revitalisasi perencanaan pembangunan nasional: reposisi bappenas

Upload: pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp

Post on 07-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    1/71

    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional2014

    RevitalisasiPerencanaan Pembangunan Nasional

    REPOSISI BAPPENAS

    Tim Analisa Kebijakan (TAK)

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    2/71

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    3/71

    i

    RevitalisasiPerencanaan Pembangunan Nasional :

    REPOSISI BAPPENAS

    Tim Analisa Kebijakan (TAK)

    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional2014

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    4/71

    ii

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    5/71

    iii

    KATA PENGANTAR

    Sebagai Kementerian yang dipimpin oleh salah satu anggota

    Kabinet, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan

    Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/ Bappenas)

    memiliki tugas untuk menjamin agar seluruh upaya pembangunan

    nasional diproses berdasarkan peraturan dan perundangan yang

    berlaku. Kementerian PPN/ Bappenas mengemban tugas menyiapkan

    perumusan kebijakan perencanaan pembangunan nasional dengan

    menjabarkan visi dan misi Presiden RI terpilih untuk dilaksanakan

    oleh seluruh anggota kabinet beserta aparatur pemerintah, dunia

    usaha dan seluruh rakyat Indonesia untuk mencapai tujuan

    berbangsa bernegara. Untuk itu Kementerian PPN/ Bappenas

    memandang perlu melihat ke depan posisi perencanaan sebagai

    lembaga yang mengoordinasikan berbagai kebijakan perencanaan

    pembangunan secara sektoral, secara spasial, secara lintas sektoral,

    dan secara lintas spasial.

    Sebagai hasil kajian melalui serangkaian telaahan dan diskusi

    internal maupun eksternal, Tim Analisa Kebijakan (TAK) Bappenas

    dalam buku ini menyampaikan Laporan Revitalisasi Perencanaan

    Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas. Laporan ini pada intinya

    mengusulkan empat pilihan terbaik untuk dapat menjaga

    kesinambungan dalam penyelenggaraan fungsi perencanaan dan

    penganggaran dalam sistem perencanaan pembangunan nasional.

    Keempat pilihan tersebut diharapkan dapat menjadi bahan

    pertimbangan dalam meminimalkan dampak yang mungkin dapat

    menghambat penyusunan dan pelaksanaan tugas kabinet Presiden

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    6/71

    iv

    terpilih. Pilihan disusun berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan

    dengan peran aktif berbagai pihak, terutama para pakar dari beberapa

    perguruan tinggi.

    Pada kesempatan ini disampaikan penghargaan yang setinggi-

    tingginya dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

    berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas

    kontribusi, bantuan dan dukungan serta masukannya.

    Akhirnya, semoga tulisan ini bermanfaat untuk pelaksanaan

    tugas memberikan perencanaan pembangunan yang terbaik bagi

    bangsa dan negara, guna mewujudkan kesejahteraan rakyat yang

    setinggi-tingginya dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.

    Jakarta, 11 Agustus 2014

    Tim Analisa Kebijakan (TAK) - Bappenas

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    7/71

    v

    TIM ANALISA KEBIJAKAN (TAK) BappenasKelompok kerja untuk topik : Reposisi Bappenas

    Dr. Ir. Dedi M. Masykur Riyadi

    Dr. Ir. Herry Suhermanto, MCP

    Dr. Guspika, MBA

    Dr. Ir. Rr. Peni Kusumastuti Lukito, MCP

    Dr. Ir. Budhi Santoso, MA

    Dr. Haryanto, SE. Ak, MA

    Muhyiddin, S.Sos, ME, MSc

    Dr. Yulius, MADrs. Sumedi Andono Mulyo, MA, PhD

    Darmawijaya, SE

    Noor Arifin Mohammad, ST, MSIE

    Desain Cover oleh Herry Suhermanto

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    8/71

    vi

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    9/71

    vii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR................................................................................... iii

    REKOMENDASI........................................................................................... 1

    PENJELASAN REKOMENDASI........................................................... 2

    TABELRINGKASAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI........... 7

    RINGKASAN EKSEKUTIF....................................................................... 14

    REVITALISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL.....20

    I. LATAR BELAKANG...................................................................... 20

    II. IMPLIKASI...................................................................................... 25

    III. PENDEKATAN KAJIAN............................................................... 29

    IV. HASIL KAJIAN.............................................................................. 30

    V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 57

    REFERENSI................................................................................................ 61

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    10/71

    viii

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    11/71

    1

    REKOMENDASI

    Terdapat 4 (empat) opsi reposisi Bappenas dalam kajian ini

    yaitu: (1) Kementerian Perencanaan dan Penganggaran/ Bappenas.

    Dalam opsi ini baik nomenklatur maupun proses perencanaan dan

    penganggaran berubah dibandingkan sekarang; (2) Kementerian

    Negara PPN/ Bappenas. Nomenklatur lembaga dalam opsi ini tidak

    berubah, tapi diperlukan penyempurnaan dalam proses perencanaan

    dan penganggaran; (3) Kementerian Urusan Perencanaan dan

    Penganggaran di bawah Kantor Presiden dan (4) Kementerian

    Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai lembaga think-tank

    perencanaan pembangunan nasional.

    Pada intinya kajian ini merekomendasikan terjadinya revitalisasi

    pelaksanaan fungsi perencanaan dan penganggaran (RAPBN) yang

    berkesinambungan dan terkoordinasi dalam satu alur kerja. Hal ini

    dilakukan melalui reposisi Bappenas sehingga berdampak pada

    penggunaan APBN yang efektif dan efisien.

    Dalam memilih opsi-opsi tersebut, pertimbangan utama yang

    perlu mendapat perhatian adalah sejauh mana opsi yang dipilih dapat

    segera ditetapkan tanpa harus menunggu revisi ketentuan di dalam

    peraturan-perundangan yang berlaku. Untuk itu, opsi yang paling

    realistis adalah opsi (2), yaitu tidak ada perubahan nomenklatur.

    Urusan pemerintah terkait perencanaan pembangunan nasional tetap

    dilaksanakan oleh Kementerian PPN/ Bappenas yang ada. Namun

    demikian diperlukan perubahan proses perencanaan, yaitu penguatan

    Kementerian PPN/ Bappenas agar sepenuhnya menjalankan fungsi

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    12/71

    2

    perencanaan tahunan dengan mengkoordinasikan perencanaan dan

    penganggaran program/ kegiatan yang bersifat non operasional

    (pembangunan). Sedangkan untuk penganggaran operasional (rutin)

    dikoordinasikan oleh Kementerian Keuangan seperti juga fungsi-

    fungsi lainnya sesuai UU Keuangan Negara.

    Dengan opsi 2 (dua) ini Kementerian PPN/ Bappenas sesuai

    dengan UU yang ada dapat segera menyusun RPJMN sesuai visi

    misi Presiden terpilih tanpa memerlukan revisi UU terkait. Penguatan

    proses perencanaan tersebut termasuk juga dengan mengembalikan

    sebagian fungsi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

    Bappenas yang selama ini dilakukan oleh Kementerian Keuangan dan

    DPR. Hal itulah yang dimaksud dengan revitalisasi pelaksanaan

    fungsi perencanaan pembangunan dengan mengintegrasikan

    perencanaan dan penganggaran di Kementerian PPN/ Bappenas.

    Sedangkan opsi 3 (tiga) yaitu pilihan yang menempatkan posisi

    dan urusan perencanaan dan penganggaran menjadi institusi di

    bawah kantor Presiden, mungkin akan mampu membuatnya menjadi

    lebih kuat (powerful), tetapi tidak akan cukup kuat untuk menangani

    masalah perencanaan pembangunan yang semakin kompleks.

    PENJELASAN REKOMENDASI

    Opsi-opsi yang memerlukan dukungan revisi Undang-Undang

    adalah opsi 1, 3, dan 4. Sementara itu untuk merevisi undang-undang

    diperlukan waktu berbulan-bulan bahkan tahunan. Undang-Undang

    yang perlu direvisi misalnya adalah UU Keuangan Negara, UU SPPN,

    UU Pemerintah Daerah, UU Perimbangan Keuangan Pusat dan

    Daerah, atau bahkan UU Kementerian Negara. Revisi Undang-

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    13/71

    3

    Undang ini harus segera dilakukan, sementara itu di lain pihak,

    Bappenas harus segera menyusun RPJMN 2015-2019 dan koordinasi

    penyusunan Rencana Strategis Kementerian/ Lembaga.

    Khusus untuk opsi 3 (tiga), pemikiran yang dikembangkan oleh

    Kemenpan dan RB, LAN dan Setkab akan memposisikan urusan

    perencanaan dan penganggaran di bawah Kantor Presiden. Dalam

    opsi ini kantor urusan tersebut menggabungkan fungsi perencanaan

    (Bappenas), fungsi penganggaran (Ditjen Anggaran dan Ditjen

    Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Kemenkeu) dan fungsi

    pengendalian pelaksanaan (UKP4). Opsi (3) ini kurang visiblekarena

    memerlukan beberapa pertimbangan lebih lanjut sebagai berikut :

    1) Penggabungan ketika fungsi tersebut akan menyebabkan kantor

    urusan di bawah kantor Presiden ini menjadi super body yang

    memerlukan struktur besar dan jumlah sumber daya manusia

    yang banyak. Sehingga kalau diposisikan di bawah kantor

    Presiden akan menjadi tidak efisien.

    2) Urusan perencanaan pembangunan nasional di Indonesia sejak

    awal pemerintahan disadari sangat penting dan berkedudukan

    setingkat kementerian tersendiri karena luas dan besarnya

    lingkup perencanaan yaitu mencakup:

    Banyaknya penduduk Indonesia yang merupakan negara

    dengan penduduk ke empat terbanyak di dunia setelah China,

    India dan Amerika Serikat; Selain itu Indonesia dalam waktu

    dekat akan mengalami bonus demografi yang memerlukan

    upaya serius untuk menyongsong dan memanfaatkannya.

    Luasnya wilayah Indonesia dan penduduknya yang tersebar

    di berbagai pulau di sebuah negara kepulauan dengan luas

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    14/71

    4

    perairan sebesar dua kali wilayah daratan. Indonesia bukan

    merupakan wilayah kontinen seperti di China, di India atau di

    Amerika Serikat sehingga memerlukan strategi dan

    pendekatan pembangunan yang berbeda.

    Pendekatan perencanaan selama ini cenderung didominasi

    pendekatan sektoral, sehingga pendekatan perencanaan

    pembangunan regional perlu diperkuatuntuk mencegah dan

    mengurangi kesenjangan antargolongan masyarakat dan

    antardaerah. Hal ini terbukti dengan meningkatnya Gini ratio.

    Pendekatan sektor menyebabkan pertumbuhan ekonomi

    berpusat di Pulau Jawa.

    Pendekatan sektoral tersebut menguat seiring dengan

    berkurangnya peran Bappenas dalam perencanaan tahunan

    yang telah beralih ke Kementerian Keuangan dan DPR.

    Sebagai akibat keadaan tersebut adalah keperluan mendesak

    untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi APBN

    sebagaimana ditunjukkan oleh dikeluarkannya Putusan

    Mahkamah Konstitusi RI No. 35/PUU-IX/2013. Dari sisi peran

    Bappenas dikeluarkannya putusan MK ini menunjukkan

    pentingnya mengembalikan peran Bappenas sebagai

    penyusun rencana dan koordinator perencanaan setingkat

    menteri yang tidak hanya menyusun RPJP dan RPJM tetapi

    juga mengawal jaminan keterkaitan antara rencana yang

    disusun dengan RAPBN.

    3) Urusan perencanaan pembangunan nasional sesuai dengan yang

    tercantum dalam UU Kementerian Negara perlu diposisikan

    setingkat kementerian yang tidak di bawah Kantor Presiden

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    15/71

    5

    karena semakin kompleksnya egoisme sektoral dan banyaknya

    kementerian, lembaga, institusi yang telah didirikan. Saat ini

    banyak UU sektoral dan turunannya telah diterbitkan yang

    berisiko tumpang tindih, duplikasi dan pembiayaannya menjadi

    tidak efisien. Untuk itu diperlukan upaya extra berat untuk

    koordinasi perencanaan dan penganggarannya. Masing-masing

    kementerian/ lembaga mendasarkan rencana dan anggarannya

    pada UU dan peraturan-peraturan yang berbeda-beda dan

    bersifat sektoral misalnya UU Minerba, Sumber Daya Air,

    Pertanian, Ketahanan Pangan, Lahan, Tata Ruang, Kehutanan,

    Energi, Lingkungan Hidup, Pemerintah Daerah dll. Begitu

    banyaknya undang-undang sektor ini memerlukan koordinasi

    yang harus kuat karena menyangkut berbagai kepentingan

    sektoral tersebut dan pembiayaannya yang tidak selalu

    sejalan/searah. Untuk pencapaian efisiensi tersebut perencanaan

    dan penganggaran harus dikoordinasikan dalam satu rangkaian

    pelaksanaan fungsi manajemen oleh Kementerian Negara PPN/

    Bappenas.

    Berdasarkan analisa mendalam atas perkembangan hasil

    pembangunan selama ini maka yang diperlukan justru penguatan

    peran koordinasi perencanaan dan keterpaduan dengan

    penganggaran oleh Bappenas tersebut. Hal ini dipandang sesuai

    dengan maksud putusan Mahkamah Konstitusi agar meningkatkan

    kualitas perencanaan pembangunan pada fihak eksekutif

    (pemerintah). Penguatan perencanaan tersebut adalah dengan

    mengembalikan sebagian penting fungsi Kementerian Perencanaan

    Pembangunan Nasional/ Bappenas yang selama ini beralih ke

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    16/71

    6

    Kementerian Keuangan dan DPR. Sedangkan rekomendasi reposisi

    Bappenas dengan opsi 1 perlu tetap dilakukan meski memerlukan

    proses revisi UU Keuangan Negara. Saat ini revisi UU Keuangan

    Negara yang sedang dibahas oleh DPR. Sedangkan opsi 3 (tiga)

    yang menempatkan urusan perencanaan dan penganggaran di

    bawah Kantor Presiden tidak sesuai dengan kebutuhan mendesak

    penyusunan RPJMN 2015-2019 sesuai visi misi Presiden terpilih.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    17/71

    7

    RINGKASAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI REPOSISI BAPPENAS

    KRITERIA OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3 OPSI 4

    NomenklaturLembaga

    KementerianPerencanaan dan

    Penganggaran/Bappenas

    KementerianPerencanaan

    PembangunanNasional/ Bappenas

    Di bawah KantorPresiden: UrusanPerencanaan dan

    Penganggaran/Bappenas

    KementerianPerencanaan

    PembangunanNasional

    Jabatan Pimpinan Menteri Menteri Menteri Negara Menteri Negara

    Tugas

    Melaksanakan urusanpemerintahan terkaitdengan urusanperencanaanpembangunannasional (Pasal (4)ayat 2 UU No. 39/

    2008 tentangKementerian Negara)

    Melaksanakan urusanpemerintahan terkaitdengan urusanperencanaanpembangunannasional (Pasal (4)ayat 2 UU No. 39/

    2008 tentangKementerian Negara)

    Melaksanakan urusanpemerintahan terkaitdengan urusanperencanaanpembangunan nasional(Pasal (4) ayat 2 UUNo. 39/ 2008 tentang

    Kementerian Negara)

    Melaksanakanurusanpemerintahan terkaitdengan urusanperencanaanpembangunannasional (Pasal (4)

    ayat 2 UU No. 39/2008 tentangKementerianNegara)

    Fungsi Utama1. Menyusun

    perencanaanpembangunan

    1. Menyusunperencanaanpembangunan

    1. Menyusunperencanaanpembangunan

    1. Menyusunperencanaanpembangunan

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    18/71

    8

    RINGKASAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI REPOSISI BAPPENAS

    KRITERIA OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3 OPSI 4

    nasional jangkapanjang (RPJP)dan jangkamenengah (RPJM).

    2. Menyusun RAPBNsepenuhnyasecara terpaduperencanaanprogram/ kegiatandan anggarandefinitif.

    3. Bappenas sebagaiThink Tank dibidangPerencanaan

    nasional jangkapanjang (RPJP)dan jangkamenengah

    (RPJM).

    2. Menyusun RAPBNbersamaKementerianKeuangan.Bappenascoordinatorperencanaantahunan alokasinon-operasional(pembangunan);KementerianKeuangan

    coordinator alokasianggaranoperasional (rutin).

    3. MenyusunRencana Program/Kegiatan Strategis

    nasional jangkapanjang (RPJP)dan jangkamenengah (RPJM).

    2. Menyusunperencanaan danpenganggaranRAPBN

    3. Menyusun RencanaProgram/ KegiatanStrategis

    nasional jangkapanjang (RPJP)dan jangkamenengah

    (RPJM).

    2. Menyusun arahkebijakanRAPBN setiaptahunnyasebagai acuanKementerianKeuanganmenyusunRAPBN.

    3. Think TankPerencanaanPembangunanNasional.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    19/71

    9

    RINGKASAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI REPOSISI BAPPENAS

    KRITERIA OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3 OPSI 4

    Penganggaran;4. Kementerian

    Keuangan sebagaiBendahara

    Negara.

    4. Mengendalikankeserasian RPJPdan RPJMN

    dengan RPJPDdan RPJMD.Sinergiperencanaan pusatdan daerah.

    5. KementerianKeuangan tetapbertugas sesuaiUU KeuanganNegara.

    4. Bappenas sebagaiThink Tank dibidang

    PerencanaanPenganggaran

    5. KementerianKeuangan sebagaiBendahara Negara.

    4. KementerianKeuanganbertugas

    sepenuhnyamenyusunperencanaandanpenganggaranRAPBN baikindikatif maupundefinitif.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    20/71

    10

    RINGKASAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI REPOSISI BAPPENAS

    KRITERIA OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3 OPSI 4

    Implikasi

    (a). Integrasiperencanaan program/kegiatan denganpenganggarannya. (b).

    Penyusunan RAPBNmenjadi lebih efektifdan efisien.

    (a). Integrasiperencanaan program/kegiatan denganpenganggarannya. (b).

    Penyusunan RAPBNmenjadi lebih efektifdan efisien.

    (a). Penyatuanperencanaan program/kegiatan dengananggaran. (b). Kantor

    urusan perencanaandan penganggaranmenjadi kantor superbody; (c). Penyusunanperencanaanpembangunan nasionalyang kompleks berisikotidak tertanganidengan baik.

    (a). ReposisiBappenassebagaipenyusun arah

    kebijakan danThink TankPerencanaandanPenganggaran;(b). Kementeriankeuanganmenjadi superbodymelemahkanpeningkatanpendapatan daripajak.

    Perubahan/ RevisiRegulasi

    (a). Diperlukan Revisi

    UU 17/ 2003, UU 25/2004, UU 32/2004, UU33/ 2004, dan regulasiturunannya. (b).Revisi-revisi tersebutsedang berlangsung diDPR dan memerlukanwaktu beberapa bulan/

    Tidak memerlukan

    revisi UU.

    (a). Diperlukan Revisi

    UU 17/ 2003, UU 25/2004, UU 32/2004, UU33/ 2004, dan regulasiturunannya. (b). Revisi-revisi tersebut sedangberlangsung di DPRdan memerlukan waktu

    (a). Diperlukan

    Revisi UU 17/2003, UU 25/2004, UU32/2004, UU 33/2004, danregulasiturunannya. (b).Revisi-revisi

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    21/71

    11

    RINGKASAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI REPOSISI BAPPENAS

    KRITERIA OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3 OPSI 4

    tahun. beberapa bulan/ tahun. tersebut sedangberlangsung diDPR danmemerlukan

    waktu beberapabulan/ tahun.

    Perubahan

    Substansi

    1. Perencanaantahunan RAPBNtidak dibatasisampaiperencanaanpenganggaranindikatif tetapisampai kegiatandan alokasianggarandefinitifnya dalam

    RAPBN.

    1. Menyusun RAPBNbersama-samadenganKementerianKeuangan.Pembagiannyaadalah Bappenasperencanaankegiatan danalokasi anggarannon operasional

    (Pembangunan)sedangkanKementerianKeuangananggaranoperasional(Rutin);

    1. Menyusun RAPBNsepenuhnyadiamana prosesperencanaan danpenganggaranmenjadi satu alurkerja di dalamKantorKepresidenan.Menjadi Powerful,tapi resiko tidaj

    tertangani denganbaik.

    1. Bappenasberkonsentrasisebagai pemberiarah kebijakanseperti Councilof EconomicAdvicers diAmerika, Councilof Economic andFiscal Policy diJepang, KDI di

    Korea.Perluasan dariKEN. Dansebagai ThinkTankPemerintah.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    22/71

    12

    RINGKASAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI REPOSISI BAPPENAS

    KRITERIA OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3 OPSI 4

    2. PemisahanKementerianKeuangan sebagaiBendahara Negara

    akan meningkatkanpendapatan daripajak.

    2. KementerianKeuanganmenyusunanggaran

    operasional (rutin)dan sebagaiBendahara Negarasesuai UUKeuangan Negara.

    2. KementerianKeuangan sebagaiBendahara Negara.

    2. KementerianKeuanganberfungsi penuhsebagai

    perencanaanggaran baikindikatif maupundefinitive(RAPBN).Namun setelahberkonsultasidan sesuai arahkebijakanBappenas.

    RekomendasiPenetapan

    1. Dilaksanakansetelah selesainyarevisi UU

    Keuangan Negara,UU SPPN, UUPemerintahDaerah, UUPerimbanganKeuangan Pusatdan Daerah.

    1. Reposisidilaksanakanbersamaan dalam

    penyusunanKabinet hasilPilpres 2014karena harussegera menyusunRPJM yangmenampung visimisi Presiden

    1. Dilaksanakansetelah selesainyarevisi UU Keuangan

    Negara, UU SPPN,UU PemerintahDaerah, UUPerimbanganKeuangan Pusatdan Daerah.

    1. Dilaksanakansetelahselesainya revisi

    UU KeuanganNegara, UUSPPN, UUPemerintahDaerah, UUPerimbanganKeuangan Pusatdan Daerah.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    23/71

    13

    RINGKASAN HASIL KAJIAN DAN REKOMENDASI REPOSISI BAPPENAS

    KRITERIA OPSI 1 OPSI 2 OPSI 3 OPSI 4

    2. Pemerintahmengajukanskenario ini kepada

    DPR untukdimasukkan dalamrevisi UU terkait.

    3. Reposisi Bappenasdilakukan setelahselesainya revisiUU tersebut diatas.

    terpilih.

    2. ReposisiBappenas ini

    adalah yangpaling visible saatini karena tanpamenungguseleseinya revisiUU.

    2. Pemerintahmengajukanscenario ini

    kepada DPR untukdimasukkan dalamrevisi UU terkait.

    3. ReposisiBappenasdilakukan setelahselesainya revisiUU tersebut diatas.

    2. Pemerintahmengajukanscenario ini

    kepada DPRuntukdimasukkandalam revisi UUterkait.

    3. ReposisiBappenasdilakukan setelahselesainya revisiUU tersebut diatas.

    Struktur

    Organisasi

    Bappenas

    Struktur Bappenaslebih besar.

    Struktur Bappenastetap atau sedikit

    perampingan.

    Struktur Bappenasakan lebih ramping.

    Struktur Bappenasakan lebih ramping

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    24/71

    14

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Pasal 15 ayat 5 Undang-undang nomor 17 Tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara menyatakan bahwa ... APBN yang disetujui olehDPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan,

    dan jenis belanja. Namun melalui putusan Mahkamah Konstitusi MK

    No. 35/PUU-IX/2013 ketentuan tersebut telah dibatalkan. Dalam hal

    ini fungsi dan kewenangan penganggaran DPR dalam melakukan

    pembahasan APBN/APBN-P tidak lagi sampai dengan rincian detil

    kegiatan dan jenis belanja tetapi terbatas sampai program.

    Keluarnya putusan MK ini memperjelas kewenangan eksekutif dan

    batasan hak budget legislatif. Putusan MK menuntut adanya suatu

    perubahan atau reformasi sistem perencanaan dan penganggaran

    menjadi lebih baik. Putusan MK ini membuka kesempatan untuk

    menyatukan perencanaan program/ kegiatan yang terpadu dengan

    penganggarannya yang selama ini dipisahkan antara Bappenas dan

    Kementerian Keuangan. Hasil kajian ini mengajukan konsep

    penguatan tugas Bappenas dalam menyelenggarakan urusan

    perencanaan pembangunan nasional sesuai UU Kementerian

    Negara. Penguatan ini dilakukan dengan reposisi Bappenas sehingga

    mampu menjalankan perencanaan dan penganggaran terpadu yang

    menghasilkan sinergi pembangunan baik di Pusat maupun di Daerah.

    Tantangan yang dihadapi Bappenas selama ini untuk

    menjalankan tupoksinya dengan baik adalah tidak terdapatnya

    kesinambungan dan/atau keterpaduan antara perencanaan dan

    penganggaran, terutama dalam perencanaan dan penganggaran

    tahunan yaitu RAPBN. Berdasarkan undang-undang dan peraturan

    yang berlaku peran Bappenas dalam penyusunan RAPBN terbatas

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    25/71

    15

    pada penyusunan program dan alokasi anggaran indikatif, padahal

    dalam konsep perencanaan strategis, penentuan kegiatan dan alokasi

    anggaran definitif perlu dilakukan juga dalam suatu kerangka dan

    mekanisme koordinasi sehingga outcome yang direncanakan dapatterwujud. Terpisahnya penganggaran indikatif dan definitif

    menyebabkan terjadinya deviasi nyata antara perencanaan dan

    penganggaran.

    Beberapa prinsip dasar yang digunakan dalam reposisi

    Bappenas ini adalah : (i) penyatuan proses perencanaan tahunan

    mulai dari program sampai kegiatannya, (ii) penyatuan penyusunananggaran sampai penetapan anggaran definitif, (iii) proses

    perencanaan dan penganggaran dikoordinasikan oleh satu

    kementerian/ lembaga; dan (iv) menguatkan koordinasi kementerian/

    lembaga dalam perencanaan pembangunan nasional. Penguatan

    tugas Bappenas ini merupakan suatu pilihan karena akumulasi

    pengalaman dan kelengkapan sumber daya manusia dengan keahlian

    yang dimiliki Bappenas selama bertahun-tahun dalam menyusun

    perencanaan dan penganggaran secara terpadu.

    Kajian ini mengusulkan 4 (empat) opsi tugas, fungsi dan peran

    Bappenas sesuai UU Kementerian Negara yaitu melaksanakan

    urusan perencanaan pembangunan nasional dan sesuai UU SPPN

    terkait pelaksanaan fungsi menyusun perencanaan tahunan. Opsi

    pertama reposisi Bappenas tersebut adalah membentuk Kementerian

    Perencanaan dan Penganggaran (KPP). Opsi ini memerlukan revisi

    undang-undang terkait perencanaan dan penganggaran. Opsi kedua

    adalah posisi Kementerian PPN/ Bappenas dalam fungsi menyusun

    perencanaan tahunan seperti sekarang, namun dilakukan penguatan

    fungsi koordinasi perencanaan dengan fungsi penganggaran untuk

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    26/71

    16

    kegiatan-kegiatan non-operasional (pembangunan), sedangkan

    penganggaran rutin tetap dilakukan oleh Kementerian Keuangan.

    Untuk opsi ketiga lembaga pelaksana fungsi perencanaan dan

    penganggaran berada di Kantor Presiden. Opsi ke empat,mendudukkan posisi Bappenas sebagai penentu arah kebijakan

    perencanaan tahunan yang penganggaranya diserahkan sepenuhnya

    kepada Kementerian Keuangan. Dalam opsi ini Kementerian PPN/

    Bappenas berperan sebagai think tankPemerintah.

    Opsi pertama adalah pembentukan Kementerian Perencanaan

    dan Penganggaran (KPP) yang apabila mengacu UU SPPNmempunyai fungsi utama yaitu menyusun perencanaan jangka

    panjang, menengah, tahunan. Dalam hal ini reposisi Bappenas

    dilakukan dengan memposisikan Bappenas sebagai koordinator

    perencanaan tahunan meliputi perencanaan program/ kegiatan

    hingga anggaran definitif RAPBN. Selain itu penguatan koordinasi

    perencanaan pembangunan nasional oleh KPP juga akan mencakup:

    (i) arah dan kebijakan yang mendorong pengembangan sektor

    swasta; (ii) arah perencanaan kebijakan publik, (iii) koordinasi

    perencanaan antarsektor dan antarwilayah, (iv) sebagai think tank

    konsep perencanaan strategis, kebijakan fiskal dan ekonomi nasional.

    Termasuk dalam opsi ini adalah penggabungan fungsi penyusunan

    anggaran RAPBN ke KPP dan memisahkan peran Kementerian

    Keuangan focus sebagai bendahara negara. Opsi ini memerlukan

    revisi UU Keuangan Negara dan UU SPPN.

    Opsi kedua adalah penguatan kerjasama antara Bappenas

    dengan Kementerian Keuangan sehingga sinergi perencanaan dan

    penganggaran terwujud. Role sharing antara Bappenas dengan

    Kementerian Keuangan dalam perencanaan penganggaran RAPBN

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    27/71

    17

    tidak dilakukan berdasarkan apakah penganggaran dalam tingkat

    indikatif atau definitif, melainkan dipisahkan antara penganggaran

    kegiatan dengan kategori biaya non operasional (pembangunan) dan

    biaya operasional (rutin). Penganggaran kegiatan dengan biaya rutindiserahkan sepenuhnya kepada Kementerian Keuangan, namun

    biaya pembangunan oleh Bappenas. Dalam hal ini, Bappenas juga

    harus terlibat dalam perencanaan fiskal bersama Kementerian

    Keuangan mulai dari penentuan total alokasi anggaran

    pembangunan, perencanaan alokasi sektoral pembangunan sampai

    dengan penentuan program/ kegiatan dan anggaran pembangunandalam RAPBN. Isu penting di sini adalah dalam penentuan total

    alokasi anggaran pembangunan (non operasional) dimana Bappenas

    menentukan kegiatan dan alokasi indikatif maupun definitif dalam

    perencanaan tahunan (RAPBN) yang selama ini ditentukan sendiri

    oleh Kementerian Keuangan.

    Opsi ketiga adalah opsi dimana fungsi perencanaan dan

    penganggaran ditempatkan pada Kantor Kepresidenan. Dalam usulan

    ini Kepala Kantor (Urusan) Perencanaan dan Penganggaran

    kedudukannya setidaknya setingkat dengan Menteri sehingga dalam

    melaksanakan tupoksinya, Kantor Urusan perencanaan dan

    penganggaran tersebut memiliki kedudukan yang setara dengan

    lembaga yang dikoordinasikan yaitu yang tertinggi adalah

    Kementerian yang dipimpin oleh seorang Menteri. Kantor ini memiliki

    tugas utama melaksanakan perencanaan pembangunan nasional

    yang menyatukan fungsi perencanaan dan fungsi penganggaran

    secara terpadu. Adapun fungsi yang dilakukan yaitu: (i) Koordinasi

    perencanaan dan penganggaran kementerian/ lembaga; (ii)

    Koordinasi perumusan kebijakan strategis; (iii) Koordinasi kebijakan

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    28/71

    18

    fiskal. (iv) Koordinasi pengendalian pelaksanaan; dan (v) Sebagai

    think tank kebijakan-kebijakan strategis. Dengan berkedudukan

    langsung di bawah Presiden maka pemegang fungsi perencanaan

    program/ kegiatan dan fungsi anggaran tersebut akan -berkedudukankuat karena mempunyai budget poweryang dikaitkan langsung

    dengan Presiden. Dalam opsi ini Kementerian Keuangan

    melaksanakan fungsi utama sebagai Bendahara Negara. Untuk

    melaksanakan opsi ini tindak lanjut yang diperlukan adalah revisi UU

    Keuangan Negara dan UU SPPN.

    Opsi keempat adalah menyerahkan sepenuhnya penyusunanRAPBN kepada Kementerian Keuangan yang sekaligus juga sebagai

    Bendahara Negara. Sebagai Bendahara Negara Kementerian

    Keuangan berkonsentrasi meningkatkan pendapatan negara dan

    menekan terjadinya kasus-kasus penggelapan penerimaan keuangan

    negara yang cukup besar terjadi selama ini. Pertimbangan utama

    penyerahan sepenuhnya urusan penyusunan RAPBN adalah

    menghindari duplikasi perencanaan program/ kegiatan antara

    Kementerian Keuangan dan Bappenas yang selama ini terjadi.

    Duplikasi ini menyebabkan pemborosan sumberdaya dan

    menyebabkan anggaran APBN menjadi tidak efisien dan tidak efektif

    akibat terjadinya deviasi karena penanganan urusan yang tidak

    menyatu antara Rencana Kerja Pemerintah (RKP), - Renja KL (oleh

    Bappenas) dengan RKA-KL - draft RAPBN (oleh Kementerian

    Keuangan). Dengan memberikan kewenangan penyusunan anggaran

    sepenuhnya kepada Kementerian Keuangan maka Bappenas

    diposisikan untuk menjalankan fungsi sebagai penentu arah kebijakan

    RAPBN. Dalam hal ini sesuai UU Kementerian Negara, Bappenas

    tetap mempunyai tugas perencanaan pembangunan nasional tetapi

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    29/71

    19

    fungsi penganggaran RAPBN diserahkan sepenuhnya kepada

    Kementerian Keuangan. Jadi fungsi Bappenas adalah menentukan

    arah kebijakan perencanaan tahunan yang digunakan sebagai dasar

    menyusun RAPBN dan fungsi think tank dalam perencanaanpembangunan. Untuk melaksanakan perubahan sesuai opsi 4

    (empat) ini diperlukan revisi UU Keuangan Negara dan UU SPPN

    terlebih dahulu. Kelemahan utama opsi ini adalah 'gemuk'nya

    organisasi, tugas, fungsi dan kewenangan Kementerian Keuangan.

    Hal ini tentu berlawanan arah dengan kecenderungan governance

    yang menuntut organisasi yang ramping dan memungkinkan kontrolyang efektif.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    30/71

    20

    REVITALISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN

    NASIONAL

    I. LATAR BELAKANG

    Saat ini masyarakat menilai hasil-hasil pembangunan di

    Indonesia masih belum mampu secara nyata meningkatkan

    kesejahterakan rakyat pada tingkat yang optimal. Terdapat anggapan

    bahwa masih belum terwujud adanya keadilan sosial yang merata,

    atau setidaknya masih ada masalah ketidak-merataan, antara lain

    ditunjukkan oleh angka rasio Gini yang tinggi. Sementara itu kita juga

    menghadapi persaingan ekonomi antar bangsa yang semakin tinggi,

    antara lain dalam waktu dekat kita akan menghadapi konsekuensi

    daya saing antar negara sebagai akibat berlakunya kesepakatan

    komunitas ekonomi ASEAN. Hal lain yang menjadi tantangan berat ke

    depan diantaranya adalah pertambahan penduduk, kemampuan dan

    kapasitas untuk memanfaatkan bonus demografi, semakin

    terbatasnya sumber daya alam dan menurunnya kualitas lingkungan

    hidup, sekaligus bersamaan dengan keperluan untuk menyusun

    strategi agar Indonesia mampu menghindarkan diri dari jebakan

    middle income trap. Selain itu, terjadinya kesenjangan antar individu,antar golongan masyarakat dan kesenjangan antar wilayah semakin

    menambah kompleksitas penyelesaian masalah kesejahteraan

    bangsa. Pemerintah seringkali dihadapkan pada keadaan yang

    berkesan galau memilih di antara mencapai pertumbuhan tinggi atau

    mewujudkan pemerataan.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    31/71

    21

    Dalam 5 (lima) tahun mendatang ketika Indonesia sudah

    memiliki Presiden baru permasalahan di atas diperkirakan masih

    akan memunculkan isu-isu strategis yang memerlukan langkah-langkah penyelesaian nyata. Kondisi ini memerlukan kerja keras dan

    kerja sama dari para pembantu Presiden. Kekukuhan niat dan

    kompetensi kementerian/ lembaga untuk bekerja lebih baik,

    terkoordinasi, dan bersinergi merupakan kunci dalam mengatasi

    permasalahan bangsa tersebut.

    Selama ini, mengacu kepada tugasnya sebagai salah satupembantu Presiden dalam melaksanakan urusan perencanaan

    pembangunan nasional, Kementerian PPN/ Bappenas memiliki posisi

    di kabinet sebagai pemikir pembangunan, yang merumuskan

    kebijakan, menyusun rencana pembangunan, dan mengkoordinasikan

    pencapaian tujuan berbangsa dan bernegara sekaligus melakukan

    evaluasi atas pencapaian upaya-upaya pembangunan tersebut.

    Berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang

    Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional Bappenas memiliki

    kewenangan untuk melakukan perumusan kebijakan nasional dan

    proses perencanaan pembangunan. Namun demikian Bappenas tidak

    memiliki kewenangan untuk ikut menentukan dan mengawal

    penganggaran dari setiap tahapan rencana tersebut. Bahkan setelah

    selesai menyusun rencana, Bappenas tidak diikutsertakan secara

    efektif dalam menyusun anggaran. Akibatnya, hasil proses

    perencanaan tidak bersambung ke dalam proses penganggaran.

    Rencana pembangunan dan anggarannya tidak bersinergi. Bahkan

    beberapa rencana tidak berkait dengan pelaksanaannya.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    32/71

    22

    Sebagaimana terlihat pada Gambar 1, penyusunan rencana

    pembangunan tidak ditangani satu kementerian/ lembaga, melainkan

    oleh Bappenas (UU SPPN) dan Kementerian Keuangan (UU

    Keuangan Negara). Akibatnya terjadi deviasi, sebagai contoh, alokasibiaya program dan kegiatan dalam DIPA (terutama belanja modal)

    teridentifikasi bahwa sasarannya kurang tepat. Deviasi ini terjadi

    karena Bappenas seringkali tidak dilibatkan dalam mengubah Renja-

    KL menjadi RKA-KL.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    33/71

    23

    Beberapa fakta yang menggambarkan contoh terjadinya deviasi

    antara perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan

    dalam beberapa tahun terakhir ini antara lain sebagai berikut:

    Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Bappenas (2013), terjadi

    deviasi dalam prioritas pembangunan dalam RKP 2012 sebesar

    hampir 30% dengan dokumen RKA-KL. Deviasi tersebut terjadi

    dalam bentuk perubahan kegiatan, pagu kegiatan, lokasi

    kegiatan dan indikator/sasaran kegiatan, yang terjadi dalam dua

    proses yaitu (i) dari Renja K/L ke dalam RKA-KL [internal

    pemerintah, sebelum RAPBN], dan (ii) dari RAPBN menjadi

    APBN;

    Pemerintah merencanakan pembangunan Jalur Ganda Kereta

    Api Lintas Utara Jawa dengan target operasi tahun 2013. RKP

    2012 telah mengalokasikan anggaran sesuai dengan kebutuhan

    dana. Namun dalam Pagu Definitif sebagian alokasi tersebutdialihkan pada kegiatan pembangunan dermaga di sejumlah

    tempat sehingga terdapat kekurangan pendanaan sebesar Rp

    1,8 T;

    Terdapat ketidaksinkronan dalam alokasi DAK. Di dalam buku II

    RKP 2012 disebutkan sasaran umum pembangunan infrastruktur

    yang berfokus di Indonesia bagian timur. Namun, dalampengalokasian Dana Alokasi Khusus (DAK) yang seharusnya

    menjadi pendukung pencapaian prioritas nasional, alokasi DAK

    untuk infrastruktur jalan dan air minum di wilayah timur Indonesia

    hanya memperoleh alokasi sekitar 30% 40%.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    34/71

    24

    Contoh faktual di atas menunjukkan bahwa berdasarkan

    pengalaman selama ini terdapat ketidaksinambungan perencanaan

    dan penganggaran yang menyebabkan tidak optimalnya kebijakan,

    program dan kegiatan pembangunan, terjadinya salah sasaran, danmunculnya inefisiensi.

    Dalam rangka mewujudkan efektifitas dan efisiensi

    pembangunan maka perencanaan kebijakan, program dan kegiatan

    haruslah terpadu dan bahkan menyatu dengan penganggarannya.

    Kesatuan perencanaan dan penganggaran akan bersinergi dalam

    mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Perbaikan dalam tatakelola kepemerintahan dan kelembagaan yang telah diupayakan

    sejak era reformasi perlu dilanjutkan dengan meningkatkan

    kesinambungan antara perencanaan dan penganggaran untuk

    meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendayagunaan sumber daya

    pembangunan yang kita miliki.

    Kajian ini merupakan quick win TAK Bappenas yang

    mempunyai tujuan untuk menyusun Policy Discussion Paper,

    menelaah perlunya revitalisasi fungsi perencanaan dan

    penganggaran dalam suatu alur kerja yang berkesinambungan dan

    berorientasi pada pencapaian tujuan secara efektif dan efisien.

    Kerangka kerja disusun dengan mengacu pada rencana yang

    menyeluruh dan terpadu, dan pelaksanaannya yang juga terpadu

    sebagai sebuah kerja besar bersama antara pemerintah, dunia usaha

    swasta dan masyarakat. Revitalisasi yang diinginkan tersebut perlu

    diikuti dengan reposisi Bappenas di dalam kabinet pemerintah yang

    baru.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    35/71

    25

    II. IMPLIKASI

    Selama ini perencanaan dan penganggaran pembangunan

    tahunan (RAPBN) ditangani oleh dua kementerian yaitu oleh

    Kementerian PPN/ Bappenas dan Kementerian Keuangan. Akibat

    tidak terpadunya pelaksanaan dua fungsi manajemen tersebut terjadi

    deviasi nyata antara perencanaan dan penganggaran., Sebagai

    contoh, alokasi biaya program dan kegiatan dalam DIPA (terutama

    belanja modal) telah teridentifikasi bahwa sasarannya kurang tepat.

    Dalam hal ini alokasi belanja modal yang seharusnya dapat

    meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ternyata tidak

    terwujud dengan baik. Sebagai bukti adalah outcomespembangunan

    yang tidak sesuai dengan harapan. Dalam periode 1992-1997 biaya

    modal yang naik rata rata 7,6% ternyata dapat meningkatkan

    pertumbuhan ekonomi 7,8%; sementara itu dalam masa reformasi

    yaitu pada periode 2005-2011 pertumbuhan belanja modal yang tinggi

    secara rata-rata sebesar 23,4% ternyata hanya menghasilkan

    pertumbuhan ekonomi rata rata sebesar 5,8%. Hal ini membuktikan

    bahwa kinerja perencanaan dan penganggaran yang selama ini

    dijalankan tidak efisien.

    Di tingkat daerah, lemahnya koordinasi perencanaan dan

    penganggaran juga menyebabkan pemerintah daerah bingung

    dengan perencanaan pusat. Sebagai contoh, Bappenas melakukan

    perencanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) kepada daerah terbatas

    pada alokasi totalnya saja, sedangkan penentuan kabupaten mana

    saja (dan jenis kegiatan) yang mendapat DAK ditentukan oleh

    Kementerian Keuangan. Penentuan daerah-daerah penerima DAK

    oleh Kementerian Keuangan ini disampaikan menjelang berakhirnya

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    36/71

    26

    masa penyusunan RAPBD di daerah, yaitu sekitar awal bulan Oktober

    setiap tahunnya. Pengalokasian seperti ini memberi indikasi

    ketidakpastian. Ketidakpastian alokasi DAK ini menyebabkan

    kebingungan daerah dalam menyusun RAPBD masing-masing,karena adanya indikasi ketidakpastian tersebut. Masalah ini bisa

    dihindari bila penentuan kegiatan/ lokasi dan anggarannya sudah

    ditentukan secara terpadu bersamaan dengan proses penyusunan

    kegiatan dan lokasinya dengan koordinasi yang dilakukan Bappenas

    pada bulan April-Juni setiap tahunnya, sehingga penyusunan RAPBD

    di daerah menjadi pasti dan terarah. Konsekuensi dari panjangnyawaktu yang dibutuhkan untuk menetapkan kegiatan, lokasi dan

    alokasi DAK secara keseluruhan menyebabkan penyerapan DIPA

    menjadi lambat. Hal ini karena meskipun tahun fiskal dimulai Januari

    tetapi kelambatan alokasi tersebut mempengaruhi administrasi

    keuangan di Kementerian Keuangan dan penyiapan RAPBD sehingga

    daerah tidak dapat menyerap anggaran lebih cepat.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    37/71

    27

    Sebagaimana terlihat pada Gambar 2, penyerapan DIPA di

    Indonesia sangat lambat yaitu menumpuk pada bulan Desember

    setiap tahunnya. Dibandingkan dengan negara-negara Filipina,

    Thailand dan India yang penyerapannya merata setiap bulannya,maka sistim di Indonesia termasuk yang terburuk. Penyebab

    lambatnya penyerapan tersebut dapat disebabkan waktu yang

    diperlukan untuk menyusun perencanaan dan penganggaran lama

    sampai mendekati pada akhir tahun sehingga administrasi

    keuangannya juga mundur ke tahun berikutnya. Mula-mula penetapan

    indikatif dilakukan oleh Bappenas yang memerlukan waktu sampai 6(enam) bulan dari Januari sampai Juni, selanjutnya penetapan

    definitifnya dilakukan oleh Kementerian Keuangan yang memerlukan

    waktu 4 (empat) bulan dari Juli sampai Oktober. Meskipun tahun fiskal

    dimulai pada bulan Januari, tetapi proses pengadaan dan administrasi

    anggaran di Kementerian Keuangan cukup lama. Akibatnya seperti

    yang diperlihatkan dalam Gambar 2, penyerapan dokumen anggaran

    di Indonesia (DIPA) lebih lama dibandingkan dengan negara-negara

    lain.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    38/71

    28

    Mengacu pada Gambar 3, maka terlihat dalam kurun waktu tahun

    2007 2011 tren belanja modal untuk meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi semakin menurun, di lain pihak tren alokasi belanja pegawai

    semakin meningkat. Kecenderungan ini dapat disebabkan olehkerjasama dalam proses perencanaan penganggaran setiap tahunnya

    tidak terjadi dengan baik antara Bappenas dengan Kementerian

    Keuangan.

    Sebagai penyandang pelaksana tugas perencanaan

    pembangunan nasional termasuk di dalamnya perencanaan tahunan,

    Bappenas akan merekomendasikan bahwa perlu ada perubahanpolitik anggaran yang mendorong peningkatan alokasi belanja modal.

    Hal ini karena belanja modal sangat diperlukan untuk percepatan

    pertumbuhan ekonomi dibandingkan dengan belanja pegawai.

    Belanja barang dan jasa juga dapat dihemat apabila didiskusikan

    bersama-sama dengan baik antara Bappenas dengan Kementerian

    Keuangan. Artinya tugas perencanaan tahunan RAPBN dilakukan

    dengan kerjasama yang baik antara Bappenas dengan Kementerian

    Keuangan untuk menyelesaikan kecenderungan alokasi APBN yang

    berisiko adanya deviasi.

    Implikasi dari tidak adanya koordinasi perencanaan dan

    penganggaran yang harmonis antara Bappenas dan Kementerian

    Keuangan menyebabkan sinergi perencanaan di pusat dan sinerginya

    dengan daerah juga terganggu. Secara nasional hal ini tentu

    menghambat outcomes pembangunan yaitu laju pertumbuhan

    ekonomi nasional. Mengacu pada negara yang telah maju dalam

    perekonomiannya, fakta menunjukkan bahwa mereka menerapkan

    kebijakan satu pintu dalam proses perencanaan dan penganggaran.

    Sebuah analisa yang dilakukan oleh Jon R. Blndal, Ian Hawkesworth

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    39/71

    29

    and Hyun-Deok Choi (2009) dalam Budgeting in Indonesia OECD

    Journal on Budgeting, Vol. 2009/2 menyebutkan: The Indonesian

    planning system is therefore different from a typical central planning

    model. It cannot be characterised as having parallel planning andbudgeting structures that duplicate each other in isolation from each

    other. They do complement each other at present. It can more

    accurately be said that a core planning function of the typical budget

    office is located outside the budget office in Indonesia, namely in

    BAPPENAS. In OECD countries, this planning function would be

    integrated in a single budget office, rather than separately as is thecase in Indonesia. There are further inefficiencies in Indonesia, as the

    plan and the budget have separate structures although this

    separation is being addressed as part of the performance budgeting

    reforms.

    Berdasarkan studi dalam jurnal OECD ini, proses

    perencanaan pembangunan di Indonesia tidak biasa dilakukan dalam

    model perencanaan terpusat. Kajian ini memberikan wawasan bahwa

    implikasi pemisahaan perencanaan dari penganggaran adalah

    terjadinya inefisien pemanfaatan pendapatan nasional.

    III. PENDEKATAN KAJIAN

    Kajian cepat ini dilakukan oleh Tim Analisa Kebijakan (TAK -

    Bappenas) dengan melakukan analisis lemahnya pelaksanaan

    tupoksi Bappenas selama ini terkait dengan perencanaan dan

    penganggaran tahunan (RAPBN). Kajian ini juga meneliti bagaimana

    peran Bappenas yang diharapkan untuk dapat menghadapi tantangan

    pembangunan Indonesia ke depan. Kajian ini dilakukan berdasarkan

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    40/71

    30

    desk study berbagai literatur terkait. Kajian juga dilakukan dengan

    mempelajari perencanaan pembangunan nasional dan pembangunan

    ekonomi yang dipraktekkan di berbagai negara seperti Amerika,

    Jepang, Korea, Brasil sebagai komparasi. Selain itu untukmempertajam penulisan kajian, maka TAK melakukan diskusi terfokus

    dengan berbagai narasumber baik internal Bappenas maupun

    eksternal seperti perguruan tinggi (Undip, UGM dan UNS) dan

    wawancara dengan para narasumber.

    IV. HASIL KAJIAN

    Studi dari berbagai literatur dan sumber menyebutkan bahwa

    siklus perencanaan pembangunan adalah proses yang utuh dimulai

    dari (i) perencanaan program/ kegiatan, (ii) penganggaran, (iii).

    pengendalian pelaksanaan; dan (iv) evaluasi. Hal ini menunjukkan

    bahwa harus ada kesinambungan antar tahapan perencanaan

    tersebut sehingga penyusunannya harus dilakukan secara terpadu.

    Konsep dasar perencanaan ini juga digunakan pemerintah dalam

    perencanaan penganggaran yang berbasis kinerja dimana penentuan

    kegiatan dan alokasi anggaran definitif ditentukan bersama-sama.

    Efisiensi penganggaran berbasis kinerja (performance) ditentukan

    oleh rasio input terhadap output sedangkan efektifitas ditentukan olehrasio antara outputdengan outcome. Artinya, efisiensi dan efektifitas

    alokasi anggaran tergantung pada input yaitu penentuan kegiatan dan

    alokasi anggarannya sejak awal sehingga outcomenya terwujud

    dengan baik. Dengan demikian sejak awal harus terdapat kesatuan

    antara penentuan program/ kegiatan dengan penghitungan

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    41/71

    31

    anggarannya. Hal ini berbeda dengan yang terjadi sekarang dimana

    penentuan program/ kegiatan dengan perencanaan anggaran masing-

    masing dilakukan terpisah oleh Bappenas dan Kementerian

    Keuangan.Selanjutnya dalam PP Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata

    Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional pada Pasal 14

    ayat 2 menyebutkan bahwa Rancangan Renstra K/L ditelaah oleh

    Menteri (Bappenas) agar: (i) Sasaran program prioritas Presiden

    terjabarkan ke sasaran tujuan K/L; (ii) Kebijakan K/L konsisten

    dengan Rancangan Awal RPJMN; (iii) Program dan Kegiatan K/Lkonsisten dengan Rancangan Awal RPJMN; (iv) Sasaran hasil

    (outcome) Renstra K/L sinergis dengan program prioritas Presiden

    yang tertuang dalam Rancangan Awal RPJMN;(v) Sasaran keluaran

    (output) dalam Renstra K/L sinergi dengan sasaran hasil (outcome)

    dan (vi) Sumber daya yang diperlukan layak menurut kerangka

    ekonomi makro yang tertuang dalam Rancangan Awal RPJMN. Pasal

    di dalam PP ini secara eksplisit menunjukkan bahwa metodologi

    penyusunan perencanaan pembangunan nasional dilakukan sesuai

    dengan kaidah perencanaan strategis. Termasuk dalam kaidah

    strategic planning ini adalah penerapan konsep logic model yang

    menghubungkan antara program/ kegiatan dengan outcome bahkan

    sampai impacts. Dengan kata lain, penentuan kegiatan dan

    anggarannya sangat menentukan apakah outcome yang diharapkan

    dapat diwujudkan dengan baik. Gambar 4 di bawah ini menunjukkan

    secara jelas hubungan antara kegiatan dengan sasaran hasil

    (outcome). Penjelasan ini juga menekankan pentingnya perencanaan

    dilakukan detil sejak menentukan kegiatan/ input, membuktikan

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    42/71

    32

    bahwa tidak mungkin menyusun perencanaan hanya sebatas

    outcomes.

    Berdasarkan Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara dan Undang-Undang 25 tahun 2004 tentang SPPN

    dan turunannya, selama ini proses perencanaan dan penganggaran

    terpisah, tidak terpadu dan tidak berkesinambungan. Untuk itu

    berdasarkan uraian konsep perencanaan strategis di atas (Gambar 4.

    logicmodel) maka diperlukan perencanaan dan penganggaran dalam

    satu kesatuan yang terhubung, terpadu dan berkesinambungan.

    Beberapa pertimbangan di atas menunjukkan bahwa: (1).

    Keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan sangat

    ditentukan oleh konsistensi dan kesinambungan antara perencanaan

    dan penganggaran; (2). Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa

    ketidaksinambungan perencanaan dan penganggaran menyebabkan

    tidak optimalnya kebijakan dan program pembangunan karena salah

    4.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    43/71

    33

    sasaran dan munculnya inefesiensi; (3). Dalam mendukung

    optimalisasi perencanaan dan penganggaran pada lima tahun

    mendatang (2015-2019) diperlukan penyatuan dan penggabungan

    fungsi penganggaran yang melekat pada Kementerian Keuangan c.qDitjen Anggaran ke dalam fungsi perencanaan yang sudah ada di

    Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas.

    Kajian ini menemukan bahwa solusi yang diperlukan untuk

    memadukan perencanaan dan penganggaran adalah reposisi

    Bappenas. Pertimbangan perlunya perubahan ini adalah: (1). Fungsi

    perencanaan yang dilaksanakan oleh Kementerian PPN/ Bappenastelah menetapkan tujuan dan prioritas pembangunan dengan

    melibatkan Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Provinsi dan

    Pemerintah Kabupaten/ Kota melalui Musyawarah Perencanaan

    Pembangunan Nasional, tetapi seringkali tidak tertuang dalam

    penganggaran RAPBN; (2). Fungsi penganggaran yang selama ini

    melekat pada Kementerian Keuangan c.q Dirjen Anggaran seringkali

    tidak nyambung dengan prioritas pembangunan yang sudah

    ditetapkan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/

    Bappenas yang direncanakan melalui forum Musyawarah

    Perencanaan Pembangunan; (3). Proyek atau kegiatan yang

    diturunkan dari suatu kebijakan seringkali terlepas atau tidak terkait

    (decoupling) dengan tujuan dan sasaran pembangunan yang

    ditetapkan dan direncanakan; (4). Optimalisasi kebijakan dan program

    untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan perlu didukung

    dengan keterpaduan fungsi perencanaan dan penganggaran dalam

    satu wadah (Kementerian Perencanaan dan Penganggaran/ Badan

    Perencanaan dan Penganggaran Nasional).

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    44/71

    34

    Dalam rangka reformasi perencanaan dan penganggaran maka

    integrasi perlu dilakukan pada sistem perencanaan, subtansi

    dokumen perencanaan, dan proses perencanaan. Sistim sebelumnya

    adalah sistem informasi yang mana perencanaan, penganggaran,pengadaan, pengendalian dan evaluasi, serta audit terpisah, tidak

    terpadu, dan tidak efektif. Untuk itu perlu diterapkan pembaruan

    antara lain mencakup sistem E-Planning, Budgeting and Auditing

    secara terpadu. Beberapa pertimbangan untuk itu adalah: Pertama,

    sistem perencanaan (e-Musrenbang) oleh Kementerian PPN/

    Bappenas, Sistem penganggaran (E-budgeting) oleh KementerianKeuangan, Sistem pengadaan (E-procurement) oleh LKPP, Sistem

    Pengendalian dan Evaluasi oleh Kementerian Dalam Negeri dan

    Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, dan Sistem Audit

    yang oleh BPKP dan BPK, yang semuanya selama ini tidak saling

    terpadu dan tidak terkait satu sama lain; Kedua, berbagai sistem

    informasi tersebut membuat proses perencanaan, penganggaran,

    pengendalian dan evaluasi, serta audit menjadi tidak efisien, tumpang

    tindih sistem, dan hambatan dalam koordinasi kebijakan dan program

    pembangunan, Ketiga. Kementerian pelaksana tugas Perencanaan

    Pembangunan Nasional perlu menata dan mengembangkan Sistem

    Informasi E-Planning, Budgeting and Auditing secara terpadu,

    melakukan sinkronisasi nomenklatur Program dan Kegiatan K/L

    dengan Program dan Kegiatan Satuan Kerja Pemerintah Daerah

    (SKPD); serta penetapan tata cara dan kriteria penetapan prioritas

    Program dan Kegiatan K/L yang akan dilaksanakan di setiap provinsi

    dengan transparan dan akuntabel;

    Subtansi pada sistem lama masih mengacu pada Dokumen

    Rencana Pembangunan (RPJMN, RKP dan Renstra K/L dan Renja

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    45/71

    35

    K/L) yang normatif, terfragmentasi dan tidak secara tegas

    menetapkan kebijakan industri (industrial policy) untuk memilih sektor,

    komoditas dan lokasi unggulan, tidak memberikan arahan bagi

    pemerintah daerah dan tidak secara tegas memperhitungkan rencanainvestasi dalam lima tahun ke depan. Sedangkan Subtansi Baru yang

    diusulkan melalui reposisi Bappenas adalah: Dokumen Rencana

    Pembangunan termasuk RPJMN 2015-2019 dan Renstra K/L 2015-

    2019, RKP dan Renja K/L harus secara tegas dan jelas memuat

    prioritas, rencana investasi dan arahan pembangunan daerah dalam

    lima tahun ke depan. Pertimbangan yang disampaikan adalah: (1)Selama ini dokumen RPJMN dan Renstra K/L belum konsisten dan

    tidak tegas dalam menentukan prioritas pengembangan sektor,

    komoditas dan lokasi sehingga tidak memberikan arahan yang jelas

    bagi koordinasi dan sinkronisasi kebijakan dan progam antara

    Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah; (2) Penyusunan

    dokumen Rencana Strategis K/L belum dikoordinasikan dengan baik

    sehingga muncul inkonsistensi dan inkoherensi kebijakan pertanian,

    perindustian dan perdagangan, dan tidak ada bisnis plan dari masing-

    masing K/L; (3) Dokumen RPJMN 2015-2019 harus secara tegas dan

    jelas memuat kebijakan industri, rencana investasi dan arahan

    pembangunan daerah dalam lima tahun ke depan. (4) Kementerian

    Perencanaan dan Penganggaran/Bappenas harus menyiapkan

    dokumen RPJMN 2015-2019 dengan prioritas yang jelas, terukur dan

    operasional, memberikan arahan bagi Kementerian/ Lembaga dan

    Pemerintah Daerah, memperhitungkan investasi lima tahun ke depan;

    serta memperhitungkan sinergi investasi pemerintah, swasta dan

    perbankan.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    46/71

    36

    Format yang selama ini diterapkan adalah bahwa pelaksanaan

    Musrenbang belum optimal dalam menentukan prioritas belanja

    negara dan hanya terbatas pada belanja modal kementerian/ lembaga

    yang hanya sebagian dari belanja negara

    1

    . Untuk itu dalam formatbaru maka Forum Musrenbang membahas optimalisasi alokasi

    belanja modal kementerian/ lembaga, dana transfer daerah sampai

    program/ kegiatan dan alokasi definitif, serta sinkronisasi investasi

    pemerintah dengan investasi swasta dan perbankan. Pertimbangan

    adanya perubahan ini karena: (1) Selama ini proses perencanaan

    daerah dan nasional (Musrenbang) yang panjang dan melelahkanhanya membahas sebagian kecil dari instrumen anggaran. Sehingga

    dampaknya terhadap pembangunan kecil sekali. Di sisi lain, belanja

    subsidi, belanja dana transfer daerah dan kerjasama pemerintah-

    swasta tidak pernah dibahas dalam Musrenbang; (2) Investasi

    pemerintah tidak saling mendukung dengan investasi swasta dan

    kredit perbankan; (3) Dokumen Rencana Pembangunan (RPJMN,

    RKP, Renstra K/L dan Renja K/L) harus memperhatikan keterkaitan

    langsung investasi pemerintah, investasi swasta dan perbankan; (4)

    Format Musrenbang harus diubah dan disempurnakan sehingga

    memberi ruang pembahasan bagi sinkronisasi belanja pemerintah

    1

    Pada musrenbang, belum optimal pada penentuan prioritas belanja, terbatas padabelanja modal (sebagian kecil) . Untuk itu menuju format baru musrenbang, optimalisasibelanja modal kementerian/ lembaga, dana transfer daerah, sinkronisasi investasiCerminan di daerah dengan istilah beragam untuk mengamankan bottom up planning,yaitu dengan menyediakan dana pagu kecamatan sehingga partisipasi dan kontribusilebih optimal. Catatan khusus terkait ini adalah bila nantinya sudah efektif pelaksanaanUU Desa, dengan kucuran dana 1 M per Desa, maka sebenarnya aliran dana kedaerah (Desa) sudah sangat besar, namun belum disertai dengan dukungan regulasidan mekanisme tentang jaminan pelaksanaan dan pertanggungjawabannya

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    47/71

    37

    (belanja dekon/ TP, belanja subsidi, dan transfer daerah), dan

    integrasi investasi swasta dan kredit perbankan. (5) Kementerian

    Perencanaan dan Penganggaran/ Bappenas perlu menyiapkan

    FORMAT BARU Musrenbang dengan mengoptimalkan temukonsultasi triwulanan, forum musrenbang provinsi, konsultasi regional,

    musrebang nasional dan forum lainnya.

    Dalam kajian ini juga dilakukan identifikasi pasal-pasal penting

    dalam Undang-Undang yang mengatur tugas, fungsi dan

    kelembagaan terkait perencanaan dan penganggaran. Ada 3 (tiga)

    Undang-Undang yang di kaji yaitu UU Kementerian Negara, UUSistim Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU Keuangan

    Negara. Diketahui bahwa pilihan opsi yang ditawarkan akan

    menentukan perlu tidaknya setiap Undang-Undang tersebut di revisi.

    Konsekuensi dari perlunya revisi adalah lamanya waktu yang

    diperlukan, padahal kebutuhan penyusunan kabinet harus segera

    dilakukan oleh Presiden terpilih. Segera setelah kabinet tersusun

    maka kementerian/ lembaga dengan tugas melaksanakan urusan

    perencanaan pembangunan nasional harus segera bekerja menyusun

    RPJM yang relevan dengan visi misi Presiden terpilih. Tabel 1.

    menyampaikan pasal-pasal penting terkait tugas, fungsi dan

    kelembagaan perencanaan dan pengangggaran dan catatan-catatan

    penting.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    48/71

    38

    Tabel 1. PASAL-PASAL PENTING TERKAIT KELEMBAGAAN PERENCANAAN PENGANGGARAN

    UU No. 39/ 2008 tentangKementerian Negara

    UU No. 25/ 2004 tentangSistim Perencanaan

    Pembangunan Nasional

    UU 17/ 2003 tentangKeuangan Negara

    Keterangan/ Catatan

    Pasal 4. Setiap Menterimembidangi urusan tertentudalam Pemerintahan.

    Hal ini disebut tugaskarena kementerianmelaksanankan tugasmenyelenggarakan urusanpemerintah terkait urusantertentu sesuai UUKementerian Negara.

    Pasal 4 ayat (1). SetiapMenteri membidangi urusantertentu dalampemerintahan. Ayat (2).Urusan tertentu dalampemerintahan sebagaimanadimaksud pada ayat (1).Terdiri atas: a. NomenklaturKementerian tegas disebutdalam UUD 1945; b. Ruang

    lingkup Kementeriandisebutkan dalam UU 1945;c. Urusan pemerintahandalam rangka penajamankoordinasi, dan sinkronisasiprogram pemerintah.

    Pasal 12 ayat (1) Menterimenyusun rancangan akhirRPJP Nasional berdasarkanhasil Musrenbang JangkaPanjang Nasional.Pasal 18 ayat (1). Menteri

    menyusun rancangan akhir

    RPJMN berdasarkan hasil

    Musrenbang JangkaMenengah Nasional....

    Pasal 20 (1). Menteri

    menyiapkan rancangan awal

    RKP sebagai penjabaran

    Pasal 6 ayat (2): MenteriKeuangan pemegangkekuasaan pengelolaankeuangan negara: selakupengelola fiskal

    Pasal 7 ayat (2). Dalam

    rangka penyelenggaraan

    fungsi pemerintahan untukmencapai tujuan bernegara

    setiap tahun disusun APBN

    dan APBD.

    Bappenas bertugas dalamurusan perencanaanpembangunan nasionaldengan fungsinyamenyusun perencanaanjangka panjang RPJP,perencanaan jangkamenengah RPJM danperencanaan tahunanRKP.

    Perencanaan tahunan

    didahului dengan

    menyusun RKP dan

    anggaran renja -K/L yang

    masih indikatif. Dilanjutkan

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    49/71

    39

    Tabel 1. PASAL-PASAL PENTING TERKAIT KELEMBAGAAN PERENCANAAN PENGANGGARAN

    UU No. 39/ 2008 tentangKementerian Negara

    UU No. 25/ 2004 tentangSistim Perencanaan

    Pembangunan Nasional

    UU 17/ 2003 tentangKeuangan Negara

    Keterangan/ Catatan

    dari RPJM Nasional .... penyusunan RAPBN oleh

    Kementerian Keuangan

    dan mengubah Renja KL

    menjadi RKA-KL dengananggaran definitif.

    Pasal 4 ayat 2.c. Urusanpemerintahan dalam rangkapenajaman, koordinasi, dansinkronisasi programpemerintah

    Pasal 25 ayat (1) RKPmenjadi pedomanpenyusunan RAPBN

    Urusan pemerintahansebagaimana dimaksuddalam Pasal 4 ayat (2) hurufc meliputi urusan

    perencanaan pembangunannasional, aparatur negara,kesekretariatannegara,......dst.

    Pasal 8 Dalam rangkapelaksanaan kekuasaanatas pengelolaan fiskalmenteri Keuangan

    mempunyai tugas:1. Menyusun kebijakan

    fiskal dan kerangka

    ekonomi makro;

    2. Menyusun rancangan

    APBN dan rancangan

    Kementerian Keuanganmempunyai tugasmenyelenggarakan urusankeuangan (UU

    Kementerian Negara Pasal4 ayat (2) b.)). Rinciantugas ini disampakan padaPasal 8 UU KeuanganNegara. Pasal budgetpower adalah poin 1 dan 2.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    50/71

    40

    Tabel 1. PASAL-PASAL PENTING TERKAIT KELEMBAGAAN PERENCANAAN PENGANGGARAN

    UU No. 39/ 2008 tentangKementerian Negara

    UU No. 25/ 2004 tentangSistim Perencanaan

    Pembangunan Nasional

    UU 17/ 2003 tentangKeuangan Negara

    Keterangan/ Catatan

    Perubahan APBN;

    3. Mengesahkan

    dokumen pelaksanaananggaran;

    4. Melakukan perjanjian

    internasional di bidang

    keuangan;

    5. Melaksanakan

    pemungutan

    pendapatan negara;

    6. Melaksanakan fungsi

    bendahara umum

    negara;

    7. Menyusun laporan

    keuangan yang

    merupakan

    pertanggungjawaban

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    51/71

    41

    Tabel 1. PASAL-PASAL PENTING TERKAIT KELEMBAGAAN PERENCANAAN PENGANGGARAN

    UU No. 39/ 2008 tentangKementerian Negara

    UU No. 25/ 2004 tentangSistim Perencanaan

    Pembangunan Nasional

    UU 17/ 2003 tentangKeuangan Negara

    Keterangan/ Catatan

    pelaksanaan APBN;

    8. Melaksanakan tugas-

    tugas lain di bidangpengelolaan fiskal ;

    Pasal 6. Setiap urusanpemerintahan sebagaimanadimaksud dalam Pasal 5ayat (2) dan ayat (3) tidakharus dibentuk dalam satukementerian tersendiri.

    Posisi Bappenas dalamkabinet dapat terjadi tidakdengan posisi sebagaiKementerian. Hal iniberdampak pedaperampingan strukturBappenas sekarang.

    Pasal 8 ayat (3). Dalammelaksanakan tugasnya,Kementerian yangmelaksanakan urusansebagaimana dimaksudpada Pasal 5 ayat (3)menyelenggrakan fungsi: a.Perumusan dan penetapankebijakan di bidangnya; b.Koordinasi dan sinkronisasipelaksanaan kebijakan di

    Pasal 12 ayat (1). APBNdisusun sesuai dengankebutuhanpenyelenggaraanpemerintahan negara dankemampuan dalammenghimpun pendapatannegara, (2) PenyusunanRancangan APBNsebagaimana dimaksuddalam ayat (1)

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    52/71

    42

    Tabel 1. PASAL-PASAL PENTING TERKAIT KELEMBAGAAN PERENCANAAN PENGANGGARAN

    UU No. 39/ 2008 tentangKementerian Negara

    UU No. 25/ 2004 tentangSistim Perencanaan

    Pembangunan Nasional

    UU 17/ 2003 tentangKeuangan Negara

    Keterangan/ Catatan

    bidangnya; c. Pengelolaanbarang milik/ kekayaannegara yang menjadi

    tanggung jawabnya; dan d.Pengawasan ataspelaksanaan tugas dibidangnya.

    berpedoman kepadarencana kerja Pemerintahdalam rangka mewujudkan

    tercapainya tujuanbernegara.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    53/71

    43

    Berdasarkan pemahaman studi ini yang disampaikan tersebut

    di atas baik secara teori, praktek dan regulasi, maka diketahui akan

    pentingnya penyatuan secara terintegrasi perencanaan program/

    kegiatan dan penganggaran dilakukan oleh satu instansi sebagaikoordinator perencanaan. Sesuai dengan prinsip dasar ini maka studi

    kebijakan ini mengajukan alternatif solusi reposisi kelembagaan terkait

    dengan perencanaan dan penganggaran. Peran tersebut seharusnya

    dilakukan oleh Bappenas. Saat ini peran tersebut tidak dapat

    sepenuhnya dilaksanakan karena adanya duplikasi akibat pembagian

    peran dengan Kementerian Keuangan. Untuk itu diperlukan reposisiBappenas yang terdiri 4 (empat) opsi yang dapat disampaikan dalam

    kajian ini dengan harapan dapat direalisasi dalam penyusunan

    kabinet baru, oleh Presiden terpilih hasil Pilpres 2014.

    OPSI 1: Kementerian Perencanaan dan Penganggaran

    Proses perencanaan dan penganggaran tahunan harus

    berubah sebagai konsekuensi dikeluarkannya putusan Mahkamah

    Konstitusi RI No. 35/PUU-XI/ 2013 terkait pengujian UU 27/ 2009

    tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD dan UU 17/ 2003 tentang

    Keuangan Negara terhadap Undang Undang Dasar 1945. Sesuai

    putusan ini DPR tidak lagi membahas RAPBN sampai satuan 3 (tiga)

    i.e. kegiatan, melainkan terbatas sampai program. Dengan adanya

    putusan Mahkamah Konstitusi ini seharusnya dapat mendorong

    adanya peningkatan kualitas perencanaan pembangunan nasional

    yang ditugaskan kepada Bappenas.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    54/71

    44

    Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut merupakan pijakan

    dasar untuk melakukan perubahan sistim perencanaan dan

    penganggaran yang tidak efisien dan efektif yang selama ini telah

    dilakukan. Reposisi Bappenas dilakukan sedemikian sehingga prosesperencanaan program/ kegiatan terpadu dengan proses perencanaan

    dan penganggaran2. Dalam menyusun perencanaan pembangunan

    nasional yang terpadu, maka sangat penting adanya koordinasi

    perencanaan secara terpadu antara perencanaan program/ kegiatan

    dengan alokasi penganggarannya, serta pengendalian pelaksanaan

    seperti tersebut di atas. Hal ini bisa terwujud bila dilakukan oleh hanyasatu kementerian/ lembaga sebagai koordinator perencanaan. Untuk

    itu diusulkan dalam kabinet mendatang terbentuk Kementerian

    Perencanaan dan Penganggaran (KPP) dengan menggabungkan

    Bappenas, fungsi Dirjen anggaran di Kementerian Keuangan dan

    fungsi UKP4.3 Dengan demikian fungsi perencanaan menjadi utuh

    yaitu dimulai dari (i) perencanaan (ii) penganggaran (iii) pengendalian

    2 Opsi pertama ini sangat menjanjikan untuk memberikan perubahan dan perbaikan

    kinerja perencanaan dan penganggaran pembangunan

    Perlu dipertimbangkan tentang kepastian berjalannya fungsi akibat penggabungan 3unit: (lini, koordinator/staf, dan penasehat presiden); kepastian tentang alokasianggaran yang tergantung pada otoritas keuangan (khususnya terkait denganpendapatan negara); kepastian tentang kemudahan perubahan atas regulasi sektormasing-masing unit yang akan digabung; dan tentunya keselarasan dengan kebijakan

    presiden yang akan diterapkan serta kesediaan unit kerja lain yang akan diajakbergabung

    3Ada 3 institusi/unit yang bergabung dalam KPP, yaitu Bappenas, Dirjen Anggaran, dan

    UKP4, masing-masing memiliki peran lama yang sangat strategis, didasarkan padaregulasi yang terpisah, sehingga perlu perombakan dalam skenario kebijakanpemerintah yang baru. Ada fungsi dan kedudukan yang berbeda di antara ketiga unittersebut, ada fungsi lini (Dirjen Anggaran), ada fungsi koordinator (Bappenas), adafungsi penasehat (UKP4). Secara struktural akan tidak bisa berfungsi danberkedudukan seperti yang lama, perlu dipertimbangkan eksistensi dan efektivitasfungsi tersebut pasca penggabungan

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    55/71

    45

    pelaksanaan; dan (iv) evaluasi . Isu krusial dalam hal ini adalah

    bahwa fungsi anggaran di Kemenkeu akan dilebur ke dalam fungsi

    perencanaan program/ kegiatan (yang selama ini dilakukan oleh

    Kementerian PPN/ Bappenas).

    Gambar 5. Siklus Perencanaan Pembangunan Tahunan

    Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penyatuan atau

    koordinasi perencanaan oleh satu kementerian/ lembaga pemerintah.

    Hal ini karena konsep dasar penyusunan RAPBN tidak bisa

    dipisahkan antara penyusunan program/ kegiatan dengan

    penyusunan anggarannya. Perlu mewujudkan adanya satu kesatuan

    usulan dari Pemerintah sebelum anggaran diajukan kepada DPR.

    Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut di atas, merupakan

    kesempatan untuk memperbaiki sistim perencanaan pembangunan di

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    56/71

    46

    Indonesia yang selama ini tidak terkoordinasi dengan baik. Dengan

    adanya pemerintah baru di Indonesia, sesuai hasil Pemilu 2014,

    kesempatan untuk menata kementerian dan lembaga juga terbuka.

    Prinsip penyatuan perencanaan dan penganggaran dilakukan denganreposisi Bappenas yaitu menyatukan fungsi penganggaran indikatif

    dan definitif yang selama ini dilakukan oleh Direktorat Jenderal

    Anggaran. Penyatuan juga dilakukan dengan UKP4 sebagai

    pengendali pelaksana pembangunan. Gambar 5 menunjukkan siklus

    perencanaan yang lengkap yang akan terwujud bila reposisi

    Bappenas opsi 1 (satu) ini dilakukan.Sebagai Kementerian Perencanaan dan Penganggaran (KPP),

    maka rincian tugas melaksanakan urusan Pemerintah terkait dengan

    perencanaan pembangunan nasional akan mencakup: (1) menyusun

    perencanaan program/ kegiatan sesuai dengan isu-isu strategis

    berkenaan dengan pembangunan nasional; (ii) melaksanakan

    perencanaan penganggaran pembangunan; (iii). melaksanakan

    pengendalian dan pelaksanaan pembangunan sehingga pelaksanaan

    pembangunan tepat waktu sesuai dengan tujuan perencanannya.

    Sedangkan beberapa fungsi penting KPP tersebut mencakup:

    (i) menyusun perencanaan pembangunan jangka panjang, menengah

    (RPJMN) dan tahunan (RKP-RAPBN) sejak asumsi makro, target

    investasi fiskal sektor pembangunan sampai dengan program/

    kegiatan dan daerah dan anggarannya yang definitif; (ii) menyusun

    perencanaan penganggaran berbasis kinerja (performance based

    budgeting) dalam kerangka Medium Term Expenditure Framework;

    (MTEF); (iii) koordinasi penyusunan program dan kegiatan serta

    pengendalian pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat di

    daerah, melalui Musrenbang, sehingga tepat sasaran. Tiga fungsi ini

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    57/71

    47

    dilakukan berdasarkan juga dengan kebijakan-kebijakan yang

    dihasilkan dari academic research, sehingga KPP juga akan berfungsi

    sebagai think tank. Sebagai contoh, untuk menentukan alokasi

    penganggaran dalam rangka mendorong ketahanan pangan,diperlukan konsep yang matang dan tajam (terkait dengan tujuan dan

    cara mewujudkan ketahanan pangan nasional tersebut). Hal ini

    karena pencapaian ketahanan pangan akan melibatkan berbagai

    kementerian/ lembaga baik di Pusat maupun di Daerah. Untuk

    melaksanakan hal ini maka diperlukan koordinasi perencanaan oleh

    KPP.Pada opsi 1 (satu) ini, Struktur Kabinet dapat mengacu pada

    Gambar 6 dimana Kementerian Keuangan akan berkonsentrasi pada

    peningkatakan pendapatan negara melalui pajak dan bea cukai, dan

    bertindak sebagai bendahara negara. Sedangkan Kementerian

    Perencanaan dan Penganggaran akan melaksanakan sepenuhnya

    tugas pemerintah melaksanakan urusan perencanaan pembangunan

    nasional sesuai UU Kementerian Negara.

    OPSI 2: Penguatan Mekanisme Perencanaan dan Penganggaran

    Pada opsi 2 (dua), penyusunan Rencana Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) akan dilaksanakan oleh 2

    (dua) lembaga secara terpadu, yaitu Kementerian Keuangan dan

    Bappenas. Model pelaksanaan penyusunan RAPBN ini pernah

    dilaksanakan pada tahun anggaran 1971/ 72 hingga tahun anggaran

    2003. Kemudian sejak tahun 2004 sampai sekarang dilaksanakan

    sesuai dengan UU 17/ 2003 tentang Keuangan Negara. Dalam

    pelaksanaan penyusunan RAPBN, Pemerintah menunjuk Kemenkeu

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    58/71

    48

    menjadi koordinator untuk keseluruhan penyusunan RAPBN. Untuk

    beberapa komponen dalam RAPBN, Kemenkeu berkoordinasi secara

    langsung dengan kementerian/ lembaga terkait.

    Kebijakan belanja RAPBN secara garis besar dibagi dalam 2(dua) kelompok belanja, yaitu: (a) Belanja Operasional (Rutin); dan (b)

    Belanja Non Operasional (Pembangunan). Belanja operasional (rutin)

    terdiri atas: (i) Belanja Pegawai; (ii) Belanja Barang; (iii) transfer ke

    daerah; (iv) Cicilan dan Bunga; dan (v) Lain-lain (termasuk subsidi

    BBM). Kelompok belanja ini dikoordinasikan oleh Kemenkeu dengan

    beberapa kementerian/ lembaga seperti Kemendagri, KementerianESDM, Bappenas, dan beberapa K/L lainnya. Sedangkan belanja non

    operasional (pembangunan) dikoordinasikan oleh Bappenas dengan

    mitra seluruh kementerian/ lembaga. Belanja pembangunan dibiayai

    melalui: (a) Pembiayaan Rupiah; dan (b) Pinjaman proyek lainnya

    seperti dari luar negeri. Pembiayaan rupiah merupakan selisih antara

    Pendapatan dalam negeri (penerimaan migas, nonmigas, pajak dan

    PNBP) dikurangi belanja rutin. Dalam opsi ini Bappenas

    mengkoordinasikan belanja pembangunan hingga satuan 3 (satuan

    tiga yaitu proyek atau kegiatan), sementara untuk satuan biaya

    (costing) dilakukan oleh Kemenkeu. Kemudian Anggaran rutin dan

    pembangunan disatukan dalam satu kesatuan RAPBN untuk

    kemudian diajukan ke DPR untuk dibahas dan mendapatkan

    pengesahan menjadi APBN. Dengan model perencanaan dan

    penganggaran berupa role sharing penyusunan RAPBN yang mana

    Bappenas berfokus pada penyusunan anggaran pembangunan,

    pemerintah dapat mencapai target-target pembangunan sebagaimana

    ditetapkan dalam Repelita dan Sarlita.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    59/71

    49

    Terkait dengan peran dalam Fiskal dan Moneter, maka

    Bappenas aktif dan berperan dalam menentukan asumsi makro

    bersama Kemenkeu dan Bank Indonesia. Asumsi makro ini juga

    menjadi acuan dalam mencapai target-target makro ekonomipemerintahan. Dengan mengkoordinasikan penentuan asumsi makro,

    Bappenas dapat melakukan pendetailan rencana melalui RAPBN

    (dalam rangka mencapai target-target makro tersebut). Disamping

    menjadi leader dalam asumsi makro, Bappenas juga berperan aktif

    dalam Dewan Moneter dan Tim Tarif (bersama Kemenkeu dan Bank

    Indonesia). Penerapan model Perencanaan dan Penganggaran inipada dasarnya cukup efektif dan efisien, terutama dalam mencapai

    target-target pembangunan yang ditetapkan pemerintah.

    Peran Bappenas pada opsi 2 (dua) ini sebagai leader dalam

    penyusunan kerangka ekonomi makro dan dalam penentuan asumsi

    makro. Kerangka ekonomi makro ini kemudian akan diterjemahkan

    dalam RPJMN dan dalam dokumen perencanaan tahunan. Bappenas

    juga akan aktif menjadi anggota dalam koordinasi di tingkat makro

    seperti koordinasi stabilitas moneter, tim tarif, serta semacam Forum

    Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) yang menangani

    situasi krisis. Jadi inti dari opsi 2 (dua) adalah revitalisasi Bappenas

    tersebut dan dikaitkan dengan pembagian penyusunan RAPBN

    menjadi 2 (dua) yang terdiri atas anggaran rutin dan anggaran

    pembangunan. Peran Kemenkeu akan terpusat pada penyusunan

    penganggaran RAPBN secara keseluruhan sebagai wakil Pemerintah

    dalam pembahasan dengan DPR, sedangkan peran Bappenas

    mengkoordinasi penyusunan anggaran non operasional

    (pembangunan) sampai level satuan 3 (proyek atau kegiatan,

    dokumennya RKAKL dan anggaran definitif).

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    60/71

    50

    Dengan menjadi leader yang berkonsentrasi dalam anggaran

    pembangunan, maka Bappenas dapat melakukan harmonisasi target-

    target makro ekonomi hingga transformasi struktural perekonomian

    nasional. Reposisi Bappenas dalam struktur kabinet untuk Opsi 2(dua) ini dapat juga mengacu sebagaimana terlihat pada Gambar 6

    dimana Kementerian PPN/ Bappenas dalam perencanaan tahunan

    menyusun RAPBN pada komponen biaya non operasional

    (pembangunan). Sedangkan Kemenkeu melakukan koordinasi

    penganggaran APBN dari komponen biaya operasional (rutin).

    Gambar 6.Posisi Bappenas pada Struktur Kabinet untuk Opsi 1 dan Opsi 2

    OPSI 3: Perencanaan dan Penganggaran Berada di Kantor

    Presiden

    Pemikiran agar koordinasi perencanaan pembangunan yang

    kuat dapat diwujudkan (poweful) maka diajukan alternatif ketiga atau

    opsi 3 (tiga) yaitu bahwa posisi penyatuan fungsi perencanaan dan

    penganggaran diletakkan pada Kantor Presiden. Dengan demikian

    PRESIDEN

    WAKIL

    PRESIDEN

    Dewan Ekonomi

    Nasional

    Kantor

    Presiden

    Kementerian/

    Lemba a Lainn a

    Kementerian

    Keuan an

    Kementerian

    PPN/ Ba enas

    Kementerian/

    Lemba a lainn a

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    61/71

    51

    diharapkan mempunyai kedudukan yang kuat dan apabila Wakil

    Presiden atau Menko Perekonomian akan menyusun atau melakukan

    perubahan kebijakan pembangunan tidak dapat dilakukan langsung

    dengan memerintah Kementerian terkait perencanaan danpenganggaran tetapi harus di bawah koordinasi presiden terlebih

    dahulu4. Jadi fungsi perencanaan dan penganggaran diusulkan untuk

    ditempatkan di bawah Kantor Presiden sehingga komunikasi antara

    presiden misalnya terkait perencanaan strategis dapat dilakukan

    secara langsung dan akan segera ditaati oleh kementerian/ lembaga

    (karena lebih powerful). Diharapkan dengan posisi di KantorKepresidenan tersebut akan dapat mengkoordinasi kementerian dan

    kelembagaan dengan lebih efektif. Selain itu dengan berada langsung

    dibawah presiden maka persoalan pembangunan yang bersifat

    strategis dapat secara langsung terinformasi dengan lebih baik

    kepada presiden. Dalam proses pengambilan kebijakan, Presiden

    akan mendapatkan input langsung dari kantor unit yang

    mengkoordinir persoalan perencanaan dan penganggaran5tersebut.

    Meskipun demikian, dalam menyusun struktur kabinet, Presiden

    terpilih 2014-2019 harus mengacu pada UU No 39 tahun 2008

    tentang Kementerian Negara yang mana dalam UU tersebut telah

    4 Secara label di bawah Kantor Presiden menjadi sangat elitis dan powerful,

    pengawalan kebijakan menjadi mudah, komunikasi langsung lebih mudah; namunsecara logika struktural bisa terjadi kehilangan banyak hal, eselonnya lebih rendah (dibawah setneg), sulit dalam koordinasi, tidak bisa menjadi super body (karena posisinyahanya fungsi staf/penasehat) Perlu melihat dan memperhatikan struktur organisasiunit kepresidenan, termasuk eselonisasi dan pola hubungan dengan kementerian danlembaga

    5Pada usulan LAN maka Kantor Presiden akan terdiri dari sekretariat negara, kantor

    urusan perencanaan dan penganggaran, kantor urusan reformasi adminstrasi, kantor

    urusan pengawasan dan kantor urusan desentralisasi dan otonomi daerah.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    62/71

    52

    memuat 2 (dua) hal yaitu: (i) terkait berbagai urusan pemerintahan

    secara rinci; dan (ii) jumlah kementerian dibatasi hanya 34 (tiga puluh

    empat). Tugas melaksanakan urusan Pemerintah terkait perencanaan

    pembangunan nasional dimungkinkan tidak setingkat Kementerian/Lembaga, yang mana hal ini sesuai dengan Pasal 5 Ayat 3

    menyebutkan bahwa: ...urusan pemerintahan sebagaimana

    dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c meliputi urusan perencanaan

    pembangunan nasional.... Selanjutnya pada pasal 6. menyebutkan6

    setiap urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

    ayat (2) dan ayat (3) tidak harus dibentuk dalam satu kementeriantersendiri.

    Dengan demikian, usulan bahwa fungsi perencanaan dan

    penganggaran berada di Kantor Presiden mempunyai beberapa

    konsekuensi yang memerlukan perhatian, yaitu :

    Pertama, kepala kantor akan sulit mengkoordinasi menteri/ kepala

    lembaga karena walaupun dibawah presiden posisinya masih

    dibawah menteri.

    Kedua, berdasarkan pengalaman atau dalam prakteknya terbukti

    bahwa lembaga di bawah kepresidenan (UKP4) dalam melakukan

    koordinasi kementerian masih harus tergantung pada Bappenas

    atas substansi yang dibahas.

    Ketiga, personil dalam lembaga kepresidenan akan menjadi

    banyak (kantor yang gemuk). Solusi yang diperlukan adalah

    kepala kantor yang membawahi fungsi perencanaan dan

    6Pasal-pasal penting dalam regulasi terkait reposisi Bappenas disampaikan pada Tabel

    1.

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    63/71

    53

    penganggaran jabatannya seharusnya setingkat menteri. Struktur

    Kabinet sesuai dengan opsi 3 (tiga) disampaikan sebagaimana

    Gambar 7.

    Keempat, proses perencanaan pembangunan nasional tidaksederhana dan mudah melainkan sangat kompleks terlebih karena

    banyaknya Undang-Undang sektor yang masing-masing

    menganggap penting dan memerlukan alokasi anggaran.

    Kelima, jumlah penduduk yang tinggi dan luasnya wilayah

    Indonesia memerlukan perencanaan yang tepat sesuai dengan

    potensi daerah-daerah. Hal ini memerlukan posisi kementerianyang kuat dan strategis dibandingkan sekadar kantor urusan.

    Jadi kesimpulan yang dapat diambil terkait dengan opsi 3 (tiga)

    adalah bahwa : posisi di kantor kepresidenan meskipun lebih powerful

    namun memiliki esiko proses perencanaan dan penganggaran akan

    tidak tertangani dengan baik. Untuk itu perlu persiapan sambil

    menunggu selesainya revisi Undang-Undang terkait misalnya UUKeuangan Negara dan UU SPPN.

    Gambar 7. Posisi Bappenas di bawah kantor Presiden (Opsi 3)

    PRESIDEN

    WAKIL

    PRESIDEN

    Kantor Perencanaan dan

    penganggaran

    Kementerian/

    Lembaga Lainnya

    Kementerian

    Keuangan

    Kementerian/

    Lembaga lainnya

    Kementerian/

    Lembaga Lainnya

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    64/71

    54

    OPSI 4: Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasionalsebagai penentu arah kebijakan RAPBN dan sebagaithinktank.

    Sejak terbitnya Undang Undang No. 17 Tahun 2003 tentang

    Keuangan Negara, maka praktis peran lembaga perencanaan

    seperti Bappenas tidak sepenuhnya bisa mensinergikan perencanaan

    program/ kegiatan dengan perencanaan penganggaran7.

    Sebagaimana disampaikan sebelumnya, hal ini karena perencanaan

    penganggaran yang dilakukan oleh Bappenas hanya terbatas sampai

    alokasi anggaran indikatif, sedangkan alokasi definitifnya dilakukanoleh Kementerian Keuangan. Bahkan detail kegiatan dan lokasi

    kegiatan sudah tidak dilakukan oleh Bappenas misalnya dalam

    perencanaan Dana Alokasi Khusus (DAK). Terkait DAK ini

    Kementerian Keuangan berkonsultasi dengan Badan Anggaran DPR

    untuk menentukan jumlah alokasi dan kabupaten yang mendapat

    DAK. Penentuan ini tidak dilakukan bersama Bappenas. Hal inibertentangan dengan Putusan MK yang telah diterbitkan kemudian.

    Penyatuan fungsi perencanaan tahunan terkait dengan

    koordinasi usulan program/ kegiatan dari K/L dengan usulan

    penganggaranya sudah dilakukan di negara maju misalnya di Jepang.

    Kompilasi usulan program/ kegiatan dari kementerian/ lembaga

    diajukan dan dikoordinasikan oleh Kementerian Keuangan.

    7 Sebab UU 17/2013 memang merupakan regulasi rumpun keuangan, yang

    memberikan otoritas penuh pada entitas organisasi pengelola keuangan ( KementerianKeuangan)

  • 7/21/2019 Revitalisasi Perencanaan Pembangunan Nasional: Reposisi Bappenas

    65/71

    55

    Selanjutnya oleh Kementerian Keuangan berdasarkan

    konsultasi dengan legislatif, disusun perencanaan