Kandidat : Hans Natanael

Periode : 20 Oktober 2014 – 15 November 2014

Preceptor : dr. Prawindra Irawan, Sp.KK M.Kes

Penguji I : dr. Liem Fenny, Sp.KK

Penguji II : dr. R. Amir Hamzah Sp.KK

Tanggal Ujian : 10 November 2014 – 15 November 2014

Diagnosis Kerja : Scabies

Diagnosis Banding : Scabies Pedikulosis corporis

Penguji I : dr. Liem Fenny, Sp.KK

Ujian bersama Riki dan Audi (lihat RI Riki)

Tugas Ujian Hari 2

Mengapa penderita DM rentan infeksi jamur?

Jawab:

Your body’s cells aren’t the only inhabitants of the microscopic world that eat glucose: Many

bacteria and yeasts do, too.

Urinary tract infections (UTIs) and yeast infections can occur in both men and women, but they are much more common among women, and they’re particularly common among women with diabetes. In fact, women with diabetes are two to three times more likely to have bacteria in their urine than women who don’t have diabetes.

Both bacteria and yeast thrive in warm, dark, moist places and feed on glucose. Chronic yeast infections are common in women with chronically high blood glucose. The cause may simply be a case of supply and demand: More glucose gives yeast more opportunities.

UTIs, on the other hand, are quite a bit more complicated, and high blood glucose contributes to them in several ways beyond providing glucose-rich urine for the bacteria to grow in. Long-term elevated blood glucose can lead to a number of complications, including neuropathy, or damage to nerve tissue, which can affect a wide variety of body systems. Neuropathy can affect the bladder’s ability to contract

properly, causing incomplete emptying. This leaves behind residual pools of static urine in the bladder — the perfect growth culture for bacteria.

In addition, elevated glucose reduces blood circulation, which in turn reduces the ability of infection-fighting leukocytes (white blood cells) to get where they are needed in a timely manner in sufficient numbers to fight off infections. High blood glucose also reduces phagocytosis, the process leukocytes use to ingest bacteria.

http://www.diabetesselfmanagement.com/articles/high-blood-glucose/high-blood-glucose/all/

People with diabetes often develop bacterial and fungal infections, typically of the skin. When the levels of glucose in the blood are high, white blood cells cannot effectively fight infections. Any infection that develops tends to be more severe and takes longer to resolve.

http://www.merckmanuals.com/home/hormonal_and_metabolic_disorders/diabetes_mellitus_dm/diabetes_mellitus.html

Penguji II : dr. R. Amir Hamzah Sp.KK

Ujian bersama Bintang (Kasus: Dermatitis Atopik)

T : Kasusmu apa?

J : Scabies, dok

T : Yang termasuk Great Immitator apa saja?

J : Scabies, sifilis stadium II, MH, drug eruption, SLE, dermatitis atopik

T : Bagaimana patgen dermatitis atopik?

J : allergen + APC dipresentasikan ke MHC kelas II Th2 memanggil sitokin

IL-4, IL-5, 1L-13 reaktivasi sel B sel plasma IgE berikatan dengan sel mast.

Pada pajanan ulang : Alergen + IgE yang berikatan dengan sel mast degranulasi

sel mast mengeluarkan mediator-mediator inflamasi

T : Ini kasusmu (Bintang) dikasih Urea 10%, memang pelembap ada apa saja?

J : Tiga, dok. Oklusan; bersifat mencegah penguapan (contoh: vaselin), Humektan;

bersifat menarik air (contoh: urea), dan Lipid Fisiologis (contoh: ceramide, fatty acid,

kolesterol)

T : Yang paling baik yang mana?

J : Umm.. yang lipid fisiologis dok, sifatnya alami

T : Salah, yang benar ketiganya

T : Faktor pencetus dermatitis atopik apa saja?

J : Makanan, Stress, bahan allergen, infeksi?

T: Yakin infeksi? Coba cari tugas yaaa…..

T : Mengapa diberikan Permethrin 5% pada kasus scabies?

J : Karena paling praktis dok, diberikan seminggu sekali, ES (neurotoksik) tidak

sehebat Gamexan 1%, dan efektif pada semua stadium tungau

T : Apa perbedaan kusta tipe lepromatosa dan tuberkuloid?

J : Tipe lepromatosa: makrofag terdapat kelainan jadi tidak bisa bekerja kuman

berkembang biak di dalam makrofag. Kl tipe tuberkuloid makrofag masih dapat

bekerja tp tidak sempurna

T : (genetik)

T : Kalau bedanya S4 dan TEN?

J : Kalau S4 (Staphylococcal scalded skin syndrome) merupakan pioderma,

penyebabnya S.aureus, dan terapinya dengan antibiotic. Kalau TEN merupakan reaksi

hipersensitivitas yang disebabkan alergi obat, terapinya dengan kortikosteroid

T : Coba nih kalau susunan serpitiginosa artinya apa? Pertanyaan gampang..

J : lesi yang berpindah dengan meninggalkan penyembuhan di lesi sebelumnya

T : Kalau kribiformis?

J : susunan lesi seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya

T : Oke.. pertanyaan terakhir. Kalau AH ada berapa golongan?

J : Umm.. 5 dok

T : Hahaha sepertinya kamu sudah tau ya gosip2nya dari senior

J : Iya dok.. Hahaha

T : Oke, ujian selesai ya..

Tugas Ujian

1). Apakah infeksi kulit merupakan salah satu pencetus Dermatitis Atopik?

Tidak, justru pada penderita dermatitis atopik memudahkan terjadinya infeksi karena ceramide yang berfungsi sebagai lipid fisiologis di dalam keratin stratum korneum berjumlah sedikit, membuat kulit kering, sehingga menurunkan fungsi barrier kulit dan lebih rentan terkena infeksi (bakteri S. Aureus). Superantigen bakteri Streptococcus tidak mencetuskan dermatitis atopik namun menimbulkan lesi pada dermatitis atopik yang lebih berat

Sumber:

Donald YM. The role of staphylococcus aureus in atopic eczema. 2008. Acta Derm Venereol; Suppl 216: 21–27.

Donald YM. Insights into Atopic Dermatitis: Role of Skin Barrier and Immune Dysregulation. 2013. Allergology International.

Tissa RH, Richard LG. Antimicrobial peptides, skin infections, and atopic dermatitis. 2008.

2). Apakah hubungan kusta dengan genetik?

Ya, diperkirakan pada penderita kusta adanya mutasi pada gen HLA (DR2) and non-HLA (SLC11A1, NRAMP1, dan TNFa) sehingga tidak semua orang yang memiliki riwayat kontak dengan penderita kusta dapat dengan mudah tertular

Sumber:

Bernardo B. Leprosy and genetics.

Joel CL, Marilda AM. Leprosy: review of the epidemiological, clinical, and etiopathogenic aspects. 2013.

3). Terapi kusta, manakah yang bersifat bakterisidal dan yang bersifat bakteriostatik?

Hampir semua obat antilepra bersifat bakterisidal, yang paling bakterisidal adalah Rifampisin (3+), diikuti oleh Etionamid dan Protionamid (2+), Dapson dan Klofazimin (1+). Yang tidak bersifat bakterisidal melainkan bakteriostatik adalah Acedapson

Sumber:

Djuanda. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FK UI.