repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2405/4/skripsi deny irmawati... · web...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
HUBUNGAN STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIAPADA REMAJA USIA 13-15 TAHUN
Di SMP PGRI 1 PERAK JOMBANG
Deny Irmawati153210009
DENY IRMAWATI153210009
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”JOMBANG
2019
HUBUNGAN STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIA
PADA REMAJA USIA 13-15 TAHUN
Di SMP PGRI 1 Perak Jombang
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan program S1
Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang
DENY IRMAWATI
153210009
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKAJOMBANG
2019
ii
iii
iv
v
vi
vii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat serta
hidayah-Nya yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi hingga selesai sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terlibat di
dalam penyusunan. Skripsi ini ku persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua saya, Bapak Hadi Prayitno dan Ibu Sringatin yang senantiasa
memberikan doa terbaiknya untuk saya, memberikan dukungan, motivasi
yang menjadikan semangat dan kekuatan didalam setiap perjalanan saya.
2. Untuk adik perempuan saya Dwi Agustina dan kakek saya yang senantiasa
memberikan doa-doa terbaiknya dan memberikan semangat pada saya.
3. Kedua dosen pembimbing saya Bapak H. Imam Fatoni, SKM., MM dan Ibu
Anita Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep yang telah membimbing saya dengan
sabar dan telaten dalam memberikan pengarahan penyusunan skripsi yang
mana semua ilmu yang diberikan sangat bermanfaat.
4. Seluruh dosen dan staf Prodi S1 Keperawatan terima kasih atas segala ilmu
dan nasehat yang diberikan kepada saya.
5. Teman-teman seperjuangan angkatan 2015, terutama kelas 8A, terima kasih
atas dukungan, serta semangatnya dan meskipun kita berbeda pembimbing
namun tetap saling mendukung dan menyemangati.
6. Keluarga besar SMP PGRI 1 Perak Jombang yang membantu saya dalam
penelitian dan memberi kemudahan dalam ini penelitian.
viii
ABSTRACT
RELATIONSHIP OF STRESS WITH THE INCIDENCE OFINSOMNIA IN ADOLESCENTS AGED 13-15 YEARS
(INSMP PGRI 1 PERAK JOMBANG)
Oleh :
DENY IRMAWATI
Stress is an unpleasant condition where people see demands in situations as a burden outside their limits to fulfill these demands. Insomnia is a sleep disorder in which a person is difficult to start or maintain sleep. The purpose of this study was to analyze the relationship between stress and the incidence of insomnia in adolescents aged 13-15 years.
The research design used was correlational with the type of research using observational analytic methods using a cross sectional approach. the population in this study were all students of class VII and VIII in SMP PGRI 1 Perak with 61 students, with a sample of 53 students with sampling using a simple random sampling cluster technique. The research instrument used DASS 42 (Depression, Anxiety, and Stress Scale) and an insomnia questionnaire using KSPBJ-IRS (Jakarta Insomnia Rating Scale). Processing using the rank spearmen test.
The research results obtained were respondents who experienced mild stress levels as many as 26 respondents (49.1%) and respondents who experienced mild insomnia were 31 respondents (58.5%). The results of this study indicate that the value of ρ ≤ α (0.03 ≤0.05) means that H1 is accepted and H0 is rejected. The conclusion of this study is that there is a relationship between stress and the incidence of insomnia in adolescents aged 13-15 years in SMP PGRI 1 Perak Jombang.
Keywords: Stress, Insomnia, and Adolescence
ix
ABSTRAK
HUBUNGAN STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIAPADA REMAJAUSIA 13-15 TAHUN (DI SMP PGRI 1 PERAK JOMBANG)
Oleh :
DENY IRMAWATI
Stress adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam situasi sebagai beban diluar batas kemanpuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut. Insomnia adalah gangguan tidur dimana seseorang sulit untuk memulai atau mempertahankan tidurnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara stress dengan kejadian insomnia pada remaja usia 13-15 tahun.
Desain penelitian yang digunakan yaitu korelasional dengan jenis penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII dan VIII di SMP PGRI 1 Perak sejumlah 61 siswa, dengan jumlah sampel sebesar 53 siswa dengan pengambilan sampel menggunakan teknik cluster simpel random sampling. Instrumen penelitian menggunakan DASS 42 (Depression, Anxiety, and Stress Scale) dan kuesioner insomnia menggunakan KSPBJ-IRS (Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta Insomnia Rating Scale). Pengolahan data menggunakan uji spearmen rank test.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah responden yang mengalami tingkat stress ringan sebanyak 26 responden (49,1%) dan responden yang mengalami insomnia ringan sebanyak 31 responden (58,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai ρ ≤ α (0,03 ≤ 0,05) hal ini berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara stress dengan kejadian insomnia pada remaja usia 13-15 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
Kata kunci : Stress, Insomnia, dan Remaja
x
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR………………………………………………………………...i
SAMPUL DALAM……………………………………………………………...ii
PERNYATAAN KEASLIAN………………………………………………….iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI………………………………………....iv
LEMBAR PERSETUJUAN….………………………………………………...v
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………….vi
LEMBAR PERSEMBAHAN………………………………………………….vii
SURAT PERNYATAAN……………………………………………………...viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..ix
ABSTRAK……………………………………………………………………….x
DAFTAR ISI……………………………………………………………………xii
DAFTAR TABEL……………………………………..……………………….xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………..……...……xvi
DAFTAR LAMBANG……………………………………………...……......xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................3
1.4 Manfaat penelitian.....................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja..........................................................................................5
2.2 Konsep Insomnia.....................................................................................10
2.3 Konsep Stres............................................................................................23
xi
2.4 Hubungan Stres dengan Kejadian Insomnia pada Remaja Usia 13-14
Tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang...................................................34
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual...............................................................................37
3.2 Hipotesis..................................................................................................38
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian........................................................................................39
4.2 Desain Penelitian.....................................................................................39
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian..................................................................40
4.4 Populasi, Sampel dan Sampling...............................................................40
4.5 Kerangka Kerja………………………………………………………….44
4.6 Identifikasi Variabel................................................................................45
4.7 Definisi Operasional................................................................................45
4.8 Pengumpulan dan Analisa Data...............................................................47
4.9 Etika Penelitian........................................................................................53
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian…………………………………………………………55
5.2 Pembahasan……………………………………………………………..59
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan……………………………………………………………..64
6.2 Saran……………………………………………………………………64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Hubungan Stress dengan Kejadian
Insomnia pada Remaja Usia 13-14 Tahun……………………….....46
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di SMP PGRI 1
Perak Jombang pada tahun 2019…………………………………...55
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di SMP
PGRI 1 Perak Jombang pada tahun 2019…………………………..56
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat stress siswa di
SMP PGRI 1 Perak Jombang pada tahun 2019…………………….56
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian insomnia di
SMP PGRI 1 Perak Jombang pada tahun 2019…………………….57
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tabel silang hubungan stress dengan kejadian
insomnia pada remaja di SMP PGRI 1 Perak Jombang pada tahun
2019………………………………………………………………...57
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Stress dengan Kejadian
Insomnia pada Remaja Usia 13-14 Tahun………………………...37
Gambar 4.4 Kerangka Kerja Hubungan Stress dengan Kejadian Insomnia
pada Remaja Usia 13-14 Tahun……………………………..…….44
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal penelitian.............................................................................66
Lampiran 2 Lembar pengecekan judul...............................................................67
Lampiran 3 Surat permohonan calon responden................................................68
Lampiran 4 Surat pernyataan bersedia menjadi responden................................69
Lampiran 5 Lembar kuesioner............................................................................70
Lampiran 6 Perijinan penelitian..........................................................................75
Lampiran 8 Tabulasi data umum.........................................................................77
Lampiran 9 Tabulasi data khusus kuesioner DASS.............................................79
Lampiran 10 Tabulasi data khusus kuesioner Insomnia Rating Scale.................81
Lampiran 11 Uji hasil SPSS 21...........................................................................83
Lampiran 12 Lembar konsultasi proposal dan skripsi.........................................90
Lampiran 13 Lembar kode etik...........................................................................95
Lampiran 14 Lembar Plagscan............................................................................96
xv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN
1. Daftar Lambang
1. H1/Ha : hipotesis alternatif
2. n : jumlah sampel
3. N : jumlah populasi
4. d : error level/tingkat kesalahan
5. Ni : jumlah populasi tiap kelas
6. ni : jumlah sampel tiap kelas
7. % : prosentase
8. 3p : three P-mode
9. ≤ : lebih kecil
10. ≥ : lebih besar
2. Daftar singkatan
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
ICME : Insan Cendekia Medika
BPS : Badan Pusat Statistik
SMP : Sekolah Menengah Pertama
MTS : Madrasah Tsanawiyah
DASS : Depression, Anciety, and Stress Scale
KSPBJI : Kelompok Studi Psikiatri Biologik Jakarta
IRS : Insomnia Rating Scale
TP : Tidak Pernah
JRG : Jarang
KDG : Kadang
SRG : Sering
ESQ : Emotional Spiritual Quotient
xvi
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dengan ditandai adanya
perubahan fisik, emosi, psikis. Pada masa ini remaja banyak mengalami
tuntutan seperti masalah akademik, sosial, masalah keluarga, peristiwa
traumatis, dan hubungan dengan lawan jenis, beban yang melebihi
kemampuan ini dapat diartikan sebagai stress (Ali, 2016). Menurut Lazarus
dan Folkman (2012), stress terjadi antara seseorang dengan lingkungan karena
tuntutan yang melebihi kemampuan dan membahayakan kesejahteraan.
Masalah psikologis yang terjadi pada seseorang dapat menyebabkan insomnia
(Rafknowlegde, 2004). Insomnia merupakan gangguan tidur, dimana
seseorang sulit untuk memulai tidur atau mempertahankan tidurnya (Ghaddafi,
2010). Insomnia dapat berpengaruh pada sistem saraf, yang menimbulkan
perubahan suasana kejiwaan, penderita menjadi lesu, lamban dalam
menanggapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi (Haristanadi, 2010).
Hasil survei Warwick Medical School 2016 dari Inggris terhadap Negara-
Negara di Afrika dan Asia diperoleh sekitar 150 juta orang dewasa termasuk
remaja mengalami gangguan tidur atau 20 %. Survei yang melibatkan 4.005
orang ditemukan 21,8% penduduk Taiwan memiliki masalah tidur akut.
Menurut BaPPeNas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) jumlah
remaja di Indonesia pada tahun 2018 adalah 22.878.700 (BaPPeNas, 2018),
1
2
sedangkan menurut Badan Pusat Statistik jumlah remaja di Jawa Timur
adalah 4.585.876 dari total seluruh penduduk Jawa Timur berdasarkan
kelompok usia (BPS, 2017).Jumlah siswa SMP PGRI 1 Perak Jombang mulai
dari kelas VII-IX pada tahun 2019 adalah 103 siswa. Peneliti melakukan
survei awal pada tanggal 28 Maret 2019 pukul 11.00 WIB dengan hasil survei
awal peneliti melakukan wawancara terhadap siswa siswi kelas VII-VIII
sejumlah 12 siswa. Peneliti tidak melakukan survei terhadap siswa siswi kelas
IX, dikarenakan siswa siswi kelas IX sedang menempuh ujian nasional. Dari 8
siswa mengatakan akhir-akhir ini mengalami susah tidur, dan 4 siswa sisanya
mengatakan tidur tepat waktu namun sering terbangun pada tengah malam.
Faktor penyebab remaja stress menurut Ali (2012) adalah bukan hanya
berasal dari dirinya sendiri, tetapi bisa saja karena tuntutan akademik dan
tuntutan sosial, sehingga kejadian tersebut menuntut remaja untuk berfikir
mencari jalan keluar dan dapat menyebabkan gangguan pada pola tidurnya.
Penelitian Robotham (2008) menyebutkan bahwa seseorang akan mengalami
dampak stress seperti sulit konsentrasi, mudah lupa, sakit kepala, depresi dan
berperilaku negatif. Menurut Zion & Izrael (dikutip dari Darmodjo, 2009)
mengatakan faktor penyebab insomnia yaitu faktor biologis, psikologis, dan
faktor lingkungan. Sementara Wulandari (2012) menyatakan gangguan tidur
akan berdampak pada proses belajar, contohnya penurunan motivasi belajar,
konsentrasi, kemampuan berfikir kritis, kemampuan menyelesaikan tugas, dan
berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman peneliti saat menjadi siswa di
SMP angkatan 2009 sering mengalami sulit tidur pada waktu malam hari,
3
karena adanya tuntutan seperti banyaknya tugas sekolah dan kewajiban
remaja saat berada di lingkungan rumah.
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini menurut
Callista Roy ialah dengan cara melakukan koping yang konstruktif, yaitu
dilakukannya teknik relaksasi dan teknik distraksi. Teknik relaksasi ini
bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otot-otot utama dan mengurangi
ketegangan pada otot, sedangkan teknik distraksi bertujuan untuk
mengalihkan perhatian individu terhadap masalah yang sedang menimpanya.
Peningkatan pengawasan orang tua juga dapat dilakukan dengan mengontrol
waktu begadang remaja dan memberikannya batasan waktu.Hal tersebut di
atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Stress dengan Kejadian Insomnia pada Remaja Usia 13-15 Tahun di SMP
PGRI 1 Perak Jombang “.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan stress dengan kejadian insomnia pada remaja
usia 13-15 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan stress dengan kejadian insomnia pada remaja
usia 13-15 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi hubunganstress pada remaja usia 13-15 tahun di
SMP PGRI 1 Perak Jombang.
2. Mengidentifikasi kejadian insomnia pada remaja usia 13-15 tahun di
SMP PGRI 1 Perak Jombang.
3. Menganalisis hubunganstressdengan kejadian insomnia pada remaja
usia 13-15 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu dalam bidang kesehatan
khususnya program studi S1 keperawatan serta dapat dijadikan referensi
untuk peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan stress dan insomnia
pada remaja.
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi
pihak sekolah dan orang tua mengenai cara mengatasi stress pada remaja.
Sebagai pengetahuan tambahan untuk memperluas wawasan tentang stress
dan kejadian insomnia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dengan ditandai adanya
perubahan fisik, emosi, psikis. Kata remaja dalam bahasa “teenager” yakni
individu dengan usia 13-19 tahun, sedangkan dalam bahasa Latin
“adolescene” artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kedewasaan
(Ali, 2016). Masa remaja merupakan masa peralihan dengan ditandai
adanya perubahan fisik, emosi, psikis. Menurut WHO remaja merupakan
individu yang berada pada masa peralihan dari kanak-kanak dan dewasa.
2.1.2 Batasan Usia Remaja
Tahapan remaja menurut Agustiani (2016) dibagi menjadi tiga,
yaitu ;
1. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Tahap ini individu mulai meninggalkan peran sebagai kanak-kanak
dan berusaha untuk mengembangkan diri menjadi pribadi yang unik
dan tidak lagi bergantung pada orang tua. Fokus pada tahap ini adalah
penerimaan pada bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas
yang kuat pada teman sebaya.
5
2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Tahap ini ditandai dengan mulai berkembangnya kemampuan untuk
berfikir hal baru. Peran teman sebaya masih penting, tetapi individu
sudah lebih mampu untuk mengendalikan diri sendiri. Pada tahap ini
juga remaja mulai mengembangkan kematangan perilaku. Mulai
belajar mengendalikan impulsivitas dan membuat keputusan-
keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vaksional yang ingin
dicapai, selain itu penerimaan pada lawan jenis menjadi hal penting
pada remaja.
3. Masa remaja akhir (19-20 tahun)
Tahap ini ditandai dengan persiapan akhir untuk memasuki peran-
peran menjadi orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha
memantapkan tujuan vaksional dan mengembangkan sense of
personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan
diterima oleh kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi
ciri pada tahap ini.
2.1.3 Ciri-ciri Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja menurut Wong et. al (2016) dapat diketahui
dari :
1. Perkembangan biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di
bawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat
menonjol terjadi pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada
penampakan serta perkembangan karateristik seks sekunder.
2. Perkembangan psikologis
Teori psikososial tradisional mengatakan bahwa krisis perkembangan
pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada tahap
remaja mereka mulai melihat dirinya sendiri sebagai individu lain.
3. Perkembangan kognitif
Berfikir kognitif akan mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir
abstrak. Remaja tidak lagi dibatasi oleh kenyataan dan aktual yang
merupakan ciri pada periode berpikir konkret. Remaja juga
memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
4. Perkembangan moral
Anak yang lebih mudah hanya bisa menerima keputusan atau sudut
pandang dari orang dewasa, sedangkan pada remaja, untuk
memperoleh autonomi dari orang dewasa mereka harus menggantikan
seperangkat moral dan nilai mereka sendiri.
5. Perkembangan spiritual
Remaja mampu memahami konsep abstrak dan meginterpretasikan
analogi dan simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi dan
berpikir secara logis.
6. Perkembangan sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan
diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas
yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja merupakan
masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman
dekat dan teman sebaya.
Ciri-ciri masa remaja menurut Gunawan (2011) adalah :
1. Masa paling penting
Dimana pada masa ini adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan
perilaku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode ini
lebih penting daripada periode lainnya. Baik akibat langsung maupun
jangka panjang serta pentingnya bagi remaja karena adanya akibat fisik
dan psikologis.
2. Masa transisi
Merupakan masa peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap
berikutnya. Maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan
membekas pada apa yang terjadi sekarang dan nanti dimasa depan.
3. Masa perubahan
Selama masa remaja, individu akan mengalami perubahan sikap dan
tingkah laku yang sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan
yang terjadi pada remaja sangat beragam, tetapi ada perubahan yang
sama yang dialami oleh semua remaja.
4. Emosi yang tinggi
Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompokan
sosial menimbulkan masalah baru. Perubahan nilai-nilai sebagai
konsekuensi dari perubahan minat dan pola perilaku. Bersikap
ambivalen terharap setiap perubahan. Remaja yang menghendaki dan
menuntut kebebasan, tetapi takut untuk bertanggung jawab dengan
resikonya dan meragukan kemampuannya untuk mengatasinya.
5. Masa bermasalah
Setiap periode memiliki masalah sendiri, masalah pada masa remaja
termasuk masalah yang sulit ditangani, baik pada anak laki-laki
maupun pada anak perempuan karena pada masa ini remaja ingin
mengatasi masalahnya sendiri, karena mereka sudah mandiri.
6. Masa pencarian identitas
Menyesuaikan diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih
penting pada remaja dari pada individual. Bagi remaja penyesuaian diri
dengan kelompok pada tahun-tahun awal remaja adalah penting.
Secara bertahap, remaja akan mulai mencari identitas diri dan tidak
lagi merasa puas dengan adanya kesamaan dalam segala hal pada
teman-teman sebayanya.
7. Masa munculnya ketakutan
Persepsi negatif terhadap remaja seperti tidak bisa dipercaya,
cenderung berperilaku merusak, menandakan pentingnya bimbingan
dan pengawasan dari orang dewasa. Demikian pula terhadap
kehidupan remaja muda yang cenderung tidak bersimpatik dan takut
bertanggung jawab.
8. Masa yang tidak realistik
Mereka memandang diri sendiri dan orang lain berdasarkan
keinginannya, dan bukan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya.
Apabila dalam hal cita-cita yang tidak realistik ini akan berakibat pada
tingginya emosi yang merupakan ciri awal masa remaja.
9. Masa menuju masa dewasa
Saat usia kematangan kian dekat, para remaja merasa gelisah untuk
meninggalkan stereotip usia belasan tahun yang indah disatu sisi, dan
harus bersiap untuk menuju usia dewasa pada sisi lainnya.
2.2 Konsep Insomnia
2.2.1 Pengertian Insomnia
Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering dialami oleh
semua orang di dunia, insomnia diartikan sebagai gangguan dimana
seseorang sulit untuk tidur, sulit dalam mempertahankan tidur dengan
kualitas tidur yang buruk yang disertai keadaan penyulit (Buysse, 2015).
Insomnia merupakan gangguan tidur dimana seseorang sulit untuk
memulai tidur atau mempertahankan tidurnya (Ghaddafi, 2010).
Sedangkan menurut Potter & Perry (2015) mengatakan bahwa insomnia
merupakan gangguan tidur yang ditandai dengan lesu sepanjang hari
dikarenakan waktu tidur yang kurang sehingga menyebabkan rasa sakit
atau ketidaknyamanan yang harus ditangani.
2.2.2 Faktor-faktor Penyebab Insomnia
Menurut Buyyse (2015) mengatakan terdapat model psikologi untuk
insomnia, atau disebut model 3P (Three P-model). 3P model ini
dikembangkan oleh Spielman, yaitu diathesis dari teori stress yang
termasuk faktor predisposisi, faktor presipitasi, dan faktor prepersuasi.
Berikut penjelasan dari ketiga faktor tersebut:
1. faktor predisposisi (Kecenderungan)
faktor predisposisi merupakan termasuk didalamnya terdapat kondisi
biologis (misal keteraturan tingginya kortisol), kondisi psikologis
(misal kecenderungan untuk merasa cemas), atau kondisi sosial.
2. Faktor presipitasi (Pengendapan)
Faktor presipitasi merupakan peristiwa yang penuh dengan tekanan
didalam hidup, yang bisa memicu onset (mulai pertama kali muncul)
yang tiba-tiba dari insomnia. Pengaruh dari faktor presipitasi ini
berkurang dari waktu ke waktu.
3. Faktor prepersuasi (Pengabdian)
Faktor prepersuasi misal langkah koping (mengatasi) yang maladaptif
atau perpanjangan waktu di tempat tidur, maksudnya adalah seseorang
yang merasa kurang tidur cara mengatasinya yaitu dengan
memperpanjang waktu berbaring dengan maksud agar bisa menambah
durasi tidurnya, tetapi hal ini malah akan semakin membuatnya tidak
bisa tidur. Hal tersebut yang dapat memberikan kontribusi pada tahap
insomnia akut untuk berkembang menjadi insomnia kronis atau jangka
panjang.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-
faktor penyebab insomnia adalah:
a. Faktor biologis
1) Efek samping dari pengobatan
2) Tidur yang terlalu lama disiang hari
3) Penyalahgunaan nikotin, alkohol, dan zat kafein
4) Berubahnya kebiasaan jam tidur atau kebiasaan tidur yang kurang,
gangguan pola tidur
5) Pola makan yang buruk
6) Penyakit fisik
7) Kurang berolahraga
8) Rasa nyeri
9) Tergantungnya ritme sirkadian (circadian rhytm), resthless
syndrome, makanan, stimulus saat tidur
10) Kondisi neurologis
11) Perubahan hormon selama siklus menstruasi pada wanita
Hormon estrogen merupakan hormon yang membantu menjaga pola
tidur supaya tetap teratur, apabila tubuh kekurangan hormon estrogen,
maka hal ini dapat menjadi penyebab utama dari insomnia, kekurangan
hormon testosteron juga dapat menyebabkan gangguan tidur bagi wanita
(Rarami, 2013).
Wanita lebih bisa merasakan manfaat yang didapat dari tidur pula
namun wanita juga mudah terserang kantuk dan rentan terhadap kesehatan
karena kurang tidur. Hal ini disebabkan oleh fase biologis wanita yang
bisa membuatnya lebih rentan mengalami gangguan tidur, seperti
kehamilan dan hormon lainnya. Hal ini yang membuat wanita lebih rentan
terhadap insomnia dari pada pria (Buysse, 2013). Pola tidur wanita yang
membuatnya lebih rentan terhadap gangguan ternyata tidak berfungsi
ketika wanita tersebut sedang sakit. Wanita yang kurang tidur dari 8 jam
sehari lebih mempunyai resiko untuk mengalami gangguan kesehatan jika
dibandingkan pria, dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa penderita
insomnia mayoritas adalah kaum wanita (Rarami, 2013).
b. Faktor psikologi
1) Kekhawatiran
2) Stress (misal: diserang kegelisaan yang mendalam, biasanya
memikirkan permasalahan yang dihadapi)
3) Depresi
4) Kegembiraan
5) Ketakutan
6) Kecemasan
7) Kemarahan
8) Perasaan kehilangan
9) Rasa bersalah
10) Stimulasi intelektual saat tidur
11) Menunggu sesuatu yang tidak menyenangkan
c. Faktor lingkungan
1) Teman tidur yang mendengkur
2) Suhu yang ekstrim
3) Tempat tidur tidak terlalu nyaman
4) Terlalu banyak cahaya
5) Terlalu banyak menggunakan komputer, handphone, dan media
elektronik lainnya
6) Ruang tidur yang tidak kondusif untuk tidur
7) Perbedaan waktu setempat
8) Waktu kerja
9) Bunyi berisik
Banyak pikiran dan stress mengakibatkan kerja saraf yang
berlebihan dan terlalu aktif, sehingga saat seseorang stress maka tubuh
akan meningkatkan produksi adrenalin. Adrenalin merupakan zat kimia
yang diproduksi oleh otak untuk meningkatkan kewaspadaan yang
membuat seseorang tetap terjaga, sehingga seseorang akan mengalami
gangguan tidur atau insomnia (Richa, 2013). Umunya orang yang
menderita susah tidur insomnia akan diikuti gangguan-gangguan
fungsional pada tubuh ketika terbuang dari tidurnya, seperti halnya akan
merasakan kepala pusing, badan tidak segar dan kurang bergairah (Rarami,
2013).
2.2.3 Gejala Insomnia
Gejala-gejala yang dapat terjadi pada penderita insomnia, adalah:
1. Tidak dapat tidur secara teratur
2. Merasa lelah disiang hari
3. Setelah bangun tidur muncul perasaan lelah dan tidak segar
4. Bangun berkali-kali ketika tidur
5. Mudah murah
6. Bangun lebih awal
7. Mudah terbangun dan sulit untuk kembali tidur
8. Kesulitan untuk mangawali tidur
9. Konsentrasi bermasalah
Kebutuhan jumlah tidur pada tubuh tiap individu berbeda-beda.
Gejala insomnia yang berlangsung satu minggu sudah disebut insomnia
sementara, Gejala muncul antara satu sampai tiga minggu disebut
insomnia pendek dan gejala insomnia yang terjadi lebih dari tiga minggu
diartikan sebagai insomnia kronis. Orang yang mengalami insomnia
biasanya akan terus berpikir cara untuk mendapatkan waktu tidur yang
lebih, dimana semakin mereka mencoba makan semakin besar penderitaan
yang lebih besar (Ramadhani, 2016).
2.2.4 Dampak Insomnia
Insomnia akan memberikan efek pada penderitanya, antara lain:
1. Efek fisiologis: insomnia banyak disebabkan oleh stress
2. Efek psikologis: berupa gangguan memori, konsentrasi terganggu,
penurunan motivasi, depresi dan sebagainya.
3. Efek fisik/somatik: berupa nyeri otot, kelelahan, hipertensi dan lain-
lain.
4. Efek sosial: berupa gangguan kualitas hidup, seperti susah
memperoleh promosi di lingkungan kerja, hubungan dengan sosial
dan keluarga terganggu.
5. Orang dengan tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka
harapan hidup lebih pendek dibandingkan dengan orang yang tidur
selama 7-8 jam semalam (Buyyse, 2015).
Insomnia pada remaja akan berdampak dari segi fisik, seperti mudah
kantuk di siang hari yang dapat menyebabkan terhambatnya aktivitas
belajar di kelas dan menurunya konsentrasi belajar menyebabkan prestasi
akademik remaja dapat menutunkan di sekolah (Syamsoedin, 2015).
2.2.5 Penatalaksanaan Insomnia
1. Terapi tingkah laku
Terapi ini berfungsi untuk mengatur jadwal tidur dan memberikan
cara agar suasana tidur bisa nyaman. Terapi ini direkomendasikan
sebagai langkah pertama pada penderita insomnia.
Terapi ini meliputi :
a. Edukasi mengenai pola tidur yang baik
b. Teknik relaksasi, seperti merelaksasikan otot, membuat
biofeedback dan latihan pernapasan. Terapi ini bisa mengurangi
kecemasan ketika tidur dan mengontrol pernapasan, nadi, mood,
dan tonus otot.
c. Terapi kognitif, cara ini dapat merubah pola pikir dan
kekhawatiran tidak tidur dengan pemikiran yang positif. Terapi
kognitif bisa dilakukan dengan konseling tatap muka atau dalam
grup.
d. Control stimulus, dimaksudkan untuk membatasi waktu yang
dihabiskan untuk kegiatan yang lain.
e. Retriksi tidur, dimaksudkan untuk mengurangi tidur yang bisa
membuat lelah pada malam selanjutnya.
2. Gaya hidup dan pengobatan di rumah
a. Mengatur jam tidur yang konsisten
b. Hindari tempat tidur jika tidak tidur
c. Tidak memaksakan diri untuk tidur apabila tidak bisa tidur
d. Relaksasi sebelum tidur (misal membaca, latihan pernapasan, dan
mandi air hangat)
e. Tidak mengkonsumsi kafein, alkohol, dan nikotin
f. Memeriksakan kesehatan secara rutin
g. Hindari makan terlalu banyak sebelum tidur
h. Menyiapkan suasana nyaman untuk tidur
i. Olahraga secara rutin
j. Apabila ada nyeri bisa diberikan analgesik
2.2.6 Alat Ukur Insomnia
Alat ukur insomnia yang dipakai untuk mengukur insomnia pada
subyek adalah menggunakan KSPBJ-IRS (Kelompok Studi Psikiatri
Biologik Jakarta Insomnia Rating Scale) (Iskandar & Setyonegoro, 2016).
Alat ukur ini dapat mengukur insomnia secara terperinci, mempunyai
pertanyaan yang lebih aplikatif jika digunakan pada responden. KSPBJ-
IRS mempunyai 11 pertanyaan yang tidak akan memberatkan responden
untuk menjawabnya. Berikut adalah parameter dari KSPBJ Insomnia
Rating Scale yang telah dimodifikasi dan nilai scoringdari setiap item
yang dipilih oleh subjek adalah sebagai berikut:
1. Lamanya tidur
Bagian yang mengevaluasi jumlah jam tidur yang tergantung
pada lamanya subjek tertidur dalam satu hari. Pada subjek normal
lama tidur biasanya lebih dari 6,5 jam, sedangkan pada penderita
insomnia memiliki lama tidur lebih sedikit. Nilai yang didapat pada
setiap jawaban adalah:
Nilai 0 untuk jawaban tidur lebih dari 6,5 jam, nilai 1 jawaban
tidur antara 5,5-6,5 jam (insomnia ringan), nilai 2 jawaban tidur antara
4,5-5,5 jam (insomnia sedang), nilai 3 untuk jawaban tidur antara 4,5
jam (insomnia berat).
2. Mimpi
Subjek normal biasanya tidak bermimpi atau mengingat jika ia
bermimpi, sedangkan pada penderita insomnia mempunyai mimpi
yang lebih banyak. Nilai yang didapat pada setiap jawaban yaitu:
Nilai 0 pada jawaban tidak ada mimpi, nilai 1 pada jawaban
terkadang mimpi yang menyenangkan atau mimpi biasa saja
(insomnia ringan), nilai 2 pada jawaban selalu bermimpi (insomnia
sedang), nilai 3 pada jawaban mimpi buruk (insomnia berat).
3. Kualitas tidur
Subjek normal kebanyakan tidurnya dalam, sedangkan pada
penderita insomnia biasanya tidur dangkal. Nilai yang didapat pada
setiap jawaban:
Nilai 0 pada jawaban dalam atau sulit terbangun, nilai 1 pada
jawaban terhitung tidur baik tetapi sulit terbangun, nilai 2 pada
jawaban terhitung tidur yang baik tetapi mudah terbangun, nilai 3
pada jawaban tidur dangkal dan mudah terbangun.
4. Masuk tidur
Subjek normal biasanya biasanya dapat tidur dalam waktu 5-15
menit atau rata-rata kurang dari setengah jam. Penderita insomnia
biasanya lebih lama dari setengah jam. Nilai yang didapat pada setiap
jawaban yaitu:
Nilai 0 pada jawaban kurang dari 30 menit, nilai 1 pada jawaban
antara 30 menit sampai 1 jam (insomnia ringan), nilai 2 untuk jawaban
antara 1-3 jam (insomnia sedang), dan nilai 3 pada jawaban lebih dari
3 jam (insomnia berat).
5. Terbangun malam hari
Subjek normal bisa mempertahankan tidurnya sepanjang malam,
kadang-kadang terbangun 1-2 kali, tetapi pada penderita insomnia
dapat terbangun >3 kali. Nilai yang didapat pada setiap jawaban:
Nilai 0 pada jawaban tidak terbangun sama sekali, nilai 1 pada
jawaban terbangun 1-2 kali (insomnia ringan), nilai 2 pada jawaban
terbangun 3-4 kali (insomnia sedang), nilai 3 pada jawaban terbangun
lebih dari 4 kali (insomnia berat).
6. Waktu untuk tidur kembali
Subjek normal akan mudah sekali untuk dapat tidur lagi setelah
terbangun dimalam hari, biasanya kurang dari sampai 30 menit
subjek dapat tertidur kembali. Pada penderita insomnia membutuhkan
waktu yang lebih lama untuk dapat tidur kembali. Nilai yang didapat
pada setiap jawaban adalah:
Nilai 0 pada jawaban kurang dari 5 sampai 30 menit, nilai pada
jawaban antara 30 menit sampai 1 jam (insomnia ringan), nilai 2 pada
jawaban antara 1 sampai 3 jam (insomnia sedang), nilai 3 pada
jawaban lebih dari 3 jam atau tidak dapat tidur sama sekali (insomnia
berat).
7. Lamanya tidur setelah bangun
Subjek normal bisa tertidur kembali setelah bangun, pada
penderita insomnia tidak dapat tidur kembali atau tidur hanya setengah
jam. Nilai yang didapat pada setiap jawaban:
Nilai 0 pada jawaban lama tidur lebih dari 3 jam, nilai 1 pada
jawaban lama tidur antara 1 sampai 3 jam, nilai 2 pada jawaban lama
tidur 30 sampai 1 jam, nilai 3 pada jawaban lama tidur kurang dari 30
menit.
8. Lamanya gangguan tidur terbangun pada malam hari
Subjek normal tidak mengalami gangguan tidur terbangun
malam hari atau hanya 1 malam, pada penderita insomnia biasanya
mengalami gangguan tidur selama 1 minggu, serta satu bulan
tergantung dari berat insomnianya. Nilai yang didapat pada setiap
jawaban:
Nilai 0 untuk jawaban lama gangguan tidur terbangun dini hari
tidak sama sekali atau 1 pagi, nilai 1 pada jawaban 2 hari sampai 1
minggu (insomnia ringan), nilai 2 pada jawaban 2 sampai 4 minggu
(insomnia sedang), nilai 3 pada jawaban lama gangguan tidur lebih
dari 4 minggu (insomnia berat).
9. Terbangun dini hari
Subjek normal bisa terbangun kapan ia ingin bangun, pada
penderita insomnia akan bangun lebih cepat (misal 1 sampai 2 jam
sebelum waktu untuk bangun). Rata-rata subjek normal akan bangun
pada jam 04.30 WIB, nilai yang didapat pada setiap jawaban:
Nilai 0 pada jawaban bangun jam 04.30 WIB, nilai 1 pada
jawaban bangun jam 04.00 (insomnia ringan), nilai 2 pada jawaban
bangun jam 03.30 dan tidak dapat tidur kembali (insomnia sedang),
nilai 3 pada jawaban bangun sebelum jam 03.30 dan tidak dapat tidur
lagi (insomnia berat).
10. Lama perasaan tidak segar setiap bangun pagi
Subjek normal tubuhnya akan terasa segar setelah tidur dimalam
hari, namun penderita insomnia bangun dengan perasaan tidak segar
atau lesu dan perasaan ini biasanya dialami selama 1 minggu, satu
bulan hingga berbulan-bulan tergantung berat insomnianya. Nilai yang
didapat dari jawaban:
Nilai 0 pada jawaban lama perasaan tidak segar setiap bangun
pagi tidak ada, nilai 1 pada jawaban 2 hari sampai 1 minggu (insomnia
ringan), nilai 2 pada jawaban 2 sampai 4 minggu (insomnia sedang),
nilai 3 pada jawaban lama gangguan lebih dari 4 minggu (insomnia
berat).
Setelah nilai terkumpul semua, selanjutnya dihitung dan
digolongkan kedalam tingkat insomnia:
a. Insomnia ringan : 11-17
b. Insomnia sedang : 18-24
c. Insomnia berat : 25-33
2.3 Konsep Stress
2.3.1 Pengertian Stress
Stress merupakan reaksi dari tubuh (respon) terhadap lingkungan yang
dapat memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem
pertahanan yang membuat kita tetap hidup (Nasir dan Muhith, 2010).
Sedangkan menurut Sarafino (2011) stress merupakan kondisi yang
diakibatkan oleh hubungan antara individu dengan lingkungan yang
menyebabkan adanya jarak antara tuntutan-tuntutan dalam situasi dengan
sumber daya dari sistem biologis.
Stress merupakan kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia
melihat adanya tuntutan dalam situasi sebagai beban atau diluar batasan
kemampuan mereka memenuhi tuntutan tersebut (Nazir, 2011). Stress
merupakan stimulus atau situasi yang dapat menyebabkan distress, dan
menciptakan tuntutan fisik dan psikis pada seseorang (Ramadhani, 2014).
Stress merupakan suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan
yang menyebabkan ketegangan dan mengganggu stabilitas kehidupan
sehari-hari (Priyoto, 2014).
Stress dapat muncul pada seseorang jika terjadi ketidakseimbangan
atau kegagalan untuk memenuhi kebutuhan secara jasmani dan rohaninya
(Sukadiyanto, 2010). Stress membutuhkan koping dan adaptasi. Sindrom
adaptasi umum atau teori Selye yang didapatkan dari teori keperawatan
Callista Roy menggambarkan stress sebagai kerusakan yang terjadi pada
tubuh, tanpa mempedulikan apakah dampak stress tersebut positif atau
negatif respon tubuh dapat diperkirakan tanpa memerhatikan stressor atau
penyebab lain.
2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab Stress
Beberapa faktor yang dianggap sebagai penyebab munculnya stress
(faktor presipitasi stress) menurut Nasir dan Muhith (2011), adalah :
1. Faktor fisik dan biologis
a. Riwayat penyakit lalu
Beberapa penyakit dimasa lalu yang mempunyai efek psikologis
dimasa depan dapat berupa penyakit yang dialami pada saat masih
kecil seperti demam tinggi yang memengaruhi kerusakan gendang
telinga.
b. Diet
Diet berlebihan akan menyebabkan stress yang berat. Pelaku diet
merupakan orang dengan obesitas yang melakukan diet ketat
berlebihan mempunyai resiko tinggi pada kematian.
c. Tidur
Istirahat yang cukup akan memberikan energi pada kegiatan yang
sedang dikerjakannya. Kebutuhan tidur yang cukup akan
memengaruhi konsentrasi dan semangat terhadap pekerjaan atau
aktivitas yang sedang dikerjakan.
d. Penyakit
Beberapa penyakit yang dapat menjadi stressor bagi individu
berupa: tuberkulosis, kanker, impotensi, yang disebabkan oleh
penyakit diabetes mellitus dan berbagai penyakit lainnya.
2. Faktor psikologis
a. Tingkat stress pada suatu peristiwa tergantung bagaimana
individu berespon terhadap stress tersebut. Hal ini juga
dipengaruhi oleh bagaimana individu berpersepsi terhadap
stressor. Stress bergantung pada kontrol terhadap stress, dan
kemampuan melawan batas.
b. Emosi
Perbedaan kemampuan untuk mengenal dan membedakan setiap
perasaan emosi, sangat berpengaruh terhadap stres yang sedang
dialaminya.
c. Situasi psikologis
Hal-hal yang memengaruhi konsep berpikir dan penilaian
terhadap situasi-situasi yang memengaruhinya. Situasi tersebut
berupa konflik, frustasi dan keadaan yang memberikan ancaman
bagi individu.
d. Pengalaman hidup
Pengalaman hidup merupakan keseluruhan kejadian yang
memberikan pengaruh psikologis pada individu. Keadaan tersebut
dapat memberikan dampak psikologi dan memungkinkan
munculnya stress pada individu.
3. Faktor lingkungan
a. Lingkungan fisik
Kondisi dan kejadian yang berhubungan dengan keadaan di
sekeliling individu dapat memicu terjadinya stress. Hal tersebut
dapat berupa bencana alam, kondisi cuaca, dan lingkungan yang
padat.
b. Lingkungan biotik
Gangguan berupa mahkluk mikroskopik seperti virus dan
bakteri.
c. Lingkungan sosial
Lingkungan yang buruk dengan orang tua, maupun dengan orang
lain apabila tidak berjalan dengan baik akan menjadi stressor
bagi individu, jika tidak dapat memperbaiki hubungannya.
Faktor penyebab stress pada siswa
1. Aspek kognitif
Menurut Jean Pieget perkembangan kognitif remaja
merupakan tahap akhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan
operasional formal. Periode ini remaja idealnya sudah mampu
mencapai tahap pemikiran abstrak dan sudah mampu terbiasa
menganalisis masalah, mampu berpikir kritis dan mencari solusi
yang baik. Belum tercapainya perkembangan kognitif tersebut bisa
menimbulkan pemikiran-pemikiran yang negatif (misal :
kebiasaan menunda, kelemahan dalam mengambil keputusan,
kesulitan dalam berkonsentrasi, mudah lupa dan daya ingin lemah,
kehilangan harapan, berpikir negatif, mudah putus asa,
menyalahkan diri sendiri, dan bingung).
2. Aspek lingkungan sekolah
Lokasi sekolah dapat memunculkan stress pada siswa antara
lain: jarak sekolah dengan rumah yang jauh, sering kejebak macet,
rawan kejahatan, dekat dengan pusat keramaian. Kondisi sekolah,
seperti: ruangan fasilitas kurang memadai (misal: ruangan yang
sempit dan kotor, penerangan kurang baik, ventilasi yang kurang
dan suasana yang gaduh bisa menimbulkan stress pada siswa).
3. Elemen sekolah
a. Guru, sifat pribadi guru yang bisa menimbulkan stress pada
siswa (seperti: kasar, suka marah, suka membentak, sinis atau
sombong, tidak adil) sifat yang demikian dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman pada siswa.
b. Suasana atau kondisi di sekolah yang selalu diwarnai oleh
kompetisi antar siswa, bagi yang mampu mengendalikan
stress ia akan terus terdorong oleh keadaan demikian, tetapi
bagi siswa yang kurang bisa mengelola keadaan tersebut akan
menjadi suatu tekanan.
c. Kurikulum, bahan pelajaran yang berstandart tinggi dan sulit,
materi yang banyak, serta pelajaran tertentu akan dapat
menjadi sumber stress pada siswa.
d. Tugas sekolah, tugas terlalu banyak dan sulit dapat
menyebabkan terjadinya stress pada siswa, hal tersebut
dikarenakan tuntutan yang dihadapi siswa tidak didukung oleh
sumber daya yang dimilikinya.
2.3.3 Gejala Stress
Gejala stress secara fisik pada individu antara lain:
1. Gangguan jantung, dimana datak jantung akan berdebar-debar
daripada saat mengalami stres.
2. Tekana darah tinggi (hipertensi), disebabkan reaksi impuls stress
sehingga tekanan darah meningkat.
3. Ketegangan pada otot
4. Sakit kepala
5. Telapak tangan dan kaki berkeringat, terjadi karena suplai darah ke
sel-sel tingkai dan lengan berkurang.
6. Pernapasan tersengal-sengal
7. Kepala terasa pusing dan perut terasa mual-mual
8. Susah tidur
9. Gangguan menstruasi
Gejala secara psikologis pada individu yang mengalami stress, antara
lain:
1. Perasaan gugup dan cemas
2. Peka dan mudah tersinggung
3. Penampilan tampak kelelahan
4. Gelisah
5. Perasaan takut
6. Malas melakukan kegiatan
7. Hilangnya spontanitas
8. Mengasingkan diri dari kelompok
9. Pemusatan diri yang berlebihan
10. Phobia
2.3.4 Jenis Stress
Jenis stress menurut Nasir & Muhith (2011) ada dua, yaitu stress baik
dan stress buruk:
1. Stress yang baik (eustres) merupakan sesuatu yang positif. Stress
dikatakan berdampak baik apabila seseorang mencoba untuk
memenuhi tuntutan untuk menjadikan orang lain maupun dirinya
sendiri untuk mendapatkan sesuatu yang baik dan berharga.
2. Stress yang buruk (distress) merupakan stress yang bersifat negatif,
distress dihasilkan dari sebuah proses yang memaknai sesuatu yang
buruk, dimana respons yang digunakan selalu negatif dan ada indikasi
mengganggu integritas diri sehingga bisa diartikan sebagai sebuah
ancaman.
2.3.5 Tingkat Stress
Menurut Potter & Perry (2005), stress dibagi menjadi tiga tingkatan,
antara lain :
1. Ringan
Stress yang dikatakan ringan jika stress yang dialami seseorang teratur
dan tidak menyebabkan gangguan atau perubahan dalam hidupnya dan
hanya berlangsung beberapa menit atau jam saja. Tanda dan gejalanya
mulai sedikit tegang dan was-was.
2. Sedang
Stress yang dikatakan jika stress yang muncul berlangsung lebih lama
dari pada tingkat ringan, dan berlangsung beberapa jam sampai hari.
Tanda dan gejalanya yaitu mulai kesulitan tidur, sering menyendiri
dan tegang.
3. Berat
Tergolong stress berat apabila berlangsung beberapa minggu sampai
beberapa taun dan berifat situasi kronis. Pada situasi ini, individu
sudah mulai ada gangguan fisik dan mental.
2.3.6 Tahapan Stress
Tahapan stress menurut Dadang (2011) dibagi dalam enam tahap,
antara lain:
1. Tahap 1
Tahap ini adalah tingkat yang paling ringan yang biasanya ditandai
dengan adanya semangat yang lebih, penglihatan lebih tajam dari
biasanya, merasa bisa menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya
namun tanpa sadar energi dan rasa gugup dikeluarkan berlebihan, dan
merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah
semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
2. Tahap II
Pada tahap ini, dampak stress yang semula menyenangkan mulai
menghilang disertai dengan muncul keluhan-keluhan karena cadangan
energi habis. Keluhan-keluhan yang dirasakan seperti letih sewaktu
bangun pagi, merasa tidak bisa santai, tengkuk dan punggung terasa
tegang, mudai lelah menjelang sore hari, adanya gangguan pada
pencernaan dan berdebar-debar.
3. Tahap III
Apabila pada tingkat stress sebelumnya tidak segera ditangani dengan
baik, maka akan mengalami keluhan yang semakin nyata, seperti
terjadi gangguan pada usus dan lambung (mual-mual, diare), otot-otot
semakin tegang, perasaan tidak tenang dan was-was, perasaan tidak
berenergi pada tubuh, dan munculnya gangguan tidur (sulit tidur,
mudah bangun waktu malam, serta bangun terlalu dini dan tidak bisa
tidur lagi).
4. Tahap IV
Pada tahap ini individu akan mengalami tanda-tanda berikut ini:
penurunan konsentrasi yang berlebihan, timbulnya perasaan negatif,
pola tidur semakin tidak teratur, perasaan takut dan khawatir yang
tidak jelas penyebabnya, dan tidak ada minat untuk melakukan
aktivitas.
5. Tahap V
Pada tahapan ini gejala yang ditimbulkan lebih serius yaitu:
ketidakmampuan untuk melakukan pekerjaan yang sederhana,
perasaan cemas dan takut semakin meningkat, dan terjadi gangguan
pencernaan yang tambah parah.
6. Tahap VI
Tahap ini merupakan tahap akhir yang ditandai dengan kesulitan
bernapas, badan gemetar dan keluar keringat yang berlebihan, detak
jantung semakin cepat, merasa mudah lelah meski melakukan
aktivitas ringan, dan kemungkinan dapat pingsan dan kolaps
(Hidayah, 2015).
2.3.7 Dampak Stress
Stress memiliki dampak pada fisik dan psikologis pada individu.
Stress dalam jangka panjang bisa memperburuk keadaan fisik dan mampu
mengakibatkan banyak penyakit (Cohen, 2009). Apabila individu
mengalami stress kronis, maka individu tersebut akan melakukan
perbuatan-perbuatan negatif/tidak sehat (misal aktivitas tidur terganggu,
jarang olahraga, penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah
terkena penyakit). Individu yang mengalami stress sedang maupun berat
dapat beresiko mengalami depresi, dimana dapat memperburuk
kepribadian seseorang dan kualitas hidupnya juga akan memburuk.
Depresi pada sesorang membuat seseorang tersebut menarik diri dari
lingkungan dan sosial. Seseorang dengan stress ringan atau tidak stress,
mereka mempunyai pandangan yang positif terhadap masalah yang
dihadapinya, mereka menganggap masalah sebagai pengalaman, dapat
mengatasi masalah tersebut, cenderung memiliki kualitas hidup yang baik,
karena hubungan social tetap terjaga.
2.3.8 Pengukuran Stress
Tingkat stress merupakan tingkat yang memaksa individu untuk
berjuang, tumbuh, berubah, beradaptasi supaya mampu untuk melewati
masalah yang sedang dihadapinya (Swarth, 2002). Alat ukur yang biasa
digunakan untuk mengukur tingkat stress salah satunya yaitu DASS 42
(Depression Anxiety and Stress Scale) (Lovibond, 1995). Alat ukur DASS
merupakan beberapa pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
bersangkutan yang di desain untuk mengukur tingkat emosi negatif dari
depresi, ansietas, dan stress. Pertanyaan tingkat stress terdiri dari 14 item
pertanyaan, dengan 4 poin pilihan jawaban. Pengkategorian dari hasil
pengisian kuesioner dibagi menjadi lima jenjang untuk menghindari
kesalahan dalam interpretasi yaitu normal, ringan, sedang, berat dan sangat
berat (Psychology Foundation of Australia, 2013).
Alat ukur ini terdiri atas 1 item pertanyaan yang masing-masing
dinilai berdasarkan dengan intensitas kejadian. Tingkatan stress pada
instrumen ini berupa normal, ringan, sedang berat. Dikatakan normal
(nilainya 0-14), ringan (nilainya 15-18), sedang (nilai 19-25), berat
(nilainya 26-30),dan sangat berat (nilainya >33). Pertanyaan tersebut
terdiri atas beberapa aspek yakni jengkel pada hal kecil, reaksi berlebihan,
sulit untuk rileks, energi terbuang sia-sia, sikap tidak sabar, mudah marah,
susah mentolerir gangguan, tegang, dan gelisah (Lovibond, 1995).
2.4 Hubungan Stress dengan Kejadian Insomnia pada Remaja Usia 13-14
Tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang
Penelitian yang dilakukan Ema, Kusuma, Widiani (2017) dengan judul
“Hubungan Tingkat Stress dengan Kejadian Insomnia pada Remaja Pengguna
Media Sosial di MTS Muhammadiyah 1 Malang” bertujuan untuk
mengetahui hubungan tingkat stress dengan kejadian insomnia pada remaja
pengguna media sosial (facebook). Metode penelitian menggunakan desain
korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi
dalam penelitian ini sebanyak 60 remaja berusia 13-15 tahun yang
menggunakan media social (facebook) dengan penentuan sampel penelitian
menggunakan total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner.
Metode analisis data dengan uji spearman rank. Distribusi frekuensi
berdasarkan umur didapatkan 66,7 % berusia 13 tahun, sedangkan distribusi
frekuensi berdasarkan jenis kelamin diperoleh 35 (58,3 %) responden laki-
laki dan berdasarkan durasi penggunaan facebook yaitu 19 (31,7 %)
responden menggunakan facebook 1jam/hari. Hasil penelitian membuktikan
sebagian besar 51 (85,0 %) remaja pengguna media sosial (facebook)
memiliki stress ringan dan 32 (53,3 %) remaja pengguna media social
(facebook) mengalami insomnia ringan. Sedangkan hasil uji spearman
rankdidapatkan pvalue = (0,002) < (0,005), yang berarti ada hubungan tingkat
stress dengan kejadian insomnia pada remaja pengguna media sosial
(facebook).
Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, Hadiati, AS (2017) dengan
judul “Hubungan antara Tingkat Stress dengan Tingkat Insomnia
Mahasiswa/I Angkatan 2012/2013 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro” bertujuan untuk mengetahui adanyya
hubungan antara tingkat stress dengan tingkat insomnia pada mahasiswa/I
angkatan 2012 dan 2013 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Menggunakan metode penelitian
analitik observasional dengan menggunakan desain belah bintang (cross
sectional). Sampel diambil secara total sampling dari Mei hingga Juli 2016.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner DASS 42 dan kuesioner KSPBJ-
IRS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 150 responden atau 43,9 %
normal, 36 responden atau 10,5 % mengalami stress ringan, 67 responden
atau 19,6 % mengalamin stress sedang, 51 responden atau 14,9 % mengalami
stress berat, 3 responden atau 11,1 % mengalami stress sangat berat. 204
responden atau 59,6 % normal, 129 responden atau 37,7 % mengalami
insomnia ringan, 9 responden atau 2,6 % mengalami insomnia sedang, dan
tidak ada responden yang mengalami insomnia berat. Dari hasil tersebut maka
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stress dengan tingkat
insomnia dengan arah hubungannya positif sedang.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konsep penelitian adalah model konseptual yang berkaitan
dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan
secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat,
2015).
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Yang diteliti
: Hubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Stress dengan Kejadian Insomnia
pada Remaja Usia 13-15 Tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
37
Faktor yang memengaruhi stress :
a. Faktor biologisb. Faktor psikologisc. Faktor lingkungan Remaja
Faktor yang memengaruhi insomnia
a. Faktor biologisb. Faktor psikologisc. Faktor lingkungan
Tingkat Stress Insomnia
Normal BeratRingan Sedang Sangat Berat
Ringan Sedang Berat
Penjelasan :
Faktor-faktor yang memengaruhi stress adalah faktor biologis, faktor
psikologis, dan faktor lingkungan dan kategori stress ada lima yaitu normal,
ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Stress pada siswa dapat memengaruhi
terjadinya insomnia dimana faktor-faktor yang dapat menyebabkan insomnia
dalah faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor lingkungan. Kategori
insomnia ada tiga yaitu insomnia ringan, insomnia sedang, insomnia berat.
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian,
hingga terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2012).Rumusan
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H1 : Ada hubungan stress dengan kejadian insomnia pada remaja usia 13-15
tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis
penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur
dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya (Sugiyono,
2013). Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik
yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau
observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang dilakukan pada variabel
terikat dan variabel bebas (Sugiyono, 2013).
4.2 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam penelitian yang
memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang dapat
memengaruhi akurasi hasil (Nursalam, 2017). Desain penelitian ini adalah
korelasional yaitu penelitian atau penelaahan hubungan antara dua variabel
pada suatu situasi dan sekelompok subjek. Desain ini dilakukan untuk melihat
hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain (Notoatmojo, 2010).
Rancangan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.
Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu
39
pengukuran atau observasi data variabel terikat dan variabel bebas hanya satu
kali saja
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
4.3.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai Juli 2019.
4.3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII dan VIII SMP PGRI 1 Perak
Jombang.
4.4 Populasi, Sampel dan Sampling
4.4.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VII dan VIII di SMP PGRI 1 Perak Jombang yang
berjumlah 61 siswa..
4.4.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian siswa kelas VII dan VIII di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
Kriteria sampel yang diambil ialah siswa yang memiliki jadwal kegiatan
sehari-hari yang padat dan memiliki tuntutan yang melebihi batas
kemampuan mereka. Memiliki jadwal menstruasi yang tidak teratur bagi
siswa perempuan.
Sampel dalam penelitian ini untuk menentukan besarnya sampel,
penelitian menggunakan rumus Slovin (Noor, 2011), dengan tingkat
kesalahan 0,05 adalah sebagai berikut:
n = N
1+N (d¿¿2)¿
keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = error level/tingkat kesalahan 0,05
n = 61
1+61(0,05¿¿2)¿
n = 61
1+61(0,0025)
n = 611+0,1525
n = 611,1525
n = 52,9 (dibulatkan menjadi 53)
Jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 53 siswa.
4.4.3 Sampling
Sampling penelitian adalah suatu proses seleksi sampel yang
digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah
sampel akan mewakili keseluruhan dari populasi yang ada (Hidayat,
2007).
Cara pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu
probability sampling yaitu setiap subyek dalam populasi mempunyai
kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. Dalam
penelitian ini menggunakan metode cluster simpel random sampling yaitu
suatu unit yang berisi sekumpulan elemen-elemen populasi (Hidayat,
2007).
Penelitian menggunakan teknik ini karena jumlah proporsi anggota
populasi berbeda-beda. Langkah-langkah yang dilakukan untuk
pengambilan sampel secara cluster simpel random (Notoatmodjo, 2010),
yaitu:
1. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII SMP
PGRI 1 Perak Jombang
2. Jumlah siswa kelas VII dan VIII di SMP PGRI 1 Perak Jombang
tahun pelajaran 2019 berjumlah 61 siswa (N = 61)
3. Berdasarkan perhitungan statistik, sampel yang dianggap representatif
sebanyak 53 (n = 53)
4. Cara pengambilan sampel yaitu dengan “Cluster simpel random
sampling” berdasarkan proporsi tingkat kelas, yaitu kelas VII dan
VIII.
5. 53 Siswa yang menjadi responden tersebut dibagi menggunakan
rumus:
ni = (Ni : N) x n
keterangan:
ni = jumlah sampel perkelas
Ni = jumlah siswa dalam kelas tersebut
n = sampel
N = besaran populasi, Maka,
Kelas VII : ni = (Ni : N) x n
= (35 : 61) x 53
= 30,4 = 30 siswa
Kelas VIII : ni = (Ni : N) x n
= (26 : 61) x 53
= 22,5 = 23 siswa
4.5 Kerangka Kerja
Kerangka kerja merupakan bagian kerja terhadap rancangan kegiatan
penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2007).
Gambar 4.4 Kerangka Kerja Hubungan Stress dengan Kejadian Insomnia pada
Remaja Usia 13-15 Tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
Perumusan masalah
PopulasiSemua siswa kelas VII dan VIII di SMP PGRI 1 Perak Jombang
(sebanyak 61 siswa)
SampelSebagian siswa kelas VII dan VIII di SMP PGRI 1 Perak Jombang
(sebanyak 53 siswa)
SamplingCluster simpel random sampling
Desain penelitianCross Sectional
Pengumpulan datakuesioner
Pengolahan dataEditing, Coding, Scoring, Tabulating
Analisa dataUnivariate, Bivariate, Uji statistik Sperman Rank
Penyajian hasil penelitian
Kesimpulan dan saran
4.6 Identifikasi Variabel
Variabel adalah perilaku atau karateristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2009).
4.6.1 Variabel Independent (bebas)
Variabel independent adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependent (Hidayat, 2007). Variabel independent pada
penelitian ini adalah stress.
4.6.2 Variabel Dependent (terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena variabel independent (Hidayat, 2007). Variabel dependent dalam
penelitian ini adalah insomnia.
4.7 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karateristik yang diamati, yang memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek
atau fenomena (Hidayat, 2007).
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Stress dengan Kejadian Insomnia pada Remaja
Usia 13-15 Tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
No
Variabel Definisi Operasional
Parameter Alat ukur skala skor & kategori
1
2
Independent :stress
Dependent :Kejadian insomnia
Suatu tuntutan yang melebihi kemampuan dan membahayakan kesejahteraan.
Gangguan tidur yang dialami siswa berdasarkan kualitas dan kuantitas dari tidurnya
a. Jengkel pada hal kecil
b. Reaksi berlebihan
c. Sulit santaid. Energi
terbuang percuma
e. Sikap tidak sabar
f. Mudah marahg. Sulit
mentolerir gangguan
h. Tegangi. Gelisah
Insomnia rating scale:
a. Lamanya tidurb. Mimpic. Kualitas tidurd. Masuk tidure. Terbangun
malam harif. Waktu untuk
tidur kembalig. Lamanya tidur
setelah bangunh. Lamanya
gangguan tidur terbangun pada malam hari
i.Perasaan tidak segar setelah bangun pagi (KSPBJ-IRS) (Iskandar & Setyonegoro, 2016).
Kuesioner (Depresion, Anxxiety, and Stress Scale) DASS
Kuesioner Insomnia Rating Scale (KSPBJ-IRS)
ORDINAL
ORDINAL
Skor :0 : tidak pernah1 : jarang2 : kadang3 : sering
Kategori:Normal :(nilai 0-14)Ringan :(nilai 15-18)Sedang :(nilai 19-25)Berat :(nilai 26-33)Sangat berat : (nilai ≥33) (Lovibond, 1995)
Skor:Skor nilai : 0Skor nilai : 1Skor nilai : 2Skor nilai : 3
Kategori:Ringan :(nilai 11-17)Sedang :(nilai 18-24)Berat :(nilai 25-33)(KSPBJ-IRS) (Iskandar & Setyonegoro, 2016).
4.8 Pengumpulan dan Analisa Data
4.8.1 Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Instrument yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengerti dengan pasti variabel
yang diukur dan tau apa yang dapat diharapkan dari responden (Sugiyono,
2013). Kuesioner sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden (Arikunto, 2005).
Untuk variabel stres menggunakan kuesioner rating scale berdasarkan
skala DASS 42 (Depression Anxiety and Stress Scale) (Lovibond, 1995),
yang terdiri atas 14 pertanyaan (dengan 4 item jawaban: tidak pernah,
jarang, kadang, dan sering). Sedangkan pada variabel insomnia pada
remaja menggunakan kuesioner insomnia rating scale berdasarkan
KSPBJ-IRS yang terdiri dari 11 pertanyaan (Iskandar & Setyonegoro,
2016).
4.8.2 Prosedur Penelitian
Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku,
yaitu:
1. Telah mendapat izin melakukan penelitian dari program studi S1
Keperawatan STIKes ICMe Jombang
2. Peneliti menentukan masalah yang ingin diteliti dan mengajukan judul
kepada pembimbing
3. Peneliti menyusun proposal penelitian
4. Meminta perizinan surat pengantar untuk studi pendahuluan dan
penelitian dari STIKes ICMe Jombang ke SMP PGRI 1 Perak
Jombang
5. Meminta surat perizinan melakukan studi pendahuluan dan penelitian
pada kepala sekolah SMP PGRI 1 Perak Jombang
6. Peneliti melengkapi proposal penelitian sampai pelaksanaan ujian
proposal penelitian
7. Setelah memperoleh izin, selanjutnya peneliti menentukan populasi
atau responden
8. Menjelaskan kepada responden mengenai maksud dan tujuan
penelitian dan meminta persetujuan sebagai responden
9. Apabila responden sudah setuju, maka responden diminta untuk
menandatangi lembar informed consent
10. Peneliti membagikan kuesioner pada responden dan memberikan
waktu ±30 menit untuk mengisi kuesioner, setelah selesai menjawab
kemudian kuesioner dikumpulkan pada peneliti
11. Peneliti mengkoreksi semua kuesioner apakah sudah terjawab semua
atau belum
12. Setelah data terkumpul kemudian peneliti melakukan editing, coding,
scoring, tabulating
13. Menyajikan hasil penelitian
14. Menyusun laporan penelitian
4.8.3 Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data adalah kegiatan untuk merubah data mentah menjadi
data yang lebih ringkas, untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil
yang berarti dan kesimpulan yang baik (Notoatmodjo, 2010).
Pengolahan data dilakukan seperti berikut:
1) Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran
data yang diperoleh atau dikumpulkan (Notoatmodjo, 2010).
2) Coding
Coding adalah kegiatan untuk meengklarifikasi data atau jawaban
menurut kategorinya masing-masing. Adapun pengkodean pada
penelitian ini adalah untuk memudahkan pengolahan data dan analisa
data (Nursalam, 2011).
1. Data umum
a. Nama responden menggunakan no. urut R1, R2, R3 dan
seterusnya.
b. Umur
13 tahun : U1
14 tahun : U2
15 tahun : U3
c. Jenis kelamin
Laki-laki : J1
Perempuan : J2
2. Data khusus
a. Tingkat stres pada siswa
Normal : S1
Ringan : S2
Sedang : S3
Berat : S4
Sangat Berat : S5
b. Tingkat insomnia
Insomnia ringan : I2
Insomnia sedang : I3
Insomnia berat : I4
3) Scoring
Scoring merupakan kegiatan memberi skor pada tiap responden
dengan melakukan pemberian nilai terhadap jawaban kuesioner stress
dan kejadian insomnia pada remaja (Suryono, 2011).
1. Scoringtingkat stress pada remaja
a. tidak pernah : 0
b. jarang : 1
c. kadang-kadang : 2
d. sering : 3
2. Scoring tingkat insomnia pada remaja:
a. Normal : 0
b. Insomnia ringan : 1
c. Insomnia sedang : 2
d. Insomnia berat : 3
4) Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data, sesuai tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010).
Interpretasi data sebagai berikut:
100% : Seluruhnya
76-99% : Hampir semua
51-75% : Sebagian besar
50% : Setengahnya
26-49% : Hampir setengahnya
1-25% : Sebagian kecil
0% : Tidak satupun
(Arikunto, 2010)
4.8.4 Cara Analisa Data
1) Analisa univariat
Tujuan analisis univariat adalah untuk menjelaskan karateristik
pada tiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya. Pada data numerik menggunakan nilai mean atau rata-
rata, median dan standar deviasi. Umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2010). Yaitu varibel stress dengan insomnia
a. Stress
Untuk memperoleh kategori, maka selanjutnya dijumlahkan
semua nilai yang terkumpul dari masing-masing skor, sehingga
akan didapatkan kategori dari stres.
b. Insomnia pada remaja
Setelah data terkumpul semua melalui hasil kuesioner responden
kemudian dikelompokkan sesuai dengan sub variabel yang
diteliti. Setelah semua nilai terkumpul lalu dihitung dan
digolongkan berdasarkan tingkat insomnia.
2) Analisa bivariat
Analisa bivariat adalah digunakan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independent dan dependent dengan menggunakan uji
statistik. Uji statistik yang digunakan adalah Uji statistik Spearman
Rank dengan menggunakan perangkat software computer SPSS for
windows 21. Uji statistik spearman Rank dipakai karena kedua
variabel yang diukur berskala data ordinal, selain itu, Uji statistik
Spearman Rank merupakan uji statistik untuk menguji hubungan
antara kedua variabel tersebut (Hidayat, 2007).
a. Apabila p < 0,05 maka dinyatakan ada hubungan stress dengan
kejadian insomnia pada remaja kelasVII dan VIII di SMP PGRI 1
Perak Jombang.
b. Apabila p >0,05 maka dinyatakan tidak ada hubungan stress
dengan kejadian insomnia pada remaja kelas VII dan VIII di SMP
PGRI 1 Perak Jombang.
4.9 Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan
permohonan kepada Institusi Program Studi S1 Keperawatan STIKes ICMe
Jombang untuk mendapatkan persetujuan. Setelah itu peneliti memberikan
surat izin kepada kepala sekolah SMP PGRI 1 Perak Jombang untuk meminta
izin melakukan penelitian, kemudian peneliti melakukan penelitian dengan
tetap memperhatikan etika penelitian sebagai berikut:
1. Informed Consent (lembar persetujuan)
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subyek
penelitian. Subjek memberitahu maksud dan tujuan penelitian. Apabila
subjek bersedia menjadi responden maka diberikan lembar persetujuan
untuk ditandatangani.
2. Anonymity (tanpa nama)
Responden tidak perlu mencantumkan nama tetapi dengan menulis
nomor reponden atau bisa inisial saja untuk menjamin kerahasian
identitas.
3. Confidentiality
Kerahasian informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin oleh
peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya akan ditampilkan
pada forum akademis (Hidayat, 2007).
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di Kelas
VII dan VIII SMP PGRI 1 Perak Jombang pada tanggal 19 Juni 2019 dengan
responden 53 siswa. Hasil penelitian ini disajikan dalam dua bagian yaitu data
umum dan data khusus. Data umum memuat karateristik responden berdasarkan
umur dan karateristik responden berdasarkan jenis kelamin. Sedangkan data
khusus terdiri dari tingkat stres pada remaja, kejadian insomnia pada remaja, dan
tabel silang yang menggambarkan hubungan stress dengan kejadian insomnia
pada remaja usia 13-15 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian “Hubungan Stress dengan Kejadian Insomnia pada
Remaja Usia 13-15 Tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang” ini dilakukan di
ruang kelas VIII SMP PGRI 1 Perak Jombang. Jalan Perak, Sembung,
Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, dengan luas
tanah 1950 m2, serta jumlah sumber daya manusianya berjumlah 116 orang.
5.1.2 Data Umum
Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah dan didapatkan hasil
berikut:
55
1. Karateristik responden berdasarkan umur
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di SMP PGRI 1Perak Jombang pada tahun 2019
No Umur frekuensi Persentase (%)1 13 tahun 25 47,22 14 tahun 20 37,73 15 tahun 8 15,1
Total 53 100,0 Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berumur 13 tahun sebanyak 25 responden (47,2%).
2. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di SMP PGRI 1 Perak Jombang pada tahun 2019
No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)1 Laki-laki 21 39,62 Perempuan 32 60,4
53 100,0
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 32 responden
(60,4%).
5.1.3 Data Khusus
Data khusus yang akan disajikan variabel yang meliputi stress,
insomnia pada remaja, dan tabulasi silang antara stress dengan kejadian
insomnia pada remaja usia 13-15 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
1. Karateristik responden berdasarkan tingkat Stress
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat Stresssiswa di SMP PGRI 1 Perak Jombang pada tahun 2019
No
Kriteria Frekuensi Persentase (%)
1 Normal 8 15,12 Ringan 26 49,13 Sedang 17 324 Berat 1 1,95 Sangat berat 1 1,9
total 53 100,0
Sumber: Data primer 2019
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar dari
responden mengalami tingkat stress ringan sebanyak 26 responden
(49,1%).
2. Karateristik responden berdasarkan kejadian insomnia
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kejadian insomnia di SMPPGRI 1 Perak Jombang pada tahun 2019
No Kriteria Frekuensi Persentase (%)1 Insomnia ringan 31 58,52 Insomnia sedang 20 37,73 Insomnia berat 2 3,8
total 53 100,0
Sumber: Data primer 2019
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mengalami insomnia ringan sebanyak 31 responden (58,5%).
3. Tabel silang hubungan stress dengan kejadian insomnia pada remaja
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tabel silang hubungan stress dengankejadianinsomnia pada remaja di SMP PGRI 1 Perak Jombangpada tahun 2019
insomniaTotalRingan Sedang Berat
Stress Normal Jumlah 2 6 0 8% 25,0% 75,0% 0% 100,0%
Ringan Jumlah 18 7 1 26% 69,2% 26,9% 3,8% 100,0%
Sedang Jumlah 11 6 0 17% 64,7% 35,3% 0% 100,0%
Berat Jumlah 0 1 0 1% 0% 100,0% 0 100,0%
Sangat berat Jumlah 0 0 1 1% 0% 0% 100,0% 100%
Total Jumlah 31 20 2 53% 58,5% 37,7 3,8% 100,0%
Sumber: Data primer 2019
Berdasarkan tabel 5.5 didapatkan bahwa sebagian besar responden
yang mengalami stress yang ringan yaitu 26 responden (49,1%) dimana
responden yang mengalami insomnia ringan sebanyak 31 responden
(58,5%) dan insomnia sedang 7 responden (26,9%).
Dari hasil analisa data dengan menggunakan Spearman Rank
dengan bantuan program komputer SPSS for windows 21 yang tingkat
kemaknaan ρ ≤ α (0,03 ≤ 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti ada hubungan antara variabel stress dengan kejadian insomnia pada
remaja dimana semakin tinggi tingkat stress maka akan menyebabkan
insomnia. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara stress dengan kejadian insomnia pada remaja usia 13-15
tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
5.2 Pembahasan
Dari hasil penelitian stress dengan kejadian insomnia pada remaja usia
13-15 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang adalah sebagai berikut kategori
normal 8 responden (15,1%), stress ringan sebanyak 26 responden (49,1%),
stress sedang sebanyak 17 responden (32,1%), stress berat sebanyak 1
responden (1,9%), stress sangat berat sebanyak 1 responden (1,9%).
Sedangkan, kategori insomnia ringan sebanyak 31 responden (58,5%),
insomnia sedang sebanyak 20 responden (37,7%), insomnia berat sebanyak 2
responden (3,8%), maka didapatkan hubungan stress dengan kejadian
insomnia pada remaja usia 13-15 tahun sebagai berikut:
5.2.1 Stress pada remaja di SMP PGRI 1 Perak Jombang
Berdasarkan tabel 5.1 pada data umum didapatkan hasil keseluruhan
responden yang diteliti bahwa sebagian besar responden berusia 13 tahun
sebanyak 25 responden (47,2%). Serta pada tabel 5.3 pada tingkat stress
menunjukkan hasil bahwa sebagian basar responden mengalami stress
ringan sebanyak 26 responden (49,1%).
Stress muncul pada remaja karena remaja masih sangat labil serta
belum secara maksimal mengontrol emosinya maka hal inilah yang dapat
memicu timbulnya stress pada diri remaja. Menurut tabulasi data khusus
kuesioner DASS diketahui dari menjawab pertanyaan pada pertanyaan (saya
mudah marah pada hal-hal yang sepele, saya merasa diri saya mudah kesal,
serta saya mudah gelisah) dengan jawaban kadang diatas 50%, itu artinya
ketika remaja dibebani sebuah tanggung jawab yang dirasa agak sulit untuk
dilakukan, maka jarang ia akan mengalami tekanan dalam dirinya yang
disebut dengan stress. Remaja akan mudah mengalami stress karena remaja
di usia 13 tahun itu sendiri yang masih labil dan rentan mengalami stress,
dalam hal ini seorang remaja mengalami perubahan hormon, peralihan
pemikiran, dan proses menuju remaja pertengahan. Hal tersebut
menyebabkan banyak sekali perubahan pada diri remaja, khususnya dari
segi emosi remaja. Sikap-sikap atau emosi yang terdapat pada diri remaja
seperti merasa ingin menang sendiri (egois), menganggap jika dirinya yang
paling benar, mudah marah dan lain-lain. Sikap-sikap seperti itulah yang
bisa menyebabkan stress mudah dialami oleh remaja.
Hal ini sama dengan pendapat Nazir (2011) yang menyatakan stress
adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya
tuntutan dalam situasi sebagai beban diluar batas kemampuan mereka untuk
memenuhi tuntutan tersebut. Pola emosi remaja yang belum matang yang
dapat menyebabkan remaja rentan mengalami stress. Pada usia remaja
mempunyai respon stress yang lebih besar dari pada usia dibawahnya
(Kinantie, 2011). Masa remaja merupakan masa peralihan yang ditandai
dengan adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis (Sari, 2016). Teori Erick
Erickson tentang perkembangan psikososial manusia salah satunya
menyebutkan periode perkembangan masa remaja 12-20 tahun remaja
tergolong dalam Ego-Identity dan Role confusion (identitas diri dan
kekacauan peran) yaitu tahap ini remaja atau individu bisa mengenal lebih
dalam mengenai dirinya, keinginana atau cita-cita, sifat-sifat mereka, tujuan
hidup mereka dan sebagainya yang bersifat mengenal pribadi masing-
masing. Masa ini mengembangkan perasaan identitas ego yang matang pada
kutub positif dan identitas ego yang kacau pada kutub negatif (Kinantie,
2011).
5.2.2 Insomnia pada remaja di SMP PGRI 1 Perak Jombang
Berdasarkan tabel 5.2 pada data umum jenis kelamin didapatkan hasil
bahwa sebagian besar responden yang mengalami insomnia adalah remaja
perempuan sebanyak 32 responden (60%). Dari tabel 5.4 pada insomnia
pada remaja didapatkan hasil bahwa sebagian besar remaja yang mengalami
insomnia ringan sebanyak 31 responden (58,5%).
Remaja perempuan lebih rentan mengalami insomnia dikarenakan
perubahan hormon yang terjadi selama menstruasi pada wanita dimana hal
ini akan mempengaruhi siklus sirkandian (sirkandian clock), yang mana
siklus sirkandian salah satu fungsinya yaitu mengatur jam tidur dalam waktu
24 jam. Berdasarkan tabulasi data khusus kuesioner Insomnia Rating Scale
pertanyaan kuesioner P1 didapatkan hasil bahwa sebagian dari responden
menyatakan mereka tidur dalam satu malam 4,5-5,5 jam, pada P3 bahwa
sebagian besar dari responden menyatakan mereka mengalami tidur yang
baik tetapi mudah terbangun sekitar 3-4 kali terbangun pada malam hari.
Rarami (2013) menyatakan wanita lebih bisa merasakan manfaat yang
didapat dari tidur pulas namun wanita juga mudah terserang kantuk dan
rentan terhadap gangguan kesehatan karena kurang tidur. Hal ini disebabkan
oleh fase biologis wanita yang bisa membuatnya lebih rentan mengalami
gangguan tidur, seperti kehamilan dan hormon lainnya. Hal inilah yang
membuat wanita lebih rentan terhadap gangguan insomnia daripada pria.
Pola tidur wanita yang membuatnya lebih rentan terhadap gangguan
ternyata tidak berfungsi ketika wanita tersebut sedang sakit. Wanita yang
tidur kurang dari 8 jam sehari lebih mempunyai resiko untuk mengalami
gangguan kesehatan jika dibandingkan pria, dari sini dapat ditarik
kesimpulan bahwa penderita insomnia mayoritas adalah kaum wanita
(Rarami, 2013).
5.2.3 Hubungan stress dengan kejadian insomnia pada remaja
Berdasarkan tabel 5.5 pada hasil uji statistik Spearman Rank pada
penelitian ini diperoleh hasil nilai ρ (ρ-value) = 0,03, sehingga H0 ditolak
dan H1 diterima yang berarti ada hubungan stress dengan kejadian insomnia
pada remaja usia 13-15 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang. berdasarkan
tabulasi silang diperoleh hasil sebagian besar responden mengalami tingkat
stress yang ringan dengan insomnia yang ringan sebanyak 18 responden
(69,2%) dan dengan insomnia yang sedang sebanyak 7 responden (26,9%).
Tingkat stress merupakan salah satu faktor penyebab insomnia
ditinjau dari faktor psikologis yaitu stress dalam menghadapi tuntutan
sehari-hari, seperti tuntutan akademik, tuntutan sosial, serta tuntutan
lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat menjadikan beban mental untuk
mereka, sehingga menyebabkan pikiran seseorang tidak dapat rileks yang
akhirnya membuat seseorang mengalami perubahan jumlah jam tidur, akan
timbul gejala-gejala seperti pusing kepala, susah tidur, gelisah dan sulit
santai.
Banyak pikiran dan stress mengakibatkan kerja syaraf yang berlebihan
dan terlalu aktif, sehingga saat seseorang stress maka tubuh akan
meningkatkan produksi adrenalin. Adrenalin merupakan zat kimia yang
diproduksi oleh otak untuk meningkatkan kewaspadaan yang membuat
seseorang tetap terjaga, sehingga seseorang akan mengalami gangguan tidur
atau insomnia (Richa, 2013). Pada umumnya orang yang menderita
insomnia akan diikuti gangguan-gangguan fungsional pada tubuh ketika
terbangun dari tidurnya, seperti halnya akan merasakan kepala pusing,
badan tidak segar dan kurang bergairah (Yulise, 2013).
Tahap pendidikan khususnya, insomnia pada remaja akan berdampak
dari segi fisik, seperti mudah kantuk di siang hari yang dapat menyebabkan
terhambatnya aktivitas belajar di kelas dan menurunnya konsentrasi belajar
menyebabkan prestasi akademik remaja dapat menurun di sekolah
(Syamsoedin, 2015).
Dari hasil penelitian ini terdapat stress dan insomnia yang ringan,
namun meskipun sebagian besar siswa mengalami baik stress maupun
insomnia yang ringan keduanya dapat berdampak pada perkembangan
mental dan psikis mereka. Maka antisipasi yang dapat diberikan supaya
siswa tidak stress ataupun insomnia yaitu dengan melakukan koping yang
konstruktif, dengan cara mendapat motivasi dari lingkungan dengan baik,
tidak mencampur adukkan urusan pribadi dengan urusan sosial mereka, dan
melakukan kegiatan-kegiatan positif. Alangkah baiknya juga ketika sebelum
tidur mereka melakukan teknik relaksasi dan teknik distraksi. Teknik
relaksasi ini bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke otot-otot utama
dan mengurangi ketegangan pada otot, sedangkan teknik distraksi bertujuan
untuk mengalihkan perhatian individu terhadap masalah yang sedang
menimpanya. Peningkatan pengawasan orang tua juga dapat dilakukan
dengan mengontrol waktu begadang remaja dan memberikannya batasan
waktu.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian tentang
“hubungan stress dengan kejadian insomnia pada remaja usia 13-14 tahun di SMP
PGRI 1 Perak Jombang”. berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di
SMP PGRI 1 Perak Jombang, maka dapat diambil kesimpulan dan saran sebagai
berikut:
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Stress yang dihadapi oleh siswa SMP PGRI 1 Perak Jombang yaitu
dikategorikan tingkat stress ringan.
2. Insomnia yang dihadapi oleh siswa SMP PGRI 1 Perak Jombang yaitu
dikategorikan insomnia ringan.
3. Ada hubungan antara stress dengan kejadian insomnia pada remaja usia 13-
15 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang.
6.2 Saran
1. Bagi guru
Diharapkan guru-guru dapat mengelola stress yang terjadi dengan cara
memberikan kegiatan yang positif yang banyak diminati oleh siswa, seperti
melakukan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) setiap tahun pada saat
menjelang ujian dan pada saat penerimaan siswa baru, serta membuat wadah
65
penyaluran bakat setiap siswa yang dilakukan seminggu sekali, agar stress
tersebut tidak menjadi distress.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat memanfaatkan penelitian
ini sebagai literatur tambahan dengan variabel yang sama namun dengan
memberikan variabel tambahan dengan pemberian terapi lavender maupun
terapi musik bagi siswa yang mengalami stress.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani. 2016. Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung. Refika Aditama
Ali, M. 2016. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Andrean, D.W. 2009. Hubungan Tingkat Stress dengan Insomnia pada Lansia di Desa Tambak Merang Girimarto Wonogiri. Skripsi: STIKes Insan Cendekia Medika, Jombang
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: FKUI
Atsih, M.D. 2015. Koping Emosional dengan Tingkat Stres pada Lansia. Skripsi: STIKes Insan Cendekia Medika, Jombang
Buyyse, D. J. 2015. Chronic Insomnia. Am J Psychiatry
Dadang. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI
Darmodjo. 2009. Faktor Penyebab Insomnia pada Lansia. Http://jurnal.umsb.ac.id/wpcontent/upload/2014/09. diakses pada tanggal 3 April 2019
Ema, Kusuma, Widiani. 2017. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia pada Remaja Pengguna Media Sosial Di MTS Muhammadiyah 1 Malang, Nursing News, vol. 2, no. 3,
Febriana, R. 2013. 10 Penyakit yang Timbul Akibat Stres. Diakses pada 28 Maret 2019
Gunawan. 2011. Remaja dan Permasalahannya. Yogyakarta: Hanggar Kreator
Haristandi, R. 2010. Hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian insomnia pada mahasiswa keperawatan sebelum menghadapi praktik klinik
Hawari, D. 2011. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
66
Kinantie, Hernawaty, Hidayati. 2011. Gambaran Tingkat Stress Siswa SMAN 3 Bandung Kelas XII Menjelang Ujian Nasional
Lazarus & Folkman. 2012. Stress Appraisal and Coping. Newyork: Springer Publishing Company, Inc
Nasir & Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan Jiwa, Salemba Medika, Jakarta
Nasir M. 2011. Metode Penelitian Cetakan 6. Penerbit Ghalia Indonesia. Bogor
Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian. Prenada Media Group, Jakarta
Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta
Nugroho. 2015. Pengaruh pernafasan diafragma terhadap tingkat stress pada lansia hipertensi. Skripsi: STIKes Insan Cendekia Medika, Jombang
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrument Penelitian Keperawatan. Rineka Cipta. Jakarta
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. ECG. Jakarta
Priyoto. 2014. Teori Sikap dan Prilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
Rafknowladge. 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya. Elx Media Computindo. Jakarta
Robotham, D. 2008. Stress among higher education student: Toward a research agenda. Higher Education, 56
Ramadhani, V.S. 2014. Hubungan stress dengan Kejadian Insomnia pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar.Skripsi: Fakultas Kesehatan dan Mipa Universitas Muhammadiyah, Sumatra Barat
Rarami. 2013. Pola Tidur Pria dan Wanita. Http://gender-issue.blogspot.comDiakses pada 3 April 2019
Richa, F. 2013. 10 penyakit yang timbul akibat stress. Diakses pada tanggal 28 Mei 2019.
67
Sari, I.Y. 2016. Hubungan Intensitas Penggunaan Sosial Media dengan Insomnia pada Remaja Usia 14-15 Tahun. Skripsi: STIKes Insan Cendekia Medika, Jombang
Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendekia Press. Yogyakarta
Sayekti, H. 2015. Analisis Risiko Depresi, Tingkat Sleep Hygiene dan Penyakit Kronis dengan Kejadian Insomnia pada Lansia
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administratif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sukadiyanto. 2010. Pengantar Teori dan Metodelogi Melatih Fisik. Bandung: Alfabeta
Syamsoedin & Putry, W. K. 2015. Hubungan Durasi Penggunaan Media Sosial dengan Kejadian Insomnia pada Remaja di SMA Negeri 9 Manado. Jurnal. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulani Manado
Wong, D. L. 2016. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1. Jakarta: EGC
Wulandari, Hadiati, AS, 2017, Hubungan antara Tingkat Stres dengan Tingkat Insomnia Mahasiswa/i Angkatan 2012/2013 Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, JKD, vol.6, no. 2
Yulise, A. 2013. 8 Tanda Gangguan Hormon pada Wanita. http://www.deherba.com. Diakses pada 28 Mei 2019.
Zunita, S. 2017. Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Insomnia pada Remaja Menjelang Ujian Nasional, Skripsi: STIKes Insan Cendekia Medika, Jombang
67
Lampiran 1No. Jadwal 2019
Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pembuatan judul
2. Konsul judul
3. Studi pendahuluan
4. Penyusunan proposal
5. Bimbingan proposal
6. Ujian proposal
7. Revisi proposal
8. Pengambilan dan pengolahan data
9. Penyusunan skripsi
10. Bimbingan skripsi
11. Ujian skripsi
12. Revisi skripsi
Lampiran 2
Lampiran 3
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANINSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
Kampus A Jl. Kemuning 57 A Candimulyo JombangTelp. (0321) 8494886, Fax (0321) 8494335
Website http://stikesicme-jbg.ac.id / Email :[email protected]
PERMOHONAN KESEDIAAN RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama Mahasiswa : Deny Irmawati
NIM : 153210009
Program studi : S1 Keperawatan
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Stress dengan
Kejadian Insomnia pada Remaja Usia 13-15 Tahun di SMP PGRI 1 Perak”.
Sehubung dengan hal tersebut di atas, saya mohon kesediaan anda untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani lembar persetujuan
dan menjawab pertanyaan sesuai dengan petunjuk. Saya akan menjamin
kerahasiaan jawaban yang diberikan.
Atas partisipasi dan bentuan anda saya ucapkan terima kasih
Jombang, 25 Mei 2019
Peneliti
(Deny Irmawati)
Lampiran 4
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANINSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
Kampus A Jl. Kemuning 57 A Candimulyo JombangTelp. (0321) 8494886, Fax (0321) 8494335
Website http://stikesicme-jbg.ac.id / Email :[email protected]
PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONSENT)
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta mengetahui manfaat dan
tujuan penelitian yang berjudul “Hubungan Stress dengan Kejadian Insomnia pada
Remaja Usia 13-15 Tahun di SMP PGRI 1 Perak”. Menyatakan
SETUJU/TIDAK SETUJUdi ikut sertakan dalam penelitian, dengan catatan jika
sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan
persetujuan.
Saya percaya informasi yang saya berikan dijamin kerahasiaanya
Jombang, 25 Mei 2019
Responde
n
(……………………)
Lampiran 5
KUESIONER
HUBUNGAN STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIA
PADA REMAJA USIA 13-15 TAHUN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES ICME JOMBANG
Petunjuk pengisian !
1. Isilah data berikut ini dengan keadaan yang sebenarnya.
2. Beri tanda centang (√) pada tiap item pertanyaan sesuai dengan keadaan
anda.
3. Mohon jangan sampai ada pertanyaan yang terlewatkan untuk dijawab.
4. Diskusikan dengan peneliti jika kesulitan dalam menjawab pertanyaan.
5. Mohon kembalikan kepada peneliti jika data sudah terisi semua.
1. DATA DEMOGRAFI
a. Identias Responden
Nama (inisial) :
Umur :
Jenis kelamin :
2. KUESIONER DASS (Depression, Anciety, and Stress Scale)
No Pertanyaan TP JRG KDG SRG
1 Saya merasa mudah marah karena hal-hal sepele
2 Saya cenderung beraksi berlebihan terhadap situasi
RAHASIA HANYA UNTUK
PENELITIANNO RESPONDEN
3 Saya merasa sulit bersantai
4 Saya dapati diri saya mudah kesal
5 Saya merasa bahwa saya menggunakan banyak energi
6 Saya merasa diri saya tidak sabar ketika harus menunggu
7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung
8 Saya merasa sulit istirahat
9 Saya menemukan bahwa saya sangat mudah marah
10 Saya sulit untuk tenang setelah seseuatu membuat saya
kesal
11 Saya merasa sulit untuk memaklumi gangguan ketika
saya melakukan kegiatan
12 Saya mudah gelisah
13 Saya tidak bisa sabar terhadap apapun yyang membuat
saya marah
14 Saya menemukan bahwa diri saya mudah gelisah
Keterangan:
TP : Tidak pernah
JRG : Jarang
KDG : Kadang
SRG : Sering
KUESIONER
HUBUNGAN STRESS DENGAN KEJADIAN INSOMNIA
PADA REMAJA USIA 13-15 TAHUN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES ICME JOMBANG
Petunjuk pengisian !
1. Isilah data berikut ini dengan keadaan yang anda.
2. Beri tanda silang ( x ) pada tiap item pertanyaan sesuai dengan keadaan
anda.
3. Mohon jangan sampai ada pertanyaan yang terlewatkan untuk dijawab.
4. Diskusikan dengan peneliti jika kesulitan dalam menjawab pertanyaan.
5. Mohon kembalikan kepada peneliti jika data sudah terisi semua.
1. DATA DEMOGRAFI
a. Identias Responden
Nama (inisial) :
Umur :
Jenis kelamin :
2. KUESIONER IRS (Insomnia Rating Scale)
1. Berapa jam anda tidur dalam satu malam?
a. Lebih dari 6,5 jam
b. 5,5 - 6,5 jam
c. 4,5 – 5,5 jam
d. Kurang dari 4,5 jam
2. Apakah anda selalu bermimpi saat tidur?
RAHASIA HANYA UNTUK
PENELITIANNO RESPONDEN
a. Tidak ada mimpi
b. Terkadang mimpi yang menyenangkan atau mimpi biasa saja
c. Selalu bermimpi
d. Mimpi buruk atau mimpi yang tidak menyenangkan
3. Bagaimana tidur anda?
a. Dalam (nyenyak), sulit untuk terbangun
b. Tidur yang baik, tetapi sulit terbangun
c. Tidur yang baik tetapi mudah terbangun
d. Tidur dangkal, mudah terbangun
4. Berapa lama waktu yang ada butuhkan untuk tidur?
a. Kurang dari ½ jam
b. Antara ½sampai 1 jam
c. Antara 1 sampai 3 jam
d. Lebih dari 3 jam atau saya tidur sama sekali
5. Berapa kali anda terbangun dari tidur di malam hari?
a. Tidak terbangun sama sekali
b. 1-2 kali terbangun
c. 3-4 kali terbangun
d. Lebih dari 4 kali terbangun
6. Berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk dapa tertidur kembali setelah
terbangun dimalam hari?
a. Kurang dari ½ jam
b. Antara ½ sampai 1 jam
c. Antara 1 sampai 3 jam
d. Lebih dari 3 jam atau saya tidak dapat jatuh tidur lagi
7. Berapa jam rata-rata tidur anda setelah terbangun dimalam hari
a. Lebih dari 3 jam
b. Antara 1 sampai 3 jam
c. Antara ½ jam sampai 1 jam
d. Kurang dari ½ jam
8. Sudah berapa malam anda sering terbangun dimalam hari dan mengalami
kesulitan untuk tidur kembali?
a. 1 malam
b. 2-7 hari
c. 3-4 minggu
d. Lebih dari 4 minggu
9. Jam berapa anda bangun tidur?
a. Jam 05.00 WIB
b. Jam 04.00 WIB dan tidak dapat tidur kembali
c. Jam 03.00 WIB dan tidak dapat tidur kembali
d. Sebelum jam 03.00 WIB dan tidak dapat tertidur kembali
10. Bagaimana perasaan anda saat bangun tidur?
a. Terasa segar
b. Tidak terlalu baik
c. Buruk
d. Sangat buruk (tidak merasa segar)
11. Sudah berapa lama anda bangun tidur tapi merasa badan tidak segar?
a. Sehari
b. 2-7 minggu
c. 2-4 minggu
d. Lebih dari 4 minggu
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
TABULASI DATA UMUM
No Jenis kelamin Usia1 2 32 2 13 2 14 1 15 1 16 1 17 1 18 2 19 2 1
10 2 111 2 112 2 313 1 314 1 115 2 216 2 117 2 218 1 119 1 320 1 221 2 122 2 323 2 224 1 125 2 326 1 227 2 328 2 329 2 230 2 231 2 132 1 133 2 134 1 235 1 236 2 1
37 1 238 1 139 1 240 1 241 2 142 1 243 2 244 2 145 1 146 2 247 2 248 2 249 1 250 2 151 2 252 2 153 2 2
Lampiran 9
TABULASI DATA KHUSUS
KUESIONER DASS
No P1P2
P3
P4
P5 P6 P7 P8 P9
P10
P11
P12
P13
P14
total
skor kriteria
1 3 2 0 2 1 2 0 0 2 1 1 1 1 1 17 2 Ringan2 2 0 1 3 2 1 0 2 2 1 0 1 1 0 16 2 Ringan3 3 2 0 0 1 2 1 2 2 0 1 1 1 2 18 2 Ringan4 1 0 1 0 2 0 0 0 0 1 1 0 1 1 8 1 Normal5 2 0 3 1 1 0 2 1 0 2 1 0 2 2 17 2 Ringan6 2 0 0 1 2 1 0 1 0 0 0 1 1 0 9 1 Normal7 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 5 1 Normal8 1 0 2 1 1 2 2 3 1 1 0 2 0 2 18 2 Ringan9 3 2 1 1 1 2 1 2 2 0 1 1 1 2 20 3 Sedang10 3 2 2 0 2 3 0 2 2 0 2 0 1 2 21 3 Sedang11 1 2 2 3 1 1 1 0 2 1 2 0 2 0 18 2 Ringan12 2 2 3 1 2 1 0 2 0 2 2 0 3 2 22 3 Sedang13 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 6 1 Normal14 3 2 2 1 2 0 1 1 1 0 2 0 2 1 18 2 Ringan15 1 2 1 3 2 2 2 0 2 0 2 2 0 2 21 3 Sedang16 2 1 2 2 0 1 1 1 2 0 0 3 2 1 18 2 Ringan17 0 2 0 2 1 3 2 2 1 2 0 1 1 1 18 2 Ringan18 3 2 1 0 2 1 1 0 1 1 0 2 0 2 16 2 Ringan19 1 1 1 1 1 2 0 0 2 1 2 0 2 3 17 2 Ringan20 2 0 2 2 1 0 0 2 0 2 0 2 3 0 16 2 Ringan21 3 2 3 2 0 2 1 1 2 1 0 1 2 1 21 3 Sedang22 1 2 1 2 2 0 1 1 1 2 3 2 0 0 18 2 Ringan23 3 0 2 1 2 2 0 0 2 1 2 0 3 2 20 3 Sedang24 1 0 2 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 8 1 Normal25 2 2 0 3 1 2 0 1 2 0 1 2 3 2 21 3 Sedang26 2 0 2 3 0 2 0 0 1 2 2 0 2 0 16 2 Ringan27 3 2 2 3 1 2 0 1 1 2 0 2 3 2 24 3 Sedang28 3 3 2 3 1 3 2 0 2 1 3 2 1 0 26 4 Berat29 2 3 1 2 1 1 0 2 1 3 2 0 2 2 22 3 Sedang30 1 1 1 2 3 2 0 0 1 2 1 2 2 0 18 2 Ringan31 3 2 1 3 2 0 2 1 1 3 1 2 2 0 23 3 Berat32 2 1 0 0 1 0 0 2 1 1 0 0 1 1 10 1 Normal33 3 2 0 2 2 1 2 0 1 1 2 1 2 2 21 3 Sedang34 0 0 2 1 2 0 2 3 1 1 1 1 1 2 17 2 Ringan35 0 3 2 1 0 0 2 0 2 1 1 1 2 2 17 2 Ringan36 1 2 3 3 1 0 2 1 2 0 2 0 2 2 21 3 Sedang37 2 2 1 1 1 2 0 2 0 0 1 2 3 0 17 2 Ringan
38 1 2 2 0 2 0 0 0 2 0 3 2 0 2 16 2 Ringan39 0 2 3 2 1 2 0 2 0 2 0 0 1 2 17 2 Ringan40 3 2 0 2 0 2 1 2 2 1 0 2 0 0 17 2 Ringan41 1 0 2 3 2 1 2 0 2 0 2 1 1 1 18 2 Ringan42 3 0 2 1 1 2 0 0 0 1 1 1 1 0 13 1 Normal43 2 1 2 3 3 1 2 0 2 0 2 1 2 1 22 3 Sedang44 2 1 2 2 1 0 1 1 0 0 2 0 2 3 17 2 Ringan45 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 7 1 Normal46 2 2 2 1 2 2 3 0 0 1 2 0 2 1 20 3 Sedang47 1 2 2 1 2 1 0 1 0 2 0 0 2 3 17 2 Ringan48 1 3 2 0 2 0 2 2 1 1 2 1 2 1 20 3 Sedang49 3 2 0 2 2 0 0 0 1 2 2 0 2 0 16 2 Ringan50 2 3 2 0 2 0 2 1 2 1 3 0 1 1 20 3 Sedang51 2 3 1 2 0 2 0 1 2 1 1 2 2 2 21 3 Sedang52 1 2 1 2 0 2 0 2 1 1 3 2 0 1 18 2 Ringan
53 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 1 1 33 5sangat berat
Keterangan skor Stres :
Normal (0-14) : 1
Ringan (15-18) : 2
Sedang (19-25) : 3
Berat (26-33) : 4
Sangat berat (≥33) : 5
Lampiran 10
TABULASI DATA KHUSUS
KUESIONER INSOMNIA RATING SCALE
No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 total skor kriteria1 3 2 0 2 1 2 0 0 2 1 1 14 1 Ringan2 2 0 1 3 2 1 0 2 2 1 0 14 1 Ringan3 3 2 0 0 1 2 1 2 2 0 1 14 1 Ringan4 3 3 1 0 3 2 2 0 3 3 1 21 2 Sedang5 2 0 3 1 1 0 2 1 0 2 1 13 1 Ringan6 2 3 2 3 2 2 2 1 1 0 1 19 2 Sedang7 3 1 3 2 0 3 1 2 2 1 1 19 2 Sedang8 1 0 2 1 1 2 2 3 1 1 0 14 1 Ringan9 3 2 1 1 1 2 1 2 2 0 1 16 1 Ringan
10 3 2 2 0 2 3 0 2 2 0 2 18 2 Sedang11 1 2 2 3 1 1 1 0 2 1 2 16 1 Ringan12 2 2 3 1 2 1 0 2 0 2 2 17 1 Ringan13 1 2 3 1 2 1 1 0 1 1 0 13 1 Ringan14 3 3 3 2 3 2 2 3 2 1 2 26 3 Berat15 1 2 1 3 2 2 2 0 2 0 2 17 1 Ringan16 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 1 20 2 Sedang17 2 2 1 2 1 3 2 2 1 2 0 18 2 Sedang18 3 2 1 0 2 1 1 0 1 1 0 12 1 Ringan19 2 3 2 3 1 2 1 1 2 1 2 20 2 Sedang20 2 1 2 3 1 2 3 2 1 2 1 20 2 Sedang21 3 2 3 2 0 2 1 1 2 1 0 17 1 Ringan22 1 2 1 2 2 0 1 1 1 2 3 16 1 Ringan23 3 0 2 1 2 2 0 0 2 1 2 15 1 Ringan24 1 3 2 2 2 3 2 2 2 1 1 21 2 Sedang25 3 2 2 3 2 2 1 2 2 0 1 20 2 Sedang26 2 0 2 3 0 2 0 0 1 2 2 14 1 Ringan27 3 2 2 3 1 2 0 1 1 2 0 17 1 Ringan28 3 3 2 3 1 3 2 0 2 1 3 23 2 Sedang29 2 3 1 2 1 1 0 2 1 3 2 18 2 Sedang30 1 1 1 2 3 2 0 0 1 2 1 14 1 Ringan31 3 2 1 3 2 0 2 1 1 3 2 20 2 Sedang32 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 19 2 Sedang33 3 2 0 2 2 1 2 0 1 1 2 16 1 Ringan34 0 0 2 1 2 0 2 3 1 1 1 13 1 Ringan35 0 3 2 1 0 0 2 0 2 1 1 12 1 Ringan36 1 2 3 3 1 0 2 1 2 0 2 17 1 Ringan37 2 3 3 2 1 2 2 2 1 1 1 20 2 Sedang38 3 2 2 3 2 2 2 2 2 0 3 23 2 Sedang
39 0 2 3 2 1 2 0 2 0 2 0 14 1 Ringan40 3 2 0 2 0 2 1 2 2 1 0 15 1 Ringan41 1 0 2 3 2 1 2 0 2 0 2 15 1 Ringan42 3 0 2 1 1 2 0 0 0 1 1 11 1 Ringan43 2 1 2 3 3 1 2 0 2 0 2 18 2 Sedang44 2 1 2 2 1 0 1 1 0 0 2 12 1 Ringan45 3 2 2 0 3 2 2 1 1 2 1 19 2 Sedang46 2 2 2 1 2 2 3 0 0 1 2 17 1 Ringan47 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 21 2 Sedang48 1 3 2 0 2 0 2 2 1 1 2 16 1 Ringan49 3 2 0 2 2 0 0 0 1 2 2 14 1 Ringan50 2 3 2 0 2 0 2 1 2 1 3 18 2 Sedang51 2 3 1 2 0 2 0 1 2 1 1 15 1 Ringan52 1 2 1 2 0 2 0 2 1 1 3 15 1 Ringan53 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 28 3 Berat
Keterangan skor Insomnia
Insomnia ringan (11-17) : 1
Insomnia sedang (18-24) : 2
Insomnia berat (25-33) : 3
Lampiran 11FREQUENCIES
Statistics
umur jenis kelamin stress Insomnia
N Valid 53 53 53 53
Missing 0 0 0 0
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 13 tahun 25 47.2 47.2 47.2
14 tahun 20 37.7 37.7 84.9
15 tahun 8 15.1 15.1 100.0
Total 53 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki laki 21 39.6 39.6 39.6
perempuan 32 60.4 60.4 100.0
Total 53 100.0 100.0
Stress
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid normal 8 15.1 15.1 15.1
ringan 26 49.1 49.1 64.2
sedang 17 32.1 32 96.2
berat 1 1.9 1.9 98.1
sangat berat 1 1.9 1.9 100.0
Total 53 100.0 100.0
Insomnia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid insomnia ringan 31 58.5 58.5 58.5
insomnia sedang 20 37.7 37.7 96.2
insomnia berat 2 3.8 3.8 100.0
Total 53 100.0 100.0
CROSS-TABULATION
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur * stress 53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
jenis kelamin * stress 53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Crosstab
Stress
Totalnormal ringan Sedang berat
sangat
berat
umur 13 tahun Count 6 12 7 0 0 25
Expected Count 3.8 12.3 8.0 .5 .5 25.0
% within umur 24.0% 48.0% 28.0% .0% .0% 100.0%
% of Total 11.3% 22.6% 13.2% .0% .0% 47.2%
14 tahun Count 1 11 7 0 1 20
Expected Count 3.0 9.8 6.4 .4 .4 20.0
% within umur 5.0% 55.0% 35.0% .0% 5.0% 100.0%
% of Total 1.9% 20.8% 13.2% .0% 1.9% 37.7%
15 tahun Count 1 3 3 1 0 8
Expected Count 1.2 3.9 2.6 .2 .2 8.0
% within umur 12.5% 37.5% 37.5% 12.5% .0% 100.0%
% of Total 1.9% 5.7% 5.7% 1.9% .0% 15.1%
Total Count 8 26 17 1 1 53
Expected Count 8.0 26.0 17.0 1.0 1.0 53.0
% within umur 15.1% 49.1% 32.1% 1.9% 1.9% 100.0%
% of Total 15.1% 49.1% 32.1% 1.9% 1.9% 100.0%
Crosstab
stress
Totalnormal Ringan sedang berat
sangat
berat
jenis
kelamin
laki laki Count 8 13 0 0 0 21
Expected Count 3.2 10.3 6.7 .4 .4 21.0
% within jenis kelamin 38.1% 61.9% .0% .0% .0% 100.0%
% of Total 15.1% 24.5% .0% .0% .0% 39.6%
perempu
an
Count 0 13 17 1 1 32
Expected Count 4.8 15.7 10.3 .6 .6 32.0
% within jenis kelamin .0% 40.6% 53.1% 3.1% 3.1% 100.0%
% of Total .0% 24.5% 32.1% 1.9% 1.9% 60.4%
Total Count 8 26 17 1 1 53
Expected Count 8.0 26.0 17.0 1.0 1.0 53.0
% within jenis kelamin 15.1% 49.1% 32.1% 1.9% 1.9% 100.0%
% of Total 15.1% 49.1% 32.1% 1.9% 1.9% 100.0%
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur * insomnia 53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
jenis kelamin * insomnia 53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Crosstab
Insomnia
Totalinsomnia ringan insomnia sedang insomnia berat
umur 13 tahun Count 13 11 1 25
Expected Count 14.6 9.4 .9 25.0
% within umur 52.0% 44.0% 4.0% 100.0%
% of Total 24.5% 20.8% 1.9% 47.2%
14 tahun Count 13 6 1 20
Expected Count 11.7 7.5 .8 20.0
% within umur 65.0% 30.0% 5.0% 100.0%
% of Total 24.5% 11.3% 1.9% 37.7%
15 tahun Count 5 3 0 8
Expected Count 4.7 3.0 .3 8.0
% within umur 62.5% 37.5% .0% 100.0%
% of Total 9.4% 5.7% .0% 15.1%
Total Count 31 20 2 53
Expected Count 31.0 20.0 2.0 53.0
% within umur 58.5% 37.7% 3.8% 100.0%
% of Total 58.5% 37.7% 3.8% 100.0%
Crosstab
insomnia
Total
insomnia
ringan
insomnia
sedang
insomnia
berat
jenis
kelamin
laki laki Count 10 10 1 21
Expected Count 12.3 7.9 .8 21.0
% within jenis kelamin 47.6% 47.6% 4.8% 100.0%
% of Total 18.9% 18.9% 1.9% 39.6%
perempuan Count 21 10 1 32
Expected Count 18.7 12.1 1.2 32.0
% within jenis kelamin 65.6% 31.2% 3.1% 100.0%
% of Total 39.6% 18.9% 1.9% 60.4%
Total Count 31 20 2 53
Expected Count 31.0 20.0 2.0 53.0
% within jenis kelamin 58.5% 37.7% 3.8% 100.0%
% of Total 58.5% 37.7% 3.8% 100.0%
SPARMAN RANK
Correlations
stress Insomnia
Spearman's rho stress Correlation Coefficient 1.000 .360**
Sig. (2-tailed) . .031
N 53 53
insomnia Correlation Coefficient .360** 1.000
Sig. (2-tailed) .031 .
N 53 53
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Stress * insomnia 53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Stress * insomnia Crosstabulation
insomnia
Totalringan sedang berat
Stress normal Count 2 6 0 8
Expected Count 4.7 3.0 .3 8.0
% within Stress 25.0% 75.0% .0% 100.0%
% of Total 3.8% 11.3% .0% 15.1%
ringan Count 18 7 1 26
Expected Count 15.2 9.8 1.0 26.0
% within Stress 69.2% 26.9% 3.8% 100.0%
% of Total 34.0% 13.2% 1.9% 49.1%
sedang Count 11 6 0 17
Expected Count 9.9 6.4 .6 17.0
% within Stress 64.7% 35.3% .0% 100.0%
% of Total 20.8% 11.3% .0% 32.1%
berat Count 0 1 0 1
Expected Count .6 .4 .0 1.0
% within Stress .0% 100.0% .0% 100.0%
% of Total .0% 1.9% .0% 1.9%
sangat berat Count 0 0 1 1
Expected Count .6 .4 .0 1.0
% within Stress .0% .0% 100.0% 100.0%
% of Total .0% .0% 1.9% 1.9%
Total Count 31 20 2 53
Expected Count 31.0 20.0 2.0 53.0
% within Stress 58.5% 37.7% 3.8% 100.0%
% of Total 58.5% 37.7% 3.8% 100.0%
Lampiran 12
Lampiran 13