review jurnal - potensi dan pengaruh tanaman pada al domestik sistem cw
DESCRIPTION
Review JurnalTRANSCRIPT
![Page 1: Review Jurnal - Potensi Dan Pengaruh Tanaman Pada AL Domestik Sistem CW](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082320/55cf8f6a550346703b9c29a2/html5/thumbnails/1.jpg)
REVIEWPOTENSI DAN PENGARUH TANAMAN PADA PENGOLAHAN AIR LIMBAH
DOMESTIK DENGAN SISTEM CONSTRUCTED WETLAND
Ilman SahbaniH1E112043
FakultasTeknik Program Studi Teknik LingkunganUniversitas Lambung Mangkurat
ABSTRAK
Penelitian pengolahan air limbah domestik dengan proses lahan basah buatan yang
menggunakan tanaman air Cattail (Typha Angustifolia) telah dilakukan dalam skala
laboratorium.Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat efisiensi penurunan kadar
Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD) dan kadar Total
Suspended Solid (TSS) yang terkandung dalam limbah cair domestik setelah melalui
Constructed Wetland, Pengaruh dan potensi tanaman telah dipelajari melalui
pengamatan efisiensi pengolahan air limbah dan juga efeknya terhadap kualitas tanah.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa dengan menggunakan tanaman Cattail (Typha
Angustifolia) dalam sistem lahan basah buatan pengolahan air limbah domestik dapat
penyisihan kandungan pencemar dalam air limbah dengan waktu tinggal 3 sampai
dengan 15 hari, efisiensi penyisihan COD 77,6% - 91,8%, BOD 47,4% – 91,6% dan
TSS 33,3% – 83,3%. Keunggulan pengolahan air limbah dengan sistem ini selain
kualitas hasil air pengolahan yang sesuai baku mutu air limbah domestik juga dapat
meningkatkan kualitas tanah.
Kata kunci: Efisiensi Pengolahan, Limbah domestik, Tanaman Cattail
PENDAHULUAN
Pengolahan air limbah yang
mengandung bahan organik, secara
biologis dapat dilakukan dengan
beberpa jenis pengolahan, yaitu aerobik,
anaerobik atau gabungan beberapa
proses tersebut. Proses pengolahan air
limbah secara biologis tersebut,
mempunyai kelebihan dan
kekurangannya. Untuk itu diperlukan
upaya dengan teknologi yang
sederhana, murah, mudah, tepat guna,
ekonomis serta operasional dan
pemeliharannya yang tidak memerlukan
tenaga khusus. Penggunaan tumbuhan
air dalam sistem Constructed Wetland
sebagai alternatif sarana pengolahan air
limbah, pada beberapa Negara telah
![Page 2: Review Jurnal - Potensi Dan Pengaruh Tanaman Pada AL Domestik Sistem CW](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082320/55cf8f6a550346703b9c29a2/html5/thumbnails/2.jpg)
banyak digunakan. Namun di Indonesia,
belum begitu populer
perkembangannya, karena kajian dan
publikasi mengenai kemampuan
tumbuhan air tersebut masih kurang.
Berdasarkan morfologi dari tumbuhan
Cattail (Typha Angustifolia) sangat
cocok untuk pengolahan dengan sistem
Constructed Wetland. Tumbuhan
Cattail memiliki sistem perakaran yang
banyak yang dapat menyerap zat
organik di bagan air. Sedangkan
tumbuhan Cattail sangat banyak dan
tumbuh subur di sekitar Surabaya
Berdasarkan hal di atas, maka dilakukan
peneltian mengenai kemapuan
tumbuhan air Cattail (Typha
Angustifolia) dalam sistem Constructed
wetland yang diharapkan dapat
menurunkan BOD, COD dan TSS air
limbah domestik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada jurnal yang direview ini
penelitian dilakukan dengan skala
laboratorium, dengan mengunakan bak
untuk tempat media tanam dan tanaman.
Konstruksi bak dengan ukuran 60cm x
30cm x 30cm. Media lahan basah yang
digunakan adalah tanah rawa alami
yang diambil kemudian dibersihkan dari
sampah-sampah seperti plastik, kaca,
dan batu tanaman. Penelitian dilakukan
di luar ruangan, karena membutuhkan
sinar matahari dan ketersediaan oksigen
yang cukup.
Tanaman yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis tanaman
Cattail (Thypa Angustifolia), Tanaman
ini banyak di jumpai disekitar lahan
basah alami di Indonesia. Jenis
Tanaman Cattail (Thypa Angustifolia)
mempunyai daya tahan yang cukup kuat
dan tidak mudah mati serta mempunyai
akar serabut yang sangat lebat sehingga
penyerapan terhadap bahan pencemar
terhadap unsur hara yang dibutuhkan
relative besar. Tanaman
diaklimatisasikan terlebih dahulu
selama 14 hari, agar tanaman tidak mati
meyerap beban organik terlalu
berlebihan. Tiap bak reaktor terdapat
tanaman dengan variabel jarak antar
tanaman 0cm (tanpa tanaman), 5cm,
10cm, 15cm, dan 20cm, kemudian
selama 3 hari sekali diambil analisa
BOD, COD, dan TSS selama 15 hari.
Bahan Air Limbah yang digunakan
dalam penelitian ini adalah air limbah
domestik dari Rumah Susun Wonorejo
Surabaya Jawa timur. Adapun
Karakteristik air limbah yang sebelum
diolah dapat dilihat pada tabel 1.
![Page 3: Review Jurnal - Potensi Dan Pengaruh Tanaman Pada AL Domestik Sistem CW](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082320/55cf8f6a550346703b9c29a2/html5/thumbnails/3.jpg)
Tabel 1. Karakteristik Air Limbah Awal
Sumber: Eus dan Wahyu
Kebutuhan Oksigen Biokimia
(Biochemical Oxygen Demand) adalah
banyaknya oksigen (mg/L) yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk
menetralisir bahan-bahan organik dalam
air melalui proses oksidasi biologis
secara dekomposisi aerobik dan
anaerobik. Bahan yang terurai oleh
organisme pengurai atau bakteri secara
langsung merupakan gambaran beban
pencemaran dari bahan organic, serta
untuk prngukuran tingkat efisiensi
proses pengolahan limbah. Pengukuran
kebutuhan oksigen kimia (Chemical
Oxygen Demand) dalam air limbah
dapat mendeteksi jumlah bahan organik
di air sampai 90%, sehingga hasil
pengukuran COD akan lebih besar dari
BOD. Nilai COD merupakan jumlah
total oksigen yang diperlukan untuk
oksidasi bahan organik menjadi CO2
dan H2O, sehingga bila nilai COD tinggi
menunjukkan adanya bahan organik
yang tinggi pula. Data hasil penelitian
penurunan konsentrasi BOD dan COD
pada sampel air limbah domestik
setelah melalui bak reaktor dengan
variasi jarak tanaman dan waktu tinggal
adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Presentase (%) Penurunan BOD dengan Variasi Waktu Tinggal
(hari) dan Jarak Tanaman (cm)
Sumber: Eus dan Wahyu
Tabel 3. Presentase (%) Penurunan COD dengan Variasi Waktu Tinggal
(hari) dan Jarak Tanaman (cm)
Sumber: Eus dan Wahyu
Berdasarkan data dari tabel 2 dan
tabel 3 maka didapat bahwa presentase
penurunan konsentrasi BOD tertinggi
mencapai 91,6% terjadi di bak reaktor
jarak tanaman 15cm dengan waktu
tinggal 15 hari, sedangkan presentase
Parameter Satuan Konsentrasi Diperbolehkan
COD mg/L 196 100
BOD mg/L 156 100
TSS mg/L 240 100
Waktu
(hari)
Jarak Tanaman
0 cm 5 cm 10 cm 15 cm 20 cm
% % % % %
3 20,6 47,4 59 58 67,3
6 53,5 69,5 70,7 67,3 73,2
9 64,4 76,6 76,3 77,1 74,4
12 69,2 80,2 77,5, 71,9 75,6
15 70,6 79,0 83,2 91,6, 87,4
Waktu
(hari)
Jarak Tanaman
0 cm 5 cm 10 cm 15 cm 20 cm
% % % % %
3 18,4 79,6 83,3 77,6 79,6
6 59,2 81,6 87,8 83,7 81,6
9 71,4 84,7 89,8 85,7 85,7
12 75,5 87,8 91,8 83,7 85,7
15 75,5 85,7 91,8 85,7 87,8
![Page 4: Review Jurnal - Potensi Dan Pengaruh Tanaman Pada AL Domestik Sistem CW](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082320/55cf8f6a550346703b9c29a2/html5/thumbnails/4.jpg)
penurunan konsentrasi COD tertinggi
mencapai 91,8% terjadi di bak reaktor
dengan jarak tanaman 10 cm pada
waktu tinggal 12 dan 15 hari. Jika
dibandingkan dengan Bioremediasi
Limbah Rumah Tangga menggunakan
Sistem Simulasi Tanaman Air, dimana
pada sistem tersebut presentase
penurunan konsentrasi tertinggi yakni
39,75% untuk BOD dan 43,36% untuk
COD (Yusuf, 2008), berarti presentase
penurunan COD dan BOD pada sistem
Constructed Wetland lebih besar. Selain
itu Suswati (2012) menuliskan dalam
jurnalnya dengan Constructed Wetland
menggunakan tanaman Iris mampu
menurunkan nilai BOD sebesar 91,51%,
yang berarti Constructed Wetland
menggunakan tanaman Cattail sedikit
lebih besar.
Total padatan baik padatan
tersuspensi maupun terlarut merupakan
salah satu indikator kekuatan limbah
dan keefektifan pengolahan limbah.
Penyebab umum terjadinya TSS adalah
bahan anorganik berupa ion-ion yang
umum dijumpai di perairan. Sebagai
contoh air buangan sering mengandung
molekul sabun, deterjen dan surfaktan
yang yang larut air, misalnya pada air
buangan rumah tangga. Data hasil
penelitian penurunan konsentrasi TSS
pada sampel air limbah domestik
setelah melalui bak reaktor dengan
variasi jarak tanaman dan waktu tinggal
dapat dilihat pada table dibawah ini:
Tabel 4. Presentase (%) Penurunan TSS dengan Variasi Waktu Tinggal (hari)
dan Jarak Tanaman (cm)
Sumber: Eus dan Wahyu
Dilihat dari tabel 4 diatas, penurunan
kandungan TSS tertinggi presentase
penurunannya sebesar 83,3%. Hasil
tersebut lebih baik jika dibandingkan
dengan hasil Bioremediasi Limbah
Rumah Tangga menggunakan Sistem
Simulasi Tanaman Air, sebagaimana
yang dituliskan oleh Yusuf (2008)
dalam jurnalnya, bahwa pada sistem
tersebut kekeruhan dan padatan
tersuspensi presentase penurunan
konsentrasi tertinggi yakni 78,24%.
Media yang digunakan dalam
sistem lahan basah ini adalah tanah.
Dan belum diketahui sebelumnya unsur
kandungan bahan organiknya. Dan
setelah diberi perlakuan terhadap air
Waktu
(hari)
Jarak Tanaman
0 cm 5 cm 10 cm 15 cm 20 cm
% % % % %
3 16,7 50 33,3 50 50
6 33,3 50 66,7 50 66,7
9 33,3 66,7 50 66,7 66,7
12 66,7 50 83,3 66,7 66,7
15 50 83,3 66,7 83,3 83,3
![Page 5: Review Jurnal - Potensi Dan Pengaruh Tanaman Pada AL Domestik Sistem CW](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082320/55cf8f6a550346703b9c29a2/html5/thumbnails/5.jpg)
limbah domestik, dapat dilihat pada
tebel 5 perubahan unsur karbon (C) dan
bahan organiknya
Tabel 5. Presentase (%) Perubahan Bahan Organik Media Tanah
Setelah Pengaliran Air Limbah
Sumber: Eus dan Wahyu
Berdasarkan dari data tabel 5 di atas,
dapat dilihat bahwa unsur organik tanah
awal sebelum diberikan aliran air
limbah domestik adalah c-organik
sebesar 1,85% dan presentase bahan
organik sebesar 3,18%. Dan setelah
melalui aliran air limbah domestik pada
hasil akhir hari ke-15 yaitu menjadi
peningkatan c-organik sebesar 1,91%
dan bahan organik sebesar 3,28% hal ini
membawa dampak positif terhadap
kualitas tanah.
Pada jurnal ini hanya sebatas
menganalisa kuliats BOD, COD, dan
TSS. Padahal banyak jurnal lain yang
serupa juga menganalisa kualitas suhu,
pH, DO, serta kandungan bakteri
Coliform dan Escherichia coli.
Sebagaimana diketahui bahwa Coliform
merupakan salah satu mikroorganisme
fakultatif aerob yang memanfaatkan
bahan-bahan organik di dalam perairan
sebagai media tempat hidup. Melalui
proses penyaringan, penguraian dan
penyerapan bahan-bahan organic
tersebut sebagian diantaranya
mengalami perubahan bentuk menjadi
lebih sederhana, dan yang lain diserap
oleh tanaman air. Dalam keadaan
demikian Coliform tidak dapat lagi
memanfaatkan bahan-bahan organik
tersebut untuk kelangsungan hidupnya.
Akibatnya Coliform mengalami kondisi
kritis dan kematian, sehingga jumlahnya
jumlahnya menjadi berkurang.
Ada 6 (enam) tahap proses secara
serial yang dilakukan tumbuhan
terhadap zat kontaminan/pencemar yang
berada di sekitarnya, yaitu:
1. Phytoacumulation
(phytoextraction) yaitu proses
tumbuhan menarik zat kontaminan
dari media sehingga berakumulasi
di sekitar akar tumbuhan.
2. Rhizofiltration (rhizo: akar) adalah
proses adsorpsi atau pengendapan
zat kontaminan oleh akar untuk
menempel pada akar.
3. Phytostabilization yaitu
penempelan zat-zat kontaminan
tertentu pada akar yang tidak
No Kode
Jarak Tanaman
C-Organik Bahan Organik
1 Awal 1,85 3,18
2 Hari ke-3 1,85 3,18
3 Hari ke-6 1,78 3,06
4 Hari ke-9 1,85 3,18
5 Hari ke-12 1,71 2,94
6 Hari ke-15 1,91 3,28
![Page 6: Review Jurnal - Potensi Dan Pengaruh Tanaman Pada AL Domestik Sistem CW](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082320/55cf8f6a550346703b9c29a2/html5/thumbnails/6.jpg)
mungkin terserap ke dalam batang
tumbuhan. Zat-zat tersebut
menempel erat (stabil) pada akar
sehingga tidak akan terbawa oleh
aliran air dalam media.
4. Rhyzodegradetion yaitu penguraian
zat-zat kontaminan oleh aktivitas
mikroba yang berada disekitar akar
tumbuhan.
5. Phytodegradation (phyto
transformation) yaitu proses yang
dilakukan tumbuhan untuk
menguraikan zat kontaminan yang
mempunyai rantai molekul yang
kompleks menjadi bahan yang tidak
berbahaya dengan dengan susunan
molekul yang lebih sederhana yang
dapat berguna bagi pertumbuhan
tumbuhan itu sendiri. Proses ini
dapat berlangsung pada daun,
batang, akar atau di luar sekitar
akar dengan bantuan enzym yang
dikeluarkan oleh tumbuhan itu
sendiri. Beberapa tumbuhan
mengeluarkan enzym berupa bahan
kimia yang mempercepat proses
degradasi.
6. Phytovolatization yaitu proses
menarik dan transpirasi zat
kontaminan oleh tumbuhan dalam
bentuk yang telah menjadi larutan
terurai sebagai bahan yang tidak
berbahaya lagi untuk selanjutnya di
uapkan ke atmosfir.
Kemampuan penyisihan limbah dengan
sistem Constructed Wetland
menggunakan tanaman Cattail memang
lebih lebih unggul seperti yang
disebutkan diatas, akan tetapi jika
dibandingkan dengan tanaman Enceng
Gondok (Eichhornia crassipes (Mart),
Solm) banyak jurnal yang menuliskan
bahwa daya reduksi limbah enceng
gondong lebih besar dari pada Cattail.
Hal ini disebabkan oleh struktur
tumbuhan eceng gondok mempunyai
struktur akar, batang, dan daun yang
lebih besar sehingga penyerapan
terhadap kandungan amonia juga
tentunya lebih besar, ini sesuia dengan
pendapat Street & Bieleski (1974)
dalam Zaman dan Sutrisno (2006)
bahwa besar akar tumbuhan yang
digunakan dalam penelitian memegang
peranan penting dalam penurunan zat
pencemar.
KESIMPULAN
Pada review jurnal ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Tanaman air jenis Cattail (Typha
Angustifolia) memiliki kinerja yang
cukup baik dalam pengolahan air
limbah domestik dengan sistem
![Page 7: Review Jurnal - Potensi Dan Pengaruh Tanaman Pada AL Domestik Sistem CW](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082320/55cf8f6a550346703b9c29a2/html5/thumbnails/7.jpg)
lahan basah buatan (Constructed
Wetland) dibandingkan dengan
Constructed Wetland menggunakan
tanaman Iris dan juga dibandingkan
Bioremediasi Limbah Rumah
Tangga Dengan Sistem Simulasi
Tanaman Air.
2. Kemampuan penyisihan limbah
dengan sistem Constructed
Wetland menggunakan tanaman
Cattail jika dibandingkan dengan
tanaman Enceng Gondok
(Eichhornia crassipes (Mart),
Solm) sedikit lebih rendah dan
memakan biaya. Akan tetapi sistem
Constructed Wetland menggunakan
tanaman Cattail memiliki nilai
keindahan yang lebih.
3. Pengolahan air limbah domestik
dengan sistem Constructed
Wetland merupakan alternatif untuk
pengeloalan kualitas lingkungan.
![Page 8: Review Jurnal - Potensi Dan Pengaruh Tanaman Pada AL Domestik Sistem CW](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082320/55cf8f6a550346703b9c29a2/html5/thumbnails/8.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
Hadiyantoa dan Marcelinus Christwardana. 2012. Aplikasi Fitoremediasi Limbah Jamu dan Pemanfaatannya untuk Produksi Protein. Jurnal Ilmu Lingkungan 10(1): 32-37.
Hardyanti, Nurandani dan Suparni Setyowati Rahayu. 2007. Fitoremediasi Phospat Dengan Pemanfaatan Enceng Gondok (Eichhornia Crassipes) (Studi Kasus Pada Limbah Cair Industri Kecil Laundry). Jurnal Presipitasi 2 (1): 28-33.
Hidayah, Euis Nurul dan Wahyu Aditya. Potensi dan Pengaruh Tanaman Pada Pengolahan Air Limbah Domestik dengan Sistem Constructed Wetland. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 2 (2): 11-18.
Irawanto, Rony. 2010. Fitoremidiasi Lingkungan dalam Taman Bali. Jurnal Ilmiah Online – Local Wisdom II (4): 29 – 35.
Nusanthary, Deissy L, Elliza Rosida Colby, dan Herry Santosa. 2012. Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Secara Biologis dengan Media Lumpur Aktif Suatu Usaha Pemanfaatan Kembali Air Limbah Rumah Tangga Untuk Kebutuhan Mandi dan Cuci. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 1(1): 454-460.
Priadie, Bambang. 2012. Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif
dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Jurnal Ilmu Lingkungan 10(1): 38-48.
Stefhany, Cut Ananda, Mumu Sutisna, dan Kancutra Pharmawati. 2013. Fitoremidasi Phosfat dengan menggunakan Tumbuhan Enceng Gondok (Eichhornia crassipes) pada Limbah Cair Industri Kecil Pencucian Pakaian (Laundry). Jurnal Insitut Teknologi Nasional 1(1): 1-11.
Suswati, Anna Catharina Sri Purna, dkk. 2012. Analisis Luasan Constructed Wetland Menggunakan Tanaman Iris dalam Mangolah Air Limbah Domestik (Greywater). Jurnal Indonesian Green Technology 1 (3): 1-7.
Syahputra, Rudy 2005. Fitoremediasi Logam Cu Dan Zn dengan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes (Mart.) Solms). Jurnal Logika 2 (2): 57-67.
Yusuf, Guntur. 2008. Bioremediasi Limbah Rumah Tangga Dengan Sistem Simulasi Tanaman Air. Jurnal Bumi Lestari 8 (2): 136-144.
Zaman, Badrus dan Endro Sutrisno. 2006. Kemampuan Penyerapan Eceng Gondok terhadap Amoniak dalam Limbah Rumah Sakit Berdasarkan Umur dan Lama Kontak (Studi Kasus: Rs Panti Wilasa, Semarang). Jurnal Presipitasi 1 (1): 49-54