risiko usaha terhadap car

Upload: latukoi

Post on 11-Jul-2015

275 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi mediator antara pihak

yang berkelebihan dana (surplus unit) dengan pihak yang membutuhkan dana (deficit unit). Bank akan mendapatkan keuntungan selama biaya mengumpulkan dana dari deposan lebih kecil dari hasil yang di dapat atas dana yang dipinjamkan debitur atau penempatan pada bank lain, berarti bank mengalami positive spread. Namun jika biaya yang di gunakan untuk mengumpulkan dana dari deposan lebih besar dari hasil yang di dapat dari meminjamkan dana pada debitur atau pula penempatan bank lain, maka bank akan negative spread. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik maka dibutuhkan bank yang sehat sehingga dapat beroperasi secara optimal. Dalam menciptakan perbankan yang sehat, BI telah mengeluarkan program API (Arsitektur Perbankan Indonesia) yaitu program penguatan struktur perbankan nasioanal yang bertujuan untuk memperkuat permodalan bank, dalam rangka meningkatkan kemampuan bank mengelolah usaha maupun risiko, mengembangkan teknologi informasi, maupun meningkatkan skala usahanya guna mendukung peningkatan kapasitas pertumbuhan kredit perbankan.Salah satu upaya yang harus dilakukan oleh bank untuk dapat mengikuti program tersebut adalah memperhatikan dan memperbaiki pengelolaan aspek permodalan.

1

2

Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank. Pengelolaan risiko merupakan suatu keharusan bagi

manajemen bank yang akan muncul setiap saat karena setiap langkah dalam pengambilan keputusan telah mengandung risiko yang senantiasa dihadapkan pada kondisi ketidakpastian dan pada umumnya bersumber dari faktor internal dan eksternal bank. Berdasarkan pokok pemikiran diatas maka perlu pengelolaan aspek permodalan dengan baik. Dalam menghadapi risiko yang ada, manajemen bank perlu melakukan usaha dengan baik karena, modal dapat digunakan untuk mengantisipasi risikorisiko yang dihadapi, demikian hal yang dilakukan oleh Bank Umum Swasta Nasional. BUSN adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional begitu pula pembagian keuntungannya juga dipertunjukkan untuk swasta. BUSN yang masih beroperasi terdapat 25 bank yang melakukan go public. Berdasarkan tabel 1.1 di bawah diketahui bahwa pada empat tahun terakhir rata - rata CAR Bank Umum Swasta Nasional Go Public menurun. Pada tahun 2006 sebesar 20,78%, pada tahun 2007 sebesar 19,01%, kemudian menurun lagi di tahun 2008 sebesar 16,37%, di tahun 2009 mengalami sedikit peningkatan sebesar 17,98% dan ditahun 2010 per September sebesar 15,18%. Sehingga secara keseluruhan CAR Bank Umum Swasta Nasional Go Public mengalami penurunan sebesar -5,6%. Berikut tabel 1.1 di bawah ini menunujukkan posisi CAR pada BUSN Go Public pada tahun 2006 tahun 2010.

3

PERKEMBANGAN CAPITAL ADEQUACY RATIO ( CAR ) BANK UMUM SWASTA NASIONAL GO PUBLIC Tahun 2006 2010 Tabel 1.1Capital Adequacy Ratio (%)2006 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Bank Agroniaga, Tbk Bank Artha Graha Internasional, Tbk Bank BTPN, Tbk Bank Bukopin, Tbk Bank Bumi Arta, Tbk Bank Capital Indonesia, Tbk Bank Central Asia,Tbk Bank CIMB NIAGA, Tbk Bank Danamon, Tbk Bank Ekonomi Raharja, Tbk Bank Himpunan Saudara, Tbk Bank ICB Bumiputera, Tbk Bank Internasional Indonesia, Tbk Bank Kesawan, Tbk Bank Mayapada, Tbk Bank Mega, Tbk Bank Mutiara, Tbk Bank Nusantara Parahyangan, Tbk Bank OCBC NISP, Tbk Bank PAN Indonesia, Tbk Bank Permata, Tbk Bank Pundi Indonesia, Tbk Bank Swadesi, Tbk Bank Victoria Internasional, Tbk Bank Windu Kentjana Internasional, Tbk 15.0 3 10.8 8 29.3 6 15.7 9 41.0 2 54.0 6 22.0 9 16.6 5 20.3 9 14 21.4 1 12.9 1 23.3 9.37 13.7 8 15.7 3 11.4 5 16.2 3 17.0 7 29.4 7 13.5 9.37 26.5 5 20.2 7 28.9 1 20.3 4 2007 16.5 9 12.1 8 24 12.8 4 34.3 49.7 1 19.2 2 15.4 3 19.2 7 13.1 3 14.9 9 11.8 6 20.2 1 10.3 3 28.7 11.8 4 15.6 6 17 16.1 5 21.5 8 13.3 11.9 1 20.6 6 15.4 3 44.7 5 19.6 4 Trend 1.56 1.3 -5.36 -2.95 -6.72 -4.35 -2.87 -1.22 -1.12 -0.87 -6.42 -1.05 -3.09 0.96 14.92 -3.89 4.21 0.77 -0.92 -7.89 -0.2 2.54 -5.89 -4.84 15.84 -0.7 2008 12.5 8 14.9 23.6 7 11.2 31.1 5 25.6 2 15.7 8 15.5 2 13.3 7 14.0 3 12.7 5 11.7 8 19.4 4 10.3 4 22.8 1 16.0 9 -22.3 14.0 4 17.0 1 20.3 1 10.8 9.34 33.2 7 22.7 7 18.0 2 15.7 7 Trend -4.01 2.72 -0.33 -1.64 -3.15 -24.1 -3.44 0.16 -5.9 0.9 -2.24 -0.08 -0.77 0.01 -5.89 4.25 -38 -2.96 0.86 -1.27 -2.5 -2.57 12.61 7.34 -26.7 -3.87 2009 19.6 3 13.7 7 18.5 14.3 6 28.4 2 44.6 2 15.3 3 13.5 7 17.5 5 21.7 5 13.9 6 11.1 9 14.7 1 12.4 7 17.0 5 18.0 1 10.0 2 12.5 6 18 21.7 9 12.2 8.02 32.9 16.8 6 16.8 8 17.7 7 Trend 7.05 -1.13 -5.17 3.16 -2.73 19 -0.45 -2 4.18 7.72 1.21 -0.59 -4.73 2.13 -5.76 1.92 32.31 -1.48 0.99 1.48 1.4 -1.32 -0.37 -5.91 -1.14 2 *201 0 19.05 13.29 15.22 12.17 24.94 30.15 14.12 12.55 13.63 19.69 15.01 12.56 13.22 10.56 18.86 15.97 11.49 11.44 17.03 18.64 12.97 0.55 26.49 14.94 20.16 15.79 Trend -0.58 -0.48 -3.28 -2.19 -3.48 -14.5 -1.21 -1.04 -3.92 -2.06 1.05 1.37 -1.49 -1.91 1.81 -2.04 1.47 -1.12 -0.97 -3.15 0.77 -7.47 -6.41 -1.92 3.28 -1.98 1.01 0.60 -3.54 -0.91 -4.02 -5.99 -1.99 -1.03 -1.69 1.42 -1.60 -0.09 -2.52 0.30 1.27 0.06 0.00 -1.20 -0.01 -2.71 -0.13 -2.21 -0.02 -1.33 -2.18 -1.14 Ratarata Trend

No

Nama Bank

Rata-rata Trend

4

Sumber : Laporan Publikasi Keuangan *) Per September

Dalam menjalankan usahanya aspek permodalan sangat penting di dalam pengelolaan usaha bank, karena modal yang dimiliki oleh bank adalah sarana untuk mengcover risikorisiko yang akan dihadapi oleh bank. Kemampuan permodalan bank dapat diukur dengan rasio keuangan yang salah satunya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Besar kecilnya CAR yang dimiliki oleh bank akan dipengaruhi oleh risiko risiko usaha yang meliputi risiko likuiditas, risiko kredit, risiko operasional, risiko efisiensi, risiko sensitivitas terhadap pasar,dan risiko nilai tukar. (Imam Ghozali 2007 : 12). Risiko Likuiditas Bank menurut ( Dahlan Siamat 2005 : 280) adalah risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu. Masalah yang mungkin dihadapi adalah bank yang tidak dapat mengetahui secara tepat kapan dan berapa jumlah dana yang akan dibutuhkan atau ditarik oleh nasabah debitur maupun para penabung. Untuk mengukur risiko likuiditas bank dapat diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Jika LDR meningkat maka kenaikan total kredit yang lebih besar daripada kenaikan DPK. Hal ini mengakibatkan bank memiliki sumber likuiditas yang tinggi. Tingginya kemampuan likuiditas bank menunjukkan risiko likuiditas yang rendah. Semakin tinggi LDR menyebabkan kenaikan pada pendapatan bunga kredit lebih besar daripada kenaikan biaya bunga sehingga pendapatan naik, laba naik CAR pun naik. Jadi hubungan risiko likuiditas dengan CAR adalah

4

berlawanan arah semakin rendah risiko likuiditas akan membuat CAR menjadi naik. Sedangkan hubungan LDR dengan CAR yaitu Apabila LDR mengalami peningkatan, maka hal ini disebabkan oleh meningkatnya kredit yang disalurkan kepada dana pihak ketiga, sehingga menyebabkan meningkatnya

5

pendapatan bank yang disertai dengan meningkatkan laba bank yang menyebabkan permodalan bank akan meningkat, dan akhirnya CAR juga akan meningkat. Dengan demikian hubungan antara LDR dengan CAR adalah positif. Risiko kredit menurut (Imam Ghozali 2007 : 12) adalah suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur risiko kredit adalah Non Performing Loan ( NPL ). Jika NPL meningkat maka, kenaikan kredit bermasalah lebih besar daripada kenaikan kredit yang diberikan dan menyebabkan semakin tingginya risiko kredit. Semakin tingginya NPL mengakibatkan kenaikan biaya pencadangan aktiva produktif lebih besar daripada kenaikan pendapatan bunga akibatnya laba turun dan CAR pun turun. Jadi hubungan risiko kredit dengan CAR adalah berlawanan arah, semakin tinggi risiko kredit akan mengakibatkan CAR rendah. Sedangkan hubungan NPL dengan CAR adalah Apabila NPL meningkat, maka hal ini disebabkan adanya peningkatan kredit bermasalah lebih besar dibanding peningkatan total kredit yang dimiliki oleh bank, sehingga pendapatan bunga bank akan menurun dan akan menurunkan permodalan bank dan akhirnya menurunkan CAR. Dengan demikian hubungan antara NPL dengan CAR adalah negatif. Risiko operasional menurut (Imam Ghozali 2007) adalah dengan kesepakatan basel II secara spesifik mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko dari kerugian atau ketidakcukupan dari proses internal maupun dari sistem

6

eksternal.

Bahwa dari kesepakatan

basel II,

risiko

operasional harus Modal Minimum

dikalkulasikan dalam menghitung kewajiban Pemenuhan

(KPMM) pada pilar 1. kesepakatan basel II menilai bahwa perbankan perlu untuk menyediakan modal dengan tujuan untuk menutupi kerugian jika peristiwa risiko operasional terjadi. Penyediaan modal merupakan penyangga terakhir dalam sistem manajemen risiko operasional agar bank yang mengalami risiko tetap dapat menjalankan aktivitas sesuai dengan rencana. Risiko operasional dapat diukur dengan menggunakan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Hubungan BOPO dengan risiko operasional adalah searah. Jika BOPO naik risiko operasionalnya akan meningkat karena kenaikan biaya operasionalnya lebih besar daripada kenaikan pendapatan operasionalnya sehingga laba turun dan CAR pun turun. Hubungan BOPO dengan CAR adalah Apabila BOPO mengalami peningkatan, maka hal ini disebabkan adanya peningkatan biaya-biaya operasional yang tidak sebanding dengan pendapatan yang diperoleh bank. Pendapatan yang diperoleh tidak mampu menutupi kenaikan biaya-biaya tersebut dan hal ini menunjukkan kinerja bank tidak efisien. Apabila bank tidak efisien, maka akan menyebabkan penurunan terhadap profitabilitas dan penurunan modal bank. Maka hubungan antara BOPO dengan CAR adalah negatif. Risiko efisiensi adalah Menurut (Martono 2008 : 86), menyatakan bahwa efisiensi digunakan Untuk mengukur kinerja manajemen suatu bank

apakah telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat dan hasil guna. Untuk mengukur risiko efisiensi bank adalah dengan menggunakan fee

7

based income ratio (FBIR). Hubungan FBIR dengan risiko efisiensi adalah negatif, karena jika FBIR meningkat maka pendapatan bank di luar bunga juga naik. Berarti bank memiliki kemampuan menghasilkan pendapatan dari jasa sehingga ririko efisiensinya rendah. Hubungan antara FBIR dengan CAR adalah positif karena jika FBIR meningkat maka disebabkan karena kenaikan pendapatan operasional lain lebih besar daripada kenaikan total pendapatan operasional, akibatnya laba operasional meningkat, total laba yang diterima juga ikut meningkat, modal naik dan CAR pun juga naik. Risiko sensitivitas terhadap pasar menurut (Imam Ghozali 2007 : 13) menyebutkan sensitivitas tehadap pasar adalah Risiko kerugian pada naik-

turunnya posisi neraca yang muncul akibat pergerakan harga pasar. Risiko ini merupakan risiko gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar serta hal-hal lain yang menentukan harga pasar saham, maupun ekuitas dan komoditas. Untuk mengukur risiko sensitivitas terhadap pasar adalah dengan menggunakan Interst Rate risk (IRR). Secara konsep Jika IRR lebih besar dari 100% yang berarti Interest Rate Sensitive Asset (IRSA) lebih besar daripada Interest Rate Sensitive Liabilities (IRSL), maka pada saat suku bunga naik, kenaikan pendapatan bunga lebih besar dibandingkan kenaikan biaya bunga, pendapatan naik, laba naik akibatnya CAR naik. Tetapi sebaliknya, apabila tingkat suku bunga turun maka CAR menurun dan risiko pun naik. Jika IRSA kurang dari 100% maka apabila tingkat suku bunga naik, kenaikan pendapatan bunga lebih kecil daripada kenaikan biaya bunga, pendapatan turun, laba turun

8

akibatnya CAR menurun risiko pun naik. Tetapi sebaliknya, apabila suku bunga turun maka CAR bank meningkat dan risiko pun turun. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan IRR dengan CAR bisa positif dan negatif. Risiko Nilai Tukar adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar pada saat bank memiliki posisi terbuka. Untuk mengukur risiko ini digunakan digunakan rasio posisi devisa netto (PDN). Hubungan risiko nilai tukar dengan PDN adalah positif dan negatif, apabila aktiva valas lebih besar daripada pasiva valas saat nilai tukar naik maka kenaikan pendapatan bunga lebih besar dibandingkan kenaikan biaya bunga, pendapatan naik, laba naik akibatnya CAR naik. Tetapi sebaliknya, apabila tingkat suku bunga turun maka CAR menurun dan risiko pun naik. Jika aktiva valas lebih besar daripada pasiva valas saat nilai tukar naik, kenaikan pendapatan bunga lebih kecil daripada kenaikan biaya bunga, pendapatan turun, laba turun akibatnya CAR menurun dan risiko pun naik. Tetapi sebaliknya, apabila suku bunga turun maka CAR bank meningkat dan risiko pun turun. Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan PDN dengan CAR bisa positif dan negatif. Berdasarkan keterangan data di atas apa yang menyebabkan penurunan CAR pada Bank Umum Swasata Nasional Go Public tersebut terjadi, yang berkaitan dengan risiko bank. Berdasarkan penjelasan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat mengambil judul PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP CAR PADA BANK UMUM SWASATA NASIONAL GO PUBLIC.

9

1.2

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka

permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah LDR, NPL, BOPO, FBIR, IRR dan PDN secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public ? 2. Apakah LDR secara individual memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public ? 3. Apakah NPL secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public ? 4. Apakah BOPO secara individu memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR Bank Umum Swasta Nasional Go public ? 5. Apakah FBIR secara individu memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap CAR Bank Umum Swasta Nasional Go public ? 6. Apakah IRR secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public ? 7. Apakah PDN secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public ? 8. Rasio manakah yang memiliki pengaruh paling besar terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public ? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

10

1. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh dari rasio LDR, NPL, BOPO, FBIR, IRR dan PDN secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public. 2. Mengetahui signifikansi pengaruh positif ratio LDR terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public. 3. Mengetahui signifikansi pengaruh negatif rasio NPL terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public. 4. Mengetahui signifikansi pengaruh negatif rasio BOPO terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public. 5. Mengetahui signifikansi pengaruh positif rasio FBIR terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public. 6. Mengetahui signifikansi pengaruh rasio IRR terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public. 7. Mengetahui signifikansi pengaruh rasio PDN terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go public. 8. Mengetahui rasio yang memiliki pengaruh paling besar terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public 1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Bank Dapat memberikan informasi tentang pengaruh LDR, NPL, BOPO, FBIR, IRR dan PDN terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public dan sebagai tambahan informasi bagi manajemen bank untuk pengambilan keputusan.

11

2. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan serta wawasan yang lebih luas tentang sejauh mana risiko usaha berpengaruh terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public. 3. Bagi STIE Perbanas Surabaya Dapat menambah referensi kepustakaan untuk STIE Perbanas Surabaya khususnya tentang pengaruh risiko usaha bank terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Go Public dan juga sebagai pembanding bagi semua mahasiswa yang akan mengambil judul dan tema yang sama untuk bahan penelitian. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan proposal skripsi ini disusun secara sistematis ini dengan maksud agar dapat diperoleh gambaran yang cukup jelas tentang obyek pengamatan. Uraian sistematika penulisan skripsi ini ada lima bab sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dijelaskan tentang penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka pemikiran serta hipotesis yang akan diuji. BAB III : METODE PENELITIAN

12

Dalam bab ini menguraikan tentang rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, dan

pengumpulan sampel, data dan metode pengumpulan data serta teknis analisis data. BAB IV: Gambaran Subyek Penelitian Dan Analisis Data Dalam bab ini dijelaskan tentang subyek penelitian yang akan dianalisis, selain itu bab ini juga membahas analisis deskriptif untuk menjelaskan tentang variabel yang diteliti. Dan penjelasan tentang hasil pengujian hipotesis serta pembahasan dari pengujian hipotesis tersebut. BAB V: Penutup Dalam bab ini dijelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian serta saran yang diharapkan berguna untuk penelitian berikutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Ada dua penelitian sebelumnya yang dijadikan rujukan, yang pertama adalah Laila Shofa Fitriyah tahun 2009 dengan topik penelitian Pengaruh Risiko Usaha Terhadap CAR Setelah Implementasi Kebijakan Manajemen Risiko Pada Bank Bank Go Public. Rumusan masalah pada penelitian tersebut adalah : apakah variabel yang terdiri dari LDR, LAR, NPL, IRR, PDN, BOPO secara bersama-sama maupun secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan CAR. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive judgement sampling. Pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari neraca laporan keuangan tahunan. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi. Teknik analisa data dalam penelitian tersebut adalah analisa regresi linear berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji t). Dalam penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa : Hasil penelitian menunjukkan bahwa LDR, NPL, IRR, PDN, BOPO secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR padaBUSN Go Public. Secara parsial Variabel LDR,LAR, NPL, IRR dan PDN mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap CAR pada BUSN Go Public. .Sedangkan variabel BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap CAR pada BUSN Go Public. Diantara keenam variabel bebas yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap CAR adalah BOPO.

13

14

Rujukan yang kedua adalah Fitria Wahyuni tahun 2009 dengan topik Pengaruh Risiko Usaha Terhadap CAR pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. Rumusan masalah pada penelitian tersebut adalah variabel yang terdiri dari LDR, NPL, IRR, BOPO, AUR, PDN secara bersama-sama maupun secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan CAR. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian tersebut menggunkan purposive judgement sampling. Pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari neraca laporan keuangan tahunan. Metode yang digunakan adalah metode dokumentasi. Teknik analisa data dalam penelitian tersebut adalah analisa regresi linear berganda yang terdiri dari uji serempak (uji F) dan uji parsial (uji t). Dalam penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa: Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel LDR, NPL, BOPO, IRR, AUR, PDN secara bersama - sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada BUSN Devisa.Variabel LDR, NPL, BOPO, PDN secara parsial mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap CAR pada BUSN Devisa.Variabel IRR dan AUR secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CAR pada BUSN Devisa. Diantara keenam variabel diatas yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap CAR adalah IRR. Dari kedua rujukan dapat dilihat pada tabel 2.1 yang menunjukkan persamaan dan perbedaan dari penelitian sekarang, yaitu sebagai berikut :

15

Tabel 2.1 PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENELITIANPenelitian Aspek Laila Shofa Fitriyah Variabel Tergantung CAR Variabel LDR, LAR, NPL, Bebas IRR, PDN, BOPO Populasi Penelitian Fitria Wahyuni CAR LDR, NPL, IRR, BOPO, AUR, PDN Bank Umum Swasta Nasional Devisa 2005 2007 Purposive sampling Dokumentasi Analisis regresi linier berganda 1.Uji F : H0 ditolak 2. Uji t : - H0 diterima untuk variabel LDR, NPL, BOPO, PDN - H0 ditolak untuk variabel IRR dan AUR 3.Variabel yang dominan adalah IRR Penelitian Sekarang CAR LDR, NPL, BOPO, FBIR, IRR, PDN Bank Umum Swasta Nasional Go Public 2006-2010 Purposive Sampling Dokumentasi Analisis regresi linier berganda -

Bank Umum Swasta Nasional Go Public Periode 2005-2007 Teknik Sampling Purposive Sampling Metode Dokumentasi Teknik Analisis Data Analisis regresi linier berganda Kesimpulan 1. Uji F : H0 ditolak 2. Uji t : - H0 diterima untuk variabel LDR,LAR, NPL, IRR dan PDN - H0 ditolak untuk BOPO 3. Variabel yang dominan adalah BOPO Sumber : Laila Shofa Fitriyah (2009), Fitria Wahyuni (2009)

Persamaan : Variabel tergantung : CAR Teknik sampling Metode Analisis Perbedaan : : Purposive Sampling : Regresi Linier Berganda

16

Variabel Bebas

: Pada penelitian I menggunakan LAR sedangkan pada penelitian ke II menggunakan AUR, Dan penelitian sekarang menggunakan FBIR

Periode

: Pada penelitian I dan II menggunakan periode tahun 2005 2007 sedangkan penelitian sekarang

menggunakan periode tahun 2006 2010 per September. Subjek Penelitian : Pada penelitian ke II menggunakan Bank Umum Swasta Nasional Devisa , sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan Bank Umum Swasta Nasional Go Public. 2.2 Landasan Teori

2.2.1 Permodalan Bank Dalam kegiatan Perbankan permodalan bank sangat penting karena merupakan salah satu pendukung kegiatan peningkatan kemampuan bank dalam mengelola usahanya. Menurut Veitzal Rivai, dkk. ( 2007 : 709 ) mendefinisikan permodalan adalah sebagai berikut : Permodalan digunakan untuk memastikan kecukupan modal dan cadangan untuk memikul risiko yang mungkin timbul. Modal merupakan benteng pertahanan bagi bank. Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat maka permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang dikenal sebagai standart BIS (Bank for International Settlement). Sesuai dengan BIS maka kewajiban modal minimum bank adalah berdasarkan pada risiko. Dengan

17

demikian, permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mencover eksposur saat ini dan mengantisipasi eksposur risiko di masa datang. Kecukupan modal sebagai sumber terpenting dari sebuah bank dalam memastikan tingkat solvency. Bank bank diharapkan untuk memiliki modal yang cukup dalam upaya untuk melindungi dari risiko yang mungkin timbul dalam menjalankan kegiatan usahannya. Apabila sebuah bank telah memiliki modal yang mencukupi, maka bank tersebut memiliki sumber daya finansial yang cukup untuk berjaga jaga terhadap potensi kerugian (Ferry&Sugiarto : 2006:17). Sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, pendekatan sebagai dasar dalam penilaian permodalan adalah kewajiban penyediaan modal minimum. Menurut SEBI Nomor 10/15/PBI/2008, Mengenai kewajiban penyedian modal minimum bank umum, bank diwajibkan menyediakan modal sebesar 8% dari aktiva tertimabang Menurut Risiko ( ATMR ). (Kasmir, 2010 : 271) berpendapat, modal terdiri dari dua macam, yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri yang tertera dalam posisi ekuitas, sedangkan modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi aktiva serta cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Rincian masing masing komponnen dari modal bank bank di atas adalah sebagai berikut : 1. Modal Inti Modal ini terdiri dari modal disetor dan cadangan tambahan modal. Modal inti tersebut diperhitungkan dengan faktor pengurang berupa pos goodwill. Modal

18

inti terdiri dari : a. Modal disetor, merupakan modal yang telah disetor oleh pemilik bank, sesuai dengan peraturan yang berlaku. b. Agio, selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya. c. Cadangan Umum, cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau lebih laba bersih setelah dikurangi pajak d. Cadangan Tujuan, bagian laba bersih setelah dikurangi pajak yang diselisihkan untuk tujuan tertentu e. Laba Ditahan, saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan. f. Laba Tahun Lalu, laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi pajak. g. Laba Tahun Berjalan, laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. h. Rugi Tahun Lalu, merupakan rugi yang telah diderita pada tahun lalu. i. Rugi Tahun Berjalan, merupakan rugi yang telah diderita dalam tahun buku yang sedang berjalan. 2. Modal Pelengkap Modal pelengkap ini terdiri dari cadangan-cadangan yang tidak dibentuk dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal. Secara terperinci modal pelengkap dapat berupa sebagai berikut :

19

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang dimiliki bank. b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba atau rugi tahun berjalan. Hal ini dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat tidak diterimannya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. c. Modal Pinjaman, modal yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal (maksimum 50% dari jumlah modal inti). d. Pinjaman Subordinasi, pinjaman yang harus memenuhi berbagai syarat seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman, mendapat persetujuan dari BI. Menurut Lukman Dendawijaya (2009:120) permodalan digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Tingkat risiko permodalan yang dihadapi oleh bank dapat diukur dengan menggunakan rasio sebagai berikut : a. Primary Ratio (PR) PR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur samapi sejauh mana penurunan total asset yang masih ditutup oleh modal yang tersedia. PR dapat dirumuskan sebagai berikut : PR=Md l oa T ta o l S n iri ed A tiv k a

x 10 % 0 .........

..........

..........

..........

..........

..........

..........

....( 1)

20

Keterangan : Modal sendiri terdiri dari modal inti dan modal pelengkap Total aktiva terdiri dari sumber-sumber ekonomi yang diharapkan dapat

memberikan keuntungan atau manfaat dikemudian hari b. Aktiva Tetap Terhadap Modal (FACR) FACR merupakan perbandingan antara aktiva tetap dan investasi terhadap jumlah modal yang dimiliki bank. FACR dapat dirumuskan sebagai berikut :A ktiva T etap dan Investasi M odal x 100 % ......... .......... .......... .......... .......... .......... ....( 2)

Keterangan : Aktiva tetap terdiri dari asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi seperti properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi Investasi terdiri dari pembelian dari modal barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang Modal terdiri dari modal sendiri dan modal pelengkap. a. Capital Adequacy Ratio (CAR).CR A = Md l oa T tal o S n iri ed AM T R x 10 % 0 ......... .......... .......... .......... .......... .......... .....( 3)

Keterangan : Modal sendiri terdiri dari modal inti dan modal pelengkap ATMR terdiri dari ATMR untuk risiko kredit, ATMR untuk risiko operasional, dan ATMR untuk risiko pasar Dalam SEBI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, ketentuan tentang penilaian peringkat kesehatan CAR adalah sebagai berikut :

21

TABEL 2.2 PENETAPAN KRITERIA PENILAIAN PERINGKAT CAR Peringkat 1 Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan. Peringkat Peringkat 3 4 Rasio Rasio KPMM KPMM lebih tinggi dibawah secara ketentuan marginal yang dibanding berlaku. dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan (8% < KPMM < 9%) Sumber : SEBI No. 6/23/DPNP tanggal 31Mei 2004 Peringkat 2 Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan. Peringkat 5 Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku dan Bank cenderungmenjadi tidak solvable.

Rasio yang digunakan untuk mengukur aspek permodalan dalam penelitian ini adalah dengan CAR. 2.2.2 Risiko Usaha Risiko usaha bank merupakan tingkat ketidakpastian mengenai pendapatan yang akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh suatu bank, semakin besar

kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diiginkan. Kegiatan usaha bank sangat dipengaruhi beberapa faktor yang pada akhirnya mempengaruhi usaha bank yaitu bersumber dari faktor eksternal yang dipengaruhi diluar kendali bank dan faktor internal yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank.

22

1. Risiko Likuiditas Risiko Likuiditas merupakan risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu. Masalah yang mungkin dihadapi adalah bank yang tidak dapat mengetahui secara tepat kapan dan berapa jumlah dana yang akan dibutuhkan atau ditarik oleh nasabah debitur maupun para penabung (Dahlan Siamat : 2005,280). Rasio-rasio yang digunakan untuk mengukur risiko likuiditas suatu bank adalah : a. Loan to Asset Ratio (LAR) Menurut Lukman Dendawijaya (2009 : 117) LAR adalah Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset. Rumus LAR sebagai berikut :L R A = K d re it T ta o l A t sse x 10 % 0 ......... .......... .......... .......... .......... .......... .......... ....( 4)

Keterangan : Kredit terdiri dari kredit yang diberikan pada pihak ketiga Total Asset terdiri dari seluruh kelompok asset yang terdapat di neraca b. Investing Policy Ratio (IPR) Menurut Kasmir (2010 : 287), Merupakan kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposannya dengan cara melikuidasi surat surat berharga yang dimilikinya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut : IPRS ra u t u t B rh a a S ra e rg x 10 % 0 ......... T ta o l DK P

=.......... .......... .......... .......... .......... (5)

23

Keterangan: Surat berharga meliputi surat berharga yang dimiliki, surat berharga yang

dibeli dan akan dijual kembali, obligasi pemerintah, tagihan atas surat berharga yang di jual akan dibeli kembali. Dana Pihak Ketiga meliputi giro, tabungan, deposito, dan sertifikat deposito

(tidak termasuk antar bank). c. Loan To Deposit Ratio (LDR) Menurut Kasmir (2010 : 290), Merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dbandingkan dengan jumlah dana masyarakat. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut :L R D = T tal K it o red T tal D K o P x 10 % 0 ......... .......... .......... .......... .......... .......... ( 6)

Keterangan : Kredit merupakan total kredit yang diberikan pada pihak ketiga (tidak termasuk kredit pada bank lain) Dana pihak ketiga terdiri dari giro, tabungan, deposito (tidak termasuk antar

bank) Rasio yang digunakan untuk mengukur aspek likuiditas dalam penelitian ini adalah dengan LDR Tabel 2.3 KRITERIA PENETAPAN PERINGKAT LDRPeringkat 1 2 3 4 85 t tabelhitung

49