rencana penataan permukiman bab 5 tlogolele

59
Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali BAB V RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH DESA/ KELURAHAN 5.1. ARAHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN BOYOLALI Penataan ruang pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengatur ruang agar aktivitas kehidupan manusia dan lingkungan alam di sekitarnya berkembang secara harmonis dan bersifat lestari. Di sini terdapat dua hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian secara serius, yaitu, Pertama, adanya tiga unsur penting dalam penataan ruang, yaitu, manusia beserta aktivitasnya, lingkungan alam sebagai tempat, dan pemanfaatan ruang oleh manusia di lingkungan alam tersebut. Kedua, proses pemanfaatan ruang haruslah bersifat terbuka, berkeadilan, memiliki perlindungan hukum dan mampu memenuhi kepentingan semua pihak (petaruh/stakeholder) secara terpadu dan berdayaguna serta serasi. Dua hal pokok inilah yang menjadi asas pemanfaatan ruang yang diatur dalam UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang. Sesuai dengan perkembangan sosial politik dan ekonomi saat ini, terjadi tuntutan masyarakat yang menyebabkan adanya pergeseran pola pikir yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang kemudian dituangkan dalam UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Sejalan dengan UU No. 22/1999, penyusunan tata ruang kota/kabupaten sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya berperan sebagai mitra dalam memberikan saran pemecahan masalah bagi penyelesaian konflik penataan wilayah antar daerah melalui fasilitasi penyiapan masukan teknis dalam bentuk bantuan teknis, norma dan standar, serta pedoman. Dengan demikian, baik pemerintah pusat, maupun provinsi tidak terlibat secara fisik dalam penataan ruang wilayah dan kota, kecuali pada tingkat yang lebih makro dan strategi nasional, seperti penataan ruang nasional, pulau dan kepulauan, serta kawasan-kawasan perbatasan. Terkait dengan hal ini, pemerintah daerah juga harus mulai melakukan desentralisasi peran yang selama ini ditangani oleh pemerintah daerah kepada kelompok masyarakat yang tumbuh secara demokratis. Dengan demikian, sesuai UU No. 22/1999 peran masyarakat dalam penataan ruang semakin dipertegas. Pemerintah tidak harus selalu memimpin sebagai inisiator, tetapi dapat berperan sebagai fasilitator dan pemampu masyarakat. Selain itu, perencanaan tata ruang perlu didasarkan pada pemahaman bahwa pengembangan wilayah harus dilakukan sesuai dengan daya dukungnya. Wilayah yang terlalu besar menyebabkan tidak efisiennya pelayanan di seluruh wilayah tersebut terhadap warganya serta berpotensi merusak lingkungan. Sebaliknya wilayah yang terlalu kecil juga seringkali mengalami kesulitan dalam mencapai economic scale dalam penyediaan pelayanan bagi warganya. Dengan demikian sebaiknya penataan ruang wilayah dapat mengarahkan perkembangan wilayah pada pengembangan yang kompak dan padat berisi sehingga terjadi efisiensi pelayanan. Untuk mendapatkan pengembangan wilayah yang padat berisi perlu dilakukan optimasi pengembangan

Upload: icuzinxmnizdw

Post on 19-Jun-2015

2.377 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

BAB V

RENCANA PENGEMBANGAN WILAYAH DESA/ KELURAHAN 5.1. ARAHAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN BOYOLALI

Penataan ruang pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mengatur ruang agar aktivitas kehidupan manusia dan lingkungan alam di sekitarnya berkembang secara harmonis dan bersifat lestari. Di sini terdapat dua hal pokok yang perlu mendapatkan perhatian secara serius, yaitu, Pertama, adanya tiga unsur penting dalam penataan ruang, yaitu, manusia beserta aktivitasnya, lingkungan alam sebagai tempat, dan pemanfaatan ruang oleh manusia di lingkungan alam tersebut. Kedua, proses pemanfaatan ruang haruslah bersifat terbuka, berkeadilan, memiliki perlindungan hukum dan mampu memenuhi kepentingan semua pihak (petaruh/stakeholder) secara terpadu dan berdayaguna serta serasi. Dua hal pokok inilah yang menjadi asas pemanfaatan ruang yang diatur dalam UU No. 24/1992 tentang Penataan Ruang. Sesuai dengan perkembangan sosial politik dan ekonomi saat ini, terjadi tuntutan masyarakat yang menyebabkan adanya pergeseran pola pikir yang menyangkut penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang kemudian dituangkan dalam UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah. Sejalan dengan UU No. 22/1999, penyusunan tata ruang kota/kabupaten sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya berperan sebagai mitra dalam memberikan saran pemecahan masalah bagi penyelesaian konflik penataan wilayah antar daerah melalui fasilitasi penyiapan masukan teknis dalam bentuk bantuan teknis, norma dan standar, serta pedoman. Dengan demikian, baik pemerintah pusat, maupun provinsi tidak terlibat secara fisik dalam penataan ruang wilayah dan kota, kecuali pada tingkat yang lebih makro dan strategi nasional, seperti penataan ruang nasional, pulau dan kepulauan, serta kawasan-kawasan perbatasan. Terkait dengan hal ini, pemerintah daerah juga harus mulai melakukan desentralisasi peran yang selama ini ditangani oleh pemerintah daerah kepada kelompok masyarakat yang tumbuh secara demokratis. Dengan demikian, sesuai UU No. 22/1999 peran masyarakat dalam penataan ruang semakin dipertegas. Pemerintah tidak harus selalu memimpin sebagai inisiator, tetapi dapat berperan sebagai fasilitator dan pemampu masyarakat. Selain itu, perencanaan tata ruang perlu didasarkan pada pemahaman bahwa pengembangan wilayah harus dilakukan sesuai dengan daya dukungnya. Wilayah yang terlalu besar menyebabkan tidak efisiennya pelayanan di seluruh wilayah tersebut terhadap warganya serta berpotensi merusak lingkungan. Sebaliknya wilayah yang terlalu kecil juga seringkali mengalami kesulitan dalam mencapai economic scale dalam penyediaan pelayanan bagi warganya. Dengan demikian sebaiknya penataan ruang wilayah dapat mengarahkan perkembangan wilayah pada pengembangan yang kompak dan padat berisi sehingga terjadi efisiensi pelayanan. Untuk mendapatkan pengembangan wilayah yang padat berisi perlu dilakukan optimasi pengembangan

Page 2: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

wilayah, yaitu antara lain memperhatikan struktur wilayah, keterkaitan antar lahan, pergerakan orang dan barang. Upaya untuk mengoptimalkan penggunaan ruang kota juga perlu didukung oleh adanya peraturan mintakat (zoning) dengan sistem kontrol yang ketat, sehingga tidak terdapat lahan-lahan tidur dan lahan yang tidak optimal penggunaannya di dalam kota, Optimasi ini tentu saja mesti mampu mencegah eksploitasi lingkungan. Pengembangan wilayah harus memberi perhatian penuh terhadap keterpaduan faktor lingkungan dan kegiatan. Faktor lingkungan, dalam hal ini misalnya sumber daya air yang merupakan satu kesatuan daerah aliran sungai yang tidak dapat dipisahkan berdasarkan batas-batas adminsitrasi. Oleh karenanya diperlukan suatu perencanaan yang terpadu antar daerah-daerah yang dilalui oleh suatu sungai dari hulu sampai hilir. Di samping itu juga perlu dilakukan pemeliharaan terhadap daerah-daerah resapan air. Pembangunan berwawasan lingkungan telah lama menjadi istilah selingkung jargon pada setiap rencana pembangunan terutama dalam dua dasawarsa terakhir. Namun demikian, “berwawasan lingkungan” itu sendiri tidak mudah dijabarkan ke dalam framework yang lebih nyata, sehingga sering hanya menjadi penghias pada halaman-halaman depan rencana pembangunan, termasuk rencana tata ruang. Wawasan lingkungan ialah cara pandang untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan hidup dengan memasukkan kelestariannya sebagai unsur pertimbangan utama dalam penyusunan sistem tujuan. Tidak dapat disangkal bahwa sebenarnya prinsip-prinsip wawasan lingkungan sudah diterapkan dalam program-program pembangunan yang ada meskipun dalam pelaksanaannya selalu ada skala prioritas. Kata kunci lain yang tak terpisahkan dari wawasan lingkungan ialah “bertahan-kelanjutan (sustainable)” dan khususnya untuk penataan perkotaan (dan perdesaan) “livable” atau nyaman untuk ditinggali. Kabupaten Boyolali termasuk dalam Kawasan Strategis Subosuka, sub wilayah pengembangan Jawa Tengah yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah Provinsi (RTRWP) Jateng yang baru saja diperbarui. Kawasan tersebut terdiri dari wilayah Kota Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar, dan Kabupaten Sukoharjo yang masing-masing mempunyai potensi besar untuk berkembang. Pusat pertumbuhan kawasan ini berada di Surakarta, dengan wilayah pendukung yang akan saling membutuhkan adalah Boyolali, Sukoharjo dan Karanganyar. Wilayah lain yang juga masuk dalam pengaruh kawasan ini adalah Klaten dan Sragen. Pada tahun anggaran 2002 ini Pemerintah Daerah Kabupaten Boyolali bermaksud untuk menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali Tahun 2003 – 2013, yang berpedoman pada prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup. Pada penyusunan RTRW ini diharapkan mempunyai konsep penataan yang dinamis dan mempunyai pengertian lebih mendekatkan pada penataan ruang wilayah pada pelaksanaan program pembangunan berwawasan lingkungan. Dengan demikian penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah ini dapat

Page 3: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

mengidentifikasikan beberapa kawasan strategis dan sektor strategis yang secara terpadu dan mengkait dengan kegiatan pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh semua pihak, baik pemerintah daerah, maupun swasta.

5.1.1 Visi Dan Misi Kabupaten Boyolali

Visi Kabupaten Boyolali adalah : a. Menjadikan masyarakat Kabupaten Boyolali berbudi pekerti luhur, tangguh, sehat

jasmani dan rohani, cerdas, patriotik, berdisiplin, kreatif, produktif, dan profesional serta berjiwa IMTAQ dan demokratis

b. Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara c. Mewujudkan supremasi hukum dan HAM

Sedangkan misi Kabupaten Boyolali adalah : a. Meningkatkan SDM dengan didukung paket program pendidikan dan perlatihan di

dalam dan luar negeri b. Menjadikan Kabupaten Boyolali sebagai daerah pertanian modern, tangguh dan efisien,

berorientasi agrobisnis dan agrowisata c. Menjadikan Kabupaten Boyolali sebagai daerah potensial untuk industri menengah dan

kecil d. Menjadikan Kabupaten Boyolali sebagai daerah tujuan wisata di Subosuka Wonosraten

melalui wisata hutan, alam, dan budaya e. Meningkatkan upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan f. Mewujudkan aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat dan profesional g. Meningkatkan inisiatif pembangunan dari bawah dan partisipatif

5.1.2 Arah Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten

A. Strategi Pemanfaatan Ruang Strategi pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Boyolali dapat diuraikan pada Tabel 5.1 berikut:

Tabel 5.1 Strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali

No Strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah

Arahan Pengelolaan dan Pengembangan

1 Pengembangan kawasan perdesaan;

Pengembangan kawasan pedesaan khususnya kawasan pemukimannya diarahkan untuk pengembangan yang mampu terbuka bagi pusat-pusat kegiatan sekitarnya yaitu dengan pengaturan sebagai berikut : Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar

terutama pada simpul-simpul kegiatan (nodes). Membuka hubungan pusat-pusat kegiatan dengan kantong-

kantong permukiman pedesaan. Menciptakan pola permukiman yang mampu menampung

kegiatan pengolahan pertanian baik berupa kerajinan, industri kecil, maupun pariwisata.

Page 4: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

No Strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah

Arahan Pengelolaan dan Pengembangan

2 Pengembangan kawasan perkotaan;

Kawasan perkotaan memiliki fungsi dan ciri-ciri sebagai kawasan industri, perdagangan dan jasa, maupun permukiman dengan ciri perkotaan. Sehingga pengembangan permukiman pada kawasan perkotaan diarahkan mengacu pada fungsi yang mendukung aktivitas non pertanian yang memiliki karakteristik pola perkembangan menyebar, kompleksitas, dan mobilitas tinggi. Beberapa kriteria khusus yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi tersebut di luar kriteria fisik yaitu sebagai berikut : Kelengkapan sarana dan prasarana perkotaan Aksesibilitas yang baik dan dekat pusat-pusat kegiatan

3 Pendekatan tata ruang perdesaan dan perkotaan;

Pendekatan tata ruang wilayah pedesaan dan perkotaan ini, merupakan garis langkah kebijakan terwujudnya keseimbangan kegiatan antara kota dengan desa sebagai wilayah pendukung secara timbal balik dengan menempatkan masing-masing wilayah sebagai unsur yang saling melengkapi. Kebijakan Penataan Ruang Perdesaan dan perkotaan: Untuk mewujudkan keterkaitan perekonomian di perdesaan dan

perkotaan, kota dan desa harus dipandang sebagai suatu kesatuan. Oleh karena itu setiap kebijakan mengenai kawasan perkotaan hendaknya dapat memajukan kawasan perdesaan, demikian pula sebaliknya, setiap kebijakan kawasan perdesaan hendaknya dapat lebih memantapkan peran dan fungsi kawasan perkotaan.

Pembangunan kawasan perdesaan hendaknya dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja yang mampu meningkatkan produksi masyarakat. Dengan demikian diperlukan pula memperkuat lembaga pemerintah dan lembaga kemasyarakatan desa di kawasan perdesaan

Sasaran pokok pembangunan kawasan perdesaan adalah terciptanya kondisi ekonomi rakyat di perdesaan yang kukuh, mampu tumbuh secara mandiri dan berkelanjutan.

4 Pengembangan prasarana wilayah;

Pengembangan prasarana wilayah diarahkan pada peningkatan akses pelayanan, peningkatan kualitas pelayanan dan sesuai dengan arah struktur tata ruang wilayah yang dituju. Strategi Penatagunaan air, penataan tanah dan penataan udara merupakan sebagai satu kesatuan yang saling tekait dan saling mengisi dalam proses pengisian lingkungan/alam

5 Pemantapan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya;

Strategi pengembangan kawasan budidaya diarahkan sebagai upaya optimalisasi penggalian sumberdaya dan pemanfaatan yang didukung oleh sistem perencanaan yang terpadu dan berkelanjutan.

Sumber: RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013 B. Rencana Perwilayahan Pembangunan Kabupaten Boyolali

Penentuan wilayah pengembangan disesuaikan dengan karakteristik letak geografis dan bentuk wilayah, spesifikasi kegiatan yang ada dan potensi lokasi serta karakteristik kegiatan yang akan dikembangkan pada masing-masing wilayah. Di samping itu, mengacu pada pembagian wilayah Pembangunan yang sudah termuat dalam Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No. 20 Tahun 2000 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Boyolali tahun 2001 – 2005.

Page 5: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Kemudian untuk lebih meningkatkan efisiensi pelayanan kota yang dilakukan dengan mempertimbangkan pola keterkaitan (linkage) dan kemiripan karakteristik (homogenitas) setiap kawasan serta memudahkan koordinasi, maka wilayah Kabupaten Boyolali dibagi menjadi empat sub wilayah pengembangan (SWP). Sektor pembangunan yang dominan ditentukan berdasarkan potensi yang menonjol pada setiap wilayah kecamatan, sehingga prioritas pengembangan setiap satuan wilayah pembangunan diarahkan sesuai dengan potensi-potensi yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.2 dan Peta.

Tabel 5.2 Pembagian Sub Wilayah Pengembangan (SWP) di Kabupaten Boyolali

Tahun 2003 - 2013 No Wilayah

Pengembangan Kecamatan Fungsi utama

1 SWP I Ampel Pemukiman Perdagangan dan jasa Perhubungan/transportasi Industri kecil/menengah Pelayanan pendidikan Pariwisata Perkebunan Peternakan

Selo Pemukiman Pariwisata Perhubungan/transportasi Perkebunan Peternakan Industri kecil

Cepogo Pemukiman Industri kecil/sedang Pertanian lahan kering Peternakan Pariwisata Perkebunan

Musuk Pemukiman Industri keci/sedang Pertanian Perkebunan Peternakan

Boyolali Pusat pemerintahan tingkat kabupaten Pusat pemukiman Perdagangan dan jasa Industri kecil Pelayanan pendidikan Pelayanan sosial/ekonomi Perhubungan/transportasi Pengembangan Pariwisata Peternakan

Mojosongo Pemukiman Industri kecil/menengah/besar Pertanian Perkebunan Peternakan Perikanan

2 SWP II Teras Pemukiman

Page 6: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

No Wilayah Pengembangan Kecamatan Fungsi utama

Industri kecil/menengah/besar Pertanian Peternakan Perikanan

Banyudono Pemukiman Perdagangan dan jasa Perhubungan/transportasi Industri kecil/menegah/besar Pariwisata Peternakan Pertanian lahan basah Perikanan

Sawit Pemukiman Pertanian lahan basah Peternakan Industri kecil/menengah/besar Perikanan

Sambi Pemukiman Pertanian lahan basah Perikanan Industri kecil/sedang Peternakan

Ngemplak Pemukiman Perhubungan udara Pertanian lahan basah Peternakan Pariwisata Industri kecil/menengah/besar Perdagangan dan jasa Perikanan

3 SWP III Nogosari Pemukiman Pertanian lahan basah Industri kecil/sedang Peternakan

Simo Pertambangan Pemukiman Perhubungan/transportasi Perdagangan dan jasa Pelayanan pendidikan Pertanian lahan basah/lahan kering Peternakan

Andong Pemukiman Pertanian lahan basah Peternakan Industri kecil/sedang

Klego Pemukiman Pertambangan Perhubungan/transportasi Sosial/ekonomi dan jasa Pertanian lahan basah Peternakan Perikanan Industri kecil/sedang

4 SWP IV Karanggede Pertambangan Pemukiman Perhubungan/transportasi Sosial/ekonomi Perdagangan dan jasa

Page 7: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

No Wilayah Pengembangan Kecamatan Fungsi utama

Pertanian lahan basah Industri kecil/sedang Peternakan Perikanan

Wonosegoro Pertambangan Pemukiman Pertanian lahan kering Kehutanan Perhubungan/transportasi Perdagangan dan jasa Peternakan Industri kecil/menengah

Kemusu Pemukiman Pertambangan dan energi Pariwisata Pertanian Peternakan Industri kecil/sedang Perikanan

Juwangi Pemukiman Pertambangan Peternakan Kehutanan Pertanian Indsutri kecil/menengah/besar Perhubungan kereta api

Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013

Page 8: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Page 9: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Pendekatan yang relevan dengan kondisi sekarang adalah cluster approach dan dengan pembangunan berdasarkan jaringan hubungan perdesaan – perkotaan, yang kita jabarkan dalam strategi-strategi prasarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.3

Tabel 5.3 Pendekatan Cluster Kabupaten Boyolali

Tahun 2003 - 2013 Variabel Pendekatan Cluster Approach

Sektor dasar Lebih berpijak pada potensi dan kondisi setempat dan lebih menekankan pada usaha berskala kecil dan menengah, dan berbasis pada kawasan setempat (lokal)

Sistem Perkotaan Lebih horisontal dan terdiri atas sejumlah pusat dan hinterland-nya masing-masing serta berbagai kekhususannya masing-masing

Hubungan Kota-Desa Stimulasi pertumbuhan bisa dari dua sisi dengan peningkatan intensitas sepanjang koridor-koridor transportasi di dalam kawasan

Gaya Perencanaan Bersifat desentralisasi dan memerlukan koordinasi multisektoral dan kegiatan perkotaan-perdesaan pada level setempat

Area Kebijakan Utama

Menekankan pada diversifikasi pertanian, agro-industi, ressource-based manufacturing, urban services, pelatihan tenaga kerja, dan jaringan transportasi local

Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013

D. Rencana Pengembangan Prasarana Wilayah Kabupaten Boyolali

Rencana pengembangan prasarana wilayah Kabupaten Boyolali terdiri dari pengembangan sistem prasarana transportasi, telekomunikasi, listrik, pengairan dan prasarana pengelolaan lingkungan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Rencana Pengembangan Prasarana Wilayah Kabupaten Boyolali

Tahun 2003 - 2013 NO PENGEMBANGAN

SISTEM PRASARANA WILAYAH RENCANA PENGEMBANGAN

SISTEM PRASARANA WILAYAH 1 SISTEM PRASARANA TRANSPORTASI

a. Fungsi Jalan

Pola yang sesuai dengan kondisi geografis dan konsep pembangunan regionala Kabupaten Boyolali adalah “linkaged rings and radials” (lingkaran terpisah dikombinasi dengan jari-jari). Jari-jari jalan utama menjadi link yang menghubungkan pusat pemerintahan (Boyolali) dengan ibu kota kecamatan yang tersebar di garis paling luar. Selanjutnya melalui jalur melingkar dihubungkan antara satu titik pelayanan (ibu kota kecamatan) dengan titik lainnya. Pola ini relatif baik untuk dikembangkan sebatas secara umum pola pertumbuhan wilayahnya relatif merata.

Dengan adanya gagasan untuk mengembangkan jalan bebas hambatan (toll road) antara Semarang – Surakarta, sehingga di daerah Boyolali direncanakan akan dibuat suatu simpul untuk mengarahkan gerakan transportasi kearah Kota Yogyakarta, selain masuk dan menyebar kearah kota Boyolali, daerah sekitarnya serta akses ke komplek Bandara Adi Sumarmo.

Page 10: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

NO PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA WILAYAH

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA WILAYAH

b. Jaringan Jalan

Pengembangan jaringan jalan di kabupaten Boyolali diarahkan untuk membuka daerah-daerah yang relatif masih terisolasi. Daerah ini menyebar di bagian utara wilayah kabupaten, khususnya kecamatan Juwangi, sebagian Wonosegoro dan Kecamatan Kemusu. Jaringan jalan dari Boyolali kearah Magelang melalui Cepogo dan Selo merupakan jalur yang menjanjikan potensi ekonomi.

Selain itu, upaya peningkatan bagi jalan-jalan lokal dengan beban frekuensi yang semakin meningkat seperti jalan kolektor primer penghubung Boyolali dan Klaten, memerlukan perhatian tersendiri bagi penataan tahapan peningkatannya. Pengamanan bagi penggunaan tata ruang sepanjang karidor jalan menjadi sangat penting didalam mengantisipasi kebutuhan di waktu yang akan datang.

c. Jaringan Rel Kereta Api

Jalur rel kereta api di wilayah Kabupaten Boyolali melintas di sisi utara, tepatnya di Kecamatan Juwangi dan terdapat satu Setasiun Juwangi yang terdiri dari tiga sepur dan satu sepur penghubung ke Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dari Pemangkuan Hutan setempat (Perhutani Grobogan). Setasiun ini tidak terlalu besar, hanya disinggahi oleh kereta campuran (barang-penumpang) kelas Ekonomi dengan trayek Surakarta-Kalioso-Gemolong-Gundih-Telawa-Juwangi-Kedungjati-Brumbung-Alastuwo-Semarang Poncol.

Kesimpulan sementara tingkat rencana pengembangan jalur kereta di wilayah ini akan positif tergantung dari rencana realisasi pendirian pabrik semen di Kecamatan Juwangi.

d. Pengembangan Fungsi Bandara Adi Sumarmo

Bandara Adi Sumarmo direncanakan untuk dikembangkan sehingga mampu menampung operasi B-747.400 secara optimal. Beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dan dasar bagi pengembangan suatu bandara internasioanal diantaranya memperhatikan kecenderungan perkembangan dunia secara umum, kecenderungan perkembangan di Asia – Pasifik dan lebih khusus pada perkembangan dalam negeri. Kajian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional maupun Daerah merupakan salah satu factor yang diperhitungkan.

Selain diproyeksikan sebagai Bnadar Internasional Bandara Adi Sumarmo juga dijadikan sebagai salah satu Bandara Embarkasi – Debarkasi bagi Calon Jemaah Haji dan Haji di wilayah Jawa Tengah dan sekitarnya.

e. Kebutuhan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP)

Sebagian dari luasan permukaan Waduk Kedungombo merupakan wilayah administrasi Kabupaten Boyolali. Melihat sebaran permukiman yang ada di sekitar pinggiran waduk dan belum adanya jalan sabuk penghubung, pada suatu saat nanti perlu dipikirkan adanya kebutuhan parasarana dan sarana transportasi air. Kemungkinan prasarana-sarana ini harus diyakinkan untuk memenuhi standar keamanan yang dipersyaratkan (laik jalan dan aman). Berdasarkan pemanfaatan air waduk dan sebaran permukiman yang ada, dipertimbangkan letak dan

Page 11: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

NO PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA WILAYAH

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA WILAYAH

kapasitas dermaga serta jumlah perahu perahu penyeberangan yang dibutuhkan.

2 PENYEDIAAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

Sistem Perpipaan PADA Tahun 2013 PDAM ditargetkan akan dapat memproduksi air bersih 80.139.870 l/hari untuk kebutuhan sambungan rumah, untuk sambungan kran umum 16.027.974 l/hari sambungan non-domestik 16.027.974 l/hari dan kehilangan air 13 persen sebesar 10.418.183 l/hari. Untuk itu diperlukan pengembangan jaringan pelayanan lebih luas dengan penggalian sumber-sumber air baru dan mengoptimalkan produktivitas sumber-sumber air lama sehingga akan dapat melayani dan mencapai seluruh ibu kota kecamatan dan daerah-daerah lainnya.

Sistem Non-Perpipaan Sumber air bersih non-perpipaan berasal dari air tanah dimanfaatkan dengan pembuatan sumur gali maupun sumur pompa tangan. Selain itu air tersebut juga dapat diperoleh melalui air permukaan (seperti sungai dan mata air). Pada saat ini sebagian besar masyarakat Kabupaten Boyolali masih menggunakan sistem non perpipaan dalam penyediaan air bersih, terutama untuk wilayah yang masih termasuk dalam kawasan perdesaan.

Saat ini tingkat pelayanan jaringan listrik di Kabupaten Boyolali sudah mencapai seluruh pelosok desa. Walaupun mungkin masih ada warga yang patungan untuk pemasangan listrik PLN. Sektor-sektor yang menggunakan listrik antara lain perindustrian, perdagangan dan jasa, pemerintahan, pendidikan dan sebagainya. Rencana kebutuhan listrik di Kabupaten Boyolali untuk tahun 2013 diperlukan 287.097,200 KVA untuk listrik domestik, dan 57.419.440 KVA untuk listrik non domestik. Dengan demikian kebutuhan listrik total untuk proyeksi tahun 2008 sebesar 344.730.979 KVA dan untuk 2013 diperlukan 344.737.484 KVA.

3 JARINGAN LISTRIK & TELELOMINIKASI

Keterbatasan jaringan telepon yang ada atau sulitnya pemasangan jaringan telepon dengan sistem kabel dapat disiasati dengan pemasangan jaringan telepon sistem WLL (Wireless Lokal Loop). Telepon dengan sistem ini membutuhkan beberapa menara repeater (pemancar ulang) dengan radius 10 km. Namun dengan topografi yang relatif datar Kabupaten Boyolali akan dimungkinkan untuk dapat dilayani oleh sambungan telepon kabel hingga pelosok daerah. Rencana kebutuhan telepon di Kabupaten Boyolali untuk tahun 2013 sebanyak 30.919 SST untuk rumah tangga, SST untuk fasilitas sosial, 3.591 SST untuk komersial sedangkan untuk telepon umum 927 SST (rincian lihat Tabel IV. 16). Selain pemenuhan fasilitas telepon kabel dan WLL, saat ini telah banyak dipakai telepon selular dengan teknologi AMPS dan GSM. Dengan demikian pilihan bagi masyarakat untuk dapat berkomunikasi dengan fasilitas telepon dapat lebih beragam.

5 PRASARANA PERSAMPAHAN Pada saat ini pengelolaan sampah di Kabupaten Boyolali terdiri dari dua sistem, yaitu on site dan off site. Apabila

Page 12: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

NO PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA WILAYAH

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM PRASARANA WILAYAH

dilihat dari luasnya pekarangan yang ada di Kabupaten Boyolali, maka sistem on site, yaitu komposting dengan berbagai macam tekniknya masih layak dilakukan karena masih memenuhi syarat ekologis. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian di sini adalah tentang kesadaran masyarakat dalam hal membuang sampah secara benar, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kebersihan dan kerapian lingkungan. Penanganan limbah dan sanitasi perlu dilaksanakan sejak dini agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan (air, udara, estetika) yang akan mengganggu kesehatan manusia. Gangguan kesehatan yang akan mudah muncul antara lain muntaber, diare, disentri, malaria, dan juga penyakit degenaratif. Untuk limbah industri penghasil limbah harus ada pengolahan limbah yang memenuhi standar baku mutu/sesuai AMDAL, yaitu limbah yang dibuang ke lingkungan harus tidak mengganggu lingkungan dan kesehatan.

Sumber: RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013

Page 13: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

E. Rencana Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Boyolali

Rencana pola pemanfaatan ruang dimaksudkan untuk mengatur penggunaan/ pemanfaatan ruang bagi berbagai kegiatan sesuai fungsi yang telah ditetapkan dalam setiap kawasan, sehingga mendapatkan hasil guna yang lebih tinggi tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.

A. Rencana Penggunaan Kawasan Lindung 1) Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Pada Kawasan Bawahannya

a. Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah (mencegah terjadinya lahan kritis). Tujuan perlindungan adalah mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah resapan air tanah, dan air permukaan. Lokasi :

Kawasan lindung ini menempati 15.465,2 ha atau 15,23 persen dari seluruh luas Kabupaten Boyolali, sedangkan yang ditetapkan sebagai hutan lindung seluas 382,3 ha berada di lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu (Boyolali bagian Barat)

Secara rinci kawasan lindung meliputi sebagian Kecamatan Juwangi (5.468 ha), Kecamatan Kemusu di sekitar Waduk Kedungombo (kawasan sabuk hijau, 4.237,5 ha) bagian selatan dan barat Selo (2.277,2 ha), bagian selatan Cepogo (360,5 ha) dan bagian barat Ampel (2.037 ha), Musuk (910 ha) Klego (175 ha).

Pengelolaan :

Budi daya yang diperkenankan adalah kegiatan yang tidak mengolah permukaan tanah seperti hutan atau tanaman keras yang panennya tidak atas dasar penebangan pohon atau merubah bentang alam seperti penambangan bahan galian atau perindustrian, kecuali kegiatan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang tinggi bagi kepentingan nasional atau regional. Kegiatan yang sudah ada dan tidak menjamin fungsi lindung, secara bertahap dikembalikan pada fungsinya dan pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi fisik, sosial ekonomi setempat, dan kemampuan pemerintah disertai dengan penggantian yang layak.

Hutan produksi yang ada segera dialihfungsikan dan tidak diperkenankan untuk dieksploitasi dengan cara penebangan kecuali secara terbatas. Untuk kegiatan

Page 14: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

pariwisata yang diperkenankan adalah pariwisata yang bersifat menikmati pemandangan saja. Untuk tanah rusak, atau gundul di kawasan hutan lindung segera dilakukan reboisasi. Sedang yang terletak di luar kawasan hutan segera dihijaukan.

Untuk pembangunan sarana dan prasarana ke arah kawasan ini dibatasi agar dapat lestari. Oleh karena itu bangunan yang sudah ada dan tidak mengurangi fungsi lindung masih diperkenankan sepanjang masih dapat memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai tata bangunan serta tetap melakukan tindakan konservasi. Untuk rencana bangunan baru tidak diizinkan.

Kegiatan yang bertentangan dengan upaya mengkonservasi wilayah hutan, perlu dibatasi atau dilarang sama sekali. Terhadap lahan hutan dan kawasan pendukungnya yang telah terlanjur dimiliki oleh perorangan atau suatu badan hukum, perizinan atas suatu kegiatan perlu dengan batasan atas KDB bila menyangkut suatu bangunan fisik. Apabila kegiatan berupa wisata alam, perkebunan atau hutan produktif, perlu diperjelas rincian kegiatannya. Kesemuanya atas pembiayaan dari pihak pemilik lahan. Kepada pemilik/penguasa tanah perorangan atau badan hukum yang mencari keuntungan, dan telah ada sebelum penetapan rencana yang mampu mewujudkan hutan lindung di atas tanahnya dengan biaya sendiri, berhak mendapatkan pengurangan pengenaan pajak bumi dan bangunan serta pungutan-pungutan lainnya yang diperhitungkan karena penguasaan atau kepemilikan tanah.

Pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan ini dibatasi, sehingga bangunan yang sudah ada dan tidak mengurangi fungsi lindung masih diperkenankan sepanjang masih dapat memenuhi ketentuan yang berlaku mengenai tata bangunan dan tetap melakukan tindakan konservasi, sedangkan bangunan baru tidak diizinkan.

b. Kawasan Konservasi dan Resapan Air Kawasan konservasi merupakan kawasan perlindungan aspek alamiah dan budaya tertentu, pada bagian ini dibahas kawasan konservasi alamiah yang ada di Kabupaten Boyolali, antara lain: Kawasan konservasi lahan dan resapan air, yang secara eksis sama dengan kawasan lindung yang ada, dengan luas keseluruhan 15.465,2 ha atau 15,23 persen dari seluruh luas Kabupaten Boyolali, kawasan itu termasuk kawasan sabuk hijau di sekitar waduk. Tujuan konservasi adalah untuk melestarikan kondisi lahan dan fungsinya, mencegah terjadinya bencana alam, melestarikan flora dan fauna atau semuanya secara bersamaan. Lokasi:

Page 15: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Kawasan konservasi sekitar puncak G. Merapi dan G. Merbabu, merupakan kawasan yang sama dengan kawasan lindung yang ada, dengan rincian Kecamatan Selo (2.277,2 ha), Kecamatan Cepogo (360,5 ha) Kecamatan Ampel (2.037 ha) dan Kecamatan Musuk (910 ha).

Kawasan konservasi di Kecamatan Juwangi seluas (5468 ha).

Kawasan konservasi sabuk hijau sekitar waduk yang ditetapkan minimal selebar 100 m sekeliling waduk, berada di seputar waduk Kedungombo di Kecamatan Kemusu, Waduk Cengklik di Kecamatan Ngemplak dan Waduk Bade (W. Klego) di Kecamatan Klego.

Kawasan konservasi lain, bertujuan mencegah erosi dan tanah longsor berada di seluruh Kabupaten Boyolali, pada lereng curam (15 persen dengan beda elevasi yang tinggi) terutama di lembah-lembah sungai.

Pengelolaan : Pengelolaan kawasan konservasi yang bertujuan pengamanan lahan dan fungsinya serta kawasan resapan air sebagaimana yang ada di Kabupaten Boyolali dapat mengikuti pola pengelolaan kawasan lindung yang ada. Kecuali pada butir 4 di atas pengembangan budi daya dapat diizinkan dengan batasan dan pengawasan tertentu, penanganan paling efektif adalah reboisasi dengan tanaman keras serta membatasi masuknya air permukaan dan air bawah tanah masuk ke areal tersebut, bila masih memungkinkan dimanfaatkan sebagai areal pertanian lahan kering, penanganan yang diperlukan adalah pembuatan teras bangku dengan penguat penahan teras berupa batu dan perakaran tanaman keras/pohon serta pembuatan sistem drainase yang tidak memungkinkan air untuk menggenang pada lahan tersebut.

2) Kawasan Perlindungan Setempat a. Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan ialah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Kawasan sempadan sungai terdiri dari :

Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan sekurang kurangnya 5 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.

Page 16: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sekurang kurangnya 3 m di sebelah luar sepanjang kaki tanggul

Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan pada sungai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100 m, sedangkan pada sungai kecil sekurang-kurangnya 50 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan yang mempunyai kedalaman kurang dari 3 m ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m, yang mempunyai kedalaman 3-20 m ditetapkan sekurang kurangnya 15 m, yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

Lokasi kawasan ini terdapat di sepanjang sungai yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali. Sedangkan untuk pengelolaannya, dapat dibangun jalan inspeksi pada jalur jalan tertentu, sekaligus dapat berfungsi sebagai jalur lintas pada umumnya. Untuk kawasan yang sudah terbangun diadakan program konsolidasi tanah dan pemeliharaan lingkungan, sedangkan yang sudah terbangun tidak diberikan izin mendirikan bangunan. Kegiatan yang masih diperkenankan adalah pertanian dengan jenis tanaman, yang dizinkan, pemasangan papan reklame/pengumuman, pemasangan pondasi dan rentangan kabel listrik, pondasi jembatan/jalan umum maupun kereta api, yang bersifat sosial dan kemasyarakatan, serta bangunan lalu lintas air.

b. Kawasan Sekitar Danau/Waduk/Bendungan Kawasan sekitar danau/waduk/bendungan adalah kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk/bendungan yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk/bendungan. Luasan di Kabupaten Boyolali adalah 20.559,10 ha atau 20,25 persen. Kriterianya adalah daratan sekeliling tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik/danau/waduk-bendung (antara 50 - 100 m dari titik pasang ke arah darat). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.5

Tabel 5.5 Kawasan Perlindungan Setempat Sekitar Waduk

di Wilayah Kabupaten Boyolali

No Nama Sumber Desa Kecamatan Luas Kawasan Lindung (Ha)

1 Waduk Cengklik Senting Ngargorejo Sobokerto Ngresrep

Ngemplak Sambi

435,40

2 Waduk Klego Bade Klego 20.006,50

Page 17: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

No Nama Sumber Desa Kecamatan Luas Kawasan Lindung (Ha)

3 Waduk Kedungombo Donoharjo Genengsari Lanji Ngrakum Blawu Sari mulyo Matugede Klewor Lemahireng Konohorjo

4 Waduk Kedungdowo Andong Luas kawasan lindung keseluruhan 20.559,10

Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013

Pengelolaan yang dilakukan pada kawasan ini yaitu kegiatan yang mengganggu kelestarian daya tampung/waduk seperti pendirian bangunan, permukiman dan penanaman tanaman semusim yang mempercepat proses pendangkalan tidak diperkenankan dan dilarang. Kegiatan yang masih boleh diusahakan adalah perikanan, pariwisata yang hanya untuk menikmati pemandangan saja, pertanian dengan jenis tanaman yang diizinkan, pernasangan papan reklame/pengumuman, pernasangan pondasi dan rentang kabel, pondasi jembatan/jalan umum maupun kereta api, bangunan lalu lintas air, serta pengambilan dan pembuangan air.

c. Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi utama air. Kawasan ini seluas 2.662,72 ha atau 2,6 persen dari luas seluruh Kabupaten Boyolali. Kriteria : Sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 m di sekeliling mata air, kecuali untuk kepentingan umum (SK Mentan No 837/KPTS/UM/1 1/1980). Pangaturan : Kegiatan budi daya ang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik di daerah sekitar mata air dialihkan agar kelestarian fungsi mata air dapat dipertahankan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.6

Tabel 5.6 Kawasan Perlindungan Setempat Sekitar Mata Air

yang ada di wilayah Kabupaten Boyolali

Lokasi No Nama Sumber Mata Air

Desa Kecamatan

Luas Areal Oncoran (hektar)

Debit Sumber (l/detik)

Luas Kawasan Lindung

m2 1 2 3 4 5 6 7 1 Simendung Candi Ampel 20.70 7 251.200 2 Urut Sewu Urut Sewu Ampel 6 251.200

Page 18: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Lokasi No Nama Sumber Mata Air

Desa Kecamatan

Luas Areal Oncoran (hektar)

Debit Sumber (l/detik)

Luas Kawasan Lindung

m2 1 2 3 4 5 6 7 3 Berbeji/Beji Gd. Slamet Ampel 10.20 14 251.200 4 Widadar Candi Ampel 3 251.200 5 Ngrancah Urut Sewu Ampel 4.20 6 251.200 6 Sicere Urut Sewu Ampel 6 251.200 7 Penden Urut Sewu Ampel 25.00 5 251.200 8 Bendo Tambak Mojosongo 21.50 5 251.200 9 Mudal Candi Ampel 18.20 6 251.200

10 Sikolo Ngenden Ampel 6.00 5 251.200 11 Sibajing Candi Ampel 5.00 6 251.200 12 Gendo Selodoko Ampel 15.00 6 251.200 13 Joko Tarub Selodoko Ampel 32.00 6 251.200 14 Pantaran Ngagrong Ampel 80 251.200 15 Sililin Kiringan Boyolali 7.00 21 251.200 16 Sikuat Mudal Boyolali 35.00 2 251.200 17 Tlatar Kebonbimo Boyolali 14.30 294 251.200 18 Sipawon Kiringan Boyolali 8.00 5 251.200 19 Sungsang Kiringan Boyolali 31.80 17 251.200 20 Silengkuk Kl.Gentong Ampel 13.60 5 251.200 21 Suyudan Kiringan Boyolali 12.00 10 251.200 22 Lerak Metuk Mojosongo 2.50 3 251.200 23 Karangandong Metuk Mojosongo 32.30 28 251.200 24 Tawangsari Dlingo Mojosongo 5.30 6 251.200 25 Sembaro Kiringan Boyolali 1.40 2 251.200 26 Cebong Kragilan Mojosongo 5.20 4 251.200 27 Berdug Kragilan Mojosongo 7.30 5 251.200 28 Manggis Manggis Mojosongo 379.90 10 251.200 29 Blimbing Manggis Mojosongo 3.90 2 251.200 30 Ngrancah Manggis Mojosongo 18.00 3 251.200 31 Sendang Songo Jurug Mojosongo 13.00 26 125.600 32 Gondang Nepen Teras 12.80 5 125.600 33 Tangarum Jurug Mojosongo 4.50 2 125.600 34 Gendol Tambak Mojosongo 14.00 13 125.600 35 Bendo 3.40 3 125.600 36 Manggis Doplang Teras 179.90 323 331.662 37 Langse Nepen Teras 118.60 152 282.600 38 Lanang Wadon 266.20 60 125.600 39 Karangduwet Bendan Banyudono 50.60 210 125.600 40 Sungsang Bendan Banyudono 117.10 334 125.600 41 Sumber Kukusan Ngaru-aru Banyudono a. Gemuling Ngaru-aru Banyudono 8.00 25 331.662 b. Loo Ngaru-aru Banyudono 5.00 18 158.962 c. Blawong Cangkiran Banyudono 6.50 25 125.600 d. Siaren Cangkiran Banyudono 2.50 5 125.600 e. Siwiyu Cangkiran Banyudono 5.00 18 125.600

Page 19: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Lokasi No Nama Sumber Mata Air

Desa Kecamatan

Luas Areal Oncoran (hektar)

Debit Sumber (l/detik)

Luas Kawasan Lindung

m2 1 2 3 4 5 6 7 f. Kr.Kulon Cangkiran Banyudono 37.10 25 158.962 g. Cabeyan Cangkiran Banyudono 2.50 5 125.600 h. Kliwonan Cangkiran Banyudono 3.50 10 125.600 i. Bergudung Cangkiran Banyudono 2.00 5 125.600

42 Dahar Dukuh Banyudono 55.80 45 158.962 43 Bonsiji Dukuh Banyudono 57.60 150 196.250 44 Soko Jenengan Sawit 15.20 10 125.600 45 Kebatan Jenengan Sawit 37.65 68 158.962 46 Gombong Gombang Sawit 81.10 60 158.962 47 Majan Kemasan Sawit 23.81 10 125.600 48 Tegalsono Kemasan Sawit 6.30 5 125.600 49 Ledok Kemasan Sawit 4.60 20 125.600 50 Kenteng Cepoko Sawit Sawit 25.30 15 125.600 51 Cepoko Sawit Cepoko Sawit Sawit 25.30 25 125.600 52 Gombangan Cepoko Sawit Sawit 24.80 10 125.600 53 Kd. Nongko Keyongan Nogosari 34.00 24 125.600 54 Pracimowesi Keyongan Nogosari 3.40 3 125.600 55 Sukabumi Keyongan Nogosari 25 158.962 56 Sirah Gunungan Simo 10.00 15 125.600 57 Pinggir Pinggir Kr. Gede 11.00 15 125.600 58 Bantengan Bantengan Kr. Gede 11.30 15 125.600 59 Sangge Sangge Andong 15.00 5 125.600 60 Klego Klego Klego 12.00 15 125.600 61 Tanjung Tanjung Klego 11.00 15 125.600 62 Senting Senting Sambi 2.20 15 125.600 63 Rembang Senting Sambi 16.70 - 125.600 64 Tirtogono Senting Sambi 12.20 - 125.600 65 Kopen Cangkringan Banyudono 14.00 - 125.600 66 Gemuling Ngaru-aru Banyudono 13.00 - 331.662 67 Siringan Guwo Kajen Sawit 19.70 15 125.600 68 Toprayan Guwo Kajen Sawit 51.70 - 125.600 69 Mungup I Kemasan Sawit 174.77 90 158.962 70 Mungup II Kemasan Sawit 69.80 50 125.600 71 Gombang Gombang Sawit 80.10 - 125.600 72 Mliwis Mliwis Cepogo 15.00 12 125.600 73 Blambang Manggis Mojosongo 25.30 - 125.600 74 Wono Pedut Wonodoyo Cepogo - 80 158.962 75 Candi Tak Songo Candi Batak Cepogo - 2 125.600 76 Sumbung Sumbung Cepogo 16.00 13 125.600 77 Senden Klatah Selo - 10 125.600 78 Tuk Baban Selo Selo - - 125.600 79 Tuk Pakis Klatah Selo - - 125.600 80 Tlogo Lele Tlogo Lele Selo 165.00 400 125.600 81 Sumurup Jenengan Sawit 11.00 10 125.600

Page 20: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Lokasi No Nama Sumber Mata Air

Desa Kecamatan

Luas Areal Oncoran (hektar)

Debit Sumber (l/detik)

Luas Kawasan Lindung

m2 1 2 3 4 5 6 7

82 Mranggen Jenengan Sawit 7.45 10 125.600 83 Komat Babadan Sambi 31.00 3 125.600 84 Manggis Nepen Teras 293.20 267 331.662 85 Nyamplung Nepen Teras 429.98 493 331.662 86 Tulangan Lencoh Selo - 10 125.600 87 Pasah Senden Selo - 18 125.600 88 Sb. Takeran Klakah Selo - 5 125.600 89 Muncar Selo Selo - 15 125.600 90 Jatinan Selo Selo - 18 125.600 91 Sicepek Kiringan Boyolali 4.00 5 125.600 92 Jaran Mati Selo Selo - 5 125.600 93 Sb.Kali dadap Urut Sewu Ampel 5.00 5 125.600 94 Blimbing Candi Ampel - 4 125.600 95 Kr. Tengah Urut Sewu Ampel 9.00 8 125.600 96 Tukangan Candi Ampel 10.00 10 125.600 97 Yagan Candi Ampel 2.00 2 125.600 98 Sikidang Candi Ampel 15.50 10 125.600 99 Sedele Mudal Boyolali - 80 158.962 100 Pusung Kiringan Boyolali 33.00 20 158.962 101 Kr. Tengah Kebonbimo Boyolali 14.80 15 125.600 102 Kentingan Mudal Boyolali 4.00 10 125.600 103 Karang Bayam Metuk Mojosongo 10.00 5 125.600 104 Sikentel Musuk Musuk - 8 125.600 105 Kali Baro Lencah Selo - 10 125.600 106 Tirtomoyo Dukuh Banyudono 12.20 23 125.600

Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013 Sub Dinas Pengairan Kabupaten Boyolali, data bulan Juni 2002

Catatan: Perhitungan debit air tiap mata air berdasarkan debit yang dimanfaatkan.

Pengelolaan : Kegiatan yang diutamakan adalah kegiatan penghutanan atau tanaman tahunan yang produksinya tidak dengan penebangan pohon. Sedangkan penggalian atau perubahan benfuk medan atau pembangunan bangunan fisik yang mengakibatkan penutupan jalannya mata air serta mengganggu keberadaan dan kelestarian mata air dilarang. Kawasan lindung sekitar mata air untuk penerapan ruang kawasan budi dayatelah ditetapkan dengan radius minimal 200 m sedangkan untuk kegiatan pertambangan ditetapkan radius minimal sejauh 500 m. Penentuan zona aman untuk pengambangan kawasan budi daya dapat ditempatkan di belakang mata air terhadap aliran air tanah dalam radius minimal 200 m (lihat gambar)

Page 21: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Gambar 5.1 Penentuan Zona Aman Kawasan Pengembangan Budi Dayapada Sekitar Mata Air

di Wilayah Kabupaten Boyolali

3) Kawasan/Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kawasan terbuka hijau dengan fungsi estetika dan kenyamanan meliputi : taman kota, pepohonan di tepi-tepi jalan dan kawasan terbuka pada kawasan-kawasan tertentu seperti kawasan industri, perumahan, pendidikan, bandar udara, instalasi militer, pusat perdagangan dan sekitar objek pariwisata. Sedangkan yang berfungsi sebagai kawasan konservasi berupa kawasan hutan lindung, kawasan lindung sempadan sungai, kawasan perlindungan sekitar mata air, sabuk hijau di seputar waduk, areal reboisasi pada lahan kritis dan lahan rawan bencana. Lokasi:

Kawasan terbuka hijau yang ada di Kabupaten Boyolali antara lain: Taman Kota Kridanggo di Kecamatan Boyolali, kawasan hutan lindung di sekitar objek wisata alam Argo Merapi, kawasan lindung di sekitar puncak G, Merbabu, kawasan lindung di Kecamatan Juwangi, kawasan perlindungan sekitar mata air yang tersebar di Kecamatan Ampel, Mojosongo, Boyolali, Teras, Banyudono, Sawit, Nogosari, Karanggede, Andong, Klego, Sambi, Cepogo, Selo dan Musuk.

Kawasan lindung sempadan sungai yang berada tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali.

Kawasan terbuka sekitar bandar udara dan kompleks TNI-AU di Kecamatan Ngeplak.

Kawasan rawan bencana dan lahan kritis yang tersebar di di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali yang perlu di lakukan reboisasi.

Aliran air Tanah

Mata air

200 meter 200 meter

Zona Aman Pengembangan

Budi daya

Permukaan Tanah

Page 22: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Pengelolaan : Kebijakan yang bertujuan pengelolaan kawasan terbuka hijau secara mendasar dapat mengacu dari pengelolaan kawasan lindung, namun pada kawasan yang bersifat seperti taman kota atau yang lain yang bertujuan estetika dan kenyamanan peraturan dapat dilonggarkan, masyarakat boleh berkunjung dengan tujuan rekreasi namun dibatasi hanya zona-zona tertentu saja,

4) Kawasan Rawan Bencana Alam a. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Api

Pelamparan kawasan ini mencakup areal seluas sekitar 1.143 ha, atau 1.1 persen dari seluruh luas Kabupaten Boyolali. Yang dimaksud bencana gunung api adalah semua hasil aktivitas gunung api pada sebelum erupsi, saat erupsi dan sesudahnya.

Sebelum erupsi: Munculnya gas tertentu (H2S, H2SO4, HBr, HF) di sekitar kepundan gunung api sering merupakan pertanda akan terjadinya erupsi, gas tersebut merupakan gas beracun.

Tremor, atau getaran sismik berfrekuensi tinggi di sekitar gunungapi juga marupakan pertanda erupsi akan terjadi, gejala ini menimbulkan efek sebagaimana gempa bumi.

Saat erupsi: Kemungkinan munculnya luncuran awan panas (glowing avalance, atau sering disebut wedus gembel), lontaran lava pijar (material piroklastik) yang dapat mencapai tinggi ratusan meter dan terlempar mengelinding jauh kearah lateral, lelehan lava pijar akan mengikuti alur dan marusak semua benda yang dilaluinya.

Sesudah erupsi: Deposit material hasil erupsi yang tertahan disekitar kepundan/puncak yang berupa material lepas percampuran antara abu volkanik, pasir volkanik dan fragmen lava baku (andesit vesikuler) merupakan bahaya laten longsoran dan banjir lahar dingin. Terutama pada saat curah hujan tinggi.

Lokasi kawasan ini tersebar di tiga wilayah Kecamatan yaitu, Kecamatan Cepogo, Selo dan Musuk, kawasan ini kebetulan berada sama dan di sekitar kawasan lindung. Sedangkan untuk pengaturannya yaitu kegiatan budidaya yang sarat dengan aktivitas manusia dilarang di kawasan ini, wilayah yang masuk dalam kawasan lindung berlaku peraturan sebagaimana yang diatur dalam kawasan lindung

Pengelolaan:

Kegiatan yang dizinkan barupa pengolahan lahan sebagai hutan lindung dan di luar kawasan tersebut dapat difungsikan untuk budi dayasebagai hutan produksi serta pertanian lahan kering.

Page 23: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Semua kegiatan harus mengikuti informasi dan petunjuk dari instansi dan institusi pengawas kegiatan Gunung Merapi.

Penetapan wilayah untuk kawasan permukiman dan penunjangnya tidak dibenarkan pada kawasan ini.

Kegiatan pertambangan pasir dan batu andesit pada kawasan ini harus memperhatikan faktor teknis kegiatan penambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta harus memperhatikan keamanan dari bencana khusus gunung api yaitu kemungkinan longsor/banjir lahar dingin pada saat curah hujan tinggi.

b. Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor Kriteria : Kondisi kelerengan lebih dari 15 persen, beda elevasi yang tinggi dan litologi kurang terkonsolidasi (agak lepas) serta pelapukan batuan intensif dan tebal di lereng timur G. Merbabu akan menjadikan lahan tidak stabil mudah bergerak karena gravitasi, Agitasi air yang terlalu banyak akan mengurangi koefisien geser dalam tubuh batuan dan memicu terjadinya longsoran. Lokasi kawasan ini yaitu :

Seluruh Kecamatan di wilayah Kabupaten Boyolali memiliki lembah sungai yang curam.

Perbukitan terjal yang ada di kaki G. Merapi dan Merbabu (Kecamatan Selo, Cepogo dan Musuk) serta pelapukan batuan yang intensif di lereng timur G. Marbabu (Kecamatan Ampel).

Pengelolaan:

Penetapan sebagai kawasan lindung dan kawasan lindung sempadan sungai adalah suatu upaya yang tepat untuk pengelolaan kawasan rawan bencana tanah longsor.

Reboisasi dengan tanaman keras, pembuatan terasering serta pembatasan dan pengawasan ketat terhadap kegiatan budi dayasangat diperlukan untuk menangani lahan rawan bencana tanah longsor.

Pengelolaan lahan sebagai objek wisata diupayakan sebagai wisata ekologi sehingga keberadan kegiatan tersebut akan memiliki dampak positif terhadap kondisi lahan yang ada.

Perencanaan dan pembuatan sistem drainase yang tepat sehingga mengurangi masuknya air tanah pada tubuh batuan yang rawan longsor. Budi daya pertanian lahan basah berisiko tinggi untuk diterapkan pada lahan jenis ini.

Penyuluhan/pelatihan pada masyarakat sekitar mengenai pengelolaan lahan rawan bencana longsor serta percontohan konstruksi penahan/pencegah longsoran merupakan usaha yang diharapkan segera diterapkan.

Page 24: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Kegiatan pertambangan bahan galian pada kawasan ini harus memperhatikan faktor teknis kegiatan penambangan untuk menjaga kelestarian lingkungan serta harus memperhatikan keamanan dari bencana tanah longsor yang mungkin timbul terutama pada saat curah hujan tinggi.

Page 25: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Page 26: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

B. Rencana Penggunaan Kawasan Budi Daya 1) Kawasan Hutan Produksi

Kawasan hutan produksi yang terdapat di Kabupaten Boyolali adalah kawasan hutan produksi tetap, yaitu kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih dan tanam. Lokasi kawasan ini berada di sebagian wilayah Kecamatan Selo (1.766,4 ha), Cepogo (265 ha) dan Ampel (1.171,4 ha), serta Musuk (276,4 ha), dengan jenis tanaman pinus, Juwangi (5.468 ha), Wonosegoro (1.256,8 ha), Kemusu (4.237,5 Ha) Klego (119,9 Ha), Karanggede (197,8 Ha), dengan jenis pohon jati dan kayu putih, Di Kecamatan Sambi dengan jenis pohon jati. Pengelolaan: Hutan produksi di luar kawasan hutan pada tanah negara yang dikelola oleh masyarakat (hutan rakyat) dapat diberikan hak pinjam pakai atau hak milik sesuai dengan syarat subjek sebagai pemegang hak. Kawasan hutan produksi yang ada dan fisiknya masih berupa hutan, tetap dipertahankan untuk hutan produksi. Sedangkan apabila kriteria kawasan berubah fungsinya menjadi hutan lindung pemanfaatannya disesuaikan dengan lebih mengutamakan upaya konservasi misalnya paling tidak menjadi kawasan hutan produksi dengan tebang pilih.

2) Kawasan Pertanian Kawasan pertanian di wilayah Kabupaten Boyolali terdiri atas kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah, kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering dan tanaman tahunan/perkebunan. Kawasan budi daya pertanian ini mempunyai kriteria sebagai berikut: unit lahan yang mempunyai tingkat kesesuaian bagi peruntukan pola usaha pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan petemakan. Unit lahan yang tidak dialokasikan untuk kawasan lindung. Berdasarkan pada kriteria tersebut di atas, maka pengaturannya dengan melihat sebaran potensi sumber daya lahan yang memenuhi syarat untuk dijadikan kawasan budi daya pertanian. Dengan kondisi tersebut, maka perlu dikembangkan melalui program ekstensifikasi, intensifikasi dan disversifikasi. Pada kawasan pertanian, untuk perluasan perkampungan bagi permukiman yang telah ada dan industri diizinkan tetapi hanya terbatas pada kawasan pertanian lahan kering.

3) Kawasan Peternakan Kawasan peternakan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi budi daya peternakan baik ternak besar, ternak kecil dan unggas serta lahan untuk padang penggembalaan ternak. Kawasan ini merupakan kawasan padang rumput dan semak belukar yang cukup luas minimum 2 ha untuk penggembalaan ternak. Untuk peternakan hewan besar jenis sapi/kerbau sebaiknya dekat dengan lahan yang sesuai untuk budi daya rumput ternak, dekat lahan untuk tanaman pangan, sehingga limbah tanaman pangan untuk dapat

Page 27: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

dimanfaatkan budi daya ternak. Kriteria lokasi yang cocok dengan ketinggian <1000 m, kelerengan <15 persen, jenis tanah dan iklimnya sesuai untuk padang rumput alamiah. Lokasi: Tersebar di wilayah Kecamatan Cepogo, Selo, Ampel, Musuk, Kemusu, Juwangi, Karanggede, Klego dan Andong, Simo, Sambi, Nogosari, dan Kecamatan Boyolali. Pengelolaan: Untuk usaha peternakan di luar kawasan peternakan dan tidak memenuhi syarat lokasi bagi jenis ternak tertentu, secara bertahap diusahakan pemindahannya ke tempat yang memenuhi pemyaratan.

4) Kawasan Perikanan Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha perikanan darat, baik berupa usaha budi daya dan penanggkapan pertambakan/kolam dan perikanan darat lainnya. Jenis ikan yang dikembangkan di Kabupaten Boyolali antara lain: nila merah, nila hitam, lele, ikan mas, gurami, gabus dfan udang galah. Ikan-ikan tersebut selain dibudi dayakan juga berkembang di perairan umum. Secara khusus sentra produksi perikanan di Kabupaten Boyolali antara lain:

Usaha pembenihan lele: Kecamatan Teras, Banyudono, Ngemplak dan Simo.

Usaha pembesaran lele: Kecamatan Sawit.

Usaha pembesaran nila hitam dan merah di Kecamatan Mojosongho, Sambi, Ngemplak, Juwangi dan Kemusu.

Usaha pembenihan nila merah dan hitam di Kecamatan Boyolali dan Banyudono.

Usaha budi daya ikan mas dan gurami di Kecamatan Karanggede.

Usaha pembesaran udang galah di Kecamatan Sawit.

Usaha penangkapan ikan ada di waduk dan perairan umum. Pengelolaan: Kawasan ini diperuntukkan bagi kegiatan perikanan berupa penangkapan ikan dan karamba apung, dalam pelaksanaan perlu dipertimbangkan keamanan dan kelestarian waduk. Kegiatan yang diizinkan di sekitar keguatan perikanan adalah adalah pemijahan, pemeliharaan dan pendinginan ikan.

5) Kawasan Pertambangan Potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Boyolali adalah pertambangan bahan galian golongan C antara lain berupa tanah urug, batu gamping, bentonit, batu andesit dan pasir. Untuk pengembangannya dapat dilakukan dalam jangka panjang dengan langkah sebagai berikut :

Melengkapi data bahan galian

Merangsang keikutsertaan modal swasta penanganan masalah kelembagaan bahan galian potensial di Kabupaten Boyolali antara lain: bentonit, batu (andesit), pasir, sirtu, batu gamping dan tanah liat.

Page 28: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Menanamkan kesadaran pada masyarakat penambang akan kelestarian alam melalui penyuluhan dan pengarahan teknik penambangan yang benar.

Lokasi: Secara rinci luas sebaran bahan galian yang layak dikembangkan di Kabupaten Boyolali seperti pada Tabel 5.7 berikut:

Tabel 5.7

Luas Sebaran Bahan Galian Golongan C Potensial di Kabupaten Boyolali

No Bahan Galian Wilayah Kecamatan Luas Sebaran (ha) Andesit

Sambi Mojosongo

Ampel Karangede

Simo Musuk

Wonosegoro

12 0.5

1 0,5

5 4,5

1

1.

Batu Belah / Batukali

Ampel Klego

Andong Wonosegoro

2 0,5

1 7,5

2. Tras Mojosongo 2 3.

Tanah Urug Nogosari Ngemplak Banyudono

125 75 75

4. Sirtu Cepogo Musuk Ampel

Mojosongo Banyudono

Sambi Simo

2 3,5 0,5 15 1 1 1

5. Batugamping Juwangi 200 6. Bentonit Simo

Klego Karanggede Wonosegoro

Kemusu

900 500 375 775 150

7. Tanah Diatomae Mojosongo Simo

Nogosari

1,5 1 2

8. Lempung/ Tanah Liat

Ngemplak Sambi

Boyolali

4 1

75 Sumber: Laporan III, Pemetaan Bahan Galian Golongan C di Kabupaten Boyolali, 1991.

Pengelolaan: Kegiatan yang diizinkan adalah penambangan, pengolahan awal dan pengemasan, pengangkutan, pengelolaan dan pemantauan kawasan dan penelitian. Jenis bangunan yang diizinkan adalah bangunan pengolahan dan penunjang, fasilitas pengangkutan dan penunjangnya, pos pengawasan dan kantor pengelola, balai penelitian.

Page 29: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Untuk industri semen, investor diarahkan di Kecamatan Juwangi yang memiliki potensi batu gamping yang besar (7.000.000 ton). Kegiatan pengolahan dari hulu hingga hilir dengan hasil produk berupa “semen portland” beserta produk sampingannya dapat dilakukan di wilayah ini.

6) Kawasan Peruntukan Industri Penentuan lokasi industri di Kabupaten Boyolali diarahkan pada pengembangan kawasan industri yang dapat menampung industri kecil dan sedang, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk adanya industri-industri besar dengan arahan pada kawasan-kawasan tertentu. Berdasarkan kategori industri dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

Industri besar, industri yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang, dengan modal Rp. 1 milyar tidak termasuk tanah dan bangunan.

Industri menengah, adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja berjumlah 20 – 99 orang, dan modal sebesar antara Rp. 200 juta hingga Rp.1 milyar tidak termasuk tanah dan bangunan.

Industri kecil, adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 – 19 orang dan modal kurang dari Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan.

Kriteria kawasan: Kelerengan daerahnya kurang dari 8 persen dan kurang dari 25 persen dengan perataan lahan dan konservasi pada kawasan peruntukan industri; ketinggian kurang dari 1.000 m dpl (kecuali untuk Kecamatan Selo dan Cepogo); dan tidak merupakan daerah yang terdapat jaringan irigasi atau potensial untuk dibangun jaringan irigasi dan lahan basah. Lokasi: Kawasan untuk peruntukan industri menengah dan industri kecil/rumah tangga dikembangkan di seluruh wilayah Boyolali. Kawasan industri berada di seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Boyolali sesuai dengan potensi lokal yang ada. Pengelolaan: Pengusaha di kawasan/zona industri dapat menjual kapling siap bangun kepada pengusaha industri, dan pengusaha industri menyediakan sarara dan prasarana ke dan di kawasan tersebut seperti prasarana jalan, listrik dan telepon, fasilitas air bersih untuk kegiatan industri, fasilitas pengolahan dan pembuangan limbah. Limbah cair dari industri yang dibuang harus diolah terlebih dahulu dan berada di bawah ambang batas yang telah diperkenankan sebelum dibuang ke perairan umum.

7) Kawasan Pariwisata Kawasan pariwisata adalah unit lahan yang merupakan tujuan manusia untuk berekreasi, beristirahat atau kegiatan yang menunjang dan mempunyai jasa pelayanan bagi pengunjung.

Page 30: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Pengaturan: Untuk mempertahankan kawasan pariwisata diperlukan pengawasan dan pengendalian daya tampung kegiatan pariwisata agar tetap terjamin kenyamanan alam lingkungan, menguasai dan mengendalikan kegiatan pariwisata agar tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur tingkat regional, menguasai dan mengendalikan kegiatan pariwisata di kawasan penyangga maupun di kawasan budi daya yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan, sosial, dan budaya. Lokasi objek wisata di kabupaten Boyolali secara rinci dapat dijabarkan dalam Tabel 5.8

Tabel 5.8 Lokasi Objek Wisata di Kabupaten Boyolali

No Keterangan Kecamatan No Keterangan Kecamatan

1 Sumber Sipedok Ampel 22 Mkm. S. Maulana Malik Ibrahim Ampel

2 Sumber/Umbul Tlatar Boyolali 23 Makam Singoprono Simo 3 Umbul Nepen Mojosongo 24 Pesanggrahan Paras Musuk 4 Sumber Mungup3 Sawit 25 Candi Lawang Musuk 5 Sumber/Umbul Pengging Banyudono 26 Situs Sumur Songo Cepogo 6 Waduk Kedungombo Kemusu 27 Taman Kridanggo Boyolali 7 Waduk Bade Klego 28 Air Terjun Kedung Kayang Selo 8 Waduk Cengklik Ngemplak 29 Taman Pandan Tlogolele Selo 9 Gunung Madu Simo 30 Rumah Tua Boyolali

10 Wisata Alam/Argo G. Merbabu Selo 31 Teropong Gunung Jerakah Selo 11 Wisata Alam/Argo G. Merapi Musuk 32 Teropong Gunung Tlogolele Selo 12 Kerajinan Kurungan Burung Banyudono 33 Bumi Perkemahan Pantaran Ampel

12a Kerajinan Boneka Wayang Sukorame Kemusu 34 Base Camp Tuk Pakis Selo

13 Sungsang Banyudono 35 Rencana Guest House (Selo) Selo 14 Kerajinan Gamelan dan Wayang Banyudono 36 Guest House Semiran Selo 15 Kerajinan Mainan Mojosongo 37 Basis Pendakian Nglencoh Selo 16 Kerajinan Boneka Musuk 38 Jatilan (Ampel) Ampel 17 Bio Gas Cepogo 39 Jatilan (Selo) Cepogo 18 Kerajinan Tembaga Tumang Cepogo 40 Wayang (Banyudono) Banyudono 19 Makam R. Ngabehi Yosodipuro Banyudono 41 Wayang (Sawit) Sawit 20 Makam Keramat Mojosongo 21 Makam Kebo Kanigoro Selo

Sumber : RTRW Kabupaten Boyolali Tahun 2003-2013

Pengelolaan: Kegiatan yang diizinkan adalah kunjungan atau pelancongan, olahraga dan rekreasi, pertunjukan dan hiburan, komersial, menginap/bermalam, pengamatan, pemantauan, perniagaan dan pengawasan, pengelolaan kawasan. Jenis bangunan yang diizinkan adalah gardu pemandangan, restoran dan fasilitas penunjang lainnya, fasilitas rekreasi dan olahraga, tempat pertunjukan, pasar dan pertokoan serta fasilitas parkir, fasilitas pertemuan, hotel, cottage, kantor pengelola dan pusat informasi pariwisata.

8) Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah bagian dari kawasan lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

Page 31: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Kawasan permukiman harus memenuhi ketentuan yang berlaku untuk kawasan lindung dan kawasan perlindungan setempat dan kawasan perlindungan yang lain yang berlaku. Lokasi: Berada di sekitar kota kabupaten (Kecamatan Boyolali) dan kota kecamatan yang lain di seluruh wilayah Kabupaten Boyolali. Pengelolaan yang dilakukan Perencanaan luas tiap kawasan permukiman harus sesuai kebutuhan dan seoptimal mungkin sehingga tidak ada lahan yang terbuang yang mengakibatkan pengurangan bagi peruntukan lahan yang lain terutama pertanian. Lahan kawasan terbuka hijau perlu di siapkan dan direalisasikan untuk tujuan estetika dan kenyamanan selain sebagai paru-paru dan areal resapan. Studi kelayakan pengembangan Instalasi bio-gas pada suatu kawasan permukiman juga perlu dilakukan, untuk mengetahui kemungkinan proses prooduksi bio-gas dengan bahan dari kotoran kawasan permukiman yang ada. Lokasi penampungan sampah sementara harus memenuhi kebutuhan dan syarat teknis, pemisahan sampah organic-nonorganik akan sangat baik bila pengelolaan sampah juga merupakan usaha pengadaan pupuk kompos, unit ini dapat diintegrasikan dengan instalasi bio-gas. Kebutuhan Prasarana suatu kawasan permukiman (jalan, listrik, air, telepon, sistem sanitasi dan drainase dll.) perlu dipersiapkan dengan baik dan seoptimal mungkin. Perencanaan fasilitas sektor kegiatan yang akan di sediakan perlu memperhatikan kebutuhan yang sesuai dengan kondisi atau potensi lokal tiap kota kecamatan, agar penyediaan fasilitas tidak menjadi optimal. Penataan ruang tiap sektor kegiatan perlu memperhatikan tata letak dan aspek geometris sirkulasi sehingga teratur, efisien dan nyaman, pemberian izin mendirikan bangunan perlu memperhatikan keselarasan fungsi, desain, dan kebutuhan lahan.

9) Kawasan Konservasi Budaya dan Sejarah Kawasan konservasi dan sejarah adalah tempat, serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan sebagai tempat, serta ruang di sekitar situs purbakala (artefak) dan kawasan yang memiliki bentukan geologi alami yang khas berbeda. Kawasan ini diperuntukkan bagi kegiatan yang bertujuan untuk melindungi atau melestarikan budaya bangsa dan pengembangan ilmu pengetahuan. Tujuan pelestarian adalah untuk mempertahankan signifikansi budaya dari suatu tempat (dengan kandungan berupa benda buatan dan/atau alam danlingkungan terkait) dan harus menyangkut pula pengamanan, perawatan dan masa depannya. Hal-hal yang dilarang adalah mengambil, membawa, memindahkan benda pada kawasan konservasi budaya; mengubah bentuk atau warna; memisahkan sebagian benda dari kesatuannya; memperdagangkan atau memperjualbelikan atau memperniagakan. Di

Page 32: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Kabupaten Boyolali kawasan ini menempati areal seluas 18,2 ha atau 0,18 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Boyolali. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.9

Tabel 5.9 Cagar Alam dan Budaya Peninggalan Sejarah

di Wilayah Kaupaten Boyolali No Kecamatan Desa Luas Areal Nama Objek 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

Cepogo Selo Teras Wonosegoro Klego Simo Sambi Andong Mojosongo Musuk Banyudono

Gedangan Gedangan Sumbung Genting Kembangkuning Kembangkuning Candi gathak Cepogo Paras Tlogolele Tlogolele Tlogolele Tarubatang Gumukrejo Bangsalan Mojolegi Krasak Ketayon Karangjati Karangmojo Karangmojo Bendungan Puleng Temon Pelem Nglembu Nglembu Catur Trosobo Kadipaten Kragilan Juruk Sukorejo Sumur Lanjaran Sruni Kebongulo Lampar Bendan Jembungan Jembungan Dukuh Bendan Banyudono Dukuh Dukuh

+ 500 m2 + 200 m2 + 500 m2 + 100 m2 + 100 m2 + 100 m2 + 200 m2 + 500 m2 + 500 m2 + 100 m2 + 100 m2 + 100 m2 + 100 m2 + 100 m2

+ 1.500 m2 + 50 m2 + 50 m2

+ 100 m2 + 1000 m2 + 700 m2

+ 2.000 m2 +2.500 m2

+ 5.000 m2 + 5.000 m2 +2.000 m2

+ 2 ha

+ 1 ha +2 ha

+ ha +100 m2 +500 m2 +100 m2

+25 m2 +25 m2 +9 m2

+36 m2 +9 m2 +4 m2

+300 m2 +1.600 m2

+ 2.000 m2 + 225 m2

3 ha + 4 ha

+ 12 m2 + 12 m2

Candisari Candilawang Tapak Noto Yoni Sebesar Candi Batuan Megalitik Sendangsongo Makam Rogosasi Pesanggrahan PB X Guwurejo Petilasan Kebokenongo Petilasan Ajar Seloko Makam Makam Bergunung Makam Longender Makam Mbah Jenggot Makam Selobertar Makan Prawira Digdoyo Yono dan Arca Batu Yoni Areal Dinding Yoni Batu Lapik Makam Singoprono Makam Karangtejo Makam Kyai Singoprono Gunung Tugel Makam R. Ayu Tasik Wulan Makam Kyai Wonotoro Makam Banyudono Panggung/Tugu Bekas Bangunan Candi Arca Nandi Yoni Batu Lumpang Arca Nambi Batu Kenteng Arca Yoni Makam Madu Gondo Makam Madu Rekno Makam Ki Ageng Kebokenongo Makam Handayaningrat Makam Yosodipuro Makam Sonowaten Makam Roro Kendat

Page 33: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

No Kecamatan Desa Luas Areal Nama Objek

12

13

14 15 16 17 18 19

Ampel Juwangi Sawit Kemusu Ngemplak Karanggede Nogosari Boyolali

Dukuh Selodoko Juwangi Juwangi Juwangi Juwangi Cerme Kalimati Pilangrejo Cepokosawit - - - Pojok Jaron Kiringan Siswodipuran

+1 Ha + 500 m2

+2 m2 +80 m2

+240 m2 +500 m2 +150 m2 +300 m2 +500 m2 +200 m2

- - -

+ 200 m2 +100 m2 +500 m2 +200 m2

Makam RT Padmonagaro Yoni Makam Maulana Malik Ibrahim Monumen PB X Petirtaan Sendang Tuk Songo Mergapati Petirtaan Jolotundo Petritaan Cerme Langgar Pulo Rancang Tanah Jenggolo Arca Gajah - - - Makam Kyai Worokusumo Fragman Arca Bekas Bangunan Candi

Sumber: RTRW Boyolali Tahun 2003 -2013

10) Kawasan Instalasi Bandar Udara dan TNI-AU Bandara Adi Sumarmo yang berada di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, mempunyai landasan pacu dengan arah 75015’ timur laut dan ukuran panjang kali lebar yaitu 2150 m x 45 m, berdaya dukung mampu menampung pesawat terbang Fokker 28 MK-4.000 dengan muatan maximum yang diperkenankan, B 737-200 serta pesawat berbadan lebar lainnya. Area bandara adalah 13,73 ha dengan fasilitas pendukung TNI -AU seluas 151,90 ha. Areal pendukung di luar instalasi bandara dan perluasannya meliputi wilayah 4 desa dengan luas 106,20 ha yang terinci antara lain:

Desa Gagak Sipat seluas 21,10 ha.

Desa Dibal seluas 36,75 ha.

Desa Sindon seluas 4,20 ha.

Desa Donohudan seluas 37,95 ha.

Desa Ngesrep seluas 7,50 ha. Kebutuhan lahan Bandara Adi Sumarmo secara keseluruhan seluas 271,83 ha. Dalam rencana Penataan Kawasan Lingkungan Bandara Adi Sumarmo perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu rencana tata letak bandar udara, rencana tata guna tanah, rencana daerah terminal, dan rencana akses bandar udara. Dari beberapa aspek perencanaan tersebut di atas, hal terpenting berkaitan dengan RTRW ini adalah pengaturan Rencana Tata Guna Tanah. Rencana Tata Guna Tanah di lingkungan Bandar Udara mengacu pada perkiraan timbulan kebisingan berdasarkan standar ICAO (International Civil Aviation Organization) yang dikenal dengan “Contours of Equal ICAO

Page 34: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Index”. Pemerintah setempat sangat berkepentingan untuk memperhatikan hal tersebut secara umum pembagian zona di rencana pengembangan wilayah sekitar bandara adalah sebagai berikut:

Zona A: merupakan daerah dengan tingkat kebisingan yang sangat tinggi, sehingga disarankan pada zona ini tidak diperkenankan sebagai daerah hunian. Namun dapat dimanfaatkan sebagai daerah pertanian, penjernihan air, pengolahan limbah, dan sebagainya.

Zona B: merupakan daerah kebisingan tinggi, namun dapat digunakan sebagai tempat hunian sementara (hotel) bila dilengkapi dengan kelengkapan pembantu pengurangan pengaruh kebisingan. Diantaranya dengan memasang kelengkapan penyerap/kedap suara. Selain itu dapat pula dimanfaatkan untuk bangunan yang bukan merupakan tempat hunian, misalnya gudang, perbengkelan, dan lainnya.

Zona C: merupakan wilayah dengan kebisingan sedang, peruntukannya untuk permukiman tergantung sejauh mana digunakannya alat bantu atau penanaman tumbuhan guna mereduksi efek bising yang ditimbulkan oleh kegiatan bandara. Namun tidak layak untuk kegiatan atau fasilitas pendidikan dan rumah sakit.

Zona D: Zona ini relatif tidak terpengaruh dengan sangat oleh kebisingan, dengan kata lain ambang batas kebisingan masih berada dibawah batas maksimal bagi suatu daerah hunian.

Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan budidaya atau rencana Tata Guna Tanah di wilayah Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Peta berikut.

Page 35: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Page 36: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.2. ARAHAN PENGEMBANGAN DESA 5.2.1 Visi Dan Misi Desa

Visi adalah sebuah rencana, tujuan dan sasaran, gambaran, cita-cita,angan-angan, harapan serta impian untuk menciptakan suatu kondisi yang lebih baik dalam satu waktu tertentu.Penyusunan visi suatu daerah dapat didasarkan pada potensi desa yang sudah nyata yang dirasakan oleh masyarakat, dampak ekonomi yang ditimbulkan serta daya tarik desa itu dibanding desa lain. Oleh karena itu, dalam penyusunan visi digunakan metode SMART, artinya : Specific : harus bersifat khusus Measurable : dapat diukur/terukur Attainable : dapat dicapai Realistic : masuk akal, terkait kondisi nyata di lapangan Time bond : dalam satu kesatuan waktu Misi merupakan indikator yang akan dilakukan untuk mengukur kinerja pembangunan secara berkesinambungan. Misi sangat berkaitan dengan suatu keadaan (visi) untuk menciptakan kegiatan yang ingin dicapai berdasarkan kesepakatan bersama. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa Kepala Desa dalam melaksanakan tugasnya harus mempunyai visi dan misi yang di gunakan sebagai acuan. Untuk itu Kepala Desa periode 2007-2012 mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

“ TERWUJUDNYA DESA TLOGOLELE YANG TENTERAM DAN MAJU DENGAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG BERSIH DARI KKN ”

Rumusan visi misi Kepala Desa di landasi atas dasar pemikiran dengan memperhatikan arti pentingnya pelaksanaan kegiatan system pemerintahan yang terencana, tertata sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan terus diupayakan menuju kearah yang lebih baik, antara lain: a. Pemerintah Desa adalah pelayan masyarakat sehingga pelayanan masyarakat adalah

perupakan prioritas utama yang harus selalu ditingkatkan. b. Pembangunan Desa sudah semestinya dilaksanakan secara baik dan memanfaatkan

sumber daya alam yang ada, secara optimal yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat banyak, berdasarkan aspirasi masyarakat.

c. Kebutuhan akan adanya kegiatan Pemerintahan yang baik (good governance) bersih dan bebas dari KKN dengan pilar “ Partisipatif, Transparansi, Akuntabilitas.

d. Perlunya terus memberikan peluang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut andil dan berperan aktif dalam setiap proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

Page 37: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

dalam setiap kegiatan pembangunan, agar pembangunan yang dilaksanakan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan dari visi Kepala Desa maka dijabarkan dalam bentuk misi sebagai berikut. a. Mewujudkan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan yang bersih dari KKN

Setiap kegiatan Pemerintahan dan pembangunan diupayakan untuk dapat terus dilaksanakan secara tertib, baik, terbuka dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan segenap kemampuan sumber daya aparat desa yang dimiliki. Langkah-langkah yang dilakukan adalah antara lain:

Meningkatkan kedisiplinan kantor bagi semua perangkat desa, yaitu tertib absensi sesuai apa adanya serta disediakan buku catatan kegiatan Perangkat Desa bagi Perangkat Desa yang melaksanakan tugas di luar Kantor , sehingga dapat di pantau kegitannya.

Terus berupaya mengerjakan segala administrasi Desa secara tertib.

Selalu berkonsultasi dengan BPD dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan Pemerintahan Desa dan kepentingan masyarakat banyak serta dalam setiap penyusunan Perdes.

b. Mewujudkan masyarakat Desa Tlogolele yang tenteram dan aman dari berbagai permasalahan yang ada. Langkah-langkah yang diambil adalah :

Bersama – sama jajaran Perangkat Desa sampai dengan tingkat RT agar dapat membantu penyelesaian setiap munculnya permasalahan di masyarakat secara adil dan tidak berat sebelah tanpa pandang bulu, dan utamakan mengambil langkah penyelesaian secara kekeluargaan, serta tanggap dan peka terhadap situasi dan kondisi di masyarakat.

Bersama-sama dengan jajaran Perangkat Desa sampai dengan tingkat RT agar selalu meningkatkan kewaspadaan dari kemungkinan adanya ancaman gangguan keamanan yang dapat mengganggu ketenteraman dan kenyamanan kehidupan masyarakat dengan meningkatkan system penjagaan di masing-masing lingkungan.

Menggalang kekompakan dan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat dengan menghidupkan kegiatan pertemuan rutin masyarakat di masing-masing lingkungan RT, agar masyarakat terus dapat bermusyawarah demi keamanan , ketentraman dan kemajuan lingkungan.

c. Mewujudkan Desa Tlogolele menuju kearah yang lebih maju baik Pemerintahannya maupun pola pikir dan kehidupan masyarakat. Langkah-langkah yang ditempuh adalah antara lain :

Page 38: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Di lingkungan Pemerintahan Desa Terus menanamkan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab terhadap tugas

yang diemban oleh masing-masing aparat Desa. Membuka setiap saat akan adanya komunikasi dan koordinasi dalam

menjalankan tugas di kantor. Bekerja sama dan saling mengisi antar perangkat Desa dalam melaksanakan

tugas serta meninggalkan rasa egoisme terhadap tugas masing –masing. Melakukan meeting staf, setiap saat dalam rangka mengevaluasi dan

merencanakan atas tugas yang telah dilaksanakan maupun yang belum dilaksanakan.

Penajaman APBDes untuk pemantapan pembangunan Desa melalui penetapan skala prioritas dengan memihak kepentingan dan kebutuhan masyarakat demi tercapainya kesejahteraan masyarakat yang selanjutnya untuk menuju kepada kemajuan masyarakat dan pembangunan.

Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat tanpa pandang bulu.

Dilingkungan masyarakat. Masyarakat terus dilibatkan dalam proses perencanaan , pelaksanaan dan pengawasan pada kegiatan pembangunan Desa, dengan maksud agar masyarakat dapat mengerti akan pembangunan yang diperlukan dan merupakan kebutuhan masyarakat baik di lingkungannya masing-masing maupun ditingkat Desa. Dengan pengertian dan pemahaman tersebut masyarakat dapat mengakses dan merencanakan pembangunan yang diperlukan , sehingga Pemerintah desa akan lebih mudah dalam mengarahkan kebijakan pembangunan.

5.2.2 Arahan Tata Ruang Desa Arahan tata ruang Desa Tlogolele dapat dijelaskan melalui pola intensitas bangunan, ketinggian maksimum minimum bangunan dan garis sempadan bangunan yang telah ada secara umum. a) Intensitas Bangunan Luas Hunian untuk Setiap Orang Kebutuhan ruang minimum adalah 9 m2/orang. Luas Persil (m2) per Unit Bangunan Luas persil/minimum rumah tinggal yang dihuni oleh 3-4 orang adalah 90 m2

dengan lebar minimum 6 m. Luas persil/minimum bangunan non-rumah tinggal menyesuaikan standar

kebutuhan masing-masing klas bangunan. Luas Lantai Bawah Bnagunan terhadap Luas Lahan (KDB)

Page 39: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Rumah tinggal: 30-50% luas persil Non-rumah tinggal: maksimum 75% luas persil

Luas Seluruh Lantai Bangunan terhadap Luas Lahan (KLB) Rumah tinggal: jumlah lantai 1-2 lantai, Non-rumah tinggal sesuai standar yang ditetapkan

b) Ketinggian Maksimum Minimum Bangunan Terhadap Keamanan Sesuai angin struktur dan bahan bangunan yang digunakan, ketahanan

terhadap gempa dan keamanan terhadap angin. Terhadap Keselamatan Menjamin keamanan terhadap bahaya kebakaran, gempa dan bencana lainnya.

Terhadap Kesehatan Rumah tinggal: ketinggian langit-langit minimum = 2.40 m Non rumah tinggal: ketinggian langit-langit minimum = 2.70 m

Terhadap Daya Dukung Lahan Memperhatikan optimasi intensitas bangunan Mempertimbangkan keserasian bangunan dengan lingkungan Memenuhi persyaratan ekologis yang ditetapkan untuk luasan tertentu

c) Garis Sempadan Bangunan Garis sempadan bangunan pada klas jalan lingkungan perumahan besar, sedang

dan kecil : Rumah tinggal dan non rumah tinggal: besar (>450 m2) Sempadan muka minimum 8 m v Sempadan samping minimum 4 m v Sempadan belakang minimum 5 m v Rumah tinggal dan non rumah tinggal: sedang (>200m2) Sempadan muka minimum 5 m v Sempadan samping minimum 3 m v Sempadan belakang minimum 3 m v Rumah tinggal dan non rumah tinggal: kecil (>90m2) Sempadan samping minimum 2 m v Sempadan muka minimum 3 m v

Garis sempadan bangunan terhadap batas-batas persil/sendiri dan lingkungannya: Rumah tinggal:

Persil kecil minimal 1 m jika atap samping tanpa teritisan dan 1,5 m jika atap samping menggunakan teritisan.

Persil sedang dan besar minimal 2 m.

Page 40: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Non rumah tinggal:

Bangunan dengan tinggi < 8m = 3m, bangunan dengan tinggi > 8m = ½ tinggi bangunan diukur 1 m.

Jarak massa/blok bangunan satu lantai minimum 4m. Jarak massa/blok bangunan dengan bangunan sekitarnya minimum 6 m dan 3

m dengan batas kapling. Jarak dengan batas persil minimum 4m. Bangunan berdampingan tidak sama tinggi, jarak minimum antar bangunan =

(½ tinggi bangunan A + ½ tinggi bangunan B) /2 - 1 meter. Garis sempadan bangunan berdasarkan klas jalannya: Jarak as jalan dengan rumah maupun dengan pagar halaman. Garis pondasi pagar terluar yang berbatasan dengan jalan = batas terluar

rencana jalan. Tinggi pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan oleh keputusan Kepala

Daerah. Bagi jalan yang lebarnya > 20 m, titik sudut garis lengkung pagar = 10 meter

dari garis sempadan pagar ke tengah jalan. Garis sempadan denah teras terluar, yang sejajar dengan arah jalan di

sekeliling bangunan = ½ lebar rencana jalan dikurangi maksimum 2m dan tidak melewati garis pondasi pagar terluar.

Garis sempadan bangunan terhadap jalan rel, jaringan listrik tegangan tinggi: Rumah tinggal dan non rumah tinggal: Berdasarkan PUIL 200 (jarak ke kiri dan kanan dari tegangan tinggi (70 KV ke

atas) sejauh 25 m). Garis sempadan bangunan pada kawasan pinggir sungai berdasarkan kelas lebar

sungainya: Rumah tinggal dan non rumah tinggal:

Sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan minimum 5 m dari luar kaki tanggul.

Sungai bertanggul di kawasan perkotaan minimum 3 m dari luar kaki tanggul. Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan untuk: Sungai Besar (luas

daerah pengaliran > 500 Km2) dan Sungai Kecil (luas daerah pengaliran < 500 Km2) ditentukan setiap ruas sesuai perhitungan teknis luas daerah pengaliran.

Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan kedalaman < 3 , minimum 10 m dari tepi sungai, kedalaman 3-20 m minimum 15 m dari tepi sungai, kedalaman > 20 m minimum 30 m dari tepi sungai.

Page 41: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Garis sempadan bangunan pada kawasan pesisir, lahan peresapan air dan kawasan lindung lainnya. Rumah tinggal dan non rumah tinggal:

Minimum jarak dari bibir pantai 1.000 m, kecuali bangunan non rumah tinggal sesuai dengah standar dan peraturan daerah setempat.

Sempadan pondasi bangunan terluar minimum 100 m dari garis pasang tertinggi.

Rumah tinggal dan non rumah tinggal: Tidak menggusur RTH dan diluar kawasan lindung yang ditetapkan masing-

masing daerah. Garis sempadan bangunan pada tepi danau, waduk, mata air dan sungai yang

terpengaruh pasang-surut air laut. Danau dan waduk minimum 50 m dari titik pasang tertinggi kea rah darat. Mata air minimum 200 m di sekitar mata air. Sungai terpengaruh pasang-surut air laut minimum 100m dari tepi sungai untuk

hijau. Jarak bebas bangunan terhadap utilitas kota: Minimum = 3 meter Minimum = jarak sempadan bangunan terhadap pagar.

Page 42: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.3. RENCANA TATA RUANG DESA 5.3.1 Rencana peruntukan Lahan

Untuk proyeksi pengembangan tata guna lahan akan banyak mengalami perubahan dimana sebagian besar permukiman yang berada di sepanjang jalan desa akan berubah fungsi menjadi kawasan perdagangan dan lahan pertanian kering untuk wilayah Desa Tlogolele yang berada di samping kanan kiri jalan poros desa maupun lingkungan akan berubah fungsi untuk kawasan permukiman. Untuk RW 4, 5 yang berada di kawasan lereng Gunung Merapi dan merupakan Ring 1 Kawasan Rawan Bencana hanya akan digunakan untuk

lahan pertanian/ruang terbuka hijau. Untuk daerah di lereng Merapi akan difungsikan untuk kawasan konservasi yang mendukung dicanangkannya Merapi sebagai kawasan taman nasional, Lahan pertanian di lereng-lereng gunung dikembalikan ke fungsi lahan aslinya untuk vegetasi yang berguna untuk menjaga kestabilan tanah lereng yang rawan akan longsor, untuk itu maka perlu pemanfaatan lahan pertanian secara optimal contohnya tehnologi greenhouse.

A. Kawasan Lindung 1. Kawasan perlindungan setempat, meliputi kawasan sempadan sungai/anak sungai

di kawasan permukiman. Pengelolaan kawasan ini dilakukan melalui pengamanan wilayah sempadan sungai, yaitu :

Membuat talud untuk mencegah erosi

Membuat terasiring untuk mengurangi erosi sungai

Reboisasi tanaman keras seperti sengon, mahoni, jati, akar wangi dan bambu

Penataan permukiman yang ada disepanjang sempadan sungai, yaitu tidak diperbolehkan ada kawasan terbangun dengan jarak 100 meter dari bibir sungai

2. Kawasan rawan bencana alam, khususnya di Desa Tlogolele adalah meliputi Longsor, Angin puting beliung, Gunung Merapi. Pengelolaan kawasan ini khususnya untuk bencana longsor meliputi :

Membuat talud untuk mencegah erosi

Membuat terasiring untuk mengurangi erosi

Reboisasi tanaman keras seperti sengon, mahoni, jati, akar wangi dan bambu

Pola cocok tanam yang baik untuk mengurangi perambahan hutan. Sedangkan pengelolaan kawasan ini untuk bencana Gunung Merapi adalah :

Pelatihan tanggap darurat untuk masyarakat Desa Tlogolele secara kontinuitas

Pembuatan/peningkatan jalur dan tempat pengungsian sementara

Penataan pembangunan permukiman supaya tidak mendekati kaki gunung

Page 43: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

Pengelolaan kawasan untuk bencana angin adalah :

Pelatihan tanggap darurat untuk masyarakat Desa Tlogolele secara kontinuitas

Pembuatan/peningkatan jalur dan tempat pengungsian sementara

Reboisasi dengan tanaman pemecah angin.

Pelatihan pembangunan rumah yang baik untuk mengurangi resiko kerusakan akibat angin puting beliung.

B. Kawasan Pertanian dan Perladangan Untuk menunjang peningkatan dari nilai manfaat kawasan ini, dilakukan beberapa rencana pengembangan kawasan pertanian, yaitu :

Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan pertanian yang subur

Luasan lahan sawah tadah hujan tidak boleh berkurang

Pembuatan dan pemakaian pupuk organik

Mengadakan pelatihan dan penyuluhan di tiap-tiap kelompok tani dan non-kelompok tani tentang penanaman, pembibitan, irigasi yang baik, penggunaan pupuk organik, penaggulangan hama

Kerjasama dengan dinas pertanian untuk sosialisasi peningkatan pemberdayaan sektor petanian

Pola cocok tanam yang baik, greenhouse guna mengurangi pemanfaatan/pemakaian lahan yang curam

C. Kawasan Perekonomian Beberapa rencana untuk pengembangan perekonomian di Desa Tlogolele adalah :

Pengembangan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga (home industry)

Pengembangan fasilitas perekonomian pembuatan koperasi simpan pinjam

Kerjasaman dengan dinas terkait untuk bantuan modal dan penyemprotan hama

Bantuan bibit ternak unggul

Penyuluhan tentang peternakan

Page 44: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.3.2 Rencana Jaringan Jalan Segala pertimbangan telah dilakukan pada saat penyusunan rencana jaringan, diharapkan terjadi multi pasca rencana jaringan jalan ini terealisasikan. Selain sebagai fasilitas mobilitas, sirkulasi, evakuasi dan transportasi diharapkan perencanaan jalan ini dapat juga meningkatkan mobilitas masyarakat yang pada akhirnya turut mendukung peningkatan Sumber Daya Ekonomi (SDE), peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan turut mendukung pemanfaatan potensi Sumber Daya Alam (SDA). Perencaan jaringan jalan untuk lima tahun ke depan di fokuskan pada peningkatan status jalan, seperti peningkatan aspal 3 meter menjadi 4 meter, jalan tanah menjadi beton sekaligus pembangunan drainase dengan baik agar dapat meperlancar fungsi jalan sebagai sarana trasnportasi ekonomi masyarakat dan sebagai sarana evakuasi bencana Letusan Gunung Merapi. Jalan yang telah mengalami kerusakan terutama jalur evakuasi bencana Merapi tentu saja menjadi prioritas dalam perbaikan untuk lima tahun kedepan, dimana hal ini merupakan salah satu langkah mitigasi bencana. Adapun rencana parasarana jalan dan jembatan di Desa Tlogolele adalah sebagai berikut: 1) Perbaikan/peningkatan jalur evakuasi di setiap dukuh atau RW

- Peningkatan/perbaikan jalan sebagi jalur utama evakuasi di dukuh Stabelan (RW 5) - Peningkatan/perbaikan jalan evakuasi di dukuh Ngadirojo (RW 3) - Pembuatan jalan baru (telasah) dari dusun Tlogolele (RW 1) ke arah Desa

Wonolelo Kabupaten Magelang. 2) Perbaikan/peningkatan jembatan di setiap dukuh atau RW

- Pembuatan Jembatan Kali Apu - Pembuatan pagar pengaman jembatan Kali Apu - Pelebaran Jembatan di dusun Ngadirojo (Penghubung Desa Tlogolele dengan

Desa Sengi Kabupaten Magelang)

Page 45: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.3.3 Rencana Jaringan Drainase Jaringan drainase untuk 5 tahun kedepan di Desa Tlogolele ini akan banyak mengalami perkembangan, karena direncanakan akan dilakukan perbaikan dan pembangunan jaringan drainase yang masih berkontruksi semi permanen dan non permanen, untuk hampir semua jaringan jalan yang saat ini belum terdapat jaringan drainasenya. Penanganan drainase yang terpenting adalah masalah tehnologi dan biaya, karena hal ini besar pengaruhnya dalam pengadaannya. Di bawah ini akan diperlihatkan sistem jaringan sederhana (langsung mengalir ke sungai) Beberapa rencana pembangunan untuk jaringan drainase di Desa Tlogolele, sebagai berikut: - Pembuatan drainase samping kiri kanan ruas jalan dari Dukuh Stabelan ke dukuh

Karang dikarenakan belum semuanya ada atau masih terbuat dari tanah. - Pembuatan drainase samping kiri kanan ruas jalan dari Dukuh Karang, drainase

strukturnya masih non permanent. - Perbaikan dan peningkatan drainase di dukuh Ngadirojo, yang sebagian drainasenya

masih dari tanah dan untuk beton sudah mulai rusak. - Pembuatan drainase di dukuh Tlogomulyo disisi kiri maupun sisi kanan jalan yang

masih terbuat dari tanah

Page 46: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.3.4 Rencana Jaringan Listrik Di desa Tlogolele masih ada beberapa keluarga yang belum terlayani oleh jaringan listrik dari PLN secara langsung, warga tersebut selama ini mengambil listrik dari rumah tetangga yang berdekatan dan masih ada hubungan persaudaraan, tetapi dalam pengambilannya warga belum terlalu mengerti aturan – aturan yang baku dalam menyalur listrik tersebut, sehingga pada prakteknya satu meteran bisa menyalurkan sampai 2 rumah dan bahkan lebih, padahal beban listrik tersebut kecil, sehingga pemakaiannya kurang maksimal dan sangat berpengaruh terhadap aktivitas penghuninya, terutama pada malam hari, dimana jam – jam belajar anak – anak. Untuk itu kedepannya di desa Tlogolele jaringan listrik yang akan direncanakan mengikuti anjuran dari pemerintah, dengan dibantu aparat desa jika warga kurang tahu aturan – aturannya, selain itu aparat pemerintahan desa jugga memberi batasan penyaluran listrik dalam satu meteran. Masih banyak warga yang kondisi listriknya mengalami penurunan daya karena aturan pada ujung penarikan jaringan dari gardu hubung ke konsumen melebihi batas aturan yang berlaku. Rencana pembangunan untuk jaringan listrik di Desa Tlogolele, sebagai berikut: - Penambahan tiang listrik maupun daya

Page 47: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.3.5 Rencana Jaringan Air Bersih Desa Tlogolele merupakan Desa yang sebagian besar mengalami kekurangan air bersih , hanya untuk desa Tlogolele dan dk Tlogolmulyo yang sudah tercukupi air bersih, bahkan untuk dk Tlogolele sisa dari konsumsi bisa dimanfaatkan untuk upaya usaha sampingan perikanan, namun dk Ngadirojo , dk Karang, dk. Gumukrejo, dk Belang, dk. Takeran dan dk. Stabelan masih mengalami kekurangan air bersih untuk dk Karang, dk Belang, dan dk. Ngadirojo dapat disuplai air bersih dengan menggunakan pompa air (hidram) karena posisi mata air berada di daerah bawah dari pemukiman penduduk, untuk dk Takeran dan dk Stabelan disuplai dengan mengambil sumber mata air yang sangat jauh secara grafitasi, baik pompa air dan penyaluran secara grafitasi tersebut debit airnya sampai ke pemukiman penduduk sangat kecil, sehingga hanya cukup untuk konsumsi saja itupun bila warga pemakai bisa menghemat penggunaannya. Sehingga sangat diperlukan pompa air yang sangat kuat dan bisa menambah debit air, serta penambahan jaringan baru. Rencana pembangunan untuk jaringan listrik di Desa Tlogolele, sebagai berikut: - Pipanisasi di setiap RW atau dukuh - Pembuatan dan peningkatan bak pembagi maupun bak tendon - Pembuatan Penampungan Air Hujan - Pembuatan dan pengadaan penutup bak yang sudah ada

Page 48: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.3.6 Rencana Pengembangan Sanitasi Di desa Tlogolele saat ini saluran pembuangan limbah rumah tangga sebagian masih seadanya, air limbah langsung dibuang disekitar halaman rumah dan dibiarkan terbuka, sehingga menimbulkan bau serta sumber penyakit, untuk kedepannya di desa Tlogolele kemungkinan besar tiap rumah memiliki MCK sendiri, sehingga perlu adanya perencanaan pembuangan Limbah Rumah Tangga yang berasal dari MCK tersebut agar tidak menimbulkan masalah baru. Jaringan limbah direncanakan dengan pembuatan jamban / septictank sebagai tempat pengurai limbah, serta selokan terbuat dari konstruksi teknis dan tertutup yang mengalirkan air limbah secara langsung, yang kemudian disalurkan menuju ke sungai, sehingga bibit penyakit tidak memiliki medi yang berupa air kotor untuk berkembang biak. Rencana pembangunan di setiap RW maupun dukuh untuk Sanitasi di Desa Tlogolele, sebagai berikut:

- Pembuatan MCK umum - Pembuatan Biogas dari kotoran manusia maupun ternak - Pelatihan serta pengolahan pupuk kandang

Page 49: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.3.7 Rencana Pengelolaan Sampah Dengan jumlah penduduk yang mencapai 2513 jiwa, Desa Tlogolele tidak memiliki prasarana pengelolaan sampah, dengan demikian bisa dikatakan itu sangat tidak baik kondisi lingkungannya karena masih membuang sampah dihalaman rumah. Oleh karena itu permasalahan sampah masih sangat perlu penanganan karena saat ini telah menyebabkan polusi bau, juga mengganggu untuk masalah kesehatan seperti sakit perut dan diare.

PENGUNAAN BERDASARKAN JUMLAH KK NO JENIS TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH RW

01 RW 02

RW 03

RW 04

RW 05

1 Kesaluran drainase,atau badan jln lainnya 20 65 2 Sembarangan di sekitar rumah 27 104 3 Di tumpuk di halaman rumah 87 5 4 Di bakar / di timbundi halaman rumah 35 179 163 20

5 Ke bak sampah/TPS, tempat pembuangan sampah akhir

JUMLAH 122 179 183 117 104 Sumber: hasil pemetaan TIP dan Relawan 2010

Dari tabel diatas sebagian masyarakat Desa Tlogolele sebagian besar dalam mengelola sampah adalah dengan dibakar oleh masing-masing masyarakat. Namun dalam pengelolaan sampah seperti itu juga harus diperhatikan sistem pembuangan sampah yaitu pemisahan antara sampah organik dan sampah non organik. Maka untuk kedepannya masyarakat merencanakan untuk mangadakan bak–bak sampah di setiap pedukuhan untuk memisahkan sampah organik dan non organik dan juga berencana akan mengelola sampah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi, selain juga untuk dijadikan sebuah produk yang bisa dijadikan sebagai alternatif bahan bakar, mengingat saat ini harga bahan bakar semakin mahal, selain itu juga bisa mengurangi penebangan pohon secara liar, yang dapat menyebabkan longsor. Masyarakat berinisiatif ingin mendatangkan tenaga ahli sebagai narasumber dalam pelatihan pengelolaan sampah sebagai bahan bakar briket dan .Sehingga perlu perencanaan pembuatan tempat pengelolaan sampah secara komunal sehingga dapat dikelola menjadi briket dan pupuk kompos. Rencana pembangunan di setiap RW maupun dukuh untuk Persampahan di Desa Tlogolele, sebagai berikut: - Pembuatan bak sampah organic dan non organic - Pembuatan tempat penampungan sementara di RW 3 - Pengadaan gerobak sampah untuk mengangkut sampah dari Rumah tangga ke tempat

pembuangan sementara Desa. - Pelatihan serta pengolahan sampah.

Page 50: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.3.8 Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Desa Tlogolele berbatasan langsung dengan kawasan hutan nasional, untuk itu pemerintah desa selalu melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan Untuk rencana pengelolaan kawasan ini dilakukan dengan cara : Sosialisasi pentingnya lingkungan yang baik, dengan pengelolaan yang baik juga dan

dilakukan berkesinambungan terus menerus. Peningkatan fungsi lindung pada kawasan hutan lindung melalui pengembangan

vegetasi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air;

Perluasan kawasan (hutan lindung) untuk meningkatkan kelestarian lingkungan; Membatasi pembangunan permukiman pada kawasan tersebut; Membatasi dan mengawasi penggunaan/perambahan hutan untuk bercocok tanam; Reboisasi hutan lindung. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pengeloaan dan pemantauan lingkungan di Desa Tlogolele dapat dilihat pada Peta

Page 51: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.4 RENCANA MITIGASI BENCANA 5.1.1 Mitigasi Struktural

Desa Tlogolele terdapat banyak ancaman bencana, untuk mengatasi atau mengurangi dampak resiko bencana mitigasi strukturalnya adalah sebagai berikut: 1. Letusan Gunung Berapi

- Membuat area dan barak pengungsian yang permanen maupun non permanen - Peningkatan/pembuatan jalur evakuasi dan logistik dari tempat pemukiman ke tempat

pengungsian - Rambu penunjuk arah ke tempat evakuasi

2. Gempa Tektonik dan Vulkanik - Pembuatan rumah dan prasarana fasilitas umum yang tahan gempa - Area terbuka hijau/area evakuasi - Peningkatan/pembuatan jalur ke area evakuasi - Bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa. - Perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan. - Pembangunan fasilitas umum denggan standar kualitas yang tinggi. - Perkuatan bangunan bangunan vital yang telah ada. - Rambu penunjuk arah ke tempat evakuasi

3. Angin - Penghijauan - Peningkatan/pembuatan jalur ke area evakuasi - Membuat area dan barak pengungsian yang permanen maupun non permanent - Struktur bangunan yang memenuhi syarat teknis untuk mampu bertahan terhadap

gaya angin - Pembangunan bangunan umum yang cukup luas yang dapat digunakan sebagai

tempat penampungan sementara bagi orang maupun barang saat terjadi serangan angin badai.

- Pembangunan rumah yang tahan angin

4. Tanah Longsor - Peningkatan/perbaikan dan memelihara drainase baik air permukaan maupun air

tanah (fungsi drainase ini untuk menjauhkan air dari lereng menghindari air meresap ke dalam lereng atau menguras air dalam lereng ke luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau meresapkan air ke dalam tanah yang rawan longsor)

- Pembangunan penahan tanah, talud

Page 52: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

- Penghijauan dengan tanaman yang sistem perakarannya dalam dan jarak tanam yang tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringan lebih dari 40 derajat atau sekitar 80 % sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diselingi dengan tanaman – tanaman yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput)

- Sebaiknya dipilih tanaman lokal yang digemari masyarakat, dan tanaman tersebut

harus secara teratur dipangkas ranting‐rantingnya/ cabangcabangnya atau dipanen

- Khusus untuk aliran butir dapat diarahkan dengan pembuatan saluran. - Khusus untuk runtuhan batu dapat dibuatkan tanggul penahan baik berupa bangunan

konstruksi, tanaman maupun parit - Terasering dengan system drainase yang tepat (drainase pada teras‐teras dijaga

jangan sampai menjadi jalan meresapnya air ke dalam tanah) - Pembuatan bangunan penahan, jangkar (anchor) dan pilling - Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat. - Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan - Stabilisasi lereng dengan pembuatan terase dan penghijauan. - Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall). - Penutupan rekahan rekahan diatas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat

kedalam tanah. - Pondasi tiang pancang sangat disarankan untuk menghindari bahaya liquifaction. - Pondasi yang menyatu, untuk menghindari penurunan yang tidak seragam

(differential settlement). - Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel. - Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan

5. Kekeringan - Penghijauan - Pencarian mata air baru - Perbaikan/peningkatan pipanisasi - Pembuatan embung

6. Genangan - pembuatan sumur resapan dan biopori - pembuatan/perbaikan drainase

7. Penyakit - Pembangunan tempat kesehatan - Pembuatan bak sampah, saluran pembuangan limbah

5.1.2 Mitigasi non Struktural Sedangkan untuk mengatasi atau mengurangi dampak resiko bencana mitigasi non strukturalnya adalah sebagai berikut:

Page 53: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

a. PRA BENCANA Letusan gunung Merapi - Mengamati kegiatan gunungapi setiap saat. Upaya ini dapat dilakukan dari tempat

yang permanent, misalnya Pos Pengamatan Gunungapi. - Menentukan status kegiatan gunungap$i. - Melakukan penelitian ilmiah secara temporer dan berkala. - Melakukan pemetaan geologi untuk mengetahui sejarah kegiatan suatu gunungapi

dimasa lalu. - Melakukan pemetaan kawasan rawan bencana. Upaya ini berguna untuk menentukan

suatu wilayah atau aeral yang berbahaya atau aman untuk dihuni atau digarap sebagai lahan pertanian dan sebagainya.

- Membuat cek/sabo dam untuk mengarahkan aliran lahar agar tidak melanda pemukiman, persawahan/kebun atau fasilitas lainnya.

- Melakukan sosialisasi dan penyuluhan secara berkala kepada penduduk yang bermukim di sekitar gunungapi.

Gempa Tektonik dan Vulkanik - Rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di

daerah rawan bencana. - Asuransi. - Zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan. - Pendidikan kepada masyarakat tentang gempabumi. - Masyarakat waspada terhadap risiko gempa bumi. - Masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi. - Masyarakat mengetahui tentang pengamanan dalam penyimpanan barang barang

yang berbahaya bila terjadi gempabumi. - Ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan dan kewaspadaan

masyarakat terhadap gempa bumi. - Pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadaman

kebakaran dan pertolongan pertama. - Persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan

perlindungan masyarakat lainnya. - Rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi

gempa bumi. Angin - Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban angin

khususnya di daerah yang rawan angin badai

Page 54: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

- Penempatan lokasi pembangunan fasilitas yang penting pada daerah yang terlindung dari serangan angin badai

- Penghijauan di bagian atas arah angin untuk meredam gaya angin - Pengamanan/perkuatan bagian bagian yang mudah diterbangkan angina yang dapat

membehayakan diri atau orang lain disekitarnya - Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin badai, mengetahui bagaimana cara

penyelamatan diri - Pengamanan barang barang disekitar rumah agar terikat/dibangun secara kuat

sehingga tidak diterbangkan angin - Untuk para nelayan, supaya menambatkan atau mengikat kuat kapal-kapalnya Longsor - Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan permukiman dan fasilitas

utama lainnya. - Mengurangi tingkat keterjalan lereng. - Pengenalan daerah yang rawan longsor. - Identifikasi daerah yang aktif bergerak, dapat dikenali dengan adanya rekahan

rekahan berbentuk ladam (tapal kuda). - Hindarkan pembangunan di daerah yang rawan longsor. Kekeringan - Perlu melakukan pengelolaan air secara bijaksana, yaitu dengan rnengganti

penggunaan air tanah dengan penggunaan air permukaan dengan cara pembuatan waduk, pembuatan saluran distribusi yang efisien.

- Pengalihan bahan bakar kayu bakar menjadi bahan bakar minyak untuk menghindari penebangan hutan/tanaman.

- Pengenalan pola tanam dan penanaman jenis tanaman yang bervariasi. - Pendidikan dan pelatihan - Meningkatkan/memperbaiki daerah yang tandus dengan rnelaksanakan pengelolaan

lahan, pengelolaan hutan, waduk peresapan dan irigasi. - Mengurangi pemanfaatan kayu bakar. - Pembuatan dan sosialisasi kebijakan konservasi air. - Pengelolaan peternakan disesuaikan dengan kondisi ketersediaan air diwilayahnya. - Mengembangkan industri alternatif non pertanian. Penyakit - Menyiapkan masyarakat secara luas termasuk aparat pemerintah khususnya di

jajaran kesehatan dan lintas sektor terkait untuk memahami risiko bila wabah terjadi serta bagaimana cara cara menghadapinya bila suatu wabah terjadi melalui kegiatan sosialisasi yang berkesinambungan.

Page 55: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

- Menyiapkan produk hukum yang memadai untuk mendukung upaya upaya pencegahan, respon cepat serta penanggulangan bila wabah terjadi.

- Menyiapkan infrastruktur untuk upaya penanggulangan seperti sumberdaya manusia yang profesional, sarana pelayanan kesehatan, sarana komunikasi, transportasi, logistik serta pembiayaan operasional.

- Upaya penguatan surveilans epidemiologi untuk identifikasi faktor risiko dan menentukan strategi intervensi dan penanggulangan maupun respon dini di semua jajaran.

- Pengendalian faktor risiko. - Deteksi secara dini. - Merespon dengan cepat.

b. SAAT BENCANA - Memberangkatkan Tim Tanggap Darurat ke lokasi bencana. - Meningkatkan pengamatan. - Menentukan status kegiatan gunungapi dan melaporkannya sesuai dengan protap. - Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai dengan protap,

termasuk saran pengungsian penduduk. - Pencarian/penyelamatan korban - Pelaksanaan evakuasi - Penyelamatan dokumen keperdataan - Penyiapan akses bantuan dan penyelamatan dengan mengutamakan

penanggulangan kelompok rentan (perempuan, ibu hamil, penyandang cacat, balita, dan lansia).

- Pengkajian kebutuhan (initial need assessment) - Penampungan sementara - Pelayanan kesehatan (Pos kesehatan) - Penyediaan pangan dan gizi - Penyediaan air bersih - Penyediaan sanitasi - Penyediaan dan penyebaran informasi korban, fasilitas rusak dan lain-lain - Pemberantasan vektor untuk pencegahan penyakit menular - Koordinasi dan pengelolaan bantuan

c. PASCA BENCANA

- Menurunkan status kegiatan gunungapi. - Menginventarisir data letusan termasuk sebaran dan volume material letusan.

Page 56: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

- Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya sekunder (lahar). - Memberikan rekomendasi teknis kepada Pemprov/Pemkab sesuai dengan protap,

termasuk pengembalian pengungsi dan potensi ancaman lahar - Perbaikan sarana/prasarana sosial dan ekonomi. - Penanggulangan kejiwaan pasca bencana (post traumatic stress) melalui penyuluhan,

konseling, terapi kelompok (di sekolah) dan perawatan. - Pemulihan gizi/kesehatan - Pemulihan sosial ekonomi sebagai upaya peningkatan ketahanan masyarakat (antara

lain: penciptaan lapangan kerja, pemberian modal usaha, dll) - Pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului oleh

pengkajian dari berbagai ahli dan sector terkait. - Melakukan kajian dan inventarisasi berbagai kerusakan - Penyusunan rencana pembangunan kembali secara konseptual, agar hasilnya lebih

baik dari kondisi semula. - Melakukan penelitian sebab-sebab kerusakan. - Menentukan prioritas pelaksanaan pembangunan. - Melakukan monitoring dan evaluasi.

Page 57: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

5.5. RENCANA PENATAAN PERMUKIMAN 5.5.1 Rencana Penataan Kawasan Area Evakuasi

Untuk rencana Penataan tempat evakuasi di Desa Tlogolele adalah : 1. Ruang terbuka hijau untuk penampungan sementara.

a) Lapangan di belakang balai desa (RW 3). Untuk area evakuasi sementara RW 3 – RW 5, Luasan area tempat ini adalah 3500 m2 dengan daya tampung 1000 jiwa

b) Lapangan voli di RW 1 untuk area evakuasi RW 1- RW 2. Luasan area tempat ini adalah 500 m2 dengan daya tampung 50 jiwa

2. Perataan lapangan melalui pengurukan maupun penggalian 3. Pembuatan drainase untuk melancarkan aliran air di lapangan agar tidak menggenang 4. Pembuatan biopori untuk penyerapan air genangan di lapangan 5. Pembuatan talud untuk menahan tanah agar tidak longsor. 6. Pembuatan barak evakuasi untuk mengatasi semburan hujan abu dan awan panas yang

sangat berbahaya. 7. Pembuatan community center yang berfungsi untuk tempat informasi juga koordinasi pra, saat,

pasca bencana 8. Pembuatan maupun pengadaan tenaga pengganti listrik dari PLN yang dikhawatirkan saat

bencana mati, agar informasi langsung bisa dikirimkan ke Pemerintah Kabupaten, maupun Propinsi.

9. Pembuatan gardu pantau, yang difungsikan untuk melihat proses gunung merapi saat aktif maupun tidak aktif

10. Pembuatan Penampungan Air Hujan di Balai desa dan SD sebagai cadangan air. 11. Saat tidak terjadi bencana lapangan difungsikan sebagai tempat wisata dengan membuat

joging track, taman-taman bunga, kios-kios souvenir. 12. Pembuatan perpustakaan untuk taman baca.

5.5.2 Rencana Penataan Kawasan Rawan Bencana

a. Kawasan Rawan Bencana Letusan Gunung Merapi Desa Tlogolele yang berada dilereng merapi sangat rawan mengalami bencana Letusan Gunung Merapi baik, lahar maupun awan panas atau hujan abu. Untuk wilayah RW 1- RW 3 relatif agak aman dikarenakan letaknya agak jauh dengan puncak dan dekat dengan jalur evakuasi ke area penampungan akhir di Muntilan Magelang. Khusus untuk wilayah RW 5 dan RW 4 yang letaknya berdekatan dengan puncak Gunung Merapi untuk perkembangan permukiman diarahkan ke RW 3, dan wilayah tersebut hanya difungsikan sebagai wilayah hijau yaitu hutan dan pertanian. Perbaikan

Page 58: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

dan pembuatan jalur evakuasi sangat diperlukan, hal ini untuk mengurangi resiko bencana. Rencana pengembangan atau penataan pada kawasan rawan letusan merapi yang ada di Desa Tlogolele antara lain sebagai berikut : - Pembuatan bungker keluarga khusus di RW 5 - Penataan area evakuasi dan prasarana penunjangnya - Perbaikan dan pembuatan jalur evakuasi - Pemberian tanda/rambu penunjuk arah ke tempat evakuasi - Pelatihan yang berkesinambungan agar masyarakat benar-benar siap siaga

terhadap bencana. b. Kawasan Rawan Bencana Longsor

Bencana longsor yang ada di Desa Tlogolele berdampak pada permukiman masyarakat. Rencana pengembangan atau penataan pada kawasan rawan longsor yang ada di Desa Tlogolele adalah sebagai berikut : - Dibuat talud sekitar daerah area evakuasi - Pembuatan talud dilereng pemukiman - Pengembangan pemukiman diarahkan ke daerah yang lebih datar - Penanaman pohon keras, tanaman akar serabut (akar wangi) - Penyuluhan, pelatihan tentang kebencanaan longsor

c. Kawasan Rawan Bencana Kekeringan Kekeringan yang melanda di Desa Tlogolele untuk wilayah RW 1- RW 3 hanya berpengaruh terhadap ladang pertanian, sedangkan untuk RW 4 – RW 5 berpengaruh terhadap manusia dan ternak juga lahan pertanian. Untuk itu rencana penataan pada kawasan rawan kekeringan adalah sebagai berikut: - Pelatihan/penyuluhan penggunaan air yang bijaksana - Pembuatan PAM Swakarsa - Pembuatan PAH di RW 4 dan RW 5 - Penanaman hutan - Perbaikan pipa, pembuatan embung - Sumur arteis untuk lahan pertanian

d. Kawasan Rawan Bencana Angin - Penanaman pohon - Pembuatan rumah tahan angin

Page 59: Rencana Penataan Permukiman BAB 5 Tlogolele

Rencana Penataan Permukiman (RPP) Desa Tlogolele Kecamatan Selo

Kabupaten Boyolali

- Penyuluhan e. Kawasan Rawan Bencana Penyakit

- Penyuluhan tentang hidup sehat - Kotoran ternak di olah dahulu untuk kompos, janga ditaruh di pinggir jalan - Pembuatan bak penampung air yang tertutup