rpjmd provinsi jawa tengah tahun 2008 2013

246

Upload: bappeda-prov-jateng

Post on 20-Feb-2016

247 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013

TRANSCRIPT

Page 1: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013
Page 2: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

NOMOR TAHUN 2009

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH,

Menimbang : a. bahwa untuk memberikan arah dan tujuan dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Gubernur, perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai-mana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, perlu menyu-sun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 yang merupa-kan perwujudan visi, misi dan Program Gubernur yang memuat kebijakan penyelenggaraan Pembangunan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, maka perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2008-2013;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Provinsi Jawa Tengah;

Page 3: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

2

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pem-

bentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lem-baran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Ren-

cana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

Page 4: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

3

8. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyeleng-garaan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Laporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang

Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pedoman Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Dae-rah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertang-gungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dan Informasi Laporan

Page 5: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

4

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masya-rakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang

Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 4697);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang

Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4698);

18. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2005 – 2009;

19. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan Dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan;

20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah Dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006 Nomor 8 Seri E Nomor 1);

21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Page 6: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

5

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 1 Seri E Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7);

22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9);

23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 10);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

dan

GUBERNUR JAWA TENGAH

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEM-BANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Provinsi Jawa Tengah.

2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

Page 7: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

6

3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.

4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2025.

5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013.

6. Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah Rencana Kerja Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah yang disusun setiap tahun sekali.

BAB II

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

Pasal 2

RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah sebagai landasan dan pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pembangunan 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 dan pelaksanaan lebih lanjut dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).

Pasal 3

Sistematika RPJMD disusun sebagai berikut :

a. BAB I : Pendahuluan; b. BAB II : Kondisi Umum; c. BAB III : Prioritas Pembangunan Daerah Rencana Jangka Panjang; d. BAB IV : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran; e. BAB V : Indikator Makro dan Pentahapan Pembangunan; f. BAB VI : Pengelolaan Keuangan Daerah; g. BAB VII : Program Pembangunan Daerah; h. BAB VIII : Penutup.

Pasal 4

RPJMD berikut matriknya sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Page 8: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

7

Pasal 5

RPJMD mempedomani Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang RPJPD dan memperhatikan Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2005 – 2009.

Pasal 6

Penyusunan RPJMD menjadi pedoman bagi : a. Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis

dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di Daerah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu 2008 – 2013.

b. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupa-ten/Kota di Jawa Tengah.

Pasal 7

RPJMD wajib dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka penyelenggaraan pembangunan di Daerah.

BAB III

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 8

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka RPJMD menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan Tahun 2013, dan dapat diberlakukan sebagai RPJMD transisi sebagai pedoman penyusunan RKPD Tahun 2014 sebelum tersusunnya RPJMD Tahun 2013 – 2018 yang memuat visi dan misi Gubernur terpilih.

BAB IV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Page 9: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

8

Pasal 10

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah.

Ditetapkan di Semarang pada tanggal 17 Februari 2009

GUBERNUR JAWA TENGAH,

BIBIT WALUYO Diundangkan di Semarang pada tanggal

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH,

HADI PRABOWO

LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

Page 10: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

9

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

NOMOR TAHUN 2008

TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008-2013

I. UMUM.

Bahwa dalam rangka memberikan arah dan tujuan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah sesuai dengan visi, misi Kepala Daerah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, perlu disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kurun waktu 5 tahun mendatang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Gubernur yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM-Nasional, memuat arah dan kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJM-D) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan pembangunan, serta mengacu pada ketentuan peraturan perundang-udangan yang berlaku.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013, akan digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Tengah pada setiap tahun anggaran. Selain itu juga

Page 11: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

10

dijadikan acuan bagi penyusunan dokumen perencanaan pembangunan Kabupaten/Kota di Jawa Tengah.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka

perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4

Cukup jelas.

Pasal 5

Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Dokumen RPJMD Tahun 2008-2013 ini dapat diberlakukan sebagai Dokumen RPJMD Transisi untuk pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2014 sebelum RPJMD Tahun 2013-2018 disusun dan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.

Pasal 8

Cukup jelas.

Pasal 9

Cukup jelas.

Page 12: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

11

Pasal 10

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR

Page 13: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

ii

DAFTAR ISI

BUKU I

RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH .............................................................................................. i Daftar Isi ................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1 B. Tujuan..................................................................................................... 2 C. Landasan Hukum ...................................................................................... 3 D. Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya .......................... 5 E. Sistimatika ............................................................................................... 6

BUKU II

BAB II KONDISI UMUM ............................................................................................. 7 A. Kondisi Kewilayahan .................................................................................. 7 B. Kondisi Perekonomian ................................................................................ 8 C. Capaian Hasil Pembangunan Jawa Tengah ................................................ 13 D. Kondisi Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan ......................................... 17 E. Analisis Lingkungan Strategis .................................................................... 63

BAB III PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH RENCANA JANGKA PANJANG ................. 73 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN.. ............................................................ 80

A. Visi ......................................................................................................... 80 B. Misi ........................................................................................................ 80 C. Tujuan.................................................................................................... 81 D. Strategi ................................................................................................. 82 E. Sasaran ................................................................................................. 83

BAB V INDIKATOR MAKRO DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN ................................. 87 A. Target Agregatif Pembangunan Jawa Tengah 2008-2013 ............................ 87 B. Pentahapan Pembangunan ....................................................................... 90

BAB VI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ............................................................. 95 A. Pengelolaan Keuangan Daerah ................................................................. 95 B. Penerimaan Daerah ................................................................................. 97 C. Belanja Daerah........................................................................................ 99 D. Pembiayaan Daerah .............................................................................. 101 E. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah .................................................... 103

BAB VII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ......................................................... 104 A. Kewenangan Urusan Wajib ..................................................................... 104 B. Kewenangan Urusan Pilihan ................................................................... 207 C. Pelaksanaan Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan ....................... 231 D. Pelaksanaan Tugas Umum Pemerintahan ................................................ 232

BAB VIII PENUTUP .............................................................................................. 233 BUKU III

MATRIK PERINCIAN PERMASALAHAN, PROGRAM, SASARAN DAN INDIKATOR CAPAIAN

Page 14: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya adalah upaya sadar untuk memanfaatkan potensi yang

layak, memecahkan permasalahan yang dihadapi serta memenuhi kebutuhan dan

keinginan masyarakat menuju keadaan atau kesejahteraan masyarakat yang lebih

baik. Potensi, permasalahan serta kebutuhan masyarakat Jawa Tengah tidak dapat

dimanfaatkan, dipecahkan serta dipenuhi dalam jangka pendek. Demikian pula

sumber daya yang tersedia untuk pembangunan selalu terbatas bila dibandingkan

dengan kebutuhan. Oleh karena itu diperlukan suatu perencanaan pembangunan

jangka menengah sebagai pedoman bagi pelaksanaan pembangunan tahunan yang

saling berkaitan dan berkesinambungan.

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

mengamanatkan, bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah

Daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu

kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan

daerah tersebut meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

untuk jangka waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(RPJMD) untuk jangka waktu 5 tahun dan Rencana Kerja Pembangunan Daerah

(RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun.

Terkait dengan amanat tersebut Pemerintah Propinsi Jawa Tengah menyusun RPJPD

tahun 2005 - 2025, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun

2008. Selanjutnya RPJPD tersebut akan menjadi pedoman dalam penyusunan

RPJMD. RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah

yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Nasional,

memuat arah dan kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,

kebijakan umum dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD,

dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka

regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Bersifat indikatif yang

Page 15: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

2

dimaksudkan adalah bahwa informasi, baik sumberdaya yang diperlukan maupun

keluaran dan dampak yang tercantum di dalam dokumen RPJMD hanya merupakan

indikasi yang hendak dicapai dan bersifat tidak kaku. Ketentuan ini termuat dalam

pasal 5 ayat (2) Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional jo pasal 150 ayat (3) huruf c Undang-Undang No. 32 tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Pasal 19 Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 ayat (2) mengatur bahwa RPJMD

ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah paling lambat 3 (tiga) bulan setelah

kepala daerah dilantik. Sementara itu dalam pasal 150 ayat (3) huruf c

Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 diatur bahwa RPJMD ditetapkan dengan

Peraturan Daerah berpedoman pada Peraturan Pemerintah. Terkait dengan hal ini

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang

Tahapan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah. Dalam Peraturan Pemerintah ini disebutkan bahwa RPJMD

ditetapkan dengan Peraturan Daerah setelah berkonsultasi dengan Menteri Dalam

Negeri, dan jangka waktu penetapannya paling lambat 6 bulan setelah kepala daerah

dilantik.

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, dan dengan telah ditetapkannya hasil

Pilkada Propinsi Jawa Tengah tanggal 22 Juni 2008, serta telah dilantiknya Pasangan

Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008 - 2013 pada tanggal 23 Agustus 2008,

maka disusunlah RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013. RPJMD ini akan menjadi

pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis (Renstra) dan sebagai

acuan bagi seluruh stakeholder di Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan

kegiatan pembangunan selama kurun waktu 2008 – 2013. RPJMD Propinsi Jawa

Tengah 2008 - 2013 ini selain menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah

terpilih juga menjabarkan program gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

B. Tujuan

RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah periode 5 (lima) tahun

terhitung sejak tahun 2008 sampai tahun 2013, ditetapkan dengan tujuan

memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pelaku

pembangunan daerah (pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat) dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan daerah yang integral dengan tujuan

Page 16: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

3

nasional sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang telah

disepakati bersama, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh segenap komponen

pelaku pembangunan akan menjadi lebih efektif, efisien, terpadu, berkesinambungan,

dan saling melengkapi satu dengan lainnya, dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Tujuan berikutnya adalah untuk memberikan pedoman bagi penyusunan RKPD yang

memuat strategi, arah kebijakan, program kegiatan dan prakiraan maju pendanaan.

C. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa

Tengah;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah

Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan

Daerah Istimewa Yogyakarta;

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II

Kabupaten Batang;

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;

6. Undang-Undang nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa

Tengah;

8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah

Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Tengah;

9. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah

Kota Besar dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan

Daerah Istimewa Yogyakarta;

10. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II

Kabupaten Batang;

11. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan;

12. Undang-Undang nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;

13. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Sistem Pertahanan Negara;

14. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

15. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

16. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air;

Page 17: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

4

17. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional;

18. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor

12 Tahun 2007 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah;

19. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

20. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional

21. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

22. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Panas Bumi;

23. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

24. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

25. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil;

26. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;

27. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Mineral dan Batubara;

28. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah

Kotamadya Dati II Pekalongan, Kabupaten Dati II Pekalongan dan Kabupaten Dati

II Batang;

29. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

30. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian Dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4663);

31. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

32. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tata

Kerja Perangkat Daerah;

33. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan

Pendidikan Keagamaan;

34. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

Page 18: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

5

35. Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan;

36. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

Daerah;

37. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar;

38. Prakarsa Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan;

39. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Jangka Panjang

Menengah Nasional Tahun 2005 – 2009;

40. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Rencana

Strategis Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2008;

41. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2003 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah;

42. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah

Perencanaan Pembangunan Provinsi Jawa Tengah;

43. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025;

44. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan

Daerah;

45. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 82 Tahun 2007 tentang Program Indikatif

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Gubernur No. 30 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa

Tengah No. 82 Tahun 2007 tentang Program Indikatif Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2009;

46. Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 88 Tahun 2008 tentang Rencana Aksi

Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-PRB) Provinsi Jawa Tengah.

D. Hubungan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Dengan Dokumen Perencanaan

Lainnya

RPJMD Provinsi Jawa Tengah merupakan satu sub sistem dalam sistem perencanaan

pembangunan nasional, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Page 19: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

6

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Oleh karena itu, RPJMD Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013 disusun mengacu pada RPJP Nasional Tahun

2005 - 2025 dan RPJM Nasional Tahun 2004 - 2009. Dalam rangka menjaga

kesinambungan pembangunan Provinsi Jawa Tengah, RPJMD Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2008-2013 juga mengacu pada RPJPD Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2005 - 2025.

Agar dalam pelaksanaan pembangunan di Jawa Tengah Tahun 2008-2013 tidak

bertentangan dengan pemanfaatan ruang, maka dalam menyusun RPJMD Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2008-2013 memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Provinsi Jawa Tengah.

Untuk menjaga konsistensi pelaksanaan pembangunan masing-masing urusan/sektor,

penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 memperhatikan

dokumen-dokumen perencanaan yang telah ada, antara lain Rencana Aksi Daerah

Pengurangan Resiko Bencana (RAD-PRB), Rencana Tenaga Kerja Daerah (RTKD),

Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), Rencana Induk Pemberdayaan

Perempuan (RIPP), dan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata.

RPJMD ini akan menjadi dasar dalam penyusunan RKPD tahunan dan Renstra SKPD.

RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013 juga menjadi acuan bagi pemerintah

kabupaten/kota dalam menyusun RPJMD kabupaten/kota.

E. Sistematika

RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 disusun dengan sistematika sebagai

berikut.

BAB I : Pendahuluan

BAB II : Kondisi Umum;

BAB III : Prioritas Pembangunan Daerah Rencana Jangka Panjang;

BAB IV : Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran;

BAB V : Indikator Makro dan Pentahapan Pembangunan;

BAB VI : Pengelolaan Keuangan Daerah;

BAB VII : Program Pembangunan Daerah;

BAB VIII : Penutup.

Page 20: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

7

BAB II

KONDISI UMUM

A. Kondisi Kewilayahan

Provinsi Jawa Tengah terletak pada 5°40' dan 8°30' dan 111°30' Bujur Timur, selain

daratan Jawa Tengah juga memiliki wilayah laut dengan garis pantai sepanjang 791,76

km yang terdiri dari pantai utara sepanjang 502,69 km dan pantai selatan sepanjang

289,07 km. Secara adminstratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten

dan 6 kota dan terdiri dari 568 kecamatan yang meliputi 8.573 desa/kelurahan. Luas

wilayah Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar

25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia), terdiri dari 992

ribu hektar (30,50 persen) lahan sawah, dan 2,26 juta hektar (69,5 persen) lahan

bukan sawah.

Secara umum kondisi suhu udara berkisar antara 24,4° C dan 28,5° C. Tempat-tempat

yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara rata-rata relatif

tinggi. Kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen sampai 86 persen. Curah

hujan tertinggi tercatat di Sempor Kebumen sebesar 3.068 mm, dan hari hujan

terbanyak tercatat di Kabupaten Cilacap sebesar 179 hari.

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi berkepadatan penduduk sangat

tinggi, dengan jumlah penduduk pada tahun 2007 mencapai 32.380.279 jiwa, dengan

rata-rata kepadatan penduduk sebesar 989 jiwa setiap kilometer persegi. Jumlah

tersebut menempatkan Provinsi Jawa Tengah sebagai Provinsi ketiga dengan penduduk

terbanyak setelah Jawa Timur dan Jawa Barat. Secara proporsional jumlah penduduk

terbesar adalah penduduk usia produktif atau kelompok umur angkatan kerja (15-64

tahun), dengan demikian dapat dipastikan bahwa jumlah pencari kerja, angka

pengangguran dan kebutuhan fasilitas-fasilitas yang berhubungan dengan pendidikan

dan latihan kerja juga cukup tinggi. Apabila dilihat dari jenis pekerjaan penduduk,

jumlah pekerja pada lapangan usaha di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan

perikanan menempati proporsi tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor yang lain,

yaitu sebesar 6.147.989 orang pada tahun 2007.

Page 21: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

8

Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumberdaya manusia yang sangat

dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi. Angkatan kerja

pada tahun 2007 sebanyak 17.664.277 jiwa, sedangkan jumlah angkatan kerja yang

bekerja 16.304.058 jiwa. Dengan demikian terdapat penganguran terbuka 1.360.219

jiwa atau 7,70 % dari jumlah angkatan kerja. Tingkat pengangguran terbuka tersebut

secara proporsional lebih rendah dibandingkan tahun 2006 yang sebesar 8,02%.

Persentase tingkat pengangguran terbuka di Jawa Tengah tersebut masih di bawah

angka nasional yang tercatat sebesar 9,75%.

B. Kondisi Perekonomian

Total Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Jawa Tengah atas dasar harga berlaku

pada tahun 2007 sebesar Rp 312.428.807.090.000,-. Jumlah ini meningkat

dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp 281.996.709.110.000,-. PDRB tahun 2007

menurut harga konstan 2000 sebesar Rp. 159.110.253.770.000,-, jumlah ini meningkat

dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 150.682.654.740.000,-. PDRB Jawa Tengah

baik menurut harga berlaku maupun harga konstan tahun 2000 dirinci menurut sektor

terlihat pada tabel 2.1 dan tabel 2.2.

Tabel 2.1

Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Berlaku di Jawa Tengah Tahun 2002-2006 (juta Rupiah)

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian 33.668.128,27 33.813.526,67 38.492.121,60 44.806.485,33 57.364.981,87 2. Pertambangan dan

Penggalian 1.407.809,14 1.668.788,52 1.855.129,61 2.276.913,64 2.869.481,96

3. Industri Pengolahan 48.176.165,61 56.032.110,15 63.136.583,39 79.037.442,65 92.646.434,52 4. Listrik, Gas dan Air

Minum 1.544.504.66 2.009.245,97 2.361.913,35 2.815.653,83 3.153.227,05

5. Bangunan 7.393.911,77 8.891.130,37 10.899.131,66 13.517.731,95 15.962.321,08 6. Perdagangan, Hotel

dan Restoran 31.830.470,70 35.660.587,41 38.870.547,20 46.694.123,55 55.362.794,99

7. Pengangkutan dan Komunikasi

7.924.190,39 9.899.168,22 10.959.329,41 13.852.018,07 16.801.494,45

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

5.767.937,39 6.448.270,23 7.212.976,80 8.339.491,61 9.592.396.,78

9. Jasa-jasa 14.255.707,94 17.459.049,51 19.647.530,03 23.095.462,68 28.243.576,41 PRDB Total 151.968.825,74 171.881.877,04 193.435.263,05 234.435.323,31 281.996.709,11

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)

Page 22: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

9

Tabel 2.2 Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah

Tahun 2002-2006

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian 27.725.086,08 27.157.595,62 28.606.237,28 29.924.642.25 31.002.199,11 2. Pertambangan dan

Penggalian 1.227.651,53 1.295.356,44 1.330.759,58 1.454.230,59 1.678.299,61

3. Industri Pengolahan 39.193.652,64 41.347.172,12 43.995.611,83 46.105.706,52 48.189.134,86 4. Listrik, Gas dan Air

Minum 975.868,80 980.306,54 1.065.114,58 1.179.891,98 1.256.430,34

5. Bangunan 6.116.817,45 6.907.250,46 7.448.715,40 7.960.948,49 8.446.566,35 6. Perdagangan, Hotel

dan Restoran 26.289.742,59 27.666.472,01 28.343.045,34 30.056.962,75 31.816.441,85

7. Pengangkutan dan Komunikasi

5.872.915,88 6.219.922,79 6.510.447,43 6.988.425,43 7.451.506,22

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

4.524.128,37 4.650.861,38 4.826.541,38 5.067.665,70 5.339.608,70

9. Jasa-jasa 11.112.677,79 12.941.524,67 13.663.399,59 14.312.739,85 15.442.467,70 PRDB Total 123.036.541,13 129.166.462,45 135.789.872,31 143.051.213,88 150.682.654,74

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)

PDRB per kapita pada tahun 2006 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 8.763.722,89,

sedangkan menurut harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 4.682.824,26. Jumlah ini

meningkat dibandingkan tahun 2005. PDRB per kapita pada tahun 2005 berdasarkan

harga berlaku sebesar Rp 7.349.965,06, sedangkan berdasarkan harga konstan 2000

PDRB per kapita sebesar Rp 4.484.910,42. Perkembangan PDRB per kapita selama lima

tahun terakhir tercantum pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

Produk Domestik Regional Brutto Perkapita di Jawa Tengah Tahun 2002-2006

No Tahun PDRB Perkapita ADH Berlaku PDRB Perkapita ADH konstan 2000

1. 2002 4.795.199,68 3.882.338,17 2. 2003 5.362.453,91 4.029.797,75 3. 2004 5.970.697,59 4.191.377,78 4. 2005 7.123.777,44 4.346.891,91 5. 2006 8.763.722,89 4.682.824,26 6. 2007 9.648.737,34 4.913.801,20

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dalam lima tahun terakhir menunjukkan

pertumbuhan yang positif, yang ditandai dengan meningkatnya kontribusi sektor-sektor

ekonomi terhadap PDRB. Meskipun ada sektor yang mengalami penurunan, namun

secara umum sektor-sektor pendukung utama perekonomian Jawa Tengah

menunjukkan peningkatan hal ini dapat dilihat pada tabel 2.4

Page 23: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

10

Tabel 2.4 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000

di Jawa Tengah Tahun 2002-2006 (%)

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian 4,95 -2,05 5,33 4,61 3,60 2. Pertambangan dan Penggalian 3,13 5,51 2,73 9,28 15,41 3. Industri Pengolahan 5,46 5,49 6,41 4,80 4,52 4. Listrik, Gas dan Air Minum 11,83 0,45 8,65 10,78 6,49 5. Bangunan 10,56 12,92 7,84 6,88 6,10 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,85 5,24 2,45 6,05 5,85 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,30 5,91 4,67 7,34 6,3 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 2,35 2,80 3,78 5,00 6,55

9. Jasa-jasa -6,05 16,46 5,58 4,75 7,89 PRDB Total 3,55 4,98 5,13 5,35 5,33

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)

Dalam kurun 5 tahun terakhir (2002–2006), sektor industri pengolahan masih

merupakan sektor yang menjadi andalan terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini

ditandai oleh besarnya sumbangan sektor ini terhadap total PRDB Jawa Tengah pada

tahun 2006 yaitu di atas 30 persen, tertinggi dibanding dengan sektor lain. Sektor

lain yang memberikan sumbangan cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan

restoran serta sektor pertanian, yaitu masing-masing sebesar 21,11 dan 20,57%

terhadap PDRB. Sementara itu, sektor listrik, gas dan air minum memberikan

sumbangan terkecil yakni hanya sebesar 0,83%. Perkembangan kontribusi sektor-

sektor perekonomian terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2002 sampai

tahun 2006 tercantum pada tabel 2.5.

Tabel 2.5

Distribusi Produk Domestik Regional Brutto atas Dasar Harga Konstan 2000 di Jawa Tengah Tahun 2002-2006 (%)

No Sektor 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian 22,53 21,03 21,07 20,92 20,57 2. Pertambangan dan Penggalian 1,00 1,00 0,98 1,02 1,11 3. Industri Pengolahan 31,85 32,01 32,40 32,23 31,98 4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,79 0,76 0,78 0,82 0,83 5. Bangunan 4,97 5,35 5,49 5,57 5,61 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,37 21,42 20,87 21,01 21,11 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,77 4,82 4,79 4,89 4,95 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 3,68 3,60 3,55 3,54 3,58

9. Jasa-jasa 9,03 10,02 10,06 10,01 10,25 PRDB Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007)

Page 24: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

11

Sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi Jawa Tengah.

Sektor industri dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu : industri besar, industri

sedang, industri kecil, industri rumah tangga. Jumlah perusahaan industri besar dan

sedang di Jawa Tengah pada tahun 2005 tercatat sebanyak 3.476 unit perusahaan

yang menyerap 555.230 tenaga kerja.

Perkembangan perekonomian daerah tidak lepas dari peranan investasi yang

ditanamkan di Jawa Tengah. Realisasi investasi selama kurun waktu tahun 2003 - 2006

berfluktuatif. Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun 2006

berdasarkan Surat Persetujuan Tetap (SPT) yang telah disetujui sebesar Rp 4,558

triliun, dan tenaga kerja yang akan diserap sebanyak lebih dari 18 ribu orang.

Sementara itu, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) berdasarkan SPT yang

dikeluarkan adalah sebesar 579,231 juta dolar Amerika. Investasi PMA tersebut

diharapkan akan menyerap tenaga kerja sebesar kurang lebih 8 ribu orang.

Memasuki tahun 2007, perekonomian Jawa Tengah telah berhasil melewati berbagai

tekanan berat akibat kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang terjadi

dua kali sejak tahun 2005. Dampak kenaikan BBM tersebut secara bertahap dapat

diatasi dengan baik, sehingga secara umum kondisi perekonomian Jawa Tengah

menunjukan arah yang semakin baik pula.

Perkembangan harga-harga menunjukan arah yang makin stabil. Hal ini tercermin dari

laju inflasi Jawa Tengah yang pada tahun 2007 dapat bertahan pada level satu digit

(6,24%), sedangkan pada tahun 2006 sebesar 6,50%. Angka tersebut relatif rendah,

mengingat pada beberapa bulan terakhir harga minyak goreng sempat naik, sebagai

dampak kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar internasional yang cukup tinggi.

Tingkat inflasi yang relatif rendah dan terkendali tersebut mengindikasikan bahwa

berbagai kebutuhan bahan pokok masyarakat seperti BBM, beras, gula, minyak dan

yang lainnya terjaga pasokan dan distribusinya selama tahun 2007.

Seiring dengan perkembangan harga-harga yang makin stabil, pertumbuhan ekonomi

Jawa Tengah juga menunjukkan peningkatan. Berdasarkan hasil perhitungan PDRB

tahun 2007, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mencapai 5,59%. Angka tersebut

lebih tinggi dibandingkan dengan laju pertumbuhan 2006, yang sebesar 5,33%.

Page 25: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

12

Dari sisi produksi, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif dan relatif

tinggi, antara lain sektor pertanian meningkat 2,78%; sektor pertambangan dan

penggalian 6,23%; bangunan/konstruksi 7,21%; sektor perdagangan, hotel dan

restoran 6,54%; pengangkutan dan komunikasi 8,07%. Sementara itu sektor industri

pengolahan tumbuh 5,56%, bank dan lembaga keuangan 6,81% dan jasa-jasa 6,71%.

Ditinjau dari sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah antara lain

digerakkan oleh konsumsi rumah tangga, yang tumbuh sebesar 5,13%, mengalami

peningkatan dibandingkan tahun 2006 sebesar 4,80%. Hal ini menunjukkan daya beli

masyarakat pada tahun 2007 telah meningkat dibandingkan tahun 2006 yang sempat

mengalami penurunan, sebagai dampak kenaikan BBM pada akhir tahun 2005.

Sementara itu, konsumsi pemerintah pada tahun 2007 tumbuh sebesar 12,26% dan

pembentukan modal tetap bruto 5,67%. Pada tahun 2006 konsumsi pemerintah

tumbuh sebesar 12,51% dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 12,90%.

Indikator-indikator ekonomi makro Jawa Tengah tahun 2007 yang meliputi PDRB,

PDRB perkapita, Laju Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi, Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB), Investasi, Ekspor dan Impor, terinci pada tabel 2.6. Indikator-indikator

tersebut menunjukkan adanya perkembangan positif ekonomi makro Provinsi Jawa

Tengah. Meskipun demikian, perlu diwaspadai adanya penurunan realisasi investasi

baik PMDN maupun PMA yang dapat berdampak pada penyerapan tenaga kerja.

Tabel 2.6 Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Jawa Tengah

Tahun 2006 dan 2007 No Indikator Tahun 2006 Tahun 2007 1. PDRB :

Atas dasar harga berlaku (Milyar Rupiah) Atas dasar harga konstan 2000 (Milyar Rupiah)

281.996,71 150.682,65

312.428,81 159.110,25

2 PDRB/kapita Atas harga berlaku (Juta Rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Juta Rp.)

8,78 4,69

9,65 4,91

3. Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,33 5,59 4. Inflasi (%) 6,50 6,24 5. Pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB)

(Trilyun Rp) 48,52 55,16

6. Perkembangan Persetujuan Investasi : a. PMDN (Milyar Rupiah) b. PMA (Juta US $)

3.820,00

142,39

1.190,00

317,17 7. Perkembangan Realisasi Investasi :

a. PMDN (Milyar Rupiah) b. PMA (Juta US $)

5.070,31

385,79

348,93 106,63

8. Ekspor (US $ milyar) 3,11 2,64 9. Impor (US $ milyar) 6,27 5,27

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2007) dan BPM Provinsi Jawa Tengah (2008)

Page 26: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

13

Pertumbuhan sektor PDRB di Jawa Tengah tahun 2006 dan 2007 dapat dilihat pada

tabel 2.7. Tabel ini menunjukkan bahwa rata-rata setiap sektor mengalami

pertumbuhan positif kecuali pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, dan

jasa-jasa.

Tabel 2.7

Pertumbuhan Sektor PDRB Jawa Tengah Tahun 2006-2007 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (persen)

No Sektor Pertumbuhan 2006 2007

1 Pertanian 3,60 2,78 2 Pertambangan dan Penggalian 15,41 6,23 3 Industri Pengolahan 4,52 5,56 4 Listrik, Gas dan Air Minum 6,49 6,72 5 Bangunan 6,10 7,21 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5,85 6,54 7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,63 8,07 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6,55 6,81 9. Jasa-jasa 7,89 6,71 Pertumbuhan ekonomi seluruh sektor 5,33 5,59

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2008)

C. Capaian Hasil Pembangunan Jawa Tengah

Capaian hasil pembangunan Propinsi Jawa Tengah sejak tahun 2003 sampai dengan

tahun 2007 dapat digambarkan dalam beberapa indikator agregat, meliputi IPM

(Indeks Pembangunan Manusia), Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks

Pemberdayaan Gender (IDG), Indeks Gini, Indeks Williamson, Nilai Tukar Petani (NTP),

Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat inflasi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

mengukur capaian pembanguan manusia berdasarkan sejumlah komponen dasar

kualitas hidup. IPM ini dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan empat

komponen yaitu capaian umur panjang dan sehat (Usia Harapan Hidup - UHH); angka

melek huruf dan rata-rata lama sekolah serta kemampuan daya beli terhadap

kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai

pendekatan pendapatan.

IPM Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 70,3 mengalami kenaikan yang

cukup berarti jika dibandingkan tahun sebelumnya (2005) sebesar 69,8. Capaian IPM

pada tahun 2006 ini berhasil memperbaiki peringkat dari 16 ke 15 (dari 33 provinsi).

IPM yang berhasil dicapai oleh Jawa Tengah pada tahun 2006 tersebut sama dengan

Page 27: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

14

Jawa Barat (70,3) dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jawa Timur 69,2 namun

lebih rendah jika dibandingkan dengan DIY yaitu sebesar 73,7 (peringkat 4).

Jika dilihat dari komponen pembentuknya indeks masing-masing komponen yang

dicapai pada tahun 2006 adalah sebagai berikut : AHH sebesar 70,8 tahun ; rata-rata

lama sekolah 6,8 tahun; angka melek huruf 88,2 % dan pengeluaran per kapita

Rp. 621.700,00.

Tabel 2.8 Capaian IPM Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007

No Tahun UHH (Tahun)

Rata-rata Lama

Sekolah (Tahun)

Angka Melek Huruf (%)

Pengeluaran Riil/Kapita (Rp)

IPM

1 2003 67,3 6,4 tad tad 66,3 2 2004 69,7 6,5 86,7 618.700 68,9 3 2005 70,6 6,6 87,4 621.400 69,8 4 2006 70,8 6,8 88,2 621.700 70,3 5 2007 71,1 6,8 92,3 622.800 71,2 Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Tolok ukur untuk melihat keberhasilan peningkatan kesetaraan laki-laki perempuan

adalah dengan IPG (Indeks Pembangunan Gender) dan IDG (Indeks Pemberdayaan

Gender). Indeks Pembangunan Gender memiliki indikator komposit yang sama dengan

IPM. Perbedaannya adalah IPG telah dipilah berdasarkan jenis kelamin. IPG Jawa

Tengah menunjukkan angka rendah (tabel 2.9). Hal itu menunjukkan masih adanya

kesenjangan gender (antara perempuan dan laki-laki) yang cukup besar pada indikator

yang sama (melek huruf, rata-rata lama sekolah, usia harapan hidup dan pendapatan).

Dibandingkan dengan angka nasional, IPG dan IDG Jawa Tengah dari tahun ke tahun

masih berada di bawah angka nasional. Pada tahun 2006, IPG dan IDG Indonesia

berada pada peringkat 11 dari 33 provinsi di Indonesia.

Tabel 2.9 Capaian IPG dan IDG Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007

No Tahun Indeks

Pembangunan Gender (IPG)

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

1 2003 58,9 56,2 2 2004 59,8 56,5 3 2005 60,8 56,9 4 2006 63,7 59,3 5 2007 64,3 59,7

Sumber: BPS Jakarta (2008)

Page 28: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

15

Keberhasilan pembangunan pada aspek pemerataan pendapatan dan pemerataan

pembangunan antar wilayah dapat dinilai dengan Indeks Gini dan Indeks Williamson.

Indeks Gini Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2006 sebesar 0,27 sedikit mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2005 (0,28). Data tersebut menggambarkan bahwa

tingkat pemerataan pendapatan di Jawa Tengah relatif baik. Indeks Gini berkisar

antara 0–1, dimana semakin mendekati nol semakin merata. Dengan demikian

perbedaan antar kelompok pendapatan di Jawa Tengah tidak terlalu besar.

Indeks Williamson Jawa Tengah pada tahun 2006 menunjukkan angka sebesar 0,73,

sedikit turun dibandingkan tahun 2005 (0,75). Data tersebut menggambarkan bahwa

pada tahun 2006 kesenjangan pembangunan antar wilayah masih cukup tinggi. Artinya

ada kabupaten/kota tertentu yang memiliki PDRB tinggi (misalnya Kota Semarang dan

Kota Surakarta) namun terdapat wilayah Kabupaten Kota yang memiliki PDRB rendah

(misalnya Brebes dan Wonosobo). Tingginya kesenjangan antara kelompok

kabupaten/kota ber-PDRB tinggi dan ber-PDRB rendah mengakibatkan nilai Indeks

Williamson Jawa Tengah tinggi (tabel 2.10).

Tabel 2.10

Capaian Indeks Gini dan Indeks Williamson Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003-2007

No Tahun Indeks Gini (IG)

Indeks Williamson (IW)

1 2003 0,25 0,70

2 2004 0,25 0,72

3 2005 0,28 0,75

4 2006 0,27 0,73

5 2007 0,25 0,74 Sumber: BPS Jakarta (2008)

Dari sisi ekonomi, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami

kenaikan yang stabil. Demikian pula dengan perkembangan inflasi, kecuali pada tahun

2005 terjadi inflasi yang cukup tinggi (16,46%) yang antara lain disebabkan adanya

kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebanyak dua kali. Pertumbuhan ekonomi dan

inflasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.11.

Page 29: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

16

Tabel 2.11 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi

di Provinsi Jawa Tengah

No Tahun Pertumbuhan Ekonomi (%)

Tingkat Inflasi (%)

1 2003 4,98 6,07 2 2004 5,13 5,98 3 2005 5,35 16,46 4 2006 5,33 6,50 5 2007 5,59 6,24

Sumber: BPS Jakarta (2008)

Keberhasilan pembangunan juga diukur seberapa jauh kegiatan pembangunan mampu

mengurangi jumlah penduduk miskin. Secara nominal jumlah penduduk miskin sulit

untuk dikurangi, namun secara proporsional penduduk miskin dapat berkurang.

Persentase penduduk miskin pada tahun 2007 sebesar 20,43 %. Persentase tersebut

jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2006. Persentase penganggur dari tahun 2003

sampai tahun 2007 rata-rata mengalami peningkatan, yaitu dari 5,66 % pada tahun

2003, meningkat tahun 2004 sebesar 7,72 %, meningkat tahun 2005 8,51 % turun

tahun 2006 sebesar 8,20 % dan turun lagi menjadi 7,77 pada tahun 2007 hal ini

dapat dilihat pada tabel 2.12

Tabel 2.12

Jumlah, Persentase Penduduk Miskin serta Jumlah Penganggur Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2007

No Tahun Penduduk Miskin Penganggur

Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 2003 6.980.000 21,78 % 912.513 5,66 2 2004 6.843.800 21,11 % 1.299.220 7,72 3 2005 66..553333..550000 2200,,4499 %% 11..444466..440044 88,,5511 4 2006 77..110000..660000 2222,,1199 %% 11..335566..990099 88,,2200 5 2007 6.667.200 20,43 % 1.360.219 7,77

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2008)

Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 103,12%, jauh lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan

pertanian secara makro berhasil meningkatkan kesejahteraan petani. Meskipun

demikian, tingkat kesejahteraan petani sampai tahun 2007 belum dapat kembali seperti

pada tahun 2003 (tabel 2.13).

Page 30: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

17

Tabel 2.13 Perkembangan Nilai Tukar Petani

Di Jawa Tengah tahun 2003 – 2007

No Tahun Nilai Tukar Petani (%)

1 2003 124,05 2 2004 91,42 3 2005 91,89 4 2006 96,65 5 2007 103,12

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (2008)

D. Kondisi Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

a. Kependudukan dan Keluarga Berencana

Jumlah penduduk Jawa Tengah pada tahun 2003 sebanyak 32.052.840 jiwa,

tahun 2004 sebanyak 32.397.431 jiwa, tahun 2005 sebanyak 32.908.850 jiwa,

tahun 2006 sebanyak 32.177.730 jiwa dan pada tahun 2007 meningkat menjadi

32.380.279 jiwa (catatan perhitungan sampai bulan Juni 2007) yang terdiri dari

perempuan sebanyak 16.316.157 jiwa (50,38 %) dan laki-laki sebanyak

16.064.122 jiwa (49,62 %). Laju pertumbuhan penduduk Jawa Tengah pada

kurun waktu tahun 2003-2007 sebesar 0,8 % per tahun, angka tersebut lebih

rendah dibanding laju pertumbuhan pada kurun waktu tahun 1990-2000 yang

tercatat sebesar 0,84% per tahun.

Pada tahun 2007 di Jawa Tengah terdapat 8.048.000 rumah tangga dengan rata-

rata anggota rumah tangga 3,8 orang. Jika diperbandingkan dengan tahun 2003,

jumlah tersebut meningkat 5,9%, namun jika dilihat berdasarkan rata-rata jumlah

anggota rumah tangga terjadi penurunan, pada tahun 2003 rata-rata anggota

rumah tangga 4 orang dan menurun menjadi 3,8 pada tahun 2006.

Berdasarkan kelompok umur, jumlah penduduk usia produktif Jawa Tengah (15-

64 tahun) sebesar 21.535.031 orang atau 66,92% sedangkan penduduk non

produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) sebesar 10.642.699 orang atau

33,07%. Berdasarkan data jumlah penduduk usia produktif dan non produktif

tersebut dapat ketahui bahwa angka beban tanggungan atau rasio

ketergantungan (dependency ratio) sebesar 49,42%. Artinya, bahwa setiap 100

orang penduduk usia produktif di Jawa Tengah harus menanggung 49 orang

Page 31: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

18

penduduk non produktif. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2005 yang

tercatat sebesar 51,15. Sementara itu Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

penduduk Jawa Tengah tahun 2004 mencapai 71,04 %, tahun 2005 menjadi

71,18 % , tahun 2006 turun menjadi 68,60 % dan tahun 2007 meningkat menjadi

70,16 %. Jumlah pengangguran terbuka tahun 2004 mencapai 7,72 %, tahun

2005 menjadi 8,51 % , tahun 2006 turun menjadi 8,2% dan tahun 2007 turun

menjadi 7,70 %.

Terkait dengan partisipasi masyarakat dalam program Keluarga Berencana (KB),

terjadi peningkatan peserta KB aktif. Pada tahun 2001 jumlah peserta KB aktif

mencapai 4.447.887 dan mengalami peningkatan pada tahun 2007 sebesar

4.779.940. Jumlah peserta KB dengan sistem non hormonal sebanyak 940.927

(14,68%) dan hormonal sebanyak 3.839.013 (80,32%). Sementara itu, peserta

KB aktif mandiri juga mengalami peningkatan, yaitu dari 2.338.351 pada tahun

2001 meningkat sebanyak 10,22% menjadi 2.577.340 pada tahun 2007. Tingkat

partisipasi KB kaum pria relatif masih rendah, hal ini karena adanya keterbatasan

pelayanan KB bagi kaum pria serta masih adanya anggapan bahwa KB adalah

urusan yang lebih banyak berhubungan dengan kaum wanita. Pencapaian ini

belum optimal karena masih banyak penduduk Usia Subur Wajib KB yang belum

mengikuti KB serta tingginya unmet need (pasangan usia subur yang wajib KB

namun belum terlayani) sebesar 752.706 (12%) dan angka drop out KB sebesar

687.386 atau 11 %.

b. Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian

Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah pada tahun 2002 sebanyak 15.735.322

orang, mengalami peningkatan sampai tahun 2007 menjadi 17.664.277 orang.

Berdasarkan jumlah angkatan kerja tersebut, yang bekerja tercatat sebanyak

16.304.058 orang (92,70%) dan mencari pekerjaan (penganggur) sebanyak

1.360.219 orang (7,29%). Jumlah penduduk bukan angkatan kerja pada tahun

2007 tercatat sebanyak 7.513.895 orang, terdiri atas 1.899.719 orang sedang

sekolah, 4.156.073 orang mengurus rumah tangga, dan lainnya sebanyak

1.458.895 orang.

Jika diperbandingkan dari tahun ke tahun selama kurun waktu tahun 2002-2006,

jumlah penganggur nampak fluktuatif, yaitu sebanyak 984.234 orang (2002),

Page 32: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

19

912.513 orang (2003), 1.299.220 orang (2004), 1.422.256 orang (2005) dan

1.296.000 (2006). Jumlah penduduk yang termasuk kelompok setengah

penganggur (bekerja < 35 jam per minggu) cenderung mengalami penurunan

walaupun pernah meningkat pada tahun 2004, yaitu 5.350.413 orang (2002),

5.238.231 orang (2003), 5.394.865 orang (2004), 5.185.409 orang (2005) dan

5.062.062 orang (2006).

Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian. Pada

tahun 2006 terdapat 5.562.775 orang bekerja di sektor pertanian, angka tersebut

menunjukkan penurunan sebesar 5,32% dibanding tahun sebelumnya, yaitu

sebanyak 5.875.292 orang. Sektor terbesar berikutnya adalah perdagangan. Pada

tahun 2006 terdapat 3.124.282 orang bekerja disektor perdagangan, dan

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2005 yang tercatat sebanyak

3.429.845 orang atau menurun 8,91%.

Jumlah transmigran Jawa Tengah selama kurun waktu 2002-2007 cenderung

mengalami penurunan. Pada tahun 2003 dari target 1.249 KK dapat terealisasi

1.087 KK dengan jumlah jiwa 3.989 orang, sementara pada tahun 2007 dari

target 856 KK dapat terealisasi 581 KK dengan jumlah jiwa 2.158 orang. Jika

dilihat berdasarkan daerah tujuan transmigrasi, Provinsi Kalimantan Timur adalah

daerah yang paling banyak dituju, berikutnya adalah Provinsi Kalimantan Barat

dan Kalimantan Tengah. Provinsi lain sebagai daerah tujuan transmigrasi dari

Provinsi Jawa Tengah adalah Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Bangka

Belitung, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan,

Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Provinsi Gorontalo.

c. Pendidikan

Salah satu modal dasar pembangunan di Jawa Tengah adalah tersedianya sumber

daya manusia pembangunan yang berkualitas. Oleh karena itu, upaya strategis

yang ditempuh diantaranya adalah melalui pembangunan pendidikan dengan

tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab. Sejalan dengan tujuan tersebut Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah bertekad mewujudkan insan Jawa Tengah yang berakhlak mulia,

Page 33: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

20

kompetitif dan berwawasan kebangsaan yang dibangun melalui pendidikan formal

(TK/RA, SD/SDLB/MI, SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/MA/SMK), pendidikan non

formal (PAUD, pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan

kelembagaan) yang dilaksanakan secara berkelanjutan serta memperhatikan

keadilan dan kesetaraan gender.

Di Jawa Tengah saat ini terdapat 39.991 satuan pendidikan formal, terdiri atas

14.530 TK/RA, 19.850 SD/SDLB, 3.329 SMP/SMPLB, dan 2.242 SMA/SMK. Di

samping itu, terdapat pula lembaga pendidikan non formal (3.428 lembaga) dan

Perguruan Tinggi (225 lembaga).

Pada kurun waktu tahun 2003-2008, pembangunan pendidikan di Jawa Tengah

merupakan skala prioritas yang diakselerasikan melalui berbagai kebijakan,

strategi dan program. Hasil-hasil pembangunan pendidikan yang dicapai dalam

kurun waktu tersebut, merupakan salah satu landasan bagi pembangunan

pendidikan tahun 2008-2013.

Keberhasilan program pembangunan pendidikan dapat diukur dari Angka

Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Transisi (AT),

relevansi pendidikan dan aspek tata kelola. APK Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

di Jawa Tengah selama lima tahun terakhir meningkat cukup tinggi. Pada tahun

2003 APK PAUD sebesar 30,09% dan pada tahun 2007/2008 APK PAUD

meningkat menjadi 59,22% (melebihi target nasional sebesar 53,9 %). Pada

jenjang pendidikan dasar, APK SD/MI tahun 2003/2004 sebesar 106,56 % dan

pada akhir tahun 2007/2008 menjadi 107,31 %. Kondisi APK SMP/MTs pada

tahun 2003/2004 sebesar 81,16% dan terus menunjukkan peningkatan, sehingga

pada tahun 2007/2008 mencapai 96,93 %. Dengan telah tercapainya APK

SMP/MTs sebesar 96,93 % melebihi target nasional sebesar 95 % pada tahun

2007/2008, berarti program penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun di Jawa Tengah

telah dapat diselesaikan ditandai dengan diperolehnya penghargaan WIDYA

KRAMA dari Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 April 2008. Pencapaian

APK jenjang SMA/MA/SMK mengalami kenaikan dari 41,79 % pada tahun

2003/2004 menjadi 54,87 % pada tahun 2007/2008 sekalipun masih berada di

bawah target nasional sebesar 68,02 %.

Page 34: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

21

APM SD/MI pada tahun 2003/2004 sebesar 90,67 % dan pada akhir tahun

2007/2008 menjadi 94,99 %. APM pada jenjang SMP/MTs juga mengalami

kenaikan dari 62,20 % pada tahun 2003/2004 menjadi 75,29 % pada tahun

2007/2008. APM jenjang SMA/MA juga mengalami kenaikan dari 31,17 % pada

tahun 2003/2004 menjadi 49,19 % pada tahun 2007/2008.

Angka Transisi (AT) jenjang SMP/MTs pada tahun 2003/2004 sebesar 84,77 %

dan pada akhir tahun 2007/2008 sebesar 87,23 %. Angka Transisi (AT) jenjang

SMA/MA pada tahun 2003/2004 sebesar 36,86 % dan pada tahun 2007/2008

mencapai sebesar 47,79%.

Data AT di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun APK dan APM

meningkat, namun masih banyak lulusan jenjang SMP/MTs yang belum

memperoleh layanan pendidikan menengah. Sehingga pada kurun waktu 2008-

2013 akses pendidikan menengah perlu mendapatkan prioritas dalam rangka

memberikan kesempatan belajar minimal 12 tahun.

Bersamaan dengan upaya peningkatan akses pendidikan pada jalur formal, juga

dilaksanakan penuntasan buta aksara sebagai salah satu upaya pemerataan akses

pendidikan melalui jalur non formal. Pada tahun 2005 jumlah penduduk buta

aksara usia 15 tahun ke atas sebanyak 2.985.005 orang. Jumlah tersebut

merupakan jumlah terbesar ke 2 penyumbang buta aksara di Indonesia. Untuk itu

pemerintah Provinsi Jawa Tengah bertekad menuntaskan buta aksara, melalui

pola reguler yang bekerjasama dengan lembaga dan organisasi sosial

kemasyarakatan (Aisiyah, NU, BKOW, LMDH) dan melalui pola percepatan yang

mendayagunakan mahasiswa dalam program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik

penuntasan buta aksara, pada tahun 2007 jumlah penduduk buta aksara usia 15

s.d 45 tahun telah dapat dituntaskan. Atas keberhasilan ini pada tahun 2008,

Gubernur Jawa Tengah mendapatkan penghargaan ANUGERAH AKSARA TINGKAT

UTAMA dari Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya pada kurun waktu 2008-

2013 akan dilaksanakan penuntasan buta aksara tahap pembinaan dan

pelestarian.

Disamping itu dalam rangka mengembangkan fungsi pendidikan non formal

sebagai pengganti, penambah dan/atau pelengkap pendidikan formal, perlu terus

Page 35: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

22

dikembangkan pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, kursus dan

kelembagaan. Kedua, aspek peningatan mutu dan daya saing pendidikan

diperoleh gambaran sebagai berikut : nilai rata-rata UASBN SD/MI pada tahun

2007/2008 sebesar 6,76. Nilai rata-rata UN SMP/MTs/SMPLB dari tahun

2004/2005 sampai dengan tahun 2007/2008 mengalami fluktuasi dan cenderung

mengalami penurunan. Pada Tahun 2004/2005 nilai rata-rata UN mencapai 6,33

dan mengalami kenaikan menjadi 6,83 pada tahun 2005/2006. Namun demikian

tahun 2006/2007 mengalami penurunan menjadi 6,77 dan kembali turun menjadi

6,43 pada tahun 2007/2008.

Sementara itu pada jenjang SMA/SMK/MA/SMALB juga mengalami kecenderungan

yang sama, yakni pada tahun 2004/2005 nilai UN sebesar 6,18 naik menjadi 7,01

pada tahun 2005/2006 dan 7,23 pada tahun 2006/2007. Namun demikian pada

tahun 2007/2008 nilai UN menurun menjadi 6.89. Indikasi penurunan rata-rata

nilai UN, antara lain disebabkan karena nilai batas kelulusan dinaikkan dan

bertambahnya jumlah mata pelajaran yang di ujian nasionalkan.

Sampai dengan tahun 2008 jumlah Guru di Jawa Tengah sebanyak 356.582

orang. Dari jumlah tersebut yang memenuhi kualifikasi minimal guru S1/D4

sejumlah 155.016 (43,5%) dengan rincian : guru TK 3.902 (1,09%), SD/MI

41.756 (11,71%), SMP/MTs 63.424 (17,78%), SMA/MA 26.940 (7,56%), SMK

18.502 (5,18%) dan SLB 492 (0,14%). Sehingga guru yang belum S1/D4

sebanyak 201.566 orang (56, 5%).

Selain aspek kualifikasi, UU Nomor 14 Tahun 2005 juga mensyaratkan upaya

peningkatan profesionalisme guru melalui sertifikasi pendidik. Saat ini dari

155.016 orang guru yang berhak mengikuti sertifikasi di Jawa Tengah, yang telah

mengikuti sertifikasi sebanyak 59.699 orang (38,51%) dan yang lulus sebanyak

27.583 orang (17,73%). Dengan demikian agar para guru mampu memiliki

sertifikasi pendidik sebagai prasyarat profesionalismenya perlu difasilitasi dan

didorong secara intensif.

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan

bahwa Pemerintah dan/atau pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-

kurangnya satu satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan untuk

Page 36: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

23

dikembangkan menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional. Untuk

memenuhi amanat tersebut, di Jawa Tengah sampai dengan tahun ini telah

dikembangkan 136 Rintisan Sekolah Bartaraf Internasional (RSBI) yang terdiri dari

5 SD, 41 SMP, 34 SMA dan 56 SMK. Untuk meningkatkan RSBI menjadi Sekolah

Bertaraf Internasional (SBI) diperlukan pembinaan secara intensif memenuhi

persyaratan standar nasional pendidikan.

Salah satu upaya meningkatkan kualitas siswa ditempuh dengan

mengikutsertakan siswa pada ajang olimpiade sains nasional dan internasional.

Berdasarkan perolehan medali emas pada ajang olimpiade sains nasional sejak

tahun 2003 sampai dengan 2008 prestasi Jawa Tengah mengalami fluktuasi. Pada

tahun 2003 perolehan medali emas sebanyak 5 medali dan pada tahun 2004 naik

menjadi 9 medali. Namun demikian pada tahun 2005 perolehan medali turun

menjadi 3 medali dan berhasil naik perolehan medali emasnya pada tahun 2006

sebanyak 26 medali. Pada tahun 2007 perolehan medali emas sebanyak 21

medali dan pada tahun 2008 turun menjadi 13 medali. Berdasarkan kondisi

tersebut, maka ke depan diperlukan pola pembinaan yang terprogram dan

berkesinambungan.

Upaya peningkatan mutu di atas juga ditempuh melalui akreditasi

sekolah/madrasah. Sampai dengan tahun 2007 jumlah sekolah/madrasah pada

semua satuan pendidikan di Jawa Tengah sebanyak 39.991 dan yang telah

terakreditasi sebanyak 23.289 sekolah dengan perincian 4.979 TK/RA, 13.465

SD/MI, 2.242 SMP/MTs, 327 SLB, 1.264 SMA/MA, dan khususnya untuk SMK

akreditasi dilakukan melalui akreditasi program keahlian sebanyak 1.012. Untuk

itu kedepan perlu terus didorong untuk akreditasi secara berkesinambungan

setiap 5 (lima) tahun sekali.

Ketiga, aspek relevansi pendidikan capaian yang diperoleh adalah sebagai berikut:

pada tahun 2006 rasio siswa SMK dan SMA sebesar 48 : 52. Rasio ini mengalami

kenaikan menjadi 52,48 : 47,52 pada tahun 2007 dan menjadi 54 : 46 pada tahun

2008. Rasio ini akan terus didorong sehingga terwujud perbandingan siswa SMK

dan SMA sebesar 70 : 30 pada tahun 2013.

Page 37: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

24

Mewujudkan relevansi pendidikan ditempuh upaya mengembangkan SMK tempat

penyelenggara Career Center (CC) sebanyak 18 sekolah, penyelenggara

Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH) sebanyak 49 sekolah, penyelenggara SMK

Kecil dan Kelas Jauh sebanyak 47 sekolah dan SMK penyelenggara Tempat Uji

Kompetensi (TUK) sebanyak 122 sekolah. Semua upaya ini diarahkan untuk

meningkatkan relevansi sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri dalam

rangka mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

Dengan komitmen Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur dan Bupati/Walikota

se-Jawa Tengah sebagaimana tercantum dalam Memorandum of Agreement

(MoA) Jawa Tengah sebagai provinsi vokasi diharapkan perkembangan SMK dapat

diwujudkan.

Keempat, aspek penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik pendidikan di

tingkat satuan pendidikan terus dikembangkan penerapan Manajemen Berbasis

Sekolah (MBS) pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs. Sampai dengan tahun 2007

telah dikembangkan pelaksanaan MBS di 35 kabupaten/kota yang mencakup

1.640 SD/MI. Sedangkan pada jenjang SMP/MTs telah dikembangkan MBS di 280

sekolah. Untuk meningkatkan kualitas implementasi MBS, pemerintah juga telah

bekerjasama dengan UNICEF/UNESCO, JICA, USAID, AUSAID dan Plan

Internasional.

Pada jenjang SMK/SMA telah dikembangkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-

2000. Sampai saat ini telah diterapkan ISO di 73 SMK di Jawa Tengah. Guna

meningkatkan mutu layanan pendidikan pada tahun 2008 telah dikembangkan

layanan ISO pada salah satu unit pelaksana teknis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa

Tengah dan pada tahun 2013 diharapkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah

telah menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2000.

d. Perpustakaan

Perpustakaan memiliki peranan yang strategis sebagai pusat ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni. Jumlah perpustakaan dan koleksi yang dimiliki di Provinsi Jawa

Tengah belum dapat melayani seluruh masyarakat. Banyaknya perpustakaan

umum kabupaten/kota di Jawa Tengah pada tahun 2008 sebanyak 35 unit,

artinya semua kabupaten/kota sudah memiliki perpustakaan daerah. Jumlah

Page 38: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

25

perpustakaan desa/kelurahan sebanyak 1.679 unit, dan taman bacaan

masyarakat sebanyak 289 unit. Jumlah perpustakaan sekolah SD/MI sebanyak

23.948 unit, SLTP/MTs sebanyak 4.101 unit dan SLTA/MA sebanyak 2.112 unit.

Layanan perpustakaan keliling sebanyak 44 unit yang tersebar 35 kabupaten/kota

di Jawa Tengah. Angka ini menunjukkan bahwa ketersediaan fasilitas tersebut

masih belum memadai.

e. Pemuda dan Olah Raga

Jumlah pemuda di Jawa Tengah pada tahun 2005 mencapai 9.331.747 jiwa atau

28,80 % dari total penduduk. Upaya pembinaan terhadap pemuda dilakukan olah

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui pendekatan institusional seperti

Pramuka, KNPI dan Karang Taruna, serta organisasi pemuda lainnya. Jumlah

organisasi pemuda di Jawa Tengah pada tahun 2005 tercatat 279 buah dan

tersebar di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah. Upaya-upaya pembinaan yang

telah dilakukan mampu memberikan hasil positif, diantaranya adalah juara I

dalam Pemilihan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional Bidang Kewirausahaan

(Mebelair) pada tahun 2005, dan juara I Kontingen Pramuka Tergiat pada

Perkemahan Saka Bayangkara Tingkat Nasional di Jakarta.

Target prestasi Jawa Tengah menjadi 3 besar dalam setiap event Pekan Olah

Raga Nasional belum pernah tercapai, walaupun pada beberapa jenis olah raga

prestasi atlet-atlet Jawa Tengah di tingkat nasional cukup membanggakan.

Ketersediaan sarana dan prasarana olah raga dengan standar nasional dan

internasional masih terbatas dan belum dikelola serta dimanfaatkan secara

optimal. Jawa Tengah telah memiliki 2 (dua) stadion sepak bola yang besar dapat

dipergunakan untuk menyelenggarakan pertandingan dengan skala nasional

maupun internasional yaitu stadion Manahan Solo dan Stadion Jatidiri Semarang

Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh atlet-atlet tingkat nasional maupun

internasional. Dalam Kejuaraan Nasional pada berbagai bidang olah raga tahun

2004, kontingen Provinsi Jawa Tengah memperoleh 1 perunggu; tahun 2005

memperoleh 6 emas, 3 perak, 2 perunggu; tahun 2006 memperoleh 10 emas, 3

perak, 5 perunggu; , 3 perunggu. Di tingkat internasional, atlet dari Provinsi Jawa

Tengah pada kejuaraan SEA Games tahun 2004 memperoleh 1 emas; tahun 2005

Page 39: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

26

memperoleh 1 emas, 6 perak, 5 perunggu; tahun 2007 meperoleh 6 emas, 3

perak, 3 perunggu.

f. Kesehatan

Indikator utama yang dipergunakan untuk melihat kemajuan pembangunan

bidang kesehatan di Jawa Tengah meliputi 3 hal, yaitu (1) Angka Kematian Bayi

(AKB), (2) Angka Kematian Ibu (AKI), dan (3) Usia Harapan Hidup (UHH). Selama

kurun waktu 2003-2006 terjadi penurunan walaupun pada tahun 2004 sempat

naik. Pada tahun 2003 per 1000 kelahiran tercatat sebesar 31 AKB, pada tahun

2006 berkurang menjadi 25 AKB per 1000 kelahiran, dan pada tahun 2007 telah

turun drastis menjadi 10,89 AKB per 1000 kelahiran. Pada tahun 2003 tercatat

116 AKI per 100.000 kelahiran hidup, dan pada tahun 2007 menurun menjadi

101,36. Selama kurun waktu tahun 2003-2006 terus menunjukkan peningkatan

UHH. Pada tahun 2003 UHH mencapai 67,3 tahun, dan pada tahun 2007 UHH

telah meningkat menjadi 71,1 tahun.

Persentase status gizi anak balita dari tahun ke tahun cukup fluktuatif, sebagai

hasil dari belum mantapnya kemampuan keluarga dalam menyediakan makanan

bergizi seimbang. Sasaran persentase gizi buruk pada balita ditetapkan dibawah

satu persen. Pada tahun 2008 persentase gizi buruk pada balita adalah 1,08 %;

dan diharapkan pada tahun 2013 dapat diturunkan menjadi 0,82 %. Upaya

penurunan angka gizi buruk dilakukan secara lebih intensif melalui kegiatan

revitalisasi posyandu, rujukan kasus, dan pendampingan kasus gizi buruk. sejalan

dengan hal tersebut secara sinergis dilaksanakan pula upaya pemasaran sosial

Keluarga sadar Gizi (Kadarzi), sebagai indikator hasil-hasil upaya penanggulangan

masalah gizi secara keseluruhan.

Dalam hal penyakit menular, kasus demam berdarah Dengue (DBD) yang terjadi

pada tahun 2007 di Jawa Tengah tercatat 20.565 kasus dengan Incidence Rate

(IR) sebesar 6,25 per 10.000 penduduk dan tersebar pada 874 desa endemis.

Jumlah kematian karena DB tahun 2007 sebesar 329 orang dengan kasus

tertinggi di Kabupaten Jepara. Untuk kasus malaria, pada tahun 2005 tercatat

2.590 kasus dan tersebar pada 28 desa endemis dengan Anual Parasit Index

(API) 0,08 per 1000 penduduk. Kondisi ini menurun pada tahun 2007 dimana

jumlah kasus malaria menjadi 1.799 yang tersebar di 13 kabupaten.

Page 40: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

27

Penderita HIV/AIDS di Jawa Tengah pada tahun 2007 tercatat sebanyak 1.184

orang, terdiri atas HIV sebanyak 921 orang dan AIDS sebanyak 263 orang.

Kondisi ini meningkat pada bulan Desember tahun 2007; kasus HIV/AIDS

mencapai 1.477 orang dengan kasus 1.112 HIV dan 335 AIDS. Selain itu di Jawa

Tengah juga telah muncul penyakit menular tertentu yang potensial menimbulkan

Kejadian Luar Biasa (KLB), yaitu Flu Burung (Avian Influenza/AI). Sampai dengan

tahun 2007 tercatat kasus positif Flu Burung sebanyak 9 kasus. Peningkatan

prevalensi penyakit menular juga diikuti dengan peningkatan prevalensi penyakit

tidak menular antara lain yaitu jantung koroner (0,81 per 1000 penduduk),

kencing manis atau diabetes (224.324 penderita yang tidak tergantung insulin

dan 18.499 tergantung insulin data tahun 2007) dan penderita neoplasma (2.022

kasus kanker hati, 855 kanker paru, 10.475 kanker payudara, 7.065 kanker

serviks data tahun 2007).

Pada kasus penyakit TBC paru, pada tahun 2005 penderita penyakit TBC paru

tercatat sebesar 17.524 orang dengan angka CDR (case detection rate) sebesar

50,92%, angka tersebut masih dibawah target, yaitu sebesar 70%, namun tingkat

kesembuhan penderita TBC paru sudah sangat baik, yaitu mencapai 86,1%;

berarti sudah melampaui angka target nasional sebesar >85%. Kondisi tersebut

menurun pada tahun 2007 dimana jumlah kasus TBC paru menjadi 16.485 orang,

dengan CDR 47,42% dan angka kesembuhan 85%.

Perkembangan jumlah Puskesmas dari tahun ke tahun terus menunjukkan

peningkatan, pada tahun 2002 jumlah Puskesmas sebanyak 845 unit dan mampu

meningkat menjadi 854 unit pada tahun 2007. Keberadaan Puskesmas tersebut

juga didukung dengan Puskesmas Rawat Inap yang sampai dengan tahun 2007

tercatat sebanyak 254 unit dan Puskesmas Pembantu yang jumlahnya mencapai

1.824 unit. Puskesmas pendukung lainnya adalah Puskesmas Keliling yang

jumlahnya mencapai 890 unit (2007). Selain itu, mulai tahun 2004 telah

dikembangkan Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) sampai dengan 2008 yang

jumlahnya telah mencapai 4.439 unit. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan

melalui PKD antara lain adalah penyuluhan dan konseling kesehatan masyarakat,

pembinaan kader/ masyarakat dan forum komunikasi pembangunan kesehatan di

desa, dan pelayanan kesehatan dasar termasuk kefarmasian sederhana. Kegiatan

Page 41: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

28

lain yang dilakukan di PKD adalah deteksi dini dan penanggulangan pertama

kasus gawat darurat.

Perkembangan jumlah Rumah Sakit Umum (RSU) di Jawa Tengah sampai dengan

tahun 2007, RSU milik pemerintah sebanyak 46 unit, RSU swasta 103 unit, RSU

khusus milik pemerintah sebanyak 13 unit dan RSU khusus milik swasta 63 unit.

Capaian persentase tersebut telah melebihi target Indonesia Sehat 2010 sebesar

90 %. Demikian pula untuk 5 Rumah Sakit Jiwa (RSJ), kesemuanya telah memiliki

kemampuan gawat darurat, sehingga target Indonesia Sehat 2010 sebesar 90%

terlampaui.

Dalam era otonomi daerah, penyediaan obat publik dan perbekalan kesehatan

untuk pelayanan kesehatan, utamanya menjadi tanggung jawab kabupaten/kota.

Sedangkan dana/anggaran untuk pengadaan obat publik dan perbekalan

kesehatan di kabupaten/kota berasal dari berbagai sumber. Namun demikian,

kemampuan kabupaten/kota dalam penyediaan dana/anggaran untuk pengadaan

obat publik dan perbekalan ternyata berbeda-beda, masih banyak kabupaten/kota

yang belum sepenuhya mampu menyediakan dana/anggaran untuk pengadaan

obat. Kondisi ini umumnya hanya memenuhi sekitar 60% - 80% total kebutuhan

nyata kabupaten/kota. Untuk memenuhi kebutuhan kabupaten/kota yang masih

kekurangan dalam rangka menjamin keberlangsungan pelayanan kesehatan yang

optimal, maka Provinsi Jawa Tengah menyediakan Obat Buffer Stok Provinsi yang

besarnya sekitar 10% - 20%, sedangkan kekurangan lainnya akan dipenuhi

melalui dana/anggaran pusat. Nilai Obat Buffer Stok Provinsi pada tahun 2006

adalah Rp 8.000.000.000,-(12,86%); tahun 2007 nilainya Rp. 5.500.000.000,-

(9,7%) dan tahun 2008 nilainya Rp. 7.000.000.000,- (12,00%).

Jawa Tengah merupakan pusat industri obat tradisional di Indonesia yang telah

menghasilkan berbagai macam produk obat tradisional. Hal ini merupakan potensi

yang perlu dimanfaatkan secara optimal. Bahwa untuk pelayanan kesehatan di

sarana pelayanan kesehatan formal, masyarakat perlu diberikan alternatif dalam

penggunaan obat untuk proses pengobatannya, terutama dalam kondisi krisis

multidimensi yang menyebabkan daya beli masyarakat menjadi menurun. Selama

ini, masyarakat sering menggunakan obat modern dalam proses pengobatannya,

yang harganya relatif mahal. Oleh sebab itu penyediaan obat tradisional untuk

Page 42: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

29

pelayanan kesehatan diperlukan sebagai pelayanan komplementer alternatif

dalam pengobatan yang terjangkau oleh masyarakat.

Sebagai wujud implementasi hal tersebut, Provinsi Jawa Tengah berkomitmen

menyediakan obat tradisional hasil produksi industri obat tradisional di Jawa

Tengah di Puskesmas Kabupaten/kota dalam bentuk obat tradisional dengan

kategori herbal terstandar dan fitofarmaka. Nilai dana/anggaran untuk

penyediaan obat tradisional pada tahun 2007 adalah Rp. 2,1 Milyar dengan

tingkat pemanfaatan 100%, sedangkan tahun 2008 nilainya Rp. 2,3 Milyar.

Selain itu, sejak otonomi daerah, petugas pengelola obat kabupaten/kota di Jawa

Tengah mengalami perubahan/pergantian, dimana sebelum otonomi daerah,

semua kepala Instalasi Farmasi kabupaten/kota (dulu Gudang Farmasi

Kabupaten/kota = GFK) adalah Apoteker dan semua petugas pengelola obat di

Puskesmas adalah Asisten Apoteker atau petugas yang terlatih. Namun setelah

otonomi daerah, tidak semua kepala Instalasi Farmasi kabupaten/kota berlatar

belakang pendidikan Apoteker dan tidak semua petugas pengelola obat di

Puskesmas adalah Asisten Apoteker atau petugas yang terlatih. Perubahan

tersebut juga mengakibatkan pola pengelolaan obat publik dan Perbekalan

Kesehatan (Perbekes) lainnya di kabupaten/kota menjadi bervariasi sesuai

kebutuhan masing-masing, baik mengenai struktur organisasi unit pengelola obat

publik dan perbekes kabupaten/kota, dana/anggaran obat, tim perencanaan,

rumus penyusunan kebutuhan obat dan lain-lainnya. Kondisi ini dapat

menyebabkan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan menjadi kurang

optimal.

Saat ini, unit pengelola obat publik dan perbekes kabupaten/kota terdiri dari: 28

unit sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan 7

unit menjadi bagian dari struktural Dinkes kabupaten/kota. Jumlah industri

farmasi di Jawa Tengah adalah 25 buah, jumlah Industri Obat Tradisional (IOT)

adalah 12 buah dan jumlah Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah sekitar

250 buah. Adapun jumlah industri kosmetika adalah sekitar 50 buah, jumlah

industri alat kesehatan adalah sekitar 25 buah dan jumlah industri Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) adalah sekitar 75 buah. Dari hasil pemeriksaan

dan pengujian Balai Besar POM Semarang pada tahun 2005 didapatkan data

Page 43: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

30

sebagai berikut: dari 21 industri farmasi yang diperiksa, semuanya belum

menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) sepenuhnya (100%); dari

66 industri obat tradisional yang diperiksa, 63 industri belum menerapkan Cara

Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) sepenuhnya (100%); dari 2 industri PKRT

yang diperiksa, semuanya belum menerapkan Cara Pembuatan Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga yang Baik (CPPKRTB) sepenuhnya (100%); dari 93

Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang diperiksa, 90 PBF belum menerapkan cara

distribusi obat yang baik sepenuhnya (96%); masih ditemukan produk obat yang

tidak memenuhi syarat (TMS) sebesar 1,3%; masih ditemukan produk obat

tradisional yang TMS sebesar 48%; masih ditemukan produk makanan yang TMS

sebesar 15,51%; masih ditemukan produk kosmetik yang TMS sebesar 2,28%;

masih ditemukan produk PKRT yang TMS sebesar 3,45%.

Sejalan dengan tuntutan masyarakat terhadap peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan mengakibatkan peningkatan pembiayaan kesehatan. Beberapa faktor

yang mempengaruhi kenaikan biaya kesehatan antara lain : akibat penerapan

teknologi canggih, pola pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan

kesehatan, pola penyakit kronik dan degeneratif serta inflasi. Kenaikan biaya

pemeliharaan kesehatan itu semakin sulit untuk mampu dibiayai dengan

kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun masyarakat. Alokasi

pembiayaan kesehatan di tiap-tiap Kabupaten/Kota Jawa Tengah masih dibawah

standar yang dianjurkan sebesar 15% dari total anggaran. Peningkatan biaya

pelayanan kesehatan itu merupakan permasalahan bagi akses dan mutu

pelayanan kesehatan masyarakat dan oleh karenanya harus dicari solusi untuk

mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini. Pemerintah perlu mengalokasikan

anggaran yang terarah untuk kegiatan public health seperti pemberantasan

penyakit menular dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan serta

pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Sedangkan pendanaan masyarakat

harus diefisiensikan dengan pendanaan gotong-royong untuk berbagi risiko

gangguan kesehatan, dalam bentuk jaminan kesehatan. Sehingga pengembangan

program Pembiayaan Kesehatan merupakan salah satu program pokok yang perlu

terus dikembangkan dan ditingkatkan.

Dari sekitar 32 juta penduduk Provinsi Jawa Tengah, sebanyak 11.715.881 jiwa

(36,7%) masyarakat miskin telah dijamin kesehatannya oleh Program Jaminan

Page 44: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

31

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sejak tahun 2008. Beberapa kabupaten/kota

telah mengembangkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM)/

Jaminan Kesehatan Tingkat Daerah (Jamkesda). JPKM telah dikembangkan di

Kabupaten Purbalingga secara mandiri dan di Kota Pekalongan melalui institusi

pendidikan. Program Jamkesda dikembangkan pula di Kota Surakarta, yang

kemudian diikuti oleh Kabupaten Jepara dan Kota Semarang. Pada pelaksanaanya

pengembangan program JPKM/Jamkesda ini sangat mendukung program

Jamkesmas yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

g. Kesejahteraan Sosial

Permasalahan kesejahteraan sosial di Jawa Tengah saat ini terus diupayakan

penanganannya oleh pemerintah daerah, namun hasilnya belum mampu menekan

jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Permasalahan PMKS

yang terus berkembang diantaranya adalah jumlah penduduk miskin cenderung

meningkat antara lain gelandangan, pengemis, anak jalanan dan anak terlantar.

Permasalahan PMKS lainnya yaitu korban bencana alam, korban tindak kekerasan

dan lain-lain.

Data PMKS pada tahun 2007 antara lain terdiri dari Anak Balita Terlantar

sebanyak 40.071 orang, anak terlantar sebanyak 171.287 orang, anak korban

tindak kekerasan sebanyak 2.581 orang, anak nakal 11.324 orang, anak jalanan

9.770 orang, anak cacat 60.465 orang, wanita rawan sosial ekonomi 208.254

orang, Wanita Korban Tindak Kekerasan 4.146 orang, Lanjut Usia Terlantar

206.392 orang, Penyandang Cacat sebanyak 346.721 orang, Tuna Susila

5.625 orang, pengemis 3.983 orang, gelandangan 1.751 orang, Korban

penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) 2.257 orang,

Keluarga Fakir Miskin sebanyak 1.963.875 KK, Keluarga Berumah Tak Layak Huni

sebanyak 339.352 KK, Keluarga Rentan sebanyak 35.599 KK, Komunitas Adat

Terpencil (KAT) sebanyak 3.629 KK, Masyarakat Yang Tinggal Di Daerah Rawan

Bencana sebanyak 170.138 KK, Korban Bencana Alam sebanyak 155.910 jiwa dan

Korban Bencana Sosial sebanyak 5.433 jiwa. Upaya Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah untuk mengatasi PMKS antara lain dengan didukung oleh 52 panti milik

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 7 panti milik Pemerintah Kabupaten/Kota, 5

panti milik Departemen Sosial, dan 388 panti milik masyarakat.

Page 45: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

32

h. Kemiskinan

Berdasarkan data SUSENAS, pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin sebanyak

6.980.000 orang, tahun 2004 sebanyak 6.843.800 orang, tahun 2005 sebanyak

6.533.500 orang, tahun 2006 sebanyak 7.100.600 orang dan tahun 2007

6.557.200 orang. Pada tahun 2002 garis kemiskinan penduduk Jawa Tengah

mencapai Rp 106.438,00, tahun 2005 sebanyak Rp 130.013,00 tahun 2006

sebanyak Rp 142.337,00 dan tahun garis kemiskinan tahun 2007 sebesar Rp

154.111,00.

Pada periode Maret 2007-Maret 2008, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukan kecenderungan menurun. Indeks

Kedalaman Kemiskinan (P1) turun dari 3,84 pada bulan Maret 2007 menjadi 3,39

pada keadaan bulan Maret 2008. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) turun dari 1,08 menjadi 0,90 pada periode yang sama. Penurunan nilai

kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin,

cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran

penduduk miskin juga semakin menyempit.

i. Kebudayaan

Jawa Tengah merupakan pusat budaya Jawa, karena mayoritas penduduknya

adalah Suku Jawa. Sampai saat ini masih terdapat dua istana kerajaan di Jawa

Tengah yang keduanya berada di Kota Surakarta. Budaya Jawa ini mewarnai

hampir semua daerah kota atau kabupaten yang ada, namun tiap daerah memiliki

budaya daerah setempat, sejarah dan peninggalan purbakala serta kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berbeda-beda. Selain itu, Jawa Tengah juga

dianggap sebagai pusat peninggalan sejarah dan sumber sejarah. Peninggalan

sejarah di Jawa Tengah sangat banyak berupa candi-candi yang jumlahnya cukup

banyak dan keraton yang berada di Surakarta. Peninggalan sejarah sebagai

sumber sejarah terdapat di lokasi peninggalan sejarah maupun di museum. Jawa

Tengah saat ini memiliki 43 museum, 1.800 benda cagar budaya, 59 organisasi

penghayat dengan jumlah pengikut 162.000 orang, 189 upacara tradisional, 641

sanggar kesenian dan 2.930 sanggar kesenian non tradisional yang tersebar di

berbagai wilayah dan terus bertambah setiap saat.

Page 46: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

33

Budaya kesenian Jawa yang menonjol serta masih menunjukkan eksistensinya

adalah kesenian karawitan tradisional, wayang kulit, wayang orang, ketoprak, dan

seni tari Jawa. Upaya mempertahankan budaya di beberapa daerah sering

dilakukan dengan pagelaran seni dan budaya secara rutin tahunan. Sementara

itu, budaya gotong royong, tolong menolong dirasakan mengalami pergeseran

nilai akibat pengaruh budaya asing dan globalisasi.

Aspek budaya Jawa Tengah ini merupakan modal dasar sekaligus kearifan lokal

yang sangat penting dan potensial bagi Provinsi Jawa Tengah untuk

mengembangkan diri dalam jangka panjang tanpa harus tercabut dari akar

budayanya. Pembangunan yang berbasis pada budaya dan kearifan lokal memiliki

daya tahan terhadap pengaruh negatif dari budaya asing dan globalisasi yang

kontraproduktif dengan nilai-nilai budaya lokal.

j. Agama

Kehidupan umat beragama di Jawa Tengah menunjukkan keadaan yang harmonis

dan tenang dikarenakan toleransi dan sikap saling menghargai antara umat

beragama sangat tinggi. Kondusifitas kehidupan beragama ditunjukkan dengan

jumlah sarana peribadatan yang cukup banyak dan beberapa kondisi nampak

bahwa tempat peribadatan agama yang berbeda saling berdekatan namun hal ini

tidak menimbulkan konflik antara agama.

Pada tahun 2006 jumlah peribadatan di Jawa Tengah terdiri dari masjid sebanyak

42.747 unit, mushola 94.305 unit, Gereja Protestan 2.738 unit, Gereja Katolik 179

unit, Kapel 340 unit, Pura 151 unit dan Vihara 607 unit. Sementara jumlah sarana

lainnya seperti pondok pesantren pada tahun 2006 telah mencapai 2.514 unit

dengan jumlah kyai sebanyak 7.752 orang, 26.501 orang ustadz dan santri

sebanyak 467.404 orang. Perkembangan jumlah jamaah haji Jawa Tengah pada

tahun 2005 memenuhi kuota yaitu sebanyak 19.742 orang dan meningkat

menjadi 29.025 orang pada tahun 2006.

k. Perempuan dan Anak

Jumlah penduduk perempuan di Jawa Tengah lebih banyak (50,19 %)

dibandingkan laki-laki, namun besarnya perbedaan jumlah tersebut tidak

diimbangi dengan kesetaraan dan keadilan gender. Pada beberapa sektor masih

Page 47: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

34

terjadi kesenjangan gender pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik,

hukum dan HAM, lingkungan hidup, media, kekerasan berbasis gender,

mekanisme kemajuan perempuan, penanganan konflik dan bencana alam dan

kemiskinan.

Meskipun demikian, Indeks Pembangunan Gender (IPG) Jawa Tengah terus

mengalami peningkatan. Tahun 2003, IPG Jawa Tengah mencapai, 58,9; tahun

2004 mencapai 59,8; tahun 2005 menjadi 60,8; tahun 2006 mencapai 63,7, tahun

2007 meningkat menjadi 63,4; tahun 2008 diperkirakan mencapai 65,0 dan pada

akhir tahun 2013 diproyeksikan akan mencapai 65,9 (perhitungan metode power

fungtions). Sementara Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) pada tahun 2003

mencapai 56,2; tahun 2004 mencapai 56,5; tahun 2005 mencapai 56,9 dan

tahun 2006 menjadi 59,3; tahun 2007 meningkat menjadi 59,7 diprediksikan

tahun 2008 mencapai 60,4 dan pada tahun 2013 akan mampu mencapai 61,8.

Kondisi anak di Jawa Tengah masih perlu mendapat perhatian serius. Pada tahun

2007, gizi buruk mencapai 1,78%, angka kematian bayi 10,89. Sementara itu

masih terdapat 171.308 anak terlantar, 32.149 anak balita terlantar, 2.229 anak

korban tindak kekerasan, 11.178 anak nakal, 10.025 anak jalanan, 54.572 anak

cacat, dan 1.273 pekerja anak. Anak berkelainan yang memerlukan perhatian

khusus, tunarungu wicara 10.778, cacat mental retardasi 10.758, cacat ganda

4.192, cacat tubuh 19.243, cacat netra 6.273 dan cacat mental eks. Psikotik

3.328. Pada tahun 2006 jumlah pekerja anak mencapai 3.422 pekerja anak

tersebar dibeberapa sektor pekerjaan.

Persoalan yang perlu mendapatkan perhatian adalah Hak Tumbuh Kembang anak

karena banyak sarana dan prasarana permukiman dan sarana umum lainnya yang

tidak menyediakan sarana bermain bagi anak, kesempatan anak memperoleh

pelayanan kesehatan dan pendidikan yang layak serta kesempatan berpartisipasi

dalam pembangunan. Selain itu meskipun Kabupaten/Kota telah menerbitkan

Perda tentang Akte Kelahiran namun cakupannya belum maksimal. Untuk

mengatasi hal tersebut pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah melakukan upaya-

upaya untuk menanggulangi hal tersebut dengan berbagai program yang

responsif terhadap kebutuhan anak, serta dukungan berbagai lembaga

perlindungan anak yang mendukung upaya perlindungan anak.

Page 48: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

35

2. Ekonomi

a. Industri

Sektor Industri merupakan salah satu motor penggerak perekonomian Jawa

Tengah yang memberikan sumbangan cukup dominan dalam menunjang

pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Pembangunan industri Jawa

Tengah pada dasarnya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan strategis industri

baik dalam skala nasional, regional maupun internasional. Terkait dengan hal

tersebut, pengembangan industri di Jawa Tengah diarahkan untuk mendorong

peningkatan daya saing, struktur industri yang sehat dan berkeadilan,

berkelanjutan dan memperkokoh ketahanan ekonomi.

Laju pertumbuhan sektor industri di Jawa Tengah pada lima tahun terakhir

menunjukkan angka yang cukup signifikan. Pada tahun 2003 laju pertumbuhan

sektor industri mencapai 5,49% dan tahun 2007 sebesar 5,56%. Pada tahun

2003, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap pembentukan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku sebesar 32,60%

dan pada tahun 2007 menjadi 32,14%.

Industri di Jawa Tengah pada tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang

lebih baik dengan meningkatnya jumlah unit usaha dari 644.902 unit usaha pada

tahun 2007 menjadi 645.054 unit usaha. Kenaikan jumlah unit usaha tersebut

memberikan peluang lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja

disektor industri sebanyak 3,33 juta orang pada tahun 2008, meningkat 1,22%

dari tahun 2007 sebanyak 3,29 juta orang. Nilai produksi dan investasi sektor

industri pada tahun 2008 mencapai Rp. 22,52 trilyun dan Rp. 14,14 trilyun atau

meningkat 1,19% untuk nilai produksi dan 0,97% untuk nilai investasi

dibandingkan tahun 2007 nilai produksi sebesar Rp.22,25 trilyun dan nilai

investasi sebesar Rp.14,01 trilyun

Beberapa kelompok industri yang merupakan penghela pertumbuhan sektor

industri antara lain : mebel, tekstil dan produk tekstil (TPT), kulit dan barang dari

kulit, komponen otomotif, perlogaman, keramik dan makanan/ minuman,

pengolahan hasil tembakau. Kelompok industri dimaksud, penting untuk

dikembangkan mengingat industri tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi,

mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar, banyak tersebar di

Page 49: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

36

wilayah Jawa Tengah, menggunakan teknologi sederhana dan hasil produknya

berorientasi ekspor.

Mengacu pada kebijakan industri nasional, pembangunan industri di Jawa Tengah

antara lain ditempuh melalui penanganan panen dan pasca panen; perkuatan

klaster industri dengan menggunakan pendekatan ”Kompetensi Inti Industri

Daerah”. Selanjutnya untuk lebih meningkatkan efektivitas pengembangan

industri di tingkat Kabupaten/ Kota digunakan pendekatan ”One Village One

Product (OVOP)”. Melalui pendekatan tersebut, diharapkan dapat menggali dan

mempromosikan produk inovatif dan kreatif lokal, menggunakan sumber daya

lokal, bersifat unik khas daerah, bernilai tambah tinggi dengan tetap menjaga

kelestarian lingkungan, memiliki brand image dan daya saing tinggi. Jenis Industri

yang menjadi lingkup pengembangan industri di Jawa Tengah berbasis

Kompetensi Inti Industri Daerah adalah : Industri Tekstil dan Produk Tekstil

(TPT), Industri Mebel, Industri Makanan Ringan, Industri Perlogaman, Industri

Komponen Otomotif, Industri Hasil Tembakau (Rokok).

b. Koperasi dan UMKM

Perkembangan jumlah koperasi di Jawa Tengah selama 5 (lima) tahun terakhir

meningkat cukup signifikan. Jumlah Koperasi 12.678 unit pada tahun 2003

menjadi 17.090 unit pada tahun 2007 (bertambah 4.412 atau 34,80%),

sedangkan jumlah anggota Koperasi dari 4.043.613 orang menjadi 4.387.110

(bertambah 343.497 atau 8,49%). Pada periode yang sama jumlah tenaga kerja

Koperasi 29.329 orang meningkat menjadi 41.234 orang (bertambah 11.905

orang atau 40,59%), sedangkan jumlah asset/modal dari 4.192 triliyun menjadi

6.106 triliyun atau meningkat sebesar 45.65%. Volume usaha Koperasi juga

meningkat dari Rp. 5,98 Trilyun menjadi Rp.10,75 Trilyun (79,8%).

Perkembangan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Pinjam Koperasi (KSP/USP

Koperasi) menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan sebagai lembaga

keuangan mikro alternatif, sampai dengan tahun 2007 jumlah KSP/USP Koperasi

mencapai 7.405 unit dengan jumlah anggota sebanyak 3.176.745 orang,

menyerap tenaga kerja 34.658 orang sedangkan asset Rp. 3,442 trilyun,

tabungan Rp. 2,237 trilyun, pemberian pinjaman kepada UMKM mencapai

Page 50: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

37

Rp. 6,337 trilyun serta pinjaman yang diberikan Rp. 2,559 trilyun. Sisa Hasil

Usaha/SHU mencapai Rp. 89,482 milyar, modal sendiri Rp. 1,024 trilyun.

Dalam upaya mengembangkan kualitas SDM dan pengelolaan KSP/USP Koperasi

maka telah dilaksanakan sertifikasi profesi Koperasi Jasa Keuangan terhadap

pengelola KSP/USP Koperasi, sertifikasi bagi fasilitator dan pengelola Koperasi

Jasa Keuangan bekerjasama dengan Lembaga Sertifikasi Profesi Jasa Keuangan

(LSP-KJK).

Keberadaan Koperasi Unit Desa (KUD) sangat strategis dalam menggerakkan roda

ekonomi di wilayah perdesaan. KUD mempunyai sarana infrastruktur yang

lengkap mulai dari Rice Mill Unit (RMU), gudang, lantai jemur dan Waserda yang

dapat mencukupi kebutuhan petani. Jumlah KUD di Jawa Tengah tahun 2007

mencapai 590 unit. KUD/Koperasi telah menangani penyaluran pupuk ke PT Pusri

dan pengadaan pangan dengan Dolog Divre Jawa Tengah.

Jumlah KUD/Koperasi yang menjadi distributor pupuk sebanyak 23 Unit sesuai

dengan slogan Bali Ndeso Mbangun Deso maka KUD/Koperasi dimasa mendatang

perlu diberi kesempatan yang lebih luas untuk menangani penyaluran pupuk dan

pengadaan pangan, karena keberadaanya merupakan wadah para petani dalam

memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan di bidang pertanian.

Perkembangan usaha Warung Serba Ada (Waserda) dan Sentra Perkulakan

Koperasi (Senkuko) maupun Smescomart menunjukkan hasil yang cukup baik.

Waserda Koperasi sampai dengan tahun 2007 sebanyak 1.733 unit dengan

omset/hari Rp. 187 Juta, modal sendiri Rp. 21 Milyar, penyerapan tenaga kerja

2.746 orang. Senkuko sebanyak 67 unit dengan omset/hari Rp. 10,8 Juta, modal

sendiri Rp. 8,6 milyar dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 5.497 orang.

Sedangkan program Smescomart/pasar ritel modern yang dikerjasamakan dengan

swasta sebanyak 3 unit dan yang mandiri 26 unit.

Jumlah UMKM di Jawa Tengah sebanyak 4,1 juta orang/unit usaha mikro, kecil

dan menengah yang bergerak di sektor pertanian (Sensus Pertanian BPS, 2003),

dan 3,6 juta orang/unit UMKM non pertanian (Sensus Ekonomi BPS 2006)

bergerak di bidang industri, perdagangan dan aneka jasa usaha. Jika 1 unit UMKM

menyerap 2 orang tenaga kerja maka tenaga kerja yang terserap + 7,4 juta

Page 51: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

38

tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa UMKM memiliki potensi yang besar

dalam penciptaan lapangan kerja, sekaligus menciptakan wira usaha baru.

Selanjutnya untuk peningkatan daya saing UMKM telah dilakukan melaui upaya

peningkatan produktivitas dan kualitas produk unggulan daerah yang bertumpu

pada sumberdaya lokal.

b. Investasi (Penanaman Modal)

Selama 5 tahun terakhir (2003 – 2008), perkembangan realisasi investasi di Jawa

Tengah sangat fluktuatif. Pada tahun 2003 sampai dengan 2005 perkembangan

realisasi investasi di Jawa Tengah mengalami kenaikan yang signifikan dan telah

melampaui dari target yang telah ditentukan , sedangkan pada tahun 2006

sampai 2007 dibanding tahun 2005 mengalami penurunan, tetapi bila

dibandingkan dengan target Realisasi Investasi PMA dan PMDN yang telah

ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan Penanaman Modal Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2005–2009, kumulatif Realisasi Investasi sebesar Rp.

22.850.322.692.030,- maka pencapaian realisasi investasi selama 2003 -2008

sebesar 162.97%. Sampai dengan Desember 2008 realisasi investasi untuk PMA

mencapai 34 proyek dengan nilai investasi mencapai U$ 39,223 juta dan Rp.

588,739 Milyar serta investasi PMDN sejumlah 14 proyek dengan nilai investasi

sebesar Rp 880,422 Milyar.

Perkembangan rencana investasi PMA dan PMDN secara kumulatif tahun 2003

sampai 2008 sebesar Rp 70.114.971.569.250,-. Capaian kinerja Rencana Investasi

selama 2003-2008 dibandingkan kebutuhan investasi adalah sebesar 362,71 %.

Sampai dengan bulan Desember 2008 rencana investasi di Jawa Tengah untuk

PMA mencapai 58 proyek dengan nilai investasi sebesar U$ 1,932 Milyar dan

PMDN mencapai 14 proyek dengan nilai proyek mencapai Rp 2,518 Trilyun,

sedangkan target investasi pada tahun 2008 sebesar Rp 4,016 trilyun.

c. Pertanian

Dalam kurun waktu 20 tahun, Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu

penyangga pangan nasional terutama beras. Luas lahan tanaman padi di Jawa

Tengah adalah 1.614.095 ha dengan produktivitas 53,38 kw/ha. Produksi padi

Jawa Tengah pada tahun 2007 mencapai 8.616.854 ton Gabah Kering Giling/GKG

(setara dengan 4.510.725 ton beras). Persentase sumbangan Provinsi Jawa

Page 52: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

39

Tengah terhadap produksi beras nasional sebesar 15,07%. Sementara produksi

jagung dan kedelai pada tahun 2007 masing-masing sebesar 2.233.992 ton dan

123.209 ton (kontribsi nasional sebesar 16,81 % dan 20,79 %).

Pada sektor peternakan, Jawa Tengah juga merupakan salah satu penyangga

kebutuhan nasional. Produk andalan Jawa Tengah pada sektor peternakan antara

lain daging, telur dan susu. Produksi daging Jawa Tengah pada tahun 2007

sebesar 177.892 ton, terbesar kedua setelah Jawa Timur; sementara konsumsi

mencapai 135.013 ton, sehingga surplus 42.879 ton. Sementara itu, produksi

telur 200.754 ton, sedangkan kebutuhan 183.458 ton, sehingga terjadi surplus

17,296 ton. Produksi susu sebesar 70.524 ton, sedangkan kebutuhan 259.534

ton, sehingga terjadi defisit sebesar 189.010 ton.

Produksi gula Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar 243.632,99 ton, dengan

beroperasionalnya kembali 2 pabrik gula yang ada maka target swasembada gula

regional akan tercapai. Produksi tanaman perkebunan jarak kepyar dan jarak

pagar masing-masing sebesar 20,55 ton dan 35,81 ton. Penanaman jarak

menunjang konsep Desa Mandiri Energi. Produksi kelapa tahun 2007 yang terbagi

dalam kelapa dalam, kelapa deres, kelapa hibrida, dan kelapa kopyor masing-

masing sebesar 178.295,44 ton, 219.669,27 ton, 428,58 ton dan 717,70 ton.

Sementara itu, produksi tahun 2007 untuk tanaman perkebunan rakyat kopi

robusta dan kopi arabica sebesar 12.341,74 ton dan 1.319,41 ton.

Peningkatan produksi komoditas pertanian di Jawa Tengah berdampak pula pada

peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini dapat dilihat dari Nilai Tukar Petani

(NTP), yang mengalami peningkatan dari 96,19 pada tahun 2006 menjadi 103,12

pada tahun 2007. Pada tahun 2007 nilai Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar

82,08 yang berarti naik dari tahun 2005 sebesar 78,60. Skor PPH ideal adalah

100 yang direncanakan akan tercapai pada tahun 2020. Rata-rata tingkat

konsumsi energi Jawa Tengah tahun 2007 adalah sebesar 1.924,94

kkal/kapita/hari, sedangkan rekomendasi dari Widyakarya Nasional Pangan dan

Gizi (WNPG) VIII tahun 2004 adalah sebesar 2.000 kkal/kapita/hari yang berarti

masih kurang 76,06 kkal/kapita/hari. Rata-rata tingkat konsumsi protein Jawa

Tengah tahun 2007 adalah sebesar 55,94 gram/kapita/hari, sedangkan

rekomendasi dari Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII tahun 2004

Page 53: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

40

adalah sebesar 52 gram/kapita/hari yang berarti sudah kelebihan 3,94

gram/kapita/hari.

d. Kelautan dan Perikanan

Provinsi Jawa Tengah memiliki garis pantai sepanjang 828,82 km, terbagi atas

pantai utara 540,27 km dan pantai selatan 288,55 km. Terdapat 33 buah pulau-

pulau kecil yang tersebar di Laut Jawa sebanyak 32 pulau (Pulau Marongan, Pulau

Gede, Pulau Sualan, Pulau Mandalika, Pulau Panjang dan 27 pulau di gugusan

Kepulauan Karimunjawa) serta pulau di Samudera Hindia, yaitu Pulau

Nusakambangan. Kondisi geografis semacam ini menyimpan potensi sumberdaya

kelautan dan perikanan yang sangat besar termasuk perikanan tangkap dan

budidaya, industri pengolahan produk perikanan dan bioteknologi, pariwisata

bahari dan pantai, pertambangan dan energi, perhubungan laut, industri kapal,

bangunan laut dan pantai, pulau-pulau kecil dan kegiatan pendayagunaan benda-

benda berharga di dalam laut (the sunken treasures).

Dengan gambaran tersebut diatas, sumber daya kelautan dan perikanan bidang

Kelautan dan Perikanan di Jawa Tengah memiliki potensi yang sangat besar,

sehingga bisa menjadi sektor penghela (prime mover) apabila dikelola dengan

baik. Dalam perkembangannya dari tahun ke tahun menunjukkan adanya usaha

penangkapan ikan yang berlebihan (overfishing) di wilayah pantai utara Jawa

Tengah. Sementara itu, wilayah laut di pantai selatan (PANSEL) Jawa Tengah

mempunyai potensi sumberdaya perikanan laut yang sangat besar tetapi belum

dimanfaatkan secara optimal. Dari kurun waktu tahun 2003 sampai tahun 2007,

produksi perikanan tangkap mengalami penurunan dari 250.569,20 ton menjadi

169.690,50 ton. Sementara itu, produksi perikanan budidaya di Jawa Tengah

menunjukkan peningkatan. Pada kurun waktu 2003-2007, produksi perikanan

budidaya meningkat rata-rata sebesar 6,62% per tahun, dari 88.749,90 ton

menjadi 114.007,80 ton.

Ekspor hasil perikanan mengalami peningkatan dari 17.118.728,15 kg pada tahun

2003 menjadi 19.938.399,15 kg pada tahun 2007 dengan rata-rata pertumbuhan

sebesar 5,10%. Jika dilihat nilainya dalam dolar AS, persentase pertumbuhan

rata-rata per tahun sebesar 10,73%. Pada tahun 2003 nilai ekspor hasil perikanan

sebesar US $ 56.628.982,56, sedangkan pada tahun 2007 adalah sebesar US $

Page 54: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

41

74.643.244,22. Konsumsi ikan masyarakat Jawa Tengah menunjukkan

peningkatan, yaitu dari 10,18 kg/kapita/tahun pada tahun 2003 menjadi 13,32

kg/kapita/tahun pada tahun 2007.

Di Jawa Tengah terdapat 77 unit Tempat Pelelangan ikan (TPI), 2 (dua) buah

Pelabuhan Perikanan, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP)

dan Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC), serta 9 (sembilan) buah

Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP), yaitu : (1) PPP Tasikagung Kabupaten

Rembang, (2) PPP Bajomulyo Juwana Kabupaten Pati (3) PPP Morodemak

Kabupaten Demak, (4) PPP Wonokerto Kabupaten Pekalongan, (5) PPP Tawang

Kabupaten Kendal, (6) PPP Klidang Lor Kabupaten Batang, (7) PPP Tegalsari Kota

Tegal, dan (8) PPP Asemdoyong Kabupaten Pemalang dan (9) PPP Karimunjawa

Kabupaten Jepara.

e. Pertambangan

Pada bidang pertambangan umum berdasarkan hasil identifikasi telah diketahui

44 jenis bahan galian yang berpotensi di Jawa Tengah, yaitu : 3 (tiga) jenis bahan

galian golongan A (strategis), 9 (sembilan) jenis bahan galian golongan B (vital)

dan 32 jenis bahan galian golongan C. Bahan galian tersebut sangat bervariasi,

baik dalam sebaran, kualitas dan kuantitas. Beberapa jenis bahan galian termasuk

kedalam mineral logam dan hanya terdapat di beberapa wilayah, antara lain

Barit, Emas, Pasir Besi, Pirit, Mangaan, Galena dan Timah Hitam. Di samping itu

terdapat bahan galian yang berpotensi besar dan bahkan menjadi unggulan

karena memiliki karakteristik khas, nilai tambah yang tinggi dan permintaan pasar

yang besar, antar lain Feldspar, Phospat, Pasir Kuarsa, Pasir Besi, Batu Gamping,

Andesit, Ball Cllay dan Bentonit.

Tahun 2007 telah tercatat 76 Surat Ijin Penambangan Daerah (SIPD) untuk

bahan galian golongan C yang meliputi Kapur/batu gamping, Marmer, Tanah

Urug, Pasir dan Batu, Felspar, Phospat, Pasir Kuarsa, Andesit, Bentonit, Ball Clay

dan Trass dengan luas area eksploitasi mencapai sekitar 2.666,20 hektar. Kondisi

tersebut diharapkan dalam 5 tahun mendatang akan meningkat dan dapat

mendorong tumbuhnya industri besar seperti industri semen, sehingga dapat

meningkatkan perekonomian Jawa Tengah.

Page 55: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

42

Dalam rangka konservasi sumber daya mineral sampai tahun 2007 telah dilakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha pertambangan di 32

kabupaten/kota serta penataan kawasan pertambangan pada 4 (empat) kawasan,

yaitu: Merapi – Merbabu – Ungaran, Gunung Muria, Pegunungan Kendeng dan

Serayu – Pantai Selatan. Di samping itu juga dilakukan pembuatan demplot

reklamasi lahan bekas penambangan di 2 (dua) lokasi, yaitu Kabupaten Boyolali,

dan Rembang.

Pada bidang air tanah telah diketahui 31 Cekungan Air Tanah (CAT) yang terdiri

atas 6 (enam) CAT lintas Provinsi, 19 CAT lintas Kabupaten/Kota dan 6 (enam)

CAT dalam Kabupaten/Kota. Sampai tahun 2007 telah dilakukan identifikasi

potensi dan konfigurasi aquifer pada 17 CAT lintas Kabupaten/Kota untuk

mengetahui volume air yang ada pada CAT tersebut. Dalam pemanfaatan air

tanah tercatat sekitar 6.555 Surat Ijin Penambangan (SIP)/SIPMA dan untuk

menangani daerah rawan kering telah dibangun sumur bor sebanyak 45 lokasi

serta survey hidrologi sebanyak 45 lokasi.

Di bidang geologi telah dilakukan upaya mitigasi bencana alam ( tanah longsor,

tektonik, tsunami dan letusan Gunung Merapi) melalui pemetaan wilayah,

sosialisasi, bimbingan teknis dan pemasangan alat (patok pemantauan). Sampai

tahun 2007 telah diketahui di Jawa Tengah terdapat 97 lokasi/kecamatan rawan

longsor yang tersebar di 27 kabupaten/kota dan telah dilakukan sosialisasi

mitigasi bencana pada sekitar 57 lokasi serta bimbingan teknis terhadap aparatur

di 27 kabupaten dan pemasangan patok 32 buah di 8 (delapan) lokasi pada 8

(delapan) kabupaten. Selain itu juga telah dilakukan pemetaan geologi tata

lingkungan di 6 (enam) kabupaten/kota.

f. Perdagangan

Sektor perdagangan merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang mempunyai

keterkaitan luas dengan sektor-sektor lainnya. Secara makro diharapkan mampu

berperan sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian nasional dan

perekonomian daerah, dalam rangka mendorong peningkatan pendapatan

masyarakat, mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran.

Page 56: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

43

Sejalan dengan semakin membaiknya perekonomian nasional, kinerja sektor

perdagangan di Jawa Tengah telah mampu mendorong perkuatan struktur

ekonomi daerah. Laju pertumbuhan sektor perdagangan pada tahun 2003

sebesar 5,24% dan meningkat cukup signifikan pada tahun 2007 yaitu sebesar

6,54%. Kontribusi sektor perdagangan terhadap pembentukan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku pada tahun 2003 sebesar

20,75% dan menjadi 20,30% pada tahun 2007. Masih dominannya kontribusi

sektor perdagangan terhadap pembentukan PDRB tersebut pada dasarnya tidak

terlepas dari semakin membaiknya perkembangan sektor perdagangan di Jawa

Tengah dengan segala sumber daya pendukungnya termasuk keterkaitan dengan

sektor-sektor produksi dan jasa.

Kegiatan ekspor Jawa Tengah pada lima tahun terakhir menunjukkan peningkatan

yang cukup signifikan. Pada tahun 2003 nilai ekspor non migas Jawa Tengah

sebesar 1.865,60 juta US dolar dan tahun 2007 meningkat menjadi 3.122,50 juta

US dolar. Sementara nilai ekspor non migas pada tahun 2008, periode Januari-

September 2008 telah mencapai sebesar 2.497,26 juta US dolar atau mengalami

peningkatan 6,80 % dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2007 yaitu

2.338,34 juta US dolar.

Komoditi utama ekspor non migas Jawa Tengah sebagian besar merupakan

produk-produk industri pengolahan seperti : Tekstil dan Produk Tekstil (TPT),

mebel, kayu olahan, plastik dan produk plastik, kertas dan produk kertas,

elektronika, barang dari kayu, barang pecah belah dan gondorukem. Beberapa

negara tujuan utama ekspor Jawa Tengah adalah Amerika Serikat, Jepang,

Jerman, Belanda, Perancis, Belgia, Inggris, Australia, Hongkong, Singapura dan

Korea Selatan.

Nilai impor non migas Jawa Tengah pada tahun 2003 sebesar 812,37 juta US

dolar dan tahun 2007 meningkat menjadi 1.504,75 juta US dolar. Sementara, nilai

impor non migas pada periode Januari – September 2008 sebesar 1.911,79 juta

US dolar, atau mengalami peningkatan 65,67% dibandingkan periode yang sama

tahun 2007 yaitu sebesar 1.153,94 juta US dolar. Beberapa jenis produk impor

yang dominan antara lain Serat Tekstil, Gandum dan Olahan Gandum, Mesin

Page 57: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

44

Industri, Produk Industri Kimia, Benang Tenun, Kain Tekstil, Mesin dan Pesawat

Mekanik, Barang dan Perlengkapan Listrik, dan Barang- barang Elektronik.

Dalam rangka meningkatkan perluasan dan peningkatan akses pasar produk

ekspor non migas Jawa Tengah, telah dilakukan kegiatan promosi dan pameran

luar negeri yang secara rutin telah dilaksanakan sejak tahun 2005 adalah

Pameran Salone Internazionale Del Mobile di Milano Italia (khusus Produk mebel

dan handycraft). Pada tahun 2007 juga dilaksanakan pameran di Lazaronte

Spanyol dan Pameran Produk Indonesia di Kopenhagen Denmark. Sedangkan

untuk kegiatan promosi dan pameran dalam negeri antara lain : IFFINA, Inacraft,

ICRA, PRJ, Pesta Kesenian Bali (PKB), Trade Expo Indonesia (TEI), Soropadan

Agro Expo (SAE) dll.

Guna mendorong peningkatan kinerja para pelaku ekspor, telah dilakukan seleksi

terhadap eksportir berprestasi untuk mendapatkan penghargaan Primaniyarta.

Sejak tahun 2005 sampai dengan 2007 terdapat 12 perusahaan eksportir yang

telah mendapatkan penghargaan Primaniyarta dari Pemerintah; dengan kategori :

Eksportir Berkinerja (4 perusahaan), UKM Ekspor (4 perusahaan), Pembangunan

Merek Global (4 Perusahaan).

Kegiatan perdagangan dalam negeri Jawa Tengah pada saat ini menunjukkan

perkembangan yang relatif membaik dengan ditandai semakin meningkatnya

kelancaran distribusi barang dan jasa, tertib niaga, kepastian berusaha dan

transparansi pasar. Seiring dengan perkembangan tersebut jumlah kelembagaan

usaha, ketersediaan sarana dan segala bentuk dukungan fasilitasi terhadap dunia

usaha juga semakin meningkat.

Salah satu upaya pemerintah daerah yang telah ditempuh dalam rangka

meningkatkan kegiatan perdagangan dalam negeri Jawa Tengah adalah melalui

perkuatan dari sisi suplai guna menjamin ketersediaan kebutuhan pokok

masyarakat dan mendorong peningkatan sisi permintaan; yang salah satunya

melalui pembinaan pasar dan distribusi, fasilitasi pengembangan sarana dan

prasarana pasar, pemberdayaan kelembagaan usaha perdagangan dan

pengembangan pasar. Dalam rangka tertib niaga, tertib ukur dan perlindungan

Page 58: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

45

konsumen telah ditempuh melalui peningkatan pelayanan publik di bidang

kemetrologian serta pengawasan barang yang beredar.

Jumlah sarana pasar di Jawa Tengah sampai dengan tahun 2006 sebanyak 1.714

unit; yang terdiri atas Pasar Induk 26 unit, Pasar Tradisional 1.537 unit, Pasar

Modern 44 unit dan Pasar Swalayan 107 unit. Sejalan dengan semakin

berkembangnya usaha ritel/eceran modern dan pembangunan pasar penunjang

komoditas serta pasar tradisional percontohan diperkirakan jumlah sarana pasar

di Jawa Tengah pada tahun 2007 mencapai sekitar 1.885 unit. Pada tahun

anggaran 2008 telah dibangun Pasar Penunjang Beras dan Sayur-Sayuran; dan

Pasar Tradisional yang aman, nyaman dan bersih di 13 kabupaten/kota di Jawa

Tengah. Lokasi pembangunan Pasar Penunjang Beras terdapat di Kabupaten

Pemalang dan Kabupaten Klaten, Pasar Penunjang Sayur-Mayur terdapat di

Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Magelang, dan Pasar Tradisional yang

Bersih, Aman dan Nyaman berlokasi di Kota Surakarta, Kabupaten Jepara,

Kabupaten Sragen, Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten

Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Rembang.

Jumlah unit usaha pedagang formal di Jawa Tengah sampai dengan tahun 2006

sebanyak 146.799 unit usaha; dan pada tahun 2007 diperkirakan jumlahnya telah

mencapai sekitar 161.478 unit usaha. Jumlah pedagang skala besar adalah 1.085

unit usaha, pedagang skala menengah 6.589 unit usaha dan pedagang skala kecil

153.804 unit usaha.

Dalam rangka mendukung Jawa Tengah sebagai salah satu daerah penyangga

pangan nasional dan khususnya peningkatan kesejahteraan para petani, selain

membantu dalam hal produksi, juga tidak kalah pentingnya membantu mereka

dalam hal memasarkan hasil produksi. Oleh karena itu, telah dilakukan fasilitasi

dalam hal perbaikan jaringan pemasaran produk pertanian yang terintegrasi

melalui pengembangan Pasar Lelang Komoditas Agro di Jawa Tengah.

Kegiatan Pasar Lelang Komoditas Agro di Jawa Tengah, telah dilakukan sejak

tahun 2003 dan sampai dengan Bulan Agustus 2008 telah dilaksanakan sebanyak

28 kali. Pelaksanaan kegiatan Pasar Lelang Komoditas Agro di Jawa Tengah

tersebut, telah memberikan andil yang cukup berarti dalam rangka mendukung

Page 59: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

46

terciptanya integrasi pasar, transparansi harga dan peningkatan pendapatan

petani produsen. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir nilai transaksi

pelaksanaan Pasar Lelang menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Pada

tahun 2006 nilai transaksi pelaksanaan Pasar Lelang sebesar Rp. 742.467, 32

milyar dan tahun 2007 mencapai sebesar Rp. 575,51 milyar. Pada tahun 2007,

juga telah dilaksanakan Pasar Lelang Spot sebanyak 3 kali; dengan transaksi

secara langsung antara penjual dan pembeli sebesar Rp. 7,36 milyar,-. Sedangkan

nilai transaksi pelaksanaan Pasar Lelang tahun 2008 sebesar Rp. 448,21 milyar.

Realisasi nilai transaksi kegiatan Pasar Lelang Komoditas Agro Jawa Tengah pada

tahun 2006 sebesar Rp. 589,33 milyar atau 76,68 %, realisasi nilai transaksi

tahun 2007 sebesar Rp. 474, 82 milyar,- atau 82,5% dan tahun 2008 realisasi

nilai transaksi sebesar Rp. 358,57 milyar atau 80%. Jenis komoditas yang

dipasarkan pada pelaksanaan kegiatan Pasar Lelang antara lain meliputi komoditi

pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, sayur mayur dan buah-buahan.

Guna mendukung terwujudnya tertib usaha, tertib ukur, perlindungan konsumen

dan kepastian berusaha, secara intensif melakukan peningkatan pelayanan

kemetrologian yang berupa pengelolaan standar, tera dan tera ulang,

pengawasan Ukur Takar Timbang dan Perlengkapannya (UTTP), penyuluhan

Kemetrologian dan pengawasan Barang Dalam Keadaan Terbungkus (BDKT).

Pelayanan kemetrologian ini mencakup 35 Kabupaten/ Kota yang dalam

pelaksanaan di tangani oleh 6 Balai Metrologi wilayah : Semarang, Surakarta,

Pati, Magelang, Banyumas dan Tegal. Potensi jumlah pengusaha UTTP di Jawa

Tengah tercatat sebanyak 60 unit usaha dan produksi UTTP 3.443.669 buah.

Jumlah UTTP yang telah ditera dan tera ulang sebanyak 2.870.412 buah. Untuk

mendukung optimalisasi pelayanan kemetrologian secara intensif dilakukan

upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan kemampuan SDM kemetrologian,

peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan pelayanan dan koordinasi

dengan pihak-pihak lain terkait yang dapat mendukung peningkatan PAD.

Dalam rangka membantu rendahnya posisi tawar petani saat panen, Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah secara terus menerus mengupayakan langkah-langkah

strategis yang terintegrasi dengan sektor-sektor pendukung terkait lainnya.

Langkah-langkah tersebut pada dasarnya diarahkan pada upaya peningkatan

Page 60: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

47

daya saing produk pertanian melalui peningkatan akses, penetrasi pasar dan

pengembangan sistem tunda jual (Lumbung Desa, Resi Gudang, Pasar Lelang)

untuk mendorong perluasan akses pasar (Pasar Lelang Komoditas Agro, Promosi

dan Pameran, Lembaga Penjaminan dan Penyediaan Dana Bergulir untuk

menyerap hasil petani). Disamping itu, untuk mengungkit daya juang IKM/ UKM

dalam situasi Krisis Global maka akan ditingkatkan Inovasi Produk IKM/UKM yang

berbasis pedesaan. Untuk itu terus diupayakan terselenggaranya pelatihan

inovatif yang berorientasi pasar bagi IKM/UKM serta memfasilitasi bagi IKM/ UKM

untuk mendapatkan partner di Pasar Lokal, Regional dan Internasional melalui

promosi, pameran dan misi dagang.

g. Pariwisata

Wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki sumber daya alam dan budaya yang

cukup besar serta potensi kepariwisataan yang beraneka ragam menjadi salah

satu daerah tujuan wisata nasional maupun internasional. Terdapat berbagai

macam obyek dan daya tarik wisata, baik alam, budaya maupun buatan. Obyek

dan daya tarik wisata di seluruh Jawa Tengah yang sudah dikelola dengan baik

atau sudah siap menerima kunjungan wisatawan sebanyak 247 buah. Selain itu

masih banyak obyek dan daya tarik wisata potensial yang masih alami dan belum

dikembangkan/dikelola secara profesional, tersebar di 35 Kabupaten/Kota di Jawa

Tengah.

Tersedianya fasilitas penunjang pariwisata yang cukup memadai seperti :

akomodasi (hotel), terdapat 93 hotel klasifikasi bintang dengan jumlah kamar

5.160 dan 810 hotel klasifikasi melati (non bintang) dengan jumlah kamar 17.236

serta jumlah pondok wisata/homestay yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota se

Jawa Tengah. Dukungan jaringan jalan dan sarana transportasi yang relatif baik,

didukung pula oleh 2 Bandara Internasional yaitu Bandara A. Yani Semarang dan

Bandara Adi Sumarmo Surakarta, 2 Bandara Perintis yaitu Bandara Tunggul

Wulung Cilacap dan Bandara Dewa Daru Karimunjawa, 2 Pelabuhan Samudera

yaitu Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan Pelabuhan Tanjung Intan Cilacap,

Stasiun dan jaringan rel KA sepanjang jalur pantura dan jalur selatan, dan

terminal-terminal bus di setiap kota akan memudahkan mobilitas/pergerakan

wisatawan dari dan ke berbagai tujuan wisata di Jawa Tengah.

Page 61: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

48

Perkembangan pariwisata Jawa Tengah selama tahun 2002 – 2007 cenderung

menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2002 jumlah obyek dan daya tarik wisata

yang ada di Jawa Tengah sebanyak 226 obyek dan meningkat pada tahun 2007

menjadi 247 buah. Jumlah wisatawan yang mengunjungi obyek dan daya tarik

wisata di Jawa Tengah pada tahun 2002 sebanyak 14.744.000 orang, terdiri dari

288.576 orang wisatawan mancanegara (wisman) dan 14.455.424 orang

wisatawan nusantara (wisnus), sedangkan pada tahun 2006 terjadi peningkatan

sebanyak 15.314.118 orang, terdiri dari 290.217 orang wisman dan 15.023.901

orang wisnus, dan pada tahun 2007 jumlah wisatawan menjadi 16.064.510 orang,

terdiri dari 302.116 orang wisman dan 15.762.394 orang wisnus.

Adapun jumlah penginap hotel bintang di Jawa Tengah pada tahun 2006

sebanyak 1.280.421 orang, terdiri dari 69.501 orang wisatawan mancanegara

(wisman) dan 1.210.920 orang wisatawan nusantara (wisnus) dengan rata-rata

lama menginap 2,20 hari (wisman) dan 1,62 hari (wisnus). Sedangkan pada

tahun 2007 meningkat menjadi 1.313.407 orang, terdiri dari 89.059 orang

wisatawan mancanegara (wisman) dan 1.224.348 orang wisatawan nusantara

(wisnus) dengan rata-rata lama menginap 2,21 hari (wisman) dan 1,78 hari

(wisnus).

Jumlah penginap hotel melati di Jawa Tengah pada tahun 2006 sebanyak

2.590.307 orang, terdiri dari 7.815 orang wisatawan mancanegara (wisman) dan

2.583.292 orang wisatawan nusantara (wisnus) dengan rata-rata lama menginap

2,19 hari (wisman) dan 1,62 hari (wisnus). Sedangkan pada tahun 2007

meningkat menjadi 2.619.304 orang, terdiri dari 7.369 orang wisatawan

mancanegara (wisman) dan 2.611.935 orang wisatawan nusantara (wisnus)

dengan rata-rata lama menginap 2,20 hari (wisman) dan 1,73 hari (wisnus).

3. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Ilmu pengetahuan yang bersifat local genius/indigenius knowledge dikembangkan

untuk menjadi penyangga utama kebijakan tata kehidupan bermasyarakat di Jawa

Tengah. Sementara itu, penerapan teknologi sederhana yang bersifat tepat guna

telah diberikan fasilitasi, stimulasi dan motivasi melalui jaringan penelitian dan

pengembangan daerah dan Dewan Riset Daerah Provinsi Jawa Tengah.

Page 62: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

49

Struktur penerapan dan pengembangan teknologi dilakukan bekerjasama dengan

perguruan tinggi, pemerintah kabupaten/kota, lembaga penelitian pusat yang ada di

Jawa Tengah dan mendorong masyarakat melakukan penelitian dan pengembangan

berbasis sumberdaya lokal dan kultur budaya yang ada.

4. Prasarana dan Sarana Wilayah

Jawa Tengah pada satu sisi mempunyai keunggulan komparatif yang tinggi karena

berada di tengah-tengah jalur distribusi Sumatera-Jawa–Bali, tetapi pada sisi lain

memiliki beban yang cukup berat karena harus mampu menjaga dan meningkatkan

peran dan fungsinya sebagai penopang jalur distribusi perekonomian nasional,

kondisi sarana dan prasarana wilayah (infrastruktur) merupakan komponen utama

yang perlu untuk mendapatkan perhatian supaya dapat selalu berfungsi dengan

optimal.

Secara umum kondisi sarana dan prasarana wilayah di Provinsi Jawa Tengah masih

belum optimal dibanding dengan beban dan peran yang ditetapkan, antara lain

sarana-prasarana perhubungan darat khususnya prasarana jalan dengan kondisi yang

belum sepenuhnya baik; Jalur jalan Pantura masih belum seluruhnya menjadi empat

lajur, Jalur jalan pantai selatan dan jalur penghubunhg Pantura-pansela yang belum

sepenuhnya terbangun sehingga belum dapat berfungsi sebagai prime mover

pertumbuhan wilayah Pansel, serta kereta api dengan kondisi jalur relnya masih

memerlukan peningkatan kualitas prasarana dan peningkatan keselamatan lalu

lintasnya.

a. Prasarana Jalan

Panjang jalan di wilayah Provinsi Jawa Tengah di Tahun 2007 sepanjang

26.296,28 Km, terdiri dari jalan nasional sepanjang 1.297,63, jalan provinsi

sepanjang 2.539,70 km (termasuk sebagian ruas di jalur lintas pantai selatan) dan

jalan kabupaten / kota sepanjang 22.458,95 Km. Panjang jembatan nasional

sepanjang 16.712 m dan jembatan provinsi sepanjang 25.335 m. Kondisi

prasarana jalan provinsi pada tahun 2007 dengan kondisi prasarana jalan baik

sebesar 82,50%, kondisi sedang sebesar 16,91%, dan kondisi rusak sebesar

0,59%. Kondisi jembatan provinsi di Tahun 2007 yang kondisinya baik mencapai

69,05%, kondisi sedang 29,76 % dan kondisi rusak 1,19%. Ruas jalan Provinsi

dengan kepadatan tinggi secara umum berada pada ruas jalan yang

Page 63: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

50

menghubungkan kota-kota disepanjang pantai utara dengan wilayah tengah dan

pantai selatan. Beberapa ruas sudah mencapai kejenuhan, perbandingan antara

volume dan kapasitas jalan (V/C) >0,75. Tingkat kecepatan waktu tempuh

kendaraan rata-rata masih berkisar 30-35 km/jam.

b. Perhubungan

Pembangunan perhubungan darat selama 5 tahun terakhir menunjukkan

kecenderungan menurun kecuali jumlah terminal angkutan darat dan trayek Antar

Kota Antar Provinsi (AKAP). Kinerja pelayanan transportasi jalan dilihat dari

jaringan pelayanan angkutan penumpang umum tahun 2006 dan 2007 cenderung

tetap, karena telah diterapkan kebijakan pembatasan ijin trayek guna menjaga

keseimbangan dengan kebutuhan masyarakat. Jumlah trayek Antar Kota Antar

Provinsi (AKAP) sebanyak 840 trayek dan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) 367

trayek.

Kondisi jalur rel kereta api (KA) yang ada di jalur utara, selatan dan tengah

(Semarang-Solo) dilayani oleh jalur tunggal dan digunakan dua arah lintasan

untuk angkutan penumpang dan barang. Frekuensi perjalanan KA di jalur utara

dan selatan sudah cukup padat, sedangkan pada jalur tengah frekuensi lintasan

belum padat.

Pintu gerbang Jawa Tengah di bagian utara adalah Pelabuhan Tanjung Mas.

Pelabuhan ini merupakan pelabuhan utama sekunder yang mampu disandari

kapal kontainer, namun pada saat ini kapasitas dermaga sudah cukup padat.

Pelabuhan antarpulau di pantai utara meliputi pelabuhan Brebes, Tegal,

Pekalongan, Batang, Jepara, Juwana, Karimunjawa, dan Rembang. Pelabuhan ini

melayani kapal niaga dan kapal nelayan. Sebagai pintu gerbang Jawa Tengah di

bagian selatan adalah Pelabuhan Tanjung Intan yang merupakan pelabuhan

utama tersier yang mampu didarati oleh kapal kontainer dan sebagai alternatif

keluar masuknya barang melalui laut selatan yang perkembangannya masih

belum seperti Pelabuhan Tanjung Emas.

Perhubungan udara saat ini dilayani oleh empat bandara komersial, yaitu

Adisumarmo-Surakarta, Ahmad Yani-Semarang, Tunggul Wulung-Cilacap, dan

Dewadaru-Karimunjawa. Bandara Adi Sumarmo-Surakarta saat ini berfungsi

Page 64: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

51

sebagai bandara internasional dan pusat pelayanan haji untuk wilayah Jawa

Tengah dan sekitarnya, sedangkan bandara Ahmad Yani-Semarang melayani

penerbangan domestik dan internasional. Bandara Tunggul Wulung-Cilacap dan

Dewadaru-Karimunjawa lebih diarahkan sebagai pemandu lalu lintas udara dan

pelayanan pendukung pariwisata.

c. Perumahan dan Permukiman

Jumlah rumah pada tahun 2006 sebesar 1,1 juta unit, sementara kemampuan

membangun setiap tahun sebanyak 8500 unit rumah. Disisi lain, kebutuhan

rumah per tahun sebanyak 81.290 unit rumah. Hal ini menunjukkan bahwa saat

ini di Jawa Tengah masih banyak sekali keluarga yang belum memiliki rumah

sendiri.

Berdasarkan tipe rumah, sampai dengan tahun 2005 terdapat 7,22 juta unit

rumah, terdiri atas tipe A sebanyak 2.131.049 unit, tipe B sebanyak 2.857.692

unit, dan tipe C sebanyak 2.232.471 unit. Masih banyak terdapat kawasan

permukiman kumuh terutama di perkotaan, desa nelayan dan desa terisolir yang

tersebar di seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan Rumah Susun

Sederhana Sewa maupun Milik (Rusunawa/mi) belum berjalan seperti yang

diharapkan, sehingga belum dapat mengatasi kebutuhan perumahan bagi Rumah

Tangga Miskin (RTM) pada kawasan kumuh perkotaan. Kawasan permukiman

perlu dukungan pelayanan air bersih dan sanitasi. Pada tahun 2007 cakupan

pelayanan air bersih perkotaan lebih kurang 33,2 % dan perdesaan 9,0 %.

Cakupan sanitasi/limbah lebih kurang 51% dan persampahan lebih kurang 65%

sampah terangkut.

d. Sumber Daya Air

Jawa Tengah tahun 2007 memiliki 128 buah sungai induk dengan panjang 4.076

km, 40 buah waduk, dan 172 buah embung atau waduk lapangan, 602 mata air

dan 648 sumur dalam.

Kapasitas ketersediaan air permukaan sebesar 56,4 milyar m3 per tahun, yang

berasal dari mata air 653 juta m3 per tahun, sungai utama 65,13 milyar m3 per

tahun, waduk, danau dan embung 2,4 milyar m3 per tahun. Potensi tersebut baru

dimanfaatkan sebesar 12,8 milyar m3 per tahun atau 20 % dan yang belum

Page 65: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

52

dimanfaatkan serta terbuang ke laut sebesar 52,3 milyar m3 atau 80 %. Faktor

kecukupan pemberian air irigasi yang ada pada Masa Tanam I adalah k = 0,86,

Masa Tanam II adalah k = 0,81 dan Masa Tanam III adalah k = 0,48. Sawah

yang dilayani jaringan irigasi seluas 992.455 ha atau sebanyak 9.115 Daerah

Irigasi (DI), terdiri atas 39 DI dengan luas 346.998 ha menjadi kewenangan

pusat, 106 DI dengan luas 86.252 ha menjadi kewenangan provinsi, dan 8.982 DI

dengan luas 559.205 ha adalah kewenangan kabupaten/kota. Jumlah DAS kritis

ditinjau dari perbandingan debit maksimum terhadap debit minimum adalah

sejumlah 35 DAS dari 128 DAS. Sungai yang mengalami pendangkalan 35 sungai,

tanggul kritis 20 km. Kebutuhan air baku untuk rumah tangga, kota dan industi se

Jawa Tengah sebesar 2.049.878.299 m3 per tahun atau baru terpenuhi 19,76 %.

Panjang pantai se Jawa Tengah 791,76 km, rusak 157 km dan yang sudah

tertangani secara struktur memalui Program Pengamanan Pantai sepanjang 40

km atau sekitar 22 %. Dari jumlah 608 mata air, baru 30 mata air yang mendapat

ijin. Daerah rawan banjir pada tahun 2007 adalah 199.427 ha.

Ketersediaan dan kualitas air di Jawa Tengah cenderung tidak menentu, hal ini

dipengaruhi oleh perubahan iklim global maupun musim kemarau dan terjadinya

degradasi Daerah Tangkapan Air (DTA) serta adanya perubahan tata guna lahan,

yang memengaruhi ketersediaan air baku dalam menunjang aktivitas sosial

maupun ekonomi. Adapun mutu kualitas air sangat dipengaruhi oleh berbagai

limbah rumah tangga, baik berasal dari limbah permukiman maupun industri yang

berpotensi sebagai pencemar kualitas air. Kondisi sungai secara fisik cenderung

menurun dan belum seluruhnya dapat menampung debit air pada waktu-waktu

tertentu. Hal ini disebabkan oleh adanya penurunan kapasitas/debit sungai

sehingga menimbulkan potensi daerah-daerah rawan banjir.

e. Pos dan Telekomunikasi

Perkembangan bidang pos dan telekomunikasi saat ini sudah cukup pesat,

utamanya jasa pos pengiriman paket, surat, dan barang cetakan. Pada tahun

2007 jumlah kiriman surat dalam negeri sebanyak 33,66 juta surat dan yang

diterima sebanyak 36,30 juta buah, sedangkan keluar negeri mencapai 3,06 juta

surat terkirim dan diterima sebanyak 2,08 juta, belum termasuk yang

diselenggarakan pos swasta.

Page 66: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

53

Bidang telekomunikasi tingkat pelayanannya per 100 penduduk mencapai 1,81

dengan kapasitas terpasang mencapai 822.739 pada tahun 2007. Animo

kebutuhan masyarakat dan dunia usaha akan sambungan telepon terus

meningkat, sedangkan jumlah SST (Satuan Sambungan Telepon) terpasang masih

jauh dari kebutuhan. Namun, maka dengan perkembangan teknologi di bidang

telomunikasi sebagian dapat dipenuhi oleh sambungan telepon seluler baik GSM

maupun CDMA terutama di daerah perkotaan. Untuk daerah pedesaan dan

pelosok telah dilakukan pembangunan telepon USO (Universal Service Obligation)

atas prakarsa pemerintah pusat yang dibangun di tingkat kecamatan dan daerah

terpencil yang tidak bisa dijangkau oleh telepon seluler dan telepon tetap.

f. Energi

Kondisi kelistrikan Jawa Tengah pada tahun 2007 dengan kapasitas pembangkitan

3.689 MW (termasuk 2 x 660 MW dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Tanjung Jati B dan 2 x 330 MW dari PLTU Cilacap) dan akan bertambah dengan

dibangunnya PLTU Rembang yang direncanakan selesai pada akhir tahun 2009.

Kondisi tersebut dapat memenuhi kebutuhan seluruh pelanggan dengan

mayoritas rumah tangga sebanyak 5.326.411 (96,37 %) KK dan beban puncak

mencapai 2.122 MW.

Rasio desa berlistrik 99,94 % yang berarti 8.555 desa dari jumlah seluruhnya

8.560 desa telah berlistrik. Sementara itu, rasio elektrifikasi baru mencapai 67,19

% dari jumlah penduduk Jawa Tengah.

Untuk memenuhi pasokan energi listrik pada 8.555 desa telah terpasang transmisi

tegangan ekstra tinggi (500 kV) sepanjang 1.220 kms dan Jaringan Tegangan

Menengah (JTM) sepanjang 39.055 kms serta Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

sepanjang 45.553 kms. Sistem kelistrikan Jawa Tengah termasuk dalam

interkoneksi Jawa–Bali. Oleh karena itu telah dikembangkan pembangunan

pembangkit dengan memanfaatkan potensi sumber energi listrik setempat

(alternatif) terutama untuk daerah terpencil, antara lain Pembangkit Listrik

Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sebanyak 13 unit, Pembangkit Listrik Tenaga Surya

(PLTS) Solar Home System (SHS) sebanyak 789 unit dan PLTS terpusat (komunal)

sebanyak 3 unit Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebanyak 1 unit. Di

samping itu juga dikembangkan potensi energi alternatif panas bumi. Pada tahun

Page 67: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

54

2007telah teridentifikasi potensi di 5 (lima) lokasi, yaitu Ungaran, Dieng, Slamet,

Telomoyo dan Lawu. Dua lokasi telah ditetapkan sebagai WKP, yaitu Ungaran dan

Dieng.

Pada bidang migas, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri di Jawa

Tengah telah didukung infrastruktur penunjang dalam distribusi, antara lain 3

(tiga) Kilang, 7 (tujuh) Depo milik Pertamina, 2 (dua) Depo milik swasta, 483

SPBU, 7 SPBE dan 1 (satu) Filling Plant, 71 Agen LPG dan 242 Agen Minyak

Tanah. Di samping itu dalam rangka investasi bidang migas Provinsi Jawa Tengah

melalui BUMD (PT. SPHC) telah ambil bagian sebesar 1,1 % dalam Participating

Interes (PI) 10 % yang ditawarkan oleh Pemerintah untuk pengelolaan Blok Cepu,

sehingga diharapkan dapat meningkatkan PAD Jawa Tengah.

5. Politik dan Tata Pemerintahan

Jumlah partai politik di Jawa Tengah pada tahun 2004 sebanyak 24 partai politik. Dari

jumlah tersebut terdapat tujuh partai politik yang memiliki wakil di DPRD Provinsi

Jawa Tengah, yaitu PDIP (31 orang), Partai Golkar (17 orang), PKB (15 orang), PPP

(10 orang), Partai Demokrat (10 orang), PAN (10 orang) dan Partai PKS sebanyak 7

orang.

Dari pelaksanaan Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden tahun 2004 dan Pemilihan

Kepala Daerah (Pilkada) di Kabupaten/Kota yang telah dilaksanakan di Jawa Tengah

pada tahun 2007 sebanyak empat kabupaten, yaitu Kabupaten Jepara, Cilacap, Kudus

dan Brebes, dengan rata-rata penggunaan hak pilih sebesar 61,62% dari jumlah

pemilih. Pada tahun 2008 telah dilaksanakan Pilkada di Kabupaten Banyumas dan

Temanggung. Pemilihan Gubernur secara langsung pertama kali di Jawa Tengah

pada tahun 2008, yang telah terlaksana dengan baik, dengan jumlah penduduk yang

memiliki hak pilih sebanyak 25.855.542 orang, dan jumlah yang menggunakan hak

pilih sebanyak 15.116.390 orang (58,46%).

Partisipasi dan kesadaran politik masyarakat masih perlu mendapatkan perhatian

terutama menyangkut hak dan kewajiban warga negara serta institusionalisasi partai

politik dalam kegiatan politik. Peningkatan hak dan kewajiban warga negara

dilaksanakan antara lain melalui orientasi kesadaran bela negara bagi tokoh

masyarakat, pemuda dan Pramuka dan organisasi massa.

Page 68: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

55

Dalam upaya peningkatan tertib peraturan perundangan pemerintahan sesuai dengan

kebijakan otonomi daerah, tahun 2006 telah disyahkan sebanyak 10 buah Perda

Provinsi. Pada tahun 2007 telah ditetapkan sebanyak 9 buah Perda dan tahun 2008

disahkan sebanyak 14 Perda Provinsi, antara lain Perda tentang keuangan daerah,

pajak dan retribusi daerah serta Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK).

6. Keamanan dan Ketertiban

Situasi keamanan dan ketertiban dalam masyarakat cukup kondusif. Di beberapa

daerah masih terdapat gangguan keamanan dan ketertiban di beberapa daerah

menunjukkan penurunan. Pada tahun 2005 jumlah tindak pidana (crime total) yang

dilaporkan di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah, Kepolisian Wilayah (Polwil) dan

Kepolisian Kota Besar (Poltabes) sebanyak 14.568 kasus, pada tahun 2006 sebanyak

13.128 kasus. Tahun 2007 sebanyak 14.483 kasus, sedangkan pada tahun 2008

15.524 kasus. Sedangkan jumlah tindak pidana menonjol (crime index) tahun 2007

di Jawa Tengah sebanyak 5.541 kasus dan pada tahun 2008 sebanyak 5.987 kasus.

7. Pengembangan Kelembagaan dan Peraturan Daerah

a. Pengembangan Kelembagaan.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah didukung sebanyak 18.200 PNS (Oktober, 2008) dengan

kualifikasi menurut pendidikan yang ditamatkan berturut-turut adalah : SD

sebanyak 1.246 orang (6,85%), SMP 1.358 orang (7,48%), SMA 6.638 orang

(36,47%), Diploma/Sarjana Muda 2.776 orang (15,25%), S1 4.798 orang

(26,36%), S2 1.381 orang (7,59%) dan S2 3 orang (0,02%). Berdasarkan

golongan kepangkatan terbanyak golongan III sebesar 11.100 orang (60,99%),

Golongan II sebanyak 5.259 orang (28,90%), Golongan IV sebanyak 1.228

orang (6,75%) dan lainnya Golongan I sebanyak 613 orang (3,37%). Upaya

untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme aparatur telah

diselenggarakan pendidikan dan pelatihan, baik teknis maupun fungsional dan

bimbingan teknis (bintek), maupun pendidikan formal melalui program tugas

belajar maupun ijin belajar. Upaya peningkatan tersebut secara nyata

diwujudkan dengan penyediaan anggaran peningkatan SDM aparatur di Badan

Diklat dan BKD. Demikian pula dalam upaya peningkatan pelayanan publik

semakin ditingkatkan melalui pelayanan terpadu, one stop services (OSS) dan

Page 69: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

56

penyederhanaan pelayanan. Jenis pendidikan dan latihan yang telah

dilaksanakan sampai dengan Bulan September 2008 sebagai berikut : Diklat

Kepemimpinan sebanyak 2.626 orang, Diklat Teknis 560 orang, Diklat

Fungsional 325 orang.

Dalam upaya meningkatkan kinerja aparatur dan meningkatkan kualitas

pelayanan kepada masyarakat, dilakukan peningkatan prasarana dan sarana

kerja yang memadai serta pengembangan teknologi informasi.

b. Peraturan Daerah.

Dalam era otonomi daerah, Pemerintah Provinsi mempunyai kewenangan untuk

melakukan evaluasi terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) serta

melakukan pengawasan represif terhadap Peraturan Daerah (Perda) dan

Peraturan Bupati/Walikota. Terkait dengan hal tersebut, Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah telah melakukan evaluasi dan klarifikasi terhadap produk-produk

hukum di kabupaten/kota berupa 276 Raperda dan 185 Perda. Perda-perda

tersebut dievaluasi dan diklarifikasi agar tidak bertentangan dengan peraturan

perundangan yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan pengembangan

investasi di daerah. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan pengawasan

preventif maupun represif tersebut, produk-produk hukum dari kabupaten/kota

harus sesuai dengan catatan-catatan hasil evaluasi dan pengawasan yang

dilakukan oleh pemerintah Provinsi. Pada tahun 2005 telah dievaluasi 311 Perda

Kabupaten/Kota dan 5 Peraturan/Keputusan Bupati/Walikota, tahun 2006 telah

dievaluasi 386 Raperda Kabupaten/Kota dan telah diklarifikasi 171 Perda

Kabupaten/Kota. Sedang pada tahun 2007 telah dilakukan evaluasi sebanyak

282 Raperda Kabupaten/Kota dan diklarifikasi 111 Perda Kabupaten/Kota.

Selanjutnya pada tahun 2008 telah dievaluasi sebanyak 222 Raperda

Kabupaten/Kota dan diklarifikasi 109 Perda Kabupaten/Kota. Dan sesuai dengan

ketentuan, kewenangan Pemerintah Provinsi hanya sebatas mengevaluasi dan

mengklarifikasi dan tidak ada pembatalan.

8. Wilayah, Tata Ruang dan Pertanahan

Meningkatnya dinamika dan aktivitas penduduk sejalan dengan semakin mantapnya

pelaksanaan otonomi daerah, pengaruh arus perdagangan bebas, dan penurunan

kualitas sumber daya alam, maka fungsi ruang dan lahan menjadi sangat penting.

Page 70: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

57

Pelaksanaan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan harus

diimbangi dengan konsistensi dan komitmen dalam pengendalian serta penegakan

hukum. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan ruang, maka kebutuhan akan lahan

juga meningkat pula, sehingga tantangan yang dihadapi pada bidang pertanahan

adalah peningkatan pelayanan administrasi pertanahan yang berpihak pada

kepentingan masyarakat.

a. Wilayah

Provinsi Jawa Tengah terbagi dalam 29 kabupaten dan 6 kota. Wilayah tersebut

terdiri dari 568 kecamatan dan 8.573 desa/kelurahan. Jawa Tengah juga

memiliki 3 kota Pusat Kegiatan Nasional (PKN), 17 kota Pusat Kegiatan Wilayah

(PKW), dan 57 kota Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang belum dapat optimal

berperan seperti fungsi yang telah ditetapkan. Pertumbuhannya relatif lambat

dibanding dengan kecepatan perkembangan dinamika kebutuhan pelayanan

kepada masyarakat, terutama permasalahan infrastruktur dan penyediaan

lapangan pekerjaan.

Wilayah perdesaan sementara ini masih lebih berperan sebagai daerah

penyangga (hinterland) perkotaan, dengan kondisi sosial ekonomi yang jauh

lebih rendah dari perkotaan terutama pada wilayah perbatasan baik antar

kabupaten atau kota maupun antar provinsi dan berpotensi sebagai kantung-

kantung kemiskinan. Upaya pembangunan perdesaan mendasarkan

kewenangan provinsi yang ada banyak dilakukan melalui pendekatan

pemberdayaan masyarakat dalam segala bidang terutama infrastruktur dan

pendekatan pembangunan kawasan agropolitan yang telah mulai berjalan di

lebih dari enam kawasan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi urbanisasi

dan peningkatan sinergitas pembangunan desa-kota untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat perdesaan.

Upaya peningkatan daya jual, daya saing, dan daya dukung potensi wilayah

Provinsi Jawa Tengah dalam konteks wilayah dilakukan dengan pendekatan

pembangunan kawasan strategis dengan operasionalnya melalui kerja sama

pembangunan wilayah/kawasan antar kabupaten/kota dan antar provinsi

mendasarkan pada kerjasama kawasan yang telah ditetapkan RTRW Provinsi

Jawa Tengah Perda 21 Tahun 2003. Beberapa kawasan kerja sama strategis

Page 71: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

58

telah mulai terbentuk dan operasional antara lain Barlingmascakeb,

Kedungsapur, Sapta Mitra Pantura, dan Subosukowonosraten, Kawasan

perbatasan Provinsi (antara lain Ratubangnegoro, Pancimas, Cibening), dan

Kawasan Konservasi (Kawasan Dieng dan Segara Anakan).

Terdapat tiga hal pokok yang menjadi kendala dalam pembangunan kawasan

strategis. Pertama, pembangunan kawasan strategis belum berjalan secara

optimal. Kedua, kerjasama antar daerah masih dalam tahap awal. Ketiga,

dukungan dari sistem sarana dan prasarana wilayah juga belum maksimal,

antara lain jalan tol Semarang-Surakarta dan Transjawa; peningkatan kualitas

ruas jalan Cepu-Blora-Purwodadi-Semarang; peningkatan ruas jalan lintas

tengah Pantura-Pansel; pembukaan kembali jalur kereta api komuter dan

pariwisata; pengembangan prasarana pelabuhan penyeberangan lintas provinsi

di Cilacap dan Kendal; pengembangan Pelabuhan Tanjungmas, Batang, dan

Rembang; pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adi

Sumarmo Surakarta; peningkatan sarana dan prasarana penunjang eksploitasi,

dan pengolahan minyak dan gas bumi di Kabupaten Blora juga belum berjalan.

Hal tersebut mengakibatkan pembangunan antar daerah masih belum berjalan

sesuai dengan yang direncanakan.

b. Tata Ruang

Tata Ruang wilayah Provinsi Jawa Tengah sebagai bagian dari tata ruang

wilayah nasional merupakan satu kesatuan ruang wilayah NKRI, meliputi ruang

darat, laut, dan udara, termasuk di dalam bumi maupun sebagai sumber daya

yang harus dikelola secara bijaksana, berdaya guna dan berhasil guna secara

berkelanjutan demi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan sosial sesuai

UUD’45. Provinsi Jawa Tengah telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 21

Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa

Tengah dengan rentang waktu rencana selama 15 tahun dimulai dari tahun

2003 sampai dengan 2018. Demikian pula 35 kabupaten atau kota yang ada di

Provinsi Jawa Tengah telah mempunyai dan menetapkan rencana tata ruang

wilayah kabupaten/kota (RTRWK) dengan rentang waktu rencana 10 tahun

serta rencana tata ruang penjabarannya, meskipun disadari bersama bahwa

pengelolaan penataan ruang belum dapat berjalan secara optimal. Kondisi

tersebut terjadi terutama karena rencana tata ruang yang merupakan matra

ruang dari pembangunan daerah belum optimal dapat saling bersinergi dengan

Page 72: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

59

rencana pembangunan lainnya, daya dukung/daya tampung lingkungan

terutama dalam keterkaitan dengan kerentanan terhadap bencana belum

mendapat perhatian yang cukup, aspek keberlanjutan sumber daya alam dan

lingkungan masih belum diutamakan dibandingkan dengan kepentingan

ekonomi jangka pendek dan kepentingan sektoral, Hal tersebut ditambah

dengan masih rendahnya peran serta dan pemahaman pelaku pembangunan

dalam penataan ruang, perkembangan peraturan terkait serta tingginya

dinamika perubahan pemanfaatan ruang yang berakibat pada alih fungsi lahan.

Perubahan penggunaan tanah dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2007

terjadi cukup dinamis terutama pada penggunaan tanah untuk permukiman naik

50,635%, penggunaan tanah sawah turun 8,997% dan penggunaan lahan

perkebunan terjadi ahli fungsi ke penggunaan lain sebesar 39,064%. Melihat

perkembangan tersebut perlu menjadi perhatian kedepan terutama dengan

berkurangnya tanah sawah yang kedepan berpotensi akan semakin meningkat

sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pembangunan infrastruktur dan

degradasi lingkungan. Dengan berlakunya UU No 26 tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, maka pada tahun 2008 dilaksanakan evaluasi dan revisi

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi, dengan rentang waktu 20 tahun

ke depan.

Mendasarkan pada kondisi diatas sebagai titik tolak dasar kesinambungannya

dan konsistensi terhadap pemanfaatan ruang kedepan, maka beberapa aspek

penataan keruangan yang perlu mendapatkan perhatian untuk lima tahun yang

akan datang antara lain peningkatan dan pengembangan fungsi kawasan

lindung, kawasan rawan bencana alam, kawasan budi daya, kawasan prioritas

konservasi, kawasan pariwisata Solo-Selo-Borobudur dan Kepulauan

Karimunjawa, kawasan kerja sama antardaerah dan perbatasan antar provinsi,

kawasan selatan-selatan dan pengembangan infrastruktur.

c. Pertanahan

Dalam bidang pertanahan yang merupakan salah satu sumber daya alam yang

harus dijaga dan ditata karena mempunyai nilai strategis dalam tatanan

kehidupan manusia bersosial dan bernegara, terutama dalam kaitannya dengan

fungsi pemanfaatannya, baik fungsi lindung maupun budi daya sesuai RTRW. Di

Provinsi Jawa Tengah yang terbagi dalam 20.486.566 bidang tanah dan baru

Page 73: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

60

7.932,763 bidang tanah atau 37,64% yang telah bersertifikat sampai dengan

tahun 2007, sehingga konflik pemanfaatan antara lain pemanfaatan fungsi

lindung dengan fungsi budidaya (industri, perumahan, infrastruktur) sawah

menjadi non sawah dan lain sebagainya, dan sengketa tanah baik antar

masyarakat maupun antar daerah masih cukup banyak terjadi terutama pada

daerah perkotaan dan perbatasan. Upaya land reform pada masyarakat rumah

tangga miskin secara bertahap terus dilakukan. Di samping itu, upaya untuk

pengaturan kepemilikan tanah baik Hak Guna Bangunan (HGB), Hak Guna

Usaha (HGU), Hak Pengelolaan (HP) maupun tanah terlantar dan tanah timbul

terus diselesaikan inventarisasinya secara bertahap sejalan dengan

penertibannya demikian juga dengan batas daerah, baik antar kabupaten atau

kota maupun antarprovinsi.

9. Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk kesejahteraan

masyarakat saat ini masih merupakan andalan dalam proses pembangunan, namun

pemanfaatannya telah melampaui kemampuan daya dukung kelestarian lingkungan.

Kondisi tersebut dapat dilihat dengan timbulnya beberapa bencana lokal berupa

tanah longsor, penggundulan hutan, meningkatnya lahan kritis, banjir, kekeringan,

dan pencemaran lingkungan. Disamping itu, dampak yang telah dirasakan berupa

krisis pangan, energi serta gangguan keseimbangan siklus air. Sehubungan dengan

hal tersebut komitmen pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan

yang merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) sektor

kehutanan telah mengambil peran yang sangat penting dalam upaya pemulihan

kerusakan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Guna menjaga kualitas lingkungan suatu wilayah, salah satu langkah yang perlu

dilakukan adalah pembangunan kawasan hutan dan pengembangan kawasan

konservasi seperti Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan kawasan lindung

lainnya. Sampai dengan tahun 2006, luas kawasan hutan seluas 757.250 ha yang

terdiri atas kawasan hutan daratan seluas 647.133 ha dan kawasan hutan

konservasi perairan seluas 110.117 ha, sedangkan kawasan lindung diluar kawasan

hutan yang mempunyai fisiografi seperti hutan lindung seluas 222.759 ha dan hutan

mangrove seluas 1.950 ha.

Page 74: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

61

Sumber daya hutan di Jawa Tengah, terdiri dari hutan negara mencapai 19,88 %

dari luas wilayah ( SK Menhut No. 359/Menhut-II/2004) dan hutan rakyat mencapai

10,63 % dari luas wilayah Jawa Tengah. Adapun luas kawasan hutan negara di

Jawa Tengah seluas 638.660,71 ha. tersebut seluas 647.133 ha, terdiri dari kawasan

Hutan Produksi 546.290 ha yang terbagi kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas

362.360 ha, kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 183.930 ha, dan Hutan

Lindung 84.430 ha. Luas hutan rakyat bersifat dinamis dan pada tahun 2006 seluas

345.822 ha. Luas kawasan yang berfungsi hutan telah melebihi 30 %, hal ini sesuai

dengan amanat UU No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, namun demikian kualitas

belum optimal, sebarannya belum proporsional sehingga fungsi hutan sebagai fungsi

lingkungan, sosial dan ekonomi belum optimal. Disamping hal tersebut, permohonan

untuk penggunaan kawasan hutan di luar sektor kehutanan (alih fungsi lahan)

semakin tinggi.

Penurunan kualitas lingkungan ditandai adanya lahan kritis diluar kawasan hutan

dan tanah kosong di dalam kawasan hutan. Pada tahun 2006 luas lahan kritis (kritis

dan sangat kritis) di luar kawasan hutan seluas 654.896,77 ha dan tanah kosong

didalam kawasan hutan negara seluas 81.767,8 ha dan kawasan konservasi alam

seluas 3.073,90 ha. Mulai tahun 2003 sampai tahun 2007 telah dilakukan

penanaman kembali lahan kritis seluas 239.073,5 ha, sehingga pada tahun 2007

diperkirakan masih terdapat lahan kritis seluas 415.823,27 ha.

Kerusakan wilayah pesisir dan laut yang terjadi hampir di seluruh wilayah pantai

kabupaten/kota di Jawa Tengah. Keberadaan terumbu karang dan padang lamun

juga sudah mulai terancam akibat peningkatan aktivitas budidaya yang tidak ramah

lingkungan. Kerusakan hutan mangrove pada tahun 2007 di wilayah pesisir

mencapai 3.813,47 ha, kerusakan akibat abrasi seluas 4.114,78 ha, dan kerusakan

pada terumbu karang mencapai 361,80 ha (Bappedal Prov Jateng, 2007).

Disisi lain, terdapat 2.411 usaha yang diperkirakan menghasilkan limbah cair rata-

rata sebesar 5 m3/hari atau mencapai 1.159.592.400 m3 per tahun yang

mengakibatkan pencemaran lingkungan. Volume timbunan sampah tahun 2007

yang dihasilkan masyarakat Provinsi Jawa Tengah diperkirakan mencapai 48.570,18

m3/hr, pada tahun 2008 mencapai 48.874,81 m3/hr dan diperkirakan meningkat

menjadi 49.082,82 m3/hr pada tahun 2009 dengan asumsi setiap penduduk

Page 75: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

62

mengeluarkan sampah ± 1,5 ltr/hr; semuanya mempunyai andil terhadap

pencemaran udara, tanah/perairan, menurunnya estetika lingkungan, serta menjadi

habitat perkembangan vektor penyakit. Kegiatan industri disamping menghasilkan

limbah cair dan padat juga menghasilkan emisi gas ke udara pencemar CO, CO2,

S02, NO2, debu dan partikel. Beban pencemaran udara berasal dari sumber

bergerak pada tahun 2006 (berasal dari kendaraan dengan plat nomor Jawa

Tengah sebanyak 5.055.628 buah dan kendaraan luar daerah yang melintasi

wilayah Jawa Tangah) kurang lebih mencapai 340.230 ton/tahun partikel debu, SO2

mencapai 374.093 ton/tahun, NO2 mencapai 340.230 ton/tahun, HC mencapai

2.395.670 ton /tahun, dan CO mencapai 103.546.075 ton/tahun. Selama tahun

2006 s/d 2007, beban pencemaran udara dari parameter debu, S02, N02, HC dan

CO mengalami peningkatan sebesar 1 % dari sumber tidak bergerak, sedang

pencemaran dari sumber bergerak mencapai 3 %.

Selama tahun 2007, Provinsi Jawa Tengah dilanda berbagai macam bencana alam

baik banjir, tanah longsor, angin puting beliung dan gelombang pasang air laut.

Berdasarkan data terakhir, tercatat korban meninggal dunia sebanyak 147 orang,

luka berat 189 orang, dan luka ringan 85 orang: Upaya untuk mencegah dan

menanggulangi bencana alam yang telah dilakukan, antara lain dengan

meningkatkan prasarana dan sarana penanggulangan bencana alam. Sampai

dengan pertengahan tahun 2008, prasarana dan sarana penanggulangan bencana

di Provinsi Jawa Tengah terdapat 65 jenis, diantaranya perahu karet 127 unit,

pelampung 380 unit, felt bed 829 unit, tenda peleton 367 unit, mobil pemadam

kebakaran 63 unit, excavator 26 unit, dumptruck 35 unit, whell loader 9 unit,

ambulance 150 unit, mobil recue 4 unit, mobil tangki air 59 unit, dozer 6 unit,

gergaji mesin 65 unit, perahu fiber 20 unit, alat selam 14 unit, mesin tempel 52

unit, life jacket 300 unit, tenda terpal plastik 2.097 unit, matras 3.024 unit, mobil

dapur umum 7 unit, perahu dolphin 3 unit, dayung aluminium 18 unit, kawat

beronjong 2.950 buah, truck crane 9 unit.

Page 76: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

63

E. Analisis Lingkungan Strategis

1. Kondisi Lingkungan Internasional

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pelaksanaan pembangunan daerah

sejak dari perumusan kebijakan hingga implementasinya dapat terpengaruh oleh

isu-isu atau permasalahan penting yang berkembang di dunia internasional. Isu-isu

internasional yang diperkirakan akan berpengaruh terhadap pembangunan Propinsi

Jawa Tengah 2008-2013 adalah sebagai berikut:

a. Globalisasi Perdagangan Dan Jasa

Globalisasi yang sedang kita hadapi mengakibatkan persaingan dagang

maupun jasa semakin ketat. Bagi Jawa Tengah hal ini berarti tantangan berat

terhadap sektor usaha (baik barang maupun jasa) untuk dapat memproduksi

barang dan jasa yang berkualitas dan efisien, sehingga kompetitif menghadapi

persaingan global tersebut. Disisi lain perlu upaya-upaya akselerasi

peningkatan kualitas SDM (tenaga kerja) agar mampu bersaing di pasar kerja

internasional.

Terkait dengan isu perdagangan bebas, saat ini Indonesia tidak lagi menjadi

tujuan utama para investor untuk menanamkan modalnya dibanding negara

Asia lainya seperti China, Vietnam, Korea dan Taiwan. Sementara Indonesia

sangat membutuhkan kehadiran investor untuk peningkatan pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Bagi Propinsi Jawa Tengah kondisi

semacam ini dapat berakibat berkurangnya nilai realisasi investasi yang akan

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja atau pengurangan

pengangguran.

b. Fluktuasi harga minyak mentah di pasar dunia

Negara Indonesia meskipun merupakan negara produsen minyak, namun

besarnya produksi tidak sebanding dengan tingginya konsumsi sehingga

Indonesia merupakan negara “net importir” minyak, dimana volume ekspor

lebih kecil dibandingkan volume impor. Sementara itu sebagian besar minyak

Page 77: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

64

yang dikonsumsi masyarakat merupakan minyak dengan harga subsidi,

sehingga pada saat harga minyak dunia melambung tinggi, APBN terganggu

karena asumsi-asumsi pendapatan maupun pengeluaran didasarkan pada

standar harga minyak dunia tersebut. Dampak dari instabilitas APBN ini adalah

berkurangnya dana perimbangan dari pemerintah kepada daerah, baik dalam

bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) maupun dana

bantuan lainnya.

c. Perubahan Iklim, Pemanasan Global dan Degradasi Lingkungan

Pemanasan global menyebabkan peningkatan muka air laut, sehingga wilayah-

wilayah tertentu dilanda banjir akibat pasang naik (rob). Akibat lainnya adalah

terjadinya anomali musim, terjadinya banjir dan kekeringan sehingga

mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian, dan terjadinya bencana

alam. Ancaman terjadinya kerusakan lingkungan akibat pemanasan global ini

menuntut adanya komitmen masyarakat dunia atas penyelamatan bumi (save

the planet).

d. Krisis Pangan Dunia

Isu penting lainnya adalah naiknya harga bahan pangan dunia (terutama

beras) hal ini disebabkan oleh tidak seimbangnya volume produksi dengan

kebutuhan atau konsumsi. Kondisi ini secara nasional menyebabkan

berkuranganya peluang impor sehingga ketersediaan pangan nasional

terganggu. Bagi Propinsi Jawa Tengah kondisi semacam sangat berpengaruh

karena Jawa Tengah disamping harus memenuhi kebutuhan pangan penduduk

sendiri (swasembada) juga harus memberikan kontribusi terhadap pemenuhan

kebutuhan pangan nasional.

e. Komitmen Pemerintah Indonesia pada Berbagai Permasalahan

Internasional

Pemerintah Indonesia telah ikut menandatangani berbagai komitmen

internasional dan telah meratifikasi komintmen tersebut dalam Undang-

Undang. Untuk mewujudkan komitmen tersebut perlu didukung oleh seluruh

pemerintahan daerah. Salah satu komitmen penting yang telah disepakati

adalah Millenium Development Goals (MDG’s). MDG’s merupakan paradigma

pembangunan global yang disepakati oleh 189 Negara anggota PBB (termasuk

Page 78: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

65

Indonesia) dalam KTT Milenium September 2000. Secara singkat arah

pembangunan yang disepakati secara global dan diharapkan dapat dicapai di

tahun 2015 adalah : (1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat; (2)

mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan

kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan kematian

anak; (5) meningkatkan kesehatan maternal; (6) melawan penyebaran

HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya (malaria dan tuberkulosa);

(7) menjamin keberlangsungan lingkungan; dan (8) mengembangkan

kemitraan global untuk pembangunan.

Komitmen lain yang telah disepakati diantaranya adalah Protokol Kyoto,

Convention on the Elimination of All Form of Discrimination Against Women

(CEDAW) , Hyogo Framework, Ecolabelling dan sebagainya.

2. Kondisi Lingkungan Nasional

a. Tingginya Angka Kemiskinan dan Angka Pengangguran

Tingginya angka kemiskinan dan angka pengangguran merupakan

permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah baik pemerintah pusat

maupun pemerintah kabupaten/kota dan daerah provinsi, termasuk

pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Jumlah penduduk miskin di Indonesia

dengan kriteria MDG’s yaitu mereka yang berpenghasilan kurang dari 1 $ US,

pada tahun 2007 sebanyak lebih kurang 16,5 juta jiwa atau lebih kurang 7,5%.

b. Terjadinya Krisis Energi Nasional

Adanya perubahan harga minyak (energi fossil) di pasar dunia mulai akhir

tahun 2007 sampai dengan akhir tahun 2008 yang cenderung fluktuatif dan

semakin terbatasnya energy fosil tersebut, memicu terjadinya krisis energy

yang memerlukan perhatian serius seluruh pihak. Krisis energy di Indonesia

ternyata tidak hanya terjadi pada energy primer saja namun juga terjadi pada

energy sekunder dalam hal ini listrik. Tidak terjaminya kontinuitas pasok batu

bara pada pembangkit-pembangkit PLTU milik PT PLN (Persero) menyebabkan

berkurangnya pasokan listrik pada sistem interkoneksi Jawa –Bali, sehingga

pemadaman bergilir tak bisa dihindari. Ketidakhandalan penyediaan tenaga

listrik ini berpengaruh terhadap produktivitas masyarakat dan produktivitas

daerah serta menyebabkan rendahnya daya tarik daerah bagi investor.

Page 79: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

66

c. Tuntutan Perwujudan Good And Clean Governance yang Semakin

Kuat.

Meskipun telah ada upaya yang cukup dari pemerintah untuk mewujudkan

good and clean governance, namun tuntutan untuk terwujudanya

pemerintahan yang akuntabel masih menjadi isu nasional yang mengemuka.

Banyaknya kasus-kasus korupsi yang justru melibatkan aparat penegak hukum,

dan wakil rakyat yang duduk di DPR/DPRD membuat tuntutan perwujudan

good governance semakin kuat.

d. Penurunan Kualitas Lingkungan dan Peningkatan Frekuensi serta

Intensitas Bencana Alam.

Penurunan kualitas lingkungan akibat pengrusakan hutan dan pencemaran

lingkungan akibat usaha dan/atau kegiatan, merupakan isu penting yang harus

disikapi dengan program-program pembangunan yang berkesinambungan.

Meningkatnya frekuensi kejadian berbagai jenis bencana alam dengan skala

dan intensitasnya mengharuskan pemerintah/pemerintah daerah menyusun

rencana aksi yang sistematis dan konkrit mulai dari pra bencana, pada saat

tanggap darurat dan pada pasca terjadinya bencana (rehabilitasi-rekonstruksi).

e. Penurunan Kemampuan Pembiayaan Pembangunan oleh Pemerintah.

Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak hanya pemerintah namun dialami pula oleh

hampir semua Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah, menghadapi

permasalahan terbatasnya sumberdana pembangunan dibandingkan dengan

kebutuhan yang demikian besar untuk memecahkan permasalahan yang

dirasakan oleh daerah-daerah yang memiliki pendapatan asli daerah (PAD)

relatif kecil, sehingga proporsi belanja daerah didominasi oleh pengeluaran

untuk belanja pegawai dan belanja tidak langsung. Dengan demikian alokasi

belanja langsung sangat kecil. Untuk itu partisipasi stakeholder /warga negara

sangat dibutuhkan.

f. Ancaman Stabilitas Keamanan Dan Ketentraman Masyarakat.

Periode RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2008-2013 ini berada pada satu masa

dimana terjadi suksesi kepemimpinan nasional, yaitu diselenggarakan Pemilu

Legislatif (Pilleg) dan Pemilu Presiden-Wakil Presiden (Pilpres). Peristiwa ini

berpotensi menimbulkan gejolak (kerawanan) di masyarakat, oleh karena itu

Page 80: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

67

perlu upaya-upaya untuk mengurangi resiko terjadinya ancaman stabilitas dan

ketenteraman masyarakat.

g. Penanggulangan Bahaya Narkoba

Narkoba menjadi isu nasional yang memperoleh perhatian yang serius dari

pemerintah pusat. Peredaran narkoba telah menembus antar wilayah di

Indonesia. Penanggulangan bahaya narkoba sudah dilakukan dengan gencar.

Daerah bahkan telah membentuk Badan Narkotika Daerah. Namun bahaya

narkoba tetap saja mengancam karena pelaku peredaran Narkoba di berbagai

tempat semakin profesional. Oleh karena itu penanggulangan bahaya narkoba

baik sebelum maupun sesudah mengkonsumsi narkoba harus di galakkan.

h. Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)

Korupsi, Kolusi dan Nepoteisme (KKN) telah merebak dan menjadi isu Nasional.

KKN ternyata tidak hanya terjadi di pemerintahan pusat saja namun sampai ke

pemerintah kabupaten/kota. KKN benar-benar menjadi perhatian yang serius.

Walupun pemerintah telah memiliki institusi yaitu Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK), namun KKN terus merajalela. Upaya melaksanakan yang bersih

dan bebas KKN dilakukan melalui penegakkan hukum, peningkatan

pengawasan dan pelayanan terpadu dalam pelayanan publik.

i. Penurunan Hambatan Perdagangan Antar Daerah

Hambatan perdagangan antar daerah biasanya berkaitan dengan perijinan,

transportasi, komunikasi dan sarana serta prasarana pendukung. Hambatan ini

dirasakan tidak hanya pada perdagangan antar daerah namun termasuk antar

wilayah dan antar negara. Menjembatani persoalan tersebut pemerintah pusat

menfasilitasi berdirinya berbagai organisasi perdagangan yang akan

menjembatani agar hambatan perdagangan antar daerah dapat dikurangi.

Misalnya Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMTGT) adalah sebuah

organisasi yang didirikan untuk mengatasi hambatan perdagangan melalui

kesepakatan bersama. Penentuan label halal dan keamanan produk adalah

salah satu isu yang dibawa untuk diperjuangkan oleh IMTGT. Selain itu

berbagai hambatan administratif mulai ditata sehingga upaya fasilitasi untuk

membuka ruang perdagangan yang makin terbuka dapat terwujud.

Page 81: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

68

j. Keadilan dan Kesetaraan Gender

Pencapaian keadilan dan kesetaraan gender bukan hal yang mudah. Cukup

banyak kasus yang menjadi bukti bahwa dampak pembangunan telah

mengakibatkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender. Dua indikator yaitu

angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) yang

merupakan indeks komposit dari komponen pendidikan, kesehatan dan

ekonomi; dan Gender-related Development Index (GDI). Menurut HDR 2005,

Indonesia berada pada peringkat HDI ke-110 dari 170 negara di dunia, dengan

indeks sebesar 0,697; sedangkan untuk GDI menduduki peringkat ke-87 dari

140 negara di dunia, dengan indeks sebesar 0,691. Perbedaan angka HDI dan

GDI merupakan indikasi adanya kesenjangan gender.

Ukuran lain yang dapat menunjukkan tingkat keberhasilan pembangunan

pemberdayaan perempuan adalah Gender Empowerment Measurement (GEM).

Angka indeks ini dihitung dari partisipasi perempuan di bidang ekonomi, politik

dan pengambilan keputusan, sehingga berguna untuk mengukur ketimpangan

gender di 3 (tiga) hal tersebut. Angka GEM Indonesia pada tahun 2005 kurang

lebih 0,458; yang berarti peran perempuan dalam bidang ekonomi, politik dan

pengambilan keputusan kurang dari separuh dari peran laki-laki. Di bidang

politik, meskipun Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu

mengamanatkan keterwakilan 30 persen perempuan dalam pencalonan

anggota legislatif, namun hasil Pemilu 2004 masih menunjukkan rendahnya

keterwakilan perempuan di lembaga legislatif. Menurut Komisi Pemilihan Umum

(2005) keterwakilan perempuan di DPR adalah 11,6 persen dan di DPD sebesar

19,8 persen. Sementara itu, rendahnya keterlibatan perempuan dalam jabatan

publik juga dapat dilihat dari persentase perempuan PNS yang menjabat

sebagai Eselon I, II, dan III, yaitu masing-masing 9,6 persen; 6,7 persen; dan

13,5 persen.

k. Kesejahteraan dan Perlindungan Anak

Kesejahteraan dan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin

dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,

dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi

(UU No. 23 tahun 2002). Dalam pengertian ini tersirat bahwa anak terlindungi

Page 82: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

69

dari segala bentuk kekerasan, perlakuan salah, penelantaran, dan eksploitasi.

Namun, fakta menunjukan anak menghadapi berbagai permasalahan.

Meningkatnya persentase anak dengan gizi buruk dari 8,3 persen menjadi 10,1

persen atau dari 1,8 juta di tahun 2004 menjadi 2,3 juta di tahun 2006. Angka

Partisipasi Murni (APM) SD 95 persen dan APM 67 persen atau 28 persen putus

sekolah dan rata-rata anak Indonesia bersekolah 6,7 tahun. Fakta lain, kasus-

kasus kekerasan pada anak meningkat, seperti 23 anak diperkosa oleh

ayahnya; kasus anak diperdagangkan meningkat; pekerja anak masih tinggi;

anak jalanan sulit dikendalikan; anak dengan narkoba meningkat tajam; dan

masalah-masalah perlindungan khusus lainnya. Sementara itu, Departemen

Kesehatan mencatat 154 bayi terinfeksi HIV/AIDS dan ratusan anak remaja

terinfeksi HIV/AIDS.

Konvensi Hak Anak (KHA) merupakan instrumen internasional dalam

penyelenggaraan perlindungan anak. Indonesia telah meratifikasi Konvensi Hak

Anak pada tahun 1990. Konsekuensinya, sejak itu Indonesia tunduk pada

ketentuan internasional. KHA merinci kewajiban Negara untuk memenuhi

31 hak anak. Ketiga puluh satu hak anak ini dikelompokkan ke dalam 5

kelompok, yaitu: pertama, hak dan kebebasan sipil; kedua, lingkungan

keluarga dan pemeliharaan anak; ketiga, kesehatan dasar dan kesejahteraan;

keempat, pendidikan, kegiatan liburan dan budaya; dan kelima, perlindungan

khusus. Untuk mempercepat terimplementasinya KHA di tingkat kota pada

masing-masing negara, pihak UNICEF memperkenalkan Child Friendly City

pada Konferensi Kota Istambul, 1996. Inti dari inisiatif ini adalah mengarahkan

pada transformasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak-

hak Anak dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi, dan intervensi

pembangunan seperti kebijakan, institusi, dan program.

3. Isu Strategis Dalam Pembangunan di Provinsi Jawa Tengah.

Berdasarkan uraian gambaran umum seperti telah dirumuskan diatas dapat

dirumuskan isu strategis dalam pembangunan yang harus menjadi pusat perhatian

dalam lima tahun mendatang, antara lain sebagai berikut :

a. Tingginya Jumlah Penduduk Miskin .

Persoalan mendesak yang dihadapi oleh Provinsi Jawa Tengah adalah

tingginya jumlah penduduk miskin, yaitu sebesar 6.667.200 orang (20,49%)

Page 83: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

70

pada tahun 2007. Pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin, yaitu 6.980.000

orang (21,78%). Dengan demikian, selama lima tahun jumlah penduduk

miskin hanya berkurang 112.800 orang atau hanya berkurang 1,29%.

b. Tingginya Jumlah Penganggur.

Jumlah penganggur di Jawa Tengah relatif tinggi, yaitu sebesar 1.360.219

orang pada tahun 2007; jumlah ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan tahun

2003 sebesar 912.513 orang. Jumlah penganggur ini cenderung bertambah

sejalan dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja yang mencari pekerjaan

dan terjadinya PHK akibat ancaman terjadinya krisis keuangan global.

c. Tingginya Alih Fungsi Lahan Pertanian ke Non Pertanian.

Permasalahan yang masih terjadi di Jawa Tengah adalah tingginya angka alih

fungsi lahan pertanian ke pertanian lebih kurang sebesar 2% per tahun.

Akibat adanya alih fungsi lahan ini adalah berkurangnya total produksi

pertanian yang berakibat lanjutan pada berkurangnya ketersediaan pangan.

d. Belum Meratanya Pelayanan Kesehatan Dasar.

Jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang diprogramkan oleh

pemerintah (pusat) belum menjangkau seluruh keluarga miskin yang ada di

Jawa Tengah. Sementara ada keterbatasan kemampuan anggaran daerah

untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat

miskin.

e. Masih Rendahnya Realisasi Penanaman Modal.

Penanaman modal merupakan salah satu solusi bagi terjadinya pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja untuk mengurangi tingginya angka

pengangguran. Perkembangan realisasi investasi untuk PMDN turun dari

tahun 2006 sebesar 5,070,31 trilyun menjadi 348,93 Milyar rupiah tahun 2007

untuk PMDN, dan untuk PMA turun realisasi investasi dari 385,79 Milyar rupiah

menjadi 106,63 Milyar rupiah tahun 2007. Sementara itu dari persetujuan

hingga ke realisasi investasi tahun 2006 menunjukkan peningkatan, yaitu dari

persetujuan sebesar 3,82 trilyun rupiah menjadi 5,079.31 trilyun rupiah.

Namun tahun 2007 mengalami penurunan, yaitu dari persetujuan 1,19 trilyun

rupiah yang terealisasi hanya 348,93 milyar rupiah untuk PMDN, dan untuk

Page 84: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

71

PMA pada tahun 2006 terjadi penurunan persetujuan investasi dari 385,79

milyar rupiah menjadi 142,39 milyar rupiah, dan tahun 2007 turun dari 317,17

milyar rupiah menjadi 106,63 milyar rupiah.

f. Masih Rendahnya Akses Usaha Kecil dan Mikro terhadap Permodalan

Usaha dan Pasar Ekspor.

UMKM adalah basis perekonomian yang cukup tangguh di Jawa Tengah.

Kontribusi UMKM bagi penyerapan tenaga kerja selama 5 tahun terakhir

menunjukkan peningkatan yang cukup tajam, hampir mencapai 40,59 %.

Sementara itu, jumlah aset UMKM sebesar 4.192 trilyun rupiah pada tahun

2003 menjadi 6.106 trilyun rupiah pada tahun 2007 atau meningkat sampai

45,65 %. Sayangnya prestasi ini tidak diimbangi dengan pelayanan

permodalan yang diberikan oleh pemerintah. Beberapa UMKM khususnya yang

ditangani perempuan pengusaha bahkan sulit memperoleh akses permodalan.

Selain itu pasar ekspor juga sulit untuk ditembus karena selain kualitas produk

yang kalah bersaing, juga akses menuju tempat tujuan ekspor belum

sepenuhnya mudah terjangkau.

g. Belum Optimalnya Penyelenggaraan Tata Kepemerintahan Yang

Amanah (Good Governance)

Tuntutan untuk mewujudkan good governance sudah menjadi salah satu isu

penting d Indonesia sejak beberapa tahun lalu, didahului oleh krisis finansial

yang terjadi pada tahun 1997-1998 yang meluas menjadi krisis mutidimensi.

Krisis tersebut telah mendorong arus balik yang menuntut perbaikan atau

reformasi dalam penyelenggaraan negara termasuk birokrasi

pemerintahannya. Salah satu penyebab terjadinya krisis multidimensi yang

dialami tersebut adalah karena buruknya atau salah kelola dalam

penyelengaraan tata kepemerintahan (poor governance), diindikasikan oleh

beberapa hal, antara lain: (1) dominasi kekuasaan oleh satu pihak terhadap

pihak-pihak lainnya, sehingga pengawasan menjadi sulit dilakukan; (2)

terjadinya tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN); dan (3) rendahnya

kinerja aparatur termasuk dalam pelayanan kepada publik atau masyarakat di

berbagai bidang. Pihak-pihak yang dituntut untuk melakukan reformasi tidak

hanya negara saja (legislatif, yudikatif, dan eksekutif) tetapi juga dunia

usaha/swasta (corporates) dan masyarakat luas (civil society). Secara umum,

Page 85: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

72

tuntutan reformasi berupa penciptaan good corporate governance di sektor

dunia usaha atau swasta, penciptaan good public governance dalam

penyelenggaraan pemerintahan negara, dan pembentukan good civil society

atau masyarakat luas yang mampu mendukung terwujudnya good

governance.

h. Bencana Alam

Berbagai macam bencana alam terjadi setiap tahun di Jawa Tengah, baik

banjir, kekeringan, tanah longsor, bencana gunung berapi, kebakaran hutan

terjadi di Jawa Tengah. Telah disusun Rencana Aksi Daerah Pengurangan

Resiko Bencana maka diharapkan pengurangan reskiko bencana dapat

diantisipasi sebelumnya (mitigasi) bencana.

i. Masalah Penegakkan Hukum

Kesadaran hukum masyarakat masih rendah, demikian halnya penegakan

hukum belum sebagaimana yang diharapkan. Beberapa kasus korupsi banyak

yang belum ditindaklanjuti, bahkan kasus yang telah lama hingga tahun 2008

belum memperoleh penanganan yang serius. Jawa Tengah adalah barometer

dalam hal ketenteraman dan keamanan yang kondusif, namun dalam hal

penegakan hukum masih perlu ditingkatkan.

j. Belum Terwujudnya Kesetaran dan Keadilan Gender

Dua indikator perwujudan keadilan dan kesetaraan gender adalah Indeks

Pembagunan Gender (IPG) dan Indek Pemberdayaan Gender (IDG). IPG Jawa

Tengah sejak tahun 2003 hingga tahun 2007 meningkat sebesar 5 poin, yaitu

dari 58,9 menjadi 63,9; sedangkan IDG tahun 2003 sebesar 56,2 meningkat

menjadi 59,9 pada tahun 2007, atau naik sebesar 3,7. Meskipun demikian,

peningkatan ini lebih rendah dibandingkan provinsi lain. Saat ini IDG Jawa

Tengah menduduki ranking 11 dari 33 provinsi di Indonesia. Ketidakadilan dan

kesetaraan juga dapat dilihat dari tingginya angka tindak kekerasan terhadap

perempuan dan anak.

Page 86: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

73

BAB III

PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH

RENCANA JANGKA PANJANG

RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 ini merupakan penjabaran dari RPJPD

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 - 2025, yang telah ditetapkan dengan Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008. Dalam Bab IV RPJPD tersebut

khususnya Sub Bab 4.3 telah dijabarkan dalam 4 (empat) tahapan, mencerminkan

permasalahan pokok yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan

lainnya.

Tahap pertama pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa Tengah (tahun 2005-2009)

berorientasi pada kelanjutan pencapaian target pembangunan dalam Renstra Jawa

Tengah tahun 2003 - 2008 yang diarahkan pada pemerataan akses pelayanan dasar,

peningkatan kapasitas kelembagaan ekonomi rakyat, peningkatan partisipasi masyarakat

dalam tata kelola pemerintahan serta pengelolaan sumber daya alam. Sedangkan tahapan

kedua pembangunan Jawa Tengah (2010 - 2014) diarahkan pada peningkatan kualitas

pelayanan dasar, peningkatan daya saing ekonomi rakyat, peningkatan tata kelola

pemerintahan yang lebih efektif dan berkualitas serta pengelolaan sumber daya alam.

Prioritas pembangunan untuk tahap pertama dan tahap kedua RPJPD 2005 - 2025,

merupakan acuan bagi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2008 - 2013

dalam menyusun visi, misi, dan program pembangunan daerah selama periode

kepemimpinannya. Seperti diketahui bahwa periode kepemimpinan Pasangan Gubernur-

Wakil Gubernur 2008 - 2013 termasuk dalam dua tahapan pembangunan dalam RPJPD

yaitu tahap pertama dan tahap kedua. Prioritas pembangunan tahap pertama dan kedua

dalam RPJPD 2005 - 2025 yang menjadi acuan adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan Sumber Daya Manusia dan Masyarakat yang Berkualitas,

Beriman dan Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Cerdas, Sehat, serta

Berbudaya, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:

a. Peningkatan pemerataan akses dan mutu pendidikan dengan menitikberatkan

pada pendidikan dasar - pendidikan menengah dan peningkatan relevansi

kurikulum pendidikan dengan perkembangan Iptek serta jenjang pendidikan yang

Page 87: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

74

lebih tinggi dengan didukung pangsa pasar kerja dan sarana/prasarana yang

memadai, tanpa diskriminasi usia, kelompok dan jenis kelamin.

b. Pengembangan dan peningkatan lembaga kepemudaan dan olahraga untuk

meningkatkan kreativitas, ketrampilan, dan kewirausahaan bagi pemuda serta

peningkatan prestasi olahraga di Jawa Tengah.

c. Pengembangan kelembagaan dan peningkatan pelayanan perpustakaan sebagai

sarana penyebaran informasi, ilmu pengetahuan, hasil penelitian, dan penemuan

lainnya kepada masyarakat.

d. Peningkatan pemerataan, jangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat

dan pelayanan kesehatan perseorangan/rujukan yang didukung oleh persebaran

sarana prasarana, pengembangan profesionalisme dan kompetensi tenaga

kesehatan yang memadai dan berkualitas, serta mampu menjangkau masyarakat

miskin melalui jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.

e. Peningkatan dan pengembangan sistem pengendalian laju pertumbuhan penduduk

dan pengaturan persebarannya melalui fasilitasi program KB dan transmigrasi.

f. Peningkatan kualitas dan penerapan hasil penelitian serta pengembangan Iptek

yang berbasis pada peningkatan jejaring penelitian sehingga mampu mendorong

berkembangnya teknologi madya di berbagai bidang.

g. Peningkatan kepedulian dan kesadaran penerapan etika dan moral serta nilai-nilai

keagamaan dan budaya lokal, dalam rangka mewujudkan ketahanan keluarga

dalam dinamika pergaulan regional, nasional dan internasional untuk memperkuat

identitas masyarakat Jawa Tengah.

h. Peningkatan kualitas dan ketahanan keluarga dalam rangka menuju keluarga kecil,

bahagia dan sejahtera melalui penyadaran dan penggerakan masyarakat.

i. Pengembangan pemahaman serta peningkatan penghayatan dan pengamalan

ajaran agama/kepercayaan melalui pemeliharaan kerukunan hubungan antar umat

beragama.

2. Mewujudkan Perekonomian Daerah yang Berbasis pada Potensi Unggulan

Daerah dengan Dukungan Rekayasa Teknologi dan Berorientasi pada

Ekonomi Kerakyatan, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:

a. Peningkatan dan pengembangan peran UMKM dalam pemenuhan kebutuhan pasar

domestik dan berorientasi ekspor, serta pengembangan kewirausahaan untuk

mendorong daya saing.

Page 88: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

75

b. Peningkatan dan pengembangan struktur perekonomian daerah melalui

pengembangan potensi dan produk unggulan daerah yang berorientasi ekspor dan

memiliki daya saing tinggi yang didukung sektor hulu dan hilir.

c. Peningkatan dan pengembangan produk dan produktivitas pertanian, perikanan,

kelautan, dan kehutanan yang bertumpu pada sistem agribisnis guna

mempertahankan swasembada dan ketahanan pangan.

d. Peningkatan kualitas dan diversifikasi produk, pemanfaatan teknologi tepat guna,

dan peningkatan sarana prasarana pendukung pengolah hasil pertanian, Kelautan

dan Perikanan dan kehutanan.

e. Peningkatan ketahanan pangan melalui pengembangan ketersediaan cadangan

pangan masyarakat, daerah, dan perbaikan distribusi pangan.

3. Mewujudkan Kehidupan Politik dan Tata Pemerintahan yang Baik (Good

Governance), Demokratis, dan Bertanggung Jawab, Didukung oleh

Kompetensi dan Profesionalitas Aparatur, Bebas dari Praktek Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme (KKN), serta Pengembangan Jejaring, dengan fokus

pada hal-hal sebagai berikut:

a. Pengembangan sistem dan peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan

yang efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip good governance melalui

peningkatan akuntabilitas, transparansi, kesetaraan dan keadilan, serta partisipasi

masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

b. Peningkatan kualitas dan budaya kerja aparatur dalam rangka menunjang tata

pengelolaan pemerintahan yang baik.

c. Pengembangan sistem dan peningkatan kualitas pelayanan publik melalui

peningkatan sarana prasarana aparatur dan kompetensi sesuai dengan

kewenangan berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) pada bidang

pelayanan dasar.

d. Pengembangan dan peningkatan proses demokratisasi, politik, dan penegakan

hukum serta HAM melalui peningkatan partisipasi dan pendidikan politik rakyat

serta profesionalisme aparat dan penegak hukum.

Page 89: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

76

e. Pengembangan dan peningkatan kualitas sistem perencanaan serta implementasi

yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya pembangunan secara

partisipatif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, tanpa diskriminasi.

f. Pengembangan dan peningkatan kerja sama melalui kemitraan antar pelaku

pembangunan pada sektor-sektor unggulan daerah yang mendukung peningkatan

daya saing dan pertumbuhan ekonomi daerah.

4. Mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup yang

Optimal dengan Tetap Menjaga Kelestarian Fungsinya dalam Menopang

Kehidupan, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:

a. Pengendalian beban cemaran lingkungan yang diakibatkan oleh usaha dan atau

kegiatan UMKM dan Besar, pertanian, rumah tangga, rumah sakit, hotel, dan

transportasi serta pengurangan resiko pencemaran bahan-bahan berbahaya dan

beracun (B-3) maupun limbah B-3.

b. Perbaikan dan peningkatan kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup serta

pemulihan daya dukung lingkungan melalui pengembangan kelembagaan,

kawasan pesisir dan laut, rehabilitasi lahan kritis dan terlantar secara terpadu yang

berbasis ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) serta pengembalian fungsi

kawasan lindung.

c. Pengembangan dan peningkatan kualitas sistem pengendalian pencemaran dan

kerusakan lingkungan melalui peningkatan kesadaran masyarakat terhadap

lingkungan, penegakan hukum lingkungan dan pengembangan teknologi ramah

lingkungan berbasis masyarakat.

d. Perbaikan lingkungan hidup di wilayah pedesaan maupun perkotaan, perbaikan

tata air / hidrologi dan pelestarian keanekaragaman hayati dalam rangka

perlindungan plasma nuftah.

e. Pengembangan dan peningkatan kearifan lokal/tradisional masyarakat,

peningkatan kualitas SDM dan kelembagaan aparatur maupun masyarakat, serta

pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna dalam pencegahan bencana

dan mewujudkan kelestarian lingkungan hidup.

Page 90: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

77

5. Mewujudkan Kualitas dan Kuantitas Prasarana dan Sarana yang Menunjang

Pengembangan Wilayah, Penyediaan Pelayanan Dasar, dan Pertumbuhan

Ekonomi Daerah, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:

a. Peningkatan penyediaan fasilitas umum prasarana dan sarana transportasi melalui

pembangunan jalan dan jembatan, peningkatan jalan dan penggantian jembatan,

pemeliharaan jalan dan jembatan untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah serta

pengembangan jaringan transportasi antar wilayah yang mengutamakan

pelayanan transportasi yang terjangkau.

b. Pengembangan manajemen pelabuhan dan infrastruktur penunjang untuk

mendorong kelancaran arus barang dan penumpang dengan tidak

mengesampingkan pelabuhan yang berada diluar kawasan andalan.

c. Pengembangan dan peningkatan sarana prasarana bandara dan fasilitas

penunjang untuk melayani penerbangan domestik maupun internasional dengan

tetap memperhatikan keselamatan dan kenyamanan penerbangan.

d. Pemerataan ketersediaan rumah dan prasarana dasar permukimannya (air bersih,

sanitasi, dan persampahan), terutama bagi Rumah Tangga Miskin (RTM) di

perkotaan maupun perdesaan.

e. Pengembangan dan peningkatan fungsi sarana prasarana sumberdaya air untuk

mendukung aktivitas produksi, memenuhi kebutuhan air baku, pengendalian banjir

dan kekringan serta peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

sumber daya air.

f. Pembangunan dan pengembangan cakupan penerapan penatagunaan pertanahan,

pemanfaatan dan pengendalian pertanahan secara merata dan berkeadilan

mendasarkan pada RTRW dan peningkatan cakupan pelayanan administrasi

pertanahan.

g. Pengembangan dan peningkatan kualitas penataan ruang melalui peningkatan

efektivitas dan peran RTRWP Jawa Tengah dan RTRW Kabupaten/Kota sebagai

matra ruang pembangunan daerah, peningkatan dan optimalisasi pemanfaatan

ruang, peningkatan konsistensi pemanfaatan ruang sesuai dengan daya

dukungnya dan penerapan pengendalian pemanfaatan ruang terutama pada

kawasan lindung dan sawah lestari didukung kelembagaan serta peran serta

masyarakat.

Page 91: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

78

h. Pengembangan dan peningkatan sarana prasarana serta pengelolaan

telekomunikasi yang mampu mendukung pertumbuhan perekonomian daerah

melalui peningkatan cakupan layanan dan kemudahan akses bagi masyarakat luas,

pengembangan kelembagaan dan peraturan-peraturannya terkait dengan

keamanan, kerahasiaan, privasi dan integritas informasi serta peningkatan peran

telekomunikasi yang menunjang penyelenggaraan telematika.

i. Peningkatan rasio elektrifikasi dan kualitas layanan energi listrik kepada

masyarakat melalui perluasan cakupan layanan bagi masyarakat perdesaan, serta

pemenuhan energi listrik untuk industri yang ada melalui perluasan jaringan

distribusi serta penelitian dan pengembangan untuk pemanfaatan sumber listrik

alternatif yang aman dan ramah lingkungan.

j. Peningkatan pemerataan dan keserasian pembangunan antar wilayah Pantura-

Tengah-Pansela yang mendasarkan karateristik potensi dan kesesuaian dengan

RTRW melalui peningkatan kerja sama pembangunan kawasan strategis,

peningkatan fungsi perkotaan, percepatan pembangunan perdesaan, dan

percepatan pembangunan infrastruktur wilayah.

6. Mewujudkan Kehidupan Masyarakat yang Sejahtera, Aman, Damai dan

Bersatu dalam Wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),

Didukung dengan Kepastian Hukum dan Penegakan HAM serta Keadilan

dan Kesetaraan Gender dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut:

a. Peningkatan kualitas dan profesionalitas penanganan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan penanganan penduduk usia lanjut melalui

peningkatan partisipasi sosial dan kesetiakawanan sosial masyarakat serta

peningkatan kapasitas kelembagaan dan sumber daya aparatur pelaksana.

b. Pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perempuan melalui kesetaraan

dan keadilan gender dalam berbagai bidang kehidupan serta perlindungan anak

dan remaja sesuai dengan norma-norma agama dan falsafah Pancasila serta

peraturan perundangan.

c. Peningkatan dan pengembangan investasi dan akses pasar untuk mendorong

pertumbuhan sektor rill serta akselerasi kinerja ekonomi daerah dalam rangka

memperluas kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan.

Page 92: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

79

d. Peningkatan sinkronisasi, harmonisasi produk-produk hukum pusat dan daerah,

pengembangan kapasitas kelembagaan hukum dan kualitas aparatur hukum, serta

peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka meningkatkan kepastian hukum.

e. Peningkatan kesadaran dan pengembangan budaya masyarakat maupun aparat

dalam memahami prinsip-prinsip dasar hukum dan HAM melalui pemasyarakatan

dan pendidikan hukum dan HAM.

f. Peningkatan kondisi keamanan dan ketertiban melalui upaya menjaga kerukunan

sosial kemasyarakatan yang diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi

wilayah, penduduk, dan sosial masyarakat dengan mengutamakan penegakan

hukum dan HAM.

Berkaitan dengan prioritas pembangunan yang diamanatkan oleh RPJPD tahap pertama

dan tahap kedua tersebut diatas, pendekatan implementasi (implementation approach)

yang dipilih untuk RPJMD tahun 2008 - 2013 adalah pengembangan kawasan dan

pemberdayaan masyarakat perdesaan, melalui rumusan motto “Bali Ndeso Mbangun

Deso”. Dalam kaitan ini desa menjadi orientasi utama bagi aktivitas pembangunan di

Jawa Tengah periode 2008 - 2013.

Page 93: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

80

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Dari rumusan prioritas pembangunan yang diamanatkan oleh RPJP 2005-2025, untuk

periode pembangunan 2008-2013, telah dipilih pendekatan implementasi (implementation

approach) pengembangan kawasan dan pemberdayaan masyarakat perdesaan melalui

rumusan motto Bali Ndeso Mbangun Deso. Rumusan motto tersebut kemudian

di-ejawantah-kan dalam Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Sasaran sebagai berikut :

A. Visi

Visi Provinsi Jawa Tengah lima tahun mendatang (2008 - 2013) adalah :

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT JAWA TENGAH YANG SEMAKIN SEJAHTERA”

Peningkatan kesejahteraan adalah kondisi kemakmuran suatu masyarakat yang

terpenuhi kebutuhan ekonomi (materiil) maupun sosial (spiritual), dengan kata lain

kebutuhan dasar masyarakat telah terpenuhi lahir batin secara adil dan merata. Hal ini

merupakan prioritas tertinggi yang akan dicapai selama masa pemerintahan Gubernur

Jawa Tengah periode 2008 – 2013, yang ditopang oleh kondisi aman, pemerintahan

yang bersih dan efektif, dengan masyarakat yang senantiasa menjunjung tinggi nilai –

nilai budaya dan kearifan lokal.

B. Misi

Dalam upaya untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, misi Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional serta sikap

responsif aparatur sebagai pelayan masyarakat

Dalam rangka mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat perlu didukung

oleh aparatur yang profesional dan bersih, serta responsif terhadap

permasalahan–permasalahan yang timbul di masyarakat.

2. Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, pertanian,

UMKM, dan industri padat karya.

Pembangunan ekonomi masyarakat berbasiskan ekonomi kerakyatan, dan

ditopang oleh sektor pertanian yang maju, sektor UMKM yang tangguh dan

industri padat karya yang kuat.

Page 94: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

81

3. Memantapkan kondisi sosial budaya agraris yang berbasiskan kearifan

lokal.

Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat merupakan prioritas utama Pemerintah,

serta memelihara dan merevitalisasi budaya yang berakar pada kearifan lokal.

4. Pengembangan sumber daya manusia berbasis kompetensi secara

berkelanjutan.

Pengembangan sumber daya manusia, sebagai basis dari kemampuan produksi

masyarakat akan diarahkan untuk menghasilkan SDM yang memiliki kompetensi

tinggi tanpa diskriminasi karena hanya SDM yang berkompetenlah yang dapat

berkontribusi secara optimal dalam proses peningkatan kesejahteraan rakyat.

Upaya ini lebih diarahkan pada peningkatan kesehatan fisik dan mental

masyarakat, peningkatan pendidikan dan ketrampilan masyarakat, serta

ketahanan keluarga.

5. Peningkatan perwujudan pembangunan fisik dan infrastruktur.

Peningkatan perwujudan pembangunan fisik dan infrastruktur lebih diarahkan

kepada sasaran – sasaran yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelancaran

roda ekonomi, dengan memperhatikan aspek kelestarian alam dan lingkungan

hidup serta tata ruang daerah.

6. Mewujudkan kondisi aman dan rasa aman dalam kehidupan masyarakat

yang berkeadilan dan terjamin kepastian hukum.

Meningkatnya demokratisasi, penegakan HAM dan pemberantasan KKN yang

didukung oleh kondisi aman dan rasa aman yang tercermin dengan menurunnya

konflik antar kelompok maupun golongan masyarakat, menurunnya kasus

kriminalitas, berkurangnya kasus kekerasan dan diskriminasi, serta menurunnya

kejahatan transnasional termasuk perdagangan orang.

C. Tujuan

Untuk mewujudkan misi sebagaimana telah dirumuskan diatas, maka tujuan yang

hendak dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Jawa Tengah di segala bidang

kompeten, profesional, mandiri, dan bermanfaat dengan didasari keimanan dan

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Page 95: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

82

2. Mewujudkan masyarakat yang berdaya berkemampuan (empowered) dan

berdaya-saing (competitive) yang mengarah kepada kemandirian, melalui peran

aktif pemerintah, swasta dan masyarakat.

3. Memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam maupun buatan sesuai dengan

RTRW Provinsi Jawa Tengah, hasil penelitian serta pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna yang melibatkan kalangan perguruan

tinggi, untuk pengurangan resiko bencana dan mendorong terwujudnya

kesejahteraan rakyat yang lebih baik.

4. Mengembangkan kawasan agropolitan dan kluster-kluster UMKM untuk

mendukung percepatan pembangunan pedesaan dan peningkatan daya tarik

investasi.

5. Menumbuh kembangkan kelompok usaha produktif, Badan Usaha Milik Petani, dan

Lembaga Keuangan Mikro melalui kemitraan bisnis dan pengembangan program

Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Program Kemitraan dan Bina Lingkungan oleh

BUMN/BUMD, dan Corporate Social Responsibility/ CSR oleh Swasta)

6. Meningkatkan kemampuan, kompetensi dan profesionalisme aparatur Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya yang

diarahkan kepada pelayanan serta peningkatan kemampuan masyarakat.

7. Meningkatkan demokratisasi dan penegakan HAM serta pemberantasan Korupsi

Kolusi dan Nepotisme. Hal ini merupakan salah satu prasyarat dalam memberikan

kepercayaan kepada para investor serta dapat membangkitkan gairah masyarakat

dalam berkarya membangun bangsa.

8. Memantapkan administrasi pemerintahan dengan penerapan Information

Communication and Technology (ICT) melalui electronic government di lingkungan

pemerintahan daerah di Provinsi Jawa Tengah dalam rangka meningkatkan

pelayanan dan kebebasan akses informasi bagi masyarakat.

D. Strategi

1. Memaksimalkan pengembangan potensi SDM aparatur yang telah dimiliki,

meningkatkan fungsi koordinasi, pelaksanaan reward and punishment serta

penegakan prinsip-prinsip good local governance;

2. Pemanfaatan potensi sumberdaya alam secara bijaksana, penerapan tenologi

tepat guna, peningkatan peran lembaga keuangan dalam mendukung permodalan

dan penciptaan iklim kondusif bagi tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang

Page 96: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

83

dikonsentrasikan pada bidang pertanian, UMKM, industri padat karya serta tumbuh

dan berkembangnya potensi ekonomi rakyat;

3. Memanfaatkan potensi budaya dan kearifan lokal dalam meperkuat sistem sosial

masyarakat, meningkatakan kualitas pelayanan dasar, serta pengembangan dan

promosi budaya;

4. Meningkatkan peran lembaga-lembaga pelatihan dan lembaga sertifikasi profesi

dalam pengembangan kompetensi SDM. Memaksimalkan peran lembaga-lembaga

keagamaan, dalam mewujudkan akhlak dan moral umat (akhlaqul kharimah );

5. Penyempurnaan produk-produk rencana tata ruang dan menjadikanya sebagai

acuan dalam pelaksanaan pembangunan serta pengembangan sarana dan

prasarana (infrastruktur) guna mendukung tumbuhnya perekonamian daerah;

6. Penyusunan produk-poduk hukum daerah disertai dengan upaya sosialisasi,

penerapan dan penegakannya secara konsisten dan konsekuen guna menjamin

adanya kepastian hukum, terciptanya rasa aman dan tenteram bagi masyarakat.

E. Sasaran

Sasaran yang hendak dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun, dapat

dirumuskan berdasarkan tujuan-tujuan yang ada.

Tujuan-1: Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Jawa Tengah di segala

bidang dengan didasari keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sasarannya adalah :

1. Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat dan kemudahan akses dalam

menempuh pendidikan tanpa diskriminasi usia kelompok dan jenis kelamin;

2. Meningkatnya penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni di kalangan

masyarakat Jawa Tengah, melalui penelitian di bidang ilmu pengetahuan,

teknologi, serta eksplorasi di bidang kesenian;

3. Meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Jawa Tengah;

4. Meningkatnya prestasi olah raga di Jawa Tengah

5. Meningkatnya sarana peribadatan dan pendidikan agama.

6. Meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Pembangunan Gender dan

Indeks Pemberdayaan Gender;

7. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat;

8. Meningkatnya Keluarga Kecil Berkualitas dan Sejahtera.

Page 97: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

84

Tujuan-2: Mewujudkan masyarakat yang berkemampuan (empowered), berdaya-

saing (competitive) yang mengarah kepada kemandirian, melalui peran aktif

pemerintah, swasta dan masyarakat. Sasarannya adalah :

1. Meningkatnya ketrampilan masyarakat melalui pelatihan;

2. Berkembangnya Balai Latihan Kerja untuk menyiapkan tenaga kerja yang siap

pakai;

3. Menguatnya kelembagaan masyarakat sebagai wadah partisipasi masyarakat;

4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.

Tujuan-3: Memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam maupun buatan sesuai

dengan RTRW Provinsi Jawa Tengah, hasil penelitian serta pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi tepat guna yang melibatkan kalangan perguruan tinggi

untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sasarannya

adalah :

1. Terwujudnya pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, tanpa mengganggu

keseimbangan dan kelestarian alam itu sendiri;

2. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan

pemanfaatan sumber daya alam secara lestari;

3. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kelestarian alam;

4. Berkurangnya resiko bencana.

Tujuan-4: Memanfaatkan potensi ekonomi lokal melalui kerjasama lokal, regional

dan antar wilayah dalam mendukung pengembangan ekonomi daerah provinsi guna

meningkatkan daya tarik investasi. Sasarannya adalah :

1. Terbentuknya jejaring kerjasama antar daerah dan antar lembaga yang semakin

mantap dan sinergis dalam bidang-bidang yang memberikan peluang kepada

masyarakat untuk mengembangkan perekonomian daerah dan dalam pengelolaan

sumber daya alam dan lingkungan hidup;

2. Terpenuhinya sarana dan prasarana pelaksanaan kerjasama antar lembaga,

daerah dan wilayah.

3. Meningkatnya ketahanan pangan melalui sistem kewaspadaan pangan dan gizi,

lumbung pangan dan desa mandiri pangan;

4. Meningkatnya produktivitas pertanian melalui pertanian terpadu, benih bermutu,

pengendalian hama terpadu, optimalisasi pupuk organik dan penerapan teknologi

tepat guna.

Page 98: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

85

5. Meningkatnya kualitas manajemen pariwisata, yang mendukung pengembangan

ekonomi lokal.

6. Meningkatnya kualitas forum pengembangan ekonomi daerah di kabupaten atau

kota se Jawa Tengah.

7. Berkembangnya potensi lokal melalui pendekatan klaster dan kawasan, khususnya

pertanian, industri dan pariwisata.

Tujuan-5: Membangun dan mengembangkan jaringan bisnis ekonomi lokal melalui

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang diarahkan pada pengelolaan usaha

oleh pelaku bisnis secara mandiri. Sasarannya adalah :

1. Terwujudnya masyarakat yang pro aktif dan tanggap dalam mengantisipasi

peluang yang tersedia;

2. Tersusunnya peraturan/regulasi yang mendukung pemberdayaan masyarakat;

3. Berkembangnya UMKM dengan mempermudah akses permodalan, mekanisme

kinerja kelembagaan UMKM, akses pasar dan jaminan ketersediaan transportasi,

serta sistem perlindungan yang memadai;

4. Berkembangnya daerah penyangga bahan baku bagi UMKM, melalui pemanfaatan

teknologi tepat guna;

5. Berkembangnya pasar regional, dan internasional serta menjaga kesinambungan

pasar yang sudah ada;

Tujuan-6: Meningkatkan kemampuan, kompetensi dan profesionalisme aparatur

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya

yang diarahkan kepada pelayanan serta peningkatan kemampuan masyarakat.

1. Meningkatkan kualitas SDM aparatur pemerintah melalui pendidikan dan pelatihan;

2. Terwujudnya sistem kepegawaian yang mantap, teruji dan menjamin

penjenjangan karier pegawai secara sehat.

Tujuan-7: Meningkatkan demokratisasi dan penegakan HAM serta pemberantasan

Korupsi Kolusi dan Nepotisme dalam rangka memberikan kepercayaan kepada para

investor serta dapat membangkitkan gairah masyarakat dalam berkarya membangun

bangsa melalui :

1. Penyusunan produk-produk hukum daerah;

2. Sosialisasi, penerapan dan penegakan produk hukum secara konsisten dan

konsekuen.

Page 99: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

86

Tujuan-8: Memantapkan administrasi pemerintahan dengan penerapan Information

Communication and Technology (ICT) melalui electronic government di lingkungan

pemerintahan daerah di Provinsi Jawa Tengah dalam rangka meningkatkan pelayanan

dan kebebasan akses informasi bagi masyarakat. Sasarannya adalah :

1. Semakin mantapnya sistem administrasi pemerintahan;

2. Semakin mantapnya sistem pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah;

3. Terbentuknya kelembagaan pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan lokal;

4. Berkembangnya penggunaan sistem ICT dalam tata lakasana pemerintahan di

Provinsi Jawa Tengah.

5. Meningkatnya kemudahan pelayanan perijinan di seluruh tingkatan (Pusat,

Provinsi, Kabupaten/Kota);

6. Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan

pemerintahan. Aparatur pemerintah yang membuka peluang terhadap partisipasi

masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan;

Page 100: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

87

BAB V INDIKATOR MAKRO DAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN

Dari uraian mengenai visi, misi dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai oleh Propinsi

Jawa Tengah selama periode 2008 – 2013 ditetapkan target agregat untuk beberapa

indikator utama pembangunan dan disusun pentahapan sebagai milestone, atau sasaran-

sasaran antara yang ingin dicapai.

A. Target Agregatif Pembangunan Jawa Tengah 2008-2013

Target Agregat ditetapkan terhadap beberapa indikator utama meliputi : IPM (Indeks

Pembangunan Manusia), Indeks Pembangunan Gender (IPG), Indeks Pemberdayaan

Gender (IDG), Indeks Gini, Indeks Williamson, Nilai Tukar Petani (NTP), Pertumbuhan

Ekonomi, Tingkat Inflasi, Persentase Penduduk Miskin dan Persentase Penganggur.

IPM di tahun 2013 ditarget sebesar 74,3. Penetapan target ini didasarkan pada data 5

tahun terakhir dimana angka IPM selalu mengalami kenaikan. Target capaian IPM

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 -2013 dapat dilihat pada Tabel 5.1

Tabel 5.1 Target Capaian IPM Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013

No

Tahun

UHH

(tahun)

Rata-rata

Lama Sekolah (tahun)

Angka Melek Huruf (%)

Pengeluaran Riil/Kapita (Rp. 000)

IPM

1 2009 72,6 6,9 95,6 624,2 72,6

2 2010 72,9 6,9 96,1 624,8 72,9

3 2011 73,2 7,0 96,6 625,3 73,7

4 2012 73,5 7,0 97,0 625,8 73,9

5 2013 73,8 7,0 97,3 626,2 74,3

Untuk tolok ukur IPG dan IDG, target IPG tahun 2013 ditetapkan sebesar 65,9

sementara untuk IDG sebesar 61,8. Target capaian IPG dan IDG Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2009-2013 sebagaimana dijelaskan pada tabel 5.2

Page 101: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

88

Tabel 5.2 Target Capaian IPG dan IDG Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013

No Tahun Indeks

Pembangunan Gender (IPG)

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

1 2009 64,5 60

2 2010 64,9 60,3

3 2011 65,3 60,6

4 2012 65,6 60,9

5 2013 65,9 61,8

Kondisi baik yang telah dicapai pada 5 tahun terakhir tentang kesenjangan antar

kelompok pendapatan (yang ditunjukkan oleh Indeks Gini dibawah 0,30) harus tetap

dipertahankan. Oleh karena itu pada akhir tahun perencanaan, Indeks Gini harus lebih

baik dibandingkan dengan tahun 2003, untuk itu ditetapkan sebesar 0,23. Sementara

untuk menurunkan Indeks Williamson ke arah kategori sedang maupun baik relatif sulit

karena secara alamiah memang terjadi disparitas yang cukup tinggi antara wilayah

Kota (dalam hal ini Kota Semarang dan Kota Surakarta) dengan wilayah Kabupaten

yang termasuk kategori miskin (misalnya Brebes dan Wonosobo). Meskipun demikian

penurunan Indeks Williamson ini harus terus diupayakan melalui peningkatan PDRB

wilayah kabupaten yang tergolong tertinggal. Untuk itu pada akhir tahun perencanaan

ditetapkan besarnya Indeks Williamson sebesar 0,69 (Tabel 5.3)

Tabel 5.3 Target Capaian Indeks Gini dan Indeks Williamson

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013

No Tahun Indeks Gini

(IG) Indeks Williamson

(IW) 1 2009 0,25 0,70

2 2010 0,25 0,72

3 2011 0,24 0,71

4 2012 0,23 0,70

5 2013 0,23 0,69

Meskipun pada saat RPJMD ini disusun sedang terjadi krisis ekonomi di Amerika

Serikat dan dampaknya mulai dirasakan oleh seluruh belahan dunia, namun Indonesia

tetap optimis bahwa krisis tersebut tidak menyebabkan terpuruknya ekonomi. Di Jawa

Page 102: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

89

Tengah dampak krisis ini telah pula dirasakan berupa berkurangnya volume ekspor

produksi Jawa Tengah yang memiliki pasar di AS seperti produk furnitur, TPT (tekstil

dan produk tekstil) dan produk kerajinan (handicraft). Inflasi diperkirakan tetap cukup

tinggi, hal ini antara lain disebabkan oleh menurunya nilai tukar rupiah terhadap dolar

AS. Target pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi sebagaimana dijelaskan pada

Tabel 5.4

Tabel 5.4

Target Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Inflasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013

No Tahun Pertumbuhan

Ekonomi (%)

Tingkat Inflasi (%)

1 2009 6,05 % 8,21 % 2 2010 6,22 % 8,32 % 3 2011 6,38 % 8,42 % 4 2012 6,52 % 8,51 % 5 2013 6,66 % 8,59 %

Nilai tukar petani (NTP) sesuatu yang sangat strategis untuk dipertahankan diatas

angka 100 dan diharapkan dapat selalu ditingkatkan setiap tahun agar petani dapat

melakukan saving, untuk selanjutnya dapat dipergunakan dalam investasi pada faktor

produksi.

Nilai NTP pada tahun 2009 ditargetkan sebesar 104,81 % dan sampai dengan tahun

2013 diharapkan selalu naik hingga menjadi 108,67 %. Seperti diperlihatkan oleh

tabel 5.5

Tabel 5.5 Target Nilai Tukar Petani (NTP)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2013

No Tahun Nilai Tukar Petani (NTP)

1 2009 104,81 % 2 2010 105,94 % 3 2011 106,94 % 4 2012 107,84 % 5 2013 108,67 %

Page 103: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

90

Pengurangan jumlah penduduk misikin dan penganggur merupakan salah satu tujuan

yang harus dicapai oleh Pemerintah Propinsi Jawa Tengah 2008 - 2013. Persentase

penduduk miskin ditargetkan terus menerus menurun dari 20,95 % di tahun 2009

menjadi 13,27 % pada tahun 2013. Target ini disusun dengan memperhatikan amanat

kesepakatan MDG’s. Sedangkan persentase penganggur ditargetkan turun dari 7,75 %

di tahun 2009 menjadi 7,34 % pada tahun 2013 (Tabel 5.6).

Tabel 5.6

Persentase Penduduk Miskin dan Pengangguran Provinsi Jawa Tengah

No Tahun Persentase

Penduduk Miskin (%)

Persentase Penganggur

(%) 1 2009 20,95 7,75

2 2010 18,59 7,63

3 2011 15,49 7,52

4 2012 14,34 7,43

5 2013 13,27 7,34

B. Pentahapan Pembangunan Jawa Tengah 2008-2013

Dalam rangka mencapai visi Jawa Tengah 2008 - 2013 berupa “TERWUJUDNYA

MASYARAKAT JAWA TENGAH YANG SEMAKIN SEJAHTERA” telah ditetapkan 7 (tujuh)

butir tujuan sebagai perincian atas visi sebagai ultimate goal. Untuk itu perlu disusun

pentahapan pembangunan sebagai milestones, atau sebagai tahapan antara dalam

pencapaian visi.

Pembangunan Jawa Tengah 2008-2013 dibagi dalam 3 tahapan pembangunan yang

dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. TAHAP KONSOLIDASI, adalah tahapan untuk menyambung,

melanjutkan dan menajamkan capaian Rencana Strategis Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2003-2008 sebagai pondasi/dasar pembangunan 5 tahun

ke depan (2008-2009), dengan mengacu pada RPJPD Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2005-2025 dan Visi Misi Gubernur.

Pada tahap konsolidasi ini memanfaatkan secara optimal potensi yang telah

terbangun pada tahap sebelumnya, dan upaya meletakan landasan yang lebih

Page 104: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

91

kokoh untuk berkembangnya ekonomi kerakyatan berbasis desa yang sinergis

dengan pengembangan ekonomi perkotaan.

Urusan terkait dengan pengembangan dan peningkatan kualitas SDM antara lain

pendidikan, kesehatan, KB-kesejahteraan sosial, pemberdayaan perempuan anak,

ketenagakerjaan, kepemudaan - olah raga harus telah mulai mengambil peran

pada tahap konsolidasi ini. Demikian pula yang tekait dengan kualitas aparatur

(Perangkat Daerah) dan urusan yang terkait dengan pemberdayaan perekonomian

daera/desa, dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, koperasi, UKM,

industri, perdagangan serta sarana prasarana pengairan.

Tahapan ini terutama untuk mendukung (fokus) pada tercapainya 3 (tiga) butir

tujuan, meliputi :

a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Jawa Tengah di segala bidang

dengan didasari keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Meningkatkan kemampuan, kompetensi dan profesionalisme aparatur

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya yang diarahkan kepada pelayanan serta peningkatan kemampuan

masyarakat.

c. Memanfaatkan potensi ekonomi lokal melalui kerjasama regional antar wilayah

guna mendukung pengembangan ekonomi daerah provinsi guna meningkatkan

daya tarik investasi.

2. Tahap Percepatan Pencapaian Kesejahteraan Masyarakat melalui

Pemanfaatan Sumberdaya Secara Lestari, dan Pelayanan Prima dalam

E-Goverment (2010-2011)

Pada tahap ini, berupa akselerasi atau peningkatan kecepatan dibandingkan

dengan tahap sebelumnya untuk mencapai kesejahteraan masyarakat Jawa

Tengah. Dalam rangka mencapai hal ini tentu akan dilakukan pemanfaatan

(eksploitasi dan eksplorasi) sumberdaya alam yang ada. Namun demikian

ekploitasi dan ekplorasi tersebut berada dalam batas kemampuan lingkungan

untuk melakukan recovery atau dalam batas yang lestari (sustainable). Akselerasi

terhadap pertumbuhan perekonomian perdesaan pada bidang pertanian, UKM dan

investasi.

Page 105: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

92

Pada tahap ini harus telah terjadi peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan

oleh pemerintah daerah menuju pada pelayanan prima sebagai perwujudan

terwujudnya clean dan good governance. Transparansi dan efiesiensi telah

menjadi pertimbangan utama dalam pemberian pelayanan sehingga electronic

government (e-gov) telah menjadi pilihan bagai pemerintah daerah Propinsi Jawa

Tengah dalam menyelenggarakan pelayanan publik.

Tahapan ini terutama untuk mendukung (fokus) pada tercapainya 2 (dua) butir

tujuan, meliputi :

a. Memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam maupun buatan sesuai

dengan RTRW Provinsi Jawa Tengah, hasil penelitian serta pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna yang melibatkan kalangan

perguruan tinggi, untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan rakyat yang

lebih baik.

b. Memantapkan administrasi pemerintahan dengan penerapan Information

Communication and Technology (ICT) melalui electronic government di

lingkungan pemerintahan daerah di Provinsi Jawa Tengah dalam rangka

meningkatkan pelayanan dan kebebasan akses informasi bagi masyarakat.

3. Tahap Perwujudan Masyarakat Jawa Tengah yang Semakin Sejahtera,

Mandiri, Berkemampuan dan Berdayasaing Tinggi (2012 - 2013)

Tahap ini adalah tahap terakhir yang merupakan tahap perwujudan visi yang telah

ditetapkan yaitu mewujudkan masyarakat Jawa Tengah yang semakin sejahtera,

ditandai dengan kondisi aman, pemerintahan yang bersih dan efektif dan

masyarajat yang senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan kearifan

lokal. Untuk itu segala kekuatan dan potensi diarahkan untuk tercapainya tujuan

ini. Peningkatan kesejahteraan ini ditandai dengan tercapainya indikator-indikator

agregatif pembangunan daerah yaitu meningkatnya IPM, semakin kecilnya

kesenjangan antar kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan

berpenghasilan tinggi, semakin rendahnya kesenjangan antar wilayahnya, semakin

tingginya nilai tukar petani, semakin tingginya kesetaraan gender, semakin

tingginya keberdayaan perempuan, semakin tingginya pertumbuhan ekonomi

daerah, semakin kecilnya disparitas desa-kota, semakin kecilnya angka inflasi,

semakin berkurangnya penduduk miskin, semakin sedikitnya penganggur dan

semakin tingginya partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah.

Page 106: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

93

Tahapan ini terutama untuk mendukung (fokus) pada tercapainya 2 (dua) butir

tujuan, meliputi :

a. Membangun dan mengembangkan jaringan bisnis ekonomi lokal melalui Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang diarahkan pada pengelolaan usaha

oleh pelaku bisnis secara mandiri.

b. Mewujudkan masyarakat yang berkemampuan (empowered) dan berdaya-

saing (competitive) yang mengarah kepada kemandirian, melalui peran aktif

pemerintah, swasta dan masyarakat

Meskipun masing-masing tahapan mendukung tercapainya tujuan tertentu namun

bukan berarti tujuan tersebut masing-masing diupayakan dan diselesaian pada

tahapan yang bersangkutan, melainkan hal tersebut hanya merupakan pemusatan

perhatian (focussing). Masing-masing kegiatan untuk mendukung kelompok tujuan

bisa dilaksakanan selama periode 2008 - 2013 dengan fokus perhatian pada

periode tertentu.

Page 107: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

95

BAB VI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

A. Pengelolaan Keuangan Daerah

Keuangan daerah Provinsi Jawa Tengah dikelola sesuai dengan ketentuan dalam

UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara, Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri)

No. 13 tahun 2006 jo. Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.

Secara spesifik pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jawa Tengah diatur dalam

Peraturan Daerah No.1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam peraturan daerah ini meliputi

kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, asas umum dan struktur APBD,

penyusunan rancangan APBD, pelaksanaan APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas,

penatausahaan keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD, kerugian daerah, pengelolaan keuangan BUMD, pembinaan dan

pengawasan pengelolaan keuangan daerah, serta sistem informasi keuangan daerah.

Pedoman penatausahaan pelaksanaan APBD setiap tahun diatur tersendiri dalam

peraturan gubernur yang biasanya ditetapkan pada akhir Desember sebagai pedoman

pelaksanaan APBD yang dimulai awal Januari tahun berikutnya.

Asas umum pengelolaan keuangan daerah yang telah menjadi komitmen pemerintah

daerah Provinsi Jawa Tengah adalah bahwa : “keuangan daerah dikelola secara tertib,

taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan dan

bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat

untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem

terintegrasi, diwujudkan dalam APBD yang setiap tahun ditetapkan dengan Peraturan

Daerah.”

APBD merupakan instrumen yang menjamin terciptanya disiplin dalam proses

pengambilan keputusan terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah.

Agar APBD dapat disusun dan dilaksanakan dengan baik dan benar, maka landasan

Page 108: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

96

administratif dalam pengelolaan anggaran daerah yang mengatur antara lain prosedur

dan teknis penganggaran harus diikuti secara tertib dan taat azas.

Beberapa prinsip disiplin anggaran dalam penyusunan anggaran daerah, antara lain

adalah: 1) pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara

rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang

dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja; 2) penganggaran

pengeluaran harus didukung oleh kepastian penerimaan daerah dalam jumlah yang

cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak

mencukupi anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD; 3) semua penerimaan dan

pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan

dalam APBD dan dibukukan dalam rekening Kas Umum Daerah.

Aspek penting dalam penyusunan anggaran adalah penyelarasan kebijakan (policy),

perencanaan (planning) dengan penganggaran (budget) antara pemerintah pusat

dengan pemerintah daerah agar tidak tumpang tindih. Penyusunan APBD pada

dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya

yang tersedia, mengalokasikan sumber daya secara tepat sesuai kebijakan pemerintah

dan mempersiapkan kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik.

Perubahan APBD dimungkinkan jika terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan

asumsi kebijakan umum APBD, terdapat keadaan yang menyebabkan harus dilakukan

pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja,

serta terjadi keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya dan

harus digunakan untuk pembiayaan anggaran tahun berjalan. Dalam rangka

pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah daerah

wajib menyampaikan pertanggungjawaban, berupa : 1) Laporan Realisasi Anggaran,

2) Neraca, 3) Laporan Arus Kas, dan 4) Catatan atas Laporan Keuangan yang disusun

sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan diaudit oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK).

Page 109: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

97

B. Penerimaan Daerah.

1. Pendapatan Asli Daerah;

Pendapatan Asli Daerah (PAD) selama kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami

peningkatan. Proporsi PAD terhadap APBD Provinsi Jawa Tengah menunjukkan

kecenderungan meningkat sebagaimana dalam tabel 6.1

Tabel 6.1

Jumlah PAD dan Proporsinya terhadap APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2008

No Tahun PAD (Triliun Rp)

APBD (triliun Rp)

Proporsi PAD thd APBD (%)

1 2003 1,467 2,452 59,83 2 2004 1,865 2,883 64,69 3 2005 2,490 3,526 70,62 4 2006 2,630 3,818 68,88 6 2007 2,932 4,363 67,20 7 2008 3,598 5,131 70,12

Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD - TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD

Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2003-2007

2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2008

PAD Jawa Tengah memiliki kontribusi yang besar terhadap struktur pendapatan.

Struktur pendapatan Provinsi Jawa Tengah terdiri dari PAD, dana perimbangan

dan lain-lain pendapatan yang sah. Proporsi pendapatan terbesar adalah pada

dana perimbangan yang pada tahun 2008 sebesar 29,86%. Sementara PAD pada

tahun 2008 menyumbang sebesar 70,12% dan pendapatan lain yang sah

menyumbang 0,44%. Selama kurun waktu 2003 – 2008 struktur pendapatan tidak

mengalami perubahan yang besar sebagaimana tabel 6.2

Tabel 6.2 Struktur Pendapatan

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2008

No Tahun PAD (Triliun

Rp)

Dana Perimbangan (milyar Rp)

Lain-lain Pendapatan yang sah (Milyar Rp)

APBD (triliun Rp)

1 2003 1,467 713,64 271,77 2,452 2 2004 1,865 789,08 229,13 2,883 3 2005 2,490 807,13 229,06 3,526 4 2006 2,630 1185,86 1,99 3,818 6 2007 2,932 1419,34 11,36 4,363 7 2008 3,598 1532,29 0,23 5,131

Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD - TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD

Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2003-2007

2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2008

Page 110: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

98

Sedangkan kontribusi pajak terhadap PAD cukup tinggi diatas 80% dan secara

nominal mengalami pertumbuhan yang positif, seperti diperlihatkan oleh tabel 6.3.

Tabel 6.3

Kontribusi Pajak Terhadap PAD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2008

No Tahun Pajak (Triliun Rp)

PAD (Triliun Rp)

Kenaikan PAD (%)

Kontribusi Pajak thd PAD (%)

1 2003 1,301 1,467 - 88,68 2 2004 1,602 1,865 27,13 85,89 3 2005 1,996 2,490 33,51 80,16 4 2006 2,106 2,630 5,62 80,07 6 2007 2,422 2,932 11,48 82,60 7 2008 2,942 3,598 22,71 81,76

Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2003-2007

2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2008 (Data diolah)

2. Dana Perimbangan;

Proporsi dana perimbangan terhadap APBD Jawa Tengah relatif kecil, namun

demikian dana perimbangan ini memiliki arti yang besar bagi Provinsi Jawa

Tengah. Proporsi dana perimbangan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008

berkisar diantara angka 30% sepeti diperlihatkan oleh tabel 6.4.

Tabel 6.4 Jumlah Dana Perimbangan dan Proporsinya terhadap APBD

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2003 – 2008

No Tahun Dana Perimbangan (trilyun Rp)

APBD (triliun Rp)

Proporsi dana Perimbangan thd

APBD (%) 1 2003 0,714 2,452 29,10 2 2004 0,789 2,883 27,37 3 2005 0,807 3,526 22,89 4 2006 1,186 3,818 31,06 6 2007 1,419 4,363 32,53 7 2008 1,532 5,131 29,86

Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD - TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD

Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2003-2007

2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2008

Page 111: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

99

3. Lain-lain Pendapatan yang Sah

Jenis lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah untuk menganggarkan

penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi

daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci menurut

obyek pendapatan yang mencakup :

a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;

b. Jasa Giro;

c. Pendapatan Bunga;

d. Penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;

e. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain dari akibat dari penjualan

dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;

f. Penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang

asing;

g. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;

h. Pendapatan denda pajak;

i. Pendapatan denda retribusi;

j. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;

k. Pendapatan dari pengembalian;

l. Fasilitas sosial dan fasilitas umum;

m. Pendapatan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

C. Belanja Daerah

Struktur belanja dalam APBD Provinsi Jawa Tengah terdiri dari Belanja Aparatur dan

Belanja Pelayanan Publik pada struktur anggaran 2003 – 2006 (Kepmendagri 29 tahun

2002), sedangkan pada tahun anggaran 2007 – 2008 struktur belanja berubah

menjadi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung (Permendagri 13 tahun 2006).

Pada tahun 2003 – 2006 proporsi belanja aparatur lebih sedikit dibandingkan dengan

belanja pelayanan publik, sedangkan pada tahun 2007 dan 2008 proporsi belanja

tidak langsung lebih besar daripada belanja langsung.

1. Belanja tidak langsung, merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait

secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, meliputi:

a. Belanja pegawai dalam bentuk gaji dan tunjangan, tambahan penghasilan

pegawai, penerimaan lainnya pimpinan dan Anggota DPRD serta Kepala

Daerah / Wakil Kepala Daerah dan biaya pemungutan pajak daerah.

Page 112: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

100

b. Belanja bunga digunakan untuk pembayaran bunga atas pinjaman

Pemerintah Daerah kepada pihak lainnya.

c. Subsidi, digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi kepada

perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan

dapat terjangkau oleh masyarakat banyak.

d. Belanja hibah, yaitu pemberian hibah untuk penyelenggaraan program dan

kegiatan yang bersifat cross cutting issue.

e. Bantuan Sosial, yaitu bantuan sosial organisasi kemasyarakatan antara lain

bantuan keagamaan, pendidikan, kemasyarakatan, pengadaan pangan dan

bantuan partai politik.

f. Belanja Bagi Hasil, meliputi belanja bagi hasil pajak daerah dan retribusi

daerah kepada Kabupaten/Kota.

g. Bantuan Keuangan yang bersifat umum maupun khusus kepada

Kabupaten/Kota.

h. Belanja tak terduga, untuk kegiatan yang sifatnya tidak bisa atau

diharapkan tidak terulang.

2. Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait langsung

dengan program dan kegiatan, meliputi :

a. Belanja Pegawai, Belanja Pegawai, untuk pengeluaran honorarium PNS,

honorarium non PNS dan uang lembur

b. Belanja Barang dan Jasa, Belanja Barang dan Jasa, untuk pengeluaran

bahan habis pakai, bahan material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan

kendaraan bermotor, cetak dan penggandaan, sewa alat berat, sewa

perlengkapan, sewa perlengkapan dan alat kantor, makanan dan minuman,

pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian khusus, perjalanan dinas,

bea siswa pendidikan PNS, kursus, pelatihan, sosialisasi dan bimbingan teknis

perjalanan pindah tugas dan lain sebagainya.

c. Belanja Modal, untuk pengeluaran pengadaan tanah, alat-alat berat, alat-

alat angkutan di darat bermotor, alat-alat angkutan darat tidak bermotor,

alat-alat angkutan di air bermotor, alat-alat angkutan di air tidak bermotor,

alat-alat bengkel, alat-alat pengolahan pertanian dan peternakan, peralatan

kantor, perlengkapan kantor, komputer dan lain-lain.

Page 113: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

101

Tabel 6.5 Struktur Belanja Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2003 – 2006

No Tahun Belanja Tdk Langsung

(Milyar Rp)

Belanja Langsung

(Milyar Rp)

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan

Keuangan (Milyar Rp)

Belanja Tidak Tersangka/ Tak Terduga (Milyar Rp)

APBD (Trilyun

Rp)

1 2003 838,51 1.777,37 857,41 49,42 2,452 2 2004 820,82 776,35 923,61 51,77 2,883 3 2005 906,12 799,22 1.203,64 27,34 3,526 4 2006 762,42 209,07 1.135,31 26,38 3,818 5 2007 1.085,60 1.446,78 1.366,93 5,91 4,363 6 2008 1.883,73 1.988,05 1.768,42 20,00 5,131

Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD - TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD

Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2003-2007 2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2008

Proporsi belanja pegawai cukup besar terhadap total belanja. Pada tahun 2007

mencapai 25,43%, sedangkan pada tahun 2008 berdasarkan anggaran penetapan

proporsinya sebesar 16,81% sebagaimana tabel 6.6

Tabel 6.6 Proporsi Belanja Pegawai Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2003 – 2006

No

Tahun

Belanja Pegawai

(Milyar Rp)

Total Belanja (triliun Rp)

Persentase Belanja pegawai thd total belanja

(%) 1 2007 992,94 3.905,22 25,43 2 2008 951,39 5.660,20 16,81

Keterangan: - TA. 2003-2007 merupakan angka realisasi APBD - TA. 2008 merupakan angka Perubahan APBD

Sumber: 1. Perda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2003-2007

2. Perda tentang Perubahan APBD Provinsi Jawa Tengah TA. 2008

D. Pembiayaan Daerah

Pembiayaan daerah, semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau

pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri

dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan mencakup :

Page 114: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

102

a. SiLPA tahun anggaran sebelumnya;

b. Pencairan dana cadangan;

c. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d. Penerimaan pinjaman daerah;

e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman;

f. Penerimaan piutang daerah;

g. Penerimaan kembali penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah; dan

h. Penerimaan kembali dana talangan.

Pengeluaran pembiayaan mencakup :

a. Pembentukan dana cadangan;

b. Penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah;

c. Pembayaran pokok utang;

d. Pemberian pinjaman daerah;

e. Pembayaran utang belanja;

f. Pemberian dana talangan; dan

g. SiLPA tahun berkenaan.

Pengelolaan dana APBN di provinsi dilakukan sesuai dengan ketentuan pengelolaan

dana APBN. Dana APBN di provinsi berupa dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Penyerahan DIPA dilaksanakan setiap awal tahun anggaran oleh pemerintah pusat,

selanjutnya pemerintah provinsi akan melaksanakan kegiatan tersebut dan

selanjutnya dilaporkan kepada pemerintah pusat, setelah selesai dilaksanakan.

Prinsip-prinsip pengelolaan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan dilakukan

sesuai ketentuan perundangan yang telah ditetapkan. Pelaporan dana dekonstrasi dan

tugas pembantuan dilakukan oleh provinsi bersamaan penyusunan Laporan

Keterangan Pertanggung jawaban Gubernur tahun berjalan.

Optimalisasi peran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) terutama yang bergerak dalam

transaksi keuangan seperti Bank Jateng, Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat

(PD BPR BKK) dan Perusahaan Daerah Badan Kredit Kecamatan (PD BKK) dapat

didayagunakan untuk meningkatkan kinerja perekonomian regional Jawa Tengah.

Melalui fungsinya sebagai lembaga intermediasi, kedua BUMD tersebut dapat lebih

progresif menyalurkan pembiayaannya kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Hal ini dapat dilakukan secara optimal apabila lembaga tersebut mampu menyerap

Page 115: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

103

dana masyarakat yang berlebihan dengan memberikan pelayanan yang optimal

kepada para nasabah dan pada saat yang sama memperkuat permodalannya

sehingga bank menjadi lebih sehat dan lebih mampu meningkatkan pembiayaannya

untuk pengembangan usaha masyarakat.

E. Analisa Kemampuan Keuangan Daerah.

Prediksi Pendapatan Asli Daerah dalam kurun waktu 2009 – 2013 diasumsikan terjadi

peningkatan rata-rata sebesar 3%. Sedangkan untuk pajak daerah diprediksi akan

mengalami kenaikan secara bertahap rata-rata sebesar 2% pertahun, dengan asumsi

kondisi perekonomian stabil. Namun apabila dilihat dari kontribusi pajak daerah

terhadap PAD akan mengalami perlambatan pertumbuhan dari tahun ke tahun. Hal ini

disebabkan oleh adanya rencana potensi pendapatan pajak dan retribusi daerah yang

sebagian diserahkan ke Kab/Kota, antara lain : Pajak Air Bawah Tanah, Pajak Air

Permukaan, dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dan Retribusi Ijin

Pengambilan Air Bawah Tanah. Prediksi PAD dan Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2009-2013 dapat dilihat pada tabel 6.7

Tabel 6.7

Prediksi PAD dan Pajak Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 – 2013

No Tahun PAD

(Triliun Rp) Pajak Daerah (Triliun Rp)

Kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD

(%) 1 2009 3,625 2,955 81,52 2 2010 3,374 3,014 80,73 3 2011 3,846 3,074 79,94 4 2012 3,961 3,136 79,17 6 2013 4,078 3,199 78,40

Sumber : DPPAD Prov. Jateng

Page 116: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

104

BAB VII

PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Penyusunan Program Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013

berdasarkan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Kabupaten/Kota;

Permendagri No 13 Tahun 2006 jo Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah; serta visi dan misi yang disampaikan oleh pasangan calon

gubernur terpilih yang ditetapkan oleh KPU Provinsi Jawa Tengah tanggal 5 Juni 2008.

Program-program pembangunan dalam RPJMD ini juga mengacu program nasional yang

terdapat dalam RPJP Nasional (UU No. 17 Tahun 2007) dan RPJM Nasional (Perpres No. 7

Tahun 2004), dan tahapan pembangunan lima tahunan RPJPD Provinsi Jawa Tengah

(Perda No. 3 Tahun 2008).

Selain peraturan perundangan di atas, program pembangunan dalam RPJMD Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2008-2013 mendasarkan pada Perda No.21 Tahun 2003 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah; Peraturan Gubernur (Pergub) No. 82

Tahun 2007 tentang Program Indikatif Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 jo Pergub No.

30 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur (Pergub) No. 82 Tahun 2007

tentang Program Indikatif Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009; serta Peraturan Gubernur

No. 88 Tahun 2008 tentang Rencana Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana (RAD-

PRB) Provinsi Jawa Tengah.

Program pembangunan dalam RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2013 meliputi

Program Kewenangan Urusan Wajib, Program Kewenangan Urusan Pilihan, Pelaksanaan

Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, serta Pelaksanaan Tugas Umum

Pemerintahan.

A. Kewenangan Urusan Wajib

Kelompok program kewenangan urusan wajib, meliputi 26 kewenangan urusan,

rincian program masing-masing kewenangan urusan tersebut adalah sebagai berikut :

Page 117: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

105

1. Kewenangan Urusan Wajib Pendidikan

a. Permasalahan

1) Belum optimalnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD) antara lain disebabkan:

a) Belum terbangunnya pemahaman masyarakat terhadap PAUD bagi

pengembangan potensi anak (golden age).

b) Keterbatasan lembaga penyelenggara dan sarana prasarana PAUD.

c) Belum terpenuhinya rasio ideal pendidik PAUD berbanding dengan peserta

didik.

2) Belum optimalnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Dasar antara lain

disebabkan oleh:

a) Belum terbangunnya kesadaran sebagian masyarakat terhadap pentingnya

pendidikan dasar.

b) Belum terpenuhinya standar sarana prasarana minimal pendidikan dasar.

c) Belum terpenuhinya rasio ideal pendidik Dikdas berbanding dengan peserta

didik.

d) Belum optimalnya pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

3) Belum optimalnya pemerataan, akses, mutu, relevansi dan daya saing

Pendidikan Menengah yang disebabkan oleh:

a) Rendahnya kemampuan ekonomi sebagian masyarakat berdampak pada

angka putus sekolah.

b) Belum terpenuhinya standar sarana prasarana minimal Pendidikan

Menengah.

c) Belum terbangunnya links and match antara sekolah dengan dunia usaha

dan industri.

d) Belum terpenuhinya rasio ideal pendidik Dikmen berbanding dengan

peserta didik.

4) Belum optimalnya pemerataan, akses, mutu dan relevansi serta daya saing

Pendidikan Non Formal dan Informal yang disebabkan oleh:

a) Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap Pendidikan Non Formal.

b) Kurangnya biaya untuk mengikuti Pendidikan Non Formal.

c) Belum terpenuhinya standar sarana prasarana minimal Pendidikan Non

Formal.

d) Rendahnya mutu pada Pendidikan Non Formal.

Page 118: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

106

5) Belum optimalnya pemerataan, akses, mutu dan relevansi Pendidikan Khusus

yang disebabkan oleh:

a) Rendahnya kesadaran masyarakat mendidik anak berkelainan khusus

pada Satuan Pendidikan Khusus.

b) Tingginya indeks biaya Pendidikan Khusus.

c) Belum terpenuhinya standar sarana prasarana minimal Pendidikan Khusus.

6) Belum optimalnya kinerja pendidik dan tenaga kependidikan dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya mengelola pembelajaran yang

disebabkan oleh :

a) Belum meratanya persebaran pendidik dan tenaga kependidikan.

b) Sebagian pendidik belum memenuhi standar kualifikasi pendidikan S-1/D-4

c) Sebagian pendidik belum bersertifikat pendidik.

d) Keterbatasan aktivitas dan media pengembangan profesi pendidik dan

tenaga kependidikan.

e) Upah, gaji, tunjangan dan penghasilan lain pendidik dan tenaga

kependidikan Non PNS belum memenuhi kebutuhan hidup minimal.

f) Penghargaan dan perlindungan hukum bagi pendidik dan tenaga

kependidikan belum sebanding dengan beban tugas profesi yang

disandang.

7) Belum optimalnya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam

penyelenggaraan pendidikan, yang disebabkan oleh:

a) Belum diterapkannya SMM ISO 9001-2001 pada Dinas Pendidikan dan

Satuan Pendidikan Menengah.

b) Belum terpenuhinya standar pelaporan akuntabilitas Dinas Pendidikan.

c) Belum optimalnya penerapan Information Communication Teknologi (ICT)

yang mendukung realisasi manajemen pendidikan yang transparan dan

akuntabel.

d) Belum optimalnya pengendalian internal dalam pelaksanaan pembangunan

pendidikan.

8) Belum optimalnya fasilitasi pengembangan Perguruan Tinggi serta belum

optimalnya peran Pendidikan Tinggi dalam pembangunan daerah.

9) Masih rendahnya wawasan kebangsaan dan nasionalisme, kearifan lokal,

kesetaraan gender dalam penyelenggaraan pendidikan.

Page 119: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

107

b. Kebijakan

Kebijakan pembangunan pendidikan Provinsi Jawa Tengah diarahkan pada :

1) Meningkatkan pemerataan dan mutu serta perluasan akses penyelenggaraan

PAUD.

2) Meningkatkan pemerataan dan mutu serta perluasan akses penyelenggaraan

Pendidikan Dasar.

3) Meningkatkan pemerataan, mutu, relevansi dan daya saing serta perluasan

akses penyelenggaraan Pendidikan Menengah.

4) Meningkatkan pemerataan, mutu, relevansi dan daya saing serta perluasan

akses penyelenggaraan Pendidikan Non Formal dan Informal.

5) Meningkatkan pemerataan, mutu, dan relevansi serta perluasan akses

penyelenggaraan Pendidikan Khusus.

6) Meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan pada Pendidikan Formal

dan Non Formal.

7) Meningkatkan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam

penyelenggaraan pendidikan.

8) Meningkatkan fasilitasi penyelengaraan Pendidikan Tinggi.

9) Meningkatkan wawasan kebangsaan, kearifan lokal dan kesetaraan gender

dalam penyelenggaraan pendidikan.

c. Strategi

1) Memantapkan komitmen dan sinergitas pembangunan pendidikan antara

Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

2) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaaan pendidikan.

3) Membangun kemitraan dan kerjasama dengan stakeholder guna menjamin

relevansi dan daya saing pendidikan.

4) Meningkatkan kualitas aparatur pendidikan untuk mewujudkan tata kelola

penyelenggaraan pemerintahan yang baik (good governance) di bidang

pendidikan.

5) Pengembangan komoditas unggulan melalui pendidikan non formal.

6) Menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat akan perubahan melalui

pendidikan, kursus, pelatihan dan praktek langsung serta sekolah lapang.

7) Melaksanakan pelatihan/kursus dan kunjungan/studi lapangan, magang dan

praktek lapangan.

Page 120: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

108

d. Program

1) Pendidikan Anak Usia Dini.

2) Pendidikan Dasar.

3) Pendidikan Menengah.

4) Pendidikan Non Formal dan Informal.

5) Pendidikan Khusus.

6) Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

7) Manajemen Pelayanan Pendidikan.

8) Fasilitasi Pendidikan Tinggi.

9) Pendidikan Berkelanjutan.

e. Sasaran

1) Meningkatnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Anak Usia Dini.

2) Meningkatnya pemerataan, akses dan mutu Pendidikan Dasar.

3) Meningkatnya pemerataan, akses, mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan

Menengah.

4) Meningkatnya pemerataan, akses, mutu, relevansi dan daya saing Pendidikan

Non Formal dan Informal.

5) Meningkatnya pemerataan, akses, mutu, dan relevansi Pendidikan Khusus.

6) Meningkatnya kinerja pendidik dan tenaga kependidikan.

7) Meningkatnya tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam

penyelenggaraan pendidikan.

8) Terwujudnya fasilitasi pengembangan Pendidikan Tinggi serta peningkatan

peran Perguruan Tinggi dalam pembangunan daerah.

9) Meningkatnya wawasan kebangsaan, kearifan lokal dan kesetaraan gender

dalam penyelengaran pendidikan.

f. Indikator Capaian

1) Rasio jumlah pendidik dengan Peserta Didik PAUD (1:20).

a) APK PAUD 65%.

b) 70 % sarana Prasarana PAUD layak.

c) Rasio jumllah pendidik dengan peserta didik PAUD (1:20).

d) Dokumen tentang Pedoman Pengelolaan PAUD.

Page 121: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

109

2) Program Pendidikan Dasar, dengan indikator :

a) APM-SD/MI 98%.

b) APK Wajar DikDas 98%.

c) Nilai rata-rata Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) mencapai

7,0 untuk tingkat SD/MI dan Ujian Nasional SMP/MTs sebesar 6,78.

d) Angka Naik Kelas SD/MI 98%.

e) Angka Putus Sekolah SD/MI 0,12% dan SMP/MTs 0,22%.

f) Angka lulus SD/MI 98% dan SMP/MTs 93%.

g) 90% ruang kelas SD dan SMP sesuai standar.

h) 568 SD memiliki laboratorium IPA dan komputer.

i) 30% SMP memiliki laboratorium IPA, Bahasa, komputer (ICT).

j) 35% SD dan 80% SMP memiliki perpustakaan.

k) 100% SD/MI dan SMP/MTs terakreditasi.

l) 100% SD dan SMP Melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP).

m) 100% SD dan SMP Melaksanakan Pembinaan Kesiswaan dengan Baik.

n) Setiap Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) SD.

o) Setiap Kabupaten/Kota memiliki minimal 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) SMP.

3) Program Pendidikan Menengah, dengan indikator :

a) APK SMA/SMK/MA 70%.

b) Rasio siswa SMK : SMA = 70 : 30.

c) 40% Ruang Kelas SMA/SMK sesuai standar.

d) Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA 0,7%.

e) 90% SMA/SMK memiliki Perpustakaan.

f) 75% SMA/SMK memiliki Laboratorium.

g) Setiap Kabupaten/Kota terdapat 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) SMA.

h) Setiap Kabupaten/Kota terdapat 1 (satu) Rintisan Sekolah Bertaraf

Internasional (RSBI) SMK.

i) 50% SMA/SMK menerapkan ICT Based Learning.

j) Nilai rata-rata Ujian Nasional SMA/ SMK sebesar 7,1.

k) 50% SMK memiliki Bengkel.

Page 122: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

110

l) 30 Mata Pelajaran SMK memiliki Buku Teks Layak menurut Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP).

m) 100% SMA/SMK menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

n) 100% SMA/SMK/MA terakreditasi.

o) 50% SMA/SMK melaksanakan MBS dengan baik.

p) 59 SMA menerapkan ISO 9001-2000.

q) 122 SMK menerapkan ISO 9001-2000.

r) 100% SMA/SMK melaksanakan Pembinaan Kesiswaan dengan Baik.

4). Program Pendidikan Non Formal dan Informal, dengan indikator :

a) Pendidikan Kesetaraan

(1) 7% mendukung capaian APK Dikdas.

(2) Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket A 97%.

(3) Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket B 95%.

(4) Angka lulus pendidikan kesetaraan Paket C 90%.

(5) 60% usia dewasa yang belum bersekolah terlayani pendidikan

kesetaraan.

b) Pendidikan Masyarakat (Dikmas)

(1) Angka Buta Aksara usia 15 tahun keatas kurang dari 1%.

(2) 15% desa di Jawa Tengah memiliki Taman Bacaan Masyarakat (TBM).

c) Kursus dan Kelembagaan

(1) 5% pengangguran usia 15-44 th memperoleh layanan pendidikan

Kecakapan Hidup.

(2) 10% lembaga PNF terakreditasi.

(3) Setiap Kabupaten/Kota memiliki 1 (satu) model layanan PNF

Unggulan.

5) Program Pendidikan Khusus, dengan indikator :

a) APK Pendidikan Khusus 40%.

b) Angka Naik Kelas 98%.

c) Angka lulus pendidikan khusus 100%.

d) 70% Ruang Kelas sesuai Standar.

e) 40% sarana dan prasarana pendidikan khusus terpenuhi.

f) 100% Pendidikan Khusus Terakreditasi.

Page 123: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

111

6) Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan, dengan

indikator :

a) Pendidik Jawa Tengah berkualifikasi S.1/D.4 mencapai :

(1) 30% pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

(2) 40% pada Satuan Pendidikan SD/SDLB/MI.

(3) 85% pada Satuan Pendidikan SMP/SMPLB/MTs.

(4) 93% Pada Satuan Pendidikan SMA/SMALB/MA dan SMK.

(5) 35% Pada Pendidikan Kesetaraan A, B dan C.

b) Pendidik Jawa Tengah bersertifikat pendidik mencapai :

(1) 16% pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

(2) 45% pada Satuan Pendidikan SD/SDLB/MI.

(3) 94% pada Satuan Pendidikan SMP/SMPLB/MTs.

(4) 95% Pada Satuan Pendidikan SMA/SMALB/MA dan SMK.

c) Pendidik dan Tenaga Kependidikan Jawa Tengah bersertifikat sesuai bidang

keahlian :

(1) 35% Pengawas TK/RA/SD/SDLB/MI bersertifikat pengawas.

(2) 40% Pengawas SMP/MTs bersertifikat pengawas.

(3) 50% Pengawas SMA/SMK/MA bersertifikat pengawas.

(4) 45% laboran pada Satuan Pendidikan SMP/MTs bersertifikat laboran.

(5) 30% laboran pada Satuan Pendidikan SMA/SMK/MA bersertifikat

laboran.

(6) 10 % instruktur Kejuruan bersertifikat kompetensi keahlian.

(7) 40 % pustakawan pada SMP/MTs bersertifikat pustakawan.

(8) 35% pustakawan pada SMA/SMK/MA bersertifikat pustakawan.

(9) 40% Pendidik/Instruktur kursus kejuruan bersertifikat bidang keahlian.

7). Program Manajemen Pelayanan Pendidikan, dengan indikator:

a) 40% lembaga PAUD memiliki tatakelola dan citra yang baik.

b) 15% SD/MI dan 30% SMP/MTs menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah

(MBS).

c) 100% SMA/SMK/MA melaksanakan program MBS dengan baik.

d) Penerapan Sistem Manajemen Mutu (SSM) ISO 9001-2000.

8). Program Fasilitasi Pendidikan Tinggi, dengan indikator :

25% perguruan tinggi bermitra dengan Pemerintah Daerah dan masyarakat

dalam pembangunan pendidikan.

Page 124: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

112

9). Program Pendidikan Berkelanjutan, dengan indikator :

a) 75% sekolah di Jawa Tengah melaksanakan pembinaan wawasan

kebangsaan.

b) 100% sekolah di Jawa Tengah melaksanakan kurikulum Bahasa Jawa.

2. Kewenangan Urusan Wajib Kesehatan

a. Permasalahan

1) Masih kurangnya kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan (tenaga,

sarana prasarana, pengangguran) dikarenakan:

a) Terbatasnya anggaran kesehatan untuk pengadaan tenaga kesehatan;

b) Masih adanya kesenjangan tenaga kesehatan di daerah pedesaan dan

perkotaan;

c) Masih kurangnya ketrampilan tenaga kesehatan terutama di kebidanan;

d) Masih banyaknya tenaga kesehatan yang belum bersertifikat (sertifikasi

kompetensi);

e) Masih kurangnya pemerataan distribusi tenaga kesehatan strategis (dokter

spesialis, dokter gigi, bidan, perawat) pada sarana pelayanan kesehatan di

daerah;

f) Masih rendahnya perlindungan dan kepastian hukum terhadap tenaga

kesehatan;

g) Masih rendahnya koordinasi dan sinkronisasi perencanaan penganggaran

dan evaluasi pembangunan kesehatan di tingkat provinsi maupun

kabupaten/kota;

h) Masih rendahnya kemampuan sumberdaya manusia dalam perencanaan,

penganggaran dan evaluasi pembangunan kesehatan di tingkat provinsi

dan kabupaten/kota;

i) Berkembangnya permasalahan kesehatan di daerah lintas batas dan

provinsi anggota MPU yang membutuhkan koordinasi dan kerjasama antar

wilayah;

j) Belum efektifnya pengawasan keuangan dan pencapaian retribusi

pendapatan pada dinas kesehatan dan UPT;

k) Belum semua masyarakat miskin mendapatkan Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas);

l) Masih rendahnya keterlibatan pemerintah Kab./Kota dalam pengembangan

jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat;

Page 125: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

113

m) Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam sistem jaminan

pemeliharaan kesehatan masyarakat secara mandiri;

n) Masih kurangnya jumlah dokter spesialis jiwa.

2) Masih banyaknya kasus gizi buruk di masyarakat hal ini dikarenakan :

a) Pengetahuan pembantu rumah tangga dalam pemberian makanan bergizi

masih rendah;

b) Daya beli masyarakat untuk makanan bergizi rendah;

c) Ketrampilan ibu dalam menyiapkan makanan bergizi belum memadai;

d) Kurangnya promosi tentang makanan bergizi;

e) Kurang terkoordinasinya program gizi buruk di Kabupaten/Kota dan antar

Kabupaten/Kota.

3) Masih terdapat masyarakat yang belum menikmati pelayanan kesehatan yang

bermutu sehingga ada kecenderungan meningkatnya angka kematian, baik ibu

melahirkan, angka kematian anak dan angka kematian karena meningkatnya

angka kesakitan, hal ini diantaranya disebabkan oleh:

a) Mahalnya pelayanan kesehatan yang baik

b) Pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau karena jauhnya jarak dan

sulitnya akses pelayanan kesehatan

c) Masih kurangnya fasilitas sarana dan prasarana dan prasarana kesehatan

dasar dan rujukan.

d) Masih tingginya kasus/permasalahan kesehatan pada kelompok

masyarakat yang rentan kesehatan (ibu, anak, remaja, usia lanjut dan

pekerja).

e) Masih diperlukannya peningkatan mutu pelayanan kesehatan untuk

masyarakat miskin

4) Masih rendahnya kualitas lingkungan, hal ini dikarenakan oleh :

a) Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan;

b) Masih kurangnya sarana dan prasarana dalam menunjang lingkungan

sehat.

5) Penyakit menular (DBD, Malaria, diare, AFP, HIV AIDS dan TB Paru) dan

penyakit tidak menular (jantung koroner, kencing manis, kanker) masih tinggi

di Jawa Tengah. Masih tingginya angka kesakitan ini disebabkan oleh :

a) Survailance penyakit menular dan tidak menular yang masih lemah;

b) Masih jeleknya sanitasi lingkungan;

Page 126: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

114

c) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam berperilaku hidup bersih

dan sehat;

d) Masih tingginya kasus/permasalahan kesehatan pada kelompok

masyarakat yang rentan kesehatan (ibu, anak, remaja, usia lanjut dan

pekerja);

e) Masih tingginya angka penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah.

6) Masih belum optimalnya pembinaan, pengendalian, dan pengawasan di bidang

farmasi, makanan, dan perbekalan kesehatan disebabkan:

a) Tingkat ketersediaan dan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan

belum sesuai kebutuhan;

b) Pelayanan kefarmasian belum terintegrasi secara komprehensif dan

optimal dalam pelayanan kesehatan;

c) Masih ditemukannya peredaran sediaan farmasi, makanan dan perbekalan

kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan

kesehatan;

d) Belum semua sarana produksi (industri) farmasi, makanan dan perbekalan

kesehatan serta sarana distribusi farmasi dan alat kesehatan menerapkan

prinsip Good Production Practices dan Good Distribusion Practices;

e) Belum optimalnya mutu dan pengembangan obat tradisional serta masih

kurangnya pemanfaatan obat tradisional pada sarana pelayanan kesehatan

formal;

f) Belum optimalnya pemanfaatan laboratorium makanan minuman di tingkat

Kabupaten/ Kota dan Provinsi untuk menjamin mutu dan keamanan

produk makanan minuman;

g) Belum optimalnya kerja sama lintas program, lintas sektor, dengan

organisasi profesi dan lembaga swadaya masyarakat dalam pembinaan,

pengendalian dan pengawasan sediaan farmasi, makanan dan perbekalan

kesehatan, mulai dari produksi, distribusi sampai dengan pemanfaatannya.

7) Rendahnya perilaku hidup sehat di masyarakat, hal ini disebabkan antara lain

oleh :

a) Perbedaan pola penyakit dan persebaran pada setiap daerah;

b) Upaya promosi dan pencegahan belum menjadi prioritas;

c) Status kesehatan masyarakat dan lingkungan belum kondusif;

d) Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;

Page 127: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

115

e) Belum optimalnya pelaksanaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat;

f) Masih adanya penyimpangan dan pemanfaatan obat dan zat-zat terlarang;

g) Masih buruknya stigma masyarakat terutama mengenai kesehatan jiwa dan

rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya kesehatan jiwa.

b. Kebijakan

1) Peningkatan kualitas akses pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas, Puskesmas

Pembantu, PKD) dalam rangka meningkatan derajat kesehatan masyarakat

Jawa Tengah;

2) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam rangka perilaku hidup sehat,

perbaikan gizi masyarakat dan perbaikan sanitasi lingkungan;

3) Pengawasan di bidang farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan;

4) Peningkatan kemampuan dan kualitas rumah sakit

5) Upaya peningkatan kesehatan baik jasmani maupun secara jiwa, sosial dan

spiritual;

6) Peningkatan pelayanan RSUD Provinsi dan RSJD Provinsi.

c. Strategi

1) Meningkatkan peran kader kesehatan dan desa siaga dalam pencegahan dan

penanggulangan penyakit menular dan tidak menular;

2) Meningkatkan kemitraan dalam pengawasan peredaran obat dan makanan;

3) Memanfaatkan penggunaan obat tradisional dalam mengeliminir penggunaan

obat berbahaya;

4) Meningkatkan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam mewujudkan

perilaku hidup bersih dan sehat;

5) Meningkatan suplemen makanan (makanan tambahan) dengan melibatkan

kader kesehatan;

6) Diversifikasi makanan dalam rangka perbaikan gizi masyarakat;

7) Meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan sehat;

8) Sertifikasi puskesmas dan rumah sakit.

9) Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan tenaga kesehatan yang dimiliki;

10) Sertifikasi tenaga kesehatan terutama tenaga medis;

11) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di bidang

farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan yang berkualitas;

Page 128: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

116

12) Rumah Sakit diarahkan ke Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

13) Meningkatkan upaya kesehatan secara jiwa, sosial dan spiritual melalui

pengaktifan Tim Pembina Kesehatan Jiwa Masyarakat (TPKJM) dan integrasi

pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas;

d. Program

1) Sumberdaya Kesehatan

2) Perbaikan Gizi Masyarakat

3) Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat.

4) Pengembangan Lingkungan Sehat

5) Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit

6) Farmasi Dan Perbekalan Kesehatan

7) Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat

e. Sasaran

1) Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya kesehatan (tenaga, sarana

prasarana, penganggaran);

2) Meningkatnya gizi masyarakat;

3) Meningkatnya akses masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu;

4) Meningkatnya jumlah penduduk miskin yang memiliki Jamkesmas/Jamkesda

sampai 100 %;

5) Terciptanya lingkungan hidup yang sehat;

6) Berkurangnya kasus penyakit menular (DBD, Malaria, diare, AFP, HIV/AIDS, dan

TB paru) dan tidak menular;

7) Tertanganinya kasus atau permasalahan kesehatan serta menurunnya

morbiditas pada kelompok masyarakat rentan (ibu, anak, remaja, usia lanjut

dan pekerja);

8) Meningkatnya kesehatan jiwa, sosial dan spiritual yang mampu ditangani RSJD;

9) Meningkatnya pembinaan, pengendalian dan pengawasan di bidang farmasi,

makanan dan perbekalan kesehatan;

10) Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan.

f. Indikator Capaian

1) Program sumberdaya kesehatan dengan target dan indikator capaian sebagai

berikut:

Page 129: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

117

a) Melakukan pemerataan tenaga kesehatan di daerah pedesaan;

b) Bertambahnya SDM Kesehatan yang mengikuti pendidikan dan pelatihan

teknis kesehatan sebesar 10%;

c) Terakreditasinya pelatihan bidang kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah sebesar 20%;

d) Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang terakreditasi sebesar 80%;

e) Bertambahnya tenaga kesehatan yang terakreditasi sebesar 80%;

f) Tenaga kesehatan yang mengetahui keberadaan dan peran Majelis Tenaga

Kesehatan Provinsi (MTKP) jawa tengah sebesar 70%;

g) Meningkatnya kompetensi tenaga medis dan non medis yang bersertifikat

di rumah sakit sesuai dengan standar yang berlaku;

h) Meningkatnya jumlah tenaga medis dan non medis sesuai dengan

kebutuhan rumah sakit;

i) Pemanfaatan sistem informasi kesehatan terpadu di lingkungan Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 100%;

j) Pemanfaatan sistem informasi kesehatan antar jejaring Dinas Kesehatan

Provinsi dan Kabupaten/Kota sebesar 70%;

k) Peningkatan informasi SPM bidang kesehatan dan tersedianya Profil

Kesehatan sebesar 100%;

l) Pemanfaatan hasil kajian/penelitian sebagai dasar kebijakan dan pelaku

program bidang kesehatan sebesar 60%;

m) Program pemerataan distribusi tenaga kesehatan strategis pada sarana

kesehatan di daerah;

n) Adanya perlindungan hukum bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan

tugas-tugas pelayanan kesehatan;

o) Memantabkan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, penganggaran

pembangunan kesehatan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota;

p) Memantabkan koordinasi dan sinkronisasi dalam evaluasi pembangunan

kesehatan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota;

q) Meningkatnya kemampuan sumberdaya manusia dalam perencanaan,

penganggaran dan evaluasi pembangunan kesehatan tingkat provinsi dan

kabupaten/kota;

r) Tertanganinya masalah kesehatan di lintas batas dan povinsi anggota

Mitra Praja Utama (MPU);

Page 130: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

118

s) Meningkatnya persentase pengawasan keuangan dan pencapaian retribusi

100% pada Dinas Kesehatan dan UPT;

t) Meningkatnya mutu pengelolaan keuangan pada Dinas Kesehatan dan

UPT;

u) Terpenuhinya tenaga kesehatan (dokter spesialis jiwa) 100 %.

2) Program perbaikan gizi masyarakat dengan target dan indikator capaian

sebagai berikut:

a) Menurunnya jumlah gizi buruk pada balita. Prevalensi gizi buruk balita

0,82%;

b) Menurunnya jumlah KEK pada ibu hamil kurang dari 20 %;

c) Menurunnya kasus anemi pada ibu hamil, dan nifas sebesar 33,5%;

d) Meningkatnya cakupan pemberian vitamin A pada balita 100%;

e) Balita yang ditimbang secara teratur di posyandu 80%;

f) Balita gizi buruk GAKIN yang ditangani sesuai standar 100%;

g) Ibu menyusui asi eksklusif 65%;

h) Balita GAKIN 6-24 bulan mendapat MP ASI 80%;

i) Bayi, balita, bumil dan bufas yang mendapat suplemen zat gizi mikro 80%;

j) Keluarga mengkonsumsi garam beryodium 80%;

k) Surveilance gizi termasuk sistem kewaspadaan dini KLB Gizi Buruk 100%

setiap puskesmas.

3) Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat dengan target dan indikator

capaian sebagai berikut :

a) Meningkatnya jumlah penduduk miskin yang memiliki Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan sampai 100%;

b) Tercapainya usia harapan hidup (UHH) 71 tahun;

c) Menurunnya angka kematian ibu melahirkan menjadi 102/100.000

kelahiran hidup;

d) Angka kematian bayi mencapai 9,8/1.000 kelahiran hidup;

e) Angka kematian balita mencapai 12/1.000 kelahiran hidup;

f) Balita yang sakit ditangani dengan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

90%;

g) Cakupan Stimulasi Dini Intervensi Deteksi Tumbuh Kembang (SDIDTK)

95%

h) Puskesmas PKPR 20% setiap kabupaten/kota;

Page 131: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

119

i) Puskesmas KTA 25% setiap kabupaten/kota;

j) Meningkatnya persalinan oleh tenaga kesehatan 95%;

k) Terlaksananya sistem rujukan rumah sakit

l) Tersedianya sarana dan prasarana alat kesehatan sesuai dengan Standar

Pelayanan Minimal (SPM) dan produk unggulan rumah sakit;

m) Penanganan Komplikasi normal Neonatal 79 % dari kasus yang ditemukan;

n) Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar (Poned) berfungsi optimal ;

2 Puskesmas/Kabupaten/Kota;

o) Meningkatnya Kunjungan Nifas 90 %;

p) Meningkatnya cakupan pemanfaatan buku KIA 90 %;

q) Semua Desa melaksanakan P4K;

r) Terlaksananya sistem rujukan rumah sakit.

4) Program pengembangan lingkungan sehat dengan target dan indikator capaian

sebagai berikut:

a) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan Keluarga yang telah menggunakan

jamban sebesar 80 %;

b) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan keluarga yang telah menggunakan

air bersih 85 %;

c) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan cakupan rumah yang memenuhi

syaratkesehatan 75 %;

d) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan Tempat Usaha Penjamah Makanan

(TUPM) memenuhi syarat 80 %;

e) Meningkatnya Kabupaten/Kota dengan cakupan Institusi yang dibina

mencapai 80 %;

f) Terwujudnya pengelolaan sampah perkotaan 95% pedesaan 65%;

g) Meningkatnya sarana dan prasarana dalam pengelolaan sampah;

h) Meningkatnya inspeksi kesehatan pada Tempat-Tempat Umum (TTU) 80%;

i) Meningkatnya keluarga yang menggunakan air bersih 85%;

j) Cakupan institusi yang di bina mencapai 80%;

5) Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit, dengan target dan

indikator capaian sebagai berikut:

a) Menurunnya jumlah penderita DBD kurang dari < 15/100.000;

b) Cakupan Univesal Child Immunization (UCI) 100%;

Page 132: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

120

c) Meningkatnya persentase Kabupaten/Kota dengan kelengkapan laporan

survailance lebih dari atau sama dengan 90%, dan ketepatan laporan lebih

dari atau sama dengan 80%;

d) Tertanganinya KLB kurang dari dari 24 jam;

e) Menurunnya kematian karena kasus DBD kurang dari 1%;

f) Menurunnya Angka Kesakitan Malaria (API) kurang dari 1/1.000;

g) Menurunnya angka kesakitan diare dari 10 – 20% menjadi 8 – 10%;

h) Menurunnya angka kematian akibat diare kurang dari 1%;

i) Meningkatnya persentase Kabupaten/Kota dengan Non Polio A F P lebih

besar dari 2/100.000 anak usia dibawah 15 tahun;

j) Meningkatnya persentase Kabupaten /Kota untuk penemuan baru kasus

AFP kurang dari 14 hari sesuai SOP;

k) Meningkatnya penemuan kasus HIV/ AIDS;

l) Menurunnya kematian akibat HIV/ AIDS;

m) Meningkatnya penemuan kasus TB paru atau Case Detection Rate (CDR)

70%;

n) Meningkatnya angka kesembuhan TB Paru lebih dari atau sama dengan

85%;

o) Menurunnya kecacatan dan kematian akibat kecelakaan dan cedera;

p) Menurunnya Pneumonia balita dari 10-20 % menjadi 8-10%;

q) Meningkatnya Kab./Kota yang melaksanakan sosialisasi PTM 50 %;

r) Meningkatnya Kab./Kota yang melaksanakan surveilans dan pengendalian

faktor resiko PTM 25 %;

s) Meningkatnya Kab./Kota yang melaksanakan surveilans kesakitan dan

kematian PTM 100 %;

t) Meningkatnya Kab./Kota yang melaksanakan deteksi dini PTM 25 %;

u) Persentase Kabupaten dengan keluarga yang telah menggunakan jamban

sebesar 80 % dan menggunakan air bersih 85 %. Sedangkan untuk kota

dengan keluarga yang telah menggunakan jamban sebesar 90 % dan

menggunakan air bersih 90 %;

v) Tertanganinya kasus kejiwaaan yang mampu diatasi RSJD sebesar

15-20 %;

Page 133: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

121

6) Program Farmasi dan Perbekalan Kesehatan, dengan target dan indikator

capaian sebagai berikut :

a) Meningkatnya ketersediaan dan pemerataan obat publik dan perbekalan

kesehatan lainnya di pelayanan kesehatan;

b) Meningkatnya pelayanan kefarmasian di sarana pelayanan kesehatan;

c) Meningkatnya cakupan pembinaan sarana produksi dan distribusi sediaan

farmasi, alat kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);

d) Meningkatnya fasilitasi pembinaan makanan minuman kepada Kab./Kota;

e) Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional dalam

pelayanan formal;

f) Meningkatnya pemanfaatan laboratorium makanan dan minuman dalam

menjamin mutu dan keamanan produk makanan dan minuman;

7) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan target dan

indikator capaian sebagai berikut:

a) 35% Kabupaten/Kota yang mempunyai kebijakan dalam mendukung

peningkatan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah

kesehatan;

b) 100% Kabupaten/Kota melaksanakan kampanye kesehatan melalui media

promosi kesehatan (cetak elektronik, outdoor, indoor dan penyuluhan

langsung);

c) 100 % Kab./Kota mengembangkan desa/kelurahan siaga;

d) 50% Kabupaten/kota mencapai rumah tangga sehat (rumah tangga ber

PHBS) 75%;

e) 50% Kabupaten/Kota menyelenggarakan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

(JPK) masyarakat;

f) Menurunkan angka penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dan Zat

Aditif (Napza);

g) Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan jiwa;

h) Meningkatnya pemanfaatan fasilitas kesehatan jiwa oleh masyarakat.

3. Kewenangan Urusan Wajib Pekerjaan Umum

a. Permasalahan

1) Belum optimalnya kondisi pembangunan prasarana jalan dan jembatan dalam

mendukung pembangunan wilayah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah

Provinsi (RTRWP).

Page 134: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

122

2) Belum optimalnya pemenuhan kebutuhan pengelolaan jaringan irigasi, rawa

serta jaringan pengairan lainnya dalam mendukung pembangunan pertanian

dan penyediaan air baku.

3) Belum optimalnya upaya konservasi dan pengendalian tata ruang Daerah

Aliran Sungai (DAS) mengakibatkan penurunan kapasitas pengaliran sungai

dan daya tampung waduk, danau dan embung.

4) Belum optimalnya fungsi prasarana dan sarana pengendalian banjir dan

pengamanan pantai sehingga ada kecenderungan terjadinya banjir dan abrasi

pantai.

5) a. Masih adanya kesenjangan penyediaan sarana dan prasarana antara

wilayah perkotaan dan perdesaan.

b. Belum terpenuhinya cakupan fasilitas sarana prasarana di wilayah pantai

utara, tengah dan pantai selatan.

6) Rendahnya ketersediaan dan kinerja prasarana dan sarana air bersih, sanitasi,

dan persampahan terutama di lingkungan masyarakat berpenghasilan rendah.

7) a. Rendahnya kualitas pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung

Pemerintah diakibatkan tidak dipatuhinya NSPM dan rendahnya sosialisasi

serta pengawasan pelaksanan NSPM yang telah diterbitkan oleh

pemerintah.

b. Belum berkembangnya jasa konstruksi karena kurangnya pembinaan dan

pengawasan serta belum mantapnya mekanisme sertifikasi kompetensi.

b. Kebijakan

1) Mewujudkan pembangunan jalan dan jembatan guna mendukung

pengembangan wilayah Jawa Tengah;

2) Meningkatkan kondisi jalan dan jembatan provinsi dari kondisi rusak dan

sedang menjadi kondisi baik serta tertanganinya perbaikan kerusakan jalan dan

jembatan yang disebabkan bencana alam;

3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana kebinamargaan

dalam mendukung kinerja penanganan jalan dan jembatan provinsi;

4) Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana sumber daya air untuk irigasi dan

air baku dalam mendukung ketahanan pangan dan kebutuhan berbagai sektor

(pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan, industri, pariwisata, dan lain-

lain);

Page 135: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

123

5) Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana pengendalian banjir dan

pengamanan pantai untuk melindungi kawasan strategis, sentra produksi, serta

perumahan dan permukiman;

6) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pengembangan

dan pengelolaan infrastruktur;

7) Meningkatkan fungsi sarana dan prasarana konservasi sumber daya air untuk

kelestarian air dan sumber air;

8) Mengurangi kesenjangan penyediaan sarana dan prasarana antar wilayah.

9) Meningkatkan ketersediaan prasarana dan sarana pemukiman bagi masyarakat

di perkotaan dan perdesaan;

10) Meningkatkan pelayanan air bersih, sanitasi dan persampahan terutama bagi

masyarakat RTM;

11) Menguatkan kinerja pengelolaan dan pembangunan gedung publik.

c. Strategi

1) Membangun jalan dan jembatan, meningkatkan struktur dan kapasitas jalan

dan jembatan provinsi guna menunjang pengembangan wilayah, kota dan

kawasan strategis;

2) Memelihara secara rutin maupun periodik jalan dan jembatan provinsi;

3) Meningkatkan kualitas dan kuantitas alat berat, sarana laboratorium, material

jalan dan jembatan, sistem informasi / data base serta perencanaan dan

pengawasan jalan dan jembatan;

4) Pendekatan pengembangan dan pengelolaan wilayah sungai berbasis

penataan ruang, yang sinergis antar sektor, antar daerah dan antar pemangku

kepentingan (pemerintah, masyarakat dan swasta);

5) Pendekatan pembangunan prasarana sumber daya air yang berkelanjutan

dengan berpedoman pada Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM)

berbasis partisipasi masyarakat.

6) Pendekatan peningkatan pelayanan masyarakat dengan membangun sistem

informasi sumber daya air didukung kelembagaan dan sumber daya manusia

yang handal.

7) Memfasilitasi dan mendorong kerjasama dan peran serta kabupaten/kota,

pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan sarana

dan prasarana wilayah.

Page 136: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

124

8) Mendukung dan mendorong penanganan permasalahan pembangunan

perdesaan dan perkotaan.

9) Mendorong terpenuhinya pelayanan air bersih, sanitasi dan persampahan

terutama bagi masyarakat RTM.

10) Memfasilitasi penyusunan pedoman, juklak, juknis pelaksanaan pembangunan

gedung publik.

d. Program

1) Pembangunan Jalan dan Jembatan

2) Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan

3) Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan

4) Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan

5) Pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa serta jaringan

pengairan lainnya.

6) Penyediaan dan pengelolaan air baku.

7) Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan sumber daya

air lainnya.

8) Pengendalian banjir dan pengamanan pantai.

9) Peningkatan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan;

10) Peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi;

11) Pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung serta pengembangan jasa

konstruksi.

e. Sasaran

1) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan dengan sasaran sebagai berikut:

a) Meningkatnya efektifitas dan pembangunan Jaringan Jalan Lintas Selatan

(JJLS).

b) Terselesaikannya aksesibilitas ke Bandara A. Yani Semarang.

c) Terselesaikannya peningkatan aksesibilitas dari Pantai Utara (Pantura)

menuju Pantai Selatan (Pansela).

d) Meningkatnya kondisi prasarana jalan dan jembatan antara lain untuk

mendukung pengembangan Kawasan Blok Cepu, pariwisata, perbatasan

antar provinsi maupun perbatasan antar kabupaten / kota, daerah rawan

bencana dan kawasan pengembangan perekonomian wilayah.

Page 137: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

125

2) Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, dengan sasaran

terlaksananya rehabilitasi / pemeliharaan jalan provinsi sepanjang 2.539,70 km

dan jembatan provinsi sepanjang 24.135 m.

3) Program Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan, dengan sasaran

terlaksananya peningkatan jalan provinsi sepanjang 220 km dan penggantian

jembatan provinsi sepanjang 1.200 m.

4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan, dengan sasaran

sebagai berikut :

a) Terpenuhinya peningkatan kualitas dan kuantitas alat berat, sarana

laboratorium, material jalan dan jembatan, sistem informasi / data base

serta perencanaan dan pengawasan jalan dan jembatan.

b) Terfasilitasinya penanganan jalan dan jembatan Nasional, Kabupaten/ Kota

dan masyarakat/ lingkungan permukiman perdesaan.

5) Program pengembangan dan pengelolaan jaringan irigasi, rawa serta

pengairan lainnya dengan sasaran sebagai berikut:

a) Terlaksananya operasi dan pemeliharaan, peningkatan dan rehabilitasi

jaringan irigasi di 39 Daerah Irigasi (DI) seluas 346.998 Ha kewenangan

pemerintah, 106 DI seluas 86.252 Ha kewenangan provinsi dan 8.982 DI

seluas 559.205 Ha kewenangan kabupaten/kota.

b) Terlaksananya pengembangan Daerah Irigasi Lanang di Kabupaten

Grobogan seluas 1.818 Ha, Daerah Irigasi Slinga-Larangan di Kabupaten

Purbalingga seluas 1.400 Ha.

c) Terfasilitasinya peningkatan peranserta masyarakat atau petani pemakai

air dalam pengembangan dan pengelolaan prasarana irigasi.

6) Program penyediaan dan pengelolaan air baku, dengan sasaran sebagai

berikut:

a) Terlaksananya target pemenuhan kebutuhan air baku untuk rumah tangga,

kota dan industri sebesar 10%.

b) Terfasilitasinya sarana dan prasarana penyediaan air baku pada wilayah

pedesaan dan perbatasan yang rawan air di Kabupaten / Kota.

c) Terfasilitasinya peningkatan peranserta masyarakat dalam pengembangan

dan pengelolaan prasarana air baku.

Page 138: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

126

7) Program pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai, danau dan

sumber daya air lainnya.

a) Terlaksananya peningkatan penanganan dan pengendalian konservasi pada

sungai atau danau di 35 DAS kritis.

b) Terlaksananya peningkatan kerjasama pengembangan dan pengelolaan

sumberdaya air antara pemerintah dan pemerintah daerah.

c) Terfasilitasinya peningkatan peranserta masyarakat dalam pengembangan

dan pengelolaan prasarana konservasi sumberdaya air.

8) Program pengendalian banjir dan pengamanan pantai, dengan sasaran

sebagai berikut :

a) Terlaksananya operasi dan pemeliharaan, peningkatan, rehabilitasi

prasarana dan sarana sistem pengendalian banjir pada 10 sungai di

wilayah sungai Bodri Kuto serta mengupayakan pengurangan luas rawan

genangan terhadap debit banjir rata-rata saat ini dengan luas rawan

genangan dari 199.427 Ha menjadi 167.000 Ha pada wilayah sungai

kewenangan pusat termasuk wilayah sungai Bodri Kuto.

b) Terfasilitasinya peningkatan pengelolaan prasarana pengendali banjir dan

pengaman pantai pada 7 Wilayah Sungai (WS) kewenangan Pemerintah

dan 2 WS kewenangan Kabupaten.

c) Mengupayakan pengamanan pantai untuk mengurangi pantai kritis dari

157 km menjadi 110 km.

d) Terfasilitasinya peningkatan peranserta masyarakat dalam pengembangan

dan pengelolaan prasarana pengendali banjir dan pengaman pantai.

9) Program peningkatan prasarana dan sarana perkotaan dan pedesaan, dengan

sasarannya sebagai berikut:

a) Terwujudnya peningkatan dan pemerataaan pembangunan sarana

prasarana antar wilayah Pantura-Tengah-Pansela yang mendasarkan

karakteristik potensi dan kesesuaian dengan RTRW melalui peningkatan

kualitas kerjasama pembangunan kawasan strategis, peningkatan peran

dan fungsi perkotaan, percepatan dan peningkatan pembangunan

perdesaan dan peningkatan cakupan dan sistem infrastruktur wilayah.

b) Terwujudnya peningkatan ketersediaan prasarana dan sarana dasar

permukiman bagi masyarakat di perkotaan dan perdesaan secara, efisien,

dan efektif;

Page 139: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

127

10) Program peningkatan Kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi dengan

sasaran tercukupinya dan meningkatnya pelayanan air bersih, sanitasi dan

persampahan terutama bagi masyarakat RTM di perkotaan maupun perdesaan

11) Program pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung serta

pengembangan jasa konstruksi, dengan sasaran :

a) Peningkatan kualitas dan kinerja pengelolaan bangunan gedung (terutama

gedung publik)

b) Meningkatnya kompetensi dan peningkatan jumlah usaha jasa konstruksi

f. Indikator Capaian

1) Program Pembangunan Jalan dan Jembatan, dengan indikator capaiannya

sebagai berikut :

a) Tersedianya sebagian lahan bebas dan tertanganinya sebagian fisik ruas

JJLS di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen, Kabupaten Purworejo dan

Kabupaten Wonogiri.

b) Lancarnya aksesibilitas transportasi dari dan ke terminal baru Bandara A.

Yani.

c) Terhubungnya aksesibilitas yang aman lancar dan memadai antara lain

Kota Pekalongan – Kabupaten Pekalongan - Kabupaten Banjarnegara –

Kabupaten Wonosobo – Kabupaten Kebumen; Kabupaten Pemalang –

Kabupaten Purbalingga – Kabupaten Purwokerto – Kabupaten Cilacap dan

Kabupaten Kendal (Weleri) – Kabupaten Temanggung.

d) Membaiknya kondisi prasarana jalan dan jembatan dalam mendukung

kelancaran arus transportasi wilayah diantaranya kawasan Blok Cepu,

pariwisata, perbatasan antar provinsi maupun perbatasan antar kabupaten

/ kota, daerah rawan bencana dan kawasan pengembangan perekonomian

wilayah.

2) Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Jalan dan Jembatan, dengan indikator

capaiannya meningkatnya waktu tempuh rata-rata menjadi 45 Km/jam dan

terfasilitasinya penanganan jalan dan jembatan nasional.

3) Program Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan, dengan indikator

capaiannya meningkatnya kondisi jalan baik sebesar 86,54 % dan jembatan

sebesar 79%.

Page 140: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

128

4) Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan, dengan indikator

capaiannya optimalnya kinerja fungsi jalan dan jembatan Provinsi Jawa

Tengah.

5) Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa serta Jaringan

Pengairan Lainnya, dengan indikator capaian meningkatkan kondisi fisik

jaringan irigasi kewenangan Pemerintah dari kondisi baik sebesar 79% menjadi

89%, kewenangan provinsi dari 41% menjadi 72 % dan kewenangan

kabupaten/kota dari 35% menjadi 60% melalui kegiatan operasi dan

pemeliharaan, peningkatan dan rehabilitasi sarana dan prasarana irigasi.

6) Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku, dengan indikator capaian

meningkatkan pemenuhan kebutuhan air baku sebesar 10 %.

7) Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan

Sumber Daya Air Lainnya, dengan indikator capaiannya sebagai berikut :

a) Menurunkan tingkat laju erosi dan sedimen pada sungai atau danau di 35

DAS kritis.

b) Terlaksananya pembuatan sumur resapan percontohan dengan

pemberdayaan masyarakat di 6 Balai PSDA.

c) Terlaksananya pembangunan embung-embung atau tampungan air

sebanyak 5 buah embung

d) Terbentuknya Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air (TKPSDA)

Wilayah Sungai (WS) Bodri Kuto dan Dewan Sumber Daya Air Provinsi

e) Terlaksananya Kerjasama Pengelolaan Sumber Daya Air pada 7 WS

kewenangan Pemerintah dan 2 WS kewenangan Kabupaten

f) Terbentuknya forum masyarkat peduli terhadap konservasi sumber daya

air

8) Program Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai, dengan indikator

capaiannya :

a) Terpenuhinya operasi dan pemeliharaan, peningkatan, rehabilitasi

prasarana dan sarana sistem pengendalian banjir pada 10 sungai di

wilayah sungai Bodri Kuto dan mengupayakan pengurangan luas rawan

genangan banjir dari 199.427 Ha menjadi 167.000 Ha, pada 7 WS

kewenangan Pemerintah, 1 WS kewenangan Provinsi dan 2 WS

kewenangan Kabupaten.

Page 141: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

129

b) Terlaksananya Tugas Pembantuan Operasi dan Pemeliharaan prasarana

Sumber Daya Air dari Pemerintah ke Pemerintah Daerah.

c) Berkurangnya panjang pantai kritis dari 157 km menjadi 110 km.

d) Terbentuknya forum masyarakat peduli banjir di 10 sungai pada wilayah

sungai Bodri Kuto dan wilayah sungai lainnya.

9) Program peningkatan prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan, dengan

target dan indikator capaiannya sebagai berikut;

a) Berkurangnya kesenjangan pembangunan sarana dan prasarana antar

wilayah Pantura-Tengah-Pansela sesuai dengan karakteristik potensi dan

kesesuaian dengan RTRW melalui peningkatan kualitas kerjasama

pembangunan kawasan strategis, peningkatan peran dan fungsi perkotaan,

percepatan dan peningkatan pembangunan perdesaan dan peningkatan

cakupan dan sistem infrastruktur wilayah

b) Meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar permukiman bagi

masyarakat di perkotaan dan perdesaan

10) Program peningkatan kinerja pengelolaan air minum dan sanitasi dengan

target dan indikator capaiannya adalah meningkatnya pelayanan air bersih,

sanitasi, persampahan bagi RTM

11) Program pembangunan dan pengelolaan bangunan gedung serta

pengembangan jasa konstruksi.

a) Meningkatnya pemahaman NSPM para konsultan dan kontraktor serta para

pihak yang terkait dengan pembangunan publik.

b) Meningkatnya jumlah gedung yang berkualitas sesuai NSPM baik dari segi

kualitas maupun kinerja pengelolaan semakin tinggi.

c) Meningkatnya penyelenggaraan pembinaan dan sosialisasi jasa konstruksi

d) Bertambahnya perusahaan jasa konstruksi yang memenuhi kualifikasi dan

memiliki sertifikasi kompetensi baik terhadap badan usahanya yaitu

Sertifikasi Badan Usaha (SBU) maupun terhadap SDM nya.

4. Kewenangan Urusan Wajib Perumahan Rakyat

a. Permasalahan

1) a. Meningkatnya kebutuhan rumah yang layak huni.

b. Banyaknya rumah yang tidak layak huni baik yang berlokasi di perdesaan

maupun perkotaan

Page 142: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

130

2) a. Rendahnya pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

pembangunan, pengelolaan, dan peningkatan kualitas infrastruktur

perumahan/permukiman terutama pada masyarakat pedesaan dan

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

b. Lemahnya konsolidasi dan koordinasi komunitas perumahan dalam

pengelolaan dan pemeliharaan serta sharing pembangunan dan

pembiayaan perumahan termasuk didalamnya infrastruktur.

b. Kebijakan

1) Program pembangunan perumahan, dengan kebijakan :

a) Prioritas pemenuhan kebutuhan rumah pada masyarakat perdesaan dan

MBR.

b) Pemanfaatan lahan perumahan dengan efisien dan efektif melalui

pembangunan rumah secara vertikal

2) Program pemberdayaan komunitas perumahan, dengan kebijakan

Meningkatkan partisipasi masyarakat terutama masyarakat perdesaan dan

MBR melalui pengembangan kearifan lokal dan memperhatikan kelembagaan

yang telah ada.

c. Strategi

1) Program pembangunan perumahan, dengan strategi :

a) Mengoptimalkan peran stakeholder, dalam hal ini pengembang dan

masyarakat dalam pembangunan rumah.

b) Memanfaatkan potensi lembaga pembiayaan keuangan lokal

(BKK,BPR,BMT), dalam pembiayaan perumahan terutama bagi masyarakat

pedesaan dan MBR.

2) Program pemberdayaan komunitas perumahan, dengan strategi:

a) Meningkatkan intensitas komunikasi dan informasi.

b) Mengembangkan model subsidi silang.

d. Program

1). Pembangunan perumahan.

2). Pemberdayaan komunitas perumahan.

Page 143: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

131

e. Sasaran

1). Program pembangunan perumahan, dengan sasaran :

a) Terpenuhinya kebutuhan rumah yang dicukupi dengan kemampuan

pengembang, pemerintah dan masyarakat.

b) Meningkatnya kualitas rumah yang terjangkau oleh daya beli MBR .

2). Program pemberdayaan komunitas perumahan, dengan sasaran :

a) Meningkatnya pengetahuan pemahaman masyarakat tentang perumahan

yang sehat, aman dari bencana.

b) Meningkatnya kemampuan dan keberdayaan masyarakat dalam

pembangunan, pengelolaan, dan peningkatan perumahan serta siaga

terhadap bencana.

c) Peningkatan perumahan termasuk didalamnya infrastuktur.

d) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas pembangunan, pengelolaan

perumahan.

f. Indikator Capaian

1) Program pembangunan perumahan, dengan capaian :

a) Terbangunnya rumah baik oleh pengembang, pemerintah/ pemerintah

daerah dan swadaya masyarakat.

b) Meningkatnya kualitas perumahan.

c) Terfasilitasinya MBR di Perdesaan dan perkotaan untuk memiliki rumah

yang layak.

d) Meningkatnya efisiensi dan efektifitas dalam pemanfaatan lahan kawasan

perumahan/permukiman.

2) Program pemberdayaan komunitas perumahan.

a). Meningkatnya pengetahuan kesadaran, partisipasi masyarakat perdesaan

dan MBR dalam peningkatan kualitas hunian.

b). Meningkatnya pengetahuan, kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

pengurangan risiko bencana.

c). Meningkatnya kualitas infrastruktur perumahan/ permukiman.

d) Meningkatnya sinergitas komunitas perumahan dalam pengelolaan dan

pemeliharaan serta sharing pembangunan dan pembiayaan perumahan.

Page 144: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

132

5. Kewenangan Urusan Wajib Penataan Ruang

a. Permasalahan

1). Terdapat beberapa item pengaturan dalam RTRW yang telah ada belum sesuai

dengan Undang-undang No 26 tahun 2007 tentang penataan ruang.

2). Belum seluruhnya tersusun rencana rinci Kawasan Strategis Jateng .

3). Perlu penyesuaian terdapat perubahan-perubahan ruang

4). Masih Rendahnya kesadaran pelaksana pembangunan dalam pemanfaatan

rencana tata ruang sebagai dasar pelaksanaan pembangunan.

5). Rendahnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan ruang

sesuai dengan peruntukannya.

6). Rendahnya upaya penegakan hukum terhadap pelanggaran pemanfaatan

ruang.

7). Kinerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, (BKPRD) belum optimal

dalam memfasilitasi pemecahan permasalahan dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

b. Kebijakan

1). Program perencanaan tata ruang

a) Penyusunan rencana detail kawasan strategis diprioritaskan pada kawasan-

kawasan yang memiliki potensi konflik pemanfaatan sumberdaya maupun

antar daerah;

b) Koordinasi dan fasilitasi dalam rangka sinkronisasi dan sinergitas antara

RTRWN, RTRW Provinsi Jawa Tengah dan RTRW Kab/Kota

2). Program pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang

a) Meningkatkan pemahaman dan keterlibatan masyarakat umum dan

aparatur pemerintah dalam penataan ruang

b) Meningkatkan kinerja BKPRD Provinsi dan BKPRD Kabupaten/kota sesuai

dengan fungsinya;

c. Strategi

1). Program perencanaan tata ruang

Optimalisasi peningkatan kesadaran para pihak atas rencana tata ruang

melalui pendekatan normatif dan partisipatif

2). Program pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang

Page 145: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

133

a) Peningkatan kesadaran masyarakat maupun aparat melalui komunikasi,

informasi dan edukasi

b) Optimalisasi upaya penegakan hukum tentang tata ruang

d. Program

1). Perencanaan Tata Ruang;

2). Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian Tata Ruang.

e. Sasaran

1) Program perencanaan tata ruang, dengan sasaran :

a) RTR yang sesuai dengan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang

b) Tersedianya Rencana Rinci Kawasan Strategis Provinsi Jawa Tengah .

2) Program pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang, dengan sasaran :

a) Akurasi informasi data terkait kondisi ruang

b) Meningkatnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan

ruang

c) Konsistensi pemanfaatan ruang sesuai dengan daya dukungnya dan

penerapan pengendalian pemanfaatan ruang, terutama pada kawasan

lindung dan sawah lestari didukung kelembagaan serta peran serta

masyarakat.

d) Terkendalinya pemanfaatan ruang sesuai dengan peruntukkannya;

e) Meningkatnya kinerja BKPRD Provinsi Jawa Tengah

f. Indikator Capaian

1) Program perencanaan tata ruang dengan target dan indikator capaiannya;

a) RTRW Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan UU 26/2007 tentang penataan

ruang;

b) Fasilitasi penyesuaian RTRW Kab/Kota sesuai UU 26/2007 tentang

Penataan Ruang;

c) Tersusunnya rencana rinci Kawasan Strategis Provinsi Jawa Tengah.

2) Program pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang dengan target dan

indikator capaiannya :

a) Monitoring dan pembaharuanan data spasial;

Page 146: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

134

b) Peningkatan kesadaran dan kepatuhan masyarakat dalam pemanfaatan

ruang sesuai dengan peruntukannya;

c) Berkurangnya pelanggaran pemanfaatan ruang;

d) Peningkatan upaya penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran

pemanfaatan ruang;

e) Meningkatnya kesadaran aparatur dalam pengendalian ruang;

f) Peningkatan kinerja Badan Koordinasi Pernataan Ruang Daerah, (BKPRD)

dalam memfasilitasi pemecahan permasalahan dan pengendalian

pemanfaatan ruang.

6. Kewenangan Urusan Wajib Perencanaan Pembangunan

a. Permasalahan

1) Belum optimalnya kerjasama dan sinergitas pembangunan antar daerah

kabupaten/kota dan provinsi lain yang disebabkan oleh belum diketahuinya

manfaat serta masih belum jelasnya aturan pelaksanaan kerjasama antar

daerah;

2) Belum optimalnya perkembangan dan pertumbuhan wilayah perbatasan yang

disebabkan oleh rendahnya aksesibilitas karena jaraknya jauh dari pusat

pemerintahan serta kurang memadainya kondisi sarana prasarana dan

sumberdaya pendukung pelayanan publik;

3) Belum optimalnya perkembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh yang

disebabkan oleh masih minimnya publikasi serta dukungan kebijakan yang

mengarah pada pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh;

4) Belum optimalnya pengendalian kota-kota besar dan menengah yang

disebabkan oleh masih belum jelasnya arah pengembangan kota-kota besar

dan menengah;

5) Belum optimalnya sumber daya aparatur di bidang perencanaan, pelaksanaan

penelitian dan pengembangan pembangunan daerah yang disebabkan oleh

kurangnya keahlian dan keterampilan sumberdaya aparatur serta dukungan

sarana – prasarana;

6) Belum optimalnya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah,

yang disebabkan oleh belum mantabnya dukungan data dan keterbatasan

kapasitas aparatur perencana;

Page 147: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

135

7) Belum optimalnya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

bidang ekonomi, antara lain disebabkan oleh dinamika perubahan ekonomi,

akurasi data dan belum profesionalnya aparatur perencana;

8) Belum optimalnya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

bidang sosial budaya, antara lain disebabkan oleh dinamika perubahan sosial,

akurasi data dan belum profesionalnya aparatur perencana;

9) Belum optimalnya penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

bidang prasarana wilayah dan sumberdaya alam, antara lain disebabkan oleh

dinamika perubahan iptek, akurasi data dan belum profesionalnya aparatur

perencana serta kompleknya permasalahan menurunnya kualitas lingkungan;

10) Belum optimalnya koordinasi dan perencanaan pembangunan daerah rawan

bencana, antara lain disebabkan oleh belum lengkapnya data base, akurasi

data dan belum profesionalnya aparatur perencana.

b. Kebijakan

1) Meningkatkan kerjasama dan sinergitas perencanaan pembangunan antar

daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi;

2) Mengembangkan perencanaan wilayah perbatasan;

3) Mengembangkan perencanaan wilayah strategis dan cepat tumbuh;

4) Meningkatkan pengendalian perencanaan pengembangan kota-kota besar dan

menengah;

5) Meningkatkan kapasitas kelembagaan perencanaan, penelitian dan

pengembangan pembangunan daerah;

6) Mengoptimalkan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah.

7) Mengoptimalkan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

bidang ekonomi;

8) Mengoptimalkan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

bidang sosial budaya;

9) Mengoptimalkan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah

bidang prasarana wilayah dan sumber daya alam.;

10) Meningkatkan koordinasi perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.

c. Strategi

1) Peningkatan kerjasama perencanaan pembangunan antar wilayah

Kabupaten/Kota dan Provinsi;

Page 148: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

136

2) Peningkatan kerjasama perencanaan pembangunan wilayah perbatasan;

3) Pengoptimalan penyusunan perencanaan pembangunan wilayah strategis dan

cepat tumbuh;

4) Pengendalian perencanaan pembangunan wilayah kota-kota besar dan

menengah;

5) Peningkatan pelatihan aparatur perencanaan pembangunan dan pelaksanaan

penelitian dan pengembangan secara optimal;

6) Penyempurnaan dokumen perencanaan pembangunan yang lebih berkualitas;

7) Penyempurnaan perencanaan pembangunan yang lebih berkualitas;

8) Peningkatan perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.

d. Program

1) Peningkatan Kerjasama Pembangunan;

2) Perencanaan Pengembangan Wilayah Perbatasan;

3) Perencanaan Pengembangan wilayah Strategis dan cepat tumbuh;

4) Perencanaan Pengembangan Kota-kota Menengah dan Besar;

5) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Perencanaan Pembangunan Daerah;

6) Perencanaan Pembangunan Daerah;

7) Perencanaan Pembangunan Ekonomi;

8) Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya;

9) Perencanaan Pembangunan Prasarana Wilayah dan Sumberdaya Alam;

10) Perencanaan Pembangunan Daerah Rawan Bencana;

e. Sasaran

1) Meningkatnya kerjasama antara daerah kabupaten/kota dan provinsi dalam

perencanaan pembangunan;

2) Berkembangnya pertumbuhan wilayah perbatasan;

3) Meningkatnya pusat-pusat pertumbuhan di Jawa Tengah;

4) Meningkatnya pengendalian pengembangan kota-kota besar dan menengah.

5) Meningkatnya kapasitas kelembagaan perencanaan, penelitian dan

pengembangan pembangunan daerah;

6) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah;

7) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang

ekonomi;

Page 149: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

137

8) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang

kesejahteraan rakyat serta bidang pemerintahan dan kependudukan;

9) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah bidang

prasarana wilayah dan sumberdaya alam;

10) Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan daerah rawan

bencana.

f. Indikator Capaian

1) Terselenggaranya forum kerjasama antar daerah kabupaten/kota dan provinsi

dalam perencanaan pembangunan;

2) Terwujudnya akselerasi perkembangan dan pertumbuhan wilayah perbatasan.

3) Berkembangnya wilayah strategis sebagai pusat-pusat pertumbuhan di

Provinsi Jawa Tengah;

4) Terkendalinya pengembangan kota-kota Besar dan Menengah di Jawa Tengah.

5) Tersedianya Sumber Daya Aparatur perencanaan pembangunan daerah,

tersusun dan terlaksananya kebijakan daerah di bidang penelitian dan

pengembangan;

6) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan, seperti Renja SKPD,

Renstra SKPD, RKPD, RPJMD, dan RPJPD;

7) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan ekonomi daerah;

8) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan bidang kesejahteraan

rakyat serta bidang pemerintahan dan kependudukan.

9) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan bidang prasarana wilayah

dan sumberdaya alam.

10) Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan daerah rawan bencana.

7. Kewenangan Urusan Wajib Perhubungan

a. Permasalahan

1) Tingginya beban lalu lintas dan banyaknya daerah rawan kecelakaan serta

minimnya fasilitas perlengkapan jalan.

2) Jaringan pelayanan angkutan penumpang tidak sebanding dengan permintaan

jasa angkutan.

3) Masih kurangnya keterpaduan sistem jaringan jalan, lemahnya manajemen

lalu lintas, dan rendahnya ketertiban pengguna jalan.

Page 150: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

138

4) Biaya subsidi dan investasi di bindang kereta api sangat besar, disamping itu

rendahnya kapasitas lintas dan rendahnya kualitas sarana dan prasarana

sehingga perlu adanya terobosan baru dalam sistem penyelenggaraan

perkeretaapian dan dukungan dari berbagai pihak.

5) Perkembangan produktivitas Angkutan Sungai dan Penyeberangan (ASDP)

relatif kecil dibanding moda transportasi jalan Kereta Api, laut dan udara

disamping itu peran swasta dalam pengembangan masih rendah.

6) Rendahnya volume bongkar muat barang perdagangan, angkutan peti kemas

dan penumpang di Tanjung Emas dibanding Tanjung Priok dan Tanjung Perak.

Demikian juga pelabuhan Cilacap, Tegal dan Juwana sebagai pelabuhan

bongkar muat barang relatif konstan.

7) Belum optimalnya pelabuhan Tanjung Emas baik sarana prasarana sisi darat

maupun laut.

8) Minimnya Sarana Bantu Navigasi (SBNP) di wilayah perairan Jawa Tengah

untuk mendukung keselamatan pelayaran.

9) Kolam dan alur pelayaran di beberapa pelabuhan di Jawa Tengah sering

mengalami pendangkalan.

10) Perlu adanya peningkatan sarana prasarana perhubungan udara sejalan

mengingat tejadinya peningkatan pertumbuhan penumpang / barang, yang

didukung dengan aspek keselamatan penerbangan dan pengembangan

ekonomi daerah.

11) Masih banyaknnya penggunaan frekuensi yang illegal, sehingga perlu penataan

dan pengawasan penggunaanya.

12) Penyelenggaraan pos dan telekomunikasi perlu pengaturan bersama,

mengingat saat ini banyak perusahaan pos tumbuh dan berkembang untuk

menjamin tingkat pelayanan konsumen.

13) Belum optimalnya peningkatan pengembangan teknologi, informasi,

komunikasi, metereologi dan, Search and Rescue (SAR) dalam penanggulangan

bencana.

b. Kebijakan

1) Meningkatkan sarana prasarana lalu lintas, kualitas pelayanan jasa bidang

angkutan jalan dan manajemen rekayasa lalu lintas, serta prasarana

keselamatan sungai danau dan penyeberangan serta Kereta Api.

Page 151: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

139

2) Meningkatkan sarana dan prasarana perhubungan laut, keselamatan,

keamanan serta ketertiban angkutan laut di Jawa Tengah.

3) Mengembangkan kapasitas dan kualitas layanan Bandar udara di Jawa

Tengah.

4) Mengembangkan dan meningkatkan teknologi, informasi, telekomunikasi,

metereologi dan SAR.

5) Meningkatkan ketertiban dan efektivitas pengawasan jasa pos; pengaturan

dan pengendalian frekuensi radio amatir; memperkuat kemandirian industri

telekomunikasi; dan peningkatan pemenuhan penyediaan data untuk ramalan

cuaca, iklim dan meningkatkan kualitas pelaksanaan operasi SAR.

c. Strategi

1) Meningkatkan jangkauan, kualitas dan kuantitas pelayanan sarana dan

prasarana angkutan barang dan penumpang secara bertahap.

2) Meningkatkan dan mengembangkan fasilitas lalu lintas jalan, kereta api, sungai

danau dan penyeberangan, pelabuhan laut dan bandar udara.

3) Meningkatkan fasilitas keamanan, ketertiban, keselamatan lalu lintas jalan,

pelayaran dan penerbangan.

4) Meningkatkan pelayanan jasa pos.

5) Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi, telekomunikasi, komunikasi

dan telematika.

6) Meningkatkan kapasitas komunikasi dan media massa serta kualitas lembaga

komunikasi sosial.

7) Meningkatkan sarana dan prasarana melalui kerjasama dengan pemerintah,

pemerintah kabupaten/kota, pemangku kepentingan dan swasta dalam

pembangunan perhubungan, komunikasi dan informatika di Jawa Tengah

d. Program

1) Pengembangan Perhubungan Darat

2) Pengembangan Perhubungan Laut

3) Pengembangan Perhubungan Udara

4) Pos, Telekomunikasi, Metereologi, dan SAR.

Page 152: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

140

e. Sasaran

1) Terwujudnya peningkatan sarana prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,

kelaikan jalan kendaraan bermotor, kualitas pelayanan, kualitas pengawasan

dan pengendalian, meningkatnya disiplin, manajemen dan rekayasa untuk

mewujudkan keselamatan jalan raya.

2) Terwujudnya peningkatan keselamatan dan pelayanan kereta api serta

mendorong peran swasta, pemerintah dan koperasi dalam pengembangan

transportasi kereta api dan ASDP.

3) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang LLAJ, ASDP dan Kereta Api.

4) Terwujudnya sarana dan prasarana, keselamatan, keamanan dan ketertiban

angkutan laut di Jawa Tengah.

5) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang perhubungan laut.

6) Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan Bandara A. Yani

Semarang, Adisumarmo Surakarta, Tunggul Wulung Cilacap dan Dewadaru

Karimunjawa Jepara.

7) Terfasilitasinya pengembangan Bandara Ngloram Cepu.

8) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang Perhubungan Udara.

9) Terwujudnya pelayanan jasa pos dan telekomunikasi yang sesuai dengan

permintaan pasar dan ketentuan yang berlaku.

10) Tertibnya penggunaan frekuensi dan meningkatnya kapasitas pengguna

frekuensi.

11) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang Pos, Telekomunikasi,

Meteorologi dan SAR.

12) Terwujudnya suatu kinerja dan kapasitas dalam pengembangan dan

peningkatan teknologi, informasi, telekomunikasi, metereologi dan SAR dalam

penanggulangan bencana

13) Tersedianya sarana dan prasarana pendukung sistem komunikasi yang

memadai

14) Tersedianya sistem informatika yang memadai untuk mendukung efisiensi

pelayanan publik dan transparansi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah;

15) Terwujudnya efektifitas penyebarluasan sistem komunikasi, informasi,

telematika dan media massa.

16) Terwujudnya peningkatan kualitas aparatur bidang Komunikasi dan

Informatika sesuai dengan tuntutan masyarakat.

Page 153: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

141

f. Indikator Capaian

1) Program Pengembangan Perhubungan Darat, dengan indikator :

a ) Meningkatnya kualitas dan kuantitas perencanaan bidang perhubungan,

komunikasi dan informatika;

b ) Terfasilitasinya pembangunan terminal tipe A dan B;

c ) Terbangunnya jembatan timbang 4 buah dan meningkatnya kapasitas

timbang serta integrasi jaringan interkoneksi sebanyak 17 buah;

d ) Terfasilitasinya pembangunan Bus Rapid Transit (BRT) di 3 kota

(Semarang, Surakarta dan Purwokerto);

e ) Meningkatnya jumlah fasilitas perlengkapan jalan;

f ) Meningkatnya unjuk kerja alur alternatif dan perintis;

g ) Meningkatnya kinerja pelayanan bis Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)

dan Angkutan Kota Antar Provinsi (AKAP);

h ) Terbangunnya Area Traffic Control System (ATCS) di 2 Kab./Kota;

i ) Peningkatan SDM bidang LLAJ, ASDP dan KA;

j ) Terfasilitasinya revitalisasi jalur-jalur non operasi KA terutama di

Kedungjati-Tuntang, Magelang-Bedono, Magelang-Jogja, Semarang-

Demak-Kudus-Rembang, Kudus-Jepara , Rembang-Blora;

k ) Terfasilitasinya pengoperasian KA terutama di lintas Klaten–Solo– Sragen,

Pekalongan-Semarang;

l ) Terfasilitasinya pengoperasian KA Komuter terutama di lintas Semarang –

Tegal – Purwokerto – Kutoarjo – Jogja – Solo – Semarang;

m ) Terfasilitasinya pembangunan double track lintas Tegal – Pekalongan –

Semarang - Cepu dan angkutan kereta api perkotaan di Solo;

n ) Peningkatan keselamatan : pembinaan / sosialisasi, penertiban,

peningkatan, pemeliharaan, rehabilitasi, pembangunan perlintasan

sebidang di 22 Kabupaten/kota;

o ) Terfasilitasinya pengembangan KA wisata Tuntang-Ambarawa-Bedono

dan Borobudur dan sekitarnya;

p ) Terfasilitasinya peningkatan frekuensi KA lintas Tegal-Semarang,

Semarang-Solo-Sragen, Semarang-Cepu, dan Solo-Wonogiri;

q ) Terfasilitasinya pembangunan Dry Port Kalijambe, Purwokerto dan

Gombong;

r ) Terfasilitasinya dan pendampingan pembangunan pelabuhan

penyeberangan Kendal;

Page 154: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

142

s ) Meningkatnya kualitas sarana dan prasarana transportasi 8 waduk

(Malahayu, Sempor, Wadas lintang, Kedungombo, Gajah Mungkur,

Cacaban, Rawa Pening dan Mrica);

t ) Terfasilitasinya pengoperasian kapal penyeberangan lintas Kendal-Kumai

dan terfasilitasinya pengoperasian coastal ferry Lampung – Banten –DKI –

Jabar – Kendal – Jatim – Bali – NTB, NTT;

u ) Pengembangan dan peningkatan transportasi ASDP di 3 lokasi;

v ) Terfasilitasinya kegiatan yang berkaitan dengan kelancaran angkutan

pada saat Musim Haji, Lebaran, Natal dan Tahun Baru;

2) Program Pengembangan Perhubungan Laut, dengan indikator :

a ) Terfasilitasinya pemeliharaan alur dan kolam di 4 lokasi (Pelabuhan

Rembang, Jepara, Brebes, dan Karimunjawa);

b ) Pengoperasian KM Kemojan di Karimunjawa;

c ) Terfasilitasinya peningkatan dan pengembangan sarana prasarana

pelabuhan di 9 lokasi (Tanjung Emas, Tanjung Intan, Tegal, Batang,

Juwana, Rembang, Karimunjawa, Jepara dan Brebes);

d ) Tersedianya fasilitas keselamatan pelabuhan (SBNP) di perairan Jawa

Tengah;

e ) Meningkatnya usaha di bidang angkutan laut di 5 lokasi (Tanjung Emas,

Tanjung Intan, Tegal, Juwana, Rembang, Karimunjawa dan Brebes;

f ) Terfasilitasinya pembangunan fasilitas pendukung di pelabuhan Tanjung

Emas;

g ) Peningkatan SDM bidang perhubungan laut;

3) Program Pengembangan Perhubungan Udara, dengan indikator :

a. Terfasilitasinya pengembangan fasilitas Bandar Udara dan keselamatan

penerbangan di 4 lokasi (Bandara A. Yani Semarang, Adisumarmo

Surakarta, Tunggul Wulung Cilacap dan Dewadaru Karimunjawa Jepara);

b. Terfasilitasinya pengoperasian dan pengembangan Bandara Ngloram Cepu;

c. Peningkatan SDM bidang perhubungan udara.

4) Program Pos, Telekomunikasi, Metereologi dan, SAR dengan indikator :

a) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian postel dan frekuensi;

b) Terlaksananya publikasi informasi cuaca dan iklim;

c) Terlaksananya koordinasi dan optimalisasi pelaksanaan KPU/USO;

Page 155: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

143

d) Terlaksananya ujian ORARI dan RAPI di 5 lokasi (Semarang, Solo,

Purwokerto, Pekalongan dan Pati);

e) Terlaksananya kegiatan siaran radio tetap dan bergerak;

f) Peningkatan SDM bidang Pos dan telekomunikasi;

g) Pengembangan kapasitas, sarana dan prasarana SAR, sistem data base/

sistem informasi manajemen kebencanaan dan pengoptimalan teknologi

informasi, telekomunikasi, metereologi, dan SAR dalam penanggulangan

bencana;

8. Kewenangan Urusan Wajib Lingkungan Hidup

a. Permasalahan

1) Tingginya tingkat pencemaran yang disebabkan oleh usaha dan atau kegiatan

Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) dan Besar, Pertanian, Rumah Tangga, ,

Rumah Sakit, Hotel, Transportasi maupun kegiatan lainnya telah

menurunkan kualitas lingkungan;

2) Meningkatnya penggunaan bahan-bahan berbahaya dan beracun (B-3) dan

menghasilkan limbah B-3 yang belum dikelola secara benar menimbulkan

resiko yang besar bagi kehidupan manusia dan lingkungan;

3) Rendahnya pemahaman masyarakat dan aparat terhadap peraturan

perundang-undangan bidang lingkungan serta belum optimalnya penegakan

hukum di bidang lingkungan;

4) Tingginya tingkat kerusakan lingkungan karena adanya kebakaran hutan dan

lahan, kerusakan tanah untuk produksi biomasa, telah menurunkan daya

dukung lingkungan dan mengancam keseimbangan ekosistem Daerah Aliran

Sungai (DAS);

5) Tingginya kerusakan kawasan lindung dan kerusakan cadangan sumber daya

alam karena pengelolaan yang tidak sesuai dengan fungsinya;

6) Belum berkembangnya pelaksanaan diversifikasi/penerapan integrasi

perkebunan ternak di kawasan lahan kritis , DAS dan tangkapan waduk;

7) Rendahnya luasan ruang terbuka hijau yang dapat digunakan untuk

mempertahankan proses-proses alamiah dan menjaga keseimbangan

lingkungan hidup;

8) Kemampuan daya dukung lingkungan dibandingkan dengan jumlah,

pertumbuhan dan kebutuhan penduduk telah terlampaui serta terbatasnya

Page 156: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

144

daya tampung untuk menerima beban buangan dari aktifitas usaha dan/atau

kegiatan telah melampaui kemampuan alamiah;

9) Berkurangnya keseimbangan lingkungan fisik dan sosial di kkawasan

perluasan/pengembangan perkotaan;

10) Rendahnya kapasitas aparatur dan masyarakat dalam pengelolaan sumber

daya alam dan lingkungan hidup;

11) Terbatasnya data dan informasi tentang sumber daya alam dan lingkungan

hidup;

b. Kebijakan

1) Mengarusutamakan (mainstreaming) prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan;

2) Menurunkan tingkat pencemaran melalui upaya pengendalian, pengawasan dan

penegakan hukum lingkungan serta fasilitasi penanganan sumber penyebab

pencemaran dan pemulihan kualitas lingkungan;

3) Mengendalikan kerusakan lingkungan melalui upaya pengawasan dan

penegakan hukum lingkungan serta fasilitasi penanganan pemulihan kerusakan

lingkungan;

4) Membangun kerjasama keterpaduan dengan stakeholders untuk menangani

sumber penyebab permasalahan lingkungan;

5) Mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia, membangun kesadaran dan

kepedulian masyarakat untuk berperan aktif dalam penanganan dan

melakukan kontrol sosial terhadap pengelolaan lingkungan;

6) Pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas, penataan fisik lahan dan

lingkungan sosial masyarakat;

7) Peningkatan dukungan swadaya masyarakat terhadap pengelolaan sumberdaya

alam dan lingkungan hidup;

8) Peningkatan sarana dan prasarana penunjang pengelolaan sumber daya alam;

c. Strategi

1) Membangun komitmen dengan stakeholders untuk mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya alam yang berwawasan lingkungan;

2) Meningkatkan partisipasi dunia usaha dan masyarakat dalam pengendalian

pencemaran lingkungan;

Page 157: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

145

3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dan stakeholders dalam pengendalian

dan pemulihan kerusakan lingkungan;

4) Meningkatkan koordinasi dengan stakeholders dalam pengelolaan lingkungan

hidup;

5) Meningkatkan pembelajaran lingkungan bagi aparatur, dunia usaha dan

masyarakat;

6) Pengelolaan lahan kritis dengan sentuhan civil teknis sederhana, drop stuktur,

gullyplug, rorak, pengaturan kontur dan rehabilitasi atau diversifikasi tanaman

perkebunan, peternakan disertai tanaman penguat teras;

7) Meningkatkan partisipasi swadaya masyarakat dalam pengelolaan lahan;

8) Melaksanakan pelatihan peningkatan kemampuan dan ketrampilan pengelolaan

lahan kritis;

9) Melaksanakan intensifikasi pertanian, rehabilitasi, diversifikasi, dan integrasi

perkebunan dan peternakan pada lahan kritis.

d. Program

1) Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan;

2) Pengembangan Jasa Lingkungan Kawasan-Kawasan Konservasi Laut dan

Hutan;

3) Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam;

4) Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);

5) Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumber Daya Alam;

6) Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Hidup;

7) Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan LH;

e. Sasaran

1) Terkendalinya beban pencemaran lingkungan pada usaha dan/atau kegiatan

UMKM, menengah / besar, pertanian, domestik, rumah sakit, hotel, transportasi

serta berkurangnya resiko pencemaran bahan-bahan berbahaya dan beracun

(B-3) maupun limbah B-3;

2) Meningkatnya kedisiplinan masyarakat maupun pelau usaha dan/atau kegiatan

terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup;

Page 158: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

146

3) Meningkat dan berkembangnya kearifan lokal/tradisional masyarakat,

perbaikan kualitas sumberdaya manusia aparatur dan masyarakat dalam

pencegahan bencana dan pelestarian lingkungan hidup;

4) Meningkatnya penanganan kawasan lahan kritis dengan komoditas perkebunan

berupa tanaman keras atau tanaman tahunan, tanaman penutup tanah;

5) Meningkatnya pelaksanaan intensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi dan civil teknis

serta integrasi perkebunan-ternak pada lahan kritis DAS serta tangkapan

waduk;

6) Meningkatnya pengelolaan lahan, teknik budidaya, manajemen usaha tani dan

kualitas hasil;

7) Meningkatnya luasan ruang terbuka hijau kota yang dapat mendukung

keteduhan, kenyamanan dan keindahan daerah perkotaan di Jawa Tengah;

8) Meningkatnya dan pulihnya daya dukung lingkungan pada kawasan lindung,

pesisir dan laut, cadangan sumberdaya alam serta lahan di ekosistem Daerah

Aliran Sungai (DAS /sub DAS) Bengawan Solo, Progo, Luk Ulo, Bogowonto,

Serayu, Pemali, Comal serta Jratun Seluna;

9) Meningkatnya kapasitas aparat, masyarakat dan warga sekolah dalam

pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan serta pengembangan

teknologi ramah lingkungan;

10) Meningkatnya penyediaan data dan informasi sumberdaya alam, daerah rawan

bencana serta kualitas lingkungan hidup;

f. Indikator Capaian

1) Terlaksananya pengendalian dan pengawasan terhadap sumber-sumber

pencemaran 10 kluster UMKM, 500 usaha dan/atau kegiatan menengah/besar

dan 50 obyek domestik, sehingga menurunkan tingkat pencemaran dari

sumber pencemaran klaster UMKM sebesar 75%, sebesar 14% dari usaha

dan/atau kegiatan menengah/besar dan 10% dari obyek domestik;

2) Terlaksananya perbaikan kinerja pengelolaan B-3 dan limbah B-3 pada 300

usaha dan/atau kegiatan disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Perundangan

yang berlaku;

3) Terealisirnya pengawasan dan penegakan hukum pada 100 usaha

dan/kegiatan;

4) Terkuranginya penyimpangan aspek lingkungan dalam pemanfaatan ruang

sebesar 17% di 6 Daerah;

Page 159: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

147

5) Meningkatnya fungsi kawasan lindung di luar kawasan hutan sebesar 5% dari

luasan 222.759 ha di 31 Kabupaten/kota dan sebesar 10% tangkapan sumber

air dapat terpelihara serta tertanamnya 360 jenis tanaman langka di sejumlah

daerah;

6) Terlaksananya penanganan kawasan lahan kritis dengan komoditas perkebunan

350 ha per tahun;

7) Meningkatnya penerapan intensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi dan civil teknis

serta integrasi perkebunan ternak pada lahan kritis, DAS, dan tangkapan

waduk;

8) Terlaksananya peningkatan produksi, produktivitas dan kualitas hasil serta

terpeliharanya sumber daya alam;

9) Terlaksananya perlluasan dan peningkatan kualitas runag terbukan hijau

sebesar 20% di 10 daerah;

10) Tertanganinya kerusakan lingkungan hutan dan lahan sebesar 10% dari seluruh

area ekosistem DAS di 6 Sub DAS Jawa Tengah;

11) Tersusunnya hasil kajian penghitungan daya dukung dan daya tampung

lingkungan pada 6 DAS/Sub DAS sebagai masukan dasar dalam pengendalian

pemanfaatan ruang;

12) Terfasilitasinya pembelajaran 350 orang aparat pengelola lingkungan hidup, 500

anggota kelompok masyarakat, 100 orang guru dan 400 pelajar;

13) Terfasilitasinya pelaksanaan program adiwiyata di 10 sekolah;

14) Tersusun dan terpublikasikannya dokumen statistik lingkungan, status

lingkungan hidup daerah dan informasi lingkungan melalui media cetak dan

elektronik setiap tahun;

9. Kewenangan Urusan Wajib Pertanahan

a. Permasalahan

Belum optimalnya penataan, penguasaan dan kepemilikan serta pemanfaatan

tanah yang disebabkan oleh:

1) Masih rendahnya pemahaman terhadap peraturan pertanahan;

2) Masih banyaknya bidang-bidang tanah di Jawa Tengah yang belum

didaftarkan dan disertifikatkan;

3) Belum tertibnya penguasaan dan pemilikan tanah;

4) Masih sering terjadinya konflik–konflik pertanahan;

5) Tingginya konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian;

Page 160: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

148

6) Masih rendahnya pendekatan kemitraan dan partisipatif dalam pengendalian

konservasi sawah produktif;

b. Kebijakan

1) Memfasilitasi peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan arti

penting legalitas pemilikan tanah kepada Kabupaten/ Kota;

2) Memfasilitasi perwujudan tertib administrasi pertanahan yang berkualitas

dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mensertifikatkan

tanah;

3) Mengupayakan pengurangan konversi lahan pertanian ke non pertanian;

c. Strategi

1) Melakukan koordinasi dan konsolidasi dengan Badan Pertanahan Nasional di

tingkat Provinsi dalam rangka peningkatan kualitas tertib adminstrasi

pertanahan;

2) Melanjutkan program program pensertifikatan tanah secara masal dan murah

khususnya di wilayah pedesaan;

d. Program

Penataan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah.

e. Sasaran

1) Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap peraturan pertanahan;

2) Meningkatnya bidang-bidang tanah yang didaftarkan/ disertifikatkan;

3) Terwujudnya pengembangan cakupan dan penerapan penatagunaan pertanahan

yang mendasarkan pada RTRW dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pemanfaatan lahan;

4) Peningkatan cakupan serta kualitas tertib administrasi pertanahan yang sesuai

dengan prinsip-prinsip pelayanan publik dalam rangka mengendalikan

pemanfaatan lahan secara merata dan berkeadilan;

5) Terkendalinya konversi lahan pertanian ke non pertanian;

6) Tersosialisasinya dan diterapkannya Manajemen Pertanahan Berbasis

Masyarakat (MPBM);

7) Sertifikasi Tanah yang mempunyai potensi fungsi sebagai kawasan lindung dan

tanah sawah lestari;

Page 161: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

149

f. Indikator Capaian

1) Berkurangnya kasus pelanggaran penggunaan tanah;

2) Meningkatnya bidang tanah yang bersertifikat;

3) Meningkatkan bidang tanah yang terpetakan;

4) Terselesaikannya konflik-konflik pertanahan;

5) Terbangunnya sistem informasi pertanahan;

6) Berkurangnya konversi lahan pertanian ke non pertanian;

7) Meningkatnya kualitas tertib administrasi pertanahan;

8) Tersosialisasi dan diterapkannya Manajemen Pertanahan Berbasis Masyarakat

(MPBM) di 150 Desa pd 29 Kab. dng total luas lahan 900.000 ha di Jateng;

9) Tersertifikasnya tanah masyarakat yang potensi fungsi sebagai tanah sawah

lestari dan kawasan lindung;

10. Kewenangan Urusan Wajib Kependudukan dan Catatan Sipil

a. Permasalahan

1). Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan kebijakan Administrasi

Kependudukan dan Catatan Sipil;

2). Belum optimalnya pengelolaan sistem pengelolaan Administrasi Kependudukan

dan Catatan Sipil;

3). Belum optimalnya pelayanan Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil

sesuai harapan masyarakat;

b. Kebijakan

Kebijakan pembangunan kependudukan dan Catatan Sipil Provinsi Jawa Tengah

diarahkan pada :

1). Peningkatan koordinasi, sinkronisasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan

Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil;

2). Peningkatan sistem Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil serta

Peningkatan kualitas SDM aparat;

c. Strategi

1) Meningkatkan dan mengoptimalkan sistem Administrasi Kependudukan dan

Catatan Sipil;

Page 162: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

150

2) Meningkatkan kemampuan dan kualitas SDM penyelenggara Administrasi

Kependudukan dan Catatan Sipil;

d. Program

Penataan Administrasi Kependudukan;

e. Sasaran

1). Meningkatnya keterpaduan dan sinkronisasi kebijakan penyelenggaraan

adminitrasi kependudukan dan Catatan Sipil;

2). Mewujudkan Pengelolaan Informasi Adminitrasi Kependudukan dengan

menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) di seluruh

Jawa Tengah.

3). Meningkatnya kualitas SDM dan pelayanan Administrasi Kependudukan dan

Catatan Sipil:

a). Data Kependudukan dan Catatan Sipil di 35 Kabupaten/kota;

b). Profil kependudukan di Jawa Tengah;

c). Pelatihan bagi petugas teknisi 350 orang;

4). Mingkatnya cakupan kepemilikan dokumen kependudukan dan akta catatan

sipil bagi masyarakat Jawa Tengah;

5). Mengembangkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) melalui

kerjasama dengan berbagai pihak.

f. Indikator Capaian

1) Tercapainya peningkatan keterpaduan dan sinkronisasi kebijakan

penyelenggaraan administrasi kependudukan dan Catatan Sipil;

2) Terwujudnya pengelolaan informasi dengan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) secara on line di Jawa Tengah;

3) Tersedianya data kependudukan dan pencatatan sipil yang valid dan dinamis

sesuai dengan perkembangan di lapangan;

4) Tersedianya berbagai bentuk laporan hasil pengelolaan data kependudukan dan

pencatatan sipil;

Page 163: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

151

11. Kewenangan Urusan Wajib Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak

a. Permasalahan

1). Kebijakan Pembangunan yang selama ini dilaksanakan belum optimal untuk

memperbaiki kualitas anak dan perempuan, hal ini di sebabkan:

a) Belum semua kebijakan pendukung kualitas anak dan perempuan

tersedia di Jawa Tengah;

b) Berbagai kebijakan masih belum semuanya berpihak pada anak dan

perempuan;

c) Para pengambil kebijakan masih belum responsif terhadap kebutuhan

anak dan perempuan.

2). Lemahnya kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak ditunjukkan

oleh:

a) Kelembagaan pengarusutamaan gender di ukur dari 7 syarat untuk

penguatan kelembagaan gender yang meliputi : pemahaman dan

komitmen, kerangka kebijakan, struktur dan mekanisme kelembagaan,

informasi gender dan penelitian, ketrampilan perencanaan, manajemen,

mekanisme partisipasi, serta sumberdaya. Namun kondisinya saat ini

adalah:

(1) Pemahamanan dan komitmen tentang kesetaraan dan keadilan

gender masih rendah;

(2) Kerangka kebijakan responsif gender belum cukup memberikan

dukungan bagi penguatan kelembagaan;

(3) Stuktur dan kelembagaan yang ada masih belum mampu

meningkatkan kemampuan membangun kelembagaan yang ada;

(4) Data pilah gender dan anak, informasi gender dan anak hasil

penelitian masih belum dimanfaatkan sebagai bahan untuk

menyusun perencanaan responsif gender;

(5) Kemampuan menyusun perencanaan responsif gender dan hak anak

masih lemah;

(6) Mekanisme partisipasi dalam penbangunan responsif gender belum

optimal;

(7) Sumberdaya manusia dan sumberdaya pendukung masih rendah.

Page 164: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

152

b) Belum kuatnya kelembagaan pengarusutamaan anak yang disebabkan

oleh pemahaman yang kurang optimal terhadap pemenuhan upaya

perlindungan anak secara umum dan yang membutuhkan perlindungan

khusus (anak korban bencana, korban penelantaran, anak korban

perlakuan salah, anak korban tindak kekerasan, dan anak yang

berhadapan dengan hukum).

3). Relatif rendahnya kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak,

yang disebabkan oleh :

a) Tingginya buta huruf perempuan 68% (2.985.005) tahun 2007;

b) Rendahnya rata-rata lama sekolah perempuan (6,0 tahun) tahun 2007;

c) Askes pada pendidikan yang masih berbeda antara laki-laki dan

perempuan;

d) Tingginya kematian ibu hamil dan bersalin, yaitu sebesar 101,37 pada

tahun 2006; 97,62 pada tahun 2007; kematian bayi dan balita sebesar

14,23 pada tahun 2006 dan 9,52 pada tahun 2007;

e) Terbatasnya akses pada pelayanan kesehatan berkualitas;

f) Keterbatasan akses dan kontrol perempuan serta sumber daya ekonomi;

g) Rendahnya perlindungan dari rasa aman khususnya pada penduduk

miskin, perempuan dan anak;

h) Kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak yang semakin

meningkat baik jumlah maupun bentuk dan modusnya;

i) Faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, dan kearifan lokal

kurang mendukung peningkatan kualitas hidup dan perlindungan

perempuan dan anak;

j) Rendahnya pendapatan perempuan;

k) Rendahnya tingkat kesehatan perempuan dan anak;

l) Lemahnya penegakan hukum perlindungan perempuan dan anak;

m) Meningkatnya jumlah anak yang bermasalah dengan hukum;

n) Masih rendahnya cakupan kepemilikan akte kelahiran.

4). Masih rendahnya peran serta anak dan kesetaraan gender dalam

pembangunan, yang disebabkan oleh :

a) Belum optimalnya kesadaran dan pengetahuan aparatur pemerintah

tentang kesetaraan dan keadilan gender;

Page 165: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

153

b) Belum optimalnya pengetahuan masyarakat tentang pengarusutamaan

gender dalam pembangunan karena belum optimalnya peran serta

kelembagaan masyarakat;

c) Masih kuatnya budaya tradisional yang masih bias gender.

5). Masih kurangnya keterlibatan anak dalam perencanaan pembangunan, yang

disebabkan oleh:

a) Belum optimalnya kesadaran dan pengetahuan aparatur pemerintah

tentang partisipasi dan hak berpendapat anak;

b) Belum optimalnya pengetahuan masyarakat tentang pengarusutamaan

hak anak dalam pembangunan;

c) Belum optimalnya peran serta kelembagaan masyarakat dalam

memahami dan merespon persoalan.

b. Kebijakan

1). Mewujudkan peningkatan kualitas perempuan dan anak dalam berbagai

kebijakan dan program responsif terhadap kebutuhan perempuan dan anak.

2). Mendorong mewujudkan penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender

dan hak anak melalui pencapaian prasyarat untuk penguatan kelembagaan

pengarusutamaan gender yang meliputi pemahaman dan komitmen,

kerangka kebijakan, struktur dan mekanisme kelembagaan, data informasi

dan penelitian, keterampilan perencanaan, dan menajemen publik,

mekanisme partisipasi, serta sumber daya;

3). Meningkatkan kualitas hidup serta perlindungan perempuan dan anak,

sehingga mencapai keadilan dan kesetaraan gender dan anak;

4). Mendorong peningkatan peran serta kesetaraan gender dan anak dalam

pembangunan sehingga akan mampu meningkatkan IPG dan IDG.

c. Strategi

1). Mengintegrasikan kebijakan dan program peningkatan kualitas perempuan

dan anak dalam dokumen perencanaan daerah ( RPJP, RPJM dan RKPD);

2). Meningkatkan pemahaman dan komitmen SKPD dalam penguatan

pengarusutamaan gender dan hak anak, mendorong mewujudkan kerangka

kebijakan responsif gender dan hak anak, mewujudkan struktur dan

mekanisme kelembagaan yang responsif gender dan anak, mewujudkan

data informasi dan penelitian yang berkualitas untuk penguatan PUG dan

Page 166: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

154

PUHA, peningkatan ketrampilan perencanaan dan managemen bagi SKPD

yang responsif gender dan hak anak serta mewujudkan mekanisme

partisipasi serta pengolahan sumber daya yang responsif gender dan anak;

3). Meningkatkan kualitas hidup dan perlindungan perempuan melalui

peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, partisipasi politik, terbukanya

akses sumber daya, dan ekonomi;

4). Meningkatkan peran serta dan partisipasi perempuan dan kelembagaan

masyarakat pembangunan melalui berbagai program yang mendorong

peningkatan kualitas hidup perempuan;

d. Program

1). Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan Perempuan;

2). Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan Anak;

3). Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak;

4). Peningkatan Peran Serta Anak dan Kesetaraan Gender dalam Pembangunan.

e. Sasaran

1). Mewujudkan program yang mendorong peningkatan kualitas perempuan dan

anak dibidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan,

lingkungan hidup, ekonomi, ketenagakerjaan, politik, SDM, aparatur, dan

pengurangan kekerasan terhadap perempuan dan anak;

2). Meningkatkan pemahaman dan komitmen tentang kesetaraan dan keadilan

gender serta hak anak pada seluruh pelaku pembangunan, dalam rangka

mewujudkan penguatan kelembagaan pengursutamaan gender serta

mengoptimalkan perlindungan anak secara luas melalui penguatan

kelembagaan pengarusutamaan anak, termasuk anak yang membutuhkan

perlindungan khusus (anak korban bencana, korban penelantaran, anak

korban perlakuan salah, anak korban tindak kekerasan, anak yang

berhadapan dengan hukum);

3). Meningkatkan kualitas hidup serta perlindungan perempuan dan anak

melalui upaya-upaya menurunkan angka buta huruf perempuan dan anak,

meningkatkan rata-rata lama sekolah perempuan dan anak, meningkatkan

akses pada pendidikan yang masih berbeda, menurunkan AKI hamil dan

bersalin, kematian bayi dan balita, membuka dan memperluas akses

pelayanan kesehatan berkualitas, membuka akses dan kontrol perempuan

Page 167: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

155

pada sumberdaya ekonomi, mewujudkan perlindungan dari rasa aman

khususnya pada penduduk miskin perempuan dan anak, mengurangi

kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan anak, melindungi

perempuan dan anak terhadap faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi,

lingkungan, dan kearifan lokal yang kurang mendukung kualitas hidup

perempuan dan perlindungan anak, meningkatkan pendapatan perempuan,

meningkatkan kualitas pendidikan dan mewujudkan penegakan hukum

perlindungan perempuan dan anak, peningkatan cakupan kepemilikan akte

kelahiran, pemenuhan dan perlindungan anak secara umum dan

memerlukan perlindungan hukum, terwujudnya kota layak anak dan

peningkatan partisipasi anak;

4). Terwujudnya kebijakan dan program kesetaraan gender dan pemberdayaan

perempuan.

f. Indikator Capaian

1). Keserasian kebijakan Peningkatan kualitas perempuan dan anak dicapai

dengan indikator:

a) Berbagai kebijakan dan program yang mendorong peningkatan kualitas

perempuan dan anak masuk dalam dokumen perencanaan (RPJP, RPJM,

RKPD, RKA);

b) Terwujudnya peran dan posisi perempuan di bidang politik dan jabatan

publik dalam rangka menuju quota 30% perempuan di legislatif;

c) Terwujudnya Perda perlindungan anak;

d) Terwujudnya peningkatan kualitas SDM aparatur yang responsif

perempuan dan hak anak;

e) Terwujudnya kebijakan penilaian kinerja untuk jabatan publik yang

responsif gender;

f) Terwujudnya kebijakan yang mendorong meningkatnya partisipasi politik

perempuan dan pelibatan partisipasi anak;

2). Penguatan kelembagaan pengarusutamaan gender dan anak dicapai dengan

indikator :

a) Meningkatnya pemahaman dan komitmen tentang kesetaraan dan

keadilan gender serta hak anak pada seluruh pelaku pembangunan;

b) Terwujudnya kerangka kebijakan yang responsif gender dan hak anak

untuk memberikan dukungan bagi penguatan kelembagaan melalui

Page 168: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

156

kebijakan, program dan kegiatan responsif gender dan hak anak, pada

30% SKPD dan di 10 Kabupaten/kota dengan GDI rendah;

c) Terwujudnya struktur dan kelembagaan telah ada untuk meningkatkan

kemampuan membangun kelembagaan yang responsif gender dan hak

anak dalam pemahaman dan kemampuan melalui IPG, pada :

(1) 30% perencanaan SKPD Provinsi;

(2) Seluruh PSW / PSG di Jawa Tengah;

(3) 5 lembaga keagamaan di Provinsi;

(4) 1 Jaringan LSM;

(5) 1 Jaringan organisasi perempuan;

(6) 10 Kabupaten/kota dengan GDI rencah;

(7) Terwujudnya Kota Layak Anak di 10 Kabupaten / Kota;

d) Terwujudnya data pilah gender, data tentang anak, informasi gender dan

anak, serta pemanfaatan hasil penelitian untuk menyusun perencanaan

resposif gender dan anak melalui tersedianya sistem informasi gender dan

anak pada satu sistem informasi di Provinsi serta di 5 Kabupaten/kota;

e) Meningkatnya kemampuan aparat SKPD dalam menyusun perencanaan

kebijakan responsif gender dan anak;

f) Terwujudnya mekanisme partisipasi masyarakat dalam pembangunan

yang responsif gender dan anak;

g) Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dan anggaran yang

responsif gender dan anak;

h) Terwujudnya perlindungan anak secara luas, termasuk yang

membutuhkan perlindungan khusus (anak korban bencana, korban

penelantaran, anak korban perlakuan salah, anak korban tindak

kekerasan, anak yang berhadapan dengan hukum);

3). Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan dan Anak dicapai

dengan indikator :

a) Meningkatnya jumlah kelompok integrasi pelestarian buta aksara

perempuan dan BKB/Posyandu;

b) Terwujudnya kerangka kebijakan yang responsif gender dan hak anak

untuk memberikan dukungan bagi penguatan kelembagaan melalui

berbagai kebijakan, program dan kegiatan responsif gender dan hak anak

pada 30% SKPD dan di 10 Kabupaten/kota dengan IPG rendah;

c) Meningkatnya jumlah perempuan pada setiap jenjang pendidikan;

Page 169: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

157

d) Meningkatnya kemampuan sesuai dengan keahlian yang dimiliki

perempuan, sehingga mampu bersaing dalam dunia kerja;

e) Meningkatnya kepedulian keluarga dalam pengambilan keputusan di

bidang kesehatan di 10 Kabupaten/kota dengan kematian ibu tinggi;

f) Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang kehamilan sehat dan

persalinan aman, serta hak reproduksi di 10 Kabupaten/kota dengan

kematian ibu tinggi;

g) Meningkatnya cakupan pemberian ASI ekslusif 10% melalui Gerakan

Sayang Ibu dan Bayi (GSIB);

h) Meningkatnya jumlah Kecamatan Sayang Ibu di 10 Kabupaten/kota

dengan Kasus Kematian ibu Tinggi;

i) Meningkatnya penguasaan ilmu dan teknologi jaringan usaha menengah

dan koperasi, serta pemahaman kewirausahaan yang dikelola perempuan.

j) Meningkatnya jumlah Desa yang mengembangkan Program Desa Prima di

10 Kabupaten dengan GDI rendah diintegrasikan dengan PNPM Mandiri;

k) Meningkatnya akses 5 kelompok perempuan pelaku usaha menengah dan

kecil berkelanjutan pada jaringan usaha, modal, informasi pasar (bahan

baku dan komoditas), meningkatnya penguasaan ilmu dan teknologi,

jaringan usaha menengah dan koperasi, serta pemahaman

kewirausahaan;

l) Jumlah kasus kekerasan terhadap anak menurun, jumlah anak sejahtera

meningkat, meningkatnya perlindungan anak secara luas termasuk anak

yang membutuhkan perlindungan khusus (anak korban bencana, korban

penelantaran, korban perlakuan salah, korban tindak kekerasan, dan anak

yang berhadapan dengan hukum);

m) Berkembangnya model keadilan restoratif untuk penanganan anak

yang bermasalah dengan hukum;

n) Meningkatnya cakupan akte kelahiran;

o) Berkembangnya metode dan pola pembinaan anak terlantar yang

responsif anak;

p) Tersusunnya kebijakan, program dan kegiatan perlindungan perempuan

dan anak korban kekerasan termasuk Tindak Pidana Perdagangan Orang

(trafficking);

q) Menguatnya kapasitas kelembagaan pelayanan terpadu dalam

penanganan kekerasan berbasis gender dan anak termasuk trafficking di:

Page 170: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

158

(1) Provinsi (PPT Provinsi dan Komisi Perlindungan Korban Kekerasan

Berbasis Gender dan Anak (KPK2BGA));

(2) 15 Kabupaten/kota.

r) Tersedianya mekanisme perlindungan korban kekerasan (termasuk

trafficking) berbasis masyarakat dan kearifan lokal di 15 desa di 15

kabupaten/kota yang PPT nya sudah berjalan;

s) Terlindunginya setiap perempuan dan anak yang menjadi korban

kekerasan, yang melaporkan kepada Pusat Pelayanan Terpadu (PPT)

Korban Kekerasan Berbasis Gender dan Anak Provinsi Jawa Tengah;

t) Meningkatnya kualitas pelayanan PPT Provinsi dan PPT Kabupaten/kota

kepada perempuan dan anak korban kekerasan termasuk trafficking;

u) Menguatnya kerjasama antar provinsi dalam penanganan kekerasan

terhadap perempuan dan anak termasuk trafficking, pada :

(1) 10 Provinsi anggota MPU;

(2) 5 Provinsi di luar Jawa yang menjadi daerah transit atau tujuan

trafficking.

v) Meningkatnya jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak

yang terlaporkan dan ditangani;

w) Peningkatan jumlah Kabupaten/kota Layak anak di 12 Kabupaten/Kota.

x) Terfasilitasinya pembentukan P2TP2A di 8 Kabupaten yang terintegrasi

dengan Program Penanggulangan Kemiskinan;

4). Peningkatan peran serta anak dan kesetaraan gender dalam pembangunan di

capai dengan indikator:

a) Meningkatnya Indeks Pembangunan Gender (IDG) mencapai 61,8 dan

Indeks Pemberdayaan Gender (IPG) mencapai 65,9 pada tahun 2013;

b) Terlatihnya aparatur pemerintah tentang peningkatan peran serta anak

dan kesetaraan dan keadilan gender;

c) Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran serta

anak dan kesetaraan serta keadilan gender dalam pembangunan;

12. Kewenangan Urusan Wajib Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

a. Permasalahan

1). Program Keluarga Berencana : Jumlah penduduk Jawa Tengah diperkirakan

meningkat 0,35% per tahun (angka Nasional, Sensus, 2006) atau bertambah

sekitar 11.160,52 jiwa per tahun, hal tersebut di karenakan :

Page 171: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

159

a) Tingkat Drop Out (DO) peserta KB masih cukup tinggi yaitu di atas 10%;

b) Unmet need relatif masih tinggi, yaitu 7,4%;

c) Tingginya angka TFR , yaitu 2,3%;

d) Menurunnya penyuluh/petugas lapangan KB (PKB/PLKB) di

Kabupaten/kota karena terkait otonomi daerah, sehingga sangat

menghambat jangkauan pelayanan KB;

e) Belum tersedianya sarana mobilitasTim KB Keliling di Kabupaten/kota;

f) Semakin berkurangnya pembinaan peran serta masyarakat dan lembaga

masyarakat dalam ber–KB;

g) Semakin mahalnya alat kontrasepsi jangka panjang (IUD dan Implant);

h) Sedikitnya variasi alat kontrasepsi untuk laki-laki;

i) Belum optimalnya layanan untuk informasi KB dan & Keluarga Sejahtera;

2). Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) di lapangan belum di

laksanakan secara maksimal oleh Kabupaten/kota, dilain pihak pelatihan

pendidik sebaya dan konselor sebaya masih belum berjalan sesuai dengan

harapan, serta makin banyaknya remaja yang tidak mengetahui kesehatan

reproduksi, Kurangnya pemahaman/pengetahuan masyarakat tentang

bahaya NAPZA, PMS dan HIV/AiDS, meningkatnya jumlah korban NAPZA,

PMS dan HIV/ AIDS (65% dan 422 kasus), serta selama ini masyarakat

masih belum optimal dalam berpartisipasi bagi upaya pencegahan dan

penanggulangan bahaya NAPZA, PMS dan HIV/ AIDS;

3). Program Pengembangan Model Operasional BKB, Posyandu, PAUD : belum

optimalnya pelaksanaan model integrasi BKB, Posyandu dan PAUD dalam

peningkatan pendidikan anak usia dini, hal ini dikarenakan :

a. Belum adanya model bina keluarga balita (BKB), Posyandu dan

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD);

b. Belum tersedianya kader Posyandu yang mampu melakukan BKB dan

PAUD;

c. Belum optimalnya kelompok Bina Keluarga dan Bina Lingkungan

Keluarga;

d. Masih terbatasnya tenaga pendamping kelompok bina keluarga;

e. Masih tingginya keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1.

f. Belum optimal dan maksimalnya fasilitasi pelaksanaan, buku pedoman,

norma, standar, prosedur, kriteria dan pengembangan ketahanan dan

Page 172: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

160

pemberdayaan keluarga melalui kelompok catur bina (bina lingkungan

keluarga, bina keluarga balita, bina keluarga remaja dan bina keluarga

lansia);

g. Masih rendahnya cakupan dan partisipasi institusi masyarakat

pedesaan / perkotaan (IMP) yang peduli pada pemberdayaan keluarga;

4). Program Pembinaan dan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB

Mandiri : belum optimalnya peran serta masyarakat dalam pelayanan KB

Mandiri dan pelayanan KB sektor swasta / bagi masyarakat dalam KB

Mandiri;

5). Program Promosi Kesehatan Ibu Bayi dan Anak melalui Kelompok Bina

Keluarga dan Bina Balita : belum optimalnya model integrasi BKB, Posyandu

dan PAUD, masih rendahnya cakupan keluarga yang mengikuti catur bina

dan cakupan keluarga Pra KS dan KS I yang mengikuti kelompok UPPKS;.

b. Kebijakan

1) Meningkatkan kualitas pelayanan Keluarga Berencana untuk masyarakat dan

mendorong masyarakat untuk mengendalikan kelahiran;

2) Meningkatkan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) melalui berbagai

program yang responsif terhadap kebutuhan remaja, sehingga semakin

meningkatkan kualitas remaja yang memahami kesehatan reproduksi,

menurunnya dan mencegah korban penyalahgunaan NAPZA, PMS termasuk

HIV/ AIDS serta meningkatkan kualitas pelayanan korban penyalahgunaan

NAPZA, PMS dan HIV/ AIDS melalui pemberdayaan keluarga;

3) Mewujudkan ketahanan dan pemberdayaan keluarga dalam pengembangan

model operasional Bina Keluarga Balita (BKB), Posyandu, PAUD, sehingga

dapat berkembang optimal sebagai wahana dalam pengembangan anak usia

dini dan menguatnya Kelompok Bina Lingkungan Keluarga, Bina Keluarga

Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia;

4) Penguatan pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas melalui peningkatkan

peran serta masyarakat dan pengembangan informasi program KB-KS serta

meningkatnya peserta KB mandiri dan meningkatnya kualitas dan kuantitas

serta peran akitf para pengelola, kader IMP dan pengembangan jejaring

kerja / kemitraan melalui sektor swasta / LSOM;

Page 173: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

161

5) Meningkatkan Kesehatan Ibu Bayi dan Anak melalui kelompok Bina

Lingkungan Keluarga dan Bina Keluarga Balita serta partisipasi masyarakat

dalam Promosi Kesehatan Ibu-Bayi dan Anak;

c. Strategi

1) Meningkatkan kemampuan petugas lapangan baik para medis maupun

penyuluh lapangan (PKB/PLKB), serta mengkampanyekan ”Program Dua

Anak Lebih Baik” agar mendorong partisipasi masyarakat dalam ber-KB;

2) Meningkatkan kapasitas dalam meningkatkan pemahaman remaja dalam

reproduksi Sehat, serta terus melakukan advokasi untuk mendorong

partisipasi masyarakat dalam reproduksi sehat remaja;

3) Merumuskan kebijakan ketahanan dan pemberdayaan keluarga;

4) Meningkatkan kapasitas penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas

serta Meningkatkan kapasitas pembinaan dan peran serta masyarakat dalam

pelayanan KB Mandiri;

5) Meningkatkan partisipasi kelompok Bina Lingkungan Keluarga dan Bina

Keluarga Balita serta mengembangkan advokasi dan KIE dalam

meningkatkan kualitas keluarga;

d. Program

1) Pelayanan Keluarga Berencana;

2) Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR);

3) Pengembangan model operasional BKB – Posyandu – PAUD;

4) Pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB Mandiri;

5) Promosi Kesehatan Ibu-Bayi dan Anak melalui Kelompok Bina Keluarga dan

Bina Balita.

e. Sasaran

1) Terkendalinya jumlah penduduk melalui berbagai program pengendalian

kelahiran yang mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

melaksanakan Keluarga Berencana di 35 Kabupaten / Kota;

2) Meningkatnya program KRR, dan meningkatnya pemahaman masyarakat

terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dan meningkatnya

pemahaman masyarakat dan pelaku pembangunan tentang bahaya dan

upaya pencegahan serta penanggulangan NAPZA, PMS dan HIV/ AIDS di

Page 174: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

162

sekolah, maupun di masyarakat sehingga mampu menekan angka korban

penyalahgunaan NAPZA, PMS dan HIV/ AIDS;

3) Meningkatnya peran Bina Keluarga Balita (BKB), Posyandu dan PAUD serta

terumuskannya model Bina Keluarga Balita, Posyandu dan PAUD untuk

mewujudkan keluarga yang sehat sejahtera;

4) Meningkatnya rumusan kebijakan ketahanan dan pemberdayaan keluarga

serta kapasitas kebijakan penguatan pelembagaan keluarga kecil yang

berkualitas, dan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB Mandiri,

5) Meningkatnya kelompok Bina Lingkungan Keluarga dan Bina Keluarga Balita

serta meningkatnya partisipasi masyarakat dalam Promosi Kesehatan Ibu-

Bayi dan Anak;

f. Indikator Capaian

1) Program Pelayanan Keluarga Berencana dengan indikator capaian :

a) Menurunnya tingkat Drop Out peserta KB dari 10% menjadi 9%;

b) Menurunnya Unmet Need hingga 7%;

c) Total Fertility Rate (TFR) dari 2,3% menjadi 2,1%;

d) Meningkatnya jumlah dan kualitas penyuluh/petugas lapangan KB

(PKB/PLKB), PPKBD, Sub PPKBD di Kabupaten/Kota;

e) Meningkatnya sarana mobilitas Tim KB keliling di Kabupaten/kota;

f) Meningkatnya peran serta masyarakat dan lembaga masyarakat dalam

ber KB;

g) Tersedianya alat kontrasepsi jangka panjang (IUD dan Implant) yang

dapat menjangkau seluruh masyarakat termasuk alat kontrasepsi untuk

pria;

h) Memperluas cakupan dan jangkauan kualitas layanan KB.

2) Program Peningkatan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dengan indikator

capaian:

a) Meningkatnya kelompok KRR diseluruh Kabupaten/kota;

b) Meningkatnya peran kelompok KRR dalam penyebarluasan kesehatan

reproduksi remaja;

c) Kesehatan reproduksi menjadi muatan lokal dalam bidang pendidikan;

d) Peningkatan penanggulangan Narkoba, PMS termasuk HIV/ AIDS dengan

indikator capaian :

Page 175: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

163

(1) Meningkatnya pengetahuan remaja tentang bahaya narkoba dan PMS

dan termasuk HIV/ AIDS;

(2) Berkurangnya remaja yang menjadi korban bahaya narkoba dan PMS

termasuk HIV/ AIDS;

(3) Meningkatnya generasi muda penerus yang sehat jasmani rohani dan

sosial;

(4) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dan penyelenggaraan

penanggulangan HIV AIDS.

3) Program pengembangan model operasional BKB - Posyandu dan PAUD

dengan indikator capaian :

a. Terbentuknya model BKB, Posyandu dan PAUD;

b. Meningkatnya kualitas Posyandu dalam BKB dan PAUD;

c. Meningkatnya kapasitas kader pendamping kelompok bina keluarga di

kabupaten/kota;

d. Tersedianya kader Posyandu dan PAUD dalam melakukan BKB dan PAUD;

e. Makin meningkatnya Kelompok BKB dan PAUD yang terbina;

f. Meningkatnya peran lembaga masyarakat dalam ber KB dan KS;

g. Terwujudnya layanan informasi dalam pelaksanaan KB-KS;

h. Terlaksananya fasilitasi TMKK, Kesatuan Gerak PKK KB-Kesehatan,

Bhayangkara KB-Kesehatan dan Harganas;

i. Meningkatnya peran kelompok Bina Lingkungan Keluarga, Bina Keluarga

Balita, Bina Keluarga Remaja dan Bina Keluarga Lansia.

4) Program Pembinaan peran serta masyarakat dalam pelayanan KB Mandiri.

a) Menurunnya angka drop out KB bagi masyarakat melalui keikutsertaan

dalam KB Mandiri;

b) Terwujudnya KB Mandiri oleh masyarakat yang akan menekan angka

unmet need;

c) Meningkatnya partisipasi dan kesertaan masyarakat dalam pelayanan KB

Mandiri termasuk peserta KB pria;

d) Meningkatnya jumlah masyarakat miskin untuk memperoleh akses dalam

memperoleh pelayanan KB;

5) Promosi Kesehatan Ibu-Bayi dan Anak melalui Kelompok Bina Keluarga dan

Bina Balita.

Page 176: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

164

a). Terbinanya kelompok-kelompok Bina Lingkungan Keluarga dan Bina

Keluarga Balita hingga tingkat desa;

b). Makin tersebarnya informasi kesehatan ibu-bayi dan anak hingga

menjangkau wilayah perdesaan ;

c). Terselenggaranya KIE untuk menunjang Kesehatan Ibu-Bayi dan Anak

melalui Kelompok Bina Lingkungan Keluarga dan Bina Keluarga Balita.

13. Kewenangan Urusan Wajib Sosial

a. Permasalahan

1). Masih banyaknya jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial seperti :

fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT), keterlantaran, kecacatan dan

ketuna sosial, hal ini dikarenakan :

a) Semakin meningkatnya jumlah penduduk miskin;

b) Belum optimalnya penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan

Sosial (PMKS);

c) Masih terbatasnya sarana dan prasarana penanganan Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

2). Masih rendahnya kualitas pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, hal

ini dikarenakan :

a) Kurangnya pembinaan dalam penanganan Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial baik di Panti Sosial maupun di luar Panti Sosial

atau masyarakat;

b) Belum adanya standar operasional dalam pemberian pelayanan dan

rehabilitasi kesejahteraan sosial;

3). Belum terbinanya secara optimal eks penyandang penyakit sosial (eks

narapidana, Pekerja Seks Komersial (PSK), narkoba dan penyakit sosial

lainnya), hal ini dikarenakan:

a) Belum adanya kesadaran keluarga eks narapidana, PSK, narkoba dan

penyandang penyakit sosial lainnya untuk melaporkan perkembangan

kondisinya;

b) Belum optimalnya lembaga/organisasi pembina penyandang penyakit

sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya);

Page 177: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

165

c) Masih terbatasnya kegiatan untuk penanganan penyandang penyakit

sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan penyakit sosial lainnya).

4). Belum optimalnya kelembagaan kesejahteraan sosial dalam penanganan

dan pembinaan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

(PMKS), hal ini dikarenakan :

a) Masih terbatasnya lembaga/organisasi yang menangani Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);

b) Masih terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola

lembaga/organisasi pelayanan kesejahteraan sosial;

c) Masih rendahnya peran serta dunia usaha dalam pengembangan usaha

kesejahteraan sosial atau pembangunan kesejahteraan sosial.

5). Belum optimalnya kualitas penyelenggaraan penanggulangan bencana baik

sebelum (pra bencana), pada saat (tanggap darurat bencana) maupun

sesudah terjadinya bencana (pasca bencana) yang disebabkan antara lain

oleh kurangnya kapasitas masyarakat dan aparatur, sarana prasarana serta

upaya pencegahan dan kesiapsiagaan;

b. Kebijakan

1) Peningkatan kualitas penanganan PMKS dalam melindungi dan

mengembalikan fungsi sosial dalam masyarakat;

2) Penyusunan standar operasional dalam pemberian pelayanan dan rehabilitasi

kesejahteraan sosial;

3) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanganan penyandang masalah

kesejahteraan sosial;

4) Peningkatan kualitas penanggulangan bencana yang terencana , terkoordinasi

dan menyeluruh.

c. Strategi

1) Meningkatkan peran dan pemberdayaan potensi dan sumber kesejahteraan

sosial (PSKS) dalam menurunkan jumlah PMKS;

2) Meningkatkan kualitas pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial ;

3) Menguatkan lembaga pembina PMKS dan meningkatkan kesadaran keluarga

dalam membina PMKS;

Page 178: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

166

4) Meningkatkan kader di masyarakat dalam keberdayaan lembaga kesejahteraan

sosial;

5) Meningkatnya kualitas penanggulangan bencana melalui upaya :

a) Menurunkan ancaman;

b) Menurunkan ketentraman;

c) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan aparatur.

d. Program

1) Pemberdayaan fakir miskin, Komunitas Adat Terpencil (KAT) dan penyandang

masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya;

2) Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial;

3) Pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan

penyakit sosial lainnya);

4) Pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial;

5) Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;

e. Sasaran

1) Berkurangnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial;

2) Meningkatnya pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial, meningkatnya

ketrampilan pengelola panti dalam memberikan layanan dan rehabilitasi sesuai

standar operasional.

3) Terbinanya eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba dan

penyakit sosial lainnya);

4) Meningkatnya kapasitas kelembagaan kesejahteraan sosial

5) Meningkatnya upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan pengurangan resiko

bencana;

6) Meningkatnya penyelamatan dan evakuasi terhadap korban bencana,

penanganan pengungsi dan pemulihan sarana prasarana vital untuk aktifitas

masyarakat;

7) Meningkatnya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana melalui

perbaikan pemulihan, peningkatan dan pembangunan yang lebih baik;

8) Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana, peralatan dan logistik bencana;

f. Indikator Capaian

Page 179: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

167

1) Program pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil (KAT) dan

penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) lainnya, dengan target dan

indikator capaian sebagai berikut:

a) Terlaksananya pelatihan ketrampilan keluarga rawan sosial ekonomi

(PKRSE) sebesar 7.900 orang;

b) Didampinginya 500 komunitas adat terpencil;

c) Terfasilitasinya kesejahteraan bagi perintis kemerdekaan/pahlawan

nasional, wakawuri, dan veteren beserta keluarganya;

d) Terpenuhinya sarana dan prasarana pendukung usaha bagi keluarga

miskin;

e) Menurunnya jumlah keluarga miskin di Jawa Tengah;

f) Menurunnya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS)

sebesar 5%;

g) Meningkatnya jumlah dan ketrampilan tenaga yang menanganani PMKS.

2) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial, dengan target dan

indikator capaian sebagai berikut:

a) Meningkatnya kualitas pembinaan penanganan penyandang cacat 1.000

orang, eks penyandang kronis 1.150, penderita penyakit menahun terlantar

1.100 orang, penyandang cacat bibir sumbing dan katarak 500 orang dan

penyandang cacat lewat BLK 800 orang;

b) Meningkatnya sarana dan prasarana panti-panti sosial;

c) Tersusunnya standar operasional pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan

sosial;

d) Tersosialisasinya standar operasional pelayanan dan rehabilitasi

kesejateraan sosial;

3) Program pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK,

narkoba dan penyakit sosial lainnya), dengan target dan indikator capaian

sebagai berikut:

a) Terdatanya eks penyandang penyakit sosial (eks narapidana, PSK, narkoba

dan penyakit sosial lainnya);

b) Meningkatnya kegiatan pembinaan eks penyandang penyakit sosial (eks

Pengemis Gelandangan dan Orang Terlantar (PGOT) 500 orang, eks napi

500 orang, eks PSK dan penyandang HIV AIDS 1.000);

Page 180: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

168

4) Program pemberdayaan kelembagaan kesejahteraan sosial, dengan target dan

indikator capaian sebagai berikut:

a) Teridentifikasinya potensi dan sumber kesejahteraan sosial di seluruh

Kabupaten/Kota;

b) Meningkatnya kualitas penanganan dan kapasitas lembaga yang

menangani PMKS;

c) Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penanganan PMKS;

d) Meningkatnya peran dunia usaha (Corporate Social Responsibility) dalam

penanganan PMKS.

5) Program Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana , dengan target dan

indikator capaian sebagai berikut :

a) Meningkatnya kemampuan masyarakat dan aparatur dalam melakukan

upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana ;

b) Meningkatnya penyelamatan dan evakuasi terhadap korban bencana,

penanganan pengungsi dan pemulihan sarana prasarana vital untuk

ektifitas masyarakat;

c) Meningkatnya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana melalui

perbaikan;

d) Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana, perlatan dan logistik bencana;

14. Kewenangan Urusan Wajib Ketenagakerjaan

a. Permasalahan

1) Sempitnya kesempatan kerja yang disebabkan oleh:

a) Ketidakseimbangan antara kesempatan kerja yang ada dengan kebutuhan

masyarakat akan pekerjaan;

b) Penyerapan angkatan kerja yang ada tidak sebanding dengan

pertumbuhan angkatan kerja sehingga jumlah pengangguran bertambah

(Backlog);

2) Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja yang disebabkan oleh:

a) Rendahnya tingkat pendidikan tenaga kerja;

b) Rendahnya ketrampilan tenaga kerja;

c) Ketidak sesuaian antara persyaratan kualifikasi jabatan yang dibutuhkan

oleh pasar kerja dengan kompetensi pendidikan yang dimiliki oleh tenaga

kerja.

Page 181: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

169

3) Belum optimalnya perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja,

yang disebabkan oleh :

a) Kurang berfungsinya lembaga tenaga kerja;

b) Belum optimalnya fungsi Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia

Swasta (PPTKIS) dalam memberikan perlindungan kepada Tenaga Kerja

Indonesia TKI;

c) Rendahnya tingkat kesejahteraan tenaga kerja;

d) Lemahnya pengawasan ketenagakerjaan.

b. Kebijakan

Kebijakan pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah diarahkan pada :

1) Peningkatan dan perluasan lapangan pekerjaan di berbagai sektor;

2) Peningkatan kopetendi dan produktivitas tenaga kerja sesuai dengan

kebutuhan pasar kerja;

3) Penegakkan hukum dan perlindungan tenaga kerja;

4) Peningkatan kesejahteraan tenaga kerja;

5) Memantapkan hubungan industrial yang harmonis.

c. Strategi

1) Meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait dalam penyerapan

tenaga kerja, baik regional, nasional maupun internasional;

2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya pelatihan dan produktivitas;

3) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan bursa kerja

dan optimalisasi sistem informasi bursa kerja yang mudah diakses oleh

masyarakat;

4) Meningkatkan pengawasan dan perlindungan tenaga kerja sesuai norma

hukum yang belaku, serta meningkatkan peran lembaga ketenagakerjaan.

d. Program

1) Peningkatan Kesempatan Kerja;

2) Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja;

3) Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan.

e. Sasaran

1). Meningkatkan jumlah Angkatan Kerja Lokal (AKAL);

Page 182: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

170

2). Meningkatkan jumlah Angkatan Kerja Antar Daerah (AKAD);

3). Meningkatkan jumlah Angkatan Kerja Antar Negara (AKAN);

4). Mewujudkan penyelenggaraan dan sistem informasi pasar kerja yang mudah

diakses oleh masyarakat;

5). Meningkatkan kompetensi dan produktivitas tenaga kerja;

6). Meningkatkan peran serta dan partisipasi lembaga-lembaga pendidikan dalam

penyiapan kualitas tenaga kerja;

7). Meningkatkan perlindungan dan jaminan kesejahteraan tenaga kerja;

8). Meningkatkan pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan;

9). Meningkatkan peran serta lembaga ketenagakerjaan;

f. Indikator Capaian

1) Tercapainya AKL 100.000 orang;

2) Tercapainya AKAD 75.000 orang;

3) Tercapainya AKAN 336.000 orang;

4) Terselenggaranya bursa kerja dengan 12.500 lowongan verja, melalui Bursa

Kerja Kursus (BKK);

5) Terbentuknya 350 BKK;

6) Terbinanya 500 BKK;

7) Terselenggaranya Job Market Fair yang diikuti yang diikuti oleh 350 peru-

sahaan dengan menghasilkan 12.000 lowongan kerja;

8) Tersebarnya informasi pasar kerja di 35 Kabupaten/kota;

9) Tercapainya peningkatan kopetensi 52.000 tenaga kerja;

10) Tercapainya 1.100 lembaga penyelenggaran pelatihan kerja dan berperan aktif

dalam peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja;

11) Terfasilitasinya 10.000 tenaga kerja dan 250 instruktur;

12) Tercapainya Revitalisasi 5 Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Latihan Kerja

(UPTD BLK);

13) Terfasilitasinya peningkatan kompetensi 500 instruktur dan 250 pengelola LPK;

14) Tercapainya penempatan 500 orang pemagangan dalam negeri dan 3.000

orang pemagangan luar negeri;

15) Tersusunya 25 program pelatihan CBT (Competensy Base Training) dan 100

modul pelatihan CBT;

16) Terbentuknya 25 tempat uji kompetensi ;

17) Terakreditasinya 250 lembaga pelatihan kerja ;

Page 183: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

171

18) Tercapainya peningkatan produktivitas 2.500 tenaga kerja dan 1.000

perusahaan;

19) Tercapainya jaminan perlindungan tenaga kerja dan terwujudnya kondisi

hubungan Industrial yang harmonis melalui :

a) Terbentuknya 2500 Serikat Pekerja Serikat Pekerja (SP) di tingkat

perusahaan;

b) Terbentuknya 660 Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit;

c) Revitalisasi peran 36 LKS Tripartit dalam memberikan pertimbangan

ketenagakerjaan kepada pimpinan daerah;

d) Revitalisasi 36 organisasi pengusaha untuk mendukung kondisi Hubungan

Internasional di Jateng.

20) Terwujudnya Peningkatan kesejahteraan pekerja.

a) Penetapan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dengan pencapaian 100

% Kebutuhan Hidup Layak (KHL) s.d 2013., 2009 sebesar 90,10 %, 2010

sebesar 92,57 %, 2011 sebesar 95,05 %, 2012 sebesar 97,51 %. 2013

sebesar 100 %;

b) Penambahan peserta program jamsostek luar hub. kerja dari jumlah pek

informal sebanyak 10 % dari 14.799.001 orang;

c) Terbentuknya koperasi karyawan sebanyak 1.200 koperasi;

d) Tersedianya fasilitas kesejahteraan pekerja di 3.705 perusahaan;

e) Adanya Sistem Pengupa-han dalam bentuk struktur dan Skala Upah di

perusahaan.

21) Terwujudnya peningkatan syarat-syarat kerja di perusahaan

a) Meningkatnya kualitas materi PP dan Pejanjian Kerja Bersama (PKB);

b) Perusahaan yang wajib membuat PP se Jateng sebanyak 5.840;

c) Serikat kerja yang dapat membuat PKB sebanyak 1.446 SP/SB;

22) Berkurangnya kasus-kasus ketenagakerjaan di Jawa Tengah, baik kasus

perselisihan hubungan industrial maupun kasus TKI sebesar 50 %;

23) Peningkatan profesionalisme 129 mediator se Jateng, konsiliator dan arbiter se

Jawa Tengah;

24) Revitalisasi terhadap 15 PPTKIS dan 500 cabang PPTKIS;

25) Terwujudnya pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan DI 35 Kabupaten

Kota meliputi : 16.581 Perusahaan dan PPTKIS 1500 Perusahaan formal dan

PPTKIS, 15 PPTKIS, 500 cabang PPTKIS dan 212 Pegawai pengawas

ketenagakerjaan, 100 kasus;

Page 184: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

172

15. Kewenangan Urusan Wajib Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

a. Permasalahan

1) Lemahnya kualitas kelembagaan Koperasi dan UMKM pada bidang manajemen,

organisasi dan tatalaksana;

2) Lemahnya Koperasi dan UMKM terhadap akses pasar;

3) Lemahnya akses Koperasi dan UMKM terhadap permodalan dan pembiayaan

usaha;

4) Lemahnya Koperasi dan UMKM terhadap penguasaan teknologi, pemenuhan

sarana dan prasarana usaha;

5) Rendahnya kualitas sumberdaya manusia Koperasi dan UMKM, yang meliputi

kompetensi, semangat dan jiwa kewirausahaan;

b. Kebijakan

1) Penguatan kelembagaan ekonomi masyarakat pedesaan, perkotaan dalam

basis sistem agrobisnis (KUD, KOPTAN, KSP/USP);

2) Pengembangan jaringan usaha dan perluasan akses dan pangsa pasar

Koperasi dan UMKM baik di dalam maupun di luar negeri;

3) Memperluas akses Koperasi dan UMKM terhadap lembaga pembiayaan dan

penguatan kelembagaan keuangan yang dimiliki dan dikelola masyarakat

(KSP/USP, KJKS dll);

4) Mendorong pertumbuhan dan memberdayakan UMKM melalui berbagai insentif

dibidang perijinan, pemberian fasilitas pemasaran, melalui berbagai pameran

produk-produk UMKM, serta penguatan sarana dan prasarana pendukung

kegiatan usaha UMKM;

5) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia Koperasi dan UMKM melalui

pendidikan untuk menghasilkan SDM yang memiliki kompetensi dan daya saing

yang tinggi;

c. Strategi

1) Penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi masyarakat pedesaan dan

perkotaan dalam basis sistem agrobisnis, (KUD, KOPTAN, KSP/USP);

2) Membangun dan mengembangkan sistem jaringan distribusi dan networking

ekonomi Koperasi dan UMKM;

Page 185: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

173

3) Menumbuh kembangkan lembaga keuangan alternatif (KSP/USP Koperasi dan

KJKS/UJKS Koperasi) dan lembaga pendukung lainnya bagi pengembangan

Koperasi dan UMKM;

4) Meningkatkan daya saing sektor UMKM melalui peningkatan produktifitas dan

kualitas produk yang berbasis produk unggulan daerah, berdaya saing global

dan berorientasi eksport serta perbaikan manajemen pemasaran ke arah

pembentukan produk bermerek (branded product);

5) Mewujudkan SDM pengelola Koperasi dan UMKM yang profesional melalui

kerjasama dengan lembaga-lembaga pelatihan dan sertifikasi profesi dalam

rangka peningkatan SDM secara periodik dan berkelanjutan, serta perluasan

sertifikasi kompetensi SDM Koperasi dan UMKM;

d. Program

1) Penguatan Kapasitas Kelembagaan Koperasi dan UMKM;

2) Pemberdayaan Koperasi dan UMKM melalui Penguatan dan Pengembangan

Diversifikasi Usaha dan Sistem Distribusi/ Jaringan Usaha serta Peningkatan

Daya Saing;

3) Penguatan dan Pengembangan Permodalan dan Jaringan Kemitraan Usaha

KSP/USP-Koperasi;

4) Pemberdayaan Koperasi dan UMKM melalui Peningkatan Produktivitas

Pemasaran dan Jaringan Usaha;

e. Sasaran

1) Meningkatnya kapasitas kelembagaan Koperasi sesuai dengan jatidiri Koperasi;

2) Semakin meluasnya pangsa pasar produk UMKM di pasar domestik maupun

internasional;

3) Meningkatnya akses permodalan bagi KSP/USP-Koperasi dan UMKM;

4) Meningkatnya produktivitas UMKM melalui pemanfaatan teknologi dan

pemenuhan sarana dan prasarana;

5) Meningkatnya kualitas SDM koperasi dan UMKM yang handal dan profesional.

f. Indikator Capaian

1) Menguatnya kapasitas kelembagaan Koperasi dengan target :

a) Sejumlah 5.000 Koperasi berkwalitas dari 12.290 koperasi aktif;

Page 186: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

174

b) KSP/USP-Kperasi yang sehat di tiap-tiap kecamatan 1 KSP/USP-Koperasi

sehat;

2) Meluasnya pangsa pasar produk Koperasi dan UMKM melalui :

a) Promosi, pameran kontak dagang, pasar rakyat dan temu usaha sebanyak

100 event;

b) Jaringan usaha ritel Koperasi : 57 Koperasi (Sensuko);

c) Menguatnya waserda Koperasi 300 waserda;

d) Revitalisasi KUD/KOPTAN 566;

e) HKI, 150 sertifikat;

f) Ijin kesehatan usaha 3.000 UMKM;

3) Terwujudnya fasilitasi sertifikat tanah 1.750, pelaksanaan linkage program 566

Koperasi/KSP/USP, bim,bingan teknis permodalan 1500 KSP/USP dan

pendampingan 115 sentra;

4) Meningkatnya produktivitas UMKM melalui :

a) Bantuan peralatan produksi 2.000 UMKM;

b) Bimbingan teknis produksi 4.500 UMKM;

c) Workshop 1.500 UMKM.

5) Meningkatnya pengetahuan kemampuan dan ketrampilan SDM 8.700,

Kompetensi SDM KUMKM sasaran 750 orang pengelola Koperasi dan UMKM.

16. Kewenangan Wajib Penanaman Modal

a. Permasalahan

1) Target investasi belum dapat tercapai karena promosi investasi kurang optimal

dalam menampilkan potensi unggulan Jawa Tengah dan belum terjalinnya

kerjasama pengelolaan aset Jawa Tengah dengan investor agar menjadi

sarana investasi;

2) Masih rendahnya realisasi investasi, kurang optimalnya dukungan iklim dan

jejaring investasi karena lemahnya kepastian hukum, ketidakstabilan kondisi

ekonomi, gangguan keamanan, kerjasama pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten/kota, serta hambatan lain dalam menciptakan iklim

investasi yang kondusif;

3) Masih kurang optimalnya dukungan terhadap potensi investasi karena kurang

siapnya sumberdaya dan sarana prasarana dalam menarik investor baik terkait

lahan, tenaga kerja dan infrastruktur;

Page 187: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

175

b. Kebijakan

1) Peningkatan promosi potensi dan peluang investasi di dalam dan luar negeri

secara selektif dan terpadu serta pengembangan fasilitasi kerjasama berkaitan

dengan investasi;

2) Penciptaan iklim investasi yang kondusif untuk realisasi investasi dan menjaga

investasi berkelanjutan;

3) Peningkatan sumberdaya yang mendukung realisasi investasi, maupun sarana

dan prasarana investasi yang memadai;

c. Strategi

1) Meningkatkan promosi potensi dan peluang investasi yang dilakukan secara

selektif dan terpadu serta meningkatkan kerjasama investasi;

2) Menyusun kebijakan investasi yang strategis yang mengarah pada upaya

mendorong iklim kondusif untuk terjadinya peningkatan realisasi penanaman

modal;

3) Meningkatkan kemampuan sumberdaya dalam mendukung realisasi investasi,

maupun sarana dan prasarana di bidang penanaman modal;

d. Program

a) Peningkatan promosi dan kerjasama investasi;

b) Peningkatan iklim dan realisasi investasi;

c) Penyiapan potensi sumber daya, sarana dan prasarana daerah;

e. Sasaran

1) Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi, dengan sasarannya :

a) Meningkatnya jumlah investor yang mengenal potensi investasi, yang

tertarik dan yang menanamkan modalnya di Jawa Tengah;

b) Meningkatnya kerjasama pengelolaan aset Jawa Tengah dengan para

investor;

2) Program peningkatan iklim dan realisasi investasi, dengan sasarannya :

a) Meningkatnya iklim investasi yang kondusif di Jawa Tengah;

b) Meningkatnya realisasi investasi Jawa Tengah;

3) Program Penyiapan Potensi Sumberdaya Sarana dan Prasarana Daerah.,

dengan sasarannya :

Page 188: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

176

a) Meningkatnya sarana prasarana infrastruktur yang mendukung investasi;

b) Meningkatnya kesiapan lahan untuk investasi.

c) Meningkatnya kemampuan SDM/tenagakerja untuk investasi dan kesadaran

masyarakat menerima investasi;

f. Indikator Capaian

1) Program peningkatan promosi dan kerjasama investasi, dengan target dan

indikator capaiannya :

a) Meningkatnya kualitas dan kuantitas informasi investasi yang dapat

disampaikan ke calon investor, dan tercapainya realisasi investasi meliputi

tersedianya profil 6 sektor usaha, terselenggaranya event promosi dan

temu usaha tingkat nasional 5 kali, terselenggaranya event promosi dan

temu usaha internasional 10 kali, serta updating website 10 kali;

b) Meningkatnya jumlah kerjasama investasi meliputi kerjasama dalam negeri

dengan 20 provinsi potensial, dan kerjasama luar negeri dengan 5 negara.

2) Program peningkatan iklim dan realisasi investasi, dengan target dan indikator

capaiannya :

a) Tesusunnya sebuah Perda tentang penanaman modal dan empat peraturan

pelaksanaannya;

b) Menurunnya gangguan keamanan investasi;

c) Meningkatnya persetujuan dan realisasi investasi. Diharapkan tercapai

realisasi investasi dalam tahun 2008: 40,156 trilyun, tahun 2009: 46,157

trilyun, tahun 2010: 55,502 trilyun, tahun 2011: 68,613 trilyun, tahun

2012: 84,970 trilyun dan tahun 2013: 105,384 trilyun;

d) Meningkatnya kerjasama Pemerintah Provinsi dengan 20 provinsi potensial

dan 35 Pememerintah kabupaten/kota Jawa Tengah dalam menarik

investasi.

3) Program Penyiapan Potensi Sumberdaya Sarana dan Prasarana Daerah,

dengan target dan indikator capaiannya :

a. Meningkatnya jumlah dan kualitas infrastruktur pendukung investasi,

meliputi: peningkatan kualitas jalan akses ekono-mi dari desa ke kota,

peningkatan kualitas pelabuhan untuk ekspor/impor, dan dermaga peti

kemas, peningkatan kualitas bandara, peningkatan energi, telekomunikasi,

air dan fasilitas kesehatan terkait investasi;

Page 189: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

177

b. Tersedianya sarana prasarana dan tersedianya lahan di 9 kawasan industri;

c. Jumlah tenaga kerja terdidik/terampil meningkat di 35 kabupaten/kota di

Jawa Tengah;

d. Kesadaran masyarakat untuk menerima kegiatan investasi meningkat di 35

kabupaten/kota di Jawa Tengah;

17. Kewenangan Urusan Wajib Kebudayaan

a. Permasalahan

1) Budaya daerah belum banyak mendapatkan apresiasi oleh masyarakat

nasional dan internasional serta lunturnya nilai – nilai etika, moral, budaya

dan keagamaan pada masyarakat yang disebabkan oleh :

a) Pengaruh negatif globalisasi, budaya asing terhadap budaya masyarakat

Indonesia ;

b) Belum optimalnya pelestarian sejarah dan permuseuman ;

c) Belum optimalnya perlindungan dan pelestarian terhadap kekayaan

budaya nasional/daerah, sehingga sangat rentan untuk diambil alih/diakui

oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab ;

d) Belum optimalnya promosi budaya daerah ;

e) Belum efektifnya sistem inventarisasi dan penyajian informasi mengenai

jenis dan ragam budaya daerah Jawa Tengah ;

f) Belum optimalnya pembinaan/pendidikan moral, etika dan budi pekerti

bagi para remaja dan siswa sekolah.

2) Kesempatan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam

mengamalkan kepercayaannya masih mengalami banyak hambatan–

hambatan sosial dan budaya.

b. Kebijakan

1) Mengoptimalkan pembinaan, perlindungan, pelestarian budaya dan kesenian

daerah, dan meningkatkan daya tangkal penangkal pengaruh negatif

globalisasi dan budaya asing serta pelestarian peninggalan sejarah dan

permuseuman;

2) Meningkatkan pembinaan dan pengendalian bagi organisasi dan penghayat

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam mengamalkan

kepercayaannya.

Page 190: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

178

c. Strategi

1) Optimalisasi pembinaan, perlindungan, pelestarian budaya, kesenian dan

tradisi daerah, dan peningkatan daya tangkal pengaruh negatif globalisasi dan

budaya asing serta pelestarian peninggalan sejarah dan permuseuman;

2) Peningkatan pembinaan dan pengendalian organisasi dan penghayat

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

d. Program

1) Pembinaan tradisi dan Pengembangan Nilai Kekayaan dan Keragaman

Budaya;

2) Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

e. Sasaran

1) Program Pembinaan dan Pengembangan Nilai Kekayaan dan Keragaman

Budaya, dengan sasaran :

a) Meningkatnya kesadaran, pemahaman dan perilaku masyarakat dalam

beretika dengan mengedepankan moral serta nilai – nilai keagamaan dan

kekayaan budaya lokal guna memperkuat identitas masyarakat Jawa

Tengah;

b) Meningkatnya eksistensi budaya Jawa Tengah di tingkat regional, nasional

dan internasional;

c) Menyelamatkan, melestarikan dan mengembangkan serta

mendayagunakan warisan budaya bangsa.

2) Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

dengan sasaran meningkatnya akses dan kualitas penghayat kepercayaan

terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk mengamalkan kepercayaan.

f. Indikator Capaian

1) Program Pembinaan dan Pengembangan Nilai Kekayaan dan Keragaman

Budaya, dengan indikator :

a) Meningkatnya pembinaan nilai–nilai etika, moral, budaya dan keagamaan

Indonesia kepada masyarakat melalui berbagai media;

Page 191: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

179

b) Meningkatnya penanaman nilai–nilai etika, moral, budaya dan keagamaan

melalui organisasi sosial keagamaan di berbagai lapisan dengan berbagai

sosialisasi dan media;

c) Meningkatnya penanaman dan sosialisasi etika, moral, budaya dan nilai

keagamaan di kalangan para remaja dan organisasi pemuda;

d) Tersusunnya data base kekayaan ragam budaya daerah Jawa Tengah;

e) Meningkatnya upaya–upaya perlindungan, pelestarian dan promosi budaya

daerah di tingkat regional, nasional dan internasional.

2) Program Pembinaan Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

dengan indikator meningkatnya pembinaan dan jumlah serta jenis

kelembagaan, penghayatan dan pengamalan terhadap kepercayaan yang

dianut.

18. Kewenangan Urusan Wajib Kepemudaan dan Olah raga

a) Permasalahan

1) Masih rendahnya partisipasi pemuda dalam pembangunan daerah yang

diantaranya disebabkan oleh:

a) rata-rata tingkat pendidikan dan ketrampilan pemuda masih rendah dan

tidak merata antar daerah;

b) Menurunnya rasa kebangsaan generasi muda dan rendahnya kepedulian

pemuda terhadap masalah-masalah pembangunan;

c) akses bagi pemuda untuk bepartisipasi dalam pembangunan daerah

masih terbatas;

d) Masih rendahnya daya tangkal di kalangan pemuda terhadap pengaruh

destruktif sebagai akibat perubahan kondisi lingkungan strategis domestik

maupun global;

e) Belum optimalnya kemitraan kepemudaan.

2) Masih rendahnya peran kelembagaan / organisasi kepemudaan dalam

pembangunan kepemudaan;

3) Belum optimalnya prestasi dan pemasyarakatan olah raga disebabkan oleh:

a) Masih rendahnya kualitas dan kuantitas pembibitan, pembinaan dan

pemanduan serta pemasyarakatan olah raga;

b) belum optimalnya penelitian dan pengembangan keolahragaan;

4) Masih rendahnya kualitas dan kapasitas kelembagaan/ organisasi olah raga;

5) Masih rendahnya kualitas dan kuantitas sarana prasarana olah raga.

Page 192: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

180

b. Kebijakan

1) Mengupayakan perwujudan partisipasi dan kepedulian pemuda terhadap

pembangunan dengan memperluas kesempatan memperoleh pendidikan

keterampilan dan meningkatkan daya tangkal pemuda terhadap pengaruh

destruktif, meningkatkan kemitraan kepemudaan, serta mengembangkan rasa

kebangsaan (national character building);

2) Memberdayakan organisasi kepemudaan agar benar-benar mampu menjadi

wadah aktivitas dan kreatifitas pemuda;

3) Meningkatkan kualitas pembibitan dan pembinaan olah raga pada semua

cabang olah raga, melalui peningkatan motivasi masyarakat dalam olah raga

dan kesegaran jasmani;

4) Meningkatkan pembinaan dalam rangka mengembangkan kemampuan

pengelolaan lembaga/organisasi olah raga pada semua cabang olah raga;

5) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana olah raga.

c. Strategi

1) Pengembangan dan pemberdayaan generasi muda khususnya di perdesaan,

peningkatan daya tangkal pemuda terhadap pengaruh destruktif,

pengembangan kemitraan kepemudaan, serta pengembangan rasa

kebangsaan (national character building);

2) Pemberdayaan dan pengembangan organisasi kepemudaan;

3) Pembibitan, pembinaan dan pemanduan olah raga secara intensif dan

berkelanjutan, serta pembinaan dan pengembangan minat olah raga

masyarakat;

4) Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia tenaga pengelola dan lembaga/

organisasi olah raga;

5) Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana olah raga;

d. Program

1) Pengembangan dan pemberdayaan pemuda;

2) Pemberdayaan lembaga/ organisasi kepemudaan;

3) Pembibitan, pembinaan dan pemanduan serta pemasyarakatan olah raga;

4) Pengembangan kapasitas kelembagaan organisasi olah raga;

5) Peningkatan sarana prasarana olah raga.

Page 193: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

181

e. Sasaran

1) Program Pengembangan dan Pemberdayaan Pemuda, dengan sasaran:

a) Meningkatnya partisipasi generasi muda dalam pembangunan daerah;

b) Meningkatnya rasa kebangsaan generasi muda dan kepedulian pemuda

terhadap masalah pembangunan;

c) Meningkatnya akses pemuda dalam pembangunan daerah;

d) Terwujudnya daya tangkal pemuda terhadap pengaruh destruktif;

e) Terwujudnya kemitraan pemuda.

2) Program Pemberdayaan Lembaga/ Organisasi Kepemudaan, dengan sasaran

terwujudnya peningkatan kapasitas dan kualitas kelembagaan/ organisasi

kepemudaan;

3) Program pembibitan, Pembinaan dan Pemanduan serta Pemasyarakatan Olah

Raga, dengan sasaran:

a) Terwujudnya pembibitan, pembinaan, pemanduan olah raga secara

kontinyu;

b) Terwujudnya motivasi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan olah raga

dan kesegaran jasmani;

c) Berkembangnya cabang olah raga unggulan di Jawa Tengah.

4) Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Organisasi Olah Raga,

dengan sasaran terwujudnya peningkatan kualitas dan kapasitas

kelembagaan/organisasi olah raga;

5) Program Peningkatan Sarana Prasarana Olah Raga, dengan sasaran

terwujudnya peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana olah

raga.

f. Indikator Capaian

1) Program Pengembangan dan Pemberdayaan Pemuda, dengan indikator :

a) Meningkatnya kualitas dan partisipasi pemuda dalam pembangunan;

b) Meningkatnya kuantitas dan kualitas kewirausahaan pemuda;

c) Meningkatnya wawasan dan rasa kebangsaan generasi muda;

d) Tumbuhnya kesadaran, kewajiban bela negara;

e) Berkembangnya budaya lokal;

Page 194: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

182

f) Meningkatnya kesadaran terhadap bahaya narkoba, pornografi dan

pornoaksi.

2) Program pemberdayaan lembaga/ organisasi kepemudaan, dengan indikator

meningkatnya kualitas dan kapasitas kelembagaan kepemudaan dalam

memecahkan permasalahan pemuda di 35 kabupaten/ kota dan meningkatnya

kualitas dan kapasitas kelembagaan kepemudaan, kesiswaan dan pencinta

alam;

3) Program pembibitan, Pembinaan dan Pemanduan serta Pemasyarakatan Olah

Raga, dengan indikator :

a) Munculnya bibit -bibit atlet olah raga yang berprestasi;

b) Meningkatnya kualitas dan kemampuan atlet olah raga di Jawa Tengah;

c) Meningkatnya motivasi dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan

olah raga dan kesegaran jasmani;

d) Muncul 5 cabang olah raga unggulan baru.

4) Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Organisasi Olah Raga,

dengan indikator meningkatnya kualitas dan kapasitas kelembagaan olah

raga;

5) Program Peningkatan Sarana Prasarana Olah Raga, dengan indikator

meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana olah raga.

19. Kewenangan Urusan Wajib Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

a. Permasalahan

1) Masih adanya gangguan keamanan dan kenyamanan lingkungan di

beberapa daerah, yang antara lain disebabkan masih rendahnya kesadaran

hukum dan tingkat pengangguran yang cukup tinggi;

2) Masih tingginya angka kriminalitas, gangguan keamanan dan ketertiban

dalam masyarakat, antara lain disebabkan oleh tindak kejahatan,

pelanggaran hukum dan keterbatasan petugas serta kesadaran hukum

masih rendah;

3) Belum optimalnya pengembangan wawasan kebangsaan dalam masyarakat,

antara lain disebabkan oleh rendahnya kesadaran warga negara tentang hak

dan kewajiban warga negara, kesadaran hukum dan pendidikan politik;

Page 195: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

183

4) Belum optimalnya kerjasama antara pemerintah, LSM dan masyarakat

untuk pengembangan wawasan kebangsaan. Hal ini antara lain disebabkan

oleh masih rendahnya komitmen ormas dan LSM tentang wawasan

kebangsaan, kurangnya pendidikan wawasan kebangsaan;

5) Belum optimalnya upaya pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan

ketertiban dan keamanan, antara lain disebabkan rendahnya partisipasi

masyarakat, kesadaran hukum dan keterbatasan aparatur pemerintah

daerah;

6) Masih tingginya penyalahgunaan Napza, Miras, dan Penyakit Masyarakat

(Pekat) lainnya, yang disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat,

ketaatan hukum dan rendahnya sosial ekonomi masyarakat (rentan);

7) Belum optimalnya pelaksanaan pendidikan politik masyarakat. Hal ini antara

lain disebabkan oleh masih rendahnya pendidikan politik dan kesadaran

politik masyarakat, pemilih pemula, perempuan dan penduduk di perdesaan.

Organisasi massa, kelompok kepentingan dan partai politik belum secara

optimal menjalankan peran dan fungsinya menjalankan fungsi-fungsi politik

dalam masyarakat serta belum optimalnya peran dan fungsi lembaga politik

di daerah, karena ketersediaan sumberdaya belum sepenuhnya mendukung

upaya peningkatan peran dan fungsi lembaga politik daerah;

8) Belum optimalnya fungsi Perlindungan Masyarakat (LINMAS) dan Rakyat

Terlatih (RATIH) sebagai ujung tombak dalam melaksanakan penanganan

awal terhadap gangguan Kamtibmas;

b. Kebijakan

1) Meningkatkan keamanan dan kenyamanan lingkungan;

2) Meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta pencegahan

tindak kriminal;

3) Meningkatkan dan mengembangkan wawasan kebangsaan dalam

masyarakat;

4) Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, LSM dan masyarakat;

5) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan

keamanan;

6) Meningkatkan pemberantasan penyalahgunaan Napza, miras dan penyakit

masyarakat;

7) Meningkatkan pendidikan politik dalam masyarakat;

Page 196: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

184

8) Meningkatkan kemampuan Perlindungan Masyarakat (LINMAS) dan Rakyat

Terlatih (RATIH).

c. Strategi

1) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap keamanan dan kenyamanan

lingkungan;

2) Peningkatan kesadaran masyarakat dalam membina keamanan dan

ketertiban masyarakat serta pencegahan tindak kriminal;

3) Peningkatan dan pengembangan wawasan kebangsaan bagi masyarakat;

4) Peningkatan kerjasama antara pemerintah, LSM dan masyarakat secara

optimal;

5) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam menjaga ketertiban dan

keamanan secara optimal;

6) Peningkatan kesadaran masyarakat dan penegakan hukum terhadap

penyalahgunaan Napza, Miras, dan Penyakit Masyarakat (Pekat);

7) Peningkatan pendidikan politik dalam masyarakat;

8) Peningkatan kemampuan Perlindungan Masyarakat (LINMAS) dan Rakyat

Terlatih (RATIH) Peningkatan kesiapsiagaan dan kewaspadaan terhadap

gangguan kamtibmas;

d. Program

1) Peningkatan Keamanan dan kenyamanan Lingkungan;

2) Pemeliharaan Kamtrantibmas dan Pencegahan Tindak Kriminal;

3) Pengembangan Wawasan Kebangsaan;

4) Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan;

5) Pemberdayaan Masyarakat untuk Menjaga Ketertiban dan Keamanan;

6) Peningkatan Pemberantasan Penyakit Masyarakat;

7) Peningkatan Pendidikan Politik Masyarakat;

8) Peningkatan kemampuan Perlindungan Masyarakat (LINMAS) dan Rakyat

terlatih (RATIH).

e. Sasaran

1) Meningkatnya keamanan dan kenyamanan lingkungan;

2) Terpeliharanya kamtrantibmas dan pencegahan tindak kriminal;

3) Meningkatnya wawasan kebangsaan dalam masyarakat;

Page 197: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

185

4) Meningkatnya rasa persatuan dan kesatuan bangsa;

5) Meningkatnya kerja sama antara pemerintah, LSM dan masyarakat untuk

pengembangan wawasan kebangsaan;

6) Meningkatnya sinergitas pemerintah dan masyarakat dalam rangka upaya

menjaga ketertiban dan keamanan;

7) Meningkatnya pemberantasan penyalahgunaan Napza, Miras, dan penyakit

masyarakat (Pekat) lainnya;

8) Meningkatnya pendidikan politik masyarakat;

9) Meningkatkan kemampuan perlindungan masyarakat (LINMAS) dan rakyat

terlatih (RATIH).

f. Indikator Capaian

1) Menurunnya gangguan keamanan dan meningkatnya kenyamanan

lingkungan;

2) Menurunnya tingkat gangguan kamtrantibmas;

3) Meningkatnya wawasan kebangsaan bagi masyarakat;

4) Bertambahnya jumlah kemitraan dan kerjsama antara pemerintah dengan

LSM dan masyarakat untuk pengembangan wawasan kebangsaan;

5) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam menjaga ketertiban dan

keamanan;

6) Menurunnya tingkat penyalahgunaan Napza, Miras, dan penyakit

masyarakat (Pekat) lainnya;

7) Meningkatnya partisipasi politik masyarakat dalam Pemilu dan Pilkada;

8) Meningkatnya partisipasi LINMAS dan RATIH.

20. Kewenangan Urusan Wajib Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,

Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan

Persandian

a. Permasalahan

1) Belum sinerginya peraturan perundangan pusat dan daerah dalam

pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini antara lain disebabkan oleh dinamika

perubahan dalam masyarakat dan kebijakan otonomi daerah yang belum

mantab, kesadaran dan penegakkan hukum dan HAM masih perlu

ditingkatkan;

Page 198: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

186

2) Belum optimalnya penyelenggaraan pemerintahan umum dalam pelayanan

publik yang antara lain disebabkan sarana dan prasarana, dan kapasitas

aparat dalam pelaksanaan kepemerintahan yang amanah belum sepenuhnya

dilaksanakan;

3) Belum optimalnya pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi Jawa Tengah,

yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman kabupaten/kota terhadap

seperangkat peraturan tentang otonomi daerah;

4) Belum optimalnya pemanfaatan akses teknologi informasi, antara lain

disebabkan oleh rendahnya pendidikan, ekonomi dan ketimpangan sarana

dan prasarana terutama di perdesaan;

5) Belum optimalnya kerjasama daerah, antara lain disebabkan, kemampuan

aparatur pemerintah daerah yang belum profesional dan peraturan-peraturan

daerah yang belum sinkron dalam mendukung kerjasama daerah;

6) a. Belum sinergi dan sinkronnya regulasi/peraturan pengelolaan keuangan

daerah yang mengakibatkan multitafsir sehingga menimbulkan kesulitan

dalam mengimplementasikan dan optimalisasi tertib administrasi keuangan

daerah;

b. Belum optimalnya peningkatan pengelolaan dan pengembangan

pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini antara lain disebabkan oleh belum

optimalnya usaha intensifikasi dan ekstensifikasi PAD serta keterbatasan

sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD);

7) Belum optimalnya manajemen pengelolaan aset daerah yang disebabkan oleh

kurang akurasinya data aset dan belum dipahaminya pola pengamanan dan

pemberdayaan;

8) Belum optimalnya sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan

kebijakan kepala daerah, yang disebabkan oleh keterbatasan anggaran dan

belum profesionalnya aparatur pemerintah daerah;

9) Belum optimalnya tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan, yang

disebabkan oleh terbatasnya aparatur pemeriksa dan aparat pengawasan,

dukungan peraturan perundangan serta kesadaran hukum masyarakat;

10) Belum optimalnya peran lembaga perwakilan rakyat daerah dalam

melaksanakan peran dan fungsi politik;

11) Belum optimalnya pelayanan kedinasan terhadap KDH/WKDH, antara lain

disebabkan oleh keterbatasan sarana pendukung;

Page 199: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

187

12) Belum optimalnya pengelolaan keuangan desa/kelurahan. Hal ini disebabkan

oleh kapasitas aparatur pemerintah desa/kelurahan yang rendah, belum

lengkapnya peraturan daerah tentang desa/kelurahan dan rendahnya alokasi

anggaran;

13) Belum optimalnya kualitas aparatur yang profesional dan memiliki kompetensi

yang sesuai dengan peran strategisnya sehingga dibutuhkan manajemen

kepegawaian daerah yang mampu mengelola dan meningkatkan kualitas

aparatur pemerintah daerah;

14) Belum optimalnya penyediaan sarana dan prasarana pemerintah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, antara lain

disebabkan oleh keterbatasan pendanaan, analisis kebutuhan, pengelolaan

sarana dan prasarana serta keterbatasan aparatur pemerintah daerah;

15) Terbatasnya kapasitas kerja aparatur dibandingkan dengan perkembangan

dan kompleksitas permasalahan daerah.

b. Kebijakan

1) Meningkatkan sinergitas penyusunan peraturan perundangan pusat dan

daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah;

2) Mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan umum dan pelayanan publik

melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana publik, dan

peningkatan kapasitas aparatur;

3) Mengoptimalkan administrasi penataan wilayah;

4) Mengoptimalkan pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi Jawa Tengah;

5) Meningkatkan pemanfaatan akses teknologi informasi, melalui peningkatan

mutu pendidikan, perbaikan taraf ekonomi serta mengurangi ketimpangan

sarana dan prasarana teknologi informasi antara perdesaan dan perkotaan;

6) Meningkatkan kerjasama antar daerah melalui peningkatan kemampuan dan

profesionalisme aparatur pemerintah daerah, serta melakukan sinkronisasi

peraturan daerah yang mendukung pelaksanaan kerjasama antar daerah;

7) a. Mensinergikan regulasi/peraturan pengelolaan Keuangan Daerah dalam

rangka implementasi dan optimalisasi tertib administrasi keuangan daerah;

b. Mengoptimalkan peningkatan pengelolaan keuangan daerah dan

pengembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD);

8) Mengoptimalkan manajemen pengelolaan aset daerah;

Page 200: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

188

9) Mengoptimalkan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan

kebijakan Kepala Daerah;

10) Mengoptimalkan tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan melalui

dukungan peraturan perundangan serta kesadaran hukum masyarakat;

11) Meningkatkan peran Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah;

12) Mengoptimalkan pelayanan kedinasan terhadap KDH/WKDH;

13) Mengoptimalkan pengelolaan keuangan desa, melalui peningkatan kapasitas

aparatur pemerintah desa, serta melengkapi peraturan daerah tentang Desa;

14) Mengoptimalkan penyelenggaran kepegawaian daerah dan perangkat daerah

dengan melaksanakan reformasi secara bertahap;

15) Mengoptimalkan penyediaan sarana dan prasarana pemerintah dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;

16) Meningkatkan kapasitas kinerja aparatur selaras dengan perkembangan dan

kompleksitas permasalahan daerah.

c. Strategi

1) Peningkatan sinergitas penyusunan peraturan perundangan pusat dan daerah

dalam pelaksanaan otonomi daerahl

2) Peningkatan penyelenggaraan pemerintahan umum dan pelayanan publik

melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana publik, dan

peningkatan kapasitas aparaturl

3) Peningkatan kapasitas penyelenggaraan administrasi penataan wilayahl

4) Peningkatan pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi Jawa Tengahl

5) Peningkatan pemanfaatan akses teknologi informasi, melalui peningkatan

mutu pendidikan, perbaikan taraf ekonomi serta mengurangi ketimpangan

sarana dan prasarana teknologi informasi antara perdesaan dan perkotaan;

6) Peningkatan kerjasama antar daerah melalui peningkatan kemampuan dan

profesionalisme aparatur pemerintah daerah, serta melakukan sinkronisasi

peraturan daerah yang mendukung pelaksanaan kerjasama antar daerah;

7) a. Peningkatan kuantitas dan kualitas penyusunan regulasi/peraturan

pengelolaan Keuangan Daerah dalam rangka implementasi dan

optimalisasi tertib administrasi keuangan daerah;

b. Peningkatan pengelolaan keuangan daerah dan pengembangan

Pendapatan Asli Daerah (PAD);

Page 201: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

189

8) Optimalisasi manajemen pengelolaan aset daerah dengan prioritas

inventarisasi yang kredibel, pemahaman pola pengamanan aset daerah yang

benar dan pemberdayaan aset daerah;

9) Peningkatan pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan

Kepala Daerah;

10) Peningkatan kualitas tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan melalui

diklat dan dukungan peraturan perundangan serta kesadaran hukum

masyarakat;

11) Peningkatan peran Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah;

12) Peningkatan pelayanan kedinasan terhadap KDH/WKDH;.

13) Peningkatan pengelolaan keuangan desa/kelurahan, melalui peningkatan

kapasitas aparatur pemerintah desa/kelurahan, melengkapi peraturan daerah

tentang desa/kelurahan dan meningkatkan alokasi anggaran untuk

penyelenggaraan pemerintahan desa/kelurahan;

14) Peningkatan kualitas penyelenggaran kepegawaian daerah dan perangkat

daerah;

15) Peningkatan kualitas dan kuantitas penyediaan sarana dan prasarana

pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;

16) Peningkatan kapasitas kinerja aparatur selaras dengan perkembangan dan

kompleksitas permasalahan di daerah;

d. Program

1) Penataan Peraturan Perundang-undangan;

2) Penyelenggaraan Pemerintahan Umum;

3) Peningkatan Pelaksanaan Otonomi Daerah;

4) Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi;

5) Peningkatan Kerjasama Pemerintah Daerah;

6) Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah;

7) Peningkatan pengelolaan Aset Daerah;

8) Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Kebijakan Kepala

Daerah;

9) Peningkatan Profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan;

10) Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah;

11) Peningkatan Pelayanan Kedinasan KDH/WKDH;

12) Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa;

Page 202: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

190

13) Penyelenggaraan Kepegawaian dan Perangkat Daerah;

14) Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Pemerintah Daerah;

15) Peningkatan Kapasitas Sumber daya Aparatur Pemerintah Daerah.

b. Sasaran

1) Terwujudnya produk hukum daerah yang mendorong pencapaian

akuntabilitas dan kondusifitas penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan;

2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas penyelenggaran pemerintahan dan

pembangunan, penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan;

3) Meningkatnya fasilitasi penyelenggaraan administrasi penataan wilayah;

4) Meningkatnya efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

yang mendukung penyelenggaraan otonomi daerah serta meningkatnya

sinergitas antara pusat dan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah;

5) Meningkatnya pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat;

6) Meningkatnya kerjasama antara Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,

Provinsi, Pusat dan Luar Negeri;

7) a) Meningkatnya sinkronisasi pelaksanaan administrasi keuangan,

meningkatnya tertib administrasi keuangan daerah dalam

mengefektifkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah,

meningkatnya kapasitas birokrasi dan profesionalisme aparat dengan

menekankan pada perubahan sikap dan perilaku aparat pemerintah

daerah yang efektif, efisien, responsif, transparan dan akuntabel ;

b) Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD);

8) Optimalisasi manajemen pengelolaan aset daerah yang diprioritaskan pada

tersedianya data aset yang akurat, pemahaman pola pengamanan dan

pemberdayaan aset daerah;

9) Meningkatnya sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan

kebijakan Kepala Daerah;

10) Meningkatnya profesionalisme tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan;

11) Meningkatnya peran dan fungsi politik Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah;

12) Meningkatnya pelayanan kedinasan terhadap KDH/WKDH;

13) Meningkatnya kemampuan pengelolaan keuangan desa/kelurahan;

14) Meningkatnya kualitas aparatur dengan dukungan manajemen kepegawaian

yang profesional melalui peningkatan kompetensi dan prestasi kerja;

Page 203: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

191

15) Meningkatnya sarana dan prasarana pemerintahan;

16) Meningkatnya kapasitas kerja aparatur pemerintah daerah.

c. Indikator Capaian

1) Tercapainya koordinasi dan sinergitas penyusunan peraturan perundang-

undangan daerah, meningkatnya kesadaran dan kepatuhan hukum serta

meningkatnya kemampuan teknis dalam penerapan dan penegakan Hukum

/HAM;

2) Tercapainya peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan

pemerintahan umum dalam pelayanan publik : One Stop Service (OSS),

pelayanan haji, pengendalian penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan serta penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan;

3) Terwujudnya tata kelola administrasi penataan dan pemetaan wilayah;

4) Tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah

yang mendukung pelaksanaan otonomi daerah;

5) Tercapainya peningkatan jumlah pengguna teknologi informasi;

6) Tercapainya kesepakatan MoU dan tindak lanjut kerjasama dengan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/kota, Provinsi, Pusat dan Luar Negeri;

7) a. Tercapainya peningkatan penerimaan Pajak, Retribusi Daerah dan laba

perusahaan daerah serta pengelolaan keuangan daerah;

b. Tercapainya peningkatan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD);

8) Meningkatkan pelaksanaan manajemen pengelolaan aset daerah khususnya

akurasi data, pola pengamanan dan pemberdayaan asset daerah;

9) Tercapainya penurunan tingkat penyimpangan penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan;

10) Terwujudnya tenaga pemeriksa dan aparat pengawasan yang professional;

11) Tercapainya peningkatan profesionalisme dan kapasitas Lembaga Perwakilan

Rakyat Daerah;

12) Tercapainya pelaksanaan urusan kedinasan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah;

13) Tercapainya peningkatan kualitas, penyusunan peraturan pemerintahan

desa/kelurahan;

14) Tercapainya peningkatan kualitas penyelenggaraan manajemen kepegawaian

daerah;

Page 204: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

192

15) Tercapainya peningkatan sarana dan prasarana yang memadai untuk

mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;

16) Terwujudnya aparatur pemerintah daerah yang profesional sesuai dengan

kompetensinya melalui pendidikan dan pelatihan, Bimbingan Teknis (Bintek)

serta Sosialisasi;

21. Kewenangan Urusan Wajib Ketahanan Pangan

a. Permasalahan

1) Belum tercukupinya ketersediaan pangan strategis bagi kebutuhan konsumsi

masyarakat khususnya kedelai, gula, susu, dan ikan;

2) Belum optimalnya cadangan pangan (beras) untuk menghadapi rawan pangan

dan gejolak harga pangan, yang dikelola oleh pemerintah daerah;

3) Belum efisiennya alur distribusi pangan yang masuk dan keluar di Jawa

Tengah;

4) Masih banyaknya desa miskin yang berpotensi terjadi kerawanan pangan;

5) Rendahnya kualitas konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman

yang ditunjukkan dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) (tahun 2007 = 82,08);

6) Kelompok pangan padi-padian sebagai sumber karbohidrat masih dominasi

oleh beras (75,7 % : Susenas 2007);

7) Belum terpenuhinya tuntutan pasar domestik maupun ekspor pada pangan

segar karena kemampuan petani untuk menjamin mutu produk pangan segar

masih rendah;

8) Belum tercukupinya ketersediaan pangan yang memenuhi kualitas, kuantitas,

dan kontinuitas bagi masyarakat.

9) Produktivitas pangan dan penguasaan teknologi rendah serta pengelolaan

usaha tani relatif tradisional.

10) Belum optimalnya kelembagaan petani, keterbatasan pengetahuan dan

keterampilan serta pendapatan petani yang masih rendah.

11) Sumberdaya lahan dan air belum efektif/ optimal dalam pengelolaan untuk

komoditi pangan.

b. Kebijakan

1) Memantapkan ketersediaan dan cadangan pangan pemerintah serta

masyarakat;

2) Meningkatkan aksesibilitas rumah tangga terhadap pangan;

Page 205: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

193

3) Memperlancar pasokan dan fasilitasi tunda jual serta stabilitas harga;

4) Mengembangkan kelembagaan dan sarana pengolahan serta pemasaran di

pedesaan;

5) Memantapkan kewaspadaan pangan dan gizi masyarakat;

6) Mempercepat proses diversifikasi konsumsi pangan yang bertumpu pada

potensi sumberdaya lokal;

7) Meningkatkan akses masyarakat terhadap pangan yang bermutu, aman dan

bergizi;

8) Tercukupinya ketersediaan pangan yang memenuhi kualitas, kuantitas, dan

kontinuitas bagi masyarakat.

9) Pengembangan komoditas pangan dengan menggunakan varietas unggul

baru, penyediaan dan penggunaan sarana produksi.

10) Peningkatan kemampuan dan keterampilan petani.

11) Peningkatan dukungan terhadap pengelolaan lahan kering dan air tanah untuk

pengembangan tanaman pangan.

c. Strategi

1) Pengembangan cadangan pangan pemerintah dan lumbung pangan

masyarakat;

2) Pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi kerawanan pangan melalui

Pengembangan Desa Mandiri Pangan;

3) Pengembangan sistem distribusi pangan dan pemantauan harga pangan

secara berkala;

4) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya untuk

meningkatkan produktivitas ekonomi keluarga;

5) Pemberdayaan masyarakat dalam ketahanan pangan melalui pemberian

penghargaan, promosi, kampanye dan pendampingan;

6) Penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal melalui

pemanfaatan pekarangan;

7) Peningkatan kesadaran mutu dan keamanan produk pangan kepada pelaku

usaha bidang pangan serta konsumen;

8) Pengembangan komoditas pangan alternatif.

9) Melaksanakan intensifikasi pertanian dengan menggunakan varietas unggul

baru.

10) Peningkatan kemampuan dan keterampilan petani.

Page 206: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

194

11) Peningkatan dukungan terhadap pengelolaan lahan kering dan air tanah untuk

pengembangan komoditas pangan.

d. Program

1) Peningkatan Ketahanan Pangan;

2) Pengembangan Diversifikasi dan Pola Konsumsi Pangan;

3) Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan;

e. Sasaran

1) Berfungsinya kelembagaan pangan dalam mendukung ketersediaan dan

cadangan pangan;

2) Tersedianya pangan yang cukup baik dari segi jumlah maupun mutunya

cukup, aman dan halal, serta terjangkau oleh daya beli masyarakat;

3) Meningkatnya kualitas konsumsi pangan masyarakat melalui gerakan

percepatan diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal;

4) Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan

pangan;

5) Terwujudnya intensifikasi pertanian dengan menggunakan varietas unggul

baru.

6) Terwujudnya peningkatan penggunaan sarana dan prasarana produksi

komoditas pangan.

7) Terwujudnya kelembagaan, dan sumberdaya manusia petani dalam

mengembangkan usaha.

8) Terkendalinya serangan Organisme Penggangu Tanaman (OPT), antisipasi

dan penangglangan dampak banjir/ kekeringan.

9) Terwujudnya pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kawasan

serta agroekositem.

10) Terlaksananya dukungan terhadap pengelolaan lahan kering dan sarana

pengairan untuk pengembangan komoditas pangan.

11) Terwujudnya pengembangan produksi dan produktifitas pangan.

f. Indikator Capaian

1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan

Page 207: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

195

a) Meningkatnya produksi padi 1,5 % per tahun, jagung 1,5 % per tahun,

kedelai 10 % dalam 5 tahun, kacang tanah 3 % dalam 5 tahun, kacang

hijau 1% per tahun, ubi kayu 3 % dalam 5 tahun;

b) Meningkatnya penggunaan benih padi bermutu dari 35.000 ton per tahun

menjadi 45.000 ton per tahun;

c) Terpenuhinya kebutuhan pangan strategis, sumber protein nabati dan

hewani;

d) Terbentuknya sistem distribusi pangan yang efisien dan mudah terjangkau

oleh masyarakat;

e) Mempertahankan ketersediaan energi perkapita minimal 2.200

Kkal/Kap/hari dan penyediaan protein perkapita minimal 57 gr/kap/hr

sesuai WNPG VIII tahun 2004;

f) Tercapainya skor PPH sebesar 90 dari target skor ideal 100 pada tahun

2020 dengan sasaran tahunan

(1) Konsumsi beras turun 1 % per tahun;

(2) Konsumsi umbi-umbian naik 1 % per tahun;

(3) Konsumsi pangan hewani naik 2 % per tahun;

(4) Konsumsi sayur dan buah naik 1 % per tahun.

g) Meningkatnya konsumsi energi minimal 2.000 Kkal/kap/hari dan konsumsi

protein minimal 52 gr/kap/hari sesuai rekomendasi WNPG VIII tahun 2004;

h) Terwujudnya 210 unit Dersa Mandiri Pangan pada tahun 2013;

i) Terlaksananya peningkatan produksi tebu 10 persen per tahun;

j) Terlaksananya optimalisasi pemanfaatan atau pengelolaan lahan kering

atau tegalan 100 hektar per tahun di bidang perkebunan;

k) Meningkatnya penyediaan dan penggunaan sarana produksi : pupuk

organik 10 persen, dan penerapan asas 6 tepat;

l) Terkendalinya ekplosi OPT utama pada sentra komoditas pangan di Jawa

Tengah;

m) Tersedianya peta kerawanan pangan di 35 Kabupaten/Kota;

n) Tersedianya peta kekeringan / rawan banjir di 35 Kabupaten/Kota;

2) Program Pengembangan Diversifikasi dan Pola Konsumsi Pangan.

- Berkembangnya diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal

di masyaraka

Page 208: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

196

3) Program Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan;

a) Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pangan yang aman dan

bermutu sesuai dengan standar mutu pangan;

b) Tersertifikatnya Produk PRIMA 3 (aman di konsumsi) untuk 17 komoditas

di 29 Kabupaten.

22. Kewenangan Urusan Wajib Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

a. Permasalahan

1) Lemahnya kapasitas dan akses masyarakat desa/kelurahan terhadap

pemanfaatan potensi sumberdaya produktif;

2) Belum optimalnya keterlibatan masyarakat desa/kelurahan dalam perdesaan

dan masih rendahnya kemampuan masyarakat dalam aplikasi teknologi tepat

guna;

3) Belum optimalnya fungsi kelembagaan dan sistem informasi masyarakat baik

sosial maupun ekonomi dalam menunjang pemberdayaan masyarakat;

4) Masih rendahnya kapasitas aparatur pemerintahan desa/kelurahan dan

kurangnya koordinasi antar SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam

pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. Hal ini disebabkan SDM

yang kurang profesional dan rendahnya pengetahuan aparat pemerintahan

desa/kelurahan;

5) Terbatasnya anggaran yang dikelola desa/kelurahan untuk pemerintahan dan

pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan;

6) Kurangnya koordinasi antar SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam

pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat.

b. Kebijakan

1) Fasilitasi pengembangan masyarakat dan lembaga desa/kelurahan dalam

melaksanakan pembangunan;

2) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi pembangunan desa/kelurahan;

3) Meningkatkan fungsi kelembagaan dan sistem informasi masyarakat

menunjang pemberdayaan masyarakat;

4) Meningkatkan kapasitas aparatur pemerintahan desa/kelurahan;

5) Meningkatkan kemampuan manajemen keuangan desa/kelurahan.

Page 209: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

197

6) Meningkatkan jumlah anggaran yang dikelola desa/kelurahan dan

meningkatkan kemampuan managemen keuangan desa.

7) Meningkatkankoordinasi baik antar SKPD Provinsi maupun dengan kab/kota.

c. Strategi

1) Mengoptimalkan sumberdaya (aparat desa/kelurahan) dalam memberikan

fasiltasi kepada masyarakat dan desa/kelurahan;

2) Meningkatkan SDM masyarakat desa/kelurahan dalam pembangunan.

3) Pengembangan teknologi tepat guna dengan memanfaatkan potensi dan

kearifan lokal;

4) Mengoptimalkan kelembagaan ekonomi desa/kelurahan dalam memperbaiki

kondisi sosial dan ekonomi masyarakat desa/kelurahan;

5) Peningkatan fasilitasi Bintek dan pelatihan Pemerintahan Desa/Kelurahan.

6) Mengoptimalkan bantuan langsung masyarakat kepada masyarakat

desa/kelurahan dan meningkatkan serta fasilitasi bintek dan diklat

pemerintahan desa.

7) Memantapkan perencanaan program pemberdayaan masyarakat dan

mengefektifkan rapat koordinasi baik antar SKPD Provinsi maupun dengan

Kab/Kota

d. Program

1) Fasilitasi pengembangan masyarakat dan desa;

2) Peningkatan partisipasi masyarakat;

3) Penguatan kelembagaan masyarakat;

4) Peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa.

e. Sasaran

1) Program Fasilitasi Pengembangan Masyarakat dan Desa dengan sasaran

sebagai berikut:

a) Terselenggaranya pelatihan perencanaan partisipasif pembangunan

masyarakat desa dan terselenggaranya pelatihan metodologi

pemberdayaan masyarakat;

b) Terfasilitasinya penguatan kapasitas aparat pemerintahan desa;

c) Tersusunnya data Desa tertinggal dan profil Desa/Kelurahan;

d) Terevaluasinya data kegiatan dan kinerja pemberdayaan masyarakat desa

dan kelurahan;

Page 210: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

198

e) Meningkatnya jumlah bantuan yang dikelola oleh desa/kelurahan untuk

pelaksanaan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa/kelurahan;

2) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat, dengan sasaran sebagai berikut:

a) Meningkatnya peranserta masyarakat dalam pembangunan;

b) Teraplikasikannya Teknologi Tepat Guna di masyarakat perdesaan;

c) Terlaksananya Identifikasi, Sosialisasi, sinkronisasi dan evaluasi program

pemberdayaan masyarakat di Jawa Tengah;

d) Terlaksananya review pokjanal orientasi kader dan pemilihan Posyandu

berprestasi;

e) Terselenggaranya pelatihan kader program dan tersosialisasinya program

dan perlindungan masyarakat;

f) Teridentifikasi dan terlatihnya lembaga sosial dan budaya di masyarakat

tentang pemahaman hak anak sebagai anggota masyarakat;

g) Teridentifikasinya komunitas adat tertinggal;

h) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengawasan program raskin

dan distribusi minyak tanah bersubsidi;

i) Terwujudnya sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan program

pemberdayaan masyarakat;

j) Terwujudnya kesamaan persepsi tentang strategi metode dan aplikasi

pemberdayaan masyarakat bagi pemangku kepentingan.

3) Program Penguatan kelembagaan masyarakat, dengan sasaran sebagai

berikut:

a) Berkembangnya kegiatan ekonomi masyarakat;

b) Meningkatnya sistem koordinasi dan kinerja Tim Koordinasi

Penanggulangan Kemiskinan (TKPKD) secara sinergis;

c) Meningkatnya kualitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri Pedesaan;

d) Meningkatnya kualitas kecerdasan anak sekolah di perdesaan dan

meningkatnya partisipasi masyarakat pada program Program

Pemberdayaan Masyarakat Pemberi Makanan Tambahan Anak Sekolah P2M

PMTAS;

e) Menguatnya peran dan fungsi lembaga Usaha Pembinaan Pemberdayaan

Keluarga (UP2K);

Page 211: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

199

4) Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa, dengan sasaran

meningkatnya kapasitas aparatur pemerintahan desa/kelurahan;

f. Indikator Capaian

1) Program Fasilitasi Pengembangan Masyarakat dan Desa, dengan indikator

sebagai berikut:

a) Terlatihnya 600 orang Kader Pemberdayaan Masyarakat;

b) Terlatihnya 350 aparatur pemerintahan desa/kelurahan;

c) Tersusunnya dokumen untuk 8.674 desa/kelurahan;

d) Terpilihnya 30 desa dan 30 kelurahan berprestasi;

e) Meningkatnya jumlah bantuan yang dikelola oleh 7.807 desa untuk

penanganan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat desa.

2) Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat, dengan indikator sebagai

berikut:

a) Terlaksananya Bulan Bhakti Gotong Royong di 8.670 Desa/Kelurahan di

Jawa Tengah;

b) Penerapan Teknologi Tepat Guna di 150 desa/kelurahan;

c) Tersusunnya dokumen-dokumen program pemberdayaan masyarakat di

Jawa Tengah;

d) Meningkatnya status tingkat perkembangan 15.000 Unit Posyandu dari

status mandiri ke posyandu model;

e) Tertanamnya nilai-nilai budaya damai bagi 5.000 anak usia Sekolah

Dasar;

f) Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang hak anak sesuai UU

No.23 Tahun 2002 sebanyak 3.000 Orang di 35 Kabupaten/Kota;

g) Meningkatnya kesadaran, kepedulian, kemampuan kader adat terpencil;

h) Meningkatnya peran dan fungsi Unit Pengaduan Masyarakat (UPM)

terhadap pelaksanaan distribusi minyak tanah, konversi LPG dan Raskin di

35 Kabupaten/Kota;

i) Tersusunnya dokumen program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat

di 35 Kabupaten/Kota.

3) Program penguatan kelembagaan masyarakat, indikator capaiannya adalah :

Page 212: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

200

a) Meningkatnya peran dan fungsi 90 unit pasar desa, 90 unit Usaha

Ekonomi Desa Simpan Pinjam (UED-SP) dan 116 Lembaga Cadangan

Pangan Pemerintah Desa (CPPD);

b) Optimalnya peran dan fungsi 35 TKPKD Kabupaten/ Kota dalam

penanggulangan kemiskinan di Jawa Tengah;

c) Bantuan langsung masyarakat PNPM-Program Pengembangan Kecamatan

(PPK) terserap sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat dan

meningkatnya kinerja TK PNPM-PPK Kabupaten, Kecamatan dan Desa di

35 Kabupaten/Kota;

d) Meningkatnya status gizi 10.000 anak sekolah dasar dan meningkatnya

kemampuan 500 kader P2M PMTAS;

e) Meningkatnya peran 200 lembaga UP2K se-Jawa Tengah;

4) Program peningkatan kapasitas aparatur pemerintahan desa dengan indikator

capaian:

c) Meningkatnya kapasitas dan kelembagaan pemerintah desa/kelurahan;

d) Meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan desa/kelurahan dan

penyusunan peraturan pemerintahan desa/kelurahan;

23. Kewenangan Urusan Wajib Statistik

a. Permasalahan

Belum tersedianya data statistik yang valid dan akurat sesuai dengan kebutuhan

data untuk perencanaan pembangunan, hal ini dikarenakan :

1) Belum optimalnya kerjasama antar SKPD dalam pengelolaan dan penyediaan

data;

2) Belum tersedianya sistem informasi data yang baik;

3) Masih rendahnya kesadaran aparat akan pentingnya data;

b. Kebijakan

Kebijakan pembangunan urusan statistik Provinsi Jawa Tengah diarahkan pada :

1). Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar SKDP dalam pengelolaan dan

penyediaan data statistik;

2). Pengembangan sistem informasi data statistik yang akurat;

3). Peningkatan kesadaran dan tanggungjawab aparat dalam pengelolaan dan

penyediaan data staitstik;

Page 213: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

201

c. Strategi

1) Mengembangkan dan mengoptimalkan kerjasama antar SKPD dan pihak-pihak

terkait dalam pengelolaan data statitisik;

2) Peningkatan kapasitas SDM dalam pengelolaan dan penyediaan data statitik.

d. Program

Pengembangan Data / Informasi / Statistik Daerah

e. Sasaran

1) Terwujudnya koordinasi dan sinkronisasi dalam pengelolaan dan penyediaan

data statistik;

2) Tersedianya data statistik sesuai dengan kebutuhan perencanaan

pembangunan dan mudah diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan;

3) Meningkatnya kesadaran dan tanggungjawab aparat pentingnya data statistik.

f. Indikator Capaian

1) Tersedianya data statistik sesuai dengan kebutuhan perencanaan

pembangunan;

2) Terwujudnya sistem informasi data statitik yang handal dan akurat serta

mudah diakses;

3) Meningkatnya kesadaran dan tanggungjawab petugas akan pentingnya data

statistik.

24. Kewenangan Urusan Wajib Kearsipan

a. Permasalahan

1) Belum optimalnya Sistem Kearsipan yang disebabkan oleh kurangnya SDM dan

sarana dan prasarana kearsipan serta rendahnya perhatian dan pengawasan

terhadap pelaksanaan sistem kearsipan;

2) Belum optimalnya penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah yang

disebabkan oleh ketidakseimbangan antara banyaknya arsip dengan jumlah

SDM yang menangani;

3) Kurangnya khasanah arsip yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya arsip;

4) Belum optimalnya pelayanan informasi kearsipan daerah yang disebabkan oleh

belum tersedianya sistem informasi kearsipan yang memadai.

Page 214: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

202

b. Kebijakan

1) Meningkatkan Sistem Administrasi Kearsipan secara efisien;

2) Meningkatkan penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah;

3) Meningkatkan kesadaran kearsipan masyarakat;

4) Meningkatkan pelayanan informasi kearsipan daerah .

c. Strategi

1) Penyempurnaan sistem administrasi kearsipan secara efisien;

2) Peningkatan penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah baik secara

konvensional maupun modern;

3) Peningkatan apresiasi masyarakat terhadap kearsipan;

4) Peningkatan mekanisme pelayanan informasi kearsipan daerah.

d. Program

1) Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan;

2) Penyelamatan dan Pelestarian Dokumen/ Arsip Daerah;

3) Pemasyarakatan kearsipan kepada masyarakat;

4) Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi.

e. Sasaran

1) Meningkatnya kualitas Sistem Administrasi Kearsipan;

2) Meningkatnya Pengelolaan dokumen/arsip daerah;

3) Meningkatnya apresiasi masyarakat akan pentingnya arsip;

4) Meningkatnya pelayanan informasi kearsipan daerah.

f. Indikator Capaian

1) Terselenggaranya Sistem Administrasi Kearsipan;

2) Terpeliharanya dokumen/arsip daerah;

3) Terselenggaranya pameran dan sosialiasi kearsipan;

4) Terwujudnya pelayanan informasi kearsipan daerah bagi masyarakat.

Page 215: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

203

25. Kewenangan Urusan Wajib Komunikasi dan Informatika

a. Permasalahan

1) Belum optimalnya jangkauan dan akses komunikasi informasi yang

disebabkan masih terbatasnya sarana dan prasarana serta pengembangan

komunikasi informasi serta lemahnya jejaring;

2) Belum optimalnya kerjasama informasi antara Pemerintah Daerah dengan

Mass Media yang disebabkan oleh masih minimnya publikasi pemerintahan

daerah di berbagai mass media;

3) Belum optimalnya penelitian bidang informasi dan komunikasi yang

disebabkan oleh belum terintegrasinya kegiatan penelitian dalam satu jaringan

penelitian yang efektif sehingga terjadi duplikasi penelitian;

4) Masih lemahnya kualitas SDM bidang komunikasi dan informasi yang

disebabkan oleh kesenjangan antara kemajuan IPTEK yang sangat cepat

dengan penguasaan teknologi oleh aparatur bidang komunikasi dan informasi;

5) Belum optimalnya peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun

2002 tentang Penyiaran;

b. Kebijakan

1) Meningkatkan sarana dan prasarana dan memperkuat jejaring di bidang

komunikasi dan informasi;

2) Meningkatkan kerjasama pemerintah daerah dengan mass media dalam

rangka penyebarluasan informasi pembangunan daerah;

3) Meningkatkan pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi;

4) Meningkatkan kualitas SDM bidang komunikasi dan informatika;

5) Meningkatnya peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran.

c. Strategi

1) Peningkatan kualitas sarana dan prasarana serta memperkuat jejaring di

bidang komunikasi dan informasi;

2) Peningkatan kerjasama pemerintah daerah dengan mass media;

3) Peningkatan pengkajian dan penelitian bidang komunikasi dan informasi;

4) Peningkatan kualitas SDM bidang komunikasi dan informasi;

5) Peningkatan peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran.

Page 216: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

204

d. Program

1) Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa;

2) Kerjasama Informasi dengan Mass Media;

3) Pengkajian dan Penelitian Bidang Informasi dan Komunikasi;

4) Fasilitasi Peningkatan SDM bidang Komunikasi dan Informatika.

e. Sasaran

1) Meningkatnya sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan urusan

komunikasi dan informasi;

2) Meningkatnya kerjasama informasi dengan Mass Media;

3) Terlaksananya pengkajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi

yang baik dan akurat;

4) Meningkatnya kualitas SDM bidang komunikasi dan informatika;

5) Meningkatnya peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran.

f. Indikator Capaian

1) Tersedianya sarana dan prasarana urusan komunikasi dan informasi utamanya

di bidang kehumasan, akses informasi, telematika, komunikasi dan media

massa.

2) Tersedianya hasil kajian dan penelitian bidang informasi dan komunikasi;

3) Tersedianya SDM bidang Komunikasi dan informasi yang profesional;

4) Terwujudnya peran dan fungsi KPID sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran.

5) Terlaksananya fasilitasi pengembangan Forum Komunikasi Media Tradisional

(FK-METRA).

6) Terwujudnya lembaga komunikasi masyarakat;

7) Terwujudnya kerjasama informasi dengan mass media dalam penyampaian

informasi dan sosialisasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat melalui

Ormas/LSM, organisasi profesi pers (OPP dan media watch);

8) Terlaksananya pengembangan sistem Jateng On-Line (Sijoli);

Page 217: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

205

26. Kewenangan Urusan Wajib Perpustakaan

a. Permasalahan

1) Kurangnya minat baca di dalam masyarakat yang disebabkan oleh rendahnya

budaya membaca masyarakat;

2) Rendahnya kualitas pelayanan perpustakaan (perpustakaan daerah,

perpustakaan umum kabupaten/kota, perpustakaan perguruan tinggi,

perpustakaan khusus/instansi, perpustakaan desa/kelurahan, perpustakaan

rumah ibadah, dan perpustakaan sekolah) yang disebabkan oleh:

a) Terbatasnya tenaga pustakawan;

b) Terbatasnya pendanaan untuk pengembangan perpustakaan;

c) Lemahnya pengelolaan perpustakaan;

d) Terbatasnya sarana dan prasarana perpustakaan;

e) Terbatasnya koleksi buku perpustakaan;

f) Sedikitnya jumlah perpustakaan masyarakat;

g) Belum optimalnya pelestarian koleksi perpustakaan.

3) Kurangnya kesadaran masyarakat tentang serah simpan karya cetak dan karya

rekam.

b. Kebijakan

1) Mengupayakan perwujudan peningkatan budaya baca masyarakat melalui

kegiatan-kegiatan yang sederhana dan menyenangkan;

2) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana perpustakaan khususnya koleksi

buku perpustakaan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas perpustakaan

keliling;

3) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang serah simpan karya cetak dan

karya rekam.

c. Strategi

1) Meningkatkan peran pemerintah dan organisasi masyarakat untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat untuk gemar membaca;

2) Meningkatkan kapasitas perpustakaan dan pengelola perpustakaan;

3) Meningkatkan peran pemerintah dan partisipsi masyarakat dalam

pengembangan sarana dan prasarana perpustakaan;

4) Meningkatkan peran dan fungsi perpustakaan sebagai pusat pembelajaran

ilmu pengetahuan dan teknologi;

Page 218: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

206

5) Meningkatkan peran perpustakaan dalam meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam.

d. Program

1) Pengembangan budaya baca;

2) Pembinaan dan peningkatan kapasitas perpustakaan;

3) Penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan.

e. Sasaran

1) Program pengembangan budaya baca dengan sasaran meningkatnya budaya

membaca masyarakat;

2) Program pembinaan dan peningkatan kapasitas perpustakaan dengan sasaran

meningkatnya jumlah perpustakaan sekolah dan masyarakat yang berkembang

dan dikelola dengan baik;

3) Program penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan, dengan sasaran

terselamatkan koleksi penting dan bernilai sejarah, serta lestarinya koleksi

perpustakaan.

f. Indikator Capaian

1) Program pengembangan budaya baca dan pembinaan perpustakaan, dengan

indikator meningkatnya jumlah pengunjung perpustakaan/ pemustaka;

2) Program pembinaan dan peningkatan kapasitas perpustakaan, dengan

indikator:

a) Meningkatnya persentase perpustakaan semua jenis perpustakaan;

b) Meningkatnya persentase perpustakaan yang memiliki sarana dan

prasarana lengkap;

c) Meningkatnya dan terpiliharanya koleksi perpustakaan;

d) Meningkatnya jumlah perpustakaan masyarakat;

e) Meningkatnya jumlah pengelola perpustakaan / pustakawan.;

3) Program penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan, dengan

indikator Meningkatnya persentase koleksi pemting bernilai sejarah yang

terselamatkan.

Page 219: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

207

B. Kewenangan Urusan Pilihan

Program-progam kewenangan urusan pilihan, dikelompokkan dalam 8 kewenangan

urusan, sebagai berikut :

1. Kewenangan Urusan Pilihan Pertanian

a. Permasalahan

1) Belum optimalnya peningkatan kuantitas, kualitas dan kontinyuitas produksi

pertanian;

2) Belum memadainya jalan dan jaringan irigasi tingkat usaha tani yang

mendukung proses produksi serta pemasaran hasil pertanian;

3) Kurangnya akses petani terhadap informasi teknologi, modal dan pasar;

4) Belum optimalnya fungsi kelembagaan petani;

5) Rendahnya daya saing hasil pertanian;

6) Belum terpadu, efektif dan efisiennya pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang

diakibatkan manajemen yang tidak dalam satu ”Satmikal” (Satuan administrasi

pangkal);

7) Kurangnya Sinergi Aplikasi Teknologi Spesifik Lokasi;

8) Terbatasnya sumberdaya lahan dan air yang luasannya cenderung menurun

serta tidak efektif dalam pengelolaannya;

9) Produktivitas pertanian relatif rendah, pengelolaan usaha tani masih

tradisional, penguasaan teknologi rendah serta terbatasnya ketersediaan benih

sesuai standar teknis;

10) Terbatasnya sarana/prasarana produksi, alat mesin dan pengendalian hama

penyakit;

11) Keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan semua aspek

usahanya, sehingga pendapatan masih rendah;

12) Kurang tersedianya benih dan bibit ternak yang berkualitas di masyarakat;

13) Bencana alam dan serangan penyakit yang menyebabkan kerugian akibat

kematian dan penurunan produktivitas ternak dan kerawanan sosial lainnya.

b. Kebijakan

1) Meningkatkan dan memantapkan produksi melalui penyediaan air irigasi yang

cukup, sarana produksi dan pengamanan pertanaman serta produksi;

2) Mengembangkan industri pertanian perdesaan melalui pengolahan hasil,

manajemen usaha dan penguatan sistem pemasaran;

3) Menguatkan kelembagaan petani melalui fasilitasi, bimbingan dan pembinaan;

Page 220: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

208

4) Penguatan Sistem Kelembagaan Penyuluhan, Pelaku utama (petani) dan

Pelaku usaha di bidang Pertanian;

5) Pengembangan komoditas dengan peningkatan dukungan terhadap

pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup;

6) Peningkatan produksi, produktivitas dengan intensifikasi, rehabilitasi,

diversifikasi, integrasi pertanian serta penggunaan benih/bibit unggul;

7) Fasilitasi penggunaan sarana/prasarana produksi, alat mesin dan pengendalian

hama penyakit;

8) Peningkatan kemampuan/ketrampilan teknik budidaya, pengelolaan lahan,

kelembagaan, kemitraan, pengolahan hasil, pasca panen dan pemasaran.

c. Strategi

1) Peningkatan produktivitas, peningkatan indeks pertanaman (IP) dan

pengamanan produksi pertanian;

2) Penyediaan sarana produksi (benih, pupuk dan pestisida), alsintan dan

jaringan irigasi serta jalan usaha tani;

3) Pencegahan, pengendalian dan pemantauan organisme pengganggu tanaman

(OPT), bencana alam banjir/kekeringan;

4) Penyediaan sarana air irigasi melalui pompanisasi, pembangunan embung,

serta memberikan pelatihan P3A;

5) Peningkatan promosi, informasi, dan akses pemasaran bagi petani;

6) Mempertahankan luas baku lahan pertanian;

7) Peningkatan peran penyuluhan;

8) Pengembangan kawasan berbasis komoditas pertanian;

9) Melaksanakan intensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi, integrasi pertanian dan

penggunaan benih/bibit unggul;

10) Memfasilitasi pengembangan, penggunaan, pemanfaatan lahan air, sarana dan

prasarana produksi serta perlindungan hama penyakit;

11) Melaksanakan pelatihan, magang kerja, lomba inovasi, penghargaan, promosi

dan meningkatkan partisipasi swadaya masyarakat;

d. Program

1) Pengembangan Agribisnis;

2) Peningkatan Kesejahteraan Petani;

Page 221: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

209

e. Sasaran

1) Program Pengembangan Agribisnis

a) Terwujudnya industri pertanian perdesaan;

b) Terwujudnya peningkatan pendapatan petani;

c) Terwujudnya akses permodalan, pengolahan dan pemasaran hasil

pertanian;

d) Terwujudnya pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan

kawasan;

e) Terwujudnya pengembangan peningkatan produksi dan produktivitas

pangan;

f) Terwujudnya pengembangan usaha, kelembagaan, kawasan dan sumber

daya manusia petani;

g) Terfasilitasinya pengolahan hasil, pasca panen dan pemasaran;

h) Tersedianya benih/bibit ternak berkualitas (semen beku sapi dan

kambing);

i) Tersedianya bibit dan produk hasil ternak yang berkualitas pada satuan

kerja pembibitan dan budidaya ternak ruminansia;

j) Terwujudnya produksi bibit ternak pada satuan kerja pembibitan dan

budidaya ternak non ruminansia;

k) Terlaksananya pelayanan kesehatan hewan;

l) Terwujudnya pengambilan dan pengujian specimen, pengobatan dan

pengawasan lalu lintas ternak;

2) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

a. Terwujudnya penguatan kelembagaan petani;

b. Terwujudnya fasilitasi, bimbingan dan pembinaan petani;

c. Terwujudnya peningkatan ketrampilan petani dalam mengadopsi teknologi;

d. Terwujudnya Kelembagaan Penyuluhan di Kabupate/Kota se Jawa Tengah;

e. Terwujudnya peningkatan kualitas SDM dalam teknik budidaya,

manajemen usaha tani dan pengelolaan hasil;

f. Terwujudnya peningkatan SDM penyuluh baik PNS, Swasta maupun

Swadaya;

g. Terwujudnya penyelenggaraan penyuluha yang terintegrasi, efektif dan

efisien.

Page 222: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

210

f. Indikator Capaian

1) Program Pengembangan Agribisnis

a) Meningkatnya penggunaan pupuk organik 2 ton/ ha di lahan sawah;

b) Menurunnya kehilangan hasil padi dari 11, 58 % menjadi 11,50%;

c) Tersedianya informasi OPT dan iklim di 6 laboratorium hama dan penyakit

di Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah

(BPTPH);

d) Meningkatnya produksi hortikultura unggulan daerah dan meningkatnya

konsumsi sayuran dan buah buahan dari 35 kg/kap/thn menjadi 45

kg/kap/thn pada akhir tahun 2013;

e) Terlaksananya promosi, pasar lelang dan pasar tani di 10 sub terminal

agribisnis (STA);

f) Tersedianya data informasi pasar 25 unit di 23 kabupaten/kota (harian,

mingguan, bulanan,tahunan);

g) Berkembangnya perekayasaan alsintan: power mower 10 unit/tahun,

power weeder 10 unit/tahun, dan ripper 10 unit/tahun;

h) Berkembangnya luas areal, rehabilitasi dan intensifikasi komoditas

prospektif untuk peningkatan produksi : kelapa, kakao, karet, kopi, nilam,

wijen, mete, teh, tembakau, cengkeh dan aren;

i) Meningkatnya kualitas penggunaan sarana produksi : pupuk sesuai asas 6

tepat (waktu, jenis, jumlah, mutu, tempat dan harga) dan fasilitas

alsinbun;

j) Terselenggaranya fasilitasi agropolitan dan klaster di Jawa Tengah;

k) Terlaksananya fasilitasi promosi produk perkebunan dan pelayanan

informasi harga di sentra produksi;

l) Terlaksananya pembinaan, penggunaan, peningkatan, peningkatan

produksi serta pengawasan peredaran benih/bibit bersertifikat;

m) Tercapainya peningkatan mutu hasil produk perkebunan;

n) Terlaksananya pemeliharaan dan peningkatan kinerja 32 (tiga puluh dua)

Kebun Dinas Perkebunan dan 44 (empat puluh empat) kebun Dinas

Pertanian;

o) Peningkatan produksi dan produktivitas kebun dinas sehingga PAD

meningkat 10%;

p) Tercapainya penyediaan sarana pengendalian OPT berupa agensia

pengendali hayati (APH) dan pestisida nabati serta penyebarannya;

Page 223: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

211

q) Meningkatnya produksi semen beku sapi 20% per tahun dan produksi

semen beku kambing 10% per tahun;

r) Meningkatnya populasi ternak (sapi potong 2 % per tahun, sapi perah 0,6

% per tahun, kambing 10 % per tahun) dan produksi hasil-hasil

peternakan (daging 7 % per tahun, telur 2,3 % per tahun, susu 3 % per

tahun)

s) Terlaksananya pemeliharaan pejantan bull sapi 30 ekor dan kambing 15

ekor, serta replacement bull 8 ekor/2 tahun;

t) Tersedianya bibit ternak ruminansia besar sapi perah 20 ekor /tahun, sapi

potong 80 ekor/tahun, ternak ruminansia kecil kambing 400 ekor/tahun

produksi susu 20.000 liter/tahun;

u) Meningkatnya produksi pakan konsentrat di pabrik pakan mini sebanyak

10 % per tahun;

v) Tersedianya bibit ternak ayam buras 1500 ekor / tahun, itik 3000

ekor/tahun, kelinci 720 ekor/tahun, produksi telur ayam 159.999

butir/tahun, telur itik 340.000 butir per tahun;

w) Terlaksananya surveylans penyakit hewan 3000 sampel/tahun;

x) Menurunnya angka kesakitan ternak besar dibawah 9%/tahun, ternak

kecil dibawah 15% tahun, ternak unggas dan aneka ternak dibawah 20

% / tahun, sedangkan angka kematian ternak besar dibawah 3 %/tahun,

ternak kecil dibawah 5%/tahun, unggas dan aneka ternak di bawah 10%

per tahun (dihitung terhadap populasi).

2) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani

a) Terlaksananya kemitraan kelompok tani padi organik dengan swasta dari

10 kelompok menjadi 50 kelompok;

b) Terbinanya Gapoktan untuk memperoleh alokasi anggaran PUAP

(Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan) dalam manajemen usaha

pertanian di perdesaan sebanyak 10 Gapoktan menjadi 50 Gapoktan;

c) Terbentuknya lembaga pengembangan usaha pertanian dengan

pendekatan kawasan serta agroekosistem;

d) Meningkatnya fungsi kelembagaan dan unit usaha pertanian: Usaha

Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), Lumbung pangan, Lembaga Distribusi

Pangan Masyarakat (LDPM), rice mill;

Page 224: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

212

e) Meningkatnya pembinaan Gabungan kelompok tani (Gapoktan) dari 904

menjadi 955, dan terfasilitasinya pemberian penghargaanterhadap

prestasi kelembagaan petani (pelaku utama ) dan pelaku usaha.

f) Semakin mantapnya kelembagan penyuluhan baik ditingkat

kabupaten/kota, tingkat kecamatan dan desa;

g) Tersusunnya programa penyuluhan, terwujudnya Sistem Informasi

Manajemen (SIM) dan metode Penyuluhan.

h) Terbentuknya Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) BPP model dan Pos-pos

penyuluhan pedesaan (Posluhdes) di setiap Kabupaten dan meningkatnya

kapasitas SDM Penyuluh PNS, Swasta dan Swadaya.

i) Terfasilitasinya kebutuhan dasar penyuluhan sejumlah 3.590 orang se

Jawa Tengah, dan terfasilitasinya pemberian penghargaan terhadap

prestasi penyuluh.

j) Meningkatnya penyelenggaraan penyuluhan yang terintegrasi, efektif dan

efisien di setiap tingkatan.

k) Meningkatnya motivasi dan sumberdaya manusia petani melalui kegiatan

pelatihan, magang kerja, bintek dan pemberdayaan kelompok : 900

petani (kelapa, kopi, kakao, karet dan tebu) per tahun;

l) Peningkatan SDM petani peternak di pedesaan;

m) Terlatihnya ketrampilan pengolahan hasil pertanian pada kelompok wanita

tani.

2. Kewenangan Urusan Pilihan Kehutanan

a. Permasalahan

1) Tingginya tingkat kerusakan hutan negara dan masih luasnya lahan kritis;

2) Belum optimalnya fungsi hutan sebagai sistem pengendali tata air;

3) Belum optimalnya fungsi lingkungan, ekonomi dan sosial dalam pengelolaan

hutan;

4) Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya hutan;

5) Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat disekitar hutan;

6) Belum terpadu, efektif dan efisiennya pelaksanaan kegiatan penyuluhan

kehutanan yang diakibatkan manajemen yang tidak dalam satu ”Satmikal”

(Satuan administrasi pangkal);

Page 225: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

213

b. Kebijakan

1) Peningkatan pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan dengan

melibatkan partisipasi masyarakat;

2) Peningkatan produksi hasil hutan non kayu untuk kesejahteraan masyarakat

sekitar hutan;

3) Pemantapan Kelembagaan dan Pengembangan Jaringan Kerja dan Kemitraan

Penyuluhan Kehutanan;

c. Strategi

1) Meningkatkan rehabilitasi lahan kritis dan reboisasi kawasan hutan serta

meningkatkan perlindungan hutan;

2) Meningkatkan kualitas sumber daya hutan;

3) Meningkatkan sistem perencanaan pengelolaan hutan;

4) Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya hutan dan pemberdayaan

masyarakat sekitar hutan;

5) Peningkatan peran penyuluhan kehutanan dalam mendukung penerapan dan

kebijakan teknologi pembangunan kehutanan;

d. Program

1) Rehabilitasi Hutan dan Lahan;

2) Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan;

3) Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan;

4) Perencanaan dan Pengembangan Hutan;

5) Rehabilitasi, Perlindungan dan Konservasi Hutan;

6) Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Devisa Sumber Daya Alam;

7) Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam;

8) Pengelolaan dan Pemanfaatan Kawasan Sumber Daya Hutan;

9) Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan.

e. Sasaran

1) Tercapainya optimalisasi pemanfaatan lahan, rehabilitasi lahan kritis dan

reboisasi tanah kosong didalam kawasan hutan;

2) Terwujudnya tertib industri hasil hutan dalam pemanfatan bahan baku,

pengelolaan lingkungan dan ijin industri;

3) Terwujudnya pengelolaan sumber daya hutan yang optimal;

Page 226: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

214

4) Tersedianya sistem informasi dan perencanaan sumber daya hutan;

5) Terwujudnya pemantapan kawasan hutan sesuai fungsinya;

6) Terwujudnya hutan produksi, hutan lindung dan hutan konservasi sesuai

fungsinya;

7) Tercapainya Perlindungan hutan dan pengendalian organisme pengganggu

tanaman (OPT) hutan secara optimal;

8) Terwujudnya pengendalian pemanfaatan hasil hutan, flora dan fauna;

9) Terwujudnya pengelolaan hutan secara partisipatif terhadap kelestarian

sumberdaya hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat;

10) Terwujudnya Fasilitasi dan Sosialisasi Pengembangan Penyuluhan dalam paket

teknologi pembangunan kehutanan;

f. Indikator Capaian

1) Terlaksananya kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 25.000 ha per tahun;

2) Meningkatnya jumlah perusahaan industri hasil hutan yang tertib sebesar 10 %

per tahun;

3) Meningkatnya pemanfaatan sumberdaya hutan sebesar 10 % per tahun dan

meningkatnya kontribusi bagi hasil produksi hasil hutan untuk kesejahteraan

masyarakat sekitar kawasan hutan sebesar 10 % per tahun berdasarkan

prakiraan bagi hasil tahun 2008;

4) Meningkatnya kualitas data dan informasi sumberdaya hutan dan sistem

perencanaan pembangunan kehutanan dan pengembangan kehutanan

berkelanjutan;

5) Terwujudnya pemantapan batas luar, batas fungsi kawasan hutan dan fungsi

konservasi kawasan hutan;

6) Terwujudnya Pengelolaan Hutan Lestari;

7) Berkurangnya kejadian pencurian hasil hutan, terkendalinya organisme

pengganggu tanaman (OPT), perambahan dan kebakaran hutan;

8) Terjkendalinya pemanfaatan hasil hutan, flora dan fauna;

9) Terwujudnya kemantapan kelembagaan 1.702 LMDH dan terbentuknya 307

LMDH pada program Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM);

10) Meningkatnya kinerja penyuluhan kehutanan.

Page 227: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

215

3. Kewenangan Urusan Pilihan Energi dan Sumber Daya Mineral

a. Permasalahan

1) Masih terbatasnya kapasitas SDM bidang energi dan sumber daya mineral;

2) Adanya citra pertambangan yang merusak lingkungan, terutama tambang

terbuka (open pit mining), selalu merubah bentang alam sehingga

mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Citra ini diperburuk oleh

banyaknya Pertambangan Tanpa Ijin (PETI) yang sanagat merusak

lingkungan;

3) Belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya mineral;

4) Belum optimalnya pengelolaan air tanah dan banyaknya daerah yang rentan

terhadap kekeringan (terutama air baku) ;

5) Masih rendahnya rasio elektrifikasi di Jawa Tengah ± 72,70%;

6) Belum optimalnya pemanfaatan, diversifikasi (penganekaragaman) dan

konservasi energi (baik EBT maupun non EBT) ;

7) Masih adanya penyimpangan – penyimpangan dalam distribusi migas;

8) Posisi geografis Jawa Tengah yang rentan terhadap bencana geologi dan

masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap mitigasi bencana alam;

b. Kebijakan

1) Peningkatan SDM Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;

2) Peningkatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral serta menerapkan

good mining practice dilokasi tambang yang sudah ada dengan selalu

memperhatikan aspek pembangunan berkelanjutan;

3) Peningkatan manfaat pertambangan dan nilai tambah serta peluang usaha

pertambangan dengan memperhatikan aspek sosial dan lingkungan hidup;

4) Peningkatan upaya konservasi air tanah dan keseimbangan daya dukung dan

daya tampung lingkungan;

5) Penyediaan infrastruktur kelistrikan untuk masyarakat dan industri;

6) Mendorong pencarian potensi dan cadangan energi baru serta

penganekaragaman pemanfaatan energi baru terbarukan maupun yang tidak

terbarukan (energi alternatif) ;

7) Peningkatan konservasi energi untuk menjamin generasi yang akan datang;

8) Peningkatan pengawasan dalam distribusi migas;

9) Peningkatan pelayanan informasi kawasan yang rentan terhadap bencana

geologi dan pengembangan sistem mitigasi bencana alam;

Page 228: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

216

c. Strategi

1) Menyertakan diklat, kursus dan studi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;

2) Melakukan identifikasi potensi dan sosialisasi peraturan mineral dan batubara;

3) Meningkatkan pengunaan teknologi tepat guna dan promosi usaha

pertambangan;

4) Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap usaha pertambangan;

5) Menertibkan ijin usaha pertambangan dan pemanfaatan Air Tanah;

6) Membangun jaringan dan pembangkit listrik dengan potensi sumber energi

setempat;

7) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber – sumber energi alternatif;

8) Menertibkan usaha jasa penunjang migas;

9) Peningkatan kewaspadaan terhadap potensi bencana alam.

d. Program

1) Peningkatan SDM Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;

2) Pengembangan Pertambangan dan Air Tanah;

3) Pengembangan Ketenagalistrikan dan Migas;

4) Pengembangan Mitigasi Bencana Alam dan Geologi;

e. Sasaran

1) Meningkatnya kemampuan SDM Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral;

2) Berkurangnya kegiatan pertambangan tanpa ijin (PETI) dan meningkatnya

kesadaran masyarakat terhadap pembangunan berkelanjutan dalam eksploitasi

sumber daya mineral;

3) Meningkatnya produksi dan nilai tambah produk pertambangan serta

terjadinya alih teknologi;

4) Optimalnya pengelolaan air tanah dan terpenuhinya kebutuhan air baku pada

daerah rawan kering;

5) Meningkatnya rasio elektrifikasi dan terpenuhinya kebutuhan energi bagi

masyarakat dan industri;

6) Optimalnya pemanfaatan dan diversifikasi energi alternatif;

7) Terjaminnya distribusi migas untuk kepentingan masyarakat dan industri;

Page 229: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

217

8) Berkurangnya korban bencana alam geologi dan teridentifikasinya kawasan

rawan bencana geologi sebagai upaya pengembangan sistem mitigasi

bencana;

f. Indikator Capaian

1) Meningkatnya kemampuan dan kapasitas tenaga teknis Bidang Energi dan

Sumber Daya Mineral sebanyak 55 Orang;

2) Meningkatnya perijinan sebanyak 140 IUP dan terwujudnya ketertiban dalam

kegiatan usaha pertambangan di 32 kabupaten/kota serta terwujudnya

konservasi sumber daya mineral melalui pembangunan demplot reklamasi

lahan bekas penambangan pada 12 Kabupaten dan penataan 6 (enam)

kawasan pertambangan serta penyusunan Perda/Pergub Minerba Provinsi

Jawa Tengah;

3) Meningkatnya jumlah investasi di bidang pertambangan melalui

pengembangan kemitraan usaha pertambangan dan penyusunan profil mineral

unggulan sebanyak 20 jenis yang dipromosikan dalam 12 kali penyelenggaraan

pameran serta penerapan teknologi tepat guna pada 12 kelompok penambang

dan penguatan data base bidang energi dan sumber daya mineral;

4) Meningkatnya perijinan pemanfaatan air tanah sebanyak 250 obyek dan

tercatatnya obyek pajak pada 6.555 sumur serta terwujud

rehabilitasi/konservasi air tanah melalui penataan 10 kawasan daerah resapan

dan terbangunnya 22 sumur pantau serta 30 sumur bor untuk memenuhi

kebutuhan air baku pada daerah rawan kering;

5) Meningkatnya rasio elektrifikasi sebesar 10 % melalui pengembangan Jaringan

Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 30 kms, Jaringan Tegangan Rendah

(JTR) sepanjang 20 kms, pembangunan PLTMH 8 (delapan) Unit,

pembangunan PLTS SHS 1.400 Unit dan pembangunan PLTS Komunal 3 (tiga)

Unit serta PLTP 1 (satu) Unit;

6) Optimalnya pemanfaatan energi alternatif melalui identifikasi potensi 5 (lima)

komplek panas bumi, 9 (sembilan) lokasi air, 11 lokasi gas rawa, 12 lokasi

biogas, 3 (tiga) lokasi biomasa dan pengembangan Desa Mandiri Energi pada

18 desa serta terbangunnya demplot pemanfaatan gas rawa sebanyak 5

lokasi, biogas 12 lokasi dan penerapan teknologi tepat guna pada 10 lokasi;

Page 230: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

218

7) Berkurangnya penyimpangan distribusi migas pada 3 (tiga) kilang, 7 (tujuh)

depo, 485 SPBU, 7 (tujuh) SPBE, 98 agen LPG, 242 agen minyak tanah dan

16.449 Pangkalan Minyak Tanah;

8) Tersedianya peta up to date untuk potensi rawan longsor pada 21

kabupaten/kota, potensi rawan vulkanik 4 (empat) kabupaten, Potensi rawan

tektonik/tsunami 10 kabupaten/kota, penataan relokasi permukiman akibat

tanah longsor 12 Kabupaten, geologi tata lingkungan 15 kabupaten/kota dan

terpasangnya alat deteksi (warning system) zona merah pada 12 kabupaten

serta sosialisasi mitigasi bencana alam geologi pada 50 lokasi/kecamatan;

4. Kewenangan Urusan Pilihan Pariwisata

a. Permasalahan

1) Sumbangan sektor pariwisata terhadap PDRB masih belum optimal. Hal ini

disebabkan oleh belum optimalnya promosi yang dilakukan baik di dalam

maupun luar negeri, sehingga jumlah kunjungan, lama tinggal dan

pengeluaran belanja wisatawan masih relatif kecil;

2) Daya saing dan daya jual destinasi pariwisata masih lemah. Hal ini disebabkan

oleh masih rendahnya kualitas produk dan jasa pariwisata, kurang tersedianya

sarana dan prasarana yang memadai di lingkungan obyek dan daya tarik

wisata, masih rendahnya kualitas SDM pengelola obyek dan daya tarik wisata,

pramuwisata maupun para pelaku pariwisata lainnya;

3) Kemitraan antara pemerintah daerah dengan dunia usaha pariwisata dan

masyarakat masih belum terjalin dengan baik. Hal ini disebabkan oleh

lemahnya jejaring, kerjasama, koordinasi dan keterpaduan dalam

pengembangan pariwisata serta rendahnya partisipasi masyarakat;

b. Kebijakan

1) Peningkatan jumlah kunjungan, lama tinggal dan pengeluaran belanja

wisatawan melalui pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata di dalam

dan luar negeri;

2) Peningkatan daya saing dan daya jual destinasi pariwisata melalui diversifikasi

dan pengembangan kualitas produk dan jasa pariwisata, pemenuhan sarana

dan prasarana di lingkungan obyek dan daya tarik wisata, serta peningkatan

kualitas pengelola obyek dan daya tarik wisata, pramuwisata dan para pelaku

pariwisata lainnya;

Page 231: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

219

3) Peningkatan kemitraan antara pemerintah daerah dengan dunia usaha

pariwisata dan masyarakat guna mensinergikan pengembangan pariwisata dan

mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat.

c. Strategi

1) Meningkatkan pengembangan pemasaran dan promosi pariwisata di dalam dan

luar negeri yang lebih gencar, efektif dan efisien melalui pengembangan

kerjasama, riset pasar, penyediaan sarana promosi dan informasi, pameran,

event, roadshow, farm tour, dan pemanfaatan teknologi informasi;

2) Meningkatkan daya saing dan daya jual destinasi pariwisata melalui

diversifikasi dan pengembangan kualitas produk dan jasa pariwisata,

pembangunan sarana dan prasarana yang lebih memadai di lingkungan obyek

dan daya tarik wisata serta pelatihan SDM pengelola obyek dan daya tarik

wisata, pramuwisata dan para pelaku wisata lainnya;

3) Meningkatkan sinergi hubungan kemitraan antara pemerintah dengan pelaku

dunia usaha pariwisata dan masyarakat melalui pembentukan forum dan

klaster pariwisata, perkuatan dan fasilitasi kelembagaan asosiasi dan

peguyuban pelaku kepariwisataan serta kelompok masyarakat peduli

pariwisata.

d. Program

1) Pengembangan pemasaran pariwisata;

2) Pengembangan destinasi pariwisata;

3) Pengembangan kemitraan.

e. Sasaran

1) Tercapainya peningkatan jumlah kunjungan wisata, lama tinggal dan

pengeluaran belanja wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara guna

meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB;

2) Tercapainya peningkatan daya saing dan daya jual destinasi pariwisata guna

meningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada wisatawan;

3) Tercapainya peningkatan sinergi antara pemerintah, dunia usaha pariwisata

dan masyarakat guna mengoptimalkan pengembangan potensi pariwisata

daerah.

Page 232: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

220

f. Indikator Capaian

1) Program pengembangan pemasaran pariwisata, dengan target dan indikator

capaian berupa:

a) Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 2% per

tahun dengan rata-rata lama tinggal 2,3 hari dan rata-rata pengeluaran

sebesar US$ 200 per kunjungan;

b) Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan nusantara sebesar 5% per

tahun dengan rata-rata lama tinggal 2,0 hari, dan rata-rata pengeluaran

Rp 336.000,- per kunjungan;

2) Program pengembangan destinasi pariwisata, dengan target dan indikator

capaian:

a) Kualitas produk dan jasa pariwisata semakin meningkat;

b) Kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana obyek dan daya tarik wisata

semakin meningkat;

c) Kualitas sumber daya manusia pengelola obyek dan daya tarik wisata,

pramuwisata, dan para pelaku pariwisata lainnya semakin meningkat.

3) Program pengembangan kemitraan, dengan target dan indikator capaian

berupa:

a) Sinergi pengembangan pariwisata antara pemerintah, dunia usaha dan

masyarakat semakin meningkat;

b) Peran dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan potensi

pariwisata daerah semakin meningkat.

c) Forum dan klaster pariwisata, lembaga/asosiasi/paguyuban pelaku

pariwisata dan kelompok masyarakat peduli pariwisata semakin kuat dan

mandiri.

5. Kewenangan Urusan Pilihan Kelautan dan Perikanan

a. Permasalahan

1) Rendahnya kemampuan SDM dan kapasitas kelembagaan masyarakat,

utamanya masyarakat pesisir dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan

perikanan akibat rendahnya tingkat pendidikan;

2) Lemahnya pengawasan dan penegakan hukum yang mengakibatkan tidak

terkendalinya eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan yang disebabkan

kurangnya kualitas dan kuantitas petugas penegak hukum di lapangan;

Page 233: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

221

3) Menurunnya produksi perikanan tangkap yang disebabkan oleh penggunaan

alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, rusaknya habitat vital dan belum

optimalnya sarana dan prasarana pendukung perikanan tangkap;

4) Belum optimalnya sarana dan prasarana pendukung perikanan budidaya serta

rendahnya kemampuan pembudidaya ikan terhadap good aquaculture

practices yang disebabkan kurangnya penguasaan teknis;

5) Banyaknya pelaku usaha pengolahan hasil perikanan yang bersifat tradisional

(dengan mutu produk, syarat teknis, sanitasi dan higienis yang rendah dan

masih jauh dari persyaratan mutu ekspor) karena rendahnya kesadaran,

pengetahuan dan permodalan.

6) Adanya kerusakan habitat vital di laut / pesisir yang disebabkan pencemaran,

perusakan oleh manusia, maupun faktor bencana alam, akibat rendahnya

pengetahuan, kesadaran dan peran serta masyarakat pesisir dalam menjaga

kelestarian ekosistem / lingkungan.

b. Kebijakan

1) Meningkatkan kemampuan SDM dan kapasitas kelembagaan masyarakat,

utamamya masyarakat pesisir dalam optimalisasi pemanfaatan sumberdaya

kelautan dan mengurangi ketergantungan terhadap eksploitasi sumberdaya

kelautan dan perikanan;

2) Meningkatkan pengawasan dan penegakan hukum untuk pengendalian

eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan dengan memperbesar peran

serta Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) ;

3) Melaksanakan optimalisasi usaha perikanan tangkap, memasyarakatkan

penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan dan pengembangan sarana

dan prasarana pendukung perikanan tangkap;

4) Peningkatan usaha perikanan budidaya dengan dukungan sarana dan

prasarana pendukung yang diperlukan serta meningkatkan kemampuan teknis

pembudidayaan ikan, terutama dalam penerapan good aquaculture practices;

5) Optimalisasi usaha pengolahan dan pemasaran hasil perikanan untuk

meningkatkan mutu produk, teknologi, sanitas dan higienis agar dapat

memenuhi persyaratan mutu ekspor maupun pemenuhan kebutuhan dalam

negeri;

6) Rehabilitasi dan konservasi habitat vital di laut / pesisir baik dengan

penanganan fisik maupun vegetasi serta meningkatkan pengetahuan,

Page 234: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

222

kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian

ekosistem/lingkungan.

c. Startegi

1) Memanfaatkan peluang usaha masyarakat pesisir yang belum optimal seperti

usaha garam rakyat, aktivitas perempuan pesisir, dan taruna pesisir, dan

kemungkinan pengenalan kegiatan usaha lain yang tidak tertumpu pada

eksploitasi sumberdaya kelautan dan perikanan;

2) Memanfaatkan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) untuk berperan

serta dalam pengawasan dan penegakan hukum dalam pengendalian eksploitasi

sumberdaya kelautan dan perikanan, menumbuhkan kelompok-kelompok baru,

dan membantu sarana kelengkapan operasionalnya, dengan tetap melakukan

operasi pengawasan bersama aparat terkait;

3) Mengembangkan dan memasyarakatkan penggunaan alat tangkap yang ramah

lingkungan, mendekatkan fishing ground dengan pembuatan rumpon tetap, dan

pengembangan sarana dan prasarana pendukung perikanan tangkap;

4) Mengembangkan usaha perikanan budidaya sesuai komoditas unggulan yang

berbasis kawasan dan diminati pasar, dengan meningkatkan mutu hasilnya

melalui penerapan good aquaculture practices;

5) Meningkatkan usaha pengolahan dan pemasaran yang masih tradisional dalam

hal mutu produknya guna pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan ekspor,

dengan tetap membina usaha pengolahan dan pemasaran modern;

6) Meningkatkan upaya rehabilitasi dan konservasi habitat vital di laut / pesisir,

meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan peran serta masyarakat pesisir

dalam menjaga kelestarian ekosistem / lingkungan melalui pembinaan,

pelatihan, dan sosialisasi peraturan-perundangan yang berlaku;

d. Program

1) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir;

2) Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan;

3) Pengembangan Perikanan Tangkap;

4) Pengembangan Perikanan Budidaya;

5) Optimalisasi Pengolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan;

6) Rehabilitasi dan Konservasi Sumberdaya Kelautan dan Perikanan.

Page 235: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

223

e. Sasaran

1) Tercapainya peningkatan usaha dan kesejahteraan masyarakat pesisir,

termasuk nelayan dan pembudidaya ikan;

2) Tercapainya peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat pesisir (Kelompok

Masyarakat Pengawas / POKMASWAS) dalam pengendalian dan pengawasan

sumberdaya kelautan dan tumbuhnya POKMASWAS baru;

3) Tercapainya peningkatan produksi perikanan tangkap, penyediaan dan

pengembangan sarana dan prasarana;

4) Tercapainya peningkatan produksi perikanan budidaya, penyediaan dan

pengembangan sarana dan prasarana;

5) Tercapainya peningkatan konsumsi makan ikan dan ekspor produk perikanan;

6) Tercapainya rehabilitasi dan konservasi untuk peningkatan kualitas habitat vital

di pesisir / laut.

f. Indikator Capaian

1) Meningkatnya usaha petambak garam 250 orang, wanita pesisir 800 orang, dan

taruna pesisir 275 orang;

2) Beraktivitasnya 21 kelompok kelembagaan masyarakat di bidang pengendalian

dan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan (POKMASWAS),

tumbuhnya 30 kelompok baru, dan terlaksananya 50 kali operasi pengawasan;

3) Meningkatnya produksi perikanan tangkap sebesar 1,0 % per tahun, pendapatan

nelayan (laut dan perairan umum) sebesar 0,93 % per tahun, serta sarana dan

prasarana utamanya di 9 Pelabuhan Perikanan Pantai;

4) Meningkatnya produksi perikanan budidaya sebesar 6,62 % per tahun,

pendapatan pembudidaya ikan sebesar 6,59% per tahun; serta sarana dan

prasarana utamanya di 3 UPT perikanan budidaya;

5) Meningkatnya konsumsi makan ikan sebesar 2,40 % per tahun dan ekspor

produk perikanan sebesar 5,10 % per tahun;

6) Meningkatnya kualitas habitat vital di pesisir / laut dengan penanaman pohon

mangrove 1.017.500 biji / batang, terumbu karang buatan 225 unit,

transplantasi karang 265 unit, dan penebaran benih ikan di kawasan konservasi

/ calon kawasan konservasi 1.017.500 ekor.

Page 236: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

224

6. Kewenangan Urusan Pilihan Perdagangan

a. Permasalahan

1) Terbatasnya akses dan perluasan pasar produk ekspor dan belum

berkembangnya kerjasama perdagangan internasional;

2) Lemahnya daya saing dan belum optimalnya pengembangan mutu, desain dan

merek dagang beberapa produk ekspor Jawa Tengah;

3) Belum optimalnya ketersediaan dan distribusi bahan kebutuhan pokok

masyarakat dengan harga yang layak dan terjangkau di seluruh wilayah serta

belum terintegrasinya pasar lokal dan regional;

4) Masih lemahnya jaringan usaha perdagangan di dalam negeri dan luar negeri;

5) Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang perdagangan;

6) Belum optimalnya pelaksanaan perlindungan konsumen dan pengawasan

barang beredar;

7) Terbatasnya kemampuan Sumber Daya Manusia Pelaku Usaha di sektor

perdagangan khususnya Usaha Dagang Kecil dan Menengah;

b. Kebijakan

1) Meningkatkan akses dan perluasan pasar produk ekspor serta pengembangan

kerjasama perdagangan internasional yang saling menguntungkan;

2) Meningkatkan daya saing produk utama ekspor, produk potensial ekspor dan

produk jasa;

3) Memperkuat kelembagaan usaha perdagangan dan pengembangan jaringan

usaha perdagangan (networking) di dalam negeri dan luar negeri;

4) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem distribusi, tertib niaga,

perlindungan konsumen dan kepastian berusaha;

5) Mengembangkan prasarana distribusi dan sarana penunjang perdagangan;

6) Mengembangkan jaringan informasi produksi dan pasar serta pengintegrasian

pasar lokal dan regional;

7) Meningkatkan pembudayaan penggunaan produksi dalam negeri;

8) Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) sektor perdagangan secara

intensif melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi;

9) Meningkatnya promosi produk unggulan.

c. Strategi

1) Penyempurnaan sistem distribusi barang dan jasa yang efisien dan efektif;

Page 237: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

225

2) Pengamanan produk unggulan dan komoditi strategis di pasar global;

3) Pengembangan sarana dan prasarana usaha perdagangan;

4) Peningkatan ekspor non migas melalui pengembangan komoditi unggulan

daerah;

5) Peningkatan akses, penetrasi dan promosi pasar untuk produk orientasi ekspor

di pasar Global;

6) Pengembangan jejaring kerja antara pemerintah, dunia usaha dan berbagai

pemangku kepentingan yang terkait di sektor perdagangan;

7) Pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia pelaku usaha di sektor

perdagangan.

d. Program

1) Peningkatan dan Pengembangan Ekspor;

2) Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional;

3) Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri;

4) Peningkatan Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan;

5) Pemberdayaan Usaha Dagang Kecil dan Menengah.

e. Sasaran

1) Meningkatnya ekspor non migas Jawa Tengah antara 8 – 8,5% per tahun;

2) Terwujudnya efisiensi dan efektivitas sistem distribusi barang dan jasa untuk

menjamin pemenuhan kebutuhan pokok dan kebutuhan penting masyarakat;

3) Terwujudnya tertib niaga, tertib ukur dan kepastian berusaha dalam rangka

perlindungan konsumen dan pengawasan barang beredar;

4) Terciptanya iklim usaha kondusif yang mampu mendorong berkembangnya

kesempatan dan kepastian berusaha;

5) Terwujudnya kelembagaan usaha perdagangan yang produktif dan mampu

beradaptasi terhadap perubahan global.

f. Indikator Capaian

1) Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri, melalui pembinaan terhadap

jumlah pelaku usaha perdagangan sebanyak 5.000 dan pembangunan sarana

pasar 25 unit dengan indikator:

a) Meningkatnya ketersediaan Bahan Kebutuhan Pokok Masyarakat dan

kelancaran distribusi;

Page 238: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

226

b) Jumlah Sarana Penunjang Perdagangan meningkat;

c) Meningkatnya jumlah Pelaku Usaha di bidang Perdagangan;

d) Berkembangnya kegiatan ekonomi – perdagangan di daerah perdesaan.

2) Peningkatan dan Pengembangan Ekspor, melalui kegiatan ekspor non migas

dengan pertumbuhan 8% - 8,5% per tahun, jumlah komoditas ekspor

meningkat 15 jenis komoditas, dan kegiatan sertifikasi mutu barang 350 jenis

dengan indikator :

a) Meningkatnya volume dan nilai Ekspor Non Migas;

b) Meningkatnya kemampuan pelaku ekspor;

c) Jumlah jenis komoditi ekspor semakin meningkat;

d) Meningkatnya kegiatan Promosi dan pameran dalam dan luar negeri;

e) Bertambahnya jumlah negara tujuan ekspor.

3) Peningkatan Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan, melalui

kegiatan tera dan tera ulang sebanyak 50.000 buah dan pengawasan

barang beredar pada pelaku usaha 2.500 UU dengan indikator :

a) Meningkatnya jumlah produksi alat Ukuran Timbang Takar dan

Perlengkapannya (UTTP) ;

b) Jumlah pengujian Tera & Tera Ulang alat UTTP meningkat;

c) Meningkatnya pengawasan terhadap Barang Dalam Keadaan Terbungkus

(BDKT).

4) Peningkatan Kerjasama Perdagangan Internasional, melalui pengembangan

kerjasama, misi dagang, kontak dagang, dan promosi di 10 negara tujuan

ekspor utama, dengan indikator :

a) Terjalinnya kerjasama perdagangan internasional melalui kontrak dagang,

misi dagang dan kerjasama dengan Atase Perdagangan di luar negeri;

b) Tersedianya data dan informasi kebijakan dan peluang pasar luar negeri.

5) Pemberdayaan Usaha Dagang Kecil dan Menengah, melalui pembinaan dan

bimbingan teknis terhadap pelaku usaha perdagangan sebanyak 5000 unit

usaha, dengan indikator :

a) Meningkatnya Jumlah Usaha Dagang Kecil dan Menengah (UDKM) ;

b) Terbinanya kelembagaan UDKM;

c) Terlaksananya penataan tempat usaha bagi UDKM.

Page 239: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

227

7. Kewenangan Urusan Pilihan Industri

a. Permasalahan

1) Ketergantungan terhadap impor Bahan Baku Industri (kandungan bahan baku

impor berkisar 30 – 60 %);

2) Keterbatasan infrastruktur industri di wilayah perdesaan;

3) Daya saing dan Nilai tambah beberapa produk industri relatif rendah;

4) Terbatasnya penguasaan teknologi;

5) Lemahnya struktur industri terutama keterkaitan antara industri hulu dan hilir;

6) Lemahnya akses permodalan usaha bagi industri rumah tangga di wilayah

perdesaan;

7) Dukungan R & D belum secara optimal memenuhi kebutuhan sektor industri;

8) Terbatasnya ketersediaan SDM industri yang memiliki kompetensi, etos kerja

tinggi dan profesional.

b. Kebijakan

1) Meningkatkan efisiensi kerja IKM, sehingga mereka mampu bersaing baik

ditingkat nasional maupun internasional;

2) Memperbaiki keterkaitan industri hulu-hilir secara terpadu terhadap industri

unggulan Jawa Tengah;

3) Peningkatan penguasaan teknologi untuk mendukung pengembangan IKM.

c. Strategi

1) Meningkatkan penggunaan bahan baku lokal dan penggunaan produk dalam

negeri untuk mendorong kemandirian dan daya saing;

2) Mengembangkan klaster industri yang mempunyai daya saing produk untuk

mendukung industri-industri unggulan Jawa Tengah;

3) Meningkatkan penataan kelembagaan struktur industri untuk meningkatkan

kapasitas sektor industri;

4) Memanfaatkan teknologi modern dan kearifan lokal untuk meningkatkan daya

saing produk;

5) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menguasai teknologi.

d. Program

1) Pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) yang berbasis pada sumber

daya lokal;

Page 240: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

228

2) Pengembangan sentra/klaster industri potensial;

3) Penataan struktur industri;

4) Peningkatan kemampuan teknologi industri;

5) Peningkatan SDM, pelatihan dan bantuan peralatan industri.

e. Sasaran

1) Berkembangnya IKM dengan kinerja yang efisien dan kompetitif serta memiliki

ketergantungan rendah pada bahan baku impor;

2) Terwujudnya efisiensi industri-industri unggulan melalui klaster;

3) Terciptanya struktur industri yang kuat antara industri hulu dan hilir dengan

berbasis pada pendekatan klaster sehingga berdaya saing tinggi dan

terbentuknya keterkaitan antara industri hulu dan hilir;

4) Meningkatnya jumlah IKM yang menerapkan teknologi modern dan terlindungi

dari kemungkinan pembajakan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) ;

5) Tersedianya tenaga kerja berkualitas dalam mendukung perkembangan

industri;

f. Indikator Capaian

1) Program Pengembangan industri kecil dan menengah (IKM), melalui

pengembangan produk unggulan daerah, 35 jenis produk, penurunan

kandungan bahan baku impor pada IKM 20-40 % dengan indikator:

a). Kandungan bahan baku impor pada IKM menurun;

b). Tersedianya bahan baku lokal sebagai substitusi bahan baku impor bagi

IKM meningkat;

c). Berkembangnya IKM yang mampu menghasilkan produk unggulan dan

diterima pasar.

2) Program pengembangan sentra/klaster industri potensial, melalui

pengembangan klaster industri penghela sebanyak 6 klaster dan klaster

pendukung lainnya dengan indikator :

a). Terwujudnya keterkaitan antara industri inti, industri pendukung, dan

industri terkait yang mendorong peningkatan dayasaing;

b). Terbentuknya kelembagaan klaster IKM yang kuat.

3) Program penataan struktur industri dengan pembinaan terhadap IKM

sebanyak 1.500 Unit Usaha (UU) dengan indikator :

Page 241: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

229

a). Semakin kuatnya keterkaitan industri hulu dan industri hilir;

b). Terwujudnya jejaring kerjasama antara IKM dengan industri skala besar.

4) Program peningkatan kemampuan teknologi industri, dengan melakukan

pembinaan dan bimbingan teknis terhadap 1.000 UU dengan indikator :

a). Meningkatnya kemampuan dan penguasaan teknologi bagi IKM;

b). Meningkatnya teknologi produksi dan jenis produk bersertifikasi sesuai

dengan standar mutu internasional.

5) Program peningkatan SDM, pelatihan dan bantuan peralatan industri, melalui

pendidikan dan latihan terhadap 3.000 UU IKM dan penyaluran bantuan

peralatan dengan indikator :

a). Kemampuan dan keahlian SDM industri meningkat;

b). Produktivitas usaha IKM meningkat.

8. Kewenangan Urusan Pilihan Transmigrasi

a. Permasalahan

1) Belum optimalnya pengembangan wilayah transmigran yang disebabkan oleh:

a). Koordinasi dan kerjasama antar daerah belum sesuai yang diharapkan;

b). Kurang optimalnya penyiapan calon transmigran yang trampil dalam

mengelola potensi SDA dilokasi tujuan;

c). Rendahnya kompetensi SDM calon transmigran.

2) Terbatasnya alokasi target penempatan transmigran.

b. Kebijakan

Kebijakan pembangunan ketransmigrasian Provinsi Jawa Tengah diarahkan pada :

1). Peningkatan kerjasama antar daerah dalam penyelenggaraan dan

pengembangan wilayah transmigrasi;

2). Peningkatan media Komunikasi, informasi dan edukasi ketransmigrasian untuk

menumbuhkan minat masyarakat;

3). Peningkatan kompetensi calon transmigan melalui pelatihan.

c. Strategi

1). Mengembangkan kerjasama dan koordinasi antar daerah serta pelibatan

pihak-pihak terkait dalam penyelenggaraan transmigrasi;

Page 242: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

230

2). Mengoptimalkan media informasi yang untuk menyampaikan pesan program

transmigrasi;

3). Meningkatkan kemampuan aparat dalam penyelenggaraan transmigrasi;

4). Meningkatkan ketrampilan calon transmigrasi sesuai dengan kondisi dan

potensi SDA di lokasi tujuan.

d. Program

Pengembangan wilayah transmigrasi

e. Sasaran

1). Mewujudkan koordinasi & sinkronisasi antar wilayah dalam penyelenggaraan

transmigrasi;

2). Meningkatkan jumlah pengiriman transmigran yang trampil baik transmigran

umum (TU), Swakarsa (TS) Transmigran Berbantuan (TB) dan Transmigran

swakarsa Mandiri (TSM) ;

3). Meningkatkan profesionalisme aparat dalam penyelenggaraan transmigrasi.

f. Indikator Capaian

1). Terwujudnya koordinasi & singkronisasi antar wilayah dalam penyelenggaraan

transmigrasi di 19 Provinsi lokasi transmigrasi di luar Pulau Jawa;

2). Nota kesepakatan kerjasama antar wila-yah dalam pengem-bangan kawasan

transmigrasi;

3). Tercapainya pengiriman transmigran sebanyak 7500 KK;

4). Meningkatnya kualitas manajemen pengelolaan dan pelayanan transmigran;

5). Tercapainya 2500 KK calon transmigran mendapatkan Pelatihan Dasar Umum

(PDU).

C. Pelaksanaan Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dianut asas desentralisasi,

dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Dekonsentrasi dan tugas pembantuan

diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas pemerintahan dapat

dilakukan dengan desentralisasi, karena pertimbangan kepentingan nasional dan

efektivitas pemerintahan.

Page 243: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

231

Pelaksanaan asas dekonsentrasi oleh pemerintah provinsi dalam kedudukannya

sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang

dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Pelaksanaan

dekonsentrasi bertujuan untuk :

1. Memelihara keutuhan dan integrasi nasional.

2. Melaksanakan kebijakan nasional dalam mengurangi kesenjangan antar daerah.

3. mewujudkan keserasian hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah dan antar pemerintah daerah.

4. Mengidentifikasi potensi dan terpeliharanya keanekaragaman sosial budaya

daerah.

5. Mencapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan, serta

pengelolaan pembangunan dan pelayanan publik.

Bidang tugas pemerintahan yang penyelenggaraannya diperbantukan kepada daerah

sebagai wilayah administratif, terkait erat dengan pelaksanaan 6 (enam) urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat, yaitu : politik luar negeri,

pertahanan, keamanan, hukum, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

Penyelenggaraan tugas pembantuan adalah cermin dari sistem dan prosedur

penugasan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, untuk menyelenggarakan

sebagian urusan pemerintahan dan pembangunan oleh pemerintah pusat dan disertai

dengan kewajiban pendanaannya, dimana pelaksana wajib melaporkan pelaksanaan

dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraannya.

D. Pelaksanaan Tugas Umum Pemerintahan

Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah adalah mewujudkan tata

pemerintahan amanah, antara lain dilaksanakan melalui reformasi birokrasi,

penegakan hukum dan penataan kelembagaan. Reformasi birokrasi diterapkan untuk

menciptakan kepemerintahan yang amanah dengan mengedepankan prinsip-prinsip

keterbukaan, akuntabilitas, efektif, efisien, menjunjung tinggi supremasi hukum,

demokratisasi, transparansi, dan meningkatkan partisipasi masyarakat.

Pelaksanaan kepemerintahan yang amanah ditujukan untuk menjamin kelancaran,

keserasian, keterpaduan tugas serta fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan

pembanguan di daerah. Isu strategis dalam pemerintahan umum di Provinsi Jawa

Page 244: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

232

Tengah antara lain: penataan kelembagaan dan sistem ketatalaksanaan; peningkatan

sumberdaya aparatur yang didukung oleh sistem renumerasi yang layak untuk

memenuhi kebutuhan hidup serta pelaksanaan sistem pengawasan dan pengendalian

pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang efektif dan efisien.

Program-program pembangunan yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan tugas

umum pemerintahan, meliputi :

1. Program peningkatan Kerjasama Antar Daerah (KAD).

Program KAD meliputi kerjasama antar pemerintah provinsi dan kerjasama

provinsi dengan pihak ketiga, baik kerjasama Pemerintah Provinsi dengan Badan

Usaha Milik Negara/ Badan Usaha Milik Daerah (BUMN/BUMD), usaha swasta dan

koperasi, baik dalam negeri/luar negeri. Kerjasama antar daerah dilaksanakan

terutama dalam upaya meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, peningkatan

penanaman modal dan pelayanan publik serta pengembangan potensi daerah

dan pariwisata.

2. Program peningkatan pembangunan kawasan wilayah perbatasan.

Program ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kepaduserasian

pembangunan antar wilayah serta antar wilayah tertinggal.

3. Program pencegahan dan penanggulangan bencana.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya potensi

bencana, baik bencana sosial maupun bencana alam yang terdapat di 27

kabupaten/kota di Jawa Tengah, dalam upaya mengurangi kerugian harta benda

dan korban manusia.

4. Program peningkatan pengelolaan kawasan khusus.

Program ini dilaksanakan pada kawasan khusus, seperti kawasan lindung,

kawasan konservasi alam dan kawasan cagar budaya, dalam rangka peningkatan

kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.

5. Program peningkatan ketertiban umum dan ketenteraman dalam masyarakat.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pembinaan kehidupan dan toleransi

antar umat beragama, penegakan hukum termasuk peraturan perundangan

daerah dan partisipasi masyarakat dalam rangka mendorong berkembangnya

kehidupan sosial yang kondusif.

Page 245: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

233

BAB VIII

PENUTUP

Dokumen RPJMD Propinsi Jawa Tengah tahun 2008-2013 ini merupakan penjabaran dari

visi, misi dan program kerja pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, yang telah

dipresentasikan dan dipromosikan pada saat kampanye. Dalam penyusunannya telah

memperhatikan aspek normatif seperti diatur dalam sejumlah peraturan perundangan.

Penyusunan program-program dalam RPJMD ini mengacu sejumlah program yang

secara hierarkis berada pada ordo yang lebih tinggi yaitu RPJPNasional, RPJMNasional,

RPJPD dan produk-produk perencanaan yang telah ditetapkan dalam produk hukum

yang mengikat, misalnya RTRW dan Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan

Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah.

Dokumen RPJMD ini secara normatif telah diupayakan memuat program-program atau

rencana kerja seluruh tugas seorang Gubernur/Wakil Gubernur meliputi tugas-tugas

desentralisasi, tugas dekonsentrasi, tugas pembantuan dan tugas-tugas pemerintahan

umum. Namun demikian dalam menjalankan peran sebagai wakil pemerintah pusat,

dalam menjalankan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan tidak sepenuhnya dapat

direncanakan sejak awal, sejalan dengan proses penyusunan RPJM.

Sebagai acuan bagi pelaku pembangunan, dalam implementasinya harus

memperhatikan kaidah-kaidah pelaksanaannya sebagai berikut :

1. RPJMD ini merupakan pedoman bagi SKPD dalam menyusun Rencana Strategis

(Renstra) SKPD dengan time frame yang sama yaitu 2008-2013, dengan demikian

terjadi kesamaan arah pembangunan masing-masing SKPD selamat 5 tahun kedepan.

2. RPJMD ini akan menjadi dasar atau acuan dalam penyusunan RKPD setiap tahun

anggaran.

3. Penyusunan RPJMD ini telah melalui tahap konsultasi publik, dengan harapan

program-progam yang ada di dalam RPJMD ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dengan demkian para stakeholder memahami peran yang perlu diambil dalam

pelaksanaan pembangunan Jawa Tengah selama 5 tahun kedepan.

Page 246: RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 2013

234

4. RPJMD ini akan menjadi dasar bagi Gubernur dan Wakil Gubernur dalam menyusun

LKPJ-AMJ di akhir periode masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, dan RPJMD

ini akan menjadi dasar bagai DPRD dan anggota masyarakat untuk melakukan

evaluasi.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2008-

2013 menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan sampai dengan tahun 2013.

Namun secara substansial juga berlaku sebagai RPJMD transisi, sehingga berlaku juga

sebagai acuan dalam penyusunan RKPD Tahunn 2014 sebelum tersusunnya RPJMD

Tahun 2013 – 2018 yang memuat visi dan misi Kepala Daerah terpilih.

Untuk menjaga dan mengendalikan pemanfaatan RPJMD serta konsistensi dokumen-

dokumen prencanaan lain dan penganggaran dengan RPJMD maka diperlukan

monitoring dan pelaporan implementasi RPJMD secara reguler dan periodik. Untuk itu

diperlukan suatu tim monitoriing RPJMD yang terdiri dari unsur Pemerintah Daerah

maupun dari unsur Non Pemerintah Daerah. Hal ini berkaitan dengan pentingnya

pengawasan internal dan penerapan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik

(good governance).

GUBERNUR JAWA TENGAH

BIBIT WALUYO