resensi buku - sumpah saripah - rieke menggugat indonesia
TRANSCRIPT
5/11/2018 Resensi Buku - Sumpah Saripah - Rieke Menggugat Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/resensi-buku-sumpah-saripah-rieke-menggugat-indonesia
Rieke Menggugat Indonesia
Judul : Sumpah Saripah
Penulis : Rieke Diah Pitaloka
Penerbit : Koekoesan, Jakarta
Tebal : vi + 99 halaman
Terbit : Pertama, Maret 2011
Eksistensi manusia tak boleh dikebiri oleh peran yang sedangdimainkan. Jika suatu saat ada peran lain yang harus dimainkan,
seseorang harus bisa menyesuaikan diri. Pernyataan Anies Baswedan
ini sejalan dengan pelbagai tragedi yang dituturkan Rieke Diah Pitaloka
dalam buku kumpulan sajak ini.
Kumpulan sajak Sumpah Saripah ini bermaterikan sembilan
belas aforisme kehidupan. Nafasnya jelas; kegelisahan akan hidup.
Sajak-sajak dalam buku ini menyiratkan emosi, sehingga
memunculkan atensi, dan pada akhirnya membutuhkan solusi.
Sajak-sajak Rieke adalah buah goresan kegelisahannya atas
Indonesia. Carut marut negeri ini menggurita hingga kedalaman tanah
subur negeri ini. Sajak Good Boy Good Boy, Londo Ireng, dan Jerat
merekam kegetiran anak negeri yang menyadari inferioritas negerinya
di mata negara lain. Aset-aset negeri banyak yang menjadi milik
swasta. Petinggi negeri menjelma anjing piaraan God-Father asing
dalam mengambil kebijakan. Pada akhirnya, bisnis-bisnis berjalan
mulus memiskinkan bangsa.
Di sajak Perempuan dan Serigala Rieke merekam jejak
pendiskreditan terhadap perempuan. Seolah, menjadi dan terlahir
sebagai perempuan adalah kesalahan besar. Begitu kejamnya negeri
ini kepada perempuan. Pakaian pamer leher, bekerja pada shift
malam, rambut tergerai bak mutiara hitam, mata teduh nan indah,
bahkan suara merdu tanpa rupa pun, jika itu berasal dari perempuan,
semuanya bisa berbuntut neraka bagi mereka. Sebuah kritik atas ironi
5/11/2018 Resensi Buku - Sumpah Saripah - Rieke Menggugat Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/resensi-buku-sumpah-saripah-rieke-menggugat-indonesia
peraturan daerah syari’ah.
Oleh Rieke, pembaca seolah dituntun belajar meratapi nasib
perempuan negeri ini. Bahwa mereka belum sepenuhnya
termerdekakan dalam kawalan LSM, kuota kursi di Senayan, mata
kuliah Gender di bangku kuliah, bahkan Kementrian PemberdayaanPerempuan sekalipun masih belum cukup mengawal wacana itu agar
lebih familiar.
Pembaca juga diajak merenungi sepenggal kisah para pejuang
kemerdekaan dalam sajak Karawang, dan ketegaran perempuan yang
tersengsarakan keadaan dalam Hio Merah. Saat pagi datang/
perempuan itu goreskan/ lembar-lembar pelajaran hargai derita/
penindasan bukan dalih cengeng! Sajak ini bercerita bahwa negeri ini
pernah memiliki tinta emas perjuangan. Pluralisme dalam
penggodokan Pancasila, penghormatan terhadap panglima perang
perempuan; Cut Nyak Dien, dan Keumalahayati, dan semangat
persatuan Proklamasi 1945 adalah harga mati untuk direnungkan.
Dalam banyaknya kekecewaan, Rieke tetap memberi ruang
harapan bagi terwujudnya janji-janji nyata kemerdekaan di negeri ini.
Seperti terekam dalam sajak Rencong dan Bedil. Kupu kecil…/
terbanglah/ biar kami di sini jahit puing sisa puting beliung/ biar kami
di sini sulam tilam sisa amuk dendam.
Di bulan kemerdekaan ini, membaca sajak-sajak bernada
gugatan ini memberikan efek tegang sekaligus mengingat lupa.
Bahwa, setelah puluhan tahun menggapai merdeka, Indonesia harus
terus dibaca sebagai negara yang sedang menuju proses. Dengan
begitu, kita akan tetap sadar: banyak hal di Indonesia yang mesti
disuarakan. Seperti halnya yang dilakukan Rieke ini.
AHMADI FATHURROHMAN DARDIRI
Penggiat sastra dan budaya Pesanggrahan Kalamende, Semarang
CP: 0857 4070 2060
5/11/2018 Resensi Buku - Sumpah Saripah - Rieke Menggugat Indonesia - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/resensi-buku-sumpah-saripah-rieke-menggugat-indonesia
No Rekening: 2-056-01698-1, atas nama Ahmadi Fathurrohman Dardiri
(Bank BPD Jateng)