repon imunnn
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 repon imunnn
1/2
dljgfhlhglhgldkhg
Respon imun terhadap infeksi mikroorganisme intraseluler
Salah satu ciri bakteri intraseluler fakultatif adalah bahwa dapat hidup bahkan
berkembang biak dalam fagosit. Karena mikroba ini menemukan tempat untuk
bersembunyi hingga tidak terjangkau oleh antibodi dalam sirkulasi, maka untuk
menyingkirkannya diperlukan mekanisme respons imun yang berbeda yaitu respons
imuns selular. Sementara makrofag merupakan eksekutor non-spesifik, sel T merupakan
mediator spesifik untuk menghancurkan mikroba intraselular. Subset sel T yang memiliki
peran penting dalam proteksi adalah sel T CD4- , CD8- dan sel T-.
Dalam melawan bakteri intraseluler ada 2 jenis reaksi yang terjadi, yaitu: 1) pembunuhan
bakteri intraseluler yang difagositosis oleh makrofag teraktivasi. Aktivasi makrofag melalui
sitokin, khususnya IFN-, yang diproduksi oleh sel T; 2) lisis sel yang terinfeksi oleh sel T
CD8+. Protein bakteri intraseluler dapat merangsang sel T CD4+(melalui kompleks
antigen-MHC kelas I). Bakteri intraseluler menginduksi perkembangan sel T menjadi
fenotip sel Th1, karena bakteri ini merangsang produksi IL-12 oleh makrofag dan produksi
IFN- oleh sel NK, juga kedua jenis sitokin ini meningkatkan perkembangan sel Th1. Sel
Th1 memproduksi IFN- yang mengaktifkan makrofag untuk memproduksi ROI dan
enzim yang dapat membunuh bakteri. IFN- juga merangsang produksi isotop antibodi
misalnya IgG2 yang mengaktifkan komplemen dan opsonisasi bakteri. Sel Th1 juga
memproduksi limfotoksin dan TNF yang menginduksi inflamasi lokal. Apabila bakteri
intraseluler tetap hidup dalam sel dan melepaskan antigennya ke dalam sitoplasma, akan
merangsang sel Tc (CD8+). Sel T CD8+akan menyekresikan IFN- yang menyebabkan
aktivasi makrofag dan melisiskan sel terinfeksi melalui produksi perforin dan granzim.
Selain itu ada sel T negatif ganda yang akan melisiskan sel melalui proses apoptosis
dengan pengikatan Fas-FasL.
Kalau mikroorganisme tersebut masih belum dapat dibunuh secara efektif akan terjadi
respons imun selular kronik berupa penimbunan makrofag yang berada disekitarmikroorganisme, disusl oleh proses granulasi dan fibrosis yang berakhir dengan
pembentukan granuloma.
Respon Imun terhadap infeksi virus
Respon imun terhadap infeksi virus juga melibatkan respons non-spesifik maupun
spesifik. Ada 2 mekanisme utama respons non-spesifik terhadap virus, yaitu: 1) infeksi
virus secara langsung merangsang produksi IFN oleh sel-sel terinfeksi; IFN berfungsi
menghambat replikasi virus; 2) sel NK melisiskan berbagai jenis sel terinfeksi virus. Sel
NK mampu melisiskan sel terinfeksi virus, walaupun virus menghambat presentasi
-
7/21/2019 repon imunnn
2/2
antigen dan ekspresi MHC I, karena sel NK cenderung diaktivasi oleh sel sasaran yang
MHC-negatif.
Antibodi spesifik memiliki peran penting pada awal terjadinya infeksi, dimana dapat
menetralkan antigen virus yang bebas atau dalam sirkulasi dan melawan virus sitopatik
yang dilepaskan oleh sel yang mengalami lisis. Proses netralisasi dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu menghambat perlekatan virus pada reseptor yang terdapat
pada permukaan sel, sehingga virus tidak dapat menembus membran sel. Antibodi dapat
menghancurkan virus dengan cara aktivasi komplemen melalur jalur klasik atau
menyebabkan agregasi virus sehingga mudah difagositosis.
Selain respons antibodi, respons imun selular merupakan respons yang paling penting,
terutama pada infeksi virus yang non-sitopatik. Respons imun selular melibatkan T-
sitotoksik, sel NK, ADCC dan interaksi dengan MHC kelas I. Peran IFN sebagai antivirus
cukup besar terutama IFN- dan IFN-. Dampak antivirus melalui IFN yaitu: a)
peningkatan ekspresi MHC kelas I; b) aktivasi sel NK dan makrofag; c) menghambat
replikasi virus.
Pada infeksi virus, makrofag juga dapat membunuh virus seperti halnya membunuh
bakteri tetapi pada infeksi dengan virus tertentu makrofag tidak membunuhnya bahkan
sebaliknya virus bereplikasi di dalamnya.
Pada infeksi sel secara langsung di tempat masuknya virus (port dentre), misalnya di
paru, virus tidak sempat beredar dalam sirkulasi dan tidak sempat menimbulkan respons
primer, dan antibodi yang seringkali terlambat untuk mengatasi infeksi.Pada keadaan ini
respons imun selular, mempunyai peran lebih menonjol, karena sel T sitotoksik pada
penderita yang tersensitisasi bersifat sitotoksik langsung terhadap sel yang terinfeksi
virus. Sel T sitotoksik mampu mendeteksi virus melalui reseptor terhadap antigen virus
sekalipun struktur virus telah berubah.