reog cemandi di desa cemandi kecamatan sedati kabupaten sidoarjo (kajian koreografis)
DESCRIPTION
Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : VIVIN EKA PRADITA, BAMBANG SOEYONO, http://ejournal.unesa.ac.idTRANSCRIPT
REOG CEMANDI DI DESA CEMANDI KECAMATAN SEDATI
KABUPATEN SIDOARJO (KAJIAN KOREOGRAFIS)
Oleh : Vivin Eka Pradita/092134007
Dosen Pembimbing : Drs. Bambang Soeyono, M.Hum.
ABSTRAK
Reog Cemandi berbeda dengan Reog Ponorogo dari segi bentuk penyajian dan struktural. Reog Cemandi terdiri dari enam penari kendang, dua penari topeng dan dua pemain angklung. Di dalam Reog Cemandi terdapat pola gerak dan pola ritmik yang berbeda antara dua penari memakai topeng dan enam penari membawa kendhang yang terangkum dalam satu bentuk tari. Konon Reog Cemandi diciptakan dengan tujuan menakutii para penjajah yang akan menyerang desa Cemandi.
Peneliti menarik satu fokus permasalahan pada koreografi Reog Cemandi yang membahas konsep isi dan bentuk penyajian Reog Cemandi.
Tujuan penelitian ini untuk mengungkap konsep isi dari Reog Cemandi dan Bentuk penyajian Reog Cemandi. Peneliti menngunakan metode observasi, wawancara dan studi dokumentasi dalam meneliti.
Analisis data dengan mereduksi data, kemudian memaparkan data dan menarik kesimpulan menunjukan hasil bahwa terdapat kemiripan antara Reog Kendang dengan Reog Cemandi. Yang membedakan hanya pada sepasang penari banongan lanang dan wadon. Di dalam tari Reog Cemandi terdapat dua pola gerak, yaitu gerak terpola yang ditarikan oleh enam penari kendang dan gerak spontanitas yang ditarikan oleh dua penari . Desain lantai yang terdapat pada Reog Cemandi adalah garis lurus danmelingkar. Desain kelompok yang terdapat pada Reog Cemandi adalah unison atau serampak. Desain atas pada Reog Cemandi adalah desain dalam, datar, dan rendah. Musik Reog Cemandi terdiri dari enam buah kendang dan dua buah angklung. Alur penyajian Reog Cemandi terbagi atas gerak terpola dan gerak spontanitas yang tergabung dalam satu bentuk penyajian.
Reog Cemandi merupakan persebaran dari Reog Dhogdhog atau Reog Kendang yang berasal dari Tulungagung. Terjadi asimilasi kebudayaan yang mengakibatkan Reog Cemandi sangat mirip dengan Reog Kendang dari Tulungagung. Asimilasi membuat Reog Cemandi mempunyai bentuk baru yang berbeda dengan Reog Kendang asli dari Tulungagung.
Kata kunci : Reog Cemandi, gerak, seni pertunjukan, Reog Kendang
Pendahuluan
Jawa Timur merupakan sebuah wilayah propinsi yang memiliki beragam seni
pertunjukan, salah satunya yang terkenal adalah Reog. Pada umumnya masyarakat mengenal
istilah “reog” untuk menyebut sebuah bentuk seni pertunjukan yang berasal dari daerah
Ponorogo (Reog Ponorogo), adalah “tarian tradisional di arena terbuka yang berfungsi
sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa
dengan hiasan bulu merak, ditambah beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping, yang
semuanya laki – laki” (Tim Penyusun KBBI, 2007: 197).
Namun sebenarnya bentuk seni pertunjukan yang bernama reog di Jawa Timur tidaklah
hanya berbentuk seperti yang ada di Ponorogo saja, tetapi ada bentuk lain yang sangat
berbeda sama sekali, yaitu pertunjukan tari yang diiringi dengan instrumen musik yang
disebut dhodhog dan biasa disebut dengan Reog Kendhang atau Reog Dhodhok. Pertunjukan
Reog Dhodhok banyak tersebar di wilayah Tulungagung dan sekitarnya.
Di Kabupaten Sidoarjo tepatnya di Kecamatan Sedati, terdapat sebuah desa yang
memiliki seni pertunjukan berupa tari kerakyatan bernama Reog Cemandi. Reog ini berbeda
dari Reog yang di kenal oleh masyarakat pada umumnya. Secara bentuk Reog Cemandi mirip
dengan Reog Kendhang Tulungagung, para penarinya membawa kendhang saat menari.
Kendhang yang dibawa dan ditabuh pun sama yaitu kendhang yang berpenutup kulit di satu
sisi sejenis alat musik tifa dari Maluku, atau tam – tam dari Irian Jaya. Perbedaannya pada
Reog Cemandi terdapat sepasang penari yang memakai topeng.
Topeng tersebut sejenis dengan topeng “Dongkrek” yang ada di Madiun atau ondel-ondel
di Jakarta. Reog Cemandi seperti perpaduan antara Reog Kendhang dengan topeng Dongkrek
yang dikolaborasikan menjadi satu seni pertunjukan yang berbeda.
Konon, Reog ini sudah ada sejak tahun 1926. Menurut masyarakat sekitar, pada awal
kemunculannya Reog ini berfungsi untuk menakuti para penjajah dari Desa Cemandi dan
sebagai himbauan kepada masyarakat sekitar untuk selalu mengingat Tuhan Yang Maha Esa.
Himbauan itu tersirat dalam syair yang dilantunkan pemainnya sebelum memulai
pertunjukan, “Wajibe wong urip eling Gusti ning tansah ibadah ing tengah ratri.” Artinya
kewajiban orang hidup ingat kepada Tuhan, selalu beribadah di tengah sunyinya malam.
Jumlah pemain Reog Cemandi sekitar sepuluh orang. Dua penari pemakai topeng, enam
orang penabuh kendhang dan dua pemain angklung. Enam penabuh kendhang menari
bersama dua penari bertopeng, sedangkan dua pemain angklung hanya memainkan instrumen
saja.
Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh enam penabuh kendang membentuk pola
melingkar, salah satu kaki melangkah maju ke depan, berjengkeng, dan sebagainya.
Sementara dua orang yang memakai topeng menari secara bebas mengikuti irama musik
tanpa terbatasi gerakan atau pola pakem sebagaimana yang dilakukan oleh enam penabuh
kendhang lainnya.
Dua topeng yang dipakai oleh dua penari terdiri dari topeng lanang dan topeng wadon.
Penari yang memakai topeng lanang membawa properti berupa golok dengan gerakan
menebas-nebaskan goloknya seolah mengusir penjajah yang menyerang Desa Cemandi.
Penari yang memakai topeng wadon hanya membawa sampur dan bergerak mengikuti
gerakan penari topeng lanang. Topeng berfungsi menutupi atau mengganti perwujudan muka
pemakainya (Endo Suanda, 2004:6). Dalam sejarahnya, kedua topeng tersebut diciptakan
dengan tujuan menakut-nakuti penjajah yang menyerang Desa Cemandi.
Menurut Susilo yang merupakan pemimpin seni pertunjukan Reog Cemandi, bahwa
sepasang topeng Reog Cemandi setiap malam jumat legi diberi sesaji. Sesaji merupakan
wacana simbol yang digunakan sebagai sarana untuk ‘negosiasi’ spiritual kepada hal-hal gaib
(Suwardi Endarswara, 2006:247).
Menurut Soedarsono, seni pertunjukan ritual memiliki ciri khas diperlukan seperangkat
sesaji, yang kadang-kadang sangat banyak jenis dan macamnya (1976:126). Sebelum
dimulainya penampilan Reog Cemandi, selalu ada seperangkat sesaji yang disiapkan di awal
pertunjukan, kemudian dilantunkan syair pengingat untuk memulai penampilan, lalu disusul
sepuluh personil Reog Cemandi menari di atas panggung.
Reog Cemandi sebagai objek koreografi diambil oleh peneliti sebagai objek penelitian
karena keunikannya. Terdapat pola gerak dan pola ritmik yang berbeda antara dua penari
bertopeng dan enam penari penabuh kendhang yang terangkum dalam satu bentuk tari. Selain
itu, peneliti ingin mengungkap latar belakang penciptan tari Reog Cemandi yang bertujuan
utama untuk menakuti penjajah atau ada alasan lain di balik penciptaan tari Reog Cemandi itu
sendiri.
Penulis mengambil satu fokus penelitian yaitu koreografi Reog Cemandi yang
membahas tentang konsep isi tari Reog Cemandi dan bentuk penyajian tari Reog Cemandi.
Konsep Isi tari Reog Cemandi meliputi latar belakang penciptaan tari serta motivasi isi.
Bentuk penyajian tari Reog Cemandi meliputi gerak, peristiwa, musik, kostum, properti, tata
cahaya dan pemanggungan.
Untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, peneliti menggunakan pendekatan
yang bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Sugiyono, 2011:25).
Teknik pengumumpulan data yang digunakan diantaranya observasi, wawancara dan studi
dokumen. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan Reduksi data, sajian / paparan
data kemudian penarikan kesimpulan. Demi keabsahan data, digunakan triangulasi sumber
dan triangulasi metode.
Tujuan Penelitian ini yaitu mengetahui konsep isi dari tari Reog cemandi dan bentuk
penyajian dari tari Reog Cemandi. Karya tulis ini, nantinya akan bermanfaat sebagai bahan
bacaan untuk menambah pengetahuan mayarakat tentang seni pertunjukan Reog Cemandi.
Diharapkan masyarakat mengerti akan keberadaan seni pertunjukan tari Reog Cemandi.
Latar Belakang Penciptaan Tari
pada awal mula terbentuknya reog Cemandi ditujukan untuk menakuti para penjajah
yang akan memasuki desa Cemandi, sehingga para penjajah enggan berlama-lama tinggal di
desa Cemandi. Pendapat tersebut menurut peneliti kurang relevan, karena pada dasarnya
logika orang barat lebih tinggi dalam berfikir dan menerima hal-hal baru seperti topeng
banongan yang sengaja dibuat dengan tujuan menakut-nakuti agar mereka meninggalkan
desa Cemandi. Pendapat ini didukung oleh Agustinus (hasil wawancara tanggal 11 Juni 2013,
di Dinas Provinsi Surabaya), bahwa secara logika, wong londo (sebutan untuk kaum
penjajah) tidak mungkin takut terhadap hal-hal gaib.
Pada saat itu (masa penjajahan) ada yang lebih tersohor dari pada reog Cemandi, yaitu
legenda Sarip Tambak Oso. Sarip adalah seorang jagoan yang berasal dari Dusun Tambak
Oso yaitu tepatnya wilayah Wetan Kali yang saat ini wilayah tersebut mungkin berada di
sekitar Kecamatan Sedati. Sarip yang konon seorang jagoan yang selalu menentang
pemerintah Belanda, tidak bisa mati walau terbunuh beribu kali. Penjajah lebih takut kepada
pemberontak yang perlawanannya lebih nyata dari pada topeng yang diisi oleh makhluk
Gaib.
Peneliti menemukan adanya kesamaan antara Reog Cemandi dengan Reog Kendang
di Tulungagung, antara lain karena terdapat enam penari yang membawa kendang. Dalam
gubahan tari Reyog ini barisan prajurit yang berarak diwakili oleh enam orang penari
(Disbudpar, 2000:2). Selain itu busana yang dikenakan oleh penari reog Cemandi juga
hampir sama dengan reog Kendang, yaitu baju hitam berlengan panjang, bagian belakang
kowakan untuk keris, sepanjang lengan baju diberi merah atau kuning juga di pergelangan
(Disbudpar, 2000:3).
Dari segi instrument terdapat enam jenis kendang yang berbeda dan memiliki fungsi
masing-masing dalam memberikan suara. Hal ini sama seperti yang ada pada Reog Kendang
dimana enam kendang memiliki fungsi masing-masing. Istilah penyebutan kendang
berdasarkan fungsinya jelas berbeda antara Reog Cemandi dengan Reog Kendang, hal ini
bisa dipengaruhi karena adanya perbedaan daerah dan bahasa tiap daerah.
Dalam Reog Cemandi, Drendeng merupakan kendang dimana cara membunyikannya
dengan cara memukulnya menggunakan tongkat kecil, sedangkan dalam Reog Kendang
disebut truthong.
Kesamaan yang terdapat pada Reog Cemandi dan Reog Kendang Tulungagung
memungkinkan adanya penyebaran ke daerah-daerah lain. Sepasang topeng banongan lanang
dan banongan wadon menjadi hal yang paling membedakan antara Reog Cemandi dengan
Reog Kendang Tulungagung.
Topeng banongan lanang dan banongan wadon mempunyai kesamaan dengan
kesenian Dongkrek di Madiun, yaitu berupa topeng yang diarak keliling desa untuk mengusir
roh-roh jahat.
Nama Reog Cemandi sendiri dahulunya bukan bernama Reog Cemandi. Arti kata dari
Reog berarti kendang, yaitu sebuah pertunjukan yang menggunakan kendang sebagai unsur
musik pengiringnya. Menurut Sri Marningsih tahun 1992 pada skripsinya yang berjudul
Analisis Tentang Sejarah dan Pola Pementasan Reog Cemandi dalam Hubungannya dengan
Kemungkinannya untuk Meningkatkan Daya Tarik Pariwisata di Jawa Timur, nama Reog
Cemandi mengalami perubahan nama sebanyak tiga kali. Pertama kali Reog ini disebut
dengan Reog Mandi (bertuah), kemudian berganti menjadi Reog Mujahidin, hingga menjadi
Reog Cemandi.
Berdasarkan hal di atas, peneliti menyimpulkan ada kemungkinan bahwa Reog
Cemandi merupakan salah satu bentuk persebaran dari Reog Kendang pada tahun yang
mengalami asimilasi dengan kebudayaan di daerah awal munculnya Reog Cemandi, sehingga
menghasilkan bentuk yang tidak jauh berbeda dengan Reog Kendang.
Motivasi Isi
Isi adalah aspek yang terkait dengan makna, arti atau motivasi seseorang dalam
membuat bentuk, dan kecederungannya dikaitkan dengan tema. Menurut Susilo (hasil
wawancara tanggal 28 Maret 2013, di rumah Susilo desa Cemandi RT.15 RW.04) awalnya,
gerakan enam penari kendang hanya berjalan berarakan mengelilingi desa. Karena adanya
pengembangan fungsi menjadi tontonan masyarakat, para pemain kendang mulai
menambahkan gerak serta pola yang terstruktur sehingga lebih menarik untuk ditonton.
Gerakan enam penari kendang sebagian besar menggunakan gerakan-gerakan silat karena
pengaruh dari banyaknya warga desa Cemandi yang menjadi murid di pondok pesantren.
Selain gerakan enam penari kendang, terdapat gerakan dari penari topeng banongan lanang
dan banongan wadon.
Gerak penari topeng banongan lanang dengan membawa kayu menyerupai golok
ditebas-tebaskan serta diangkat ke atas menggambarkan gerakan menakuti penjajah dari desa
Cemandi. Sedangkan gerak penari topeng banongan wadon dengan seblak sampur
menggambarkan sedang mengusir hal-hal yang buruk yaitu penjajah yang pada saat itu
menyerang desa Cemandi.
Terdapat nilai kesatuan yang terkandung dalam unsur kesenian Reog Cemandi, antara
lain desain lantai atau pola lantai yang selalu berbentuk lingkaran, desain kelompok yang
selalu serempak, dan syair lagu yang dinyanyikan sebelum dimulainya pertunjukan “Ayo
konco podo nyawiji Bebarengan bangun negoro” yang artinya, ayo teman kita bersatu
bersama – sama membangun negara.
Terdapat nilai filosofis yang terkandung dalam Instrumen kendhang yang berbahan
lulang, yaitu bermakna menghalang-halangi musuh, tanding bermakna tanpa tanding (kuat,
tanpa lawan), dan penjalin yang bermakna menjalin persatuan dan kesatuan.
Demikian pula dalam hal kostum. Pada Kostum penari topeng banongan lanang
terdapat rumbai-rumbai yang terdiri dari empat warna yaitu merah, putih, hitam, dan kuning.
Keempat warna ini memiliki makna tersendiri seperti ajaran kosmogini jawa yang biasa
disebut papat keblat lima pancer.
Bentuk Penyajian Gerak
Gerak yang terdapat pada tari Reog Cemandi terdiri dari gerakan enam penari
kendhang, gerakan penari topeng banongan lanang dan gerakan penari topeng banongan
wadon. Gerakan yang dilakukan oleh enam penari kendhang merupakan gerak terpola karena
terdapat pola yang terstruktur, baik bentuk, teknik, dan ritmenya. Sedangkan Gerakan yang
dilakukan oleh penari topeng banongan lanang dan wadon merupakan gerakan spontan,
karena gerakannya tidak terpola baik bentuk, teknik, maupun ritmenya. Penari topeng
banongan lanang dan wadon bergerak hanya mengikuti musik dan irama kendhang yang
ditabuh. Gerakannya tidak memiliki hitungan serta tekniknya tidak terpola. Diantara Gerak
tari tersebut sebagai berikut; Gerak Hormat Pembuka yaitu kesepuluh penari Reog Cemandi
baris berbanjar menghadap ke arah penonton di depan kemudian melakukan penghormatan
membungkukan badan dengan aba-aba dari salah satu penari yang membawa kendang
drendeng. Gerakan ini menggambarkan keenam prajurit yang memberi penghormatan kepada
para tamu yang ada di depan; Gerak Jalan Putar yaitu keenam penari kendang berjalan
membentuk formasi melingkar dengan membawa kendang yang diayunkan ke atas dan ke
bawah, berjalan berputar ke arah kanan, kemudian ke arah kiri (sebaliknya) selama tiga kali
putaran. Gerakan tersebut menggambarkan keenam prajurit yang berarakan berkeliling
mengawal, semangatnya dalam mengawal dan tanpa rasa takut dengan menabuh kendang
dengan keras; Gerak hormat ke dalam lingkaran yaitu setelah gerak jalan putar keenam penari
kendang berdiri dan menghadap ke arah dalam formasi lingkaran, menekuk kaki sampai
membentuk siku-siku, kemudian berlutut ke arah pusat lingkaran. Gerakan tersebut
menggambarkan masing – masing prajurit memberi penghormatan kepada satu sama lain;
Gerak Hormat ke samping lingkaran yaitu sama dengan gerakan hormat ke dalam lingkaran
namun arah hadap berganti ke arah kanan atau samping formasi lingkaran. Gerakan tersebut
menggambarkan penghormatan ke depan masing-masing prajurit yang berarti adanya saling
menghormati satu sama lain; Gerak putar ke dalam lingkaran yaitu keenam penari berdiri
tegak lurus kemudian badan berputar dari dalam lingkaran ke arah luar formasi lingkaran
secara perlahan dengan membawa kendang yang ikut di putar perlahan. Gerakan tersebut
tidak memilik makna apa – apa namun hanya ditujukan sebagai penghubung agar gerakan
sebelumnya dan setelah ini saling berkaitan; Gerak silat yaitu keenam penari berdiri tegak
lurus mengahadap ke arah dalam lingkaran, dua penari dari sisi yang saling bersebrangan
bergerak saling berpapasan di tengah pusat lingkaran melakukan gerakan seperti silat sambil
memainkan kendang. Gerakan tersebut menggerakan adanya perselisihan antar prajurit yang
mengawal, bermakna setiap orang tidak selalu berbuat baik terus namun ada kalanya manusia
berbuat buruk; Gerak topeng banongan lanang yaitu gerakan spontanitas seperti mengangkat
kedua lengan keatas, memainkan properti berupa golok yang disabetkan ke depan berulang-
ulang, sambil berjalan mengiringi enam penari kendang. Gerakan tersebut menggambarkan
seseorang yang mengawal rombongan yang berjalan di belakangnya, dengan menebaskan
golok dan mengangkat tinggi golok, berjalan dengan gagah menantang, tanpa rasa takut akan
segala apapun yang ada di depannya; Gerak topeng banongan wadon yaitu gerakan
spontanitas seperti memainkan properti berupa sampur, diseblakkan ke depan, dan ke
samping. Gerakan tersebut menggambarkan seseorang yang mengawal rombongan yang
berjalan di belakangnya. Dengan gerakan yang lenggak lenggok dan feminin menghibur
rombongan yang sedang dikawal.
Desain Lantai, Desain Atas, Desain Kelompok
Pada tari Reog Cemandi terdapat desain datar, desain dalam, level medium, level
rendah. memberi kesan keterbukaan, kejujuran serta ketenangan. Desain kelompok serempak
memberikan kesan kesan adanya kebersamaan dan memiliki motivasi komunal. Desain lantai
yang selalu melingkar dan sejajar menunjukkan adanya kesederhanaan dan filosofi kuat
adanya papat keblat lima pancer dimana selalu berporos pada satu titik di tengah.
Alur Penyajian
Dalam seni pertunjukan Reog Cemandi ini terdapat alur penyajian yang berurutan dari awal
hingga akhir diantaranya; pemberian sesaji sebelum Reog Cemandi tampil, arak – arakan
para penari Reog Cemandi berjalan menuju arena pentas, memberi penghormatan kepada
penonton, menyanyikan syair, penari mulai bergerak dan melakukan tarian sesuai urutan
gerak, para penari Reog cemandi berjalan berarakan meninggalkan pentas arena.
Musik
Reog Cemandi menggunakan delapan instrumen musik berupa enam kendhang dan dua
angklung.
Gambar 4.5
Instrumen Reog Cemandi
Enam kendhang tersebut terdiri dari dua “dhang”, dua “selan”, satu “bem”, dan satu
“drendeng”. Keenam perbedaan bunyi menghasilkan suara yang rancak apabila dimainkan
bersama-sama.
Dalam Reog Cemandi, musik berperan sebagai partner gerak yaitu tidak hanya berfungsi
sebagai iringan tari atau latar tari, namun juga memiliki karakter untuk dapat memunculkan
ekspresi dan maksud dari tarian ini. musik dalam tarian ini menggambarkan seperti seseorang
sedang berdzikir “Laa Illah ha Illaallah”. Berikut variasi pemukulan kendhang dan angklung
pada penampilan Reog Cemandi.
Kostum
Kostum tari yang baik bukan sekedar berguna sebagai penutup tubuh penari, tetapi
merupakan pendukung desain keruangan yang melekat pada tubuh penari (Sal Murgiyanto,
1983: 98). Kostum pada Reog Cemandi terdiri dari kostum penari kendhang serta pemain
angklung dan dua penari topeng banongan lanang dan wadon.
Tabel 4.12
Kostum Penari Kendhang dan Pemain Angklung
Kostum Penari Kendhang dan Pemain Angklung
Gambar Keterangan
1.
Atasan lengan panjang berwarna hitam
menggambarkan kebijaksanaan, diberi
berseret warna kuning sebagai hiasan
2.
Celana panjang berwarna hitam
menggambarkan kebijaksanaan di beri
berseret warna kuning sebagai hiasan
3.
Jarik motif parang
4.
Sampur berwarna kuning dan hijau
merupakan lambang warna kota Sidoarjo
5. Udheng / ikat kepala bermotif lasem.
Penggunaan ikat kepala bermotif lasem
karena meniru dari tari Remo yang pada saat
itu sangat terkenal di daerah Surabaya dan
Sidoarjo
Tabel 4.13
Kostum Penari Topeng Banongan Lanang
Kostum Penari Topeng Banongan Lanang
Gambar Keterangan
1.Topeng banongan lanang berwarna
merah dengan raut muka yang
menyeringai. Warna merah pada topeng
memiliki karakter keras dan murka
menggambarkan seseorang sedang
murka atau marah dengan mata melotot
2. Baju atasan lengan panjang berwarna
hitam menggambarkan kebijaksanaan
dengan rumbai – rumbai benang
berwarna kuning, putih, merah, dan
hitam. Keempat warna tersebut
mempunyai filosofi papat keblat lima
pancer
3. Celana panjang berwarna hitam
menggambarkan kebijaksanaan, dengan
hiasan rumbai – rumbai benang
berwarna merah, putih, hitam dan
kuning dari atas sampai bawah.
Keempat warna tersebut mempunyai
filosofi papat keblat lima pancer.
Tabel 4.14
Kostum Topeng Banongan Wadon
Kostum Topeng Banongan Wadon
Gambar Keterangan
1. Topeng banongan wadon berwarna
putih melambangkan kesucian namun
lebih sebagai penetralisir atau
penyeimbang dari topeng banongan
lanang yang berwarna merah. Topeng
ini memiliki karakter yang bersifat
lembut dan feminin
2.
Baju kurung berwarna merah dengan
hiasan kuning dan hijau pada lengan
bagian bawah. Warna merah dipilih
karena lebih menarik
3.
Jarik motif parang
Properti
Properti Merupakan alat atau apapun yang dimainkan oleh penari di atas panggung
(arena pentas). Kehadiran properti biasanya digunakan untuk membantu memperjelas
karakter, peristiwa, ruang, atau bahkan memamerkan ketrampilan teknik dari para penari di
atas panggung. Dalam kesenian Reog Cemandi, hanya penari topeng banongan lanang dan
banongan wadon yang membawa properti yaitu berupa golok dan sampur. Golok merupakan
senjata yang pada umumnya dibawa oleh para pendekar jaman dahulu untuk melindungi diri
dari bahaya yang mengancam. Golok yang dibawa oleh penari topeng banongan lanang
adalah gambaran sebagai perlindungan dari mara bahaya yang mengancam di depan, bahaya
tersebut bisa wabah atau hal – hal buruk yang tidak diinginkan. Sampur yang dimainkan oleh
penari topeng banongan wadon selain sebagai menambah keindahan gerak juga untuk
mengusir mala petaka atau wabah dari hal – hal buruk yang tidak diinginkan
Tabel 4.15
Properti Tari Reog Cemandi
Gambar Keterangan
1.
Golok yang tebuat dari kayu, di bawa
oleh penari topeng banongan lanang
2.
Sampur berwarna kuning, dipakai oleh
penari topeng banongan wadon
Tata Cahaya
Lighting merupakan suatu penataan cahaya di arena pentas. Dalam kesenian Reog
Cemandi tidak terdapat penataan cahaya secara khusus. Dalam pertunjukannya yang
menggunakan waktu siang hari dan dilaksanakan di tanah lapang, kesenian Reog Cemandi
hanya menggunakan matahari sebagai sumber cahayanya. Apabila pertunjukan dimalam hari
menggunakan lampu general, namun jarang sekali kesenian Reog Cemandi tampil di malam
hari. Fungsi pencahayaan dalam kesenian Reog Cemandi hanya sebagai penerangan. Reog
Cemandi tidak membutuhkan lampu-lampu khusus karena tidak adanya penokohan dalam
Reog Cemandi yang membutuhkan penerangan untuk memberikan efek dramatis.
Pemanggungan
Panggung atau yang biasa disebut arena pentas adalah arena tempat penari bermain atau
menarikan sebuah tarian. Kesenian Reog Cemandi menggunakan panggung arena dimana
penonton mampu melihat pertunjukan Reog Cemandi dari segalah arah. Biasanya,
pertunjukan Reog Cemandi digelar di tanah lapang, di pendopo, dan di arena yang luas
dimana para penonton bisa membaur bersama para penari Reog Cemandi. Pada Reog
Cemandi terdapat desain lantai melingkar, desain dalam dan desain yang tidak akan terlihat
apabila menggunakan panggung procenium.
Simpulan
Reog Cemandi merupakan persebaran dari Reog Dhogdhog atau Reog Kendang yang
berasal dari Tulungagung. Terjadi asimilasi kebudayaan yang mengakibatkan Reog Cemandi
sangat mirip dengan Reog Kendang dari Tulungagung. Asimilasi membuat Reog Cemandi
mempunyai bentuk baru yang berbeda dengan Reog Kendang asli dari Tulungagung.
Pada Reog cemandi terdapat dua pola gerak yang berbeda yaitu gerak terpola yang
ditarikan oleh enam penari kendang dan gerak spontanitas yang ditarikan oleh penari
banongan lanang dan banongan wadon. Dalam Reog Cemandi terdapat desain lantai garis
lurus/sejajar dan melingkar, desain kelompok unison, desain atas dalam dan rendah.
Musik dalam Reog Cemandi menggunakan delapan instrument yang terdiri dari enam
kendang dan penambahan dua instrument berupa angklung. Dilihat dari segi instrument,
jumlah penari kendang, serta beberapa kostum yang sama dari Reog Cemandi memungkinkan
Reog Kendang merupakan indukan dari Reog Cemandi. Karena Reog Cemandi termasuk
kesenian rakyat yang tertua di Sidoarjo, maka Perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah
serta rakyat untuk tetap melestarikan kesenian rakyat tersebut agar tetap eksis dan mampu
bertahan. Pengembangan – pengembangan gerak dibutuhkan agar minat masyarakat terhadap
kesenian Reog Cemandi semakin meningkat namun tidak menghilangkan keaslian dari Reog
Cemandi.
DAFTAR RUJUKAN
Brorowidjoyo, Mukayat D. 2010. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika
Pressindo.
Disbudpar Kabupaten Tulungagung, 2000. Reyog Tulungagung Kesenian Tradisional Khas
Tulungagung. Buku tidak ditebitkan. Tulungagung
Endraswara, Suwardi. 2006. Mistik Kejawen. Yogyakarta: Narasi.
Kartika, Sony Dharsono. 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa sains Bandung.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Antropologi II. Jakarta: Rineka Cipta.
Marningsih, Sri. 1992. Analisis Tentang Sejarah dan Pola Pementasan Reog Cemandi dalam
Hubungannya dengan Kemungkinannya untuk Meningkatkan Daya Tarik Pariwisata di
Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya : JPST FBS IKIP Surabaya.
Meri, La. 1986. Elemen – Elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta: Lagaligo
Murgiyanto, Sal. 1983. Koreografi. Tanpa Kota: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
_____________. 2004. Tradisi dan Inovasi Beberapa Masalah Tari di Indonesia. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra.
Smith, Jaqueline. 1985. Komposisi Tari Sebuah Petunjuk Praktis bagi Guru. Yogyakarta:
Ikalasti Yogyakarta.
Soedarsono.1976. Tari – Tarian Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suanda, Endo. 2004. Topeng. Jakarta: Pendidikan Seni Nusantara.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.
Tasman, A. 2008. Analisa Gerak dan Karakter. Surakarta: ISI Press Surakarta.
Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi Universitas P:Negeri
Surabaya. Surabaya: Tanpa Penerbit.
PUSTAKA MAYA
Sulifan,Y. 2012. Reog Cemandi Sedati Sidoarjo, (Online).( http://reog-cemandi-sedati-
sidoarjo.html ) diakses 3 Februari 2013.