s o s i a l i s a s i

68
1 S O S I A L I S A S I PERATURAN BERSAMA PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/ PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/ WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN BERAGAMA, PEMBERDAYAAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN PENDIRIAN RUMAH IBADAT RUMAH IBADAT

Upload: kayo

Post on 13-Jan-2016

99 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

S O S I A L I S A S I. PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006 TENTANG - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: S O S I A L I S A S I

11

S O S I A L I S A S I

PERATURAN BERSAMAPERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERIMENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI

NOMOR : 9 TAHUN 2006NOMOR : 9 TAHUN 2006 NOMOR : 8 TAHUN 2006NOMOR : 8 TAHUN 2006

TENTANGTENTANGPEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/ PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEPALA DAERAH/

WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN WAKIL KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, PEMBERDAYAAN BERAGAMA, PEMBERDAYAAN

FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA, DAN PENDIRIAN RUMAH IBADATPENDIRIAN RUMAH IBADAT

Page 2: S O S I A L I S A S I

22

RANGKAIAN PEMBAHASAN BERSAMA DENGAN MAJELIS- MAJELIS AGAMA DALAM RANGKA PERUMUSAN PBM MENAG-MENDAGRI NO. 9 TAHUN 2006 / 8 TAHUN 2006

NO WAKTU TEMPAT

1 28 Oktober 2005 Ruang Sidang Sekjen Departemen Agama Lt. II

2 22-23 November 2005 Hotel Jayakarta, Cisarua, Bogor

3 1 Desember 2005 Ruang Sidang Sekjen Departemen Agama Lt. II

4 8 Desember 2005 Ruang Sidang Sekjen Departemen Agama Lt. II

5 13 Desember 2005 Ruang Sidang Sekjen Departemen. Agama Lt. II

6 5 Januari 2006 Ruang Sidang Sekjen Departemen. Agama Lt. II

7 13 Januari 2006 Ruang Sidang Bagais Departemen. Agama Lt. VIII

8 18 Januari 2006 Ruang Sidang PKUB Jl. Kramat

9 27 Januari 2006 Hotel Millenium, Jl. Kebon Sirih

10 30 Januari 2006 Ruang Sidang Badan Litbang Dep. Agama Lt. IV

11 21 Maret 2006 Ruang Kerja Menteri Agama Lt. II Departemen Agama

Page 3: S O S I A L I S A S I

33

DAFTAR ANGGOTA TIM PERUMUSPBM MENAG-MENDAGRI NO. 9 TAHUN 2006 / 8 TAHUN 2006

No Nama Utusan

1 K.H. Ma’ruf Amin MUI

2 K.H. Zaidan Djauhary MUI

3 Martin Hutabarat PGI

4 Lodewijk Gultom PGI

5 Maria Farida KWI

6 Vera Wenny KWI

7 I Nengah Dana PHDI

8 Agusmantik PHDI

9 Suhadi Sendjaya WALUBI

10 Soedjito WALUBI

11 DR. Ir. Sudarsono H, MA Depdagri

12 Prof. DR. HM. Atho Mudzhar Dep. Agama

Page 4: S O S I A L I S A S I

44

• Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu;beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu;

• Memenuhi peraturan perundangan;Memenuhi peraturan perundangan;• Memelihara kerukunan umat beragama;Memelihara kerukunan umat beragama;• Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;• Pemberian kepastian pPemberian kepastian peelayanan secara adil dan layanan secara adil dan

terukur kepada pemohon pendirian rumah ibadah;terukur kepada pemohon pendirian rumah ibadah;• Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat,, khususnya para pemuka khususnya para pemuka

agamaagama;; dan dan• Kebersamaan antara masyarakat dan pemerintah. Kebersamaan antara masyarakat dan pemerintah.

PRINSIP YANG DIANUT PBM

Page 5: S O S I A L I S A S I

55

Latar Belakang1. Pada akhir thn 2004 awal thn 2005 muncul

kembali pro kontra di masyarakat tentang SKB 1/1969.

2. Sebagian pemuka agama mengusulkan dicabut.3. Sebagian pemuka agama lainnya mengusulkan

dipertahankan.4. Presiden memerintahkan Menteri Agama dan

Mendagri utk meresponi.

Page 6: S O S I A L I S A S I

66

Substansi SKB 01/1969

a.a. Pengaturan Penyiaran AgamaPengaturan Penyiaran Agama

- - Telah ditindaklanjuti dengan SKB Menag-Telah ditindaklanjuti dengan SKB Menag-

Mendagri No.1/1979 tentang Tatacara Mendagri No.1/1979 tentang Tatacara

Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Pelaksanaan Penyiaran Agama dan

Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga Bantuan Luar Negeri kepada Lembaga

keagamaan di Indonesia.keagamaan di Indonesia.

- - SKB ini masih berlaku

b. Pengaturan Pendirian Rumah Ibadatb. Pengaturan Pendirian Rumah Ibadat

Page 7: S O S I A L I S A S I

77

1. Relevansi Pengaturan tentang Pendirian Rumah Ibadat

a.a. SKB Menag & Mendagri 01/1969 lahir SKB Menag & Mendagri 01/1969 lahir dilatarbelakangi oleh beberapa peristiwa dilatarbelakangi oleh beberapa peristiwa perusakan rumah ibadat.perusakan rumah ibadat.

b.b. Masalah pendirian rumah ibadat sering Masalah pendirian rumah ibadat sering menjadi sebab terganggunya hubungan menjadi sebab terganggunya hubungan antar umat beragama.antar umat beragama.

c.c. Ketiadaan pengaturan pendirian rumah Ketiadaan pengaturan pendirian rumah ibadat dpt mengarah kepada benturan-ibadat dpt mengarah kepada benturan-benturan antar umat beragama & benturan antar umat beragama & suasana anarkhis atau bahkan chaos.suasana anarkhis atau bahkan chaos.

Page 8: S O S I A L I S A S I

88

2. Adanya Kalimat-Kalimat yang Multitafsir

a. Tidak adanya kejelasan siapa yg disebut pemerintah daerah.

b. Tidak adanya kejelasan siapa yg disebut “pejabat pemerintahan di bawahnya yg dikuasakan untuk itu”.

c. Tidak adanya kejelasan siapa yg disebut organisasi keagamaan dan ulama/ rohaniawan setempat.

d. Kata-kata “planologi “

e. Kata-kata “kondisi & keadaan setempat”.

Page 9: S O S I A L I S A S I

99

3. Komunikasi antar umat beragama pada tingkat grass-root sebagai penyebab gangguan hubungan antar umat beragama

a. a. Pihak yg hendak mendirikan rumah ibadat Pihak yg hendak mendirikan rumah ibadat seringkali tidak berkomunikasi dengan seringkali tidak berkomunikasi dengan penduduk setempat.penduduk setempat.

b. Penduduk setempat sering merasa b. Penduduk setempat sering merasa terkejut karena tiba-tiba melihat rumah terkejut karena tiba-tiba melihat rumah ibadat lain didirikan di sekitarnya.ibadat lain didirikan di sekitarnya.

c. c. Rumah ibadat selain tempat ibadat juga Rumah ibadat selain tempat ibadat juga kenyataannya berfungsi sebagai simbol kenyataannya berfungsi sebagai simbol keberadaan suatu kelompok agama.keberadaan suatu kelompok agama.

Page 10: S O S I A L I S A S I

1010

4. SKB tidak menghalangi berdirinya rumah-rumah ibadat baru

a. Kehadiran SKB Menag & Mendagri 01/1969 ternyata tidak menghalangi berdirinya rumah ibadat baru.

b. Jumlah rumah ibadat untuk semua kelompok agama bertambah dgn pesat..

Page 11: S O S I A L I S A S I

1111

c. Perbandingan Jumlah Rumah Ibadat pada Tahun 1977 dan 2004 bagi Semua Kelompok Agama

Agama 1977 2004 % Kenaikan

Islam 392.044 643.834 64,22 Kristen 18.977 43.909 131,38Katholik 4.934 12.473 152,80

Hindu 4.247 24.431 475,25Buddha 1.523 7.129 368,09

Data ini telah diverifikasi Dirjen Bimas Islam & Penyelenggaraan Haji, Dirjen Bimas Kristen, Dirjen Bimas Katholik, Dirjen Bimas Hindu dan Buddha (Tgl 1, 7 Maret 2005, dan tgl 18 April 2005)

Jumlah/rata-rata 421.725 731.776 238,35

Page 12: S O S I A L I S A S I

1212

5. Secara Normatif SKB memberlakukan sama semua kelompok agama

a. Rumusan SKB Menag & Mendagri 01/1969

tdk memihak sesuatu kelompok agama.

b. Kata-kata adil dan tidak memihak

juga secara tersurat tercantum pada Pasal

5 SKB tersebut.

b. Masalah terjadi di lapangan pada tingkat

pelaksanaan.

Page 13: S O S I A L I S A S I

1313

6. Sebab-sebab munculnya permasalahan Pendirian Rumah Ibadat di lapangan

a.a. Tidak jelasnya persyaratan-persyaratan minimal Tidak jelasnya persyaratan-persyaratan minimal untuk mendirikan rumah ibadat.untuk mendirikan rumah ibadat.

b.b. Tidak jelasnya batas waktu utk meresponi suatu Tidak jelasnya batas waktu utk meresponi suatu permohonan pendirian rumah ibadat.permohonan pendirian rumah ibadat.

c.c. Sering kali terjadi penyalahgunaan rumah Sering kali terjadi penyalahgunaan rumah tinggal sebagai rumah ibadat.tinggal sebagai rumah ibadat.

d.d. Tidak transparannya rencana pembangunan Tidak transparannya rencana pembangunan rumah ibadat pd penduduk sekitar lokasi.rumah ibadat pd penduduk sekitar lokasi.

e. e. Tidak adanya komunikasi antar pemuka agama Tidak adanya komunikasi antar pemuka agama pada tingkat akar rumput.pada tingkat akar rumput.

f.f. Tidak jelasnya yg dimaksud dgn organisasi Tidak jelasnya yg dimaksud dgn organisasi keagamaan dan ulama/rohaniawan setempat.keagamaan dan ulama/rohaniawan setempat.

g. g. Sulitnya diperoleh rekomendasi dari organisasi Sulitnya diperoleh rekomendasi dari organisasi keagamaan dan ulama/rohaniawan setempatkeagamaan dan ulama/rohaniawan setempat..

Page 14: S O S I A L I S A S I

1414

7. Usaha Pengaturan Pendirian Rumah Ibadat di sejumlah Daerah.

a. a. Belum semua Prov melakukan pengaturan lebih lanjut ttg Belum semua Prov melakukan pengaturan lebih lanjut ttg tatacara dan syarat-syarat pendirian rumah ibadat.tatacara dan syarat-syarat pendirian rumah ibadat.

b.b. Beberapa Prov yg telah melakukan pengaturan lebih lanjut Beberapa Prov yg telah melakukan pengaturan lebih lanjut antara lain; DKI Jakarta, Riau, Bengkulu dan Bali.antara lain; DKI Jakarta, Riau, Bengkulu dan Bali.

c.c. Di DKI Jakarta diatur dgn SK Gubernur No 648/1979, No Di DKI Jakarta diatur dgn SK Gubernur No 648/1979, No 884/1991 dan terakhir No 137/2002 yg mengatur prosedur 884/1991 dan terakhir No 137/2002 yg mengatur prosedur persetujuan pembangunan tempat-tempat ibadat & Kep.Gub persetujuan pembangunan tempat-tempat ibadat & Kep.Gub No1971/2002 ttg penyempurnaan susunan keanggotaan No1971/2002 ttg penyempurnaan susunan keanggotaan badan pertimbangan pembangunan tempat-tempat Ibadat.badan pertimbangan pembangunan tempat-tempat Ibadat.

d.d. Di Prov. Riau diatur dgn Surat Gub. yg ditujukan kpd Bup/ Di Prov. Riau diatur dgn Surat Gub. yg ditujukan kpd Bup/ Walikota No 450.2/KS/9601 tanggal 14 Januari 1981.Walikota No 450.2/KS/9601 tanggal 14 Januari 1981.

e.e. Di Prov. Bengkulu diatur dgn Kep.Gub No.289/1993 ttg Di Prov. Bengkulu diatur dgn Kep.Gub No.289/1993 ttg prosedur dan persyaratan mendirikan rumah ibadat dan prosedur dan persyaratan mendirikan rumah ibadat dan melaksanakan penyiaran agama.melaksanakan penyiaran agama.

f. f. Di Prov. Bali diatur dgn Kep.Gub No 33Thn 2003 ttg Prosedur Di Prov. Bali diatur dgn Kep.Gub No 33Thn 2003 ttg Prosedur dan Ketentuan-ketentuan pembangunan tempat-tempat ibadat dan Ketentuan-ketentuan pembangunan tempat-tempat ibadat di wilayah Provinsi Bali.di wilayah Provinsi Bali.

Page 15: S O S I A L I S A S I

1515

Resume Materi SKB 01/1969

1. Pemberian kesempatan oleh Pemerintah bagi usaha penyebaran agama dan pelaksanaan ibadat oleh pemeluknya. (Pasal 1)

2. Prinsip-prinsip bimbingan dan pengawasan Pemerintah terhadap usaha penyebaran agama dan pelaksanaan ibadat oleh pemeluk-pemeluknya. (Pasal 2)

3. Peran Kepala Perwakilan Dep. Agama. (Pasal 3)4. Syarat-syarat pendirian Rumah Ibadat (Pasal 4) a. Pendapat Kepala Perwakilan Depag

b. Planologic. Kondisi dan Keadaan Setempat.d. Pendapat Organisasi Keagamaan dan Ulama/ Rohaniawan Setempat, bila dianggap perlu.

5. Peran pendapat Organisasi Keagamaan dan Ulama/ Rohaniawan setempat. (Pasal 4)

6. Penyelesaian Perselisihan oleh Pemerintah secara adil & tidak memihak. (Pasal 5)

Page 16: S O S I A L I S A S I

1616

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974

3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

UU tsb di atas telah banyak berganti, sedangkan

SKB Menag dan Mendagri No.1/1969 masih

mengacu kepada UU No.18 Tahun 1965;

Karena itu, perlu diselaraskan dengan UU yang

berlaku, dalam hal ini UU No.32 Tahun 2004

Page 17: S O S I A L I S A S I

1717

Pasal 237 UU 32/2004

Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yg berkaitan secara langsung dengan daerah otonom wajib mendasarkan dan menyesuaikan pengaturannya pada Undang-Undang ini.

Page 18: S O S I A L I S A S I

1818

Tujuan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah: a. Meningkatkan Kesejahteraan

Masyarakat; b. Meningkatkan Pelayanan Umum; c. Meningkatkan Daya Saing

Daerah.

Pasal 2 Ayat (3) UU 32/2004

Page 19: S O S I A L I S A S I

1919

a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI;

b. meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;c. mengembangkan kehidupan Demokrasi;d. mewujudkan keadilan dan pemerataan;e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatang. menyediakan fasilitas sosial & fasilitas umum yg layakh. mengembangkan sistem jaminan sosial;i. menyusun perencanaan & tata ruang daerah;j. mengembangkan sumber daya produktif di Daerah;k. melestarikan lingkungan hidup;l. mengelola administrasi kependudukan;m.melestarikan nilai sosial budaya;n. membentuk & menerapkan peraturan Per-UU-an sesuai dgn kewenangannya; dano. kewajiban lain yg diatur dlm peraturan Per-UU-an

Pasal 22, Kewajiban Daerah:

Page 20: S O S I A L I S A S I

2020

Tugas Wakil Kepala Daerah Pasal 26 Ayat (1)a. Membantu Kepala Daerah dlm menyelenggarakan

pemerintahan daerah;b. Membantu Kepala Daerah dlm mengkoordinasikan kegiatan

Instansi vertikal di Daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

c. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi;

d. Memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/kota;

e. Memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah;

f. Melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala daerah; dan

g. Melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan.

Page 21: S O S I A L I S A S I

2121

Kewajiban Kepala Daerah & Wakil Kepala Daerah, Pasal 27 Ayat (1):

a. memegang teguh & mengamalkan Pancasila,melaks UUD 1945 serta mempertahankan & memelihara keutuhan NKRI;

b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;c. memelihara ketentraman & ketertiban masyarakat;d. melaksanakan kehidupan demokrasi;e. menaati & menegakkan seluruh peraturan Per-UU-an;f. menjaga etika dan norma dlm penyelenggaraan

pemerintahan daerah;g. memajukan & mengembangkan daya saing daerah;h. melaksanakan prinsip tata pemerintahan yg bersih & baik;i. melaksanakan & mempertanggungjawabkan pengelolaan

Keuda;j. menjalin hub kerja dgn seluruh instansi vertikal di daerah &

semua perangkat daerah;k. menyampaikan renstra penyelenggaraan pemerintahan

daerah di hadapan rapat paripurna DPRD.

Page 22: S O S I A L I S A S I

2222

1. Tugas kepala daerah/wakil kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan

2. Pemberdayaan FKUB3. Pendirian rumah ibadat

SUBSTANSI YANG DIATUR DALAM PERATURAN BERSAMA MENAG DAN MENDAGRI NO.9 TAHUN 2006 / 8 TAHUN 2006

a. Yang diatur dalam Peraturan Bersama bukan aspek doktrin agama, tetapi lalu lintas para warga negara Indonesia pemeluk suatu agama ketika berinteraksi dengan WNI lainnya yg memeluk agama berbeda.

b. Beribadat tidak sama dengan membangun rumah ibadat meskipun keduanya saling berhubungan.

Page 23: S O S I A L I S A S I

2323

SISTEMATIKA

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT

BERAGAMA

BAB III FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

BAB IV PENDIRIAN RUMAH IBADAT

BAB V IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG

BAB VI PENYELESAIAN PERSELISIHAN

BAB VII PENGAWASAN DAN PELAPORAN

BAB VIII BELANJA

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN

BAB X KETENTUAN PENUTUP

Page 24: S O S I A L I S A S I

2424

MENIMBANG :

1. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun;

2. Bahwa setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menurut agamanya;

3. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk utk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu;

4. bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-pemeluknya, sepanjang tdk bertentangan dgn peraturan per-uu-an, tdk menyalahgunakan atau menodai agama, serta tdk mengganggu ketenteraman & ketertiban umum;

Page 25: S O S I A L I S A S I

2525

5. bahwa Pemerintah mempunyai tugas utk memberikan bimbingan dan pelayanan agar setiap penduduk dlm melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dgn rukun, lancar, dan tertib;

6. bahwa arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama;

7. bahwa kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan nasional;

8. bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam rangka melaksanakan tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

Page 26: S O S I A L I S A S I

2626

KETENTUAN UMUM

1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.

3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga.

4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas Keagamaan adalah organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang dibentuk berdasarkan kesamaan agama oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan hukum, dan telah terdaftar di pemerintah daerah setempat serta bukan organisasi sayap partai politik.

Page 27: S O S I A L I S A S I

2727

5. Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin ormas keagamaan maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat setempat sebagai panutan.

6. Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum yang dibentuk oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.

7. Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh umat beragama, ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat.

8. Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut IMB rumah ibadat, adalah izin yang diterbitkan oleh bupati/walikota untuk pembangunan rumah ibadat.

Page 28: S O S I A L I S A S I

2828

TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama, pemerintahan daerah dan Pemerintah.

Pasal 2

Page 29: S O S I A L I S A S I

2929

(1) Pemeliharaan kerukunan umat

beragama di provinsi menjadi tugas dan

kewajiban gubernur.

(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban

gubernur sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dibantu oleh kepala kantor

wilayah departemen agama provinsi.

Pasal 3

Page 30: S O S I A L I S A S I

3030

Pasal 4(1) Pemeliharaan kerukunan umat

beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewajiban bupati/walikota.

(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.

Page 31: S O S I A L I S A S I

3131

TUGAS DAN KEWAJIBAN GUBERNUR:

a.a. memelihara ketenteraman dan ketertiban memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di provinsi;kerukunan umat beragama di provinsi;

b.b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat provinsi dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama;beragama;

c. c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; danpercaya di antara umat beragama; dan

d.d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam bupati dan walikota/wakil walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama.kehidupan beragama.

Pasal 5 ayat (1)

Page 32: S O S I A L I S A S I

3232

Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan

kepada wakil gubernur.

Pasal 5 ayat (2)

Page 33: S O S I A L I S A S I

3333

TUGAS DAN KEWAJIBAN BUPATI / WALIKOTA::

a.a. memelihara ketenteraman & ketertiban masyarakat memelihara ketenteraman & ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di kabupaten/kota;beragama di kabupaten/kota;

b.b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kab/kota dalam pemeliharaan kerukunan umat kab/kota dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama; beragama;

c.c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama;di antara umat beragama;

d.d. Membina & mengoordinasikan camat, lurah, atau Membina & mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa dlm penyelenggaraan pemerintahan kepala desa dlm penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan beragama;masyarakat dalam kehidupan beragama;

e.e. menerbitkan IMB rumah ibadatmenerbitkan IMB rumah ibadat..

Pasal 6 ayat (1)

Page 34: S O S I A L I S A S I

3434

Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota.

Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah kecamatan dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan kepada lurah/kepala desa melalui camat.

Pasal 6 Ayat (2)

Pasal 6 Ayat (3)

Page 35: S O S I A L I S A S I

3535

TUGAS DAN KEWAJIBAN CAMAT: a.a. memelihara ketenteraman dan ketertiban memelihara ketenteraman dan ketertiban

masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan;kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan;

b.b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama; danpercaya di antara umat beragama; dan

c.c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan keagamaan.masyarakat dalam kehidupan keagamaan.

Pasal 7 ayat (1)

Page 36: S O S I A L I S A S I

3636

Tugas dan kewajiban lurah/kepala desa meliputi:

a. tugas dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan

b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama.

Pasal 7 ayat (2)

Page 37: S O S I A L I S A S I

3737

FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

a. FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/ kota.

b. Pembentukan FKUB dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.

c. FKUB memiliki hubungan yang bersifat konsultatif.

Pasal 8

Page 38: S O S I A L I S A S I

3838

FKUB Provinsi mempunyai tugas:

a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;

b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;

c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan gubernur; dan

d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat.

Pasal 9 ayat (1)

Page 39: S O S I A L I S A S I

3939

FKUB Kab/Kota mempunyai tugas:

a.a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;masyarakat;

b.b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat; masyarakat;

c.c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan bupati/walikota; kebijakan bupati/walikota;

d.d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; danmasyarakat; dan

e.e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat. pendirian rumah ibadat.

Pasal 9 ayat (2)

Page 40: S O S I A L I S A S I

4040

KEANGGOTAAN FKUB

a. Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.

b. Jumlah anggota FKUB prov paling banyak 21 orang & jumlah anggota FKUB kab/kota paling banyak 17 orang.

c. Komposisi keanggotaan FKUB prov & kab/kota ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dgn keterwakilan minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yg ada di prov dan kab/kota.

d. FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, yg dipilih secara musyawarah oleh anggota.

Pasal 10

Page 41: S O S I A L I S A S I

4141

DALAM MEMBERDAYAKAN FKUB,

DIBENTUK DEWAN PENASIHAT FKUB DI

PROVINSI & KAB/KOTA.

Pasal 11 ayat (1)

Page 42: S O S I A L I S A S I

4242

a. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat beragama; dan

b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.

Tugas Dewan Penasehat FKUB:

Pasal 11 ayat (2)

Page 43: S O S I A L I S A S I

4343

Dewan Penasehat FKUB Provinsi

KetuaKetua : Wakil Gubernur;: Wakil Gubernur;

Wakil KetuaWakil Ketua : Kepala Kanwil Depag - Prov : Kepala Kanwil Depag - Prov

SekretarisSekretaris : Kaban Kesbangpol- Prov: Kaban Kesbangpol- Prov

AnggotaAnggota : : Pimpinan instansi terkait. Pimpinan instansi terkait.

Pasal 11 ayat (3)

Page 44: S O S I A L I S A S I

4444

Dewan Penasehat FKUB Kab/Kota

KetuaKetua : Wakil Bupati;: Wakil Bupati;

Wakil KetuaWakil Ketua : Kakan Depag Kab/Kota : Kakan Depag Kab/Kota

SekretarisSekretaris : Kaban Kesbangpol- Kab/Kota: Kaban Kesbangpol- Kab/Kota

AnggotaAnggota : : Pimpinan instansi terkait. Pimpinan instansi terkait.

Pasal 11 ayat (4)

Page 45: S O S I A L I S A S I

4545

Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 12

Page 46: S O S I A L I S A S I

4646

PRINSIP-PRINSIP DALAM PENDIRIAN RUMAH IBADAT

(1)(1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pd keperluan Pendirian rumah ibadat didasarkan pd keperluan nyata dan sungguh-sungguh berdasarkan komposisi nyata dan sungguh-sungguh berdasarkan komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yg jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yg bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.bersangkutan di wilayah kelurahan/desa.

(2)(2) Pendirian rumah ibadat dilakukan dgn tetap menjaga Pendirian rumah ibadat dilakukan dgn tetap menjaga kerukunan umat beragama, tdk mengganggu kerukunan umat beragama, tdk mengganggu ketenteraman & ketertiban umum, serta mematuhi ketenteraman & ketertiban umum, serta mematuhi peraturan perundang-undangan. peraturan perundang-undangan.

(3)(3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa tidak terpenuhi, beragama di wilayah kelurahan/desa tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah penduduk pertimbangan komposisi jumlah penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kab/kota digunakan batas wilayah kecamatan atau kab/kota atau provinsi. atau provinsi.

Pasal 13

Page 47: S O S I A L I S A S I

4747

PENDIRIAN RUMAH IBADAT

Pendirian rumah ibadat Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.bangunan gedung.

Pasal 14 ayat (1)

Page 48: S O S I A L I S A S I

4848

Persyaratan Khusus Pendirian Rumah Ibadat meliputi:

a. Daftar nama dan KTP pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah.

b. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan oleh lurah/ kepala desa;

c. Rekomendasi tertulis Kakan Depag kab/kota; dan

d. Rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota..

Pasal 14 ayat (2)

Page 49: S O S I A L I S A S I

4949

Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat.

Pasal 14 ayat (3)

Page 50: S O S I A L I S A S I

5050

Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis.

Pasal 15

Page 51: S O S I A L I S A S I

5151

(1)(1) Permohonan pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diajukan oleh panitia pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadat.

(2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak

permohonan pendirian rumah ibadat diajukan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 16

Page 52: S O S I A L I S A S I

5252

Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah ibadat yg telah memiliki IMB yg dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang wilayah.

Pasal 17

Page 53: S O S I A L I S A S I

5353

Izin Sementara Pemanfaatan Bangunan Gedung1. Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai

rumah ibadat sementara harus mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota dengan memenuhi persyaratan: a. laik fungsi; dan b. pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat.

2. Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada peraturan per-uu-an ttg bangunan gedung.

3. Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi: a. izin tertulis pemilik bangunan; b. rekomendasi tertulis Lurah/Kepala Desa; c. pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan d. pelaporan tertulis kepada Kakan Depag kabupaten/kota

Pasal 18

Page 54: S O S I A L I S A S I

5454

Pasal 19(1) Surat keterangan pemberian izin sementara

pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diterbitkan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.

(2) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 2 (dua) tahun.

Page 55: S O S I A L I S A S I

5555

Pasal 20(1) Penerbitan surat keterangan pemberian

izin sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dpt dilimpahkan kpd camat.

(2) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis Kakan Depag kab/kota dan FKUB kabupaten/kota.

Page 56: S O S I A L I S A S I

5656

PENYELESAIAN PERSELISIHAN (1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat

diselesaikan secara musyawarah oleh masyarakat setempat.

(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak dengan mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB kabupaten/kota.

(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dicapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan setempat.

Pasal 21

Page 57: S O S I A L I S A S I

5757

Pasal 22

PEMBINAAN OLEH GUBERNUR

Gubernur melaksanakan pembinaanGubernur melaksanakan pembinaanTerhadap bupati/walikota serta instansiTerhadap bupati/walikota serta instansiTerkait di daerah dalam menyelesaikanTerkait di daerah dalam menyelesaikanPerselisihan sebagaimana dimaksud Perselisihan sebagaimana dimaksud Dalam Pasal 21. Dalam Pasal 21.

Page 58: S O S I A L I S A S I

5858

PENGAWASAN DAN PELAPORAN

(1) Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen agama provinsi melakukan pengawasan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadat.

(2) Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan pengawasan terhadap camat dan lurah/kepala desa serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pendirian rumah ibadat.

Pasal 23

Page 59: S O S I A L I S A S I

5959

Pasal 24

(1)(1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi kepada Menteri pendirian rumah ibadat di provinsi kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.

(2)(2) Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di dan pengaturan pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota kepada gubernur dengan tembusan kabupaten/kota kepada gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.

(3)(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setiap 6 (enam) bulan pada ayat (2) disampaikan setiap 6 (enam) bulan pada bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu.dipandang perlu.

Page 60: S O S I A L I S A S I

6060

BELANJA

Pasal 25

Belanja pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan kerukunan umat beragama serta pemberdayaan FKUB secara nasional didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Page 61: S O S I A L I S A S I

6161

Pasal 26

(1)(1) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi didanai dari dan atas bebandidanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi. dan Belanja Daerah provinsi.

(2)(2) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan

nasional dan memelihara ketenteraman dan nasional dan memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB kerukunan umat beragama, pemberdayaan FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat di dan pengaturan pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota didanai dari dan atas bebankabupaten/kota didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.kabupaten/kota.

Page 62: S O S I A L I S A S I

6262

KETENTUAN PERALIHAN

(1)(1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.

(2) FKUB atau forum sejenis yang sudah dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota disesuaikan paling lambat 1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.

Pasal 27

Page 63: S O S I A L I S A S I

6363

Pasal 28

(1)(1) Izin bangunan gedung untuk rumah ibadat Izin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah dan tetap berlaku.dinyatakan sah dan tetap berlaku.

(2)(2) Renovasi bangunan gedung rumah ibadat Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang telah mempunyai IMB untuk rumah yang telah mempunyai IMB untuk rumah ibadat, diproses sesuai dengan ketentuan ibadat, diproses sesuai dengan ketentuan IMB sepanjang tidak terjadi pemindahan IMB sepanjang tidak terjadi pemindahan lokasi.lokasi.

(3)(3) Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan secara permanen yang telah digunakan secara permanen dan/atau memiliki nilai sejarah yang belum dan/atau memiliki nilai sejarah yang belum memiliki IMB untuk rumah ibadat sebelum memiliki IMB untuk rumah ibadat sebelum berlakunya Peraturan Bersama ini, berlakunya Peraturan Bersama ini, bupati/walikota membantu memfasilitasi bupati/walikota membantu memfasilitasi penerbitan IMB untuk rumah ibadat penerbitan IMB untuk rumah ibadat dimaksud.dimaksud.

Page 64: S O S I A L I S A S I

6464

Pasal 29

Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah wajib disesuaikan dengan Peraturan Bersama ini paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun.

Page 65: S O S I A L I S A S I

6565

KETENTUAN PENUTUP

Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, ketentuan yang mengatur pendirian rumah ketentuan yang mengatur pendirian rumah ibadat dalam Keputusan Bersama Menteri ibadat dalam Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan 01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 30

Page 66: S O S I A L I S A S I

6666

Pasal 31

TANGGAL BERLAKU

PBM mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, yaitu tanggal 21 Maret 2006

Page 67: S O S I A L I S A S I

6767

Upaya-upaya Sosialisasi PBM yang Upaya-upaya Sosialisasi PBM yang telah dilakukantelah dilakukan

1. Pertemuan dengan para wakil gubernur, kepala badan kesbangpol provinsi, dan kepala kanwil agama seluruh Indonesia, tanggal 17 April 2006, di Aula Depdagri Jakarta (Narasumber: Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan para anggota Tim Sosialiasi PBM)

2. Pertemuan regional diselenggarakan di sejumlah provinsi dengan menghadirkan para wakil bupati/wakil walikota, kepala badan kesbang-linmas kab/kota dan kepala kandepag seluruh Indonesia.

3. Pertemuan dengan para pemuka agama yang tergabung dalam kepengurusan FKUB.

4. Pertemuan dengan para pemuka agama (seperti pendeta) yang diselenggarakan oleh Ditjen Bimas yang bersangkutan.

5. Pertemuan dengan para pemuka agama yang diselenggarakan atas inisiatif pemuka agama provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan yang bersangkutan.

6. Melalui diklat-diklat pejabat struktural di lingkungan Departemen Agama.7. Diskusi dan seminar tentang kerukunan umat beragama.8. Dll.

Page 68: S O S I A L I S A S I

6868

SEKIAN DAN TERIMA KASIH