rupture acl

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20 – 40 tahun, aktivitas menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena aktivitas- aktivitas lain, seperti bepergian atau acara-acara rekreasi akhir pekan dengan keluarga. Belum lagi di usia ini banyak yang sangat aktif dalam kegiatan olah raga. Pada usia di atas 40 tahun, walaupun sudah memasuki masa penuaan (degenerasi), aktivitas orang tua di perkotaan masih sangat tinggi. Dengan gaya hidup yang demikian, timbul masalah-masalah yang berhubungan dengan sendi. Untuk aktivitas mobilitas yang sangat tinggi, sendi lutut (knee joint) adalah sendi yang paling banyak menimbulkan keluhan. Keluhan di sendi lutut dapat berupa nyeri, bengkak, kaku, bunyi pada pergerakan, dan tidak stabil. Pada orang-orang dewasa muda, keluhan lutut umumnya timbul karena aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan, misalnya banyak mengangkat barang-barang berat dan sering naik turun tangga, atau karena cedera akibat aktivitas olah raga. Pada usia di atas 40 tahun, keluhan sendi biasanya berhubungan dengan keadaan degenerasi sendi dan naiknya berat badan. Pada sendi lutut terdapat ligamen-ligamen yang berperan penting untuk menjaga gerakan-gerakan pada sendi tersebut. Ligamen merupakan jaringan ikat fibrosa yang mengikat ujung luar tulang yang membentuk persendian. Ligamen tersusun atas jaringan ikat padat yang mengandung

Upload: andreas

Post on 10-Jul-2016

130 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: Rupture ACL

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada orang-orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20 – 40 tahun,

aktivitas menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena aktivitas- aktivitas

lain, seperti bepergian atau acara-acara rekreasi akhir pekan dengan keluarga. Belum

lagi di usia ini banyak yang sangat aktif dalam kegiatan olah raga. Pada usia di atas

40 tahun, walaupun sudah memasuki masa penuaan (degenerasi), aktivitas orang tua

di perkotaan masih sangat tinggi. Dengan gaya hidup yang demikian, timbul masalah-

masalah yang berhubungan dengan sendi.

Untuk aktivitas mobilitas yang sangat tinggi, sendi lutut (knee joint) adalah

sendi yang paling banyak menimbulkan keluhan. Keluhan di sendi lutut dapat berupa

nyeri, bengkak, kaku, bunyi pada pergerakan, dan tidak stabil. Pada orang-orang

dewasa muda, keluhan lutut umumnya timbul karena aktivitas yang berhubungan

dengan pekerjaan, misalnya banyak mengangkat barang-barang berat dan sering naik

turun tangga, atau karena cedera akibat aktivitas olah raga. Pada usia di atas 40 tahun,

keluhan sendi biasanya berhubungan dengan keadaan degenerasi sendi dan naiknya

berat badan.

Pada sendi lutut terdapat ligamen-ligamen yang berperan penting untuk

menjaga gerakan-gerakan pada sendi tersebut. Ligamen merupakan jaringan ikat

fibrosa yang mengikat ujung luar tulang yang membentuk persendian. Ligamen

tersusun atas jaringan ikat padat yang mengandung serat kolagen nonextensile (tipe

1), sehingga dikenal sebagai jaringan ikat fibrosa.

Cedera pada ligamen terjadi akibat gerakan yang melebihi batas kemampuan

ligamen untuk meregang, sehingga dapat terjadi keseleo (strain) atau robek. Jika

terjadi cedera pada ligamen, akan berpengaruh pada kemampuan untuk melakukan

gerakan sehingga dapat mengganggu aktivitas.

Cedera ligamen biasanya terjadi pada ligamen di persendian lutut dan

pergelangan kaki. Hal ini dikarenakan pada daerah tersebut sedikit terdapat jaringan

otot sehingga mudah terjadi cedera. Terapi pada cedera ligamen dilakukan tergantung

dari parah tidaknya cedera yang dialami. Jika hanya terjadi keseleo, bagian yang

cedera dapat di gips untuk beberapa minggu. Namun jika terjadi robekan yang parah,

tindakan operasi harus dilakukan untuk mempertahankan kestabilan sendi.

Page 2: Rupture ACL

Anterior cruciate ligament (ACL) adalah ligament yang menjaga kestabilan sendi

lutut. Cedera ACL sering terjadi pada olah raga high-impact, seperti sepak bola, futsal, tenis,

badminton, bola basket dan olah raga bela diri.

Insidensi cedera ACL berdasarkan AFL injury report: musim 2006

adalah 0.9 cedera baru / tim / musim dan cedera ini menyebabkan para pemain

sepak bola melewatkan 15.3 permainan / tim / musim. Setiap tahun di amerika

serikat terjadi 250.000 cedera ACL, atau sekitar 1 dari 3000 populasi. Sekitar

sepertiga dari pasien yang mengalami cedera ACL memerlukan pembedahan,

dengan biaya 17.000 dollar amerika serikat per rekonstruksi sehingga

diperkirakan biaya per tahun sekitar 1,5 Milyar dollar Amerika serikat. Dengan

demikian biaya yang di keluarkan sangat besar sekali

Berdasarkan laar belakang dan data tersebut si atas, penulis berpendapat

bahwa rupture acl masih memerlukan berbagai penanganan secara konprehensif dan

keikutsertaan klien dan keluarga sangat membantu dalam upaya memperoleh derajat

kesehatan yang optimal. Untuk itu, penulis ingin mengetahui dan memahami lebih

lanjut tentang penanganan/asuhan terhadap klien dengan “Rupture ACL” yang

tersusun sebagai makalah dengan judul “Asuhan keperawatan pada klien Tn “S”

dengan Rupture ACL di Pav. Lukas Kamar 9-1 RS. RK. Charitas”.

B. Ruang Lingkup Penulisan

Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian Asuhan

keperawatan pada klien Tn “S” dengan Rupture ACL di Pav. Lukas Kamar 9-1 RS.

RK. Charitas Palembang meliputi tahap pengkajian, perencanaan, diagnosa,

implementasi, dan evaluasi.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada klien Tn “S” dengan

Rupture ACL secara komprehensipf meliputi aspek biopsikososio spiritual

2. Tujuan khusus

Melalui pendekatan proses keperawatan aspek biopsikososio spiritual

diharapkan siswa mampu:

a. Mampu melaksanakan pengkajian terhadap klien Tn “S” dengan Rupture

ACL

b. Mampu mendiagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah.

Page 3: Rupture ACL

c. Mampu membuat rencana tindakan dan rasional dalam praktek nyata sesuai

dengan masalah yang diprioritaskan.

d. Mampu melaksanakan tindakan dalam praktek nyata sesuai dengan masalah

yang telah diprioritaskan.

e. Mampu menilai dan mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilaksanakan

pada klien hipertensi.

f. Mampu mendokumentasikan rencana tindakan asuhan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu metode

yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang sedang

berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan

untuk memperoleh data dan informasi dengan cara:

1. Wawancara

Penulis mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas

kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif dari klien.

2. Studi Dokumentasi

Data-data yang dudapatkan dari rekam medis klien di ruangan, seperti

catatan keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan lain.

3. Studi Kepustakaan

Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai konsep

dasar penyakit maupun konsep asuhan keperawatan.

4. Observasi

Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan

mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi untuk memperoleh data

serat mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan fisik

5. Pemeriksaan fisik meliputi:

a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara melihat apakah

terdapat luka, ada tidaknya hematom, dan lain-lain.

b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara meraba, yaitu apakah

ada masa atau tidak.

c. Perkusi adalah pemeiksaan fisik dilakukan dengan cara mengetuk dengan

menggunakan reflek hammer.

Page 4: Rupture ACL

d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik dilakukan dengan mendengarkan dengan

menggunakan stetoskop.

E. Sistematika Penulisan

Penulis membangi penulisan makalah ini dalam 4 BAB, yang terdiri dari:

Bab I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, ruang lingkup penulisan,

tujuan penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan teoritis, yang terdiri dari konsep dasar medis yang terdiri dari

definisi, anatomi dan fisiologi, etiologi, manifestasi klinik, patofisiologi,

penatalaksanaan medis, dan konsep dasar asuhan keperawatan.

Bab III : Tinjauan kasus, yang terdiri dari 5 tahapan proses keperawatan mulai dari

pengakajian, dignosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Bab IV: Penutup, berisi kesimpulan dan saran penulis terhadap hasil asuhan

keperawatan pada klien Tn “S” dengan Rupture ACL.

BAB II

Page 5: Rupture ACL

TINJAUAN TEORI

I. Konsep Dasar MedisA. Pengertian

Isltilah awam cedera ligamen yang paling umum ialah terkilir, dan terjadi

ketika jaringan ikat ini diduga membentang melewati kapasitas normal. Hal ini

sering bercampur dengan regangan, yang ketika otot telah membentang terlalu

jauh. Terkilir sering disebabkan oleh gerakan tiba-tiba dan kekerasan atau dengan

teknik peregangan yang tidak tepat. Ketika ligamen rusak lebih parah, dapat robek

atau pecah, mengalami cedera yang lebih serius. Karena ligamen memainkan

peran penting dalam menstabilkan sendi, sehingga sangat rentan terhadap cedera

jika penggunaannya berlebihan atau pegerakan yang tiba-tiba. Banyak atlet

profesional melukai lutut, siku, dan bahu terutama karena tindakan yang diambil

sambil berlari, melompat, melempar , dan lain sebagainya.

Cedera ACL (anterior cruciate ligament) atau ACL rupture adalah robekan di

salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki

bagian bawah. ACL menjaga kestabilan lutut.Ruptur ACL seringkali terjadi pada

atlet olahraga dengan high-impact.

B. Klasifikasi

Cedera ligament yang berkenaan dengan "Sprain" dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

1. Grade 1 Sprain : ligamen sedikit tertarik namun masih mampu menjaga

kesetabilan sendi lutut.

2. Grade 2 Sprain : Ligamen tertarik dengan hebat dan membuat sendi lutut

menjadi longgar/tidak setabil

3. Grade 3 Sprain : ligamen mengalami sobekan total bahkan hingga terputus

sehingga sendi lutut kehilangan kesetabilan.

(rthoinfo.aaos.org/26 June 2014/13:29).

Sedangkan menurut Giam (1993:137) tingkatan dalam cedera olahraga

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Cedera ringan merupakan cedera dengan robekan yang hanya dapat dilihat

dengan mikroskop, sedikit keluhan, dan tidak mengganggu performance atlet,

misalnya : lecet, memar, atau robek ligamen kecil.

Page 6: Rupture ACL

2. Cedera sedang adalah cedera dengan kerusakan jaringan, menimbulkan rasa

nyeri, bengkak, merah, atau panas dengan menimbulkan gangguan fungsi dan

mempengaruhi performance atlet, misalnya : robek otot, dan robek ligament.

3. Cedera berat yaitu cedera dengan robekan otot atau ligamen secara lengkap

atau hampir lengkap atau faktur tulang yang memerlukan istirahat total,

pengobatan intesif, bahkan operasi.

C. Anatomi Fisiologi

1. Anatomi

Ligamentum Cruciatum Anterius berada di dalam septum

intercondylicum (celah dalam rongga sendi lutut), berjalan dari coraniolateral

ke caudomedial yaitu dari facies medialis condylus leteralis femoris ke

tuberculum intercondyloideum tibiale dan fossa intecodyloidea anterioc (Tim

Anatomi,2012).

Page 7: Rupture ACL

ACL istilah cruciate berasal dari kata crux yang artinya (menyilang)

dan crucial (sangat penting).Cruciate ligament saling bersilangan satu sama

yang lain. Menyerupai huruf X. ACL adalah stabelizer untuk knee joint pada

aktivitas pivot. ACL mula berkembang pada minggu ke 14 usia gestasi,

berukuran sebesar jari kita dan panjangnya rata-rata 38mm dan lebar rata-rata

10 mm, dan dapat menahan tekanan seberat 500 pon sekitar 226kg.

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan

berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian

posterior permukaan medial condylus lateralis femoris. Ligamentum ini akan

mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan

sempurna. Ini tidak hanya mencegah anterior translasi dari tibia pada femur

tetapi juga memungkinkan untuk helicoid biasa tindakan lutut, sehingga

mencegah kemungkinan untuk patologi meniscal. Ini terdiri dari dua bundel,

sebuah bundel anteromedial, yang ketat di fleksi, dan bundel posterolateral,

yang lebih cembung dan ketat dalam ekstensi.

Suplai vaskuler ACL berasal dari arteri geniculate middle, serta dari difusi

melalui sheath sinovial nya . persarafan dari ACL terdiri dari

mechanoreceptors berasal dari saraf tibialis dan memberikan kontribusi untuk

proprioseptifnya, serabut rasa nyeri dalam ACL yang hampir tidak ada,ini

menjelaskan mengapa ada rasa sakit yang minimal setelah ruptur ACL akut

sebelum pengembangan hemarthrosis yang menyakitkan.

2. Fisiologi

Dari ligamen lutut, cruciates adalah yang paling penting dalam

menyediakan pengekangan pasif untuk anterior / posterior gerakan lutut.

Jika salah satu atau kedua cruciates terganggu, biomekanik selama

kegiatan jalan mungkin terganggu. Fungsi utama dari ACL adalah

untuk mencegah translasi anterior dari tibia, dalam ekstensi penuh,

ACL menyerap 75% muatan anterior dan 85% antara 30 dan 90 °

fleksi. Selain itu, fungsi lain ACL termasuk melawan rotasi internal

tibia dan varus / valgus angulasi dari tibia dengan adanya cedera ligamen

kolateral, hilangnya ACL menyebabkan penurunan magnitude pada

coupled rotasi selama fleksi, dan lutut yang tidak stabil. Kekuatan tarik

ACL sekitar 2200N tetapi berubah dengan usia dan beban berulang.

Page 8: Rupture ACL

D. Etiologi

Penyebab cedera ACL dapat ditimbulkan oleh berbagai aktivitas (tidak

hanya aktivitas olahraga). Penyebab cedera berdasarkan betapa sering aktivitas

tersebut menyebabkan cedera ACL dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Gerakan Berputar yang terlalu cepat dan tidak normal (Non-Contact)

2. Lutut berpilin saat mendarat

3. Kontak atau benturan langsung(Diktat Anatomy, 2012).

Sedangkan Menurut Robert G. Mark MD dalam bukunya yang berjudul

"The ACL Solution", di jelaskan urutan penyebab terjadinya cedera ACL sebagai

berikut:

1. Cutting and Pivoting Sport

Kebanyakan pemicu cedera ACL pada atlet berasal dari situasi non-

contac (sekitar 70%). biasanya terjadi saat atlet mendarat setelah melakukan

lompatan, merubah arah dengan cepat untuk menghindari pemain lawan, atau

saat atlet melakukan gerakan berhenti secara mendadak (Mark &

Mykleburst,2012).

2. Usia 

Usia muda merupakan kelompok penyumbang angka cedera ACl

tertinggi. Faktornya adalah karena mereka melakukan banyak aktivitas fisik

dalam kegiatan sehari - hari maupun dalam latihan olahraga kesehatan atau

prestasinya. American Academy of Orthopaedic memberikan data bahwa dari

2000 operasi yang dilakukan untuk cedera ACL kebayakan pasien dalam

range usia 15 - 25 tahun (Mark & Mykleburst,2012).

3. Jenis Kelamin

Studi menjelaskan bahwa wanita yang aktiv dalam "Cutting Sport" -

sepak bola, bola basket, dll- memiliki 6 kali resiko lebih tinggi untuk

menderita cedera ACl dibanding pria dengan jenis olahraga yang sama.

Sebagian besar dari wanita yang menderita ACL yakni pada usia 12 - 18 tahun

(Mark & Mykleburst,2012). Penyebabnya adalah, secara anatomi kondisi

"Valgus" wanita lebih lunak dari pada pria. Itu yang menyebabkan wanita

memiliki resiko terkena cedera ACl lebih tinggi dibanding dengan pria. Selain

itu, faktor tingginya hormon esterogen pada siklus menstruasi membuat

kekompakkan sendi menurun, sendi menjadi lebih tidak setabil.

Page 9: Rupture ACL

E. Patofisiologi

Dari ligamen lutut, cruciates adalah yang paling penting dalam menyediakan

pengekangan pasif untuk anterior / posterior gerakan lutut. Jika salah satu atau

kedua cruciates terganggu, biomekanik selama kegiatan jalan mungkin terganggu.

ACL, seperti semua ligamen lain, terdiri dari tipe kolagen. Ultrastruktur  ligament

sangat mirip dengan tendon, tetapi serat didalam ligamen lebih bervariasi dan

memiliki isi elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai darah dari lokasi

insersinya. Vaskularisasi dalam ligamen adalah seragam, dan ligamen masing-

masing berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang diduga membantu

dalam menstabilkan sendi. Ruptur ACL yang paling umum, adalah ruptur

midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi terutama sewaktu ligamentum ditranseksi oleh 

condillus  femoral lateral yang berputar. ACL menerima suplai darah kaya, teruta

manya dari arteri geniculate medial, sewaktu ACL pecah, haemarthrosis

biasanya berkembang dengan cepat.

F. Manifestasi Klinis

Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat

cedera yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari

melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi /poros). Ketidakstabilan mendadak

di lutut (lutut terasa goyah). Hal ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan

arah atau setelah pukulan langsung ke sisi lutut. Nyeri di bagian luar dan belakang

lutut.

Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin

merupakan tanda perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba

biasanya merupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas karena

pembengkakan dan / atau rasa sakit.

Kebanyakan cedera pada ACL dapat didiagnosis melalui anamnesa yang

cermat menekankan mekanisme kejadian cedera ditambah dengan pemeriksaan

fisik yang sesuai. Pastikan anamnesa mencakup mekanisme kejadian cedera

sekarang dan kejadian sebelumnya jika ada.

G. Komplikasi

Orang yang mengalami cedera ACL berada pada risiko lebih tinggi terkena

osteoartritis lutut, dimana tulang rawan sendi memburuk dan permukaan halusnya

menjadi kasar. Arthritis dapat tetap terjadi meskipun Anda telah menjalani operasi

untuk merekonstruksi ligamen.

Page 10: Rupture ACL

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut

Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap kelainan

pada lutut akan memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada pemeriksaan

perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara normal

gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145 derajat dan gerakan ekstensi 0

derajat dan mungkin ditemukan hiperekstensi sebesar 10 derajat.

Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan :

a. Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral

Robekan pada ligamentum kolateral medial dapat diperiksa melalui

uji abduction stress dan pada ligamentum kolateral lateral melalui uji

adduction stress. Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi

penuh, satu tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan satunya

pada lutut. Dengan kedua tangan dilakukan abduksi untuk menguji

ligamentum medial, dan adduksi untuk menguji lgamentum lateral.

Apabila terdapat robekan pada ligamentum kolateral maka dapat

dirasakan sendi bergerak melebihi batas normal.

b. Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior

Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut karah

depan dan belakang. Ligamentum krusiatum anterior berfungsi untuk

mencegah tibia tergelincir ke depan femur, sedangkan ligamentum

krusiatum posterior pada arah sebaliknya.

Cara pemeriksaan :

1) Uji Drawer

Lutut difleksikan 90 derajat dan pemeriksa duduk pada kaki

pasien untuk mencegah gerakan kaki. Dengan meletakkan kedua

tangan di belakang tibia bagian proksimal dan kedua ibu jari pada

kondilus femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan

ke belakang. Kecurigaan adanya robekan pada ligamentum

krusiatum apabila ada gerakan yang abnormal, baik ke depan

ataupun ke belakang.

2) Uji Lachman

Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20 derajat. Satu

tangan memegang tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan

tangan lainnya memegang tibia proksimal. Kedua tangan kemudian

digerakkan ke depan dan belakang antara tibia proksimal dan femur.

Page 11: Rupture ACL

3) Pemeriksaan pivot shift lateral

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk

mengetahui defisiensi pada ligamentum krusiatum anterior. Caranya

kaki yang mengalami kelainan diangkat, Dimana kaki kanan

diangkat tangan kanan dan kaki kiri diangkat dengan tangan kiri dan

lutut dalam keadaan ekstensi maksimal. Dengan satu tangan

pemeriksa memutar dari arah luar tungkai bawah persis di sebelah

bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus. Pada saat yang

bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya lutut difleksi secara

perlahan-lahan dari posisi ekstensi. Pemeriksaan positif apabila

kondilus lateralis tibialis terelokasi secara spontan pada kondilus

femur ketika fleksi mencapai 30-35 derajat.

2. Pemeriksaan Radiologi

Foto polos dapat memperlihatkan bahwa ligamen telah mengavulsikan

sepotong tulang kecil – ligamen medial biasanya dari femur, ligamen lateral

dari fibula, ligamen krusiatum anterior dari spina tibia dan krusiatum posterior

dari bagian belakang tibia atas. Film tekanan (kalau perlu dibawah anestesi)

dapat menunjukkan apakah engsel sendi terbuka ke satu sisi.

3. Pemeriksaan Artroskopi

Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul, artroskopi tidak

boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan menghambat diagnosis dan

menyulitkan prosedur selanjutnya. Indikasi utama untuk melakukan artroskopi

adalah pada robekan ligamentum krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada

sprain yang lebih ringan untuk menyingkirkan cedera internal lain misalnya

robekan meniskus, yang (kalau ada) dapat ditangani seketika itu juga.

I. Penatalaksanaan1. Terapi Operasi

Pembentukan ligament. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di

jahit dan disambung semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk

restorasi stabilitas lutut adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament

tersebut akan di ganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan

menjadi dasar untuk ligament yang baru untuk tumbuh.

Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon

patella, yang merupakan sambungan patella dan tibia. Tendon hamstring pada

posterior pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang

insersinya dari patella ke paha dapat digunakan. Graft dari kadaver (allograft)

Page 12: Rupture ACL

juga dapat digunakan. Penyembuhan semula mengambil masa sekurang-

kurangnya 6bulan sebelum atlit dapat berolahraga setelah operasi.

Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan

arthroscopi dengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive.

Kelebihan dari artroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa

rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat.

Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik

operasi ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan tehnik

ini, hasilnya sangat memuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai

sebagai standard untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia,

misalnya Tiger Wood.

Setelah luka bedah disembuhkan oleh pasien maka akan menjadwalkan

pertemuan pertama mereka dengan seorang fisioterapis. Terapis fisik untuk

mengembangkan rencana untuk mengobati pasien. Tujuan utama awal untuk

mengurangi pembengkakan dan bekerja untuk mencegah pembentukan

jaringan parut. Tujuan berikutnya adalah untuk menyediakan berbagai gerak

kembali, sekaligus memperkuat otot-otot yang mendukung sendi lutut.

Dengan berbagai peningkatan gerak dan kekuatan, terapis fisik rehabilitasi

mereka akhirnya kegiatan dengan panggung dan kontrol neuromuskular

gerakan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan sehari-hari pasien. Ini harus

mengikuti jalannya akronim pada tahap awal pemulihan dari robek ACL.

2. Terapi Non-Operasi

ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun

terapi tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas

kehidupan yang sederhana. Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah

tanpa operasi.

a. Bracing

Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bias

diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada

kaki.

b. Terapi Fisikal

Page 13: Rupture ACL

Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang

spesifik dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang

memberi sokongan padanya.14,15

Gambar. Bracing Knee