review artikel lingkungan
DESCRIPTION
Review Artikel LingkunganTRANSCRIPT
NADHIA MAHARANY SIARA 1350606011111003EVALUASI LINGKUNGAN KELAS C
REVIEW
PT. Sumber Naga Cemerlang (SNC) merupakan sebuah pabrik kertas yang berlokasi
di Jalan Raya Desa Sumberpasir, Kecamatan Pakis. Kertas berbahan dasar selulosa,
hemiselulosa, lignin dan lain sebagainya tentu saja menghasilkan berbagai macam limbah
seperti limbah cair berbahan dasar senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulos,
limbah gas berbahan gas sulfur yang berbau bususk seperti merkaptan dan H2S yang
dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping. Limbah-limbah tersebut masuk
dalam kategori Limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3).
PT. SNC mendapat berbagai protes dari warga sekitar karena warga paham akan
bahaya dari limbah PT. SNC yang belum dikelola dengan baik. PT. SNC membuang limbah
hasil pabriknya ke sungai. Warga setempat menuntut penghentian operasional sementara
berdasarkan dugaan warga bahwa PT. SNC belum memiliki perizinan dari Badan
Lingkungan Hidup (BLH)
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 69. Setiap orang dilarang:
Melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup;
Memasukkan B3 yang dilarang menurut peraturan perudang-undangan ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ke media lingkungan hidup Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan hidup;
Melepaskan produk rekayasa genetik ke media lingkungan hidup yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau izin lingkungan;
Melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar;
Menyusun amdal tanpa memiliki sertifikat kompetensi penyusunan amdal;
Memberikan informasi palsu, menyesatkan, menghilangkan informasi,
merusak informasi atau memberikan keterangan yang tidak benar
Dapat disimpulkan bahwa PT. SNC telah melanggar UU Republik Indoensia Nomor
32 Tahun 2009 pasal 69 dalam hal membuang limbah B3 ke media lingkungan hidup yakni
sungai. Pembuangan berbagai limbah dari proses pembuatan kertas seharusnya mendapatkan
tindak pidana. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun pada pasal 62 menyebutkan bahwa
Apabila dalam jangka waktu 15 hari sejak dikeluarkannya peringatan tertulis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pihak yang diberi peringatan tidak
mengindahkan peringatan atau tetap tidak mematuhi ketentuan pasal yag
sementara atau mencabut sementara ixin penyimpan, pengumpulan,
pengolahan termasuk penimbunan limbah B3 sampai pihak yang diberi
peringatan mematuhi ketentuan yang dilanggarnya, dan bilamana dalam batas
waktu yang ditetapkan tidak diindahkan maka izin operasi dicabut.
Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dapat menghentikan
sementara kegiatanoperasi atas nama instansi yang berwenang dan/atau
instansi yang bertanggung jawab apabila pelanggaran tersebut dapat
membahayakan lingkungan hidup
Kepala isntansi yang bertanggung jawab wajib dengan segera mencabut
keputusan pengentian kegiatan sebagaimana dimaksud pada atau (2) dan ayat
(3) apabila pihak yang dihentikan sementara kegiatan operasinya telah
mematuhi ketentuan yang dilanggarnya.
PT. SNC belum mendapatkan izin beroperasional padalah untuk mendirikan sebuah
pabrik tentu saja harus memenuhi persyaratan baik secara adminsitratif dan secara teknis
sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Dalam persyaratan teknis tercantum bahwa rencana
teknis bangunan gedung ini dibuat berdasarkan surat keterangan rencana kabupaten/kota
unutuk lokasi yang akan dibangun gedung tersebut yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
Salah satu muatan dalam Surat Keterangan Rencana Kabupaten/Kota tersebut berisi hasil
analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan dampak
penting terhadap lingkungan. Jika salah satu muatan yang berupa analisis dampak lingkungan
tidak dilengkapi maka tidak sepantasnya pembangunan gedung atau pabrik itu berlanjut
bahkan mulai beroperasi.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan yang tepat akan menciptakan lingkungan
yang kelestariannya terjaga, baik dan sehat. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan
hak asasi dan hak konstitusional bagi setiap warga negara Indonesia, sebagaimana
diamanatan dalam Pasal 28H ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat
serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Demikian pula pasal 65 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
menyatakan bahwa setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai
bagian dari hak asasi manusia.
Perlindungan pengelelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang meliputi perencanaan, pemanfaatan,
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. Setiap warga yang
bermukim di sektar pabrik tersebut berhak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat
dan tidak tercemar limbah apapun.
Kurang tegasnya pengawasan pemerintah dan instansi terkait menyebabkan
opersional PT.SNC terus berlanjut tanpa pengawasan dan tanpa pemberian sanksi. Hal ini
tentu saja membuat fungsi Badan Lingkungan Hidup (BLH) tidak berjalan sebagaimna
mestinya, padahal BLH memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan pengelolaan
limbah B3, perizinan pengumpula limbah B3, pengawasan pelaksanaan pemulihan akibat
pencemaran limbah B3, pengawasan penanggulangan kecelakaan pengelolaan limbah B3,
penilaian AMDAL bagi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mempunyai dampak pentung
terhadap lingkungan hidup, sesuai dengan standar, norma dan prosedur yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Dewan Desak BLH Sanksi Pabrik Pencemar Lingkungan
Wednesday, 27 August 2014 12:08
MALANG- Ketua Komisi D DPRD Kabupaten Malang, Sugeng Pujianto mendesak Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Malang bersikap tegas terhadap pabrik yang menuai
protes dari warga. Permasalahan pabrik kertas PT Sumber Naga Cemerlang (SNC) di Jalan
Raya Desa Sumberpasir, Kecamatan Pakis yang diprotes warga semakin kompleks.
Tidak hanya masalah izin operasional mesin saja yang masih tahap uji coba. Namun,
pembuangan zat cair ke sungai yang diduga warga adalah limbah cair, pun harus diproses
dengan tegas sesuai dengan aturan yang berlaku.
“Kalau dugaan pembuangan limbah itu memang benar, maka BLH harus bersikap tegas.
Apalagi, seperti izin masih belum dikantongi. Sehingga, mau tidak mau harus dilakukan
penghentian operasionalan sementara sebagaimana yang diminta warga. Meski pun, yang
dilakukan itu adalah uji coba mesin produksi atau sejenisnya,” kata Sugeng kepada Malang
Post.
Ditambahkan politisi dari FPDI-Perjuangan Kabupaten Malang itu, jika yang dilakukan oleh
pabrik tidak ada tindakan, maka dikhawatirkan akan muncul pabrik-pabrik baru yang
memakai alasan sama. Sehingga, dengan gampang akan mencemari lingkungan sekitarnya.
“Selama belum ada izin, jangan boleh dahulu beroperasi. Meski pun pabrik ngotot, tetap tidak
diperboehkan,” ujarnya.
Kalau pun BLH kesulitan, ungkap Sugeng, maka bisa melakukan koordinasi dengan Satuan
Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Malang. Sehingga, bisa melakukan penindakan
bersama-sama.
“Apalagi warga sudah merasa terganggu dengan aktifitas itu. Sehingga, harus dihentikan,”
lanjutnya.
Selain menyinggung ketegasan dari BLH, pria yang menjabat sebagai Sekretaris DPC PDI-
Perjuangan Kabupaten Malang, pun berharap agar Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Disnakertras) Kabupaten Malang, segera melakukan pemanggilan terhadap pabrik. Jangan
sampai, masalah upah karyawan atau upah buruh di perusahaan itu, tidak sesuai dengan
undang-undang ketenagakerjaan.
“Mengenai upah karyawan, saya juga sama. Jangan sampai, ketika perusahaan ini sudah
berkembang pesat, malah muncul masalah upah. Kalau itu terjadi, maka yang repot adalah
dinas terkait,” lanjutnya.
Dalam pemakaian tenaga kerja, Sugeng meminta, agar perusahaan memberikan kesempatan
yang cukup besar untuk warga di sekitar pabrik. Jangan sampai, seluruh karyawannya berasal
dari luar Desa Sumberpasir. (sit/aim)
Sumber: http://www.malang-post.com/metro-raya/91240-dewan-desak-blh-sanksi-pabrik-
pencemar-lingkungan