ruhut parmahanion dohot paminsangon: kajian … · berkat dan kasih karunia-nya, hingga boleh...

42
RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN PASTORAL TERHADAP JEMAAT YANG MENGALAMI PEMBERLAKUAN HUKUM GEREJA DI HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP) KERTANEGARA SEMARANG RESORT JAWA TENGAH Oleh : Erma Dwi Natalia L.Gaol 712015093 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si.Teol) Program Ilmu Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 24-Jan-2021

27 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN PASTORAL

TERHADAP JEMAAT YANG MENGALAMI PEMBERLAKUAN

HUKUM GEREJA DI HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP)

KERTANEGARA SEMARANG RESORT JAWA TENGAH

Oleh :

Erma Dwi Natalia L.Gaol

712015093

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi

Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si.Teol)

Program Ilmu Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2019

Page 2: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

i

Page 3: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

ii

Page 4: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

iii

Page 5: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

iv

Page 6: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan

penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol). Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya

ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Pdt. Dr. Jacob Daan Engel selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan banyak bantuan, arahan dan bimbingan selama proses pembuatan

Tugas Akhir.

2. Bapak Pdt. Simon Julianto M. Si, selaku dosen pembimbing sekaligus wali

studi yang selama ini telah memberikan dukungan dan arahan selama kurang

lebih empat tahun berkuliah dan dalam proses pembuatan tugas akhir.

3. Seluruh Dosen fakultas Teologi beserta Staff Fakultas Teologi yang sudah

memberikan ilmu serta bantuan dalam proses perkuliahan selama ini.

4. Keluarga saya yang telah memberikan dukungan secara materil dan spiritual

selama menempuh perkuliahan terkhusus kepada kedua orangtua saya Bapak

M. Lumban Gaol dan Ibu terkasih E. Br. Silaban yang telah berjuang keras

setelah kepergian ayah tercinta. Kepada abang dan adik-adik terkasih, Marnala

Lumban Gaol, Ayu Lumban Gaol, Maria Lumban Gaol, Okto Lumban Gaol

dan Anggi Lumban Gaol, yang selalu setia mendukung dan mendoakan saya.

5. Pdt. Requel O.P Nababan yang telah banyak membantu saya belajar selama

masa perkuliahan, mulai dari pembelajaran tentang karakter, kehidupan

sehari-hari, hingga pada penulisan tugas akhir.

6. Teman-teman satu angkatan 2015 di fakultas Teologi yang tidak dapat saya

tuliskan satu persatu.

7. Seluruh anggota keluarga Tehilla Voice yang memberikan dukungan berupa

motivasi kepada penulis.

Page 7: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN -------------------------------------------------------- i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT --------------------------------------------- ii

PERSETUJUAN AKSES ----------------------------------------------------------- iii

PERSETUJUAN PUBLIKASI ---------------------------------------------------- iv

KATA PENGANTAR -------------------------------------------------------------- v

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------- vi

MOTTO ------------------------------------------------------------------------------- vii

ABSTRAK ---------------------------------------------------------------------------- viii

PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------- 1

LANDASAN TEORI

Pastoral -------------------------------------------------------------------------- 7

Hukum Gereja ------------------------------------------------------------------ 9

Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon ---------------------------------- 10

Fungsi Pastoral ----------------------------------------------------------------- 14

Pendekatan Pastoral ------------------------------------------------------------ 17

HASIL PENELITIAN

Sejarah HKBP Kertanegara Resort Jawa Tengah --------------------------- 20

Deskripsi Hasil Wawancara ---------------------------------------------------- 21

Rangkuman ------------------------------------------------------------------------ 26

ANALISA

Praktik Pastoral dalam Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon

di HKBP Kertanegara Resort Jawa Tengah ---------------------------------- 27

KESIMPULAN DAN SARAN --------------------------------------------------- 30

DAFTAR PUSTAKA -------------------------------------------------------------- 32

Page 8: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

vii

MOTTO

“DALAM HIDUP PERUBAHAN AKAN MELANDA SIAPAPUN,

TAK PANDANG SIAPA DIRIMU JUGA JABATANMU,

ADA DUA KEMUNGKINAN,

MENJADI LEBIH BAIK ATAU SEBALIKNYA.

SEMUA TERGANTUNG PENDIRIANMU,

JUGA MEREKA YANG ADA DI SAMPINGMU”

Page 9: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

viii

ABSTRAK

Hukum gereja adalah dokumen yang berisikan ketetapan untuk mengatur

ketertiban kehidupan di dalam jemaat. Pada setiap gereja tentu memiliki aturan

tersendiri untuk penetapannya. HKBP adalah salah satu gereja yang memiliki

hukum gereja, sebagai buah dari iman kepercayaannya untuk mengatur kehidupan

berjemaat, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon (RPP). Ruhut ialah tata

aturan, Parmahanion adalah penggembalaan, dohot ialah dengan, dan

Paminsangon adalah peneguran. Apabila terjemahan dari kata-kata diatas

digabungkan maka artinya ialah tata aturan penggembalaan dan peneguran. Ruhut

Parmahanion dohot Paminsangon yang menekankan pada dua aspek pelayanan

yang harus saling berkaitan, yakni penggembalaan dan peneguran.

Pada penelitian ini, penulis bertujuan melakukan kajian pastoral terhadap

praktik pelaksanaan hukum gereja di HKBP Kertanegara Resort Jawa Tengah.

Pelaksanaan perkunjungan pastoral yang seharusnya dilakukan sesuai dengan

yang diaturkan dalam dokumen Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon dan

didukung dengan teori dari Bons- Storm yang menyatakan bahwa jemaat yang

mengalami pemberlakuan hukum gereja haruslah diberikan perkunjungan rutin.

Metode penelitian yang digunakan ialah dengan pendekatan kualitatif yaitu

mendeskripsikan permasalahan sesuai dengan teori di dalam Ruhut Parmahanion

dohot Paminsangon. Teknik pengumpulan dilakukan dengan sampel purposive

dan snowball. Hasil analisis data penelitian yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa praktik perkunjungan pastoral di HKBP Kertanegara Resort Jawa Tengah

telah melakukannya sesuai dengan teori di dalam RPP, walaupun belum bila

dikaitkan dengan teori pendukung oleh Bons- Storm.

Kata Kunci: Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, Hukum Gereja, dan

Kajian Pastoral.

Page 10: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

1

Pendahuluan

Secara umum hukum gereja dapat didefinisikan sebagai ilmu yang

digunakan oleh gereja untuk mengatur segala peraturan dan penetapan gereja.

Menurut G.Voetius, hukum gereja adalah ilmu yang suci tentang pemerintahan

Gereja yang kelihatan. H. Bouwman juga berpendapat bahwa hukum gereja ialah

hukum yang berlaku dan harus diberlakukan, melihat gereja adalah sebuah

Lembaga. Namun berbeda dengan H. Berkhof yang lebih suka menyebutnya

sebagai “peraturan/tata gereja” dibandingkan dengan hukum.1 Dari definisi yang

telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa gereja adalah sebuah lembaga

yang tentu memiliki hukum gereja. Hidup tertib dan teratur yang diharapkan

dengan adanya hukum gereja tersebut. Demikian pula yang diharapkan oleh

pemimpin atau gembala sebagai pemegang amanat penatua. Seturut dengan ini,

maka penulis ingin menyadarkan akan pentingnya sebuah pastoral

(penggembalaan) yang dilakukan oleh seorang gembala.

Di dalam perjanjian lama, Allah disebut sebagai Gembala yang

memelihara domba-dombaNya dengan baik agar tidak kekurangan suatu apapun

(Mazmur 23). Dalam perjanjian Baru Yesus juga menyebut dirinya sebagai

Gembala yang baik, bahkan hingga rela memberikan nyawa-Nya bagi domba-

domba-Nya (Yohanes 10).2 Gereja sebagai perwujudan dari Kristus di dunia juga

memiliki peranan sama seperti Yesus yang digambarkan sebagai seorang

Gembala memberikan diri-Nya secara penuh untuk melayani jemaat (domba-

domba-Nya), agar tidak kekurangan apalagi sampai merasa berada didalam

bahaya.

Menurut Dr. J.W Herst, penggembalaan adalah kegiatan yang membantu

menyadarkan setiap jemaat atas hubungannya kepada Allah dan sesamanya

melalui ketaatannya kepada Allah. Walau hubungan manusia dengan Allah juga

tidak kalah rumit dengan hubungan antara sesama manusia.3 Tugas dari seorang

gembala ialah untuk mengarahkan, menyadarkan dan mengajarkan dombanya,

1 J. L. Ch. Abineno, Garis-garis besar hukum gereja (Jakarta:Gunung Mulia, 2011), 1.

2 M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan itu? (Jakarta: Gunung Mulia, 2011), 2-3.

3 Richard Dayringer, “The Image of God in Pastoral Counseling”, Journal of Religion and

Health, No. 51 (Oktober 2011): 53, diakses pada tanggal 01 Agustus 2019.

Page 11: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

2

supaya tidak tersesat di dalam kesalahannya. Disadari atau tidak, hubungan

antara gembala (pelayan) dan domba (jemaat) tentu saling mempengaruhi.

Terlebih dahulu, gembala haruslah mengenali satu persatu dombanya. Sebaliknya

domba juga mengetahui suara dari gembalanya.4 Untuk menjalin sebuah

hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi kearah yang lebih baik.

Pastoral ialah usaha untuk memberdayakan manusia melalui potensi-potensi yang

dimiliki dan juga membantu keluar dari keterpurukan dan permasalahan didalam

hidup.5

Di HKBP, pelaksanaan pastoral juga diatur di dalam Hukum Gereja

(Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon). HKBP adalah salah satu jemaat

kesukuan yang menggunakan hukum gereja sebagai dokumen dan buah dari iman

kepercayannya. HKBP sering menyebutnya dengan istilah RPP (Ruhut

Parmahanion dohot Paminsangon). Ruhut = Tata Aturan, Parmahanion =

Pengembalaan, dohot = dengan, Paminsangon = Peneguran.6 Melihat arti dari

RPP itu sendiri, bisa diperhatikan dengan jelas bahwa hukum gereja tidak hanya

berisikan hal mengenai peneguran atau hukum saja, tetapi juga penggembalaan.

Karena yang mempunyai hak untuk menghukum dan menghakimi hanyalah Allah.

Gereja hanya boleh sampai pada tindakan peneguran, agar ia sadar akan kesalahan

atau dosa yang ia lakukan dan tidak kembali lagi melakukan dosa.

Hukum gereja dipahami sebagai salah satu ciri gereja yang benar karena

berasaskan firman Tuhan sehingga hal ini menjadi ketentuan baku yang harus

dilaksanakan oleh gereja. Hukum gereja juga dipahami sebagai ilmu yang

terintegrasi dengan ilmu teologi lainnya, seperti sejarah gereja, dogmatika, teologi

praktika dan sebagainya. Hukum gereja menjadi penting untuk dipahami jemaat

dan gereja karena fungsinya yang mengikat kehidupan jemaat secara teologi dan

sosial.7 Sehingga tujuan dari makna yang ingin disampaikan oleh hukum gereja

4 Bons- Storm, Apakah Penggembalaan itu?, 1.

5 J. D. Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling (Jakarta: BPK Gunung Mulia,

2016), Kata Pengantar. 6 M. Simandalahi, “Kamus Batak” Kamus Batak.com, 2016. Akses 29 Januari 2019.

http://www.kamusbatak.com/kamus?teks=ruhut&bahasa=batak&submit=Terjemahkan 7 Wawancara dengan Pdt. Requel O. P. Nababan, S. Th

Page 12: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

3

tidak menjadi kabur. Hukum gereja tidak lagi dipandang sebagai alat untuk

menghakimi seseorang di dalam jemaat.

Hingga saat ini hukum gereja menjadi hal yang kontroversial di tengah-

tengah jemaat. Beberapa orang berpandangan bahwa hukum gereja menjadikan

kehidupan jemaat lebih teratur. Disisi lain memahaminya sebagai alat gereja

untuk menghakimi dan mempermalukan orang lain. Tidak sedikit jemaat yang

menolak diberlakukannya hukum gereja dengan menggunakan berbagai alasan.8

Adapun beberapa hal yang menjadi alasan dari jemaat menolak diberlakukannya

hukum gereja ialah pertama, jemaat yang diwartakan telah melanggar hukum

gereja merasa dihakimi dan dipermalukan. Kedua, beranggapan bahwa gereja

tidak menjalankan kasih Yesus yang Maha Pengampun. Ketiga, gereja hanya

melakukan teguran melalui warta, tapi pastoral tidak dilaksanakan seperti

kunjungan atau konseling khusus. Sehingga maksud dari hukum gereja itu

menjadi kabur dan tidak jelas.9

Di beberapa gereja HKBP, para majelis (Penatua atau Pendeta) hanya

sekedar memahami teori saja dan kurang dalam pelaksanaannya. Terkadang ada

anggapan bahwa pastoral melalui khotbah di ibadah keluarga atau peribadahan

hari minggu saja sudah cukup. Padahal pemberitaan injil di dalam peribadahan

belum tentu bisa menjangkau dan memenuhi kebutuhan rohani tiap jemaat dan

menjawab pertanyaan atau pergumulan tiap orang. Setiap orang memiliki

pergumulannya masing-masing dan sudah tentu berbeda satu dengan lainnya.10

Kunjungan pastoral ke tiap rumah keluarga dapat memberikan pengaruh yang

sangat besar kepada jemaat, agar apabila ada jemaat yang memiliki pergumulan

tetapi malu untuk menyampaikannya di jemaat, dapat dijangkau dan dibantu

ketika ada kunjungan ke rumahnya.

Saat seorang jemaat mengalami pemberlakuan hukum gereja (RPP), ia

tidaklah boleh dianggap sebagai seorang musuh. Ia haruslah tetap didoakan dan

dikunjungi, karena Allah tidak menghendaki kematian dari orang fasik, melainkan

pertobatan dari mereka. RPP menjelaskan bahwa seorang yang mengalami

8 Wawancara dengan Pdt. Requel O. P. Nababan, S. Th

9 Wawancara dengan Pdt. Requel O. P. Nababan, S. Th

10 Wawancara dengan Pdt. Requel O. P. Nababan, S. Th

Page 13: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

4

pemberlakuan hukum gereja terebut harus dikunjungi dan diingatkan meskipun ia

keras kepala. Seseorang tersebut harus merasakan kasih dari seorang gembala,

barang kali ia menjadi tersadarkan dan kembali lagi hatinya, dan ia tetap mau

beribadah ke gereja, karena bagaimana mungkin ia dapat tersadarkan akan

kesalahannya dan kembali bila tidak mendengarkan firman Tuhan.11

Melalui

pernyataan diatas kita dapat melihat bahwa tindakan nyata untuk menunjukkan

perhatian dari seorang gembala dapat dilakukan melalui dengan sebuah

perkunjungan khusus.

Menurut Engel, Pendeta sebagai konselor pastoral selalu berelasi dengan

sesamanya. Relasi yang dilakukan pun haruslah mendalam, serta melihat bahwa

seseorang itu berharga. Keberhasilan seorang pendeta menjadi seorang konselor

tidak dapat dilihat dari seberapa banyak orang yang datang kepada dia, tetapi

seberapa banyak orang yang merasakan kasih Kristus di dalam kehidupannya

melalui pelayanannya.12

Pendeta digambarkan sebagai Gembala atau juga

seorang Konselor memiliki peran untuk memberikan mengarahkan kepada

pengaktualisasian makna hidup. Pengaktualisasian makna kehidupan ini pun

haruslah terpusat kepada makna kehidupan yang baik dengan melihat cara

berpikir menangani sebuah permasalahan atau fenomena.13

Melihat dari

penjelasan diatas, penulis melihat bahwa peran dari seorang Pendeta tidak hanya

berhenti pada pelayanan di dalam gereja secara komunal saja, tetapi juga harus

mampu menyentuh kepada kehidupan setiap jemaat, guna memberikan

pengarahan kepada pencarian makna hidup dari jemaatnya ke arah yang lebih

baik.

Di dalam buku yang berjudul “Apakah Penggembalaan itu?” yang ditulis

oleh Bons-Storm juga menjelaskan bahwa seorang gembala haruslah terlebih

dahulu memperlihatkan bahwasannya ia benar-benar memerhatikan manusia

didalam jemaatnya. Keterbukaan atas sebuah masalah tidaklah harus dimulai

terlebih dahulu oleh jemaat, tetapi seorang gembala dalam kelakuan dan

perkataannya sungguh-sungguh berlandaskan kasih. Setelah melihat tindakan

11 Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 18-19.

12 Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 92.

13 Howard Clinebell, Tipe-tipe dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Yogyakarta:

Kanisius, 2002), 22.

Page 14: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

5

nyata dari gembala, maka dengan sendirinya jemaat tentu dapat membuka diri dan

ingin berbagi kisah dengan Pendeta atau Majelis gerejanya. Perhatian itu tidaklah

cukup sampai pada hal tersebut, sebuah perkunjungan rutin harus dilakukan, guna

memahami jemaatnya lebih mendalam.14

Setiap orang membutuhkan perhatian

dari orang sekitarnya di dalam kehidupan sehari-hari. 15

Penulis berpendapat

bahwa perkunjungan pastoral dapat menciptakan hubungan yang lebih baik antara

gembala dengan jemaatnya.

Menurut Clinebell (dalam Engel 2016: 83) komunitas agama memberikan

kontribusi kepada setiap kliennya terhadap perkembangan psikologis dan

pemeliharaan dalam proses konseling atau pendampingan, yaitu: (a) membantu

pembaruan iman secara konsisten dan berkala; (b) membantu menumbuhkan

perasaan baik secara horisontal atau vertikal; (c) memberikan motivasi tentang

makna kehidupan; (d) membantu orang menangani permasalahannya dimulai dari

dalam diri sendiri; (e) memberikan saran guna membantu dalam menangani setiap

permasalahan yang melanda didalam kehidupannya; dan (f) membantu dalam

proses perkembangan pribadi dan sosial.16

Pada penjelasan diatas penulis lebih

mengarahkannya kepada kontribusi yang dilakukan oleh majelis gereja kepada

anggota-anggota jemaatnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

kesadaran tiap pelayan akan pentingnya kunjungan pastoral kepada jemaat

sangatlah dibutuhkan. Terlebih kepada jemaat yang telah di RPP atau diberikan

teguran dari gereja karena telah melakukan dosa atau kesalahan. Untuk

menghindari jemaat merasa dikucilkan atau dipinggirkan atas kesalahan yang

dilakukan. Sebagai sebuah pencegahan juga agar tidak keluar dari jemaat yang

bersangkutan atau bahkan menjadi pindah ke agama yang lain. Disitulah fungsi

gereja, melalui kunjungan diharapkan jemaat yang melakukan kesalahan dapat

menyadarinya dan bisa mendapatkan kembali hak-haknya sebagai seorang jemaat

di gereja.

14

Bons- Storm, Apakah Penggembalaan itu?, 45-46. 15

P. G. Van Hooijdonk, Batu-batu yang Hidup. (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 55. 16

J. D. Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 83.

Page 15: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

6

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diatas, maka rumusan masalah

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

a. Bagaimana praktik pelayanan pastoral terhadap jemaat yang mengalami

pemberlakuan hukum gereja (Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon) di

HKBP Kertanegara Semarang Resort Jawa Tengah dikaji dari perspektif

pastoral.

Tujuan Penelitian

Untuk mengkaji praktik pelayanan pastoral kepada jemaat yang

mengalami pemberlakuan hukum gereja (Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon) di HKBP Kertanegara Semarang Resort Jawa Tengah.

Manfaat Penelitian

a. Teoretis : memberikan kontribusi pemahaman pastoral dan hukum gereja

terhadap jemaat yang mengalami pemberlakuan Hukum Gereja sesuai

dengan yang diaturkan didalam Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon

(RPP).

b. Praktis : dapat bermanfaat bagi Majelis gereja, dan juga jemaat.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode

penelitian Kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif

menekankan pada mencarai makna, pengertian, konsep, maupun dekripsi terhadap

suatu masalah;17

Mendeskripsikan praktik pelayanan pastoral secara teoretis dan

wawancara dengan teknik pengumpulan sampel purposive yang akan dilakukan

dengan Pdt. Rory C. Sibarani, selaku pimpinan tertinggi di Resort HKBP

Kertanegara dianggap mengetahui situasi mengenai tata cara pemberlakuan

hukum gereja. Adapun teknik pengumpulan sampel snowball, yaitu memilih

17

Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitaif, Kualitatif, dan Penelitian gabungan. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), 329.

Page 16: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

7

penatua dan jemaat sebagai orang yang dianggap dapat memberikan data

tambahan selain dari data sebelumnya.18

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan oleh penulis ialah sebagai berikut:

Bagian Pertama, pendahuluan yang berisikan Latar belakang, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika

Penulisan. Bagian Kedua, tentang Pastoral dan Hukum Gereja yang meliputi

definisi, fungsi dan pendekatan pastoral. Bagian Ketiga, tentang hasil penelitian

yang meliputi gambaran umum HKBP Kertanegara Semarang Resort Jawa

Tengah dan deskripsi praktik pelayanan pastoral terhadap jemaat yang mengalami

pemberlakuan hukum gereja. Bagian Keempat, tentang analisis masalah yang

meliputi kajian terhadapa pemberlakuan hukum gereja ditinjau dari perspektif

pastoral. Bagian Kelima, Kesimpulan yang meliputi temuan-temuan hasil

penelitian serta rekomendasi untuk penelitian lanjutan.

Pastoral

Definisi Pastoral

Pastoral dalam KBBI didefinisikan seperti gembala dan kehidupannya.19

Pastoral adalah praktik di jemaat yang bertujuan untuk membantu

mengarahkannya kepada Tuhan, baik itu melalui percakapan, pelayanan ibadah,

doa atau juga paduan suara.20

Menurut Cormier dan Hackney (dalam John

Sommers Flanagan dan Rita Sommers Flanagan 2004: 5) Hubungan yang

membantu seseorang yang mencari bantuan dan seseorang yang bersedia

membantu (Cormier & Hackney, 1987)21

. Menurut Engel, konseling pastoral

adalah dimensi spiritual didalam kekristenan yang melaksanakan fungsi yang

18

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R & D. (Bandung: Alfabeta, 2006), 244-247. 19

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, Google, diakses 25 Mei 2019 https://kbbi.kemdikbud.go.id/ 20

Tonu Lehtsaar and Maire Ivanova, “Opportunities for church Related Pastoral Counseling in Estonian Evangelical Churches,” International Report from University of Tartu (Ulikooli Tartu Estonia: Faculty of Theology), 282. 21

John Sommers-Flanagan and Rita Sommers-Flanagan, Counseling and Psycotheraphy Theories in context and practice: Skills, Strategies, and Techniques (United States of America: John Wiley & Sons, Inc, 2004), 5.

Page 17: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

8

bersifat mendukung, membimbing, menyembuhkan, memulihkan memperbaiki,

dan memelihara22

. Menurut Van Beek, pastoral berasal dari bahasa latin Pastore

dan dalam bahasa Yunani Poimen yang berarti gembala. Didalam kata gembala

sendiri ditujukan kepada pendeta sebagai seorang “gembala” yang membimbing

dan mengarahkan jemaat sebagai “domba-domba”-nya. Seperti Yesus ysng juga

diibaratkan sebagai seorang “gembala yang baik”.23

Melalui beberapa definisi

diatas, dapat disimpulkan bahwa konseling pastoral adalah tindakan yang

dilakukan oleh seorang konselor (gembala) didalam kehidupannya yang meyentuh

kehidupan jemaat yang bertujuan untuk berusaha mendukung, menyembuhkan,

memperbaiki, dan memelihara hubungannya dengan Tuhan.

Penggembalaan dalam KBBI berasal dari kata gembala, kemudian

didefinisikan sebagai cara, proses, dan perbuatan menggembalakan.24

Menurut

Herfst, tugas dari penggembalaan ialah untuk membantu setiap orang dalam

situasinya sendiri menyadarkan hubungannya kepada sesama dan hubungan serta

ketaatannya kepada Allah. Penggembalaan akan terlaksana apabila ada gembala

dan tentunya objek yang digembalakan. Bila melihat definisi dan tugas dari

penggembalaan yang telah dikemukakan diatas, dapat diperhatikan bahwa

keduanya memiliki hubungan yang memfokuskan pada tugas untuk

menggembalakan yakni guna membantu menyadarkan dan mengarahkan setiap

orang kepada hal yang baik.

Adapun penyebutan penggembalaan disamakan dengan pastoral

dikarenakan melihat dari definisi dan tugas dari keduanya. Penggembalaan adalah

bagian dari pastoral bertujuan untuk membantu, mendukung, memulihkan dan

memelihara setiap orang dalam hubungannya dengan sesama dan Allah.

Pelayanan ini juga dilakukan dengan tidak membeda-bedakan karena setiap orang

tentu memiliki pergumulannya masing-masing, hingga kemungkinan besar akan

membutuhkan pendampingan. Namun didalam tulisan ini, penulis memfokuskan

untuk melihat praktik pastoral kepada jemaat yang mengalami pemberlakuan

hukum gereja. Tidak dapat dipungkiri bahwa seseorang yang sedang mengalami

22

J. D. Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer, 2. 23

Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2007), 10 24

Google, KBBI Online

Page 18: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

9

pergumulan dengan diberlakukannya hukum gereja atas perbuatannya tentu

membutuhkan dukungan, baik dari keluarga, sesama jemaat, terlebih pelayan

gereja.

Hukum Gereja

Gereja adalah sebuah lembaga yang tentu memiliki hukum untuk

mengatur kehidupan jemaatnya. Di mana hukum gereja memiliki peranan yang

penting demi mengatur segala penetapan gereja guna menciptakan sebuah

keteraturan. Menurut Eduward Schweizer gereja dari mulanya telah mempunyai

peraturan-peraturan sendiri. Kemudian peraturan-peraturan yang ada di gereja

mulai berkembang dan kemudian penelitian mengenai peraturan itu dimulai sejak

abad ke-XII. Telah diketahui bahwa sampai abad ke-III gereja merupakan

persekutuan yang dimusuhi dan dikucilkan terutama pada saat berada dibawah

pemerintahan Kaisar Diocletianus dan para penggantinya (mulai tahun 303-311).

Hingga pada tahun 312 ZB terdapat perubahan yang cukup signifikan sejak Kaisar

Constantinus berhasil merebut kekuasaan di sebelah Barat dari iparnya, Lucianus

dan kekuasaan di sebelah Timur dari Kerajaan Romawi. Kemudian pada tahun

313 ZB mengeluarkan “Keputusan Milan” yaitu memberikan kebebasan penuh

kepada Gereja.25

Kemudian pada tahun 324 ZB Kaisar Constantinus mengalahkan Kaisar

Lucianus dan ia sendirilah yang memegang kendali penuh. Lalu pada tahun 380

ZB gereja diresmikan menjadi gereja negara oleh Kaisar Teodosius. Setelah

peresmian itu dilakukan, maka gereja mulai secara perlaha-lahan menyusun

“hukum kanonik” yang mencakup peraturan-peraturan untuk kehidupan

berjemaat, perkawinan, warisan, hak-hak gereja, pelanggaran-pelanggaran dan

lainnya. Namun melihat peraturan-peraturan ini kita tidak bisa melupakan bahwa

sebelumnya gereja sudah memiliki peraturannya seperti yang telah dikatakan

diatas. Contohnya ialah peraturan-peraturan etis (moral) dan liturgis, Didakhe

(ajaran kedua belas rasul) yang disusun kira-kira pada akhir abad pertama yang

juga memuat peraturan-peraturan untuk hidup jemaat.26

25

J. L. Ch. Abineno, Garis-garis besar hukum gereja (Jakarta:Gunung Mulia, 2011), 11. 26

Abineno, Garis-garis besar hukum gereja, 12.

Page 19: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

10

Dari sejarah singkat diatas dapat kita lihat bahwasannya gereja sudah

memiliki peraturannya sendiri sejak waktu yang lama. Lalu, pada Tahun 1517,

Martin Luther mengeluarkan 95 Dalil yang mengarah kepada ketidaksetujuannya

kepada surat yang dikeluarkan oleh gereja Katolik melalui persetujuan Paus untuk

menjadi bukti penghapusan dosa di ajaran Katolik pada masa itu. Di dalam 95

Dalil yang dikeluarkan oleh Martin Luther secara singkat menggambarkan

sesungguhnya yang memiliki hak untuk menghapuskan dosa adalah Allah sendiri,

dan Paus sesungguhnya hanya sebagai perwakilan Allah di bumi untuk

menyatakan dan meneguhkan bahwa dosanya telah dihapus oleh Allah. Hukuman

atas dosa itu ialah sama dengan membenci diri sendiri, karena begitulah

pertobatan yang sesungguhnya dari dalam hati, hingga boleh sampai kepada

kerajaan surga.27

Pada tahun 2005 konvensi gereja di Kanada meminta Komisi Teologi

dan Hubungan Gereja untuk menyiapkan dokumen studi tentang masalah gereja

dan pelayanan agar dimasukkan kedalam buku kerja tahun 2008. Hingga

kemudian topik mengenai doktrin gereja, praktik hukum gereja hingga sejarahnya

melalui tulisan-tulisan para pakar alkitab menimbulkan beberapa pertanyaan dari

Fakultas Teologi Lutheran St, yakni tentang alasan praktik dari hukum gereja dan

hubungan antara pastoral dengan hukum gereja.28

Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon

Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon (RPP) menjadi landasan HKBP

untuk menjalankan peneguran dan pastoral (penggembalaan). Terdapat tiga

perilaku yang dapat diingat untuk menjalankan Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon (RPP), yakni: Pertama, menuntun jemaat agar bepegang teguh

didalam Yesus Kristus. Kedua, menjaga agar tata aturan tetap terjaga dan

kekuasaan dosa tidak berkuasa di tengah-tengah jemaat. Bahwasannya melalui

peneguran dari hukum gereja itulah jemaat dapat merasakan amarah Allah dan

tidak dibiarkan para pengikut-Nya tetap tinggal didalam kejahatan. Terakhir,

melalui kotbah, nasihat, doa dan pastoral (penggembalaan) jemaat dapat menjadi

27

George Lochman. A.M, The Doctrine and Discipline of The Evangelical Lutheran Church (Harrisburgh: John Wyeth, 1818), 25-30. 28

Thomas M. Winger, “Rumination on Church Discipline”, Lutheran Theological Review XIX (Juli 2006): 107.

Page 20: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

11

saling berlomba untuk meninggalkan dosanya dan menjadikan dirinya lebih

berhati-hati.29

Dalam menjalankan Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon (RPP)

bukan hanya Pendeta ataupun Penatua, tetapi jemaat juga ikut termasuk

didalamnya. Jemaat dianggap perlu ikut terlibat menjaga agar pelanggaran tidak

terjadi didalam jemaat, dan setiap orang juga seharusnya dapat saling

mengingatkan agar tidak melakukan kesalahan. Pada pengambilan keputusan

untuk menimbangi seseorang dikenakan pemberlakuan gereja akan diadakan rapat

oleh para majelis gereja. Harapannya bahwa teguran yang diberikan itulah jemaat

yang melakukan kesalahan dapat menyadari kesalahannya. Supaya jemaat yang

melakukan kesalahan pun tidak akan menjadi merasa dihakimi karena seluruh

jemaat hendaknya juga ikut merasakan tetapi tetap tidak merasa tinggi hati karena

melakukan peneguran. Mengingat bahwa sebagai manusia biasa tidak ada yang

dapat terlepas dari perbuatan dosa, hanya oleh karena kasih Tuhan sajalah kita

dapat terlepas dari kuasa dosa.30

Keberadaan dari orang sekitar juga berperan

untuk menyadarkan seseorang dari kesalahan yang diperbuatnya.

Seseorang yang dikabarkan atau ketahuan melakukan dosa, maka ia harus

dikenakan RPP. Ketika seseorang di RPP, ia tetap menjadi anggota jemaat, namun

tidak dapat mengambil atau memberikan suara berupa masukan kepada jemaat.

Adapun juga hak-haknya sebagai jemaat tidak lagi diberikan, selama ia belum

menyadari kesalahannya dan dianggap sudah berhak diterima kembali menjadi

anggota yang utuh.31

Namun tidak boleh sembarangan, karena untuk membuat

seseorang di RPP ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. pertama,

pengarahan atau menjelaskan kepada jemaat apa sebenarnya Hukum Gereja

(Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon). Kedua, menjaga segala pemikiran

yang dapat memecah persatuan didalam rapat jemaat dan menyeleweng dari

firman Tuhan. Ketiga, mengingatkan ketika ada kabar yang terdengar di Jemaat,

sebelum yang bersangkutan benar-benar melakukan kesalahan yang lebih fatal.

Keempat, sebelum peneguran dilakukan, ada empat langkah yang harus dijalankan

29 Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 13-14.

30 Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 15.

31 Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, (Pematang Siantar: Unit

Usaha Percetakan HKBP, 2013), 23.

Page 21: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

12

terlebih dahulu, yakni: diingatkan dua sampai tiga kali mengenai kesalahan yang

telah diperbuat. Kemudian dibawa kedalam rapat Majelis yang dipimpin oleh

Pendeta Ressort atau wakilnya. Lalu, dibuat surat resmi dari Majelis gereja

mewakili Jemaat dan disampaikan kepada yang bersangkutan. Terakhir akan

diwartakan di depan Jemaat. Maka rapat yang dilakukan harus benar-benar

dipertimbangkan dengan matang, agar jemaat yang mengalami hukum gereja

tidak merasa berkecil hati bahkan hingga merasa dihakimi. Kelima, ketika

seseorang yang mengalami hukum gereja tidak lagi mau mendengarkan nasihat

dan tidak lagi mau bertobat, maka ia akan dikeluarkan dari keanggotaan jemaat,

dan apabila pasangannya juga mengikuti jejak yang sama dalam kesalahan, maka

mereka benar-benar tidak lagi mendapatkan hak-haknya sebagai jemaat. Lalu

kemudian diwartakan didepan jemaat, bahwa mereka tidak lagi menjadi bagian

dari jemaat. Dilihat dari perkataan dan tingkahlaku yang tidak lagi mencerminkan

seorang kristen dan tidak lagi mau menerima masukan untuk mengajak mereka

supaya bertobat.32

Ketika seseorang melakukan kesalahan hendaklah pastoral

(penggembalaan) dilakukan agar tidak sampai kepada hukuman dikeluarkan dari

jemaat. Karena Yesus sendiri pernah berkata kepada murid-Nya didalam Yohanes

21:17 “Gembalakanlah domba-dombaKu”. Di dalam Matius 18:15-17 dikatakan

“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegurlah dan ajarilah dia dibawah empat

mata. Bila ia mendengar nasihatmu, maka engkau telah mendapatkannya kembali

sebagai temanmu. Dan bila ia tidak mendengarkan maka ajaklah satu atau dua

orang untuk menasihatinya juga. Ketika ia tetap tidak mendengarkannya juga

maka beritahukanlah kepada seluruh jemaat, seandainya ia juga tetap tidak

mendengarkan maka pandanglah ia sebagai seorang kafir”.33

Karena itu sebelum

seseorang terjatuh kedalam dosa yang lebih mendalam, hendaklah pastoral

(penggembalaan) dijalankan agar tidak sampai kepada hukuman dikeluarkan dari

jemaat.

Kunjungan pastoral tidak hanya dapat dilakukan pasca terjadinya

pemberlakuan hukum gereja kepada seseorang jemaat atau majelis gereja, namun

32

Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 24-29. 33

Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 22.

Page 22: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

13

alangkah lebih baiknya bila kunjungan pastoral dilakukan kepada setiap jemaat

yang meskipun ia tidak melakukan kesalahan. Sekaligus untuk menghilangkan

mind set dari jemaat yang bisa saja beranggapan bahwa kunjungan dilakukan

hanya kepada jemaat yang melakukan dosa. Apabila ketika kunjungan pastoral

telah dilaksanakan tetapi tetap ada saja kesalahan yang terjadi didalam jemaat,

maka majelis gereja sudah bisa dengan mudah mencari jalan keluar untuk

penyelesaian masalah, karena ia telah terlebih dahulu mengenali jemaat dan

kebutuhannya

Maka ketika seseorang mengalami pemberlakuan hukum gereja, tidak lagi

dipandang sebagai paksaan dan hukuman semata, tetapi sudah menjadi tanggung

jawab dari jemaat juga untuk menjalankan Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon. Hendaknya RPP itu dipandang sebagai jalan untuk memelihara,

memperhatikan untuk hidup didalam kekristenan dan tinggal didalam firman

Tuhan. (Kol. 3:16-17). Oleh karena itu ada baiknya ketika jemaat dapat

memahami Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, agar ketika mereka

melakukan kesalahan dan mengalami pemberlakuan hukum gereja, mereka dapat

menerima peneguran untuk perubahan diri. Dikarenakan tidak baik juga ketika

seseorang dijatuhi hukuman, tetapi ia tidak memahami kesalahan yang

dilakukannya. Para majelis gereja juga hendaknya mengetahui tata aturan

penggembalaan dan peneguran (RPP), agar tidak ada kesalahan dalam

menjalankannya.34

Itulah pentingnya pemahaman akan RPP, karena pada tahapan

untuk pemberlakuannya telah dijelaskan secara jelas.

Seseorang yang mengalami pemberlakuan hukum gereja (Ruhut

Parmahanion dohot Paminsangon) dipertimbangkan telah berubah dan mengakui

dosanya, maka jemaat haruslah bersedia menerimanya kembali. Melalui hal itulah

maka utang dari jemaat telah terlunaskan dihadapan Tuhan, ketika seorang domba

yang hilang telah kembali. Seorang yang telah mengalami pemberlakuan hukum

gereja hendaklah mendatangi majelis gereja guna memberitahu keinginannya

untuk bertobat. Melalui bantuan majelis gereja, ia akan dibantu untuk membuat

surat yang akan dibawa olehnya ke rapat majelis gereja untuk menimbangi

34

Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 25-26.

Page 23: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

14

permintaannya. Pendeta dan Guru Huria yang akan melayani penyambutan

seseorang yang telah bertobat itu ditengah-tengah jemaat, karena memang sudah

seharusnya jemaat bersuka cita akan kembalinya jemaat yang telah mengakui

kesalahannya. Untuk kasus seorang yang didalam masa kritis juga bisa disambut

atau diterima kembali oleh jemaat, apabila ia telah menunjukkan sikap perubahan

yang telah ditimbangi oleh Pendeta mengenai kepercayaannya. Setelah itu ia

boleh menerima haknya kembali sebagai jemaat seperti perjamuan kudus dan

ketika ia meninggal nantinya pun penguburannya akan dilayani oleh majelis

gereja. Begitu pula untuk seorang majelis gereja, bila ia benar-benar sudah

bertobat dari dosa yang ia perbuat, maka ia berhak melakukan pelayanan kembali

di jemaat.35

Untuk itu yang perlu kita perhatikan ialah bagaimana sebenarnya tahapan

mulai dari seseorang dikabarkan melakukan dosa, bertanya kepada yang

bersangkutan, bila yang bersangkutan tidak jujur maka mencoba mencari tahu dari

orang-orang sekitarnya, dibawa kedalam rapat majelis, menimbangi, memutuskan

teguran apa yang akan diberikan, diwartakan dijemaat, melakukan pastoral

khusus. Melalui kunjungan pastoral itulah jemaat dapat diarahkan kepada firman

Tuhan dalam hubungan dengan Tuhan dan situasi hidupnya.36

Hingga melalui hal

itu kita dapat melihat definisi pastoral, fungsi pastoral, pendekatan serta metode

konseling yang dapat digunakan dalam melakukan perkunjungan pastoral.

Fungsi Pastoral

Terdapat 5 fungsi dari pendampingan dan konseling pastoral, yakni:

1) Menurut Clebsch dan Jaekle (dalam Engel 2016:5) Fungsi Bimbingan

(guining) yaitu membantu konseli dalam mengambil keputusan yang tepat

bila diperhadapkan kepada pilihan-pilihan, jika keputusan yang diambil

dianggap mempengaruhi kejiwaan yang bersangkutan. Perubahan yang

dihadapi oleh seorang konseli dapat membuat dirinya bingung dalam

mengambil keputusan, maka itulah fungsi bimbingan untuk membantu

mengambil dan memiliih keputusan tentang hal-hal yang positif guna

35

Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 21. 36

Bons-Storm, Apakah Penggembalaan itu?, 1.

Page 24: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

15

perkembangan dari konseli itu sendiri demi kelangsungan hidupnya kini

dan di masa yang akan datang.37

Melalui fungsi ini terlihat jelas bahwa

seseorang tidak dapat hidup seorang diri, terkadang ia tentu membutuhkan

orang lain dalam mengambil sebuah keputusan dalam hidupnya. Karena

adakalanya seseorang yang sedang memiliki masalah dalam kehidupannya

sulit untuk menimbang keputusan seperti apa yang akan pilih.

2) Fungsi Penopangan (Sustaining) yakni membantu konseli menghadapi

rasa sakit yang pernah terjadi pada masa lampau, hingga ia dapat bertahan

dan mengatasinya. Fungsi ini berupaya untuk menopang dan menguatkan

konseli agar mampu menghadapi kondisi yang ada dan dapat bertumbuh

kembali meski belum dapat dipastikan akan pulih seperti kondisi semula,

tetapi itulah tugas dari fungsi ini. Menurut Clebsch & Jaekle (dalam Engel

2016: 6) terdapat empat tugas dalam fungsi menopang, yakni: 1.

Penjagaan (Preservation) menjaga seseorang yang sedang merasa

kehilangan agar tidak terjatuh kedalam kesedihan yang lebih dalam; 2.

Penghiburan (consolation) memberikan penghiburan kepada konseli

sejauh ia akan terbuka kepada konselor; 3. Pemantapan (consoladation)

membantu dalam menangani situasinya secara mandiri; 4. Pemulihan

(redemption) ketika keadaan telah berubah dan mencoba untuk

membentuk sebuah pembaharuan dan hal itu bisa dilakukan secara

maksimal.38

Melalui pemikiran para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa

banyak hal yang dialami seseorang bisa saja membentuk luka yang akan

sulit dipulihkan hingga membutuhkan bantuan dari orang diluar diri untuk

memberikan topangan dan penguatan.

3) Fungsi Penyembuhan (healing) membantu konseli untuk pulih dari

keadaan yang sebelumnya dialami. Tidak dapat dipungkiri bahwa

seseorang bisa saja mengalami luka dan membutuhkan pemulihan dari

keadaan yang dihadapinya. Fungsi ini memiliki tugas untuk

mengembalikan konseli kepada keadaan yang seutuhnya dan mencoba

untuk mengarahkannya kepada sesuatu yang lebih baik lagi.39

37

Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 5-6. 38

Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 6-7. 39

Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 7-8.

Page 25: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

16

Keterbukaan seseorang akan permasalahan yang dihadapi dengan orang

diluar dirinya merupakan jalan untuk membantunya pulih agar fungsi ini

dapat dijalankan.

4) Menurut Clinebell (dalam Engel 2016: 8) Fungsi memulihkan/

memperbaiki hubungan (reconciling) membantu konseli untuk

memperbaki hubungannya dengan orang lain yang pernah rusak akibat

sesuatu. Melalui fungsi ini dapat terlihat dengan jelas bahwa tugas dari

pendampingan pastoral tidak hanya mencoba untuk memperbaiki

hubungan antara konseli dengan sesamanya, tetapi juga hubungannya

dengan Tuhan40

. Fungsi ini mempertegas bahwa setiap orang harus

memiliki hubungan yang baik didalam kehidupannya. Dan fungsi ini

bertugas untuk memperbaiki hubugan tersebut apabila mengalami

permasalahan yang mungkin tidak dapat diselesaikan seorang diri.

5) Menurut Clinebell (dalam Engel 2016: 9) Fungsi memelihara/mengasuh

(nurturing) membantu konseli untuk memelihara dan mengembangkan

segala potensi diri yang diberikan Allah kepada dirinya. Melalui fungsi ini

seorang konseli akan dibantu untuk memahami makna keberadaan dirinya

didalam masyarakat dan sekitarnya. Melalui pendampingan dan fungsi ini

seorang konseli akan benar-benar dibantu untuk terlepas dari kondisi masa

lalu yang mungkin dapat mengganggunya.41

Apabila ketika kelima fungsi

yang telah dijelaskan tetap tidak dapat merubah keadan seseorang maka

konseling pastoral akan dijalankan untuk melanjutkan pemulihan dan

mengembangkan setiap potensi diri yang ada.

Dalam proses membantu tersebut, seorang konselor atau yang berada dalam

kehidupan gereja adalah pendeta haruslah memiliki sikap empati, tertarik, percaya

pada proses, terbuka, spontan, tulus hati, kenal diri, holistik, universalistik, dan

otonom. Alat utama yang dari seorang konseling pastoral ialah dirinya sendiri.42

Untuk dapat melakukan fungsi-fungsi pastoral yang disebutkan diatas, maka

seorang pendeta atau konselor terlebih dahulu haruslah mampu memahami dirinya

40

Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 8. 41

Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 8-9. 42

Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia, 2014), 116-113.

Page 26: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

17

sendiri. Kebanyakan orang akan mencari seorang pendeta untuk mencari bantuan

atas masalah yang dihadapi, baik permasalahan psikologis ataupun agama.43

Seturut dengan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan dan

pemahaman diri sendiri dari seorang konselor atau pendeta sangat mempengaruhi

proses konseling.

Pendekatan Pastoral

Konseling pastoral memiliki pendekatan berupa model-model yang dapat

digunakan sebagai teknik memahami konseling itu sendiri, yakni sebagai

berikut;

a. Model Eksistensial, ditemukan oleh Victor Frankl. Seorang tokoh

psikologi dan juga ahli filsafat eksistensialisme. Model ini berfokus

pada kondisi hidup manusia, seperti menentukan pilihan dan nasib

sendiri, pencarian makna hidup, hingga kematian. Setiap orang

memiliki potensi dan kemampuan untuk menyembuhkan dirinya

sendiri, sakit atau tidaknya ditentukan oleh pilihannya sendiri. Posisi

seorang konselor dalam model ini adalah membantu konseli menyadari

kekuatan didalam diri dan kemungkinan yang dimiliki. Tugas utama

dari konselor dalam model ini ialah untuk membangun hubungan yang

personal dengan konseli. Namun kekurangan dari model ini ialah akan

sulit dilakukan kepada konseli yang tidak terbiasa berpikir dan

merefleksikan kehidupannya secara terperinci.44

b. Model Client-centered counseling ditemukan oleh Carl Rogers, yaitu

proses konseling berpusat pada konseli, dengan konselor lebih banyak

mendengarkan. Penyelesaian masalah diberikan kepada konseli itu

sendiri, pengambilan keputusan juga diputuskan oleh dirinya sendiri.

Posisi dari konselor hanyalah sebagai perangsang melalui pertanyaan-

pertanyaan yang menantang untuk membuat konseli mau

43

John R. Belcher dan Steven Michael Hall, “Managed Care and Pastoral Counseling an Opportunity for Spiritual Growth”, Journal of Pastoral Psychology, Vol. 47. No. 6, (1999). Diakses pada tanggal 01 Agustus 2019. http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=10&sid=c631fb4d-17cd-47bd-9984-c85909ab5c96%40pdc-v-sessmgr04 44

Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, 162-163.

Page 27: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

18

mengungkapkan perasaannya. Seorang konseli memiliki peran utama

untuk permasalahan dan kepribadiannya. Konselor tidak boleh banyak

berbicara, dan menganggap bahwa ia memiliki otoritas untuk

mengambil sebuah keputusan atas masalah dari konselinya.45

Dalam

model ini sikap-sikap yang telah dibahas dalam paragraf sebelumnya

sangatlah dibutuhkan, contohnya empati dan ketertarikan. Walau

demikian, model ini tentu tidak terlepas dari kekurangan, seperti

contohnya ialah terkadang ada saja konseli membutuhkan seorang

konselor yang lebih aktif, karena lewat model ini seorang konselor

akan terlihat lebih pasif diharapkan keaktifan dari konseli itu sendiri.46

c. Model Gestalt, ditemukan oleh Fritz Perls (1893-1970). Model ini

berfokus pada keadaan kini dan di sini. Model ini beranggapan bahwa

setiap manusia bertanggung jawab atas sesuatu yang belum atau tidak

terselesaikan pada masa kini. Posisi seorang konselor pada model ini

ialah membantu konseli membuat interpretasi atas kehidupannya.

Konseli diajak untuk menyelesaikan masalah yang pernah terjadi

dimasa lalu, dengan cara seperti kembali lagi kepada keadaan lalu yang

traumatis dan seolah-olah terjadi kini. Kemudian dibantu untuk

melampiaskannya kepada benda-benda yang bisa disediakan oleh

konselor, seperti bola kecil yang dapat dilemparkan ke dinding atau

benda lainnya. Adapun kekurangan dari model ini ialah dapat

membuat seseorang mencurahkan perasaannya secara tidak terkendali.

Dan untuk seorang yang sulit berimajinasi, model ini akan sedikit sulit

dilakukan. karena model ini membutuhkan fantasi dari konseli atas

permasalahan yang pernah ia alami.47

d. Model Behavioral, ditemukan oleh Albert Bandura (1925- kini),

Joseph Wolpe (1915- 1997), Arnold Allan Lazarus (1932-2013), dan

Alan E. Kasdin (1945- kini). Model ini berfokus pada tingkah laku

yang tampak. Terlihatnya tingkah laku yang tidak normal diakibatkan

oleh kesalahan dalam memahami atau proses belajar. Posisi konselor

45

Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 12. 46

Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, 165. 47

Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, 166-168.

Page 28: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

19

pada model ini ialah sebagai guru yang terlibat aktif untuk membantu

konseli belajar dan berlatih akan perilaku yang lebih baik dan efektif.

Hubungan kerjasama yang baik antara konselor dan konseli dalam

model ini sangatlah mempengaruhi keberhasilan dari konseling

menggunakan model ini. Kekurangan dari model ini ialah adanya

kemungkinan dapat menrubah tingkahlaku dari konseli tetapi belum

tentu dapat merubah perasaannya. Kemudian tidak memperhatikan

keadaan masa lalu seseorang yang mungkin mempengaruhi

kehidupannya kini.48

e. Model realitas, ditemukan oleh William Glasser (1925- 2013). Model

ini berfokus pada hal yang sedang dikerjakan oleh konseli, dan melihat

apakah yang dikerjakannya berhasil atau tidak. Manusia menciptakan

perasaan melalui pilihan-pilihan dan sesuatu yang mereka lakukan atas

pekerjaan mereka. Posisi dari seorang konselor dalam model konseling

pastoral ini adalah dengan membantu konseli agar kuat dan menjadi

rasional dalam memilih tanggungjawab atas pilihan hidupnya.

Konselor melibatkan diri untuk mencari hal apa yang diinginkan oleh

konseli dan membantu membuat rencana perubahan apa yang

diharapkan oleh konseli. Kekurangan dari model ini adalah kurangnya

penghargaan terhadap pengalaman masa lalu.49

Melalui beberapa model diatas, kita dapat mengetahui bahwa setiap model

memiliki kekurangan. Maka dengan begitu secara singkat dapat disimpulkan dan

diambil jalan tengahnya ialah dengan tidak hanya berfokus pada satu aspek

kehidupan saja, contohnya fisik, mental, sosial dan spiritual saja. Kita harus

kembali kepada teori dasar ialah manusia adalah makhluk holistik. Kita harus

memperhatikan aspek fisik-psikomotorik, kognitif dan afektif dari mental

seseorang, dan hubungan antara konseli- konselor (pendeta- jemaat).

48

Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, 172-174. 49

Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, 176-177.

Page 29: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

20

Hasil Penelitian

Sejarah HKBP Kertanegara Resort Jawa Tengah

Sejarah HKBP Kertanegara dimulai dengan adanya peribahan yang

dilakukan oleh semua orang yang tinggal di Semarang pada tahun 1920-1934.

Pada masa inilah dapat dikatakan sebagai pra- HKBP di Jawa Tengah. Semua

orang pada masa itu bersatu di dalam satu peribadahan di gereja Mlaten yang ada

dibawah kepengurusan Zending di Salatiga. Hingga pada 1 Januari 1929, seorang

bapak A. Aritonang mengumpulkan semua orang batak yang beragama kristen

dan bertempat tinggal di Semarang.50

Pada 1 April 1934 mulailah berdiri sebuah gereja HKBP di Semarang.

Berjalan beberapa saat, pada tahun 1939 diangkatlah bapak Anggam Aritonang

untuk menjadi penatua dan diharapkan dapat menjadi lebih bertanggung jawab

dan melakukan seluruh tugasnya yang berkaitan dengan kehidupan berjemaat.

Mulai tahun inilah timbul hasrat dari jemaat untuk mengadakan peribadahan

setiap minggunya. Unutk memenuhi hasrat itu maka jalan yang harus ditempuh

ialah berpindah dan mencari gedung yang baru untuk peribadahan. Dengan

permintaan dari jemaat dan tindakan dari majelis maka anggota majelis mencoba

menghungi dan meminta bantuan dari sekolah Christelyke Mulo di Sportlaan

untuk menggunakan ruangannya sebagai tempat peribadahan.51

Pada 1 April 1948 diadakanlah perayaaan ulang tahun ke XV HKBP di

Semarang. Mulai saat itulah dimulai mencari dan mengumpulkan dana untuk

mendirikan gereja HKBP di Semarang.52

Hingga pada tahun 1959 terjadilah

sebuah perbedaan pendapat untuk pembangunan gereja dan membuat jemaat

menjadi terbagi dalam dua bagian dan beribadah di dua tempat yang berlainan.

Berjalan beberapa saat, melalui rapat pendeta yang dilakukan di Jakarta, maka

setalah beberapa pertimbangan kelayakan, maka diberikan persetujuan untuk

50

Panitia Yubileum, Yubileum HKBP di Jawa Tengah, (1984), 3. 51

Panitia Yubileum, Yubileum HKBP di Jawa Tengah, 5. 52

P. P. Lumban Tobing. Dkk, Yubileum 25 Tahun HKBP Kertanegara Semarang, (1985), 11.

Page 30: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

21

kedua gereja menjadi jemaat yang sah di sinode HKBP. Kini disebut sebagai

HKBP Kertanegara Resort Jawa Tengah dan HKBP Semarang Barat.53

Deskripsi Hasil Wawancara

a. pemahaman tentang Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon (RPP)

Menurut Pdt. R. C. Sibarani S.Th, Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon adalah panduan yang membantu seorang gembala guna memahami

tugasnya yaitu menertibkan jemaat agar menjadi persekutuan yang bertumbuh dan

memiliki identitas yang benar sebagai seorang kristen. Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon juga diibaratkan seperti pagar yang membentengi jemaat dari niat

buruk wilayah luar yang bisa membahayakan keberadaanya. Walau keberadaan

dari RPP sangatlah membantu gembala untuk menertibkan jemaatnya, namun

tetap saja ada pergumulan yang harus dilalui untuk pelaksanaan dari RPP itu

sendiri. Pergumulannya ialah adanya penyalahgunaan RPP yakni sebagai alat

untuk berkuasa. 54

HKBP selaku gereja yang memiliki dokumen hukum gereja atau yang

disebut dengan Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon hendaknya para pelayan

dapat memahami dokumen tersebut dengna lebih baik lagi, agar tidak terjadi

kesalah pemahaman baik oleh majelis atau pun jemaat ketika pelaksanaannya.

Hingga saat ini, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon menjadi masalah yang

kontroversial di dalam kehidupan berjemaat. Dikarenakan kurangnya pemahaman

dan edukasi kepada jemaat.55

Walau HKBP memiliki dokumen hukum gereja untuk menertibkan warga

jemaatnya, namun harapan Pendeta selaku gembala dan pimpinan didalam sebuah

komunitas gereja, tentulah mengharapkan hal terbaik bagi jemaatnya, yakni

sebisanya jangan sampai ada jemaat yang harus dikenakan teguran karena

melakukan kesalahan yang dianggap melanggar aturan peraturan gereja.

Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan tidak dapat dipisahkan dari

kesalahan, maka akan ada saja permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan

53

Lumban Tobing. Dkk, Yubileum 25 Tahun HKBP Kertanegara Semarang, 19. 54

Wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada tanggal 12 Juli 2019. 55

Wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada 12 Juli 2019

Page 31: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

22

berjemaat. Untuk keberadaan dari RPP diharapkan diadakannya pembinaan atau

diskusi kepada penatua. Setidaknya ada diskusi-diskusi kecil yang dilakukan

setelah ibadah rumah tangga (partangiangan) baik kepada penatua ataupun

jemaat.56

Untuk penggembalaannya sendiri, baik sebelum diberlakukannya hukum

gereja (RPP) kepada jemaat dan sesudah diwartakan dihadapan jemaat, Pendeta

sependapat untuk menjalankan sesuai dengan yang telah diaturkan didalam

dokumen Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, yakni dengan mengadakan

perkunjungan. Perkunjungan akan dapat dilaksanakan apabila terdapat

komunikasi yang baik antara Pendeta selaku sebagai seorang gembala dengan

jemaatnya. Komunikasi yang baik harus dilakukan bahkan jauh sebelum ada

jemaat yang terdengar kabarnya melakukan kesalahan. Jauh sebelum itu Pendeta

haruslah mengantisipasi dengan mengadakan perkunjungan ke rumah-rumah

jemaatnya. Hingga apabila terjadi sebuah masalah yang tidak diinginkan, Pendeta

dapat mencari tahu informasi yang dibutuhkan dengan adanya keterbukaan oleh

jemaatnya.57

b. Pemahaman Penatua tentang Ruhut Parmahanon dohot Paminsangon

(RPP)

Bagi para Penatua selaku majelis gereja, beranggapan bahwa Ruhut

Parmahanion dohot Paminsangon adalah dokumen yang membedakan gereja

terkhusus HKBP dengan komunitas-komunitas lain, yakni dengan adanya RPP

maka kehidupan berjemaat dapat lebih teratur, karena pemberlakuannya bukan

hanya untuk jemaat, tetapi juga kepada pelayan.58

Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon dipandang sebagai hal yang positif karena dapat menjadi sarana

untuk menertibkan kehidupan berjemaat dan menjauhkannya dari perilaku-

perilaku yang tidak sesuai dengan firman Tuhan.59

Walau dalam praktiknya dalam menjalankan Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon tidaklah selalu sesuai dengan yang telah diaturkan didalam

56

Wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada tanggal 12 Juli 2019. 57

wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada tanggal 12 Juli 2019. 58

Hasil wawancara dengan St. R. Turnip pada 19 Juli 2019 59

Hasil wawancara dengan St. J. Pardede pada 19 Juli 2019

Page 32: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

23

dokumennya. Terdapat beberapa pergumulan ketika ingin memberlakukannya

kepada jemaat.60

Namun keberadaan dari RPP dianggap sangat bermanfaat,

terkhusus untuk penggembalaan yang harus dilakukan. Para penatua sependapat

dengan aturan yang telah ditetapkan didalam dokumen Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon, yakni dengan mengadakan perkunjungan kepada jemaat-

jemaatnya. Meskipun untuk penatua sendiri, terkadang ada saja jemaat yang

belum mau terbuka kepada mereka, hingga Pendeta yang harus turun tangan untuk

menanganinya.61

c. Pemahaman Jemaat mengenai Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon

(RPP)

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa orang

jemaat, terdapat beberapa perpektif yang berbeda-beda. Beberapa berpendapat

bahwa keberadaan Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon adalah untuk

memberikan batasan-batasan kepada hal-hal yang tidak berkenan dan tidak sesuai

dengan ajaran kekristenan, terlebih ajaran HKBP.62

Diberikannya teguran melalui

pemberlakuan hukum gereja (Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon) ialah

semata-mata bukan untuk menghakimi seseorang, melainkan agar ia dapat sadar

akan kesalahan yangtelah dilakukan, dan diharapkan dapat kembali ke jalan yang

benar. Pendapat yang lainnya ialah bahwa baik dengan adanya dokumen yang

mengatur kehidupan berjemaat, namun tentu saja rasa malu ketika harus

dikenakan pemberlakuan hukum gereja (Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon) tidak dapat dilepaskan begitu saja, dikarenakan terkadang ada saja

jemaat lain yang ikut membicarakan hal yang tidak-tidak. 63

Untuk perkunjungan pastoral atau penggembalaan yang dilakukan oleh

majelis sendiri memiliki pandangan positif di mata jemaat, karena dengan

perkunjungan itulah jemaat yang mengalami pemberlakuan hukum gereja (di

60

Hasil wawancara dengan St. H. Siahaan pada 19 Juli 61

Hasil wawancara dengan St. R. Turnip, St. J. Pardede, St. R. Girsang, St. H. Siahaan pada 19 Juli 2019 62

Wawancara dengan Ny. E. Silalahi pada 19 Juli 2019 63

Hasil wawancara dengan Ny. N. Manurung pada 19 Juli 2019

Page 33: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

24

RPP) merasa masih dirangkul oleh gereja. Meskipun kembali lagi rasa malu

dihadapan jemaat lain masih tetap melekat.64

d. Pelaksanaan Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon (RPP)

Melalui wawancara dengan Pendeta dan beberapa Penatua, hasil yang

didapatkan ialah adalah pemahaman yang sama untuk teknis pelaksanaannya.

Ketika di jemaat telah terdengar kabar bahwa seseorang dari jemaat dikabarkan

melakukan sebuah hal yang menyimpang dari aturan yang berlaku, maka Pendeta

selaku pimpinan akan menugaskan penatua sektor untuk bertanya kepada keluarga

mengenai hal yang sebenarnya terjadi dan terdengar di jemaat. Perkunjungan yang

dilakukan oleh penatua sektor juga tidak bisa terlepas dari koordinasi dengan

pendeta, dan juga seorang harus aktif untuk mencari tahu mengenai kebenaran

dari kabar-kabar yang terdengar. Karena keputusan ada di tangan Pendeta

nantinya.65

Apabila seorang penatua sektor tidak mendapatkan informasi yang valid

dari keluarga karena kurangnya keterbukaan, maka penatua sektor akan mengajak

penatua lain untuk menemaninya datang kembali dan bertanya kepada keluarga,

kunjungan ini bisa berlangsung selama 2-3 kali. Hingga pada akhirnya pendeta

juga harus ikut ambil bagian untuk mengunjungi keluarga yang bersangkutan,

karena terkadang ada saja jemaat yang masih hanya mau terbuka kepada pendeta

dibandingkan dengan penatua. Itu mengapa keaktifan seorang Pendeta sangat

dibutuhkan. 66

Untuk memutuskan seseorang akan diberikan teguran dengan

memberlakukan hukum gereja (di RPP) atas perbuatan yang dilakukannya juga

bisa sampai 3-4 kali rapat penatua dan dipimpin oleh pendeta. Tidak mudah untuk

memberikan keputusan yang harus diambil oleh seorang pimpinan, karena tidak

ada pendeta yang sebenarnya mau jemaatnya dikenakan pemberlakuan hukum

gereja. Namun untuk terciptanya sebuah keteraturan yang diharapkan dengan

adanya dokumen hukum gereja (Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon) maka

64

Hasil wawancara dengan Ny. N. Manurung pada 19 Juli 2019 65

Hasil wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada 12 Juli 2019 66

Hasil wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada 12 Juli 2019

Page 34: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

25

tindakan adil harus dilakukan. Tidak memandang jabatan dan kekayaan yang

dimiliki, hukum gereja harus diberlakukan apabila seseorang benar melakukan

kesalahan.67

Setelah pemberlakuan hukum gereja telah diwartakan di jemaat, maka

akan berlangsung penggembalaan kepada jemaat yang bersangkutan kurang lebih

3-6 bulan. Pada masa itu, majelis terlebih penatua sektor akan melihat keaktifan

dari jemaat yang bersangkutan. Baik pada kehadirannya di ibadah keluarga dan

ibadah minggu umum. Perkunjungan akan diberikan juga kepadanya. Agar ia

dapat tersadar dari kesalahannya, penggembalaan dari atas mimbar dirasa tidak

cukup untuk memberikannya pemahaman, karena didalam khotbah pada

peribadahan tidaklah terjadi dialog antara gembala dengan jemaatnya. Hingga

belum tentu dapat menjawab pergumulan-pergumulan yang dihadapi.68

e. Kendala dalam pelaksanaan Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon

1. Terkadang kurangnya keterbukaan oleh jemaat yang bermasalah kepada

majelis gereja.69

2. Adanya hubungan yang dekat dengan jemaat yang bersangkutan, baik dari

hubungan marga (kekeluargaan didalam suku Batak) hingga adanya

kedekatan karena telah lama saling mengenal dengan baik, yang membuat

seorang majelis sulit memutuskan seorang jemaat harus di RPP atau

tidak.70

3. Kurangnya edukasi untuk penatua dan jemaat, yang membuat kaburnya

makna dari Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon didalam kehidupan

berjemaat, dan membuat banyak spekulasi di dalam jemaat.71

4. Ada saja jemaat yang ketika mengetahui bahwa ia melakukan kesalahan,

memilih untuk langsung pindah gereja (dalam hal ini tidak meminta surat

pindah, namun langsung pindah ke gereja yang tidak se-dogma dengan

HKBP).72

67

Hasil wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada 12 Juli 2019 68

Hasil wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada 12 Juli 2019 69

Hasil wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada 12 Juli 2019 70

Hasil wawancara dengan St. H. Siahaan pada 19 Juli 2019 71

Hasil wawancara dengan St. J. Pardede pada 19 Juli 2019 72

Hasil wawancara dengan St. J. Pardede pada 19 Juli 2019

Page 35: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

26

5. Adanya jemaat yang memilih pergi dari keanggotaan jemaat karena kabur

dari kenyataan yang ada (dalam hal ini contohnya seorang yang nikah lari

dengan yang beragama lain dan memilih untuk meninggalkan suami dan

anaknya). Hingga penggembalaan tidak dapat dijalankan.73

Rangkuman:

1. Pemahaman Pendeta, Penatua dan Jemaat.

Pemberlakuan hukum gereja (Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon)

sesungguhnya memliki pandangan positif di dalam jemaat, karena dianggap

bahwa dengan adanya Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon maka kehidupan

berjemaat dapat berjalan dengan teratur. Dengan adanya Ruhut Parmahanion

dohot Paminsangon maka jemaat akan merasa dibentengi dari wilayah luar yang

bisa saja membahayakan kehidupan untuk melakukan hal-hal dengan seenaknya

baik itu salah maupun benar yang berakibat tidak adanya keteraturan didalam

jemaat. Kemudian diharapkan bahwa Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon

dapat disosialisasikan dengan baik di dalam jemaat. Untuk mengurangi

pemahaman jemaat yang beranggapan buruk kepada jemaat yang diberikan

pemberlakuan hukum gereja. Jemaat yang diberikan pemberlakuan hukum gereja

akan merasa sangat malu ketika harus datang lagi ke gereja setelah diwartakan,

karena terkadang ada jemaat yang menjadikannya bahan pembicaraan dan

memperburuk suasana kehidupan jemaat yang bersangkutan.

2. Tahapan pelaksaan pemberlakuan hukum gereja

Sebelum diberikan pemberlakuan hukum gereja, maka penatua akan

ditugaskan mencari informasi dan bertanya kepada keluarga yang bersangkutan

yang dikabarkan melakukan kesalahan. Dengan tetap berkoordinasi dengan

Pendeta selaku pimpinan yang bertanggung jawab atas kehidupan berjemaat.

Pendeta juga harus ikut aktif mencari informasi. Perkunjungan untuk mencari

informasi kepada keluarga bisa sampai dilakukan sebanyak 2-3 kali. Rapat untuk

memutuskan permasalahannya juga bisa 3-4 kali pertemuan untuk membahas dan

menimbangi permasalahan melalui informasi yang telah didapatkan, dan

73

Hasil wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada 12 Juli 2019

Page 36: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

27

menimbangi segala kemungkinan yang akan terjadi agar jemaat yang melakukan

kesalahan tidak merasa dihakimi. Maka perlu sebuah penjelasan yang mendalam

kepada jemaat yang bersangkutan. Kehidupannya di dalam jemaat akan terasa

berbeda ketika seseorang telah diwartakan telah di RPP (mengalami

pemberlakuan hukum gereja).

Itulah sebabnya pentingnya sebuah perkunjungan rutin yang dilakukan kepada

jemaat yang mengalami pemberlakuan hukum gereja, jemaat yang bersangkutan

akan menjadi jemaat yang digembalakan khsuus selama 3-6 bulan dan dilihat

frekuensi kehadirannya di peribadahan keluarga dan ibadah umum. Dengan

adanya perkunjungan khusus maka dapat terjadi sebuah dialog yang diharapkan

dapat membantu jemaat yang bersangkutan menjawab pergumulan-pergumulan

yang sedang dihadapi.

Analisa Praktik Pastoral dalam Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Pendeta, Penatua

dan Jemaat, penulis dapat melihat bahwa teknis pelaksanaan untuk menjalankan

peneguran (di RPP) belum benar-benar sesuai, karena yang diawali dengan

tahapan mencari informasi, dilakukan pertama kali oleh seorang penatua sektor,

kemudian bila belum ada keterbukaan dari jemaat yang bersangkutan, maka ia

bisa mengajak teman sepelayanan untuk menemuinya lagi. Perkunjungan itu dapat

dilakukan sebanyak 2-3 kali. Setelah itu akan diadakan rapat untuk menimbangi

permasalahan yang sedang dihadapi sebanyak 3-4 kali hingga keputusan dianggap

adil bagi jemaat yang bermasalah.

Bila melihat dari teori yang sesuai dengan diaturkan didalam Ruhut

Parmahaniondohot Paminsangon, tahapan awal yang harus dilakukan oleh

majelis ialah memberikan pemahaman sebelum sebuah pelanggaran terjadi

ditengah-tengah jemaat.74

Kemudian untuk tahapan yang dilakukan setelah

penjelasan dilakukan, maka dalam praktiknya pelaksanaan peneguran telah

dilakukan sesuai dengan teori yang ada didalam Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon, yakni dengan mendatangi seorang diri, bila belum mendapat

keterbukaan akan membawa teman sepelayanan untuk menemani, dan akan bisa

74 Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 24-25.

Page 37: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

28

berlangsung hingga 2-3 kali. Rapat juga akan dilakukan yang dipimpin oleh

pendeta Resort atau wakilnya.75

Melalui wawancara yang telah dilakukan, para penatua sendiri belum

dapat memahami Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon dengan sepenuhnya.

Para penatua hanya memahami secara mendasar, karena kurangnya edukasi yang

diberikan kepada para majelis tersebut.76

Hingga pada jemaat juga belum

memahami dengan pasti makna dan tujuan dari Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon. Pemahaman jemaat hanya bila ada jemaat yang melakukan

kesalahan maka akan diberikan hukuman atas pelanggaran yang dilakukan dan

menjadi anggota tidak penuh di dalam jemaat, dan selama itu ia tidak akan

mendapatkan haknya sebagai anggota jemaat yang penuh, ia tidak dapat

mengikuti perjamuan kudus, dan apabila ia meninggal dunia, maka ia tidak akan

dilayani penguburannya.77

Namun untuk proses penggembalaan pasca diberikan peneguran,

berdasarkan wawancara yang dilakukan, baik pendeta dan penatua telah

menjalankan tugasnya mengadakan perkunjungan ke rumah yang bersangkutan.

Melalui perkunjungan tersebutlah diharapkan terjadi dialog antara jemaat dengan

majelis, agar ia bisa tersadar dari kesalahannya dan hingga bisa mendapat haknya

kembali sebagai anggota jemaat yang penuh.78

Berdasarkan hasil wawancara diatas sesuai dengan yang diatur didalam

Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, yakni seseorang yang telah melakukan

kesalahan hendaknya diberikan perkunjungan meskipun keras hatinya, karena

dengan datang ke rumahnya dan menunjukkan sebuah kepedulian diharapkan

menjadi terketuk hatinya untuk kembali ke jalan yang benar.79

Di dalam Yehezkiel 3:20-21 jelas disebutkan bahwa seseorang yang

mengingatkan saudaranya, hendaklah berdasarkan kasih kepada sesamanya, bukan

hanya sebagai pemberi hukuman saja, tetapi bertindak seperti seorang gembala

75

Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 28. 76

Hasil wawancara dengan St. J. Pardede pada 19 Juli 2019 77

Hasil wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada 12 Juli 2019 78

Hasil wawancara dengan Pdt. R. C. Sibarani S. Th pada 12 Juli 2019 79

Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 19.

Page 38: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

29

yang menjaga dan mengawasi domba-nya. Terdapat tiga tindakan yang perlu

diingat ketika hendak melakukan peneguran atau menjalankan Ruhut

Parmahanion dohot Paminsangon. Pertama, mengajak dan merangkul jemaat agar

tetap hidup di dalam kasih Kristus. Kemudian, menjaga agar pelanggaran tidak

terjadi didalam kehidupan, mengingat bahwa melalui teguranlah seorang yang

melakukan kesalahan tidak tinggal di dalam kejahatannya. Terkahir, melalui

khotbah, nasihat, dan doa yang dapat mengejar seorang bersalah agar

meninggalkan perbuatan jahatnya dan memperhatikan kehidupannya.80

Jemaat melalui majelis jemaat yang dipimpin atau diarahkan oleh Pendeta-

lah yang akan melakukan penggembalaan dan peneguran. Bukan hanya kebijakan

pribadi oleh majelis gereja, maka dari itu hendaknya setiap jemaat juga ikut

menjaga agar tidak sampai terjadi pelanggaran di dalam jemaat. Dengan begitu

setiap orang haruslah ikut merangkul seorang yang akan berbuat kesalahan. Walau

pada praktiknya majelis yang akan menjalankan setiap proses teknis pelaksanaan

peneguran apabila terjadi suatu masalah, dikarenakan belum tentu seluruh jemaat

dapat berkumpul pada suatu waktu untuk menimbangi kesalahan seseorang.81

Tujuan dari penggembalaan ialah membantu mengarahkan seseorang

kepada firman Allah di dalam situasi kehidupannya. Dalam percakapan pada

perkunjungan pastoral, seseorang gembala akan membantu seorang jemaat untuk

menyadari kesalahan dan keberdosaannya, kemudian ia akan diarahkan kepada

kasih Tuhan yang Maha pengampun, berharap agar ia mengakui kesalahannya dan

mau untuk merubah cara pandang dan kehidupannya.82

Seorang gembala haruslah

memperhatikan dan memperlihatkan perhatiannya kepada jemaatnya, maka tentu

dengan sendirinya ia akan dapat merasa nyaman untuk terbuka. Hal yang penting

juga ialah harus dilakukan perkunjungan rutin, agar terjalin kedekatan yang lebih

baik dan harapan untuk keterbukaan seseorang menjadi lebih besar.83

Seorang gembala hendaknya seseorang yang mengenal Yesus dan meniru

perilaku-Nya. Sifat seorang gembala juga hendaknya ialah seseorang yang suka

80

Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 14. 81

Kantor Pusat HKBP, Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, 15. 82

Bons-Storm, Apakah Penggembalaan itu?, 91. 83

Bons-Storm, Apakah Penggembalaan itu?, 45.

Page 39: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

30

bergaul, tidak memiliki sikap yang dengan mudah menghukum seseorang, tahu

dan mau mengampuni, tidak mendengarkan hasutan dari orang asing, menjadi

pendengar yang baik, harus rajin keluar maksudnya ialah mau berpergian ke

rumah saudaranya terlebih jemaatnya, dan seorang gembala tidaklah harus

seorang psikolog yang dapat mengetahui kejiwaan seseorang berdasarkan ilmu

yang dimiliki, cukuplah dengan perhatian yang lebih dan berlandaskan kasih,

maka dengan sendirinya ia bisa memahami bagaimana kelakuan dan perbuatan

seorang jemaatnya.84

Menjadi tantangan bagi gereja terkhusus Pendeta selaku

pimpinan yang bertanggung jawab atas kehidupan berjemaat, untuk lebih

memperhatikan pemahaman jemaatnya, dan tetap menjalankan Ruhut

Parmahanion dohot Paminsangon seperti yang diaturkan terlebih kepada

penggembalaan pasca seseorang dijatuhi hukuman. Agar kedepannya jemaat yang

memilih keluar karena diberikan peneguran dapat berkurang dan jemaat pun

merasa menjadi lebih diperhatikan oleh majelis. Hingga terjalin sebuah

keharmonisan didalam komunitas gereja, untuk mencegah terjadinya pelanggaran-

pelanggaran yang tidak diharapkan.

Penutup

Kesimpulan

Berdasarkan analisa dari teori dan hasil wawancara yang dilakukan kepada

pendeta, penatua dan jemaat, maka penulis beranggapan bahwa pelaksanaan

Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon belum tuntas dalam hal praktik untuk

menjelaskan kepada jemaatnya. Dalam dokumen Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon telah dipaparkan dengan jelas bahwa langkah pertama yang harus

dilakukan adalah memberikan pemahaman dan penjelasan kepada jemaat tentang

makna dan tujuan dari Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, agar ketika harus

dijatuhi peneguran tidak ada stigma negatif di dalam jemaat.

Pada praktik perkunjungan pastoral yang dilakukan juga dapat dilihat

melalui hasil wawancara cukup sesuai dengan yang tertera di dalam dokumen

Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon, karena benar adanya bahwa setiap

orang yang melakukan kesalahan hendaknya harus diberikan perkunjungan agar ia

84 Bons-Storm, Apakah Penggembalaan itu?, 23-33.

Page 40: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

31

dapat merasa diberikan semangat, penguatan, dan bimbingan agar dapat

menyadari dan mengakui kesalahannya. Seperti juga fungsi dari pastoral yakni

membimbing, menopang, menyembuhkan, memulihkan/memperbaiki hubungan

antara sesama dan kepada Allah, dan memelihara. Pada dasarnya setiap orang

membutuhkan pendampingan didalam kehidupannya. Maka disitulah tugas dari

seorang gembala untuk memenuhi kebutuhan dari jemaatnya.

Saran

Setelah memaparkan teori dan melakukan wawancara di HKBP Ressort

Kertanegara, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis ialah sebagai berikut;

1. Kiranya Sinode HKBP dapat menjalankan Ruhut Parmahanion dohot

Paminsangon dengan lebih tegas lagi, tanpa pandang jabatan atau pun

kekayaan, baik ia seorang majelis maupun anggota jemaat.

2. Hendaknya Sinode HKBP lebih memperhatikan lagi praktik dari Ruhut

Parmahanion dohot Paminsangon di jemaatnya masing-masing, terkhusus

untuk memberikan edukasi atau sosialiasi mengenai hukum gereja di

HKBP. Setidaknya mengadakan diskusi yang dipimpin oleh Pendeta, baik

berupa pertemuan atau dialog sederhana seusai ibadah keluarga atau

ibadah lainnya untuk membahas Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon

bila terdapat pertanyaan oleh jemaat atau penatua.

3. Kiranya Sinode HKBP menjadi lebih sadar lagi akan pentingnya sebuah

perkunjungan rutin yang dilakukan ke rumah-rumah jemaat. Dengan

komunikasi yang baik antara majelis dengan jemaat, maka kehidupan

berjemaat tentu akan menjadi lebih harmonis lagi dan akan ada

keterbukaan jemaat mengenai kehidupannya apabila sebuah masalah

menghampiri seseorang di dalam jemaat.

Page 41: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

32

DAFTAR PUSTAKA

Abineno, J. L. Ch. Garis-garis Besar Hukum Gereja. Jakarta: Gunung Mulia,

2011.

Beek, Aart Van. Pendampingan Pastoral, Jakarta: Gunung Mulia, 1999.

Belcher, John R dan Steven Michael Hall. “Managed Care and Pastoral

Counseling an Opportunity for Spiritual Growth”, Journal of Pastoral

Psychology, Vol. 47. No. 6. (1999). Diakses pada 01 Agustus 2019.

http://web.b.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=10&sid=c631fb4d-17cd-

47bd-9984-c85909ab5c96%40pdc-v-sessmgr04

Clinebell, Howard. Tipe-tipe Pendampingan dan Konseling Pastoral.

Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Dayringer, Rinchard. “The Image of God in Pastoral Counseling”, Journal of

Religion and Helath no. 51. (Oktober 2011). Diakses pada tanggal 01 Agustus

2019. http://web.a.ebscohost.com/ehost/pdfviewer/pdfviewer?vid=14&sid=d62a6ef4-

5710-4297-b155-2bbccbf65749%40sessionmgr4006

Engel, J. D. Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2016.

Engel, J. D. Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2016.

Flanagan, John Sommers dan Rita Sommers Flanagan. Counseling and

Psycotheraphy Theories in context and practice: Skills, Strategies, and

Techniques. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Hooijdonk. P. G. Van. Batu-batu yang Hidup: Pengantar ke dalam

Pembangunan Jemaat. Yogyakarta:Kanisius, 1996.

Howard, Clinebell. Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2002

Kantor Pusat HKBP. Ruhut Parmahanion dohot Paminsangon. Pematang

Siantar: Unit Usaha Percetakan HKBP, 2013.

Lochman, George. A. M. The Doctrine and Discipline of The Lutheran Church.

Harrisburgh: John Wyeth, 1818.

Lumban Tobing P. P. Jubileum 25 Tahun HKBP Kertanegara. Semarang, 1985.

Panitia Jubileum, Jubileum 50 Tahun HKBP di Jawa tengah. Semarang, 1984.

Page 42: RUHUT PARMAHANION DOHOT PAMINSANGON: KAJIAN … · berkat dan kasih karunia-Nya, hingga boleh menyelesaikan perkuliahan dan penulisan tugas akhir ini. Guna memenuhi persyaratan untuk

33

Simanjuntak, Bungaran A dan Soedjito Sosrodiharjo. Metode Penelitian Sosial.

Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014

Storm, M. Bons. Apakah Penggembalaan itu?. Jakarta: Gunung Mulia, 2011.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta, 2006.

Warneck, J. Kamus Bahasa Batak Toba Indonesia. Medan: Bina Media, 2001.

Winger, Thomas. M. Rumination on Church Discipline. Lutheran Theological

Review XIX (Juli 2006): 107-23.

Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian

Gabungan. Jakarta, 2014.

______________. Church Discipline in The Christian Congregation. Diedit oleh

T. G. Tappert (Philadelphia: Fortress, 1959).

Sumber Lain

Simandalahi, M. “Kamus Batak” Kamus Batak.com, 2016. Akses pada 29 Januari

2019.

http://www.kamusbatak.com/kamus?teks=ruhut&bahasa=batak&submit=Terjema

hkan