revisi gangguan cemas menyeluruh
DESCRIPTION
gangguan cemas menyeluruhTRANSCRIPT
u. Biaya hidup saat ini didapat dari anak-anak dan istrinya
v. Pada pasien didapatkan gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial, lingkungan dan lain-lain.
VI. FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat
sekumpulan gejala dan prilaku yang menimbulkan penderitaan atau disabilitas.
Disfungsi ini terlihat dari segi prilaku, psikologis, maupun biologis yang kemudian
mempengaruhi hubungan dengan masyarakat, maka pasien ini dikatakan
menderita gangguan jiwa.
a. Diagnosis aksis I
Pada pasien ini tidak terdapat riwayat penyakit primer maupun sekunder
yang menyebabkan adanya disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat
kesadaran, daya konsentrasi, orientasi, serta fungsi kognitif pasien yang
masih baik sehingga pasien ini bukan penderita gangguan mental organik
(F.0).
Dari anamnesis didapatkan tidak terdapat riwayat penggunaan zat-zat
psikoaktif serta alcohol sehingga pasien ini bukan penderita gangguan
mental dan prilaku akibat zat psikoaktif atau alcohol (F.1).
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realitas,
sehingga pasien ini bukan penderita gangguan psikosis (F.2).
Pada pasien ini tidak ditemukan adanya gangguan mood, peningkatan
afek, peningkatan aktivitas mental dan peningkatan aktivitas psikomotor
sehingga pasien bukan penderita depresi. Oleh karena pada pasien tidak
ditemukan gejala mania dan depresi sehingga pasien ini bukan penderita
gangguan suasana dan perasaan (mood [afektif]) (F.3).
Pada pasien ini ditemukan kegelisahan dan kecemasan yang
menimbulkan gangguan dalam hidupnya, sehingga pasien ini merupakan
penderita gangguan neurotic, gangguan somatoform dan gangguan
terkait stress (F.4).
Pasien mengeluhkan adanya gejala primer yaitu sering merasakan
kecemasan seperti khawatir. Terdapat ketegangan motorik seperti kepala
pusing. Terdapat overaktivitas otonomik seperti berdebar-debar dan
berkeringat. Oleh karena itu pasien ini adalah penderita gangguan cemas
menyeluruh (F.41.1)
b. Diagnosis aksis II
Tumbuh kembang pada masa kanak-kanak sampai dewasa tidak terdapat
penyakit dan normal. Pasien dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan
orang lain sebagaimana orang normal lainnya, sehingga pasien bukan
penderita gangguan kepribadian. Pasien mengenyam pendidikan hingga
sarjana sehingga pasien bukan penderita retardasi mental. Karena
penderita gangguan kepribadian dan bukan retardasi mental, maka pada
pasien ini aksis II tidak ada diagnosis.
c. Diagnosis aksis III
Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan neurologis pada pasien ini dalam
batas normal namun pasien memiliki riwayat hipertensi namn pasien teteap
kontrol ke poli penyakit dalam di RSUP Persahabatan. Maka pada aksis III
pasien ini ditemukan diagnosis hipertensi.
d. Diagnosis aksis IV
Pasien saat bersekolah SD hingga sarjana dapat bersosialisasi dengan
baik pada lingkungan sekitar dan teman-teman sewaktu disekolahnya. Pasien
merupakan anak ke tiga dari empat bersaudara. Ayahnya meninggal saat
pasien masih SD. Ibu pasien meninggal saat pasien sudah bekerja. Pada
waktu kecil pasien di didik dengan keras oleh kakak pertamanya.
Pasien sudah menikah dengan istrinya selama tiga puluh dua tahun.
Pasien memiliki tiga anak. Anak terakhir adalah seorang perempuan yang
sangat manja dan sudah menikah. Pasien selalu cemas memikirkan anak
perempuannya karena anak perempuannya tinggal di medan mengikuti
suaminya. Pasien terkadang masih mengkhawatirkan hidup anak
perempuannya namun sekarang pasien sudah bisa menggunakan cara agar
tidak terlalu memikirkan anak bungsunya yang sudah menikah tersebut
dengan cara mencari kegiatan di pagi hari dengan cara mengantar cucu ke
anak nya ke sekolah dan menjemputnya kembali. Biaya pengobatan pasien
menggunakan BPJS.
Aktivitas sehari-hari pasien dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan oaring
lain. Maka pada aksis IV pada pasien ini terdapat masalah keluarga dan
tidak terdapat masalah ekonomi dan tidak terdapat masalah sosial.
e. Diagnosis aksis V
Pada aksis V, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan
menggunakan GAF. Pada pasien ini didapatkan gejala sementara, serta
disabilitas ringan dalam sosial. Maka aksis V didapatkan GAF scale 80-71.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : gangguan cemas menyeluruh
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : hipertensi
Aksis IV : Tidak ada diagnosis
Aksis V : GAF scale 80-71
VIII. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : hipertensi
Psikologis : terdapat kecemasan.
Sosioekonomi : terdapat masalah dalam keluarga.
IX. PROGNOSIS
a. Prognosis kearah baik
i. Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh.
ii. Pasien mulai memikirkan hal-hal positif tentang anak bungsunya di
sana,
iii. Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama
iv. Pasien rutin kontrol dan mengkonsumsi obat
v. Respon pasien terhadap obat baik.
b. Prognosis kea rah buruk
Anak bungsu perempuannya jauh di Medan tinggalnya
Pasien sudah mengalami gangguan sejak 6 tahun.
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah :
Ad vitam : dubia
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ada malam
X. TERAPI
a. Psikofarmaka
i. alprazolam 2 x ½ mg
b. Psikoterapi
i. Edukasi pada pasien pentingnya mengkonsumsi obat dan kontrol
secara teratur.
ii. Edukasi pada pasien untuk mecari kegiatan-kegiatan yang
membuat agar pasien tidak memikirkan anak bungsunya terus
menerus.
iii. Menyarankan pasien untuk mencoba menghilangkan penyebab
kecemasannya
iv. Metode relaksasi:
1. Mengendurkan otot-otot tubuh, membayangkan suasaa
tenang yang sesuai dengan keinginan pasien
2. Menarik napas dalam.
3. Menghembuskan lewat mulut.