review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan...

22
Review: Usaha Untuk Menjaga Ketuaan Warna Hasil Pencelupan Kain Denim Dengan Zat Warna Indigo Dengan Mengatur pH Larutan Celup Putri Mayangsari 1 , Miranti Febiantika 2 , Febriano Danovan 3 , Frezilia Nurani 4 , Wulan Permatasari 5 1 Mahasiswa STT Tekstil, K-1 (10K40012), 2 Mahasiswa STT Tekstil, K-1 (10K40017), 3 Mahasiswa STT Tekstil, K-2 (10K40025), 4 Mahasiswa STT Tekstil, K-2 (10K40026), 5 Mahasiswa STT Tekstil, K-2 (10K40039) Abstrak Pencelupan benang kapas untuk kain denim dengan zat warna indigo sudah bukan hal yang baru dalam dunia tekstil, dengan sedang maraknya pemakaian denim dimasyarakat maka permintaan kain denim semakin meningkat. Zat warna indigo termasuk kedalam golongan zat warna bejana yang dalam prosesnya memerlukan tiga tahap yaitu, pembejanaan atau proses mereduksi leuko yang tidak larut menjadi larut, kedua proses absorbsi zat warna kedalam serat dan ketiga proses pembangkitan warna atau proses oksidasi yang membuat leuko yang larut menjadi tidak larut kembali. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan dengan zat warna indigo salah satunya dengan mengatur pH larutan celup, dengan ketuaan warna yang sesuai maka kain denim tersebut akan lebih baik kualitasnya, sehingga produktivitasnya akan meningkat. Kata kunci: denim, indigo, bejana, pH larutan

Upload: putri-mayangsari

Post on 29-Jul-2015

346 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

review dari jurnal ilmiah

TRANSCRIPT

Page 1: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

Review: Usaha Untuk Menjaga Ketuaan Warna Hasil Pencelupan Kain Denim Dengan Zat Warna Indigo

Dengan Mengatur pH Larutan Celup

Putri Mayangsari1, Miranti Febiantika2, Febriano Danovan3, Frezilia Nurani4, Wulan Permatasari5

1 Mahasiswa STT Tekstil, K-1 (10K40012), 2 Mahasiswa STT Tekstil, K-1 (10K40017),

3 Mahasiswa STT Tekstil, K-2 (10K40025), 4 Mahasiswa STT Tekstil, K-2 (10K40026),

5 Mahasiswa STT Tekstil, K-2 (10K40039)

Abstrak

Pencelupan benang kapas untuk kain denim dengan zat warna indigo sudah bukan hal yang

baru dalam dunia tekstil, dengan sedang maraknya pemakaian denim dimasyarakat maka

permintaan kain denim semakin meningkat. Zat warna indigo termasuk kedalam golongan zat

warna bejana yang dalam prosesnya memerlukan tiga tahap yaitu, pembejanaan atau proses

mereduksi leuko yang tidak larut menjadi larut, kedua proses absorbsi zat warna kedalam

serat dan ketiga proses pembangkitan warna atau proses oksidasi yang membuat leuko yang

larut menjadi tidak larut kembali. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga

ketuaan warna hasil pencelupan dengan zat warna indigo salah satunya dengan mengatur pH

larutan celup, dengan ketuaan warna yang sesuai maka kain denim tersebut akan lebih baik

kualitasnya, sehingga produktivitasnya akan meningkat.

Kata kunci: denim, indigo, bejana, pH larutan

1. Pendahuluan

Kata denim berasal dari salah satu kota di Perancis yaitu Nîmes (de Nîmes), pada

mulanya disebut Serge De Nîmes karena berasal dari kain sutera (Serge) yang kuat, yang

dibuat oleh keluarga André. Celana denim pertama dibuat di Genoa, Italia, sehingga

orang Inggris dan Amerika menyebutnya jeans. Penggunaan celana denim ini sudah

berlangsung sejak abad 18 akhir di Amerika1.

Kain denim adalah kain tenun kapas yang mempunyai anyaman keeper serta tersusun

atas benang lusi yang putih atau dicelup dan benang pakan yang selalu berwarna putih.

Kain denim yang dibuat menjadi celana atau sering disebut sebagai celana denim, akhir-

Page 2: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

akhir ini semakin diminati keberadaannya mulai dari anak-anak hingga orang dewasa,

terutama remaja karena telah menjadi trend baru yang menggemparkan. Hal ini terjadi

sejak munculnya celana denim merk internasional hingga lokal yang kualitasnya tidak

diragukan lagi.

Pada kain denim benang lusinya dicelup warna biru dengan zat warna indigo, dan

kain pakannya berwarna putih. Zat warna indigo mempunyai afinitas terhadap kapas kecil

sehingga untuk mencapai ketuaan warna tertentu pada pencelupan rendam peras (kontinu)

harus dilakukan beberapa kali dan dilakukan pencelupan pada kondisi afinitas zat warna

maksimum.

Zat warna indigo tidak larut dalam air dan tidak mempunyai afinitas terhadap serat

kapas. Supaya zat warna dapat mencelup kapas, maka harus dirubah dahulu menjadi

bentuk leuko zat warna yang dapat larut dalam air dan mempunyai afinitas terhadap serat

kapas. Perubahan dari zat warna indigo ke dalam leuko zat warna dilakukan dengan

mereduksi zat warna tersebut dengan penambahan alkali natrium hidroksida dan natrium

hidrosulfit. Kesempurnaan proses pencelupan dengan zat warna indigo ditentukan oleh

kesempurnaan perubahan zat warna indigo menjadi leuko zat warna dan ini dapat dicapai

pada pH larutan dan kadar natrium hidrosulfit yang tepat.

2. Zat warna indigo

Zat warna alam indigo diperoleh dari tanaman tarum (indigofera) yang dimanfaatkan

daunnya sebagai pewarna tekstil. Salah satu jenis pewarna yang paling tua di dunia ini

yang bisa dilacak dari 10 tahun sebelum masehi dan masih digunakan sampai saat ini. Zat

warna indigo alam dihasilkan dari batang dan daun tanaman Indigofera tinctoria yang

mengandung glukosida indoksil yang disebut sebagai indikan. Daun dan batang tanaman

tersebut direndam dalam air sehingga terjadi proses dermentasi (peragian) secara

langsung menyebabkan enzim dalam batang daun tanaman tersebut akan mengubah

indikan menjadi indoksil dan glukosa. Indoksil yang terjadi dengan bantuan oksigen dari

udara atau zat oksidator akan teroksidasi menjadi endapan zat warna indigo.

Pada zat warna indigo sintetik termasuk kedalam golongan zat warna bejana, karena

dalam proses pencelupannya, terdapat proses pembejanaan karena zat warna indigo

merupakan leuco yang tidak larut dalam air.

Page 3: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

δ- δ+

δ- δ+

Gambar 1. Struktur Zat Warna Indigo (Indigotin)

Zat warna indigo sintetis mulai dibuat tahun 1865 oleh A bayer, tahun 1890 oleh

Heuman, tahun 1896 oleh BASF. A bayer membuat zat warna indigo sintetik dengan etil

ester asam sinaurat yang dinitrasi dengan asam nitrat pekat sehingga menghasilkan asam

O-nitrosiaurat kemudian dihidrolisa dan dibrominasi menjadi O-nitrofenil dibromo asam

propiolat, lalu dirubah menjadi O-nitrofenil asam propinolat dengan menambahkan

natrium hidroksida2. Zat warna indigo mempunyai struktur molekul C16H10O2N2 dengan

berat molekul 262,26 mengandung karbon 73,27%, hidrogen 3,84%, nitrogen 10,68%,

dan oksigen 12,20%3.

Warna indigo sangat dipengaruhi oleh keadaan fisik zat warna dan lingkungan di

sekitarnya, misalnya pada fasa uap zat warna indigo berwarna merah, sedangkan pada

fasa padat menjadi berwarna biru. Zat warna indigo juga bersifat solvatokromik, yaitu

akan berbeda warnanya bila dilarutkan dalam pelarut yang berbeda kepolarannya. Dalam

hal ini akan terjadi efek hipsokromik atau terjadi penurunan panjang gelombang

maksimumnya bila kepolaran pelarutnya berkurang, hal tersebut karena jika pelarut

kurang polar maka ikatan hidrogen intramolekuler akan berkurang, sehinga struktur zat

warna dapat memuntir dan menjadi kurang planar.

Efek solvatokromik yang terjadi berkaitan dengan pelarut yang digunakan dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Efek solvatokromik pada indigo4:

Jenis Pelarut λmaks (nm)

Uap 540

Karbon tetraklorida 588

Page 4: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

Xilena 591

Etanol 606

Dimetil sulfoksida 642

Padat 660

Proses pembuatan indigo dari asam antranilat tersebut disebut sintesa Heumann yang

urutannya digambarkan dengan skema berikut ini.

Gambar 2. Skema Sintesa Indigo

3. Pencelupan Benang Kapas Dengan Zat Warna Indigo

Zat warna indigo tidak larut dalam air sehingga tidak dapat langsung digunakan untuk

mencelup. Supaya dapat mencelup zat warna ini harus dibentuk dalam bentuk leuko zat

warna yang mempunyai daya ikat dengan serat. Leuko zat warna indigo diperoleh dengan

mereduksi zat warna indigo dengan natrium hidroksida dan natrium hidrosulfit. Reaksi

yang terjadi :

I II

Page 5: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

III IV

Gambar 3. Variasi Dari Bentuk Zat Warna Indigo (I) Bentuk Oksidasi Atau Keto (II) Bentuk

Sama Leuko (III) Bentuk Monofenolate (IV) Bentuk Bifenolate8

- Zat warna indigo mengandung gugus karbonil (-C=O)

- C=O reduksi leuko gugus enol –C=OH alkali -C-Ona leuko natrium,

Hidrosulfit NaOH

- Leuko natrium mempunyai daya tarik terhadap gugus OH dari kapas membentuk

ikatan hidrogen

- Pada proses oksidasi dengan udara, leuko natrium berubah menjadi zat warna asal5

Pada dasarnya pencelupan dengan zat warna indigo terdiri dari 4 tahap, yaitu :

1. Pembejanaan yaitu membuta larutan bejan yang mengandung senyawa leuko

2. Pencelupan serat tekstil dengan senyawa leuko

3. Oksidasi senyawa leuko berubah menjadi senyawa awal

4. Pencucian dengan air dingin, pencucian dengan larutan sabun suasan panas, dan

pencucian dengan air dingin sampai bersih

Pada awalnya para ahli zat warna memberi perhatian hanya pada bentuk zat warna

indigo I,II,IV sedangkan bentuk III diabaikan, tetapi sekarang diketahui bahwa bentuk III

ini yang memegang peranan terhadap ketuaan warna pencelupan. Zat warna indigo

bentuk I tidak larut dalam air sehingga tidak dapat digunakan dalam pencelupan, bentuk

II sedikit larut dalam air dan sedikit afinitas terhadap serat kapas. Bentuk III merupakan

ion monofenolat mempunyai daya larut dalam air yang lebi besar dari bentuk II tetapi

lebih kecil dari bentuk IV. Ion monofenolate mempunyai afinitas dan kecepatan celup

terhadap serat yang tinggi dibanding bentuk bifenolate6 oleh karena itu kondisi

Page 6: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

pencelupan harus pada suasana terbentuknya ion monofenolate agar ketuaan warna yang

diharapkan dapat tercapai.

Kecepatan celup ion monofenolate yang meningkat akan memperkecil terjadinya

penetrasi zat warna pada bundelan benang tetapi akan memperbanyak jumlah zat warna

yang terfiksasi pada permukaan benang sehingga ketuaan warna yang diharapkan dalam

pencelupan dapat tercapai.

4. Pengaruh pH Larutan Pada Hasil Pencelupan

Terbentuknya zat warna indigo bentuk I, II, III atau IV banyak dipengaruhi oleh pH

larutan. Karena pH larutan berpengaruh pada terjadinya bentuk pecahan dari zat warna

indigo, maka kondisi pH larutan celup akan berpengaruh pada banyaknya zat warna

indigo yang terfiksasi pada bahan yang berkaitan langsung pengaruhnya pada ketuaan

warna hasil pencelupan. Hal ini terlihat pada tabel 1 merupakan hasil percobaan

pencelupan benang kapas dngan zat warna indigo pada variasi pH larutan dan variasi

konsentrasi zat warna didalam larutan.

Gambar 4. Bentuk Pecahan Dari Zat Warna Indigo Yang Terduksi Dalam Larutan

Sebagai Fungsi dari pH larutan

Page 7: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

Dari tabel 1 terlihat bahwa untuk pencelupan dengan konsentrasi zat warna yang sama

tetapi pH larutan berbeda maka zat warna yang terserap kedalam bahan berbeda sehingga

konsentrasi zat warna dalam bahan dan ketuaan warna berbeda. Dari hasil percobaan

pencelupan menggunakan variasi konsentrasi zat warna menunujukkanbahwa pada

umumnya pencelupan antara pH 9,4- pH 12,3 memberikan nilai konstrasi zat warna

didalam serat (g/100g) tinggi, sedangkan pencelupan dibawah pH 7,8 dan pH diatas 13,1

memberikan nilai konstrasi zat warna didalam serat yang rendah.

Keadaan ini juga terlihat dari hasil pengukuran % reflektansi, pencelupan antara pH

9,4-pH 12,3 nilai % reflektansinya kecil sedangkan penclupan dibawah pH 7,8 dan pH

diatas 13,1 nilai % reflektansinya besar. Nilai reflektansi apabila dimasukkan kedalam

persamaan Kulbeka Munk:

KS

=(1−R)

2 R

2

Maka nilai reflektansi yang kecil akan memberikan nilai K/S yang besar dan nilai

reflektansi yang besar akan memberikan nilai K/S yang kecil7.

Karena harga K/S berbanding lurus dengan konsentrasi zat warna didalam serat, maka

perbandingan K/S merupakan perbandingan konsentrasi zat warna didalam serat. Harga

K/S yang besar berarti konsentrasi zat warna didalam serat tinggi, dan begitupun

sebaliknya jika harga K/S kecil maka konsentrasi zat warna diserat juga kecil.

Berikut ini adalah tabel 1 data percobaan pencelupan benang kapas dengan zat warna

indigo pada variasi ph larutan dan variasi konsentrasi zat warna dalam larutan:

Grup pH

larutan

Konsentrasi

zat warna

dalam larutan

(g/l)

Konsentrasi

zat warna

dalam serat

(g/100 g)

%

reflektansi

pada

panjang

gelombang

660nm

A

A

A

13,3

13,3

13,3

0,2

0,5

1,0

0,03

0,06

0,15

17,79

12,73

8,81

A

A

13,3

13,3

1,5

2,0

0,26

0,42

6,04

3,94

B

B

B

B

B

13,2

13,1

13,1

13,1

13,1

0,2

0,5

1,0

1,5

2,0

0,02

0,10

0,28

0,39

0,61

17,69

9,34

4,76

3,63

2,97

C 12,3 0,2 0,06 7,37

Page 8: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

C

C

C

C

12,3

12,3

12,2

12,1

0,5

1,0

1,5

2,0

0,24

0,51

0,66

0,81

3,39

2,33

2,11

2,02

D

D

D

D

D

11,4

11,4

11,3

11,3

11,2

0,2

0,5

1,0

1,5

2,0

0,09

0,28

0,53

0,77

1,01

4,68

2,46

1,98

1,88

1,95

E

E

E

11,2

112,

11,2

0,2

0,5

1,0

0,08

0,26

0,54

4,67

2,47

1,96

E

E

11,0

10,9

1,5

2,0

0,77

1,10

1,89

2,01

F

F

F

F

F

10,4

10,3

10,0

9,8

9,4

0,2

0,5

1,0

1,5

2,0

0,13

0,34

0,62

0,92

1,15

4,09

2,24

2,10

1,89

2,32

G

G

G

G

G

7,7

7,7

7,7

7,8

7,8

0,2

0,5

1,0

1,5

2,0

0,04

0,08

0,13

0,15

0,22

11,87

9,84

9,04

7,75

6,61

Keadaan ini diperkuat oleh Etters dari hasil percobaannya pengaruh pH larutan celup

terhadap ketuaan warna hasil pencelupan seperti pada gambar berikut:

Page 9: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

Gambar 5. Pengaruh Ph Larutan Pada Ketuaan Warna Hasil Pencelupan Benang Kapas

Dengan Zat Warna Indigo8

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa pH larutan celup sangat berpengaruh pada

besarnya konsentrasi zat warna di dalam serat yang menentukan pada ketuaan warna hasil

celupan. Ketuaan warna maksimum tercapai pencelupan pada pH 10.5 – 11.5 karena pH ini

ion monofenolate yang mempunyai afinitas besar terhadap serat banyak terbentuk.

Pencelupan di atas pH 12.5 terbentuknya ion monofenolat hanya sedikit tetapi banyak

terbentuk ion bifenolat yang mempunyai afinitas terhadap serat kecil. Begitu juga

pencelupan di bawah pH 9 banyak terbentuk asam leuko nonionik dimana kelarutan dalam

air dan afinitas terhadap serat yang kecil. Oleh karena itu hasil pencelupan pada pH 10.5 –

11.5 memberikan ketuaan warna lebih tinggi dari hasil celup diatas pH 12.5 dan dibawah pH

9.

Di samping itu pada suasana larutan celup di bawah pH 11 akan terbentuk lapisan

kristal dari zat warna indigo yang akan mengendap di antara serat di dalam benang,

sedangkan pada pH di atas 11 kejadian ini hampir tidak terjadi seperti tampak pada gambar 4,

ini memperkuat terhadap keterangan bahwa penyerapan optimum terjadi pada pencelupan

pH 10.5 – 11.5.

Page 10: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

Gambar 6. Penampang Melintang Dari Benang Hasil Celup Dengan Zat Warna Indigo

Di bawah pH 11 terbentuk lapisan kristal zat warna mengendap di antara serat dalam benang

sedangkan diatas pH 11 hal ini praktis tidak terbentuk6.

pH :

Gambar 7. Ini adalah skema sederhana dari penyerapan zat warna kedalam benang

kapas dengan zat warna indigoo dengan variasi pH9.

Di dalam proses pencelupan terjadinya proses pewarnaan serat oleh zat warna melalui

mekanisme pencelupan sebagai berikut :

Pergerakan zat warna dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah di dalam

larutan sehingga di dapat konsentrasi zat warna yang homogen di dalam larutan.

Penyerapan zat warna dari larutan ke permukaan serat.

Masuknya zat warna dari permukaan serat ke dalam serat.

Terjadinya migrasi zat warna dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah di

dalam serat sehingga diperoleh kerataan warna hasil pencelupan.

Terjadinya fiksasi yang merupakan terajadinya ikatan antara zat warna dengan

serat.

Zat warna indigo afinitas atau daya gabung terhadap serat yang kecil sehingga zat

warna indigo sudah terabsopsi berada dipermukaan serat hanya sedikit yang mengadakan

ikatan dengan serat. Zat warna yang tidak mengadakan ikatan dengan serat yang berada

pH rendahpH tinggi

pH 11

Page 11: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

dipermukaan serat setelah proses pencucian selesai dihilangkan melalui proses pencucian dan

penyabunan. Gambaran besarnya konsentrasi zat warna yang berada dipermukaan serat tetapi

tidak terfiksasi ke dalam serat pada pencelupan variasi konsentrasi zat warna dan variasi pH

terlihat pada gambar berikut.

Gambar 8. Konsentrasi zat warna indigo di dalam larutan (g/l)

Hubungan Konsentrasi Zat Warna Yang Tidak Terfiksasi Ke Dalam Serat

Pada Pencelupan Variasi Konsentrasi Zat Warna Dan Variasi pH9.

Zat warna indigo afinitas/daya gabung dengan serat kecil sehingga sudah teradsorpsi

berada dipermukaan serat hanya sedikit yang mengadakan ikatan dengan serat. Zat warna

yang tidak mengadakan ikatan dengan serat yang berada dipermukaan serat setelah proses

pencelupan selesai dihilangkan melalui proses pencucian dan penyabunan.

5. Pencelupan Benang Kapas Cara Kontinu Dengan Zat Warna Indigo

Pencelupan benang kapas dengan zat warna indigo cara kontinu banyak

dilakukan pada pencelupan menggunakan mesin stasher. Sejumlah benang dilakukan

proses pencelupan rendam peras dalam larutan leuco zat warna indigo yang kemudian

diikuti proses oksidasi. Benang yang dicelup adalah benang yang telah mengalami proses

pembasahan atau proses merserisasi sehingga bahan mempunyai daya serap terhadap

larutan zat warna.

Page 12: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

Karena sifat dari leuco zat warna indigo yang rendah afinitasnya,maka untuk

mendapatkan ketuaan warna yang dilakukan pencelupan cara rendam peras dilakukan

secara berula – ulang, zat warna indigo mempunyai sifat yang mudah dioksidasi, sehingga

dengan udara bisa terjadi oksidasi yang sempurna.

Gambar 9. Skema Jalannya Benang Pada Mesin Celup Benang Cara Kontinu Dengan

ZatWarna indigo

Mesin celup terdiri dari 4 sampai 6 bak celup yang pada tiap bak dilengkapi rol

pemeras ( padder )10. Untuk menjaga kesamaan konsentrasi zat warna disemua bak ,

keseluruhan bak dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan pipa penghubung dan

larutan disirkulasikan oleh pompa sirkulasi. Benang dilakukan rendam peras pada bak

pertama yang diikuti proses oksidasi selama 1 – 2 menit kemudian masuk ke bak kedua

dan seterusnya yang prosesnya sama seperti pada bak pertama. Selama proses pencelupan

jumlah larutan celup dalam bak dijaga supaya tetap, untuk ini maka selama proses

pencelupan harus dialirkan larutan zat warna indigo, larutan natrium hidrosulfit dan zat

pembantu lainnya dengan jumlah sama dengan banyaknya larutan celup yang terserap oleh

benang pada umumnya zat warna indigo yang dialirkan belum berbentuk leuco zat warna

tetapi baru dialirkan dalam kostik soda dan pembasah yang yang ditempatkan dalam satu

tanki , sedangkan pada tanki lain terdiri dari larutan. Setelah zat warna terfiksasi didalam

serat maka zat warna akan membentuk ikatan hidrogen intra-molekuler yang kuat antara

atom oksigen dan nitrogen11, seperti terlihat pada gambar berikut:

Page 13: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

Gambar 10. Ikatan antara zat warna indigo yang terbentuk didalam serat

6. Diskusi dan Pembahasan

Usaha yang dapat dilakukan untuk menjaga kondisi proses agar tetap stabil salah

satunya dengan cara mengatur pH larutan, karena dengan pH larutan yang sesuai maka

akan didapatkan ketuaan warna yang tepat, jika pH larutannya tepat sesuai akan

menghasilka ketuaan warna yang maksimum dan jika pH larutan kurang dari standar atau

terlau berlebih hasil yang didapatkan tidak akan maksimal.

Selain itu juga kadar Natrium Hidrosulfit yang perlu diperhatikan. Karena kadar

Natrium hidrosulfit sangat berpengaruh terhadap kesempurnaan leuco yang terbentuk,

jika leuco yang terbentuk sempurna maka hasil pencelupannya juga akan baik12. Pada

pencelupan dengan zat warna indigo, selama proses berlangsung yang harus dikontrol

selain pH larutan juga kadar natrium hidrosulfit didalam larutan celup. Natrium

hidrosulfit (Na2S2O4) dalam larutan akan terurai sehingga kadarnya akan berkurang,

berkurangnya kadar natrium hidrosulfit tersebut sebanding dengan lamanya zat tersebut

Page 14: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

berada dalam larutan celup. Apabila kadar natrium hidrosulfit dalam larutan berkurang,

hal ini akan berpengaruh pada terbentuknya leuko zat warna indigo yang akhirnya

berpengaruh terhadap ketuaan warna hasil pencelupan, oleh karena itu kadarnya setiap

saat harus selalu dicek , apabila kurang maka natrium hidrosulfit harus ditambahkan

kedalam larutan sesuai keurangannya.

Kadar natrium hidrosulfit juga akan berkurang akibat penyimpanannya yang terbuka

sehingga berhubungan langsung dengan udara bebas yang mengandug uap air. Gambar

penguraiannya sebagai berikut :

Na2S2O4 + 4 H2O 2 NaHSO4 + 6Hn 5

Penggunaan natrium hidrosulfit yang sudah terurai, dalam pencelupan akan

menghasilkan celupan yang kurang sempurna, untuk itu sebaiknya sebelum dipakai untuk

proses pencelupan kadar natrium hidrosulfitnya agar selalu diperiksa.

7. Kesimpulan

Untuk mendapatkan warna yang rata dan ketuaannya sesuai yang diinginkan dalam

pencelupan dengan zat warna indigo pH dan kadar natrium hidrosulfit dalam larutan

harus selalu dikontrol. Selama pecelupan berlangsung pH larutan celup diatur agar

berkisar antara10,5-11,5. Kadar natrium hidrosulfit harus selalu diperiksa, jika kadarnya

kurang maka harus diberikan lagi kedalam larutan celup sesuai dengan kekurangannya.

Karena pertumbuhan populasi global semakin meningkat dan pasar konsumen semakin

besar, maka permintaan untuk denim dan indigo diperkirakan tumbuh secara signifikan

dalam dekade berikutnya13 untuk itu diperlukan produk berkualitas dengan ketuaan dan

kerataan warna yang sesuai dari hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo.

Referensi

1. http://en.wikipedia.org/wiki/Denim

2. Grace T.T. “Studi Perbandingan Antara Zat Warna Indigo Alam dan Zat Warna

Indigo Sintetik Dalam Pencelupan Kain Kapas”. Thesis. Intitut Teknologi Tekstil,

Bandung:1984.

3. Djufri.R.”Penelitian Zat Warna Indigo”. Proyek Balai Penelitian Tekstil.

Bandung:1983/1984.

Page 15: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

4. Shore.John.”Colorant and Auxiliaries Vol-1”. Society of Dyes and Colorists.

Manchester:2002.

5. Djufri.R.”Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan”.Institut Teknologi

Tekstil. Bandung:1976

6. Etters. J.N. “Reducing Enviromrntal Contamination By Indigo In Continous Dyeing

Of Cotton Denim Yarn”. American Dyestuff Reporter Vol-82, Number 2, Februari

1993.

7. Chariono. Nono. “ Pengukuran Warna dan Pencampuran Warna”. Sekolah Tinggi

Teknologi Tekstil. Bandung:1988.

8. Etters. J.N. “New Opportunities In Indigo Dyeing”. American Dyesttuff Reporter

Vol-97 no.9. September:1990

9. Etters. J.N. “Advance In Indigo Dyeing : Implication For The Dyer, Apparel

Manufacturer And Environment” Textile Chemist And Colorist Vol-27 no.2.

Februari:1995

10. L. Ravichandran. “Molecular Biology and Applied Bio-Chemistry Cellulase Enzyms

and It’s Influence on Indigo Back Staining”. Atlantic Chemical. Canada:2000.

11. Vuorema. Anne. “Reduction and Analysis Methods Of Indigo”. Painosalama.

Turku:2008.

12. Amirudin. “ Tinjauan Proses Pencelupan Benang Kapas Dengan Zat Warna Indigo”.

Texere. Bandung:2003.

13. Blackburn. Richard L dkk. “The Development Of Indigo Reduction Methods And

Pre-Reduced Indigo Products”. Society of Dyes and Colorists. United Kingdom:2009.

Page 16: review:usaha untuk menjaga ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan zat warna indigo dengan mengatur pH larutan

Judul:

Usaha Untuk Menjaga Ketuaan Warna Hasil Pencelupan Kain Denim Dengan

Zat Warna Indigo Dengan Mengatur pH Larutan Celup

Pertanyaan:

1. Apa itu kain denim dan zat warna indigo?

2. Bagaimana cara pencelupannya, ada tahap apa saja pada saat pencelupannya?

3. Apa hubungan antara ketuaan warna hasil pencelupan kain denim dengan pH

larutan?

4. Bagaimana cara mengatur pH larutan agar mendapatkan hasil yang memuaskan?

5. Apa yang akan terjadi jika pH larutan tidak sesuai dengan yang seharusnya?

6. Berapa pH optimum larutan untuk mendapatkan ketuaan warna yang sesuai?

7. Adakah cara lain untuk dapat menjaga ketuaan warna hasil pencelupan?

8. Adakah pengaruh kedepannya jika mendapatkan ketuaan warna yang sesuai dari

hasil pencelupan dengan zat warna indigo?