reuters/suhaib salem pesawat libya air liga arab … · menerapkan zona larangan terbang di libia...

1
MAYA PUSPITA SARI N EGARA-NEGA- RA Arab men- dukung langkah PBB untuk segera menerapkan zona larangan terbang di Libia sebagai ben- tuk protes terhadap rezim Moamar Khadayang terus mengerahkan pesawat tem- pur untuk menyerang massa oposisi. Amerika Serikat yang mencetuskan sanksi larangan terbang terhadap Libia me- nyambut baik sikap Liga Arab tersebut. Sekjen Liga Arab Amr Mous- sa menyatakan negara-negara Arab mengutuk tindakan ke- kerasan dan kejahatan serius yang dilakukan Khadafi ter- hadap rakyatnya. Liga Arab bersepakat, Khadatelah ke- hilangan legitimasinya sebagai pemimpin. “Liga Arab secara resmi men- desak Dewan Keamanan PBB untuk segera menerapkan zona larangan terbang menentang tindakan militer yang dilaku- kan (rezim) terhadap rakyat Libia,” ujar Moussa dalam konferensi pers yang digelar seusai pertemuan Liga Arab di Kairo. Washington menyebut de- klarasi Liga Arab sebagai langkah penting. Namun, pemerintahan Presiden Barack Obama dinilai hanya sebatas berkomitmen menjatuhkan sanksi militer. Pasalnya, hing- ga kini Gedung Putih tidak kunjung mengambil langkah konkret dengan menggelar pertemuan Dewan Keamanan PBB. Liga Arab sendiri tidak me- nyebut secara tegas, apakah dukungan mereka terhadap penerapan zona larangan ter- bang di Libia menunjukkan persetujuan mereka terhadap keinginan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melakukan tindakan militer menggulingkan Khada. Dari Libia dikabarkan, pasuk an pro-Khadafi terus memerangi massa oposisi di sejumlah kota di sepanjang pesisir Libia. Mereka meng- gunakan senjata otomatis dan pesawat tempur untuk meng- hentikan tindakan demonstran merebut kota-kota kunci di wilayah barat Libia, semisal Misurata. Demonstrasi antipemerintah berskala kecil yang dimulai bulan lalu di Benghazi, salah satu kota yang relatif miskin di Libia, telah menewaskan ratusan warga sipil. Ragu-Ragu Menteri Pertahanan AS Robert Gates menyatakan, pihaknya masih ragu-ragu mengenai penerapan zona larangan terbang terhadap Libia. “Kami masih belum ya- kin, apakah penerapan sanksi ini adalah langkah yang bijak untuk dilakukan,” ungkap Gates. “Ini bukan pertanyaan apa- kah kami dan sekutu kami bisa melakukannya, melainkan apakah ini langkah yang bijak dan itu akan kami diskusikan lagi di tataran elite politik,” ucapnya. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton berencana menemui para pe- tinggi kelompok oposisi Libia di Paris, Prancis. Clinton akan bertemu de- ngan Mahmoud Jibril, pe- nanggung jawab hubungan luar negeri kelompok oposisi Dewan Nasional Libia dan Abdel Rahman, perwakilan PBB di Libia yang membelot dan mendukung kelompok oposisi. Jibril juga dijadwal- kan bakal bertemu dengan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy. “Prioritas utama kami ada- lah penerapan sanksi zona larang an terbang di Libia. Kami mendukung semua bentuk bantuan militer yang akan diberikan AS kepada kelompok oposisi, kecuali ke- hadiran sik tentara mereka di tanah kami,” tukas Ali Aujali, salah satu anggota perwaki- lan Libia di PBB. (Mps/AP/ Reuters/I-5) mayapuspita @mediaindonesia.com POLISI antihuru-hara Bahrain menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah kumpulan demonstran antipemerintah di ibu kota Bahrain, Manama, ke- marin. Saksi mata mengatakan para demonstran telah menu- tup jalan tol ke arah daerah pusat bisnis. Operasi polisi tersebut meru- pakan upaya terbesar dalam membersihkan demonstran dari Pearl Square di Manama sejak demonstran menggelar aksi pada pertengahan Febru- ari lalu. Kelompok demonstran yang sebagian besar berasal dari ke- lompok Syiah tersebut menun- tut kebebasan berpolitik lebih besar. Tak hanya itu, mereka juga menuntut monarki Suni yang dipimpin Raja Hamad bin Isa al-Khalifa membagi monopoli kekuasaan mereka di negara Teluk yang strategis dan menjadi pangkalan ar- mada kelima angkatan laut AS tersebut. Kemarin, demonstran menu- tup jalan tol utama menuju daerah pusat bisnis di jantung Kota Manama. Akibatnya, kemacetan total sepanjang beberapa kilometer terjadi di tengah kesibukan jam kerja. Pasalnya, Minggu merupakan hari pertama kerja di negara- negara Arab. Untuk mengatasi kemacetan, polisi melepaskan tembakan dan menggunakan kendaraan berat untuk mengusir para demonstran dan membong- kar penghalang yang dibuat demonstran. Para saksi mata di Pearl Square mengatakan aparat keamanan mengepung tenda demonstran dan menembak- kan gas air mata dan peluru karet ke arah para aktivis. Para demonstran menun- jukkan kepada fotografer kantor berita Associated Press beberapa peluru karet. Saat aparat keamanan hendak membubarkan kumpulan demonstran, para demonstran meneriakkan kata-kata, “Da- mai, damai.” Dalam pernyataannya, pe- merintah Bahrain mengata- kan aparat keamanan sengaja melakukan operasi demi mem- buka kembali jalan tol Raja Fais- al. “Pemerintah membubarkan sekitar 350 demonstran dengan menggunakan gas air mata,” jelas pemerintah. Bulan lalu, empat orang tewas di Pearl Square saat aparat keamanan menyerbu para demonstran. Tiga orang lainnya tewas saat mereka berusaha tetap bertahan di Pearl Square. (Drd/AP/I-5) SEDIKITNYA seorang demon- stran tewas dan puluhan lain- nya cedera tatkala aparat Ya- man melepaskan tembakan dengan peluru tajam ke arah para pengunjuk rasa, kemarin. Dengan demikian, jumlah kor- ban tewas selama akhir pekan mencapai lima orang. Menurut sejumlah saksi mata, sebagian besar korban cedera dalam aksi kemarin, lan- taran terpapar dampak gas air mata. Bahkan, beberapa lain- nya mengalami luka tembak. Dua di antara mereka dalam kondisi serius. Tayangan stasiun televisi Al Jazeera menunjukkan para- medis tergopoh merawat para demonstran yang berlumuran darah di tenda darurat yang didirikan di dekat Universitas Sana’a. Sekitar 2.000 orang berkum- pul di universitas tersebut sejak kemarin dini hari waktu setem- pat. Selain mendirikan tenda, mereka mencoba membentuk barikade guna menangkal se- rangan meriam air yang dilan- carkan polisi antihuru-hara. Mereka juga membentang- kan spanduk berisi tulisan yang menyebut Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh sebagai ‘Ali Kimiawi’, rujukan terhadap gas air mata yang diduga da- pat menyebabkan kerusakan sistem saraf. Insiden tersebut merupa- kan kelanjutan dari aksi sehari sebelumnya. Pada Sabtu (12/3) lalu, sedikitnya empat orang, termasuk bocah berusia 12 tahun, tewas dalam unjuk rasa di seantero Yaman. Secara keseluruhan, lebih dari 30 orang tewas selama aksi dua bulan menuntut pengunduran Saleh. Tuntutan tersebut ikut di- suarakan dua suku terbesar di Yaman, suku Hashid dan suku Baqil. Bahkan, sejumlah kelom- pok ulama di Sana’a dilapor- kan turut menentang Saleh. Kemarin, Abdelbari Dugheish, seorang anggota parlemen dari partai berkuasa, menyatakan mendukung oposisi. “Aparat keamanan bertanggung jawab atas hilangnya nyawa. Karena kewalahan, mereka menembak membabi-buta dan mengguna- kan tindak kekerasan.” Meski demikian, Saleh ber- keras tidak akan mundur. Dia hanya berjanji akan mengada- kan referendum dalam setahun untuk membuat konstitusi baru. Konstitusi baru tersebut nantinya akan mengubah sistem pemerintahan Yaman dari sistem presidensial men- jadi sistem parlementer. Secara terpisah, pemerintah AS mengimbau rezim Saleh untuk menjamin kebebasan rakyat Yaman mengemukakan pendapat. Namun, ‘Negeri Pa- man Sam’ juga tidak mengin- struksikan Saleh untuk mun- dur. (Jer/AP/Reuters/I-3) PASUKAN keamanan yang loyal kepada Presiden Laurent Gbagbo kembali melancar- kan serangan terhadap para pejuang pendukung presiden terpilih Alassane Ouattara di pinggiran Kota Abidjan, kemarin. Pejabat pemerintah Ouat- tara mengatakan ratusan ten- tara dengan roket pelontar granat, kendaraan militer, dan dua helikopter pengintai terus melakukan operasi. Serangan loyalis Gbagbo berlangsung di Abobo, dekat dengan Abidjan. Pertempuran sengit antardua kelompok bertikai tersebut terjadi dalam beberapa minggu terakhir. “Tembakan terjadi di daerah sekitar Dataran Tinggi Dokui sekitar pukul 13.00 dan 14.00 (waktu setempat),” kata Idris- sa Diarrassouba, penduduk Abobo. “Seorang anak terkena peluru pada bagian tangannya dan rumah-rumah jadi sasaran tembak.” Juru bicara misi PBB Hama- doun Toure meminta serangan dihentikan. “Ada beberapa pertempuran di Abobo tetapi itu hanya pertempuran kecil,” lapornya. Pertikaian tersebut berlang- sung karena Gbagbo menolak mengundurkan diri sebagai presiden kendati kalah pada pemilu presiden November lalu. Rivalnya, Ouattara, di- nyatakan memenangi pemilu berdasarkan hasil yang disah- kan PBB. Pertikaian antara kelom- pok Gbagbo dan Ouattara telah merenggut ratusan jiwa. Jutaan warga Pantai Gading juga terpaksa meninggalkan rumah mereka. Ketakutan kian meningkat karena dikhawatir- kan perang sipil yang pernah melanda Pantai Gading pada 2002-2003 kembali terulang. Wilayah negara penghasil kakao terbesar di dunia tersebut pernah terbelah menjadi dua, sebagian wilayah dikuasai pem- berontak dan sebagian lainnya dikuasai pasukan pemerintah. Uni Afrika (UA) telah ga- gal menjadi penengah untuk mengatasi konflik di negara yang tergolong stabil di Afrika Barat dengan perekonomian se- jahtera dan menjadi penghasil kakao terbesar dunia. Kubu Gbagbo tetap menolak usulan UA untuk memben- tuk pemerintah bersatu yang dipimpin Ouattara yang me- menangi pemilu. Untuk menekan kelompok Gbagbo, masyarakat interna- sional telah memberi sanksi berupa larangan bagi kapal dari Eropa bersandar di pelabuh- an Pantai Gading. Akibatnya, sektor perbankan negara terse- but mendekati kebangkru- tan dan pasokan kakao dari Pantai Gading ke pasar dunia pun berkurang drastis. (Drd/ Reuters/I-5) I NTER NASIONAL Pasukan pro-Khadafi terus memerangi massa oposisi dengan pesawat tempur di sejumlah kota di sepanjang pesisir Libia. Liga Arab Dukung Zona Larangan Terbang Seorang anak terkena peluru pada bagian tangannya dan rumah-rumah jadi sasaran tembak.” Idrissa Diarrassouba Penduduk Abobo SENIN, 14 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA 13 Polisi Bahrain Bubarkan Demonstran Aparat Yaman Kewalahan 5 Pengunjuk Rasa Tewas Gbagbo Terus Buru Pendukung Ouattara Hamad bin Isa al-Khalifa Raja Bahrain REUTERS PESAWAT LIBYA AIR: Mobil melintas di samping pesawat Libya Air di Bandara Benghazi, Libia, beberapa waktu lalu. REUTERS/SUHAIB SALEM

Upload: truongkhue

Post on 05-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAYA PUSPITA SARI

NEGARA-NEGA-RA Arab men-dukung langkah PBB untuk segera

menerapkan zona larangan terbang di Libia sebagai ben-tuk protes terhadap rezim Moamar Khadafi yang terus mengerahkan pesawat tem-pur untuk menyerang massa oposisi. Amerika Se rikat yang mencetuskan sanksi larangan terbang terhadap Libia me-nyambut baik sikap Liga Arab tersebut.

Sekjen Liga Arab Amr Mous-sa menyatakan negara-negara Arab mengutuk tindakan ke-kerasan dan kejahatan serius yang dilakukan Khadafi ter-hadap rakyatnya. Liga Arab bersepakat, Khadafi telah ke-hilangan legitimasinya sebagai pemimpin.

“Liga Arab secara resmi men-desak Dewan Keamanan PBB untuk segera menerapkan zona larangan terbang menentang tindakan militer yang dilaku-kan (rezim) terhadap rakyat Libia,” ujar Moussa dalam konferensi pers yang digelar seusai pertemuan Liga Arab di Kairo.

Washington menyebut de-klarasi Liga Arab sebagai langkah penting. Namun, pemerintahan Presiden Barack Obama dinilai hanya sebatas berkomitmen menjatuhkan sanksi militer. Pasalnya, hing-ga kini Gedung Putih tidak kunjung mengambil langkah konkret dengan menggelar pertemuan Dewan Keamanan PBB.

Liga Arab sendiri tidak me-nyebut secara tegas, apakah dukungan mereka terhadap penerapan zona larangan ter-

bang di Libia menunjukkan persetujuan mereka terhadap keinginan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melakukan tindakan militer menggulingkan Khadafi .

Dari Libia dikabarkan, pasuk an pro-Khadafi terus meme rangi massa oposisi di sejumlah kota di sepanjang pesisir Libia. Mereka meng-

gunakan senjata otomatis dan pesawat tempur untuk meng-hentikan tindakan demonstran merebut kota-kota kunci di wilayah barat Libia, semisal Misurata.

Demonstrasi antipemerintah berskala kecil yang dimulai bulan lalu di Benghazi, salah satu kota yang relatif miskin di Libia, telah menewaskan

ratusan warga sipil.

Ragu-RaguMenteri Pertahanan AS

Robert Gates menyatakan, pihaknya masih ragu-ragu mengenai penerapan zona larangan terbang terhadap Libia. “Kami masih belum ya-kin, apakah penerapan sanksi ini adalah langkah yang bijak untuk dilakukan,” ungkap Gates.

“Ini bukan pertanyaan apa-kah kami dan sekutu kami bisa melakukannya, melainkan apakah ini langkah yang bijak dan itu akan kami diskusikan lagi di tataran elite politik,” ucapnya.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton berencana menemui para pe-tinggi kelompok oposisi Libia di Pa ris, Prancis.

Clinton akan bertemu de-ngan Mahmoud Jibril, pe-nanggung jawab hubungan luar negeri kelompok oposisi Dewan Nasional Libia dan Abdel Rahman, perwakilan PBB di Libia yang membelot dan mendukung kelompok oposisi. Jibril juga dijadwal-kan bakal bertemu dengan Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy.

“Prioritas utama kami ada-lah penerapan sanksi zona larang an terbang di Libia. Kami mendukung semua bentuk bantuan militer yang akan diberikan AS kepada kelompok oposisi, kecuali ke-hadiran fi sik tentara mereka di tanah kami,” tukas Ali Aujali, salah satu anggota perwaki-lan Libia di PBB. (Mps/AP/Reuters/I-5)

[email protected]

POLISI antihuru-hara Bahrain menembakkan gas air mata dan peluru karet ke arah kumpulan demonstran antipemerintah di ibu kota Bahrain, Manama, ke-marin. Saksi mata mengatakan para demonstran telah menu-tup jalan tol ke arah daerah pusat bisnis.

Operasi polisi tersebut meru-pakan upaya terbesar dalam membersihkan demonstran dari Pearl Square di Manama sejak demonstran menggelar aksi pada pertengahan Febru-ari lalu.

Kelompok demonstran yang sebagian besar berasal dari ke-lompok Syiah tersebut menun-tut kebebasan berpolitik lebih besar. Tak hanya itu, mereka juga menuntut monarki Suni

yang dipimpin Raja Hamad bin Isa al-Khalifa membagi monopoli kekuasaan mereka di negara Teluk yang strategis dan menjadi pangkalan ar-mada kelima angkatan laut AS tersebut.

Kemarin, demonstran menu-tup jalan tol utama menuju daerah pusat bisnis di jantung Kota Manama. Akibatnya, kemacetan total sepanjang beberapa kilometer terjadi di tengah kesibukan jam kerja. Pasalnya, Minggu merupakan hari pertama kerja di negara-negara Arab.

Untuk mengatasi kemacetan, polisi melepaskan tembakan dan menggunakan kendaraan berat untuk mengusir para demonstran dan membong-

kar penghalang yang dibuat demonstran.

Para saksi mata di Pearl Square mengatakan aparat keamanan mengepung tenda demonstran dan menembak-kan gas air mata dan peluru karet ke arah para aktivis.

Para demonstran menun-jukkan kepada fotografer kantor berita Associated Press

beberapa peluru karet. Saat aparat keamanan hendak membubarkan kumpulan demonstran, para demonstran meneriakkan kata-kata, “Da-mai, damai.”

Dalam pernyataannya, pe-merintah Bahrain mengata-kan aparat keamanan sengaja melakukan operasi demi mem-buka kembali jalan tol Raja Fais-al. “Pemerintah membubarkan sekitar 350 demonstran dengan menggunakan gas air mata,” jelas pemerintah.

Bulan lalu, empat orang tewas di Pearl Square saat aparat keamanan menyerbu para demonstran. Tiga orang lainnya tewas saat mereka berusaha tetap bertahan di Pearl Square. (Drd/AP/I-5)

SEDIKITNYA seorang demon-stran tewas dan puluhan lain-nya cedera tatkala aparat Ya-man melepaskan tembakan dengan peluru tajam ke arah para pengunjuk rasa, kemarin. Dengan demikian, jumlah kor-ban tewas selama akhir pekan mencapai lima orang.

Menurut sejumlah saksi mata, sebagian besar korban cedera dalam aksi kemarin, lan-taran terpapar dampak gas air mata. Bahkan, beberapa lain-nya mengalami luka tembak. Dua di antara mereka dalam kondisi serius.

Tayangan stasiun televisi Al Jazeera menunjukkan para-medis tergopoh merawat para demonstran yang berlumuran darah di tenda darurat yang didirikan di dekat Universitas Sana’a.

Sekitar 2.000 orang berkum-pul di universitas tersebut sejak kemarin dini hari waktu setem-pat. Selain mendirikan tenda,

mereka mencoba membentuk barikade guna menangkal se-rangan meriam air yang dilan-carkan polisi antihuru-hara.

Mereka juga membentang-kan spanduk berisi tulisan yang menyebut Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh sebagai ‘Ali Kimiawi’, rujukan terhadap gas air mata yang diduga da-pat menyebabkan kerusakan sistem saraf.

Insiden tersebut merupa-kan kelanjutan dari aksi sehari sebelumnya. Pada Sabtu (12/3) lalu, sedikitnya empat orang, termasuk bocah berusia 12 tahun, tewas dalam unjuk rasa di seantero Yaman. Secara keseluruhan, lebih dari 30 orang tewas selama aksi dua bulan menuntut pengunduran Saleh.

Tuntutan tersebut ikut di-suarakan dua suku terbesar di Yaman, suku Hashid dan suku Baqil. Bahkan, sejumlah kelom-pok ulama di Sana’a dilapor-

kan turut menentang Saleh. Kemarin, Abdelbari Dugheish, seorang anggota parlemen dari partai berkuasa, menyatakan mendukung oposisi. “Aparat keamanan bertanggung jawab atas hilangnya nyawa. Karena kewalahan, mereka menembak membabi-buta dan mengguna-kan tindak kekerasan.”

Meski demikian, Saleh ber-keras tidak akan mundur. Dia hanya berjanji akan mengada-kan referendum dalam setahun untuk membuat konstitusi baru. Konstitusi baru tersebut nantinya akan mengubah sistem pemerintahan Yaman dari sistem presidensial men-jadi sistem parlementer.

Secara terpisah, pemerintah AS mengimbau rezim Saleh untuk menjamin kebebasan rakyat Yaman mengemukakan pendapat. Namun, ‘Negeri Pa-man Sam’ juga tidak mengin -struksikan Saleh untuk mun-dur. (Jer/AP/Reuters/I-3)

PASUKAN keamanan yang loyal kepada Presiden Laurent Gbagbo kembali melancar-kan serangan terhadap para pejuang pendukung presiden terpilih Alassane Ouattara di pinggiran Kota Abidjan, kemarin.

Pejabat pemerintah Ouat-tara mengatakan ratusan ten-tara dengan roket pelontar granat, kendaraan militer, dan dua helikopter pengintai terus melakukan operasi. Serangan loyalis Gbagbo berlangsung di Abobo, dekat dengan Abidjan. Pertempuran sengit antardua kelompok bertikai tersebut terjadi dalam beberapa minggu terakhir.

“Tembakan terjadi di daerah sekitar Dataran Tinggi Dokui sekitar pukul 13.00 dan 14.00 (waktu setempat),” kata Idris-sa Diarrassouba, penduduk Abobo. “Seorang anak terkena peluru pada bagian tangannya dan rumah-rumah jadi sasaran tembak.”

Juru bicara misi PBB Hama-doun Toure meminta serangan dihentikan. “Ada beberapa

pertempuran di Abobo tetapi itu hanya pertempuran kecil,” lapornya.

Pertikaian tersebut berlang-sung karena Gbagbo menolak mengundurkan diri sebagai presiden kendati kalah pada pemilu presiden November

lalu. Rivalnya, Ouattara, di-nyatakan memenangi pemilu berdasarkan hasil yang disah-kan PBB.

Pertikaian antara kelom-pok Gbagbo dan Ouattara telah merenggut ratusan jiwa. Jutaan warga Pantai Gading juga terpaksa meninggalkan rumah mereka. Ketakutan kian meningkat karena dikhawatir-kan perang sipil yang pernah

melanda Pantai Gading pada 2002-2003 kembali terulang.

Wilayah negara penghasil kakao terbesar di dunia tersebut pernah terbelah menjadi dua, sebagian wilayah dikuasai pem-berontak dan sebagian lainnya dikuasai pasukan pemerintah.

Uni Afrika (UA) telah ga-gal menjadi penengah untuk mengatasi konflik di negara yang tergolong stabil di Afrika Barat dengan perekonomian se-jahtera dan menjadi penghasil kakao terbesar dunia.

Kubu Gbagbo tetap menolak usulan UA untuk memben-tuk pemerintah bersatu yang dipim pin Ouattara yang me-menangi pemilu.

Untuk menekan kelompok Gbagbo, masyarakat interna-sional telah memberi sanksi berupa larangan bagi kapal dari Eropa bersandar di pelabuh-an Pantai Gading. Akibatnya, sektor perbankan negara terse-but mendekati kebangkru-tan dan pasokan kakao dari Pantai Gading ke pasar dunia pun berkurang drastis. (Drd/Reuters/I-5)

INTERNASIONAL

Pasukan pro-Khadafi terus memerangi massa oposisi dengan pesawat tempur di sejumlah kota di sepanjang pesisir Libia.

Liga Arab Dukung Zona Larangan Terbang

Seorang anak terkena peluru

pada bagian tangannya dan rumah-rumah jadi sasaran tembak.”Idrissa DiarrassoubaPenduduk Abobo

SENIN, 14 MARET 2011 | MEDIA INDONESIA 13

Polisi Bahrain Bubarkan Demonstran

Aparat Yaman Kewalahan5 Pengunjuk Rasa Tewas

Gbagbo Terus Buru Pendukung Ouattara

Hamad bin Isa al-KhalifaRaja Bahrain

REUTERS

PESAWAT LIBYA AIR: Mobil melintas di samping pesawat Libya Air di Bandara Benghazi, Libia, beberapa waktu lalu.

REUTERS/SUHAIB SALEM