repo.stikesicme-jbg.ac.idrepo.stikesicme-jbg.ac.id/2501/2/skripsi nolin watermark... · web...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN AROMA TERAPI JASMINE TERHADAP PENURUNAN DISMINOREA PADA REMAJA WANITA USIA 13-16 TAHUN DI SMP PGRI PERAK JOMBANG
NOVI LILIN KRISNAWATI 15.321.0030
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”JOMBANG
2019
i
PENGARUH PEMBERIAN AROMA TERAPI JASMINE TERHADAP PENURUNAN DISMINOREA PADA REMAJA WANITA USIA 13-16 TAHUN DI SMP PGRI PERAK JOMBANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi S1 Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang
NOVI LILIN KRISNAWATI 15.321.0030
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“INSAN CENDEKIA MEDIKA”JOMBANG
2019
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Novi Lilin Krisnawati
NIM : 153210030
Tempat, Tanggal Lahir : Bojonegoro, 24 Nopember 1997
Institusi : Prodi S1 Keperawatan STIKes “ICME” Jombang
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul pengaruh pemberian aroma terapi
jasmine terhadap penurunan disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di
SMP PGRI PERAK JOMBANG. Adapun skripsi skripsi ini bukan milik orang lain
baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
disebutkan sumber. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-
benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi
akademis dan sanksi hukum.
Jombang, Juli 2019
Mahasiswa
Novi Lilin Krisnawati
iii
iv
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bojonegoro, Jawa Timur pada tanggal 24 November
1997 dari Ibu Pinarsih. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Pada tahun 2003 penulis lulus dari TK Tunas Abadi, pada tahun 2009 penulis
lulus dari SDN Besah 2, pada tahun 2012 penulis lulus dari SMP Negeri 1 Kasiman,
pada tahun 2015 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kasiman, dan pada tahun 2015
penulismasuk STIKES Insan Cendekia Medika Jombang. Penulis memilih program
studi S1 Keperawata dari lima pilihan program studi yang ada di STIKES ICMe
Jombang.
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
vi
Jombang, Juli 2019
Yang menyatakan
Novi Lilin Krisnawati
153210030
PERSEMBAHAN
Seiring dengan doa dan puji syukur peneliti persembahkan skripsi ini untuk:
1. Allah SWT, yang selalu member kemudahan disetiap langkah, member
petunjuk, membuka pintu kesabaran, dan selalu membimbing ke jalan yang
Engkau ridhoi. Tidak lupa solawat dan salam selalu terlimpahkan kepada
kehadirat Rasulullah Muhammad S.A.W.
2. Mami pinarsih, Bapak Suntari tercinta. Tak ada kata yang pantas ananda
ucapkan selain beribu-ribu “Terimakasih” karena telah mendoakan penulis
dalam pengharapan – pengharapan yang pasti. Kesabaran dalam doamu
menjadi suksesnya penuluis dikemudian hari. Tidak ada doa yang terkabulkan
selain doa dari orang tua yang tulus dan ikhlas. Terimakasih kepada keluarga
tercinta yang telah berusaha susah payah banting tulang untuk merawat dan
membesarkan penulis sampai saat ini dengan penuh cinta kasih sayang
walaupun penulis sebagai anaknya sering melakukan hal – hal yang bisa
membuatnya terluka.
3. Dosen – dosen S1 Keperawatan STIKES ICME Jombang dan Almamater saya
yang selalu memberi bimbingannya. Khususnya kepada Ibu Anita rahmawati,
S.Kep., Ns., M.Kes dan bapak H.Imam fatoni, SKM., MM. yang telah sabar
memberikan bimbingan kepada penulis.
4. Teman – teman seperjuangan,Hastin,Cesy,Cak Zy,Mbok kiyut,Umik
Isul,Miaw,Septong,Revy Kurus dan angkatan 2015 prodi S1 Keperawatan
khususnya kelas 8A, terimakasih untuk kekompakan dan kerjasama serta
selalu mendukung, menemani, menghibur, dan memberikan banyak
kebahagiaan.
Terimakasih yang sebesar – besarnya untuk kalian semua. Dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di
masa yang akan datang, Amin.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh pemberian
aroma terapi jasmine terhadap penurunan disminorea pada remaja wanita usia 13-16
tahun di SMP PGRI PERAK JOMBANG “ ini dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat H.Imam Fatoni, SKM.,MM selaku ketua STIKes ICME Jombang, Ibu
Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns,.M.Kep.selaku Kaprodi S1 Keperawatan, Bapak
D.Imam Fatoni, SKM.,MM selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan
serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini, Ibu Anita
Rahmawati, S.Kep, Ns.M.Kep selaku pembimbing II yang telah rela meluangkan
waktu, tenaga serta pikirannya demi terselesaikannya skripsi ini, Kepala Sekolah
SMP PGRI PERAK JOMBANG yang telah memberikan ijin penelitian. Kedua
orang tua yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil selama
menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang hingga terselesaikannya skripsi ini, serta semua pihak yang tidak bisa
peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan bantuannya
dalam penyusunan skripsi ini, dan teman-teman yang ikut serta memberikan saran
dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan tepat waktu.
viii
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
skripsi ini dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, Amin.
Jombang, Juli 2019
Penulis
ix
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN AROMA TERAPI JASMINE TERHADAP PENURUNAN DISMINOREA PADA REMAJA WANITAUSIA 13-16 TAHUN DI SMP PGRI PERAK JOMBANG
Oleh:
NOVI LILIN KRISNAWATI
Disminorea memiliki dampak yang cukup besar bagi remaja putri karena menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Remaja putri yang mengalami disminorea pada saat menstruasi akan merasa terbatas dalam melakukan aktivitas khususnya aktivitas belajar di sekolah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian relaksasi aroma terapi jasmine terhadap penurunan disminorea pada ramaja wanita usia 13-16 tahun.
Desain penelitian ini adalah pra eksperimen one group pre test post test desaign. Populasinya Semua remaja wanita usia 13-16 tahun yang berjumlah 50 orang, sampel dalam penelitian ini Sebagian remaja wanita usia 13-16 tahun yang berjumlah 30 orang. Tehnik sampling menggunakan consecutive sampling. Instrumen penelitian menggunakan lembar kuesioner dengan pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating dan analisis menggunakan uji wilcoxon.
Hasil penelitian ini sebagian besar responden 19 orang (63,3%) sebelum pemberian aroma terapi jasmine tingkat nyeri disminorea sedang, hampir seluruhnya responden 26 orang (86,7%) sesudah pemberian aroma terapi jasmine tingkat nyeri disminorea ringan. Berdasarkan uji wilcoxon menunjukkan bahwa nilai signifikansi () = 0,000 < (0,05), sehingga H1 diterima.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian relaksasi aroma terapi jasmine terhadap penurunan disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun.
Kata Kunci : Aroma terapi jasmine, disminorea, pada remaja wanita usia 13-16 tahun
x
ABSTRACT
THE EFFECT OF GIVING AROMA JASMINE THERAPY TO DISMINOREA DECREASE IN YOUTH WOMENAGES 13-16 YEARS IN SMP PGRI
PERAK JOMBANG
By:
NOVI LILIN KRISNAWATI
Disminorea has a considerable impact on young women because it causes disruption of daily activities. Young women who experience disminorea during menstruation will feel limited in doing activities, especially learning activities at school. The purpose of this study was to determine the effect of giving aromatic relaxation of jasmine therapy to the reduction of disminorea in female adults aged 13-16 years.
The design of this study is a pre-experimental one group pre test post test desaign. The population are 50 female adolescents aged 13-16 years in the Middle School. The sample in this study were 30 female adolescents aged 13-16 years in the Middle School. The sampling technique uses consecutive sampling. The research instrument used questionnaire sheets with data processing editing, coding, scoring, tabulating and analysis using the Wilcoxon test.
The results of this study were mostly respondents 19 people (63.3%) before giving jasmine aroma therapy medium disminorea pain level, almost all of the respondents were 26 people (86.7%) after giving jasmine aroma therapy with mild disminorea pain level. Based on the Wilcoxon test shows that the significance value () = 0,000 < (0,05), so H1 is accepted.
The conclusion of this study is that there is an effect of giving aromas of jasmine therapy to the reduction of disminorea in adolescent girls aged 13-16 years.
Keywords: Aroma of jasmine therapy, disminorea, in adolescent girls aged 13-16 years
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ iHALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................ iiSURAT PERNYATAAN................................................................................... iiiLEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................. ivLEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vRIWAYAT HIDUP............................................................................................ viLEMBAR PERSEMBAHAN........................................................................... viiABSTRAK.......................................................................................................... viiiABSTRACT....................................................................................................... ixKATA PENGANTAR........................................................................................ xDAFTAR ISI....................................................................................................... xiDAFTAR TABEL.............................................................................................. xiiiDAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xivDAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xvDAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN.................................................. xviBAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................11.2 Rumusan Masalah..................................................................................31.3 Tujuan Penelitian....................................................................................41.4 Manfaat Penelitian..................................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aromaterapi............................................................................................ 2.2 Konsep Disminorea .............................................................................. 2.3 Konsep Nyeri ........................................................................................ 2.4 Konsep Remaja .....................................................................................BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................3.2 Hipotesis ...............................................................................................
BAB 4 METOE PENELITIAN4.1 Jenis Penelitian .....................................................................................4.2 Rancangan Penelitian ...........................................................................4.3 Waktu dan Tempat penelitian ...............................................................4.4 Kerangka Kerja......................................................................................4.5 Populasi,Sampel dan Sampling .............................................................4.6 Identifikasi Variabel..............................................................................4.7 Definisi Operasional .............................................................................4.8 Teknik dan prosedur pengumpulan data................................................4.9 Pengolahan dan Analisa Data................................................................4.10 Etika Penelitian ...................................................................................
xii
BAB 5 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN.................................... 465.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 465.2 Pembahasan.................................................................................... 50
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 556.1 Kesimpulan..................................................................................... 556.2 Saran................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 57LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional...............................................................................38
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan informasi .........................47
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan sumber informasi ............47
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sebelum pemberian aroma terapi jasmine ...................................................................................................48
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sesudah pemberian aroma terapi jasmine....................................................................................................48
Tabel 5.5 Tabulasi silang pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun........49
xiv
DAFTAR GAMBAR
No. Daftar Gambar Halaman
3.1 Kerangka Konseptual……………………………………………………32
4.4 Kerangka Kerja ……………………………………………………........35
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden.
Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden.
Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4 SOP
Lampiran 5 Jadwal Penelitian
Lampiran 6 Tabulasi Data Umum
Lampiran 7 Tabulasi Data khusus
Lampiran 8 Hasil Uji Statistik Kuesioner
Lampiran 9 Lembar Pernyataan Dari Perpustakanan
Lampiran 10 Lembar Surat Studi Pendahuluan dan Izin Penelitian
Lampiran 11 Lembar Surat Telah Melakukan Penelitian.
Lampiran 12 Lembar Konsultasi
xvi
DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN
H1/Ha : hipotesis alternatif
% : prosentase
> : lebih besar
< : lebih kecil
SMP : Sekolah Menengah Pertama
PGRI : Persatuan Guru Republik Indonesia
NRS : Numerical Rating Scale
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dalam
kehidupan seseorang.Masa ini merupakan periode transisi dari masa anak ke masa
dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional,
dan sosial. Perubahan paling awal muncul yaitu perkembangan secara biologis.
Salah satu tanda keremajaan secara biologis yaitu mulainya remaja mengalami
menstruasi, biasanya dimulai antara usia 10 sampai 16 tahun, tergantung pada
berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi dan berat tubuh relatif
terhadap tinggi tubuh (Puji, 2010).
Disminorea memiliki dampak yang cukup besar bagi remaja putri karena
menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari. Remaja putri yang mengalami
disminorea pada saat menstruasi akan merasa terbatas dalam melakukan aktivitas
khususnya aktivitas belajar di sekolah. Menurut Rohmat (2013). Setelah
dilakukan studi pendahuluan di SMP PGRI 1 PERAK lebih dari 50% remaja
wanita yang mengalami dismenorea saat menstruasi,siswi mengatakan
dismenoreaa yang dirasakan mengganggu konsentrasi belajar di sekolah dan
pernah tidak masuk sekolah karena dismenorea yang dirasakan sangat berat dan
tidak dapat dditahan. Saat menangani dismenorea tersebut siswi mengatakan pada
saat mengalami dismenorea tidak melakukan apa-apa, hanya dibiarkan saja dan
xviii
tidak pernah mengkonsumsi obat anti nyeri untuk mengurangi dismenorea
tersebut.
Menurut WHO angka dismenore di dunia sangat besar, rata-rata lebih dari
50% perempuan di setiap Negara mengalami dismenore. Di Swedia sekitar 72%.
Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan
10-15% diantaranya mengalami dismenore berat, yang menyebabkan mereka
tidak mampu melakukan kegiatan apapun (Occupation And Environmental
Medicine, 2008). Indonesia kejadian nyeri haid tercatat 64,25% yang terdiri dari
54,89% mengalami nyeri haid primer sedangan 9,36% mengalami nyeri haid
sekunder (Wilis, 2011).
Menstruasi terjadi mengikuti pola yang teratur dan tidak memiliki masalah,
namun demikian ada beberapa wanita yang mengalami beberapa kelainan pada
saat tertentu. Kelainan- kelainan yang paling umum adalah disminorea dan
sindrom premenstruasi. Sekitar sepertiga remaja wanita menstruasi akan
merasakan beberapa sakit yang menyertai menstruasi (Stik, Carolus, 2015).
Disminorea dapat disertai dengan rasa mual, muntah, diare dan kram, sakit seperti
kolik diperut (Tobergte & Curtis, 2013). Dismenore yang menimbulkan rasa nyeri
merupakan salah satu masalah yang paling umum pada wanita dari berbagai
tingkat usia. Menurut Dr. Rachmi Primadiati,indera penciuman akan menangkap
aromaterapi ini dan meneruskan pesan elektrokimia ke susunan saraf pusat, lalu
pesan akan diteruskan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi darah dan
limfatik. Tandanya berupa pelepasan substansi neurokimia yang menimbulkan
perasaan senang, rileks, tenang atau terangsang.
xix
Dr. Alan huck, seorang ahli neurologi, ahli psikiatri dan juga direktur Smell
dan Taste Research Center di Chicago mengatakan bahwa bau berpengaruh
secara langsung pada otak seperti obat. Bau yang masuk melalui hidung di ubah
oleh cilia di dalam hidung menjadi impuls listrik yang diteruskan ke otak melalui
olfaktorius. Semua impuls mencapai sistem limbik, yang merupakan bagian dari
yang terkaitkan dengan suasana hati, memori, emosi dan belajar. Semua bau yang
mencapai sistem limbik mempunyai pengaruh kimia langsung pada suasana hati.
Setiap jenis aromaterapi mempunyai efek yang berbeda-beda.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat nyeri pada
seseorang yang mengalami dismenore dengan aroma terapi, nyeri pada saat
menstruasi dapat berkurang dengan pemberian aroma terapi. Aroma terapi juga
dapat memberikan efek stimulasi, keseimbangan, dan relaksasi pada pikiran dan
fisik tubuh, efek inilah yang dapat menurunkan rasa nyeri pada seseorang.
Adapun minyak yang dapat digunakan dengan cara aroma terapi untuk
pengobatan nyeri saat menstruasi adalah minyak jasmine, minyak ini berfungsi
membantu melancarkan pengeluaran darah kotor. Minyak jasmine dapat
menurunkan rasa nyeri ataupun rasa sakit, jasmine ini memiliki aroma yang
sedative, yang dapat menghilangkan rasa sakit, mengendurkan sistem saraf,
menenangkan dan melegakan saat kita menghirupnya.
1.2 Rumusan Masalah
xx
“Apakah ada pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan
disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI PERAK
JOMBANG?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Menganalisis pengaruh pemberian relaksasi aroma terapi jasmine
terhadap penurunan disminorea pada ramaja wanita usia 13-16 tahun di
SMP PGRI PERAK JOMBANG.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi disminorea pada remaja wanita sebelum dilakukan
tindakan teknik relaksasi dengan aroma terapi jasmine di SMP SUNAN
GIRI PERAK JOMBANG.
2. Mengidentifikasi disminorea pada remaja wanita setelah dilakukan
tindakan teknik relaksasi dengan aroma terapi jasmine di SMP PGRI
PERAK JOMBANG.
3. Mengidentifikasi pengaruh teknik relaksasi menggunakan aroma terapi
jasmine terhadap penurunan disminorea di SMP PGRI PERAK
JOMBANG.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
xxi
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan masukan bagi
ilmu keperawatan guna mengurangi disminorea.
1.4.2 Manfaat Praktisi
1. Bagi siswa
Setelah dilakukan pemberian teknik relaksasi menggunakan aroma
terapi jasmine,nyeri pada siswa disminorea akan menurun dan hilang.
xxii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aromaterapi
2.1.1 Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma berarti
bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Jadi aromaterapi
adalah salah satu cara pengobatan penyakit dengan menggunakan bau-bauan
yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum dan enak
yang disebut dengan minyak atsiri (Agusta, 2014).
Hal serupa juga diutarakan oleh Watt & Janca dalam Octhaviany, et all.
(2015) yang menyebutkan bahwa aromaterapi adalah terapi yang
menggunakan minyak esensial yang dinilai dapat membantu mengurangi
bahkan mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti
cemas, depresi, dan nyeri. Sementara menurut Koensoemardiyah dalam
Octhaviany, et all. (2015) aromaterapi merupakan suatu metode yang
xxiii
menggunakan minyak atsiri sebagai komponen utama untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan juga memengaruhi kesehatan emosi seseorang.
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan essential oil atau sari
minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,
membangkitkan semangat, menyegarkan serta membangkitkan jiwa raga
(Octhaviany, et all. 2015)).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aromaterapi
adalah salah satu cara pengobatan dengan mengunakan bau-bauan atau
wewangian yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan di ekstrak
menjadi minyak yang biasa disebut minyak essensial, minyak essensial dapat
membantu mengatasi gangguan psikologis dan gangguan rasa nyaman seperti
cemas dan depresi.
2.1.2 Jenis-Jenis dan Khasiat Aromaterapi
Menurut Agusta (2014) jenis-jenis tanaman yang dapat dijadikan
sebagai minyak atsiri untuk aromaterapi, yaitu:
a. Jasmine
Minyak jasmine diklasifikasikan sebagai king of oils. Bermanfaat untuk
menghilangkan ketegangan, kegelisahan, dan depresi, dapat membentuk
perasaan optimis, senang dan bahagia, serta menghilangkan kelesuhan.
b. Lavender
Berfungsi untuk meringankan nyeri otot dan sakit kepala, membangkitkan
kesehatan, menurunkan ketegangan, stres, kejang otot, serta dapat
digunakan untuk meningkatkan imunitas.
xxiv
c. Mawar
Bermanfaat untuk memperbaiki kondisi kulit, meringankan stres, serta
antidepresan.
d. Merica hitam
Bermanfaat untuk menyembuhkan infeksi, meningkatkan sirkulasi darah,
menghangatkan otot yang kejang dan sendi yang kaku, serta
meningkatkan energi.
e. Jeruk nipis
Bersifat sebagai pembangkit tenaga dan dapat menjernihkan pikiran.
f. Jinten manis
Bermanfaat untuk menimbulkan perasaan senang dan gembira sehingga
cocok digunakan untuk relaksasi atau melemaskan dan menyeimbangkan
emosi.
g. Kayu manis
Bermanfaat untuk menghangatkan dan menyembuhkan otot yang kejang
dan juga mengurangi nyeri sendi.
h. Kenanga
Bermanfaat sangat kuat untuk merelaksasi badan dan pikiran serta
menurunkan tekanan darah.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka aromaterapi yang digunakan didalam
penelitian ini yaitu aromaterapi jasmine karena bermanfaat untuk
menghilangkan ketegangan, kegelisahan, dan depresi, dapat membentuk
perasaan optimis, senang dan bahagia, serta menghilangkan kelesuhan.
xxv
2.1.3 Manfaat Aromaterapi
Aroma yang terkandung dalam minyak esensial dapat menimbulkan
rasa tenang akan merangsang daerah di otak untuk memulihkan daya ingat,
mengurangi kecemasan, depresi, dan stres (Buckle, 2015).
Kelebihan nyata dari aromaterapi adalah bahwa ia bekerja pada tingkat
sel dan fisik dan juga dalam emosional, intelektual, spiritual, dan estetika
hidup (Primadiati dalam Octhaviany, et all. 2015).
Salah satu efektivitas kandungan kimia dalam minyak esensial dapat
mempengaruhi aktivitas fungsi kerja otak melalui sistem saraf yang
berhubungan dengan indera penciuman. Respon ini akan merangsang
peningkatan aktivitas neutrotransmiter, yaitu berkaitan dengan pemulihan
kondisi psikologis (seperti emosi, perasaan, pikiran, dan keinginan)
(Octhaviany, et all., 2015)
Salah satu manfaat dari pemberian aromaterapi adalah untuk
menurunkan kadar stres dan kelelahan pada seseorang. Perpaduan jenis
minyak atsiri berupa minyak jasmine, minyak lavender, minyak bergamot,
dan minyak geraminium rose dapat menimbulkan suasana relaks dan
keseimbangan emosional sehingga tercipta suasana tenteram dan bahagia
(Koensoemardiyah, dalam Octhaviany, et all. 2015).
Aromaterapi dapat bermanfaat untuk mengatasi berbagai masalah fisik
seperti pegal, sakit kepala, diabetes, kelelahan, rematik, migrain, radang sendi,
dan sebagainya. Selain itu, masalah mental dan psikologis seperti aprodisiak,
xxvi
depresi, stres, dan insomnia juga dapat di atasi dengan pemberian aromaterapi
(Agusta, 2015).
Menurut Price (2016), minyak esensial memiliki kemampuan
antiinflamasi, antiseptik, perangsang selera makan, karminatif, koleretik,
perangsang sirkulasi, deodoran, ekspektoran, hiperemik, insektisida, sedatif,
pengatur keseimbangan, dan penghasil energi. Price (2016) mengatakan
bahwa respon relaksasi dapat dipicu lewat banyak cara, termasuk membaca,
mendengarkan musik yang disenangi, dan tentu saja, aromaterapi.
2.1.4 Cara Penggunaan Aromaterapi
Terapi aroma dapat digunakan dalam beberapa cara yaitu melalui:
a. Inhalasi Langsung
Inhalasi merupakan salah satu cara yang diperkenalkan dalam
penggunaan metode terapi aroma yang paling simpel dan cepat. Inhalasi
juga merupakan metode yang paling tua dalam penggunaan aromaterapi.
Aromaterapi masuk dari luar tubuh ke dalam tubuh dengan satu tahap
mudah melewati paru-paru dan dialirkan ke pembuluh darah melalui
alveoli (Buckle, 2015).
Aroma dapat memberikan efek yang cepat dan kadang hanya dengan
memikirkan baunya dapat memberikan bau yang nyata. Bau cepat
memberikan efek terhadap fisik maupun psikologis (Buckle, 2015).
Cara inhalasi biasanya diperuntukkan untuk individu, yaitu dengan
menggunakan cara inhalasi langsung. Namun, cara inhalasi juga dapat
digunakan secara bersamaan. Metode ini disebut inhalasi tidak langsung.
xxvii
Adapun cara penggunaan aromaterapi secara langsung menurut Buckle
(2015), yaitu:
a) Tissue, dengan meneteskan 1-5 tetes minyak esensial kemudian
dihirup 5-10 menit oleh individu.
b) Steam, dengan menambahkan1-5 tetes minyak esensial kedalam alat
steam atau penguapan yang telah diisi air dan digunakan selama
sekitar 10 menit.
Selain penggunaan aromaterapi secara langsung, pemberian aromaterapi
secara tidak langsung juga dapat dilakukan menurut Departement of
Health (2007), yaitu dengan cara:
a) Menambahkan 1-5 tetes minyak esensial ke dalam alat pemanas yang
telah berisi air, kemudian letakkan di tempat yang aman. Ini dapat
berfungsi sebagai pengharum ruangan atau penyegar ruangan.
b) Menambahkan 2-5 tetes minyak aromaterapi dalam vaporizer dengan
20ml air untuk dapat menghasilkan uap air yang ditempatkan diatas
peralatan listrik sebagai alat penguap.
b. Semprotan
Minyak asiri yang disemprotkan ke udara akan membantu menghilangkan
bakteri, jamur, bau pengap, dan bau yang tidak mengenakan. Minyak asiri
tidak hanya menyegarkan udara dengan aroma alami, tetapi juga dapat
membuat rileks dan menghilangkan ketegangan menciptakan susana yang
tentram dan harmonis. Bau aromaterapi dari minyak asiri akan
memberikan efek terhadap reseptor otak.
xxviii
2.2 Konsep Dismenorea
2.2.1 Pengertian dismenorea
Dismenorea adalah sakit saat menstruasi sampai dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari. (Manuaba, 2014). Dismenorea adalah rasa tidak enak di
perut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual sehingga
memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara
hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Sarwono, 2016).
2.2.2 Patofisiologi dismenorea
Dismenorea dihubungkan dengan ovulasi. Adanya ketidakseimbangan
estroge progesteron menyebabkan kerusakan dinding lisosom. Akibatnya,
peningkatan prostaglandin.Prostaglandin yang meningkat mengakinatkan
adanya kontraksi iskemik miometrium sehingga mengakibatkan adanya
dismenorea primer (Edge , 2014)
Peningkatan kadar prostaglandin yang berlebihan akan menyebabkan
dismenorea yang disertai kram pada perut, sakit punggung, mual, muntah,
diare, sakit kepala (Bobak, 2012).
Mekanisme terjadinya nyeri pada dysmenorrhea primer diterangkan
sebagai berikut : Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan
mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar
progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom,
sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase ini
xxix
A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium; menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam arakhidonat
bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam
arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan
PGF2 alfa. Wanita dengan dismenorrhea primer didapatkan adanya
peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan
merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan
disritmi uterus. Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan
ini akan mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada
ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia
(Sunaryo, 2014).
2.2.3 Jenis dismenorea
1. Dismenorea primer
Dismenorea primer terjadi, jika tidak ada penyakit organik, biasanya dari
bulan keenam sampai tahun kedua setelah menarke. Dismenorea ini
seringkali hilang pada usia 25 tahun atau setelah wanita hamil dan
melahirkan per vaginam (Bobak, 2012).
2. Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder dikaitkan dengan penyakit pelvis organik, seperti
endometriosis, penyakit radang pelvis, stenosis serviks, neoplasma
ovarium atau uterus dan polip uterus. IUD juga dapat merupakan
xxx
penyebab dismenorea ini. Dismenorea sekunder dapat disalahartikan
sebagai dismenorea primer atau dapat rancu dengan komplikasi kehamilan
dini. Terapi haru ditujukan untuk mengobati penyebab dasar (Bobak,
2012).
Dismenorea sekunder adalah dismenorea yang disertai kelainan anatomis
genetalis (Manuaba, 2014).
Dismenorea sekunder adalah nyeri haid yang berhubungan dengan
kelainan anatomis ini kemungkinan adalah haid disertai infeksi,
endometriosis, miomi uteri, polip endomental, polip serviks, pemakai
AKDR (Manuaba, 2014).
2.2.4 Klasifikasi Nyeri Dismenorea
Menurut Baziad (2013 ) dismenorea dapat diklasifikasikan menjadi 3,
yaitu :
1. Dismenorea Ringan
Rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat, hanya diperlukan istirahat
sejenak (duduk, berbaring ) sehingga dapat dilakuan kerja atau aktivitas
sehari-hari
2. Dismenorea Sedang
Diperlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu
meninggalkan aktivitas sehari-hari.
3. Dismenorea Berat
Untuk menghilangkan keluhan istirahat beberapa hari, dengan akibat
meninggalkan aktivitas sehari-hari.
xxxi
2.2.5 Penyebab Dismenorea
Menurut Sarwono (2016) penyebab dismenorea primer antara lain :
1. Faktor kejiwaan
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka
tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul
dismenorea.
2. Faktor konstitusi
Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat
juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenorea.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis
Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita
menderita dismenorea tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam
hiperantefleksi. Sebaliknya terdapat banyak wanita tanpa keluhan
xxxii
dismenorea, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam
hiperantefleksi atau hiperretrofleksi.
4. Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus,
novak dan reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci
berkesimpulan bahwa hormone estrogen merangsang kontraktilitas uterus,
sedang hormone progesterone menghambat atau mencegahnya.
5. Faktor alergi
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dismenorea dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith
menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukkan bahwa
peningkatan kadar progstaglandin memegang peranan penting dalam
etiologi dismenoreaprimer.
2.2.6 Penanganan Dismenorea
1. Penyuluhan dan nasihat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan
yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan
dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan dan lingkungan
penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu
xxxiii
atau takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai
makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olah raga mungkin berguna.
Kadang-kadang diperlukan psikoterapi.
2. Pemberian obat analgesik
Dewasa ini banyak beradar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simptomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat
di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk mengurangi
penderitaan.
Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin,
fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran ialah antara
lain novalgin, ponstan, acet-aminophen dan sebagainya.
3. Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-
benar dismenorea primer atau untuk memungkinkan penderita
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan
ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil kombinasi
kontrasepsi.
4. Terapi dengan obat nosteroid antiprostaglandin
Terapi dengan obat nosteroid antiprostaglandin memegang peranan yang
makin penting terhadap dismenorea primer. Termasuk di sini
indomestasin, ibuprofen, dan naproksen, dalam kurang lebih 70%
penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.
xxxiv
Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1 sampai 3 hari
sebelum haid, dan pada hari pertama haid (Sarwono, 2016).
5. Terapi aroma jasmine
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat
nyeri pada seseorang yang mengalami dismenore dengan aroma terapi,
nyeri pada saat menstruasi dapat berkurang dengan pemberian aroma
terapi. Aroma terapi juga dapat memberikan efek stimulasi,
keseimbangan, dan relaksasi pada pikiran dan fisik tubuh, efek inilah yang
dapat menurunkan rasa nyeri pada seseorang. Adapun minyak yang dapat
digunakan dengan cara aroma terapi untuk pengobatan nyeri saat
menstruasi adalah minyak jasmine, minyak ini berfungsi membantu
melancarkan pengeluaran darah kotor. Minyak jasmine dapat menurunkan
rasa nyeri ataupun rasa sakit, jasmine ini memiliki aroma yang sedative,
yang dapat menghilangkan rasa sakit, mengendurkan sistem saraf,
menenangkan dan melegakan (Jumarani, 2012).
2.2.7 Pencegahan Dismenorea
1. Selama haid hindari melakukan olah raga berat.
2. Hindari mengkonsumsi alkohol, kopi, juga coklat. Karena hal ini dapat
meningkatkan kadar estrogen dalam tubuh. Jangan juga memakan
makanan yang bertemperatur dingin selama masa haid. Misalnya, es krim,
sebaiknya menghindari hal tersebut.
xxxv
3. Lebih banyak mengkonsumsi sayur dan buah – buahan serta makanan
yang berkadar lemak rendah.
4. Konsumsi vitamin. Vitamin E sebanyak 400 mg bisa mencegah
peradangan dan meningkatkan respon kekebalan tubuh. Atau gunakan
juga vitamin B6 untuk mengurangi penerimaan estrogen. Lebih baiknya
minum juga minyak ikan yang bisa mengurangi radang. Selain itu, minyak
ikan ini juga berguna untuk menghambat pertumbuhan tidak normalnya
jaringan endometrial.
5. Menjalani pola hidup sehat, jika sudah waktunya jangan menunda
kehamilan. Lakukan juga pemeriksaan rutin secara berkala. (Kasdu,
2014).
2.3 Konsep Nyeri
2.3.1 Pengertian Nyeri
Menurut Mouncastle dalam Prasetyo (2014) nyeri adalah pengalaman
sensori yang dibawa oleh stimulus sebagai akibat adanya ancaman atau
kerusakan jaringan, dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah ketika seseorang
terluka (secara fisik).
Menurut Arthur dalam Prasetyo (2014) nyeri adalah suatu mekanisme
produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan
individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri.
Menurut International Association for study of pain (1979), nyeri
dalam Prasetyo (2014) nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan
xxxvi
yang bersifat actual atau potensial atau dirasakan dalam kejadian-kejadian
dimana terjadi kerusakan.
McCaffery (1980) dalam Prasetyo (2014) menyatakan bahwa nyeri
adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan
terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan merasakan nyeri. Definisi ini
menempatkan seseorang pasien sebagai expert (ahli) di bidang nyeri, karena
hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri yang ia rasakan.
Menurut Smeltzer and Bare dalam Fauziah (2012) nyeri adalah
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan yang aktual dan potensial.
2.3.2 Fisiologi Nyeri
a. Stimulus
Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsang nyeri) dan
reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung
saraf bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat.
Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-
stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik serta
mekanik.
b. Reseptor nyeri
Reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi perubahan-
perubahan pratikular disekitarnya, kaitannya dengan proses terjadinya
xxxvii
nyeri maka reseptor-reseptor inilah maka reseptor-reseptor inilah yang
menangkap stimulus-stimulus nyeri.
c. Pathways nyeri
Untuk lebih mudah memahami proses terjadinya nyeri, dibutuhkan
pengetahuan yang baik tentang anatomi fisiologi sistem persyaratan.
Rangkaian proses proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi,
dimana hal ini terjadi ketika nosiseptor yang terletak pada bagian perifer
tubuh disimulasi oleh berbagai stimulus, seperti faktor biologis, mekanis,
listrik, thermal radiasi dan lain-lain (Prasetyo, 2014).
2.3.3 Klasifikasi Nyeri
Menurut Prasetyo (2014) Nyeri akut dibagi menjadi tujuh yaitu :
a. Nyeri akut
Nyeri akut terjadi setelah terjadinya cedera akut, penyakit, atau intervensi
bedah dan memiliki wajah awitan yang cepat dengan intensitas yang
bervariatif (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu singkat.
Fungsi nyeri akut adalah untuk memberi peringatan akan menghilang
dengan atau tanpa pengobatan setelah area yang rusak pulih kembali.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik berlangsung lebih lama daripada nyeri akut, intensitasnya
(ringan sampai berat) dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan.
Penderita kanker maligna yang tidak terkontrol biasanya akan merasakan
nyeri kronis terus menerus yang dapat berlangsung sampai kematian.
xxxviii
c. Nyeri kutaneus
Ada dua macam bentuk nyeri superficial, bentuk yang pertama adalah
nyeri dengan onset yang tiba-tiba dan mempunyai kualitas yang tajam, dan
bentuk kedua adalah nyeri dengan onset yang lambat disertai rasa
terbakar. Nyeri superficial dapat dirasakan pada seluruh permukaan tubuh
atau kulit klien. Trauma gesekan, suhu yang terlau panas dapat menjadi
penyebab timbulnya nyeri superficial ini.
d. Nyeri somatik dalam
Nyeri somatik merupakan fenomena nyeri yang kompleks. Struktur
somatis merupakan bagian pada tubuh seperti otot-otot atau tulang. Nyeri
somatic dalam biasanya bersifat difus (menyebar) berbeda dengan nyeri
superficial yang mudah untuk dilokalisir. Struktur somatis yang ada di
dalam tubuh manusia berbeda-beda intensitasnya terhadap nyeri. Bagian
yang mempunyai sensitivitas tinggi terhadap nyeri antara lain: tendon,
fascia dalam, ligamen, pembuluh darah, tulang periosteum dan nervus-
nervus. Otot skeleton hanya sensitif terhadap iskemi dan peregangan.
Tulang dan kartilago biasanya sensitif terhadap tekananan yang ekstrim
atau stimulus kimia.
e. Nyeri visceral
Istilah nyeri visceral biasanya mengacu pada bagian vescera abdomen,
walaupun sebenarnya kata viscus (jamak dari vescera) berarti setiap organ
xxxix
tubuh bagian dalam yang lebar dan mempunyai ruang seperti cavitas
tengkorak, cavitas thorak, cavitas abdominal dan cavitas pelvis.
f. Reffred pain
Ngeri dalam dapat diakibatkan dari gangguan organ visceral atau lesi pada
bagian somatic dalam. Keduanya dapat dirasakan menyebar sampai ke
bagian permukaan kulit, hal ini dikarenakan serabut saraf visceral
bersinapsis di dalam medulla spinalis dengan beberapa neouron urutan
kedua yang sama yang menerima serabut nyeri dari kulit. Apabila serabut
nyeri visceral tersebut dirangsang dengan kuat, sensasi nyeri dari visceral
menyebar ke dalam beberapa neuoron yang biasanya menghantarkan
sensasi nyeri hanya dari kulit, sehingga orang tersebut mempunyai
perasaan bahwa sensasi itu benar-benar berasal dari dalam kulit itu sendiri.
g. Nyeri psikogenik
Nyeri psikogenik disebut juga psycalgia atau nyeri somatoform, adalah
nyeri yang tidak diketahui secara fisik, nyeri ini biasanya timbul karena
pengaruh psikologis, mental, emosional atau factor perilaku. Sakit kepala,
back pain atau nyeri perut adalah contoh sebagian dari nyeri psikogenik
yang paling umum. Nyeri psikogenik terkadang dilihat sebagai sesuatu
yang salah, dimana nyeri ini dianggap sebagai sesuatu yang tidak nyata.
Padahal semua nyeri yang dinyatakan klien adalah nyata.
2.3.4 F
2.2.2 aktor Yang Mememengaruhi Respon Nyeri
a. Usia
xl
Usia merupakan variable yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada
individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami
nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak
kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada
kedua orang tuanya ataupun pada perawat. Sebagian ana-anak terkadang
segan untuk mengungkapkan keberadaan nyeri yang ia alami, mereka
takut akan tindakan perawatan yang harus mereka terima nantinya.
b. Jenis kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam
berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang menganggap
bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis
dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan
nyeri. Akan tetapi dari penelitian terakhir memperlihatkan hormone seks
pada mamalia berpengaruh terhadap tingkat toleransi terhadap nyeri.
Hormon seks testosterone menaikkan ambang nyeri pada percobaan
binatang, sedangkan estrogen meningkatkan pengenalan/sensitivitas
terhadap nyeri. Bagaimanapun pada manusia lebih kompleks, dipengaruhi
oleh personal, social, budaya dan lain-lain.
c. Kebudayaan
xli
Perawat seringkali berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu
dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira
bagaimana pasien berespon terhadap nyeri.
d. Makna nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara
seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan
nyeri saat bersalin, akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan
wanita lainnya yang nyeri karena dipukul oleh suaminya.
e. Lokasi dan tingka kepuasan nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan
pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin ringan,
sedang, atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya
dengan kualitas nyeri, masing-masing individu juga bervariasi dengan
yang melaporkan nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut, terbakar
dan lain-lain.
f. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi
nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon
nyeri sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan penurunan respon
xlii
nyeri. Konsep inilah yang mendasari berbagai terapi untuk menghilangkan
nyeri, seperi relaksasi, teknik imajinasi terbimbing dan masase.
g. Kecemasan
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang
dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi
nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas. Sebagai contoh
seseorang yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi
penyakitnya akan semakin meningkatkan persepsi nyerinya.
h. Keletihan
Keletihan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan
menurunkan kemampuan koping individu.
i. Support keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan,
bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain, atau teman terdekat.
Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan.
j. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi pengalaman
yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa pada masa yang
mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan
xliii
mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai
pengalaman sedikit tentang nyeri.
(Prasetyo, 2014).
2.3.5 Pengukuran Nyeri
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan
oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dari individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh
dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang
paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri
itu sendiri. Namun pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat
memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri. Pengukuran intensitas
nyeri menurut Prasetyo (2014) adalah sebagai berikut :
NRS (Numerical Rating Scale)
Skala Intensitas Nyeri Numerik ini digunakan sebagai pengganti alat
pendeskripsi kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan skala 0
sampai 10. Angka 0 diartikan kondisi klien tidak merasakan nyeri, angka
10 mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan klien. Skala ini
efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah
intervensi terpeutik.
xliv
Gambar 2.2 Representasi linear dari skala penilaian numerik
Keterangan NRS (Numerical Rating Scale) (David and Walker, 2013):
0 – 3 : Nyeri ringan
4 – 6 : Nyeri sedang
7 –10 : Nyeri berat atau parah
2.4 Konsep Remaja
2.4.1 Pengertian remaja
Remaja adalah periode perkembangan selama di mana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya
antara usia 13-20 tahun. Istilah adolesens biasanya menunjukkan titik di mana
reproduksi mungkin dapat terjadi. perubahan hormonal pubertas
mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan
mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipnotis dan berhadapan
dengan abstraksi (Potter, 2010).
Menurut Asrori (2011) remaja adalah suatu usia di mana individu
menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak
tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua
melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
2.4.2 Batasan Usia Remaja
xlv
Ringan Sedang Parah
Batasan remaja yang umum digunakan oleh para ahli antara 12 hingga
21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan menjadi tiga,
yaitu : 12-15 tahun = masa remaja awal, 16-18 tahun = masa remaja
pertengahan, dan 19-21 tahun = masa remaja akhir (Atkitson, 2010).
2.4.3 Ciri-ciri masa remaja
Ciri-ciri masa remaja menurut ahli psikologi remaja Hurlock (2010).
Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelumnya :
Ciri-ciri remaja antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan
yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada
individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan
selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa
kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status
remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba
gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat
yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi
perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri),
perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.
xlvi
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja
berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam
masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan
demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal
ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung
memandang kehidupan dari kacamata berwarna merah jambu, melihat
dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan
sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau
kesulitan didalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya
dan didalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa,
yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan
dan terlibat dalam perilaku seks.
2.4.4 Tugas Perkembangan
Remaja harus mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah
melalui tindakan logis. Remaja dapat berpikir abstrak dan menghadapi
masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan solusi yang
sangat banyak. Untuk pertama kali remaja dapat bergerak melebihi sifat fisik
xlvii
atau konkret suatu situasi dan menggunakan kekuatan yang beralasan untuk
memahami keabstrakan (Potter, 2010).
Menurut Asrori (2011) Tugas-Tugas perkembangan masa remaja
adalah berusaha:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya.
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis.
d. Mencapai kemandirian emosional.
e. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
f. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua.
g. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa.
h. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
2.4.5Perubahan fisik dan maturasi seksual
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada adolesens. Maturasi seksual
terjadi seiring perkembangan karakteristik seksual primer dan sekunder.
Karakteristik primer berupa perubahan fisik dan hormonal yang penting untuk
xlviii
reproduksi dan karakteristik sekunder secara eksternal berbeda pada laki-laki
dan perempuan. Empat fokus utama perubahan fisik menurut Potter (2010)
adalah :
a. Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera.
b. Perubahan spesifik seks, seperti perubahan bahu dan lebar pinggul.
c. Perubahan distribusi otot dan lemak.
d. Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks sekunder.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
xlix
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan, suatu uraian dan
visualisasi hubungan serta kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang
lainnya, atau antara variabel satu dengan variabel lainnya dari masalah yang
ingin diteliti yang nantinya akan diamati (diukur) melalui metode penelitian
(Notoatmodjo, 2010).
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Mempengaruhi
Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI PERAK JOMBANG
3.2 Hipotesis
l
32
Nyeri disminorea
Penanganan nyeri disminorea
1. Penyuluhan dan nasihat
2. Pemberian obat analgesik
3. Terapi hormonal4.Terapi dengan obat nosteroid
antiprostaglandin
Berat Sedang
Faktor-faktor yang memmeengaruhi nyeri disminorea :a. Usia b. Kebudayaan a. Makna nyerib. Lokasi dan tingka
kepuasan nyeri c. Perhatian d. Kecemasan e. Keletihan f. Support keluarga
dan sosialg. Pengalaman
sebelumnya
Ringan
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,
2012). Dari kajian di atas tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
H1 : Ada pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan nyeri
disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI PERAK
JOMBANG
H0 : Ada pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan nyeri
disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI PERAK
JOMBANG
li
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian pra eksperimen yaitu suatu rancangan penelitian yang
digunakan untuk mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan
penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam,
2014). Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre test post test
desaign yang merupakan rancangan eksperimen dengan cara dilakukan pre test
terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi kemudian setelah diberi intervensi
dilakukan post test (Hidayat, 2014).
4.2 Rancangan penelitian
Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang
memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa
mempengaruhi validiti suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk peneliti dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau
menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2013).
Subjek Pre test Perlakuan Post test K Observasi X Observasi
Keterangan
K: remaja
X : pemberian aroma terapi jasmine
lii
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian
4.3.1 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Bulan Maret-Juni 2019.
4.3.2 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP PGRI PERAK JOMBANG.
4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)
liii
PopulasiSemua remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI PERAK JOMBANG yang
berjumlah 50 orang
SampelSebagian remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI PERAK JOMBANG yang
berjumlah 30 orang
Sampling consecutive sampling
Desain Penelitianpra eksperimen one group pre test post test desaign
Pengumpulan Dataobservasi pre test, perlakuan (aroma terapi jasmine), post test
Analisa data Univariate, bivariate, wilcoxon Test
Pengolahan data (Editing, Coding, Scoring, Tabulating)
Identifikasi Masalah
Penyajian hasil dan pembahasan
Gambar 4.1 : Kerangka kerja pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI PERAK JOMBANG
4.5 Populasi, Sampel dan Sampling
4.5.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2010). Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua remaja wanita usia 13-
16 tahun di SMP PGRI PERAK JOMBANG yang berjumlah 50 orang
4.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2014). Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI
PERAK JOMBANG yang berjumlah 30 orang.
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2013)
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Semua remaja putri yang ada pada saat penelitian.
2. Remaja wanita usia 13-16 tahun.
3. Remaja putri yang mengalami dismenorea.
liv
Kesimpulan dan saran
4. Remaja putri yang bersedia menjadi responden penelitian yang
dibuktikan dengan tanda tangan pernyataan bersedia tanpa ada tekanan
atau paksaan.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena beberapa sebab (Nursalam,
2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian adalah :
1. Remaja putri yang tidak kooperatif
2. Remaja putri yang tidak berada di tempat saat penelitian
3. Remaja putri yang tidak mengalami dismenorea.
4.5.3 Sampling
Sampling penelitian adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam
penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili
keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2014). Teknik sampling, yang
digunakan dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling dengan
metode consecutive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan
dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun
waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Hidayat, 2014).
4.6 Identifikasi Variabel
4.6.1 Variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda
terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain).
1. Variabel independent (bebas)
lv
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependent (Hidayat, 2014). Variabel independent pada
penelitian ini adalah pemberian aroma terapi jasmine.
2. Variabel Dependent (terikat)
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena variabel bebas. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah
penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun.
4.7 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (Hidayat, 2014).
Tabel 4.1. Definisi operasional pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI PERAK JOMBANG
Variabel Definisi Operasional
Parameter Alat Ukur Skala Skor
Independent pemberian aroma terapi jasmine
Minyak jasmine diklasifikasikan sebagai king of oils. Bermanfaat untuk menghilangkan ketegangan, kegelisaha, dan depresi, dapat
SOP
lvi
membentuk perasaan optimis, senang dan bahagia, serta menghilangkan kelesuhan
Dependent : penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun
rasa nyeri di perut bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari.
Skala NRS (numeric rating scale).
Observasi O
R
D
I
N
A
L
0 – 3: Nyeri ringan 4 – 6:Nyeri sedang 7 – 10:Nyeri berat atau parah
-
4.8 Teknik dan prosedur pengumpulan data
4.8.1 Bahan dan alat
lvii
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Bahan penelitian
1) Lembar informed consent
2) Lembar daftar hadir
3) Lembar kuisoner
4) Aroma jasmine
b. Alat penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain minyak jasmine.
4.8.2 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun dengan
maksud untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif maupun data
kuantitatif (Nursalam, 2013). Dalam pengumpulan data pada penelitian
digunakan observasi, observasi adalah cara pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2014) Alat ukur atau
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi.
Untuk nyeri disminorea dengan skala nyeri NRS.
4.8.3 Teknik pengumpulan data
Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut:
1. Mengurus surat pengantar penelitian ke STIKES ICME Jombang.
2. Meminta izin kepada Kepala Sekolah SMP PGRI PERAK JOMBANG.
lviii
3. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila bersedia
menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent.
4. Peneliti menjelaskan kepada responden cara untuk mengisi lembar peneliti
dan melakukan observasi tingkat nyeri sebelum diberikan aroma terapi
jasmine.
5. Peneliti memberikan aroma terapi jasmine.
6. Peneliti melakukan observasi tingkat nyeri sesudah diberikan aroma terapi
jasmine.
7. Setelah hasil observasi terkumpul, peneliti melakukan tabulasi dan analisa
data.
8. Penyusunan laporan hasil penelitian.
4.9 Pengolahan dan Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2014) setelah angket dari responden terkumpul,
selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting
bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.Biasanya dalam
lix
pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code
book) untuk memudahkan kembali melihat dan arti suatu kode dari suatu
variabel.
a. Responden
Responden 1 = R1
Responden 2 = R2
Responden 3 = R3
b. Pernah mendapatkan informasi tentang aroma terapi jasmine
Pernah = P
Tidak pernah = TP
c. Sumber informasi
Petugas kesehatan = Si1
Majalah = Si2
Radio/TV = Si3
Internet = Si4
d. Kriteria nyeri
0 – 3: Nyeri ringan
4 – 6: Nyeri sedang
7 – 10: Nyeri berat atau parah
c. Scoring
Scoring adalah melakukan penilaian untuk jawaban dari responden.
lx
d. Tabulating
Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel tertentu
menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap bahwa data telah
diproses sehingga harus segera disusun dalam suatu pola format yang
telah dirancang.
Adapun hasil pengolahan data tersebut diinterprestasikan
menggunakan skala kumulatif :
100 % = Seluruhnya
76 % - 99 % = Hampir seluruhnya
51 % - 75 % = Sebagian besar dari responden
50 % = Setengah responden
26 % - 49 % = Hampir dari setengahnya
1 % - 25 % = Sebagian kecil dari responden
0 % = Tidak ada satupun dari responden
(Arikunto, 2012).
4.9.2 Analisa Data
a. Analisis Univariate
Analisis univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan
distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). yaitu
variabel pemberian aroma terapi jasmine dan penurunan nyeri disminorea
pada remaja wanita usia 13-16 tahun.
Skala nyeri
lxi
Skala ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi terpeutik.
Keterangan NRS (Numerical Rating Scale) (David and Walker, 2008):0 – 3 : Nyeri ringan 4 – 6 : Nyeri sedang 7 –10 : Nyeri berat atau parah
b. Analisis Bivariate
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010), yaitu kriteria variabel
pemberian aroma terapi jasmine dan penurunan nyeri disminorea pada
remaja wanita usia 13-16 tahun.
Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel apakah signifikansi
atau tidak dengan signifikan atau kebenaran 0,05 dengan menggunakan uji
wilcoxon dengan software SPSS, dimana nilai p < = 0,05 maka H1
diterima artinya ada pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap
penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP
PGRI PERAK JOMBANG sedangkan nilai p > = 0,05, maka Ho ditolak
artinya tidak ada pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap
penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP
PGRI PERAK JOMBANG.
lxii
Ringan Sedang Parah
4.10 Etika Penelitian
4.10.1 Informed Consent
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden.
Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
4.10.2 Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan
subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama.
Responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
4.10.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil
penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2014).
lxiii
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMP
PGRI 1 Perak dengan jumlah responden sebesar 50 siswa. Hasil penelitian dibagi
menjadi dua bagian yakni data umum dan data khusus. Dalam data umum memuat
karakteristik responden berdasarkan informasi tentang dismenorea dan sumber
informasi tentang dismenorea. Sedangkan data khusus Pengaruh pemberian aroma
terapi jasmine terhadap penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16
tahun. Data-data tersebut nantinya akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi yang mewakili karakteristik responden.
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian
Sekolah Menengah Pertama (SMP) PGRI 1 Perak berada di Jl. Raya
Perak Sembung Glagahan Jombang tepatnya di Desa Sembung Kecamatan
Perak Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur. Luas Tanahnya mencapai
lxiv
1.950 m2, dengan jumlah kelas ada 4, ruang osis 1, dan UKS 1. Jumlah siswa
sebanyak 103 siswa yang terdiri dari 53 siswa laki-laki dan 50 siswi
perempuan, dimana kelas 7 sejumlah 35 siswa, kelas 8 sejumlah 26 siswa, dan
kelas 9 memiliki 42 siswa, dengan jumlah guru sebanyak 16 orang
5.1.2 Data Umum
1. Karakteristik responden berdasarkan informasi
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan informasi di SMP PGRI Perak Jombang bulan Juni 2019
No Informasi Frekuensi Persentase (%)1 Pernah 27 90.02 Tidak pernah 3 10.0
Total 30 100.0Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
responden pernah mendapatkan informasi sejumlah 27 orang (90%).
2. Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan sumber informasi di SMP PGRI Perak Jombang bulan Juni 2019
No Sumber Informasi Frekuensi Persentase (%)1 petugas kesehatan 14 51.92 Internet 13 48.1
Total 27 100Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
responden mendapatkan sumber informasi dari petugas kesehatan sejumlah
14 orang (51,9%).
5.1.3 Data khusus
lxv
1. Nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sebelum pemberian
aroma terapi jasmine
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sebelum pemberian aroma terapi jasmine di SMP PGRI Perak Jombang bulan Juni 2019
No Pre test Frekuensi Persentase (%)1 Ringan 11 36.72 Sedang 19 63.33 Berat 0 0
Total 30 100.0Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden
19 orang (63,3%) sebelum pemberian aroma terapi jasmine tingkat nyeri
disminorea sedang.
2. Nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sesudah pemberian
aroma terapi jasmine
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sesudah pemberian aroma terapi jasmine di SMP PGRI Perak Jombang bulan Juni 2019
No Post test Frekuensi Persentase (%)1 Ringan 26 86.72 Sedang 4 13.33 Berat 0 0
Total 30 100.0Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
responden 26 orang (86,7%) sesudah pemberian aroma terapi jasmine
tingkat nyeri disminorea ringan.
lxvi
3. Pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan nyeri
disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun
Tabel 5.5 Tabulasi silang pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI Perak Jombang bulan Juni 2019
pemberian aroma terapi jasminenyeri disminorea Pre test % Post test %
Ringan 11 36.7 26 86.7Sedang 19 63.3 4 13.3Berat 0 0 0 0Total 30 100.0 30 100.0
Uji wilcoxon = (0,000)Sumber : Data primer 2019
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari dari 30 responden
nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sebelum pemberian
aroma terapi jasmine sebagian besar adalah sedang sejumlah 19 responden
(63,3%) dan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun
sebelum pemberian aroma terapi jasmine hampir seluruh adalah ringan
sejumlah 26 responden (86,7%).
Hasil uji statistik wilcoxon diperoleh angka signifikan atau nilai
probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p
< ), H1 diterima yang berarti ada pemberian aroma terapi jasmine
terhadap penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16
tahun.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sebelum pemberian
aroma terapi jasmine
lxvii
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden 19
orang (63,3%) sebelum pemberian aroma terapi jasmine tingkat nyeri
disminorea sedang.
Berdasarkan hasil di atas, peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar
nyeri menstruasi yang dirasakan remaja putri adalah nyeri menstruasi dengan
skala nyeri sedang dan nyeri berat yang mana pada skala nyeri ini dapat
mengganggu aktivitas serta mengganggu konsentrasi belajar, sehingga
memerlukan istirahat dan memerlukan obat-obatan untuk menghilangkan
nyeri.
Calis mengatakan di Amerika Serikat, diperkirakan hampir 90% wanita
mengalami dismenore, yaitu 10-15% mengalami nyeri berat yang
menyebabkan wanita tidak mampu melakukan aktivitas. Indonesia sendiri
didapatkan angka kejadian dismenore yaitu terdiri dari dismenore primer
(54,89%) dan dismenore sekunder (9,36%). (Calis, 2011).
Menurut Arthur dalam Prasetyo (2014) nyeri adalah suatu mekanisme
produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan
individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri.
5.2.2 Nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sesudah pemberian
aroma terapi jasmine
lxviii
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
responden 26 orang (86,7%) sesudah pemberian aroma terapi jasmine tingkat
nyeri disminorea ringan.
Berdasarkan hasil di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aroma terapi
jasmine dapat menurunkan skala nyeri menstruasi pada responden. Saat
menghirup aroma jasmine selama 10 menit, responden merasakan rileks
karena aroma jasmine yang dihirup oleh responden bekerja pada kinerja
gelombang otak yang dapat mempengaruhi suasana hati serta fikiran menjadi
tenang dan rileks sehingga dapat mempengaruhi nyeri seseorang yang
menyebabkan nyeri responden menurun.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat nyeri
pada seseorang yang mengalami dismenore dengan aroma terapi, nyeri pada
saat menstruasi dapat berkurang dengan pemberian aroma terapi. Aroma
terapi jasmine mempengaruhi hormon endofrin dapat memberikan efek
stimulasi, keseimbangan, dan relaksasi pada pikiran dan fisik tubuh, efek
inilah yang dapat menurunkan rasa nyeri pada seseorang. Adapun minyak
yang dapat digunakan dengan cara aroma terapi untuk pengobatan nyeri saat
menstruasi adalah minyak jasmine, minyak ini berfungsi membantu
melancarkan pengeluaran darah kotor. Minyak jasmine dapat menurunkan
rasa nyeri ataupun rasa sakit, jasmine ini memiliki aroma yang sedative, yang
dapat menghilangkan rasa sakit, mengendurkan sistem saraf, menenangkan
dan melegakan (Jumarani, 2012).
lxix
Hasil di atas didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan pada siswi
kelas XI di SMA Negeri 1 Karang Binangun yang menunjukkan bahwa
tingkat nyeri dismenore setelah diberikan aroma terapi adalah sebesar 51,5%
responden mengalami penurunan nyeri (Rohmawati, 2014)
5.2.3 Pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan nyeri
disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun
Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari dari 30 responden
nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sebelum pemberian
aroma terapi jasmine sebagian besar adalah sedang sejumlah 19 responden
(63,3%) dan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sebelum
pemberian aroma terapi jasmine hampir seluruh adalah ringan sejumlah 26
responden (86,7%).
Hasil uji statistik wilcoxon diperoleh angka signifikan atau nilai
probabilitas (0,000) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05 atau (p <
), H1 diterima yang berarti ada pemberian aroma terapi jasmine terhadap
penurunan nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun.
Menurut peneliti Aroma terapi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah aroma terapi jasmine, aroma terapi jasmine ini dapat mengatasi nyeri
menstruasi, dikarenakan aroma bunga jasmine ini mengandung khasiat anti
depresif yang dapat menghilangkan nyeri. Minyak jasmine ini sangat
bermanfaat untuk mendorong kontraksi dan menghilangkan rasa sakit
sehingga dapat menurunkan rasa sakit atau nyeri saat menstruasi. Dismenore
lxx
yang menimbulkan rasa nyeri merupakan salah satu masalah yang paling
umum pada wanita dari berbagai tingkat usia.
Hasil penelitian yang dilakukan pada siswi kelas XI di SMA Negeri 1
Pemangkat, skala nyeri sebelum intervensi berada pada interval 8-10,
mayoritas responden pada kedua grup yang memiliki skala nyeri 9 (50%)
yaitu dengan 10 orang, sedangkan setelah diberikan terapi farmakologi dan
non-farmakologi intensitas nyeri berkurang berada pada nyeri ringan yaitu
70%. Hasil uji paired t-tes setelah dilakukan terapi non-farmakologi yaitu
kompres hangat dan aroma terapi jasmine menunjukkan terdapat perbedaan
signifikan antara dismenore sebelum dan setelah diberikan terapi
nonfarmakologi (Setiawan, 2012).
Aroma terapi didefinisikan sebagai aroma terapi yang menggunakan
minyak aromatik yang diekstrak dari tumbuhan dan bunga-bungaan berupa
aroma terapi yang harum dan menyenangkan yang dapat meningkatkan
kesehatan. Aroma terapi merupakan cara efektif dan lembut untuk
meningkatkan kesehatan tubuh dan untuk rileks. Aroma minyak esensial ini
akan memicu terjadinya reaksi dalam indera penciuman yang kemudian
mengirimkan pesan-pesan tersebut kepada otak sehingga menimbulkan efek
relaksasi yang positif yang dapat menurunkan nyeri.13
Cara kerja bahan aroma terapi adalah melalui sistem sirkulasi tubuh
dan sistem penciuman, dimana bau merupakan suatu molekul yang mudah
menguap apabila masuk ke rongga hidung melalui pernafasan kemudian akan
diterjemahkan oleh otak sebagai proses penciuman. Melalui penghirupan
lxxi
sebagian molekul akan masuk ke paru, kemudian molekul aromatik akan
diserap oleh lapisan mukosa pada saluran pernafasan, baik pada bronkus atau
pada cabang halus (bronchiole) dan terjadi pertukaran gas didalam alveoli.
Molekul tersebut akan diangkut oleh sistem sirkulasi darah didalam paru.
Pernafasan yang dalam akan meningkatkan jumlah bahan aromatik yang ada
ke dalam tubuh (Guyton, 2010).
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa:
1. Nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sebelum pemberian
aroma terapi jasmine di SMP PGRI 1 Perak Jombang sebagian besar adalah
sedang.
2. Nyeri disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun sesudah pemberian
aroma terapi jasmine di SMP PGRI 1 Jombang hampir seluruh adalah ringan.
3. Ada Pengaruh pemberian aroma terapi jasmine terhadap penurunan nyeri
disminorea pada remaja wanita usia 13-16 tahun di SMP PGRI 1 Perak Jombang
lxxii
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Bagi remaja putri
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi remaja putri
yang mengalami disminorea untuk segera melakukan alternatif pemberian aroma
terapi jasmine agar disminorea berkurang.
2. Bagi petugas kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan khususnya perawat sebagai salah satu
terapi komplementer untuk mengatasi disminorea terutama pengobatan non
farmakologi bagi remaja putri.
3. Peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih
lanjut yang berhubungan dengan disminorea pada remaja putri dan mencari
variabel lain seperti terapi kompres air hangat yang mempengaruhi penurunan
disminorea.
DAFTAR PUSTAKA
lxxiii
Agusta, A. 2014. Aromaterapi:Cara Sehat dengan Wewangin Alami. Depok: PT Penebar Swadaya.
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta.
Asrori. 2011. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Bumi Aksara.
Atkitson. 2010. Batasan Usia Remaja. http://digilib.unimus.ac.id. Diakses 20/04/2019.
Baziad. 2013. Nyeri Haid Atau Dismenorhoe. . http://lontar.ui.ac.id/file?file. Diakses 19/04/2019.
Bobak. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas (Marteniti Nursing).edisi 4. Jakarta. EGC.
Buckle, J. 2015. Clinical Aromateraphy: Essential Oils in Practice. Jilid Pertama. Edisi Kedua. London: Churcill Livingstone.
Calis, A.K. 2011. Medscape Refference. Drugs, Disease and Prodedures, Dysmenorrhea : 1-9. http://emedicine.medscape.com/article/253812 -overview. Diperoleh 14-07-2019.
David 2008. Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah. http://repository.usu.ac.id/bitstream. Diakses 16/04/2019.
Edge. (2014). Patofisiologi Dismenorhoe. http://repository.usu.ac.id/bitstream. Diakses 15/04/2019.
Fauziah (2012). Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta. Nuha Medika.
Guyton & Hall. (2010). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta : EGC.
Hidayat. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Hurlock. 2010. Ciri-ciri remaja. Diakses 20/02/2017Gunarsa. 2010. Tugas Perkembangan Remaja. http://rumahbelajarpsikologi.com. Diakses 16/04/2019.
Jumarani, L. 2012. The Essence Of Indonesian Spa : Spa Indonesia Gaya Jawa Dan Bali. PT. Gramedia pustaka Utama.
lxxiv
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Nursalam. 2013. Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis, Edisi 3. Jakarta. Salemba Medika.
Octhaviany, R., & Ulfa, C.K. 2015. Pengaruh Aromaterapi Terhadap Penururnan Kelelahan Kerja di Rumah Mode Widuri. Skripsi. Universitas Sumatra Utara.
Potter. 2010. Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.
Prasetyo. 2014. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Jakarta. Graha Ilmu.
Price, S., Price, L. 2015. Aromaterapi bagi Profesi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Rohmawati, S., & Ekawati, H. 2014. Perbedaan Pemberian Kompres Hangat dan Aromaterapi terhadap Penurunan Nyeri Menstruasi pada Siswi Kelas XI SMA Negeri 1 Karang Binangun. Vol.01, No.XVII Maret 2014, 43-49.
Sunaryo. 2014. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta. EGC.
Setiawan, S. 2012. Agribisnis Kreatif : Pilar Wirausaha Masa Depan, Kekuatan Dunia Baru Menuju Kemakmuran. Jakarta : Penebar Swadaya.
lxxv