analisis determinan respons penawaran minyak … · repon penawaran cpu menggunakan dua variabel...
TRANSCRIPT
ANALISIS DETERMINAN RESPONS PENAWARAN MINYAK
KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL) DI PROVINSI
KALIMANTAN SELATAN
AINATUL SAFITRI
10596 01913 15
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
ANALISIS DETERMINAN RESPONS PENAWARAN
MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL)
DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
AINATUL SAFITRI 10596 01913 15
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Determinan Respons Penawaran Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) Di
Provinsi Kalimantan Selatan adalah benar merupakan hasil karya yang belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber
data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian skripsi ini.
Makassar, 26 Agustus 2019
Ainatul Safitri
10596 01913 15
ABSTRAK
AINATUL SAFITRI.10596 01913 15. Analisis Determinan Respons Penawaran
Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) di Provinsi Kalimantan Selatan.
Dibimbing oleh MOHAMMAD NATSIR dan ARDI RUMALLANG.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan utama dan respons
elastisitas penawaran minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil) di Provinsi
Kalimantan Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.
Lokasi penelitian dipilih secara purposive yaitu di Provinsi Kalimantan Selatan.
Data yang digunakan adalah data time series selama 12 tahun yaitu dari tahun
2005-2016.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda
yang di lag yaitu untuk memperkirakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
repon penawaran CPU menggunakan dua variabel independen dengan model
lag_1 dengan menggunakan persamaan linier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
respons penawaran minyak kelapa sawit (CPO) yaitu harga CPO Kalimantan
Selatan, harga ekspor CPO Indonesia, dan harga ekspor CPO Dunia. Elastisitas
harga CPO Kalimantan Selatan (X1) sebesar 1.7943 artinya setiap kenaikan 1U$
akan mempengaruhi kenaikan penawaran ekspor CPO sebesar 1.7943/ tahun-nya,
elastisitas harga ekspor CPO Indonesia (X2) sebesar -6.7105 artinya setiap
kenaikan 1U$ akan mempengaruhi atau mengurangi penawaran ekspor CPO
sebesar -6.7105, dan elastisitas harga ekspor CPO Dunia (X3) sebesar 7.8567
artinya setiap kenaikan 1U$ harga CPO akan mempengaruhi kenaikan penawaran
ekspor CPO sebesar 7.8567.
Kata Kunci :Respons Penawaran, Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil), Harga
Ekspor
ABSTRACT
AINATUL SAFITRI.10596 01913 15. Determinant Analysis of Crude Palm Oil
Supply Response Responses in South Kalimantan Province. Supervised by
MOHAMMAD NATSIR and ARDI RUMALLANG.
This study aims to determine the main determinants and response elasticities
of Crude Palm Oil supply in South Kalimantan Province. The method used is
descriptive method. The research location was chosen purposively in the Province
of South Kalimantan. The data used are time series data for 12 years, namely from
2005-2016.
The data analysis technique used is multiple linear regression analysis in lag
that is to estimate the factors that influence the CPU supply response using two
independent variables with the lag_1 model using linear equations.
The results showed that the factors that influenced the palm oil supply
(CPO) response were South Kalimantan CPO prices, Indonesian CPO export
prices, and World CPO export prices. The South Kalimantan CPO (X1) price
elasticity of 1.7943 means that every 1U $ increase will affect the CP9 export
supply increase of 1.7943 / year, the Indonesian CPO export price elasticity (X2)
of -6.7105 means that every 1U $ increase will affect or reduce the export supply
CPO of -6.7105, and the elasticity of the world CPO export price (X3) of 7.8567
means that every 1U $ increase in CPO prices will affect the increase in CPO
export offers by 7.8567.
Keywords: Supply Response, Crude Palm Oil, Export Prices
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam
tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat
dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Determinant Respons Penawaran Minyak Kelapa Sawit (Crude
Palm Oil) di Provinsi Kalimantan Selatan”.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat
dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Dr. Mohammad Natsir., S.P., M.P, selaku pembimbing I dan Ardi
Rumallang., S.P., M.M. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi dapat
diselesaikan.
2. Bapak H. Burhanuddin., S.Pi., M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ibu Dr. Sri Mardiyati., S.P., M.P selaku ketua prodi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Kedua Orang tua Ayahanda Alm. Sahamuddin dan Ibunda Mulyati, Kakakku
tercinta Layli Fitriah, Nurdiansyah, Zakaria, serta adik-adikku tercinta
Fikratul Jannah. Islami Rahman, dan segenap keluarga yang senantiasa
memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Kepada sahabat- sahabatku tercinta Asmania. Nurmilasari. Andi Nuralfiah
Rais yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril atau pun motivasi-
motivasi untuk mengacu semangat penulis.
6. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada
penulis.
7. Kepada pihak pemerintah yang telah menyediakan data di website.
8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi dari awal hingga akhir
yang penulis tidak dapat sebut satu persatu.
Akhir kata penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat
memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga
Kristal- Kristal Allah Senantiasa tercurah kepadanya. Amin.
Makassar, 26 Agustus 2019
Ainatul Safitri
DAFTAR ISI
Nomor Halaman
Teks
HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... ii
PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ......................................................................... iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI ................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..................................................................... 6
II. TINJAUN PUSTAKA ........................................................................................... 7
2.1 Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) ......................................................... 7
2.2 Teori Penawaran .............................................................................................. 7
2.3 Respons Penawaran ......................................................................................... 9
2.4Teori Penawaran Ekspor .................................................................................. 14
2.5 Fungsi Produksi Cobb-Douglas dan Elastisitas Produksi ............................... 17
2.6 Kerang Pemikiran ............................................................................................ 21
2.7 Hipotesis .......................................................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN ..................................................................................... 23
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 23
3.2 Teknik Penentuan Sampel ............................................................................... 23
3.3 Jenis dan Sumber Data .................................................................................... 23
3.4 Teknik Pengempulan Data .............................................................................. 24
3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................................... 25
3.6 Definisi Oprasional.......................................................................................... 27
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ................................................ 29
4.1 Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Selatan ................................................. 29
4.1.1 Letak Strategis ....................................................................................... 29
4.1.2 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah ............................................... 32
4.1.3 Perembangan Inflasi .............................................................................. 34
4.1.4 Pertumbuhan Ekonomi .......................................................................... 34
4.1.5 Prospek Perekonomian Daerah ............................................................. 35
4.1.6 Perkembangan Ekspor Luar Negeri ...................................................... 36
4.1.7 Sektor Pertanian .................................................................................... 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 41
5.1 Hasil Estimasi Multiple Reggresion ................................................................ 41
5.2 Uji F-Statistik (Simultan) ................................................................................ 42
5.3 Koefisien Determinan (R2) .............................................................................. 42
5.4 Uji t-Statistik ................................................................................................... 43
5.5 Uji Standard Eror............................................................................................. 45
5.6 Elastisitas ......................................................................................................... 46
VI. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................ 48
6.1 Kesimpulan ................................................................................................... 48
6.2 Saran ............................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 50
LAMPIRAN ............................................................................................................... 54
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
Tabel 1. Daftar Kabupaten dan Kotamadya di Provinsi Kalimantan Selatan .......... 31
Tabel 2. Luas Tanaman Kelapa Sawit (Ha) ............................................................. 39
Tabel 3. Hasil Estimasi Multiple Regression Determinan Ekspor Minyak Kelapa
Sawit di Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2005-2016 ........................... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
Teks
Lampiran 1. Hasil Analisis Regresi Berganda Pada Progeram Eviews 9 Analisis
Determinan Respons Penawaran Minyak Kelapa sawit(Crude Palm
Oil) di Provinsi Kalimantan Selatan ..................................................... 54
Lampiran 2. Grafik Hasil Analisis Regresi Berganda Pada Progeram Eviews 9
Analisis Determinan Respons Penawaran Minyak Kelapa sawit
(Crude Palm Oil) di Provinsi Kalimantan Selatan ............................... 55
Lampiran 3. Hasil Tabulasi Harga Riil CPO Kalimantan Selatan, Harga Ekspor
Riil Indonesia, Harga Ekspor Riil Dunia .............................................. 56
Lampiran 4. Hasil Logaritma Natural (LN) ............................................................... 57
Lampiran 5. Peta Kalimantan Selatan ........................................................................ 58
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Minyak sawit adalah salah satu minyak yang paling banyak diproduksi dan
dikonsumsi di dunia. Sebagian besar minyak sawit diproduksi di Asia, Afrika dan
Amerika Selatan, karena pohon sawit membutuhkan suhu hangat, sinar matahari,
dan curah hujan tinggi untuk memaksimalkan produksinya. Perkembangan
industri minyak kelapa sawit saat ini sangat pesat, dimana terjadi peningkatan
jumlah produksi minyak kelapa sawit seiring dengan meningkatnya kebutuhan
masyarakat (Agustina, 2006).
Perkembangan kelapa sawit mempunyai peran yang cukup penting dalam
kegiatan perekonomian Indonesia, Kelapa sawit juga salah satu komoditas ekspor
Indonesia sebagai penghasil devisa negara diluar minyak dan gas. Kelapa sawit
sangat pesat di kedua negara hingga saat ini minyak mentah yang dihasilkan dari
kelapa sawit, atau yang lebih dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) menjadi
komoditas ekspor Malaysia dan Indonesia paling besar pada pasar dunia (Rahmah,
2013).
Indonesia sebelumnya merupakan produsen utama minyak kelapa sawit,
akan tetapi jumlah ekspornya lebih rendah dari pada Malaysia. Hal ini
dikarenakan konsumsi minyak kelapa sawit domestik yang tinggi akibat dari
jumlah penduduk yang banyak. Sejak tahun 2008 Indonesia merupakan negara
produsen sekaligus negara pengekspor kelapa sawit terbesar kedua setelah
Malaysia (Cyirillus Benikrisanto, 2006).
Peluang Indonesia untuk meningkatkan perannya sebagai eksportir minyak
kelapa sawit sangat terbuka. Ini mengingat hal-hal sebagai berikut :
1. Indonesia masih mempunyai relatif besar potensi cadangan minyak kelapa
sawit.
2. Indonesia merupakan eksportir minyak kelapa sawit terbesar kedua setelah
Malaysia dengan total ekspor 14.290,7 ribu ton pada tahun 2008. Dan saat ini
pasar utama minyak kelapa sawit Indonesia adalah India dengan total ekspor
4.789,7 ribu ton tahun 2008.
3. Meningkatnya permintaan ekspor minyak kelapa sawit terhadap negara India
dengan volume permintaan (impor) yang cenderung meningkatkan dan
memberi peluang Indonesia sebagai eksportir minyak kelapa sawit.
Ekspor kelapa sawit Indonesia tidak hanya ke negara berkembang akan
tetapi ke beberapa negara maju. India merupakan negara tujuan ekspor kelapa
sawit terbesar, akan tetapi ekspor kelapa sawit Indonesia ke India tidak selalu
mengalami peningkatan karena banyak faktor yang mempengaruhi. Pada tahun
2006-2011 ekspor kelapa sawit Indonesia ke India tidak stabil setiap tahunnya
misalnya saja pada tahun 2009 ekspor kelapa sawit Indonesia ke India sebesar
5.496,3 ribu ton, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 4.980,0 ribu ton
(Kementerian Perdagangan, 2012).
Perkembangan Perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian,
melalui tanaman kelapa sawit sebagai salah satu primadonanya telah menjadi
sumber penghasil devisa non migas bagi Indonesia, penyerap tenaga kerja
perkebunan, dan sumber pendapatan bagi petani. Cerahnya prospek tanaman
kelapa sawit ini telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu
pengembangan areal perkebunan kelapa sawit.
Kebutuhan kelapa sawit dalam negeri dan dunia akan terus mengalami
peningkatan sebagai akibat dari pertumbuhan jumlah penduduk di dalam negeri
dan luar negeri yang terus mengalami peningkatan. Kelapa sawit yang diproduksi
diIndonesia sebagian kecil dikonsumsi di dalam negeri sebagai bahan mentah
dalam pembuatan minyak goreng, oleochemical, sabun, margarine, dan sebagian
besar lainnya diekspor dalam bentuk minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO)
dan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Dari total kelapa sawit yang
dihasilkan, menurut Kementerian Keuangan (2011), ekspor CPO pada tahun 2010
sebesar 50%, sementara Crude Palm Kernel Oil (CPKO) mencapai 85% dari total
minyak sawit yang dihasilkan oleh Indonesia. PKO mempunyai produk turunan
yang relative lebih sedikit dibandingkan dengan CPO (Badan Pusat Statistik,
2011).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia (2013), produksi
kelapa sawit Indonesia sebesar 4.574,5ton pada tahun 2000 menjadi 17.390,5ton
pada tahun 2013, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,7% per tahun pada
periode 2000-2013. Sementara karet hanya mengalami pertumbuhan produksi
sebesar 2,95%, lada 2,33%, cengkeh, 2,69%, dan kakao sebesar 3,11%.
Total produksi ini membawa Indonesia menduduki peringkat pertama
dalam hasil produksi tahunan kelapa sawit karena total produksi Indonesia lebih
tinggi dibandingkan pembuatan minyak sawit atau CPO (Crude Palm Oil). Jika
produksi kelapa sawit meningkat maka begitu pula dengan produksi minyak
sawit. Hal ini berdampak sangat positif karena jumlah permintaan akan minyak
sawit yang semakin tinggi. Indonesia sebagai negara penghasil kelapa sawit
terbesar di dunia memiliki peluang yang sangat baik dengan Malaysia (Van
Gelder, 2006).
Perkembangan ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia dipengaruhi
oleh harga minyak kelapa sawit (CPO), baik di pasar dalam negeri maupun luar
negeri. Faktor utama pendorong kenaikan permintaan minyak kelapa sawit (CPO)
adalah harga yang relatif rendah dibandingkan dengan harga kompetitornya
seperti minyak kedelai, minyak biji matahari, minyak kacang tanah, minyak kapas
dan minyak lobak. Sebagian besar negara pengimpor minyak kelapa sawit (CPO),
tidak hanya memanfaatkannya sebagai bahan pangan atau bahan baku industri
namun juga sebagai biodiesel, sumber energi alternatif minyak bumi (Abidin,
2008).
Harga CPO dunia yang pada tahun 2008 melonjak naik lebih tinggi
dibanding tahun-tahun sebelumnya telah memberikan andil yang cukup besar atas
gejolak harga minyak goreng sawit curah yang terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Lonjakan harga CPO diindikasi karena adanya peningkatan permintaan
dunia dan permintaan pelaku pasar di lantai bursa. Peningkatan permintaan yang
tidak sebanding dengan produksi dan suplai CPO di pasar internasional
mengakibatkan naiknya harga CPO dunia.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (2012), produksi kelapa
sawit Indonesia sebesar 17,54 juta ton pada tahun 2008 menjadi 23,52 juta ton
pada tahun 2012, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,7% pertahun pada
periode 2008-2012. Sementara karet hanya mengalami pertumbuhan produksi
sebesar 2,95%, lada 2,33%, cengkeh 2,69%, dan kakao sebesar 3,11%. Dengan
tingkat produksi kelapa sawit yang cukup tinggi maka tidaklah mengherankan jika
Indonesia menjadi salah satu Negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di
dunia.
Perdagangan internasional adalah pertukaran barang dan jasa maupun
faktor-faktor lain yang melewati perbatasan suatu negara, dan memberikan
dampak terhadap perekonomian domestik maupun global. Indonesia merupakan
negara yang kaya akan sumber daya alam baik dalam bidang pertanian ataupun
perkebunan, Salah satu komoditas yang dimiliki Indonesia adalah Crude Palm Oil
(CPO) yang berasal dari ekstrak buah Kelapa sawit. Crude Palm Oil (CPO) biasa
di gunakan untuk bahan baku makanan seperti minyak goreng, lemak nabati untuk
susu dan es krim. Selain untuk bahan baku makanan, Crude Palm Oil juga dapat
digunakan sebagai bahan baku minyak Biodiesel (BBN). Produksi Crude Palm
Oil di Indonesia merupakan komoditas perkebunan paling tinggi di banding
dengan komoditas lainnya (Setyamidjaja, D., 1991).
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penulis
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Determinant Respons Penawaran
Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) di Provinsi Kalimantan Selatan”.
Untuk mengetahui harga minyak kelapa sawit di pasar internasional.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi respons penawaran minyak kelapa
sawit (CPO)?
2. Apa Faktor utama yang mempengaruhi respons penawaran minyak kelapa sawit
(CPO)?
3. Bagaimana elastisitas respons penawaran minyak kelapa sawit (CPO)?
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi respons penawaran
minyak kelapa sawit (CPO).
2. Untuk mengetahui factor utama yang mempengaruhi respons penawaran
minyak kelapa sawit (CPO).
3. Untuk mengetahui elastisitas respons penawaran minyak kelapa sawit (CPO).
Adapun kegunaan dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagi mahasiswa, dapat memperoleh informasi mengenai factor-faktor yang
mempengaruhi respons penawaran minyak kelapa sawit (Crude palm oil) di
Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Memberikan informasi mengenai model ekonometrika dari respons penawaran
ekspor minyak kelapa sawit (CPO).
3. Dapat dijadikan sebagai referensi oleh mahasiswa lain dalam pembuatan
laporan serta bahan pembelajaran untuk penelitian selanjutnya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Kelapa Sawit(Crude Palm Oil)
Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan
minyak adalah kelapa sawit (Elaeis Guinensis JACQ). Kelapa sawit terdiri dari
empat macam tipe atau varietas, yaitu tipe Macrocarya, Dura, Tenera dan
Pisifera. Masing-masing tipe dibedakan berdasarkan tebal tempurung (Ketaren,
2002).
Menurut dari United States Department of Agriculture, Indonesia adalah
produsen dan eksportir minyak kelapa sawit terbesar diseluruh dunia yang
menghasilkan 85%-90% dari total produksi minyak sawit dunia. Hal ini didukung
oleh jumlah total luas area perkebunan sawit di Indonesia yang mencapai 8 juta
hektar dan direncanakan akan meningkat menjadi 13 juta hektar pada tahun 2020
(Priyambada, 2014).
Minyak CPO adalah minyak kelapa sawit yang diperoleh dari mesokarp
buah kelapa sawit, melalui ekstraksi dan mengandung sedikit air serta halus yang
berwarna kuning sampai merah dan berbentuk semi solid pada suhu ruang yang
disebabkan oleh kandungan asam lemak jenuh yang tinggi. Dengan adanya air dan
serat halus tersebut menyebabkan minyak kelapa sawit mentah ini tidak dapat
langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun nonpangan (Naibaho, 1988).
2.2 Teori Penawaran
Penawaran adalah banyaknya jumlah barang yang ditawarkan pada suatu
pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan
dalam periode tertentu. Pengertian lain dari penawaran adalah gabungan seluruh
jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual pada pasar tertentu, periode
tertentu,dan pada berbagai macam tingkat harga tertentu (Putong, 2003).
Menurut Mankiw (2003) Jumlah penawaran (quantity supplied) dari suatu
barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dijual oleh penjual. Ada
banyak hal yang menentukan jumlah penawaran barang, tapi ketika kita
mengalisis bagaimana pasar bekerja, salah satu penentunya adalah harga barang
itu.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, diantaranya:
a. Harga barang tersebut
Hubungan antara harga dan penawaran barang itu adalah berbanding lurus.
Semakin murah harga maka jumlah barang yang ditawarkan akan semakin
sedikit dan semakin mahal harga, maka jumlah barang yang ditawarkan
semakin banyak.
b. Harga barang lain
Semakin mahal harga barang substitusi maka semakin sedikit penawaran
barang itu.
c. Harga faktor - faktor produksi
Bila harga faktor - faktor produksi semakin meningkat maka akan
menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Bila biaya produksi semakin
mahal, maka produsen menjadi berkurang kemampuannya untuk berproduksi.
d. Ekspektasi harga di masa yang akan datang
Bila ada anggapan bahwa di masa yang akan datang akan terjadi kenaikan
harga pada suatu barang maka penawaran akan barang tersebut akan semakin
menurun.
e. Jumlah produsen
Apabila jumlah produsen bertambah maka semakin banyak penawaran.
f. Teknologi
Dengan adanya teknologi yang semakin meningkat, berarti biaya untuk
memproduksi menjadi lebih rendah, dengan demikian jumlah barang yang
dapat diproduksi menjadi lebih banyak.
2.3 Respons Penawaran
Konsep penawaran digunakan untuk menunjukkan keinginan para penjual
(produsen) di suatu pasar. Jumlah barang yang ditawarkan seorang penjual
berhubungan dengan banyak factor. Harga yang ditawarkan, harga-harga input
yang digunakan untuk memproduksi barang tersebut, harapan pada masa dating,
harga barang-barang lainnya yang dihasilkan oleh penjual tersebut merupakan
variabel-variabel penting dalam fungsi penawaran (Arsyad, 1987).
Penawaran adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh
produsen atau penjual. Sedangkan hokum penawaran pada dasarnya menyatakan
makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang
ditawarkan oleh produsen/penjual, dengan anggapan factor-faktor lain tidak
berubah (Daniel, 2004).
Hukum penawaran merupakan suatu dalil/rumusan yang menerangkan
hubungan antara tingkat harga dan kuantitas barang yang ditawarkan. Hubungan
tersebut adalah semakin tinggi harga maka semakin banyak kuantitas yang
ditawarkan. Sebaliknya, jika semakin rendah harga suatu barang maka semakin
sedikit jumlah barang tersebut ditawarkan. Secara grafis hubungan ini
digambarkan oleh kurva penawaran (Sukirno, 2006).
Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas
barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap seluruh
factor penentu lainnya konstan. Jika satu ari factor-faktor tersebut berubah, kurva
penawaran akan bergeser (Mankiw, 2000).
Harga (P) Penawaran (S)
_ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _ _
Kuantitas (Q)
Gambar 1. Kurva Penawaran
Pergeseran kurva penawaran berarti pada setiap harga akan ditawarkan
jumlah yang berbeda dari pada jumlah sebelumnya. Kenaikan jumlah yang
ditawarkan alan menunjukkan pergeseran kurva kearah kanan. Sebaliknya,
penurunan jumlah yang ditawarkan pada tiap tingkat harga diwujudkan dalam
pergeseran kurva penawaran ke kiri. Pergeseran kurva penawaran tentunya
merupakan akibat dari perubahan salah satu factor yang mempengaruhi jumlah
yang ditawarkan, kecuali harga komoditi itu sendiri (Lipsey, 1990).
Fungsi penawaran adalah suatu fungsi yang menyatakan hubungan antara
produksi atau jumlah produksi yang ditawarkan dengan harga, menganggap factor
lain sebagai teknologi dan harga input yang digunakan adalah tetap. Penawaran
individu adalah penawaran yang disediakan oleh individu produsen, diperoleh dari
produksi yang dihasilkan. Besarnya jumlah produksi yang ditawarkan ini akan
sama dengan jumlah permintaan, sedangkan penawaran agregat ini merupakan
penjumlahan penawaran individu (Soekartawi, 1993).
Menurut Ghatak dan Ingersent (1984), dalam ilmu ekonomi respon
penawaran pada suatu Negara yang sedang berkembang diartikan sebagai variasi
dari hasil pertanian dan luas areal panen dan berkaitan pula dengan variasi harga.
Q merupakan banyaknya hasil pertanian dan P mengindikasikan tingkatan harga,
W adalah keadaan cuaca (seperti curah hujan), A adalah luas areal panen, dan T
merupakan suatu periode waktu. Secara sederhana fungsi respon penawaran dapat
ditulis:
Qt = f (Pt-1, At, Wt, Ut)………………………………………………………..(1)
Dimana Pt-1 sangat mewakili harga yang diharapkan dan Ut adalah istilah
eror pada statistic. Seperti respon penawaran menandai pada banyaknya hasil
pertanian akan bergantung pada harga produk yang bersangkutan pada waktu
sebelumnya, luas areal panen pada waktu bersangkutan dan tingkat curah hujan
pada waktu tersebut ditambah dengan variabel pengganggu lain yang ditulis
dengan huruf Ut.
Menurut Nerlove (1958), rumus diatas dikembangkan yaitu dengan
memasukkan unsur dinamis dari fungsi penawaran, sehingga bentuk fungsinya
dapat ditulis sebagai berikut:
A*t= b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt_1 + e……………………………………….(3)
Dimana:
A*t : Penawaran jangka panjang
bo : Konstanta
b1-b3 : Koefisien regresi
Pt-1 : Harga komoditi pada tahun tanam sebelumnya
Wt : Rata-rata curah hujan tahunan
Qt-1 : Jumlah produksi pada tahun tanam sebelumnya
Oleh karena itu A*t tidak dapat diketahui secara langsung, maka Nerlove
membuat hipotesis yang disebut “partial adjustment or stock adjustment
hypothesis” sebagai berikut:
At-At-1= λ (A*t-At-1)………………………………………………………..(4)
Persamaan tersebut menyatakan bahwa perubahan yang sebenarnya
(actual change) dalm jumlah penawaran dalam suatu periode waktu tertentu T
merupakan pecahan dari perubahan yang diinginkan untuk periode tersebut.
Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
At = λ A*t + (1 – λ) At-1……………………………………………………..(5)
Keterangan:
At-At-1 : Perubahan penawaran sebenarnya pada tahun T
A*t-At-1 : perubahan penawaran yang diinginkan pada tahun T
λ : Koefisien penyesuaian nilainya adalah 0< λ < 1
Untuk menaksirkan atau mengestimasi fungsi penawaran pada persamaan
(3) disubstitusikan dalam persamaan (5), maka akan diperoleh persamaan sebagai
berikut:
At = λ (b0 + b1Pt-1 + b2Wt + b3Qt-1 + e) + (1 – λ) At-1
Atau
At = λ b0 + λ b1Pt-1 + λ b2Wt + λ b3Qt-1 + λ e + (1 + λ) At-1…………………(6)
Menurut Soekartawi (1993), beberapa factor yang mempengaruhi
perubahan penawaran adalah:
a. Teknologi
Adanya perbaikan teknologi, misalnya menggunakan teknologi baaru
sebagai pengganti teknologi lama, maka produksi akan semakin meningkat. Tentu
saja teknologi ini mungkin memerlukan biaya produksi yang relative tinggi,
memerlukan kesempatan khusus, dan sebagainya. Tetapi bila keteratasan ini dapat
dipecahkan maka produksi akan semakin besar.
b. Harga Input
Besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya
jumlah input yang akan dipakai. Bila harga factor produksi (input) turun, maka
petani akan cenderung membelinya pada jumlah yang lebih besar. Dengan
demikian dari penggunaan factor produksi yang biasanya dalam jumlah yang
terbatas, maka dengan adanya penambahan penggunaan factor produksi (sebagai
akibat dari turunnya factor produksi), maka produksi akan meningkat.
c. Harga produksi yang lain
Harga produksi yang lainb adalah adanya perubahan harga produksi
alternatif. Pengaruh perubahan harga produksi alternative ini, akan menyebabkan
terjadinya jumlah produksi yang semakin meningkat atau sebaliknya semakin
menurun.
d. Jumlah produsen
Seringkali karena adanya rangsangan harga untuk komoditi pertanian
tertentu, maka petani cenderung mengusahakan tanaman perkebunan. Misalnya,
dari semula produsen tanaman perkebunan cengkeh kemudian karena harga
tanaman perkebunan kelapa sawit cukup tinggi, maka perubahan dari petani
cengkeh ke petani kelapa sawit. Dengan kata lain, dengan bertambahnya produsen
tanaman perkebunan kelapa sawit, maka produksi atau barang yang ditawarkan
menjadi bertambah.
e. Harapan produsen terhadap harga produksi di masa mendatang
seringkali juga ditemukan suatu peristiwa perusahaan perkebunan meramal
besar harga dimasa mendatang, apakah harga suatu komoditi akan menaik atau
menurun. Hal ini disebabkan karena pengalaman yang mereka punyai selama
beberapa tahun mengusahakan komoditi tersebut.
2.4 Teori Penawaran Ekspor
Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam
negeri ke luar wilayah Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku
(Hutabarat, 1989). Berdasarkan dari pengertian ekspor tersebut, maka kita dapat
memahami bahwa kegiatan ekspor yang dilakukan oleh setiap negara bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan sesuatu negara, hal ini disebabkan karena
kegiatan ekspor merupakan salah satu komponen pengeluaran agregat karena
ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai.
Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya
akan menaikkan pendapatan nasional pula.
Teori penawaran adalah suatu teori yang menjelaskan mengenai jumlah
barang yang mampu diproduksi dan ditawarkan oleh produsen kepasa konsumen
di pasar. Harga tidak hanya mempengaruhi jumlah barang yang diminta tetapi
juga jumlah yang dijual. Pada saat harga rendah tidak menuup kemungkinan
menurunkan jumlah barang tertntu yang akan dijual. Semakin tinggi harga maka
semakin banyak barang yang dijual. Dalam teori penawaran terdapat hubungan
antara berbagai jumlah yang akan dijual pada berbagai tingkat harga (Nopirin,
1994).
Penawaran adalah berbagai jumlah (kuantitas) barang dimana produsen
bersedia menjualnya pada berbagai tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar
tertentu dan dalam waktu tertentu pula dengan asusmsi cateris paribus. Hukum
penawaran berbunyi jika harga suatu barang naik maka jumlah barang yang
ditawarkan akan turun oleh penjual dengan asumsi cateris paribus (Suhartiti,
2003). Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa penawaran
ekspor dapat terjadi bilamana suatu negara sebagai eksportir akan melakukan
kegiatan perdagangan ekspor ketika terdapat hubungan yang positif antara harga
barang yang diekspor dengan valume barang yang ditawarkan untuk diekspor ke
negara lain, sehigga terbentuklah kurva keseimbangan penawaran oleh negara
eksportir di pasar barang.
Berdasarkan pernyataan di atas terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi valume ekspor komoditas barang tertentu di suatu negara, antara
lain:
1. Nilai Tukar Mata Uang
Nilai tukar mata uang (kurs) adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga diantara atau kedua mata
uang tersbut. Perbandingan nilai inilah saring disebut dengan kurs (exchange
rate). Nilai tukar biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi
dan apresiasi. Depresiasi mata uang rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
artinya suatu penurunan harga Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah.
Depresiasi mata uang negara membuat harga barang-barang domestik menjadi
lebih murah bagi pihak luar negeri. Sedangkan apresiasi terhadap Dollar Amerika
Serikat adalah kenaikan Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Apresiasi mata
uang suatu negara membuat harga barang-barang domestik menjadi mahal bagi
pihak luar negeri (Sukirno, 2000) dalam (Ahmad Fahrudin Saeroji, 2011).
2. Harga
Tingkat harga merupakan rata-rata penimbangan harga dari barang dan
jasa yang berbeda di dalam suatu perekonomian. Pemerintah menghitung tingkat
harga dengan menyusun indeks harga, yang merupakan rata-rata harga barang dan
jasa (Samuelson, 2004) dalam (Ahmad Fahrudin Saeroji). Kenaikan harga akan
menurunkan ekspor neto (ekspor dikurangi impor). Pengaruh ekspor neto akan
menurunkan pengeluaran agregat dan pendapatan nasional riil (Sukirno, 2010).
Berdasarkan penjelasan diatas kita pahami bahwa harga adalah suatu
tingkat nilai tertentu yang terbentuk sebagai akibat dari kesempatan bersama
antara produsen suatu harga barang sangat ditentukan oleh keseimbangan antara
permintaan dengan penawaran di pasar barang dan jasa, artinya harga barang tidak
dapat seketika terbentuk oleh kehendak produsen yang menginginkan harga
barang yang mahal sesuai dengan hukum penawaran ataupun kehendak konsumen
yang menginginkan harga barang yang murah sesuai dengan hukum permintaan.
2.5 Fungsi Produksi COBB-DOUGLAS dan Elastisitas Produksi
a. Fungsi Produksi COBB-DOUGLAS
Fungsi produksi Cobb-Douglas (Cobb-Douglas production function) ini
sering disebut sebagai fungsi produksi eksponensial. Fungsi produksi ini berbeda
satu dengan yang lain, tergantung pada ciri data yang ada dan digunakan. Fungsi
produksi eksponensial atau Cobb-Douglas ini sudah banyak digunakan dalam
studi-studi tentang fungsi produksi secara empiris, terutama sejak Charles
W.Cobb dan Paul H. Douglas memulai menggunakannya pada akhir 1920.
Fungsi atau persamaan ini melibatkan dua variabel atau lebih, yang mana variabel
yang satu disebut sebagai variabel dependen atau yang dijelaskan (dependent
variable), dan yang lain disebut sebagai variabel independen atau yang
menjelaskan (independent variable). Penggunaan bentuk fungsi ini sudah sangat
populer dalam penelitian empiris. Keuntungan menggunakan fungsi ini adalah
hasil pendugaan garis melalui fungsi ini akan menghasilkan koefisien regresi yang
sekaligus juga menunjukkan tingkat RTS. Namun demikian, penggunaan fungsi
produksi Cobb-Douglas masih harus memerlukan berbagai asumsi, antara lain :
a. Sampel yang digunakan secara acak
b. Terjadi persaingan sempurna diantara masing-masing sampel, sehingga masing-
masing dari mereka bertindak sebagai price taker, yang mana baik Y maupun
X diperoleh secara bersaing pada harga yang bervariasi.
c. Teknologi diasumsikan netral, artinya bahwa intercept boleh berbeda, tetapi
slope garis penduga Cobb-Douglas dianggap sama karena menyebabkan
kenaikan output yang diperoleh dengan tidak merubah faktor-faktor produksi
yang digunakan.
d. Fungsi Cobb-Douglas lebih mudah diselesaikan dengan fungsi logaritma, maka
tidak boleh terjadi adanya pengamatan atau perolehan data yang bernilai nol.
e. Karena merupakan fungsi linier dalam logaritma, maka pendugaan parameter
yang dilakukan harus menggunakan penaksiran Ordinary Least Square (OLS)
yang memenuhi persyaratan BLUE (Beast Linear Unbiassed Estimators).
Secara matematis, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut :
Y = α Tβ2
TKβ2
Kβ2
……………………………..…(2.3.3.1)
Dimana :
Y = output
T,Tk,K = faktor-faktor produksi
β1, β2,β3 = parameter yang ditaksir nilainya.
Kemudahan dalam estimasi atau pendugaan terhadap persamaan diatas
dapat dilakukan dengan mengubah bentuk linier berganda dengan cara
menjadikan bentuk linier berganda dengan cara menjadikan bentuk logaritma,
sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
Log Y = logα + β1 log T + β2 log TK + β3 log K...........(2.3.3.2)
Interpretasi terhadap parameter-parameter persamaan di atas dapat artikan
sebagai berikut :
a. α menunjukkan tingkat efisiensi proses produksi secara keseluruhan. Semakin
besar α maka semakin efisien organisasi produksi,
b. Parameter β mengukur elastisitas produksi untuk masing-masing faktor
produksi,
c. Jumlah β menunjukkan tingkat skala hasil
d. Parameter β dapat digunakan untuk mengukur intensitas penggunaan faktor
produksi.
Cobb-Douglass menjelaskan hubungan antara (Y) dengan faktor-faktor
yang mempengaruhinya (X). Model fungsi persamaan yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara Y dan X menggunakan fungsi persamaan Cobb-
Douglass yang telah di trasformasikan ke dalam bentuk linier logaritmatik dimana
variabel yang dijelaskan atau dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan adalah
atau independen (X) adalah harga CPO Kalimantan Selatan, harga CPO
Indonesia, dan harga CPO Dunia. Secara matematik fungsi produksi Cobb-
Douglass dapat ditulis sebagai berikut:
Y = b0 X1b1
X2b2
X3b3
DB e (Soekartawi, 2003).
Model fungsi tersebut di trasformasikan ke dalam model linier
logaritmatik, maka model fungsi pendapatannya dapat ditulis sebagai berikut.
Ln Y = a0 + a1 Ln X1CPO Kalsel + a2 Ln X2 CPO Indo + a3 Ln X3 CPO Dunia + e
Keterangan:
Ln X1CPO Kalsel = Harga CPO Kalimantan Selatan
Ln X2 indo = Harga CPO Indonesia
Ln X3 dunia = Harga CPO dunia
a1-a3 = Koefisien regresi (nilai elastisitas)
e = Kesalahan (disturbance term)
b. Elastisitas Produksi
Elastisitas Produksi parsial yang berkenaan dengan faktor produksi
merupakan ukuran perubahan proporsional outputnya yang disebabkan oleh
perubahan proporsional pada faktor produksi ketika faktor-faktor produksi lainnya
konstan (Beathe dan Taylor, 1994). Elastisitas produksi ini dapat dituliskan
dengan formula seperti berikut :
ɛ= %ΔQ 1 …………………………………………………….(2.4.1)
%ΔQ Q
Dimana :
Q = output;X = input.
Pada fungsi Cobb-Douglas, parameter β1 dapat ditafsirkan sebagai
elastisitas produksi untuk masing-masing faktor produksi. Jadi elastisitas produksi
untuk faktor-faktor produksi T, TK, K, dinyatakan oleh besaran β1, β2, β3.
Interpretasi dari besaran elastisitas produksi adalah jika ε = 0,8 yang berarti bahwa
apabila input (faktor produksi) ditambah 10%, maka akan menaikkan output
sebesar 8%.
2.6 Kerangka Pemikiran
Banyak faktor yang akan menentukan hal ini dan pada dasarnya
kepentingan ekspor disuatu negara selalu berbeda dengan negara lain.
Berdasarkan pernyataan tersebut secara garis besar kita dapat menjelaskan
determinan yang mempengaruhi ekspor CPO sehingga dapat di buat gambar
kerangka pemikiran dalam penelitian sebagai berikut:
Gambar 2. Kerangka Fikir Analisis Determinan Respons Penawaran Minyak
Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) di Provinsi Kalimantan Selatan
Produksi Minyak Kelapa Sawit
(CPO) di Provinsi Kalimantan
Selatan
Ekspor
(Time Series)
Produksi CPO Harga CPO
Elastisitas Respons Penawaran
Uji F Model
Uji T Model
2.7 Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih lemah
kebenarannya dan perlu dibuktikan atau dugaan yang sifatnya masih sementara
(Hasan, 2000). Hipotesis merupakan pernyataan penelitian mengenai hubungan
antara variabel yang mempengaruhi dengan variabel yang dipengaruhi di dalam
penelitian. Maka dalam penelitian ini dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga harga CPO Kalimantan Selatan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap determinan harga CPO Kalimantan Selatan.
2. Diduga harga CPO Indonesia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
determinan ekspor CPO Indonesia.
3. Diduga harga Dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap determinan
ekspor CPO Dunia.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu P enelitian
Penelitian ini dilakasanakan di Provinsi Kalimantan Selatan yaitu di Badan
Pusat Statistik, Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan dan
Perindustrian, dan Food Agriculture Organization (FAO) dalam waktu kurang
lebih 2 bulan. Pemilhan lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan
bahwa Kalimantan Selatan adalah salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang
memproduksi CPO, dan datanya diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS),
Kementrian Pertanian, kementrian Perdagangan dan Perindustrian, dan Food
Agriculture Organization (FAO) merupakan salah satu tempat penyedian data
produksi ekspor dan impor minyak kelapa sawit (CPO).
3.2 Teknik Penentuan Sampel
Pada data sekunder, populasi yang ada berupa keseluruhan data yang
dimiliki oleh sumber pemerintahan dalam negeri maupun dunia, dalam hal ini
berupa keseluruhan data dari KEMENTAN RI yaitu data produksi CPO
Kalimantan Selatan dan FAOSTAT yaitu data ekspor CPO Indonesia dan data
ekspor CPO dunia. Keseluruhan data yang ada berupa data tahunan (t). sampel
yang digunakan termasuk dalam sampel skala besar yaitu data 12 tahun(2005-
2016).
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menurut sumbernya adalah
data runtut waktu (Time Series) yaitu data yang secara kronologis disusun
menurut waktu pada suatu variabel tertentu (Kuncoro, 2007). Data dalam
penelitian ini berbentuk data tahunan selama 12 tahun (2005-2016).
Adapaun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah jenis data yang dapat di ukur atau dihitung
secara langsung, yang berupa informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan
bilangan atau berbentuk angka.
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Adapun sumber data yang digunakan yaitu dengan menggunakan
data primer. Data sekunder sebagai data penunjang dikumpulkan melalui studi
pustaka seperti buku, literature-literatur, sumber bacaan lainnya yang berkaitan
dengan topik penelitian, instansi lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang
akan dilakukan.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dalam
penelitian ini adalah metode dokumentasi, menurut (Suharsimi, 2006) metode
dokumentasi merupakan salah satu cara unt uk memperoleh data informasi
mengenai berbagai hal yang ada kaitannya dengan penelitian dengan jalan melihat
kembali laporan-laporan tulisan, baik berupa angka maupun keterangan. Selain
data-data laporan tertulis, untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai
data, informasi dan referensi dan berbagai sumber pustaka, media massa dan
internet.
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian dari proses pengujian data yang hasilnya
digunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik kesimpulan penelitian
(Indriantoro dan Supomo, 2002). Menurut Sugiyono (2012) analisis data
merupakan kegiatan setelah data dari seluruh sumber terkumpul menggunakan
statistik.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah dan analisis
regresi linier berganda. Analisis linier berganda adalah teknik statistik yang
digunakan untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi harga
CPO Kalimantan Selatan, harga ekspor CPO Indonesia, dan harga ekspor CPO
Dunia.
Persamaan regresi tersebut ad alah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 Lag1 + b2 X2 Lag 1 + e
= a + b1 YL-1 + b2 PL-1 + e
Keterangan :
Y = Respon Penawaran/ produksi (ton/ tahun)
X1 = YL-1= Penawaran 1 tahun sebelumnya
X2 = PL-1 = Harga 1 tahun sebelumnya
a. Uji serentak (Uji F hitung)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2005).
Pengujian F ini dilakukan dengan membandingkan nilai F hasil perhitungan
dengan F tabel, maka kita menerima hipotesis alternative yang menyatakan bahwa
semua variabel independen secara serentak dan signifikasi mempunyai variabel
dependen. Prosedur penguraian F adalah sebagai berikut:
1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha).
2. Menghitung nilai F hitung dengan rumus:
Dimana: R2 = Koefisien determinan
k = Jumlah variabel independen
n = Jumlah sampel
3. Mencari nilai kritis (F tabel) ; df (k-1, n-k)
Dimana k = jumlah parameter termasuk intersep.
b. Pengujian Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial menggunakan uji t yang merupakan uji t yang
pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel dependen secara
individual. Uji signifikan adalah prosedur dimana hasil sampel digunakan untuk
menentuk keputusan untuk menerima atau menolak Ho berdasarkan nilai uji
statistik yang diperoleh dari data.
Prosedur dari uji t adalah sebagai berikut (Agus Widarjono, 2007):
1. Membuat hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternative (Ha).
2. Menghitung t dengan rumus:
Fn = R2 : k
(1-R2) : (n-k-1)
t = (bi – b +)
Sbi
Keterangan:
bi = Koefisien bebas ke – i
bi* = Nilai hipotesis dari nol
Sbi = Simpangan baku dari variabel bebas ke i
3. Mencari nilai kritis t dari tabel t dengan df + n-k dan α yang tertentu
c. Uji Koefisien Determinan (R2)
Dalam suatu penelitian atau observasi, perlu dilihat seberapa jauh model
yang terbentuk dapat menerangkan kondisi yang sebenarnya. Dalam analisis
regresi dikenal suatu ukuran yang dapat dipergunakan untuk keperluan tersebut,
yang dikenal dengan koefisien determian. Nilai koefisien determinasi merupakan
suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen
terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain koefisien determinasi
menunjukkan variasi turunnya yang diberi simbol R2 mendekati angka 1, maka
variabel indevenden makin mendekati hubungan dengan variabel dependen
sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat dibenarkan
(Gujarati, 1997).
3.6 Definisi Oprasional
1. CPO merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting sebagai
sumber devisa migas bagi Kalimantan Selatan, sehingga memiliki prospek
yang cerah.
2. Perdagangan atau pertukaran CPO keluar negeri adalah salah satu bentuk
transaksi atau kerja sama dalam proses tukar-menukar yang didasarkan atas
kehendak sukarela dari Negara lain.
3. Ekspor merupakan salah satu komponen pengeluaran agregat karena ekspor
dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang akan dicapai
pemerintah Kalimantan Selatan.
4. Penawaran CPO adalah salah satu bentuk kerja sama dimana produsen bersedia
menjualnya pada berbagai tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu
dan dalam waktu tertentu pula dengan asumsi cateris paribus.
5. Model fungsi persamaan yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
Y dan X menggunakan fungsi pendapatan Cobb-Douglass yang telah di
trasformasikan ke dalam bentuk linier logaritmatik dimana variabel yang
dijelaskan atau dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan adalah atau
independen (X) adalah: harga CPO Kalimantan Selatan, harga CPO Indonesia,
dan harga CPO Dunia.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Kondisi Umum Provinsi Kalimantan Selatan
4.1.1. Letak Strategis
Kalimantan Selatan adalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang
terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin. Secara
administrasi wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas 11 kabupaten dan 2
kota. Jumlah kecamatan seluruhnya sebanyak 138 kecamatan, bertambah 19
kecamatan dibanding tahun 2005. Pada tahun 2006 jumlah desa/kelurahan
sebanyak 1.958 bertambah 11 desa dibanding tahun 2005.
Letak geografis Propinsi Kalimantan Selatan terletak di sebelah selatan
pulau Kalimantan dengan batas-batas: sebelah barat dengan propinsi Kalimantan
Tengah, sebelah timur dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa
dan di sebelah utara dengan propinsi Kalimantan Timur. Propinsi Kalimantan
Selatan secara geografis terletak di antara 114 19" 33" Bujur Timur - 116 33' 28
Bujur Timur dan 1 21' 49" Lintang Selatan 1 10" 14" Lintang Selatan, dengan luas
wilayah 37.377,53 km² atau hanya 6,98 persen dari luas pulau Kalimantan secara
keseluruhan. Sampai dengan tahun 2004 membawahi kabupaten/kota sebanyak 9
kabupaten/kota dan pada tahun 2005 menjadi 11 kabupaten/kota sebagai akibat
dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dengan Kabupaten
Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu. Luas
wilayah propinsi tersebut sudah termasuk wilayah laut provinsi dibandingkan
provinsi Kalimantan Selatan. Pada tahun 2007, panjang jalan keseluruhan di
wilayah administrasi Kalimantan Selatan adalah sepanjang 11.149,23 km yang
terdiri dari 876 km jalan negara, 1.056,38 km jalan provinsi, dan 9.216,85 km
jalan kabupaten/kota. Kondisi jalan di Kalimantan Selatan keadaannya kurang
baik, karena dari panjang jalan yang ada hanya 32,85% yang dalam kondisi baik,
sedangkan 25,69% kondisinya sedang, 24,61% dalam kondisi yang rusak, dan
16,85% kondisinya rusak berat.
Tabel 1. Daftar Kabupaten dan Kotamadya di Provinsi Kalimantan Selatan
KABUPATEN/KOTA IBUKOTA JUMLAH
KECAMATAN
JUMLA
H DESA
Kabupaten/Regency
Tanah Laut Pelaihari 9 133
Kotabaru Kotabaru 20 195
Banjar Martapura 16 288
Barito Kuala Marabahan 17 200
Tapin Rantau 12 131
Hulu Sungai Selatan Kandangan 10 148
Hulu Sungai Tengah Barabai 11 169
Hulu Sungai Utara Amuntai 7 219
Tabalong Tanjung 12 131
Tanah Bumbu Batulicin 10 117
Balangan Paringin 6 160
Kota/Municipality
Banjarmasin Banjarmasin 5 50
Banjarbaru Banjarbaru
Kota
3 17
Propinsi Kalimantan
Selatan
Banjarmasin 138 1958
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan
Luas wilayah masing-masing Kabupaten Tanah Laut 9,94 %; Tanah
Bumbu 13,50%; Kotabaru 25,11%; Banjar 12,45%; Tapin 5,80%; Tabalong
9,59%; Balangan 5,00%; Batola 6,33%; Banjarbaru 0,97% dan Banjarmasin
0,19%. Daerah aliran sungai yang terdapat di Propinsi Kalimantan Selatan adalah:
Barito, Tabanio, Kintap, Satui, Kusan, Batulicin, Pulau Laut, Pulau Sebuku,
Cantung, Sampanahan, Manunggal dan Cengal. Dan memiliki catchment area
sebanyak 10 (sepuluh) lokasi yaitu Binuang, Tapin, Telaga Langsat, Mangkuang,
Haruyan Dayak, Intangan, Kahakan, Jaro, Batulicin dan Riam Kanan.
4.1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2018 tumbuh sebesar
5,16% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 4,61% (yoy). Pada sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi
bersumber dari peningkatan pertumbuhan ekspor luar negeri dan investasi.
Peningkatan ekspor luar negeri terjadi pada komoditas CPO dan batubara.
Sedangkan peningkatan investasi didukung baik oleh investasi bangunan maupun
investasi nonbangunan. Di sisi lain, konsumsi RT dan konsumsi pemerintah
tumbuh melambat, masing-masing disebabkan oleh normalisasi permintaan pasca
Idul Fitri serta relatif tidak adanya belanja operasional (pegawai) yang signifikan
sebagaimana triwulan sebelumnya.
Grafik 1. Pertumbuhan PDRB Berdasarkan Kelompok Pertambangan dan
Nonpertambangan
Sumber: Bank Indonesia, 2018
Dari sisi penawaran, peningkatan pertumbuhan ekonomi utamanya
bersumber dari peningkatan kinerja sektor pertambangan, pertanian, industri
pengolahan dan konstruksi. Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-
2018 yang tumbuh meningkat dari triwulan sebelumnya tersebut sesuai dengan
arah tracking perekonomian. Memasuki paruh kedua tahun 2018, perusahaan
batubara memaksimalkan utilisasi untuk mencapai target tahun 2018 sehingga
produksi batubara pada triwulan III-2018 terdorong meningkat. Sementara itu
pada sektor pertanian, selain didukung oleh masuknya periode panen raya padi
lokal, terdapat peningkatan produksi tandan buah segar (TBS) yang berdampak
kepada peningkatan produksi CPO. Sedangkan peningkatan kinerja sektor
konstruksi didukung oleh peningkatan investasi bangunan khususnya pada proyek
pemerintah.
Meski tidak sesignifikan peningkatan pertumbuhan PDRB sektor tambang,
pertumbuhan PDRB nontambang juga tercatat tumbuh meningkat.
4.1.3. Perkembangan Inflasi
Inflasi IHK Kalimantan Selatan pada triwulan III-2018 menurun
dibandingkan triwulan II-2018, baik secara tahunan (yoy) maupun triwulanan
(qtq). Secara tahunan (yoy), realisasi inflasi tercatat sebesar 2,12% (yoy), lebih
rendah dari triwulan lalu (2,74% yoy). Inflasi yang lebih rendah bersumber dari
melambatnya laju inflasi komponen Diatur Pemerintah (Administered Price/AP)
dan Bergejolak (Volatile Foods/VF). Dari sisi kelompoknya, rendahnya inflasi
triwulan III-2018 bersumber dari kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa
Komunikasi (TKJK) dan Bahan Makanan. Secara triwulanan, Kalimantan Selatan
mengalami deflasi 0,08% (qtq), lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang
mencatatkan inflasi sebesar 1,21% qtq. Selesainya momen Idulfitri dan libur
panjang menyebabkan penurunan pada komponen inflasi Bergejolak (VF) dan
Diatur Pemerintah (AP). Berdasarkan kelompoknya, penurunan inflasi utamanya
bersumber dari kelompok TKJK mengingat dikarenakan deflasi angkutan udara.
Realisasi inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2018 (2,12% yoy) masih
dalam sasaran inflasi Kalimantan Selatan yang sebesar 3,75±1%, sebagai sasaran
antara menuju target inflasi nasional yang sebesar 3,5±1%.
4.1.4. Pertumbuhan ekonomi
Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan diukur dari besaran PDRB
baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan tahun dasar 2000,
menunjukkan perkembangan yang terus meningkat selama periode 2006-2008.
Nilai PDRB Kalimantan Selatan atas dasar harga konstan tahun 2007 naik sebesar
4,77 triliun rupiah dibanding tahun 2006 yang tercatat 34,67 triliun rupiah.
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan dengan minyak bumi pada tahun 2006
adalah 4,98 %, pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 6,01 %,
sementara pada tahun 2008 diprediksi pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan
akan meningkat menjadi 6,39%.
Pertumbuhan yang positif ini dikarenakan adanya pertumbuhan positif pada
hampir semua sektor terutama dari sektor pertanian, pertambangan dan
penggalian, listrik, gas dan air minum, serta sektor perdagangan, hotel dan
restoran. Pertumbuhan pada sektor pertanian ditunjang oleh subsektor tanaman
perkebunan dan subsektor peternakan. Dari sektor perdagangan hotel dan restoran
pertumbuhannya ditunjang oleh semua subsektor yaitu subsektor perdagangan
besar dan eceran, subsektor perhotelan dan subsektor restoran.
4.1.5 Prospek Perekonomian Daerah
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan I-2019 diprakirakan
tumbuh melambat, dikarenakan oleh perlambatan ekspor luar negeri, investasi,
dan konsumsi pemerintah. Perlambatan ekspor luar negeri utamanya disebabkan
oleh aktivitas coal getting yang relatif tidak seagresif menjelang akhir tahun.
Produksi karet juga diprakirakan kembali turun. Realisasi belanja operasional dan
investasi pemerintah juga akan rendah pada awal tahun sebagaimana pola belanja
setiap tahunnya. Di sisi lain, adanya peringatan Haul Guru Sekumpul akan
mendorong belanja lembaga nonprofit RT serta menahan konsumsi RT untuk
stabil. Inflasi triwulan I-2019 akan lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2018.
Hal ini disebabkan oleh selesainya tekanan inflasi yang bersumber dari tingginya
permintaan pada saat momen peringatan Hari Keagamaan pada triwulan
sebelumnya.
4.1.6 Perkembangan Ekspor luar negeri
Peningkatan produksi batubara sejalan dengan upaya korporasi untuk
memenuhi target tahunan sedangkan peningkatan produksi CPO didukung oleh
peningkatan pasokan TBS. Nilai ekspor luar negeri luar negeri Kalimantan
Selatan pada triwulan III-2018 tercatat sebesar 2,29 miliar Dollar AS atau tumbuh
19,86% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,52%
(yoy). Terdapat peningkatan pertumbuhan volume ekspor luar negeri CPO,
plywood, dan karet. Sementara itu perlambatan pertumbuhan volume ekspor luar
negeri batubara lebih moderat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Grafik 2. Pertumbuhan Volume Ekspor luar negeri Berdasarkan Komoditas
Sumber: Bank Indonesia, 2018
Komposisi nilai ekspor luar negeri pada triwulan III-2018 berdasarkan
komoditas menunjukkan pangsa ekspor luar negeri batubara sebesar 79,21%, CPO
sebesar 12,32%, kayulapis sebesar 3,92%, dan karet sebesar 1,94%. Berdasarkan
negara tujuan ekspor luar negeri, nilai ekspor luar negeri Kalimantan Selatan pada
triwulan III-2018 tercatat paling besar ke Tiongkok (34,04%), disusul India
(19,32%), ASEAN (16,58%) dan Jepang (9,28%). Pertumbuhan nilai ekspor luar
negeri ke seluruh kawasan meningkat kecuali ke Tiongkok. Ekspor luar negeri
Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2018 diprakirakan akan kembali tumbuh
meningkat, ditopang oleh potensi meningkatnya produksi batubara dan CPO.
4.1.7 Sektor Pertanian
Sektor pertanian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2018 tumbuh
sebesar 6,04% (yoy), meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 3,92% (yoy). Peningkatan kinerja sektor pertanian didukung
oleh masuknya periode panen raya bagi subsektor tabama (padi lokal) dan
subsektor perkebunan (TBS). Di sisi lain, produksi karet tumbuh melambat,
dengan volume produksi merupakan yang terendah dalam dua tahun terakhir.
Produksi padi Kalimantan Selatan tercatat sebesar 547,87 ton GKG6 pada
triwulan III-2018, tumbuh meningkat dari triwulan sebelumnya. Produktivitas
padi Kalimantan Selatan pada tahun 2018 diprakirakan sebesar 4,08 ton per
hektar, terus membaik pasca-El Nino di tahun 2015. Kabupaten Hulu Sungai
Tengah (HST) menjadi Kabupaten dengan produktivitas padi paling tinggi di
Kalimantan Selatan pada tahun 2018.
Produksi TBS Kalimantan Selatan juga tercatat tumbuh meningkat,
tercermin dari kinerja industri makanan dan minuman (didominasi oleh CPO).
Berdasarkan informasi liaison, jumlah luasan lahan tanaman menghasilkan (TM)
dan tanaman belum menghasilkan (TBM) di Kalimantan Selatan meningkat
sekitar kisaran 5% (yoy) pada tahun 2018. Penambahan tersebut terindikasi
berasal dari spot-spot lahan kecil yang menjadi perkebunan rakyat atau terhimpun
menjadi koperasi dan sebagian merupakan konversi lahan.
Sementara itu perlambatan pertumbuhan produksi karet utamanya
dipengaruhi oleh harga karet yang dalam dalam tren menurun sejak pertengahan
tahun 2017. Komitmen pembatasan produksi karet tidak dapat terlaksanan dengan
baik di Thailand dan Vietnam.
Meskipun dalam semester pertama tumbuh positif, volume produksi karet
Indonesia, Malaysia dan India pada triwulan III-2018 tercatat tumbuh negatif
kecuali Thailand dan Vietnam. Bahkan untuk menyelamatkan harga karet,
Kementrian Pertanian dan Koperasi Thailand berencana menawarkan 3000
baht/rai (1600 m2) bagi petani yang bersedia untuk tidak menyadap karet selama
tiga bulan. Hal tersebut nantinya akan menahan penurunan harga karet
internasional hingga April 2019 mengingat kontribusi Thailand terhadap 50%
pasokan karet dunia. Sektor pertanian Kalimantan Selatan pada triwulan IV-2018
akan kembali tumbuh meningkat meski bersifat lebih moderat, utamanya ditopang
oleh peningkatan produksi TBS.
Tabel 2. Luas Tanaman Kelapa Sawit (Ha)
Jenis Tanaman
Kind of Crops
Luas Tanaman (Ha)
Planting Area
Produksi
Production
(Ton)
Jml KK
Tani
(KK) TBM TM TTR
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Karet / Rubber 47 076 96 670 18 868 91 335,90 136 522
2. Kelapa / Coconut 3 430 37 433 3 911 30 129,85 130 688
3. Klp Hibrida /
Hybrida Cnt
1 578 2 390 29 2 638,31 3
4. Kelapa Sawit /
Palm Oil
44 863 110
796
9 1 338 291,80 15 379
5. K o p i / Coffee 651 4 807 530 1 902,12 21 919
6. L a d a / Papper 217 711 187 479,51 7 234
7. Cengkeh / Clove 93 1 122 294 250,21 9 305
8. Kakao / Cocoa 1 328 1 761 426 293,80 4 166
9. Pinang / Areca Nut 126 325 66 110,97 6 247
10.A r e n / Palm 301 1 153 200 1 457,23 5 500
11.Rumbia 1 299 2 530 163 11 697,92 14 291
12.Kemiri / Gundle Nut 667 2 288 90 1 961,65 8 557
13.Kayu Manis /
Cassievera
703 1 066 1 1 095,30 2 310
14.Kapuk / Capoc 130 255 28 74,49 2 625
15.Jambu Mete /Cashew
Nuts
17 208 79 76,02 5 418
16.Kenanga 2 49 5 12,51 2 307
17.Panili / Vanilla 2 4 0 2,82 10
18.Melinjo 1 1 0 0,35 45
19.J a h e / Ginger 12 105 0 222,75 1 175
20.Kapulaga
/Cardamom
0 24 0 10,44 1 217
21.Purun 155 332 0 787,96 1 338
22.T e b u 0 0 0 0,00 0
23.Rosela / Jute / Kenaf 0 0 0 0,00 0
24.Kunyit 6 6 0 12,73 350
25.Kencur 6 86 0 117,29 470
Jumlah 102 663 264122 24 886 1 482 961,93 377 076
Sumber : Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan
Keterangan :
TBM = Tanaman Belum Menghasilkan
TM = Tanaman Menghasilkan
TTR = Tanaman Tua/Rusak
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Estimasi Multiple Reggresion
Tabel 1.5 Hasil Estimasi Multiple Reggresion Determinan Respons Penawaran
Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) di Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2005-2016.
Variabel Koefisien Estimasi
(Elastisitas)
Standard
Error
Uji t
(t Statistik)
Probabilitas
Intersep -13.6937** 4.4915 -3.0488 0.0186
Harga Riil
CPO
Kalimantan
Selatan
1.7943** 0.7927 2.2636 0.0580
Harga Riil
Ekspor CPO
Indonesia
-6.7105** 2.0372 -3.2940 0.0132
Harga Riil
Ekspor CPO
Dunia
7.8567*** 2.1677 3.6242 0.0085
R2 = 0,7192 ***) : Signifikan ( = 1%)
Uji F = 5.9762 **) : Signifikan ( = 5%)
Probabilitas (Uji F) = 0,0241 *) : Signifikan ( = 10%) ns : Non Signifikan
(lnY)t = -13.6937+ 1.7943 (ln X1)L-1 – 6.7105 (ln X2)L-1 + 7.8567 (ln X3)L-1 + e
Sumber : Data Perimer Setelah Diolah, 2019
Rata-rata:
Y (833.000/ ton/tahun) = Produksi CPO Kalimantan Selatan
X1 ($ 966/ ton/tahun) = Harga Riil CPO Kalimantan Selatan
X2 ($ 822/ ton/tahun) = Harga Ekspor Riil Indonesia
X3 ($ 856/ ton/tahun) = Harga Ekspor Riil Dunia
5.2 Uji F-Statistik (Simultan)
Mengetahui pangaruh variabel bebas (Independen), terhadap variabel
terikat (Dependen) secara bersama-sama (Simultan) maka dilakukan uji F. Uji F
yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam analisis ini dilakukan dengan
menggunakan program eviews 9. Berdasarkan hasil estimasi pada tabel diatas
dapat diliat bahwa nilai F Statistik sebesar 5.9762 nilai Probabilitas (F-Statistik)
sebesar 0,0241. Maka dapat diketahui bahwa variabel independen (harga riil CPO
Kalimantan Selatan, harga riil ekspor CPO Indonesia, dan harga riil ekspor CPO
Dunia ) secara bersama-sama mempengaruhi determinan harga riil CPO secara
signifikan pada taraf kepercayaan sebesar 95% (α = 5%).
5.3 Koefisien Determinan (R2)
Koefisisen determinan (R2) mencerminkan besarnya pengaruh perubahan
variabel-variabel bebas (independen variabel) dalam menjelaskan perubahan-
perubahan pada variabel terikat (dependen variabel) secara bersama-sama, dengan
tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antara variabel dalam
model yang digunakan. Besarnya nilai koefisien determinan adalah antara 0
hingga 1 (0<R2<1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka model tersebut
dikatakan baik karena semakin dekat hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
Berdasarkan hasil estimasi Multiple Reggresion dengan menggunakan
program eviews 9 diketahui bahwa koefisien determinan (R2) sebesar 0,7192 yang
bermakna bahwa variabel bebas (independen), harga ekspor CPO Indonesia, harga
CPO dunia memiliki proporsi terhadap ekspor CPO Kalimantan Selatan sebesar
72% sedangkan sisanya sebesar 28% (100% - 72%) dipengaruhi oleh varibel yang
tidak diteliti. Signifikan pada taraf kepercayaan sebesar 99% (α = 1%).
5.4 Uji t-Statistik
Mengetahui pengaruh secara signifikan variabel independen (harga riil
CPO Kalimantan Selatan, harga riil ekspor CPO Indonesia, dan harga riil ekspor
CPO Dunia, maka dapat dilakukan uji t-statistik (uji secara parsial) terhadap
variabel dependen (variabel terikat).
Berdasarkan hasil estimasi dapat dilihat bahwa ketiga variabel independen
yang berpengaruh secara signifikan terhadap determinan ekspor CPO Kalimantan
Selatan, adapun variabel tersebut yaitu harga CPO Kalimantan Selatan (X1)
berpengaruh positif terhadap determinan harga riil CPO Kalimantan Selatan
sebesar 1.7943** artinya setiap kenaikan 1US$ akan mempengaruhi kenaikan
penawaran harga CPO Kalimantan Selatan sebesar 1.7943** ribu ton/tahun-nya,
signifikan pada taraf kepercayaan 95% (α = 5%) selain dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya dollar ekspor CPO Kalimantan Selatan juga dipengaruhi oleh harga
domestik dan harga internasional itulah sebabnya harga CPO bertanda positif,
karena harga domestik yang rendah sehingga lebih mengutamakan melakukan
ekspor keluar negeri dari pada menjual dalam negeri. Harga riil ekspor CPO
Indonesia (X2) berpengaruh negatif terhadap determian ekspor CPO sebesar -
6.7105** artinya setiap kenaikan 1US$ akan mempengaruhi atau menambah
ekspor CPO sebesar -6.7105** ribu ton/tahun-nya, berpengaruh signifikan pada
taraf kepercayaan 95% (α = 5%), harga CPO Indonesia bertanda negatif selain
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dollar ekspor juga dipengaruhi oleh harga
domestik dan harga internasional itulah sebabnya harga CPO bertanda negatif
karena harga domestik yang rendah sehingga lebih mengutamakan melakukan
ekspor keluar negeri dari pada menjual dalam negeri. Harga riil ekspor CPO
Dunia (X3) berpengaruh positif terhadap determinan ekspor CPO Kalimantan
Selatan sebesar 7.8567*** artinya setiap kenaikan 1US$ harga CPO ini sangat
berpengaruh terhadap ekspor CPO Kalimantan Selatan sebesar 7.8567*** , pada
taraf kepercayaan 99% (α = 1%). Dari ketiga variabel tersebut harga CPO Dunia
yang paling signifikan karena koefisien estimasi (elastisitas-nya) berpengaruh
positif sebesar 7.8567*** ribu ton sedangkan nilai Probabilitas-nya sebesar
0.0085 signifikan pada taraf kepercayaan 1% (α = 1%).
1. Harga riil CPO Kalimantan Selatan (X1)
Berdasarkan tabel di atas hasil estimasi terlihat bahwa nilai t-statistik untuk
variabel harga CPO Kalimantan Selatan sebesar 2.2636 dan nilai probabilitas t-
statistik sebesar 0.0580 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05 (α = 5%)
yang berarti bahwa harga CPO Kalimantan Selatan berpengaruh signifikan
terhadap determinan ekspor CPO Kalimantan Selatan pada taraf kepercayaan
95% (α = 5%).
2. Harga CPO Indonesia (X2)
Berdasarkan tabel di atas hasil estimasi terlihat bahwa nilai t-statistik
untuk variabel harga CPO Indonesia sebesar -3.2940 dan nilai probabilitas t-
statistik sebesar 0.0132 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05 (α = 5%)
yang berarti bahwa harga CPO Indonesia berpengaruh signifikan terhadap
determinan ekspor komoditas CPO Kalimantan Selatan pada taraf kepercayaan
95% (α = 5%).
3. Harga CPO Dunia (X3)
Berdasarka tabel di atas hasil estimasi terlihat bahwa nilai t-statistik untuk
variabel harga CPO Dunia sebesar 3.6242 dan nilai probabilitias t-statistik
sebesar 0.0085 yang lebih kecil dari tingkat kesalahan 0,05 (α = 1%) yang
berarti bahwa harga ekspor CPO Dunia berpengaruh signifikan terhadap
determianan ekspor komoditas CPO Kalimantan selatan pada taraf kepercayaan
99% (α = 1%).
5.5 Uji Standard Eror
Standard error adalah standar deviasi dari distribusi sampling suatu
statistik. Standard error adalah istilah statistik yang mengukur keakuratan sampel
dalam merepresentasikan populasi. Jika statistiknya rata-rata sampel maka
dinamakan standard error mean. Semakin kecil nilai standard error, maka
semakin representatif terhadap populasinya. Standard error berkebalikan dengan
ukuran sampel. Semakin besar ukuran sampel, maka akan semakin kecil standard
error karena statistik mendekati nilai yang sebenarnya.
Berdasarkan hasil estimasi Multiple Reggresion dengan menggunakan
program eviews 9 diketahui bahwa standard eror paling rendah yaitu pada harga
CPO Kalimantan Selatan yang artinya bahwa harga ekspor yang berpengaruh
lebih mementingkan harga produksi CPO Kaliamantan Selatan sebesar 0.7927
dengan tingkat kepercayaan 95%.
5.6 Elastisitas
Elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah
variabel dengan variabel lainnya. Dengan kata lain, elastisitas mengukur seberapa
besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan harga.
Berdasarkan hasil estimasi diatas, dapat dilihat bahwa elastisitas harga
minyak kelapa sawit (CPO) yaitu elastisitas harga CPO Kalimantan Selatan (X1)
sebesar 1.7943 artinya setiap kenaikan 1U$ akan mempengaruhi kenaikan
penawaran ekspor CPO sebesar 1.7943/tahun-nya, elastisitas harga ekspor CPO
Indonesia (X2) sebesar -6.7105 artinya setiap kenaikan 1U$ akan mempengaruhi
atau menambah ekspor CPO sebesar -6.7105, dan elastisitas harga ekspor CPO
Dunia (X3) sebesar 7.8567 artinya setiap kenaikan 1U$ harga CPO akan
mempengaruhi kenaikan penawaran ekspor CPO sebesar 7.8567.
Grafik 3. Hasil estimasi Multiple Reggresion Determinan Respons Penawaran
Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) di Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2005-2016.
-.8
-.4
.0
.4
.8
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Residual Actual Fitted
Sumber : Data Perimer Setelah Diolah, 2019
Berdasarkan dari grafik diatas, dapat dilihat bahwa grafik yang bergaris
biru menunjukkan data residual atau data selisih harga CPO Indonesia dengan
harga CPO duniayang artinya bahwa pengaruh CPO Indonesia kurang terhadap
produksi CPO Kalimantan Selatan. Pada grafik yang bergaris merah menunjukkan
data actual atau data harga real CPO Kalimantan Selatan dan grafik yang bergaris
hijau menunjukkan data fitted atau data hasil analisis yang berpengaruh terhadap
produksi Kalimantan Selatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut
terjadi heteroskedastisitas atau dengan kata lain grafik tersebut memiliki nilai
residual yang sifatnya tidak sama dan berubah sepanjang waktu.
VI. KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian Analisis Determinan Respons Penawaran
Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) di Provinsi Kalimantan Selatan sebagai
berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi respons penawaran minyak kelapa sawit
(CPO) dapat dilihat dari nilai koefisien regresi hasil estimasi. Dari masing-
masing determinan harga ekspor miyak kelapa sawit CPO yang bertanda positif
(signifikan) yaitu harga CPO Kalimantan Selatan (X1) dan harga CPO Dunia
(X3), yang menunjukkan bahwa tingkat pengaruh faktor determinan ekspor
minyak kelapa sawit (CPO) yang berpengaruh positif akan meningkatkan hasil
ekspor minyak kelapa sawit (CPO). Sedangkan faktor determinan ekspor yang
bernilai negatif yaitu harga ekspor minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia (X2)
maka akan mengurai ekspor CPO setiap tahun-nya sebesar -6.7105.
2. Faktor utama yang mempengaruhi respons penawaran minyak kelapa sawit
(CPO) dapat dilihat dari nilai koefisien regresi hasil estimasi. Dari masing-
masing determinan harga ekspor minyak kelapa sawit yang nilainya paling
kecil yaitu harga CPO Kalimantan Selatan (X1) Sebesar 1.7943.
3. Elastisitas determinan respons penawaran harga ekspor minyak kelapa sawit
(CPO) dapat dilihat dari nilai koefisien regresi hasil estimasi. Elastisitas harga
harga CPO Kalimantan Selatan sebesar 1.7943 sedangkan elastisitas harga
ekspor CPO Indonesia sebesar -6.7105.
6.1 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti menyarangkan bahwa :
1. Dalam menentukan kebijakan ekspor yang terkait dengan pendapatan nasional
suatu negara maka selaku pimpinan khusus mengenai penanganan ekspor atau
bahkan pemerintah yang secara langsung memberikan bantuan modal atau
sarana dan prasarana untuk industri-industri pengolahan agar komoditas yang
akan di ekspor dapat bersaing di pasar Internasional, karena jika jumlah ekspor
sangat meningkat maka pendapatan negara juga akan meningkat sehingga
tingkat kesejahteraan bisa tercapai.
2. Faktor-faktor ekspor komoditas minyak kelapa sawit (Crude palm oil)
Kalimantan Selatan sangat mempengaruhi besar kecilnya jumlah ekspor yang
akan dilakukan, maka dari itu Indonesia harus mampu bersaing di pasar
Internasional yaitu dengan cara meningkatkan mutu atau kulitas komoditas
CPO yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin. 2008. Analisis Ekspor Minyak Kelapa Sawit (CPO) Indonesia. Jurnal
Aplikasi Manajemen Volume 6 Nomor 1. Fakultas Ekonomi Universitas
Brawijaya. Malang.
Agustina. 2006. Analisis Dinamika Ekspor dan Keunggulan Komparatif Minyak
Kelapa sawit (CPO) di Indonesia (Analisis of Export Dynamics and
Comparative Advantage of Indonesian Crude Palm Oil). Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor.
Arsyad. 1987. Ekonomi Manajerial- Ekonomi Makro Terapan untuk Manajemen
Bisnis. BPEF. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik, 2011. Statistik Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta
Badan Pusat Statistik, 2013. Data Statistik Perkebunan Komoditas Kelapa Sawit.
Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2006. KEKR Provinsi Kalimantan Selatan TriWulan III.
Kalimantan Selatan.
Bank Indonesia, 2018. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi
Kalimantan Selatan.
Bank Indonesia, 2018. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi
Kalimantan Selatan.
Benikrisanto, Cyirillus. 2006. Crude Palm Oil and Refiining. European Journal of
Lipid Sciense and Technologi. Vol 109
Daniel. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta
Dinas Perkebunan. 2007. Data Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2006.
Badan Pusat Statistik.
Dinas Perkebunan. 2007. Data Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2006.
Badan Pusat Statistik.
Dinas Perkebunan. 2007. Data Statistik Komoditas Perkebunan Tahun 2006.
Hal.4. Badan Pusat Statistik.
Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan kedua.
Yogyakarta: Penerbit BFEE UGM.
Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan. 2012. Statistik
Perkebunan Kelapa Sawit. Jakarta.
Kementerian Perdagangan, 2012. Kebijakan Perdagangan Internasional
Komoditas Pertanian.
Ghatak dan Ingersent. 1984. Agriculture Land Economic Development. Harvester
Press. Brighton.
Halwani. 2003. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi Edisi Kedua.
Ghalia Indonesia: Bogor
Kuncoro, Mudrajad. 2007. Metode Kuantitatif Teori Dan Aplikasi Untuk Bisnis
Dan Ekonomi Edisi Ketiga. UPP STIM YKPN. Yogyakarta
Lipsey. 1990. Pengantar Mikroekonomi. Alih Bahasa: A. Jaka
Wasana,Kirbrandoko, dan Budijanto. Binarupa Aksara. Jakarta.
Mankiw. 2000. Teori Makroekonomi. Alih Bahasa: Imam Nurmawan Erlangga.
Jakarta.
Nerlove. 1958. The Dynamics of Supply: Estimation of Farmers Response to
Price. The Johns Hopkins Press. Baltimore. USA
Nopirin. 1994. Ekonomi Moneter. Buku II. BPFE. UGM. Yogyakarta
Putong. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia
Prasetyani, dan Miranti. 2004. Potensi dan Prospek Bisnis Kelapa Sawit
Indonesia.Retrived from www.bni.co.id.
Sadono, Sukirno. 2015. Pengantar Ekonomi Makro. PT. Raja Grasindo Persada.
Jakarta
Saeroji Ahmad Fahrudin. 2011. Ekonomi Internasional. Edisi Pertama. BPPFE.
Yogyakarta.
Saeroji Ahmad Fahrudin. 2011. Teransaksi Ekspor Impor. Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta.
Salvatore, Dominick, dalam Flora Felina Aditasari. 1997. Ekonomi Internasional.
Edisi ketiga. Erlangga. Jakarta
Salvatore, Dominick, dalam Flora Felina Aditasari. 1997. Ekonomi Internasional.
Edisi ketiga. Erlangga. Jakarta
Sihotang, Benidiktus. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta: Bumi Aksara.
Soekartawi. 1993. Manajemen Pemasaran Dalam Bisnis Modern. Pustaka
harapan. Jakarta.
Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekata Praktik. PT. Rineka
Cipta. Jakarta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Bandung.
Suhartiti, 2003. Teori Ekonomi Mikro. PT. Salemba Emban Patria. Jakarta.
Sukirno. 2006. Pengantar Teori Mikro ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1. Hasil Analisis Regresi Berganda Pada Program Eviews 9 Analisis
Determinan Respons Penawaran Minyak Kelapa Sawit (Crude
Palm Oil) di Provinsi Kalimantan Selatan
Dependent Variable: LOG(Y)
Method: Least Squares
Date: 11/21/19 Time: 20:45
Sample (adjusted): 2 12
Included observations: 11 after adjustments
HAC standard errors & covariance (Bartlett kernel, Newey-West fixed
bandwidth = 3.0000)
No d.f. adjustment for standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -13.69375 4.491480 -3.048829 0.0186
LOG(X1(-1)) 1.794384 0.792725 2.263564 0.0580
LOG(X2(-1)) -6.710501 2.037174 -3.294024 0.0132
LOG(X3(-1)) 7.856260 2.167712 3.624217 0.0085 R-squared 0.719200 Mean dependent var 6.632233
Adjusted R-squared 0.598857 S.D. dependent var 0.635232
S.E. of regression 0.402329 Akaike info criterion 1.292197
Sum squared resid 1.133083 Schwarz criterion 1.436886
Log likelihood -3.107082 Hannan-Quinn criter. 1.200990
F-statistic 5.976260 Durbin-Watson stat 1.181497
Prob(F-statistic) 0.024137 Wald F-statistic 72.02316
Prob(Wald F-statistic) 0.000013
Lampiran 2. Grafik Analisis Linier Berganda Pada Program Eviews 9 Analisis
Determinan Respons Penawaran Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm
Oil) di Provinsi Kalimantan Selatan
-.8
-.4
.0
.4
.8
5.5
6.0
6.5
7.0
7.5
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Residual Actual Fitted
Lampiran 3. Hasil Tabulasi Harga Riil CPO Kalimantan Selatan, Harga Ekspor
Riil CPO Indonesia, Harga Ekspor Riil CPO Dunia.
Produksi CPO
Kalimantan
Selatan
Harga Riil
CPO
Kalimantan
Selatan
Harga
Ekspor Riil
Indo.
Harga
Ekspor Riil
Dunia
tahun No (1.000 ton) ($/ton) ($/ton) ($/ton)
Y X1 X2 X3
2005 1 126 813 362 386
2006 2 307 931 411 438
2007 3 337 955 814 779
2008 4 387 851 936 983
2009 5 424 1.079 671 724
2010 6 699 1.288 911 934
2011 7 1.044 925 1.188 1.229
2012 8 1.165 1.035 1.057 1.104
2013 9 1.244 993 968 1.020
2014 10 1.461 1.046 958 1.000
2015 11 1.049 1.021 757 800
2016 12 1.750 1.016 835 873
Rata-rata 833 996 822 856
Lampiran 4. Hasil Logaritma Natural (LN)
Produksi CPO
Kalimantan
Selatan
Harga Riil
CPO
Kalimantan
Selatan
Harga Ekspor
Riil Indo.
Harga
Ekspor
Riil Dunia
tahun No (1.000 ton) ($/ton) ($/ton) ($/ton)
lnY lnX1 lnX2 lnX3
2005 1 4,835234 6,701008 5,891672 5,956371
2006 2 5,728052 6,836695 6,01823 6,081144
2007 3 5,821269 6,861395 6,701522 6,658005
2008 4 5,957747 6,746662 6,841685 6,890617
2009 5 6,050462 6,983549 6,508527 6,584228
2010 6 6,549224 7,160608 6,814323 6,839735
2011 7 6,951286 6,829691 7,079934 7,114198
2012 8 7,060195 6,942053 6,963002 7,006946
2013 9 7,126119 6,901153 6,875671 6,927226
2014 10 7,286579 6,952763 6,864828 6,907279
2015 11 6,956034 6,928969 6,628723 6,685145
2016 12 7,467593 6,923892 6,727306 6,771956
Lampiran 5. Peta Administrasi Kalimantan Selatan
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kerasian pada tanggal 10 Juni 1996
dari ayah Alm. Sahamuddin dan ibu Mulyati. Penulis
merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dan hidup dalam
keluarga yang sederhana, ayah penulis meninggal pada
tanggal 02 Desember 2018 sebelum penulis berangkat KKP.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah TK Al-Ikhlas, SDN P.Kerasian,
SMPN 3 Pamboang dan SMAN 1 Pulau Laut Selatan. Pada tahun 2015, penulis
penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Makassar melalui jalur tes. Pendidikan nonformal
yang dilalui penulis adalah DAD (Darul Arqam Dasar) tahun 2015. Selama kuliah
penulis pernah magang di PT.Malino Highlands Kabupaten Gowa.
Selama kuliah Penulis pernah mengikuti organisasi kampus yaitu di
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Periode 2016/2017, Periode 2017/2018 dan
periode 2018/2019. Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan dengan
menulis skripsi yang berjudul “Analisis Determinan Respons Penawaran Minyak
Kelapa Sawit di Provinsi Kalimantan Selatan” dibawah bimbingan Dr.
Mohammad Natsir., S.P., M.P, dan Ardi Rumallang, S.P., M.M.