reog cemandi di desa cemandi kecamatan sedati kabupaten sidoarjo (kajian koreografis)

24

Click here to load reader

Upload: alim-sumarno

Post on 01-Dec-2015

665 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : VIVIN EKA PRADITA, BAMBANG SOEYONO, http://ejournal.unesa.ac.id

TRANSCRIPT

Page 1: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI

KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

Oleh : Vivin Eka Pradita/092134007

Dosen Pembimbing : Drs. Bambang Soeyono, M.Hum.

ABSTRAK

Reog Cemandi berbeda dengan Reog Ponorogo dari segi bentuk penyajian dan struktural. Reog Cemandi terdiri dari enam penari kendang, dua penari topeng dan dua pemain angklung. Di dalam Reog Cemandi terdapat pola gerak dan pola ritmik yang berbeda antara dua penari memakai topeng dan enam penari membawa kendhang yang terangkum dalam satu bentuk tari. Konon Reog Cemandi diciptakan dengan tujuan menakutii para penjajah yang akan menyerang desa Cemandi.

Peneliti menarik satu fokus permasalahan pada koreografi Reog Cemandi yang membahas konsep isi dan bentuk penyajian Reog Cemandi.

Tujuan penelitian ini untuk mengungkap konsep isi dari Reog Cemandi dan Bentuk penyajian Reog Cemandi. Peneliti menngunakan metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi dalam meneliti.

Analisis data dengan mereduksi data, kemudian memaparkan data dan menarik kesimpulan menunjukan hasil bahwa terdapat kemiripan antara Reog Kendang dengan Reog Cemandi. Yang membedakan hanya pada sepasang penari banongan lanang dan wadon. Di dalam tari Reog Cemandi terdapat dua pola gerak, yaitu gerak terpola yang ditarikan oleh enam penari kendang dan gerak spontanitas yang ditarikan oleh dua penari . Desain lantai yang terdapat pada Reog Cemandi adalah garis lurus danmelingkar. Desain kelompok yang terdapat pada Reog Cemandi adalah unison atau serampak. Desain atas pada Reog Cemandi adalah desain dalam, datar, dan rendah. Musik Reog Cemandi terdiri dari enam buah kendang dan dua buah angklung. Alur penyajian Reog Cemandi terbagi atas gerak terpola dan gerak spontanitas yang tergabung dalam satu bentuk penyajian.

Reog Cemandi merupakan persebaran dari Reog Dhogdhog atau Reog Kendang yang berasal dari Tulungagung. Terjadi asimilasi kebudayaan yang mengakibatkan Reog Cemandi sangat mirip dengan Reog Kendang dari Tulungagung. Asimilasi membuat Reog Cemandi mempunyai bentuk baru yang berbeda dengan Reog Kendang asli dari Tulungagung.

Kata kunci : Reog Cemandi, gerak, seni pertunjukan, Reog Kendang

Page 2: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

Pendahuluan

Jawa Timur merupakan sebuah wilayah propinsi yang memiliki beragam seni

pertunjukan, salah satunya yang terkenal adalah Reog. Pada umumnya masyarakat mengenal

istilah “reog” untuk menyebut sebuah bentuk seni pertunjukan yang berasal dari daerah

Ponorogo (Reog Ponorogo), adalah “tarian tradisional di arena terbuka yang berfungsi

sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa

dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping, yang

semuanya laki – laki” (Tim Penyusun KBBI, 2007: 197).

Namun sebenarnya bentuk seni pertunjukan yang bernama reog di Jawa Timur tidaklah

hanya berbentuk seperti yang ada di Ponorogo saja, tetapi ada bentuk lain yang sangat

berbeda sama sekali, yaitu pertunjukan tari yang diiringi dengan instrumen musik yang

disebut dhodhog dan biasa disebut dengan Reog Kendhang atau Reog Dhodhok. Pertunjukan

Reog Dhodhok banyak tersebar di wilayah Tulungagung dan sekitarnya.

Di Kabupaten Sidoarjo tepatnya di Kecamatan Sedati, terdapat sebuah desa yang

memiliki seni pertunjukan berupa tari kerakyatan bernama Reog Cemandi. Reog ini berbeda

dari Reog yang di kenal oleh masyarakat pada umumnya. Secara bentuk Reog Cemandi mirip

dengan Reog Kendhang Tulungagung, para penarinya membawa kendhang saat menari.

Kendhang yang dibawa dan ditabuh pun sama yaitu kendhang yang berpenutup kulit di satu

sisi sejenis alat musik tifa dari Maluku, atau tam – tam dari Irian Jaya. Perbedaannya pada

Reog Cemandi terdapat sepasang penari yang memakai topeng.

Topeng tersebut sejenis dengan topeng “Dongkrek” yang ada di Madiun atau ondel-ondel

di Jakarta. Reog Cemandi seperti perpaduan antara Reog Kendhang dengan topeng Dongkrek

yang dikolaborasikan menjadi satu seni pertunjukan yang berbeda.

Konon, Reog ini sudah ada sejak tahun 1926. Menurut masyarakat sekitar, pada awal

kemunculannya Reog ini berfungsi untuk menakuti para penjajah dari Desa Cemandi dan

sebagai himbauan kepada masyarakat sekitar untuk selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa.

Himbauan itu tersirat dalam syair yang dilantunkan pemainnya sebelum memulai

pertunjukan, “Wajibe wong urip eling Gusti ning tansah ibadah ing tengah ratri.” Artinya

kewajiban orang hidup ingat kepada Tuhan, selalu beribadah di tengah sunyinya malam.

Jumlah pemain Reog Cemandi sekitar sepuluh orang. Dua penari pemakai topeng, enam

orang penabuh kendhang dan dua pemain angklung. Enam penabuh kendhang menari

bersama dua penari bertopeng, sedangkan dua pemain angklung hanya memainkan instrumen

saja.

Page 3: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh enam penabuh kendang membentuk pola

melingkar, salah satu kaki melangkah maju ke depan, berjengkeng, dan sebagainya.

Sementara dua orang yang memakai topeng menari secara bebas mengikuti irama musik

tanpa terbatasi gerakan atau pola pakem sebagaimana yang dilakukan oleh enam penabuh

kendhang lainnya.

Dua topeng yang dipakai oleh dua penari terdiri dari topeng lanang dan topeng wadon.

Penari yang memakai topeng lanang membawa properti berupa golok dengan gerakan

menebas-nebaskan goloknya seolah mengusir penjajah yang menyerang Desa Cemandi.

Penari yang memakai topeng wadon hanya membawa sampur dan bergerak mengikuti

gerakan penari topeng lanang. Topeng berfungsi menutupi atau mengganti perwujudan muka

pemakainya (Endo Suanda, 2004:6). Dalam sejarahnya, kedua topeng tersebut diciptakan

dengan tujuan menakut-nakuti penjajah yang menyerang Desa Cemandi.

Menurut Susilo yang merupakan pemimpin seni pertunjukan Reog Cemandi, bahwa

sepasang topeng Reog Cemandi setiap malam jumat legi diberi sesaji. Sesaji merupakan

wacana simbol yang digunakan sebagai sarana untuk ‘negosiasi’ spiritual kepada hal-hal gaib

(Suwardi Endarswara, 2006:247).

Menurut Soedarsono, seni pertunjukan ritual memiliki ciri khas diperlukan seperangkat

sesaji, yang kadang-kadang sangat banyak jenis dan macamnya (1976:126). Sebelum

dimulainya penampilan Reog Cemandi, selalu ada seperangkat sesaji yang disiapkan di awal

pertunjukan, kemudian dilantunkan syair pengingat untuk memulai penampilan, lalu disusul

sepuluh personil Reog Cemandi menari di atas panggung.

Reog Cemandi sebagai objek koreografi diambil oleh peneliti sebagai objek penelitian

karena keunikannya. Terdapat pola gerak dan pola ritmik yang berbeda antara dua penari

bertopeng dan enam penari penabuh kendhang yang terangkum dalam satu bentuk tari. Selain

itu, peneliti ingin mengungkap latar belakang penciptan tari Reog Cemandi yang bertujuan

utama untuk menakuti penjajah atau ada alasan lain di balik penciptaan tari Reog Cemandi itu

sendiri.

Penulis mengambil satu fokus penelitian yaitu koreografi Reog Cemandi yang

membahas tentang konsep isi tari Reog Cemandi dan bentuk penyajian tari Reog Cemandi.

Konsep Isi tari Reog Cemandi meliputi latar belakang penciptaan tari serta motivasi isi.

Bentuk penyajian tari Reog Cemandi meliputi gerak, peristiwa, musik, kostum, properti, tata

cahaya dan pemanggungan.

Untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, peneliti menggunakan pendekatan

yang bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

Page 4: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Sugiyono, 2011:25).

Teknik pengumumpulan data yang digunakan diantaranya observasi, wawancara dan studi

dokumen. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan Reduksi data, sajian / paparan

data kemudian penarikan kesimpulan. Demi keabsahan data, digunakan triangulasi sumber

dan triangulasi metode.

Tujuan Penelitian ini yaitu mengetahui konsep isi dari tari Reog cemandi dan bentuk

penyajian dari tari Reog Cemandi. Karya tulis ini, nantinya akan bermanfaat sebagai bahan

bacaan untuk menambah pengetahuan mayarakat tentang seni pertunjukan Reog Cemandi.

Diharapkan masyarakat mengerti akan keberadaan seni pertunjukan tari Reog Cemandi.

Latar Belakang Penciptaan Tari

pada awal mula terbentuknya reog Cemandi ditujukan untuk menakuti para penjajah

yang akan memasuki desa Cemandi, sehingga para penjajah enggan berlama-lama tinggal di

desa Cemandi. Pendapat tersebut menurut peneliti kurang relevan, karena pada dasarnya

logika orang barat lebih tinggi dalam berfikir dan menerima hal-hal baru seperti topeng

banongan yang sengaja dibuat dengan tujuan menakut-nakuti agar mereka meninggalkan

desa Cemandi. Pendapat ini didukung oleh Agustinus (hasil wawancara tanggal 11 Juni 2013,

di Dinas Provinsi Surabaya), bahwa secara logika, wong londo (sebutan untuk kaum

penjajah) tidak mungkin takut terhadap hal-hal gaib.

Pada saat itu (masa penjajahan) ada yang lebih tersohor dari pada reog Cemandi, yaitu

legenda Sarip Tambak Oso. Sarip adalah seorang jagoan yang berasal dari Dusun Tambak

Oso yaitu tepatnya wilayah Wetan Kali yang saat ini wilayah tersebut mungkin berada di

sekitar Kecamatan Sedati. Sarip yang konon seorang jagoan yang selalu menentang

pemerintah Belanda, tidak bisa mati walau terbunuh beribu kali. Penjajah lebih takut kepada

pemberontak yang perlawanannya lebih nyata dari pada topeng yang diisi oleh makhluk

Gaib.

Peneliti menemukan adanya kesamaan antara Reog Cemandi dengan Reog Kendang

di Tulungagung, antara lain karena terdapat enam penari yang membawa kendang. Dalam

gubahan tari Reyog ini barisan prajurit yang berarak diwakili oleh enam orang penari

(Disbudpar, 2000:2). Selain itu busana yang dikenakan oleh penari reog Cemandi juga

hampir sama dengan reog Kendang, yaitu baju hitam berlengan panjang, bagian belakang

kowakan untuk keris, sepanjang lengan baju diberi merah atau kuning juga di pergelangan

(Disbudpar, 2000:3).

Page 5: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

Dari segi instrument terdapat enam jenis kendang yang berbeda dan memiliki fungsi

masing-masing dalam memberikan suara. Hal ini sama seperti yang ada pada Reog Kendang

dimana enam kendang memiliki fungsi masing-masing. Istilah penyebutan kendang

berdasarkan fungsinya jelas berbeda antara Reog Cemandi dengan Reog Kendang, hal ini

bisa dipengaruhi karena adanya perbedaan daerah dan bahasa tiap daerah.

Dalam Reog Cemandi, Drendeng merupakan kendang dimana cara membunyikannya

dengan cara memukulnya menggunakan tongkat kecil, sedangkan dalam Reog Kendang

disebut truthong.

Kesamaan yang terdapat pada Reog Cemandi dan Reog Kendang Tulungagung

memungkinkan adanya penyebaran ke daerah-daerah lain. Sepasang topeng banongan lanang

dan banongan wadon menjadi hal yang paling membedakan antara Reog Cemandi dengan

Reog Kendang Tulungagung.

Topeng banongan lanang dan banongan wadon mempunyai kesamaan dengan

kesenian Dongkrek di Madiun, yaitu berupa topeng yang diarak keliling desa untuk mengusir

roh-roh jahat.

Nama Reog Cemandi sendiri dahulunya bukan bernama Reog Cemandi. Arti kata dari

Reog berarti kendang, yaitu sebuah pertunjukan yang menggunakan kendang sebagai unsur

musik pengiringnya. Menurut Sri Marningsih tahun 1992 pada skripsinya yang berjudul

Analisis Tentang Sejarah dan Pola Pementasan Reog Cemandi dalam Hubungannya dengan

Kemungkinannya untuk Meningkatkan Daya Tarik Pariwisata di Jawa Timur, nama Reog

Cemandi mengalami perubahan nama sebanyak tiga kali. Pertama kali Reog ini disebut

dengan Reog Mandi (bertuah), kemudian berganti menjadi Reog Mujahidin, hingga menjadi

Reog Cemandi.

Berdasarkan hal di atas, peneliti menyimpulkan ada kemungkinan bahwa Reog

Cemandi merupakan salah satu bentuk persebaran dari Reog Kendang pada tahun yang

mengalami asimilasi dengan kebudayaan di daerah awal munculnya Reog Cemandi, sehingga

menghasilkan bentuk yang tidak jauh berbeda dengan Reog Kendang.

Motivasi Isi

Isi adalah aspek yang terkait dengan makna, arti atau motivasi seseorang dalam

membuat bentuk, dan kecederungannya dikaitkan dengan tema. Menurut Susilo (hasil

wawancara tanggal 28 Maret 2013, di rumah Susilo desa Cemandi RT.15 RW.04) awalnya,

gerakan enam penari kendang hanya berjalan berarakan mengelilingi desa. Karena adanya

pengembangan fungsi menjadi tontonan masyarakat, para pemain kendang mulai

Page 6: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

menambahkan gerak serta pola yang terstruktur sehingga lebih menarik untuk ditonton.

Gerakan enam penari kendang sebagian besar menggunakan gerakan-gerakan silat karena

pengaruh dari banyaknya warga desa Cemandi yang menjadi murid di pondok pesantren.

Selain gerakan enam penari kendang, terdapat gerakan dari penari topeng banongan lanang

dan banongan wadon.

Gerak penari topeng banongan lanang dengan membawa kayu menyerupai golok

ditebas-tebaskan serta diangkat ke atas menggambarkan gerakan menakuti penjajah dari desa

Cemandi. Sedangkan gerak penari topeng banongan wadon dengan seblak sampur

menggambarkan sedang mengusir hal-hal yang buruk yaitu penjajah yang pada saat itu

menyerang desa Cemandi.

Terdapat nilai kesatuan yang terkandung dalam unsur kesenian Reog Cemandi, antara

lain desain lantai atau pola lantai yang selalu berbentuk lingkaran, desain kelompok yang

selalu serempak, dan syair lagu yang dinyanyikan sebelum dimulainya pertunjukan “Ayo

konco podo nyawiji Bebarengan bangun negoro” yang artinya, ayo teman kita bersatu

bersama – sama membangun negara.

Terdapat nilai filosofis yang terkandung dalam Instrumen kendhang yang berbahan

lulang, yaitu bermakna menghalang-halangi musuh, tanding bermakna tanpa tanding (kuat,

tanpa lawan), dan penjalin yang bermakna menjalin persatuan dan kesatuan.

Demikian pula dalam hal kostum. Pada Kostum penari topeng banongan lanang

terdapat rumbai-rumbai yang terdiri dari empat warna yaitu merah, putih, hitam, dan kuning.

Keempat warna ini memiliki makna tersendiri seperti ajaran kosmogini jawa yang biasa

disebut papat keblat lima pancer.

Bentuk Penyajian Gerak

Gerak yang terdapat pada tari Reog Cemandi terdiri dari gerakan enam penari

kendhang, gerakan penari topeng banongan lanang dan gerakan penari topeng banongan

wadon. Gerakan yang dilakukan oleh enam penari kendhang merupakan gerak terpola karena

terdapat pola yang terstruktur, baik bentuk, teknik, dan ritmenya. Sedangkan Gerakan yang

dilakukan oleh penari topeng banongan lanang dan wadon merupakan gerakan spontan,

karena gerakannya tidak terpola baik bentuk, teknik, maupun ritmenya. Penari topeng

banongan lanang dan wadon bergerak hanya mengikuti musik dan irama kendhang yang

Page 7: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

ditabuh. Gerakannya tidak memiliki hitungan serta tekniknya tidak terpola. Diantara Gerak

tari tersebut sebagai berikut; Gerak Hormat Pembuka yaitu kesepuluh penari Reog Cemandi

baris berbanjar menghadap ke arah penonton di depan kemudian melakukan penghormatan

membungkukan badan dengan aba-aba dari salah satu penari yang membawa kendang

drendeng. Gerakan ini menggambarkan keenam prajurit yang memberi penghormatan kepada

para tamu yang ada di depan; Gerak Jalan Putar yaitu keenam penari kendang berjalan

membentuk formasi melingkar dengan membawa kendang yang diayunkan ke atas dan ke

bawah, berjalan berputar ke arah kanan, kemudian ke arah kiri (sebaliknya) selama tiga kali

putaran. Gerakan tersebut menggambarkan keenam prajurit yang berarakan berkeliling

mengawal, semangatnya dalam mengawal dan tanpa rasa takut dengan menabuh kendang

dengan keras; Gerak hormat ke dalam lingkaran yaitu setelah gerak jalan putar keenam penari

kendang berdiri dan menghadap ke arah dalam formasi lingkaran, menekuk kaki sampai

membentuk siku-siku, kemudian berlutut ke arah pusat lingkaran. Gerakan tersebut

menggambarkan masing – masing prajurit memberi penghormatan kepada satu sama lain;

Gerak Hormat ke samping lingkaran yaitu sama dengan gerakan hormat ke dalam lingkaran

namun arah hadap berganti ke arah kanan atau samping formasi lingkaran. Gerakan tersebut

menggambarkan penghormatan ke depan masing-masing prajurit yang berarti adanya saling

menghormati satu sama lain; Gerak putar ke dalam lingkaran yaitu keenam penari berdiri

tegak lurus kemudian badan berputar dari dalam lingkaran ke arah luar formasi lingkaran

secara perlahan dengan membawa kendang yang ikut di putar perlahan. Gerakan tersebut

tidak memilik makna apa – apa namun hanya ditujukan sebagai penghubung agar gerakan

sebelumnya dan setelah ini saling berkaitan; Gerak silat yaitu keenam penari berdiri tegak

lurus mengahadap ke arah dalam lingkaran, dua penari dari sisi yang saling bersebrangan

bergerak saling berpapasan di tengah pusat lingkaran melakukan gerakan seperti silat sambil

memainkan kendang. Gerakan tersebut menggerakan adanya perselisihan antar prajurit yang

Page 8: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

mengawal, bermakna setiap orang tidak selalu berbuat baik terus namun ada kalanya manusia

berbuat buruk; Gerak topeng banongan lanang yaitu gerakan spontanitas seperti mengangkat

kedua lengan keatas, memainkan properti berupa golok yang disabetkan ke depan berulang-

ulang, sambil berjalan mengiringi enam penari kendang. Gerakan tersebut menggambarkan

seseorang yang mengawal rombongan yang berjalan di belakangnya, dengan menebaskan

golok dan mengangkat tinggi golok, berjalan dengan gagah menantang, tanpa rasa takut akan

segala apapun yang ada di depannya; Gerak topeng banongan wadon yaitu gerakan

spontanitas seperti memainkan properti berupa sampur, diseblakkan ke depan, dan ke

samping. Gerakan tersebut menggambarkan seseorang yang mengawal rombongan yang

berjalan di belakangnya. Dengan gerakan yang lenggak lenggok dan feminin menghibur

rombongan yang sedang dikawal.

Desain Lantai, Desain Atas, Desain Kelompok

Pada tari Reog Cemandi terdapat desain datar, desain dalam, level medium, level

rendah. memberi kesan keterbukaan, kejujuran serta ketenangan. Desain kelompok serempak

memberikan kesan kesan adanya kebersamaan dan memiliki motivasi komunal. Desain lantai

yang selalu melingkar dan sejajar menunjukkan adanya kesederhanaan dan filosofi kuat

adanya papat keblat lima pancer dimana selalu berporos pada satu titik di tengah.

Alur Penyajian

Dalam seni pertunjukan Reog Cemandi ini terdapat alur penyajian yang berurutan dari awal

hingga akhir diantaranya; pemberian sesaji sebelum Reog Cemandi tampil, arak – arakan

para penari Reog Cemandi berjalan menuju arena pentas, memberi penghormatan kepada

penonton, menyanyikan syair, penari mulai bergerak dan melakukan tarian sesuai urutan

gerak, para penari Reog cemandi berjalan berarakan meninggalkan pentas arena.

Musik

Reog Cemandi menggunakan delapan instrumen musik berupa enam kendhang dan dua

angklung.

Page 9: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

Gambar 4.5

Instrumen Reog Cemandi

Enam kendhang tersebut terdiri dari dua “dhang”, dua “selan”, satu “bem”, dan satu

“drendeng”. Keenam perbedaan bunyi menghasilkan suara yang rancak apabila dimainkan

bersama-sama.

Dalam Reog Cemandi, musik berperan sebagai partner gerak yaitu tidak hanya berfungsi

sebagai iringan tari atau latar tari, namun juga memiliki karakter untuk dapat memunculkan

ekspresi dan maksud dari tarian ini. musik dalam tarian ini menggambarkan seperti seseorang

sedang berdzikir “Laa Illah ha Illaallah”. Berikut variasi pemukulan kendhang dan angklung

pada penampilan Reog Cemandi.

Kostum

Kostum tari yang baik bukan sekedar berguna sebagai penutup tubuh penari, tetapi

merupakan pendukung desain keruangan yang melekat pada tubuh penari (Sal Murgiyanto,

1983: 98). Kostum pada Reog Cemandi terdiri dari kostum penari kendhang serta pemain

angklung dan dua penari topeng banongan lanang dan wadon.

Tabel 4.12

Kostum Penari Kendhang dan Pemain Angklung

Kostum Penari Kendhang dan Pemain Angklung

Gambar Keterangan

1.

Atasan lengan panjang berwarna hitam

menggambarkan kebijaksanaan, diberi

berseret warna kuning sebagai hiasan

Page 10: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

2.

Celana panjang berwarna hitam

menggambarkan kebijaksanaan di beri

berseret warna kuning sebagai hiasan

3.

Jarik motif parang

4.

Sampur berwarna kuning dan hijau

merupakan lambang warna kota Sidoarjo

5. Udheng / ikat kepala bermotif lasem.

Penggunaan ikat kepala bermotif lasem

karena meniru dari tari Remo yang pada saat

itu sangat terkenal di daerah Surabaya dan

Sidoarjo

Tabel 4.13

Kostum Penari Topeng Banongan Lanang

Kostum Penari Topeng Banongan Lanang

Gambar Keterangan

Page 11: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

1.Topeng banongan lanang berwarna

merah dengan raut muka yang

menyeringai. Warna merah pada topeng

memiliki karakter keras dan murka

menggambarkan seseorang sedang

murka atau marah dengan mata melotot

2. Baju atasan lengan panjang berwarna

hitam menggambarkan kebijaksanaan

dengan rumbai – rumbai benang

berwarna kuning, putih, merah, dan

hitam. Keempat warna tersebut

mempunyai filosofi papat keblat lima

pancer

3. Celana panjang berwarna hitam

menggambarkan kebijaksanaan, dengan

hiasan rumbai – rumbai benang

berwarna merah, putih, hitam dan

kuning dari atas sampai bawah.

Keempat warna tersebut mempunyai

filosofi papat keblat lima pancer.

Page 12: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

Tabel 4.14

Kostum Topeng Banongan Wadon

Kostum Topeng Banongan Wadon

Gambar Keterangan

1. Topeng banongan wadon berwarna

putih melambangkan kesucian namun

lebih sebagai penetralisir atau

penyeimbang dari topeng banongan

lanang yang berwarna merah. Topeng

ini memiliki karakter yang bersifat

lembut dan feminin

2.

Baju kurung berwarna merah dengan

hiasan kuning dan hijau pada lengan

bagian bawah. Warna merah dipilih

karena lebih menarik

3.

Jarik motif parang

Properti

Properti Merupakan alat atau apapun yang dimainkan oleh penari di atas panggung

(arena pentas). Kehadiran properti biasanya digunakan untuk membantu memperjelas

karakter, peristiwa, ruang, atau bahkan memamerkan ketrampilan teknik dari para penari di

atas panggung. Dalam kesenian Reog Cemandi, hanya penari topeng banongan lanang dan

banongan wadon yang membawa properti yaitu berupa golok dan sampur. Golok merupakan

Page 13: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

senjata yang pada umumnya dibawa oleh para pendekar jaman dahulu untuk melindungi diri

dari bahaya yang mengancam. Golok yang dibawa oleh penari topeng banongan lanang

adalah gambaran sebagai perlindungan dari mara bahaya yang mengancam di depan, bahaya

tersebut bisa wabah atau hal – hal buruk yang tidak diinginkan. Sampur yang dimainkan oleh

penari topeng banongan wadon selain sebagai menambah keindahan gerak juga untuk

mengusir mala petaka atau wabah dari hal – hal buruk yang tidak diinginkan

Tabel 4.15

Properti Tari Reog Cemandi

Gambar Keterangan

1.

Golok yang tebuat dari kayu, di bawa

oleh penari topeng banongan lanang

2.

Sampur berwarna kuning, dipakai oleh

penari topeng banongan wadon

Tata Cahaya

Lighting merupakan suatu penataan cahaya di arena pentas. Dalam kesenian Reog

Cemandi tidak terdapat penataan cahaya secara khusus. Dalam pertunjukannya yang

menggunakan waktu siang hari dan dilaksanakan di tanah lapang, kesenian Reog Cemandi

hanya menggunakan matahari sebagai sumber cahayanya. Apabila pertunjukan dimalam hari

menggunakan lampu general, namun jarang sekali kesenian Reog Cemandi tampil di malam

hari. Fungsi pencahayaan dalam kesenian Reog Cemandi hanya sebagai penerangan. Reog

Cemandi tidak membutuhkan lampu-lampu khusus karena tidak adanya penokohan dalam

Reog Cemandi yang membutuhkan penerangan untuk memberikan efek dramatis.

Page 14: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

Pemanggungan

Panggung atau yang biasa disebut arena pentas adalah arena tempat penari bermain atau

menarikan sebuah tarian. Kesenian Reog Cemandi menggunakan panggung arena dimana

penonton mampu melihat pertunjukan Reog Cemandi dari segalah arah. Biasanya,

pertunjukan Reog Cemandi digelar di tanah lapang, di pendopo, dan di arena yang luas

dimana para penonton bisa membaur bersama para penari Reog Cemandi. Pada Reog

Cemandi terdapat desain lantai melingkar, desain dalam dan desain yang tidak akan terlihat

apabila menggunakan panggung procenium.

Simpulan

Reog Cemandi merupakan persebaran dari Reog Dhogdhog atau Reog Kendang yang

berasal dari Tulungagung. Terjadi asimilasi kebudayaan yang mengakibatkan Reog Cemandi

sangat mirip dengan Reog Kendang dari Tulungagung. Asimilasi membuat Reog Cemandi

mempunyai bentuk baru yang berbeda dengan Reog Kendang asli dari Tulungagung.

Pada Reog cemandi terdapat dua pola gerak yang berbeda yaitu gerak terpola yang

ditarikan oleh enam penari kendang dan gerak spontanitas yang ditarikan oleh penari

banongan lanang dan banongan wadon. Dalam Reog Cemandi terdapat desain lantai garis

lurus/sejajar dan melingkar, desain kelompok unison, desain atas dalam dan rendah.

Musik dalam Reog Cemandi menggunakan delapan instrument yang terdiri dari enam

kendang dan penambahan dua instrument berupa angklung. Dilihat dari segi instrument,

jumlah penari kendang, serta beberapa kostum yang sama dari Reog Cemandi memungkinkan

Reog Kendang merupakan indukan dari Reog Cemandi. Karena Reog Cemandi termasuk

kesenian rakyat yang tertua di Sidoarjo, maka Perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah

serta rakyat untuk tetap melestarikan kesenian rakyat tersebut agar tetap eksis dan mampu

bertahan. Pengembangan – pengembangan gerak dibutuhkan agar minat masyarakat terhadap

kesenian Reog Cemandi semakin meningkat namun tidak menghilangkan keaslian dari Reog

Cemandi.

Page 15: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

DAFTAR RUJUKAN

Brorowidjoyo, Mukayat D. 2010. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika

Pressindo.

Disbudpar Kabupaten Tulungagung, 2000. Reyog Tulungagung Kesenian Tradisional Khas

Tulungagung. Buku tidak ditebitkan. Tulungagung

Endraswara, Suwardi. 2006. Mistik Kejawen. Yogyakarta: Narasi.

Kartika, Sony Dharsono. 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa sains Bandung.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Antropologi II. Jakarta: Rineka Cipta.

Marningsih, Sri. 1992. Analisis Tentang Sejarah dan Pola Pementasan Reog Cemandi dalam

Hubungannya dengan Kemungkinannya untuk Meningkatkan Daya Tarik Pariwisata di

Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPST FBS IKIP Surabaya.

Meri, La. 1986. Elemen – Elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta: Lagaligo

Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi. Tanpa Kota: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

_____________. 2004. Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta:

Wedatama Widya Sastra.

Smith, Jaqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis bagi Guru. Yogyakarta:

Ikalasti Yogyakarta.

Soedarsono.1976. Tari – Tarian Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Suanda, Endo. 2004. Topeng. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.

Page 16: REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

Tasman, A. 2008. Analisa Gerak dan Karakter. Surakarta: ISI Press Surakarta.

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi Universitas P:Negeri

Surabaya. Surabaya: Tanpa Penerbit.

PUSTAKA MAYA

Sulifan,Y. 2012. Reog Cemandi Sedati Sidoarjo, (Online).( http://reog-cemandi-sedati-

sidoarjo.html ) diakses 3 Februari 2013.