review lupi

Upload: loevi-luph-whafer

Post on 05-Jan-2016

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REVIEW KUNJUNGAN LAPANG DI KEBUN BANJARASARI , JEMBER

Pada tanggal 03 Oktober 2015, agenda mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP) angkatan tahun 2014 yang terdiri dari tiga kelas yaitu kelas A, B dan C melakukan suatu kegiatan kunjungan lapang ke PTPN XII Banjarsari, Jember. Kegiatan kunjungan lapang ini adalah bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan dan memperdalam ilmu tentang kakao dan lateks yang mana mahasiswa sudah dapat dari mata kuliah Teknologi Pengolahan Komoditi Perkebunan Hulu dengan melihat secara langsung. Rombongan mahasiswa berkumpul di Fakultas Teknologi Pertanian pukul 06.00 WIB dan berangkat pukul 07.15 WIB dengan menggunakan 2 bis dan masing-masing bis terdapat dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pengolahan Komoditi Perkebunan Hulu. Mahasiswa angkatan 2014 dibagi menjadi dua shift sesuai dengan bis, shift pertama akan mengunjungi pengolahan kakao terlebih dahulu dan shift kedua akan mengunjungi pengolahan lateks terlebih dahulu kemudian masing-masing shift akan dirolling untuk melihat pengolahan lateks maupun kakao. Shift pertama terdiri dari kelompok 1,2,3 dan 4 sedangkan shift kedua terdiri dari kelompok 5,6,7 dan 8. Rombongan mahasiswa tiba di kebun Banjarsari sekitar pukul 07.30 WIB dengan disambut oleh Manager, Wakil Manager dan Astekpol dari perkebunan Banjarsari tersebut di Aula. Pertama-tama acara kunjungan lapang di buka dengan beberapa susunan acara. Sebelum menuju pabrik pengolahan kakao dan lateks, rombongan mahasiswa dan dosen THP diberikan sedikit pengarahan oleh manager tentang keadaan Kebun Banjarsari. Kemudian masing-masing shift melakukan kunjungan pada pengolahan lateks dan kakao. Untuk menuju ke tempat pengolahan kakao menggunakan bis karena jarak tempat pengolahan dengan aula cukup jauh, sedangkan tempat pengolahan lateks ditempuh dengan jalan kaki karena jaraknya dekat dengan aula. Setelah sampai pada tempat pengolahan masing-masing komoditi, rombongan mahasiswa dan dosen THP sesuai dengan shift ditunjukkan proses awal sampai akhir pengolahan dari komoditi tersebut. Pada pengolahan kakao, yang menjelaskan prosedur dan kegunaan alat-alat dalam pengolahan kakao adalah bapak Astekpol dan dibantu sebagian dari pegawai pabrik pengolahan kakao. Sedangkan pada pengolahan lateks, penjelasan disampaikan oleh bapak wakil manager. Selama penjelasan yang disampaikan dari bapak Astekpol dan wakil manager tentang pengolahan komoditi tersebut, mahasiswa tidak hanya mendengar namun mereka berpartisipasi untuk mencatat segala informasi yang didapat dari penjelasan yang disampaikan. Selain itu, mahasiswa juga diperbolehkan untuk mengambil gambar dari setiap prosedur pengolahan kakao dan lateks setelah mendapat izin dari pihak perkebunan Banjarsari. Sekitar pukul 12.00 WIB, rombongan melakukan ishoma dan dilanjutkan diskusi dengan Wakil Manajer dan Astekpol Kebun Banjarsari.Kebun Banjarsari adalah salah satu kebun andalan PTPN XII dalam meningkatkan produksi karet, dimana komoditas tersebut tahun ini tetap penyumbang pendapatan tertinggi bagi perusahaan. Hasil panen kakao edel dan kakao bulk juga dijadikan andalan penghimpun revenue Kebun Banjarsari, tetapi manajemen kebun tersebut terus berinovasi dengan melakukan diversifikasi tanaman melalui optimalisasi lahan.Selain menanam aneka kayu sebagai penopang pendapatan, manajemen Kebun Banjarsari melakukan diversifikasi tanaman semusim yang memiliki pasar jelas seperti tebu, jagung, dan hortikultura. Melalui penganekaragaman budidaya tanaman, kebun yang memiliki jenis tanah Latosol dan Regosol itu tahun ini menargetkan laba sebesar Rp13,8 miliar. Seperti halnya keberadaan sebagian besar kebun tanaman keras yang dikelola BUMN, Kebun Banjarsari merupakan peninggalan Belanda.Sebelum dinasionalisasi pada tahun 1957, Kebun Banjarsari dikelola CMD Culture Maatschapy Djelboek. Sedangkan Kebun Klatakan, yang kini menjadi bagian Kebun Banjarsari, dikelola LMOD (Land Bouw Maatschapy on Djember). Sesudah dilakukan penggabungan dan berganti-ganti pengelola, dalam kurun tahun 1971 1994 Kebun Banjarsari dikelola PTP XXIII, kemudian pada tahun 1994 -1996 dikelompokkan menjadi PTP Jatim.Sejak tahun 1996 hingga sekarang dikelola PTPN XII, Surabaya. Lokasi Kebun Banjarsari berada didua kecamatan yakni Kecamatan Bangsalsari dan Kecamatan Tanggul, Kabupaten Jember. Total areal konsesinya seluas 2.388,23 ha, diantaranya yang dimanfaatkan untuk tanaman perkebunan (karet, kakao edel, kakao bulk, tebu) seluas 1.926,53 ha atau 80,67%. Sisanya meliputi areal kayu (sengon dan jabon) seluas 144,37 ha atau 6,05%, areal hortikultura (durian, kelengkeng, jeruk, jambu air, manggis) 40,45 ha atau 1,69%, dan areal lain-lain 152,33 ha.Data di Kebun Banjarsari menunjukkan tanaman karet mendominasi komoditas yang dikembangkan di kebun tersebut yakni seluas 1.032,50 ha atau 43,23% dari total tanaman perkebunan, yang terdiri dari tanaman menghasilkan (TM) 670,24 ha, tanaman belum menghasilkan (TBM) 316,65 ha, tanaman tahun akan datang (TTAD) 45,61 ha. Tidak diragukan, Kebun Banjarsari merupakan salah satu kebun penghasil karet andalan PTPN XII.Produksi karet di kebun tersebut tahun ini ditargetkan sebanyak 1.050.000 kg dengan protas 1.567 kg/ha. Tahun lalu protas karet tercapai 1.685 kg/ha dengan total produksi 1.129.250 kg. Kebun Banjarsari dilengkapi dengan pabrik pemrosesan karet berkapasitas terpasang empat ton, yang menghasilkan mutu RSS-1 sebesar 88,7%, RSS-3 sebesar 2,2% dan sisanya cutting. Pabrik tersebut hanya mengolah lateks dari Kebun Banjarsari dengan produksi 3,5 ton karet per hari. Komoditas utama lainnya yang mendukung kegiatan usaha Kebun Banjarsari adalah kakao edel dengan target produksi tahun ini 80.500 kg dan kakao bulk 150.000 kg.Manajemen Kebun Banjarsari sejak beberapa tahun terakhir melirik peluang pendapatan dari tanaman semusim, diversifikasi tanaman itu dilakukan melalui optimalisasi lahan. Tanaman perkebunan yang tergolong tua dan tua renta yang tidak produktif pun didongkel dan diganti tanaman semusim yang dibutuhkan pasar.Sesuai kebijakan direksi PTPN XII, Kebun Banjarsari menanam aneka kayu berupa sengon dan jabon untuk menopang pendapatan rutin yang mencapai luasan 144,37 ha atau 6,05% dari seluruh areal konsesi. Komoditas lain yang pemasarannya jelas pun dikembangkan seperti tebu dan jagung. Mansyur mengatakan mulai tahun ini tanaman karet seluas 128 ha yang tergolong tua (tahun 1982 dan 1983) didongkel diganti tanaman jagung, tebu, dan tanaman keras yang memiliki harga bagus yakni kakao edel. Sementara itu, tanaman tebu yang telah tumbuh di hamparan Kebun Banjarsari 427 ha.Kebun ini juga menjalin kerja di bidang penanaman seluas 80 ha, dimana diestimasikan memberikan Rp6 Rp7 juta per 4 5 ton per ha 110 hari. Harga jual Rp4.500/kg.Sejak tahun 2010 sebagian lahan Kebun Banjarsari yakni di Afdeling Klatakan juga dimanfaatkan untuk penanaman hortikultura seperti jeruk, kelengkeng, jambu air, durian. Menurut Wakil Manajer Kebun Banjarsari, Benny Hendricrianto, jadwal panen tanaman buah itu bergiliran, dan penjualannya ditujukan pasar lokal. Jeruk pamelo panen para bulan April, sedangkan jeruk keprok bulan Mei.Total areal tanaman hortikultura mencapai 40 Ha, untuk tanaman jeruk bisa menghasilkan panen dua kali dalam setahun. Berdasarkan RKAP Kebun Banjarsari penanaman komoditas utama dan aneka kayu serta tanaman semusim itu tahun ini bisa menghasilkan laba sebesar Rp. 13,8 miliar. Selama semester I tahun 2015 kinerja PTPN XII di bidang produksi komoditas utama meliputi karet, kopi, kakao dan teh, jumlahnya belum sesuai yang diharapkan. Begitupun di sisi pendapatan, selama semester I tahun ini terealisasi Rp283,5 miliar dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) sebesar Rp333,5 miliar alias tidak mencapai target. Tentunya aneka komoditas utama lainnya meliputi kopi arabika, kakao edel, kakao bulk, kopi robusta, dan teh, juga diandalkan, maka jumlah panennya harus diupayakan mencapai peningkatan. Tidak ketinggalan komoditas dari hasil diversifikasi seperti aneka kayu, tebu dan hortikultura menjadi penopang guna mencapai target pendapatan. Memasuki semester II tahun ini para manajer bertekad mengejar ketertinggalan pada semester I. Permasalahan yang terjadi pada bulan-bulan yang lewat terus dievaluasi dan dicarikan obat mujarab, demi tercapainya kinerja mentereng sepanjang tahun 2015.Produk hasil dari pengolahan kakao dan karet dari kebun Banjarsari biasanya diekspor ke beberapa negara seperti Cina, Belanda, U.S.A, dan lain-lain. Pada kakao jenis Edele, harga jual biji keringnya sudah mencapai $8. Harga biji kakao Edele ini berbeda dengan harga jual karet yang tahun ini menurun menjadi $1,3. Negara yang memiliki permintaan biji kering paling banyak dari Kebun ini adalah Jerman sedangkan untuk karet adalah Singapura.Acara diskusi dengan Wakil Manajer Kebun dan Astekpol berakhir sekitar pukul 14.30 WIB. Kemudian rombongan mahasiswa bersiap untuk kembali ke FTP dan pulang ke rumah masing-masing. Kunjungan lapang ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan sehingga mahasiswa tidak hanya tahu materi tentang pengolahan lateks maupun kakao, namun mahasiswa juga dapat melihat langsung proses pengolahannya, membandingkan materi dengan proses sebenarnya serta merealisasikan materi pengolahan yang telah diterima. Beberapa ilmu juga bisa didapatkan dari kunjungan lapang ini, seperti adanya penambahan asap cair yang dibuat sendiri oleh PTPN XII dan diproduksi pada pembekuan lateks sehingga saat penggilingan dan penirisan air dapat keluar dengan maksimal. Dengan pembuatan asap cair sendiri tersebut dapat menekan biaya produksi sehingga akan menurunkan nilai cost produksi yang dikeluarkan oleh PTPN XII khusunya di kebun Banjarsari tersebut. Kunjungan lapang ke Kebun Banjarsari ini sangat bermanfaat karena sangat menambah pemahaman mahasiswa terhadap praktek pengolahan nyata yang dilakukan sehingga dapat lebih melekat dalam memori setiap mahasiswa dengan adanya visualisasi langsung ke proses pengolahannya, kesan perjalannya yaitu sangat menyenangkan karena dapat berkumpul dengan teman-teman dan bercanda tawa sambil belajar secara langsung proses pengolahan dari materi perkuliahan yang telah diberikan. Tetapi akan lebih baik lagi apabila kegiatan ini bisa lebih terstruktur dan secara lengkap sekalian dengan materi tebu karena juga ingin melihat proses tebu secara langsung sehingga akan menambah wawasan mengenai tebu juga, bukan hanya kakao dan lateks dan sehingga ilmu yang didapatkan bisa lebih banyak dan lengkap.