dicapai adalah sebesar 82,73 dan termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian, terjadi peningkatan yaitu sebesar 9,36 dari hasil siklus I dan 19,45 dari hasil kondisi awal; 2) Ada perubahan sikap atau perilaku siswa dari perilaku negatif berubah menjadi positif. Simpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan keterampialn menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen melalui media gambar seri.
ABSTRACT Andhang Setyo Prabowo. THE IMPROVEMENT OF NARRATION WRITING SKILL USING SERIES PICTURE MEDIA IN THE V GRADERS OF SD NEGERI DAWUNG 2 JENAR REGENCY SRAGENACADEMIC YEAR 2009/2010. Thesis: Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. Surakarta: July 2010.
. This research aims to find out whether or not the use of series picture media can improve the narration writing skill in the V graders of SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen.
This research was taken in SD Dawung 2 Jenar Regency Sragen. This study used Class Action Research (CAR) method using cycle research pattern. The subject of research was all V graders of SD Dawung 2 Jenar of Regency Sragen.. The data used were primary and secondary data. The primary data was obtained from the result of test, observation, and interview, while the secondary data was obtained from the document, literature, and school archive. Technique of collecting data employed was to measure narration writing skill, observation to observe the students participation, and interview with the teacher to collect the learning process. Technique of analyzing data employed with interactive analysis model adjusted with CAR.
The result of research shows that: 1) There is an improvement of narration writing skill in the V graders of SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen after attending the narration writing learning using series picture media. It can be seen from the prior condition test, Cycle I and Cycle II. The mean value of prior condition is 63.27, and categorized into sufficiently good. Meanwhile the mean value of cycle it reaches 73.36 and categorized into sufficiently good. Thus, there is an increasefrom the prior condition by 10.09. In cycle II the mean value achieved is 82.73 and categorized into good. Thus there is an increase of 9.36 from the cycle I and 19.45 from the prior condition result; 2) there is student’s attitude or behavior change from the negative behavior into the positive one.. Thus, series picture media can improve the students’ skill in writing narration.
MOTTO
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang
demikian itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang kusyu’
(Q.S. Al Baqarah : 45)
Ilmu adalah senjataku, sabar adalah pakaianku, yakin adalah kekuatanku,
kejujuran adalah kenanganku, taat adalah kecintaanku, sholat adalah
kebahagiaanku.
(Suri Tauladan Rasulullah SAW)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini kepada :
⇒ Ayahku Sudarto dan Ibunda tercinta
Poniyah yang telah memberikan doa,
bimbingan, dan bantuan materiil bagi
ananda
⇒ Adik-adikku Dhimas, Shofia, terima
kasih atas semangatnya
⇒ Sahabat dan teman-temanku semua
⇒ Almamaterku
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang, karena berkat karunianya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETRAMPILAN MENULIS NARASI
MELALUI MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI
DAWUNG 2 JENAR KABUPATEN SRAGEN”.
Tujuan dari penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan, Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Jurusan
Pendidikan Olahraga, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak memerlukan
banuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin untuk menyusun skripsi.
2. Drs. Kartono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk menyusun skripsi
3. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin dalam menyusun skripsi.
4. Prof. Dr.Retno Winarni, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi.
5. Drs. Sadiman, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam menyusun skripsi.
6. Jarum Wihartanto, S.Pd., selaku Kepala Sekolah SD Negeri Dawung 2 yang
telah memberikan izin penelitian,dukungan, doa, dalam menyusun skripsi..
7. Rekan- rekan Guru dan karyawan SD Negeri Dawung 2 yang telah
memberikan semangat dan doa dalam menyusun skripsi.
Semoga amal baik semua tersebut di atas, mendapat balasan dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersikap
membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga hasil
penelitian ini bermanfaat bagi karya sejenis dan perkembangan pendidikan di
masa mendatang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................. i
PENGAJUAN SKRIPSI .................................................................................. ii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 8
1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi .......................................... 8
a. Pengertian Keterampilan .......................................................... 8
b. Pengertian Menulis ................................................................... 9
c. Pengertian Narasi ...................................................................... 11
d. Pengertian Menulis Narasi ....................................................... 12
e. Jenis-jenis menulis .................................................................... 13
f. Tahap-tahap menulis ................................................................ 14
g. Manfaat Menulis ....................................................................... 16
2. Hakikat Media Gambar Seri .......................................................... 20
a. Pengertian Media ...................................................................... 20
10
b. Pengertian Media Pengajaran ................................................... 22
c. Jenis-Jenis Media...................................................................... 23
d. Pengertian Media Gambar Seri ................................................ 23
e. Manfaat Media .......................................................................... 24
B. Penelitian yang Relevan ................................................................... 25
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 27
D. Hipotesis ........................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 30
B. Subjek dan Objek Penelitian ............................................................. 31
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 31
D. Teknik Analisis Data ........................................................................ 33
E. Prosedur Penelitian ........................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN ..................................................................... 40
A. Hasil Penelitian Penelitian ............................................................... 40
1. Deskripsi Kondisi Awal .............................................................. 40
2. Siklus 1 ...................................................................................... 46
3. Siklus II ....................................................................................... 65
B. Pembahasan ...................................................................................... 83
1. Kondisi Awal ................................................................................ 84
2. Siklus I .......................................................................................... 85
3. Siklus II ........................................................................................ 87
4. Hubungan Antar Siklus ................................................................. 88
BAB V SIMPULAN, DAN SARAN ............................................................. 93
A. Simpulan ............................................................................................ 93
B. Saran .................................................................................................. 94
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 95
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jadwal Penelitian ............................................................................. 35
Tabel 2. Nilai Keterampilan Menulis Narasi pada Kondisi Awal ................. 48
Tabel 3. Kategori Hasil Tes Keterampilan Menulis Narasi Kondisi awal .... 48
Tabel 4. Hasil Nilai Rata-rata Setiap Aspek .................................................. 50
Tabel 5. Nilai Keterampilan Menulis Narasi pada Siklus I ........................... 54
Tabel 6. Kategori Hasil Tes Keterampilan Menulis Narasi Siklus I ............. 55
Tabel 7. Hasil Nilai Rata-rata Setiap Aspek Siklus I ..................................... 57
Tabel 8. Hasil Observasi Siklus I .................................................................. 67
Tabel 9. Nilai Keterampilan Menulis Narasi pada Siklus II .......................... 78
Tabel 10. Kategori Hasil Tes Keterampilan Menulis Narasi Siklus II ............ 79
Tabel 11. Hasil Nilai Rata-rata Setiap Aspek Siklus II .................................... 80
Tabel 12. Hasil Observasi Siklus II ................................................................ 89
Tabel 13. Hasil Tes Keterampilan Menulis Narasi Secara Keseluruhan ......... 105
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 32
Gambar 2. Skema Analisis Interaktif (Interactive model of analysis) ............ 39
Gambar 3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ................................ 42
Gambar 4. Grafik Rata-rata Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi ........ 107
Gambar 5. Foto pelaksanaan pembelajaran
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana program Pembelajaran
Lampiran 2. Kriteria Aspek Penilaian Keterampilan Menulis Narasi
Lampiran 3. Lembar Observasi
Lampiran 4. Pedoman Wawancara
Lampiran 5. Lembar Jurnal Guru
Lampiran 6. Lembar Jurnal Siswa
Lampiran 7. Hasil Tes Keterampilan Menulis
Lampiran 8. Hasil Observasi
BAB I
PENDAIIULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam
kehidupan. Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu ciri pembeda
antara manusia dengan mahluk lainnya. Bahasa merupakan hal yang penting
dalam kehidupan, bahasa merupakan pembeda dengan mahluk lainnya,
bahkan dengan bahasa dapat menunjukkan bangsa seseorang. Pembelajaran
bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif adalah pembelajaran
yang lebih menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam kaitannya
dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Siswa bukan sekedar
belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan bahasa
untuk keperluan berkomunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang
sesuai adalah pendekatan komunikatif.
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan pendekatan komunikatif itu
diarahkan untuk membentuk kompetensi komunikatif, yakni kompetensi
kemampuan untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi,
baik pada aspek pemahaman, aspek penggunaan, maupun aspek apresiasi
(Suparno, 2001: 56). Hal tersebut diatas berarti, melalui pembelajaran bahasa
Indonesia diharapkan siswa memiliki kemampuan untuk menangkap makna
dari sebuah pesan atau informasi yang disampaikan serta memiliki
kemampuan untuk menalar dan mengemukakan kembali pesan atau informasi
yang diterimanya itu. Siswa juga diharapkan memiliki kemampuan untuk
mengekpresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dengan
menggunakan bahasa yang baik. Kompetensi komunikatif itu dapat dicapai
melalui proses pemahiran yang dilatihkan dan dialami dalam kegiatan
pembelajaran.
Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan
pengungkapan pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan tersebut adalah
keterampilan menulis. Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa
yang bersifat produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar
berbahasa yang harus dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara
tertulis. Siswa akan terampil mengorganisasikan gagasan dengan runtut,
menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai, memperhatikan ejaan dan
tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam kalimat yang variatif dalam
menulis jika memiliki kompetensi menulis yang baik.
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan di kelas, ditemukan
bahwa menulis kerap kali menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang
mendapat respon yang baik dari siswa. Siswa tampak mengalami kesulitan
ketika harus menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika
pembelajaran menulis dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan
kalimat pertama untuk memulai tulisan. Siswa kerap menghadapi sindrom
kertas kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya.
Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan gurunya.
Keterampilan menulis di kelas terkadang juga hanya diajarkan pada
saat pembelajaran menulis saja, padahal pembelajran keterampilan menulis
dapat dipadukan atau diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran di
kelas. Pengintegrasian itu dapat bersifat internal dan eksternal.
Pengintegrasian internal berati pembelajaran menulis diintegrasikan dalam
pembelajaran keterampilan bebahasa yang lain. Menulis dapat pula
diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran lain diluar mata
pelajaran bahasa Indonesia.
Kecenderungan lain yang terjadi adalah pola pembelajaran menulis
di kelas yang dikembangkan dengan sangat terstruktur dan mekanis, mulai
dari menentukan topik, membuat kerangka, menentukan ide pokok paragraf,
kalimat utama, kalimat penjelas, ketepatan penggunaan pungtuasi dan
sebagainya. Pola tersebut selalu berulang tiap kali pembelajaran menulis.
Pola tersebut tidak salah, tetapi pola itu menjadi kurang bermakna jika
diterapkan tanpa variasi strategi dan teknik lain. Akibatnya, waktu
pembelajaran pun lebih tersita untuk kegiatan tersebut, sementara kegiatan
menulis yang sebenarnya tidak terlaksana atau sekedar menjadi tugas di
rumah. Kegiatan menulis seperti ini bagi siswa menjadi suatu kegiatan yang
prosedural dan menjadi tidak menarik. Penekanan pada hal yang bersifat
mekanis adakalanya membuat kreatifitas menulis tidak berkembang karena
hal itu tidak mengizinkan gagasan tercurah secara alami. Pembelajaran
menulis juga sering membingungkan siswa karena pemilihan-pemilihan yang
kaku dalam mengajarkan jenis-jenis tulisan atau jenis-jenis paragraf, seperti
narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi. Pengategorian yang kaku itu
membuat siswa menulis terlalu berhati-hati karena takut salah, tidak sesuai
dengan jenis karangan yang dituntut. Padahal, ketakutan untuk berbuat salah
tersebut dapat mematikan kreativitas siswa untuk menulis. Pengategorian
jenis-jenis karangan tersebut terlihat artifasial ketika meminta siswa
menggunakannya untuk berbagai tujuan yang berbeda, sebab siswa terkadang
mengombinasikan dua atau lebih kategori untuk mengemukakan sebuah
gagasan dalam tulisannya.
Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya
akan berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering.
Memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis
dalam berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar
keterampilan menulis meningkat dan berkembang secara cepat.
Banyak guru Sekolah Dasar (SD) mengalami kesulitan untuk
membiasakan anak belajar menulis. Penyebabnya adalah kesalahan dalam hal
pengajaran yang terlalu kaku sehingga menimbulkan kesan bahwa menulis itu
sulit. Selain itu guru SD banyak pula yang belum memahami pentingnya
keterampilan menulis. Belum banyak dari mereka yang bisa menyuguhkan
materi pelajaran dengan cara yang tepat dan menarik. Maka dari itu, wajar
jika murid pun akhirnya tidak mampu dan tidak menyukai pelajaran menulis
(mengarang).
Indikatornya yaitu hasil tulisan siswa yang relatif rendah baik
kuantitas maupun kualitasnya. Siswa SD menulis kurang dari 1 halaman dan
masih sedikit tulisannya yang dinilai baik, yaitu gagasannya diungkapkan
secara jelas dengan urutan yang logis. Pada umumnya anak kurang dapat
mengelola gagasan secara sistematis. Mengapa hal tersebut terjadi sementara
jam pelajaran Bahasa Indonesia sendiri memiliki porsi yang cukup banyak?
Selama ini siswa jarang menulis dengan kata-kata mereka sendiri. Mereka
hanya menyalin tulisan dari papan tulis, dan seakan-akan "diseragamkan"
tulisan mereka tersebut. Hal tersebut berakibat pada dangkalnya penguasaan
kosakata untuk mengungkapkan gagasan dengan kata-kata lain dan kurang
dapat berfikir logis karena mereka selalu dituntun dan jarang diberi
kesempatan bertanya.
Selain itu sebagian guru memandang bahwa keberhasilan siswa lebih
banyak dilihat dari nilai yang diraih dalam tes, ulangan umum, dan Ujian
Akhir Nasional (UAN). Nilai-nilai dari tes itulah yang dijadikan barometer
keberhasilan pengajaran. Guru hanya memberikan latihan atau pembahasan
terhadap soal-soal yang bersifat reseptif, seperti membaca, bukan terhadap
soal-soal yang bersifat produktif, seperti berbicara dan menulis. Perlu diingat
bahwa soal-soal UAN tidak memasukkan materi menulis atau mengarang,
maka semakin tersingkirlah keterampilan menulis dari perhatian guru.
Penjelasan di atas seolah-olah memojokkan posisi guru. Posisi ini
harus diubah dengan perubahan-perubahan yang dilakukan oleh guru.
Perubahan tersebut bisa berupa inovasi dalam hal penyampaian dan
penggunaan media pengajaran .karena kunci sukses pengajaran bukan terletak
pada kecanggihan kurikulum atau kelengkapan fasilitas sekolah, melainkan
tingkat kredibilitas seorang guru di dalam mengatur dan memanfaatkan media
yang ada di dalam kelas.
Penggunaan media sangat penting kehadirannya dalam pelajaran.
Minimnya penggunaan media oleh guru selama ini perlu diubah sedikit demi
sedikit. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak hanya tinggi kualitas teoritisnya
tetapi juga tinggi kualitas praktisnya. Siswa hanya dijejali teori-teori tentang
menulis, cara menulis, ketentuan-ketentuan menulis sementara teori tersebut
jarang dipraktekkan. Pembelajaran yang konvensional ini tentu saja jarang
atau bahkan tidak menggunakan media, padahal pemanfaatan media memiliki
peran yang penting terhadap pencapaian kualitas pembelajaran. Keadaan
seperti itu terjadi di sekolah dasar pada umumnya, termasuk di SD Negeri
Dawung 2 Jenar Sragen. Dari penilaian terhadap tugas menulis narasi yang
dilakukan, masih banyak anak memperoleh nilai di bawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM). penilaian tugas tersebut didasarkan pada aspek
ejaan, kohesi, koherensi, dan kelogisan. Kelemahan siswa yang paling utama
terletak pada aspek kelogisan, siswa mengalami kesulitan dalam menyusun
karangan yang logis. Pada aspek ejaan siswa juga mengalami kelemahan.
Kesalahan yang sering muncul adalah penggunaan huruf kapital yang tidak
sesuai dengan EYD. Pada aspek kohesi dan koherensi, siswa juga mengalami
kelemahan, kekurangtepatan dalam menggabungkan kalimat merupakan
tanda dari kelemahan mereka.
Rendahnya kemampuan menulis narasi di atas merupakan masalah
yang dihadapi guru. Setelah dilakukan wawancara dengan pihak terkait, dapat
ditarik kesimpulan mengenai faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan
menulis narasi tersebut.
1. Dalam pembelajaran berlangsung, guru hanya menggunakan metode
ceramah, tanpa ada metode tanya jawab dan pemodelan.
2. Guru jarang menggunakan media lain selain papan tulis dalam setiap
pembelajaran.
3. Siswa kurang aktif bertanya apabila ada materi yang kurang dimengerti.
Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan
menulis di sekolah adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum
pembelajaran yang hanya diukur berdasarkan hasil tes-tes tertulis di akhir
caturwulan, semester, atau tahun pelajaran. Padahal, tidak semua
keterampilan berbahasa dapat dievaluasi dengan menggunakan hasil tes-tes
tertulis. Untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan keterampilan
berbahasa, termasuk menulis tidak cukup hanya dilihat melalui jawaban soal-
soal yang diberikan satu atau dua kali ditengah dan diakhir semester
(subsumatif dan sumatif). Tes-tes tertulis hanya salah satu bagian saja dari
proses penilaian.
Bertolak pada paparan di atas, agar siswa mempunyai ketrampilan
menulis narasi yang baik sesuai harapan, maka harus digunakan media yang
tepat dalam pembelajaran. Melalui pemilihan media yang tepat dalam
pembelajaran yaitu penggunaan media gambar seri, maka pembelajaran akan
lebih menarik dan efektif, sehingga mampu meningkatkan kemampuan
menulis narasi siswa. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
media ini tidak besar sehingga gambar-gambar yang" diberikan pada siswa
dapat bervariasi. Dengan adanya variasi gambar, siswa tidak akan jenuh.
Alasan lain yang penggunaan media ini adalah dengan ditampilkannya
gambar berseri, siswa akan belajar berpikir logis mengenai hubungan sebab
akibat, kaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain yang
mengikutinya. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul: ”Peningkatan
Ketrampilan Menulis Narasi Melalui Media Gambar Seri pada Siswa Kelas V
SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen Tahun Ajaran 2009/2010”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut :
”Apakah penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan
menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen tahun
ajaran 2009/2010?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui media gambar seri pada
siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen tahun ajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini dapat dipakai :
a. Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan keterampilan
menulis narasi menggunakan media gambar berseri
b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif
c. Sebagai fakta pembelajaran menulis yang menerapkan media gambar
berseri.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Dengan diterapkan media gambar berseri, pembelajaran menulis
siswa SD akan lebih bermakna dan lebih optimal.
2) Dengan diterapkan media gambar berseri pada pembelajaran
menulis, siswa SD akan dilatih dan dibiasakan berpikir logis
mengenai hubungan sebab-akibat.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kinerja guru karena dengan media gambar berseri
dapat mengefektifkan waktu pembelajaran.
2) Media gambar berseri sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi
siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran menulis.
3) Menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan
sehingga
dapat menarik perhatian siswa.
c. Bagi Sekolah
1) Mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang
inovatif.
2) Sebagai inovasi pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
d. Bagi Peneliti
1) Mengembangkan wawasan mengenai pembelajaran menulis inovatif
2) Mendapatkan fakta bahwa penggunaan media gambar berseri dapat
meningkatkan ketrampilan menulis siswa
3) Memberi sumbangan perbaikan pembelajaran menulis di sekolah
dasar.
BAB II
KAJIAN TEORI KERANGKA BERPIKIR PENELITIAN YANG
RELEVAN, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi
a. Pengertian Keterampilan
Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:1088)
“Keterampilan didefinisikan sebagai suatu kecakapan, kecekatan atau
kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat dengan
keahlian”.
Soemarjadi dkk, (2001: 2) menuliskan bahwa kata “terampil sama
artinya dengan kata cekatan”. “Terampil atau cekatan adalah kepandaian
melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Ruang lingkup
keterampilan cukup luas meliputi kegiatan berupa perbuatan, berpikir,
berbicara, melihat, mendengar”.
Sejalan dengan hal tersebut, Tri Budiharto (2008: 1-2) juga
mengungkapkan pengertian keterampilan yaitu keterampilan berasal dari kata
“terampil yang artinya adalah mampu bertindak dengan cepat dan tepat”.
Istilah lain dari terampil adalah cekatan, cakap mengerjakan sesuatu. Dengan
kata lain keterampilan dapat disebut juga kecekatan, kecakapan, atau
kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan cermat.
Keterampilan didapatkan melalui suatu proses. Dalam proses
setiap siswa harus melaksanakan sendiri setiap tahap pembelajaran, jadi siswa
tidak hanya mengamati saja, melainkan harus menjalani, sehingga akan
didapat kecakapan, kecekatan atau kemampuan untuk melakukan sesuatu
dengan baik dan cermat. Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk
keterampilan atau skill dan kemampuan bertindak individu
Belajar keterampilan menuntut kemampuan untuk merangkaikan
sejumlah gerak-gerak jasmani, sampai menjadi suatu keseluruhan yang
dilakukan dengan gencar dan luwes. Biarpun belajar keterampilan
mengutamakan gerakan fisik, namun dilakukan pengamatan melalui alat-alat
indera dan pengolahan secara kognitif yang melibatkan pengetahuan dan
pemahaman. Karena kompleksitas ini, belajar keterampilan motorik, oleh
sejumlah ahli psikologi belajar, disebut belajar perseptual motor skills atau
psychomotor skill.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
keterampilan adalah suatu keahlian yang merupakan hasil belajar
psikomotoris melalui proses mengamati stimulus, merencanakan dan
melakukan tindakan sebagai respon terhadap stimulus itu.
b. Pengertian Menulis
Menurut Henry Guntur Tarigan (2006: 23), menulis adalah kegiatan
penyampaian pesan (gagasan, perasaan, atau informasi) secara tertulis kepada
pihak lain. Dalam kegiatan berbahasa menulis melibatkan empat unsur, yaitu
penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta
pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan menulis sebagai sebuah perilaku
berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif,
instrumental, heuristik, dan estetis. Diunduh dari
Sedangkan McMahan, E., Day, S., dan Funk, R. (1993: 117)
menyatakan bahwa menulis sebagai salah satu aspek dari keterampilan
berbahasa, menulis atau mengarang merupakan kegiatan yang kompleks.
Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan untuk menata dan
mengorganisasikan ide secara runtut dan logis, serta menyajikannya dalam
ragam bahasa tulis dan kaidah penulisan lainnya. Akan tetapi, di balik
kerumitannya, menulis menjanjikan manfaat yang begitu besar dalam
membantu pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, kepercayaan diri dan
keberanian, serta kebiasaan dan kemampuan dalam menemukan,
mengumpulkan, mengolah, dan menata informasi.
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang tak dapat
dilepaskan dari aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya. Ia
mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengalaman dan masukan yang diperoleh
dari menyimak, berbicara, dan membaca, akan memberikan kontribusi
berharga dalam menulis. Begitu pula sebaliknya, apa yang diperoleh dari
menulis akan berpengaruh pula terhadap ketiga corak kemampuan berbahasa
lainnya. Namun demikian, menulis memiliki karakter khas yang
membedakannya dari yang lainnya. Sifat aktif, produktif, dan tulis dalam
menulis, memberikannya ciri khusus dalam hal kecaraan, medium, dan ragam
bahasa yang digunakannya.
Lebih lanjut Henry Guntur Tarigan (2006: 23) menyatakan sebagai
proses, menulis melibatkan serangkaian kegiatan yang terdiri atas tahap
prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Fase prapenulisan merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan sebuah tulisan. Di dalamnya
terdiri dari kegiatan memilih topik, tujuan, dan sasaran karangan,
mengumpulkan bahan, serta menyusun kerangka karangan. Berdasarkan
kerangka karangan kemudian dilakukan pengembangan butir demi butir atau
ide demi ide ke dalam sebuah tulisan yang runtut, logis, dan enak dibaca.
Itulah fase penulisan. Selanjutnya, ketika buram (draf) karangan selesai,
dilakukan penyuntingan dan perbaikan. Itulah fase pascapenulisan, yang
mungkin dilakukan berkali-kali untuk memperoleh sebuah karangan yang
sesuai dengan harapan penulisnya.
Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan
berbahasa. Menurut Henry Guntur Tarigan (dalam Agus Suriamiharja,
Akhlan I-lusen, dan Nunuy Nurjanah, 2007: 1) menulis adalah menurunkan
atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang.
Grafik tersebut kalau mereka mernaharni bahasa dan gambaran graft tersebut.
Otak terdiri dari dua bagian, yakni belahan otak kiri dan kanan.
Bobbi DePoter dan Mike Hernacki (2010: 179) menuliskan bahwa menulis
merupakan aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak
kanan(emosional) dan belahan otak kiri (logika). Keduanya memiliki peran
dalam keberhasilan menulis. Meski begitu, peran otak kanan harus
didahulukan karena pada otak kananlah gagasan baru, gairah dan emosi
muncul. Ketiga hal tersebut merupakan bahan bakar dalam menulis. Bila
kekurangan bahan bakar tersebut, seeorang akan mengalami masa kemacetan.
Keadaan seperti ini menjadi hambatan dalam menulis. Menurut Sabarti
Akhadiah (1999: 2) kemampuan menulis merupakan kemampuan yang
komplek, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.
Keterampilan yang dimaksud disini tentu keterampilan yang bersifat reseptif
seperti menyimak clan membaca yang akhirnya diaktualisasikan melalui
kegunaan produktif seperti menulis dan berbicara.
Keterampilan menulis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor tersebut adalah maksud dan tujuan penulis, pembaca atau pemirsa, dan
waktu atau kesempatan. Untuk dapat menulis dengan baik, yang harus
terlebih dulu dilakukan adalah menentukan maksud dan tujuan penulisan agar
pembaca memahami arah dan tujuan penulisan. Selanjutnya adalah
memahami kondisi pembaca. Dan yang terakhir adalah waktu dan
kesempatan, tulisan yang dibuat harus sesuai dengan berlangsungnya suatu
kejadian sehingga menraik untuk dibaca.
Pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah
kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang dimengerti
oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai kesamaan
pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut.
c. Pengertian Narasi
Gorys Keraf (2000: 135-136) mengungkapkan bahwa narasi adalah
suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau
peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami
sendiri peristiwa itu. Hal yang perlu mendapat perhatian dalam narasi adalah
perbuatan atau tindakan dan waktu (rangkaian waktu), rangkaian waktu inilah
yang nantinya menjadi pembeda antara narasi dan deskripsi atau dengan kata
lain, narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak
tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi
dalam satu kesatuan waktu.
Menurut Sujanto, J. Ch (2002: 111) narasi adalah jenis paparan yang
biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan tentang rangkaian
kejadian atau peristiwa yang berkembang melalui waktu. Secara singkat,
narasi adalah paparan suatu proses. Ciri utama dari karangan narasi adalah
gerak atau perubahan keadaan suatu waktu menjadi keadaan yang lain pada
waktu berikutnya melalui peristiwa-peristiwa yang berangkai selain ciri
utama tersebut, narasi juga memiliki suatu karakteristik, yakni hampir semua
isi di dalamnya menceritakan manusia.
Di unduh dari (http://en.wikipedia.org/wiki/Narrative) A narrative
is a story that is created in a constructive format (as a work of writing,
speech, poetry, prose, pictures, song, motion pictures, video games, theatre or
dance) that describes a sequence of fictional or non-fictional events.Diartikan
narasi adalah cerita yang dibuat dalam format yang konstruktif (sebagai
sebuah karya tulisan, pidato, puisi, prosa, gambar, lagu, film, video game,
teater atau tari) yang menggambarkan urutan peristiwa fiksi atau non-fiksi.
Berdasarkan pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa narasi
adalah suatu karangan yang menceritakan suatu kejadian dengan urutan
waktu.
d. Keterampilan Menulis Narasi
Tujuan pengembangan wacana narasi adalah ingin memberikan
informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan pembaca, dan ingin
memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
Kedua tujuan tersebut akan menghasilkan bentuk wacana narasi
yang berbeda, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugesti. Perbedaan antara
narasi ekspositoris dan narasi sugesti adalah sebagai berikut. Narasi Sugestif
menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat, menimbulkan
daya khayal, penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan
makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar, dan bahasanya lebih
condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan pada penggunaan kata-
kata konotatif. Sedangkan narasi ekspositoris bersifat memperluas
pengetahuan, menyampaikan informasi faktual mengenai sesuatu kejadian,
didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional, bahasanya
lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada pemakaian kata-
kata denotatif.
Menurut Suparno (2004: 35), komponen-komponen pembentuk
prinsip dasar narasi sugesti adalah alur, penokohan, latar, dan sudut pandang.
Langkah-langkah praktis yang digunakan dalam mengembangkan wacana
narasi adalah:
1) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan.
2) Tetapkan sasaran pembaca.
3) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk
skema alur
4) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan dan akhir
cerita.
5) Rinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai
pendukung cerita.
6) Susunlah tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
Telah dijelaskan tentang mengenai pengertian keterampilan menulis
dan ragam tulisan narasi. Kesimpulan yang dapat diambil dari urutan di atas
adalah keterampilan menulis narasi merupakan keterampilan seseorang dalam
mengungkapkan gagasannya dalam bentuk karangan yang menceritakan suatu
kejadian dengan suatu urutan waktu tertentu.
e. Jenis- jenis Menulis
Dalam (http://pustaka.ut.ac.id/website/article.menulis) Ada empat
jenis tulisan, yaitu :
1) Surat
Kata ‘surat’ berarti kertas yang ditulis atau dengan kata lain surat
adalah kertas yang berisi tulisan. Jika kita berbicara tentang tulisan maka
kaitannya adalah dengan bahasa. Bahasa pada hakikatnya adalah alat
komunikasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seseorang
membuat atau menulis surat dengan tujuan mengomunikasikan sesuatu
kepada orang lain. Secara garis besar surat dapat dikelompokkan menjadi
surat pribadi, surat dinas, dan surat yang dibuat untuk kepentingan sosial.
2) Pengumuman dan Iklan
Iklan setidaknya memiliki dua pengertian. Pertama, iklan adalah
berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik
pada barang dan jasa yang ditawarkan. Kedua, iklan adalah pemberitahuan
kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, di pasang di
media massa, seperti di surat kabar dan majalah atau di tempat-tempat
umum. Elemen-elemen yang terdapat dalam iklan, menurut Freud D.
White, terdiri atas tiga hal yang berfungsi saling menguatkan, yakni tema,
ilustrasi, serta naskah dan logo.
3) Naskah
Kata naskah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai (1) karangan yang masih ditulis tangan; (2) karangan seseorang
yang belum diterbitkan; (3) bahan-bahan berita yang siap untuk diset; (4)
ran-cangan.
Naskah dapat berupa karya sastra yang masih dalam tulisan tangan, dalam
hal ini adalah karya-karya sastra lama.
4) Karangan
Karangan Ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi
penalaran keilmuan, yang dikomunikasikan lewat bahasa tulis yang formal
dengan sistematis-metodis dan sintesis-analitis. Sebagai sebuah tulisan
ilmiah, karangan ini memiliki ciri-ciri yang harus merupakan pembahasan
suatu hasil penelitian (faktual objektif); bersifat metodis dan sistematis;
dan dalam pembahasannya menggunakan ragam bahasa ilmiah.
f. Tahap-tahap Menulis
Ada tiga tahap yang dilalui dalam menulis (Suparno dan Muhammad
Yunus, 2003:1.13), yakni prapenulisan, penulisan, dan pasca Penulisan .
1) Prapenulisan adalah tahap persiapan yang mencakup kegiatan pemilihan
topik, penentuan tujuan, penentuan pembaca dan corak karangan,
pengumpulan informasi, serta penyusunan kerangka karangan.
2) Penulisan setelah topik dipilih, saatnya mengembangkan karangan. Setiap
butir ide yang telah direncanakan dikembangkan secara bertahap dengan
memperhatikan jenis informasi yang disajikan, pola pengembangan,
pembahasan, dan sebagainya.
3) Pasca penulisan yakni penulis membaca kembali, memeriksa dan
memperbaiki karangan. Pastikan tulisan jelas dan mudah
dimengerti, kalimat benar, jelas, dan efektif, tiap paragraf sinkron, dan
pembaca dapat mernahami tulisan yang dibuat.
Diunduh dari http://webcache.googleusercontent.comDirektori/
FPBS/JUR.PEND. BHS DAN SASTRA INDONESIA NUNUNG SITARESMI
Model Pembelajaran Menulis Deskripsi.pdf tahap-tahap menulis bagi anak
dikemukakan oleh Resmini (2002) bahwa menulis dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu prewriting, drafting, revising, editing, dan publishing.
1. prewriting, siswa berusaha mengemukakan apa yang akan mereka tulis,
memilih tema, dan menentukan topiktulisan melalui kegiatan penjajagan
ide atau dapat juga melalui observasi dan membaca buku.
2. drafting, dilakukan pemberian chart sebagai mediauntuk memudahkan
siswa menuangkan idenya secara tidak ragu-ragu karena pada tahap
selanjutnya teks akan disusun, diperbaiki, diubah, dan disusun ulang.
3. Revising siswa melihat kembali tulisannya untuk selanjutnya
menambah,mengganti, atau menghilangkan sebagian ide berkaitan dengan
penggarapan struktur cerita yang telah disusunnya.
4. Editing Merupakan tahap penyempurnaan tulisan cerita yang dilakukan
sebelum publikasi. Pada tahap ini siswa menyusun kembali tulisan yang
telah dibuatnya melalui pengerjaan chart sehingga menjadi sebuah
karangan yang utuh. Pada saat yang sama siswa juga melakukan perbaikan
yang berkaitan dengan ejaan.
5. Publishing, siswa mempublikasikan hasil tulisannya melalui kegiatan
berbagi hasil tulisan (sharing).Kegiatan ini dapat dilakukan di antaranya
melalui kegiatan penugasan siswauntuk membacakan hasil karangan di
depan kelas
g. Manfaat Menulis
Diunduhdari(http://www.andriewongso.com_Manfaat_Menulis_Diar
i_Sebagai_Terapi_Kesuksesan) manfaat menulis ada Sembilan, meliputi :
1. Menghilangkan stres
Dengan menulis kita bisa mencurahkan perasaan tanpa takut
diketahui orang lain. Tidak semua orang bisa dengan mudah menceritakan
masalahnya pada orang lain. Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh watak
masing-masing orang. Pembagian kepribadian secara tradisional kita kenal
ada dua, yaitu introvert dan ekstrovert. Introvert adalah orang yang
memiliki tipe kepribadian tertutup, sedangkan ekstrovert adalah orang
yang mempunyai kepribadian terbuka. Orang introvert tentu mengalami
kesulitan dalam berbicara pada orang lain. Ini tentu saja mendatangkan
kesulitan bagi orang introvert saat harus menyelesaikan masalahnya.
Dan, menulis adalah solusi tepat bagi orang berkepribadian
introvert dalam membantu menghilangkan stres serta mengurangi beban
pikirannya. Orang dengan kepribadian ekstrovert tentu akan lebih mudah
dalam berbagi dengan orang lain. Namun, bukan berarti orang ekstrovert
tidak memerlukan diari sebagai bagian dari terapi. Justru orang dengan
kepribadian ekstrovert akan lebih mudah terbuka dan merefleksikan segala
yang terjadi dalam dirinya, lebih jujur, dan mudah menemukan berbagai
sisi, yang membuatnya dapat menemukan solusi dalam pemecahan
masalahnya.
2. Sebagai media merencanakan target yang ingin dicapai
Dapat kita gunakan untuk merencanakan hal-hal apa saja yang
ingin kita capai di masa yang akan datang. Perencanaan ini dimaksudkan
agar kita dapat meraih target yang diharapkan secara konkret. Dengan
menuliskan berbagai hal yang ingin dicapai, itu akan membantu kita dalam
memompa semangat dan meraih target tersebut. Kita akan senantiasa
teringat setiap kali membuka buku diari, dan merasa berkewajiban untuk
segera meraih target. Melalui perencanaan dapat kita analisis kelemahan
dan kekurangan kita, serta berbagai hal lainnya yang diperlukan dalam
meraih target tersebut.
3. Untuk menuliskan komitmen
Komitmen merupakan hal pokok yang diperlukan oleh setiap
orang dalam meraih segala tujuan. Peneguhan janji dalam bentuk
komitmen ini diperlukan agar seseorang senantiasa mempunyai tekad
yang kuat dalam meraih tujuan. Apa jadinya sebuah tujuan tanpa
komitmen yang kuat? Berbagai rencana jitu dan ide brilian pun akan
menjadi percuma, hanya karena kita tidak mempunyai komitmen. Di saat
berbagai rintangan dan hambatan yang menyertai kita, maka hal yang
perlu kita ingat agar tidak putus asa ditengan jalan, adalah komitmen awal
kita dalam meraih tujuan. Dengan menuliskannya, kita akan selalu teringat
akan janji awal kita, sekaligus sebagai tameng dalam setiap kendala yang
ada.
4. Sebagai pengontrol target
Menuliskan setiap perkembangan atas semua pencapaian target
merupakan langkah selanjutnya setelah kita merencanakan dan
berkomitmen dalam meraih setiap target kita. Menulis akan membantu kita
dalam melihat hasil dari proses pencapaian usaha, yang kita lihat dengan
target yang ingin kita capai. Dengan begitu, kita akan mudah mengetahui
arah perkembangan kemajuan yang kita capai. Mengontrol setiap
perkembangan yang dicapai akan membuat kita tidak menyimpang dari
tujuan semula. Sering kali, dalam pencapaian suatu tujuan, di tengah jalan
kita menemukan banyak pengembangan gagasan maupun ide. Hal ini
tidaklah salah. Namun, terlalu banyak pengembangan justru semakin
mengaburkan tujuan semula, dan arahnya pun menjadi tidak fokus. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah alat kontrol yang tepat dalam mencapai
target yang diharapkan, yaitu menuis (diari).
5. Alat memformulasikan ide baru
Setelah menuliskan setiap perkembanngan yang terjadi , tentu kita
dapat melihat berbagai hal yang akan membuat kita menjadi lebih jeli
dalam melihat segala hal yang terjadi. Ide dan rencana awal yang kita buat
belum tentu sesuai dengan kondisi yang ada. Kondisi ini tentu saja
membuat kita perlu menambah berbagai rencana baru yang sesuai dengan
kondisi yang ada. Berarti, kita perlu menuliskan atau memformulasikan
ide-ide atau gagasan yang baru. Hal ini dimaksudkan agar kita lebih
mudah dalam menyelesaikan setiap permasalahan dan mengatasi
kekurangan yang ada, sehingga akan lebih mudah pula dalam mencapai
target kita.
6. Sebagai gudang inspirasi
Menulis (diari) adalah sumber inspirasi bagi pemunculan ide-ide
baru. Ide baru yang muncul tentang cara mencapai target, komitmen,
maupun mimpi baru yang ingin kita capai, tidak boleh dianggap remeh.
Oleh karena itu, jangan pernah menyepelekan sebuah ide, meskipun pada
awalnya kita menganggap ide itu tidak relevan dengan kenyataan. Tapi, bisa
jadi ide awal tersebuat menjadi pemantik atau inspirasi bagi kita untuk
menemukan sebuah solusi yang kreatif.
7. Alat penyimpan memori
Kemampuan manusia untuk mengingat peristiwa, pengetahuan,
maupun hal unik lainnya tentu terbatas. Orang tentu tidak dapat mengingat
semua kejadian yang berlangsung dalam hidupnya sekaligus. Bahkan,
manusia jenius sekalipun tentu mengalami kelupaan untuk beberapa
peristiwa dalam hidupnya. Keakuratan data dan peristiwa secara detail tidak
dapat diingat oleh manusia secara persis. Maknya, diperlukan pencatatan
supaya memudahkan kita dalam melakukan proses rehearsal (mengingat
kembali memori yang kita simpan), dan mengambil hikmah atas setiap
kejadian, karena tentu ada hikmah yang dapat kita petik dan dijadikan
pelajaran berharga.
8. Alat memudahkan penyelesaian masalah
Setiap permasalahan yang berhasil kita selesaikan akan melatih
kita dalam menyelesaikan masalah berikutnya. Cara penyelesaian masalah
itu bisa saja menjadi acuan kita dalam menyelesaikan masalah serupa atau
yang hampir sama. Memang, solusi atas sebuah permasalahan tidak dapat
kita jadikan solusi atas masalah yang lainnya. Namun, setidaknya kita bisa
mempelajari teknik pengambilan keputusan yang telah kita buat, dan supaya
hal itu mempermudah kita dalam menyelesaikan masalah lainnya.
9. Sebagai media refleksi dan kebijkasanaan
Menuliskan segala perasaan, masalah, dan konflik yang terjadi
dalam hidup akan membuat orang semakin bijaksana. Karena, dengan
menulis diari kita akan belajar berkompromi dengan setiap masalah yang
ada. Belajar memahami masalah dan tidak sekadar mengutamakan ego
semata. Semakin banyak kita melibatkan proses menulis dalam menghadapi
permasalahan, kita akan semakin peka, tidak terburu-buru, bijakasana, dan
mampu menggunakan kepala yang dingin ketika memutuskan sesuatu.
Karena, terkadang kita tidak dapat melihat masalah dengan jelas jika kita
tidak memetakannya dalam tulisan. Dengan menulis, segala sisi persoalan
akan terlihat lebih jelas, dan itu memudahkan kita dalam mencari solusinya.
6. Keterampilan Menulis Narasi Menurut GBPP
Menurut Garis-garis Besar Program Pengajaran Mata Pelajaran
Bahasa Sastra Indonesia Sekolah Dasar Tahun 2006, Ruang lingkup
standar kompetensi di Sekolah Dasar adalah kemampuan berbahasa
meliputi Sub aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Telah dijelaskan bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi, maka pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah
Dasar yang utama adalah diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi.
Pembelajaran keterampilan menulis bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas
wawasan. Selain itu juga diarahkan untuk mempertajam kepekan perasaan
siswa. Siswa tidak hanya mampu memahami informasi yang disampaikan
secara lugas atau langsung, melainkan juga disampaikan secara
terselubung atau tidak langsung.
Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat
SD/MI menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
Bahwa, Standar Kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan
dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi local,
regional, nasional dan global.
Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha
mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah
pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur
yang paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan dan
tindakan. Narasi juga mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam
suatu rangkaian waktu.
Menurut Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata
pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SD/MI tahun 2006, penilaian
keterampilan menulis narasi diukur dengan tes yang indikatornya meliputi:
(1) kesesuaian antara judul dengan isi; (2) pilihan kata; (3) ejaan dan tanda
baca; (4) kerapian tulisan; (5) kohesi dan koherensi; (6) kesan hidup; (7)
imajinasi; (8) keterlibatan aspek pancaindera; (9) menunjukkan objek yang
ditulis; dan (10) memusatkan uraian pada objek yang ditulis.
h. Hakikat Media Gambar Berseri
a. Pengertian Media
Guna menunjang kelancaran kegiatan pembelajaran dibutuhkan
alat yang dapat membantu mempermudah penyampaian pesan dari
pembawa pesan kepada penerima pesan. Alat yang digunakan biasa
disebut media. Arief S. Sadiman (2009:6) menyatakan bahwa kata media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium
yang sacara harfiah berarti perantara atau pengantar. Sedangkan Gearlach
dan Ely seperti yang di kutip Azhar Arsyad (2005:3) berpendapat bahwa
media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau
kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini,
guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Dalam perkembangan selanjutnya batasan tentang media telah
banyak disampaikan para ahli. Diantaranya menurut Hamidjojo dalam
Latuheru seperti yang dikutip Azhar Arsyad (2005:4) memberikan batasan
bahwa: media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh
manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat
sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada
penerima yang dituju. Sedangkan Robert M. Gagne seperti yang dikutip
Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito (2005:6)
menyatakan bahwa “ Media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”.
Sementara itu Leslie J. Briggs seperti yang dikutip Arief S.
Sadiman (2003:6) berpendapat media adalah segala alat fisik yang dapat
menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset,
film bingkai adalah sebagian contohnya. Dengan banyaknya pendapat dari
para ahli, Arief S. Sadiman (2003:7) turut mengurai pendapat bahwa
media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima pesan sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa demikian
rupa sehingga proses belajar terjadi.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media adalah segala bentuk
perantara atau penyalur yang terdiri dari berbagai jenis alat fisik dalam
lingkungan siswa yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau
informasi.
b. Pengertian Media Pengajaran
Seorang ahli kornunikasi, Mc Luhan, memberi batasan media yang
sangat luas sehingga mencakup semua alat komunikasi dari seseorang ke
orang lain yang sedang tidak berhadap-hadapan (Basuki Wibawa dan
Farida Mukti, 2001: 11). Menunit batasan ini, bukan hanya surat, televisi
dan telepon, melainkan jalan dan jalur kereta api juga termasuk media.
Media adalah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang
dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan (Romiszowski
dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti, 2001: 12).
Hal senada juga diungkapkan oleh Arief S. Sadiman (2003: 1)
bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari penyusun ke
penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan adalah
siswa. Media interaksi dengan siswa melalui udara mereka. Siswa
dirangsang untuk menerima pesan tersebut, bahkan adakalanya digunakan
kombinasi beberapa indera untuk menerima pesan yang lebih lengkap.
Pesan yang ingin disampaikan adalah isi pelajaran yang berasal dari
penjabaran kurikulum.
Media pengajaran, menurut Arief S. Sadiman (2003: 4) dimaknai
sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat siswa sedemikian nipa sehingga proses belajar
terjadi. Pengertian tersebut bermakna sangat luas, berbeda dengan
pengertian yang diungkapkan oleh Gene L. Wilkinson (2004: 5).
Menurutnya, media pengajaran adalah segala alat dan bahan selain buku
teks yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi dalam situasi
belajar mengajar.
Bertolak pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa media
pengajaran adalah segala alat yang berfungsi sebagai perantara untuk
menyampaikan pesan kepada penerima (siswa) secara rinci sehingga
dapat memacu rangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa
dengan optimal pada proses pembelajaran.
c. Jenis Media Pengajaran
Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 35), jenis media
pengajaran dibedakan menjadi 4, yaitu media audio, media visual, media
audiovisual dan media serbaneka. 1) Media Audio berfungsi untuk
menyalurkan pesan audio dari sumber ke penerima pesan. Pesan yang
disampaikan dituangkan dalam lainbang¬lambang auditif verbal, non
verbal, maupun kombinasi keduanya. Media audio berkaitan erat dengan
indera pendengaran. Ada beberapa jenis media audio, yakni radio, piringan
audio, pita audio, telepon dan taperecorder. 2) Media Visual dibedakan
menjadi dua yaitu media visual diam dan medial visual gerak. Media
visual diam antara lain: foto, ilustrasi, flash card, gambar kartun bisu yang
diproyeksikan, peta dan globe. Contoh media visual gerak antara lain film.
3) Media Audio Visual memiliki kemampuan untuk mengatasi kelemahan
dari media visual dengan suara. Media ini menjadi lebih efektif
penggunaannya bila dibandingkan dengan media visual saja. Pada
dasarnya, media audio visual dibedakan menjadi dua sesuai
karakteristiknya, yaitu media audio visual diam dan media audio visual
gerak. Contoh media audio visual diam antara lain: Slow scan TV, TV
diam, film rangkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara. Contoh
media audio visual gerak adalah film bersuara, pita video, film TV, dan
gambar bersuara. 4) Media Serbaneka. Media ini memiliki kesamaan
sekaligus perbedaan karakteristik dengan ketiga media sebelumnya.
Sehingga disebut media serbaneka. Yang termasuk ke dalam media ini
adalah papan tulis, media tiga dimensi, realita, dan sumber belajar pada
masyarakat seperti karya wisata dan kemah kerja.
d. Pengertian Media Gambar Seri
Guru dapat menyampaikan pelajaran dengan meaggunakan media
gambar sebagai pendukung. Penggunaan media gambar dapat membantu
siswa untuk memusatkan perhatian terhadap materi yang disampaikan.
Media gambar dapat berupa gambar berseri maupun gambar lepas.
Sesuai penjelasan diatas, dapat disimpulkan pengertian media
gambar berseri adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru yang
berupa gambar datar yang mengandung cerita, dengan urutan tertentu
sehingga antara satu gambar dengan gambar yang lain memiliki hubungan
cerita dan membentuk satu kesatuan
e. Manfaat Media Gambar Berseri
Gambar merupakan segala sesuatu yang dapat diwujudkan secara
visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasa atau pikiran. Oleh
karena itu gambar mempunyai arti, uraian dan taksiran tersendiri, sehingga
gambar banyak digunakan sebagai media pendidikan
Keuntungan penggunaan media gambar:
1) Cenderung menarik perhatian siswa
2) Dapat menyajikan benda atau peristiwa yang tidak dapat disaksikan
langsung oleh siswa.
3) Dapat menyingkat proses kejadian suatu peristiwa dengan singkat
4) Cocok untuk belajar berkelompok atau individu
5) Dapat memperbesar benda atau peristiwa
6) Menimbulkan motivasi pada siswa
7) Menyajikan proses suatu peristiwa dengan lebih akurat dan jelas.
8) Umumnya murah harganya
9) Mudah didapat
10) Mudah digunakan
11) Dapat memperjelas suatu masalah
12) Lebih realistis
13) Dapat membantu mengatasi keterbatasan pengamatan
14) Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
Namun demikian media visual juga memiliki keterbatasan antara lain :
1) Semata-mata hanya medium visual;
2) Ukuran gambar seringkali kurang tepat untuk pengajaran dalam
kelompok besar.
3) Memerlukan ketersediaan sumber clan ketrampilan dan kejelian guru
uniuk dapat memanfaatkannya.
Sedangkan kekurangan media gambar adalah:
1) Memerlukan ketrampilan khusus baik pada tahap pembuatan atau
penyajiannya
2) Memerlukan perencanaan yang matang
3) Tidak cukup mewakili potensi realisme.
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian Esty Ziyadati ( 2004) yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Menggunakan Elemen Bertanya
Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas IIE SMP Negeri I Garung
Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini didasarkan pada dua tahap, yaitu siklus
I, dan siklus II. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan elemen
bertanya. Pada siklus I skor rata-rata kelas meningkat sebesar 12 menjadi
77,91. Setelah digunakan elemen bertanya pembelajaran kontekstual terjadi
perubahan tingkah laku siswa. Siswa yang sebelumnya merasa bosan dengan
kegiatan pembelajaran menulis menjadi lebih tertarik dan bersemnagat
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Penelitian Amar Musodik (2005) yang berjudul Peningkatan
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Teknik Pemetaan Pikiran
pada Siswa Kelas II3 SMA Don Bosko Semarang. Penelitian ini dilakukan
dalam dua tahap yaitu siklus I ,dan siklus II. Penelitian ini menggunakan dua
variabel, yaitu penggunaan teknik pemetaan pikiran dalam menulis karangan
deskripsi dan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan teknik pemetaan pikiran terbukti dapat meningkatkan keterampilan
menulis deskripsi siswa kelas II3 SMA Don Bosko Semarang. Pada siklus I
skor rata-rata kelas meningkat sebesar 14,37 menjadi 62,5. Pada siklus II skor
rata-rata kelas meningkat sebesar 10,16 menjadi 72,66. Setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan teknik pemetaan pikiran, siswa yang semula malas
menulis menjadi lebih tertarik mengikuti pembelajaran menulis.
Penelitian Anis Safaatun (2005) dalam penelitiannya yang berjudul
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Teknik
Menulis Terbimbing pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 3 Kradenan
Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Penelitian ini menggunakan
desain penelitian tindakan kelas dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II
yang terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karangan deskripsi
dengan teknik Menulis Terbimbing terbukti dapat meningkatkan keterampilan
siswa kelas II SLTP Negeri 3 Kradenan Kecamatan Kradenan Kabupaten
Grobogan. Skor rata-rata siklus I 38,33. Sedangkan pada siklus II 44,04.
Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 96,54%. Setelah dilaksanakan
pembelajaran dengan teknik menulis terbimbing, siswa yang semula pada
siklus I kurang bersemangat pada siklus II merasa lebih bersemangat dan
lebih senang karena siswa merasa lebih mudah mengembangkan dan
menuangkan idenya dalam mengarang.
C. Kerangka Berpikir
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat di
gambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Kurikulum KTSP (Departemen Pendidikan Nasional, 2006b:317)
menyebutkan tujuan, pembelajaran bahasa memiliki peran sentral dalam
perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan
penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya,
budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan
menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada
dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
Keterampilan menulis
narasi rendah
Belum menggunakan media
gambar Seri
Kondisi
Awal
Menggunakan media gambar
seri . Tindakan
Setelah penggunaan media
pembelajaran kartu
bergambar
Keterampilan menulis
narasi siswa meningkat
dengan hasil 80% siswa
memperoleh nilai ≥ 65
Kondisi
Akhir
Siklus I Indikator ketercapaian kinerja sebesar 70 % siswa tuntas KKM
Siklus II Indikator ketercapaian kinerja sebesar 80 % siswa tuntas KKM
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Dalam kurikulum KTSP, siswa harus menguasai batas minimal.
kompetensi yang diharapkan. Hal ini telah dirancang dalam standar
kompetensi. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan
kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi
didik untuk memahami dan merespons situasi lokal, regional, nasional dan
global.
Ruang lingkup pembelajaran Bahasa Indonesia adalah siswa akan
diajari empat keterampilan berbahasa yang merupakan caturtunggal
keterampilan berbahasa yang saling terkait dan berhubungan. Hal senada
diungkapkan oleh Henry Guntur Tarigan (1986: 1) bahwa empat keterampilan
berbahasa yang disebut caturtunggal saling berkaitan satu sama lain dan tidak
bisa dipisahkan di antara keempat aspek tersebut. Meskipun demikian, para
ahli bahasa sepakat bahwa menyimak adalah keterampilan berbahasa yang
paling awal dipelajari seseorang, Sebaliknya keterampilan menulis
merupakan keterampilan yang paling akhir dipelajari. Keterampilan
menyimak dan berbicara dipelajari sebelum memasuki sekolah (Henry
Guntur Tarigan, 2006: 1), sedangkan ketrampilan membaca dan menulis pada
umumnya didapatkan setelah mereka memasuki sekolah formal, sedangkan
keterampilan membaca dan menulis para siswa SD pada umumnya memiliki
kualitas yang hampir sama karena diajarkan secara formal dengan cars yang
hampir sama.
Kegiatan berbahasa ada empat keterampilan yang berhubungan erat
satu dengan lainnya yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Keempat keterampilan tersebut, menulis merupakan proses yang paling
diwariskan turun temurun, tetapi merupakan hasil proses belajar dan
ketekunan berlatih, kemampuan ini berkaitan erat dengan kemampuan
membaca. Pengarang atau penulis harus mengetahui makna yang terkandung
pada setiap kata-kata merupakan pembangun pikiran dan pembicara
seseorang. Untuk memacu kreativitas dalam mengembangkan kemampuan
menulis diperlukan media yang tepat, sehingga siswa lebih tertarik akan
pelajaran, media dapat mendukung pelajaran mengarang secara keseluruhan.
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
Penggunaan media gambar berseri dapat meningkatkan keterampilan
menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen.
95
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen
pada semester genap Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian dilaksanakan
selama 5 bulan yaitu pada bulan Februari 2010 sampai bulan Juni 2010
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1. Jadwal Penelitian
Jadwal Kegiatan Penelitian
N
o
Waktu
Jenis Keg
Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengumpulan
data
x x x
2 Pengajuan
proposal
x x
3 Revisi Proposal x x x x
4 Pengajuan surat
izin
x
5 Pelaksanaan
1. Siklus I x x
2. Siklus II x x
6 Analisis data x x x
7 Pembuatan
laporan
x x x
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (class
action research) dengan menggunakan pola penelitian siklus. Melalui pola
penelitian ini, peneliti memiliki kebebasan untuk mengulang kegiatan yang
sudah dilakukan untuk mendapatkan kemantapan atau mengubah hal-hal yang
tidak tepat untuk lebih disesuaikan dengan kenyataan yang ada. Penelitian
tindakan kelas memiliki serangkaian langkah yang membentuk sepiral,
dimana setiap langkah memiliki empat tahap yang terdiri dari prencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting)
(Aqib, 2009:30).
B. Subjek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri
Dawung 2 Sragen Tahun 2009/2010 yang terdiri dari 20 orang siswa. Jumlah
siswa laki-laki sebanyak 14 orang dan siswa perempuan sebanyak 6 orang.
Seluruh populasi digunakan sebagai sampel penelitian, atau dapat disebut
penelitian populasi. Penelitian ini tidak menggunakan teknik sampling karena
seluruh populasi dijadikan sampel, yaitu seluruh siswa kelas V SD Negeri
Dawung 2 Sragen Tahun 2009/2010 yang terdiri dari 20 orang siswa.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Tes
Data yang diungkap dalam pemelitiam dapat dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu: fakta, pendapat, dan kemampuan. Untuk mengukur ada atau
tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti, digunakan
tes(Arikunto,2006:223). Tes digunakan untuk mengetahui implikasi dari
tindakan yang telah dilakukan terhadap penilaian keterampilan menulis narasi.
Setelah melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan capaian
prosentase awal dari observasi yang dilakukan pada subyek penelitian, maka
dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau tercapai
tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang diukur sudah
mencapai target yang telah ditetapkan.
Tes dalam penelitian digunakan untuk mengumpulkan data
keterampilan menulis siswa pada prasiklus, setelah siklus I, dan setelah siklus
II. Jika persentase target capaian mencapai 75%, maka keterampilan
dinyatakan sudah baik. Apabila dalam setiap konsep yang diukur untuk tiap-
tiap indikatornya sudah dapat mencapai terget yang ditentukan, maka
penelitian dapat dikatakan berhasil dan tidak perlu melanjutkan ke siklus
berikutnya. Sebaliknya, jika masih ada beberapa indikator dari masing-masing
variabel yang diukur belum memenuhi target capaian maka dilakukan
tindakan berikutnya untuk mencapai terget yang telah ditetapkan.
2. Observasi
Observasi adalah mengamati secara langsung pada obyek penelitian.
Data observasi diperoleh dari hasil ulangan sebelum siklus I dan siklus II, dan
pelaksanaan selama pembelajaran, guna memberikan bimbingan seperlunya
kepada siswa sehingga siswa tersebut dapat menyelesaikan tugas sesuai
dengan waktu yang ditentukan.
Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa pada tiap
siklus, dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan
capaian prosentase awal dari observasi yang dilakukan pada subyek penelitian,
maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau
tercapai tujuan yang diharapkan, apabila masing-masing indikator yang diukur
sudah mencapai target yang telah ditetapkan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mencatat setiap arsip dan dokumen yang berhubungan dengan proses
pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri untuk meningkatkan
keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Sragen
Tahun 2009/2010. Data dokumentasi merupakan data yang akurat dan dapat
dianalisis secara berulang-ulang tanpa mengalami perubahan.
4. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab secara langsung (bertemu muka)
dengan responden untuk mendapatkan jawaban atau data yang diperlukan.
Moleong (2010: 186) menyatakan bahwa wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai, yaitu
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model
analisis interaktif. Semua data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis
untuk menuju ke suatu kesimpulan. Moleong (2010: 247) menyatakan proses
analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan, dan dokumen.
Selanjutnya menurut Milles dan Huberman (2002: 37) dinyatakan bahwa
dalam analisis kualitatif, tiga komponen analisa yaitu reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan atau verikasi, aktivitasnya dilakukan dalam bentuk
interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus. Sedangkan secara
lebih rinci, analisis data interaktif dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: Milles dan Huberman, 2002
Gambar 2
Interactive model of analysis
Pengumpulan Data
Reduksi Data Sajian Data
Penarikan Kesimpulan
Dalam tahap analisa data penelitian, penelitian ini menggunakan tehnik analisa
data interaktif, yaitu reduksi data, kajian data dan verifikasi data (penarikan
kesimpulan). Tiga komponen pokok yang kan dilewati adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini hasil wawancara yang telah dilakukan akan
memudahkan peneliti dalam pencatatan data maupun pengecekan data guna
menarik suatu kesimpulan sementara selama proses pengumpulan data
berlangsung.
2. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemusatan perhatian serta
penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang muncul dari catatan – catatan
tertulis di lapangan. Pelaksanaan reduksi data ini dilakukan selama
penelitian berlangsung, sedangkan kegunaannya adalah untuk lebih
memfokuskan pokok permaslahan yang sedang diteliti.
3. Penyajian Data
Penyajian data adalah rakitan organisasi informs yang memingkinkan
kesimpulan riset dapat dijabarkan. Dengan penyajian data, peneliti akan
mudah memahami apa yang sedang terjadi dan tindakan apa yang akan
diambil, lebih jauh menganalisa ataukah mengambil tindakan berdasarkan
atas pemahaman yang didapat dari penyajian tersebut.
4. Pemeriksaan Kesimpulan
Sajak awal pengumpulan data, peneliti mulai mengerti apa arti dari hal-hal
yang ia teliti dengan melakukan pencatatan berbagai peraturan, pola,
pernyataan, konfigurasi yang mapan, arahan sebab akibat dan proposisi,
sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan. Penarikan
kesimpulan hanyalah merupakan sebagian dari satu kegiatan dan konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung.
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini secara geris besar meliputi tahap pralapangan,
tahap pengumpulan data/pelaksanaan penelitian, dan tahap penyusunan
laporan penelitian.
1. Tahap Pralapangan
Pada tahap ini meliputi tahap persiapan, tahap pengumpulan
kepustakaan, tahap penyusunan rancangan penelitian dan seminar, tahap
pengurusan perijinan, dan tahap persiapan perlengkapan penelitian.
2. Tahap Lapangan/Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan yaitu tahap memasuki
lapangan, tahap pengumpulan data, tahap partisipasi.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat praktis,
situsional, dan kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam
pembelajaran sehari-hari di SD Negeri Dawung 2 Sragen. Peneliti
senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan
prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang
berulang-ulang dengan revisi untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran. Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat peneliti yang
sekaligus sebagai guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan
perencanaan yang telah dibuat.
Penelitian ini mengacu pada model Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Reaserch
(CAR) yang secara singkat dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan alasan melakukan tindakan
tertentu agar dapat meningkatkan kualitas proses belajar di kelas dan
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa.. Langkah-
langkah yang ditempuh dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: (1)
perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi.
Langkah-langkah penelitian dapat digambarkan dalam siklus sebagai
berikut:
Gambar 3. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas
Sumber: Modifikasi dari Kemmis dan Taggart (1994)
1. Siklus I, yang terdiri dari:
Tahap I: Perencanaan (Planning)
Peneliti melakukan perencanaan tindakan kelas yang akan dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dengan menggunakan
media gambar seri. Penelitian itu dilaksanakan pada bulan Maret sampai
bulan Mei 2010. Tindakan awal yang dilakukan adalah perencanaan
penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran bahasa. Pada tahap ini,
peneliti melakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Menyusun rencana atau skenario pembelajaran untuk dua
pertemuan.
2) Menyiapkan media
3) Menyiapkan lembar kerja siswa.
4) Menyiapkan perangkat pengambilan data (lembar pengamatan,
angket pendapat siswa, dan dokumentasi).
Reflection
Planning
Observing
Acting
Siklus I
Reflection
Planning
Observing
Acting
Siklus II
Tahap II: Pelaksanaan (Acting)
Pada penelitian ini guru akan berusaha meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa dengan menggunakan media gambar seri. Guru
menyiapkan skenario pembelajaran, penyampaian kompetensi, menyuruh
siswa untuk menulis narasi sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan
yang telah dipelajarinya, presentasi hasil, dan refleksi. Pada tahap ini, siswa
dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Peneliti memberikan
penjelasan kepada siswa tentang tujuan kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan dan manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran tersebut. Setelah itu, pada tahap proses pembelajaran, peneliti
memberikan penjelasan tentang menulis narasi, tentang media yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran, serta menyajikan contoh menulis
narasi.
Tahap III: Pengamatan (Observing)
Dalam tahap ini peneliti hanya mengamati tindakan yang telah
direncanakan pada tahap awal dan tidak melakukan tindakan tersebut, yang
melakukan tindakan adalah guru mata pelajaran bahasa. Tindakan tersebut
adalah meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa dengan menggunakan
media gambar seri. Pada pengamatan tersebut ternyata masih banyak terjadi
kekurangan, misalnya: siswa yang tidak memperhatikan dan pada saat
pelajaran, sehingga hasil penulisan narasi tidak menunjukkan indikator yang
dipenuhi.
Tahap IV: Refleksi (Reflecting)
Tindakan yang dilakukan oleh guru dirasa belum berhasil, dapat
dilihat dari tingkat perhatian siswa yang masih rendah dan dalam menulis
narasi siswa tidak dapat memenuhi indikator pencapaian sesuai dengan yang
diharapkan.
2. Siklus II, dilakukan untuk menguatkan tindakan pada siklus I yang terdiri dari:
Tahap I: Perencanaan (Planning)
Peneliti melakukan perencanaan tindakan kelas yang akan dilakukan
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia dengan
menggunakan media gambar seri. Tindakan awal yang dilakukan adalah
pelaksanaan observasi pada saat guru menyampaikan materi. Adapun
rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus II adalah, (1) membuat
perbaikan rencana pembelajaran menulis narasi dengan media gambar yang
materinya masih sama dengan siklus I. Namun demikian, diupayakan dapat
memperbaiki masalah dan kekurangan-kekurangan pada siklus I; (2)
menyiapkan lembar observasi, lembar wawancara, lembar jurnal, dan
dokumentasi foto, untuk memperoleh data siklus II; (3) mempersiapkan
media gambar; dan (4) menyiapkan perangkat menulis narasi dan kriteria
penilaiannya.
Tahap II: Palaksanaan (Acting)
Tindakan yang dilakukan peneliti pada siklus II berbeda dengan
tindakan siklus I. Ada beberapa perubahan tindakan antara lain sebelum siswa
menulis paragraf deskripsi dijelaskan terlebih dahulu kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada siklus I. Kemudian siswa diberi arahan dan bimbingan agar
dalam pelaksanaan kegiatan menulis narasi pada siklus II akan menjadi lebih
baik. Tindakan yang dilakukan peneliti dalam siklus II yaitu, (1) memberikan
umpan balik mengenai hasil yang diperoleh pada siklus I; (2) melaksanakan
proses pembelajaran menulis narasi dengan media gambar sesuai rencana
pembelajaran; dan (3) memberikan arahan, dan memotivasi siswa agar timbul
minat dan kreatifitas sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa,
sehingga siswa lebih aktif dan sungguh-sungguh dalam menulis paragraf
deskripsi agar pada siklus II hasilnya lebih baik dibanding siklus I. Pada
pembelajaran siklus II ini lebih ditekankan pada kualitas penulisan narasi
siswa. Siswa harus mementingkan kualitas narasi dengan memperhatikan
kesesuaian judul dengan isi, pemilihan kata, ejaan dan tanda baca, kerapian
tulisan, kohesi dan koherensi, kesan hidup, imajinasi, keterlibatan aspek
pancaindera, menunjukan objek yang ditulis, dan memusatkan uraian pada
objek.
Tahap III: Pengamatan (Observing)
Observasi yang dilakukan pada siklus II juga masih sama dengan
observai pada siklus I. Adapun observasi yang dilakukan berupa observasi
data. Observasi data digunakan untuk mengetahui nilai menulis narasi serta
melihat perilaku siswa pada saat menulis narasi. Observasi juga dilakukan
dengan mengadakan wawancara, membuat jurnal, dan dokumentasi foto saat
pembelajaran berlangsung.
Tahap IV: Refleksi (reflecting)
Refleksi pada siklus II merupakan tahap akhir dalam penelitian
tindakan kelas ini. Refleksi ini dilakukan dengan menganalisis hasil data
siklus II untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan perbaikan tindakan pada
siklus II. Refleksi dilakukan dengan menganalisis hasil data keterampilan
menulis narasi yang dilakukan pada siklus II. Analisis hasil juga dilakukan
dengan menganalisis hasil observasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi
foto.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Pelaksanaan survai awal dilaksanakan pada hari senin selama 2 jam
pelajaran (2 x 35 menit) diruang kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen.
Dalam pelaksanaannya guru mengajar di kelas dengan materi keterampilan
menulis narasi , sekaligus melakukan observasi terhadap proses pembelajaran.
Guru mengajarkan materi keterampilan menulis narasi hanya menggunakan
metode mengajar yang biasa digunakan sehari- hari. Yaitu menjelaskan materi
dengan metode ceramah. Kemudian siswa langsung di beri tugas untuk membuat
tulisan narasi.
Adapun urutan tindakan tersebut sebagai berikut :
1) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi menulis.
2) Guru menjelaskan mengenai materi menulis narasi dan siswa menyimak.
3) Guru menugasi siswa menulis karangan.
4) Siswa mengerjakan tugas.
5) Siswa mengumpulkan tugas.
6) Siswa diminta maju membacakan pekerjaannya namun tidak satu pun
siswa yang bersedia maju.
7) Guru mengakhiri proses pembelajaran.
Beberapa kelemahan yang terlihat dalam kegiatan tindakan ini, yaitu :
1. Tidak adanya umpan balik kepada siswa , tentang seberapa jauh tingkat
pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.
2. Posisi lebih banyak di depan kelas, menyebabkan kurang interaksi dengan
siswa secara maksimal terutama siswa yang duduk dibagian belakang
ketika mengerjakan tugas menulis narasi.
3. Tidak menggunakan alat ajar lain selain buku pegangan
4. Siswa terlihat belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran
5. Siswa masih kesulitan dalam membuat tulisan narasi. Terbukti dengan
banyak siswa yang masih bertanya dan takut salah dalam menulis.
1). Berikut ini nilai keterampilan menulis narasi siswa pada kondisi awal.
Tabel 2. Nilai Keterampilan Menulis Narasi pada Kondisi Awal
Kondisi Awal
No. Absen Nama Siswa Skor Tes Nilai
1 Aditya Cahyo N 30 60,0
2 Annisa Mardiah 31 62,0
3 Dimas Kurniawan 31 62,0
4 Adik Yudha K 28 56,0
5 Santika 34 68,0
6 Dwi Lestari 33 66,0
7 Isman Angga 28 56,0
8 Riski M Efendi 29 58,0
9 Fitri Mukharohmah 27 54,0
10 Gebi Ari amelia 29 58,0
11 Supreh Setyawati 31 62,0
12 Trian Adi Saputro 34 68,0
13 Ernita Dwi Febriani 33 66,0
14 Zhahra Ulva 34 68,0
15 Dedi Saputro 33 66,0
16 Putri Rahayu 33 66,0
17 Putri Sulistyoningsih 31 62,0
18 Febrian Oki M 33 66,0
19 Santi Puji Rahayu 32 64,0
20 Irvan 33 66,0
Berdasarkan nilai di atas, maka distribusi keterampilan menulis narasi
pada kondisi awal pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen
tahun ajaran 2009/2010 dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3. Kategori Hasil Tes Keterampilan Menulis Narasi Kondisi awal
Kategori Interval Frekuensi %
Sangat baik 85 – 100 0 0,0
Baik 75 – 84 2 9,1
Cukup 60 – 74 14 63,6
Kurang 40 – 59 6 27,3
Sangat Kurang 0 – 39 0 0,0
Jumlah 22 100,0
Data tabel 3 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
mempunyai keterampilan yang cukup rendah dalam menulis narasi. Rincian
data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Dari jumlah keseluruhan 20 siswa, 2
siswa diantaranya atau sebesar 9,1% termasuk dalam kategori baik dengan
nilai antara 75-84. Kategori cukup dengan nilai antara 60–74 dicapai oleh 14
orang siswa atau sebesar 63,6%. Kategori kurang dengan nilai antara 40-59
dicapai oleh 6 orang siswa atau sebesar 27,3%. Sementara itu, tidak ada siswa
atau 0,0% yang berhasil mendapat nilai dalam kategori sangat baik dan tidak
ada siswa atau 0,0% yang mendapat nilai dalam kategori sangat kurang.
Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai
dengan kategori baik adalah siswa yang sudah dapat menyusun narasi dengan
benar meskipun belum dilakukan secara sempurna. Siswa tersebut sudah dapat
menggunakan imajinasi dengan baik, sehingga karangan terlihat hidup.
Sedangakan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang baik adalah
siswa yang menyusun narasi kurang sempurna, kurang tepat dalam
menggunakan imajinasi, sehingga hasil karangan siswa tidak bisa hidup secara
sempurna, pembaca tidak dapat ikut merasakan hal-hal yang ditulis oleh
siswa.
Hasil keterampilan siswa dalam menulis narasi pada tabel 3 merupakan
gabungan dari 10 aspek keterampilan menulis narasi. Sepuluh aspek yang
dinilai dalam tes keterampilan menulis narasi yaitu, (1) aspek kesesuaian judul
dengan isi; (2) aspek pemilihan kata; (3) aspek ejaan dan tanda baca; (4) aspek
kerapian tulisan; (5) aspek kohesi dan koherensi; (6) aspek kesan hidup; (7)
aspek imajinasi; (8) aspek keterlibatan pancaindera; (9) aspek menunjukan
objek yang ditulis; dan (10) aspek memusatkan uraian pada objek. Adapun
nilai rata-rata keterampilan menulis narasi kondisi awal pada setiap aspek
tersebut secara umum dapat digambarkan dalam tebel 4 berikut.
Tabel 4. Hasil Nilai Rata-rata Setiap Aspek
No Aspek Penilaian Nilai Rata-rata Kategori
I Aspek penulisan
1. Kesesuaian judul dengan isi 70,91 Cukup Baik
2. Pilihan kata 63,64 Cukup Baik
3. Ejaan dan tanda baca 57,27 Kurang Baik
4. Kerapian tulisan 63,64 Cukup Baik
5. Kohesi dan Koherensi 58,18 Kurang Baik
II Kaidah penulisan narasi
6. Kesan hidup 62,73 Cukup Baik
7. Imajinasi 62,73 Cukup Baik
8. Keterlibatan aspek pancaindera 63,64 Cukup Baik
9. Menunjukkan objek yang ditulis 64,55 Cukup Baik
10. Memusatkan uraian pada objek
yang ditulis 65,45 Cukup Baik
Rata-rata 63,27 Cukup Baik
Data tersebut menunjukkan bahwa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar
Sragen memiliki keterampilan menulis narasi yang relatif rendah. Hal ini
terlihat dari rata-rata nilai klasikal sebesar 63,27 yang termasuk dalam
kategori cukup baik yaitu berada pada rentang nilai antara 60-74. Rendahnya
keterampilan menulis narasi tersebut tampak dalam hal siswa masih kurang
dalam kemampuan menuangkan ide dalam bentuk narasi. Para siswa juga
masih kurang dalam menceritakan pengalaman atau gagasan secara tertulis.
Pada waktu pelajaran menulis narasi para siswa mengalami kesulitan untuk
memulai menuliskan gagasan-gagasan, waktu yang sudah ditentukan dalam
pelajaran menulis narasi dirasa masih kurang. Ini terbukti para siswa tidak
dapat menyelesaikan hasil dalam menulis narasi itu hingga lengkap.
Pemerolehan nilai pada aspek kesesuaian antara judul dengan isi sudah
termasuk dalam kategori cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 70,91. Hal
ini dibuktikan dengan judul yang dibuat oleh siswa kurang sesuai dengan isi
karangan. Pemerolehan nilai pada aspek pemilihan kata/diksi sudah termasuk
dalam kategori cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 63,64, dalam aspek
ini biasanya siswa melakukan kesalahan pada pemilihan kata yang kurang
sesuai. Hal ini membuat pembaca kurang bisa begitu mengena dengan apa
yang ingin digambarkan penulis. Pemerolehan nilai pada aspek ejaan dan
tanda baca termasuk dalam kategori kurang baik dengan nilai rata-rata sebesar
57,27. Hal ini dibuktikan dengan kesalahan yang sering dilakukan siswa pada
aspek ejaan dan tanda baca yaitu biasanya siswa lupa memberikan tanda koma
setelah kata “ setelah itu, oleh karena itu, dan sementara itu”.
Pemerolehan nilai pada aspek kerapian tulisan sudah termasuk dalam
kategori cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 63,64. Kesalahan yang
dilakukan pada aspek kerapian tulisan biasanya siswa mencoret kata-kata yang
salah atau mentipe-xnya. Hal ini akan mengakibatkan tulisan menjadi tidak
rapi. Pemerolehan nilai pada aspek kohesi dan koherensi termasuk dalam
kategoi kurang baik dengan nilai rata-rata sebesar 58,18. Kesalahan yang
dilakukan siswa pada aspek kohesi dan koherensi ini biasanya siswa terlalu
asyik menulis sehinngga yang seharusnya diberi tanda koma dan titik tidak
dilakukan. Hal ini akan mengakibatkan keterpaduan isi antar kalimat tidak
jelas. Pemerolehan nilai pada aspek kesan hidup sudah termasuk dalam
kategori cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 62,73. Kesalahan yang
dilakukan siswa pada aspek kesan hidup adalah bahwa sebagian siswa kurang
bisa melukiskan objek dengan sempurna. Siswa biasanya hanya melukiskan
keadaan objek sebagian saja tidak secara keseluruhan.
Pemerolehan nilai pada aspek imajinasi sudah termasuk dalam kategori
cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 62,73. Siswa membuat pengelolaan
idenya hanya dapat membuat pembaca seolah-olah melihat hal-hal yang ditulis
siswa. Dengan demikian, dalam karangan deskripsi yang dibuat siswa
pengelolaan idenya belum bisa membuat pembaca merasa seolah-olah dapat
melihat, mendengar, dan merasakan apa yang ditulis. Pemerolehan nilai pada
aspek keterlibatan pancaindera termasuk dalam kategori cukup baik dengan
nilai rata-rata sebesar 63,64. Biasanya siswa hanya menggunakan dua
pancaindra dalam menulis narasi yaitu indra penglihatan dan pendengaran
sehingga dalam karangan siswa belum terlihat penggunaan pancaindera secara
keseluruhan.
Pemerolehan nilai pada aspek menunjukkan objek yang ditulis sudah
termasuk dalam kategori cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 64,55.
Kesalahan yang terjadi pada aspek menunjukkan objek yang ditulis biasanya
siswa hanya menunjukkan pada letak dan bentuk objek saja. Pemerolehan nilai
pada aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis sudah termasuk dalam
kategori cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 65,45. Kesalahan yang
terjadi pada aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis pada umumnya
di dalam karangan yang dibuat siswa itu melibatkan setengah objek lain.
Dari hasil penelitian kondisi awal dapat disimpulkan bahwa
kemampuan siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen dalam menulis
narasi menunjukkan kategori cukup baik. Berdasarkan hasil keterampilan pada
kondisi awal tersebut maka peneliti ingin meningkatkan lagi hasil kemampuan
menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen. Peningkatan
tindakan tersebut dilaksanakan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II
dengan pembelajaran menggunakan media gambar.
a. Siklus I
Tindakan Siklus I dilaksanakan pada tanggal 26 April 2010 dan Rabu 28
April 2010. Siklus I dilaksanakan dengan 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan
terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Tahap-tahap yang dilaksanakan
adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
1) Guru merancang skenario pembelajaran menulis narasi dengan media
gambar seri , yakni dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Guru membuka pelajaran.
b) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa yang
berkaitan dengan materi menulis narasi.
c) Guru menjelaskan materi menulis narasi dan siswa menyimak.
d) Guru memberikan contoh secara lisan berdasarkan dari majalah Bobo.
e) Guru memberikan umpan balik dari materi yang telah diberikan.
f) Guru memasang gambar seri pada papan tulis.
g) Siswa mengerjakan tugas.
h) Siswa mengumpulkan tugas
i) Guru menugasi siswa untuk membacakan pekerjaannya di depan kelas.
j) Guru mengakhiri pembelajaran.
2) Guru menyusun rencana pembelajaran (RP) untuk materi menulis narasi
berdasarkan silabus dari sekolah.
3) Guru mempersiapkan media pembelajaran berupa gambar berseri.
4) Guru menyusun instrumen penelitian berupa tes. Instrument tes dinilai dari
hasil pekerjaan siswa dalam menulis narasi. Contoh hasil pekerjaan siswa
dapat dilihat dalam lampiran.
. Dari hasil observasi proses pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V dan
prestasi belajar sebelum diberikan tindakan, dapat diperoleh hasil sebagai data
awal yang dapat dilihat pada lampiran.
b. Pelaksanaan.
Tindakan I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin 26 April- 28
April 2010 selama dua jam pelajaran di ruang kelas V SD Negeri Dawung 2.
Dalam pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini guru mengajar menulis
narasi dengan menggunakan media gambar seri yang telah di rencanakan.
Berikut ini nilai hasil tes keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V
SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen setelah siklus I.
Tabel 5. Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus I
No. Absen Nama Siswa Siklus I Skor Tes Nilai
1 Aditya Cahyo N 34 68,0
2 Annisa Mardiah 32 64,0
3 Dimas Kurniawan 36 72,0
4 Adik Yudha K 37 74,0
5 Santika 33 66,0
6 Dwi Lestari 40 80,0
7 Isman Angga 33 66,0
8 Riski M Efendi 38 76,0
9 Fitri Mukharohmah 36 72,0
10 Gebi Ari amelia 35 70,0
11 Supreh Setyawati 40 80,0
12 Trian Adi Saputro 38 76,0
13 Ernita Dwi Febriani 37 74,0
14 Zhahra Ulva 39 78,0
15 Dedi Saputro 34 68,0
16 Putri Rahayu 39 78,0
17 Putri Sulistyoningsih 35 70,0
18 Febrian Oki M 40 80,0
19 Santi Puji Rahayu 41 82,0
20 Irvan 38 76,0
Hasil tes keterampilan menulis narasi siklus I ini merupakan data awal
setelah diberlakukannya tindakan pembelajaran dengan menggunakan media
gambar. Kriteria penilaian pada siklus I ini meliputi 10 aspek penilaian, yaitu :
(1) kesesuaian judul dengan isi; (2) pemilian kata; (3) ejaan dan tanda baca;
(4) kerapian tulisan; (5) kohesi dan koherensi; (6) kesan hidup; (7) imajinasi
(8) keterlibatan aspek pancaindera; (9) menunjukan objek yang ditulis; dan
(10) memusatkan uraian pada objek. Hasil tes keterampilan menulis narasi
siklus I dengan media gambar dapat dilihat pada tabel 6 berikut.
Tabel 6. Kategori Hasil Tes Keterampilan Menulis Narasi Siklus I
Kategori Interval Frekuensi %
Sangat baik 85 – 100 2 9,1
Baik 75 – 84 6 27,3
Cukup 60 – 74 11 50,0
Kurang 40 – 59 3 13,6
Sangat Kurang 0 – 39 0 0,0
Jumlah 22 100,0
Data pada tabel 6 di atas menunjukkan bahwa tes kemampuan siswa
dalam menulis narasi dengan media gambar secara klasikal. Kategori sangat
baik hanya dicapai oleh 2 orang siswa atau 9,1% dengan nilai antara 85-100.
Kategori baik sebanyak 6 siswa atau sebesar 27,3% dengan nilai antara 75-84.
Kategori cukup baik sebanyak 11 siswa atau sebesar 50% dengan nilai antara
60-74. Kategori kurang sebanyak 3 orang siswa atau 13,6% dengan nilai
antara 40-59. Sementara itu tidak ada satu pun siswa atau 0,00% yang
mendapat nilai dalam kategori sangat kurang.
Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai
dengan kategori sangat baik adalah siswa sudah dapat menyusun narasi
dengan sempurna, siswa tersebut sudah dapat memusatkan uraian pada objek
secara sempurna dalam menyusun narasi. Hal ini dapat dijadikan teladan bagi
siswa yang belum dapat menyesuaikan objek secara sempurna, dan harus
dipertahankan dalam pembelajaran siklus II. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kurang adalah siswa yang menyusun narasi
kurang sempurna, siswa tersebut belum dapat memunculkan ide dengan baik
sehingga hasil karangannya tidak bisa hidup secara sempurna, hanya membuat
pembaca seolah-olah melihat hal yang ditulis. Hal ini perlu dijadikan bahan
refleksi dengan segera mencari solusi yang tepat agar siswa yang belum dapat
memunculkan idenya dengan baik dapat diatasi, sehingga dalam pembelajaran
siklus II siswa sudah dapat memunculkan idenya dengan sangat baik, hasil
karangannya bisa hidup secara sempurna dan membuat pembaca seolah-olah
dapat melihat, mendengar, dan ikut merasakan hal-hal yang ditulis. Pada
siklus I, hasil tes keterampilan menulis narasi masih menunjukkan kategori
cukup baik dan belum mencapai target maksimal pencapaian nilai rata-rata
kelas 80,00.
Hasil keterampilan siswa dalam menulis paragraf narasi pada tabel 5
merupakan gabungan dari 10 aspek keterampilan menulis narasi. Sepuluh
aspek yang dinilai dalam tes keterampilan menulis narasi dengan
menggunakan media gambar yaitu, (1) aspek kesesuaian judul dengan isi; (2)
aspek pemilihan kata; (3) aspek ejaan dan tanda baca; (4) aspek kerapian
tulisan; (5) aspek kohesi dan koherensi; (6) aspek kesan hidup; (7) aspek
imajinasi; (8) aspek keterlibatan pancaindera; (9) aspek menunjukan objek
yang ditulis; dan (10) aspek memusatkan uraian pada objek. Adapun nilai
rata-rata keterampilan menulis narasi siklus I pada setiap aspek tersebut secara
umum dapat digambarkan dalam tabel 7 berikut.
Tabel 7. Hasil Nilai Rata-rata Setiap Aspek pada Siklus I
No Aspek Penilaian
Nilai
Rata-rata Kategori
I Aspek penulisan
1. Kesesuaian judul dengan isi 75,45 Baik
2. Pilihan kata 71,82 Cukup Baik
3. Ejaan dan tanda baca 70,91 Cukup Baik
4. Kerapian tulisan 80,91 Baik
5. Kohesi dan Koherensi 72,73 Cukup Baik
II Kaidah narasi
6. Kesan hidup 71,82 Cukup Baik
7. Imajinasi 70,91 Cukup Baik
8. Keterlibatan aspek pancaindera 72,73 Cukup Baik
9. Menunjukkan objek yang ditulis 70,91 Cukup Baik
10. Memusatkan uraian pada objek
yang ditulis 75,45 Baik
Rata-rata 73,36 Cukup Baik
Data tersebut menunjukkan bahwa pada pembelajaran menulis narasi
siklus I siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen memiliki rata-rata
nilai klasikal sebesar 73,36 yang termasuk dalam kategori cukup baik yaitu
berada pada rentang nilai antara 60-74. Pemerolehan nilai pada aspek
kesesuaian antara judul dengan isi sudah termasuk dalam kategori baik dengan
nilai rata-rata sebesar 775,45. Hal ini dibuktikan dengan judul yang dibuat
oleh siswa sudah sesuai dengan isi karangan. Pemerolehan nilai pada aspek
pemilihan kata/diksi sudah termasuk dalam kategori cukup baik dengan nilai
rata-rata sebesar 71,82, dalam aspek ini siswa masih melakukan kesalahan
pada pemilihan kata yang kurang sesuai. Hal ini membuat pembaca kurang
bisa begitu mengena dengan apa yang ingin digambarkan penulis.
Pemerolehan nilai pada aspek ejaan dan tanda baca termasuk dalam kategori
cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 70,91. Hal ini dibuktikan dengan
kesalahan yang dilakukan siswa biasanya siswa lupa memberikan tanda koma
dan tanda titik.
Pemerolehan nilai pada aspek kerapian tulisan sudah termasuk dalam
kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 80,91. Kesalahan yang dilakukan
pada aspek kerapian tulisan biasanya siswa mencoret kata-kata yang salah atau
mentipe-xnya. Pemerolehan nilai pada aspek kohesi dan koherensi termasuk
dalam kategoi cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 72,73. Kesalahan
yang dilakukan siswa pada aspek kohesi dan koherensi ini biasanya siswa
terlalu asyik menulis sehinngga yang seharusnya diberi tanda koma dan titik
tidak dilakukan. Pemerolehan nilai pada aspek kesan hidup sudah termasuk
dalam kategori cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 71,82. Kesalahan
yang dilakukan siswa pada aspek kesan hidup biasanya siswa kurang bisa
melukiskan objek dengan sempurna.
Pemerolehan nilai pada aspek imajinasi sudah termasuk dalam kategori
cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 70,91. Siswa membuat pengelolaan
idenya hanya dapat membuat pembaca seolah-olah melihat hal-hal yang ditulis
siswa. Dengan demikian, dalam karangan deskripsi yang dibuat siswa
pengelolaan idenya belum bisa membuat pembaca merasa seolah-olah dapat
melihat, mendengar, dan merasakan apa yang ditulis. Pemerolehan nilai pada
aspek keterlibatan pancaindera termasuk dalam kategori cukup baik dengan
nilai rata-rata sebesar 72,73. Biasanya siswa hanya menggunakan dua
pancaindra dalam menulis narasi yaitu indra penglihatan dan pendengaran
sehingga dalam karangan siswa belum terlihat penggunaan pancaindera secara
keseluruhan.
Pemerolehan nilai pada aspek menunjukkan objek yang ditulis sudah
termasuk dalam kategori cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar 70,91.
Kesalahan yang terjadi pada aspek menunjukkan objek yang ditulis biasanya
siswa hanya menunjukkan pada letak dan bentuk objek saja. Pemerolehan nilai
pada aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis sudah termasuk dalam
kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 75,45. Kesalahan yang terjadi pada
aspek memusatkan uraian pada objek yang ditulis pada umumnya di dalam
karangan yang dibuat siswa itu melibatkan setengah objek lain.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh aspek dalam
keterampilan menulis narasi siklus I, hanya ada satu aspek yang berhasil
mencapai nilai batas ketuntasan belajar klasikal sebesar 80,00. Aspek tersebut
adalah aspek kerapian tulisan. Sembilan aspek yang lain belum mencapai nilai
batas ketuntasan belajar klasikal. Oleh karena itu, diperlukan tindakan-
tindakan yang tepat untuk meningkatkan hasil nilai pada setiap aspek dalam
menulis narasi.
Data tabel 7 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek kesesuaian antara
judul dengan isi sebesar 75,45 dan termasuk kategori baik. Data tersebut
membuktikan bahwa kemampuan siswa pada aspek kesesuaian antara judul
dengan isi sudah dapat dikatakan cukup baik. Data tersebut menunjukkan
bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang
sudah dapat membuat narasi sesuai dengan judulnya. Hal ini dapat dijadikan
teladan bagi siswa yang belum dapat menyesuaikan judul dengan isi
karangannya, dan harus dipertahankan dalam pembelajaran siklus II.
Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang adalah siswa
yang membuat judul karangannya kurang sesuai dengan isi karangan yang
dibuat, ini disebabkan karena siswa ingin membuat judul yang menarik tapi
malah membuat kesalahan, yaitu ketidaksesuaian antara judul dengan isi
karangan. Hal ini perlu dijadikan bahan refleksi dengan segera mencari solusi
yang tepat agar siswa yang belum dapat menyesuaikan judul dengan isi
karangan dapat diatasi, sehingga dalam pembelajaran siklus II siswa sudah
dapat menyesuaikan judul dengan isi karangannya.
Hasil keterampilan dari aspek pemilihan kata/diksi dapat dilihat pada
tabel 7. Data tabel 7 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek pemilihan
kata/diksi sebesar 71,82 dan termasuk kategori cukup baik. Data tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah
siswa yang sudah dapat menggunakan kata baku dalam membuat narasi. Hal
ini dapat dijadikan teladan bagi siswa yang belum dapat menggunakan kata-
kata baku dalam membuat narasi, dan harus dipertahankan dalam
pembelajaran siklus II. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan
kategori kurang adalah siswa yang menggunakan kata-kata tidak baku dan
kata-kata yang tidak sesuai untuk menggambarkan suasana yang ingin
diceritakan dalam karangannya. Hal ini perlu dijadikan bahan refleksi dengan
segera mencari solusi yang tepat agar siswa yang belum dapat menggunakan
kata-kata baku dapat diatasi, sehingga dalam pembelajaran siklus II siswa
sudah dapat menggunakan kata baku dalam membuat narasi.
Hasil tes dari aspek ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel
berikut. Data tabel 7 juga menunjukkan rata-rata skor dalam aspek ejaan dan
tanda baca sebesar 70,91 dan termasuk kategori cukup baik. Data tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah
siswa yang sudah dapat menggunakan ejaan dan tanda baca secara sempurna
dalam membuat narasi. Hal ini dapat dijadikan teladan bagi siswa yang belum
dapat menggunakan ejaan dan tanda baca secara sempurn, dan harus
dipertahankan dalam pembelajaran siklus II. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kurang adalah siswa yang menggunakan
ejaan dan tanda baca kurang sempurna, yaitu setelah tanda titik masih ada
siswa yang tidak menggunakan huruf kapital pada awal kalimat. Hal ini perlu
dijadikan bahan refleksi dengan segera mencari solusi yang tepat agar siswa
yang belum dapat menggunakan ejaan dan tanda baca secara sempurna dapat
diatasi, sehingga dalam pembelajaran siklus II siswa sudah dapat
menggunakan ejaan dan tanda baca secara sempurna dalam membuat narasi.
Hasil tes dari aspek kerapian tulisan dapat dilihat pada tabel yang
menunjukkan rata-rata skor dalam aspek kerapian tulisan sebesar 80,91 dan
termasuk kategori baik. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang
termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang sudah dapat menulis
narasi dengan tulisan yang jelas dan bersih (tidak ada coretan maupun tipe-x).
Hal ini dapat dijadikan teladan bagi siswa yang belum dapat menulis narasi
dengan tulisan yang jelas dan bersih, dan harus dipertahankan dalam
pembelajaran siklus II. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan
kategori cukup baik adalah siswa yang mencoret/mentipe-x kata-kata yang
salah sehingga menjadikan tulisan tidak rapi. Ada siswa yang menulis dengan
pensil supaya tidak melakukan kesalahan. Hal ini perlu dijadikan bahan
refleksi dengan segera mencari solusi yang tepat agar siswa yang
mencoret/mentipe-x kata-kata yang salah dan siswa yang menulis dengan
pensil dapat diatasi, sehingga dalam pembelajaran siklus II siswa sudah dapat
menulis narasi dengan tulisan yang jelas dan bersih (tidak ada coretan maupun
tipe-x).
Hasil tes dari aspek kohesi dan koherensi dapat dilihat pada tabel yang
menunjukkan rata-rata skor dalam aspek kohesi dan koherensi sebesar 72,73
dan termasuk kategori cukup baik. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa
yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang sudah dapat
menulis narasi dengan membentuk keterpaduan antarparagraf dan antarkalimat
sangat jelas. Hal ini dapat dijadikan teladan bagi siswa yang belum dapat
menulis narasi dengan membentuk keterpaduan antarparagraf dan antarkalimat
secara jelas, dan harus dipertahankan dalam pembelajaran siklus II. Sedangkan
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori kurang baik adalah siswa yang
biasanya terlalu asyik menulis sehinngga yang seharusnya diberi tanda koma
dan tanda titik tidak dilakukan. Hal ini akan mengakibatkan keterpaduan isi
antar kalimat tidak jelas. Hal ini perlu dijadikan bahan refleksi dengan segera
mencari solusi yang tepat agar siswa yang belum dapat menulis narasi dengan
membentuk kohesi dan koherensi secara jelas dapat diatasi, sehingga dalam
pembelajaran siklus II siswa sudah dapat menulis narasi dapat menulis narasi
dengan membentuk keterpaduan antarparagraf dan antarkalimat sangat jelas.
Hasil tes dari aspek kesan hidup dapat dilihat pada tabel yang
menunjukkan rata-rata skor dalam aspek kesan hidup sebesar 71,82 dan
termasuk kategori cukup baik. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang
termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang sudah dapat
melukiskan objek tulisan secara nyata, yaitu melukiskan objek sesuai dengan
keadaanya. Hal ini dapat dijadikan teladan bagi siswa yang belum dapat
menulis narasi dengan melukiskan objek tulisan secara nyata, dan harus
dipertahankan dalam pembelajaran siklus II. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori cukup baik adalah siswa yang siswa kurang
bisa melukiskan objek secara sempurna. Siswa hanya menggunakan satu
penginderaan dalam melukiskan suatu objek, sehingga objek tidak bisa
terlukis secara sempurna dalam karangan. Jadi, kesan hidup dalam karangan
siswa tidak bisa dirasakan dengan jelas. Hal ini perlu dijadikan bahan refleksi
dengan segera mencari solusi yang tepat agar siswa yang kurang bisa
melukiskan objek secara sempurna dapat diatasi, sehingga dalam
pembelajaran siklus II siswa sudah dapat melukiskan objek tulisan secara
nyata, yaitu melukiskan objek sesuai dengan keadaanya.
Hasil tes dari aspek imajinasi dapat dilihat pada tabel yang
menunjukkan rata-rata skor dalam aspek imajinasi sebesar 70,91 dan termasuk
kategori cukup baik. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang termasuk
dalam kategori sangat baik adalah siswa yang sudah dapat mengolah idenya
dengan sangat baik sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar,
dan ikut merasakan hal-hal yang ditulis. Hal ini dapat dijadikan teladan bagi
siswa yang belum dapat mengolah idenya dengan sangat baik dalam
menyusun narasi, dan harus dipertahankan dalam pembelajaran siklus II.
Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik adalah
siswa yang hanya dapat membuat pembaca seolah-olah melihat hal-hal yang
ditulisnya. Kesalahan ini mengakibatkan karangan siswa tidak
menggambarkan objek secara sempurna, sehingga pembaca tidak bisa melihat,
mendengar, dan merasakan objek yang ditulis siswa tersebut. Hal ini perlu
dijadikan bahan refleksi dengan segera mencari solusi yang tepat agar siswa
yang kurang dapat mengolah idenya dengan baik dapat diatasi, sehingga
dalam pembelajaran siklus II sudah dapat mengolah idenya dengan sangat
baik.
Hasil tes dari keterlibatan aspek pancaindera dapat dilihat pada tabel
yang menunjukkan rata-rata skor dalam aspek keterlibatan pancaindera
sebesar 72,73 dan termasuk kategori cukup baik. Data tersebut menunjukkan
bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang
sudah dapat melibatkan semua aspek pancaindera dalam karangannya. Hal ini
dapat dijadikan teladan bagi siswa yang belum dapat melibatkan semua aspek
pancaindera dalam menyusun narasi, dan harus dipertahankan dalam
pembelajaran siklus II. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan
kategori cukup baik adalah masih banyaknya siswa yang menggunakan satu
pancaindera yaitu indera penglihatan dalam karangannya. siswa tidak
mengoptimalkan pencitraaan dalam karangannya. Hal ini akan mengakibatkan
karangan deskripsi yang dibuat siswa tidak bisa membuat pembaca merasakan
secara keseluruhan tentang apa yang ingin digambarkan oleh siswa dalam
karangannya. Hal ini perlu dijadikan bahan refleksi dengan segera mencari
solusi yang tepat agar siswa yang menggunakan satu pancaindera dapat
diatasi, sehingga dalam pembelajaran siklus II sudah dapat melibatkan semua
aspek pancaindera dalam menyusun narasi.
Hasil tes dari aspek menunjukkan objek yang ditulis dapat dilihat pada
tabel yang menunjukkan rata-rata skor dalam aspek keterlibatan pancaindera
sebesar 70,91 dan termasuk kategori cukup baik. Data tersebut menunjukkan
bahwa semua siswa termasuk dalam kategori baik karena semua siswa dalam
membuat karangannya sudah bisa menunjukkan objek meski belum dilakukan
secara sempurna, sehingga hasil karangan siswa sudah tampak lebih baik. Hal
ini harus dipertahankan dalam pembelajaran siklus II dan perlu dijadikan
bahan refleksi dengan segera mencari solusi yang tepat agar semua siswa
dapat memperoleh skor dengan kategori baik dengan menunjukkan objek
secara keseluruhan, yaitu menunjukkan letak, warna, kondisi, dan kebersihan
objek dalam menyusun narasi.
Hasil tes dari aspek memusatkan uraian pada objek dapat dilihat pada
tabel yang menunjukkan rata-rata skor dalam aspek keterlibatan pancaindera
sebesar 75,45 dan termasuk kategori baik. Data tersebut menunjukkan bahwa
siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang sudah
dapat memusatkan uraian pada hal-hal yang berhubungan dengan objek
tulisan. Hal ini dapat dijadikan teladan bagi siswa yang belum dapat
memusatkan uraian pada hal-hal yang berhubungan dengan objek tulisan
dalam menyusun narasi, dan harus dipertahankan dalam pembelajaran siklus
II. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik
adalah siswa yang sudah bisa memusatkan uraian pada hal-hal yang
berhubungan dengan objek penulisan, meskipun belum dilakukan secara
sempurna dan masih terjadi kesalahan. Hal ini perlu dijadikan bahan refleksi
dengan segera mencari solusi yang tepat agar siswa yang belum memusatkan
uraian pada hal-hal yang berhubungan dengan objek dapat diatasi, sehingga
dalam pembelajaran siklus II semua siswa sudah memusatkan uraian pada hal-
hal yang berhubungan dengan objek secara sempurna dan tidak akan terjadi
kesalahan.
c. Observasi Siklus I
Observasi dilakukan selama proses pembelajaran menulis narasi
dengan media gambar seri pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar
Sragen. Observasi dilakukan oleh peneliti sebagai guru dan juga dibantu oleh
seorang teman peneliti. Hal ini dilakukan agar hasil observasi dapat lebih baik
karena segala tindakan yang dilakukan oleh siswa dapat terpantau oleh
observer. Kegiatan observasi difokuskan pada jenis perilaku siswa dalam
pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media gambar seri. Berikut
akan dipaparkan tabel hasil obervasi pada siklus I.
Tabel 8. Hasil Observasi Siklus I
No. Aspek yang Diamati Frekuensi %
I Keaktifan mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru :
1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru
17 77,3
2. Memperhatikan media pembelajaran yang
digunakan
20 90,9
3. Mengajukan pertanyaan jika mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran
1 4,5
II Keaktifan siswa selama proses pembelajaran
menulis narasi dari awal sampai akhir
4. Aktif dalam menulis narasi secara individu 16 72,7
5. Bercerita sama teman sebangku 2 9,1
6. Berusaha melihat pekerjaan teman 3 13,6
7. Bermain-main 1 4,5
8. Izin ke kamar kecil. 2 9,1
Berdasarkan data pada tabel 8 tersebut dapat dideskripsikan bahwa
hasil observasi pada siklus I hampir sebagian siswa sudah memperhatikan/
mendengarkan penjelasan guru yaitu sebanyak 21 siswa atau sebesar 77,3%.
Pemerolehan nilai siswa yang memperhatikan media pembelajaran sebanyak
20 orang siswa atau sebesar 90,9%. Pemerolehan nilai siswa yang mengajukan
pertanyaan jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran sebanyak 1
orang siswa atau sebesar 4,5%. Pemerolehan nilai siswa yang aktif dalam
menulis narasi secara individu sebanyak 16 orang siswa atau sebesar 72,7%.
Pemerolehan nilai siswa yang bercerita sama teman sebangku sebanyak 2
orang siswa atau sebesar 9,1%. Pemerolehan nilai siswa yang berusaha
melihat pekerjaan teman sebanyak 3 orang siswa atau sebesar 13,6%.
Pemerolehan nilai siswa yang bermain-main sebanyak 1 orang siswa atau
sebesar 4,5%. Pemerolehan nilai siswa yang izin ke kamar kecil sebanyak 2
orang siswa atau sebesar 9,1%. Data tersebut menunjukkan bahwa beberapa
siswa memiliki sikap yang cukup baik dalam pembelajaran. Meskipun
demikian beberapa siswa masih ada yang memiliki sikap negatif dan kurang
bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan media gambar. Hal ini dikarenakan siswa belum siap
menyesuaikan pola pembelajaran yang diterapkan guru. Fenomena seperti itu
perlu mendapatkan perhatian yang lebih dari guru dan segera dicari solusinya
agar perilaku negatif yang muncul dalam pembelajaran dapat diatasi menjadi
perilaku yang lebih baik.
1) Hasil Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I difokuskan pada
tiga orang yaitu satu siswa yang memperoleh nilai tinggi (responden I), satu
siswa yang memperoleh nilai sedang (responden II), dan satu siswa yang
memperoleh nilai rendah (responden III) pada hasil tes menulis narasi
menggunakan media gambar. Pada wawancara siklus I mengungkap 7 butir
pertanyaan sebagai berkut: (1) apakah selama ini anda berminat dengan
pembelajaran menulis; (2) apakah anda senang mengikuti pembelajaran
menulis narasi dengan media gambar; (3) apakah anda menyukai gambar-
gambar yang disajikan oleh guru; (4) apakah pembelajaran dengan media
gambar membuat anda termotivasi dan terbantu dalam menyusun narasi
dengan baik dan benar; (5) bagaimana perasaan anda ketika diminta menulis
narasi; (6) kesulitan apa yang anda hadapi ketika menulis narasi.
Wawancara pada siklus I dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa
dalam pembelajaran menulis. Dari hasil wawancara yang dilontarkan kepada
ketiga siswa tersebut responden I dan II yang mendapat nilai tinggi dan nilai
sedang merasa berminat dan sangat senang dengan adanya pembelajaran
menulis, sedangkan responden III yang mendapat nilai rendah merasa kurang
berminat dengan pembelajaran menulis. Pada dasarnya responden I yang
memperoleh nilai tinggi, responden II yang memperoleh nilai sedang, dan
responden III yang memperoleh nilai rendah merasa senang dengan
pembelajaran yang diberikan oleh guru yaitu dengan media gambar dalam
pembelajaran menulis narasi, selain menarik bagi siswa mereka juga merasa
pembelajaran dengan media gambar itu tidak membosankan. Media gambar
sangat membantu siswa untuk memunculkan ide-ide dalam menyusun
karangan dengan melihat gambar tersebut.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap ketiga siswa
tersebut, dapat diketahui bahwa semuanya mengatakan sangat senang dengan
gambar-gambar yang disajikan dalam pembelajaran, karena gambarnya sudah
jelas dan mudah dipahami sehingga dapat dinarasikan dalam bentuk paragraf.
Ketiga responden ini juga menyatakan tidak asing dengan gambar yang
disajikan oleh guru, gambarnya menarik dan merupakan gambar-gambar yang
pernah siswa lihat bahkan pernah dikunjungi oleh seluruh siswa, karena
gambarnya merupakan gambar suatu tempat pariwisata yang terdapat didaerah
tempat tinggal siswa.
Hasil wawancara dengan siswa yang memperoleh nilai tinggi, siswa
yang memperoleh nilai sedang, dan siswa yang memperoleh nilai rendah,
mereka sama-sama mengatakan bahwa pembelajaran dengan media gambar
membuat siswa termotivasi dan terbantu dalam menyusun narasi dengan baik
dan benar. Gambar yang diberikan sudah mampu merangsang siswa untuk
menunculkan ide tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambar tersebut dan
siswa dapat dengan bebas mengekspresikan gagasan dengan acuan gambar,
sehingga siswa lebih bebas merinci semua yang dilihatnya pada gambar, dan
menerjemahkan gambar tersebut dalam bentuk kata-kata atau kalimat.
Perasaan siswa saat diminta menulis narasi dengan media gambar yaitu
responden I dan II yang mendapat nilai tinggi dan sedang mengatakan bahwa
mereka merasa senang karena mereka sudah paham tentang narasi dan merasa
cukup dengan waktu yang telah ditentukan oleh guru. Sedangkan responden
III mengatakan bahwa pada mulanya senang, tetapi setelah guru (peneliti)
menentukan batas waktu untuk menulis karangan deskripsi responden III
merasa tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu karena belum dapat ide dan
tidak semangat untuk mengerjakannya karena kurang percaya diri saat diminta
menulis narasi sehingga tidak yakin dengan karangan yang telah dibuat.
Dalam membuat narasi responden I dan II yang mendapat nilai tinggi dan
sedang menyatakan tidak mengalami kesulitan karena mereka merasa sudah
paham tentang narasi. Tetapi responden III yang mendapat nilai rendah
mengalami sedikit kesulitan yaitu dalam memulai menulis narasi, hal ini
dikarenakan siswa merasa kurang percaya diri saat diminta menulis narasi
sehingga tidak yakin dengan karangan yang telah dibuat dan kesulitan karena
merasa waktu yang ditentukan dalam menulis narasi kurang.
2) Hasil jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu jurnal
siswa dan jurnal guru. Kedua jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan siswa
dan guru selama pembelajaran menulis narasi berlangsung. Jurnal siswa harus
diisi oleh semua siswa tanpa terkecuali. Pengisian jurnal tersebut dilakukan
pada akhir pembelajaran menulis narasi dengan media gambar. Tujuan
diadakan jurnal siswa ini untuk mengetahui segala sesuatu yang terjadi pada
saat berlangsungnya pembelajaran dan untuk mengungkap kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa. Jurnal siswa meliputi lima pertanyaan, yaitu (1) apakah
siswa senang mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan
media gambar; (2) apakah siswa mengalami kesulitan dalam menulis narasi;
(3) bagaimana perasaan siswa setelah mendapat pembelajaran menulis narasi
dengan media gambar; (4) bagaimanakah pendapat siswa tentang cara
mengajar yang dilakukan guru; (5) pesan dan kesan siswa terhadap
pembelajaran menulis narasi dengan media gambar. Keadaan awal saat
pembagian jurnal siswa sangat mengesankan. Kegiatan baru ini cukup
membuat penasaran siswa, terlihat siswa tampak antusias ingin segera
mendapatkan jurnal dan ingin segera mengisinya. Keadaan ini dapatlah
dipahami karena sebelumnya siswa tidak pernah melakukan pengisian jurnal
diakhir pembelajaran. Setelah semua siswa mendapatkan bagiannya, siswa
segera mengisi jurnal tersebut dengan situasi yang tenang, Hasil jurnal yang
telah direkap selengkapnya diuraikan dibawah ini.
Tanggapan yang diberikan siswa selama mengikuti pembelajaran
menulis narasi dengan media gambar cukup mengesankan, seluruh siswa
menyatakan senang selama mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan
media gambar. Pembelajaran dengan media gambar memberikan banyak
manfaat dan pengalaman baru yang bermakna bagi siswa sehingga siswa
merasa senang dan menikmati pembelajaran yang diberikan oleh guru
(peneliti). Walaupun siswa terlihat senang dengan pembelajaran menulis
narasi, kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa pun hanya sedikit yaitu,
kesulitan dalam memulai menulis narasi karena siswa merasa kurang percaya
diri saat diminta menulis narasi sehingga tidak yakin dengan karangan yang
telah dibuat dan kesulitan karena merasa waktu yang ditentukan dalam
menulis narasi kurang. Semua siswa merespon positif terhadap pembelajaran
menulis narasi. Perasaan mereka setelah mendapat pembelajaran menulis
narasi dengan media gambar yaitu senang, bangga, dan gembira. Hal ini
dikarenakan siswa lebih bisa memahami narasi sehingga lancar dalam
menyusun karangan deskripsi dan mendapat pengalaman baru dari
pembelajaran menulis narasi dengan media gambar. Walaupun semua siswa
mengatakan bahwa cara mengajar yang digunakan oleh guru adalah baik dan
menyenangkan, namun ada 2 orang siswa yang mengatakan suara guru pada
saat menjelaskan didepan kurang keras. Hal itu dikatan oleh siswa yang
kebetulan duduk pojok belakang dan sering berbicara dengan teman sebangku.
Pesan dan kesan yang diberikan siswa selama pembelajaran menulis
narasi dengan media gambar berbeda-beda. Adapun pesan yang berupa
masukan yang diberikan siswa diantaranya adalah pembelajaran menulis
narasi perlu ditingkatkan menjadi lebih baik. Kesan yang diberikan siswa yaitu
siswa sangat senang karena media gambar dapat membantu siswa dalam
menyusun narasi.
Jurnal guru berisi segala hal yang dirasakan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal
guru ini adalah: (1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi
dengan media gambar; (2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis narasi dengan media gambar; (3) situasi atau suasana kelas ketika
pembelajaran menulis narasi berlangsung; (4) pendapat tentang pengajaran
menulis narasi dengan menggunakan media gambar.
Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan peneliti saat
menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa
guru belum puas terhadap proses pembelajaran karena ada beberapa siswa
yang belum sepenuhnya mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan penuh
konsentrasi. Namun, guru merasa berhasil memberikan yang terbaik pada
siswa. Siswa merespon positif dan cukup antusias dalam mengikuti
pembelajaran karena siswa merasa penasaran dan cenderung ingin tahu.
Keaktifan siswa dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru (peneliti) pada keadaan ini siswa
terlihat aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, meski masih terlihat satu
atau dua siswa yang asyik berbicara dan bermain sendiri. Situasi dan suasana
kelas ketika pembelajaran menulis narasi dengan media gambar cukup tenang
dan berlangsung dengan baik, meskipun masih ada beberapa siswa yang
membuat suasana kelas menjadi ramai. Namun, selama keseluruhan siswa
sudah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran menulis narasi dengan baik.
Pendapat tentang pengajaran menulis narasi dengan menggunakan media
gambar, yaitu media yang digunakan sangat mendukung dalam proses
pembelajaran, siswa menjadi lebih kreatif karena cepat memunculkan ide-ide
dalam penyampaian pendapat melalui bentuk tulisan.
d. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil tes menulis narasi pada siklus I dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata tes menulis narasi siswa kelas V SD Negeri Dawung 2
Jenar Sragen adalah sebesar 73,36 atau dengan kategori cukup baik dengan
rentang nilai 60–74. Hasil tes tersebut belum memenuhi target ketuntasan
yang diharapkan yaitu sebesar 80,00 atau dengan kategori baik. Masih
minimnya hasil tes menulis narasi siswa dikarenakan pembelajaran dengan
media gambar yang diterapkan masih dirasa baru oleh siswa, sehingga cara
pembelajaran seperti ini merupakan proses awal bagi siswa untuk
menyesuaikan diri dalam belajar.
Setelah dilaksanakan pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan media gambar pada siklus I dapat diketahui bahwa media yang
digunakan guru banyak disukai oleh siswa. Hal ini terlihat pada minat dan
antusiasme siswa saat mengikuti pembelajaran membuat kemampuan siswa
dalam dalam menulis narasi meningkat. Berdasarkan hasil tes di akhir
pembelajaran siklus I membuktikan bahwa dengan media gambar hasil yang
diperoleh mengalami peningkatan dari kondisi awal.
Hasil tes menulis narasi secara klasikal sudah menunjukkan kategori
cukup baik dari tiap aspeknya, tetapi aspek kesesuaian judul dengan isi,
kerapian tulisan, kesan hidup, imajinasi, menunjukan objek yang ditulis, dan
memusatkan uraian pada objek meski tidak ada siswa yang memperoleh nilai
dengan kategori kurang, namun perlu ditingkatkan lagi karena belum sesuai
dengan target yang diharapkan. Demikian juga pada aspek penggunaan ejaan
dan tanda baca yang masih banyak terjadi kesalahan, pemilihan kata/diksi
yang kadang tidak sesuai, penggunaan pancaindera yang belum maksimal
yaitu biasanya siswa hanya menggunakan satu pancaindra, yaitu indra
penglihatan, kohesi dan koherensi yang dibuat siswa belum dapat terlihat
dengan jelas juga perlu ditingkatkan lagi karena masih terdapat beberapa
siswa yang mendapat nilai dengan kategori kurang baik.
Berdasarkan hasil observasi, jurnal, dan wawancara diperoleh hasil
perubahan tingkah laku siswa dalam pembelajaran menulis narasi dengan
media gambar masih tergolong cukup baik dan belum mengalami perubahan
yang berarti. Dalam pembelajaran dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
memiliki sikap yang cukup baik dalam proses pembelajaran. Mereka
mengatakan bahwa gambar yang diberikan sudah mampu merangsang siswa
untuk menunculkan ide tentang hal-hal yang berkaitan dengan gambar tersebut
dan siswa dapat dengan bebas mengekspresikan gagasan dengan acuan
gambar, sehingga siswa lebih bebas merinci semua yang dilihatnya pada
gambar, dan menerjemahkan gambar tersebut dalam bentuk kata-kata atau
kalimat. Mereka juga mengatakan bahwa pembelajaran dengan media gambar
memberikan banyak manfaat dan pengalaman baru yang bermakna bagi siswa
sehingga siswa merasa senang dan menikmati pembelajaran yang diberikan
oleh guru (peneliti). Meskipun demikian, Sikap sebagian siswa masih
menunjukkan tingkah laku yang negatif dalam menerima materi pembelajaran
dan belum berfokus pada penjelasan guru. Hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya beberapa siswa yang membuat corat-coret di kertas, menulis sambil
berbicara, menulis sambil bermain-main, menulis sambil melihat pekerjaan
teman sebangkunya, berbicara sendiri di luar materi yang diajarkan.
Kemudian, masih ada siswa yang kurang bersemangat mengikuti kegiatan
pembelajaran, siswa kurang aktif dalam menulis narasi, serta siswa belum
berani dengan sendirinya maju kedepan kelas untuk presentasi. Tingkah laku
negatif yang ditunjukkan siswa ini mengakibatkan pembelajaran menulis
narasi kurang kondusif.
Kondisi yang ada pada siklus I meupakan permasalahan yang harus
dicari solusinya untuk kemudian diterapkan pada pembelajaran selanjutnya.
Dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
dan kemampuan siswa dalam menulis narasi pada siklus II yang dilakukan
guru (peneliti) berkenaan dengan upaya perbaikan untuk kemudian diterapkan
pada pembelajaran selanjutnya yaitu (1) guru perlu merencanakan kegiatan
pembelajaran yang lebih matang, mulai dari rencana kegiatan pembelajaran
yang lebih menarik dan lebih mudah untuk dipahami oleh siswa; (2) guru
perlu memberikan motivasi kepada siswa dengan cara membuat suasana lebih
santai sehingga siswa merasa senang dan semangat untuk mengikuti
pembelajaran; (3) guru memberikan penjelasan mengenai kesalahan-kesalahan
yang dilakukan siswa dalam menulis narasi; (4) guru mengubah panjang
karangan yang harus ditulis siswa, yaitu yang tadinya minimal tiga paragraf
menjadi dua paragraf; dan (4) guru juga merubah tempat duduk siswa, agar
siswa merasakan suasana yang berbeda. Perbaikan-perbaikan ini diharapkan
dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis narasi, dan untuk
mengatasi kekurangan-kekurangan dan permasalahan-permasalahan yang
terdapat pada siklus I.
b. Siklus II
Siklus II adalah pembelajaran menulis narasi dengan media
gambar tahap kedua. Penelitian siklus II ini dilakukan dengan rencana
dan persiapan yang lebih matang dibandingkan dengan siklus I. Dengan
adanya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran di siklus II ini, maka
hasil penelitian yang berupa nilai tes kemampuan menulis narasi
mengalami peningkatan dari kategori baik ke kategori lebih baik lagi.
Meningkatnya nilai tes ini diikuti pula dengan adanya perubahan perilaku
siswa. Siswa menjadi aktif dan kreatif serta lebih antusias dalam
mengikuti pembelajaran yang menggunakan media gambar.
a. Perencanaan
Tahap perencanaan tindakan II pertemuan pertama meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1) Guru membuka pelajaran
2) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengalaman siswa
yang berkaitan dengan materi menulis narasi.
3) Guru menjelaskan materi menulis narasi dan siswa menyimak
4) Guru memberi contoh secara lisan berdasarkan gambar berseri dari
majalah Bobo.
5) Guru membagikan gambar berseri dan kertas folio kepada masing-
masing siswa.
6) Siswa dan guru bersama-sama mengurutkan gambar yang masih
acak.
7) Siswa mengerjakan tugas
8) Siswa mengumpulkan tugaas
9) Guru menugasi siswa untuk membacakan pekerjaannya di depan
kelas.
10) Guru mengakhiri pelajaran.
guru menyusun instrumen penelitian berupa tes, instrumen tes
didapat dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis narasi. Contoh hasil
pekerjaan siswa dapat dilihat dalam lampiran.
Tahap perencanaan tindakan II pertemuan kedua meliputi
kegiatan sebagai berikut.
1) Guru mengadakan refleksi terhadap pembelajaran pada pertemuan
terdahulu dengan mengadakan tanya jawan dengan siswa mengenai
materi menulis narasi.
2) Guru membagikan tugas yang telah dinilai
3) Guru membagikan hadiah kepada siswa yang mendapat nilai terbaik
4) Guru menjelaskan kesalahan siswa dalam mengerjakan tugas
tersebut kesalahan siswa adalah dalam hal ejaan.
5) Guru menjelaskan mengenai ejaan yang benar.
6) Guru mengakhiri pelajaran.
b. Pelaksanaan
Tindakan II pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 9
Mei 2010 selama dua jam pelajaran ( 2 x 40 menit) di ruang kelas V SDN
Dawung 2. Dalam pelaksanaan tindakan II pertemuan pertama ini, guru
mengaplikasikan solusi untuk mengatasi kekurangan pada proses
pembelajaran menulis narasi dalam siklus I.
Tindakan II pertemuan kedua ini dilaksanakan pada hari kamis,
14 Mei 2010 dalam 2 jam peklajaran (2 x 40 menit), media gambar
berseri yang digunakan adalah “Mendapat Juara”. Kegiatan belajar-
mengajar diawali dengan pendahuluan, guru menyapa siswa dan
melakukan presensi. Kemudian guru memberikan apersepsi serta
menyegarkan kembali ingatan siswa seputar materi yang telah dibahas
pada pertemuan yang lalu seperti “Coba sebutkan huruf besar itu
digunakan untuk kata yang bagaimana?” Guru juga menyinggung tentang
bentuk paragraf dan penyusunan kalimat dengan ejaan yang benar. Guru
mengadakan tanya-jawab kepada siswa mengenai materi menulis narasi
hingga waktu pelajaran habis..
Hasil selengkapnya mengenai tes dan nontes pada siklus II
diuraikan secara rinci berikut ini.
1) Data Hasil Tes Siklus II
Hasil data tes menulis narasi pada siklus II ini merupakan data kedua
setelah digunakan media gambar seri yang disertai dengan upaya perbaikan
pembelajaran. Kriteria penilaian dalam siklus II ini masih tetap sama dengan
siklus I yang meliputi 10 aspek penilaian, yaitu: (1) kesesuaian judul dengan
isi; (2)pemilihan kata; (3) ejaan dan tanda baca; (4) kerapian tulisan; (5)
kohesi dan koherensi; (6) kesan hidup; (7) imajinasi; (8) keterlibatan aspek
pancaindera; (9) menunjukan objek yang ditulis; dan (10) memusatkan uraian
pada objek. Hasil tes Keterampilan menulis narasi siklus II dengan
menggunakan media gambar dapat dilihat pada tabel 9 berikut.
Tabel 9. Nilai Keterampilan Menulis Narasi Setelah Siklus II
Siklus II
No. Absen Nama Siswa Skor Tes Nilai
1 Aditya Cahyo N 46 92,0
2 Annisa Mardiah 42 84,0
3 Dimas Kurniawan 42 84,0
4 Adik Yudha K 42 84,0
5 Santika 40 80,0
6 Dwi Lestari 41 82,0
7 Isman Angga 41 82,0
8 Riski M Efendi 43 86,0
9 Fitri Mukharohmah 41 82,0
10 Gebi Ari Amelia 40 80,0
11 Supreh Setyawati 44 88,0
12 Trian Adi Saputro 41 82,0
13 Ernita Dwi Febriani 42 84,0
14 Zhahra Ulva 37 74,0
15 Dedi Saputro 39 78,0
16 Putri Rahayu 39 78,0
17 Putri Sulistyoningsih 39 78,0
18 Febrian Oki M 41 82,0
19 Santi Puji Rahayu 42 84,0
20 Irvan 38 76,0
Berdasarkan nilai di atas, maka distribusi keterampilan menulis narasi
setelah siklus II pada siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen tahun
ajaran 2009/2010 dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 10. Tes Hasil Keterampilan Menulis Narasi Siklus II
Kategori Interval Frekuensi %
Sangat baik 85 – 100 7 31,8
Baik 75 – 84 11 50,0
Cukup 60 – 74 4 18,2
Kurang 40 – 59 0 0,0
Sangat Kurang 0 – 39 0 0,0
Jumlah 22 100,0
Data tabel 10 menunjukkan peningkatan rata-rata skor siswa dalam
menulis narasi setelah digunakan media gambar. Nilai dengan kategori sangat
baik meningkat dicapai oleh 7 orang siswa atau sebesar 31,8% dengan nilai
antara 85-100. Kategori baik sebanyak 11 orang siswa atau sebesar 50%
dengan nilai antara 75-84. Kategori cukup hanya diperoleh 4 orang siswa atau
18,2% dengan nilai antara 60-74. Sementara itu, tidak ada siswa atau 0,00%
yang mendapat nilai dalam kategori kurang dan sangat kurang atau gagal.
Data tersebut menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh nilai
dengan kategori sangat baik adalah siswa sudah dapat menyusun narasi
dengan sempurna, siswa tersebuh sudah dapat memusatkan uraian pada objek
secara sempurna dalam menyusun narasi. Sedangkan siswa yang memperoleh
nilai dengan kategori cukup baik adalah siswa yang menyusun narasi cukup
sempurna, siswa tersebut sudah dapat memunculkan ide dengan baik namun
hasil karangannya kurang bisa hidup secara sempurna. Data tersebut
menunjukkan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran sudah mengalami
peningkatan. Hal ini berarti siswa dapat menerima dengan baik penggunaan
media gambar dalam keterampilan menulis narasi
Hasil tes siswa dalam menulis paagraf deskripsi pada tabel 9
merupakan gabungan dari 10 aspek keterampilan menulis narasi. Sepuluh
aspek yang dinilai dalam tes keterampilan menulis narasi dengan
menggunakan media gambar yaitu, (1) aspek kesesuaian judul dengan isi; (2)
aspek pemilihan kata; (3) aspek ejaan dan tanda baca; (4) aspek kerapian
tulisan; (5) aspek kohesi dan koherensi; (6) aspek kesan hidup; (7) aspek
imajinasi; (8) aspek keterlibatan pancaindera; (9) aspek menunjukan objek
yang ditulis; dan (10) aspek memusatkan uraian pada objek. Adapun nilai rata-
rata keterampilan menulis narasi siklus II pada setiap aspek tersebut secara
umum dapat digambarkan dalam tabel 11 berikut.
Tabel 11. Hasil Nilai Rata-rata Setiap Aspek Tes Keterampilan Menulis
Narasi Setelah Siklus II
No Aspek Penilaian
Nilai
Rata-rata Kategori
I Aspek penulisan
1. Kesesuaian judul dengan isi 88,18 Sangat Baik
2. Pilihan kata 74,55 Cukup Baik
3. Ejaan dan tanda baca 73,64 Cukup Baik
4. Kerapian tulisan 87,27 Sangat Baik
5. Kohesi dan Koherensi 82,73 Baik
II Kaidah narasi
6. Kesan hidup 83,64 Baik
7. Imajinasi 82,73 Baik
8. Keterlibatan aspek pancaindera 83,64 Baik
9. Menunjukkan objek yang ditulis 81,82 Baik
10. Memusatkan uraian pada objek
yang ditulis 89,09 Sangat Baik
Rata-rata 82,73 Baik
Data tersebut menunjukkan bahwa pada pembelajaran menulis narasi
siklus II siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen memiliki rata-rata
nilai klasikal sebesar 82,73 yang termasuk dalam kategori baik yaitu berada
pada rentang nilai antara 75-84. Rata-rata skor yang dicapai siswa pada siklus
II ini sebesar 82,73 dan termasuk dalam kategori baik. Nilai rata-rata tersebut
dapat dikatakan sudah memuaskan karena sudah sesuai dengan target yang
ingin dicapai oleh guru (peneliti) yaitu sebesar 80,00. Rata-rata skor pada
siklus II ini menunjukkan peningkatan sebesar 9,36 dibandingkan dengan rata-
rata skor pada siklus I dan 19,45 dibandingkan dengan rata-rata skor pada
kondisi awal.
Pemerolehan nilai pada aspek kesesuaian antara judul dengan isi
sangat memuaskan karena sudah termasuk dalam kategori sangat baik dengan
nilai rata-rata sebesar 88,18. Hal ini dibuktikan bahwa seluruh siswa sudah
dapat membuat judul sesuai dengan isi karangan. Pemerolehan nilai pada
aspek pemilihan kata/diksi sudah termasuk dalam kategori cukup baik dengan
nilai rata-rata sebesar 774.55, dalam aspek ini siswa masih melakukan
kesalahan yang sama seperti pada siklus I, yaitu pada pemilihan kata yang
kurang sesuai. Hal ini membuat pembaca kurang bisa begitu mengena dengan
apa yang ingin digambarkan penulis. Pemerolehan nilai pada aspek ejaan dan
tanda baca termasuk dalam kategori cukup baik dengan nilai rata-rata sebesar
73,64. Dalam aspek ini siswa masih melakukan kesalahan yang sama seperti
pada siklus I, yaitu kesalahan yang dilakukan siswa lupa memberikan tanda
koma dan tanda titik.
Pemerolehan nilai pada aspek kerapian tulisan sudah termasuk dalam
kategori sangat baik dengan nilai rata-rata sebesar 87,27. Kesalahan yang
dilakukan pada aspek kerapian tulisan hanya beberapa siswa yang masih
mencoret kata-kata yang salah atau mentipe-xnya. Pemerolehan nilai pada
aspek kohesi dan koherensi termasuk dalam kategoi baik dengan nilai rata-rata
sebesar 82,73. Hanya beberapa siswa yang masih melakukan kesalahan yaitu
siswa terlalu asyik menulis sehingga yang seharusnya diberi tanda koma dan
titik tidak dilakukan. Pemerolehan nilai pada aspek kesan hidup sudah
termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 83,64. Kesalahan
yang dilakukan siswa pada aspek kesan hidup masih ada beberapa siswa yang
kurang bisa melukiskan objek dengan sempurna.
Pemerolehan nilai pada aspek imajinasi sudah termasuk dalam kategori
baik dengan nilai rata-rata sebesar 82,73. Masih ada beberapa siswa yang
membuat pengelolaan idenya kurang sempurna sehingga membuat pembaca
seolah-olah hanya melihat hal-hal yang ditulis siswa. Pemerolehan nilai pada
aspek keterlibatan pancaindera termasuk dalam kategori baik dengan nilai
rata-rata sebesar 83,64. Masih ada beberapa siswa yang hanya menggunakan
dua pancaindra dalam menulis narasi yaitu indra penglihatan dan pendengaran
sehingga dalam karangan siswa belum terlihat penggunaan pancaindera secara
keseluruhan.
Pemerolehan nilai pada aspek menunjukkan objek yang ditulis sudah
termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 81,82. Kesalahan
yang terjadi pada aspek ini masih ada beberapa siswa yang hanya
menunjukkan letak dan bentuk objek saja. Pemerolehan nilai pada aspek
memusatkan uraian pada objek yang ditulis sudah termasuk dalam kategori
sangat baik dengan nilai rata-rata sebesar 89,09. Kesalahan yang terjadi pada
aspek ini masih ada beberapa siswa yang dalam membuat karangannya itu
sedikit melibatkan objek lain.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh aspek dalam
tes menulis narasi siklus II, ada lima aspek yang berhasil mencapai nilai batas
ketuntasan belajar klasikal. Bahkan kelima aspek tersebut berhasil mencapai
nilai rata-rata yang melebihi batas ketuntasan belajar klasikal. Aspek tersebut
adalah aspek kesesuaian judul dengan isi, kerapian tulisan, kohesi dan kohesi
dan koherensi, imajinasi, dan memusatkan uraian pada objek yang ditulis.
Lima aspek yang lain sudah baik meskipun belum mencapai nilai batas
ketuntasan belajar klasikal. Aspek tersebut adalah aspek kesan hidup, pilihan
kata, ejaan dan tanda baca, keterlibatan aspek pancaindera dan menunjukkan
objek yang ditulis karena aspek tersebut sudah mengalami peningkatan dari
siklus I.
Data tabel 11 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek kesesuaian
antara judul dengan isi sebesar 88,18 dan termasuk kategori sangat baik. Data
tersebut membuktikan bahwa kemampuan siswa pada aspek kesesuaian antara
judul dengan isi sudah dapat dikatakan baik. Data tersebut menunjukkan
bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang
sudah dapat membuat narasi sesuai dengan judulnya. Hal ini mengalami
peningkatan dari hasil siklus I. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai
dengan kategori cukup adalah siswa yang membuat judul karangannya kurang
sesuai dengan isi karangan yang dibuat. Kesalahan yang dibuat siswa pada
aspek ini pada umumnya telah terjadi penurunan bila dibandingkan dengan
siklus I Siswa telah mampu membuat judul yang sesuai dengan isi karangan
yang dibuatnya.
Data tabel 11 juga menunjukkan rata-rata skor dalam aspek pemilihan
kata/diksi sebesar 74,55 dan termasuk dalam kategori cukup baik. Data
tersebut menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori baik adalah
siswa yang sudah dapat menggunakan kata baku dalam membuat narasi.
Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik adalah
siswa yang menggunakan kata-kata kurang baku dan kata-kata yang tidak
kurang untuk menggambarkan suasana yang ingin diceritakan dalam
karangannya. Kesalahan yang dibuat siswa pada aspek ini pada umumnya
telah mengalami penurunan bila dibandingkan dengan hasil siklus I. Siswa
telah menggunakan kata-kata yang baku dalam menulis narasi dan
menggunakan kata-kata yang sesuai dengan suasana yang ingin dilukiskan
dalam karangannya.
Data tabel 11 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek ejaan dan tanda
baca sebesar 73,64 dan termasuk kategori cukup baik. Data tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori baik adalah siswa
yang sudah dapat menggunakan ejaan dan tanda baca dengan sempurna dalam
membuat narasi. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori
cukup baik adalah siswa yang menggunakan ejaan dan tanda baca kurang
sempurna. Kesalahan yang dibuat siswa pada aspek ini pada umumnya telah
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan hasil siklus I. Tetapi masih
ada beberapa siswa yang menulis kata ”di” dan ”ke” yang berfungsi sebagai
kata depan ditulis serangkai.
Dari tabel 12 menunjukkan rata-rata skor dalam kerapian tulisan
sebesar 87,27 dan termasuk kategori sangat baik. Data tersebut menunjukkan
bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang
sudah dapat menulis narasi dengan tulisan yang jelas dan bersih (tidak ada
coretan maupun tipe-x). Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan
kategori cukup baik adalah siswa yang mencoret/mentipe-x kata-kata yang
salah sehingga menjadikan tulisan tidak rapi. Kesalahan yang dibuat siswa
pada aspek ini pada umumnya telah mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan hasil siklus I. Siswa lebih hati-hati dalam menulis dan tidak lagi
menggunakan pensil sebagai alat untuk menulis. Semua itu mengakibatkan
tulisan siswa tampak lebih rapi.
Dari tabel 7 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek kohesi dan
koherensi sebesar 82,73 dan termasuk dalam kategori baik. Data tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah
siswa yang sudah dapat menulis narasi dengan membentuk keterpaduan
antarparagraf dan antarkalimat sangat jelas. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori kurang baik adalah siswa yang biasanya
terlalu asyik menulis sehinngga yang seharusnya diberi tanda koma dan tanda
titik tidak dilakukan. Kesalahan yang dibuat siswa pada aspek ini pada
umumnya sama bila dibandingkan dengan hasil siklus I yaitu siswa terlalu
asyik menulis sehingga tidak memperhatikan tanda koma dan titik yang
seharusnya ada. Kesalahan tersebut mengakibatkan keterpaduan antarkalimat
dan antarparagraf tidak jelas.
Dari tabel 7 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek kesan hidup
sebesar 83,64 dan termasuk dalam kategori baik. Data tersebut menunjukkan
bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang
sudah dapat melukiskan objek tulisan secara nyata, yaitu melukiskan objek
sesuai dengan keadaanya. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan
kategori cukup baik adalah siswa yang kurang bisa melukiskan objek secara
sempurna. Kesalahan yang dibuat siswa pada aspek ini pada umumnya telah
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan hasil siklus I. Siswa sudah
bisa melukiskan objek secara sempurna dalam karangannya. Jadi, kesan hidup
dalam karangan siswa sudah bisa dirasakan dengan jelas oleh pembaca.
Data tabel 7 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek imajinasi sebesar
82,73 dan termasuk dalam kategori baik. Data tersebut menunjukkan bahwa
siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah siswa yang sudah
dapat mengolah idenya dengan sangat baik sehingga pembaca seolah-olah
dapat melihat, mendengar, dan ikut merasakan hal-hal yang ditulis. Sedangkan
siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik adalah siswa yang
hanya dapat membuat pembaca seolah-olah melihat hal-hal yang ditulisnya.
Kesalahan yang dibuat siswa pada aspek ini pada umumnya telah mengalami
penurunan bila dibandingkan dengan hasil siklus I. Siswa sudah dapat
mengelola ide dalam karangan dengan baik meskipun belum sempurna,
sehingga membuat pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, dan ikut
merasakan objek yang ditulis oleh siswa tersebut.
Dari tabel 10 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek keterlibatan
pancaindera sebesar 83,64 dan termasuk dalam kategori baik. Data tersebut
menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik adalah
siswa yang sudah dapat melibatkan semua aspek pancaindera dalam
karangannya. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup
baik adalah siswa yang menggunakan dua pancaindera dalam karangannya.
Kesalahan yang terjadi pada umumnya telah mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan hasil siklus I. Dalam karangan yang dibuat siswa,
sebagian sudah menggunakan dua pancaindra yaitu indra penglihatan dan
pendengaran dan sebagian siswa sudah bisa mengoptimalkan penggunaan
pencitraan dalam karangannya.
Dari tabel 10 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek menunjukkan
objek yang ditulis sebesar 81,82 dan termasuk dalam kategori baik. Data
tersebut menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik
adalah siswa yang sudah dapat menunjukkan objek secara keseluruhan, yaitu
menunjukkan letak, warna, kondisi, dan kebersihan objek dalam menyusun
narasi. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kategori cukup baik
adalah siswa yang menunjukkan objek kurang sempurna. Kesalahan yang
dibuat siswa pada aspek ini pada umumnya telah mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan hasil siklus I. Dalam karangan yang dibuat siswa sudah
bisa menunjukkan minimal letak, kondisi, dan bentuk objek meskipun belum
sempurna, sehingga hasil yang diperoleh siswa dalam aspek ini mengalami
peningkatan.
Data tabel 10 menunjukkan rata-rata skor dalam aspek memusatkan
uraian pada objek sebesar 89,09 dan termasuk dalam kategori sangat baik.Data
tersebut menunjukkan bahwa siswa yang termasuk dalam kategori sangat baik
adalah siswa yang sudah dapat memusatkan uraian pada hal-hal yang
berhubungan dengan objek tulisan secara sempurna. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai dengan kategori baik adalah siswa yang sudah bisa
memusatkan uraian pada hal-hal yang berhubungan dengan objek penulisan,
meskipun belum dilakukan secara sempurna. Kesalahan yang dibuat siswa
pada aspek ini pada umumnya telah mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan hasil siklus I. Siswa sudah bisa memusatkan uraian pada hal-hal yang
berhubungan dengan objek penulisan, meskipun ada yang kurang bisa dengan
sempurna dalam melakukannya
c. Hasil Observasi
Kegiatan observasi menulis narasi pada siklus II kelas V SD Negeri
Dawung 2 Jenar Sragen dilakukan selama proses pembelajaran, yang
dilakukan oleh peneliti dan bantuan seorang teman guru. Selama kegiatan
pembelajaran menulis narasi siklus II, peneliti merasakan ada perubahan
tingkah laku siswa. Berikut akan dipaparkan tabel hasil observasi pada siklus
II.
Tabel 12. Hasil Observasi Siklus II
No. Aspek yang Diamati Frekuensi %
I Keaktifan mendengarkan/memperhatikan
penjelasan guru :
1. Mendengarkan/memperhatikan penjelasan
guru
20 90,9
2. Memperhatikan media pembelajaran yang
digunakan
22 100,0
3. Mengajukan pertanyaan jika mengalami
kesulitan dalam proses pembelajaran
3 13,6
II Keaktifan siswa selama proses pembelajaran
menulis narasi dari awal sampai akhir
4. Aktif dalam menulis narasi secara individu 19 86,4
5. Bercerita sama teman sebangku 2 9,1
6. Berusaha melihat pekerjaan teman 0 0,0
7. Bermain-main 0 0,0
8. Izin ke kamar kecil. 1 4,5
Berdasarkan data pada tabel 12 tersebut dapat dideskripsikan bahwa
hasil observasi pada siklus II hampir sebagian siswa sudah memperhatikan/
mendengarkan penjelasan guru yaitu sebanyak 20 siswa atau sebesar 90,9%.
Pemerolehan nilai siswa yang memperhatikan media pembelajaran sebanyak
22 orang siswa atau sebesar 100%. Pemerolehan nilai siswa yang mengajukan
pertanyaan jika mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran sebanyak 3
orang siswa atau sebesar 13,6%. Pemerolehan nilai siswa yang aktif dalam
menulis narasi secara individu sebanyak 19 orang siswa atau sebesar 86,4%.
Pemerolehan nilai siswa yang bercerita sama teman sebangku sebanyak 2
orang siswa atau sebesar 9,1%. Tidak ada siswa yang berusaha melihat
pekerjaan teman atau siswa yang bermain-main. Pemerolehan nilai siswa yang
izin ke kamar kecil sebanyak 1 orang siswa atau sebesar 4,5%.
Berdasarkan hasil observasi, secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa perilaku negatif siswa sudah banyak mengalami perubahan menuju
pada perilaku positif. Sebagian besar siswa sudah mampu mengikuti
pembelajaran dengan baik. Keadaan ini tentu saja merupakan sesuatu hal yang
sangat diharapkan karena guru sudah berusaha secara maksimal untuk
merubah pola pembelajaran menjadi lebih santai dan menyenangkan, namun
masih tetap dalam konteks penerapan media gambar dalam pembelajaran
menulis narasi. Hal ini berarti siswa dapat menerima dengan baik penggunaan
media gambar dalam kemampuan menulis narasi.
1) Hasil Wawancara
Wawancara pada siklus II dilakukan pada tiga orang siswa, yaitu satu
siswa yang mendapat nilai tinggi (responden I), satu siswa yang mendapat
nilai sedang (responden II), dan satu siswa yang mendapat nilai rendah
(responden III) pada hasil tes menulis narasi menggunakan media gambar.
Teknik wawancara siklus II ini masih sama dengan siklus I, yaitu siswa
menjawab semua pertanyaan yang diajukan guru atau pewawancara sebanyak
7 pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan dalam siklus II ini sama dengan
pertanyaan siklus I. Pertanyaan yang diajukan untuk siswa yaitu: (1) apakah
selama ini anda berminat dengan pembelajaran menulis; (2) apakah anda
senang mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan media gambar; (3)
apakah anda menyukai gambar-gambar yang disajikan oleh guru; (4) apakah
pembelajaran dengan media gambar membuat anda termotivasi dan terbantu
dalam menyusun narasi dengan baik dan benar; (5) bagaimana perasaan anda
ketika diminta menulis narasi; (6) kesulitan apa yang anda hadapi ketika
menulis narasi.
Wawancara pada siklus II dilakukan untuk mengetahui tanggapan
siswa dalam pembelajaran menulis narasi dengan media gambar. Dari hasil
wawancara yang dilontarkan kepada ketiga siswa tersebut, responden I yang
mendapat nilai tinggi, Responden II yang mendapat nilai sedang, dan
Responden III yang mendapat nilai rendah mereka semua menyatakan senang
dan merasa berminat dengan pembelajaran menulis. Dari hasil wawancara
yang dilontarkan kepada tiga siswa tersebut, mereka merasa berminat dengan
pembelajaran menulis. Hal ini dikarenakan dengan pembelajaran menulis
mereka dapat menulis dengan benar dan dapat menambah ilmu mereka,
terutama dalam menuangkan idenya kedalam bentuk tulisan, selain itu dengan
pembelajaran menulis juga dapat menambah pengalaman bagi mereka (siswa).
Pada dasarnya dari ketiga responden menjawab pertanyaan kedua
dengan jawaban yang sama yaitu ketiga responden tersebut menyatakan
senang dengan pembelajaran yang diajarkan guru tentang menulis narasi,
karena dapat menambah pengetahuan dan menjadi bisa membuat narasi, selain
itu dengan menggunakan media gambar dapat membantu siswa untuk
mengeluarkan idenya secara logis berdasarkan gambar yang dilihat.
Berdasarkan hasil wawancara siklus II, Pada dasarnya mereka sama-
sama menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sama, mereka menyatakan
bahwa gambar-gambar yang disajikan oleh guru adalah gambar-gambar yang
pernah siswa lihat. Seperti yang diungkapkan ketiga responden ini, mereka
menyatakan senang dan tidak asing dengan gambar yang disajikan oleh guru.
Dari hasil wawancara siklus II diperoleh bahwa ketiga responden yang
diwawancarai mereka merasa terbantu dengan media gambar yang diberikan
guru, sehingga keterampilan menulis narasi siswa menjadi lebih baik.
Responden I yang mendapat nilai tinggi, Responden II yang mendapat nilai
sedang, dan Responden III yang mendapat nilai rendah menyatakan bahwa
pembelajaran menulis narasi dengan media gambar lebih mudah karena
membantu siswa untuk mengeluarkan ide secara logis berdasarkan gambar.
Setelah pembelajaran menulis narasi dengan media gambar menjadi bisa
menulis narasi.
Hasil wawancara dari Responden I yang mendapat nilai tinggi,
Responden II yang mendapat nilai sedang, dan responden III yang
memperoleh nilai rendah mereka semua menyatakan bahwa perasaan mereka
saat diminta menulis narasi adalah senang, mereka tidak mengalami kesulitan
pada saat menulis narasi. Mereka juga merasa senang dan bangga karena
mereka sudah lebih paham tentang narasi dan cara membuatnya.
Dalam membuat narasi ketiga responden tidak mengalami kesulitan.
Responden I dan II mengatakan bahwa mereka tidak mengalami kesulitan
sedangkan responden III mengalami sedikit kesulitan yaitu pada mulanya
senang tetapi setelah guru (peneliti) menentukan batas waktu untuk menulis
narasi sebanyak 1 atau 2 siswa tidak bisa menyelesaikannya dengan tepat
waktu karena belum dapat ide dan tidak semangat untuk mengerjakannya.
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga responden ini dapat
disimpulkan bahwa terjadi peningkatan yang lebih baik, mereka sekarang
sudah memahami materi pembelajaran menulis narasi. Hal ini karena
dipengaruhi oleh media dan cara mengajar guru yang berbeda dari
sebelumnya. Siswa merasa senang karena bisa menemukan pengalaman baru.
Dapat dikatakan pembelajaran menulis narasi dengan media gambar yang
diterapkan guru sudah berhasil meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis narasi.
2) Hasil Jurnal
Jurnal yang digunakan dalam penelitian siklus II ini masih sama
seperti pada siklus I ada dua macam yaitu jurnal siswa dan jurnal guru. Kedua
jurnal tersebut berisi ungkapan perasaan, tanggapan, pesan, dan kesan dari
perasaan siswa dan guru selama pembelajaran menulis narasi berlangsung.
Jurnal siswa harus diisi oleh semua siswa tanpa terkecuali, pengisian
jurnal tersebut dilakukan pada akhir pembelajaran menulis narasi dengan
media gambar. Tujuan diadakan jurnal siswa ini untuk mengetahui segala
sesuatu yang terjadi pada saat berlangsungnya pembelajaran dan untuk
mengungkap kesulitan-kesulitan siswa meliputi lima pertanyaan, yaitu (1)
apakah siswa senang mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan
menggunakan media gambar; (2) apakah siswa mengalami kesulitan dalam
menulis narasi; (3) bagaimana perasaan siswa setelah mendapat pembelajaran
menulis narasi dengan media gambar; (4) bagaimanakah pendapat siswa
tentang cara mengajar yang dilakukan guru; (5) pesan dan kesan siswa
terhadap pembelajaran menulis narasi dengan media gambar.
Kegiatan pengisian jurnal ini merupakan kegiatan yang tidak baru lagi
bagi siswa, karena pengisian jurnal ini sudah pernah dilakukan siswa pada saat
siklus I. Pada saat pengisian jurnal ini siswa tampak antusias dan ingin segara
mendapatkan jurnal dan ingin segera mengisinya. Setelah semua siswa
mendapatkan bagiannya siswa segera mengisi tersebut dengan situasi yang
tenang. Hasil jurnal yang telah dianalisis selengkapnya diuraikan berikut ini.
Semua siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis narasi. Perasaan
mereka setelah mendapat pembelajaran menulis narasi dengan media gambar
yaitu senang, bangga, dan gembira. Hal ini dikarenakan siswa lebih bisa
memahami narasi sehingga lancar dalam menyusun karangan deskripsi dan
mendapat pengalaman baru dari pembelajaran menulis narasi dengan media
gambar.
Berdasarkan data dari jurnal siswa pada siklus II Perasaan siswa
setelah mendapatkan pembelajaran menulis narasi dari guru (peneliti), mereka
merasa senang. Setelah mendapat pembelajaran dari guru mereka dapat
mengetahui hakikat narasi dan dapat pula menulis narasi. Selain merasa
senang mereka juga merasa bangga dan gembira karena sekarang lebih paham
diajar menulis narasi dengan media gambar.
Berdasarkan data dari jurnal siswa pada siklus II didapat bahwa tidak
ada satu pun siswa yang menyatakan kesulitan. Seluruh siswa menyatakan
sudah paham terhadap pembelajaran menulis narasi yang diajarkan guru,
bahkan siswa menganggap pembelajaran dengan media gambar ini mudah
dipahami. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media gambar ini telah
berhasil membawa siswa pada pemahaman yang sempurna. Berdasarkan data
dari jurnal siswa pada siklus II didapat bahwa tidak ada satu pun siswa yang
menyatakan bahwa cara mengajar yang digunakan oleh guru adalah baik,
menyenangkan, dan mudah dipahami. Siswa yang pada siklus I menyatakan
suara guru pada saat menjelaskan didepan kurang keras, pada sikus II sudah
lebih memahami karena siswa yang duduk pojok belakang sudah tidak
berbicara dengan teman sebangkunya. Pesan yang diberikan oleh siswa
kepada guru (peneliti) yaitu supaya lebih meningkatkan pembelajaran menulis
narasi dengan media gambar pada pembelajaran yang akan datang. Siswa juga
mengungkapkan kesan terhadap proses pembelajaran yang dinyatakannya
cukup baik. Mereka merasa senang dan merasa sangat terbantu dengan bentuk
pembelajaran yang diberikan guru (peneliti) yaitu dalam menulis narasi
dengan menggunakan media gambar.
Jurnal guru berisi segala hal yang dirasakan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Adapun hal-hal yang menjadi objek sasaran jurnal
guru ini adalah, (1) minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis narasi
dengan media gambar; (2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis narasi dengan media gambar; (3) situasi atau suasana kelas ketika
pembelajaran menulis narasi berlangsung; (4) pendapat tentang pengajaran
menulis narasi dengan menggunakan media gambar.
Berdasarkan objek sasaran yang diamati dan dirasakan guru saat
menjalankan pembelajaran yang tertuang dalam jurnal, dapat dijelaskan bahwa
guru sudah merasa puas terhadap proses pembelajaran, karena hasil yang
dicapai pada siklus II ini sudah sesuai dengan target yang ditentukan, bahkan
melampaui target. Target minimal rata-rata klasikal yang ditentukan pada
siklus II sama dengan target yang diharapkan pada siklus I, yaitu 75,00 dengan
kategori baik. Sedangkan hasil yang tercapai 80,89. Dengan demikian dapat
dikatakan keberhasilan ini merupakan keberhasilan guru dan siswa dalam
memberikan dan menerima pembelajaran dengan media gambar. Guru merasa
puas karena media gambar ternyata berhasil dapat meningkatkan keterampilan
siswa dalam menulis narasi. Hal ini telah terbukti dengan hasil-hasil yang
dicapai baik dari siklus I sampai Siklus II yang terus mengalami peningkatan.
Secara umum siswa merespon positif terhadap pembelajaran menulis
narasi dengan media gambar, mereka aktif dalam melakukan dan mengikuti
seluruh kegiatan pembelajaran. Dengan ini dapat diketahui bahwa siswa juga
berminat mengikuti proses pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan
media gambar. Situasi dan suasana kelas ketika pembelajaran berlangsung
juga sudah dapat terkendali dengan baik. Siswa terlihat sudah lebih siap dalam
mengikuti pembelajaran menulis pragraf deskripsi dan respon siswa terhadap
contoh-contoh karangan yang diberikan guru sangat baik. Siswa sangat senang
dengan adanya contoh tersebut. Siswa juga sangat antusias dalam mengamati
contoh narasi yang diberikan guru.
Pendapat tentang pengajaran menulis narasi dengan menggunakan
media gambar, yaitu media yang digunakan sangat mendukung dalam proses
pembelajaran, siswa menjadi lebih kreatif karena cepat memunculkan ide-ide
dalam penyampaian pendapat melalui bentuk tulisan. Selain itu media gtambar
juga mampu meningkatkan kemampuan menulis siswa.
d. Refleksi Siklus II
Pembelajaran yang dilakukan pada siklus II ini merupakan tindakan
perbaikan dari pembelajaran siklus I. Pada siklus I masih banyak ditemui
kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa. Kesulitan tersebut kemudian
dicarikan solusi untuk kemudian diterapkan pada pembelajaran siklus II.
Pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media gambar yang
dilakukan guru pada siklus II ini sudah dapat diikuti dengan baik oleh siswa.
Dalam pembelajaran siswa terlihat antusias dan lebih semangat dalam
mendengarkan dan mengikuti penjelasan dari guru. Hal ini dikarenakan siswa
sudah terbiasa dengan media pembelajaran yang digunakan oleh guru
(peneliti). Kemampuan siswa dalam menulis narasi berdasarkan tes diakhir
siklus II menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata dari siklus I. pada
siklus II sudah tidak ada siswa yang nilainya berada dalam kategori kurang
baik. Nilai rata-rata kelas kemampuan menulis narasi dari seluruh aspek
penilaian berdasarkan hasil tes pada siklus II mencapai 82,73 dan mengalami
peningkatan sebesar 9,36 dari siklus I. hal ini berarti bahwa pencapaian nilai
rata-rata klasikal telah mencapai target yang ditentukan oleh guru (peneliti)
sebesar 80,00.
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, jurnal, dokumentasi foto dan
perekaman video selama pembelajaran siklus II, pada dasarnya sebagian besar
siswa merespon positif terhadap kegiatan pembelajaran menulis narasi dengan
media gambar. Siswa yang semula kurang bersemangat mengikuti
pembelajaran menjadi siap, semangat, senang, dan menikmati pembelajaran.
Selain itu, siswa juga tampak lebih aktif dalam kegiatan menyusun narasi,
serta berani dengan sendirinya maju ke depan kelas mempresentasikan hasil
pekerjaanya tanpa harus ditunjuk guru terlebih dahulu. Dengan demikian,
perbaikan yang dilakukan pada siklus II ini sangat bermanfaat dan
berpengaruh pada siswa. Siswa lebih berkonsentrasi pada pembelajaran
sehingga hasil tes menulis narasi siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan hal
ini, dapat dikatakan bahwa pembeljaran menulis narasi dengan media gambar
telah berhasil sehingga tidak perlu dilakukan pelaksanaan siklus berikutnya.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis
narasi siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen dan perubahan
perilaku siswa kelas V setelah mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan
media gambar ini didasarkan pada hasil kondisi awal, hasil siklus I, dan hasil
siklus II. Pembahasan hasil tersebut meliputi hasil penelitian pada kondisi
awal, siklus I, siklus II, dan hubungan antar siklus. Pemerolehan hasil
penelitian mengacu pada pemerolehan skor yang dicapai siswa ketika diminta
untuk menulis narasi.
1. Kondisi Awal
Kegiatan pada kondisi awal (prasiklus) dilakukan sebelum tindakan
siklus I dilakukan. Kegiatan prasiklus ini dilakukan bertujuan untuk
mengetahui gambaran kondisi awal tentang keterampilan siswa dalam menulis
narasi. Hasil penelitian pada kondisi awal menunjukkan bahwa sebagian besar
siswa mempunyai keterampilan yang cukup rendah dalam menulis narasi.
Siswa yang memperoleh nilai dengan kategori baik adalah siswa yang sudah
dapat menyusun narasi dengan benar meskipun belum dilakukan secara
sempurna. Siswa tersebut belum dapat menggunakan imajinasi dengan baik,
sehingga karangan terlihat hidup. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai
dengan kategori kurang baik adalah siswa yang menyusun narasi kurang
sempurna, kurang tepat dalam menggunakan imajinasi, sehingga hasil
karangan siswa tidak bisa hidup secara sempurna, pembaca tidak dapat ikut
merasakan hal-hal yang ditulis oleh siswa.
Keterampilan menulis narasi siswa pada kondisi awal masih yang
relatif rendah. Nilai rata-rata nilai klasikal mencapai sebesar 63,27 yang
termasuk dalam kategori cukup baik. Keterampilan menulis narasi yang belum
baik tersebut tampak dalam hal siswa masih kurang dalam kemampuan
menuangkan ide dalam bentuk narasi. Para siswa juga masih kurang dalam
menceritakan pengalaman atau gagasan secara tertulis. Pada waktu pelajaran
menulis narasi para siswa mengalami kesulitan untuk memulai menuliskan
gagasan-gagasan, waktu yang sudah ditentukan dalam pelajaran menulis
narasi dirasa masih kurang. Ini terbukti para siswa tidak dapat menyelesaikan
hasil dalam menulis narasi itu hingga lengkap. Kesalahan yang sering
dilakukan siswa pada aspek ejaan dan tanda baca, keadaan objek dilukiskan
sebagian saja tidak secara keseluruhan, belum terlihat penggunaan
pancaindera secara keseluruhan,
Setelah melaksanakan kegiatan menganalisis keadaan pada konsisi
awal, maka peneliti melakukan tindakan siklus I dan siklus II dengan
melakukan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
2. Siklus I
Pembelajaran siklus I diawali dengan kegiatan mempresensi siswa
terlebih dahulu. Kemudian melakukan apersepsi dengan menanyakan keadaan
siswa, memancing siswa kepokok materi ataupun dengan melatih merangsang
ingatan siswa terhadap materi narasi yang berupa pertanyaan secara lisan.
Sebelum kegiatan inti pembelajaran, guru menjelaskan terlebih dahulu
kegiatan yang akan dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan membagikan contoh narasi kepada
siswa. Setelah itu siswa disuruh membaca narasi dan menemukan ciri-ciri
narasi. Setelah siswa memahami benar apa itu narasi baru pada langkah
selanjutnya guru menjelaskan media gambar dan siswa memperhatikan media
gambar yang akan digunakan sebagai bahan pembelajaran.
Setelah siswa memahami narasi dan media gambar yang akan
digunakan dalam pembelajaran, guru membagikan gambar pada setiap siswa,
kemudian siswa disuruh membuat narasi berdasarkan gambar yang siswa
terima. Setelah semua siswa selesai mengerjakan menulis narasi, beberapa
siswa mempresentasikan hasil pekenrjaanya di depan kelas, yang kemudian
akan diberi komentar atau masukan dari siswa yang lain. Setelah selesai,
langkah selanjutnya adalah semua hasil pekerjaan siswa dikumpulkan untuk
dikoreksi untuk mendapatkan nilai.
Hasil tes menulis narasi siklus I dengan nilai rata-rata klasikal
mencapai 73,36 termasuk dalam kategori cukup baik karena berada pada
rentang nilai 60-74. Dengan demikian, hasil tersebut belum mencapai target
nilai yang telah ditetapkan yaitu secara klasikal sebesar 80,00. Rata-rata
tersebut diperoleh dari skor rata-rata tiap aspek pada penelitian kemampuan
menulis narasi.
Hasil siklus I menunjukkan bahwa keterampilan menulis narasi
menunjukkan kategori cukup baik tetapi belum mencapai target maksimal
pencapaian nilai rata-rata kelas 80,00. Artinya siswa belum dapat
memunculkan ide dengan baik sehingga hasil karangannya tidak bisa hidup
secara sempurna, hanya membuat pembaca seolah-olah melihat hal yang
ditulis. Hal ini perlu dijadikan bahan refleksi dengan segera mencari solusi
yang tepat agar siswa yang belum dapat memunculkan idenya dengan baik
dapat diatasi, sehingga dalam pembelajaran siklus II siswa sudah dapat
memunculkan idenya dengan sangat baik, hasil karangannya bisa hidup secara
sempurna dan membuat pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, dan
ikut merasakan hal-hal yang ditulis.
Berdasarkan hasil jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto, ternyata
pada siklus I dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran menulis narasi dengan media gambar masih kurang memuaskan.
Sikap dari sebagian siswa masih menunjukkan tingkah laku yang negatif
dalam menerima materi pembelajaran dan belum berfokus pada penjelasan
guru. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya beberapa siswa yang berbicara
dengan teman atau ramai sendiri. Kondisi ini disebabkan oleh pola
pembelajaran guru yang masih merupakan hal baru bagi siswa sehingga perlu
adanya penyesuaian.
Kemudian masih ada siswa yang kurang begitu bersemangat dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran dengan media gambar. Dan pada saat
mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas siswa belum berani
dengan sendirinya maju ke kepan kelas, pada saat mempresentasikan guru
terlebih dahulu harus menunjuk. Kondisi seperti ini disebabkan karena siswa
masih merasa asing dengan guru yang mengajar. Setelah disinyalir melalui
data wawancara yang dilakukan peneliti, sebagian siswa ini ternyata masih
bingung pada saat diminta untuk menulis narasi. Kenyataan ini merupakan hal
yang wajar karena selama ini guru lebih cenderung menggunakan pendekatan
tradisional dalam melaksanakan pembelajaran. Kondisi yang ada pada siklus I
merupakan permasalahan yang harus dicari solusinya. Untuk mengatasi
masalah tersebut peneliti melakukan kembali rencana pembelajaran siklus II
yang lebih baik.
3. Siklus II
Kegiatan pembelajaran pada siklus II digunakan media gambar seri
dan disertai dengan upaya perbaikan pembelajaran yang kurang pada siklus I.
Pembelajaran dengan media gambar seri pada siklus II dapat berjalan dengan
baik. Sebagian besar siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan
aktif. Keadaan ini tentu saja merupakan sesuatu hal yang sangat diharapkan
karena guru sudah berusaha secara maksimal untuk merubah pola
pembelajaran menjadi lebih santai dan menyenangkan, namun masih tetap
dalam konteks penerapan media gambar dalam pembelajaran menulis narasi.
Hal ini berarti siswa dapat menerima dengan baik penggunaan media gambar
dalam kemampuan menulis narasi.
Keterampilan menulis narasi pada siklus II menunjukkan adanya
peningkatan pada tiap aspek. Aspek yang dinilai meliputi kesesuaian judul
dengan isi, pemilihan kata, ejaan dan tanda baca, kerapian tulisan, kohesi dan
koherensi, kesan hidup, imajinasi, keterlibatan pancaindera, menunjukan objek
yang ditulis, dan memusatkan uraian pada objek yang dtulis. Dari sepuluh
aspek dalam tes menulis narasi siklus II, ada lima aspek yang berhasil
mencapai nilai batas ketuntasan belajar klasikal. Bahkan kelima aspek tersebut
berhasil mencapai nilai rata-rata yang melebihi batas ketuntasan belajar
klasikal. Aspek tersebut adalah aspek kesesuaian judul dengan isi, kerapian
tulisan, kohesi dan kohesi dan koherensi, imajinasi, dan memusatkan uraian
pada objek yang ditulis. Lima aspek yang lain sudah baik meskipun belum
mencapai nilai batas ketuntasan belajar klasikal. Aspek tersebut adalah aspek
kesan hidup, pilihan kata, ejaan dan tanda baca, keterlibatan aspek
pancaindera dan menunjukkan objek yang ditulis karena aspek tersebut sudah
mengalami peningkatan dari siklus I.
Hasil tes menulis narasi pada siklus II didapat nilai rata-rata sebesar 82,73.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tersebut termasuk dalam
kategori baik yakni berada pada rentang antara 75-84. Pencapaian skor tersebut
berarti sudah memenuhi target yang telah ditetapkan (80,00). Artinya narasi yang
dibuat siswa sudah memusatkan uraian pada hal-hal yang berhubungan dengan
objek yang ditulisnya. Dengan demikian terjadi peningkatan kemampuan menulis
narasi yang baik pada siklus I dan siklus II. Artinya siswa tersebut sudah dapat
memunculkan ide dengan baik namun hasil karangannya kurang bisa hidup secara
sempurna. Data tersebut menunjukkan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran
sudah mengalami peningkatan. Hal ini berarti siswa dapat menerima dengan baik
penggunaan media gambar dalam keterampilan menulis narasi
Pada pembelajaran siklus II sudah ada perubahan tingkah laku siswa yang
menggambarkan suasana yang kondusif. Perilaku negatif siswa sudah banyak
mengalami perubahan menuju pada perilaku positif. Siswa tampak siap, semangat,
senang dan menikmati pembelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru. Pada siklus II ini siswa lebih berani dengan sendirinya mempresentasikan
hasil pekerjaanya tanpa harus ditunjuk oleh guru. Hal ini dikarenakan siswa
merasa sudah lebih dekat dengan guru yang mengajar. Siswa juga lebih
memahami materi tentang narasi sehingga dapat dibuktikan bahwa hasil tes
menulis narasi dari kondisi awal sampai siklus II keterampilan siswa semakin
meningkat.
4. Hubungan antar Siklus
Dari nilai tes pada tiap siklus tersebut dapat diketahui keterampilan
siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen dalam menulis narasi
meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan media
gambar. Hasil tes keterampilan siswa dalam menulis paragraf deskripisi
kondisi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Tabel 13. Hasil Tes Keterampilan Menulis Narasi Secara Keseluruhan
Rata-rata Peningkatan
No.
Kondisi
Awal Siklus I Siklus II KA - SI SI - SII Total
1 70,91 75,45 88,18 4,55 12,73 17,27
2 63,64 71,82 74,55 8,18 2,73 10,91
3 57,27 70,91 73,64 13,64 2,73 16,36
4 63,64 80,91 87,27 17,27 6,36 23,64
5 58,18 72,73 82,73 14,55 10,00 24,55
6 62,73 71,82 83,64 9,09 11,82 20,91
7 62,73 70,91 82,73 8,18 11,82 20,00
8 63,64 72,73 83,64 9,09 10,91 20,00
9 64,55 70,91 81,82 6,36 10,91 17,27
10 65,45 75,45 89,09 10,00 13,64 23,64
Rata2 63,27 73,36 82,73 10,09 9,36 19,45
Keterangan :
1. Kesesuaian antara judul dengan isi
2. Pemilihan kata/diksi
3. Ejaan dan tanda baca
4. Kerapian tulisan
5. Kohesi dan koherensi
6. Kesan hidup
7. Keterlibatan aspek pancaindra
8. Imajinasi
9. Menunjukan objek yang ditulis
10. Memusatkan uraian pada objek yang dipilih
KA = Kondisi awal
S I = Siklus I
S II = Siklus II
Berdasarkan rekapitulasi data hsil tes keterampilan menulis narasi dari
kondisi awal, siklus I sampai siklus II, sebagaimana tersaji dalam tabel 32
tersebut dapat dijelaskan bahwa keterampilan siswa pada setiap aspek
penilaian menulis narasi mengalami peningkatan. Uraian tabel tersebut
dijelaskan sebagai berikut. Hasil kondisi awal menunjukkan bahwa nilai rata-
rata kemampuan siswa sebesar 63,27. Dari rata-rata tersebut dapat diketahui
bahwa kemampuan menulis narasi siswa sudah cukup baik karena berada pada
rentang nilai 60-74. Kemampuan menulis narasi sudah berada pada kategori
cukup baik, tapi untuk ukuran mereka (anak/siswa Imersi) seharusnya hasil ini
dapat ditingkatkan lagi. Pemerolehan nilai siswa yang masih minimal ini
diharapkan dapat ditingkatkan lagi dengan bimbingan dan model
pembelajaran yang lebih variatif, misalnya dalam penelitian ini digunakan
media gambar. Siswa yang tadinya mempunyai nilai rata-rata 63,27 bisa
meningkat minimal menjadi 80,00 sesuai dengan target ketuntasan yang
ditetapkan guru (peneliti).
Peningkatan kemampuan menulis narasi siswa ini merupakan bukti
keberhasilan media gambar dalam meningkatkan kemampuan menulis narasi.
Sebelum dilaksanakannya media gambar, kemampuan menulis narasi siswa
masih kurang, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media
gambar pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I
masih dalam kategori cukup baik, setelah dilakukan perbaikan pada siklus II
kemampuan menulis narasi siswa menjadi baik. Berikut gambar grafik yang
menunjukkan peningkatan keterampilan menulis narasi dari kondisi awal
sampai siklus II.
Gambar 4
Grafik Rata-rata Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi
Grafik 4 tersebut menunjukkan adanya peningkatan prestasi menulis
narasi dari kondisi awal, siklus I, sampai siklus II. Peningkatan kemampuan
siswa per aspek penilaian keterampilan menulis narasi sudah banyak
mengalami peningkatan sebesar 9,36 dari rata-rata siklus I dan 19,45 dari rata-
rata kondisi awal. Pada grafik tersebut dapat dilihat kemampuan siswa mulai
dari kondisi awal, siklus I, sampai siklus II terus mengalami peningkatan.
Grafik kondisi awal menunjukkan kategori cukup baik karena berada pada
nilai antara 60-74, dan peningkatan siklus I menunjukkan kategori cukup baik
berada pada nilai antara 60-74. Selanjutnya, pada siklus II mengalami
peningkatan yang cukup memuaskan mayoritas siswa pada siklus II termasuk
dalam kategori baik karena berada pada nilai antara 75-84.
Peningkatan keterampilan siswa dalam menulis narasi dari kondisi
awal sampai siklus II diikuti adanya perubahan tingkah laku. Dari hasil nontes
yaitu obervasi, wawancara, jurnal, dan dokumentasi foto pada siklus I dapat
disimpulkan bahwa kesiapan siswa selama mengikuti pembelajaran menulis
narasi dengan media gambar masih kurang. Beberapa siswa masih
menunjukkan perilaku negatif. Dari data nontes siklus II dapat diketahui
perubahan perilaku siswa terhadap penggunaan media gambar dalam menulis
narasi. Hal ini dibuktikan dari hasil nontes yang telah dilakukan. Berdasarkan
hasil observasi siklus I dan siklus II, dapat dijelaskan bahwa perilaku siswa
dalam kegiatan pembelajaan menulis narasi mengalami perubahan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa media gambar dapat
meningkatkan keterampilan siswa kelas V SD Negeri Dawung 2 Jenar Sragen.
Hal ini disebabkan karena suasana pembelajaran dengan media gambar yang
menarik dan menyenangkan akhirnya berdampak pada peningkatan hasil
belajar siswa dan perubahan perilaku siswa. Dari setiap pembelajaran yang
telah dilakukan oleh siswa, ternyata siswa semakin senang dengan pola
pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Siswa lebih semangat belajar dan
aktif dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil tes
menulis narasi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media gambar
mampu meningkatkan kemampuan menulis narasi pada siswa kelas V SD
Negeri Dawung 2 Jenar Sragen. Selain itu, pembelajaran dengan
menggunakan media gambar sangat menarik untuk diterapkan dalam
pembelajaran.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian tindakan kelas ini, maka
peneliti menyimpulkan sebagai berikut.
1. Ada peningkatan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas V SD Negeri
Dawung 2 Jenar Sragen setelah mengikuti pembelajaran menulis narasi
dengan menggunakan media gambar seri. Peningkatan menulis narasi tersebut
diketahui dari tes kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Nilai rata-rata pada
kondisi awal sebesar 63,27 dan termasuk dalam kategori cukup baik.
Sedangkan nilai rata-rata pada siklus I mencapai 73,36 dan termasuk dalam
kategori cukup baik. Dengan demikian, ada peningkatan dari kondisi awal
sebesar 10,09. Pada siklus II nilai rata-rata yang dicapai adalah sebesar 82,73
dan termasuk dalam kategori baik. Dengan demikian, terjadi peningkatan yaitu
sebesar 9,36 dari hasil siklus I dan 19,45 dari hasil kondisi awal.
2. Ada perubahan sikap atau perilaku siswa dari perilaku negatif berubah
menjadi positif. Kesiapan siswa untuk menerima pelajaran belum terlihat pada
siklus I, siswa masih ada yang memperlihatkan perilaku negatif, seperti
mengajak bicara temannya, minta izin ke belakang, serta belum berani
mempresentasikan hasil pekerjaanya di depan kelas tanpa ditunjuk guru
terlebih dahulu. Pada siklus II, mereka sudah siap menerima pelajaran, dan
sudah berani mempresentasikan hasil pekerjaanya didepan kelas tanpa ditujuk
oleh guru. Siswa yang semula kurang bersemangat mengikuti pembelajaran
menjadi siap, semangat, senang dan menikmati pembelajaran. Dengan
demikian, media gambar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis narasi.
B.Saran
Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran menulis narasi
dan mengatasi masalah-masalah yang dialami siswa. Setelah penelitian
dilaksanakan, peneliti memberikan saran sebagai berikut:
1. Guru-guru SD hendaknya menerapkan cara mengarang narasi dengan media
gambar berseri untuk meningkatkan ketrampilan menulis siswanya. Pemilihan
gambar hendaknya di sesuikan tema pembelajaran dan pilih gambar yang
atraktif agar siswa tidak jenuh dalam belajar menulis
2. Guru Bahasa Indonesia hendaknya menggunakan media gambar seri pada
pembelajaran menulis karena dengan kegiatan pembelajaran ini terbukti dapat
mendrong siswa aktif dalam pembelajaran menulis. Pembelajaran tersebut
juga berhasil meningkatkan keterampilan menulis narasi karena dengan media
gambar, siswa dapat dengan bebas mengekspresikan gagasan dengan acuan
gambar, sehingga siswa lebih bebas merinci atau mengurutkan semua yang
dilihatnya pada gambar, dan menerjemahkan gambar tersebut dalam bentuk
kata-kata atau kalimat. Serta mengubah perilaku siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dan selalu berlatih menulis terutama menulis narasi.
3. Siswa hendaknya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menulis narasi
dengan semangat dan berperilaku positif sehingga siswa dapat
mengekspresikan gagasan dengan acuan gambar dalam bentuk narasi dengan
tepat.
4. Bagi peneliti di bidang dunia pendidikan maupun bahasa dapat melakukan
penelitian mengenai pembelajaran menulis narasi dengan teknik pembelajaran
yang berbeda. Salah satu alternatifnya dengan menggunakan media gambar
siswa dapat menemukan pengalaman baru dan pengetahuan baru terutama
dalam pembelajaran menulis narasi. Selain itu dengan menggunakan media
gambar dapat menciptakan suasana belajar yang lebih menarik sehingga
pembaca menjadi lebih menyenangkan.
DAF'I'AR PUSTAKA
Agus Suriamiharja, Akhlan Husen dan Nunuy Nurjanah. 2007. Petunjuk Praktis
Menulis. Jakarta : Depdikbud. Amar Musodik. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
dengan Teknik Pemodelan Pikiran pada Siswa Kelas II -3 SMA DONBOSKO Semarang. Semarang: Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Anis Safaatun. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Dengan Teknik Menulis Terbimbing Pada Siswa Kelas II SLTP Negeri 3 Kradenan Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. Semarang: Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Arief S. Sadiman. 2003. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemarzfaatannya. Jakarta. Raja Grafmdo Persada. Arief S. Sadiman, Rahardjo, Hanung Haryono, dan Rahardjito. 2005. Media
Pembelajaran Terprogram. Jakarta: Rajawali. Arsyad Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Basuki Wibawa dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung : Maulana. Bobbi De Porter and Mike Hernaki. 2010. Quantum Learning: Membiasakan
Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa. Borman Rumampuk. 1998. Media Pembelajaran. Jakarta: Pradnya Paramita. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Rendah. Yagyakarta : PAS. Departemen Pendidikan. Nasional. 2006a. Panduan Pengembangan Silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta : Media Pustaka
_______. 2006b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
Tanggal 23 Mei 2006 Standar Isi Kerangka Dasar & Struktur Kurikulum. Jakarta : Depdiknas.
Esti Ziyadati. 2004. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi
Menggunakan Elemen Bertanya Pembelajaran Kontekstual pada Siswa
Kelas II-F SMP Negeri I Semarang Garung Kabupaten Wonosobo. Semarang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Gene L. Wilkinson. 2004. Media dalam Pembelajaran : Penelitian selama 60
Tahun. Jakarta : Rajawali. Gorys Keraf. 2000. Argumenlasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia. Helpian Purnama. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
"Metamorfosis Untuk Menjadi Kepompong ". Dalam httpa/asep¬ Henry Guntur Tarigan. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa. Mc. Mahan, E., Day, S., dan Funk, R. 1993. Literature and the Writing Process.
New York: McMillan Milles dan Huberman. 2002. Analisis Data Kualitatif, Jakarta: Gramedia. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Sabarti Akhadiah, Mardar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1999. Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. Suharsimi Arikunto. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Dalam Pendidikan. Jakarta:
Sinar Grafika. Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rinneka Cipta. Sujanto, J. Ch. 2002. Keterampilan Berbahasa : Membaca, Menulis, Berbicara
untuk mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Depdikbud. Suparno dan Muhammad Yunus. 2003 .Keterampilan Dasar
Menulis.Jakarta:Universitas Terbuka. Soemarjadi, Muzni Ramanto, dan Wikdati Zahri. 2001. Pendidikan Keterampilan.
Malang: Unerversitas Negeri Malang. Soemarjadi, Muzni Ramanto, dan Wikdati Zahri. 2001. Pendidikan Keterampilan.
Malang: Unerversitas Negeri Malang. Tri Budiarto. 2008. Pendidikan Keterampilan. Surakarta: UNS Press.
Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta: Bumi Aksara
Zainal Aqib. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Yrama Widya www.smsanda.com/indonesia/ kamus.diunduh pada 14 Pebruari 2010 http://webcache.googleusercontent.comDirektori/ FPBS/JUR.PEND. BHS DAN
SASTRA INDONESIA NUNUNG SITARESMI Model Pembelajaran Menulis Deskripsi.pdf tahap-tahap menulis bagi anak di unduh pada 15 Juni 2010
http://www.andriewongso.com_Manfaat_Menulis_Diari_Sebagai_Terapi_Kesuks
esan di unduh pada 15Juni2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Narrative di unduh pada 1 Juli 2010
http://en.wikipedia.org/wiki/Skills di unduh pada 1 Juli 2010