restorasi riparian di wilayah perkotaan studi kasus jakarta

5
ANNA FARIDA Tugas 1 Ekohidrolika F451140081 Bapak Yanuar Restorasi Riparian Di Wilayah Perkotaan Studi kasus jakarta Pendahuluan Secara fisik daratan DKI Jakarta seluas 65.500 ha, dilintasi oleh 13 aliran sungai (± 295,0 kilometer), dengan luas bantaran sungai efektif 1.384,21 ha, dan merupakan bagian hilir dari beberapa DAS di bagian hulunya (± 780.000 ha). Fenomena genangan dan atau banjir di wilayah DKI Jakarta, semakin diperburuk dengan meningkatnya luas bangunan beton dan aspal ± 18.798,5 ha: hingga menyebabkan tingginya laju limpasan air hujan (84,12%), dan besaran laju erosi pada wilayah kikisan ± 82,7 ton/ha/tahun. Akumulai hasil sedimentasi, serta meningkatnya peman-faatan air tanah dangkal, dan penerapan teknologi pancang bangunan tinggi, secara alamiah menyebabkan terganggunya sirkulasi dan sistem tata air tanah (hidrologis), hingga menyusupnya (intrusi) air laut yang kini telah mencapai 11,3% dari luas daratan DKI Jakarta (Waryono 2008). Bantaran sungai merupakan kawasan penyangga daerah pengelolaan air yang berfungsi sebagai tanggul sungai, berada pada kanan dan kiri badan sungai. Bantaran sungai merupakan jalur koridor hijau alur badan sungai yang memberikan jasa ekologi sebagai penyaring air limpasan, penahan nutrien dan sedimen, juga merupakan habitat bagi kehidupan satwa liar seperti mamalia terbang, binatang melata, reptil, burung, dan beberapa jenis satwa lainnya. Kerusakan ekosistem bantaran sungai menyebabkan peranan fungsinya menjadi terganggu. Seperti halnya hutan, komunitas vegetasi riparian secara teoritis berfungsi sebagai pusat terjadinya keanekaragaman genetik, dan tempat berlangsungnya evolusi secara alamiah (Waryono 2008). Oleh sebab itu perlu dilakukan restorasi riparian diwilayah perkotaan terutama jakarta untuk memperbaiki sistem hidrologi, mengatasi banjir dan mengatasi kerusakan ekosistem riparian. Restorasi lahan basah Riparian Lahan basah riparian adalah kawasan yang berada di sepanjang pinggiran sungai dan terpengaruh langsung oleh

Upload: anna-farida

Post on 16-Feb-2016

35 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Restorasi Riparian Di Wilayah Perkotaan Studi Kasus Jakarta

ANNA FARIDA Tugas 1 EkohidrolikaF451140081 Bapak Yanuar

Restorasi Riparian Di Wilayah PerkotaanStudi kasus jakarta

Pendahuluan Secara fisik daratan DKI Jakarta seluas 65.500 ha, dilintasi oleh 13 aliran sungai (±

295,0 kilometer), dengan luas bantaran sungai efektif 1.384,21 ha, dan merupakan bagian hilir dari beberapa DAS di bagian hulunya (± 780.000 ha). Fenomena genangan dan atau banjir di wilayah DKI Jakarta, semakin diperburuk dengan meningkatnya luas bangunan beton dan aspal ± 18.798,5 ha: hingga menyebabkan tingginya laju limpasan air hujan (84,12%), dan besaran laju erosi pada wilayah kikisan ± 82,7 ton/ha/tahun. Akumulai hasil sedimentasi, serta meningkatnya peman-faatan air tanah dangkal, dan penerapan teknologi pancang bangunan tinggi, secara alamiah menyebabkan terganggunya sirkulasi dan sistem tata air tanah (hidrologis), hingga menyusupnya (intrusi) air laut yang kini telah mencapai 11,3% dari luas daratan DKI Jakarta (Waryono 2008).

Bantaran sungai merupakan kawasan penyangga daerah pengelolaan air yang berfungsi sebagai tanggul sungai, berada pada kanan dan kiri badan sungai. Bantaran sungai merupakan jalur koridor hijau alur badan sungai yang memberikan jasa ekologi sebagai penyaring air limpasan, penahan nutrien dan sedimen, juga merupakan habitat bagi kehidupan satwa liar seperti mamalia terbang, binatang melata, reptil, burung, dan beberapa jenis satwa lainnya. Kerusakan ekosistem bantaran sungai menyebabkan peranan fungsinya menjadi terganggu. Seperti halnya hutan, komunitas vegetasi riparian secara teoritis berfungsi sebagai pusat terjadinya keanekaragaman genetik, dan tempat berlangsungnya evolusi secara alamiah (Waryono 2008). Oleh sebab itu perlu dilakukan restorasi riparian diwilayah perkotaan terutama jakarta untuk memperbaiki sistem hidrologi, mengatasi banjir dan mengatasi kerusakan ekosistem riparian.Restorasi lahan basah Riparian Lahan basah riparian adalah kawasan yang berada di sepanjang pinggiran sungai dan terpengaruh langsung oleh pasang surut perairan sungai. Sebagai area peralihan, kawasan ini menjaga keseimbangan ekosistem darat dan sungai. Ekosistem riparian adalah ekosistem lahan basah dengan level air yang tinggi karena berhubungan langsung dengan ekosistem perairan, biasanya aliran (stream) atau sungai. Salah satu cara merestorasi lahan basah riparian adalah dengan menyediakan zona penyangga riparian (Oktarini 2014).

Page 2: Restorasi Riparian Di Wilayah Perkotaan Studi Kasus Jakarta

ANNA FARIDA Tugas 1 EkohidrolikaF451140081 Bapak Yanuar

Zona Penyangga Riparian Zona penyangga riparian merupakan elemen penting dari daerah aliran sungai,

terutama karena perlindungannya terhadap kualitas air permukaan dan air tanah dari dampak penggunaan lahan oleh manusia. Zona Penyangga bervegetasi adalah ekosistem kompleks yang menyediakan makanan dan habitat bagi spesies tanaman dan hewan yang unik, dan sangat penting untuk mitigasi dan pengendalian pencemaran sumber Nonpoint. Bahkan, penghapusan vegetasi arus sungai, terutama untuk tujuan pembangunan, telah mendegradasi air dan mengurangi nilai kualitas dan kuantitas air untuk konsumsi manusia, rekreasi, dan industri.

Pemeliharaan Zona Penyangga riparian dalam kondisi alami merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk melindungi kualitas air, hidrologi, spesies unik dan komunitas alami, dan fungsi ekosistem DAS . Sedimentasi meningkatkan kekeruhan dan memberikan kontribusi untuk pendangkalan yang cepat dari badan air dan berdampak negatif terhadap kualitas air. Peningkatan beban sedimen juga memepersempit lebar saluran dan memberikan substrat untuk kolonisasi spesies tanaman air invasif.

Vegetasi zona penyangga riparian dapat menurunkan dampak erosi selama banjir. Tanaman penyangga dapat memperlambat sedimen dan menyimpan atau menyerap 50 sampai 100% dari sedimen serta nutrisi dan polutan yang melekat padanya. Selain itu, tanaman pada zona penyangga riparian bertindak sebagai sink (mencuci), menyerap dan menyimpan kelebihan air, nutrisi, dan polutan lain yang akan mengalir ke sungai dan mengurangi kualitas air.(hawes 2005). Vegetasi riparian memiliki peran penting sebagai sumber masukan material organik dari luar sistem perairan (allochthonous) seperti serangga yang merupakan sumber pakan beberapa jenis ikan endemik di perairan ini dan serasah yang dapat berperan sebagai substrat atau sumber pakan bagi detrivora, terutama organisme bentik (ikan, udang, kepiting dan moluska) (Nasution 2011).Pendekatan Ekosistem pada Pembangunan Riparian Perkotaan

Untuk menjaga keberadaan ekosistem, dibutuhkan pembangunan urban dengan pendekatan ekosistem yang menekankan keberlanjutan lingkungan sebagai batasan aktivitas manusia. Pendekatan pembangunan ini memerlukan identifikasi tarik menarik antara pembangunan dan kelestarian ekosistem dengan mempertimbangkan indikator perubahan ekosistem, baik yang berjangka waktu pendek ataupun efek kumulatifnya di masa depan. Pembangunan harus lebih fleksibel, adaptif dan mampu mengatasi sifat lahan basah yang sangat kompleks. Ekosistem dan semua komponen dari sistemnya harus direncanakan secara menyeluruh baik fisik, kimia, biologi, dan kesejahteraan manusianya, karena semua komponen ini saling tergantung dan mempengaruhi. Kerusakan pada satu komponen akan berpengaruh pada komponen lainnya. Dengan demikian, pertimbangan menyangkut penggunaan air, lahan, udara, dan sumber daya alam harus seimbang dengan isu-isu kegiatan manusia dan pembangunan ekonomi agar terbentuk sistem sosio-fisik berkelanjutan secara ekologis (Oktariani 2014).

Pembangunan spasial kota yang berkembang saat ini belum mengintegrasikan dan memadukan pelestarian situs alam hidrologi dan keseimbangan airnya dengan komponen desain perkotaan (Woltjer & Al, 2007). Pembahasan pelestarian alam hidrologi dan ekologi cenderung lebih ditekankan pada konservasi lahan basah tanpa lebih jauh membahas mengenai teknik pembaurannya pada komponen desain kota.

Page 3: Restorasi Riparian Di Wilayah Perkotaan Studi Kasus Jakarta

ANNA FARIDA Tugas 1 EkohidrolikaF451140081 Bapak Yanuar

Mencermati atas uraian di atas, untuk itu penanganan bantaran sungai di DKI Jakarta, pada hakekatnya telah didukung oleh Kepres 32 tahun 1990 dan Undang-undang No. 22 tahun 1998, tentang Penataan Ruang Wilayah. Pengalokasian setiap bidang tanah dalam penataan ruang wilayah perkotaan didasarkan atas penetapan Perda No. 6 DKI Jakarta tahun 1999, tentang RTRW tahun 2010. Implementasi penataan ruang ini pada hakekatnya merupakan langkah awal penanganan, sebagai pemacu program pembenahan dan perbaikan lingkungan hidup perkotaan. Pembangunan kawasan hijau di DKI Jakarta, secara tegas ditekankan sebagai upaya dasar implementasi pemulihan suatu kawasan berdasarkan peranan fungsinya, seperti tertuang pada Renstrada 2002; dimana bantaran sungai di seluruh wilayah DKI Jakarta, merupakan sasaran utamanya. Pelaksanaan program untuk pengembalian peranan fungsi atas keberadaan bantaran sungai seperti kondisi sediakala telah dirancang.

Langkah awal yang harus ditempuh dalam merumuskan implementasi pengelolaan kawasan konservasi bantaran sungai, menetapkan unit-unit perencanaan yang rasional dan mampu mengakomodasikan pemulihan peranan fungsi jasa ekosistemnya melalui: (a) pemberdayaan habitat vegetasi riparian, (b) kajian dasar atas peranan fungsi jasa biologis, hidrologis dan ekologisnya; (c) serta mengkaji secara mendalam terhadap nilai kualitas kawasan konservasi, termasuk kajian potensi baku habitat dan kesesuaian jenisnya; sebagai dasar acuan dalam penyusunan rancangan model restorasi ekologi bantaran sungai (Waryono 2008).Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulakan bahwa permasalahan genangan air, banjir dan sedimentasi yang mengurangi nilai kualitas dan kuantitas air di jakarta harus diatasi dengan melakukan restorasi riparian untuk wilayah perkotaan. Restorasi ini berfungsi untuk memperbaiki sistem hidrologi, mengatasi banjir, memeperbaiki nilai kualitas dan kuantitas air serta mengatasi kerusakan ekosistem riparian. Salah satu langkah yang harus dilakukan adalah dengan melakukan restorasi lahan basah riparian dengan menyediakan zona penyangga riparian dan melakuan pendekatan pada pembangunan riparian perkotaan.

Daftar PustakaHawes E, Smith M. 2005. Riparian Buffer Zones: Functions and Recommended Widths. Yale

School of Forestry and Environmental Studies For the Eightmile River Wild and Scenic Study Committee.

Nasution SH, Sulastri, Tarigan T, Hartoto DI, Aisyah S. 2011. Vegetasi Riparian Dan Keterkaitannya Dengan Sumber Daya Perairan Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Prosiding Simposium Nasional Ekohidrologi.

Oktarini MF, Triyadi S. 2014. Kriteria Pengembangan Pembangunan di Lahan Basah Riparian dengan Pendekatan Ekosistem. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014.

Ramsar. 2013. Ramsar Convention Manual: a Guide to the Convention on Wetlands (Ramsar, Iran, 1971), 6th ed. Gland, Switzerland: Ramsar Convention Secretariat.

Waryono Tarsoen. 2008. Konsepsi Restorasi Ekologi Kawasan Penyangga Sempadan Sungai Di Dki Jakarta. Kumpulan Makalah Periode 1987-2008.