rourou mentawai
DESCRIPTION
Panah Tradisi MentawaiTRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rourou adalah salah satu artefak budaya mentawai. Rourou atau yang lebih dikenal dengan
nama idonesianya panah sudah menjadi senjata berburu yang identic dengan suku mentawai. Mentawai
yang dikelilingi hutan tropis yang lebat dan masih belum disentuh oleh penebangan hutan, membuat
ekosistem hutan terjaga dan lahan untuk berburu bagi suku mentawai masih sangat luas.
Dahulu rourou ini digunakan masyarakat mentawai untuk menjadi senjata utama melindungi
diri dari serangan musuh dan binatang buas. Rourou ini sudah ada sejak nenek moyang orang mentawai
sampai di Pulau Siberut Barat. Penyebutan busur dan anak panah di Mentawai berbeda-beda sesuai
dengan logat dan gaya bahasa masing-masing daerah. Untuk daerah Siberut Barat, dan Siberut Utara
busur ini disebut rourou, sedangkan anak panahnya disebut silogui. Sedangkan di daerah Siberut
Tengah, Siburut Selatan dan Siberut Barat Daya busur disebut Dourou dan anak panah disebut Silogui.
Didaerah Sipora dan Sikakap Busur disebut Rourou dan anak panah disebut logui1.
Sebelum kita lebih dalam mengenal rourou mentawai terlebih dahulu kita mengenal sejarah
Panah dari beberapa sejarah yang dicatat oleh para peneliti. Dalam tugas ini saya akan memperdalam
keilmuhan pembaca untuk lebih memahami sejarah panah yang sudah menjadi artefak budaya suku
mentawai. Dengan mengetahui sejarah kita bisa menyimpulkan bahwa salah satu artefak budaya
mentawai ini sudah menjadi miliki suku mentawai dari tahun berapa.
1 http://aratsabulungan.blogspot.co.id/2015/01/cara-membuat-busur-dan-anak-panah.html
1
BAB IIISI
A. Sejarah Indonesia
Sejarah dunia adalah sejarah umat manusia diseluruh dunia, diseluruh belahan bumi ini,
sejarah tercatan dari era Paleolitikum (zaman batu tua). Berbeda dengan sejarah bumu (yang mencakup
geologis bumi dan era sebelum keberadaan manusia). Sejarah dunia terdiri dari kajian rekam arkeologi
dan catatan tertulis, dari zaman kuno hingga saat ini. Pencatatan sejarah dimulai sejak aksara dan
system tulisan diciptakan, tetapi asal mula perdababan bertolak dari periode sebelum penciptaan tulisan
atau zaman prasejarah2. Prasejarah dimulai dari Paleolitikum (zaman batu tua), diikuti dengan
Neolitikum (zaman batu muda) dan Revolusi Pertanian (antara 8000–5000 SM) di kawasan Hilal
Subur. Revolusi tersebut merupakan titik perubahan besar dalam sejarah umat manusia karena sejak
masa itu mereka telah mampu membudidayakan tumbuhan dan hewan3.
Secara umum, masa prasejarah Indonesia ditinjau dari dua aspek, berdasarkan bahan untuk
membuat alat-alatnya (terbagi menjadi zaman batu dan Zaman Besi, & berdasarkan kemampuan yang
dimiliki oleh masyarakat (terbagi menjadi masa berburu & mengumpulkan makanan, masa bercocok
tanam, dan masa perundagian.
Pada zaman batu, alat-alat dibuat dari batu4. Pasa zaman batu itu segala alat-alah yang
dugunakan untuk kebutuhan kehidupan terbuat dari batu. Dengan cara hidup yang sederhana. Untuk
memenuhi kehidupan mereka masih menggantungkan pada keadaan alam. Pada zaman ini logam
belum ditemukan. Zaman batu ini menjadi 4 bagian yaitu
1. Zaman Batu Tua
Zaman batu tua atau Palaeolithikum berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu5. Pasa
zaman batu tua alat-alat yang digukanan dibuat dari batu kasar yang tidak diasah dan
dihaluskan. Chopper atau kapak genggam adalah alat-alat dari pada zaman batu tua ini.
Disebut kapak genggam karena cara penggunaan kapak itu adalah dengan digenggam
langsung tanpa benda lain sebagai penggenggamnya. Kehidupan pada zaman ini
2 Diringer, David (1986), "Writing", Encyclopedia Americana 29, hlm. 558, Writing gives permanence to men's knowledge and enables them to communicate over great distances.... The complex society of a higher civilization would be impossible without the art of writing.3 Webster, H. (1921), World history, Boston: D.C. Heath, hlm. 274 M. Junaedi Al Anshori, Sejarah Nasional Indonesia MAsa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan, PT Mapan, 2007, hlm. 85 Ibit, hlm 8
2
bergantung pada hasil alam oleh karena itu mereka tidak menetap selalu berpindah-
pindah atau nomoden. Batu juga berfungsi sebagai kapak yang digenggam untuk
memotong kayu atau membunuh binatang buruan6. Artefak dari Zaman ini adalah:
Kebudayaan Pacitan berhubungan dengan kapak genggam dengan varian-variannya
seperti kapak perimbas dan kapak penekak. Dan Kebudayaan Ngandong berhubungan
dengan flakes dan peralatan dari tulang7.
2. Zaman Batu Tengah
Zaman batu tengan atau Mesalithikum kehidupan manusia tidak jauh berbeda dengan
zaman sebelumnya. Yaitu berburu, mengumpulkan makanan, dan menangkap ikan. Suatu
peningkatan pada zaman ini bahwa kehidupan mereka sudah tidak nomoden tapi sudah
menetap. Biasa mereka menetap ditepi sungai, tepi pantai atau gua-gua. Para ahli ilmu
purbakala menyebutkan bahwa zaman ini berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam.
Manusia purba yang ada pada zaman ini merupakan campuran bangsa-bangsa pendatang
dari asia. Inilah yang membuat zaman ini memiliki proses evolusi yang lebih cepat. Alat-
alat yang mereka gunakan sudah memiliki bentuk yang lebih halus dari zaman
sebelumnya karena pengaruh dari daratan asia8. Artefak dari zaman ini adalah: ujung
panah, flake, batu penggilingan, alat dari tulang dan tanduk rusa9.
3. Zaman Batu Muda
Zaman batu muda atau Neolithikum adalah zaman yang lebih muda dari zaman batu tua
dan zaman batu tengah. Ciru utama zaman ini adalah manusai telah menghasilkan
makanan atau menjadi pendukung peradaban food producing. Menurut Dr. R. Soekmono,
seorang ahli arkeologi Indonesia, perubahan dari food gathering ke food producing
merupakan satu revolusi dalam perkembangan zaman prasejarah Indonesia. Zaman ini
bukan lagi masa-masa mengumpulkan makanan tapi masa pembuat makanan. Oleh
karena itu zaman ini dianggap sebagai zaman peradaban Indonesia sekarang. Sejak itu
pula keadaan masyarakat dengan system sosialnya mulai tebentuk. Pada zaman batu
muda ini manusia mulai bertempat tinggal menetap, bercocok tanam, dan beternak
sehingga mereka sudah dapat disebut sebagai masyarakat agrasis. Dari zaman ini mereka
mengembangkan keprcayaan terhaap orang yang pertama kali mengembangkan kampong
tempat tinggal mereka yang telah meninggal. Kerpercayaan tersebut disebut kepercayaan
6 Nana Supriatna, Sejarah Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas, Grafindo Media Pratama, 2006, hlm 597 Ketut Wiradnyana, Praseajrah Sumatra Bagaian Utara, Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini, 2011, hlm 118 Nana Supriatna, Sejarah Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas, Grafindo Media Pratama, 2006, hlm 599 Ketut Wiradnyana, Praseajrah Sumatra Bagaian Utara, Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini, 2011, hlm 12
3
terhadap arwah nenek moyang10. Artefak dari zaman ini adalah: Kapak persegi, misalnya
beliung, pacul, dan torah yang banyak ditemukan di Sumatera, jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Maluku, Sulawesi, Kalimantan. Kapak batu (kapak persegi berleher) dari
minahasa. Perhiasan (gelang dan kaling dari batu indah) ditemukan di jawa. Pakaian dari
Kulit Kayu. Tembikat (periuk belaga) ditemukan di Sumatra, jawa, melolo (sunda)11.
4. Zaman Batu Besar
Zaman batu besar atau Megalithikum manusia sudah mengenal kepercayaan,
kepercayaan mereka masih tingkat awal yaitu kepercayaan pada nenek moyang. Manusia
pada zaman ini mulai percaya bahwa orang yang meninggal, rohnya akan pergi ke suatu
tempat dan sewaktu-waktu roh itu dapat dipanggil untuk memberikan pertolongan. Pada
zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat
dari batu-batu besar. Benda-benda peninggalan zaman ini hamper dapat ditemukan di
seluruh wilayah Indonesia12. Artefak dari zaman ini adalah: Menhir tugu batu yang
dibangun untuk pemujaan terhadap arwah-arwah nenek moyang, Dolmen meja batu
tempat meletakkan sesaji untuk upacara pemujaan roh nenek moyang,
Sarchopagus/keranda atau peti mati (berbentuk lesung bertutup), Punden berundak
tempat pemujaan bertingkat, Kubur Batu, Arca/patung batu13.
Prasejarah selanjutnya adalah Zaman Logam. Masyarakat pra-aksara sebutan buat manusia para
zaman logam ini hidup setelah ribuan tahun menggunakan batu14. Pada zaman ini, sebagian besar alat-
alat yang diciptakannya terbuat dari logam. Alat-alat yang dibuatnya terdiri atas bermacam-macam
ukuran, jenis dan kehalusannya. Proses evolusioner Zaman Logam lebih cepat dibandung dengan
zaman batu. Hal ini berkaitan dengan kemapuan daya piker manusia yang menciptakan alat-alat
tersebut.
Manusia pada zaman logam ini mulai berfikir bahwa menghasilkan alat diperlukan teknologi
baru, sedangkan teknologi memerlukan kemampuan baru. Kemampuan mereka membuat kapak, anak
panah, alat pertanian, seperti bajak, alat rumah tangga, dan sebagainya yang tebuar dari logam tidak
timbul begitu saja. Alat-alat tersebut tercipta sebagai hasil dari proses belajar beribu-ribu tahun. Zaman
logam dapat dibagi kembali menajadi zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi, sedangkan
10
11 Ibit hlm 13.12 Indonesia Meritega: Ancient History, 199613 Ketut Wiradnyana, Praseajrah Sumatra Bagaian Utara, Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini, 2011, hlm 1314 Nana Supriatna, Sejarah Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas, Grafindo Media Pratama, 2006, hlm 61
4
zaman tembaga tidak. Zaman tembaga hanya berkembang di Semenanjung malaka, kamboja, Thailand,
dan Vietnam. Untuk Indonesia, zaman perunggu berlangsung bersamaan dengan zaman besi. Alat-alat
yang terbuat dari besi tidak berbeda dengan alat-alat yang terbuat dari perunggu. Oleh karena itu,
zaman logam di wilayah Indonesia adalah sama dengan zaman perunggu15.
B. Sejarah Busur Panah
Pada Zaman Paleolitik atau awal periode Mesolitik, adalah zaman dimana manusia masih
mengandalkan pemburuan untuk mencari makan. Keseharian mereka adalah berburu dan
mengumpulkan makanan. Evolusi dari Zaman Paleolitik ke Zaman Mesolitik tidak lah sesingkat yang
kita bayangkan, karena manusia disini masih mengandalkan hasil alam sebagai bahan makanan mereka.
Ribuan tahun berlangsung diperediksikan alat-alat berbru dan mengumpulkan makanan manusia pada
zaman ini juga semakin berfariasi.
Di Eropa di lembah Ahrensburg, bagian utara dari Hamburg, Jerman telah ditemukan sebuah
panah yang dibuat dari kayu pinus dan tediri dari dari poros utama dan proos depan sepanjang 15-20
sentimeter atau 6-8 inchi dengan sebuta titik batuh, dan artefak ini berusia sekitar 10.000-9.000 SM 16.
Didaratan cina juga ditemukan busur panah berusia 2.200 tahun. Menurut laporan People’s Daily
Online (minggu 11/10/2015) senjata zaman dahulu ini bisa melepaskan anak panah sejauh Sembilan
kali lipat lapangan sepak bolah. Penemuan ini snagat menarik karena para ahli pecaya busur panah ini
adalah keberhasilah kaisar pertama China, Qin Shi Huang.
Diindonesia dicatat oleh sejarah panah dikenal luas pada masa bercocok tanam, suatu babakan
dalam prasejarah yang bertarikh beberapa ribu tahun yang lalu. Temuan mata panah banyak terdapat
pada sejumlah situs arkeologi, diantara lain di Jawa Timut dan Sulawesi Selatan. Di Jawa Timur mata
pananh ditemukan di Gua Lawa (Sampung), Gua Gede (Tuban), Gua Perpuruh (Besuku), dan Gua
Kramat (Bojonegoro)17. Yang menjadi pertanyaan besar dalam hidup penulis adalah, bagaimana dengan
daerah yang tidak disentuh oleh arkeolog, seperti daerah pedalaman, yang masih menggunakan panah
sebagai alat berburu yang sudah ada secara turun temurun.
C. Rourou Mentawai
15 Ibit, hlm 6116 https://id.wikipedia.org/wiki/Panahan 17 https://hurahura.wordpress.com/2012/02/24/sejarah-panah/
5
Berburu adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh laki-laki suku mentawai. Sedangkan
menangkap ikan adalah tugas kaum wanita. Di Siberut berburu menjadi sauatu arena tersendiri untuk
menyatakan keberadaan kaum laki-laki. Apa yang menjadi dasar pemikiran penulis memasukkan
rourou kedalam salah satu artefak budaya mentawai adalah dengan melihat keseharian laki-laki
mentawai yang menyandang rou-rou begitu ia meninggalkan rumah, dibawa kemanapun ia pergi,
kehutan, keladang, atau sekedar pergi kerumah tetangga atau sanak family. Begitu penting dan
berharganya rourou bagi suku mentawai.
Orang mentawai tidak hanya mengenal cara berburu dengan panah. Tapi berburu dihutan
dengan rourou adalah yang paling sering dilakukan. Tidak ada tulisan atau bukti otentik yang bisa
dijadikan rujukan pasti dalam mengudentifikasi umur salah satu artefak budaya suku mentawai ini.
Dari mulai sejarah asal mulanya, sampai pada perubahan bentuk artefak mentawai. Ini menjadi PR
besar bagi penulis untuk mengungkap keberadaan suku mentawai, bagi itu kajian arkeolognya, kajian
kebudayaannya, dan dari segi apapun.
Dalam tugas Etnisitas Penulis yang membahas salah satu kebudayaan mentawai yaitu tattoo
mentawai, penulis membahas lengkap mengenai sejarah kedantangan orang pertama didaratan
kepulauan mentawai. Disana dijelaskan bahwa menurut para ahli antropologi memperhatikan bahasa
dan kebudayaan orang mentawai adalah nenek moyang orang mentawai berasal dari Homo Sapiens
yang paling awal datang ke Indonesia. Homo Sapiens berasal dari zaman Alluvium berlangsung kita-
kita 20.000 tahun sampai seakarang. Menurut para ahli tato tertua didunia adalah tato mentawai yang
bernana tik’tik’. Motif tato mentawaipun berfariasi, mulai dari motif hasil buruan, motif keseimbangan
alam, dan Adi Rosa sendiri memperkirakan ada 160 Motif tato mentawai.
Semakin jelas dari paparan diatas bahwa dijelaskan salah satu motif tato mentawai adalah dari
gambar binatang buruan. Gambar binatang yang dimaksut disini adalah monyet rusa, dll. Secara logika
menangkap seekor rusa cukup dengan batu, atau tombak. Tapi untuk menangkat seekor monyet yang
ada diatas pohon untuk dilempat batu atau tombak dengan kekuatan manusia yang terbatas itu sangat
mustahil.
Penulis sendiri berpendapat bahwa suku mentawai sudah menggunakan rourou semenjak
kedatangan mereka ke pantai barat Indonesia yaitu mentawai. Dengan motif tato yang menggambarkan
kehebatan seorang pemburu dalam mendapatkan hasil buruanya.
6
Menurut penelitian arkeologi, yang selalu berhubungan dengan peninggalah budaya materi yang
masyarakat pendukungnya sudah punah, keberadaan etnis Mentawai menjadi sangat penting. Terutama
dalam hal memahami kehidupan prasejarah yang masuk melakukan kegiatan berburu dan dan
mengumpulkan makan. Ini adalah hal yang semakin memperkuat pendapat penulis bahwa sepanjang
mencatat keberadaan etnis mentawai adalah manusia pertama yang hidup dizaman batu tua sejarah
Indonesia disitu juga keberadaan rourou menemani sejarah mentawai18.
(Gambar 01, Sumber Raimar Schefold, Mainan Bagi Roh Kebudayaan Mentawai, Balai Pustaka,
1991)
Pembuatan rourou dimentawai pun tidak mengenal teknologi masa kini, dengan alat-alat
sederhana suku mentawai bisa membuat rourou. Alat yang biasa digunakan seperti kampak, parang,
kikir alami dari kulit pari, pisau kecil, batu asah. Ini pembuatan rourou pada abat ini. Bahan yang
digunakan adalah Batang Enau, getah kulit durian, dan pohon yang kasar. Dikesempatan lain penulis
akan membahas secara detail pembuatan rourou mulai dari taham persiapan pembuatan dan
pemakaiannya.
18 http://uun-halimah.blogspot.co.id/2007/11/kebudayaan-mentawai-tidak-mengenal.html
7
Tradisi sebelum berburu pun tidak sembarangan ada ritual kecil untuk meminta ijin lelur agar
dilancatkan dalam berburu, sebelum dilakukan ritual sipembutu mempersiakan busur dan anak pannya
terlebih dahulu. Ujung anak panah sudah dioleskan racun yang sudah disiapkan. Racun yang paling
seringdugunakan adalah dari kulit atau daun tanaman ipun, yang dicincang dengan parang lalu
diserut kemudian dicampurkan dengan sepotong akar tuba, dan cabai giling kemudia diulek19.
D. Lampiran
19 Raimar Schefold, Mainan Bagi Roh Kebudayaan Mentawai, Balai Pustaka, 1991, hlm 66.
8
BAB IIIPENUTUP
Rourou sudah menjadi alat yang dipedomani oleh suku mentawai untuk berburu. Mengenai
sejarah awal pembuatan rourou di mentawai masih menjadi tandatanya bagi penulis. Karena tidak
adanya bukti sejarah yang memperkuat penulisan ini. Penulis mennyimpulkan bahwa dengan melihat
kehidupan masyarakat mentawai yang masih mempertahankan identitas zaman batu tengah atau zaman
batu muda. Dimana masyarakat suku mentawai masih bertahan hidup dengan kekayaan alam dengan
mengumpulkan makan dengan berburu, beternak, dan bercocok tanam, memperkuat pemikiran penulis
bahwa rourou sudah dikenal oleh manusia pertama yang menginjakkan kakinya di pulau mentawai.
Memang harus disadari bahwa mempelajari suatu budaya teras ada yang hilang apabila
dilakukan secara sepenggal-penggal. Untuk itu perlu diketahui pula historinya. Karena mempelajari
masa lau adalah untuk masa kin bahkan masa mendatang. Untuk itu diperlukan data yang valid dan
akurat. Data-data tersebut paling tidak dapat diperoleh dari penelitian. Apalagi dalam upaya
mendapatkan gambaran yang utuh dari kebudayaan nasional atau jati diri suatu bangsa. Bukankah
martabat suatu bangsa sangat bergantung dari jati diri bangsa itu sendiri.
Penulis sendiri belum terlalu leluasa dalam penulisan ini, dikarenakan data yang diperoleh
belum terlalu otentik untuk dijadikan referensi penulisan. Penulis berharap dengan proses berjalan
penulis bisa menjawab tanda Tanya sejarah yang masih terbungkus dan penuh misteri ini.
9
DAFTAR PUSTAKA
1. http://aratsabulungan.blogspot.co.id/2015/01/cara-membuat-busur-dan-anak-panah.html
2. Diringer, David (1986), "Writing", Encyclopedia Americana 29, hlm. 558, Writing gives
permanence to men's knowledge and enables them to communicate over great distances.... The
complex society of a higher civilization would be impossible without the art of writing.
3. Webster, H. (1921), World history, Boston: D.C. Heath,
4. M. Junaedi Al Anshori, Sejarah Nasional Indonesia MAsa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi
Kemerdekaan, PT Mapan, 2007,
5. Nana Supriatna, Sejarah Untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas, Grafindo Media Pratama, 2006,
6. Ketut Wiradnyana, Praseajrah Sumatra Bagaian Utara, Kontribusinya Pada Kebudayaan Kini,
2011,
7. Indonesia Meritega: Ancient History, 1996
8. https://id.wikipedia.org/wiki/Panahan
9. https://hurahura.wordpress.com/2012/02/24/sejarah-panah/
10. http://uun-halimah.blogspot.co.id/2007/11/kebudayaan-mentawai-tidak-mengenal.html
11. Raimar Schefold, Mainan Bagi Roh Kebudayaan Mentawai, Balai Pustaka, 1991,
10