resume pengelolaan air pada lahan rawa lebak

15
NAMA : EVANA PUTRI SEKO NIM : 05111002018 PRODI : TEKNIK PERTANIAN 2011 PENGELOLAAN AIR PADA LAHAN RAWA LEBAK Rawa Lebak atau disebut Rawa Non Pasang Surut, pada umumnya merupakan lahan dengan keadaan topografi rendah dan berbentuk cekungan. Akibat air hujan, maka daerah tersebut tergenang air (karena daerah cekungan dankarena drainase yang tidak baik). Di musim kering, berangsur-angsur air rawa tersebut menjadi kering dan terkadang kering sama sekali dalam waktu relatif singkat (1-2 bulan). Pada daerah-daerah di dekat sungai, air yang menggenangi berasal dari luapan air sungai sekitarnya. Namun ada pula daerah rawa yang sudah digenangi air hujan sebelum ditambah oleh limpahan air sungai ke daerah tersebut. Karakteristik khas ekosistem rawa lebak adalah secara periodik mengalami musim air dalam dan musim air dangkal. Fluktuasi kedalaman ini akibat limpahan air dari sungai, danau dan/atau air hujan (Junk dan Wantzen, 2004). Perubahan kedalaman air musiman mempengaruhi kondisi kualitas air dan ritme kehidupan ikan .Perubahan kedalaman air merupakan faktor utama yang menentukan struktur komunitas ikan di rawa lebak (Lowe-McConnell, 1987; Baran dan Cain, 2001; Hoeinghaus et al.,2003). Di dataran tinggi, lahan rawa lebak terdapat diantara dua bukit. Kondisi lahan selalu basah dan penuh dengan tumpukan bahan organik karena proses perombakan bahan organik lebih

Upload: jaya-septhialdy-dimas

Post on 24-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

RAWA LEBAK

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

NAMA : EVANA PUTRI SEKO

NIM : 05111002018

PRODI : TEKNIK PERTANIAN 2011

PENGELOLAAN AIR PADA LAHAN RAWA LEBAK

Rawa Lebak atau disebut Rawa Non Pasang Surut, pada umumnya merupakan lahan

dengan keadaan topografi rendah dan berbentuk cekungan. Akibat air hujan, maka daerah

tersebut tergenang air (karena daerah cekungan dankarena drainase yang tidak baik). Di

musim kering, berangsur-angsur air rawa tersebut menjadi kering dan terkadang kering sama

sekali dalam waktu relatif singkat (1-2 bulan). Pada daerah-daerah di dekat sungai, air yang

menggenangi berasal dari luapan air sungai sekitarnya. Namun ada pula daerah rawa yang

sudah digenangi air hujan sebelum ditambah oleh limpahan air sungai ke daerah tersebut.

Karakteristik khas ekosistem rawa lebak adalah secara periodik mengalami musim air dalam

dan musim air dangkal. Fluktuasi kedalaman ini akibat limpahan air dari sungai, danau

dan/atau air hujan (Junk dan Wantzen, 2004). Perubahan kedalaman air musiman

mempengaruhi kondisi kualitas air dan ritme kehidupan ikan .Perubahan kedalaman air

merupakan faktor utama yang menentukan struktur komunitas ikan di rawa lebak (Lowe-

McConnell, 1987; Baran dan Cain, 2001; Hoeinghaus et al.,2003).

Di dataran tinggi, lahan rawa lebak terdapat diantara dua bukit. Kondisi lahan selalu

basah dan penuh dengan tumpukan bahan organik karena proses perombakan bahan organik

lebih lambat daripada akumulasi bahan organik pada lahan tersebut. Bentang alam yang sama

dengan rawa lebak tetapi tidak emngalami genangan disebut dengan rawa labak yang

kehilangan identitas. Pada rawa lebak seperti ini, pertanian malah seperti pada pertanian

tadah hujan (rainfed agriculture). 

Rawa lebak berbeda dengan rawa pasang surut berdasarkan topografi dan juga

periode genangannya. Lahan pasang surut lebih rata kerena mendapat pengaruh pasang surut.

Selain itu, pada lahan pasang surut periode genangan dapat diprediksi dengan jelas yaitu pada

saat bulan baru atau pada ssat bulan purnama. Gengangan atau banjir merupakan sifat bawaan

rawa lebak karena sebagai ciri hidro ekologi lebak sehingga menjadi identitas yang

membedakan dengan bentang alam yang lain walaupun berada dalam suatu hamparan yang

sama. 

Page 2: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

I. Klasifikasi dan Tipologi Rawa Lebak

Berdasarkan ketinggian tempat rawa lebak dapat dibagi menjadi dua tipologi, yaitu

(1) rawa lebak dataran tinggi dan (2) rawa lebak dataran rendah. Rawa lebak dataran

tinggi/pegunungan banyak ditemukan di Sumatra dan Jawa, sedangkan rawa lebak dataran

rendah (lowland) sebagian besar tersebar di Kalimantan. Berdasarkan ketinggian dan

lamanya genangan, lahan rawa lebak dapat dibagi dalam tiga tipologi, yaitu (1) Lebak

dangkal, (2) Lebak tengahan, dan (3) Lebak dalam. Batasan dan klasifikasi lahan rawa lebak

menurut tinggi dan lamanya genangan adalah sebagai berikut (Anwarhan, 1989; Widjaja

Adhi, 1989):

Lebak dangkal : wilayah yang mempunyai tinggi genangan 25-50 cm dengan lama

genangan minimal 3 bulan dalam setahun. Wilayahnya mempunyai hidrotopografi nisbi lebih

tinggi dan merupakan wilayah paling dekat dengan tanggul.

Lebak tengahan : wilayah yang mempunyai tinggi genangan 50-100 cm dengan lama

genangan minimal 3-6 bulan dalam setahun. Wilayahnya mempunyai hidrotopografi lebih

rendah daripada lebak dangkal dan merupakan wilayah antara lebak dangkal dengan lebak

dalam.

Lebak dalam : wilayah yang mempunyai tinggi genangan > 100 cm dengan lama

genangan minimal > 6 bulan dalam setahun. Wilayahnya mempunyai hidrotopografi paling

rendah.

II. Pengelolaan Lahan Rawa Lebak

Sesuai dengan letak fisiografinya pada daratan banjir, lahan rawa lebak ini dibagi

kedalam dua golongan yaitu tanah - tanah tanggul sungai dan dataran rawa belakang

(Subagyo dan Supraptohardjo, 1978). Disepanjang aliran sungai (besar), lahan rawa lebak

terletak kearah hulu sungai dan umumnya sudah termasuk daerah aliran sungai (DAS) bagian

tengah (mid stream area) (Sinar Tani, 2003). Sedangkan menurut Widjaya- Adhi et. Al

(1992) berdasarkan tipologinya, rawa lebak dibagi menjadi 3 golongan yaitu rawa lebak

dangkal (pematang) yang mempunyai kedalaman air kurang dari dari 50 cm dengan masa

genangan kurang dari 3 bulan, rawa lebak tengahan dengan kedalaman air 50- 100 cm dengan

masa genangan 3 -6 bulan, dan rawa lebak dalam mempunyai kadalaman air lebih dari 100

cm dengan masa genangan lebih dari 6 bulan. Umumnya lahan ini didominasi oleh jenis

tanah Alluvial dan Gambut.

Page 3: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

Rawa lebak ini dapat dikembangkan menjadi persawahan khususnya pada lahan lebak

dangkal dan lebak tengahan, sedangkan untuk lebak dalam dapat dimanfaatkan sebagai

tempat penangkapan ikan air tawar atau peternakan unggas air seperti itik (Direktorat Rawa,

1991). Upaya memanfaatkan lahan rawa lebak untuk pertanian sesungguhnya telah banyak

dikerjakan oleh petani yang juga didukung oleh kebijakan pemerintah, baik pemerintah pusat

maupun daerah. Namun karena upaya pemanfaatan yang dilakukan masih sangat sederhana,

maka produktivitas yang diperoleh petani umumnya masih tergolong rendah.

Lahan rawa lebak mempunyai kondisi yang sangat spesifik, sehingga dalam upaya

pemanfaatannya untuk usaha pertanian memerlukan pengelolaan yang khas disesuaikan

dengan kondisi lingkungannya. Kekhasan dari lahan rawa lebak adalah kebanjiran dengan

fluktuasi kedalaman air yang susah diterka pada musim hujan, dan sebaliknya kekeringan

pada musim kemarau. Genangan air pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau

mengakibatkan terjadinya berbagai proses oksidasi-reduksi di dalam tanah sehingga

menyebabkan turunnya pH tanah dan ketersediaan hara bagi tanaman terutama unsur hara N,

P dan K.

Penataan lahan perlu dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan rawa

lebak. Pada genangan air yang dangkal, lahan lebak dangkal dapat ditata sebagai sawah tadah

hujan atau kombinasi sawah dengan guludan (sistem surjan). Teknologi ini telah

dikembangkan oleh Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balitra). Untuk melakukan

penataan lahan tingkat usahatani sistem surjan perlu dipadukan dengan pembuatan saluran

sebelah sisinya. Saluran ini berfungsi sebagai sumber air. Hasil kajian Waluyo et al. (2002)

dengan diterapkan sistem surjan pada rawa lebak pemanfaatan lahan lebih efisien, karena

lahan sepanjang tahun dapat ditanami. Disamping itu pergiliran tanaman akan lebih

menyuburkan tanah, yang akan meningkatkan produktivitas lahan dan diharapkan

meningkatkan pendapatan petani.

Pengelolaan Lahan dan Air

Teknologi pengelolaan lahan rawa lebak dapat diaktualisasikan melalui ameliorasi,

pemupukan berimbang, pengolahan tanah dan air (Adnyana et al2005). Teknologi

pengelolaan air ditujukan untuk memanfaatkan sumber daya air semaksimal mungkin untuk

memenuhi kebutuhan tanaman, dan mengatur keseimbangan air yang masuk dan air yang

keluar. Penataan saluran air yang baik sangat penting agar air dapat dikendalikan.

Pengelolaan air di tingkat lahan dapat dilakukan dengan sistem surjan, kemalir dan caren.

Dengan sistem ini proses aliran air masuk dan keluar dikendalikan lebih mudah dan lancar.

Page 4: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

Teknologi neraca air merupakan salah satu teknologi yang dapat mengatur aliran air masuk

dan keluar.

Ketersediaan Teknologi

Kegiatan- kegiatan penelitian di lahan rawa selama lebih kurang 10 tahun belakang ini

telah menghasilkan banyak teknologi untuk meningkatkan produktifitas lahan (Adnyana et al.

2005). Namun demikian teknologi neraca air belum banyak diterapkan oleh para peneliti

sehingga pengelolaannya di tingkat petani menjadi sangat terbatas. Hal ini menyebabkan

produktifitas lahan di tingkat petani juga masih rendah karena air di lahan rawa sangat

berfluktuasi. Kemudian masalah anomali iklim, munculnya La Nina dan el Nino,

menyebabkan lahan tergenang dan kekeringan.

Teknologi Neraca Air Lahan

Keberadaan air di bumi mengikuti suatu sistem dinamik. Fase selalu berubah yaitu:

padat, cair dan gas, demikian pula selalu berpindah tempat di ruang hidrosfer, atmosfer dan

litosfer. Proses dinamika air membentuk suatu sirkulasi /siklus yaitu siklus hidrologi. Salah

satu kesimpulan penting siklus hidrologi yaitu bahwa jumlah air di suatu luasan tertentu

ditentukan oleh neraca air lahan (Nasir, 2000). Teknologi Neraca air lahan ini dapat

mengetahui kondisi agroklimatik terutama dinamika kadar air tanah pada lahan rawa lebak

sehingga dapat digunakan untuk perencanaan pola tanam secara umum. Dalam melakukan

analisis neraca air diperlukan data - data sebagai masukan dan keluaran serta prosedur

analisisnya sebagai berikut :

Data - data yang Diperlukan :

1. Data curah hujan (CH) sebagai masukan

2. Data evapotranspirasi potensial (ETP) sebagai keluaran

3.Data kadar air tanah (KAT) pada tingkat kapasitas lapang (KL) dan titik layu

permanen (TLP).

Pengelolaan air (atau sering disebut tata air) di lahan rawa bukan hanya dimaksudkan

untuk menghindari terjadinya banjir/genangan yang berlebihan di musim hujan tetapi juga

harus dimaksudkan untuk menghindari kekeringan di musim kemarau. Hal ini penting di

samping untuk memperpanjang musim tanam, juga untuk menghindari bahaya kekeringan

lahan sulfat masam dan lahan gambut. Pengelolaan air yang hanya semata-mata

mengendalikan genangan di musim hujan dengan membuat saluran drainase saja akan

menyebabkan kekeringan di musim kemarau. Tata air yang digunakan untuk pengelolaan air

rawa lebak antara lain :

Page 5: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

A. Tata Air Makro

Tata air makro adalah pengelolaan air dalam suatu kawasan yang luas dengan cara

membuat jaringan reklamasi sehingga keberadaan air bisa dikendalikan. Bisa dikendalikan di

sini berarti di musim hujan lahan tidak kebanjiran dan di musim kemarau tidak kekeringan.

Karena kawasannya yang luas, maka pembangunan dan pemeliharaannya tidak dilaksanakan

secara perorangan melainkan oleh pemerintah, badan usaha swasta, atau oleh masyarakat

secara kolektif. Bangunan-bangunan yang umumnya ada dalam suatu kawasan reklamasi

adalah tanggul penangkis banjir, saluran intersepsi, retarder, saluran drainase, dan saluran

irigasi. Kegiatan pembangunan sarana tersebut sering disebut sebagai reklamasi.

Tanggul penangkis banjir

Drainase saja sering tidak mampu mengatasi meluapnya air di musim hujan terutama pada

rawa lebak. Oleh sebab itu, sering dibuat tanggul di sepanjang saluran. Tanggul ini sering

pula dimanfaatkan sebagai sarana jalan darat, terutama di musim kemarau.

Waduk retarder

Waduk retarder atau sering disebut chek dam atau waduk umumnya dibuat di lahan rawa

lebak atau lebak peralihan. Fungsi bangunan ini untuk menampung air di musim hujan,

mengendalikan banjir, dan menyimpannya untuk disalurkan di musim kamarau.

Saluran intersepsi

Saluran intersepsi dibuat untuk menampung aliran permukaan dari lahan kering di atas lahan

rawa. Letaknya pada berbatasan antara lahan kering dan lahan rawa. Saluran ini sering dibuat

cukup panjang dan lebar sehingga menyerupai waduk panjang. Kelebihannya air disalurkan

melalui bagian hilir ke sungai sebagai air irigasi.

Saluran drainase dan irigasi

Saluran drainase dibuat guna menampung dan menyalurkan air yang berlebihan dalam suatu

kawasan ke luar lokasi. Sebaliknya, saluran irigasi dibuat untuk menyalurkan air dari luar

lokasi ke suatu kawasan untuk menjaga kelembaban tanah atau

mencuci senyawa-senyawa beracun. Oleh sebab itu, pembuatan saluran drainase harus

dibarengi dengan pembuatan saluran irigasi. Dalam sistem tata air makro, saluran drainase

dan irigasi biasanya dibedakan atas saluran primer, sekunder, dan tersier.

Saluran primer merupakan saluran terbesar yang menghubungkan sumber air atau sungai

dengan saluran sekunder. Saluran ini secara tradisional sering pula disebut sebagai handil

Saluran sekunder merupakan cabang saluran primer dan menghubungkannya dengan saluran

tersier. Sedangkan saluran tersier merupakan cabang saluran sekunder dan

menghubungkannya dengan saluran yang lebih kecil yang terdapat dalam sistem tata air

Page 6: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

mikro. Dengan demikian, saluran tersier merupakan penghubung tata air makro dengan tata

air mikro.

Air di saluran drainase umumnya berkualitas kurang baik karena mengandung

senyawa-senyawa beracun. Oleh sebab itu, saluran drainase dan irigasi sebaiknya diletakkan

secara terpisah, supaya air irigasi yang berkualitas baik tidak bercampur dengan air drainase.

Air irigasi bisa berasal dari sungai, waduk, atau tandon-tandon air lainnya. Letak saluran

irigasi biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan saluran drainase. Untuk dapat melakukan

pengaturan secara baik, setiap ujung saluran diberi pintu pengatur air yang bisa dibuka dan

ditutup setiap saat dikehendaki. Namun demikian, kondisi ini sering terkendala karena

saluran juga digunakan untuk sarana transportasi. Bila ini terjadi, minimal pada ujung saluran

sekunder, pintu air harus berfungsi. Pintu air drainase biasanya dibuka di musim hujan dan

ditutup di musim kemarau kecuali bila air berlebihan. Pintu saluran irigasi, dibuka dan

ditutup sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi air di lahan.

Kelemahan sistem drainase dan irigasi ini adalah:

1. Senyawa-senyawa beracun hasil pencucian lahan tidak dapat terdrainase secara tuntas

tetapi bercampur dengan air bersih dan menyebar ke lahan lain;

2. Pada musim kemarau, air pasang tidak bisa sampai ke lahan sehingga lahan mengalami

kekeringan. Hal ini disamping akan membatasi musim tanam juga berbahaya bagi lahan

gambut dan sulfat masam.

B. Tata Air Mikro

Tata air mikro ialah pengelolaan air pada skala petani. Dalam hal ini, pengelolaan air

dimulai dari pengelolaan saluran tersier serta pembangunan dan pengaturan saluran kuarter

dan saluran lain yang lebih kecil. Saluran tersier umumnya dibangun oleh pemerintah tetapi

pengelolaannya diserahkan kepada petani.

Tata air pada saluran tersier dan kuarter

Saluran kuarter merupakan cabang saluran tersier dan berhubungan langsung dengan

lahan. Jika jarak antara saluran tersier dengan lahan cukup jauh, saluran tersier tidak langsung

berhubungan dengan saluran kuarter. Kedua saluran tersebut dihubungkan oleh yang sering

disebut sebagai saluran kuinter.

Saluran kuarter dibuat tegak lurus saluran tersier. Saluran ini sering pula dijadikan

sebagai batas kepemilikan lahan bila luas kepemilikan lahan terbatas (1-3 ha/orang). Cara

membuat saluran ini sebagai berikut:

Page 7: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

a. Saluran drainase dan irigasi dibuat berseling. Dengan demikian, setiap kapling lahan

berhubungan dengan saluran irigasi dan saluran drainase.

b. Saluran irigasi dibuat pada sepanjang batas kepemilikan lahan dengan membuat tanggul

pada sisi kanan-kiri saluran. Tanah tanggul berasal dari lahan dan bukan dari galian saluran.

Dengan demikian, ketinggian dasar saluran minimal sama dengan ketinggian lahan, agar air

irigasi dapat masuk ke lahan. Ujung hulu saluran irigasi dipasang pintu stop log.

c. Saluran drainase kuarter dibuat dengan cara menggali tanah selebar 0,5 - 0,6 m sedalam 0,4

- 0,6 m di sepanjang batas kapling lahan pada sisi lain saluran irigasi. Hasil galiannya

ditimbun di kanan-kiri saluran sebagai pematang/tanggul. Ujung muara (hilir) saluran

dipasang pintu stoplog.

C. Sistem Caren, Surjan, dan Kemalir

Pada lahan yang ditata dengan sistem caren dan surjan, saluran drainase intensif

dibuat setelah selesai pembuatan caren dan surjan. Pada lahan yang ditata dengan sistem

sawah dan tegalan, pembuatan saluran setelah pengolahan tanah. Saluran kolektor dibuat

mengelilingi lahan dan tegak lurus saluran kuarter pada setiap jarak 25-30 m. Ukuran saluran

kolektor 40 x 40 cm dengan kedalaman 5-10 cm lebih dangkal dari pada saluran kuarter.

Saluran kolektor yang berhubungan dengan saluran irigasi diberi pintu pada bagian hulu.

Saluran kolektor yang berhubungan dengan saluran drainase diberi pintu pada bagian hilir.

Pintu cukup dibuat dengan cara menggali tanggul, dan dapat ditutup sewaktu diperlukan

dengan menimbunnya kembali.

Saluran cacing atau kemalir dibuat tegak lurus saluran kolektor. Saluran ini dibuat

setiap jarak 6-10 m dengan ukuran lebar 30 cm dan dalam 25-30 cm.

Sistem surjan adalah sistem penanaman yang dicirikan dengan perbedaan tinggi permukaan

bidang tanam pada suatu luasan lahan. Dengan perbedaan tinggi, bidang yang tinggi dapat

ditanami sayur, buah, rumput, atau palawija lainnya, sedangkan bidang yang rendah dapat

ditanami dengan padi.

Page 8: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

SOAL PILIHAN GANDA

1. Wilayah yang mempunyai tinggi genangan 25-50 cm dengan lama genangan minimal 3

bulan dalam setahun disebut...

a. Lebak dangkal

b. Lebak tengahan

c. Lebak dalam

d. Lebak sangat dalam

2. Rawa non pasang surut disebut juga....

a. Rawa lebak

b. Rawa gambut

c. Rawa pasang surut

d. Rawa dalam

3. Wilayah yang mempunyai tinggi genangan 50-100 cm dengan lama genangan minimal 3-6

bulan dalam setahun disebut...

a. Lebak dangkal

b. Lebak tengahan

c. Lebak dalam

d. Lebak sangat dalam

4. Pengelolaan air pada skala petani disebut...

a. Tata air mikro

b. Tata air sistem garpu

c. Tata air mikro

d. Tata air sistem anjir

5. Pengelolaan air dalam suatu kawasan yang luas dengan cara membuat jaringan reklamasi

sehingga keberadaan air bisa dikendalikan disebut...

a. Tata air makro

b. Tata air mikro

c. Sistem garpu

d. Sistem kanal

6. Waduk retarder sering disebut dengan...

a. Chek dam

b. Saluran intersepsi

c. Saluran kanal

d. Saluran drainase

Page 9: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

7. Dalam melakukan analisis neraca air diperlukan data - data sebagai masukan dan keluaran

serta prosedur analisisnya sebagai berikut, Kecuali....

a. Data curah hujan

b. Data Evapotranspirasi potensial

c. Data kadar air tanah

d. Data infiltrasi

8. Saluran yang dibuat guna menampung dan menyalurkan air yang berlebihan dalam suatu

kawasan ke luar lokasi, disebut...

a. Saluran retarder

b. Saluran drainase

c. Saluran Intersepsi

d. Saluran Infiltasi

9. Saluran yang dibuat untuk menampung aliran permukaan dari lahan kering di atas lahan

rawa, disebut…

a. Saluran intersepsi

b. Waduk retarder

c. Saluran irigasi

d. Saluran drainase

10.Pada musim kemarau, air pasang tidak bisa sampai ke lahan sehingga lahan mengalami

kekeringan.

a. Kelemahan saluran intersepsi

b. Kelemahan saluran irigasi dan drainase

c. Kelemahan waduk retarder

d. Kelemahan saluran kanal

SOAL BENAR/ SALAH

1. Keberadaan air di bumi mengikuti suatu sistem dinamik. Fase selalu berubah yaitu:

padat, cair dan gas. (Benar/ Salah)

Jawab : Benar

2. Tata air mikro adalah pengelolaan air dalam suatu kawasan yang luas dengan cara

membuat jaringan reklamasi sehingga keberadaan air bisa dikendalikan. (Benar/

Salah)

Jawab : Salah

Page 10: Resume Pengelolaan Air Pada Lahan Rawa Lebak

3. Pada musim kemarau, air pasang tidak bisa sampai ke lahan sehingga lahan

mengalami kekeringan. (Benar/ Salah)

Jawab : Benar

4. Saluran cacing atau kemalir dibuat tegak lurus saluran kolektor. (Benar/ Salah)

Jawab : Benar

5. Saluran ini dibuat setiap jarak 5-10 m dengan ukuran lebar 30 cm dan dalam 25-30

cm. (Benar/ Salah)

Jawab : Salah

6. Saluran drainase kuarter dibuat dengan cara menggali tanah selebar 0,5 - 0,6 m

sedalam 0,4 - 0,6 m (Benar/ Salah)

Jawab : Benar

7. Waduk retarder atau sering disebut chek dam atau waduk umumnya dibuat di lahan

rawa lebak atau lebak peralihan. (Benar/ Salah)

Jawab : Benar

8. Ukuran saluran kolektor 60 x 60 cm dengan kedalaman 5-10 cm (Benar/ Salah)

Jawab : Salah

9. Senyawa-senyawa beracun hasil pencucian lahan dapat terdrainase secara tuntas

(Benar/ Salah)

Jawab : Salah

10. Pintu air drainase biasanya dibuka di musim hujan dan ditutup di musim kemarau

(Benar/ Salah)

Jawab : Benar