ringkasan dasar hukum akreditasi rs 2012

18
RINGKASAN AKREDITASI RS 2012 UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit Pasal 40 Untuk Peningkatan MUTU pelayanan RS “WAJIB” diakreditasi min.3th/ 1X. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012/2012 Tentang Akreditasi RS Ayat 3 à RS WAJIB mengikuti akreditasi nasional . Ayat 5 à RS yg akan mengikuti akreditasi internasional harus sudah mendapatkan status akreditasi nasional Ayat 7 à RS baru yang telah memperoleh izin operasional & beroperasi minimal 2th wajib mengajukan permohonan akreditasi SK Menteri Kesehatan Nomor 428/2012 Tentang Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi di Indonesia Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi RS di Indonesia terdiri atas : Komisi Akreditasi RS (KARS) Joint Commissions International (JCI) yang merupakan lembaga pelaksana akreditasi yang berasal dari luar negeri Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No.HK.02.04/I/2790/11 STANDAR AKREDITASI RS NASIONAL KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT RSU yg mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medic paling sedikit 4(empat) spesialis dasar dan 4(empat) spesialis penunjang medik. Proses Akreditasi dirancang untuk meningkatkan “Budaya Keselamatan dan Budaya Kualitas di RS" 1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat à RS menitik beratkan sasaran pada Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan

Upload: nur-asisi

Post on 20-Nov-2015

86 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

RINGKASAN AKREDITASI RS 2012UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit Pasal 40 Untuk Peningkatan MUTU pelayanan RS WAJIB diakreditasi min.3th/ 1X.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 012/2012 Tentang Akreditasi RS Ayat 3 RS WAJIB mengikuti akreditasi nasional . Ayat 5 RS yg akan mengikuti akreditasi internasional harus sudah mendapatkan status akreditasi nasional Ayat 7 RS baru yang telah memperoleh izin operasional & beroperasi minimal 2th wajib mengajukan permohonan akreditasi

SK Menteri Kesehatan Nomor 428/2012 Tentang Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi di Indonesia Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi RS di Indonesia terdiri atas : Komisi Akreditasi RS (KARS) Joint Commissions International (JCI) yang merupakan lembaga pelaksana akreditasi yang berasal dari luar negeri

Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan No.HK.02.04/I/2790/11 STANDAR AKREDITASI RS NASIONAL

KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUMUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKITRSU yg mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medic paling sedikit 4(empat) spesialis dasar dan 4(empat) spesialis penunjang medik.

Proses Akreditasi dirancang untuk meningkatkanBudaya Keselamatan dan Budaya Kualitas di RS"

1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat RS menitik beratkan sasaran pada Keselamatan Pasien dan Mutu Pelayanan 2. Menyediakan lingkungan kerja yg aman dan efisien staf merasa puas 3. Mendengarkan pasien dan keluarga, menghormati hak2 mereka dan melibatkan mereka sbg mitra dalam proses pelayanan 4. Menciptakan budaya mau belajar dari laporan insiden keselamatan pasien 5. Membangun kepemimpinan yg mengutamakan kerja sama. Pimpinan menetapkan prioritas untuk & demi terciptanya kepemimpinan yg berkelanjutan utk meraih kualitas & keselamatan pasien pada semua tingkatan

Perubahan Pendekatan Akreditasi RSDocument Oriented 2007 Document and Implementation Oriented 2012STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT VERSI 2012Sasaran I: Kelompok Standar Pelayanan berfokus pada pasien ( 7 Bab, 161 Standar )Sasaran II: Kelompok Standar Manajemen Rumah Sakit ( 6 Bab, 153 Standar )Sasaran III: Sasaran Keselamatan Pasien RS ( 6 Standar )Sasaran IV: MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS ( 3 Standar )

Total 15 BAB, 323 Standar, 1237 Elemen Penilaian

Standar Akreditasi Rumah Sakit (Versi 2012)

I. Kelompok Standar Pelayanan Berfokus pada PasienBab 1. Akses ke Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) Bab 2. Hak Pasien dan Keluarga (HPK)Bab 3. Asesmen Pasien (AP)Bab 4. Pelayanan Pasien (PP)Bab 5. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)Bab 6. Manajemen dan Penggunaan Obat (MPO)Bab 7. Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK)

II. Kelompok Standar Manajemen Rumah SakitBab 1. Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)Bab 2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)Bab 3. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Pengarahan (TKP)Bab 4. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)Bab 5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)Bab 6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)

III. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien Sasaran II : Peningkatan komunikasi yg efektif Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yg perlu diwaspadai (high-alert) Sasaran lV : Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Sasaran VI : Pengurangan risiko pasien jatuh

IV. Sasaran Milenium Development GoalsSasaran I : Penurunan Angka Kematian Bayi dan Peningkatan Kesehatan IbuSasaran II : Penurunan Angka Kesakitan HIV/AIDSSasaran III : Penurunan Angka Kesakitan TB

URUTAN BAB DALAM PENETAPAN KELULUSAN

1. Sasaran Kes. Pasien RS(SKP)DASAR2. Hak Pasien & Keluarga (HPK) 3. Pendidikan Pasien & Keluarga (PPK) 4. Peningkatan Mutu & Kes. Pasien (PMKP)

5. Millenium Development Goals (MDGs)MADYA 6. Akses Pelayanan dan Kontinuitas Pelayanan (APK) 7. Asesmen Pasien (AP) 8. Pelayanan Pasien (PP)

9. Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB)UTAMA 10. Manajemen Penggunaan Obat (MPO) 11. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI) 12. Kualifikasi dan Pendidikan Staff (KPS)

13. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) PARIPURNA14. Tata Kelola, Kepemimpinan dan Pengarahan ( TKP) 15. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)

Pembagian GROUP Group Mayor Nilai >80% Group Minor Nilai >20%

Penilaian ELEMEN PENILAIAN = SKOR = O/5/10STANDAR = NILAI DALAM PERSENBAB = NILAI DALAM PERSENGROUP =NILAI DALAM PERSEN

Standar Pelayanan Berfokus pada Pasien

Standar Akreditasi 2012 menuntut perubahan dlm BUDAYA KERJA tenaga kesehatan

Berorientasi Kepada Pasien

PATIENT SAFETY DALAM STANDAR AKREDITASI 2012Sasaran Keselamatan Pasien RS ( SKP )Sasaran 1 : Ketepatan IDENTIFIKASI PasienSasaran 2 :Peningkatan KOMUNIKASI yang EFEKTIFSasaran 3 : Peningkatan Keamanan HIGH ALERT MEDICATIONSSasaran 4 : Kepastian TEPAT LOKASI-PROSEDUR- PASIEN OPSasaran 5 : Pengurangan Resiko INFEKSI terkait Yan KesSasaran 6 : Pengurangan RESIKO pasien JATUH* SKALA PRIORITAS DALAM PENINGKATAN MUTU RS

Langkah langkah Persiapan Akreditasi RS Nasional dan Jadwal

1. Komitmen Pimpinan2. GAP Analysis3. Pemahaman Standar 4. Komite Mutu 5. Pokja pokja6. Orientasi dan pelatihan staf 7. Monitoring dan evaluasi 8. Analisa data 9. Data Analysis & Improvements10. Simulasi Survey11. Survey

Memulai persiapan menggunakan standar12 bulan sebelum survey Kirim Aplikasi untuk survey dan penjadwalan survey 1 bulan sebelum survey

Tim survey menetapkan agenda survey 1 minggu sebelum survey

Pelaksanaan Survey Tanggal Survey

Pelaksanaan Survey 15-30 hari setelah survey Kirim aplikasi yang sudah direvisi dan jadwal survey ulang 3 tahunan6 bulan sebelum tenggang waktu 3 th

UPAYA YANG DILAKUKAN KEMENTERIAN KESEHATAN1. Untuk mempercepat pencapaian target akreditasi KaDinKes diharapkan melakukan perencanaan kedepan tahun 2014, termasuk alokasi dana dan SDM mendukung RS2. Upaya Kemkes dalam percepatan target Ditjen BUK, Kemkes membiayai bimbingan 13 RS

PERAN DINAS KESEHATAN PROVINSI DALAM AKREDITASI RS DASAR HUKUMUU Nomor: 44 Tahun 2009 Pasal 6 Ayat I (c)Pemerintah dan Pemerintah daerah bertanggung jawab untuk :Membina dan mengawasi penyelenggaraan Rumah Sakit

Peraturan Menteri Kesehatan No 12 Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah Sakit.KEWAJIBAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAHPasal 161. Pemerintah dan Pemda wajib mendukung, memotivasi, mendorong dan memperlancar proses pelaksanaan Akreditasi untuk semua Rumah Sakit.2. Pemerintah dan Pemda dapat memberikan bantuan pembiayaan kepada Rumah Sakit untuk proses akreditasi.3. Bantuan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersumber dari APBN, APBD atau sumber lain yang sah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

SK Menkes Nomor 428/2012tentang Penetapan Lembaga Independen Pelaksana Akreditasi RS di Indonesia.

Peraturan Menteri Kesehatan No 12 Tahun 2012 Tentang Akreditasi Rumah SakitPEMBINAAN DAN PENGAWASANPasal 171. Menteri melalui Direktur Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan Akreditasi2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengikutsertakan Pemerintah Daerah, Badan Pengawas Rumah Sakit dan Asosiasi Perumahsakitan.

KESIMPULAN1. Akreditasi merupakan kewajiban Rumah Sakit upaya peningkatan mutu di Rumah Sakit & sebagai persiapan Rumah sakit menghadapi SJSN (Sistem Jaminan Sosial Nasional)2. Standar Akreditasi Rumah Sakit yang berlaku di Indonesia terdiri atas Standar Akreditasi Nasional dan Standar Akreditasi Internasional JCI3. Standar Akreditasi Rumah Sakit Nasional diadaptasi dari Standar Akreditasi Internasional JCI edisi ke-44. Kementerian Kesehatan sedang mempersiapkan Rumah Sakit Vertikal di 5 kota untuk terakreditasi Internasional agar memenuhi Target RPJMN5. Standar Akreditasi RS Nasional maupun Internasional menilai IMPLEMENTASI Standar bukan hanya menilai DOKUMEN 6. Implementasi Standar Akreditasi melibatkan peran seluruh SDM RS pada semua Standar yang dipersyaratkan 7. Perlu adanya komitmen RS untuk menjadikan akreditasi sbg prioritas program di prov. masing2 amanah UU No. 44 th 20098. Implementasi Standar Akreditasi melibatkan peran seluruh SDM RS pada semua Standar yang dipersyaratkan.9. Perlu dibentuk Pokja/ Tim internal RS (full timer) yg mengelola proses akreditasi dg melibatkan seluruh SMF RS 10. Dinas kesehatan berperan dalam menyusun perencanaan untuk mendukung upaya persiapan menuju akreditasi rumah sakit versi 2012 11. Perlu komitmen Direktur RS untuk melaksanakan akreditasi sesuai dg kemampuan RS memotivasi staf 12. Untuk mempercepat pencapaian target akreditasi, RS melakukan perencanaan kedepan th 2015, termasuk alokasi dana & SDM renovasi bila perlu

Sasaran Keselamatan Pasien (SKP)Mungkin Anda masih ingat jika buletin akreditasi edisi 1 sudah mengenalkan 15 pokja yang harus dihafalkan dan dipahami. Nah, edisi ini dan selanjutnya mulai akan masuk dalam pembahasan yang lebih rinci dari masing-masing pokja, mulai dari pokja 1 (SKP) sampai dengan pokja 15 (MFK). Dengan harapan para staf dan pimpinan RSUD Dr. M. Ashari mampu melaksanakan pelayanan sesuai standar akreditasi.Keselamatan pasien adalah unsur yang paling penting dalam pelayanan kesehatan, oleh karena itu SKP merupakan salah satu bab DASAR dalam penilaian akreditasi selain HPK, PPK dan PMKP.Cara Melaksanakan dan Menerapkan SKP di RS :Harus diingat bahwa SKP ada 6 sasaran, antara lain :1. Ketepatan identifikasi pasien2. Peningkatan Komunikasi efektif3. Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high alert)4. Kepastian tepat lokasi (sisi), tepat prosedur dan tepat pasien operasi5. Pengurangan risiko infeksi melalui 6 langkah cuci tangan6. Pengurangan risiko pasien jatuhAPA YANG HARUS KITA LAKUKAN UNTUK MENCAPAI 6 SASARAN SKP DI RS ?I. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN :Penting!, mengingat nama dan identitas pasien yg lain adalah wajib. Oleh karena itu :1.Untuk mengidentifikasi nama pasien dengan tepat, RSUD Dr. M. Ashari memasang gelang pasien yang mencakup minimal 4 (empat) warna a.l :Biru = pasien laki-lakiMerah Muda = pasien perempuanMerah = pasien dg alergi Kuning = pasien dg risiko cidera2.Berikan penjelasan tentang manfaat pemasangan gelang.3.Pada gelang pasien tertera minimal dua identitas, yaitu nama dan nomor RM. Identitas tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.4.Lakukan identifikasi dan klarifikasi kecocokan identitas nama pasien antara yang diucapkan pasien dg yang tertera pada gelang pasien5.Identifikasi nama pasien wajib dilakukan pada saat:a. Sebelum memberikan obatb. Sebelum memberikan darah atau produk darahc. Sebelum mengambil specimen darahd. Sebelum melakukan tindakan/prosedur lainnyaINGAT !Pasien akan ditanya :1. Apakah petugas menjelaskan tentang manfaat pemasangan gelang2. Apakah petugas selalu mengidentifikasi nama pasien sebelum melakukan tindakanII. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF :Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik, lisan, atau tertulis. Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan adalah perintah diberikan secara lisan dan yang diberikan melalui telpon. Komunikasi lain yang mudah terjadi kesalahan adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan klinis, seperti laboratorium klinis menelpon unit pelayanan untuk melaporkan hasil pemeriksaan segera /cito. Untuk itu setiap petugas wajib :1. Lakukan komunikasi, baik lisan maupun tertulis dengan sejelas-jelasnya.a. Jika pesan lisan meragukan, segera Klarifikasi dengan phonetic alfabeth kepada pemberi pesan, sbb :AAlfa NNovember

BBravo OOscar

CCharliePPapa

DDelta QQuebec

EEchoRRomeo

FFoxtrotSSierra

GGolf TTango

HHotel UUniform

IIndia VVictor

JJuliet WWhiskey

KKilo XX ray

LLima YYankee

MMike ZZulu

b. Komunikasi tertulis wajib menggunakan tulisan yang mudah dibaca minimal oleh 3 orang.2.Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.3.Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut. 4.Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau hasil pemeriksaan tersebutIII. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI :Indikator Peningkatan Keselamatan Penggunaan Obat-Obat yang perlu Kewaspadan Tinggi :1. Elektrolit pekat (KCl 7.46%, Meylon 8.4%, MgSO4 20%, NaCl 3%) tidak disimpan dalam unit pasien kecuali dibutuhkan secara klinis, dan tindakan dilakukan untuk mencegah penggunaan yang tidak seharusnya pada area yang diijinkan sesuai kebijakan.2. Elektrolit pekat yang disimpan dalam unit perawatan pasien memiliki label yang jelas dan disimpan di tempat dengan akses terbatas.3. Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi lainnya : Golongan opioid, anti koagulan, trombolitik, anti aritmia, insulin, golongan agonis adrenergic, anestetik umum, kemoterapi, zat kontras, pelemas otot dan larutan kardioplegia.Tips :1. Pemberian elektorlit pekat harus dengan pengenceran dan menggunakan label khusus.2. Setiap pemberian obat menerapkan Prinsip 7 Benar.3. Pastikan pengeceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang yang kompeten.4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA (Look Alike Sound Alike).5. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi dimeja dekat pasien tanpa pengawasan.6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori LASA, saat memberi / menerima instruksi.IV. KEPASTIAN TEPAT LOKASI/SISI, TEPAT PROSEDUR DAN TEPAT ORANG YANG OPERASIIndikator Keselamatan Operasi :1. Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.2. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.3. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat sebelum prosedur operasi dimulai.Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :1. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.2. Multiple structures (jari tangan, jari kaki)3. Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal)4. Multipel lesi yang pengerjaannya bertahapAnjuran Penandaan Lokasi Operasi 1. Gunakan tanda yang telah disepakati2. Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda3. Tandai pada atau dekat daerah insisi4. Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda X merupakan tanda yang ambigu)5. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan6. Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)V. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI MELALUI 6 LANGKAH CUCI TANGANBudayakan cuci tangan di RS pada saat :1. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien2. Sebelum dan sesudah tindakan / aseptik3. Setelah terpapar cairan tubuh pasien4. Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasive5. Setelah menyentuh area sekitar pasien / lingkunganAdapun 6 langkah cuci tangan standar WHO adalah : - Buka kran dan basahi kedua telapak tangan-Tuangkan 5 ml handscrub/sabun cair dan gosokkan pada tangan dengan urutan TEPUNG SELACI PUPUT sbb :1. Telapak tangan; gosok kedua telapak tangan2. Punggung tangan; gosok punggung dan sela-sela jari sisi luar tangan kiri dan sebaliknya.3. Sela-sela jari, gosok telapak tangan dan sela-sela jari sisi dalam4. KunCi; jari jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci5. Putar; gosok ibu jari tangan kiri dan berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya6. Putar; rapatkan ujungjari tangan kanan dan gosokkan pada telapak tangan kiri dengan cara memutar mutar terbalik arah jarum jam, lakukan pada ujung jari tangan sebaliknya.- Ambil kertas tissue atau kain lap disposable, keringkan kedua tangan- Tutup kran dengan sikut atau bekas kertas tissue yang masih di tangan.VI. PENGURANGAN RISIKO CIDERA KARENA PASIEN JATUH1. Amati dengan teliti di lingkungan kerja anda terhadap fasilitas, alat, sarana dan prasarana yang berpotensi menyebabkan pasien cidera karena jatuh2. Laporkan pada atasan atas temuan risiko fasilitas yang dapat menyebabkan pasien cidera3. Lakukan asesmen risiko jatuh pada setiap pasien dg menggunakan skala (Skala Humpty Dumpty untuk pasien anak, Skala Risiko Jatuh Morse (MSF) untuk pasien dewasa, dan skala geriatric pada pasien geriatric.