resume produksi metabolit sekunder biotek

7
Resume Produksi metabolit sekunder (antibiotik) oleh isolat jamur endofit Indonesia Latar belakang: Seleksi dan produksi senyawa antibiotik baru penghambat/pembunuh mikrobia eukariot patogen. Selain sulitnya menemukan antibiotik baru juga sulit memproduksinya (Kauffman dan Carver, 1997; Kurtz, 1997). Beberapa medium dan kondisi optimal yang cocok perlu dicoba untuk penghasilan antibiotik. Beberapa faktor substrat (prekusor) berpengaruh terhadap mekanisme biosintesis antibiotik yang bersangkutan, misalnya sumber carbon (C), nitrogen (N) dan beberapa vitamin. Metodologi: Ranting tanaman dipotong sepanjang 1 cm. Untuk mensterilkan permukaan, potongan ranting direndam di dalam larutan Byclean atau Chlorox 5 % selama 5 menit, diikuti dengan perendaman dalam air steril selama 2 menit, entanol 70% selama 1 menit, dan air steril selama 2menit. Potongan yang telah disterilkan dihilangkan ekses airnya dan selanjutnya dibelah menbujur menjadi 2 bagian. Inokulasi dilakukan dengan cara meletakkan permukaan belahan pada permukaan medium CMM (corn meal malt extract) agar untuk isolasi fungi atau Nutrien agar untuk isolasi bakteri. Inkubasi dilakukan selama 4-7 hari. Koloni mikrobia diisolasi dengan ose, selanjutnya isolat fungi dipelihara pada medium PDA miring dan isolat bakteri dipelihara pada Nutrien agar miring sebagai kultur stok murni. Prinsip: Berdasarkan produksi metabolit sekunder yaitu antibiotik oleh isolat jamur endofit indonesia.

Upload: luthfi-ar

Post on 29-Dec-2015

70 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Produksi Metabolit Sekunder Biotek

Resume Produksi metabolit sekunder (antibiotik) oleh isolat jamur endofit Indonesia

Latar belakang:

Seleksi dan produksi senyawa antibiotik baru penghambat/pembunuh mikrobia eukariot patogen. Selain sulitnya menemukan antibiotik baru juga sulit memproduksinya (Kauffman dan Carver, 1997; Kurtz, 1997). Beberapa medium dan kondisi optimal yang cocok perlu dicoba untuk penghasilan antibiotik. Beberapa faktor substrat (prekusor) berpengaruh terhadap mekanisme biosintesis antibiotik yang bersangkutan, misalnya sumber carbon (C), nitrogen (N) dan beberapa vitamin.

Metodologi:

Ranting tanaman dipotong sepanjang 1 cm. Untuk mensterilkan permukaan, potongan ranting direndam di dalam larutan Byclean atau Chlorox 5 % selama 5 menit, diikuti dengan perendaman dalam air steril selama 2 menit, entanol 70% selama 1 menit, dan air steril selama 2menit. Potongan yang telah disterilkan dihilangkan ekses airnya dan selanjutnya dibelah menbujur menjadi 2 bagian. Inokulasi dilakukan dengan cara meletakkan permukaan belahan pada permukaan medium CMM (corn meal malt extract) agar untuk isolasi fungi atau Nutrien agar untuk isolasi bakteri. Inkubasi dilakukan selama 4-7 hari. Koloni mikrobia diisolasi dengan ose, selanjutnya isolat fungi dipelihara pada medium PDA miring dan isolat bakteri dipelihara pada Nutrien agar miring sebagai kultur stok murni.

Prinsip:

Berdasarkan produksi metabolit sekunder yaitu antibiotik oleh isolat jamur endofit indonesia.

Hasil dan pembahasan:

Sampel tanaman diambil dari sekitar Kab. Sleman dan berbagai macam tanaman (25 spesies tanaman). Delapan puluh enam isolat berhasil diisolasidan selanjutnya diuji kemampuannya memproduksi metabolit sekunder/antibiotik yang mampu menghambat/membunuh mikroba, Bacillus subtilis. Candida albicans dan Fusarium oxysporum f. sp. licopersicae. Dan isolat jamur endofit JA-2 dan NGK-1 mampu memproduksi antibiotik yang dapat menghambat B. subtilis dan F. Oxysporum f.sp. licopersicae sedangkan KMD-7 memiliki potensi tinggi untuk diaplikasikan di bidang kesehatan manusia karena mampu menghambat Candida albicans dan B. Subtilis. Dan isolat MB-1 memiliki prospek aplikasi di bidang pertanian karena sangat menghambat F. Oxysporum f.sp. licopersicae namun belum dapat dikarakterisasi produksi antibiotiknya

Page 2: Resume Produksi Metabolit Sekunder Biotek

Kesimpulan

1. Isolat jamur endofit JA-2 dan NGK-1 mampu memproduksi antibiotik yang dapat menghambat B. subtilis dan F. Oxysporum f.sp. licopersicae dan telah diketahui karakter awalnya.

2. Isolat MB-1 memiliki prospek aplikasi di bidang pertanian karena sangat menghambat F. Oxysporum f.sp. licopersicae namun belum dapat dikarakterisasi produksi antibiotiknya, sedangkan isolat KMD-7 memiliki potensi tinggi untuk diaplikasikan di bidang kesehatan manusia karena mampu menghambat Candida albicans dan B. Subtilis.

Page 3: Resume Produksi Metabolit Sekunder Biotek

Resume AKTIVITAS ANTIFUNGI METABOLIT SEKUNDER FUNGI ENDOFIT YANG DIISOLASI DARI Mezzetia parviflora Becc.

Latar belakang:

Klika ongkea (Mezzetia parviflova Becc.) telah digunakan secara empiris oleh masyarakat di Kabupaten Buton untuk mengobati berbagai penya-kit degeneratif antara lain sebagai penurun koleste-rol, pelangsing, obat diabetes mellitus, dan tumor. Rebusan kulit batang tanaman ongkea juga diguna-kan sebagai pembersih luka diabetik. Kemampuan ini diduga disebabkan oleh aktivitas antimikroba yang dimilikinya selain aktivitas antioksidan.Dugaan ini didukung oleh tidak terkontaminasinya ekstrak M. parviflora oleh mikroba pada saat penyimpanan. Kemampuan mikroba endofit memproduksi metabolit sekunder sesuai dengan tanaman inang-nya merupakan peluang yang sangat besar dan dapat diandalkan untuk memproduksi senyawa dari mikroba endofit yang diisolasi dari tanaman inang-nya tersebut. Senyawa metabolit tersebut berman-faat bagi manusia sebagai antioksidan (1,2), anti-mikroba (3), antivirus, antikanker, antidiabetes, anti-malaria, antioksidan, dan antiimunosupresif (4).

Metodologi:

Sampel daun dan ranting ongkea (M. parviflora Becc.) dipotong kecil-kecil, kemudian didesinfeksi dengan alkohol 70% (1 menit), natrium hipoklorit 1% (15 menit), dan dibilas dengan air suling steril (3 kali). Sampel ditiriskan kemudian daun ongkea dipotong dengan pisau skalpel steril dengan ukuran ±1 cm dan rantingnya dibelah menjadi 2 bagian. Bagian-bagian tersebut ditanam dalam media PDA di dalam cawan petri steril pada suhu kamar (25°C) selama 1 minggu atau sampai ada pertumbuhan fungi endofit. Setelah terjadi per-tumbuhan fungi, segera diisolasi untuk mendapat-kan biakan murni. Biakan murni fungi endofit di-tumbuhkan pada medium PDA selama 7 hari (1,5).

Prinsip:

Berdasarkan isolasi potensi fungi endofit pada tanaman ongkea (M. parviflora) dalam menghasilkan senyawa metabolit yang berefek antifungi.

Hasil dan Pembahasan:

Telah dilakukan isolasi fungi endofit dari daun dan ranting ongkea (M. parviflora). Daun dan ranting ongkea disterilkan kemudian daun dipotong kecil-kecil ±1 cm dan ranting dibelah secara melin-tang, lalu ditempelkan di atas medium PDA yang telah dipadatkan kemudian diinkubasi pada suhu kamar. Pengamatan dilakukan selama masa inku-basi untuk menentukan adanya fungi endofit ber-dasarkan adanya koloni yang tumbuh di sekitar jaringan tanaman yang ditanam. Produksi metabolit sekunder oleh fungi endofit dilakukan dengan

Page 4: Resume Produksi Metabolit Sekunder Biotek

fermentasi awal (starter) pada medium pembenihan PDY selama 3x24 jam pada suhu ruang sambil dikocok pada alat shaker agar konsentrasi nutrisi dan oksigen di dalam medium dapat dipertahankan homogenitasnya. Uji aktivitas antimikroba dilakukan dengan uji antagonis untuk mengetahui jenis mikroba pato-gen yang dapat dihambat oleh fungi endofit dilan-jutkan dengan uji difusi agar untuk mengetahui aktivitas metabolit sekunder yang dihasilkan oleh fungi endofit tersebut secara kuantitatif.Hasil positif ditandai dengan terbentuknya zona bening di sekitaran isolat fungi. Uji antagonis memperlihatkan bahwa isolat fungi MpR aktif terhadap Candida albicans, Malazesia furfur, Aspergillus niger dan Rhisopus sp. Sedangkan isolat MpD2 hanya menunjukkan aktivitas penghambatan yang lemah terhadap Aspergillus niger dan Rhisopus sp.

Kesimpulan:

1. Diperoleh dua isolat fungi endofit yaitu MpD-1 dan MpD-2 dari daun dan satu isolat yaitu MpR (Thielaviopsis sp.) dari ranting tanaman ongkea (Mezzetia parviflora).

2. Isolat fungi MpR memiliki aktivitas antimikroba yang lebih baik dibandingkan dengan fungi MpD2. Fungi MpR menghasilkan metabolit yang mampu menghambat pertumbuhan fungi patogenAspergillus niger>Malazesia furfur > Rhisopus sp.

Page 5: Resume Produksi Metabolit Sekunder Biotek

Resume ANALISIS SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI BATANG Spatholobus ferrugineus (Zoll & Moritzi) Benth YANG BERFUNGSI SEBAGAI ANTIOKSIDAN

Latar belakang:

Tumbuhan menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan, zat perwarna, penambah aroma makanan, parfum, insektisida dan obat. Ada 150.000 metabolit sekunder yang sudah diidentifikasi dan ada 4000 metabolit sekunder “baru”/tahun. Baru-baru ini, antioksidan menjadi topik menarik. Ini merupakan minat yang besar bagi khalayak ramai, ahli obat, nutrisi, penelitian ilmu kesehatan dan makanan untuk mengetahui kapasitas dan unsur antioksidan pada makanan yang kita konsumsi (Huang, et al., 2005) begitu pula pada tumbuhan. Antioksidan dapat membantu melindungi tubuh manusia melawan kerusakan yang disebabkan oleh senyawa oksigen reaktif (ROS; Reactive Oxygen Species) dan radikal bebas lainnya. Banyak penelitian telah membuktikan manfaat mengkonsumi tanaman yang berkhasiat antioksidan, seperti dapat menurunkan resiko penyakit jantung, kanker, katarak, dan penyakit degeneratif lain karena proses penuaan.

Metodologi:

Batang Spatholobus ferrugineus (Zoll & Moritzi) Benth yang telah dikeringanginkan kemudian dihaluskan. Lalu di ekstraksi, skrining fitokimia dengan metode KLT, skrinign DPPH dengan metode KLT,dan uji aktivitas antioksidan dengan perendaman radikal DPPH secara spektrofotometri.

Prinsip:

Berdasarkan analisis senyawa metabolit sekunder dari batang Spatholobus ferrugineus Benth yang berfungsi sebagai antioksidan.

Hasil dan Pembahasan:

Pada uji aktifitas antioksidan, diuji asam askorbat yang digunakan sebagai kontrol positif. Skrining fitokimia bertujuan untuk mengetahui jenis metabolit sekunder apa yang terkandung dalam ekstrak. Pemberian uap amoniak pada plat KLT untuk identifikasi flafonoid.

Kesimpulan:

1. Batang Spatholobus ferrugineus (Zoll & Moritzi) Benth mengandung senyawa metabolit sekunder berdasarkan analisis kualitatif, yaitu alkaloid, flavonoid, polifenol dan terpenoid/steroid, tetapi dalam penelitian ini hanya senyawa alkaloid

Page 6: Resume Produksi Metabolit Sekunder Biotek

(Rf = 0,80 dan 0,87) dan flavonoid (Rf = 0,13; 0,72 dan 0,78) yang bersifat antioksidatif.

2. Berdasarkan uji peredaman radikal DPPH secara spektrofotometri diperoleh AA% dari ekstrak metanol batang Spatholobus ferrugineus (Zoll & Moritzi) Benth yaitu, 7,014% (1 ppm); 12,228% (2 ppm); 20,360% (4 ppm); 39,913% (8 ppm) dan 77,095% (16 ppm).