ruu advokat dan penjelasan 11 februari 2013 (final koreksi deputi puu)-1

22
11 Februari 2013 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR … TAHUN … TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram, tertib, dan berkeadilan; b. bahwa kekuasaan kehakiman yang bebas dari segala campur tangan dan pengaruh dari luar, memerlukan profesi advokat yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab, untuk terselenggaranya suatu peradilan yang jujur, adil, dan memiliki kepastian hukum bagi semua pencari keadilan; c. bahwa advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya perlu dijamin dan dilindungi oleh undang-undang demi terselenggaranya upaya penegakan supremasi hukum; d. bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat sudah tidak sesuai dengan kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu diganti; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Advokat; Mengingat: Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG ADVOKAT.

Upload: maraden-aw-sh

Post on 02-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Bagi rekan-rekan advokat yang ingin mengetahui RUU Advokat dan mempelajarinya, silahkan di download dan disebarkan seluas-luasnya supaya menjadi jelas dan terang informasinya.

TRANSCRIPT

11 Februari 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

ADVOKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa Negara Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, bertujuan mewujudkan tata

kehidupan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram, tertib,

dan berkeadilan;

b. bahwa kekuasaan kehakiman yang bebas dari segala campur

tangan dan pengaruh dari luar, memerlukan profesi advokat

yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab, untuk

terselenggaranya suatu peradilan yang jujur, adil, dan

memiliki kepastian hukum bagi semua pencari keadilan;

c. bahwa advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan

bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya perlu

dijamin dan dilindungi oleh undang-undang demi

terselenggaranya upaya penegakan supremasi hukum;

d. bahwa Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang

Advokat sudah tidak sesuai dengan kebutuhan hukum

masyarakat sehingga perlu diganti;

e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu

membentuk Undang-Undang tentang Advokat;

Mengingat: Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG ADVOKAT.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

1. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam

maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan

ketentuan Undang-Undang ini.

2. Jasa Hukum adalah jasa yang diberikan Advokat berupa konsultasi

hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela, dan

melakukan tindakan hukum lain untuk kepentingan hukum klien.

3. Klien adalah orang, badan hukum, atau lembaga lain yang menerima Jasa

Hukum dari Advokat.

4. Organisasi Advokat adalah organisasi profesi yang dibentuk oleh Advokat

berdasarkan Undang-Undang ini yang bertujuan untuk meningkatkan

kualitas profesi Advokat.

5. Induk Organisasi Advokat adalah perkumpulan Organisasi Advokat yang

berfungsi sebagai induk dari Organisasi Advokat.

6. Kode Etik Advokat yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah pedoman

etika dan perilaku yang harus dilaksanakan oleh Advokat.

7. Dewan Kehormatan Organisasi Advokat yang selanjutnya disebut Dewan

Kehormatan adalah organ yang dibentuk oleh Organisasi Advokat yang

bertugas untuk memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode Etik di tingkat

pertama.

8. Majelis Kehormatan Advokat yang selanjutnya disebut Majelis Kehormatan

adalah organ yang dibentuk oleh Induk Organisasi Advokat yang bertugas

untuk memeriksa dan mengadili pelanggaran Kode Etik di tingkat banding

yang putusannya bersifat final dan mengikat.

9. Advokat Asing adalah Advokat berkewarganegaraan asing yang

menjalankan profesinya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

berdasarkan persyaratan ketentuan peraturan perundang-undangan.

10. Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma adalah Jasa Hukum yang diberikan oleh

Advokat kepada Klien yang tidak mampu.

Pasal 2

Undang-Undang ini dilaksanakan berdasarkan asas:

a. keadilan;

b. kepastian hukum;

c. kemandirian;

d. netralitas;

e. profesionalitas;

f. akuntabilitas; dan

g. transparansi.

BAB II

FUNGSI, KEDUDUKAN,

DAN WILAYAH KERJA ADVOKAT

Pasal 3

Advokat berfungsi sebagai pembela kepentingan hukum Klien dan masyarakat

demi kebenaran dan keadilan.

Pasal 4

Advokat berkedudukan sebagai salah satu pilar penegakan hukum yang bebas

dan mandiri dalam menjalankan profesi mulia, dengan berpegang teguh pada

Kode Etik dan sumpah Advokat untuk penegakan supremasi hukum dan

keadilan.

Pasal 5

Wilayah kerja Advokat meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

BAB III

HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 6

Advokat berhak:

a. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang

menjadi tanggung jawabnya di dalam dan di luar sidang pengadilan

dengan tetap berpegang teguh pada Kode Etik dan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

b. menjalankan tugas profesinya dengan bebas untuk membela perkara yang

menjadi tanggung jawabnya dengan tetap berpegang teguh pada Kode Etik

dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. memperoleh informasi, data, dan dokumen lainnya, baik dari instansi

pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan

tersebut yang diperlukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. menerima honorarium atas Jasa Hukum yang telah diberikan kepada Klien

yang ditetapkan secara wajar berdasarkan persetujuan kedua pihak;

e. atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien, termasuk perlindungan atas

berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan, dan

perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat

kecuali ditentukan lain oleh undang-undang;

f. untuk tidak dapat dituntut secara perdata atau pidana dalam menjalankan

tugas profesinya dengan itikad baik untuk kepentingan pembelaan Klien

dalam sidang pengadilan; dan

g. untuk tidak diidentikkan dengan Kliennya dalam membela perkara Klien

oleh pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.

Pasal 7

(1) Advokat wajib:

a. memberikan perlakuan yang sama terhadap Klien tanpa membedakan

perlakuan berdasarkan jenis kelamin, suku, agama, ras, antargolongan,

politik, keturunan, atau latar belakang sosial dan budaya;

b. merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari

Kliennya karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh

undang-undang;

c. memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma dan melaporkan

pelaksanaannya kepada Organisasi Advokat; dan

d. mengenakan atribut dalam sidang pengadilan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara pemberian

Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf c diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 8

(1) Dalam menjalankan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7

ayat (1), Advokat tidak diperbolehkan:

a. memegang jabatan lain yang bertentangan dengan kepentingan tugas

dan martabat profesinya;

b. memegang jabatan lain yang meminta pengabdian sedemikian rupa

sehingga merugikan profesi Advokat atau mengurangi kebebasan dan

kemerdekaan dalam menjalankan profesinya; dan

c. menjalankan profesi Advokat apabila diangkat menjadi pejabat negara.

(2) Advokat harus melaporkan pengangkatan dirinya sebagai pejabat negara

baik pada saat mulai maupun pada saat selesai menjalankan jabatannya

kepada Organisasi Advokat tempat Advokat tersebut terdaftar.

BAB IV

PENGANGKATAN, SUMPAH ATAU JANJI, DAN PEMBERHENTIAN

Bagian Kesatu

Pengangkatan

Pasal 9

(1) Pengangkatan Advokat dilakukan oleh Induk Organisasi Advokat.

(2) Setiap orang yang diangkat menjadi Advokat berdasarkan Undang-Undang

ini wajib menjadi anggota Organisasi Advokat.

(3) Untuk dapat diangkat menjadi Advokat harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia;

b. bertempat tinggal di Indonesia;

c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara;

d. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum;

e. mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat dan lulus ujian profesi

Advokat;

f. magang paling singkat 2 (dua) tahun secara terus menerus pada kantor

Advokat;

g. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang

diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; dan

h. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas.

(4) Mantan jaksa, polisi, penyidik pegawai negeri sipil, atau hakim dapat

diangkat menjadi Advokat dengan memenuhi persyaratan sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) dan telah berhenti dan/atau diberhentikan dengan

hormat secara tetap paling singkat 5 (lima) tahun dari jabatannya.

(5) Mantan jaksa agung, kepala kepolisian Republik Indonesia, hakim agung,

atau hakim konstitusi tidak dapat diangkat menjadi Advokat.

Pasal 10

(1) Pendidikan khusus profesi advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9

ayat (3) huruf e diselenggarakan oleh Organisasi Advokat.

(2) Ujian profesi advokat sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (3) huruf e

diselenggarakan oleh Induk Organisasi Advokat bekerja sama dengan

Organisasi Advokat.

(3) Kurikulum pendidikan khusus profesi Advokat ditetapkan oleh Induk

Organisasi Advokat sesuai dengan standar yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

(1) Advokat yang telah diangkat berdasarkan persyaratan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) dapat menjalankan praktiknya dengan

mengkhususkan diri pada bidang tertentu sesuai dengan persyaratan yang

ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Salinan surat keputusan pengangkatan Advokat disampaikan oleh Induk

Organisasi Advokat kepada Mahkamah Agung dalam jangka waktu paling

lama 5 (lima) hari kerja.

(3) Induk Organisasi Advokat mengeluarkan kartu Advokat dalam jangka

waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak tanggal

dikeluarkannya surat keputusan pengangkatan Advokat.

(4) Induk Organisasi Advokat mengirimkan kartu Advokat sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) kepada Advokat yang bersangkutan dalam jangka

waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal

dikeluarkannya kartu Advokat.

Bagian Kedua

Sumpah atau Janji

Pasal 12

(1) Sebelum menjalankan profesinya, Advokat wajib bersumpah atau berjanji

menurut agamanya dengan sungguh-sungguh yang dipandu oleh

pimpinan Organisasi Advokat tempat Advokat tersebut terdaftar.

(2) Sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1), lafalnya sebagai

berikut:

“Demi Allah saya bersumpah atau saya berjanji:

bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai

dasar negara dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945;

bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung

dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan

atau menjanjikan barang sesuatu kepada siapapun juga;

bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa

hukum akan bertindak jujur, adil, dan bertanggung jawab berdasarkan

hukum dan keadilan;

bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar

pengadilan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada

hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau

menguntungkan bagi perkara Klien yang sedang atau akan saya tangani;

bahwa saya akan menjaga tingkah laku saya dan akan menjalankan

kewajiban saya sesuai dengan kehormatan, martabat, dan tanggung jawab

saya sebagai Advokat;

bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau

memberi jasa hukum di dalam suatu perkara yang menurut hemat saya

merupakan bagian daripada tanggung jawab profesi saya sebagai seorang

Advokat.

(3) Pengambilan sumpah atau janji sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dibuatkan berita acara oleh Organisasi Advokat yang salinannya

disampaikan kepada Induk Organisasi Advokat dan Mahkamah Agung.

Bagian Ketiga

Pemberhentian

Pasal 13

(1) Advokat dapat berhenti atau diberhentikan dari profesinya oleh Organisasi

Advokat berdasarkan keputusan Dewan Kehormatan atau Majelis

Kehormatan.

(2) Salinan Surat Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) disampaikan oleh Dewan Kehormatan atau Majelis Kehormatan

kepada Induk Organisasi Advokat dan Mahkamah Agung.

Pasal 14

(1) Advokat berhenti dari profesinya secara tetap karena:

a. meninggal dunia;

b. permohonan sendiri; dan

c. diberhentikan.

(2) Advokat diberhentikan dari profesinya secara tetap sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c karena:

a. dijatuhi pidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana yang diancam dengan hukuman 5 (lima)

tahun atau lebih; atau

b. berdasarkan keputusan Dewan Kehormatan atau Majelis Kehormatan

karena telah melanggar Kode Etik.

(3) Advokat yang diberhentikan berdasarkan ketentuan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2), tidak berhak menjalankan profesi Advokat.

BAB V

ORGANISASI ADVOKAT

Pasal 15

(1) Organisasi Advokat harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh

Induk Organisasi Advokat.

(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. berbadan hukum;

b. beranggotakan Advokat;

c. memiliki program kerja dalam bidang pemberian Jasa Hukum dan Jasa

Hukum Secara Cuma-Cuma; dan

d. memiliki kepengurusan dan kegiatan yang aktif paling sedikit 3 (tiga)

cabang kabupaten/kota di setiap provinsi di seluruh wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

(3) Pengurus Organisasi Advokat paling sedikit terdiri atas 2 (dua) orang

pimpinan, 1 (satu) orang sekretaris, dan 1 (satu) orang bendahara.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurus Organisasi Advokat

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditentukan dan ditetapkan oleh

Advokat sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 16

Pengurus Organisasi Advokat tidak dapat dirangkap dengan pengurus partai

politik, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

Pasal 17

Tugas dan wewenang Organisasi Advokat diatur dalam Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Organisasi Advokat.

Pasal 18

Anggaran pendapatan dan belanja Organisasi Advokat bersumber dari iuran

anggota dan sumbangan yang sah dan tidak mengikat sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 19

(1) Organisasi Advokat membentuk Dewan Kehormatan.

(2) Anggota Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. Advokat yang telah berpraktik paling singkat 15 (lima belas) tahun;

b. mantan penegak hukum;

c. akademisi; dan

d. tokoh masyarakat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan anggota dan tata cara

pengangkatan anggota Dewan Kehormatan diatur dengan Peraturan

Organisasi Advokat.

Pasal 20

(1) Dewan Kehormatan memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran Kode

Etik pada tingkat pertama.

(2) Keputusan Dewan Kehormatan tidak menghilangkan tanggung jawab

pidana jika pelanggaran terhadap Kode Etik mengandung unsur pidana.

Pasal 21

(1) Advokat dapat dijatuhi sanksi oleh Dewan Kehormatan berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pemberhentian sementara dari profesinya selama 3 (tiga) sampai dengan

12 (dua belas) bulan; atau

c. pemberhentian tetap dari profesinya.

(2) Sebelum Advokat dijatuhi sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

kepada Advokat yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk

melakukan pembelaan diri.

BAB VI

INDUK ORGANISASI ADVOKAT

Pasal 22

(1) Induk Organisasi Advokat beranggotakan Organisasi Advokat.

(2) Pengurus Induk Organisasi Advokat paling sedikit terdiri atas 2 (dua)

orang pimpinan, 1 (satu) orang sekretaris, dan 1 (satu) orang bendahara

yang berasal dari perwakilan Organisasi Advokat.

(3) Induk Organisasi Advokat membentuk Kode Etik.

(4) Pendanaan untuk menjalankan kegiatan Induk Organisasi Advokat

dibebankan kepada anggaran pendapatan dan belanja Organisasi Advokat

yang bersumber dari iuran anggota dan sumbangan yang sah dan tidak

mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 23

(1) Pengurus Induk Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 ayat (2) berasal dari perwakilan setiap Organisasi Advokat.

(2) Perwakilan dari setiap Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. telah berpraktik sebagai Advokat paling singkat 15 (lima belas) tahun;

b. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang

diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; dan

c. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas.

(3) Pengurus Induk Organisasi Advokat sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 ayat (2) memegang jabatan selama 5 (lima) tahun dan dapat dipilih

kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

(4) Untuk pertama kali pengurus Induk Organisasi Advokat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) dipilih melalui musyawarah nasional

Organisasi Advokat.

Pasal 24

(1) Dalam hal terdapat upaya banding atas perkara pelanggaran Kode Etik,

Induk Organisasi Advokat membentuk Majelis Kehormatan.

(2) Anggota Majelis Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. Advokat yang telah berpraktik paling singkat 20 (dua puluh) tahun;

b. mantan penegak hukum;

c. akademisi; dan

d. tokoh masyarakat.

(3) Anggota Majelis Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. telah berpraktik sebagai Advokat paling singkat 15 (lima belas) tahun;

b. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan

yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih; dan

c. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan keanggotaan dan tata cara

pengangkatan anggota Majelis Kehormatan diatur dengan Peraturan

Induk Organisasi Advokat.

Pasal 25

(1) Majelis Kehormatan memeriksa dan mengadili perkara pelanggaran Kode

Etik pada tingkat banding.

(2) Keputusan Majelis Kehormatan tidak menghilangkan tanggung jawab

pidana jika pelanggaran terhadap Kode Etik mengandung unsur pidana.

BAB VII

ADVOKAT ASING

Pasal 26

(1) Advokat Asing dilarang beracara di sidang pengadilan, berpraktik

dan/atau membuka kantor Advokat di Indonesia.

(2) Kantor Advokat dapat mempekerjakan Advokat Asing sebagai karyawan

atau tenaga ahli dalam bidang hukum asing atas izin Pemerintah dengan

rekomendasi Organisasi Advokat.

(3) Advokat Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib memberikan

kontribusi secara cuma-cuma kepada dunia pendidikan dan penelitian

hukum.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara

mempekerjakan Advokat Asing serta kewajiban memberikan kontribusi

secara cuma-cuma kepada dunia pendidikan dan penelitian hukum diatur

dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 27

Advokat Asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 tunduk kepada Kode

Etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VIII

PARTISIPASI MASYARAKAT

Pasal 28

Masyarakat dapat berpartisipasi dengan cara:

a. melaporkan secara lisan dan/atau tertulis kepada Organisasi Advokat jika

terjadi dugaan pelanggaran Kode Etik oleh Advokat;

b. turut serta dalam unsur keanggotaan Dewan Kehormatan; dan/atau

c. memberikan sumbangan kepada Organisasi Advokat.

BAB IX

LARANGAN

Pasal 29

Setiap orang dilarang menjalankan pekerjaan profesi Advokat tanpa memenuhi

ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini, kecuali ditentukan lain

berdasarkan undang-undang.

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 30

Setiap orang yang dengan sengaja menjalankan pekerjaan profesi Advokat

tanpa memenuhi ketentuan yang diatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal

29 Undang-Undang ini, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)

tahun dan denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta) rupiah.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 31

(1) Advokat yang telah diangkat pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,

dinyatakan sebagai Advokat sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

ini.

(2) Pengangkatan sebagai Advokat yang pada saat Undang-Undang ini mulai

berlaku masih dalam proses penyelesaian, diberlakukan ketentuan

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 32

Kode Etik dan ketentuan mengenai Dewan Kehormatan yang telah ditetapkan

oleh Ikatan Advokat Indonesia, Asosiasi Advokat Indonesia, Ikatan Penasihat

Hukum Indonesia, Himpunan Advokat dan Pengacara Indonesia, Serikat

Pengacara Indonesia, Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia, dan Himpunan

Konsultan Hukum Pasar Modal, pada tanggal 23 Mei 2002 dinyatakan masih

tetap berlaku sampai ada Kode Etik dan ketentuan mengenai Dewan

Kehormatan baru yang dibuat oleh Organisasi Advokat.

Pasal 33

(1) Organisasi Advokat yang ada, pada saat Undang-Undang mulai berlaku

harus menyesuaikan dengan persyaratan Organisasi Advokat

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini paling lama 2 (dua) tahun

sejak Undang-Undang ini mulai berlaku.

(2) Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, Organisasi Advokat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum menyesuaikan dengan

persyaratan dalam Undang-Undang ini, tidak dapat dikategorikan sebagai

Organisasi Advokat.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 34

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan Perundang-

undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang

Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4288), dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan

dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal 35

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2003 tentang Advokat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2003 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4288), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 36

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama

2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan.

Pasal 37

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-

Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Disahkan di Jakarta

pada tanggal ...

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal …

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ...

PENJELASAN

ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN …

TENTANG

ADVOKAT

I. UMUM

Negara Indonesia adalah negara hukum yang bertujuan melindungi

segenap bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Prinsip negara

hukum menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 antara lain supremasi hukum, pembagian kekuasaan, pemerintahan

berdasarkan konstitusi, persamaan di hadapan hukum, adanya peradilan

tata usaha negara, perlindungan Hak Asasi Manusia, serta peradilan yang

bebas dan tidak memihak.

Untuk melaksanakan prinsip negara hukum tersebut, diperlukan profesi

Advokat yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab selain lembaga

peradilan dan instansi penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan.

Profesi Advokat tersebut dilaksanakan melalui pemberian Jasa Hukum

kepada masyarakat. Jasa Hukum yang dapat diberikan oleh Advokat tidak

hanya di dalam pengadilan tetapi juga di luar pengadilan.

Mengingat profesi Advokat merupakan profesi yang mulia (officium nobile),

Advokat berdasarkan Undang-Undang ini, selain memberikan Jasa Hukum

dengan imbalan berupa honorarium, juga dibebani kewajiban untuk

memberikan Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma kepada klien yang tidak

mampu. Pemberian Jasa Hukum Secara Cuma-Cuma oleh Advokat tersebut

tidak hanya sekedar sebagai kontribusi dan tanggung jawab sosial Advokat

dalam kaitannya dengan fungsi sosial dari profesi tersebut tetapi lebih

merupakan kewajiban dari Advokat.

Untuk menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul serta untuk

meningkatkan kualitas profesi Advokat, Advokat diberikan kebebasan yang

seluas-luasnya untuk membentuk Organisasi Advokat berdasarkan

persyaratan sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang ini. Seluruh

Organisasi Advokat tersebut bergabung dalam Induk Organisasi Advokat.

Selanjutnya dalam rangka menegakkan Kode Etik, berdasarkan Undang-

Undang ini, masing-masing Organisasi Advokat membentuk Dewan

Kehormatan yang anggotanya terdiri atas Advokat yang telah berpraktik

paling singkat 15 (lima belas) tahun, mantan penegak hukum, akademisi,

dan tokoh masyarakat. Dewan Kehormatan tersebut memeriksa dan

mengadili perkara pelanggaran Kode Etik pada tingkat pertama.

Jika terhadap perkara pelanggaran kode etik diajukan banding, Induk

Organisasi Advokat membentuk Majelis Kehormatan. Anggota Majelis

Kehormatan terdiri atas Advokat yang telah berpraktik paling singkat 20 (dua

puluh) tahun, mantan penegak hukum, akademisi, dan tokoh masyarakat.

Advokat sebagai profesi yang bebas, mandiri, dan bertanggung jawab

perlu dilindungi oleh undang-undang. Undang-undang yang mengatur

profesi Advokat sebelum dibentuknya Undang-Undang ini adalah Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Namun keberadaan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat tersebut belum

dapat menampung perkembangan kebutuhan hukum masyarakat. Oleh

karena itu, pembentukan Undang-Undang ini dimaksudkan untuk

menggantikan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat.

Adapun materi pokok yang diatur dalam Undang-Undang ini antara lain

mengenai pengertian Advokat; fungsi, kedudukan, dan wilayah kerja

Advokat; hak dan kewajiban Advokat; pengangkatan, sumpah atau janji, dan

pemberhentian; Organisasi Advokat; Induk Organisasi Advokat; Advokat

asing; dan partisipasi masyarakat.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Huruf a

Yang dimaksud dengan “asas keadilan” adalah bahwa Advokat

harus adil dalam memperlakukan setiap Klien tanpa melihat

perbedaan.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “asas kepastian hukum” adalah bahwa

Advokat harus dapat melindungi Klien dan masyarakat agar

tidak diperlakukan sewenang-wenang oleh negara atau

penguasa, tetapi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “asas kemandirian” adalah bahwa

Advokat mampu bertindak atas dorongan dan kemampuan diri

sendiri sesuai dengan hak dan kewajibannya, yang terlihat

dalam tindakan atau perbuatan nyata guna menghasilkan jasa

hukum yang baik.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “asas netralitas” adalah Advokat dalam

menjalankan tugas profesinya bebas dari pengaruh pihak lain.

Huruf e

Yang dimaksud dengan “asas profesionalitas” adalah bahwa

Advokat mampu bertindak sesuai dengan keahliannya

berlandaskan pada Kode Etik dan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “asas akuntabilitas” adalah setiap

tindakan hukum Advokat harus dapat dipertanggungjawabkan

kepada Klien dan/atau masyarakat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Huruf g

Yang dimaksud dengan “asas tranparansi” adalah bahwa

setiap tindakan hukum Advokat dan Organisasi Advokat harus

dapat diakses oleh anggota masyarakat dan Klien sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan, sebaliknya

Advokat juga berhak untuk memperoleh setiap informasi dari

Pemerintah terhadap penyelenggaraan sistem peradilan.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Yang dimaksud dengan “bebas” adalah tanpa tekanan, ancaman,

hambatan, tanpa rasa takut, atau perlakuan yang merendahkan

harkat martabat profesi. Kebebasan tersebut dilaksanakan sesuai

dengan kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan.

Pasal 5

Dalam hal Advokat membuka atau pindah kantor dalam suatu

wilayah negara Republik Indonesia, Advokat wajib memberitahukan

kepada Pengadilan Negeri, Organisasi Advokat, Induk Organisasi

Advokat, dan Pemerintah Daerah setempat.

Pasal 6

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Ketentuan ini mengatur mengenai kekebalan Advokat dalam

menjalankan tugas profesinya untuk kepentingan Kliennya di

luar sidang pengadilan dan dalam mendampingi Kliennya pada

dengar pendapat di lembaga perwakilan rakyat.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “secara wajar” adalah dengan

memperhatikan risiko, waktu, kemampuan, dan kepentingan

Klien.

Yang dimaksud dengan “honorarium” adalah imbalan atas Jasa

Hukum yang diterima oleh Advokat berdasarkan kesepakatan

dengan Klien.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Yang dimaksud dengan “itikad baik” adalah menjalankan tugas

profesi demi tegaknya keadilan berdasarkan hukum untuk

membela kepentingan kliennya.

Yang dimaksud dengan “sidang pengadilan” adalah sidang

pengadilan dalam setiap tingkat pengadilan di semua

lingkungan peradilan.

Huruf g

Cukup jelas.

Pasal 7

Ayat (1)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Cukup jelas.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “atribut” merupakan toga berwarna

hitam, dengan lengan lebar, simare dan bef putih dengan

atau tanpa peci hitam.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “bertempat tinggal di Indonesia”

adalah bahwa pada waktu seseorang diangkat sebagai

Advokat, orang tersebut harus bertempat tinggal di

Indonesia. Persyaratan ini tidak mengurangi kebebasan

seseorang setelah diangkat sebagai Advokat untuk

bertempat tinggal dimanapun.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “pegawai negeri” adalah pegawai

negeri dan pejabat negara sebagaimana dimaksud dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “berlatar belakang pendidikan

tinggi hukum” adalah lulusan fakultas hukum, fakultas

syariah, perguruan tinggi hukum militer, dan perguruan

tinggi ilmu kepolisian.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Magang dimaksudkan agar calon advokat dapat memiliki

pengalaman praktik yang mendukung kemampuan,

keterampilan, dan etika dalam menjalankan profesinya.

Magang dilakukan sebelum calon Advokat diangkat

sebagai Advokat dan dapat dilakukan pada lebih dari 1

(satu) kantor Advokat,

Huruf g

Cukup jelas.

Huruf h

Cukup jelas.

Ayat (4)

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya

praktik kolusi dan nepotisme.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “bidang tertentu” antara lain Hak Atas

Kekayaan Intelektual, Pasar Modal, dan Perusahaan.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 12

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan “pimpinan” adalah ketua dan wakil

ketua.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 13

Cukup jelas.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

Pasal 16

Cukup jelas.

Pasal 17

Cukup jelas.

Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “mantan penegak hukum” adalah

penegak hukum yang telah berhenti atau diberhentikan

dengan hormat dari instansinya.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “akademisi” adalah dosen di

bidang ilmu hukum.

Huruf d

Yang dimaksud dengan “tokoh masyarakat” adalah

seseorang yang dalam kehidupan sehari-harinya penuh

dengan bakti kepada masyarakat.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “pembelaan diri” adalah hak yang

diberikan kepada Advokat untuk mengemukakan alasan serta

sanggahan terhadap hal-hal yang merugikan dirinya di dalam

menjalankan profesinya atau kaitannya dengan organisasi

profesi.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

Pasal 26

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan “hukum asing” adalah hukum dari

negara asalnya dan/atau hukum internasional di bidang bisnis

dan arbitrase.

Ayat (3)

Yang dimaksud dengan “kontribusi secara cuma-cuma kepada

dunia pendidikan dan penelitian hukum” antara lain menjadi

pengajar dan narasumber.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Pasal 27

Cukup jelas.

Pasal 28

Yang dimaksud dengan “masyarakat” antara lain orang perseorangan,

kelompok atau organisasi masyarakat, kelompok profesi, lembaga

swadaya masyarakat, dan masyarakat adat.

Huruf a

Cukup jelas.

Huruf b

Cukup jelas.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “sumbangan” meliputi finansial dan non

finansial.

Pasal 29

Cukup jelas.

Pasal 30

Cukup jelas.

Pasal 31

Cukup jelas.

Pasal 32

Cukup jelas.

Pasal 33

Cukup jelas.

Pasal 34

Cukup jelas.

Pasal 35

Cukup jelas.

Pasal 36

Cukup jelas.

Pasal 37

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR …