review rencana strategis (renstra) tahun 2012 -...
TRANSCRIPT
1 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
TAHUN 2012 - 2017
DINAS PANGAN ACEH
REVIEW
BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN ACEH
Menjadi
DINAS PANGAN ACEH
2 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
3 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
KATA PENGANTAR
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis yang harus dipenuhi oleh pemerintah
dan masyarakat secara bersama-sama seperti diamanatkan oleh Undang Undang Nomor 7 tahun
1996 tentang pangan. Dalam Undang-Undang tersebut Pemerintah menyelenggarakan pengaturan,
pembinaan, pengendalian dan pengawasan, sementara masyarakat menyelenggarakan proses
produksi dan penyediaan, perdagangan, distribusi serta berperan sebagai konsumen yang berhak
memperoleh pangan yang cukup dalam jumlah dan mutu, aman, bergizi, beragam, merata, dan
terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan sebagai peraturan
pelaksanaan UU Nomor 7 tahun 1996 menegaskan bahwa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
yang terus berkembang dari waktu ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan
mengembangkan sistem produksi pangan yang berbasis pada sumber daya, kelembagaan, dan
budaya lokal, mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan, mengembangkan teknologi produksi
pangan, mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan dan mempertahankan dan
mengembangkan lahan produktif.
Berkaitan dengan amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah, maka Badan
Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh berubah menjadi Dinas Pangan Aceh berdasarkan Pergub
Aceh Nomor 114 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata
Kerja Dinas Pangan yang memiliki tugas dan fungsi memantapkan ketahanan pangan.
Untuk mewujudkan tugas dan fungsi Dinas Pangan Aceh, maka Dinas Pangan Aceh
mereview Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2012 – 2017 Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Aceh dengan implementasi kegiatannya melalui : 1) Peningkatan Ketahanan Pangan;
2) Perencanaan Pembangunan Ekonomi; 3) Pemberdayaan Penyuluh.
Demikian Review Rencana Strategis ( RENSTRA ) Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Aceh tahun 2012 - 2017 menjadi Rencana Strategis ( RENSTRA ) Dinas Pangan Aceh
tahun 2012 – 2017 yang merupakan 2 dokumen yang tidak terpisahkan dan dikeluarkan untuk
menjadi pedoman penyusunan program, kegiatan dan anggaran.
Banda Aceh, 23 Januari 2017
Kepala
Dinas Pangan Aceh,
Ir. LUKMAN, M.Si
Pembina Utama Muda
NIP.19591231 198609 1 005
4 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Landasan Hukum ………………………………………………………. 3
1.3 Maksud dan Tujuan ……………………………………………………. 4
1.4 Sistematika Penulisan ………………………………………………….. 5
BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPA
2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPA ………………………… 7
2.2 Sumber Daya SKPA …………………………………………………. 11
2.3 Kinerja Pelayanan SKPA …………………………………………..… 14
2.4 Tantangan dan Peluang Pembangunan Pelayanan SKPA ……………. 33
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan
Fungsi Pelayanan SKPA ……………………………………………… 36
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah Terpilih ………………………………………... 37
3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra …………………………………… 38
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis ………………………………….. 39
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis …………………………………………... 40
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN
KEBIJAKAN
4.1 Visi dan Misi SKPA ………………………………………………….. 46
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPA ………………………. 51
4.3 Strategi dan Kebijakan SKPA ………………………………………… 52
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR
KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN
INDIKATIF ………………………………………………………………….. 58
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPA YANG MENGACU
PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMA ……………………………….. 62
5 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata
dan terjangkau (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan). Ketahanan pangan
melibatkan banyak pelaku, meliputi berbagai aspek, dan mencakup interaksi antar wilayah. Oleh
karena itu, pemantapan ketahanan pangan hanya dapat diwujudkan melalui suatu kerjasama
kolektif dari seluruh pemangku kepentingan, khususnya masyarakat produsen, pengolah, pemasar
dan konsumen pangan.
Ketahanan pangan dihasilkan oleh suatu sistem pangan yang terdiri atas tiga
subsistemyaitu: (1) Ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh
penduduk, (2) Distribusi pangan yang lancar dan merata, dan (3) Konsumsi pangan setiap
individu yang memenuhi kecukupan gizi dan kaidah kesehatan.
Dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA 2012 –
2017)yang merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Gubernur Aceh, makaberdasarkan
tugas, fungsi dan kewenangan Dinas Pangan Aceh sesuai dengan Qanun Nomor ….. Tahun
2016tentang Perubahan Atas Nomor 15 Tahun 2012tentang Perubahan Atas Qanun Aceh Nomor 5
Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas, Lembaga Teknis Daerah, Dan
Lembaga Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam,dalam hal iniDinas Pangan Aceh akan terus
berbenah dan memperbaiki kinerja dalam mewujudkan pemantapan ketahanan pangan yang akan
dilaksanakan melaluiprogram : (1) Peningkatan Ketahanan Pangan; (2) Pemberdayaan Penyuluh
Pertanian / Perkebunan Lapangan; (3) Perencanaan Pembangunan Ekonomi.
Berkaitan dengan pemantapan ketahanan pangan, maka arah implementasinya yang akan
dilaksanakan secara komprehensif dan sistematis dengan didukung oleh suatu komitmen yang kuat
dari semua pihak, sehingga mampu mensinergikan pemantapan ketahanan pangan baik pada tingkat
pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga padalapisanmasyarakat di tingkat desa/gampong.Untuk itu
diharapkan terwujudnya ketahanan pangan yang mantap, efektif dan efesienmelalui suatu Rencana
Strategis (Renstra).
6 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Sehingga kebijakan, strategi, program, dan kegiatan dikonstruksikan atas tujuan, sasaran dan
indikator yang realistis guna menjadi acuan dan penjabaran kebijakan pemantapan ketahanan
pangan pada 1 (satu) tahun mendatang.
1.2 Landasan Hukum
Mengingat pentingnya Rencana Strategis (Renstra) dalam menentukan pemantapan
ketahanan pangan pada priode 2017, maka yang menjadi dasar hukum dan acuan dalam
penyusunan Review dokumen Rencana Strategisyaitu:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi
Daerah Istimewa Aceh;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Anggaran (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4355);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh;
7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
10. Peraturan Pemerintah Nomor28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2015 tentang Ketahanan Pangan dan Gizi;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;
13. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Dewan
Ketahanan Pangan;
14. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Nasional Tahun 2010-2014;
7 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
59 Tahun 2007;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi Kabupaten/Kota;
18. Qanun Aceh Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Aceh (Lembaran Daerah
Aceh Tahun 2008 Nomor 1, Tambahaan Lembaraan Daerah Aceh Nomor 11;
19. Qanun Aceh Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengalokasian Tambahan Dana Bagi
Hasil Minyak dan Gas Bumi dan Penggunaan Dana Otonomi Khusus (Lembaran Daerah Aceh
Tahun 2008 No. 12, Tambahaan Lembaraan Daerah Aceh Nomor 12;
20. Qanun Aceh Nomor 12 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Aceh
(RPJMA) Tahun 2012 – 2017;
21. Qanun Aceh Nomor 13 Tahun 2016tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Aceh
(Lembaran Aceh Tahun 2016 Nomor 16, Tambahan Lembaran Aceh Nomor 87);
22. Pergub Aceh Nomor 114 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi
dan Tata Kerja Dinas Pangan Aceh.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan disusunnya ReviewRencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan Aceh Tahun 2012 -2017 menjadi Rencana Strategis (Renstra) Dinas
Pangan Aceh Tahun 2012 – 2017 adalah sebagai berikut :
1. Tersusunnya rencana kerja prioritasdan strategis bagi peningkatan ketahanan pangan.
2. Tersusunnya langkah-langkah capaian rencana strategis peningkatan ketahanan pangan.
3. Tersusunnya indikator-indikator keberhasilan yang perlu dicapai dalam peningkatan ketahanan
pangan.
4. Sebagai dokumen yang akan menjadi acuan atau pedoman dalam rencana kerja dan anggaran
dengan capaian sasaran sebagaimana yang direncanakan sesuai tugas pokok dan fungsinya;
8 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
1.4 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ReviewRencana Strategis (Renstra) Satuan Kerja Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan Aceh untuk Tahun 2012 –2017 menjadi Rencana Strategis (Renstra)
Satuan Kerja Dinas Pangan Aceh untuk Tahun 2012 - 2017 didasari pada sistematika penulisan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Hukum
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPA
2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPA
2.2 Sumber Daya SKPA
2.3 Kinerja Pelayanan SKPA
2.4 Tantangan dan Peluang Pembangunan Pelayanan SKPA
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPA
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Terpilih
3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1 Visi dan Misi SKPA
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPA
4.3 Strategi dan Kebijakan SKPA
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPA YANG MENGACU
PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMA
9 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
BAB II
GAMBARAN PELAYANAN SKPA
2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPA
Dinas Pangan Aceh yang merupakan sebagai perangkat kerja daerah yang dibentuk
berdasarkan QanunAceh Nomor 13 Tahun 2016tentang Kedudukan dan Susunan Perangkat Aceh
dan Peraturan Gubernur Aceh Nomor 114 tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas, Fungsi Dan Tata Kerja Dinas Pangan Aceh, makaberdasarkan Pergub tersebut mempunyai
tugas, fungsi dan wewenangserta struktur organisasi Dinas Pangan Aceh dapatdiuraikan sebagai
berikut.
1. Tugas Pokok
Dinas Pangan Aceh mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan dan pembangunan
di bidang Ketersediaan, Distribusi, Konsumsi dan Keamanan Pangan.
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas Dinas Pangan Aceh sebagaimana dimaksud pada Pasal 6
mempunyai fungsi :
a. Perumusan Kebijakan Daerah di Bidang Ketersediaan Pangan, Kerawanan Pangan, Distribusi
Pangan, Cadangan Pangan, Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan;
b. Pelaksanaan Kebijakan Daerah di Bidang Ketersediaan Pangan, Kerawanan Pangan, Distribusi
Pangan, Cadangan Pangan, Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan;
c. Pelaksanaan pengkoordinasian Penyediaan Infrastruktur dan pendukung di Bidang
Ketersediaan Pangan, Kerawanan Pangan, Distribusi Pangan, Cadangan Pangan,
Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan;
d. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia di Bidang Ketersediaan Pangan, Kerawanan
Pangan, Distribusi Pangan, Cadangan Pangan, Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan
Pangan;
e. Pemantauan, Pengawasan, Evaluasi dan Pelaporan penyelenggaraan di Bidang Ketersediaan
Pangan, Kerawanan Pangan, Distribusi Pangan, Cadangan Pangan, Penganekaragaman
Konsumsi dan Keamanan Pangan;
10 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
f. Pelaksanaan Administrasi Dinas Pangan Aceh dan Pembinaan UPTD serta Pelaksanaan
koordinasi dengan instansi dan atau lembaga terkait lainnya di bidang pangan;
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Gubernur.
3. Struktur Organisasi SKPA
Dalam menjalankan tugas dan fungsi pada Dinas Pangan Aceh sebagai perangkat kerja
daerah yang dibentuk berdasarkanPergub Aceh Nomor 114 Tahun 2016tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas PanganAceh dan Qanun Nomor 13 Tahun
2016tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Aceh memiliki susunan organisasi
sebagai berikut :
1. Kepala Dinas Pangan Aceh
2. Sekretariat, terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum;
b. Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi;
c. Sub Bagian Keuangan dan asset;
3. Bidang Ketersedian Pangan, terdiri dari :
a. Seksi Ketersediaan Pangan;
b. SeksiSumber Daya Pangan;
c. Seksi Kerawanan Pangan.
4. Bidang Distribusi Pangan, terdiri dari :
a. SeksiDistribusi Pangan;
b. SeksiHarga Pangan;
c. SeksiCadangan Pangan;
5. Bidang Konsumsi Pangan, terdiri dari :
a. Seksi Konsumsi Pangan;
b. SeksiPromosi PenganekaragamanKonsumsi Pangan;
c. Seksi Pengembangan Pangan Lokal.
6. Bidang Keamanan Pangan, terdiri dari :
a. SeksiKelembagaan Keamanan Pangan.
b. Seksi Pengawasan Keamanan Pangan;
c. SeksiKerjasama dan Informasi Keamanan Pangan.;
11 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
a. UPTD Laboratorium Keamanan Pangan terdiri dari ;
Kepala UPTD Laboratorium Keamanan Pangan;
Sub. Bagian Tata Usaha;
Kelompok Jabatan Fungsional.
b. UPTD Balai Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan Hasil Pertanian terdiri
dari ;
Kepala UPTDBalai Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan Hasil
Pertanian;
Sub. Bagian Tata Usaha;
Seksi Pelayanan;
Seksi Mutu
c. UPTD Balai Diklat Pertanian Saree terdiri dari ;
Kepala UPTD Balai Diklat Pertanian Saree;
Sub. Bagian Tata Usaha;
Kelompok Jabatan Fungsional.
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
12 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
2.2 Sumber Daya SKPA
2.2.1. Kepegawaiaan
Dalam menjalankan tugas dan fungsi Dinas Pangan Aceh berdasarkan data kepegawaian
pejabat yang menduduki atau mendapatkan Eselonering sebanyak 29 orang terdiri dari Kepala
Dinas1 Orang, Sekretaris 1 Orang, Kepala Bidang 4 orang, Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) 3 Orang, Kepala sub bagian 6 orang dan Kepala Seksi 14 orang untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1. : Pegawai yang mendudukieseloneringsesuai dengan jabatan pada Dinas
Pangan Aceh 2017
No Jabatan Eselon Jumlah
(orang)
1 Kepala Dinas II.a 1
2 Sekretaris/Kabid/Ka UPTD III.a 8
3 Kepala Sub Bagian IV.a 6
4 Kepala Seksi IV.a 14
T O T A L 29
Sumber : Kepegawaian Dinas Pangan Aceh, 2017
Mengenai Sumber Daya Manusia (SDM) yang beradapada Dinas Pangan Aceh sesuai
dengandata kepegawaian Tahun 2017 memiliki jumlah pegawai sebanyak 183 orang terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 120 orang, Tenaga Bakti63 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada
Tabel berikut ini.
Tabel 2. : Jumlah Pegawai berdasarkan golongan pada Dinas Pangan Aceh 2017
No Uraian Jumlah
(Org)
1 Golongan IV 27
2 Golongan III 77
3 Golongan II 16
4 Golongan I -
5 Honorer -
6 Tenaga Bakti 63
Total 183
Sumber : Kepegawaian Dinas Pangan Aceh, 2017
13 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Persentase Sumber Daya Manusia (SDM) pada Dinas Pangan Aceh kalau dilihat berdasarkan
golongan yaitu untuk golongan IV (14,75%), Golongan III (42,08%), Golongan II (08,74%),
Golongan I (0 %). Sedangkan untuk Tenaga Bakti (34,43%).
Kalau dilihat dari tingkat pendidikan pegawai dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. : Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan pada Dinas Pangan Aceh 2017
No Tingkat Pendidikan Jumlah
(Org)
1 Doktor (S3) 1
2 Pasca Sarjana (S2) 20
3 Sarjana (S1) 63
4 D-III 2
5 SMA 31
6 SMP 3
7 SD
Total 120
Sumber : Kepegawaian Dinas Pangan Aceh, 2017
Sedangkan kalau dilihat dari tingkat pendidikan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) yang
menangani tugas-tugas pada DinasPangan Aceh hampir memenuhi persyaratan namun beberapa
aspek seperti keahlian gizi dan keamanan pangan belum dimiliki. Namun demikian, kompetensi
aktual pegawai Dinas Pangan Aceh masih perlu ditingkatkan. Secara gender komposisi pegawai
pada setiap bidang struktural dan tenaga honorer serta tenaga Baktiyang ada pada Dinas Pangan
Aceh dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 4. : Komposisi Gender Kepegawaian pada Dinas Pangan Aceh Tahun 2017.
No. Komposisi Pria Wanita Jumlah
1. Kepala Dinas 1 - 1
2. Sekretariat 17 9 26
3. Bidang Ketersediaan Pangan 7 5 12
4. Bidang Distribusi Pangan 10 2 12
5. Bidang Konsumsi Pangan 9 3 12
6. Bidang Keamanan Pangan 9 2 11
7. UPTB Labortorium Pangan Segar 2 4 6
8. UPTB Diklat Pertanian Aceh 23 9 32
9. UPTB Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Keamanan 7 1 8
10 Tenaga Honorer - - -
11. Tenaga Bakti 40 23 63
TOTAL 125 58 183
Sumber : Kepegawaian Dinas Pangan Aceh, 2017.
Komposisi gender kepegawaian pada Dinas Pangan Aceh Tahun 2017 dalam persentase
untuk Pria sebesar 68% sedangkan untuk Wanita sebesar 32%.
14 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
2.3. Kinerja Pelayanan SKPA
Kalau dilihat berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang diembankan olehDinas Pangan Aceh
sebagaimana tersebut diatas, maka kinerja pelayanan berdasarkan dari segi subsitem ketahanan
panganyaitu : (1) Subsitem Ketersediaan panganadalah tingkat ketersediaan pangan baik dalam
jumlah dan jenis yang cukup untuk seluruh penduduk, (2) Distribusi panganadalah tingkat
kelancaran dalam pemenuhan pangan untuk masyarakat secara lancar dan merata, dan (3)
Subsistem Konsumsi panganadalahbagaimana tingkat konsumsi pangan masyarakat berdasarkan
Pola Pangan Harapan (PPH) dan tingkat keamanan pangan yang dikonsumsi oleh masyarakat
sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
Untuk lebih jelas dari ketiga sub sistem ketahanan pangan dari aspek ketersediaan pangan,
aspek distribusi dan harga pangan, aspek konsumsi dan kelembagaan yang dilaksanakan pada
Tahun 2012-2016dapat dijelaskan adalah sebagai berikut.
2.3.1. Aspek Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan adalah ketersediaan pangan secara fisik di suatu wilayah dari segala
sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan, dan bantuan pangan.Dalam
aspek ketersediaan pangan, maka pertumbuhan produksi pangan di Aceh sangat fluktuatif.Beberapa
jenis komoditas mengalami pertumbuhan produksi yang positif, sebaliknya beberapa jenis lainnya
pertumbuhannnya negatif.Oleh karena itu, ketersediaan jenis bahan pangan juga menjadi sangat
fluktuatif.
Jumlah produksi pangan di Provinsi Aceh pada tahun 2007-2011. Produksi padi
(sawah+ladang) tahun 2011 mencapai 1.772.963 ton gabah kering meningkat dari tahun 2007.
Begitu pun produktivitas padi meningkat menjadi 4,66 ton/ha dari 4,25 ton/ha tahun 2007. Produksi
komoditas pangan lainnya pada tahun 2011 yaitu jagung sebesar 168.863 ton, ubi jalar 11.842 ton,
ubi kayu 39.386 ton dengan total produksi ubi (ubi jalar + ubi kayu) 51.228 ton, kedele 50.004ton,
kacang tanah 6.171 ton dan Kacang Hijau 1.506 ton.
Tabel 5. : Perbandingan Produksi Padi dan Palawija Tahun 2007-2011 Provinsi Aceh
2007 2008 2009 2010 ATAP 2011
1. Padi 1.533.368 1.402.288 1.556.858 1.582.394 1.772.963
2. Jagung 125.155 112.894 137.753 167.091 168.863
3. Kedelai 19.029 43.885 63.537 53.346 50.004
4. Kacang Tanah 7.971 6.322 5.925 7.063 6.171
5. Kacang Hijau 3.396 1.777 1.340 1.164 1.506
6. Ubi Kayu 41.557 38.402 49.839 43.809 39.386
7. Ubi Jalar 15.188 13.172 15.298 11.095 11.842
NO. KOMODITIPRODUKSI (TON)
15 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Meningkatnya produktivitas tanaman padi dikarenakan berhasilnya berbagai progam
peningkatan produktivitas yang dilakukan melalui program Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN) yaitu dengan menggantikan benih lokal menjadi benih hibrida atau unggul, terpenuhinya
pupuk di seluruh daerah sentra produksi padi, dan didukung dengan beberapa irigasi yang sudah
diperbaiki akibat rusak pada saat musibah gempa dan gelombang tsunami. Daerah sentra produksi
padi adalah Kabupaten Aceh Utara, Pidie, Bireuen, Aceh Besar dan Aceh Timur.
Produksi jagung di Provinsi Aceh dari tahun 2007 - 2010 mengalami perubahan yang
berfluktuatif. Pada tahun 2007 produksi jagung mencapai 125,16 ribu ton, sedangkan pada tahun
2008 mengalami penurunan produksi menjadi112.894 ribu ton akibat keadaan iklim yang tidak
menentu (ekstrim) pada tahun 2008.Pada tahun 2009 kembali terjadi kenaikan produksi sebesar
22,02 persen, menjadi 137.753 ton, dan pada tahun 2010 menjadi 167.091 ton. Daerah sentra
produksi jagung pipilan kering adalah Kabupaten Aceh Tenggara hampir mencapai 70 persen dari
total produksi yang ada di Provinsi Aceh, sisanya ada di Kabupaten Aceh Tamiang dan Bener
Meriah.
Produktivitas dan produksi kedelai terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga
tahun 2009 dan menurun pada tahun 2010.Produksi kedelai ditahun 2009 mencapai 63.537 ton biji
kering, mengalami peningkatan 44,78 persen atau sekitar 19.652 ton bila dibandingkan dengan
tahun 2008, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 16,04% menjadi 53.346 ton.
Produksi kacang tanah tertinggi pada tahun 2006 yaitu sebesar 11.342 ton, namun pada tahun
2009 mengalami penurunan produksi hingga menjadi 5.925 ton, tetapi pada tahun 2010 kembali
meningkat menjadi 7.063 ton. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan dan kembali
peningkatan luas panen.Untuk tanaman kacang hijau setiap tahunnya mengalami penurunan luas
tanam, luas panen dan produksi. Luas tanam tanaman kacang hijau berkisar dari 1.256 ha hingga
3.574 ha dan produktivitasnya berkisar antara 10,44 hingga 11,04 Ku/Ha. Produksi kacang hijau
terus menurun dari 3.396 ton pada tahun 2007 menjadi 1.164 ton pada tahun 2010.
Penghasil kedelai terbesar adalah Kabupaten Bireuen disusul Kabupaten Pidie Jaya dan Aceh
Tamiang.Sedangkan Kabupaten penghasil kacang tanahtertinggi adalah Kabupaten Aceh Barat,
Aceh Selatan dan Nagan Raya.Untuk penghasil kacang hijau adalah KabupatenBireuen, Aceh
Besar dan Pidie. Produktivitas kedelai di Provinsi Aceh mencapai 14,21 kuintal per hektar, masih
di atas rata-rata produktivitas Nasional yang hanya 13,48 kuintal per hektar, hal ini menunjukan
bahwa Provinsi Aceh sebagai salah satu wilayah yang sangat sesuai untuk dikembangkan tanaman
kedelai.
16 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Secara umum, sejak tahun 2007 hingga 2009 terjadi penurunan populasi ternakbesar (sapi
perah, sapi potong, kerbau, kuda, dan kambing) yaitu dari 17.009.254 ekor menjadi 14.743.727
ekor dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2010 yaitu menjadi 16.112.151 ekor (angka
sementara). Sedangkan ternak domba tidak dibudidayakan sama sekali. Jenis ternak besar yang
paling banyak dipelihara adalah sapi potong dan terus mengalami peningkatan hingga tahun
2010.Selain itu, ternak kerbau, kuda, kambing, domba, ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan
itik juga terjadi peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali ayam ras. Populasi ternak besar di Aceh
pada tahun 2010 terdiri atas 701.076 ekor sapi potong, 306.179 ekor kerbau, 886.468 ekor
kambing, dan 221.402 ekor domba. Jumlah total ternak (ternak besar+unggas ) dan jumlah total
produksi daging di Aceh tahun 2007-2010. Total produksi daging ternak besar (sapi, kerbau,
kambing, dan domba)pada tahun 2010 sebesar 12.026.165 kg, dan total produksi daging unggas
sebesar 10.440.742kg.
Produksi daging di Acehpada tahun 2008 mengalami penurunan dibanding tahun 2007 yaitu
sebesar 8.178.186 kg (30,04 persen)yang disebabkan oleh produksi daging kambing yang menurun.
Namun pada tahun 2009 hingga tahun 2010 terjadi peningkatan kembali. Produksi daging sapi dan
kerbau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan produksi daging kambing, domba
serta daging unggas berfluktuasi.Produksi daging unggas tertinggi tahun 2010 adalah daging ayam
burassebesar 4.041.864 kg (38,71%) dan daging ternak besar adalah daridaging sapi yaitu
7.914.224 kg (65,81%).
Jumlah ternak besar dan produksi dagingnya di kabupaten/kota tahun 2006-2010. Aceh
Utara dan Aceh Besar merupakan dua kabupaten utama yang memiliki banyak ternak besar, disusul
Kabupaten Pidie, dan Aceh Timur.Akan tetapi produksi daging yang tinggi terdapat di Aceh Besar
dan Bireuen.Hal ini mungkin disebabkan sebagian ternak di Aceh Utara, Pidie, dan Aceh Timur
diekspor ke luar wilayahnya.Daerah penghasil daging sapi terbesar di Aceh adalah Kabupaten
Bireuen, Aceh Besar, Aceh Utara, dan Aceh Timur.Sedangkan kerbau terutama banyak terdapat di
Kabupaten Simeulue dan Nagan Raya, disusul oleh Aceh Tengah dan Aceh Barat.Daerah produksi
daging kerbau terbesar adalah Aceh Barat. Sedangkan kabupaten dengan jumlah ternak unggas
terbesar, lebih dari 2 juta ekor adalah kabupaten Aceh Utara. Untuk produksi daging unggas
tertinggi umumnya di wilayah atau dekat wilayah yang memiliki jumlah ternak unggas yang besar,
yaitu Aceh Utara, Langsa, dan Aceh Timur.
Produksi telur pada tahun 2010 mencapai 14.501.980 kgdan tidak semua hasil telur berasal
dari Aceh. Produksi telur di Provinsi Aceh berasal dari ayam buras, ayam ras petelur dan itik pada
tahun 2007 berjumlah 23.061.726 kg, dan menurun drastis (43,38%) pada tahun 2008 menjadi
17 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
13.058.370 kg.Peningkatan produksi pada tahun berikutnya tidak begitu signifikan.Produksi telur
rata-rata per tahun tertinggi berasal dari telur itik. Daerah penghasil telur itik adalah Kabupaten
Pidie, Bireuen, dan Aceh Besar.Sedangkan produksi susu sapi perah di Provinsi Aceh adalah
31.360 kg pada tahun 2007 dan sedikit meningkat pada tahun 2009 dan 2010 menjadi 33.640 kg.
Produksi perikanan di Provinsi Aceh meliputi perikanan tangkap dan perikanan budidaya.
Khususnya di Provinsi Aceh, jumlah produksi sub sektor ini terus meningkat dari tahun 2006
hingga 2010 dan bahkan diperkirakan kondisi ini akan terus berlanjut. Produksi perikanan tangkap
pada tahun 2010 mengalami peningkatan 13,87% persen dari tahun 2006. Dari 126.384 ton di
tahun 2006 menjadi 143.910 ton pada tahun 2010. Sedangkan untuk perikanan budidaya
peningkatancukup signifikan yaitu sebesar 38,24 %, yaitu dari produksi tahun 2006 sebesar 32.265
ton menjadi 44.604 ton pada tahun 2010.Walaupun demikian, produksi perikanan tangkap selalu
mendominasi, yaitu mencapai >75% produksi perikanan di Aceh berasal dari perikanan tangkap.
Tabel 6. : Produksi ikan di Provinsi Aceh tahun 2006-2010
No Kategori
Tahun (ton)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Perikanan Tangkap 126.384 130.369 131.460 141.620 143.910
-Laut 124.964 129.731 130.271 140.408 142.698
-Perairan Umum 1.420 638 1.189 1.212 1.212
2 Perikanan Budidaya 32.265 35.665 37.636 38.212 44.604
-Budidaya Tambak 19.596 26.450 25.749 25.771 30.937
-Budidaya Kolam 9.016 6.305 9.643 9.898 11.909
-Budidaya Karamba 29 4 128 124 117
-Budidaya Sawah 3.263 2.427 1.827 2.058 1.019
-Budidaya Jaring Apung 360 480 289 321 582
- Budidaya Laut - - - 41 41
Jumlah 158.649 166.035 169.096 179.832 188.514
Sumber : Laporan Tahunan DKP Aceh
Tahun 2006-2010 kabupaten penghasil perikanan tangkap tertinggi adalah Aceh Timur
(14.650 ton), Aceh Selatan, Aceh Utara, Aceh Barat Daya, dan Bireuen (10.801 ton). Kabupaten
Gayo Lues dan Bener Meriah tidak ada produksi perikanan tangkap karena merupakan kabupaten-
kabupaten yang tidak mempunyai laut dan perairan umum, sehingga cukup potensial untuk
pengembangan perikanan budidaya sebagai salah satu sumber protein hewani.Aceh Timur
merupakan kabupaten yang produksi perikanan budidayanya juga tertinggi yaitu mencapai 6.692
ton, disusul oleh Aceh Tenggara, Aceh Utara, Bireuen, dan Aceh Tamiang (4.361 ton).Oleh karena
itu kabupaten yang produksi perikanannya tinggi yaitu Aceh Timur, disusul oleh Aceh Utara dan
Bireuen.
18 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Ukuran surplus atau defisit produksi pangan suatu wilayah terutama padi-padian (padi dan
jagung) dan umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar), dapat dilihat dari indikator ketersediaan pangan
yang dapat digunakan dalam analisis ketahanan pangan komposit, yaitu konsumsi normatif per
kapita terhadap produksi pangan menunjukkan rasio konsumsi normatif terhadap padi-padian dan
umbi-umbian di Provinsi Aceh.
Sebagian besar wilayah kabupaten di Aceh telah swasembada pangan padi-padian yang
ditunjukkan oleh gradasi kelompok warna hijau, sedangkan daerah yang defisit pangan ditandai
dengan gradasi kelompok warna merah.Walaupun pada tahun 2009, masih ada 4 kabupaten (tidak
termasuk kota) yang masih defisit produksi pangan padi (tidak termasuk jagung) yaitu Simeulue,
Aceh Singkil, Aceh Tengah, dan Bener Meriah. Aceh Tengah defisit produksi padi karena
wilayahnya memproduksi kopi, buah-buahan, dan sayuran. Sedangkan petani di wilayah lain
(Simeulue, Aceh Singkil, dan Bener Meriah) lebih banyak mengusahakan sawit dan karet. Hal ini
menyebabkan berkurangnya lahan untuk padi, namun untuk daerah-daerah minus produksi beras
untuk memenuhi kebutuhan beras didatangkan dari daerah yang surplus.
Ketahanan pangan, dipengaruhi oleh ketersediaan pangan. Untuk daerah Aceh, jika ditinjau
dari Neraca Bahan Makanan, maka ketersediaan energi terus menurun dari sejak tahun 2005
sebesar 4.722,49 Kkal/kap/hari menjadi 3.746 Kkal/kap/hari pada tahun 2009. Begitu pula
ketersediaan protein pada tahun 2009 sebesar 88,01 gram/kap/hari, sedikit menurun dibandingkan
dengan yang tahun 2005 sebesar 89,00 gram/kap/hari. Ketersediaan energi dan protein di Aceh
dibandingkan dengan ketersediaan rata-rata nasional Indonesia. Sumber energi dan protein di Aceh
cenderung sama seperti nasional yaitu sebagian besar berasal dari pangan nabati. Energi dari
pangan nabati rata-rata mencapai lebih besar dari 90%, sedangkan protein rata-rata lebih dari 70%
berasal dari pangan nabati.
Table 7. : Ketersediaan Energi, dan Protein di Provinsi Aceh tahun 2005-2011
Ketersediaan Provinsi Aceh Nasional Indonesia
2005 2006 2007 2008 2009 2009 2010
Energi
(Kkal/kap/hari) 4.722,49 4.390,46 3.914,54 3.670,64 3.746,00 3.509,00 4.039,00
Nabati 4.577,67 4.072,02 3.741,80 3.504,11 3.586,62 3.362,00 3.893,00
Hewani 144.82 318,44 172,74 166,53 159,38 147,00 146,00
Protein (g/kap/hari) 89,00 110,77 88,53 85,77 88,01 89,19 88,14
Nabati 72,15 67,87 67,79 65,59 68,70 73,15 72,08
Hewani 16,85 42,90 20,74 20,18 19,31 16,04 16,06
Sumber: Neraca Bahan Makanan (NBM) Aceh, 2005-2011.
Sedangkan kerawanan pangan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan
minimum.Hasil Susenas 2009 menunjukkan bahwa angka penduduk rawan pangan di Aceh adalah
19 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
12,44 % yang berada di bawah angka nasional yaitu 14,47%. Akan tetapi 39,6% penduduk Aceh
asupan kalorinya di bawah 1400 Kkal/kap/hari dan 52,43% penduduk Aceh asupan kalorinya di
bawah 2000 Kkal/kap/hari, yaitu 10 % lebih rendah dari rata-rata nasional. Kerawanan pangan
mempunyai korelasi positif dan erat kaitannya dengan kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di
Provinsi Aceh tahun 2009 mencapai 21,80% (892.900 jiwa), walaupun pada tahun 2010 sedikit
menurun menjadi 20,98% (861.900 jiwa).
Berkaitan dengan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Aceh 2014FSVA (Food Security
and Vulnerability Atlas) Aceh yang merupakan kelanjutan dari Peta Kerawanan Pangan Indonesia
2010 dan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2009. FSVA Aceh 2014menggunakan
data tahun 2009-2013.FSVA Aceh 2014menggunakan Indeks Ketahanan Pangan Komposit yang
berdasarkan pada komposit 9 indikator, yaitu: 1) Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap
ketersediaan bersih padi+jagung+ubi kayu+ubi jalar, 2) Persentase penduduk hidup di bawah garis
kemiskinan, 3) Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai, 4)
Persentase rumah tangga tanpa akses listrik, 5) Persentase desa yang tinggal lebih dari 5 km dari
fasilitas kesehatan, 6) Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih, 7) Persentase perempuan
buta huruf, 8) Berat badan balita di bawah standar (underweight), dan 9) Angka harapan hidup bayi
pada saat lahir. Berdasarkan indikator tersebut, kerawanan pangan wilayah-wilayah
dikelompokkan dalam 6 prioritas, yaitu dari Prioritas 1 sampai Prioritas 6.Prioritas 1 merupakan
daerah utama yang menggambarkan tingkat kerentanan paling tinggi, sedangkan prioritas 6
merupakan daerah yang lebih tahan pangan.Penyebab terjadinya kerentanan terhadap kerawanan
pangan yang termasuk katagori Prioritas 1, 2 dan 3.
20 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Tabel 8. : Faktor Penentu Wilayah Rentan terhadap Kerawanan Pangan Prioritas 1,2, dan
3 berdasarkan FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas)Aceh 2014.
Prioritas Faktor Penentu
Prioritas 1 1.Banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
2. Banyaknya balita underweight
3. Rendahnya akses terhadap air bersih
4. Angka harapan Hidup bayi pada saat lahir
5.Masih banyaknya perempuan buta huruf
6. Persentase desa yang tinggal lebih dari 5 km dari Falititas Kesehatan
Prioritas 2 1. Banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
2. Banyaknya balita underweight
3. Rendahnya akses terhadap air bersih
4.Rendahnya angka harapan hidup bayi saat lahir
5.Masih banyaknya perempuan buta huruf
Prioritas 3 1. Persentase desa yang tinggal lebih dari 5 km dari Falititas Kesehatan
2. Rendahnya akses terhadap listrik
3. Presentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai
4. Rendahnya akses terhadap air bersih
5. Banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan
6. Banyaknya balita underweight
Sumber: FSVA BKP-Luh Aceh, 2014
Pada FIA 2005 dari 100 kabupaten paling rawan pangan prioritas di Indonesia, 4 kabupaten
diantaranya berada di Provinsi Aceh. Pada FSVA 2009, jumlah kabupaten di Aceh yang termasuk
dalam 100 kabupaten prioritas di Indonesia, meningkat menjadi 6 kabupaten, yaitu 4 kabupaten
yang masuk Prioritas 2 yaitu Kabupaten Simelue, Gayo Lues, Nagan Raya, dan Aceh Singkil, dan
2 Kabupaten yang masuk Prioritas 3 yaitu Aceh Jaya dan Aceh Utara.
Berdasarkan FSVA Aceh 2010, maka dari 251 Kecamatan di 18 Kabupaten di Aceh, ada 133
Kecamatan yang tersebar di 15 Kabupaten masuk ke dalam daerah rentan pangan Prioritas 1-
3.Tabel 9 menunjukkan ada 108 Kecamatan di 13 Kabupaten yang masuk ke dalam rentan pangan
Prioritas 1. Kabupaten yang banyak wilayah rentan pangan Prioritas 1 yaitu Aceh Utara, hampir
semua kecamatannya masuk katagori Prioritas 1, yaitu 26 kecamatan dari 27 kecamatan yang ada.
Selanjutnya Pidie, Aceh Timur, Aceh Barat Daya, Nagan raya, Aceh Barat, dan Aceh Tengah yang
≥ 50% kecamatannya masuk ke dalam katagori rentan pangan Prioritas 1.
21 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Tabel 9. : Jumlah Kecamatan per Kabupaten di Aceh yang rentan panganprioritas1-3 dan
tahan pangan prioritas 4-6 berdasarkan FSVA Aceh 2010.
No Kabupaten
Jumlah Kecamatan Rawan Pangan
Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas Prioritas
1 2 3 4 5 6
1 Simeulue - - - 8 - -
2 Aceh Singkil - - 8 2 - -
3 Aceh Selatan - - - 1 - 14
4 Aceh Tenggara 3 - - 1 12 -
5 Aceh Timur 14 - - 3 7 -
6 Aceh Tengah 7 - - - 7 -
7 Aceh Barat 6 - - 6 - -
8 Aceh Besar 3 1 - 5 14 -
9 Pidie 23 1 - - - -
10 Bireuen 1 - - - 16 -
11 Aceh Utara 26 - - - 1 -
12 Aceh Barat Daya 7 - - - 1 -
13 Gayo Lues - - 11 - - -
14 Aceh Tamiang 4 - - 3 7 -
15 Nagan Raya 5 - 3 - - -
16 Aceh Jaya - - - 6 - -
17 Pidie Jaya 5 1 - 1 - -
18 Bener Meriah 4 - - 3 - -
Jumlah 108 3 22 39 65 14
Sumber: FSVADinas Pangan Aceh, 2010.
Dari 6 Kabupaten yang masuk prioritaspada FSVA Indonesia 2009, maka di Kabupaten
Simeulue dan Aceh Jaya sudah tidak ada lagi Kecamatannya yang masuk ke dalam katagori
Prioritas 1-3 FSVA Aceh 2010. Sedangkan di Kabupaten Aceh Singkil dan Gayo Lues semua
Kecamatannya sudah masuk menjadi katagori Prioritas 3. Kecamatan-Kecamatan di Aceh Utara
dan Nagan Raya masih di Prioritas 1 dan 3.Banyaknya kecamatan yang masuk Prioritas 1-3,
terutama karena tingginya tingkat kemiskinan di wilayah-wilayah tersebut.
2.3.2. Aspek Distribusi dan Harga Pangan
Akses pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang
berasal dari produksi sendiri, stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman, dan bantuan pangan.Harga
produk pangan, dan keberadaan pasar merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akses
pangan.Untuk daerah Aceh, dalam lima tahun terakhir stabilisasi harga pangan antar waktu dan
antar wilayah, sangat rendah. Sehingga sering terjadi fluktuasi harga pangan yang sangat tinggi
terutama pada terigu, daging, daging unggas, telur, dan cabe merah.Sedangkan harga beras, minyak
goreng, gula pasir, dan bawang merah terus meningkat dari tahun 2008.Sebaliknya harga ikan dan
kedele terus menurun dari tahun 2008.Pada tahun 2008-2010 harga bahan pangan yang cukup
tinggi adalah daging sapi, bervariasi dari Rp. 66,032 - Rp. 79,922/kg, sedangkan daging unggas Rp.
22,271 - Rp. 30,147/kg. Harga telur, ikan , dan cabe merah rata-rata berkisar antara Rp. 22,000 -
Rp. 25,000/kg. Walaupun harga cabe merah pernah mencapai di atas Rp.60,000/kg di bulan
22 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Desember 2010. Harga beras lokal (Blang Bintang), dengan kualitas di atas kualitas beras
Medium, rata-rata Rp. 6,582/kg.
Selain harga yang fluktuatif, distribusi bahan pangan ke kabupaten/kota kurang stabil,
sehingga dari tahun 2006-2010 terdapat 3-6 Kabupaten yaitu : Aceh Singkil, Bener Meriah,
Simeulue, Aceh Tengah, Aceh Barat, dan Aceh Jayayang selalu mengalami defisit beras rata-rata
>35%.Walaupun Kabupaten lain, terutama Aceh Besar, Aceh Utara, Pidie, Bireun, dan Aceh Timur
selalu mengalami surplus bahan pangan, terutama beras >35%.
Dengan adanya intervensi pemerintah melalui Raskin (penyaluran beras untuk orang
miskin)dan adanya operasi Pasar dan juga dibarengi dengan Pasar Murah harga lebih baik,
terutama di bulan puasa dan lebaran. Realisasi pengadaan beras dari dalam dan luar negeri
berfluktuasi dari tahun 2007 total sekitar 47.524 ton (yang 45.884 ton adalah impor), menurun pada
2008, dan naik drastis pada 2009 (tidak ada impor pada tahun 2008 dan 2009) dan 2010 menjadi
72.135 ton (yang 34.005 ton adalah impor). Cadangan pangan beras di Aceh berfluktuasi dari
38.146 ton pada tahun 2007 menjadi 24.892 ton pada tahun 2010 (Perum BULOG Aceh,
2011).Keberadaan pasar atau sarana pemasaran juga merupakan faktor yang akan mempengaruhi
akses pangan.
Akses pangan juga dipengaruhi oleh daya beli rumah tangga, yang tergantung pada
penghidupan rumah tangga tersebut.Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah tangga,
modal/asset, penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan, dan pendidikan.Rumah tangga yang
tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan berkesinambungan, dapat berubah menjadi
tidak berkecukupan, tidak stabil, daya beli terbatas, menyebabkan kemiskinan dan rentan terhadap
kerawanan pangan.
Pada tahun 2009 sebanyak 68 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, Pidie, Aceh Timur, dan
Nagan Raya yang termasuk ke dalam wilayah yang rentan pangan prioritas 1, walaupun keempat
kabupaten tersebut merupakan wilayah-wilayah yang surplus produksi padi-padian dan umbi-
umbian, juga memiliki jumlah ternak dan produksi daging yang tinggi. Selain itu kabupaten-
kabupaten tersebut merupakan daerah terpadat penduduknya.Kabupaten tersebut umumnya jumlah
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan lebih banyak,yaitu dalam 6 tahun terakhir (tahun
2005-2010) dapat mencapai 30%, kecuali Aceh Timur. Kabupaten Aceh Barat, Simeulue, Gayo
Lues, dan Bener Meriah persentase penduduk miskinnya juga tinggi, yaitu 27-39%, jauh di atas
rata-rata persentase kemiskinanProvinsi Aceh yaitu 20,98% pada tahun 2010. Bahwa garis
kemiskinan di Aceh Utara, Aceh Timur, dan Gayo Lues lebih rendah dibandingkan daerah lain
23 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
yaitu rata-rata Rp.260.000/kapita/bulan. Hal ini dapat berarti walaupun di daerah tersebut produksi
pangan tinggi, tetapi harga produk rendah sehingga pendapatan juga rendah.
Indikator akses pangan juga dapat dilihat dari persentase rumah tangga tanpa listrik dan desa
tanpa akses jalan.Rumah tangga tanpa akses listrik terutama terdapat di Aceh Jaya dan Simeulue
yang mencapai >25%.Selanjutnya diikuti oleh Aceh Barat, Nagan Raya, Subulusalam, dan Aceh
Utara yang >15% rumah tangganya tanpa akses listrik. Sedangkan persentase yang tinggi (>15%)
untuk desa tanpa akses jalan terdapat di Aceh Singkil, Aceh Barat, dan Simeulue, disusul oleh
Aceh Timur, Bener Meriah, dan Gayo Lues yang desa tanpa akses jalannya mencapai > 10%.
Akses jalan di wilayah berpenduduk miskin akan mempengaruhi aspek sosial dan ekonomi lebih
lanjut. Akses jalan menyebabkan rendahnya biaya transportasi sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani.Selain itu menyebabkan terjangkaunya petani oleh Penyuluh Pertanian untuk
memberikan bantuan teknis dan informasi sehingga meningkatkan produktivitas pertanian.
2.3.3. Aspek Konsumsi dan Keamanan Pangan
Pemanfaatan atau konsumsi pangan meliputi penggunaan pangan yang dapat diakses oleh
rumah tangga dan kemampuan individu untuk menyerap dan memetabolisme zat gizi (konversi
secara efisien oleh tubuh).Dari segi aspek konsumsi pangan tingkat rumah tangga, ketahanan
pangan di daerah Aceh menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, terutama melalui upaya
percepatan diversifikasi konsumsi pangan.
Sementara itu di Provinsi Aceh berdasarkan Riskesdas 2007 rata-rata konsumsi energi
perkapita/hari baru mencapai 1.805,3 Kkal/kapita/hari dan protein 69,3 g/kapita/hari. Sedangkan
jumlah rumah tangga di Aceh yang mengkonsumsi energi kurang dari rata-rata sasaran konsumsi
nasional (2000 Kkal/kapita/hari) mencapai 51,4 % yang lebih rendah dari angka nasional yaitu 61,8
%. Konsumsi energi yang sangat kurang terdapat di Kabupaten Abdya, Aceh Timur, Kota Sabang,
dan Aceh Utara yaitu antara 1.477-1.676 Kkal/kapita/ hari (74-84%). Konsumsi energi yang tinggi
terdapat di Kabupaten Bener Meriah, Kota Langsa, Aceh Tenggara, dan Aceh Singkil yaitu
berkisar dari 2002-2301 Kkal/kapita/hari.
24 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Tabel 10. : Rata-rata Konsumsi Energi dan Protein per Kapita per hari menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh
Kabupaten/Kota Energi (Kkal/kapita/hari) Protein (gram/kapita/hari)
Rerata SD* Rerata SD*
Sabang 1639,4 555,1 61,2 21,2
Banda Aceh 1761,3 554,6 70,3 24,9
Aceh Besar 1976,6 809,6 64,2 23,7
Pidie 1784,0 537,4 63,3 22,9
Bireuen 1711,3 526,3 73,0 27,9
Bener Meriah 2301,4 794,7 86,6 30,3
Aceh Tengah 1702,8 645,6 52,8 25,5
Aceh Utara 1675,9 659,2 74,2 30,4
Lhokseumawe 1866,2 652,1 82,5 29,4
Aceh Timur 1566,4 562,6 63,3 28,4
Kota Langsa 2189,1 720,9 74,7 28,4
Aceh Tamiang 1833,3 596,1 66,7 26,0
Aceh Jaya 1957,5 622,7 76,8 27,4
Aceh Barat 1855,8 633,7 79,3 28,3
Nagan Raya 1815,3 579,0 65,3 27,1
Simeulue 1745,9 585,3 70,7 27,3
Aceh Barat Daya 1477,1 585,5 60,0 25,7
Aceh Selatan 1786,1 697,3 63,5 27,6
Aceh Singkil 2001,7 658,4 74,9 30,0
Gayo Lues 1869,5 540,7 77,7 30,0
Aceh Tenggara 2027,1 610,7 73,7 26,4
Provinsi Aceh 1805,3 653,0 69,3 28,1
Sumber : Riskesdas, 2007 Keterangan :*SD (Standar Deviasi)
Konsumsi energi rata-rata penduduk Aceh terus meningkat.Konsumsi energi penduduk
meningkat dari 1996 Kkal/kapita/hari pada tahun 2005 menjadi 2011 Kkal/kap/hari pada tahun
2009 dan menjadi 2139 Kkal/kapita/hari pada tahun 2010, yang telah melebihi Angka Kecukupan
Energi (AKE) yang dianjurkan (yaitu 2000 Kkal/kap/hari).
Tabel 11 : Konsumsi energi, Angka Kecukupan Energi (AKE) dan skor Pola Konsumsi
Pangan Harapan (PPH)aktual penduduk di Provinsi Aceh Tahun 2009 - 2010.
Kelompok
Pangan
Sasaran Konsumsi
Nasional
Konsumsi Energi Aktual Penduduk Provinsi Aceh
Berat
(Gr/kap/
hr)
Energi
(Kkal/
kap/hr)
Berat
(Gram/kapita
/hari)
Kalori(Kkal/kapit
a/hari) % AKE
Skor
AKE
Maks
Skor PPH
2009 2010 2009 2010 2009 2010 2009 2010
Padi-padian 275 1000 331,8 349,6 1.295 1.375 64,7 68,8 25,0 25,0 25,0
Umbi-umbian 100 120 21,1 20,0 20 20 1,0 1,0 2,5 0,5 0,5
Pangan Hewani 150 240 117,8 130,5 144 168 7,2 8,4 24,0 14,4 16,8 Minyak dan Lemak 20 200 26,1 27,6 234 247 11,7 12,4 5,0 5,0 5,0
Buah/Biji Berminyak 10 60 14,0 14,2 77 78 3,9 3,9 1,0 1,0 1,0
Kacang-kacangan 35 100 7,8 8,9 25 29 1,3 1,4 10,0 2,5 2,9
Gula 30 100 29,5 30,2 105 107 5,3 5,4 2,5 2,5 2,5
Sayur dan Buah 250 120 177,6 185,9 70 75 3,5 3,7 30,0 17,5 18,6
Lain-lain - 60 67,1 67,9 42 41 2,1 2,0 0,0 0,0 0,0
Total 2.000 2.011 2.139 101,5 106,9 68,4 72,3
Sumber: Dinas Pangan Aceh, 2011
25 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Pada Tabel di atas menunjukkan konsumsi rata-rata penduduk di Provinsi Aceh pada tahun
2009-2010 dan sasaran konsumsi Pola Pangan Harapan (PPH) Nasional. Jenis pangan yang
dikonsumsi penduduk Aceh umumnya merupakan hasil produksi lokal, kecuali beberapa jenis
komoditi yang merupakan hasil pasokan dari luar daerah maupun luar negeri seperti terigu, gula
pasir, susu dan beberapa jenis buah. Dari pola konsumsi penduduk Aceh terdapat
ketidakseimbangan komposisi baik antar jenis maupun antar kelompok pangan, dan juga belum
memenuhi kaidah kecukupan gizi.Hal ini terlihat bahwa terdapat kelebihan konsumsi padi-padian,
minyak dan lemak, buah/biji berminyakdan gula.Sedangkan konsumsi umbi, pangan hewani,
kacang-kacangan, sayur dan buah sangat kurang.
Rata-rata konsumsi protein penduduk Aceh telah melampaui Angka Kecukupan Protein
(AKP) yang dianjurkan yaitu 52 gram/kapita/hari.Akan tetapi jika ditinjau dari segi kualitas
proteinyang dikonsumsi, masih didominasi oleh pangan sumber karbohidrat, terutama beras dan
protein nabati lainnya. Protein hewani hanya menyumbang 34-38% dari total protein yang
dikonsumsi.
Tabel 12. :Tingkat Konsumsi Protein di Provinsi Aceh Tahun 2009-2010
No. Kelompok Pangan
Konsumsi Protein
Gram/kap/hari % Angka Kecukupan Protein (AKP)
2009 2010 2009 2010
1 Padi-padian 29,4 30,5 56,6 58,6
2 Umbi-umbian 0,3 0,3 0,5 0,5
3 Pangan Hewani 17,5 19,7 33,7 37,9
4 Minyak dan Lemak 0,1 0,1 0,1 0,1
5 Buah/biji berlemak 0,9 0,9 1,7 1,7
6 Kacang-kacangan 2,1 2,3 3,9 4,4
7 Gula 0,0 0,0 0,0 0,0
8 Sayur dan Buah 2,5 2,6 4,7 4,9
9 Lain-lain 1,9 1,9 3,6 3,6
Total 54,5 58,1 104,9 111,7
Sumber: Dinas Pangan Aceh, 2011
Pemanfaatan pangan oleh rumah tangga dipengaruhi antara lain oleh fasilitas penyimpanan,
pengolahan, dan penyiapan makanan di rumah tangga yang juga melibatkan penggunaan air dan
higiene. Selain itu juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan dari yang
menyiapkan, mengolah dan memberi makan untuk anggota rumah tangga.Oleh karena itu, aspek
konsumsi/pemanfaatan pangan juga dapat diukur menggunakan indikator tersebut, antara lain
persentase perempuan yang buta huruf, akses rumah tangga terhadap air bersih dan sarana
pelayanan kesehatan.
Kondisi keamanan pangan sangat mempengaruhi kesehatanmasyarakat di seluruh lapisan
tanpa mengenal batas usia dangolongan ekonomi. Kondisi keamanan pangan sangat ditentukanoleh
26 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
lingkungan dan perilaku personil yang menangani pangandari sejak dipanen sampai di meja makan.
Oleh karena itu,peningkatan keamanan pangan harus melibatkan berbagaiinstansi termasuk
pemerintah provinsi, kabupaten dan kota,sebagaimana dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah
No.28tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan.
Dari hasil pemeriksaan terhadap pangan segar, yaitu jenis sayuran kol, cabe merah, tomat dan
bayam di beberapa kabupaten menunjukkan kadar residu pestisida yang masih terdeteksi hanya
terdapat di 4 kabupaten.
Tabel 13.: Residu Pestisida pada Pangan Segar beberapa Sayuran Menurut Kabupaten
Tahun 2009
No. Kabupaten Residu Pestisida (mg/Kg)
Kol Cabe Tomat Bayam
1. Pidie TT TT TT TT
2. Bireuen 0,001 TT TT TT
3. Aceh Tengah TT TT TT -
4. Aceh Utara TT TT TT TT
5. Aceh Timur 0,001 TT TT -
6. Aceh Tamiang TT TT 0,002 TT
7. Aceh Barat TT TT TT TT
8. Aceh Barat Daya 0,001 TT TT TT
9. Nagan Raya - TT TT TT
10. Pidie Jaya - TT TT TT Sumber : Dinas Pangan Aceh, 2009 Ket : …….
2.1.4. Kelembagaan Ketahanan Pangan
Kelembagaan pangan penting artinya dalam menggerakkan seluruh kemampuan, potensi, dan
peluang guna pencapaian ketahanan pangan.Kelembagaan pangan tersebut dapat berupa
Kelembagaan Ketahanan Pangan Pemerintah maupun Kelembagaan Ketahanan Pangan
Masyarakat.Kelembagaan Ketahanan Pangan Pemerintah terdiri atas Kelembagaan Fungsional dan
Kelembagaan Struktural baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun tingkat
Kabupaten/Kota.Kelembagaan ketahanan pangan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu kelembagaan
fungsional ketahanan Pangan yang disebut Dewan Ketahanan Pangan yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 mulai dari tingkat nasional sampai tingkat kabupaten.
Dewan Ketahanan Pangan Aceh yang dipimpin oleh Gubernur sesuai Keputusan Gubernur Nomor:
521/121/2007 Tentang Pembentukan Dewan Ketahanan Pangan Provinsi NAD dan diperbaharuai
27 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
kembali dengan Keputusan Gubernur Nomor: 520/263/2010 Tentang Pembentukan Dewan
Ketahanan Pangan Aceh.
Dewan Ketahanan Pangan Provinsi mempunyai tugas membantu Gubernur dalam 1).
Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan provinsi dengan
memperhatikan kebijkan yang ditetapkan, 2). Merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong
keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan pangan, 3). Melaksanakan evaluasi
dan pengendalian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan provinsi.
Sementara untuk kelembagaan yang bersifat struktural sesuai Peraturan Pemerintah Nomor
41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat daerah (Lembaran Negara tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741) tentang pembentukan perangkat daerah, maka telah
terbentuk Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKP-LUH) di Aceh dan di 19
kabupaten/kota. Tugas utama Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan adalah melakukan
koordinasi, pengkajian, pengembangan ketersediaan, distribusi, konsumsi dan keamanan pangan
serta penyuluhan.
Selanjutnya di Aceh juga terdapat kelembagan Ketahanan Pangan Masyarakat, dalam bentuk
Lumbung-lumbung Pangan Masyarakat dan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).
Berdasarkan data tahun 2011 jumlah kedua lembaga tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 14. : Jumlah Kelembagaan Pangan Masyarakat per Kabupaten/Kota
Tahun 2011
No Kabupaten Lembaga Distribusi
Pangan Masyarakat
(LDPM)
Lumbung Pangan Masyarakat
Jumlah
1 2 3 4 5 1 Sabang - - - 2 Banda Aceh - - - 3 Aceh Besar 4 10 14 4 Pidie 1 17 18 5 Pidie Jaya 4 2 6 6 Bireun 1 5 6 7 Bener Meriah - - - 8 Aceh Tengah - 2 2 9 Aceh Utara 1 4 5
10 Lhokseumawe - - - 11 Aceh Timur - 5 5 12 Kota Langsa - - - 13 Aceh Tamiang - 3 3 14 Aceh Tenggara - 1 1 15 Gayo Lues - - - 16 Aceh Jaya - - - 17 Aceh Barat - 13 13 18 Nagan Raya 3 3 6
28 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
19 Simelue - 2 2 20 Aceh Barat Daya 2 6 8 21 Aceh Selatan 2 11 13 22 Subulussalam - - - 23 Aceh Singkil - 8 8
Jumlah 18 92 110
Sumber: Dinas Pangan Aceh, 2011
Kelembagaan pangan dan petani di Aceh tahun 2012 berjumlah 280 Kecamatan dan jumlah
6.423 desa. Selain itu juga di Aceh telah dibentuk Kelembagaan pangan masyarakat, yaitu
Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang merupakan hasil
pembinaan penyuluh. Kelompok Tani dan Gapoktan ditetapkan melalui SK Bupati/Walikota.
Jumlah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Kelompok Tani di Aceh dari data tahun 2011,
yaitu 11.994 Poktan dan 1.304 Gapoktan, secara rinci per masing-masing kabupaten/kota.
Tabel 16 : Jumlah Kecamatan, Desa serta Poktan/Gapoktan per Kabupaten/Kota Tahun
2011
No Kabupaten Kecamatan Desa BPP Kelompok
Tani
Gapoktan
1 2 3 4 5 6 7
1 Sabang 2 18 2 49 -
2 Banda Aceh 9 90 2 90 -
3 Aceh Besar 23 604 17 603 50
4 Pidie 23 727 23 1062 50
5 Pidie Jaya 8 222 8 1043 48
6 Bireuen 17 609 17 783 -
7 Bener Meriah 7 232 10 512 36
8 Aceh Tengah 14 268 14 712 252
9 Aceh Utara 27 852 24 852 51
10 Lhokseumawe 4 68 2 84 55
11 Aceh Timur 24 511 20 998 49
12 Kota Langsa 5 66 3 98 43
13 Aceh Tamiang 12 213 11 607 78
14 Aceh Tenggara 16 385 16 962 76
15 Gayo Lues 11 136 11 557 50
16 Aceh Jaya 6 172 6 227 17
17 Aceh Barat 12 321 13 494 50
18 Nagan Raya 10 222 8 746 76
19 Simelue 8 137 8 126 60
20 Aceh Barat Daya 9 132 6 209 41
21 Aceh Selatan 18 248 16 816 148
22 Subulussalam 5 74 5 175 22
23 Aceh Singkil 10 116 12 189 52
Jumlah 280 6423 254 11994 1304
Sumber: BKP-Luh Aceh, 2011
Secara kelembagaan dalam menangani keamanan pangan Pemerintah Aceh telah membentuk
tim Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) melalui Keputusan Gubernur Aceh
Nomor: 521/236/2008 pada tahun 2008. Tim OKKP-D diketua oleh Kepala Badan Ketahanan
29 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Pangan dan Penyuluhan (BKPLUH) Aceh dengan tugas melakukan koordinasi pengawasan
terhadap produk pangan segar hasil pertanian, memberikan penilaian terhadap usaha tani pangan
segar yang telah menerapkan budidaya yang benar serta memberikan rekomendasi kelayakan usaha
tani untuk memperoleh sertifikasi, melakukan pembinaan terhadap usaha tani pangan segar hasil
pertanian guna terpenuhinya proses produksi yang memenuhi aspek keamanan pangan dan
pelestarian lingkungan, serta mengundang pihak-pihak terkait dari unsur pemerintah dan atau
masyarakat/LSM untuk memberi masukan terhadap peningkatan keamanan dan mutu pangan segar
hasil pertanian.
2.4. Tantangan dan Peluang Pembangunan Pelayanan SKPA
Badan ketahanan pangan dan penyuluhan secara umum tantangan dan peluang dalam
pelayanan sesuai tugas dan fungsi selama jangka waktu lima tahun masih menghadapi berbagai
tantangan baik dari internal maupun ekternal.kalau dilihat dari aspek ketersediaan secara umum
belum dijumpai kendala, dan dari aspek distribusi masih dijumpai tantangan baik dari segi
kecepatan maupun ketepatan, ini bisa dilihat dari akses pangan di masyarakat suatu daerah bila ada
terjadi bencana sehingga mengakibatkan rawan pangan terjadi.
Bila dilihat dari aspek konsumsi pangan masih banyak dijumpai tantangan dalam
pelaksanaan aspek ini, disebabkan kesadaran masyarakat masih kurang menyadari pentingnya
mengkonsumsi makanan yang sesuai kaedah aman untuk dikonsumsi. Dalam pelayanan yang
sifatnya ekternak masih dijumpai berbagai tantangan khususnya dalam bidang koordinasi antar
lintas sektoral.Oleh karena itu diharapkan fungsi Dewan Ketahanan Pangan dalam melaksanakan
fungsinya dapat berjalan semaksimal mungkin.
2.4.1. Analisis Lingkungan Internal
Dalam menyusun kebijakan ketahanan pangan dan penyuluhan Aceh pada prinsipnyaadalah
bagaimana memaksimalkan atau mengfungsikan seluruh aset adanya termasuk Sumber Daya Alam
dan Sumber Daya Manusia (SDM)dan pendukung lainnya yang dikemas dalam suatu perencanaan
yang lebih baik. Dalam menganalisis faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi kinerja
Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Aceh, bila dicermati dari aspek kekuatan (strengths) dan
kelemahan (Weaknesses) dapat diuraikan sebagai berikut.
30 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
a. Kekuatan (Strengths)
1. Pemantapan ketahananan Pangan dan Penyuluhan saat ini telah dipayungi oleh Undang-
Undang Nomor 7 tahun 1996 tentang Ketahanan Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor
68 Tahun 2002 dan Pergub Nomor 114 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pangan Aceh.
2. Memiliki Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium Keamanan Pangan dan
UPTDBalai Sertifikasi dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan Hasil Pertanian dan
didukung sumberdaya manusia memadai.
3. Memiliki kelembagaan ketahanan pangan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota serta
Kecamatan dengan didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang
tersedia.
4. Memiliki sumber daya cadangan pangan yang cukup tersedia.
b. Kelemahan (weaknesses)
Adanya kelemahan yang dihadapi dalam melaksanakan pemantapan ketahanan pangan
Aceh antara lain:
1. Masih lemahnya koordinasi lintas sektor.
2. Pengawasan keamanan dan mutu pangan belum optimal.
3. Masih lemahnya Pemantauan harga pangan.
4. Belum didukungnya sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi untuk
UPTDLaboratorium PanganSegar dan UPTD Balai Sertifikasi dan Pengawasan Mutu
Keamanan Pangan Hasil Pertanian.
2.4.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Dalam menganalisis faktor-faktor eksternal yang juga dapat mempengaruhi kinerja Dinas
Pangan Aceh dicermati dari aspek peluang (opportunity) dan aspek hambatan/ancaman (threats).
1. Aspek peluang (Opportunity)
1. Produksi pangan terus meningkat dan Aceh merupakan daerah swasembada/surplus
produksi pangan terutama padi.
2. Tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan pangan dan gizi sejalan dengantarget
pencapaian Pembangunan Millenium Depelopment Goals (MDGs).
31 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
3. Tumbuhnya kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi
lingkungan dan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan yang
maju dan modern.
4. Kemudahan akses ke sumber informasi, teknologi dan sumberdaya lainnya agar dapat
mengembangkan usahanya bagi pelaku utama dan pelaku usaha
5. Memiliki sumber daya pangan yang cukup tersedia, pertanian, kehutanan, perikanan dan
kelautan serta keanekaragaman sumber daya pangan hayati
b. Aspek Hambatan/Ancaman (threats)
1. Fluktuasi curah hujan yang tinggi (kemarau/banjir), dan perubahan iklim global
mempengaruhi hasil pertanian, perikanan, dan peternakan.
2. Masih dipasok bahan pangan dari luar, antara lain gula pasir, terigu, beras kualitas
premium, kedele, daging sapi, daging ayam, telor, ikan, minyak goreng, garam beryodium,
buah-buahan dan sayur mayur dalam menjaga ketersediaan pangan.
3. Distribusi bahan pangan sangat dipengaruhi oleh kelancaran sarana dan
prasaranatransportasi.
4. Masih tingginya penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya dalam bahan pangan.
5. Masuknya produk pangan segar dan olahan dari luar akibat perdagangan bebas dan
peredaran bahan kimia berbahaya yang belum terawasi dengan baik.
6. Belum adanya Pos Pemeriksaan di Perbatasan wilayah untuk melakukan pengecekan
keluar masuknya pangan antar daerah.
7. Luasnya wilayah Provinsi Aceh dengan sebaran penduduk yang sulit dijangkau dan
keterbatasan sumberdaya yang dimiliki.
8. Belum terpadunya kerjasama lintas sektor dalam kompleksitas permasalahan pangan dan
gizi.
9. Produksi yang dihasilkan oleh para petani sebagian besar masih dibawa ke daerah lain
yaitu Sumatera Utara.
10. Belum optimalnya pemanfaatan sumber daya pangan untuk penganekaragaman pangan
dan konsumsi pangan oleh masyarakat belum memenuhi kaidah Pola Pangan Harapan.
11. Rendahnya dukungan institusi lain yang terkait dalam mendukung pemantapan ketahanan
pangan Aceh
32 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPA
Dari hasil indentifikasi permasalahan yang dihadapi Dinas Pangan Aceh dalam menjalankan
tugas dan fungsinya saat ini masih dihadapkan berbagaipermasalahan dan tantangan terutama
perubahan global, baik di tingkat daerah, regional dan nasional serta internasional. Perubahan
lingkungan yang sangat cepat dibidang sosial, budaya, ekonomi dan politik menimbulkan berbagai
ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas pelayanan pemerintah.Isu kemiskinan, pengangguran
dan kesempatan kerja merupakan masalah nasional. Dan daerah Aceh juga sering terjadi bencana
alam yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat baik materil maupun spirituil sehingga
menimbulkan permasalahan kerawanan pangan di daerah yang terjadi bencana.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi Dinas Pangan Aceh masih ditemukan permasalahan
bila dilihat dari tiga aspek ketahanan pangan yaitu : ketersedian pangan, distribusi pangan dan
konsumsi pangan, maka tantangan dan permasalahan yang dihadapi masih berkisar pada tiga aspek
tersebut. Dengan paradigma baru pemantapan ketahanan pangan yang berdasarkan serta visi dan
misi akan memberikan citra baru dalam upaya memantapkan ketahananan pangan ke depan.
Untuk menuju kearah pemantapan ketahanan pangan dan menjawab tantangan dan harapan
dimasa yang akan datang, maka permasalahan yang dapat diidentifikasikan antara lain :
1. Belum optimalnya penanganan ketersediaan pangan dan daerah rawan pangan, cadangan pangan
serta distribusi pangan;
2. Belum optimalnya penanganan penganekragaman konsumsi pangan bagi masyarakat pada
tingkat rumah tangga dan penanganan mutu pangan;
3. Penanganan masalah keamanan pangan segar belum tertangani dengan baik karena masih belum
optimalnya peralatan laboratorium;
4. Belum terbinanya sumber daya manusia (SDM) petani dalam rangka membangun karakter
masyarakat petani yang mandiri dan tangguh;
5. Kelembagaan ketahanan pangan belum berfungsi secara optimal.
33 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih
3.2.1. Visi
Kepala daerah dan wakil kepala daerah yang mempunyai visi, misi dan program dijabarkan
lebih lanjut oleh Dinas Pangan Aceh yang juga punya visi sesuai dengan tugas dan fungsinyadalam
menjalankan anamah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang
pangan yang didalamnya melibatkan banyak pelaku dan meliputi berbagai aspek serta mencakup
interaksi antar wilayah.
Berdasarkan visi, misi dan program kepala daerah dan wakil daerah bila dijabarkan dalam
pemantapan ketahanan pangan dan penyuluhan Aceh, perlu memperhatikan karakteristik daerah
dan budaya masyarakat itu sendiri.Untuk menerapkan visi, maka Dinas Pangan Aceh melalui
peningkatan ketahanan pangan akan dilakukanpemberdayaan ekonomi berbasis kerakyatan. Upaya
dilakukan adalah penyediaan pangan yang cukup, terjangkau dan aman untuk dikonsumsi dengan
penerapan teknologi secara profesional dan proposional sehingga akan membawa dampak sangat
baik bagi masyarakat.
Dinas Pangan Aceh dalammenyediakan pangan yang cukup dan terjangkau serta aman untuk
dikonsumsi oleh masyarakat, maka peran pemerintah dan masyarakat harus sinergi dalam
memantapkan ketahanan pangan. Oleh karena itu Dinas Pangan Aceh yangdidukung oleh tenaga
lapangan, baik berada di Provinsi maupun Kabupaten/Kota merupakan ujung tombak dalam
meningkatkan ketrampilan petani atau pelaku usaha pertanian.Petugas Lapangan juga membekali
petani dengan ilmu teknologi danketrampilan sebagai upaya meningkatkan ketersediaan pangan
dengan memperhatikan potensi wilayah untuk peningkatan produksi.
3.2.2. Misi
Pemerintah Aceh untuk5 (lima) Tahun 2012 – 2017 ke depan telah menetap misi yang
jabarkan lebih lanjut oleh Dinas Pangan Aceh sebagai salah satu pelaksana satuan kerja pemerintah
Aceh yang membidangi urusan wajib dalam pemantapan ketahanan pangan yang diwujudkan
dengan tugas dan fungsinya dalam ketersediaan pangan yang cukup, distribusi pangan yang merata
dan konsumsi pangan yang aman serta sebagai upaya memperkuat struktur ekonomi dan kualitas
sumber daya manusia dan mewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat dan
optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam.
34 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam misiDinas Pangan Aceh sebagai
upaya mewujudkan ketahanan pangan yang mantap dan efesien, efektif dan handal, maka langkah
yang akan ditempuh adalah; (1) Melaksanakan birokrasi pelayanan yang professional, bersih dan
memiliki intregitasi kerja yang tinggi; (2) Memantapkan ketahanan pangan yang berbasis sumber
daya dan budaya lokal dengan meningkatkan pemberdayaan dan kemandirian masyarakat/petani
dalam membangun ketahanan pangan; (3) Memperkuat kelembagaan pangan dan mengembangkan
ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan dalam terciptanya ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga; (4) Mendorong peningkatan kompetensi kerja dan peran dalam mengubah prilaku
petani/nelayan/pelaku usaha terhadap sumber daya produksi, pengolahan dan pemasaran hasil serta
pelayanan; dan (5) Meningkatkan koordinasi dalam kerangka penciptaan sinergitas system
ketahanan pangan.
3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra
Dalam Rencana Strategis (Renstra)Kementrian Pertanian Tahun 2010 – 2014 diversifikasi
pangan merupakan satu strategi untuk mencapai ketahanan pangan. Upaya peningkatan
diversifikasi pangan adalah melalui percepatan penganekaragaman konsumsi pangan adalah
tercapainya pola konsumsi yang beragam, bergizi seimbang dan aman, yang dicerminkan oleh
tercapai skor Pola Pangan Harapan (PPH) sekurang-kurangnya 93,3 % pada tahun 2014. Konsumsi
umbi-umbian, sayuran, buah-buahan, pangan hewani ditingkatkan dengan mengutamakan produksi
lokal, sehingga konsumsi beras diharapkan turun sekitar 1,5 persen per tahun.
Dinas Pangan Aceh dengan memperhatikan RenstraKementerian Pertanian, maka program
dan kegiatan sesuai renstra tersebut lebih difokuskan pada pemantapan ketahanan pangan yaitu :
(1) Pengembangan ketersediaan pangan dan penanganan daerah rawan pangan; (2) Pengembangan
sistem distribusi dan stabilitas harga pangan; dan (3) Pengembangan penganekaragaman konsumsi
pangan dan peningkatan keamanan pangan segar.
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis
Strategi pembangunan pertanian dalam hal ini peningkatan pemantapan ketahanan pangan
didasari pada kerangka analisis terhadap faktor lingkungan strategis. Strategi yang demikian perlu
dilakukan mengingat faktor strategis lingkungan akan menentukan keberhasilan pelaksanaan visi
dan misi yang akan dijalankan. Keberadaan faktor-faktor lingkungan strategis yang terdiri dari
faktor lingkungan internal strategis dan faktor lingkungan eksternal strategis akan merupakan
kerangka dasar mengingat pada faktor tersebut dapat ditemukan berbagai kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan. Isu pelestarian lingkungan menjadi perhatian internasional yang harus
35 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
diperhatikan dan peraturan zonasi kawasan pertanian pangan baik lahan sawah dan maupun lahan
keringmelaui langkah-langkah antara lain :
1. Pemanfaatan kawasan pertanian pangan baik lahan sawah maupun lahan kering yang didukung
sarana irigasi.
2. Pengendalian secara ketat konversi atau alih fungsi lahan pertanian pangan lahan untuk
keperluan alih fungsi lahan.
3. Pemanfaatan ruang pertanian lahan kering perkebunan rakyat secara terbatas untuk sistem
pertanian campuran (mix farming) sesuai dengan potensi yang ada, misalnya campuran dengan
peternakan dan budidaya pertanian lainnya;
Pembangunan kawasan pertanian pangan lebih maju, berkelanjutan, dan berwawasan
lingkungan diharapkan dapat mewujudkan masyarakat mandiri, makmur dan sejahtera dalam
pemenuhan pangan serta meningkatkannya sumber daya manusia pertanian.
3.5 Penentuan Isu-Isu Strategis
Dalam mewujudkan pembangunan pertanian khususnya peningkatan ketahanan pangan
denganisu-isu yang berkembang ketahanan pangan secara nasional antara lain : (1) Ketersediaan
Lahan dan Tata Ruang; (2) Pembiayaan dan Iklim Investasi; dan (3) Pengembangan dan Penerapan
Teknologi serta Diversifikasi Pangan. Sedangkan untuk Dinas Pangan Aceh isu-isu yang
berkembang saat ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.
Tantangan ke depan dalam menyikapi dampak perubahan iklim global adalah bagaimana
meningkatkan kemampuan petani dan petugas lapangan dalam melakukan perkiraan iklim
serta melakukan langkah antisipasi, migrasi dan adaptasi yang diperlukan. Untuk membangun
kemampuan petani dalam melakukan antisipasi dan mitigasi dampak perubahan iklim adalah
melalui sekolah lapang iklim serta membangun sistem informasi iklim dan modifikasi pola dan
kalender tanam yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah.
2. Lemahnya kapasitas petani
Kondisi organisasi petani saat ini lebih bersifat budaya dan sebagian besar berorentasi hanya
untuk mendapatkan fasilitas pemerintah, belum sepenuhnya diarahkan untuk memanfaatkan
peluang ekonomi melalui memanfaatan akselibritas terhadap berbagai informasi teknologi,
permodalan dan pasar yang diperlukan bagi pengembangan usaha tani dan usaha pertanian.
Disisi lain, kelembagaan usaha yang ada dipedesaan, sepertinya koperasi belum dapat
sepenuhnya mengakomodasi kepentingan petani/ kelompok tani sebagai wadah pembinaan
36 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
teknis. Berbagai kelembagaan petani yang sudah ada seperti kelompok tani, gabungan
kelompok tani, perhimpunan petani pemakai air dan subak diharapkan pada tantangan ke
depan untuk merevitalisasi diri dari kelembagaan yang saat ini lebih dominan hanya sebagai
wadah pembinaan teknis dan sosial menjadi kelembagaan yang juga berfungsi sebagai wadah
pengembangan usaha yang berbadan hukum atau dapat berintegrasi dalam koperasi yang ada
di pedesaan.
3. Belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik
Pola konsumsi pangan masyarakat masih didominasi oleh beras, sebagaimana digambarkan
pada tahun 2009 tingkat konsumsi beras sebesar 102,2 kg/kapita/tahun. Dengan semakin
bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan beras untuk konsumsi masyarakat akan semakin
bertambah, dan apabila keadaan ini terus berlangsung serta tidak ada upaya diversifikasi
pangan, maka akan membebani masyarakat dan negara serta mengancam ketahanan pangan
nasional. Belum optimalnya upaya diversifikasi pangan, disebabkan antara lain belum
berkembangnya pangan lokal berbasis teknologi pengolahan pangan, pola konsumsi pangan
masyarakat serta belum optimalnya dukungan dari program sektor lain dalam percepatan
diversifikasi pangan.
4. Belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian
Pembangunan sektor tidak bisa berdiri sendiri, melainkan melibatkan banyak sektor terkait.
Pertemuan koordinasi antar sektor sudah sering dilakukan, hanya saja menginterasikan secara
fisik kegiatan antar sektor sangat sulit dilaksanakan. Hal ini karena memerlukan waktu dan
tenaga untuk menelaah kegiatan antar sektor, wilayah, koorditas, dan waktu, sehingga tidak
tumpang tindih.
5. Masih rawannya ketahanan pangan
Tercapainya swasembada komoditas pangan utama seperti padi dan jagung pada kenyataannya
belum menjamin kemampuan individu di tingkat rumah tangga untuk dapat memperoleh
bahan pangan dengan jumlah yang cukup. Kondisi ini bukan saja disebabkan lemahnya daya
beli sebagian anggota masyarakat terhadap bahan pangan, tetapi juga dalam arti yang
sebenarnya di beberapa daerah terpencil distribusi bahan pangan sulit dilakukan, terutama pada
musim paceklik.
6. Kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian
Seperti kebanyakan institusi pemerintah pada umumnya, sumberdaya manusia aparat
pemerintah masih jauh dari memuaskan. Kondisi ini ditambah dengan penempatan aparatur
pemerintah propinsi dan kabupaten/kota yang tidak tepat dan sesuai dengan kompetensinya.
37 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
7. Laboratorium Keamanan Pangan Segar belum optimal
Banyak makanan beredar sekarang dalam masyarakat jenis pangan segar diduga pencemaran
dari bahan kimia berbahaya, sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut perlunya pengujian
dan perluperalatan yang memadai pada laboratorium keamanan pangan segar.
8. Meningkatnya daerah rawan pangan
Kondisi Provinsi Aceh yang terletak pada posisi katulistiwa sehingga dikatagorikan merupakan
daerah rawan akan bencana gempa bumi, tsunami dan Aceh juga rawan terhadap bencana
banjir/ longsor / kemarau, maka akan menyebabkan kerusakan lahan pertanian serta
menyebabkan kekurangan pangan pada daerah yang terjadi bencana. Untuk itu kemungkinan
terjadi rawan pangan akan terjadi pada daerah yang dikatagorikan rawan pangan sesuai dengan
peta rawan pangan, maka untuk mengantisipasi hal tersebut perlu penanggulangan pada daerah
rawan pangan tersebut.
9. Pengembangan desa mandiri pangan belum optimal
Desa Mandiri Pangan adalah desa/kelurahan yang masyarakatnya mempunyai kemampuan
untuk mewujudkan ketahanan pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan,
subsistem distribusi, dan subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya
setempat secara berkelanjutan. Pengembangan desa mandiri pangan (Demapan) untuk
meningkatkan keberdayaan masyarakat miskin perdesaan dalam mengelola dan memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki atau dikuasainya secara optimal, dalam mencapai kemandirian
pangan rumah tangga dan masyarakat.
10. Pengembangan lembaga distribusi pangan masyarakat (LDPM) belum optimal
Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM) merupakan
pemberdayaan Gapoktan agar mampu mengembangkan unit usaha distribusi pangan dan unit
pengelola cadangan pangan, antara lain dalam hal : (a) mengembangkan sarana penyimpanan
(gudang) sendiri, (b) menyediakan cadangan pangan (gabah/beras dan/atau pangan pokok lokal
spesifik lainnya) minimal bagi kebutuhan anggotanya di saat menghadapi musim paceklik, dan
(c) menjagastabilisasi harga gabah/beras dan/atau jagung disaat panen raya melalui kegiatan
pembelian-penjualan. Dan mengembangkan usaha ekonomi di wilayah melalui peningkatan
usaha pembelian dan penjualan gabah/beras dan/atau jagung; dan juga meningkatkan nilai
tambah produk petani anggotanya melalui kegiatan; penyimpanan/pengolahan/pengemasan
dan memperluas jejaring kerja sama distribusi/ pemasaran yang saling menguntungkan.
11. Diversifikasi pangan melalui moderisasi aneka ragam pengelohan pangan lokal di tingkat
rumah tangga
38 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Meningkatkan partisipasi masyarakat atau kelompok wanita tani dalam memanfaatkan lahan
kawasan (kecamatan, dusun, desa) dalam menghasilkan pangan yang berbasis sumber daya
lokal dan kelompok wanita tani juga mampu sebagai penyediaan sumber pangan keluarga
melalui pemanfaatan pekarangan dengan penghasil sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan
protein untuk konsumsi keluarga dan mampu menghasilkan produk olahannya sebagai sumber
karbohidrat non beras dan non terigu. Tujuan dari diversifikasi adalah meningkatkan motivasi,
partisipasi, dan aktivitas masyarakat dan anak usia dini dalam penganekaragaman konsumsi
pangan. fasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi pangan beragam, bergizi,
seimbang dan aman.
12. Peningkatan mutu dan keamanan pangan
Peningkatan mutu dan keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah dan produsen bahan pangan. Keterlibatan tersebut sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pengembangan sistem mutu dan keamanan pangan. Jumlah produk pangan yang
tidak memenuhi persyaratan mutu pangan. Produk pangan umumnya dibuat menggunakan
bahan tambahan pangan yang dilarang atau melebihi batas penggunaan: merupakan pangan
yang tercemar bahan kimia atau biologi dan benda lainnya yang menganggu dan merugikan
kesehatan manusia; pangan yang sudah kadaluwarsa; pangan yang tidak memenuhi standar
mutu dan komposisi serta makanan impor yang tidak sesuai persyaratan, produk pangan Halal,
Informasi pangan Impor dan Ekspor dan sanitasi pangan. Dari sejumlah pangan yang
dihasilkan banyak menggunakan bahan kimia sehingga cukup menghawatirkan.
13. Perencanaan pembangunan ketahanan pangan
Perencanaan pembangunan ketahanan pangan tidak terlepas dari pengembangan ketersedian
pangan dan penanganan rawan pangan, sistem distribusi pangan, stabilitas harga pangan dan
konsumsi panganyang merupakan masalah belum optimaldilaksanakan, hal ini perlu
dilaksanakan baik sesuai permendagri maupun permentan sebagai yang telah ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Minimal (SPM) maupun yang telah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Aceh.
39 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi dan Misi SKPA
Sesuai tugas dan fungsi, potensi dan capaian hasil pada periode sebelumnya, permasalahan dan
tantangan yang ada, Dinas Pangan Aceh pada periode 2012-2017 menetapkan visi, yaitu :
“Terwujudnya Kemandirian Pangan Aceh”.
Untuk mewujudkan visi di atas, Dinas Pangan Aceh menetapkan misi sebagai berikut :
1. Melaksanakan birokrasi pelayanan yang professional, bersih dan memiliki integritas kerja
yang tinggi;
2. Memantapkan ketersedian dan cadangan pangan yang berkelanjutan.
3. Meningkatkan sistem distribusi dan akses pangan untuk mengantisipasi terjadinya gejolak
harga dan keberdayaan dan kemandirian masyarakat/petani untuk membangun ketahanan
pangan berbasis sumber daya lokal;
4. Meningkatkan mutu konsumsi yang berbasis Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman
(B2SA), melalui diversifikasi pangan yang berbasis bahan baku pangan lokal dan
kewaspadaan pangan untuk mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan, meningkatkan
pengembangan mutu dan keamanan pangan masyarakat;
5. Meningkatkan kemampuan dan peranserta kelembagaan petani;
6. Mengembangkan sistem pelatihan managemen, kepeminpinan, kewirausahaan dan teknis
agribisnis yang handal;
7. Mengembangkan program dan informasi pertanian,pangan segar dan harga produk
pertanian.
Untuk mewujudkan misi yang ditetapkan sebanyak 8 (delapan) point di atas lebih lanjut
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Misi 1. Melaksanakan birokrasi pelayanan yang professional, bersih dan memiliki intregitasi kerja
yang tinggi dengan :
a. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang, baik, bersih dan amanah serta bebas
dari kolusi, korupsi dan nepotisme dengan mengedepankan kualitas kerja dan
profesional.
40 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
b. Terciptanya tata kelola pemerintahan yang tertib sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dengan transparasi, akuntabilitas, non-diskriminasi, dan kemitraan.
c. Terlaksananya penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM).
Misi 2. Memantapkan ketersediaan dan cadangan pangan yang berkelanjutan dengan :
a. Pemantapan ketersediaan pangan yaitu pada posisi 2.100 kalori per hari dan protein 57
Gram per kapita per hari.
b. Pemberdayaan Lumbung Pangan Masyarakat dengan target 255 Lumbung.
c. Penyediaan Cadangan Pangan Pemerintah dengan target 200 Ton.
d. Pengembangan Desa Mandiri Pangan dengan target 249 Desa.
e. Pengembangan LM3 (Lembaga Mengakar di Masyarakat) target 19 LM3.
Misi 3. Meningkatkansistem distribusi dan akses pangan untuk mengantisipasi terjadinya gejolak
harga dan keberdayaan dan kemandirian masyarakat/petani untuk membangun ketahanan
pangan berbasis sumber daya lokal :
a. Penanganan daerah rawan pangan kronis dan transien dengan target 575 Kelompok.
b. Penguatan LDPM (Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat) dengan target kumulatif
100 Gapoktan.
c. Pengembangan informasi harga pangan di 23 Kabupaten/Kota.
d. Penanganan daerah rawan pangan melalui SIDI (Sistem Informasi Dini) dan
penyusunan peta rawan pangan melalui Sistem Keamanan Pangan dan Gizi (SKPG)
target 23 Kabupaten/Kota.
e. Pemantauan harga pangan dengan target di 23 Kabupaten/Kota.
Misi 4. Meningkatkan mutu konsumsi yang berbasis Beragam, Berimbang, Bergizi dan Aman
(B2SA), melalui diversifikasi pangan yang berbasis bahan baku pangan lokal dan
kewaspadaan pangan untuk mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan, meningkatkan
pengembangan mutu dan keamanan pangan masyarakat:
a. Peningkatan mutu konsumsi masyarakat yaitu pada posisi 2.100 kilokalori per kapita
per hari dan 57 Gram protein per kapita per hari.
b. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis pangan lokal yaitu pada
posisi PPH mendekati skor 95 dan LCM (Lomba Cipta Menu) dengan target 23
Kabupaten/Kota dan Provinsi.
c. Peningkatan mutu dan keamanan pangan dengan target 575 Sampel.
41 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
d. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan diversifikasi pangan di
masyarakat dengan target 850 Kelompok.
e. Memfasilitasi laboratorium keamanan pangan segar dengan target 1 Laboratorium.
f. Sosialisasi mutu dan keamanan pangan dengan target 23 Kabupaten/Kota.
Misi 5. Meningkatkan kemampuan dan peranserta kelembagaan petani dalam pelaksanaan
penyuluhan : (menjadi misi Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh)
a. Pengembangan Demplot 1300 Unit, Demfarm 350 Unit dan Demarea 100 Unit
percontohan sebagai media transfer teknologi ke petani.
b. Peningkatan kemampuan petani dan pelaku agribisnis dengan target 12.500 Orang.
c. Pelaksanaan Rembug KTNA, PEDA dan PENAS dengan target 6 Kegiatan.
Misi 6. Mengembangkan sistem pertanian, perikanan dan kehutanan sesuai kearifan lokal dan
kebutuhan petani, nelayan dan masyarakat : (menjadi Misi Dinas Pertanian dan
perkebunan Aceh )
a. Integrasi Perencanaan Pengendalian Program Ketahanan Pangan dan Penyuluhan yaitu
terselenggaranya kegiatan penyusunan perencanaan program, monitoring, evaluasi dan
pelaporan, pengelolaan data informasi, pengembangan kerjasama dan pengelolaan
administrasi keuangan setiap tahun.
b. Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM aparatur yaitu peningkatan kualitas dan
kuantitas SDM baik yang menjabat fungsional maupun non fungsional setiap tahun.
c. Peningkatan kapasitas sarana/prasarana yang mendukung kelancaran kegiatan Dinas
Pangan Aceh.
Misi 7. Mengembangkan sistem pelatihan managemen, kepeminpinan, kewirausahaan dan teknis
agribisnis yang handal. (menjadi Misi Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh)
1. Pelatihan kewirausahaan bagi petani 3.000 Orang.
2. Pelatihan managemen dan kepeminpinan bagi pengurus Poktan 900 Orang.
Misi 8.Mengembangkan program dan informasi penyuluhan pertanian, pangan segar dan harga
produk pertanian (menjadi Misi Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh)
a. Pengadaan media informasi penyuluhan
b. Warta pangan
42 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPA
4.2.1. Tujuan dan Sasaran
Dinas Pangan Aceh dalam mencapai tujuan dan sasaran jangka menengah dituangkan dalam
Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pangan Aceh periode 2012 - 2017. Tujuan dan sassaran akan
jabarkan adalah pemantapan ketahanan pangan dengan aspek ketersediaan pangan, aspek distribusi
pangan dan aspek konsumsi pangan. Untuk tujuan dan sasaran dapat dijelas sebagai berikut :
1. Aspek Ketersediaan Pangan
a. Meningkatkan ketersediaan pangan yang berasal dari produksi lokal untuk mencukupi
kebutuhan pangan masyarakat Aceh;
b. Mengkoordinasikan dan mengembangkan cadangan pangan dan pemantapan kelembagaan
pangan;
c. Meningkatkan peran serta stake holder dan masyarakat dalam upaya mencegah dan
penanggulangi kerawanan pangan.
2. Aspek Distribusi Pangan
a. Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya distribusi pangan yang
efektif dan efisien;
b. Menumbuh kembangkan koordinasi dan sinergi kebijakan distribusi pangan;
c. Mendorong peranserta kelembagaan pangan dan masyarakat dalam meningkatkan
kelancaran distribusi, menciptakan stabilisasi harga dan meningkatkan akses pangan.
d. Penanganan daerah rawan pangan melalui SIDI (Sistem Informasi Dini) dan penyusunan
peta rawan pangan melalui Sistem Keamanan Pangan dan Gizi (SKPG).
3. Aspek Konsumsi pangan
a. Memantapkan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA);
b. Mendorong peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakatmelalui
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis pangan lokal dan LCM (Lomba
Cipta Menu);
c. Memfasilitasi laboratorium keamanan pangan segar dan peningkatan mutu dan keamanan
pangan.
4. Sistem Penyuluhan (menjadi Tujuan dan Sasaran Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh)
43 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
4.3 Strategi dan Kebijakan SKPA
4.3.1. Strategi
Strategi Pembangunan Jangka Menengah Aceh tahun 2012-2017 adalah mewujudkan Aceh
yang Bermartabat Sejahtera Berkeadilan dan Mandiri Berlandaskan Undang-Undang Pemerintahan
Aceh sebagai Wujud MoU Helsinki. Untuk tercapainya tujuan tersebut ditempuh melalui penetapan
strategi dan arah kebijakan pembangunan.
Berkaitan hal tersebut untukmewujudkan peningkatan nilai tambah produksi masyarakat
dan optimalisasi pemanfaatan Sumberdaya Alam yang merupakan sasaran misi dari pemerintah
Aceh, maka strategi yang ditempuh dalam Pemantapan ketahanan pangan berdasarkan dengan
kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman yang dihadapi dapat diuraikan sesuai strategi yang
akan dilakukan Dinas Pangan Acehdalam mencapai misi dari 3 (tiga) sub sitem ketahanan pangan
adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan Pangan
a. Meningkatkan ketersediaan pangan yang berasal dari produksi dalam negeri untuk
mencukupi kebutuhan pangan masyarakat;
b. Mengkoordinasikan dan mengembangkan cadangan pangan dan pemantapan kelembagaan
pangan;
c. Meningkatkan peran serta stake holder dan masyarakat dalam upaya mencegah dan
penanggulangi kerawanan pangan
2. Distribusi Pangan
a. Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya distribusi pangan yang
efektif dan efisien;
b. Menumbuh kembangkan koordinasi dan sinergi kebijakan distribusi pangan;
c. Mendorong peranserta kelembagaan pangan dan masyarakat dalam meningkatkan
kelancaran distribusi, menciptakan stabilisasi harga dan meningkatkan akses pangan.
d. Penanganan daerah rawan pangan melalui SIDI (Sistem Informasi Dini) dan penyusunan
peta rawan pangan melalui Sistem Keamanan Pangan dan Gizi (SKPG).
3. Konsumsi Pangan
a. Memantapkan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA);
44 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
b. Mendorong peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakatmelalui
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis pangan lokal dan LCM (Lomba
Cipta Menu)
c. Memfasilitasi laboratorium keamanan pangan segar dan peningkatan mutu dan keamanan
pangan.
4. Penyuluhan(menjadi strategi Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh)
D. Kebijakan
Kebijakan merupakan suatu langkah yang dilakukan untuk memberi arah dalam pelaksanaan
pembangunan yang efektif dan efisien serta tepat sasaran, agar pembangunan yang dilaksanakan
secara cepat dapat menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan daerah. Selain itu,
pembangunan diharapkan dapat berkesinambungan dan menciptakan kemandirian masyarakat dan
pemerintah daerah.
Mekanisme pelaksanaan pembangunan sedapat mungkin melibatkan peran masyarakat
berdasarkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Demikian juga peran pemerintah dapat
lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam memfasilitasi pelaksanaan pembangunan, pemanfaatan
sumber daya alam dan pengembangan sumber daya manusia yang didukung oleh penyediaan akses
modal dan akses pasar.
Salah satu arah kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Aceh dalam mewujudkan Misi
Pemerintahan Aceh (2012-2017) adalah :Memantapkan Ketahanan Pangan dan Meningkatkan Nilai
Tambah Produk Pertanian. Sedangkan kebijakan berkaitan dengan ketahanan pangan dan
penyuluhan tidak sepenuhnya wewenang berada padaDinas Pangan Aceh, melainkan sebagian
besar kebijakan strategis tersebut berada dalam kewenangan di luar Dinas Pangan Aceh.
Namun melalui Dewan Ketahanan Pangan dalam hal ini tingkat provinsi diketuai langsung
oleh gubernur dan dibantu oleh tim ahli pokja sebagai pemberi masukan dalam pemantapan
ketahanan pangan serta instansi terkait akan melakukan beberapa kebijakan sebagai upaya untuk
mencapai misi pada Dinas Pangan Aceh dengan langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Kebijakan dalam peningkatan ketersediaan dan pencegahan kerawanan pangan, ditujukan untuk
: (1) Pengembangan kapasitas produksi pangan bertumpu pada sumberdaya lokal; (2)
Peningkatan efisiensi usaha pangan; (3) Peningkatan optimalisasi lahan; (4) Bantuan insentif
usaha pangan; (5) Pemantapan cadangan pangan untuk antisipasi penyediaan pangan; (6)
45 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Peningkatan cadangan pangan bertumpu produksi lokal; (7) Pengembangan cadangan pangan
masyarakat; (8) Pencegahan kerawananan pangan; (9) Penangulangan kerawanan pangan.
2. Kebijakan dalam peningkatan distribusi pangan, diarahkan untuk : (1) Meningkatkan kualitas
pelayanan informasi distribusi, harga dan akses pangan; (2) Mengoptimalkan sinergi antar
instansi terkait dalam perumusan dan implemantasi kegiatan distribusi, stabilitas harga dan
akses pangan; dan (3) Memberdayakan kelembagaan masyarakat dibidang distribusi, stabilisasi
harga dan akses pangan. (4).BerkembangnyaGapoktan dalam usaha distribusi pangan
masyarakat;
3. Kebijakan dalam pengembangan konsumsi dan keamanan pangan, ditujukan untuk : (1)
Peningkatan konsumsi energi sesuai AKG (2000 Kkal/Kap/hari); (2) Peningkatan konsumsi
protein sesuai AKP (52 gr/Kap/hari); (3) Konsumsi pangan menuju Pola Pangan Harapan
(PPH) dengan skor mencapai 100; (4) Peningkatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi
Pangan (P2KP); (5) Pengembangan teknologi pengolahan dan produk olahan pangan lokal; (6)
Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbangdan
aman; (7) Peningkatan keamanan produk pangan segar; (8)Peningkatan kemitraan dengan
pemangku kepentingan (Swasta, LSM dan Perguruan Tinggi).
4. Kebijakan dalam peningkatan penyuluhan (menjadi Kebijakan Dinas Pertanian dan Perkebunan
Aceh)
5. Kebijakan dalam pelaksanaan manajemen pembangunan yang bersih, peduli, transparan dan
bebas KKN ditujukan untuk : (1) Meningkatkan kesejahteraan pegawai disertai dengan
penerapan reward dan punishemen; (2) Peningkatan pemahaman masyarakat terhadap upaya
pembangunan pertanian, kehutanan dan perikanan; (3) Peningkatan pelayanan dokumentasi,
kearsipan; (4) Penyelarasan pembangunan ketahanan pangan antar sektor, dan wilyah; (5)
Melaksanakan tertib administrasi pelaksanaan kegiatan anggaran; (6) Pengembangan sistem
dan mekanisme kerja yang aktif, efisiensi dan akuntabel dan (7) Peningkatan evaluasi,
pengawasan dan pengendalian, manajemen pembangunan ketahanan pangan.
Beberapa kebijakan yang berada dalam kewenangan dan perlu penanganan dari Dinas Pangan
Aceh adalah :
1. Kebijakan dalam peningkatan ketersediaan dan pencegahan kerawanan pangan, ditujukan untuk
: (1) pengembangan kapasitas produksi pangan bertumpu pada sumberdaya lokal; (2)
peningkatan efisiensi usaha pangan; (3) peningkatan optimalisasi lahan; (4) kebijakan insentif
produksi; (5) pemantapan cadangan pangan untuk antisipasi penyediaan pangan; (6)
46 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
peningkatan cadangan pangan bertumpu produksi lokal; (7) pengembangan cadangan pangan
masyarakat; (8) pencegahan kerawanan pangan; (9) penanggulangan kerawanan pangan.
2. Kebijakan dalam peningkatan distribusi pangan, diarahkan untuk : (1) meningkatkan kualitas
pelayanan informasi distribusi, harga dan akses pangan; (2) mengoptimalkan sinergi antar
instansi terkait dalam perumusan dan implementasi kegiatan distribusi, stabilitas harga dan
akses pangan; dan (3) memberdayakan kelembagaan masyarakat dibidang distribusi, stabilisasi
harga dan akses pangan dan; (Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM).
3. Kebijakan dalam peningkatan konsumsi dan keamanan pangan, ditujukan untuk : (1)
Peningkatan konsumsi energi sesuai AKG (2100 Kkal/kap/hari); (2) Peningkatan konsumsi
protein sesuai AKP (57 gr/kap/hari); (3) Konsumsi pangan menuju Pola Pangan Harapan (PPH)
dengan skor 95; (4) Peningkatan keanekaragaman pangan berbasis sumberdaya, kelembagaan,
dan budaya lokal; (5) Pengembangan teknologi pengolahan dan produk olahan pangan lokal;
(6) Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang
dan aman; (7) Peningkatan keamanan produk pangan segar; (8) Peningkatan kemitraan dengan
pemangku kepentingan (swasta, LSM, perguruan tinggi).
4. Kebijakan dalam pelaksanaan manajemen pembangunan yang bersih, peduli, transparan, dan
bebas KKN ditujukan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan pegawai disertai dengan
penerapan reward dan punishemen; (2) peningkatan pemahaman masyarakat terhadap upaya
pemantapan ketahanan pangan; (3) peningkatan pelayanan dokumentasi, kearsipan, manajemen
ketahanan pangan; (4) penyelarasan pembangunan ketahanan pangan antar sektor, dan wilayah;
(5) melaksanakan tertib administrasi pelaksanaan kegiatan anggaran; (6) peningkatan
keterbukaan dalam penyusunan kebijakan dan manajemen pembangunan ketahanan pangan; (7)
penyusunan kebijakan dan manajemen pembangunan ketahanan pangan (DKP); (8) penguatan
kelembagaan Dewan Ketahanan Pangan; (9) perumusan kebijakan yang mengatur dan
mendorong penerapan produk hukum yang berpihak petani; (10) pengembangan sistem dan
mekanisme kerja yang aktif, efisien dan akuntabel dan (11) peningkatan evaluasi, pengawasan
dan pengendalian, manajemen pembangunan ketahanan pangan.
5. Kebijakan dalam meningkatkan kapasitas dan pemberdayaan SDM pertanian diarahkan untuk :
(1) peningkatan kompetensi dan moral SDM aparatur pertanian dan; (2) peningkatan
kemampuan keterampilan pengelola keuangan dan perlengkapan.
6. Kebijakan dalam meningkatkan akses pangan masyarakat di daerah rawan pangan kronis
diarahkan untuk: (1) penyelenggaraan pendidikan pertanian bagi petani, dan (2) penanganan
daerah rawan pangan kronis.
47 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
BAB V
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOKSASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
Dinas Pangan Aceh dalam bagian ini diuraikan rencana program dan kegiatan, indikator
kinerja kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif yang menjadi tanggung jawab Dinas Pangan
Aceh. Pada bagian ini akan disajikan pencapaian target indikator kinerja pada akhir periode
perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode
perencanaan.UntukrencanaProgram dan kegiatan dapat diuraikan sebagai berikut.
A. PROGRAM UMUM SKPA
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
- Penyediaan Jasa Surat Menyurat
- Penyediaan Jasa Komunikasi Sumberdaya Air dan Listrik
- Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kenderaan Dinas/Operasional
- Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
- Penyediaan Alat Tulis Kantor
- Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
- Penyediaan Komponen Instalasi Listrik & Penerangan Bangunan Kantor
- Penyediaan Bahan Bacaan &Peraturan Perundang-undangan
- Rapat-rapat Koordinasi & konsultasi ke Luar Daerah
- Penyediaan Pelayanan administrasi perkantoran
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
- Pembangunan Gedung Kantor
- Pengadaan Peralatan Gedung Kantor
- Pengadaan Mebeleur
- Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung Kantor
- Pemeliharaan Rutin/Berkala Kenderaan Dinas Operasional
- Pemeliharaan Rutin/Berkala peralatan Kantor
- Rehabilitasi Sedang/Berat rumah gedung kantor
3. Program Peningkatan Displin Aparatur
- Pengadaan Pakaian Dinas beserta perlengkapan
48 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
B. Program/Kegiatan Spesifikasi SKPA/Program Urusan Wajib
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
- Penanganan Daerah Rawan Pangan
- Pengembangan Desa Mandiri Pangan
- Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan
- Laboratorium Uji Ketahanan Pangan
- Koordinasi Kebijakan Ketahanan Pangan
- Diversifikasi Pangan melalui Moderisasi Aneka Ragam Pengelohan Pangan Lokal di
Tingkat Rumah Tangga
- Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
2. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
- Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani(menjadi Tugas Dinas Pertanian dan
Perkebunan)
- Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis
- Pelaksanaan PEDA dan PENAS Petani Nelayan
4. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan(menjadi Tugas
Dinas Pertanian dan Perkebunan)
- Kegiatan Penyuluhan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
5. Program Pemberdayaan Penyuluh
- Pendidikan dan Pelatihan bagi Penyuluh
- Pelaksanaan PENAS Petani Nelayan
6. Program Pengembangan dan Peningkatan Penyuluhan (menjadi Tugas Dinas Pertanian
dan Perkebunan)
- Rapat-Rapat Koordinasi Penyuluhan
- Pengembangan Sarana dan Prasarana Penyuluhan
Dalam rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan
indikatif yang akan dilaksanakan olehDinas Pangan Aceh dengan rencana program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan yaitu : 3 (tiga) program umum dan 6 (enam) Program Spesifik/program
wajib Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) Dinas Pangan Aceh berdasarkan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) Tahun 2012 - 2017. Rencana Program dan
49 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran, dan Pendanaan Indikatif untuk lebih dijelas dan
lengkap dapat dilihat pada lampiran 1.
Tabel 18.Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja dan Kelompok Sasaran.
Program dan Kegiatan Indikator Kinerja Program
(outcome) Satuan
Capaian kinerjaProgram dan Kegiatan
2013 2014 2015 2016 2017
1 2 3 4 5 6 7 8
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Meningkatnya ketersediaan energi Meningkatnya ktersediaan Protein Berkurang daerah rentan pangan
Kkal/ka/hr G/kap/hr Kecamatn
3341,2 97,18 118
3374,4 98,16 103
3407,6 99,14
88
3440,8 100,12
73
3474,0 101,1
58
1. Penanganan Daerah Rawan pangan
Jumlah penanganan daerah rawan pangan Transient/Kronis.
Kelompok / Desa
94 28 25 15 10
2. Pengembangan Desa Mandiri Pangan
Jumlah desa yang mampu menanggulangi masalah pangan.
Desa 37 5 8 10 15
3 Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan
Meningkatnya mutu dan keamanan pangan.
1. Jumlah tenaga pengawas keamanan pangan Prov/kab/kota terlatih.
Orang 49 50 50 50 50
2. Jumlah pengawasan terhadap produk pangan segar di kab/kota dan Prov terkontrol.
Kabupaten / Kota
16 15 18 20 23
4 Laboratorium Uji Ketahanan Pangan
1. Persentasekemampuan uji labora torium keamanan pangan segar.
% 0 20 40 60 80
2. Jumlah tenaga kompetensi laboratorium terlatih.
Orang 5 7 9 11 14
3. Jumlah sarana pengujian pangan segar tersedia.
Unit 1 2 1 1 1
5 Koordinasi Kebijakan Ketahanan Pangan
Jumlah Regulasi / Kebijakan Ketahanan Pangan Daerah.
Regulasi / Laporan
1 1 1 1 1
6. Diversifikasi Pangan melalui Moderisasi Aneka Ragam Pengelohan Pangan Lokal di Tingkat Rumah Tangga
Pencapaian gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) melalui pemberdayaan.
1.Jumlah kelompok melaksanakan Diversifikasi pangan lokal di tingkat rumah tangga.
2. Jumlah Sosialisasi Ketahanan Pangan di Kab /Kota
Kelompok Kab/Kota
160
23
160
23
160
23
160
23
210
23
3. Jumlah Lomba Cipta Menu di Tingkat Kab/Kota/Prov/Pusat.
Kab/Kota/ Prov/Pusat
25 25 25 25 25
7 Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
1. Jumlah Gapoktan dalam usaha distribusi pangan masyarakat meningkat
Gapoktan 3.764 3.792 3.792 3.792 3.692
2. Jumlah Klp / Lumbung Pangan Masyarakat yang diberdayakan
Klp / Lumbung
- 10 12 15 20
3. Jumlah Cadangan Pangan (Beras) Pemerintah tersedia Ton 120 150 170 200 220
Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Meningkatnya kualitas perencanaan ketahanan pangan dan penyuluhan % 75 80 85 88 90
1. Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan dan penyuluhan
1. Jumlah monev dan rencana kerja program serta tersedianya data ketahanan pangan dan penyuluhan tersusun
Dokumen 3 3 3 3 3
1 2 3 4 5 6 7 8
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
1. Meningkatnya kelompok tani yang menerapkan prinsip Agribisnis.
2. Meningkatkan jumlah kelompok tani yang Bankable
Kelompok Kelompok
20 20
40 40
60 60
80 80
Menja
di Tugas
50 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
1. Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
1. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan Petani dan pelaku agribisnis
Kelompok 40 80 120 160 Dinas
Pertanian dan Perkebunan
2. Terlaksananya Lomba Asah Trampil Petani Aceh dan PEDA serta PENAS Kegiatan 0 3 1 2
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
Meningkatnya kemampuan teknologi petani
Komoditi Demplot
57 57 57 57 Menjadi Tugas Dinas
Pertanian dan Perkebunan
1. Kegiatan Penyuluhan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
1. Jumlah pilot percontohan sebagai media transfer teknologi ke petani meningkat.
2. Tersedianya Informasi Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
Unit
Kab / Kota
474
23
309
23
350
23
350
23
3. Jumlah kelompok petani ter
berdaya dan termanfaatnya lahan Poktan 3 4 4 4
Program Pemberdayaan Penyuluh 1. Meningkatnya Penyuluh Ahli 2. Meningkatnya Penyuluh Terampil
Orang %
520 32
540 44
5600 56
5800 68
6000 80
1. Pendidikan dan Pelatihan bagi Penyuluh
1. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan tenaga penyuluh.
Angkatan 50 40 40 40 40
2. Jumlah tenaga Penyuluh yang mampu dan trampilan (prioritas)
Penyuluh 2849 2882 2945 3.047 3.178
3. Terlaksananya Lomba Asah Trampil Petani Aceh dan PENAS Petani Nelayan
Kegiatan 1
Program Pengembangan dan Peningkatan Penyuluhan
Meningkatnya jumlah kelompok tani yang dibina BPP
Poktan Gapoktan
10.538 1.443
10.568 1.582
10.598 1.721
10.628 1.860 Menja
di Tugas Pertanian dan Perkebunan
1. Rapat-Rapat Koordinasi Penyuluhan
1. Jumlah rapat Koordinasi Penyuluhan Tk. Prov & Kab/Kota
2. Jumlah Penilaian Penyuluh Berprestasi
Kab / Kota Kegiatan
23 0
23 1
23 1
23 1
2. Pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan
1. Jumlah kelembagaan penyuluhan tingkat Kecamatan yang terfasiltasi
BPP 265 265 265 265
2.Jumlah kelembagaan penyuluhan tingkat Propinsi dan Kabupaten / Kota yang terfasilitasi
Provinsi/ Kab/Kota
24 24 24 24
3. Jumlah Kelengkapan Kerja Penyuluh yang terfasilitasi
Penyuluh 2.849 2.882 2.945 3.047
51 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
BAB VI
INDIKATOR KINERJA SKPA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN
RPJMA
6.1. Indikator Kinerja SKPA
Indikator kinerja ditetapkan secara spesifik untuk mengukur pencapaian kinerja yang dapat
berupa output, outcome dan impact. Output merupakan keluaran berupa barang atau jasa yang
dihasilkan oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian outcome program.
Dalam struktur manajemen kinerja, output merupakan sasaran kinerja kegiatan yang secara
akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi setingkat eselon II pada Dinas Pangan Aceh,
sehingga rumusan output kegiatan merupakan sasaran kinerja Dinas Pangan Acehdan berdasarkan
dengan tugas dan fungsi.Output tersebut harus dapat mendukung pencapaian outcome program dan
dapat dievaluasi berdasarkan periode waktu tertentu.
Secara skematis indikator kinerja utama program dan kegiatan pada Dinas Pangan Aceh, pada
dasarnyasebagai upaya untuk memantapkan ketahanan pangan untuk semua program dan kegiatan
sebagaimana disajikan pada lampiran 1.
A. Program/Kegiatan Spesifikasi SKPA/Program Urusan Wajib
1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
- Penanganan Daerah Rawan pangan
- Pengembangan Desa Mandiri Pangan
- Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan
- Laboratorium Uji Ketahanan Pangan
- Koordinasi Kebijakan Ketahanan Pangan
- Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
- Diversifikasi Pangan melalui Moderisasi Aneka Ragam Pengelohan Pangan Lokal di
Tingkat Rumah Tangga
- Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
2. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
- Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani (Pindah ke Dinas Pertanian dan Perkebunan)
- Pelatihan Petani dan Pelaku Agribisnis
52 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
4. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan (Pindah ke Dinas
Pertanian dan Perkebunan)
- Kegiatan Penyuluhan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
5. Program Pemberdayaan Penyuluh
- Pendidikan dan Pelatihan bagi Penyuluh
- Pekan Nasional (PENAS) Petani Nelayan ke XV.
6. Program Pengembangan dan Peningkatan Penyuluhan (Pindah ke Dinas Pertanian dan
Perkebunan)
- Rapat-Rapat Koordinasi Penyuluhan
- Pengembangan Sarana dan Prasarana Penyuluhan
53 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
Lampiran : 1
Indikator Kinerja Dinas Pangan Aceh yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMA
URUSAN WAJIB
Tujuan Sasaran Indikator Sasaran
BidangUrusanPemerintahan
danProgramPrioritasPembangunan/k
egiatan
Indikator Kinerja Program (outcome)
Volume
Kondisi Kinerja Awal RPJM Aceh
Tahun 2012
Capaian Kinerja Program dan Kegiatan
SKPD Penanggung
Jawab 2013 2014 2015 2016 2017
Kondisi Kinerja pada akhir
periode RPJMA
Satuan Vol Vol Vol Vol Vol Vol
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Meningkatkan pemantapan ketahanan pangan dan sistem penyuluhan melalui 3 (tiga) aspek ketahanan pangan yaitu : 1) Ketersediaan pangan, 2) Distribusi pangan, 3) Konsumsi pangan; dan 4) Sistem penyuluhan yang handal, efektif dan efesien.
Meningkatnya ketahanan pangan melalui ; 1) pengadan sarana uji keamanan pangan segar 1 lab, 2)penanganan daerah rawan pangan .575klp, 3)Pemberdayaan lumbung pangan 255 Lumbung, 4) Cadangan Pangan Pemerintah 200 Ton, 5)Pengembangan Demapan 249 Desa, 6) LDPM
Jumlah kelompok / desa yang tertangani rawan pangan dan terberdayanya masyarakat melalui lumbung pangan dan cadangan pangan. Meningkatnya Jumlah Desa yang mampu menanggulangi masalah pangan. Meningkatnya pengawasan dan terpantaunya mutu produk pangan segar.
Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Ketersediaan energi, Ketersediaan Protein, Daerah rentan Pangan
3308 96,2 133
Kkal/ka/h G/kap/hr Kecamat
3341,2 97,18 118
3374,4 98,16 103
3407,6 99,14
88
3440,8 100,12
73
3474,0 101,1
58
3474,0 101,1
58
1. Penanganan Daerah Rawan pangan
Meningkatnya penanganan daerah rawan pangan Transient / Kronis
1.025 Klp / Desa
94 28 25 15 10 1.197
BKPLuh
2 PengembangaDesa Mandiri Pangan
Jumlah Desa yang mampu menang-gulangi masalah pangan.
176 Desa 37 5 8 10 15 251 BKPLuh
3 Peningkatan mutu, keaman an pangan
Meningkatnya mutu dan keamanan pangan
1. Tenaga pengawas keamanan pangan Prov/kab/kota terlatih.
50 Org 49 50 50 50 50 50 BKPLuh
2. Pengawasan terhadap produk pangan segar
15 Kab / Kota
16 15 18 20 23 23 BKPLuh
54 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
100 Gapoktan, terkontrol.
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Meningkatnya fungsi laboratorium keamanan pangan sebagai tempat pengujian pangan segar
4 Laboratorium Uji Ketahanan Pangan
1. Prosentase kemampuan uji keamanan pangan segar.
0 % 0 20 40 60 80 80 BKPLuh
2.Jumlah tenaga kompetensi Lab. terlatih
3 Orang 5 7 9 11 14 14 BKPLuh
3.Jumlah sarana pengujian pangan segar tersedia.
0 Unit 1 2 2 1 1 5 BKPLuh
Meningkatnya Kebijakan Ketahanan Pangan Daerah
5 Koordinasi Kebijakan Ketahanan Pangan
Jumlah Regulasi/Kebijakan Ketahanan Pangan Daerah
1 Regulasi Laporan
1 1 1 1 1 1 BKPLuh
Meningkatnya penganekaragaman konsumsi pangan di Provinsi dan Kab/Kota
6.
Diversifikasi Pangan melalui Moderisasi Aneka Ragam Penge-lohan Pangan Lokal di Tk. Rumah Tangga
Pencapaian gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) melalui pemberdayaan
1 Meningkatnya jumlah kelompok dalam diversifikasi pangan lokal di tingkat rumah tangga.
203 Kelompok / Desa
160 160 160 160 210 850 BKPLuh
2. Terlaksananya Sosialisi Ketahanan Pangan Kab/Kota.
0 Kab/Kota 23 23 23 23 23 23 BKPLuh
3. Terlaksanannya Lomba Cipta Menu di Tingkat kab/kota dan Provinsi serta Nasional
23 Kab/Kota / Provinsi / Nasional
25 25 25 25 25 25 BKPLuh
55 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Meningkatnya Gapoktan yang diberberdayakan
7.
Pengembangan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
1. Jumlah Gapoktan dalam usaha distribusi pangan masyarakat meningkat
1.304 Gapoktan 3.764 3.792 3.792 3.792 3.792 3.792 BKPLuh
2.Jumlah Klp / Lumbung Pangan Masyarakat yang diberdayakan
94 Klp /
Lumbung - 10 12 15 20 151 BKPLuh
3.Jumlah jadangan Pangan Pemerintah tersedia
83 Ton 120 150 170 200 220 220 BKPLuh
Meningkatnya perencanaan ketahanan pangan dan penyuluhan 90% dan tersusunnya laporan 15 Lap.
Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Meningkatnya Kualitas Perencanaan ketahanan pangan dan penyuluhan
75 % 75 80 85 88 90 90
Meningkatnya monev dan mantapnya perencanaan program/kegiatan.
1.
Perencanaan Pembangunan Ketahanan Pangan dan penyuluhan
1. Jumlah monev dan rencana kerja program serta tersedianya data ketahanan pangan dan penyuluhan tersusun
15 Laporan 3 3 3 3 3 15 BKPLuh
Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan Petani dan pelaku agribisnis 200 klp dan LAT-PA / PEDA/ PENAS 2 Keg.
Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
1. Meningkatnya kelompok tani yang menerapkan prinsip Agribisnis
2. Meningkatnya jumlah kelompok tani yang Bankable.
NA
NA
Kelompok Kelompok
20
20
40
40
60
60
80
80
Menjadi Tugas Dinas Pertanian dan Perkebunan
56 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan petani dan
pelaku agriibisnis serta terlaksananya LAT-PA
PEDA dan PENAS.
1. Pelatihan petani dan pelaku agribisnis
1. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan Petani dan pelaku agribisnis.
NA Kelompok 40 80 120 160
2. Terlaksananya LAT-PA, PEDA dan PENAS
2 Kegiatan 3 1 2
Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan petani dalam penerapan teknologi 1707 klp, dan Poktan 19 Klp.
Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
Meningkatnya kemampuan teknologi petani 200
Komoditi Demplot
57 57 57 57
Menjadi Tugas Dinas Pertanian dan Perkebunan
Meningkatnya penerapan tehnologi tepat guna melalui tranfer tehnologi kepada petani.
1. Kegiatan Penyuluhan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna
1.Jumlah pilot percontohan sebagai media transper teknologi ke petani meningkat.
2000 Unit 307 350 350 350
2 Tersedianya Informasi Ketahanan Pangan dan Penyuluhan
NA Kab / Kota 23 23 23 23
3. Jumlah kelompok petani terberdaya dan termanfaatnya lahan
20 Poktan 3 4 4 4
Meningkatnya pengetahuan dan ketrampilan tenaga penyuluh 210 Akt, dan Penyulu 6000 org.
Program Pemberdayaan Penyuluh
1. Meningkatnya Penyuluh Ahli
2. Meningkatnya Penyuluh Trampil
5.000 20
Orang %
520 32
540 44
5600 56
5800 68
6000 80
6000 80
Ketrampilan dan kemampuan penyuluh meningkat.
1. Pendidikan dan Pelatihan bagi Penyuluh
1. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan tenaga penyuluh.
200 Akt 50 40 40 40 40 210 BKPLuh
57 Renstra Dinas Pangan Aceh, 2012 - 2017
2. Meningkatnya kemampuan dan ketrampilan tenaga penyuluh (prioritas)
2.837 Penyuluh 2.789 2.789 2.789 2.789 2.789 2.789 BKPLuh
. Terlaksananya LAT-PA, PEDA dan PENAS
1 3 BKPluh
Meningkatnya koordinasi dan sarana dan prasarana.:
Program Pengembangan dan Peningkatan Penyuluhan
Meningkatnya jumlah kelompok tani yang dibina BPP
10.508 1.304
Poktan Gapoktan
10.538 1.443
10.568 1.582
10.598 1.721
10.628 1.860
Menjadi Tugas Dinas Pertanian dan Perkebunan
1) Rapat kord. 15 kali, 2) Sarana dan Prasarana 650 BPP, 3) Peningkatan sarana dan prasarana fasiltas pelatihan Saree 23 Kab/kota
Meningkatnya jumlah koordinasi dan sarana dan prasrana penyuluhan
1. Rapat-Rapat Koordinasi Penyuluhan
1. Terlaksananya rapat Koordinasi Penyuluhan Tk. Prov & Kab/Kota
2. Terlaksananya Penilaian Penyuluh Berprestasi
23 0
Kab / Kota Kegiatan
23 1
23 1
23 1
23 1
2. Pengembangan sarana dan prasarana penyuluhan
1. Kelembagaan penyuluhan tingkat Kecamatan yang terfasilitasi
265 BPP 265 265 265 265
2.Kelembagaan penyuluhan tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota yang terfasilitasi
3. Kelengkapan Kerja Penyuluh yang terfasilitasi
24
2.837
Provinsi/ Kab/Kota Penyuluh
24
2.789
24
2.789
24
2.789
24
2.789