evaluasi kebijakan green infrastructure sanitasi lingkungan dan implementasinya di kawasan pesisir...

7
 Seminar Nasional ‘ Kota Hijau Pesisir Tr opis ‘ Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia / September 2013 | 1 Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasinya Di Kawasan Pesisir Sedati Jawa Timur Suning (1) , Raja Jusmartinah (2) , Anak Agung Sagung Alit Widyastuty (3)  (1) Mahasiswa Program Doktor Teknik Lingkungan Institut Teknologi Surabaya (2,3) Dosen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Univ. Adi Buana Surabaya Jl. Dukuh Menan ggal XII/4 Surabaya, (031) 8281181 Email: [email protected]  Abstrak Green inftastructure atau disebut juga dengan infrastuktur berkelanjutan memiliki pengertian bahwa green inftastructure sesungguhnya adalah sebuah hybrid infrastructure  yang mengarah kepada efisiensi sumber daya, mampu beradaptasi dan berkelanjutan, sehingga secara konsep maupun secara praktis dapat bermanfaat untuk bidang ekonomi, sosial maupun ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu sumbangsih pemikiran terkait dengan konsep green infrastructure  untuk sanitasi lingkungan yang ada di kawasan pesisir Sedati, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kawasan pesisir tersebut memiliki sejumlah permasalahan terkait dengan layanan sanitasi lingkungan yang tidak memadai atau tidak terjangkau. Konsep ini diharapkan mampu menjadi sebuah referensi bagi pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan kota khususnya area pesisir agar pembangunan sanitasi terintegrasi dengan aspek-aspek lingkungan lainnya yang mendorong keberlanjutan dari infrastruktur yang ada. Analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi atau content analysis yang bertujuan untuk menganalisa kebijakan sanitasi yang sudah ada di Kabupaten Sidoarjo, sehingga diketahui kelemahan dan kekurangan dari peraturan-peraturan yang dianalisis, apakah antara peraturan atau kebijakan yang terkait terdapat kesenjangan (gap) dengan kondisi eksisting yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan sanitasi lingkungan di kawasan pesisir Sedati sampai saat ini belum berkelanjutan, sehingga diperlukan sebuah konsep baru yaitu Green inftastructure  dalam rangka untuk pengembangan kawasan pesisir Sedati yang lebih baik. Kata-kunci : Content Analysis , Green inftastructure , Kawasan Pesisir, Sanitasi Lingkungan Pendahuluan Terdapat dua konsep penting Green infrastructure, yaitu (1) taman yang menghubungkan ruang hijau dengan lainnya untuk kepentingan masyarakat; (2) menjaga dan menghubungkan daerah alam untuk menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem. Konsep penting tersebut merupakan sebuah hubungan antara kehidupan alam sebagai pendukung sistem baik mengenai jaringan saluran air, lahan basah, hutan, habitat satwa liar maupun daerah alam lainnya seperti pertanian, perkebunan dan ruang terbuka hijau (Benedict dan McMahon, 2002). Sedangkan Wickhama et  al (2010),menjelaskan green infrastructure  merupakan salah satu strategi dalam penataan kota yang mengutamakan perencanaan konservasi dan kelestarian lahan. Konsep Green infrastructure  hampir serupa juga didefinisikan oleh Ahern (2007) bahwa dalam

Upload: yudo-darmanto

Post on 09-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasinya Di Kawasan Pesisir Sedati Jawa TimurOLEH : Suning, Raja Jusmartinah, Anak Agung Sagung Alit Widyastuty

TRANSCRIPT

  • Seminar Nasional Kota Hijau Pesisir Tropis

    Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia / September 2013 | 1

    Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasinya Di Kawasan Pesisir

    Sedati Jawa Timur

    Suning (1), Raja Jusmartinah (2), Anak Agung Sagung Alit Widyastuty (3)

    (1) Mahasiswa Program Doktor Teknik Lingkungan Institut Teknologi Surabaya (2,3) Dosen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Univ. Adi Buana Surabaya

    Jl. Dukuh Menanggal XII/4 Surabaya, (031) 8281181 Email: [email protected]

    Abstrak

    Green inftastructure atau disebut juga dengan infrastuktur berkelanjutan memiliki pengertian

    bahwa green inftastructure sesungguhnya adalah sebuah hybrid infrastructure yang mengarah

    kepada efisiensi sumber daya, mampu beradaptasi dan berkelanjutan, sehingga secara konsep

    maupun secara praktis dapat bermanfaat untuk bidang ekonomi, sosial maupun ekologi.

    Penelitian ini bertujuan untuk memberikan suatu sumbangsih pemikiran terkait dengan konsep

    green infrastructure untuk sanitasi lingkungan yang ada di kawasan pesisir Sedati, Kabupaten

    Sidoarjo, Jawa Timur. Kawasan pesisir tersebut memiliki sejumlah permasalahan terkait dengan

    layanan sanitasi lingkungan yang tidak memadai atau tidak terjangkau. Konsep ini diharapkan

    mampu menjadi sebuah referensi bagi pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan kota

    khususnya area pesisir agar pembangunan sanitasi terintegrasi dengan aspek-aspek lingkungan

    lainnya yang mendorong keberlanjutan dari infrastruktur yang ada. Analisa yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah analisis isi atau content analysis yang bertujuan untuk menganalisa

    kebijakan sanitasi yang sudah ada di Kabupaten Sidoarjo, sehingga diketahui kelemahan dan

    kekurangan dari peraturan-peraturan yang dianalisis, apakah antara peraturan atau kebijakan

    yang terkait terdapat kesenjangan (gap) dengan kondisi eksisting yang terjadi. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa pembangunan sanitasi lingkungan di kawasan pesisir Sedati sampai saat ini

    belum berkelanjutan, sehingga diperlukan sebuah konsep baru yaitu Green inftastructure dalam

    rangka untuk pengembangan kawasan pesisir Sedati yang lebih baik.

    Kata-kunci : Content Analysis, Green inftastructure, Kawasan Pesisir, Sanitasi Lingkungan

    Pendahuluan

    Terdapat dua konsep penting Green

    infrastructure, yaitu (1) taman yang menghubungkan ruang hijau dengan lainnya untuk kepentingan masyarakat; (2) menjaga

    dan menghubungkan daerah alam untuk menjaga keanekaragaman hayati dan ekosistem. Konsep penting tersebut

    merupakan sebuah hubungan antara kehidupan alam sebagai pendukung sistem

    baik mengenai jaringan saluran air, lahan basah, hutan, habitat satwa liar maupun daerah alam lainnya seperti pertanian,

    perkebunan dan ruang terbuka hijau (Benedict dan McMahon, 2002). Sedangkan Wickhama et al (2010),menjelaskan green infrastructure merupakan salah satu strategi dalam penataan

    kota yang mengutamakan perencanaan konservasi dan kelestarian lahan. Konsep Green infrastructure hampir serupa juga didefinisikan oleh Ahern (2007) bahwa dalam

  • Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasinya Di Kawasan Pesisir Sedati Jawa Timur

    2 | Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013

    skala spasial green infrastructure dapat diaplikasikan dalam berbagai tujuan untuk pengelolaan lahan yang berkelanjutan.

    Kemudian Mell (2008) dalam

    penelitiannya juga menjelaskan bahwa green infrastructure yang telah diaplikasikan baik secara konsep maupun secara praktis dapat

    bermanfaat untuk bidang ekonomi, sosial maupun ekologi. Sedangkan pengertian sanitasi lingkungan yang dimaksud dalam

    penelitian ini adalah sanitasi lingkungan menurut pendapat Mangkoedihardjo (2007) menyatakan bahwa sanitasi lingkungan adalah

    suatu intervensi memotong siklus rantai penyakit pada manusia. Secara tradisi, cara intervensi memotong siklus rantai penyakit itu

    dilaksanakan melalui pembuangan dan pengolahan limbah manusia, sampah dan air limbah, pengendalian vektor penyakit, dan

    penyediaan fasilitas kebersihan diri dan domestik.

    Definisi green infrastructure dan sanitasi lingkungan di atas dalam tataran praktis harus dapat terintegrasi secara simultan dengan aspek-aspek lain seperti lansekap multi fungsi maupun kerjasama antar organisasi dalam

    mendukung pertumbuhan dan kualitas green infrastructure. Dengan demikian dibutuhkan pemahaman akan makna green infrastructure dalam sebuah kegiatan yang praktis dan implementatif meskipun memerlukan waktu yang tidak sedikit, artinya diperlukan sebuah

    paradigma baru bagi masyarakat untuk mau melaksanakannya. Namun demikian bukan berarti ide green infrastructure ini tidak memiliki makna, akan tetapi ide yang sudah lama muncul ini harus segera ditangkap dengan cepat untuk dapat segera mungkin

    diimplementasikan. Kawasan pesisir Sedati memiliki sejumlah

    permasalahan terkait dengan sanitasi

    lingkungan baik persoalan permukiman, persampahan, air limbah maupun ketersediaan air minum. Padahal kawasan tersebut terdapat banyak potensi sumber daya alam yang dapat

    dikembangkan diantaranya budidaya tambak ikan, pengembangan area pemancingan dan kuliner hasil laut di Desa Kalaranganyar,

    budidaya tambak ikan di Desa Tambak Cemandi, pengembangan tempat pelelangan ikan (TPI) di Desa Gisik Cemandi,

    pengembangan agropolitan hasil pertanian dan peternakan di Desa Banjarkemuning dan pengembangan hasil kerang di Desa

    Segorotambak.

    Kebijakan pemerintah terkait dengan sanitasi tertuang dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 20052025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah dan implementasi terhadap implementasi Program Nasional tersebut telah pula ditetapkan pada Rencana

    Pembangunan Nasional Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014 yang difokuskan pada suatu Road Map atau Peta

    Jalan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 2010 -2014.

    Sebagai bagian dari pembangunan

    sanitasi Nasional, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo pada Tahun 2010, melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

    (BAPPEDA) telah mengikuti rangkaian kegiatan serta mengambil langkah-langkah strategis dalam Program Nasional Percepatan

    Pembangaun Sanitasi Permukiman. Upaya tersebut diwujudkan dalam penyusunan Buku Putih Pembangunan Sanitasi dan penyusunan

    Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Strategi Sanitasi Kabupaten atau SSK tersebut merupakan dokumen perencanaan yang dijadikan sebagai pedoman semua pihak

    dalam mengelola sanitasi secara komprehensif, berkelanjutan dan partisipatif untuk memperbaiki perencanaan dan pembangunan

    sanitasi dalam rangka mencapai target-target pencapaian layanan sektor sanitasi di Kabupatenn Sidoarjo.

    Merujuk pada kebijakan sanitasi yang

    sudah ada dan permasalahan sanitasi yang

    terjadi, maka penelitian ini bertujuan untuk

    memberikan suatu sumbangsih pemikiran

    terkait dengan konsep green infrastructure

    untuk sanitasi lingkungan yang ada di

    kawasan pesisir Sedati, Kabupaten Sidoarjo,

    Jawa Timur. Sehingga konsep ini diharapkan

    mampu menjadi sebuah referensi bagi

    pemerintah daerah untuk menentukan

    kebijakan kota khususnya area pesisir agar

    pembangunan sanitasi terintegrasi dengan

    aspek-aspek lingkungan lainnya yang

    mendorong keberlanjutan dari infrastruktur

    yang ada. Oleh karena itu penelitian ini

    penting untuk dilakukan.

    Metode

    Berdasarkan tujuan masalah, penelitian

    ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif-

  • Suning

    Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013 | 3

    kuantitatif berupa analisis isi (content analysis),

    dan analisis deskriptif kajian literatur. Analisis

    isi digunakan untuk menganalisa kebijakan

    sanitasi mulai periode tahun 2004-2009 dan

    periode tahun 2010-2015 yang terdapat di

    dalam dokumen RTRW, RPIJM, RPJMD, Buku

    Putih Sanitasi, Strategi Sanitasi Kabupaten

    (SSK), Memorandum Program Sektor Sanitasi

    (MPSS) maupun laporan perkembangan dari

    MDGs. Sedangkan analisis deskriptif kajian

    literature digunakan untuk memberikan

    konsep secara teoritik mengenai green

    infrastruktur untuk pengembangan kawasan

    pesisir.

    Metode Pengumpulan Data

    Sesuai dengan tujuan dan lingkup studi

    yang akan dilakukan, maka data yang akan

    digunakan adalah data primer dan data

    sekunder. Selain itu penelitian ini juga

    dilakukan dengan cara observasi di lapangan.

    Analisis dan Interpretasi

    A. Kondisi Geografis

    Kecamatan Sedati berada di sebelah

    ujung timur-utara Kabupaten Sidoarjo dan

    berjarak 14 Km dari pusat Kota Sidoarjo. Dan

    berdasarkan posisi astronomi, Kecamatan

    Sedati terletak pada 7 23' 47.76" (7.3966)

    Lintang Selatan, 112 47' 24" (112.79) Bujur

    Timur. Kecamatan Sedati terdiri dari 16

    desa/kelurahan, 106 Rukun Warga (RW) dan

    336 Rukun Tetangga (RT). Wilayah Kecamatan

    Sedati ini memiliki luas 73,95 Ha dengan batas

    administrasi sebagai berikut:

    Sebelah Utara : Kecamatan Waru Sebelah Timur : Selat Madura Sebelah Barat : Kecamatan Gedangan Sebelah Selatan : Kecamatan Buduran

    B. Analisis Kondisi Eksisting Sosial Ekonomi

    Desa Pesisir Kecamatan Sedati

    Dengan total jumlah penduduk sebesar

    13.643 jiwa, mayoritas penduduk bermata

    pencaharian sebagai buruh swasta dan buruh

    tani (petani tambak dan petani nelayan).

    Tingkat kesejahteraan penduduk di lima desa

    tersebut menunjukkan kategori keluarga pra

    sejahtera dengan jumlah rumah tangga lebih

    dari 50 KK pada masing-masing desa. Hasil

    penelitian Suning et al (2012) menunjukkan

    bahwa 55% penduduk mayoritas

    berpenghasilan kurang dari Rp. 500.000

    terdapat di Desa Tambak Cemandi, 55,8%

    penduduk berpenghasilan antara Rp. 500.000

    sampai dengan Rp. 1.000.000 mayoritas

    terdapat di Desa Kalanganyar dan 72,9%

    penduduk berpenghasilan antara Rp.

    1.000.000 ke atas paling banyak terdapat di

    Desa Segorotambak

    C. Analisis Kondisi Eksisting Sanitasi

    Lingkungan Desa Pesisir Sedati Sidoarjo

    Suning dan Soedjono (2012) dalam studi

    pendahuluannya tentang pemetaan sanitasi

    lingkungan di desa pesisir Sedati menunjukkan

    bahwa prosentase tipe rumah permanen

    paling dominan beradsa di Desa

    Segorotambak sebesar 72,6%, Desa Gisik

    Cemandi 69%. Kemudian untuk tipe rumah

    semi permanen paling banyak berada di Desa

    Kalanganyar sebesar 45% dan Desa Banjar

    Kemuning sebesar 42,1%. Sedangkan tipe

    rumah non permanen paling banyak di Desa

    Tambak Cemandi sebesar 21,4%. Selain tipe

    rumah, fasilitas MCK juga belum dimiliki oleh

    setiap rumah tangga. Mayoritas penduduk

    masih buang air besar di sungai/tambak, laut

    atau cemplung sebesar 85% di Desa Tambak

    Cemandi, 75,7% Desa Kalanganyar, 55% Desa

    Gisik Cemandi, 43,1% Desa Banjar Kemuning

    dan Desa Segoro Tambak sebesar 27,3%.

    Masing-masing Desa saat ini sudah terdapat

    MCK komunal, namun masyarakat hampir

    tidak pernah menggunakannya karena

    masyarakat harus bayar sejumlah Rp. 1000

    kalau akan menggunakan fasilitas MCK umum,

    selain itu masyarakat sudah terbiasa buang air

    besar di sungai/tambak/laut/cemplung bahkan

    kebiasaan tersebut sudah menjadi budaya

    yang turun menurun.

    Akses air bersih hampir di setiap desa

    menggunakan air PDAM secara eceran/retail

    atau beli. Desa yang paling tinggi tingkat

    konsumsi air bersih dengan sistem retail air

    PDAM adalah Desa Gisik Cemandi sebesar

    93,7%, Segorotambak 28,2%, Tambak

    Cemandi 20,8%, Kalanganyar 14,6% dan Desa

    Banjar Kemuning 14,3%. Selain masalah

  • Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasinya Di Kawasan Pesisir Sedati Jawa Timur

    4 | Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013

    sanitasi dasar/MCK dan air minum, saluran

    drainase dan persampahan merupakan

    infrastruktur yang penting untuk diperhatikan

    di lingkungan permukiman. Desa-desa pesisir

    tersebut secara umum kondisi saluran

    drainase nya 50% ke atas bersifat terbuka,

    dan pola pembuangan sampah yang ada rata-

    rata langsung dibuang ke sungai, tambak dan

    ada yang dibakar. Desa yang paling banyak

    membuang sampah ke sungai adalah Desa

    Kalanganyar sebesar 87,5% sedangkan

    masyarakat yang membuang sampah dengan

    cara dibakar Desa Segorotambak sebesar 40%.

    D. Analisis Isi (Content Analysis)

    Merujuk pada hasil analisis kondisi

    eksisting tersebut di atas, maka analisis isi

    digunakan untuk menggali dan menganalisis

    secara tajam terkait dengan kebijakan sanitasi

    yang ada di Kabupaten Sidoarjo sehingga

    dapat diketahui dan dievaluasi apakah antara

    kebijakan dengan kondisi eksisting sudah

    sesuai atau apakah kebijakan yang dibuat

    sudah terimplementasikan. Terdapat 6 (enam)

    peraturan yang dijadikan sebagai acuan

    analisis isi untuk kebijakan sanitasi yaitu

    dokumen RTRW, RPIJM, RPJMD, Buku putih,

    SSK dan MPSS.

    Dengan mengikuti langkah-langkah dalam

    proses analisis isi, maka dokumen-dokumen

    tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif

    kualitatif kemudian dilakukan analisis secara

    kuantitatif dengan cara memberikan skoring

    setiap kebijakan yang ada dimasing-masing

    dokumen. Untuk mendapatkan hasil secara

    kuantitatif digunakan program statistik SPSS

    16 CROSSTABULASI. Indikator keberlanjutan

    dari sanitasi lingkungan menurut Kvarnstrom

    et al., (2004) dipengaruhi adalah; adanya

    keterjangkauan biaya, keterjangkauan

    aksesibilitas, bangunan fisik jamban dapat

    dengan mudah digunakan, ada kelembagaan

    yang mengurusi dan dapat dirawat secara

    berkala, dapat menghasilkan nilai tambah

    secara ekonomi, dan tidak menimbulkan

    degradasi lingkungan. Berdasarkan indikator

    tersebut kemudian dijadikan parameter untuk

    menganalisa isi kebijakan yag ada dimasing-

    masing dokumen yang dibandingkan dengan

    kondisi sanitasi yang ada di lapangan.

    Hasil analisis isi menunjukkan bahwa

    terdapat ketidakseimbangan antara kebijakan

    yang sudah direncanakan dengan kondisi yang

    terjadi di lapangan. Dari dokumen/peraturan

    RTRW dan RPIJM memberikan persentase nilai

    yang paling tinggi, ini artinya bahwa secara

    eksisting terdapat sekitar 71,4% sanitasi yang

    ada belum berkelanjutan atau belum

    memenuhi dokumen RTRW dan RPIJM yang

    telah direncanakan. Ketidakseimbangan

    tersebut paling dominan dipengaruhi oleh:

    1. Adanya ketidakterjangkauan biaya untuk

    mengakses sanitasi

    2. Aspek kelembagaan yang belum beroperasi

    dengan baik

    3. Adanya dampak terhadap lingkungan yang

    belum dimengerti oleh masyarakat

    Selain itu terdapat beberapa hal yang

    menyebabkan sanitasi yang ada di kawasan

    pesisir Sedati belum dikatakan berkelanjutan

    yaitu :

    1. Koordinasi antar SKPD yang terlibat

    sanitasi belum maksimal

    2. Koordinasi intensif antara tim teknis

    dengan tim pengarah belum maksimal

    3. Pemahaman Legislatif tentang sanitasi

    kurang

    4. Kurangnya sosialisasi pemahaman tentang

    sanitasi

    5. Kelembagaan sanitasi di tingkat

    masyarakat desa/kelurahan belum ada

    6. Belum adanya standar bangunan yang

    sesuai dengan SNI

    7. Belum adanya standarisasi teknis

    konstruksi

    8. Anggaran sektor sanitasi belum menjadi

    prioritas oleh para pengambil kebijakan

    9. Rubrik khusus terkait sanitasi belum

    tersedia di media cetak lokal

    10. Perilaku PHBS dari masyarakat yang masih

    rendah.

    E. Analisis Konsep Green Infrastructure

    Sebagai Solusi Pengembangan Kawasan

    Pesisir

    Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting

    dan hasil analisis isi (content analysis) tersebut

    di atas, maka diperlukan suatu konsep dan

    paradigma baru bagi seluruh pemangku

  • Suning

    Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013 | 5

    kepentingan. Konsep tersebut penting untuk

    dipahami dan disosialisasikan dengan baik

    bagi khalayak umum dengan harapan konsep

    dapat diimplementasikan dengan baik. Dalam

    penelitian ini yang dimaksud dengan green

    infrastructure adalah suatu hybrid

    infrastructure yang mengarah kepada efisiensi

    sumber daya, mampu beradaptasi dan

    berkelanjutan, sehingga secara konsep

    maupun secara praktis dapat bermanfaat

    untuk bidang ekonomi, sosial maupun ekologi.

    Konsep dasar dari green infrastructure adalah

    sebuah adopsi sistem infrastruktur perkotaan

    skala kecil yang mampu mendistribusikan lebih

    luas, lokasi dekat titik-titik pelayanan,

    terintegrasi dengan elemen-elemen lokal

    seperti bangunan sekitarnya dan terintegrasi

    dengan sistem infrastruktur lainnya. Terdapat

    sepuluh (10) konsep teori dasar terbangunnya

    aplikasi green infrastructure menurut Soma, S

    (2010) yaitu:

    1. Dari sentralistik menjadi terdistribusi (lihat

    gambar 1)

    2. Dari sistem sentralistik menjadi sistem

    cluster/ter-desentralisasi (lihat gambar 2)

    3. Dari disconnected menjadi connected (lihat

    gambar 3)

    4. Dari Non-Integrated System menjadi ter-

    integrasi (lihat gambar 4)

    5. Berorientasi pada pelayanan

    (lihat gambar 5)

    6. Dari tidak responsif menjadi responsif

    (lihat gambar 6)

    Terdistribusi Tersentralisasi

    Gambar 1

    Sistem sentralistik Sistem Cluster

    Gambar 2

    Gambar 3

    Connected Disconnected

    Terintegrasi Non Integrated

    Gambar 4

    Gambar 5

    Responsif Tidak responsif

    Gambar 6

  • Evaluasi Kebijakan Green Infrastructure Sanitasi Lingkungan Dan Implementasinya Di Kawasan Pesisir Sedati Jawa Timur

    6 | Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013

    7. Dari non renewable resources menjadi

    renewable resources (lihat gambar 7)

    8. Tepat guna (pemilihan teknologi sesuai)

    9. Multipurpose (desain infrastruktur yg baru

    dapat didesain untuk berbagai kegunaan)

    10. Dapat beradaptasi/adaptable (kapasitas

    sistem yg mampu mengakomodasi

    perubahan yang subtansial)

    Kesimpulan

    Berdasarkan uraian hasil analisis yang telah

    dipaparkan di atas, maka penelitian ini dapat

    disimpulkan sebagai berikut:

    1. Terdapat ketidakseimbangan antara

    kebijakan sanitasi yang telah

    direncanakan/dibuat oleh pemangku

    kebijakan, dengan kondisi ekonomi

    dan sanitasi lingkungan yang ada di

    lapangan.

    2. Hasil analisis isi/content analysis

    menunjukkan bahwa Dari

    dokumen/peraturan RTRW dan

    RPIJM terdapat 71,4% secara

    eksisting sanitasi yang ada belum

    berkelanjutan atau belum memenuhi

    dokumen RTRW dan RPIJM yang

    telah direncanakan.

    3. Ketidakseimbangan antara kebijakan

    dengan kondisi eksisting dipengaruhi

    oleh:

    a. Adanya ketidakterjangkauan biaya

    untuk mengakses sanitasi

    b. Aspek kelembagaan yang belum

    beroperasi dengan baik

    c. Adanya dampak terhadap

    lingkungan yang belum

    dimengerti oleh masyarakat

    Beberapa hal yang menyebabkan sanitasi

    yang ada di kawasan pesisir Sedati belum

    dikatakan berkelanjutan yaitu :

    1. Koordinasi antar SKPD yang terlibat

    sanitasi belum maksimal

    2. Koordinasi intensif antara tim teknis

    dengan tim pengarah belum maksimal

    3. Pemahaman Legislatif tentang sanitasi

    kurang

    4. Kurangnya sosialisasi pemahaman

    tentang sanitasi

    5. Kelembagaan sanitasi dtingkat

    masyarakat desa/kelurahan belum ada

    6. Belum adanya standar bangunan yang

    sesuai dengan SNI

    7. Belum adanya standarisasi teknis

    konstruksi

    8. Anggaran sektor sanitasi belum

    menjadi prioritas oleh para pengambil

    kebijakan

    9. Rubrik khusus terkait sanitasi belum

    tersedia di media cetak lokal

    10. Perilaku PHBS dari masyarakat yang

    masih rendah.

    4. Agar sanitasi lingkungan dapat

    berkelanjutan khususnya di kawasan

    pesisir, maka 10 konsep teori dasar dari

    green infrastructure secara pelan-pelan

    harus dapat dipahami oleh seluruh

    pemangku kebijakan dan seluruh

    masyarakat untuk berkomitmen

    melaksanakannya.

    Ucapan Terima Kasih

    Terimakasih kepada pihak Universitas PGRI

    Adi Buana Surabaya yang telah memberi

    kesempatan bagi peneliti untuk mensosialisasi

    kan ide peneliti ini melalui seminar nasional

    ASPI di Manado.

    Daftar Pustaka

    Ahern, J (2007) Green Infrastructure for cities:

    The Spatial Dimension. Proceedings of the

    3rd Fbos Landscape Planning and

    Greenways Symposium, University of

    Gambar 7

    non renewable

    resources

    renewable resources

  • Suning

    Prosiding Seminar Nasional dan Kongres VII ASPI / September 2013 | 7

    Massachusetts. University of

    Massachusetts, Amherst.

    Benedict, MA & McMahon, ED (2002). Green

    Infrastructure: Smart Conservation for the

    21st Century. Renewable Resources

    Journal. Autum Edition.Pg 12-17

    Mangkoedihardjo, S (2007). Phytotechnology

    Integrity in Environmental Sanitation for

    Sustainable Development. Journal of

    Applied Sciences Research, 3 (10): 1037-

    1044

    Kvarnstrom, E, Werner, C, Bracken, P (2004).

    Making sustainable choices the

    development and use of sustainability

    oriented criteria in sanitary decision

    making

    Mell, IC (2008) Green Infrastructure: concepts

    and planning. FORUM Ejournal 8 Newcastle

    University

    Profil Kabupaten Sidoarjo (2010). Badan Pusat

    Statistik Kabupaten Sidoarjo

    Kecamatan Sedati Dalam Angka (2009). Badan

    Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo

    RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2009-2029

    RUTRK Kecamatan Sedati Tahun 2000

    Suning and Eddy Soedjono (2012). Mapping

    The Environmental Sanitation Conditions

    Of Coastal Communities At Sedati Sub-

    District, East Java, Based On Geographic

    Information System. International Journal

    Of Academic Research Vol. 4. No. 2.

    Suning, et al., (2012). Socio-Economic and

    Sanitation Issues at Coastal Sedati, East

    Java Based on Geographic Information

    System. Journal of Applied Environmental

    and Biological Sciences, J. Appl. Environ.

    Biol. Sci., 2(6)244-248, ISSN 2090-4274.

    Soma, S (2010). Infrastruktur Berkelanjutan

    (Green Infrastructure). Keynote Speech

    Seminar Nasional Teknologi Lingkungan

    VII

    Wickhama, J. D, Riittersb, K. H, Wadea, T. G,

    Vogtc, S (2010) A national Assessment of

    Green Infrastructure and Change for the

    Conterminous United States using

    Morphological Image Processing. Journal

    Landscape and Urban Planning 94 186

    195