ruuuuuuuuu baruuu

Upload: kutukanlaut

Post on 07-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

y

TRANSCRIPT

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DALAM PELAYANAN MAKANAN YANG DISAJIKAN DI BANGSAL MAWAR RSUD SUKOHARJO TAHUN 2010

PAGE

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan meternal dan neonatal merupakan salah satu unsure penentu status kesehatan masyarakat dapat diketahui dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). AKI di negara maju berkisar 510 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan di Negara berkembang diperkirakan mencapai 7501000 kelahiran per 100.000 kelahiran hidup. Resiko kematian ibu selama hidup yang disebabkan kehamilan dan persalinan serta komplikasi post partumadalah 1 per 1450 di Negara berkembang. (www.who.int/reproduktif)Untuk mendukung Making Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan WHO, Pemerintah melaksanakan strategi utama adalah memberi pertolongan persalinan yang diberikan tenaga kesehatan, kedua mengupayakan komplikasi ibu saat mengandung dan melahirkan dapat ditangani, ketiga mengupayakan pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan. (Depkes, 2004).

Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Namun, tidak jarang proses persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan dengan operasi, baik karena pertimbangan untuk menyelamatkan ibu dan janinnya ataupun keinginan pribadi pasien (Kasdu, 2003).Pemberian bounding attachment dapat dilakukan sesegera mungkin setelah ibu melahirkan, semakin cepat pembemberian bounding attachment akan semakin memberikan efek yang positif tidak saja terhadap ibu namun juga terhadap anak yang bersangkutan. Dengan semakin cepat hal itu dilaksanakan akan memperkenalkan sedini mungkin kedekatan emosional antara ibu dengan anak.

Pada beberapa kasus kelahiran yang ada pemberian bounding attachment ini tidak dapat dilakukan karena beberapa faktor yang menjadi penghambat baik dari ibu yang baru saja melahirkan tersebut maupun dari bayi yang dilahirkan, secara umum bounding attachment dapat dipegaruhi oleh faktor-faktor kesehatan emosional orang tua, tingkat kemampuan dan pengetahuan orang tua dalam mengasuh dan merawat bayi, dukungan sosial terhadap orang tua, dan kedekatan emosional antara anak dan orang tua.

Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. (Helen, 2001)Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan. Dengan adanya keterikatan tersebut maka akan terjalin kasih sayang antara ibu dengan anak.(Ambarwati, 2010)

Melakukan bounding attachment ini dapat dilakukan dengan melakukan rawat gabung antara ibu dengan bayi yang baru saja dilakukan, kontak mata, suara, pemberian ASI eksklusif, inisiasi dini dan sebaganya diharapkan dengan adanya bounding tersebut sedini mungkin terdapat jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi yang baru saja dilahirkan (Kasdu, 2003).

Pengetahuan ibu mengenai pentingnya pemberian bounding attachment perlu dilakukan karena berdasarkan data yang penulis dapatkan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa masih banyak ibu yang belum paham mengenai hal tersebut, tidak saja di negara-negara yang sedang berkembang namun juga pada negara maju. Dari penelitian yang dilakukan WHO dengan responden 1000 orang ibu yang baru saja melahirkan pada periode tahun 2010-2011 di Amerika Serikat terdapat sekitar 33,45% ibu yang belum paham mengenai hal ini, di Eropa terdapat hampir 27,8% ibu yang kurang mendapatkan informasimengenaipentingnyaboundingattachment (www.who.int/reproduktif) Untuk kawasan Asia termasuk didalamnya Indonesia terdapat 33,85% masih terdapat ibu yang kurang mendapatkan informasi mengenai bounding attachment. Di Indonesia sendiri berdasarkan data yang diperoleh dari BKKB nasional tahun 2011 dari 1000 kelahiran masih terdapat lebih dari 53,68% ibu yang kurang paham mengenai bounding attachment. Dari hasil penelitian terdahulu pada 1000 kelahiran di Jawa Timur terdapat sekitar 231 ibu yang memiliki pengetahuan kurang mengenai pentingnya bounding attachment, hal ini sedikit berbeda dengan kasus yang terjadi di Ponorogo, ikatan kekeluargaan dan sosial yang lebih kuat di masyarakat menyebabkan terjadinya bounding attachment yang tinggi per 100 kelahiran. Pada tahun 2011 bounding attachment dari 100 kelahiran yang ada terjadi sekitar 55 kasus dan meningkat pada semester pertama tahun 2012 menjadi sebesar 30 per 100 kelahiran. (BPS, Jawa Timur, 2012).Pendekatan kasih sayang tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan mendekatkan anak kepada ibu setelah nifas, walaupun sebenarnya kedekatan kasih sayang tersebut juga telah ada sejak bayi dalam kandungan. Pada saat ini banyak ibu yang mempercayakan perawatan anaknya kepada orang lain karena beberapa hal. Perawatan yang dilakukan oleh orang lain tersebut sedikit banyak akan mengurangi kedekatan antara ibu dan anak. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian informasi mengenai bounding attachment pada ibu infas dan bagaimana pelaksanaannya.1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas, maka perumusan masalah penelitian adalah : Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi perbedaan pengetahuan ibu primi dan multi tentang bounding attachment pada ibu nifas di RSUD Hardjono Ponorogo1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi perbedaan pengetahuan ibu primi dan multi tentang bounding attachment di RSUD Hardjono Ponorogo.

1.3.2 Tujuan Khusus Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu primi tentang bounding attachment Untuk mengetahui Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan ibu multi gravida tentang bounding attachment.

Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu primi dan multi tentang bounding attachment..1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Peneliti

Peneliti dapat melaksanakan penelitian dan mengembangkan kemampuan untuk melakukan penelitian tentang perbedaaan pengetahuan ibu primi dan multi tentang bounding attachment pada ibu nifas di RSUD Hardjono Ponorogo.1.4.2 Bagi Ibu atau Responden

Hasil penelitian akan menambah pengetahuan ibu atau responden tentang bounding attchment pada ibu nifas di Rsud harjono ponorogo, sehingga ibu dapat mengetahui manfaat dan pentingnya bounding attchment untuk dirinya. Selain itu juga sebagai pengalaman yang kiranya menjadi tolak ukur atau guru yang takkan terlupakan bagi ibu atau responden.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai sumber referensi dan sebagai bahan pustaka yang digunakan dalam pengembangan ilmu kesehatan masyarakat oleh angkatan berikutnya.

1.4.4 Bagi RSUD Hardjono PonorogoHasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan di RSUD Hardjono Ponorogo dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terutama tentang pengetahuan bounding attchment pada ibu primi dan multi di ruang nifas.1.5 Keaslian PenelitianSampai saat ini, masih sedikit informasi yang menggambarkan tentang faktor faktor bounding attchment dan penelitian yang berhubungan dengan bounding attchment pada ibu nifas adalah :

Sulastri Mbaru (2007) mengenai faktor faktor yang mempengaruhi bounding attchment pada ibu post partum di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. Hasinya adalah pengetahuan yang tinggi sehingga ibu atau responden dapat memobilisasi dini dirinya agar mendapatkan kesembuhan yang maksimal dan sehat seperti sebelumnya. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah subjek, tempat, waktu penelitian dan cara pengambilan serta metode penelitian.

Peneltian lain yang dilakukan oleh Ambar Susilowati (2009) mengenai Hubungan Bounding attachment terdapat kenakalan balita menunjukkan bahwa balita yang mendapatkan Bounding attachment akan lebih toleran dan dapat menghargai kawan bermain dibandingan dengan Balita yang kurang mendapatkan Bounding Attachment. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah subjek, tempat, waktu penelitian dan cara pengambilan serta metode penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori2.1.1Pengetahuan 2.1.1.1Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagai besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2010).Pengetahuan termasuk kelompok kognitif dan menempatkan sebagai urutan pertama dari kognitif karena pengetahuan merupakan unsur dasar untuk membentuk tingkat berikutnya. Selanjutnya apabila seseorang dapat menjawab pertanyaan mengenai bidang tertentu dengan lancar, baik lisan maupun tulisan maka sudah dapat di katakan mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban verbal yang diberikan sudah dinamakan pengetahuan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hasil (Notoadmodjo, 2005).2.1.1.2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoadmodjo (2007), mengatakan bahwa pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu:1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan dengan benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4) Analisa (Analysis)

Analisa diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis diartikan menujukan kepada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek penelitian didasarkan suatu kriteria yang telah ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau mengunakan kriteria yang ada.2.1.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi PengetahuanMenurut Health (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.2) Media massa / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu halmemberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

3) Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.6) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.2.1.2 Bounding Attachment2.1.2.1 PengertianBounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment (membangun ikatan) jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.2.1.2.2 Perlakuan

Cara untuk melakukan bounding ada bermacam-macam antara lain:

1.Pemberian ASI ekslusif

Dengan dilakukannya pemberian ASI secara ekslusif segera setelah lahir, secara langsung bayi akan mengalami kontak kulit dengan ibunya yang menjadikan ibu merasa bangga dan diperlukan , rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia (Ambarwati, 2010).2.Rawat gabung

Rawat gabung merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan agar antara ibu dan bayi terjalin proses lekat (early infant mother bounding) akibat sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal ini sangat mempengaruhi perkembangan psikologis bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. Bayi yang merasa aman dan terlindung, merupakan dasar terbentuknya rasa percaya diri dikemudian hari. Dengan memberikan ASI ekslusif, ibu merasakan kepuasan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi bayinya, dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Keadaan ini juga memperlancar produksi ASI, karena refleks let-down bersifat psikosomatis. Ibu akan merasa bangga karena dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila ayah bayi berkunjung akan terasa adanya suatu kesatuan keluarga (Ambarwati, 2010).3.Kontak mata

Beberapa ibu berkata begitu bayinya bisa memandang mereka,mereka merasa lebih dekat dengan bayinya. Orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling memandang. Seringkali dalam posisi bertatapan. Bayi baru lahir dapat diletakkan lebih dekat untuk dapat melihat pada orang tuanya.

4.Suara

Mendengar dan merenspon suara antara orang tua dan bayinya sangat penting. orang tua menunggu tangisan pertama bayi mereka dengan tegang. Suara tersebut membuat mereka yakin bahwa bayinya dalam keadaan sehat. Tangis tersebut membuat mereka melakukan tindakan menghibur. Sewaktu orang tua berbicara dengan nada suara tinggi, bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah mereka (Bahiyatun, 2009).

5.Aroma

Setiap anak memiliki aroma yang unik dan bayi belajar dengan cepat untuk mengenali aroma susu ibunya.

6.Entrainment

Bayi mengembangkan irama akibat kebiasaan. Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang-nendangkan kaki. Entrainment terjadi pada saat anak mulai bicara (Helen, 2001).7.Bioritme

Salah satu tugas bayi baru lahir adalah membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.

8.Inisiasi Dini

Setelah bayi lahir, dengan segera bayi ditempatkan diatas ibu. Ia akan merangkak dan mencari puting susu ibunya. Dengan demikian, bayi dapat melakukan reflek suckling dengan segera.(Bobak, 2004)2.1.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Baunding AttachmentBerhasil atau tidaknya proses bounding attachment ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi sebagai berikut :

1.Kesehatan emosional orang tua

Orang tua yang mengharapkan kehadiran si anak dalam kehidupannya tentu akan memberikan respon emosi yang berbeda dengan orang tua yang tidak menginginkan kelahiran bayi tersebut. Respon emosi yang positif dapat membantu tercapainya proses bounding attachment ini (Bobak, 2004).

2.Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak

Dalam berkomunikasi dan ketrampilan dalam merawat anak, orang tua satu dengan yang lain tentu tidak sama tergantung pada kemampuan yang dimiliki masing-masing. Semakin cakap orang tua dalam merawat bayinya maka akan semakin mudah pula bounding attachment terwujud.

3.Dukungan sosial seperti keluarga, teman dan pasangan

Dukungan dari keluarga, teman, terutama pasangan merupakan faktor yang juga penting untuk diperhatikan karena dengan adanya dukungan dari orang-orang terdekat akan memberikan suatu semangat / dorongan positif yang kuat bagi ibu untuk memberikan kasih sayang yang penuh kepada bayinya (Fisica, 2010).4.Kedekatan orang tua ke anak

Dengan metode rooming in kedekatan antara orang tua dan anak dapat terjalin secara langsung dan menjadikan cepatnya ikatan batin terwujud diantara keduanya.

5.Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)

Anak akan lebih mudah diterima oleh anggota keluarga yang lain ketika keadaan anak sehat / normal dan jenis kelamin sesuai dengan yang diharapkan. (Kartika, 2008)Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antar ibu, ayah-anak dan berada dalam ikatan kasih. Menurut Brazelton (1978). Bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antara individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka bertemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu dengan aidividu lain. Sedangkan menurut Nelson dan May (1996) attachment merupakan ikatan antara individu meliputi penncurahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab. Menurut Klaus, kenell (1992), bonding attachment bersifat unik, spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda keberadaan secara fisik tidak terlihat.2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori (Menurut Soekanto, 2000)2.3 Kerangka Konsep

Keterangan:

: diteliti

: tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriptif, yaitu penelitian yang hasilnya berupa diskripsi (penggambaran) keadaan objek penelitian tanpa memberikan kesimpulan yang berlaku umum (generalisasi) (Taufiqurahman, 2003).3.2

Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2007). Variabel Penelitian dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu tentang baunding attachment.3.3Definisi Operasional Tabel 3.3 Definisi Operasional

Variabel Definisi operasionalParameterAlat ukurHasil ukurSkala

Tingkat pengetahuan ibu tentang

ibu tentang baunding attachmentPemahaman ibu tentang ibu tentang baunding attachmentPengetahuan ibu meliputi:

1. Pengertian ibu tentang baunding attachment2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan baunding attachmentKuesionerTinggi:

Jika prosentase nilai jawaban 76-100%

Sedang

Jika prosentase nilai jawaban 56-75%

Rendah

Jika prosentase nilai jawaban < 56%ordinal

3.4Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung ke RSUD Hardjono Ponorogo bulan Desember 2012 sebanyak 50 orang. 3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2007). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling di mana seluruh anggota populasi diambil sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berkunjung atau memeriksakan diri ke RSUD Hardjono Ponorogo pada bulan Desember 2012 sebanyak 50 orang:

a. Kriteria InklusiKriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian atau suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2003), kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:1). Semua ibu hamil

2). Memeriksan diri atau berkunjung ke RSUD Hardjono Ponorogo3). Bersedia menjadi responden.

b. Kriteria EksklusiKriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2003), kriteria esklusif dalam pada penelitian ini adalah:

1). Menolak menjadi responden3.5 Alat dan Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Alat pengumpulan dataPengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kuesioner, yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan kumpulan pernyataan mengenai suatu objek. Pernyataan dalam kuesioner bersifat tertutup, yaitu variasi jawaban sudah ditentukan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memilih jawaban kecuali yang telah diberikan (Notoatmodjo, 2002)

3.5.1.1 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah membagikan kuesioner kepada responden dan responden diminta mengisi kuesioner tersebut, untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang bunding attachment.

Kuesioner berhubungan dengan:

a. Identifikasi responden yaitu nomor responden, umur responden, pendidikan terakhir, pendapatan per bulan, suku bangsa.

b. Pertanyaan-pertanyaan informatif tentang apa yang telah diketahui dan didengar mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil tentang baunding attachment.Data yang dikumpulkan kemudian dilakukan uji validitas dan reabilitas untuk mengetahui baik tidaknya instrument pengumpul data.3.5.1.2 Uji Validitas dan Reliabiitas

Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu.

1. Uji Validitas

Uji validitas untuk mengukur tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dengan bantuan program SPSS For Windows menggunakan teknik Product Moment.

Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut (Sugiyono, 2007):

Keterangan:

r: koefisien korelasi

x: pernyataan

y: skor total

xy: skor pernyataan

N: Jumlah sampel

Secara keseluruhan uji validitas didapat jika rhitung > rtabel maka, item pertanyaan dinyatakan valid, dan jika rhitung < rtabel maka item pertanyaan dikatakan tidak valid (Sugiyono, 2007).

2.Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, untuk itu dilakukan uji reliabilitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan suatu instrumen sehingga, dapat diramalkan apabila alat ukur yang digunakan berkali-kali akan memberikan hasil yang hampir sama dalam waktu yang berbeda dan pada orang yang berbeda (Saifuddin Azwar, 2007). Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen dengan data yang bersifat dikotomi dengan menggunakan rumus Kruder Richarson-20 (Saifuddin Azwar, 2007), sebagai berikut:

k= banyaknya item dalam tes

= varians skor tes

p= proporsi subjek yang mendapat angka 1 pada suatu item, yaitu banyaknya subjek yang mendapat angka 1 dibagi oleh banyaknya seluruh subjek yang menjawab item tersebut.

3.5.1.3 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat, 2007 : 98).

Metode pengumpulan data yang akan peneliti gunakan adalah pengumpulan data primer, dimana data didapatkan secara langsung dari responden yang mengisi kuesioner. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber Pengetahuan yang dicari (Azwar, 2007 : 91).Metode pengumpulan data adalah cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian (Hidayat,2007:98). Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan cara membagikan kuesioner kepada responden dan responden diminta mengisi kuesioner tersebut untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu baundinga attchment. Kemudian setelah diisi diserahkan kembali kepada peneliti.3.6 Metode Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data adalah cara atau metode yang digunakan dalam mengolah data yang berhubungan dengan instrumen penelitian (Notoatmodjo,2005 : 126). Adapun proses pengolahan data yang dilakukan yaitu

3.6.1.1 EditingUpaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang di peroleh atau di kumpulkan. Editing dapat di lakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul (Hidayat,2007 : 121).3.6.1.2 Coding

Kegiatan pemberi kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Dalam pemberian kode di buat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat,2008 : 121).3.6.1.3 Data entry

Kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau data base computer kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontingensi.3.6.1.4 Melakukan teknik analisisDalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis (Hidayat, 2007).

Untuk mengolah data, variabel dikategorikan sebagai berikut: Untuk mengolah data, variabel dikategorikan sebagai berikut:Tingkat pengetahuan diukur dengan kuesioner dengan skala Guttmann dengan model jawaban benar dan salah. Dengan sistem penilaian sebagai berikut:

a. Kalimat positif:

Jika jawaban benar diberi nilai 1

Jika jawaban salah diberi nilai 0

b. Kalimat negatif:

Jika jawaban benar diberi nilai 0

Jika jawaban salah diberi nilai 1

Selanjutnya dikategorikan dalam bentuk

Tinggi : jika prosentase skor jawaban 76-100%

Sedang : jika prosentase skor jawaban 56-75%

Rendah : jika prosentase skor jawaban