rumusan rapat koordinasi terpadu · pdf fileprovinsi/kab/kota sampai dengan tingkat kecamatan...
TRANSCRIPT
1
RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU
PERIKANAN BUDIDAYA 2017
Banten, 7 - 10 Mei 2017
Rapat Koordinasi Terpadu Perikananan Budidaya 2017 dilaksanakan pada
tanggal 7 - 10 Mei 2017 di Grand Serpong Hotel, Kota Tangerang Selatan - Banten.
Pertemuan dibuka oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya pada tanggal 8 Mei
2017. Rapat koordinasi ini dihadiri oleh Pejabat dari Bappenas, Kemenkeu,
Kemendes, BPN, Sekretariat Jenderal KKP, Inspektorat Jenderal KKP, Pakar
Bidang Perikanan Budidaya, Pejabat Eselon II, dan staf lingkup Ditjen Perikanan
Budidaya, 32 (tiga puluh dua) Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi, 180 (seratus
delapan puluh) Dinas Perikanan Kabupaten/Kota serta 15 (lima belas) Unit
Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Ditjen Perikanan Budidaya.
Setelah mendengar dan memperhatikan :
Arahan dan sambutan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya dan narasumber
lainnya serta hasil sidang kelompok, maka pokok-pokok hasil Rapat Koordinasi
Terpadu Perikanan Budidaya 2017 dapat dirumuskan sebagai berikut :
A. PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KELUARAN (SBK) TA. 2018
1. SBK yang disusun adalah standar biaya keluaran khusus untuk produksi benih
yang dihasilkan di lingkup UPT dan UPTD Provinsi yang didistribusikan ke
masyarakat.
2. Tujuan disusunnya SBK dimaksud adalah untuk menentukan besaran biaya
yang ditetapkan untuk menghasilkan standar biaya keluaran benih bermutu:
a. Ikan air payau yang akan didistribusikan ke masyarakat dengan sub keluaran
komoditas benih Udang Windu, Udang Vaname, Bandeng, Nila Salin,
Kepiting, dan Rajungan
b. Ikan air tawar yang akan didistribusikan ke masyarakat dengan sub keluaran
komoditas benih Lele, Patin, Gurame, Ikan Mas dan Nila
c. Ikan air laut yang akan didistribusikan ke masyarakat dengan sub keluaran
komoditas benih Kerapu, Bawal Bintang, dan Kakap Putih
3. Hasil pembahasan SBKK dengan output tersebut, selanjutnya akan diusulkan ke
Biro Keuangan, Setjen KKP pada tanggal 8 Mei 2017 untuk selanjutnya
diusulkan ke Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan.
B. VALIDASI DATA STATISTIK TAHUN 2016
1. Telah dilakukan pengumpulan dan validasi data produksi perikanan budidaya di
34 provinsi secara berjenjang dengan melibatkan unsur pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perikanan Budidaya.
2. Pengumpulan data kedepan akan sangat tergantung pada sistem satu data
KKP. Semua data akan terintegrasi pada aplikasi satu data. Diakui bahwa masih
ada kelemahan dalam satu data yaitu masih sangat kurangnya jumlah pengolah
data atau enumerator di lapangan. Untuk menyikapi hal ini dan untuk
meningkatkan kualitas data statistik perikanan budidaya maka setiap
Kabupaten/Kota maka perlu kiranya provinsi ataupun kabupaten/kota
menganggarkan rekrutmen enumerator melalui APBD-nya.
3. Sampai saat ini sistem satu data KKP sudah sampai pada tahap validasi dan
verifikasi data dari lapangan. Kelengkapan dan kelogisan data sudah mulai di
verifikasi oleh petugas validator pusat. Untuk petugas validator pada tingkat
provinsi dan kab./kota usulannya baru mencapai 60% dari jumlah semua
provinsi. Disamping itu masih terdapat masalah dalam penganggaran sehingga
pelatihan untuk validator provinsi, kab./kota belum terlaksana;
4. Perlunya dilakukan pengawasan secara berjenjang, mulai dari tingkat
provinsi/kab/kota sampai dengan tingkat kecamatan terkait daftar data Rumah
Tangga Perikanan (RTP) Budidaya di awal tahun. Data tersebut sebagai dasar
untuk meng-update data kerangka survei serta penentuan desa sampel dan
RTP sampel yang akan digunakan untuk pengumpulan data triwulanan,
sehingga data yang dikumpulkan lebih jelas menggambarkan kondisi di
lapangan dan dapat ditelusuri.
C. SAKIP DJPB TRIWULAN I TAHUN 2017
1. Diperlukan adanya sinergitas penerapan SAKIP di kantor pusat maupun kantor
daerah (UPT) guna meningkatkan penerapan SAKIP lingkup Ditjen Perikanan
Budidaya.
2. Beberapa komponen SAKIP yang harus dilengkapi sebagai berikut:
a. Perjanjian Kinerja (PK) satker UPT level II - V.
b. Rencana Aksi dan Evaluasi Rencana Aksi sampai dengan triwulan I yang
ditandatangani Kepala Balai.
c. Manual IKU level III - V (SK Penetapan IKU)
d. LKj Triwulan I
e. SK Tim Pengelola Manajemen Kinerja
D. BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2017
1. Sosialisasi bantuan pemerintah ditujukan kepada kab/kota yang menerima
bantuan pemerintah pada tahun 2017. Sosialisasi ini sebagai salah satu sarana
untuk memberikan penjelasan kepada kab/kota tentang rambu-rambu yang
harus dipatuhi pada saat pelaksanaan pemberian bantuan dan pada saat
3
pelaporan hasil pelaksanaan bantuan agar tidak terjadi permasalahan
dikemudian hari.
2. Bantuan pemerintah lingkup Ditjen Perikanan Budidaya Tahun 2017 antara lain:
a. Bantuan benih ikan (100 juta ekor).
b. Restocking perairan umum (20 lokasi).
c. Bantuan Sarana Prasarana Pembudidaya Ikan Bagi Penangkap Benih
Lobster di Provinsi NTB (1664 paket).
d. Bioflok (103 paket).
e. Minapadi (210 paket).
f. Bantuan sarana dan prasarana budidaya (710 paket).
g. Asuransi usaha budidaya (3300 Ha).
h. Excavator (48 unit).
i. Revitalisasi KJA (250 paket).
j. Revitalisasi kawasan budidaya (80 paket).
k. Bantuan pakan mandiri (240 paket).
3. Ditjen Perikanan Budidaya telah menetapkan 10 (sepuluh) petunjuk teknis
bantuan pemerintah bagi pelaksanaan bantuan pemerintah tersebut sebagai
berikut:
a. Peraturan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 29/PER-
DJPB/2017 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Benih Ikan oleh Unit
Pelaksana Teknis Daerah Provinsi dan Unit Pelaksana Teknis lingkup
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.
b. Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 30/PER-DJPB/2017
tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Premi Asuransi
Perikanan Bagi Pembudi Daya Ikan Kecil.
c. Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 50/PER-DJPB/2017
tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Gerakan Pakan Ikan Mandiri
Tahun 2017.
d. Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 53/PER-DJPB/2017
tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Sarana Budidaya
Pada Kelompok Pembudidaya Ikan Tahun 2017.
e. Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 54/PER-DJPB/2017
tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Prasarana dan
Sarana Budidaya Berbasis Kelembagaan Tahun 2017.
f. Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 52/PER-DJPB/2017
tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Budidaya Ikan
Lele Sistem Bioflok Tahun Anggaran 2017.
g. Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 42/PER-DJPB/2017
tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Kegiatan Revitalisasi Keramba
Jaring Apung Lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Tahun 2017.
h. Peraturan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 36/PER-
DJPB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Alat Berat Tahun
2017.
i. Peraturan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 43/PER-
DJPB/2017 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Kegiatan
Revitalisasi Kawasan Perikanan Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya Tahun 2017.
j. Peraturan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor 51/PER-DJPB/2017
tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Budidaya Ikan
Sistem Minapadi Tahun Anggaran 2017.
4. Perlu dilakukan pendampingan dan pembinaan secara optimal oleh provinsi,
kabupaten/kota, serta mengedepankan peran penyuluh (penyuluh PNS dan
PPB) dalam pembinaan dan pendampingan pembudidaya ikan khususnya
penerima bantuan pemerintah, sehingga stimulasi usaha yang diberikan
pemerintah akan memberikan dampak yang positif.
5. Dinas provinsi/kabupaten/kota yang membidangi perikanan budidaya diharapkan
untuk dapat mendorong pembudidaya ikan dimasing-masing
provinsi/kabupaten/kota-nya menjadi berbadan hukum koperasi.
E. SKPT (SENTRA KELAUTAN PERIKANAN TERPADU) LINGKUP DJPB
1. DJPB mendapat mandat untuk membangun SKPT di tiga lokasi antara lain:
Sabang, Rote Ndao dan Sumba Timur.
2. Guna membangun SKPT tersebut diperlukan pembentukan Pokja yang
diharapkan peran provinsi salah satunya terkait administrasi status lahan di
lokasi SKPT dan forum sinkronisasi SKPT yang dihadiri oleh pejabat terkait
(Bupati, Kadis dll) untuk memetakan peran masing-masing.
3. Kelompok penerima bantuan pemerintah di SKPT harus terdaftar di dinas
setempat dan telah diverifikasi oleh KKP serta berbadan hukum.
4. Dibutuhkan RPJM pada pelaksanaan SKPT dan rincian kegiatan yang dapat
diubah tanpa mengubah pagu anggaran (disesuaikan dengan kondisi lapangan).
5. Perlunya pendampingan dari Itjen KKP untuk memastikan bahwa pelaksanaan
SKPT DJPB dapat berjalan sesuai aturan yang berlaku.
F. STRATEGI DAN RENCANA PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA
1. Kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan dalam rancangan teknokratik
RPJMN 2015 - 2019 difokuskan pada: (i) Ketahanan pangan; (ii) Peningkatan
daya saing dan nilai tambah; (iii) Memelihara keberlanjutan pembangunan; dan
(iv) Pembangunan kelautan.
2. Kebijakan pembangunan perikanan budidaya diarahkan pada pembangunan
perikanan budidaya yang berdaya saing dan berkelanjutan, dengan fokus pada
3 aspek utama pembangunan, yaitu:
a. Teknologi produksi, dengan arah untuk peningkatan produksi dan daya saing
produk perikanan budidaya.
b. Sosial ekonomi, dengan arah untuk ketahanan pangan dan gizi, serta
peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional.
5
c. Lingkungan, dengan arah kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya
perikanan budidaya.
3. Dalam upaya mensukseskan pelaksanaan kebijakan pembangunan perikanan
budidaya, maka diperlukan peningkatan dukungan dan sinergitas antara Eselon
I lingkup KKP, kementerian/instansi terkait, maupun pihak terkait lainnya,
diantaranya:
a. Ditjen Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa-Kemendes,
terkait Pengembangan Kawasan Pedesaan Berbasis Perikanan Budidaya.
b. Badan Pertanahan Nasional, terkait Sertifikat Hak atas Tanah
Pembudidaya Ikan (SEHaTKAN).
c. Pakar bidang perikanan budidaya, terkait Strategi Penguatan Kelembagaan
Pembudidayaan Ikan untuk Mendukung Percepatan Pembangunan
Perikanan Budidaya nasional.
d. Bappenas, terkait dukungan Kebijakan Pembangunan Bidang Kelautan dan
Perikanan.
e. Ditjen Anggaran-Kemenkeu, terkait Rambu-Rambu Penyusunan Anggaran.
f. Direktorat PNBP-Kemenkeu, terkait pengelolaan PNBP.
g. Sekretrariat Jenderal, terkait: (i) Fokus Prioritas Rencana Kinerja KKP; (ii)
Upaya Satgas SPIP KKP mewujudkan Pengendalian Intern yang handal;
dan (iii) Pembahasan Usulan Perubahan PP 75.
h. Inspektorat Jenderal, terkait: (i) Pengendalian, Pemantauan, dan Evaluasi
Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan
Melayani (WBBM) di Lingkup KKP dan (ii) Identifikasi Risiko pada Kegiatan
Prioritas.
4. Meningkatkan penguatan dukungan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
dalam pencapaian produksi perikanan budidaya nasional berupa kebijakan
pembangunan daerah yang mendorong pembangunan dan pengembangan
perikanan budidaya.
5. Perlu ditingkatkannya sinergitas untuk memperoleh dukungan kementerian dan
lembaga lain yang terkait, termasuk lembaga pembiayaan.
6. Perlu adanya dukungan pemerintah berupa: (i) konsistensi dan dukungan
regulasi, (ii) keterlibatan pelaku usaha/swasta dalam penyusunan kebijakan, dan
(iii) pengenalan produk perikanan ke pasar internasional.
Tangerang Selatan, 10 Mei 2017
Tim Perumus