ruang lingkup direksi dalam perseroan terbatas.pdf

26
BAB II RUANG LINGKUP KEDUDUKAN DIREKSI PERSEROAN TERBATAS A. Pengangkatan direksi Tidak ada satu rumusan yang jelas dan pasti mengenai kedudukan direksi dalam suatu perseroan terbatas, yang jelas direksi merupakan badan pengurus perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk menjalankan perusahaan. Pembicaraan mengenai pengangkatan direksi meliputi pokok-pokok yang berkenaan dengan jumlah direksi, syarat pengangkatan, pembagian tugas, metode pemilihan, gaji dan tunjangan, penggantian dan pemberhentian direksi. 27 1. Jumlah Direksi Berapa banyaknya anggota direksi, digantungkan pada faktor “kegiatan usaha” yang dilakukannya dengan klasifikasi sebagai berikut. a. Perseroan yang bersifat umum, boleh 1 (satu) orang Berdasar Pasal 92 ayat (3), perseroan yang kegiatan usahanya bersifat umum boleh terdiri dari 1( satu) orang saja anggota direksinya, atau boleh lebih dari 1 (satu) orang. b. Perseroan yang melakukan kegiatan usaha tertentu, minimal 2 (dua) orang 27 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 352. Universitas Sumatera Utara

Upload: vio-muskitta

Post on 29-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Ruang Lingkup Direksi dalam Perseroan Terbatas

TRANSCRIPT

BAB II

RUANG LINGKUP KEDUDUKAN DIREKSI PERSEROAN TERBATAS

A. Pengangkatan direksi

Tidak ada satu rumusan yang jelas dan pasti mengenai kedudukan direksi

dalam suatu perseroan terbatas, yang jelas direksi merupakan badan pengurus

perseroan yang paling tinggi, serta yang berhak dan berwenang untuk

menjalankan perusahaan.

Pembicaraan mengenai pengangkatan direksi meliputi pokok-pokok yang

berkenaan dengan jumlah direksi, syarat pengangkatan, pembagian tugas, metode

pemilihan, gaji dan tunjangan, penggantian dan pemberhentian direksi.27

1. Jumlah Direksi

Berapa

banyaknya anggota direksi, digantungkan pada faktor “kegiatan usaha” yang

dilakukannya dengan klasifikasi sebagai berikut.

a. Perseroan yang bersifat umum, boleh 1 (satu) orang

Berdasar Pasal 92 ayat (3), perseroan yang kegiatan usahanya bersifat umum

boleh terdiri dari 1( satu) orang saja anggota direksinya, atau boleh lebih dari 1

(satu) orang.

b. Perseroan yang melakukan kegiatan usaha tertentu, minimal 2 (dua) orang

27 M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal. 352.

Universitas Sumatera Utara

Pasal 92 ayat (4) menentukan secara imperatif jumlah anggota direksi bagi

perseroan tertentu, minimal atau paling sedikit 2 (dua) orang. Kedalamannya

termasuk perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan: menghimpun

dan/atau mengelola dana masyarakat, perseroan yang menerbitkan surat

pengakuan utang kepada masyarakat, atau perseroan terbuka.

2. Syarat Pengangkatan

Dalam Pasal 93 UUPT Nomor 40 tahun 2007 disebutkan bahwa yang

dapat diangkat menjadi anggota direksi adalah orang perorangan yang cakap

melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum

pengangkatannya pernah:

a. Dinyatakan pailit

b. Menjadi anggota direksi atau anggota dewan komisaris ang dinyatakan

bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit; atau

c. Dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara

dan atau yang berkaitan dengan sektor keuangan28

Persyaratan tentang kemampuan melaksanakan perbuatan hukum, tidak

cukup orang yang sudah dewasa dan cakap melakukan transaksi, melainkan

dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya orang yang bersangkutan

mampu mengelola perseroan. Selain itu juga karakter atau watak seseorang sangat

memperngaruhi dalam kepengurusan perseroan. Mengenai syarat tidak pernah

dinyatakan pailit, ini dalam hubungannya dengan tingkat kepercayaan seseorang.

Orang yang pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan, itu karena yang

28 Pasal 93 UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

Universitas Sumatera Utara

bersangkutan dalam keadaan tidak mampu (berhenti) membayar utang-utangnya.

Sesuai undang-undang krpailitan dengan adanya putusan pailit, sipailit tidak

berhak lagi melakukan pengurusan terhadap harta bendanya, sebab yang engurus

adalah balai harta peninggalan selaku kurator agar barang-barang tidak

disalahgunakan si pailit.29

Kemudian tidak berbeda pula dengan anggota direksi atau komisaris yang

pernah dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit. Kalau

ada anggota direksi atau komisaris pernah diperkarakan dan diputuskan oleh

pengadilan bersalah seperti itu, dipandang reputasinya tidak baik dalam mengelola

suatu perseroan. Orang tersebut dinilai tidak mampu mengurus perseroan,

sehingga perseroan menjadi jatuh dan tidak mampu membayar utang. Anggota

direksi atau komisaris yang dalam menjalankan tugasnya memiliki cacat yang

mengakibatkan kerugian perseroan sebgaiamana dimaksud, jelas ridak dapat

untuk diangkat menjadi direksi baik dalam perseroan yang sama maupun

perseroan lain, karena diragukan kemampuannya untuk mengurus perseroan.

30

Mengenai syarat tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana

yang merugikan keuangan negara selama lima tahun sebelum pengangkatan.

Bahwa tindak pidana yang merugikan keuangan negara misalnya kejahatan

korupsi maupun penggelapan. Orang yang pernah dihukum karena kejahatan yang

menyebabkan kerugian keuangan negara dapat menjadi catatan hitam bagi dunia

29 Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas Yang Baru, (Jakarta: Djambatan, 1996), hal. 74.

30 Ibid, hal. 75.

Universitas Sumatera Utara

usaha. Mantan terpidana tidak dapat diangkat menjadi anggota direksi, karena

dikhawatirkan akan merugikan perseron dan merugikan negara pula.31

Pengangkatan direksi dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai

berikut:

32

1. Diangkat oleh RUPS dengan suara terbanyak sebebsar yang diatur dalam

Anggaran Dasar perseroan

2. Diangkat oleh RUPS berdasarkan sistem penjatahan asalkan cara tersebut

ditentukan dalam RUPS. Misalnya, setiap pemegang saham 20% (dua puluh

persen) masing-masing mendapat jatah 1 (satu) orang direksi.

3. Diangkat dengan cara mencantumkan dalam anggran dasar. Dalam hal ini

dilakukan terhadap direksi yang pertama kali (Lihat Pasal 94 UUPT).

Dalam hal terjadi pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota

direksi, direksi wajib memberitahukan perubahan anggota direksi kepada Menteri

untuk dicatat dalam daftar perseroan dalam jangka waktu paling lambat tiga puluh

hari terhitung sejak tanggal keputusan RUPS tersebut. Dalam hal pemberitahuan

sebagaimana dimaksud belum dilakukan, Menteri menolak setiap permohonan

yang diajukan atau pemberitahuan yang disampaikan kepada Menteri oleh direksi

yang belum tercatat dalam daftar perseroan. Pemberitahuan tersebut tidak

termasuk pemberitahuan yang disampaikan oleh direksi baru atas pengangkatan

dirinya sendiri.33

31 Ibid

32 Munir Fuady, Op. Cit, hal 54. 33 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas,Bab V , Pasal 94.

Universitas Sumatera Utara

Pengangkatan anggota direksi yang tidak memenuhi persayaratan-

persyaratan di atas adalah batal demi hukum. Dalam jangka waktu paling lambat

tujuh hari terhitung sejak diketahui, anggota direksi lainnya atau dewan komisaris

wajib mengumumkan batalnya pengangkatan anggota direksi yang tidak

memenuhi persyaratan tersebut dalam surat kabar dan memberitahukannya kepada

menteri untuk dicatat dalam daftar perseroan.34

3. Pembagian tugas direksi

Pada prinsipnya ada 2 (dua) fungsi utama dari direksi suatu perseroan,

yaitu sebagai berikut:

a. Fungsi manajemen, dalam arti direksi melakukan tugas memimpin perusahaan,

dan

b. Fungsi representasi, dalam arti direksi mewakili perusahaan di dalam dan di

luar pengadilan. Prinsip mewakili perusahaan di luar pengadilan

menyebabkanperseroan sebagai badan hukum akan terikat dengan transaksi atau

kontrak-kontrak yang dibuat oleh direksi atas nama dan untuk kepentingan

perseroan.

Apabila anggota direksi terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih, harus

dilakukan pembagian tugas dan wewenang pengurusan perseroan diantara anggota

direksi tersebut. Menurut pasal 92 ayat (5), pembagian tugas dan wewenang

dimaksud, ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS. Akan tetapi, apabila rups

tidak menetapkan, pembagian tugas dan wewenang anggota direksi, ditetapkan

34 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab V, Pasal 92.

Universitas Sumatera Utara

berdasar keputusan direksi. Dengan demikian, kekuasaan untuk menetapkan

pembagian tugas dan wewenang tersebut, dapat beralih dari RUPS kepada direksi.

Hal itu untuk menghindari terjadinya ketidakpastian fungsi dan wewenang

masing-masing anggota direksi. Dan menurut penjelasan pasal 92 ayat (6), direksi

sebagai organ perseroan yang melakukan pengurusan perseroan, dianggap

memahami dengan jelas kebutuhan pengurusan perseroan. Oleh karena itu,

apabila RUPS tidak menetapkan pembagian tugas dan wewenang anggota direksi,

sudah sewajarnya penetapan tersebut dilakukan oleh direksi sendiri.35

Dalam hal terjadinya benturan kepentingan dari Direksi maka anggota

direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila:

36

1) Terjadi perkara di depan pengadilan antara perseroan dengan anggota

direksi yang bersangkutan; atau

2) Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang

bertentangan dengan kepentingan perseroan.

Tugas mewakili perseroan di dalam atau di luar pengadilan dapat

dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:37

a) dilakukan sendiri

b) dilakukan oleh pegawainya yang ditunjuk untuk itu

c) dilakukan oleh Komisaris jika Direksi berhalangan, sesuai ketentuan

anggaran dasar.

dilakukan oleh pihak ketiga sebagai agen dari perseroan.

35 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 353. 36 I.G Ray Widjaya, Op. Cit, hal.220. 37 Munir Fuady, Perseroan Terbatas Paradigma Baru, (Bandung: PT Citra Aditya

Bakti, 2003), hal. 58.

Universitas Sumatera Utara

Tugas representasi di dalam pengadilan dilakukan dalam posisi sebagai

berikut:38

1. perseroan sebagai penggugat di pengadilan

2. perseroan sebagai tergugat di pengadilan

3. perseroan sebagai pemohon di pengadilan

4. perseroan sebagai termohon di pengadilan

5. perseroan sebagai pengadu/pelapor untuk kasus pidana

6. perseroan sebagai teradu/terlapor untuk kasus pidana

Sedangkan tugas representasi di luar pengadilan adalah mewakili

perseroan dalam menandatangani kontrak-kontrak, menghadao pejabat-pejabat

negara untuk dan atas nama perseroan. Baik tugas representasi maupun tugas

kepengurusan dari direksi adalah fenomena bagi tugas direksi dalam suatu sistem

hukum yang modern, dimana tata cara pelaksanaannya bervariasi satu sama lain.

Dalam hukum Jerman misalnya, tugas atau representasi dari Direksi ini dikenal

dengan istilah Vertterungsmacht, sedangkan untuk kepengurusan dikenal dengan

istilah Gescahfsfungrungsbefugnis. Dalam menjalankan tugas representasi

maupun tugas kepengurusan seperti tersebut diatas, maka Direksi haruslah

melakukan dengan cara-cara yang baik, layak dan beritikad baik. Dalam hal ini

Direksi harus memperhatikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

bersumber dari:39

38 Ibid, hal. 59-60. 39 Ibid

Universitas Sumatera Utara

1. Doktrin atau kaidah hukum perseroan yang berlaku universal

2. perundang-undangan yang berlaku

3. anggaran dasar perseroan

4. kebiasaan dalam praktek untuk perusahaan sejenis.

Tugas-tugas yang bersumber kepada perundang-undangan yang berlaku.

sejauh merupakan hukum memaksa wajib dilakukan oleh direksi. Dalam hal ini,

pihak direksi dianggap bersalah jika terjadi 3 (tiga) kategori sebagai berikut:40

1. tidak melakukan yang diharuskan oleh perundang-undangan

2. melakukan apa yang dilarang oleh perundang-undangan

3. melakukan secara tidak sempurna, yakni tidak seperti yang dipersyaratkan

oleh perundang-undangan.

4. Gaji dan tunjangan direksi

Dalam Pasal 96 dinyatakan besarnya gaji dan tunjangan direktur

ditetapkan berdasarkan keputusan rups, dan untuk kewenangan ini oleh rups dapat

dilimpahkan kepada dewan komisaris.41

Dalam ketentuan tradisional, anggota direksi tidak mempunyai hak

imbalan jasa atas pelayanan (service) yang diberikannya dalam mengurus

perseroan. Pada masa yang lalu, anggota direksi pada umumnya adalah pemegang

saham mayoritas yang akan mendapat kompensasi dalam bentuk “dividen”. Akan

tetapi dalam hukum perseroan modern, praktik tradisional itu, tidak dapat

40 Ibid

41 Rudhi Prasetya, Op. Cit. hal. 30

Universitas Sumatera Utara

diterapkan. Sebab pada umumnya dalam korporasi modern, kedudukan anggota

Direksi bukan lagi disadarkan atas fakor pemegang atau kepemilikan saham

dalam perseroan yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, perkembangan yang

terjadi pada masa sekarang adalah keharusan memberi imbalan jasa atau

kompensasi kepada anggota Direksi dan karena itu pada umumnya dalam

anggaran dasar perseron terdapat ketentuan yang mengatur gaji anggota Direksi.42

5. Pemberhentian Direksi

Sejalan dengan prinsip siapa yang berwenang mengangkat, dialah ayng

berwenang memberhentikannya. Karena anggota direksi diangkat oleh RUPS,

maka yang berwenang memberhentikannya adalah RUPS pula.43 Pemberhentian

anggota direksi adalah menghentikan yang bersangkutan dari jabatan direksi

sebelum masa jabatan yang ditentukan dalam anggaran dasar atau keputusan

RUPS berakhir. UUPT 2007 memperkenalkan dua jenis pemberhentian anggota

direksi (removal of directors). Pertama, pemberhentian sewaktu-waktu. Hal itu

diatur pada pasal 105. Kedua, pemberhentian sementara (schorshing, suspension)

diatur pada pasal 106 UUPT 2007.44

a. Pemberhentian sewaktu-waktu

Anggota Direksi dapat diberhentikan sewaktu-waktu berdasarkan

keputusan RUPS dengan menyebutkan alasannya setelah yang bersangkutan

42 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 369. 43 Gatot Supramono, Op. Cit, hal. 85. 44 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal 416.

Universitas Sumatera Utara

diberi kesempatan untuk membela diri dalam RUPS. Dengan demikian

kedudukannya sebagai anggota Direksi berakhir.45

b. Pemberhentian sementara

Pemberhentian sementara maksudnya:46

1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sementara oleh RUPS atau oleh

Komisaris dengan menyebutkan alasannya yang diberitahukan secara

tertulis kepada anggota Direksi yang bersangkutan, sehingga anggota

Direksi yang bersangkutan tidak berwenang melakukan tugasnya.

Mengingat pemberhentian hanya dapat dilakukan dalam RUPS yang

memerlukan waktu untuk pelaksanaannya, maka untuk kepentingan

perseroan tidak dapat ditunggu sampai dilakukan RUPS. Oleh karena itu,

wajar sebagai organ pengawas diberi kewenangan untuk melakukan

pemberhentian sementara

2) Paling lambat tiga puluh hari setelah tanggal pemberhentian sementara itu,

harus dilakukan RUPS dan yang bersangkutan diberi kesempatan untuk

membela diri. Panggilan RUPS harus dilakukan oleh organ perseroan yang

memberhentikan sementara itu.

3) RUPS dapat mencabut keputusan pemberhentian tersebut atau

memberhentikan anggota Direksi yang bersngkutan.

4) Apabila dalam tiga puluh hari tidak diadakan RUPS, pemberhentian

sementara tersebut batal.

45 I. G. Ray Wijaya, Op. Cit, hal 66. 46 Ibid

Universitas Sumatera Utara

5) Dalam anggaran dasar daitur ketentuan mengenai pengisian sementara

jabatan Direksi kosong, atau dalam hal Direksi diberhentikan untuk

sementara atau berhalangan.

Dalam anggaran dasar diatur ketentuan mengenai, tata cara pengunduran

diri anggota Direksi, tata cara pengisian jabatan anggota direksi yang lowong dam

pihak yang berwenang menjalankan pengurusan dan mewakili perseroan dalam

hal seluruh anggota Direksi berhalangan atau diberhentikan untuk sementara.47

Biasanya seorang Direksi dapat diberhentikan, baik karena sebab tertentu

(for cause) maupun tanpa menyebutkan alasan/sebab tertentu (no cause). Menurut

UUPT, secara eksplisit menyatakan bahwa pemberhentian direksi (dalam hal ini

RUPS) haruslah dengan menyebutkan alasannya dan harus pula kepada Direksi

tersebut diberikan kebebasan untuk membela diri, pembelaan diri tersebut

dilakukan dalam RUPS yang bersangkutan.

Akan tetapi, meskipun pemberhentian direksi harus disertai dengan

alasan tertentu, penilaian (judgment) terhadap alasan tersebut ada di tangan RUPS.

Meskipun begitu, pihak direksi dapat mempersoalkannya ke pengadilan

seandainya alasan pemberhentian dirinya sebagai direksi dapat pula berhenti dari

jabatannya karena sebab-sebab sebagai berikut.48

a. Masa jabatannya telah berakhir dan tidak lagi diangkat untuk masa

jabatan berikutnya.

47Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab V, Pasal 107.

48 Munir fuady, Op. Cit, hal.57.

Universitas Sumatera Utara

b. Berhenti atas permintaan direksi yang bersangkutan, dengan atau tanpa

sebab apa pun.

c. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai direksi sebagaimana diatur dalam

anggaran dasar atau dalam perundang-undangan yang berlaku.

d. Direktur secara pribadi dinyatakan pailit oleh pengadilan.

e. Sakit terus-menerus yang dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur.

Menderita tekanan mental atau gangguan jiwa yang dapat menghambat

pelaksanaan tugas Direktur.

f. Dihukum penjara karena bersalah dalam waktu yang relatif lama

sehinggan dapat menghambat pelaksanaan tugas Direktur.

g. Meninggalkan tugas atau menghilang tanpa berita secara terus-menerus.

B. Kewajiban dan tanggung jawab Direksi

Kekuasaan dan kewajiban anggota Direksi (powers of Directors)

biasanya ditentukan dalam anggaran dasar Perseroan. Akan tetapi tanpa

mengurangi apa yang diatur dalam anggaran dasar, UUPT 2007 telah mengatur

pokok-pokok kewajiban dan tanggung jawab yang mesti dilakukan anggota

Direksi dalam melaksanakan pengurusan perseroan, seperti yang akan dijelaskan

pada uraian berikut ini.

Universitas Sumatera Utara

1. Kewajiban Direksi

Secara umum kewajiban Direksi adalah mengurus dan mengelola perseroan, dan

mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Anasitus Amarat,

membagi kewajiban Direksi dalam 2 kategori, yaitu:49

a. Kewajiban yang berkaitan dengan Perseroan.

b. Kewajiban yang berkaitan dengan Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

Ada beberapa kewajiban Direksi apabila ditinjau dari Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas antara lain sebagai berikut:

1) Dalam pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas menyatakan:

“Direksi wajib:

a) membuat daftar pemegang saham, daftar khusus risalah

RUPS, dan risalah rapat Direksi;

b) membuat laporan tahunan sebagaimana dimaksud dalam

pasal 66 dan dokumen keuangan perseroan sebagimana

dimaksud dalam undang-undang tentang dokumen

perusahaan; dan

49 Anasitus Amarat, Pembahasan UUPT 1995 dan Penerapannya dalam Akta Notaris, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), hal 130-132.

Universitas Sumatera Utara

c) memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen keuangan

perseroan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b

dan dokumen perseroan lainnya”.

2) Dalam pasal 101 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas yang menyatakan:

“ Anggota Direksi wajib melaporkan kepada perseroan mengenai

saham yang dimiliki anggota Direksi yang bersangkutan dan/atau keluarganya

dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya dicatat dalam daftar

khusus”.

3) Dalam pasal 102 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas yang menyatakan:

“Direksi wajib meminta persetujuan untuk:

a) mengalihkan kekayaan perseroan;

b) menjadikan jaminan utang kekayaan perseroan;

yang merupakan lebih dari 50% (lima puluh persen) jumlah

kekayaan bersih perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih,

baik yang berkaitan satu sama lain maupun tidak”.

Universitas Sumatera Utara

2. Tanggung Jawab Direksi

Agar Direksi sebagai organ perseroan yang mengurus perseroan sehari-

hari dapat mencapai prestasi terbesar untuk kepentingan perseroan, maka ia harus

diberi kewenangan-kewenangan tertentu untuk mencapai hasil yang optimal

dalam mengurus perseroan. Dari kewenangan yang diberikan, ia perlu diberi

tanggung jawab untuk mengurus perseroan. Hal ini berarti dalam membicarakan

kewenangan-kewenangan Direksi, diperlukan pemahaman tentang tanggung

jawabnya.

Tanggung Jawab adalah kewajiban seseorang Direksi untuk

melaksanakan aktivitas yang ditugaskan kepadanya sebaik mungkin sesuai dengan

kemampuannya.50

50 Winardi, Asas-asas Manajemen, (Bandung: Alumni, 1983), hal. 98.

Menurut Nindyo Pramono, tanggung jawab Direksi timbul

apabila Direksi yang memiliki kewenangan atau Direksi yang menerima

kewajiban untuk melaksanakan pengurusan perseroan tersebut mulai

menggunakan kewenangannya tersebut. Agar kewenangan atau kewajiban Direksi

tersebut dilaksanakan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan

tujuan perseroan, maka idealnya kewenangan itu dapat dilaksanakan sesuai

dengan tanggung jawabnya dan sebaliknya tanggung jawab harus diberikan sesuai

dengan wewenang yang ada. Untuk itulah Undang-Undang Perseroan Terbatas

menentukan bahwa Direksi bertanggungjawab atas pengurusan perseroan untuk

kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan, yang

Universitas Sumatera Utara

mana pengurusan oleh Direksi tersebut wajib dilaksanakan dengan itikad baik dan

penuh tanggung jawab.51

Dalam kaitannya lagi dengan tanggung jawab Direksi, Darian M.

Ibrahim, membagi waktu timbul pertanggungjawaban pribadi masing-masing

Direksi dan waktu timbulnya pertanggungjawaban yang bersifat tanggung renteng

(kolektif), yaitu Direksi bertanggung jawab pribadi jika tidak melaksanakan atau

melanggar duty of loyality (good faith, conflict of interest or self interest).

Sedangkan pertanggungjawaban renteng (kolektif) timbul jika Direksi tidak

melakukan duty of care yaitu tidak dilaksnakannya atau melanggar standart of

conduct. Duty of loyality dan duty of care ini yang disebut dengan fiduciary

duty.

52

Dalam Pasal 97 ayat (5) ditegaskan bahwa anggota Direksi tidak dapat

dipertanggungjawabkan atas kerugian perseroan sepanjang dapat membuktikan

bahwa: (1) kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya; (2) telah

melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan

dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan; (3) tidak mempunyai benturan

kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang

mengakibatkan kerugian; dan (4) telah mengambil tindakan untuk mencegah

timbul atau berlanjutnya kerugian tersebut,

53

51 Freddy Harris dan Teddy Anggoro,Op. Cit, hal 44.

hal inilah yang dikenal dengan

business judgment rules. Pembuktian oleh Direksi tersebut di atas, tidak

52 Ibid, hal.45. 53 Ibid

Universitas Sumatera Utara

mengurangi hak anggota Direksi lain dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk

mengajukan gugatan atas nama perseroan.54

Setiap anggota direksi dapat menjadi pengawas terhadap satu dengan

yang lainnya, walaupun demikian pada prakteknya fungsi pengawasan melalui

mekanisme check and balance sulit untuk dilakukan. Untuk itu diperlukan

pembagian tugas dan wewenang serta tanggung jawab yang jelas. Dengan adanya

pembagian tersebut maka masalah pembuktian anggota direksi yang sebenarnya

harus bertanggung jawab apabila terjadi tindakan yang merugikan kepentingan

perseroan menjadi lebih mudah.

Secara umum tanggung jawab direksi dapat dibedakan dalam:55

a. Tanggung jawab internal direksi yang meliputi tugas dan tanggung jawab

direksi terhadap perseroan dan pemegang saham perseroan.

b. Tanggung jawab eksternal direksi, yang berhubungan dengan tugas dan

tanggung jawab direksi kepada pihak ketiga yang berhubungan hukum

langsung maupun tidak langsung dengan perseroan.

Setiap anggota direksi yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya

tersebut diatas memberikan hak kepada pemegang saham perseroan untuk secara

sendiri-sendiri ataupun bersama-sama yang mewakili jumlah sepesepuluh

pemegang saham perseroan untuk melakukan gugatan, untuk dan atas nama

perseroan, terhadap direksi perseroan yang kesalahannya dan kelalaiannya telah

54 Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab V, Pasal 97 ayat (7).

55 Gunawan Widjaja, Op. Cit, hal. 69-71

Universitas Sumatera Utara

merugikan perseroan (derivative action). Secara sendiri-sendiri melakukan

gugatan langsung, untuk dan atas nama pribadi pemegang saham terhadap direksi

perseroan, atas setiap keputusan atau tindakan direksi perseroan yang merugikan

pemegang saham.56

Selanjutnya pasal 104 UUPT menjelaskan tentang kesalaham dan

kelalaian Direksi dalam perseroan:

1) Direksi tidak berwenang mengajukan permohonan pailit atas

perseroan sendiri keada pengadilan niaga sebelum memperoleh

persetujuan RUPS, dengan tidak mengurangi ketentuan sebagaimana

diatur dalam Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang.

2) Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi

karena kesalahan atau kelalaian direksi dan harta pailit tidak cukup untuk

membayar seluruh kewajiban perseroan dalam kepailitan tersebut, setiap

anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas seluruh

kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.

3) Tanggung jawab sebgaimana dimaksud pada ayat (2) berlaku juga

bagi anggota Direksi yang salah atau lalai yang pernh menjabat sebagai

anggota Direksi dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sebelum putusan

pernyataan pailit yang diucapkan.

4) Anggota Direksi tidak bertanggung jawab atas kepailitan perseron

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) apabila dapat membuktikan:

56 Ibid

Universitas Sumatera Utara

a) Kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b) Telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian,

dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan perseroan dan sesuai

dengan maksud dan tujuan perseroan;

c) Tidak mempunyai benturan kepentingan baik secara langsung

maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang dilakukan;

dan

d) Telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.

5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)

berlaku juga bagi direksi dari perseroan yang dinyatakan pailit

berdasarkan gugatan pihak ketiga.

UUPT memberikan ketentuan sanksi berupa sanksi perdata yang sangat

berat kepada setiap direksi perseroan aats setiap kelalaian atau kesalahannya,

namun pelaksanaan pemberian sanksi ini sendiri sebenarnya tidak terlalu

dikhawatirkan, selama anggota direksi yang bersangkutan bertindak sesuai dengan

dan tidak menyimpang dari aturan main yang telah ditetapkan dalam anggaran

dasar perseroan dn peraturan-perundang-undangan yang berlaku. Para pemegang

saham perseroan maupun pihak ketiga yang merasa dirugikan oleh tindakan

direksi harus membuktikan apakah memang benar kerugian perseroan terjadi

karena kesalahan dan kelalaian direksi.

Tanggung jawab Direksi perseroan erat kaitannya dengan sifat

kolegialitas Direksi perseroan. Undang-Undang Perseron Terbatas mengatur

bahwa Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari satu orang, yang berwenang mewakili

perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran

dasar. Oleh sebab itu, dalam pasal 98 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Perseroan

Terbatas ditentukan bahwa yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap

anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. Bahkan dari

sudut pandang doktrin, kedudukan masing-masing organ perseroan (dewan

komisaris dan direksi) pada asasnya satu sama lain mempunyai kedudukan yang

sama atau sejajar, dimana yang satu tidak berada di bawah yang lain, dan masing-

masing mempunyai tugas sendiri-sendiri yang diberikan oleh Undang-Undang dan

anggaran dasar kecuali RUPS. Konsekuensi selanjutnya, adalah bahwa fokus

direksi dan dewan komisaris dalam mengurus perseroan tidak semata-mata hanya

tertuju kepada pemegang saham, tetapi lebih kepada kepentingan perseroan yang

cakupannya lebih luas dari pada kepentingan pemegang saham.57

C. Direksi Sebagai Pengurus dan Wakil Perseroan

1. Direksi sebagai pengurus perseroan

Tugas atau fungsi utama Direksi, menjalankan dan melaksanakan

“pengurusan” (beheer, administration or management) perseroan. Jadi perseroan

diurus, dikelola atau dimanage oleh Direksi. Hal ini ditegaskan dalam beberapa

ketentuan, seperti: pasal 1 angka 5 yang menegaskan, Direksi sebagai organ

perseroan, berwenang dan bertanggung jawab penuh atas “pengurusan” perseroan

57 Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Op. Cit, hal. 46.

Universitas Sumatera Utara

untuk kepentingan perseroan dan pasal 92 ayat (1) mengemukakan, Direksi

menjalankan “pengurusan” perseroan untuk kepentingan perseroan. 58

Pengertian umum pengurusan Direksi dalam konteks Perseroan, meliputi

tugas atau fungsi melaksanakan kekuasaan pengadministrasian dan pemeliharaan

harta kekayaan perseroan. Dengan kata lain, melaksanakan pengelolaan atau

menangani bisnis perseroan dalam arti sesuai dengan maksud dan tujuan serta

kegiatan perseroan dalam batas-batas kekuasaan atau kapasitas yang diberikan

undang-undang dan Anggaran Dasar kepadanya.

59

Direksi sebagai pengurus (beheerder, administrator or manager)

perseroan, adalah “pejabat” perseroan. Jabatannya adalah anggota Direksi atau

Direktur perseroan (a Director is an officier of the company). Anggota Direksi

atau Direktur bukan pegawai atau karyawan ( he is not an employee). Oleh karena

itu, dia tidak berhak mendapat pembayaran prefensial (preferential payment)

apabila perseroan dilikuidasi.

60

Pengurusan oleh Direksi sangat terkait dengan pertanyaan untuk siapa

pengurusan tersebut? Terdapat dua mazhab besar yang melihat kepentingan dari

pengurusan sautu perseroan. Pertama, mazhab sahreholder interest. Pemikiran ini

dipelopori oleh Adolph A. Berle, dimana pengurusan perseroan semata-mata

untuk kepentingan pemegang saham sebagai pemilik dari korporasi. Banyak

pendapat yang menentang bahwa pemegang saham adalah pemilik dari korporasi

dengan dasar konsistensi pada konsep korporasi yang merupakan entitas mandiri,

sedangkan pemilik hanya sebagai pemilik saham dari korporasi tersebut, tetapi

58 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal 346. 59 Ibid 60 Ibid

Universitas Sumatera Utara

tetap saja logika hukum dan praktik ekonomi menunjukkan bahwa korporasi

tersebut adalah milik pemegang saham. Hal ini karena berdasarkan konsep

property law yang salah satu cirinya adalah transferable, contoh yang paling

konkret adalah saham. Saham merupakan suatu bentuk kepemilikan properti

karena dapat diperjulbelikan atau dialihkan kepemilikannya.61

Kedua, mazhab stakeholder interest, dimana tujuan korporasi tidak

semata-mata mencari keuntungan bagi pemegang saham, tetapi juga untuk

kepentingan lainnya, termasuk di dalamnya kepentingan sosial. Mazhab inilah

yang kemudian akan melahirkan team production doctrine dan Director primary

doctrine. Menurut Nindyo Pramono, dalam hukum korporasi modern,

kepentingan kepengurusan pada pokoknya adalah untuk kepentingan pemegang

saham dan kepentingan perseroan itu sendiri (het vennootschap belang), dan

dikaitkan dengan penerapan prinsip tata kelola korporasi yang baik dan benar

(good corporate governance), dimasukkan pula kepentingan lain, seperti

kepentingan karyawan, kepentingan pihak ketiga atau kreditur, kepentingan loyal

society.

62

Berdasarkan undang-undang Perseroan Terbatas bahwa Direksi

menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan dan sesuai

dengan maksud dan tujuan perseroan, antara lain pengurusan sehari-hari

perseroan. Sejalan dengan pengaturan undang-undang Perseroan Terbatas yang

menyebutkan bahwa pengurusan ditujukan untuk kepentingan perseroan. Dalam

sistem hukum common law, terdapat pula konsep serupa yang penerapannya

61 Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Loc. Cit, hal. 40. 62 Ibid, hal 40-41

Universitas Sumatera Utara

terdapat dalam putusan perkara Guttman Huang. Pengadilan Delaware

menyebutkan bahwa seorang Direksi tidak dapat dikatakan bertindak loyal kepada

korporasi, kecuali kalau dia bertindak dengan itikad baik dan tindakan itu untuk

kepentingan terbaik (best interest) bagi korporasi. Adapun anak kalimat

“pengurusan sehari-hari perseroan” atau “day to day activities” dalam undang-

undang Perseroan Terbatas adalah sejalan dengan pandangan para ahli hukum.

Seperti Nindyo Pramono yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan

perbuatan pengurusan (beheer van daden) adalah tiap-tiap perbuatan yang perlu

atau termasuk golongan perbuatan yang biasa dilakukan untuk mengurus atau

memelihara perserikatan perdata, termasuk perseroan. Aiman Nariman Mohamad

Sulaiman mengatakan bahwa pengurusan sehari-hari adalah implementasi dari

standart of care seorang Direksi.63

2. Direksi sebagai wakil perseroan

Direksi sebagai salah satu organ atau alat perlengkapan perseroan, selain

mempunyai kedudukan dan kewenangan mengurus perseroan, juga diberi

wewenang untuk “mewakili” perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan

untuk dan atas nama perseroan. Kewenangan ini ditegaskan pada:

a. Pasal 1 angka 5; Direksi sebagai organ perseroan berwenang mewakili

perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan

ketentuan AD;

63 Ibid

Universitas Sumatera Utara

b. Pasal 99 ayat (1) Direksi mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar

pengadilan.64

1) Kualitas kewenangan Direksi mewakili perseroan tidak terbatas dan tidak

bersyarat

Kapasitas atau kewenangan yang dimiliki Direksi mewakili perseroan

karena undang-undang. Artinya, undang-undang sendiri dalam hal ini Pasal 1

angka 5 dan Pasal 92 ayat (1) UUPT 2007 yang memberi kewenangan itu kepada

Direksi untuk mewakili perseroan di dalam maupun di luar pengadilan. Oleh

karena itu, kapasitas mewakili yang dimilikinya, adalah kuasa atau perwakilan

karena undang-undang (wettelijke vertegenwoordig, legal or statutory

representative). Dengan demikian, untuk bertindak mewakili perseroan, tidak

memerlukan kuasa dari perseroan. Sebab kuasa yang dimilikinya atas nama

perseroan adalah kewenangan yang melekat secara inherent pada diri dan jabatan

Direksi berdasar undang-undang.65

Sehubungan dengan itu, sesuai dengan kapasitasnya sebagai kuasa

mewakili perseroan berdasar undang-undang, Direksi berwenang memberi kuasa

kepada orang yang ditunjuknya untuk bertindak mewakili perseroan. Tindakan

pemberian kuasa yang demikian dapat dilakukan Direksi tanpa memerlukan

persetujuan dari organ perseroan yang lain. Tidak memerlukan persetujuan RUPS

maupun Dewan Komisaris.

66

64 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 349.

65 Ibid 66 Ibid

Universitas Sumatera Utara

Akan tetapi, apa yang dijelaskan di atas merupakan ketentuan dan prinsip

umum. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan, untuk melakukan tindakan

tertentu harus lebih dahulu mendapat kuasa atau persetujuan dari RUPS, apabila

hal itu ditentukan dalam Anggaran Dasar. Kemungkinan yang demikian

dijelaskan dalam Pasal 98 ayat (2).67 Menurut pasal ini, pada dasarnya

kewenangan Direksi untuk mewakili perseroan adalah tidak terbatas (unlimited)

dan tidak bersayarat (unconditional), kecuali UU ini, Anggaran Dasar atau

keputusan RUPS menentukan lain.68

2) Setiap Anggota Direksi Berwenang Mewakili Perseroan

Pada prinsipnya, setiap anggota Direksi berwenang mewakili perseroan,

kecuali ditentukan lain dalam Anggaran Dasar. Hal itu ditegaskan dalam pasal 98

ayat (1) bahwa Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang

berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukn

lain dalam anggaran dasar.69

Pasal 98 ayat (2) menegakkan prinsip bahwa tiap-tiap anggota Direksi

mewakili perseroan. Menurut penjelasan pasal ini, UUPT 2007 pada dasarnya

menganut sistem perwakilan kolegial.

3) Dalam hal tertentu anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseron.

Berdasarkan Pasal 99 UUPT 2007 ditegaskan bahwa:

67 Ibid 68 Republik Indonesia, Undang-Undang Pasal Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas, Bab V, Pasal 98 ayat (3) 69 M. Yahya Harahap, Op. Cit, hal. 350.

Universitas Sumatera Utara

(1) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili perseroan apabila:

a. terjadi perkara di pengadilan antara perseroan dengan anggota Direksi

yang bersangkutan;atau

b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan

dengan perseroan.

(2) Dalam hal terdapat keadaan sebagimana dimaksud pada ayat (1), yang berhak

mewakili perseroan adalah:

a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan

dengan perseroan.

b. Dewan komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai

benturan kepentingan dengan perseroan, atau

c. Pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi

atau Dewan Komisaris mempunyai benturan kepentingan dengan

perseroan.

Universitas Sumatera Utara