retinopati hipertensi kw ii kasus

Upload: riscky-lauw

Post on 04-Apr-2018

306 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Retinopati Hipertensi Kw II Kasus

    1/4

    RETINOPATI HIPERTENSI KW II-III

    Dibuat oleh: Andy Kurniawan,Modifikasi terakhir pada Thu 19 of Aug, 2010 [01:54 UTC]

    Abstrak

    Retinopati adalah suatu proses yang bersumber dari degenerasi atau kelainan lain dari

    retina.Retinopati terjadi antara lain disebabkan oleh hipertensi, arteriosklerosis, anemia,

    diabetes mellitus, leukemia. Hipertensi merupakan salah satu penyebab morbiditas dan

    mortalitas paling sering di seluruh dunia. Kelainan pembuluh darah ini dapat berdampak

    langsung atau tidak langsung terhadap sistem organ tubuh. Penderita datang dengan

    keluhan utama penglihatan kedua mata kabur terutama mata sebelah kiri. Terdapat riwayat

    hipertensi. Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan, papil batas tegas, C/D 0,3, arteri/vena

    1/3, makula terdapat eksudat, tidak terdapat perdarahan retina, terdapat proses degenerasi.

    Kata kunci : Hipertensi, visus, retinopati

    Kasus

    Penderita perempuan umur 63 tahun datang ke poliklinik mata RSUD Temanggung dengan

    keluhan utama penglihatan kedua mata kabur terutama mata sebelah kiri sejak 1 tahun yang

    lalu, tidak terdapat mata merah, gatal, riwayat trauma, penglihatan ganda. Terdapat riwayat

    hipertensi, tetapi penderita tidak teratur periksa ke dokter, penderita hanya periksa tekanan

    darah kepada mantri. Riwayat alergi, diabetes mellitus, asma, sakit jantung disangkal.

    Riwayat keluarga dengan hipertensi, asma, alergi, diabetes mellitus tidak ada.

    Pada pemeriksaan fisik didapatkan, kondisi umum baik, kesadaran composmentis.

    Pemeriksaan tanda vital, tekanan darah 150/100 mm Hg, nadi 96 x/menit, pernafasan 20

    x/menit. Pemeriksaan subyektif, visus jauh OD 20/50 OS 20/70, refraksi OD S(+) 0,75 OS

    S(+) 1,25, koreksi OD 20/20 OS 20/50.

    Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan, papil batas tegas, C/D 0,3, arteri/vena 1/3, makula

    terdapat eksudat, tidak terdapat perdarahan retina, tampak proses degenerasi.

    Diagnosis

    ODS Retinopati Hipertensi KW II-III.

    Terapi

    Terapi utama adalah terapi kausatif yaitu dengan control tekanan darah, sehingga

    pasien dikonsulkan ke bagian penyakit dalam untuk mendapatkan terapi anti hipertensi.

    Untuk mencegah keparahan penyakit, maka pasien diberikan multivitamin untuk mata berupa

    retivit yang diminum satu kali sehari, kemudian diobservasi perjalan penyakitnya. Selain itu,

    pasien diberi kacamata sferis positif untuk presbiopi.

  • 7/31/2019 Retinopati Hipertensi Kw II Kasus

    2/4

    Diskusi

    Penderita ini sudah menderita hipertensi sejak lama dan tidak teratur periksa ke dokter.

    Kemungkinan terjadinya hipertensi pada penderita ini dikarenakan pola hidup yang tidak

    sehat yang menyerupai kebiasaan atau tata cara hidup orang-orang di negara maju. Selain itu

    hipertensi bisa juga dikarenakan proses degenerasi. Terapi hipertensi yang tidak adekuat,dapat menyebabkan kerusakan organ target (otak, jantung, mata, dll)

    Penderita ini mempunyai faktor resiko terjadi retinopati yaitu umur penderita sudah lebih dari

    40 tahun dan mempunyai riwayat hipertensi yang sudah lama dan tidak terkontrol. Aktivitas

    fisik, pola makan, dan pikiran dapat menjadi factor resiko terjadinya hipertensi. Hal ini sesuai

    dengan beberapa studi yang telah dilakukan. Kemungkinan retinopati pada pasien ini sudah

    mengenai daerah macula, karena pada pasien sudah mulai timbul gangguan visus yang tidak

    dapat dikoreksi dengan pemberian lensa sferis positif maupun negative.

    Klasifikasi dan Diagnosis

    Klasifikasi Keith-Wagener-Barker (1939), retinopati hipertensi, yang dikaitkan dengan

    prognosanya dan juga dihubungkan dengan kemungkinan timbulnya kematian dalam 8 tahun,

    dibedakan 4 stadium :

    Stadium KarakteristikStadium I Penyempitan ringan, sklerosis dan tortuosity arterioles retina;

    hipertensi ringan, asimptomatis. Dalam periode 8 tahun : 4%

    meninggal. Dapat terlihat pada orang muda dan orang tua

    Stadium II - Penyempitan definitif,

    konstriksi fokal, sklerosis, dan nicking arteriovenous;

    arteriola lebih sempit, setempat ataupun umum, fenomena

    crossing (+), kolom darah tidak teratur. Copper wire arteriola,

    silver wire arteriola.

    Tekanan darah lebih tinggi daripada stadium I.

    Prognosa lebih buruk. Dalam periode 8 tahun 20% meninggal

    Stadium III Retinopati (cotton-woolspot, edema, eksudat, starshaped

    igure, arteriosklerosis, hemoragik); tekanan darah terus

    meningkat dan bertahan, muncul gejala sakit kepala, vertigo,

    kesemutan, kerusakan ringan organ jantung, otak dan fungsiginjal. Survival rate 15 bulan. Dalam periode 8 tahun 80%

    meninggal.

    Stadium IV Edem Edema neuroretinal termasuk papiledema, garis

    Siegrist,Elsching spot; peningkatan tekanan darah secara

    persisten, gejala sakit kepala, asthenia, penurunan berat

    badan, dyspnea, gangguan penglihatan, kerusakan organ

    antung, otak dan fungsi ginjal. Terdapat pada hipertensi

    maligna. Survival rate 4,5 bulan, 70% meninggal dalam 1

    tahun. Dalam periode 8 tahun meninggal 98%.

    WHO membagikan stadium I dan II sebagai retinopati hipertensi benigna dan

    stadium III dan IV sebagai retinopati hipertensi maligna.

  • 7/31/2019 Retinopati Hipertensi Kw II Kasus

    3/4

    Penderita ini dari anamnesis didapatkan data kedua mata kabur terutama mata sebelah kiri,

    mempunyai riwayat hipertensi dan tidak berobat secara teratur. Dari pemeriksaan fisik

    didapat hasil tekanan darah 150/100 mmHg. Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan, papil

    batas tegas, C/D 0,3, arteri/vena 1/3, makula terdapat eksudat, perdarahan retina (-),degenerasi (+). Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan funduskopi menunjang diagnosis

    Retinopati Hipertensi KW II-III.

    Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

    Selain itu pemeriksaan penunjang seperti funduskopi, pemeriksaan visus, pemeriksaan

    tonometri terutama pada pasien lanjut usia dan pemeriksaan USG B-Scan untuk melihat

    kondisi di belakang lensa. Pemeriksaan laboratorium penting untuk mencari penyebab selain

    dari hipertensi.

    Hipertensi dan perubahan arteriosklerosis pada fundus diketahui melalui pemeriksaan

    funduskopi, dengan pupil dalam keadaan dilatasi. Pada bentuk yang ringan, hipertensi akanmenyebabkan peningkatan reflek arteriola yang akan terlihat sebagai gambaran copper wire

    atau silver wire. Penebalan lapisan adventisia vaskuler akan menekan venula yang berjalan

    dibawah arteriola sehingga terjadi perlengketan atau nicking arteriovenosa. Pada bentuk yang

    lebih ekstrim, kompresi ini dapat menimbulkan oklusi cabang vena retina (BRVO). Dengan

    level tekanan darah yang lebih tinggi dapat terlihat perdarahan intra retinal dalam bentuk

    flame shape yang mengindikasikan bahwa perdarahannya berada dalam lapisan serabut saraf

    dan atau edema retina. Hipertensi maligna mempunyai ciri-ciri papil edema dan dengan

    perjalanan waktu akan terlihat gambaran makula berbentuk bintang (Ilyas, 2008).

    Penatalaksanaan

    Pasien hanya mendapat terapi vitamin untuk mata, penatalaksanaan utama adalah pengobatan

    hipertensi, sehingga pasien di konsultasikan ke bagian ilmu penyakit dalam. Perubahan pola

    dan gaya hidup juga harus dilakukan. Pasien dinasehati untuk menurunkan berat badan jika

    sudah melewati standar berat badan ideal seharusnya. Konsumsi makanan dengan kadar

    lemak jenuh harus dikurangi sementara intake lemak tak jenuh dapat menurunkan tekanan

    darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi dan pasien memerlukan kegiatan olahraga

    yang teratur.

    Gotfredsen et al., 1958; Harrington et al.,1959 ; Lockhart et al., 1960; Memichael dan

    Dollery, 1963, mendapatkan hasil baik dari pengobatan retinopati hipertensi dengan obat-obatan, sedang Pickening et al., dan Dollery et al., (1959), melaporkan pengalamannya yang

    baik dari hasil nefrektomi pada retinopati hipertensi (Wijana, 1993).

    Komplikasi

    Penderita ini sudah terbentuk eksudat pada makula, sehingga membuat penglihatan

    berkurang atau kabur, hal ini terjadi karena hipertensi tidak terkontrol sehingga timbul oklusi

    baik pada venula maupun arteri retina sentral.

    Pada tahap yang masih ringan, hipertensi akan meningkatkan reflek cahaya arteriola sehingga

    timbul gambaran silver wire atau copper wire. Namun dalam kondisi yang lebih berat, dapat

  • 7/31/2019 Retinopati Hipertensi Kw II Kasus

    4/4

    timbul komplikasi seperti oklusi cabang vena retina (BRVO) atau oklusi arteri retina sentralis

    (CRAO); (Ilyas, 2008).

    Prognosis

    Penderita mempunyai prognosis yang kurang baik. Disamping karena retinopati KW II-IIImempunyai survival rate 15 bulan dan dalam periode 8 tahun 80% meninggal. Penderita juga

    kurang teratur berobat untuk menurunkan tekanan darah. Prognosis dapat dipengaruhi oleh

    keteraturan pengobatan hipertensi atau tergantung dari control tekanan darahnya.

    Kesimpulan

    Pasien dengan penurunan tajam penglihatan pada usia diatas 40 tahun yang tidak

    membaik dengan pemberian lensa sferis dan mempunyai riwayat hipertensi yang tidak

    terkontrol perlu dicurigai adanya retinopati, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan

    funduskopi. Klasifikasi berdasarkan Keith-Wagener-Barker dapat menentukan timbulnya

    kematian dalam 8 tahun. Penatalaksanaan yang utama adalah pengobatan untuk hipertensi.