resume spp

5
RESUME BACAAN: FORMALISTIC VIEWS OF REPRESENTATION SISTEM PERWAKILAN POLITIK REZKY R. MATEKA / 1306403453 Dalam pengertiannya, para kalangan Hobbesian berpandangan bahwa representasi merupakan hal yang berkaitan dengan pemberian dan kepemilikan atas otoritas, oleh sebab itu maka dalam bagian ini teori ini disebut dengan “teori otoritas”. Akan tetapi pengertian ini masih terlalu sederhana sehingga belum dapat mencakup pengertian representasi secara keseluruhan. Perlu untuk dipadukan dengan beberapa konsep lain. Pandangan dasar dari teori otoritas ini adalah sebagai berikut: representatif adalah orang-orang yang telah diberikan hak untuk dapat bertindak. Melalui pandangan ini, maka berarti pada awalnya mereka belum memiliki hak untuk bertindak tersebut pada sebelumnya. Dilain pihak, orang yang diwakili memiliki hak yang lebih besar dan tanggung jawabnya berkurang. Jika dapat diumpamakan, maka orang yang menjadi representasi merupakan orang yang hidup dalam “black box”, dimana ketika dia tidak berada dalam kotak ini, maka hak dan tugasnya untuk mewakili orang lain juga tiada. Oleh sebab itu representasi dibatasi oleh otoritas yang diberikan kepadanya. Ini kemudian dikembangkan menjadi tiga versi, oleh para teoritis Jerman yang berpusat pada konsep Organschaft, akun pemerintahan perwakilan demokratis, dan diartikulasikan dalam karya Eric Voegelin. Berbeda halnya dengan kalangan Hobbesian, maa teori Organschaft merupakan teori yang menganggap bahwa representasi bukan berasal dari individu-individu melainkan merupakan

Upload: rezky-riswanto

Post on 20-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Resume Sistem Perwakilan Politic

TRANSCRIPT

RESUME BACAAN: FORMALISTIC VIEWS OF REPRESENTATION SISTEM PERWAKILAN POLITIKREZKY R. MATEKA / 1306403453Dalam pengertiannya, para kalangan Hobbesian berpandangan bahwa representasi merupakan hal yang berkaitan dengan pemberian dan kepemilikan atas otoritas, oleh sebab itu maka dalam bagian ini teori ini disebut dengan teori otoritas. Akan tetapi pengertian ini masih terlalu sederhana sehingga belum dapat mencakup pengertian representasi secara keseluruhan. Perlu untuk dipadukan dengan beberapa konsep lain. Pandangan dasar dari teori otoritas ini adalah sebagai berikut: representatif adalah orang-orang yang telah diberikan hak untuk dapat bertindak. Melalui pandangan ini, maka berarti pada awalnya mereka belum memiliki hak untuk bertindak tersebut pada sebelumnya. Dilain pihak, orang yang diwakili memiliki hak yang lebih besar dan tanggung jawabnya berkurang. Jika dapat diumpamakan, maka orang yang menjadi representasi merupakan orang yang hidup dalam black box, dimana ketika dia tidak berada dalam kotak ini, maka hak dan tugasnya untuk mewakili orang lain juga tiada. Oleh sebab itu representasi dibatasi oleh otoritas yang diberikan kepadanya. Ini kemudian dikembangkan menjadi tiga versi, oleh para teoritis Jerman yang berpusat pada konsep Organschaft, akun pemerintahan perwakilan demokratis, dan diartikulasikan dalam karya Eric Voegelin.Berbeda halnya dengan kalangan Hobbesian, maa teori Organschaft merupakan teori yang menganggap bahwa representasi bukan berasal dari individu-individu melainkan merupakan sesuatu yang lebih penting dan menjadi sebuah organ dari organisasi itu sendiri. Menurut Max Weber, perwakilan dapat dikatakan sebagai organ kelompok, maksudnya adalah setiap perwakilan harus dilakukan atas dasar kelompok. Namun perwakilan yang dilakukan oleh seluruh anggota kelompok bukan lagi dapat dikatakan sebagai representasi melainkan solidaritas. Sedikit berbeda dengan Weber, Hans Wolff mengatakan perwakilan ialah seseorang yang perilakunya, mengenai hak dan kewajiban terhutang pada kelompok, maksudnya adalah sebuah tindakan perwakilan bagi kelompok itu hasil perilaku wakil yang dianggap berasal dari grup. Sama dengan Weber, Wolff menganggap bahwa dalam kelompok tersebut terdeiferensiasi atas beberapa kepentingan, tetapi ketika keputusan beberapa orang telah mampu mengakomodasi keseluruhan kepentingan maka itulah yang disebut dengan representasi. Sejalan dengan itu, maka Gierke dan Jellinek juga memberikan pandangannya mengenai representasi itu sendiri dalam konsep Organschaft. Menurut mereka, bahwa seorang pejabat, perwakilan, adalah organ yang khusus dari kelompok. Dimana ini lebih menegaskan bahwa seseorang yang mengambil peran maka dapat dikatakan ia sebagai perwakilan, perwakilan juga dimasukkan kedalam masyarakat yang kompleks. Berdasarkan konsep ini, dapat dilihat bahwa representasi dapat ditemukan pada pemerintahan, organ-organ Negara, dan organ lainnya merupakan bentuk representasi dalam masyarakat yang kompleks. Pendapat ini didukung oleh kalangan Hobbesian yang mengatakan bahwa setiap pemerintahan adalah merupakan bentuk dari perwakilan, jadi setiap anggota pemerintah merupakan perwakilan. Pada poin ini terdapat kesamaan pandangan antara paham Organschaft dengan kalangan Hobbesian. Masih terdapat berbagai pandangan para ahli lain terhadap istilah representasi itu sendiri. Namun, secara keseluruhan, para ilmuwan politik modern berpendapat bahwa definisi representasi seharusnya mampu membedakan pemerintahan perwakilan dari bentuk-bentuk lain, dan perwakilan dari agen pemerintah lainnya.Sebuah teori demokrasi perwakilan lahir dari konsep otoritas yang telah dijelaskan sebelumnya. Dimana masyarakat memberikan hak mereka untuk diwakili melalui proses pemungutan suara. Secara normal, pemberian masa otoritas ini terbatas oleh jangka waktu tertentu. Oleh sebab itu, mereka yang telah menerima otoritas harus kembali mendapatkan otoritas tersebut dalam suatu pemilihan untuk tetap menjadi representasi bagi warganya. Plamenants mengartikan kata mewakili sebagai melakukan tindakan dengan persetujuan orang lain, yang meliputi dua hal, yakni pertama seseorang bertindak dengan persetujuan orang lain, jika dia benar untuk bertindak dengan cara tertentu adalah tergantung orang tersebut mengungkapkan bahwa ia harus bertindak dengan cara itu. Ataupun kedua ialah, mewakili setidaknya harus ikut bertanggung jawab atas tindakan yang diambil oleh orang yang diwakili, kemudian dapat dikatakan benar bahwa dia bertindak dengan izin yang diberikan kepadanya untuk mewakili. Namun, dalam bagian ini penulis mengakui bahwa merasakan kesulitan karena dalam tiap definisi tentang perwakilan, tidak menyatakan dengan jelas bahwa otoritas harus diberikan melalui jangka waktu tertentu atau diperoleh kembali melalui sistem pemilihan dalam periode tertentu. Dilain pihak, Hobbes berpendapat bahwa seseorang dalam pemerintahan tidak bisa memberikan wewenang yang terbatas dan waktu yang terbatas sehingga hal tersebut menjadi fleksibel atau dapat dikatakan perwakilan selamanya berdasarkan pertahanan dari penguasa dan pemilih.Pandangan mengenai otorisasi yang ketiga diberikan oleh Eric Voegelin dalam New Science of Politics. Menurutnya, hubungan antara pandangan otorisasi dan jenis transsendental, menurut Voegelin mengacu pada satu masalah dimana wakil otorisasi ialah seorang pemimpin aktif dalam representasi kebenaran, melalui persuasi kemudian ;masalah tersebut ditemukan hanya ketika manusia menemukan jiwanya untuk mewakili kebenaran transenden, maka penemuan ini akhirnya membuat filsuf yang menemukannya mewakili konsekuensi dari kebenaran-kebenaran baru. Hobbes berpendapat bahwa otoritas itu sendiri dapat diberikan kepada seorang, sekelompok orang, maupun kepada seluruh orang yang terhimpun dalam lingkungan social tersebut. Sejalan dengan Hobbes, konsep yang ditawarkan oleh Voegelin juga mengakui keterlibatan aksi social. Sebuah perkumpulan atau masyarakat hanya dapat berdiri jika orang-orang yang merepresentasikannya juga melakukan hal tersebut.A. Philips Griffiths membedakan antara beberapa pengertian representasi, yang diasebut "askriptif," yang pada dasarnya pandangan otorisasi. Ia juga menjelaskan tentang bagaimana ororisasi mampu mewakili satu atau seluruh ide, yang mana ia juga membahas tentang bagaimana konsekuensi dari suatu tindakan. Konsekuensi normatif yang menjadi pembeda dengan konsekuensi tindakan sendiri. Hal tersebut dapat memberi penjelasan kepada keputusan yang akan dibuat oleh wakil. Griffth berpendapat bahwa Askriptif terhadap konsekuensi normative adalah lebih fundamental. Hal ini karena kerelaan dari pembentuk itu sendiri diberikan setelah melakukan aksi yang nyata. Para theorist otorisasi mendapatka kebingungan karena, pertama melakukan suatu bentuk tindakan akan memberikan dampak pada tindakan lainnya. Kedua, mengambil konsekuensi normative memberikan dampak pada kegiatan lain. Ketiga, memberikan hak kepada yang lain untuk beraksi. Keempat, memiliki otoritaas sama halnya memiliki hak untuk memerintah segelintir orang.Dalam teori akuntabilitas, perwakilan merupakan seseorang yang diadakan untuk menjadi accountable, dimana ia akan menjawab hal-hal lain yang akan muncul atas apa yang dia lakukan. Perwakilan harus bisa bertanggung jawab kepada yang diwakili. Akuntabilitas menganggap bahwa pemerintah hanya merupakan gambaran repreentatif apabila mendapatkan suara dari hasil pemilihan politik sesuai dengan cara-cara yang telah disepakati bersama. Teori akuntabilitas sering memperlihatkan pandangan mereka dengan meminta bagaimana wakil pemerintah dapat berbeda dari forum lainnya, dan juga mencari jawaban yang berselaras dengan tujuan mereka untuk mengikuti pemilihan umum. Akan tetapi, teori akuntabilitas tidak dapat menghindari kepentingan yang ada didalamnya. Sehingga terkadang teori ini hanya menjadi alat untuk memberikan kekuaatan legitimasi perwakilan kepada penguasa. Sehingga Teori akuntabilitas dikenalkan sebagai respon dan perbaikan atas pandangan otorisasi, juga biasanya dilibatkan untuk membedakan perwakilan yang benar atau asli atau nyata dari sesuatu yang hanya terlihat dari luar, dimana seperti perwakilan yang formal namun nyatanya bukan.