review uu no 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah

38
Review UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Penyelenggaraan pemerintahan daerah memasuki era baru ketika UU no 32 tahun 2004 digantikan dengan UU no 23 tahun 2014. Era baru penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat kita lihat dari perbedaan yuridis maupun filosofis. Perbedaan yuridis tertuang dalam bentuk pasal-pasal yang mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam UU sebelumnya. Sedangkan perbedaan filosofis terlihat dari makna dan orientasi yang secara tersurat terkandung dalam pasal-pasal yang sebelumnya tak diatur dalam UU sebelumnya. Perbedaan secara yuridis, sangat terlihat dengan tidak adanya pasal-pasal yang mengatur tentang penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Perihal pemilihan daerah telah diatur dalam UU no 22 tahun 2014. Adapun alasan utama yang tecantum dalam naskah akademik RUU Pilkada dimaksudkan untuk agar UU baik tentang Pemda maupu Pilkada dapat berjalan secara maksimal sesuai dengan isu sentralnya masing-masing. Selain itu, dalam pemisahan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pilkada dimaksudkan untuk mempertegas posisi dan perbedaan Gubernur dan Walikota/Bupati. Hal ini dikarenakan Gubernur yang dipilih melalui mekanisme pemilihan langsung. Namun, secara sepihak dikooptasi dengan menempatkan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. Dalam perspektif akademis posisi Gubernur dapat dikategorikan sebagai “unit antara”. Ciri khas dari “unit antara” dalam 1

Upload: anthony-frans

Post on 26-Dec-2015

916 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

Reviev UU No. 23 tahun 2014

TRANSCRIPT

Review UU No 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Penyelenggaraan pemerintahan daerah memasuki era baru ketika UU no 32 tahun 2004

digantikan dengan UU no 23 tahun 2014. Era baru penyelenggaraan pemerintahan daerah

dapat kita lihat dari perbedaan yuridis maupun filosofis. Perbedaan yuridis tertuang dalam

bentuk pasal-pasal yang mengatur hal-hal yang tidak diatur dalam UU sebelumnya.

Sedangkan perbedaan filosofis terlihat dari makna dan orientasi yang secara tersurat

terkandung dalam pasal-pasal yang sebelumnya tak diatur dalam UU sebelumnya.

Perbedaan secara yuridis, sangat terlihat dengan tidak adanya pasal-pasal yang mengatur

tentang penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Perihal pemilihan daerah telah diatur

dalam UU no 22 tahun 2014. Adapun alasan utama yang tecantum dalam naskah akademik

RUU Pilkada dimaksudkan untuk agar UU baik tentang Pemda maupu Pilkada dapat berjalan

secara maksimal sesuai dengan isu sentralnya masing-masing. Selain itu, dalam pemisahan

penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pilkada dimaksudkan untuk mempertegas posisi

dan perbedaan Gubernur dan Walikota/Bupati.

Hal ini dikarenakan Gubernur yang dipilih melalui mekanisme pemilihan langsung. Namun,

secara sepihak dikooptasi dengan menempatkan Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.

Dalam perspektif akademis posisi Gubernur dapat dikategorikan sebagai “unit antara”. Ciri

khas dari “unit antara” dalam penyelenggaraan pemerintahannya bersinggungan dengan

kegiatan dekonsentrasi daripada desentralisasi. Dengan demikian, Gubernur yang dipilih

langsung oleh rakyat, kewewenangannya “terkebiri” karena status gandanya yang juga

sebagai wakil pemerintah pusat. Berbeda dengan Walikota dan Bupati yang sama-sama

dipilih oleh rakyat tapi statusnya sebagai daerah otonom yang mengedepankan prinsip atau

azas desentralisasi. Disinilah urgensi pemisahan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan

pemilihan pilkada mejadi dua UU yang berbeda.

Perbedaan selanjutnya perihal pembagian urusan pemerintahan. Pada UU sebelumnya urusan

pemerintahan dibagi atas Urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat (dapat

dilimpahkan sebagian urusannya kepada perangkat Pemerintah Pusat atau wakil Pemerintah

Pusat di daerah  atau dapat menugaskan kepada pemerintahan daerah) dan Urusan pemerintah

daerah dibagi atas urusan wajib dan pilihan. Namun, di UU no 23 tahun 2014, urusan

1

pemerintahan dibagi atas Urusan Absolut yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,

Urusan pemerintahan kongkruen yang dibagi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah

Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Dalam naskah akademik RUU Pemda tahun 2011 dijelaskan bahwasanya mengacu kepada

ketiga kriteria tersebut, pembagian urusan pemerintahan menjadi sebagai berikut:

1. Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan untuk membuat pengaturan dalam bentuk

Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang dijadikan acuan bagi

pemerintahan daerah provinsi, kabupaten/kota untuk melaksanakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah tersebut; berwenang melakukan

monitoring, evaluasi dan supervise terhadap pemerintahan daerah, dan berwenang

untuk melakukan urusan pemerintahan yang berskala nasional (lintas provinsi) atau

internasional (lintas negara).

2. Pemerintahan daerah provinsi mempunyai kewenangan untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan yang berskala provinsi (lintas kabupaten/kota) berdasarkan

NSPK yang ditetapkan Pemerintah Pusat.

3. Pemerintahan daerah kabupaten/kota berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan yang berskala kabupaten/kota berdasarkan NSPK yang

ditetapkan Pemerintah Pusat.

Selain itu Pemerintah Pusat diwajibkan menyelesaikan penetapan NSPK tersebut dalam

waktu dua tahun dan apabila dalam waktu dua tahun Pemerintah Pusat belum juga

menetapkan NSPK untuk dijadikan acuan bagi pemerintahan daerah untuk melaksanakan

urusan pemerintahan yang diserahkan ke daerah, maka pemerintahan daerah dapat

menetapkan peraturan daerah (perda) untuk melaksanakan urusan yang menjadi

kewenangannya. Fungsi lainnya dari NSPK adalah mengatur hubungan antar tingkatan dan

susunan pemerintahan yaitu antara pusat dan daerah dan antar pemerintahan daerah dalam

pelaksanaan suatu urusan (naskah akademik RUU Pemda hal 8-9, 2011).

Adapun yang menjadi titik permasalahan dalam pembagian urusan yang menjadi kewenangan

pemerintah daerah yang terlalu banyak (31 buah urusan yang menajdi urusan pemerintahan

yang didesentralisasikan). Selain itu, pemerintah daerah  dari Provinsi hingga Desa juga

dibebankan untuk melaksanakan urusan Pemerintah Pusat berdasarkan azas tugas

pembantuan.

2

Dengan besarnya urusan pemerintahan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah,

kebutuhan akan aparatur yang melaksanakan urusan wajib tersebut semakin membesar.

Aparatur daerah yang gemuk ini, tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar pula

sehingga terjadi overcost terhadap pembiayaan aparatur. Kondisi ini berdampak tidak

maksimalnya penyelenggaran program di daerah khususnya pada aspek pengadaan sarana

dan prasarana yang diperuntukkan bagi masyarakat.

Selain itu, efek samping dari gemuknya aparatur di daerah, dan diparah dengan alur birokrasi

yang kacau, telah melahirkan birokrasi yang tidak efektif dan efisien. dalam New Public

Management (NPM), yang sekarang ini menjadi gerakan pembaharuan administrasi publik di

negara maju dan berkembang, desentralisasi telah menjadi satu nilai penting dalam rangka

mewujudkan pemerintahan yang efisien, efektif, responsif, dan akuntabel.

Maka dari itu, dalam UU no 23 tahun 2014, Urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh

pemerintah daerah dibedakan atas dua jenis. Termaktub dalam Pasal 9 (1) Urusan

Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan

urusan pemerintahan umum, ; (2) Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah

Pusat, ; (3) Urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah

kabupaten/kota, ; (4) Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi

dasar pelaksanaan Otonomi Daerah, ; (5) Urusan pemerintahan umum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden

sebagai kepala pemerintahan.

Urusan pemerintah absolut sebagaimana dijelaskan dalam pasal 10 ayat 1, terdiri atas Politik

LN, Hankam, yustisi, moneter dan fiskal serta agama. Namun, Pemerintah Pusat dalam

melimpahkan kewenangannya kepada instansi vertikal dan wakil pemerintah pusat di daerah

yakni Gubernur yang berdasarkan asas dekonsentrasi. Dengan demikian, urusan pemerintah

absolut memang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan tak berkaitan dengan pemerintah

kota dan kabupaten yang mengedepankan azas desentralisasi serta bukan perwakilan

pemerintah pusat.

Selain itu, untuk memaksimalkan kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah baik Gubernur

selaku wakil Pemerintah Pusat dan pemerintah kota serta kabupaten, telah dibedakan menjadi

dua jenis urusan konkuren yakni urusan pemerintah wajib dan urusan pilihan. Untuk urusan

wajib pun dibagi dua lagi yakni urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar dan

3

yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar. Urusan wajib ini pun, secara yuridis diatur

dengan menggunakan skala prioritas bahwa urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan

dasar diprioritaskan pelaksanaannya sebagaimana diatur dalam pasal 18 ayat 1.

Adanya penyertaan skala prioritas dalam penyelenggaraan urusan wajib yang berkaitan

dengan pelayanan dasar agar dimaksudkan otonomi luas bukan lagi diartikan semua urusan

harus dilembagakan. Akan tetapi fungsinya tetap menjadi domain kewenangan daerah namun

tidak harus dilembagakan tersendiri karena akan memicu bengkaknya overhead cost.

Diperlukan pemikiran untuk menerapkan kelembagaan yang ”right sizing” yang bercirikan

ramping struktur namun kaya fungsi.

Pembagian wilayah kerja antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota pun dijelaskan secara spesifik dalam UU ini seperti yang termaktub dalam

pasal 13 ayat 2, 3 dan 4. Hal ini dimaksudkan untuk memaksimalkan penyelenggaraan

pemerintahan berdasarkan wewenangnya masing-masing serta meningkatkan tingkat

akuntabilias dan efisiensi dalam mengukur keberbehasilan. Selain itu, pembagian wilayah

kerja ini  juga ditujukan untuk memudahkan jalur birokrasi yang kelak akan mempermudah

pemerintah baik pusat maupun daerah dalam melayani masyarakat.

Dalam urusan pemerintahan umum, juga diatur secara spesifik  yang meliputi 7 bidang utama

dan termasuk bidang yang bukan kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi

Vertikal. Urusan pemerintahan umum ini dilaksanakan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota di

wilayah kerjanya masing-masing. Yang patut dicatat disini adalah penggunaan APBN dalam

penyelenggaraan pemerintahan umum. Hal in dimaksudkan agar APBD di masing-masing

pemerintah daerah dapat digunakan untuk melaksanakan urusan konkuren yang pelayanan

dasar. Disinilah terlihat komitmen Pemerintah Pusat, untuk menghindari beban berlebih yang

harus ditanggung APBD dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Sinergi penyelenggaraan urusan pemerintahan antara kementerian dengan pemerintahan

daerah, Presiden melimpahkan kewenangan kepada Menteri Dalam Negeri untuk bertindak

selaku kordinator dari kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian yang sebagian

urusannya diserahkan ke daerah (Naskah Akademik RUU Pemda, hal 77, 2011). Kementerian

yang kewenangannya diserahkan kepada daerah berkewajiban untuk melakukan pembinaan

dan pengawasan yang bersifat teknis kepada pemerintahan daerah, sedangkan Kementerian

Dalam Negeri melaksanakan pembinaan dan pengawasan yang bersifat umum. Mekanisme

tersebut diharapkan mampu menciptakan harmonisasi dan sinergi antara Pemerintah Pusat

4

dengan pemerintahan daerah dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan secara

keseluruhan.

Dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum tersebut, untuk kelancaran kordinasi

dengan seluruh pimpinan instansi pemerintahan di daerah, dapat dibentuk Forum Koordinasi

Pimpinan Pemerintahan di Daerah dan kepala daerah selaku kepala pemerintahan daerah

bertindak sebagai koordinatornya sebagaimana diatur dalam pasal 26. Karena urusan

pemerintahan umum merupakan urusan pemerintahan yang tidak di desentralisasikan, maka

biaya penyelenggaraan urusan pemerintahan umum tersebut di daerah menjadi tanggung

jawab Pemerintah Pusat.

Sebagai Negara yang bercirikan kepulauan, dalam UU ini juga mengakomodasi daerah yang

bercirikan kepulauan dan diatur dalam Bab V tentang Kewenangan Daerah Provinsi Di Laut

dan Daerah Provinsi yang Bercirikan Kepulauan. Realitas daerah yang memiliki ciri khas

kepulauan adalah tidak meratanya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang

penyelenggaraan pemerintahan sehingga pembangunan dan penciptaan kesejahteraan bagi

masyarakat yang hidup di daerah kepulauan masih jauh dari harapan. Maka dari itu,

pemerintah daerah yang bercirikan kepulauan haruslah memiliki model pembangunan yang

berbeda dengan pada umumnya, model pelayanan administrasi/pelayanan publik yang

berbasis kepulauan, dan meningkatkan intensitas pembangunan sarana-prasarana yang

mengedepankan pendekatan prosperity dan security secara linier.

Dalam UU no 23 tahun 2014, daerah yang bercirikan kepulauan diberikan semacam insentif

dan perlakuan secara khusus seperti yang tercantum dalam pasal 28 hingga 30. Ini merupakan

bentuk komitmen yang ditunjukkan Pemerintah Pusat dalam membangun daerah bercirikan

kepulauan. Tentunya, dalam pelaksanaannya komitmen ini haruslah dijalankan secara

konsekuen dan perlu diberikan pengawasan yang ketat agar permasalahan yang dihadapi

masyakarat yang tinggal di daerah kepulauan dalam selesaikan.

Undang-Undang ini juga menjelaskan bahwasanya Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat,

diatur lebih spesifik seperti yang diatur dalam pasal 91-93.  Adapun tugas tersebut melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Tugas Pembantuan di

Kabupaten/Kota, melakukan monev dan supervisi, melakukan evaluasi APBD dan lain-lain,

dapat membatalkan Perda dan memberikan persetujuan terhadap Raperda Kabupaten/Kota,

serta dapat memberikan sanksi kepada Bupati/Walikota.

5

Gubernur memegang dua peran yaitu sebagai kepala daerah otonom provinsi dan sebagai

wakil Pemerintah Pusat di daerah. Sebagai kepala daerah provinsi, gubernur memegang

kewenangan memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi sesuai dengan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi. Sedangkan sebagai wakil Pemerintah

Pusat di daerah, gubernur menjalankan peran Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan

pengawasan terhadap pemerintahan daerah kabupaten/kota. Dalam konteks melaksanakan

peran sebagai wakil Pemerintah Pusat, hubungan gubernur dengan pemerintahan daerah

kabupaten/kota bersifat hirarkhis (Naskah Akademik RUU Pemda, hal 85, 2011).

Dengan luas dan besarnya kewenangan Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat, diharapkan

dapat meminimalisir kekuasaan “Raja-Raja Kecil” yang menerapkan oligarki politik. Upaya

ini ditujukan agar penyelenggaraan pemerintahan jauh lebih bersih, akuntabel, efektif-efisien,

dan mampu memberikan pelayanan publik bagi masyarakat.

Semangat dari UU no 23 Tahun 2014 ini adalah memaksimalkan peranan pemerintah daerah

yang mampu melaksanakan kewenangannya yang berorientasi pelayanan dasar bukan

kekuasaan semata. Dengan kondisi tersebut, mau tidak mau, peran serta masyakarat dalam

hal pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang berbasis pelayanan publik.

Bentuk manifestasi dari semangat pembaharuan secara yuridis termaktub dalam BAB XIII

tentang Pelayanan Publik. Dalam bab ini dibahas tentang upaya pemerintah daerah dalam

memenuhi kebutuhan masyakarat sebagai bentuk pelayanan publik. Dengan demikian,

masyarakat mampu memberikan feedback  terhadap pelayanan publik yang diberikan oleh

pemerintah daerah. Maka dari itu, dalam UU ini juga diatur tentang Partisipasi Masyarakat di

Bab XV.

Partisipasi masyarakat ditujukan untuk mendorong dan meningkatkan tingkat kesadaran

masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanaan publik yang diberikan oleh pemerintah

daerah. Hal ini tentunya akan menjadi katalisator bagi pemerintah daerah untuk memberikan

pelayanan publik yang terbaik. Keberadaan UU no 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah ini  harapannya mampu memperbaiki sstem penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Selain itu, perubahan orientasi dari kekuasaan semata menjadi pelayanan publik seharusnya

mampu mendorong adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah

daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

6

Sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Setiap pemerintah daerah dipimpin oleh Kepala Daerah yang dipilih secara demokratis. 

Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,

Kabupaten dan Kota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk

provinsi disebut wakil Gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk kota

disebut wakil wali kota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki tugas, wewenang dan

kewajiban serta larangan. Kepala daerah juga mempunyai kewajiban untuk memberikan

laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada Pemerintah, dan memberikan laporan

keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginformasikan laporan

penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintah pusat di

wilayah provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian untuk menjembatani dan

memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termasuk dalam

pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan pada strata

pemerintahan kabupaten dan kota.Dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat

sebagaimana dimaksud, Gubernur bertanggung jawab kepada Presiden. Selain itu, peran

pemerintah daerah juga dimaksudkan dalam rangka melaksanakan desentralisasi,

dekonsentrasi, dan tugas perbantuan sebagai wakil pemerintah di daerah otonom yaitu untuk

melakukan:

1. Desentralisasi yaitu melaksanakan semua urusan yang semula adalah kewewenang

pemerintahan menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Dekonsentrasi yaitu menerima pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah

kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di

wilayah tertentu untuk dilaksanakan; dan

7

3. Tugas pembantuan yaitu melaksanakan semua penugasan dari Pemerintah kepada

daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa

serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

Dalam rangka melaksanakan peran desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan,

Pemerintah daerah menjalankan urusan pemerintah konkuren, berbeda dengan pemerintah

pusat yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut. Urusan Pemerintahan konkuren

dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. pembagian

urusan tersebut didasarkan pada prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta

kepentingan strategis nasional Urusan pemerintahan tersebutlah yang menjadi dasar

pelaksanaan Otonomi Daerah.  Urusan pemerintahan konkuren terdiri dari urusan

pemerintahan wajib dan pilihan. Urusan pemerintahan wajib terbagi lagi menjadi Urusan

Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak

berkaitan dengan Pelayanan Dasar.

Urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar adalah sebagai berikut.

1. pendidikan

2. kesehatan

3. pekerjaan umum dan penataan ruang

4. perumahan rakyat dan kawasan permukiman

5. ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat

6. sosial

Urusan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar adalah sebagai berikut.

1. tenaga kerja

2. pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak

3. pangan

4. pertanahan

5. lingkungan hidup

8

6. administrasi kependudukan dan pencatatan sipil

7. pemberdayaan masyarakat dan desa

8. pengendalian penduduk dan keluarga berencana

9. perhubungan

10. komunikasi dan informatika

11. koperasi, usaha kecil dan menengah

12. penanaman modal

13. kepemudaan dan olah raga

14. statistik

15. persandian

16. kebudayaan

17. perpustakaan

18. kearsipan

 Urusan pilihan adalah sebagai berikut

1. kelautan dan perikanan

2. pariwisata

3. pertanian

4. kehutanan

5. energi dan sumber daya mineral

6. perdagangan

7. perindustrian

8. transmigrasi

9

Untuk penyelenggaraan administrasi pemerintahan serta program dan kegiatan pemerintah,

Kepada Daerah baik itu Gubernur dan Bupati/Walikota dibantu oleh perangkat daerah.

Perangkat Daerah atau Organisasi Perangkat Daerah (OPD) merupakan organisasi atau

lembaga pada Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Perangkat Daerah dibentuk oleh masing-

masing Daerah berdasarkan pertimbangan karakteristik, potensi, dan kebutuhan Daerah.

Dasar utama penyusunan organisasi perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi

adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri atas

urusan wajib   dan urusan pilihan , namun tidak berarti setiap penanganan urusan pemerintahan

harus dibentuk kedalam organisasi tersendiri. Pembentukan perangkat daerah semata-mata

didasarkan pada pertimbangan rasional untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang

menjadi kewenangandaerah secara efektif dan efisien. Urusan wajib dan urusan pilihan dapat

dilihat disini.

Penataan Organisasi Perangkat Daerah serta penyusunan struktur organisasi pada Satuan

KerjaPerangkat Daerah (SKPD) saat ini dilakukan berdasarkan pada kerangka regulasi

serta kebutuhan obyektif dan kondisi lingkungan strategis daerah. Kerangka regulasi yang

dimaksud adalah Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 sebagai perubahan terhadap

PeraturanPemerintah sebelumnya. Selain PP No. 41/2007, penataan kelembagaan perangkat

daerah juga memperhatikan peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi dengan

program penataan organisasi.

Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah perangkat daerah

provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan melalui Peraturan Daerah dengan bentuk sebagai

berikut.

Perangkat Daerah Provinsi : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas dan

Badan.

Perangkat Daerah Kabupaten/Kota : Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat,

Dinas dan Badan.

Pembentukan organisais perangkat daerah yang berupa Dinas atau Badan diklasifikasikan

berdasarkan Tipe A (beban kerja yang besar), Tipe B (beban kerja yang sedang) dan Tipe C

(beban kerja yang kecil). Penentuan beban kerja bagi Dinas didasarkan pada jumlah

penduduk, luas wilayah, besaran masing-masing Urusan Pemerintahan yang

menjadi kewenangan Daerah, dan kemampuan keuangan Daerah untuk Urusan Pemerintahan

10

Wajib dan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan

untuk Urusan Pemerintahan Pilihan. Sedangkan besaran beban kerja pada Badan berdasarkan

pada jumlah penduduk, luas wilayah, kemampuan keuangan Daerah, dan cakupan tugas.

Pemberian nama/nomenklatur Dinas dan Badan disesuikan dengan perumpunan dan

klasifikasi yang telah ditentukan. Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk Dinas

terdiri dari:

1. bidang pendidikan, pemuda dan olahraga;

2. bidang kesehatan;

3. bidang sosial, tenaga kerja dan transmigrasi;

4. bidang perhubungan, komunikasi dan informatika;

5. bidang kependudukan dan catatan sipil;

6. bidang kebudayaan dan pariwisata;

7. bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya dan tata

ruang;

8. bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah,

industri dan perdagangan;

9. bidang pelayanan pertanahan;

10. bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan darat,

kelautan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan;

11. bidang pertambangan dan energi; dan

12. bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset.

Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk badan, kantor, inspektorat, dan rumah sakit,

terdiri dari:

1. bidang perencanaan pembangunan dan statistik;

2. bidang penelitian dan pengembangan;

3. bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat;

11

4. bidang lingkungan hidup;

5. bidang ketahanan pangan;

6. bidang penanaman modal;

7. bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi;

8. bidang pemberdayaan masyarakat dan pemerintahan desa;

9. bidang pemberdayaan perempuan dan keluarga berencana;

10. bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan;

11. bidang pengawasan; dan

12. bidang pelayanan kesehatan.

Dengan adanya Presiden dan Wakil Presiden yang baru dan dengan Penetapan Numenklatur

Kementerian baru maka Kementerian Dalam Negeri akan melakukan pembahasan untuk

melakukan perubahan pada PP   Nomor 41 Tahun 2007  tentang Organisasi Perangkat

Daerah sehingga dimungkinkan akan berubahnya pedoman dan perumpunan urusan.

Selain perangkat daerah diatas Gubernur/ Bupati/Walikota dapat membentuk unit pelayanan

terpadu untuk meningkatkan dan keterpaduan pelayanan masyarakat di bidang perizinan yang

bersifat lintas sektor. Unit pelayanan terpadu tersebut merupakan gabungan dari unsur-unsur

perangkat daerah yang menyelenggarakan fungsi perizinan.

Bbentuk organisasi perangkat daerah provinsi terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat

DPRD, Inspektorat, Dinas dan Badan. Sedangkan organisasi perangkat daerah

kabupaten/kota terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas, Badan

dan kecamatan. Berikut perincian dari masing-masing bentuk organisasi perangkat daerah.

Sekretariat Daerah (disingkat setda) adalah unsur pembantu pimpinan pemerintah

daerah dan dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah dan dibantu oleh beberapa Asisten (5

Asisten bagi Pemerintah Provinsi, 3 Asisten bagi Pemerintah Kabupaten/Kota). Sekretariat

Daerah mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyusunan kebijakan dan

pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas Perangkat Daerah serta pelayanan

administratif pemerintah daerah.

12

Sekretariat DPRD (disingkat setwan) dipimpin oleh seorang sekretaris yang memiliki

tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, menyelenggarakan administrasi

keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, menyediakan dan

mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya

sesuai dengan kebutuhan.

Inspektorat dipimpin oleh seorang Inspektur. Inspektorat mempunyai tugas membantu

kepala daerah membina dan mengawasi pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah dan Tugas Pembantuan oleh Perangkat Daerah dalam melaksanakan

tugasnya bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.

Dinas dipimpin oleh seorang kepala dinas dengan tugas membantu kepala

daerah melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

dan bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris Daerah. Dinas Daerah

menyelenggarakan fungsi: perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya,

pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum, serta pembinaan pelaksanaan tugas

sesuai denganlingkup tugasnya. Dinas Daerah Provinsi sebanyak-banyaknya terdiri atas 10

Dinas sedangkan Dinas Daerah Kabupaten/Kota sebanyak-banyaknya terdiri atas 14 Dinas.

Pada dinas provinsi dan kabupaten/kota dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Daerah

(UPTD) untuk melaksanakan sebagian tugas Dinas yang mempunyai wilayah kerja satu atau

beberapa Kabupaten atau kecamatan.

Badan  termasuk dalam Lembaga Teknis Daerah (LTD) yang dibentuk untuk

melaksanakan fungsi penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

meliputi: perencanaan, keuangan, kepegawaian serta pendidikan dan pelatihan, penelitian dan

pengembangan, fungsi lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Contoh

Badan daerah adalah: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan

Kepegawaian Daerah (BKD), Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah.

Kecamatan adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kabupaten atau

kota yang dipimpin oleh seorang Camat. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahan-

kelurahan. Kecamatan dibentuk dalam rangka meningkatkan koordinasi Penyelenggaraan

pemerintahan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat Desa/kelurahan. Organisasi

kecamatan dipimpin oleh (1) satu camat, 1 (satu) sekretaris (kecamatan), paling banyak 5

13

(lima) seksi yang masing-masing dipimpin oleh 1 (satu) kepala seksi, dan sekretariat

membawahkan paling banyak 3 (tiga) sub bagian yang masing-masing dikepalai oleh 1 (satu)

kepala sub bagian.

Berdasarkan undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa

sebuah Pemerintah Daerah memiliki seorang Kepala Daerah yang dibantu oleh seorang

Wakil Kepala Daerah. Kepala Daerah untuk Provinsi disebut Gubernur, Kepala Daerah

untuk Kabupaten disebut dengan Bupati, dan Kepala Daerah untuk Kota disebut Walikota.

Masa Jabatan Kepala daerah selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pelantikan dan sesudahnya

dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan. Berikut

dijelaskan Tugas, Wewenang, Kewajiban dan Hak Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah berdasarkan UU 23 Tahun 2014.

Tugas Kepala Daerah adalah sebagai berikut :

1. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang

ditetapkan bersama DPRD;

2. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

3. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda

tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan

menetapkan RKPD;

4. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan Perda

tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta menyusun dan

menetapkan RKPD;

5. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

6. mengusulkan pengangkatan wakil kepala daerah; dan

7. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas kepala daerah memiliki beberapa kewenang. Namun kewenangan

serta tugas dilarang dilaksanakan jika Kepala Daerah sedang menjalani masa tahanan. Selama

14

menjalani masa tahanan, tugas dan wewenangan dilaksanakan oleh Wakil Kepala Daerah. 

Apabila kepala daerah sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara dan tidak

ada wakil kepala daerah, sekretaris daerah melaksanakan tugas sehari-hari kepala daerah.

Berikut kewenangan Kepala Daerah :

1. mengajukan rancangan Perda;

2. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

3. menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;

4. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh

Daerah dan/atau masyarakat;

5. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Wakil kepala daerah mempunyai tugas :

1. membantu kepala daerah dalam

1. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Daerah

2. mengoordinasikan kegiatan Perangkat Daerah dan menindaklanjuti laporan

dan/atau temuan hasil pengawasan aparat  pengawasan

3. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang

dilaksanakan oleh Perangkat Daerah provinsi bagi wakil gubernur

4. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan yang

dilaksanakan oleh Perangkat Daerah kabupaten/kota, kelurahan, dan/atau Desa

bagi wakil bupati/wali kota

2. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam pelaksanaan

Pemerintahan Daerah;

3. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah menjalani

masa tahanan atau berhalangan sementara; dan

15

4. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

5. wakil kepala daerah melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang

diberikan oleh kepala daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah;

Kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah meliputi :

1. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara

keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. menaati seluruh ketentuan peraturan perundangundangan;

3. mengembangkan kehidupan demokrasi;

4. menjaga etika dan norma dalam pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah;

5. menerapkan prinsip tata pemerintahan yang bersih dan baik;

6. melaksanakan program strategis nasional; dan

7. menjalin hubungan kerja dengan seluruh Instansi Vertikal di Daerah dan semua

Perangkat Daerah.

Selainnya kewajiban diatas kepala daerah wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah, laporan keterangan pertanggungjawaban, dan ringkasan laporan

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang akan dibahas pada tulisan selanjutnya.

Dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah, kepala daerah

dan wakil kepala daerah mempunyai hak  protokoler dan hak keuangan. Hak keuangan

meliputi gaji pokok, tunjangan jabatan, dan tunjangan lain. Kepala daerah dan/atau wakil

kepala daerah yang dikenai sanksi pemberhentian sementara tidak mendapatkan hak

protokoler serta hanya diberikan hak keuangan berupa gaji pokok, tunjangan anak, dan

tunjangan istri/suami.

16

Dalam rangka menjalankan otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki kewenangan dan

kemandirian dalam mengatur urusan pemerintahan daerah. Masing-masing daerah dalam

menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya berhak untuk

membuat kebijakan baik dalam rangka peningkatan pelayanan maupun dalam rangka

meningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan daerah. Salah satu unsur penting

dalam implementasi proses tersebut adalah melalui pembentukan peraturan daerah.

Peraturan Daerah atau yang sering disingkat dengan Perda merupakan instrumen yang

strategis dalam mencapai tujuan desentralisasi. Peranan perda dalam otonomi daerah

meliputi:

1. Perda sebagai instrumen kebijakan dalam melaksanakan otonomi daerah yang luas

dan bertanggungjawab.

2. Perda merupakan pelaksana peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

3. Penangkap dan penyalur aspirasi masyarakat daerah.

4. Sebagai alat transformasi perubahan daerah.

5. Harmonisator berbagai kepentingan.

Peraturan Daerah yang disebut dengan Perda Provinsi dan Perda Kabupaten/Kota adalah

Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Jenis peraturan daerah termasuk kedalam jenis

dan hierarki peraturan perundang-undangan yang termuat dalam UU No. 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Baca juga : Sistem Pemerintahan.

Peraturan Daerah terdiri atas:

Peraturan Daerah Provinsi, yang berlaku di provinsi tersebut. Peraturan Daerah

Provinsi dibentuk oleh DPRD Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota tersebut.

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan

persetujuan bersama Bupati/Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tidak

subordinat terhadap Peraturan Daerah Provinsi.

17

Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Perda memiliki muatan

materi sebagai berikut.

penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan;

penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi;

memuat materi muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penyusunan perda mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, penetapan,

dan pengundangan dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan yang

selanjutnya akan dibahas pada posting selanjutnya. Namun dalam pembentukannya,

peraturan daerah perlu memperhatikan beberapa asas berikut ini.

Muatan peraturan daerah mengcover hal ikhwal kekinian dan visioner ke depan (asas

positivisme dan perspektif);

Memperhatikan asas “lex specialis derogat legi generalis” (debijzondere wet gaat

voor de algemene wet), yakni ketentuan yang bersifat khusus menyampingkan

ketentuan yang bersifat umum.

Memperhatikan asas “lex superior derogat legi inferiori” (de hogere wet gaat voor de

lagere wet), yakni ketentuan yang lebih tinggi derajatnya menyampingkan ketentuan

yang lebih rendah.

Memperhatikan asas “lex posterior derogate legi priori” (de laterewet gaat voor de

eerdere), yakni ketentuan yang kemudian menyampingkan ketentuan terdahulu. Baca

juga : Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Negara.

Dalam UU Pemerintahan Daerah, peraturan daerah dapat memuat ketentuan mengenai

pembebanan biaya paksaan penegakan/pelaksanaan Perda seluruhnya atau sebagian kepada

pelanggar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu Perda dapat

memuat ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling

banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Selain sanksi diatas, Perda dapat memuat ancaman sanksi yang bersifat mengembalikan pada

keadaan semula dan sanksi administratif. Sanksi administratif tersebut berupa:

18

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. penghentian sementara kegiatan;

d. penghentian tetap kegiatan;

e. pencabutan sementara izin;

f. pencabutan tetap izin;

g. denda administratif; dan/atau

h. sanksi administratif lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari 3 urusan

yakni urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan

umum. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya

menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan

Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah

kabupaten/kota. Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Berikut menggambarkan pembagian urusan pemerintahan.

Untuk urusan konkuren atau

urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah

19

kabupaten/kota dibagi menjadi urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.

Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh

semua Daerah. Sedangkan Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang

wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

Urusan Pemerintahan Wajib

Urusan pemerintah wajib yang diselenggaraan oleh pemerintah daerah terbagi menjadi

Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan

yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Berikut pembagian urusan wajib.

Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta

Daerah kabupaten/kota sebagaimana disebutkan diatas didasarkan pada prinsip akuntabilitas,

efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. Berikut kriteria-kriteria

urusan pemerintahan pusat, daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.

20

Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:

a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;

c. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah provinsi

atau lintas negara;

d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila

dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau

Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.

Menurut UU Pemerintahan Daerah, Organisasi Perangkat Daerah Provinsi terdiri dari

Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat, Dinas, Badan dam Lembaga Lain.

Ketentuan mengenai pembentukan Dinas dan Badan Daerah pada pemerintah provinsi ini

sesuai dengan Draft PP tentang Organisasi Perangkat Daerah berdasar pada UU 23

Tahun 2014 yang dikelurkan oleh Kementerian Dalam Negeri. Ketentuan pembentukan

Organisasi Perangkat Daerah Provinsi dimaksud adalah sebagai berikut.

Jumlah perangkat daerah ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik daerah atau yang

disebut dengan variabel faktor umum yang terdiri dari variabel  jumlah penduduk, luas

wilayah, jumlah APBD dan jumlah wilayah bawahan. Sedangkan kriteria variabel faktor

teknis meliputi unsur-unsur substansi masing-masing urusan, ketersediaan SDM, sarana

prasarana penunjang tugas, luas cakupan tugas dan beban kerja.

Berdasarkan kedua varibel tersebut maka dapat ditentukan jumlah perangkat daerah yang

dapat dibentuk.  Pembagian jumlah perangkat daerah tersebut adalah sebagai berikut.

1. Jumlah perangkat daerah dengan nilai variabel kurang dari 400 yang terdiri dari :

o sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 asisten

o sekretariat DPRD

21

o inspektorat

o dinas paling banyak 20

o badan paling banyak 4

2. Jumlah perangkat daerah dengan nilai variabel antara 400 sampai dengan 700 yang

terdiri dari :

o sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 asisten

o sekretariat DPRD

o inspektorat

o dinas paling banyak 25

o badan paling banyak 5

3. Jumlah perangkat daerah dengan nilai variabel lebih dari 700 yang terdiri dari :

o sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 4 asisten

o sekretariat DPRD

o inspektorat

o dinas paling banyak 30

o badan paling banyak 6

Rancangan Organisasi Perangkat Daerah Provinsi

Sekretariat Daerah

Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah dan

bertanggung jawab kepada Gubernur. Sekretaris Daerah memiliki tugas membantu Gubernur

dalam penyusunan kebijakan dan pengoordinasian administratif terhadap pelaksanaan tugas

perangkat daerah serta pelayanan administratif.

22

Sekretariat Daerah terdiri dari paling banyak 4 asisten dan paling banyak 12 biro dengan

masing-masing biro terdiri dari paling banyak 4 bagian, dan masing-masing bagian terdiri

dari paling banyak 3 subbagian.

Sekretariat DPRD

Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang dipimpin oleh sekretaris

SPRD yang dalam melaksanakan tugasnya secara teknis operasional berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab

kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

Sekretariat DPRD paling banyak terdiri dari 4 bagian dan masing-masing bagian terdiri dari

paling banyak 3 subbagian.

Inspektorat

Inspektorat Daerah merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

dipimpin oleh inspektur. Inspektur dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab

langsung kepada gubernur dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari

sekretaris daerah

Dinas Daerah

Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh Kepala Dinas

yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris

Daerah. Dinas Daerah mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah. Pada Dinas Daerah dapat dibentuk Unit

Pelaksana Teknis Dinas untuk melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan

teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kabupaten/kota.

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas ditetapkan dengan peraturan Gubernur setelah

mendapat persetujuan dari Menteri  Dalam Negeri.

Dinas Daerah diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe yakni :

23

o dinas tipe A dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah dengan beban kerja yang besar (dengan total skor variabel lebih

dari 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 7 bidang. Sekretariat terdiri dari

3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

o dinas tipe B dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah dengan beban kerja yang sedang (dengan total skor variabel 601

sampai dengan 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 5 bidang. Sekretariat

terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 2 seksi.

o dinas tipe C dibentuk untuk mewadahi urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah dengan beban kerja yang kecil (dengan total skor variabel kurang

dari 400). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 3 bidang. Sekretariat terdiri dari

3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 2 seksi.

o Unit Pembantu Teknis Dinas terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan kelompok jabatan

fungsional.

o Dinas yang melaksanakan urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar

ditetapkan dengan tipe A dan tidak digabungkan dengan urusan pemerintahan lainnya.

o Penentuan jumlah bidang harus berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.

Dinas Daerah melaksanakan urusan pemerintahan yang terdiri dari urusan wajib dan urusan

pilihan. Penjelasan terkait urusan pemerintahan dapat dilihat pada artikel Pembagian Urusan

Pemerintahan Daerah – UU No. 23/2014

Badan Daerah

Badan Daerah merupakan unsur penunjang urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah yang dipimpin oleh Kepala Badan yang bertanggung jawab kepada Gubernur melalui

Sekretaris Daerah. Badan Daerah dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Badan untuk

melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang yang

mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kabupaten/kota. Pembentukan Unit Pelaksana

Teknis Dinas ditetapkan dengan peraturan Gubernur.

24

Urusan penunjang pemerintah meliputi perencanaan; keuangan; kepegawaian; pendidikan

dan pelatihan; penelitian dan pengembangan; dan fungsi lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Badan Daerah diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe yakni :

o badan tipe A dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang besar

(dengan total skor variabel lebih dari 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling

banyak 5 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang

terdiri dari paling banyak 3  subbidang atau jabatan fungsional.

o badan tipe B dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang sedang

(dengan total skor variabel 601 sampai dengan 800). Terdiri dari 1 sekretariat dan

paling banyak 3 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing

bidang terdiri dari paling banyak 2 subbidang atau jabatan fungsional.

o badan tipe C dibentuk untuk mewadahi pelaksanaan fungsi penunjang urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan beban kerja yang kecil

(dengan total skor variabel kurang dari 400). Terdiri dari 1 sekretariat dan paling

banyak 2 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang

terdiri dari paling banyak 2 seksi.

o Unit Pembantu Teknis Badan terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan kelompok

jabatan fungsional.

Lembaga Lain

Lembaga lain merupakan pembentukan lembaga tertentu berdasarkan perintah peraturan

perundang-undangan. Lembaga tersebut dijadikan bagian dari Perangkat Daerah yang ada

setelah dikonsultasikan kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang pendayagunaan aparatur negara.

25

Ketentuan dalam penggabungan 2 (dua) urusan pemerintahan dan fungsi-fungsi tertentu

sebagai berikut.

o Penggabungan  2 urusan pemerintahan hanya dapat dilakukan apabila nilai variabel

faktor umum dan faktor teknis kurang dari 600;

o Penggabungan 2 urusan pemerintahan dengan nilai variabel faktor umum dan faktor

teknis antara 500 sampai dengan 600 dibentuk dinas/badan tipe B;

o penggabungan 2 urusan pemerintahan dengan nilai variabel faktor umum dan faktor

teknis kurang dari 500 dibentuk dinas/badan tipe C.

26