ringkasan jamur mikrobiologi

18
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN Seminar : Koasistensi UNIVERSITAS SYIAH KUALA Tanggal : ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR PENYEMINAR : Kelompok I ANGGOTA : 1. Syinta Ramadhani, S.KH (1402101020014) 2. Ari Widodo, S.KH (1402101020016) 3. Reni Ayunanda, S.KH (1402101020019) 4. Andi Rosman A.A, S.KH (1402101020067) KASUS II RIWAYAT KASUS Sampel : Bulu DOC Tanggal Pengambilan : 9 September 2014 I. ANAMNESA Nama Pemilik : Fakri Jenis hewan : Ayam (broiler) Umur : 3 hari Jenis kelamin : Betina Alamat Pasien : Blangbintang Jenis sampel : Bulu Status present : Sakit 22

Upload: anniethaintancarolyne

Post on 26-Sep-2015

231 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN Seminar : KoasistensiUNIVERSITAS SYIAH KUALA Tanggal :ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMURPENYEMINAR : Kelompok IANGGOTA : 1. Syinta Ramadhani, S.KH (1402101020014) 2. Ari Widodo, S.KH (1402101020016) 3. Reni Ayunanda, S.KH (1402101020019) 4. Andi Rosman A.A, S.KH (1402101020067)

KASUS IIRIWAYAT KASUSSampel : Bulu DOC Tanggal Pengambilan : 9 September 2014I. ANAMNESANama Pemilik: FakriJenis hewan: Ayam (broiler)Umur: 3 hariJenis kelamin: BetinaAlamat Pasien: BlangbintangJenis sampel : BuluStatus present: SakitGejala Klinis : Bulu kusam, dan lesu

II. HASIL DIAGNOSA LABORATORIUMHasil uji yang telah dilakukan pada sampel pada bulu DOC ayam broiler adalah sebagai berikut:a. Biakan JamurMorfologi jamur yang dibiakkan pada SDA (Sabourauds Dextrose Agar ) selama 3-5 hari pada suhu kamar 27 C adalah sebagai berikut:Tabel 1 . Morfologi jamur pada media SDABentukTidak teratur

PinggiranRata

PermukaanCembung

WarnaKrem mengkilat

KonsistensiPadat

Gambar1. Pertumbuhan jamur pada media SDAPembahasan

SDA adalah media sintetik yang diciptakan oleh Raymond Saboroud. SDA mengandung dextrosa, pepton, dan bahan agar (dengan kadar gula relatif tinggi dan PH rendah). Media terbukti sangat baik untuk membiakan jamur secara umum. (Anonimous.2004).

b. Pewarnaan GramDalam memastikan jenis jamur, dilakukan pewarnaan Gram dan setelah diamati di bawah mikroskop, terlihat morfologi jamur seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Candida albicans pada pewarnaan gramPembahasanBerdasarkan pengamatan morfologi jamur dibawah mikroskop, terlihat jamur berbentuk oval, bulat, dan silindris, mempunyai pseudohifa dan blastospora. Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat didiagnosa bahwa jamur yang diperiksa adalah candida sp. Jamur yang diamati belum tumbuh sempurna, sehingga kunci identifikasi yang digunakan adalah bentuk khas blastospora yang diamati

c. Media Gula-gula (Glukosa, Laktosa, dan Sukrosa)Uji gula-gula dilakukan bertujuan untuk melihat kemampuan jamur dalam memfermentasikan glukosa, laktosa, dan sukrosa. Hasil proses fermentasi berupa asam yang menurunkan pH media dan berubah dari ungu menjadi kuning, dapat dilihat pada gambar 3 dan 4.

\Gambar 3. Uji gula-gulaGambar 4. Hasil uji gula-gulaPembahasanUji fermentasi karbohidrat beertujuan untuk mengetahui kemampuan isolat dalam menghidrolisis karbohidrat dengan menggunakan 3 jenis gula yaitu glukosa, laktosa, dan sukrosa. (Lay, B. W. 1994). Prinsip uji ini yaitu dapat menfermentasikan karbohidrat sehingga didapat produk asam dan H2O. Asam yang terbentuk akan menurukan PH pada media dan mengubahnya ( indikator) menjadi warna kunig dan gas terbentuk akan terperangkap dalam tabung Durham. Hasil positif pemeriksaan fermentasi karbohidrat diperlihatkan pada tabel berikut :Tabel 2. Hasil Uji Gula-GulaUji Gula-GulaHasil

GlukosaPositif, gas positif

SukrosaPositif, gas positif

LaktosaPositif, gas positif

d. Uji Germ Tube Uji Germ Tube digunakan untuk membedakan Candida albicans dengan Candida lainya. Sel khamir ditambahkan dengan serum lalu di inkubasikan selama 1 jam pada suhu 35-37 C. Jika terbentuk Germ Tube maka dapat disimpulkan bahwa isolat adalah Candida albican. Germ tube itu sendiri merupakan filamen dan blastoconidia. (FKUnair.ac.id-mycologi1pdf. 2010). Gambar Germ tube disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Gambar Germ tubeIII. DIAGNOSABerdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan dapat didiagnosa bahwa jamur tersebut termasuk yeast atau khamir golongan Candida albicans.

IV. DIFFERENSIAL DIAGNOSADifferensial diagnosa terhadap kandidiasis adalah genus Candida lain nya.

V. KESIMPULAN KASUSSesuai dengan hasil pembahsan dapat disimpulkan bahwa jamur yang tumbuh pada DOC Candida albicans.

VI. PEMBAHASAN KASUSa. Candida Candidiasis adalah infeksi cutaneus yang bersifat opportunistic yang dihasilkan dari pertumbuhan candida yang over. Penyakit ini biasanya disertai dengan trauma kronis, penyakit immunosupressiv, dsb. Jamur atau fungi merupakan tumbuhan yang tidak memiliki klorofil,sehingga tidak mampu melakukan fotosintesis. Oleh karena itu, jamur hanya bisa hidup sebagai parasit pada organisme hidup lain atau sebagai saprofit pada bendaorganis mati. Untuk proses perbanyakannya, jamur membentuk sel-sel yang disebut spora, yang resisten terhadap lingkungan yang kurang menguntungkanbagi kehidupannya. Bila keadaan membaik, terutama suhu dan kelembaban, spora dapat tumbuh lagi dan membentuk mycelium (Tjay dan Rahardja, 2002). Di alam ini terdapat kelompok fungi yang dapat dilihat dengan mata dalam bentuk koloni akan tetapi dalam bentuk individu hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop. Fungi terbagi dua yaitu makrofungi atau makromycetes (mushroom : jamur berdaging) dan mikrofungi atau mikromycetes (mold: kapang dan yeast: khamir). Morfologi fungi berbeda-beda antara kapang (mold) dan khamir (yeast). Kapang terdiri dari banyak sel membentuk benang-benang atau filamen sedangkan khamir pada umumnya organisme bersel satu. Salah satu contoh khamir atau yeast adalah Candida spp (Pramono, 1988).Candida spp secara normal ada pada saluran pencernaan, saluran pernafasan bagian atas dan mukosa genital pada mamalia (Brown et al.,2005) Tetapi populasi yang meningkat dapat menimbulkan masalah. Beberapa spesies Candida yang dikenal banyak menimbulkanpenyakit baik pada manusia maupun hewan adalah Candida albicans.Candida albicans pertama kali ditemukan oleh Robin pada tahun 1853 yang disebut Oidium albicans, sedangkan nama Candida albicans baru diperkenalkan pada tahun 1923 oleh Berkhout. Pada tahun 1982, Preuseer menemukan bahwa C. albicans merupakan jamur dimorfik yaitu jamur yang mempunyai duabentuk atau lebih. Yaitu bentuk yeast dapat tumbuh optimal pada suhu 37 oC, sedangkan bentuk mold tumbuh optimal pada suhu kamar. Temuan inimengawali penelitian selanjutnya tentang sifat,virulensi, dan identifikasi C. Albicans.

Menurut Sen dan Baksi (2009), klasifikasi C. albicans adalah sebagai berikut: Kingdom:Fungi Filum:Ascomycota Subfilum:Ascomycotina Kelas:Ascomycetes Ordo:Saccharomycetales Famili:Saccharomycetaceae Genus:Candida Spesies:C. albicans

C. albicans adalah khamir komensal (normal) di mukosa mulut, saluran pencernaan dan vagina. Namun, khamir ini bisa menjadi masalah bila fase pertumbuhannya berubah dari fase khamir ke fase kapang ketika berada di membrane mukosa inang.Kejadian ini biasadisebut kandidiasis (Berman danSudbery, 2002).Perubahan bentuk C. albicans dari khamir ke kapang biasa terjadi karena pengaruh berbagai macam factor lingkungan, antara lain perubahan dari komposisi media, penambahan serum, tumbuh pada kondisi kadar CO2 yang tinggi atau semi anaerobik, pH dan suhu. Suhu dan pH yang optimal bagi blastospora C. albicans berubah menjadi hifaadalah lebih dari 35oC dan 6,5-7,0 atau mendekati suasana basa. C. albicans juga dapat membentuk khlamidospora. Khlamidiospora merupakan bentuk pertahanan yang dibentuk pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (Calderone, 2002; Heitman, 2006).Blastospora (selkhamir) berbentuk bulat sampai oval dan selnya terpisah satu sama lain. Selain blastospora, C. albicans juga dapat membentuk hifa sejati dan pseudo hifa.Hifa sejati adalah sel yang panjang dan berkutub dengansisi yang pararel tanpa ada batas yang jelas. Pseudohifa adalah sel khamir berbentuk elipsoida yang tetap menempel satu sama lain dan dibatasi oleh septa. Perbedaan antara hifa sejati dan pseudohifa adalah hifa sejati terbentuk dari blastospora dan cabang dari hifa sejati lain, sedangkan pseudo hifa terbentuk dari blastospora atau pertunasan dari hifa dan sel baru tersebut tetap menempel pada sel induknya dan tetap menjulur (Calderone, 2002). Fase-fase yang dapat dibentuk oleh C. albicans ditunjukkan pada Gambar di bawah ini:

Gambar 5.FasepadaC. Albicans(Anonim, 2010).

b. Kandidiasis pada Ayam Penyebab Kandidiasis merupakan suatu penyakit infeksi pada saluran pencernaan, terutama tembolok dan kadang-kadang pada rongga mulut, esophagus dan proventrikulus. Kandidiasis yang disebabkan oleh Candida sp, merupakan yeast (ragi) dan tergolong famili fungi (jamur). Jamur ini dapat tumbuh pada media Sabourauds Dextrose Agar DA) dan menghasilkan koloni yang berbentuk konveks, berwarna kekuning-kuningan atau putih mengkilat dan mempunyai bau yang mirip dengan soda kue. Pada slide culture dapat ditemukan adanya hifa dan kadang-kadangklamidiaspora yang merupakan sel berbentuk bulat,membengkok dan mempunyai membran yang tebal. Genus Candida terdiri dari 80 spesies, yang paling pathogen adalah C.albicans, diikuti berturut-turut dengan C.stellatoidea, C.tropical, C.parapsilosis (Brown dan Burns, 2005). Jamur Candida adalah sel tunggal yang berbentuk bulat sampai oval, dan memperbanyak diri dengan cara membentuk tunas (budding cell) yang disebut blastospora. Blastospora akan memanjang dan saling berhubung membentuk hifa semu atau pseudohifa. Candida albicans dianggap jenis paling pathogen dan paling banyak menimbulkan penyakit (Haryono Winarto, 2004). Penyakit ini dapat ditemukan pada berbagai jenis unggas pada semua umur, terutama ayam, kalkun, burung merpati, burung merak, burung puyuh, dan angsa. Candidaselalu ditemukan dalam saluran pencernaan gastrointestinal manusia dan hewan,. Penularan dapat terjadi dari individu ke individu dalam beberapa hal tertentu, termasuk pada manusia, misalnya kontak melalui hubungan kelamin atau penularan anak yang baru lahir dari vagina induknya. Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui kontaminasi tinja, pada daging di rumah potong hewan. Demikian pula kontaminasi tinjapada pakan dipastikan merupakan cara penyebaran kandidiasis pada hewan yang sekandang (Pramono, 1988).

Epidemiologi Penyakit ini dapat menular melalui oral karena mengkonsumsi pakan atau air minum atau kontak langsung dengan lingkungan yang tercemar oleh jamur tersebut.Penyakit ini dapat menular dengan mudah melalui tempat minum yang kotor dan tercemar oleh Candida sp (Tabbu,2000).

Gejala Klinis Gejala utama candidiasis pada usus akut ialah diare, tinja lembek hingg cair, biasanya tanpa lendir dan berdarah. Pada banyak keadaan, timbulnya penyakit inidikaitkan dengan adanya predisposisi pada penderita yang mempermudah timbulnya penyakit tersebut (Suprihatin,1983). Browns dan Bruns (2005) menyebutkan salah satu infeksi pada lipatan kulit biasanya menyebabkan ruam kemerahan yang seringkali disertai adanya bercak-bercak yang mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan yang menimbulkan gatal-gatal dan rasa panas, seperti pada anus tampak kasar, berwarna merah atau putih dan terasa gatal.

Patogenisis Kandidiasis biasanya menyerang saluran pencernaan bagian atas dan sering berperan sebagai penyakit sekunder. Secara normal jamur ini ada pada saluran pencernaan, dan bila kondisi badan turun, maka C. albicans akan tumbuh pada selaput lendir dan menimbulkan lesi yang ditandai dengan penebalan berwarna keputihan pada mukosa dan kadang-kadang pada rongga mulut, esofagus, dan ventrikulus. Penyebab kandidiasis umumnya adalah tingkat higienis dan sanitasi yang tidak memadai, penggunaan antibiotik yang berlebihan, penurunan kondisi tubuh akibat strers. Dan defisiensi nutrisi imunitas terhadap Candida ditentukan oleh keberhasilan sel limfosit T dan makrofag dalam menghancurkan sel Candida . Infeksi Candidiasis dapat terjadi atau menginfeksi hospes bila ada faktor predisposisi misalnya factor endogen terdiri dari umur , imunologik, dan perubahan fisiologik dan faktor eksogen terdiri dari iklim, panas, kelembaban. Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi adalah adhesi, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filamen dan produksi enzim ektraselular (Tabbu.,2000). Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia adalah perlekatan (adhesi). Kemampuan melekat pada sel inang merupakan tahap penting dalam kolonisasi dan penyerangan (invasi) ke sel inang. Bagian pertama dari Candida sp yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Mekanisme perlekatan sendiri sangat dipengaruhi oleh keadaan sel tempat dinding sel Candida sp melekat (misalnya sel epitelium), mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium serta reaksi adhesi tertentu yang mempengaruhi kolonisasi dan patogenitas Candida sp (Kennedy, 1990). Bahaya yang Ditimbulkan/ Kerugian Secara Ekonomis Pramono (1988) mengatakan bahwa hewan-hewan yang sakit akan terinfeksi secara fatal dalam waktu 24 jam apabila didekatkan dengan kelompok yang sakit. Sedangkan Hastiono (2003) mengatakan bahwa pada unggas yang kondisi sanitasi kandangnya buruk, penyakitini secara ekonomis penting dan berada pada tingkat kedua setelah aspergillosis. Organ yang terinfeksi ialah saluran pencernaan bagian atas terutama adalah tembolok yang menyebabkan kematian sehingga merugikan dari segi ekonomi.

Pencegahan Infeksi Candida sp erat hubungannya dengan berbagai aspek manajemen yang tidak optimal, misalnya kondisi higienis atau sanitasi yang tidak memadai, penggunaan antibiotika yang berlebihan, dan tingkat kepadatan kandang yang tinggi maka pengendalian candidiasis terutama ditujukan untuk menghilangkan berbagai faktor pendukung trsebut. Ayam yang terinfeksi hendaklah dipisahkan dari ayam lain yang sehat. Kandang dan lingkungannya dapat didesinfeksi dengan larutan 2% formaldehida atau larutan 1% NaOH selama 1 jam.

Terapi Penyakit ini dapat diobati dengan pemberian nistatin melalui pakan dengan dosis 142 mg/ kg pakan selama 4 minggu, dapat juga dilakukan dengan pemberian CuSO melalui air minum dengan dosis 1:2000 selama penyakit tersebut berlangsung.

VI. DAFTAR PUSTAKAAhmad RZ. 2009. Cemaran kapang pada pakan dan pengendaliannya. J LitbangPertanian 28(1):15-22.Anonim.2010. Candida Picture Gallery [terhubungberkala].http://overcomingcandida.com/candida_albicans_pictures.htm.Berman J, Sudbey PE. 2002. C. albicans: a molecular revolution built on lesson frombudding yeast. Nat Rev Genet 3: 918-930.Brown Mr, Thompson CA and Mohamed FM. 2005.Systemic Candidiasis in anApparentlyImmunocompetent Dog.J Vet Diagn Invest.17(3): 272-6.Butcher GD, Miles RD. 2009. Improved Aviculture Management May PreventCandidiasis in Birds [terhubungberkala]. edis.ifas.ufl.edu/vm031SA.Calderone RA. 2002. Taxonomy and Biology of Candida. Di dalam: CalderoneRA,editor. Candida and Candidiasis. Washington: ASM Pr. hlm 16.Dun E. 1999. Antifungal resistance in yeast vaginitis.Yale J Biol Med 72:281-285Elwinger K, Berndtson E, Engstrm B, Fossum O,Waldenstedt L, 1998. Effect ofantibiotic growth promoters and anticoccidials on growth of C. perfringensinthe caeca and on the performance of broiler chickens.Acta Vet Scand39:433441.Fadilah R, Polana A. 2004. Aneka PenyakitpadaAyamdan Cara Mengatasinya.Jakarta: AgromediaPustaka. hlm 91.Hastiono S. 1987. Pembubuhanoksitetrasiklinaditifpakankedalampakanayampedaging I. Pengaruhnyaterhadapjumlahkhamirtembolok.PenyakitHewanXIX 34:65-69.Heitman J. 2006. Molecular Principles of Fungal Pathogenesis. Washington DC:ASM Pr. hlm 684.Janmaat A, Morton R. 2010. Infectious disease of poultry [terhubungberkala].www.nt.gov.au/d/Content/File/p/Anim_Dis/668.pdf. Jawetz E. 2001. Opportunistic mycoses, Medical Microbiology.Toronto: PrenticeHall International inc; 64551.Kunkle RA. 2003. Fungal Infection. Di dalam: Saif YM, editor. Disease of Poultry.Ed ke-11. Australia: Blackwell Publishing.Pramono.S.U. 1988.MikrobiologiVeteriner.PusatAntarUniversitas IPB berkerjasamadenganLembagaSumberDayaInformasi IPB. Bogor.Rochette F, Engelen M, Bossche HV. 2003. Antifungal agents of use animal healthpractical applications. J Vet Pharmacol Therapy26:31-53.Sen BH, Baksi BG. 2009. Fungi in Endodotic Infection. Di dalam: Fouad AF, editor.Endodotic Microbiology. Iowa: Wiley-Blackwell. hlm 164.Suska D. 2007.Penyakitjamurterkaitpakanternak [terhubungberkala].www.majalahinfovet.com/2007/10/penyakit-jamur-terkait-pakan-ternak.html.Tabbu CR. 2000. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Volume 1.Yogyakarta:PenerbitKanisius. hlm 151-154.

222