risalah diskusi

6
87 Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia RISALAH DISKUSI Moderator : Ina Binari Pranoto Pencatat Risalah : Yus Rusila Noor dan Lani Puspita SESI I Nara Sumber 1. Drs. Sudariyono (Deputi Bidang Pelestarian Lingkungan – KLH) 2. Prof. Dr. Daniel Mudiyarso (Fakultas Kehutanan – IPB, CIFOR) 3. Dr. Rizaldi Boer (Laboratorium Klimatologi – IPB) Pertanyaan 1. Andri Indrawan (Fakultas Kehutanan – Institus Pertanian Bogor/IPB) o Isu lingkungan hidup harus disosialisasikan kepada masyarakat. Diperlukan pedoman mengenai keikutsertaan masyarakat dalam bisnis carbon trade, contoh : Riau o Jenis tanaman merupakan jenis pionir berumur pendek. Bagaimana dengan jenis eksotik dan endemik setempat? Apakah Protokol Kyoto akan menyingkirkan jenis-jenis asli di suatu wilayah? Perlu dikoordinasikan dengan instansi lain o Apakah dengan ratifikasi Protokol Kyoto ini masuknya invasive alien species menjadi bebas (invasive alien species yang dianggap memiliki kemampuan tinggi dalam penyerapan karbon)? Hal ini perlu diperhatikan, untuk itu perlu ditentukan jenis spesies apa saja yang sebaiknya disertakan dalam kegiatan mendukung Protokol Kyoto ini.

Upload: salma-rifasari-wakana

Post on 08-Aug-2015

53 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

RISALAH DISKUSIModerator Pencatat Risalah SESI I Nara Sumber 1. Drs. Sudariyono (Deputi Bidang Pelestarian Lingkungan KLH) 2. Prof. Dr. Daniel Mudiyarso (Fakultas Kehutanan IPB, CIFOR) 3. Dr. Rizaldi Boer (Laboratorium Klimatologi IPB) Pertanyaan 1. Andri Indrawan (Fakultas Kehutanan Institus Pertanian Bogor/IPB) o Isu lingkungan hidup harus disosialisasikan kepada masyarakat. Diperlukan pedoman mengenai keikutsertaan masyarakat dalam bisnis carbon trade, contoh : Riau o Jenis tanaman merupakan jenis pionir berumur pendek. Bagaimana dengan jenis eksotik dan endemik setempat? Apakah Protokol Kyoto akan menyingkirkan jenis-jenis asli di suatu wilayah? Perlu dikoordinasikan dengan instansi lain o Apakah dengan ratifikasi Protokol Kyoto ini masuknya invasive alien species menjadi bebas (invasive alien species yang dianggap memiliki kemampuan tinggi dalam penyerapan karbon)? Hal ini perlu diperhatikan, untuk itu perlu ditentukan jenis spesies apa saja yang sebaiknya disertakan dalam kegiatan mendukung Protokol Kyoto ini. : Ina Binari Pranoto : Yus Rusila Noor dan Lani Puspita

87

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

2. Tridoyo Kusumastanto (Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan/PKSPL - IPB) o o o Terdapat peluang yang terkait dengan sustainable development. Bagaimana national policy terkait dengan ratifikasi Protokol Kyoto? agar lembaga-lembaga yang memiliki peluang dapat mengikuti CDM. Laut juga memiliki peran dan potensi besar dalam penyerapan karbon, apakah mekanisme dalam Protokol Kyoto juga mencakup masalah tersebut? Kebetulan PKSPL-IPB sekarang ini juga sudah memulai proyek pemanfaatan laut sebagai penyerap karbon.

3. Ibrahim (Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia/METI) o o o o Diperlukan kerjasama dan koordinasi lanjutan terkait dengan Ratifikasi Protokol Kyoto Ratifikasi harus berlaku 30 hari sejah disahkan oleh DPR Kesulitan dalam dana konsultasi yang mahal, sehingga dikhawatirkan bahwa CDM hanya bisa dilakukan oleh perusahaanperusahaan besar saja Apakah DNA akan dimasukan dalam Peraturan Pemerintah? Bagaimana dengan sosialisasinya? Apakah terbuka kemungkinan konsultan di Indonesia dalam DNA sehingga lebih banyak dana yang dipergunakan di dalam negeri Tawaran dari luar sebagian besar harganya murah, sementara biayanya besar dan transfer teknologinya berjalan lambat Kegiatan diskusi/sosialisasi Protokol Kyoto dan CDM semacam ini sangat baik dan sebaiknya bisa terus dilakukan, untuk itu METI bersedia untuk membantu Berharap bahwa CDM bisa betul-bisa membawa perubahan di Indonesia (dalam kaitannya dengan pengendalian perubahan iklim), bukan hanya dalam sektor energi dan kehutanan tapi juga transportasi, dll. UU Energi (dimana METI ikut berperan dalam penyusunannya) sudah mendukung CDM, jadi UU tidak tumpang tindih dengan mekanisme CDM.

o o o

o

88

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

o

o o

o o

Beberapa anggota METI sekarang ini sudah mencoba untuk melaksanakan CDM, namun ada kendala dalam pelaksanaannya karena biaya untuk menyewa konsultannya tinggi; sehingga dikhawatirkan CDM ini hanya bisa diikuti oleh perusahaanperusahaan besar saja. Konsultan lokal dalam penelitian CDM sangatlah penting, karena kalau kita terus menggunakan konsultan asing kita hanya akan menguntungkan pihak asing saja Bagaimana langkah lanjut dari Designated National Autority (DNA), apakah DNA akan ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah? Apakah METI juga bisa diikutsertakan dalam DNA? Pembayaran CDM dilakukan terakhir dan pengajuan kredit bank untuk melaksanakan proyek CDM juga masih sangat sulit, padahal untuk memulai proyek CDM dibutuhkan biaya yang sangat tinggi. Hal ini menjadi penghambat pelaksanaan CDM, untuk itu apa yang sebaiknya harus dilakukan? Tawaran pemberian karbon sekarang ini terlalu murah, untuk itu kita harus memiliki posisi tawar yang tinggi Prosedur pelaksanaan CDM terlalu ketat sehingga sulit untuk menerapkannya, bagaimana hal ini bisa diatasi?

Tanggapan pemakalah 1. Sudariyono (Kementerian Lingkungan Hidup/KLH) o o o o Sosialisasi RUU sangat penting Ratifikasi menjadi poin kritis untuk pelaksanaan protokol di Indonesia Setelah ratifikasi, maka perlu dikaji poin kritis lainnya dalam pertemuan ini, selain isu DNA DNA harus ada tetapi bukan segala-galanya, sehingga kalau ada buyer yang mau bertransaksi tidak harus selalu melalui DNA. Diharapkan setiap sektor mempersiapkan baseline data dan transaksinya. Proses approval dan transaksi akhir harus melalui DNA. Hal ini perlu dibicarakan lebih lanjut, sehingga DNA tidak mengganggu proses jual beli. Perlu peningkatan kemampuan lawyer dan konsultan domestik. Sosialisasi Protokol Kyoto merupakan salah satu agenda utama

o

89

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

o o

dalam pembicaraan dengan Komisi I DPR. Dalam RUU Protokol Kyoto masalah sosialisasi ini sudah sangat diperhatikan. Untuk mengurangi biaya pelaksanaan CDM kita memang perlu menguatkan kapasitas konsultan lokal, dan tiap biro konsultasi sebaiknya memiliki lawyer yang mampu melakukan negosiasi. Kita juga harus aktif mencari buyer carbon, tidak hanya menunggu saja.

2. Daniel Mudiyarso (Fakultas Kehutanan IPB, CIFOR) o DNA harus efisien, efektif, proaktif serta transparan o Invasive alien species. Dalam DNA terdapat saringan yang bisa mengkaji suatu proyek. Dalam CoP 9 diputuskan bahwa GMO tidak bisa digunakan dalam proyek sink atau kehutanan, dan invasive alien species parlu dilakukan penapisan o Perlu dibicarakan isu mengenai avoiding deforestation o Perlu dipertimbangkan mengenai faktor diplomasi (termasuk ahli hukum) dalam diskusi mengenai Protokol Kyoto o Isu laut menarik untuk dibicarakan dan memerlukan perhatian dalam kaitannya dengan adaptasi o Dana konsultasi memang besar sekali (hampir 50% dari seluruh biaya), apalagi jika dihitung dengan biaya pemantauan 3. Rizaldi Boer (Laboratorium Klimatologi IPB) o Invasive Alien Species. Perlu koordinasi anatara DNA dengan Balai-balai terkait o Perlu meningkatkan kemampuan konsultan domestik dalam pekerjaan validasi proyek o DNA perlu proaktif untuk memandu produksi CER yang bernilai tinggi o Ketersediaan tenaga ahli hukum untuk transaksi o Masalah pemanfaatan laut untuk carbon sink memang belum banyak dibicarakan dalam forum UNFCCC untuk itu wacana tersebut harus mulai dibentuk agar laut nantinya bisa masuk ke dalam Protokol Kyoto.

90

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

SESI II Nara Sumber: 1. Olivia Tanudjaya (Yayasan Pelangi) 2. Ir. Djuwarno, MM (Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia) Pertanyaan 1. Agustia (Mahasiswi, University of Hamburg) Potensi Pembeli. Bagaimana proses yang harus ditempuh? Apakah harganya sudah ditentukan pembeli atau dinegosiasikan nanti? o Apakah ada sumber dana lain selain CDM untuk energi terbarukan? Bagaimana dengan subsidi pemerintah? o Apa saja cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi masalah finansial dalam pengembangan energi terbarukan? Apakah hanya melewati CDM aja? Mungkin sebaiknya pemerintah memberikan subsidi untuk pengembangan CDM Energi (khususnya energi terbarukan) o Kus (Diklat Kehutanan) Terdapat peluang penelitian bidang MIPA, terutama terkait dengan GMO dan hasil fotosintesa tanaman

2. o 3.

Adi Susmianto (Departemen Kehutanan) o Apakah CDM bisa digunakan untuk Debt to Nature Swapt (DNS)? Karena sekarang ini Departemen Kehutanan juga sedang merintis proyek-proyek DNS.

4. Joko Prihatno (Ditjen PHKA Departemen Kehutanan) o Diperlukan struktur koordinasi dan kerjasama di tingkat nasional, termasuk focal point di daerah yang tidak terkait dengan DNA tetapi berfungsi sebagai fasilitator

91

Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia

5. Munoz (Riau Andalan Pulp & Paper) o HTI kelihatannya tidak bisa masuk CDM karena sebagian besar diusahakan setelah 1990 o What do you (DM) expect from HTI in relation to Kyoto Protocol? Tanggapan Pemakalah 1. Djuwarno (METI) o Sampai saat ini belum ada insentif pemerintah untuk memajukan energi terbarukan. Yang ada sekarang ini baru Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), namun itupun masih kurang efektif. Peningkatan kepedulian Pemerintah dalam urusan energi terbarukan ini sampai sekarang masih terus diupayakan (masih dalam proses). 2. Olivia (Yayasan Pelangi) o Untuk mendekati pembeli maka tahap pertama yang harus dilakukan adalah membuat PIN yang berisi informasi singkat dari proyek, dan belum masuk ke PDD o Dalam proses jual beli karbon, pembeli biasanya sudah menanyakan terlebih dahulu harga jual karbon kepada pihak penjual, bila harganya cocok baru dibuat kesepakatan. Penentuan harga ini juga bisa dinegosiasikan. 3. Daniel Mudiyarso (Fakultas Kehutanan IPB, CIFOR) o Nature DNS dengan CDM agak berbeda. DNS lebih mirip dengan Unilateral CDM yang didesain dan dibiayai sendiri o Dana Reboisasi (DNRHL) volumenya sebenarnya lebih besar dibandingkan dengan CDM o HTI kemungkinan tidak preferable. Market raw material kertas kemungkinan akan lebih menarik dibandingkan dengan karbon, kecuali jika harga karbon lebih menarik dibandingkan dengan raw material

92