rupati pontianak...persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,...

11
R U P ATI PONTIANAK P E RA TU R A N B U P AT I P ON T IA NA K NO MOR lv TAH U N 2 014 T E N TA N G TATA CARA P E MB E R I AN P E NG URANGA N, K E RI N GA N A N DAN PE MBEBA SAN PAJA K BUMI DAN BANGU NAN P ERD ES AAN D A N P E R K O T AA N S E R TA S AN K S I AD MI N I ST R ATIFNYA D E N GAN RAH MAT T UHAN YAN G MAHA ESA BU PAT I P O NTIANAK , Me ni m b a n g : a . b ah w a d alam ran gka p e laks an aa n ke te ntuan Pa sa l 2 0 Pe r at ur a n D ae ra h Ka bu pat e n Po nti an ak N om or 3 T ahun 2 013 te n t a n g P a j a k Bu mi d a n Ba n gu n a n P e rd e s a an d an Pe rk o t a an , m aka Wa j i b P a j ak d a p a t d i b e r i k a n p e n gu ran gan , k e r i n ga na n d a n p e m b e b a s a n P a j ak B u m i d a n Ban g u n a n P e rd es aa n d a n P e r k o t a an s e rta s a n k s i a d m in i s t r a t if ny a ; b . b a hw a b e r d a s a rk an p e rt im b an g an s e b a g aima n a d i m a k s u d d a l a m h u r u f a , p e r lu me n e ta p k a n P e ratu ra n B u p a t i Po n t ian a k ; M en g i nga t : 1. U n da ng - U nd ang Nomor 2 7 Tahun 1 95 9 t ent a ng Pene t a pan U n d ang - Un d a n g Da ru ra t N o m o r 3 T ahu n 195 3 te n tang Per pa n j a nga n Pe mb e ntukan D aer ah Ti ngka t I I di Ka li ma nt an ( L em b a ran N e ga r a R e p u b l ik I n d o n e s i a Ta h u n 1 95 3 N o mo r 9, Ta m b a h an L em b a ra n Ne g a ra Re p u blik I nd o ne s i a No m o r 352 ) s e b a ga i Un d a n g - Un d a ng ( Le m b a ran N e g ara R e p u b li k I n d o n e s i a T a h u n 195 9 N o m o r 72, Ta m b a han Le mb a ran Ne g ara R e p u b l i k I n d o n e s ia No m o r 18 2 0 ); 2. U n d a n g - Un d an g N o m o r 5 T a h u n 1960 t e n t ang P e ra t u ra n Da s a r P o k o k - P o k o k A g r a r i a ( L e m b a r a n N e gara R e p u b l ik I n d o n e s ia T a h u n 1960 N o m o r 10 4 , T am b ah an Le m b a ran N e g ara R e p u b l ik I n d o n e s ia No mo r 2 013 ); 3. U n d an g- Un d a n g No m o r 6 T a h u n 198 3 te n ta ng Ke t e n t u an U m u m da n Tata C a r a Pe rp a j a k an ( Le m b a ran N e g a r a Re p ubl i k I n d o n e s ia T ahu n 198 3 N o m o r 49, T a m b aha n L e mb a ran N e gar a Re publ i k I ndo ne sia No mo r 3 2 6 2 ) s ebaga i m a na t e l a h d iu b ah b e b e r a p a k a li t e rak h i r d e n g a n Un d ang - Un d a n g N omo r 1 6 Tahu n 2 0 0 0 ( L e mb a r a n N e ga r a Republi k I ndo ne si a T a hu n 20 00 No mo r 12 6, T a m b ah a n Le mb aran Ne g a r a Re ou bli k I ndo n e s ia Nomo r 3 9 8 4 ) ;

Upload: others

Post on 04-Mar-2020

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RUPATI PONTIANAK

PERATURAN BUPATI PONTIANAK

NOMOR lv TAHUN 2014

TENTANG

TATA CARA PEMBERIAN PEN GU RANG AN, KERINGANANDAN PEMBEBASAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PERDESAAN DAN PERKOTAAN SERTA SANKSIADMINISTRATIFNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PONTIANAK,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 20Peraturan Daerah Kabupaten Pontianak Nomor 3 Tahun 2013tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan,maka Wajib Pajak dapat diberikan pengurangan, keringanandan pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan danPerkotaan serta sanksi administratifnya;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksuddalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati

Pontianak;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang PenetapanUndang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentangPerpanjangan Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 352)sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 1820);

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang PeraturanDasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 2013);

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang KetentuanUmum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telahdiubah beberapa kali terakhir dengan Undang-UndangNomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran NegaraReoublik Indonesia Nomor 3984);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubahbeberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang PelayananPublik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5038);

6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerahdan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 5049);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang PembentukanPeraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 5234);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentangPengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 4578);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimanatelah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan MenteriDalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011);

10.Peraturan Daerah Kabupaten Pontianak Nomor 1 Tahun 2010tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi PerangkatDaerah Kabupaten Pontianak (Lembaran Daerah Tahun 2010Nomor 1);

11.Peraturan Daerah Kabupaten Pontianak Nomor 3 Tahun 2013tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan(Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 3 ).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI PONTIANAK TENTANG TATA CARAPEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASANPAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAANSERTA SANKSI ADMINISTRATIFNYA.

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Pontianak.

2. Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalahBupati Pontianak dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggarapemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Pontianak.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalahDewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pontianak.

5. Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnyadisingkat Dinas adalah Dinas Pendapatan Pengelola, Keuangan dan AsetDaerah Kabupaten Pontianak.

6. Kepala Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yangselanjutnya disebut Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan, PengelolaKeuangan dan Aset Daerah Kabupaten Pontianak.

7. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan,baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yangmeliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badanusaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengannama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosialpolitik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasukkontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

8. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak,pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajibanperpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan daerah.

9. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yangselanjutnya disebut dengan pengurangan adalah pengurangan Pajak Bumidan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang.

10. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yangselanjutnya disebut keringanan adalah keringanan Pajak Bumi dan BangunanPerdesaan dan Perkotaan yang terutang.

11. Pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yangselanjutnya disebut pembebasan adalah pembebasan Pajak Bumi danBangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang.

12. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang selanjutnyadisingkat PBB P2 adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan yang dimiliki,dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecualikawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, danpertambangan.

13. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalamanserta laut wilayah kabupaten/kota.

14. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secaratetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

15. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar, danbilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan melaluiperbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru,atau NJOP pengganti.

16. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalender.

17. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah orangpribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumidan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki, menguasai,dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.

18. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalamMasa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

19. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT,adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besarnya Pajak Bumidan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terutang kepada Wajib Pajak.

20. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah buktipembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan denganmenggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas daerahmelalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

21. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah suratketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yangterutang.

22. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah suratuntuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administratif berupa bungadan/atau denda.

23. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkankesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapanketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerahyang terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat KetetapanPajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat KetetapanPajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil,Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Tagihan Pajak Daerah,Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

24. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadapSurat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, SuratKetetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah KurangBayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan PajakDaerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihakketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

BAB IIPENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK

Bagian Kesatu

Bentuk Pemberian Pengurangan, Keringanandan Pembebasan Pajak

Pasal 2

(1) Bupati atau Kepala Dinas berdasarkan pennohonan Wajib Pajak dapatmemberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak.

(2) Pennohonan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak diajukanterhadap pajak yang telah ditetapkan dalam SPPT atau SKPD.

Pasal 3

(1) Bupati tanpa permohonan dari Wajib Pajak dapat memberikan pembebasanpajak.

(2) Pemberian pembebasan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabilaobjek pajak terkena bencana.

(3) Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah peristiwa atauserangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi,tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsorserta sebab lain yang luar biasa meliputi kebakaran, wabah penyakit tanamandan/atau wabah hama tanaman.

(4) Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan KeputusanBupati atau instansi terkait yang berwenang.

Pasal 4

(1) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak yang nilaipajaknya sampai dengan Rp 20.000.000,- (duapuluh juta rupiah) ditetapkanoleh Kepala Dinas.

(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak yang nilaipajaknya lebih dari Rp 20.000.000,- (duapuluh juta rupiah) ditetapkan olehBupati.

Pasal 5

(1) Pengurangan pajak diberikan dalam bentuk pengurangan terhadap pokokpajak.

(2) Keringanan pajak diberikan dalam bentuk:a. angsuran pembayaran pajak; ataub. penundaan pembayaran pajak.

(3) Pemberian keringanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disertai denganbunga sebesar 2% (dua persen) perbulan.

(4) Pembebasan pajak diberikan dalam bentuk pembebasan dari pengenaanpokok pajak.

Bagian Kedua

Dasar Pemberian Pengurangan, Keringanandan Pembebasan Pajak

Pasal 6

(1) Pengurangan pajak diberikan kepada Wajib Pajak dengan mempertimbangkan:a. kemampuan membayar Wajib Pajak;b. kondisi objek pajak

(2) Keringan pajak diberikan kepada Wajib Pajak dengan mempertimbangkan:a. kemampuan membayar Wajib Pajak;b. kondisi objek pajak

(3) Pembebasan pajak diberikan kepada Wajib Pajak dengan mempertimbangkankondisi objek pajak terkena bencana.

Pasal 7

(1) Objek pajak terkena bencana dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori dampakbencana yaitu:a. dampak bencana berat, apabila bencana mengakibatkan objek pajak bumi

dan/atau bangunan paling banyak tersisa 25% (dua puluh lima persen)dari kondisi objek pajak berdasarkan laporan yang diketahui pemerintah;

b. dampak bencana sedang, apabila bencana mengakibatkan objek pajakdan/atau bangunan paling banyak tersisa 50% (lima puluh persen) darikondisi objek pajak berdasarkan laporan yang diketahui pemerintah;

c. dampak bencana ringan, apabila bencana mengakibatkan objek pajakbumi dan/atau bangunan paling banyak tersisa 75% (tujuh puluh limapersen) dari kondisi objek pajak berdasarkan laporan yang diketahuipemerintah.

(2) Dalam hal objek pajak bumi dan/atau bangunan terkena dampaksebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka besaran kategori dampak yangdikenakan didasarkan pada bencana terbesar yang mengenai bumi dan/ataubangunan.

Bagian Ketiga

Besaran Pemberian Pengurangan, Keringanandan Penibebasan Pajak

Pasal 8

(1) Pengurangan pajak diberikan kepada Wajib Pajak dengan mempertimbangkankriteria dan tolok ukur pemberian pengurangan pajak.

(2) Besaran pengurangan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikanberdasarkan kriteria kemampuan membayar Wajib Pajak dengan tolok ukur:a. Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah karena memiliki lahan

pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangatterbatas, diberikan pengurangan paling banyak 50% (lima puluh persen);

b. Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah atau mengalami kesulitanekonomi sehingga kewajiban pajaknya sulit dipenuhi, diberikanpengurangan paling banyak 50% (lima puluh persen);

c. Wajib Pajak veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan,penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/duda veteran, diberikanpengurangan paling banyak 75% (tujuh puluh lima persen);

d. Wajib Pajak yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan dantidak mampu, diberikan pengurangan paling banyak 50% (lima puluhpersen).

(3) Besaran pengurangan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikanberdasarkan kondisi objek pajak dengan tolok ukur:a. Nilai Jual Objek Pajak per meter persegi tanah yang dimiliki mengalami

kenaikan akibat perubahan lingkungan dalam satu zona nilai tanah,diberikan pengurangan paling banyak 75% (tujuh puluh lima persen);

b. objek pajak terkena bencana:1) objek pajak terkena dampak bencana berat, diberikan pengurangan

paling tinggi 100% (seratus persen);2) objek pajak terkena dampak bencana sedang, diberikan pengurangan

paling tinggi 50% (lima puluh persen);3) objek pajak terkena dampak bencana ringan, diberikan pengurangan

paling tinggi 25% (dua puluh lima persen).c. objek pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada

tahun pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin,diberikan pengurangan paling tinggi 50% (lima puluh persen).

(4) Dalam hal Wajib Pajak memenuhi lebih dari satu kriteria maka dapatdiberikan pengurangan dengan persentase terbesar berdasarkan kriteria yangterpenuhi.

(5) Kepala Dinas dalam rangka menentukan besaran pengurangan yang diberikandapat menetapkan indikator dari kriteria dan tolok ukur pemberianpengurangan pajak.

Pasal 9

(1) Keringanan pajak diberikan kepada Wajib Pajak dengan mempertimbangkankriteria dan tolok ukur pemberian pengurangan pajak.

(2) Besaran keringanan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikanberdasarkan kriteria kemampuan membayar Wajib Pajak dengan tolok ukur:a. Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah karena dan memiliki lahan

pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangatterbatas, diberikan keringanan angsuran atas pembayaran pajak dalamjangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan angsuran palingbanyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan;

b. Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah atau kesulitan ekonomi sehinggakewajiban pajaknya sulit dipenuhi, diberikan keringanan angsuran ataspembayaran pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulandengan angsuran paling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan;

c. Wajib Pajak veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan,penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/duda veteran, diberikankeringanan angsuran atas pembayaran pajak dalam jangka waktu palinglama 12 (dua belas) bulan dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kalidalam 1 (satu) bulan;

d. Wajib Pajak yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan dantidak mampu, diberikan keringanan angsuran atas pembayaran pajakdalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan angsuranpaling banyak 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

(3) Besaran keringanan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikanberdasarkan kondisi objek pajak dengan tolok ukur:a. Nilai Jual Objek Pajak per meter persegi tanah yang dimiliki mengalami

kenaikan akibat perubahan lingkungan dalam satu zona nilai tanah,diberikan keringanan angsuran atas pembayaran pajak dalam jangkawaktu paling lama 12 (dua belas) bulan dengan angsuran paling banyak 1(satu) kali dalam 1 (satu) bulan;

b. objek pajak terkena bencana berat, sedang dan ringan diberikankeringanan angsuran atas pembayaran pajak dalam jangka waktu palinglama 12 (dua belas) bulan dengan angsuran paling banyak 1 (satu) kalidalam 1 (satu) bulan;

c. objek pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas padatahun pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin,diberikan keringanan angsuran atas perabayaran pajak dalam jangkawaktu paling lama 12 (dua be las) bulan dengan angsuran paling banyak1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan.

(4) Dalam hal Wajib Pajak memenuhi lebih dari satu kriteria maka dapatdiberikan keringanan dengan persentase terbesar berdasarkan kriteria yangterpenuhi.

(5) Kepala Dinas dalam rangka menentukan besaran keringanan yang diberikandapat menetapkan indikator dari kriteria dan tolok ukur pemberiankeringanan pajak.

Pasal 10

(1) Pembebasan pajak diberikan kepada Wajib Pajak dengan mempertimbangkankriteria kondisi objek pajak dengan tolok ukur objek pajak terkena dampakbencana berat.

(2) Kepala Dinas dalam rangka menentukan pembebasan pajak yang diberikandapat menetapkan indikator dari kriteria dan tolok ukur pemberianpembebasan pajak.

BAB IIIPENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 11

(1) Bupati atau Kepala SKPKD berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapatmemberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administratif pajakberupa bunga, denda dan/ atau kenaikan pajak yang terutang.

(2) Dasar pemberian pengurangan atau penghapusan atas pengenaan sanksiadministratif pajak diberikan karena kesalahan yang dilakukan oleh Dinasatau petugas pajak.

Pasal 12

(1) Pemberian pengurangan atau penghapusan sanksi administratif pajak sampaidengan Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) ditetapkan oleh Kepala Dinas.

(2) Pemberian pengurangan atau penghapusan sanksi administratif pajak lebihdari Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) ditetapkan oleh Bupati.

Pasal 13

(1) Wajib Pajak dapat diberikan pengurangan sanksi administratif pajak kurangdari 100% (seratus persen) atau penghapusan atas pengenaan sanksiadministratif.

(2) Penghapusan atas pengenaan sanksi administratif pajak tidak dapat diberikanuntuk permohonan yang kedua dan seterusnya atas objek pajak yang sama.

BAB IV

PROSEDUR PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASANPAJAK SERTA PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 14

(1) Permohonan pengajuan pengurangan, keringanan dan perabebasan pajakserta pengurangan atau penghapusan sanksi administratif kepada Bupatimelalui Kepala Dinas dan dibuat secara tertulis dalam bahasa Indonesiadisertai alasan yang jelas dengan melampiri persyaratan administratif.

(2) Permohonan pengurangan, keringanan, pembebasan pajak serta penguranganatau penghapusan sanksi administratif dapat diajukan secara :a. perseorangan, untuk pajak terutang yang tercantum dalam SPPT dan/

atau SKPD; ataub. kolektif, untuk pajak terutang yang tercantum dalam SPPT dan/atau

SKPD.

(3) Pengajuan permohonan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajakserta pengurangan atau penghapusan sanksi administratif secara kolektifmelalui Kepala Desa atau Lurah apabila besaran pajak terutang paling tinggisebesar Rp 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.

Pasal 15

(1) Permohonan pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak harusmemenuhi persyaratan administratif:a. Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah, berupa:

1. surat pernyataan dari Wajib Pajak yang menyatakan bahwa :a), hasil pertanian, perkebunan, perikanan atau petemakan terbatas;danb). penghasilan Wajib Pajak rendah.

2. fotokopi SPPT atau SKPD;3. fotokopi rekening tagihan listrik, air dan/atau telepon bulan terakhir;4. kartu miskin dan/atau surat keterangan tidak mampu dari Kepala Desa

atau Lurah.

b. Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah atau kesulitan ekonomi bagiperorangan, berupa:1. fotokopi SPPT atau SKPD2. kartu miskin dan/atau surat keterangan tidak mampu dari Kepala Desa

atau Lurah.

c. Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah atau kesulitan ekonomi bagibadan, berupa:1. fotokopi SPPT atau SKPD;2. fotokopi akta pendirian usaha;3. fotokopi laporan keuangan atau bukti lainnya yang dapat dipersamakan

2 (dua) tahun terakhir.4. fotokopi PPh tahun berjalan;

d. Wajib Pajak veteran pejuang kemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan,penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/dudanya, berupa:1. fotokopi Kartu Tanda Anggota Veteran atau fotokopi Surat Keputusan

tentang Pengakuan, Pengesahan dan Penganugerahan GelarKehormatan dari pejabat yang berwenang;

2. Fotokopi SPPT atau SKPD.

e. Wajib Pajak yang berpenghasilan rendah semata-mata dari pensiunan,berupa:1. fotokopi surat keputusan pensiun;2. fotokopi SPPT atau SKPD;3. fotokopi rekening listrik, air dan/atau telepon bulan terakhir;4. kartu miskin dan/atau surat keterangan bahwa Wajib Pajak tidak

mampu dari Kepala Desa atau Lurah.

(2) Persyaratan pengajuan permohonan pengurangan, keringanan danpembebasan pajak yang diajukan secara perorangan dalam hal objek pajaknyaterkena bencana alam berupa :a. surat pernyataan Wajib Pajak yang menyatakan objek pajaknya terkena

bencana alam atau sebab lain yang luar biasa, yang diketahui oleh KepalaDesa atau Lurah dan Camat;

b. surat keterangan adanya bencana dari Kepala Desa atau Lurah dandiketahui Camat.

(3) Persyaratan pengajuan permohonan pengurangan, keringanan danpembebasan pajak untuk pengajuan secara kolektif oleh Legiun VeteranRepublik Indonesia (LVRI) atau organisasi terkait lainnya, berupa :a. persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d; danb. surat keterangan sebagai anggota Legiun Veteran Republik Indonesia

(LVRI) dari Kepala LVRI.

(4) Persyaratan pengajuan permohonan pengurangan, keringanan danpembebasan pajak secara kolektif oleh Kepala Desa atau Lurah berupa :a. fotokopi SPPT atau SKPD;b. surat kuasa;c. surat pernyataan Kepala Desa atau Lurah bahwa Wajib Pajak benar-benar

mengajukan permohonan pengurangan, keringanan dan pembebasanpajak;

d. kartu miskin dan/atau surat keterangan tidak mampu dari Kepala Desaatau Lurah.

(5) Surat permohonan ditandatangani oleh Wajib Pajak.

(6) Dalam hal surat permohonan yang ditandatangani oleh bukan Wajib Pajakmaka surat permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa, untuk :a.Wajib Pajak Badan; ataub.Wajib Pajak Orang Pribadi dengan pajak yang terutang lebih dari

Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah).

Pasal 16

(1) Dinas melakukan pemeriksaan berkas permohonan pengurangan, keringanandan pembebasan pajak serta pengurangan atau penghapusan sanksiadministratif paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal diterimanya berkaspermohonan secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal14.

(2) Tanggal diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ay at (1)adalah:a. tanggal terima surat permohonan dalam hal disampaikan secara langsung

oleh Wajib Pajak atau kuasanya kepada petugas pelayanan; ataub. tanggal tanda terima surat permohonan dalam hal disampaikan melalui

pos dengan bukti pengiriman surat.

(3) Dinas dalam melakukan pemeriksaan berkas permohonan dapat dibantu olehtim yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas.

(4) Dinas dalam melaksanakan pemeriksaan berkas permohonan dapatmelakukan peninjauan ke lokasi objek pajak dan/atau meminta dokumenpenunjang lainnya.

(5) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagaidasar pengambilan keputusan Bupati atau Kepala Dinas.

Pasal 17

(1) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ay at (5) dapat beruparaengabulkan seluruhnya atau sebagian dan raenolak permohonan WajibPajak.

(2) Keputusan Bupati atau Kepala Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diterbitkan paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya berkaspermohonan secara lengkap dan benar sebagaimana dimaksud dalamPasal 14.

(3) Wajib Pajak yang telah diberikan suatu keputusan sebagaimana dimaksudpada ayat (1) tidak dapat lagi mengajukan permohonan pengurangan,keringanan dan pembebasan pajak serta pengurangan atau penghapusansanksi administratif.

(4) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah terlampauidan keputusan belum diterbitkan, permohonan pengurangan, keringanan danpembebasan pajak serta pengurangan atau penghapusan sanksi administratifdianggap dikabulkan dan diterbitkan keputusan sesuai dengan permohonanWajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejakjangka waktu dimaksud berakhir.

Pasal 18

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanBupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah ^abupaten Pontianak.

Ditetapkan ii MempawahDiundangkan di Mempawah pada tanggs 1 9t-a- 2014pada tanggal...?.'.""..*'001'

ptt/SEKRETARISDAERAH^^aLEDNTIANAK BUPATI toNTIANAK,

^NRMAN JlttTPpRNAM* ~ RIaIjorsanBERITA DAERAH KABUPATEN PONTIAKAK 1TAHUN ..($&.... NOMOR .....Ai..o... \