penataan permukiman nelayan di kawasan pasar...
TRANSCRIPT
PENATAAN PERMUKIMAN NELAYANDI KAWASAN PASAR SENTRAL RAHA
(Studi Kasus : Permukiman Nelayan Laino Pantai,Laiworu Kab.Muna)
Oleh :
SYAMSUL BAHRI3208201834
Surabaya, 03 Februari 2010
Bab 1Latar Belakang
• Kota merupakan sumber penghasilan, akumulasi dankonsentrasi kesempatan kerja (sumber kekuatan ekonomi), fasilitas, pelayanan (Sadyohutomo, 2008)
• Urbanisasi telah menjadi bagian penting dari pembangunan di sebagian besar negara sebagai usaha yang dilakukan sekelompok manusia dalam mencapai perbaikan standar hidup yang berkualitas (UN Habitat, 1996)
• Rencana tata ruang belum berfungsi secara efektif sebagai dasar pengembangan prasarana kota, pertambahan prasarana kota dan wilayah yang dibangun terlalu sedikit sehingga tidak memadai dengan pertumbuhan kebutuhan penduduk, pembangunan prasarana umum terlambat, sementara wilayah perencanaan berkembang menjadi bangunan permanen yang tidak sesuai rencana, prasarana umum belum dimanfaatkan optimal (Sadyohutomo, 2008)
Bab 1Latar Belakang
Perumusan Masalah :• Bagaimana Arahan
Penataan Permukiman yang sesuai dengan kehidupan dan kegiatan sehari-hari para nelayan di daerahLaino Pantai?
• Potensi Apa yang dapat dikembangkan di Permukiman Nelayan Laino Pantai?
• Bagaimana Arahan Pengembangan Potensi Permukiman Nelayan Laino Pantai tsb?
Tujuan Penelitian :• Menemukan arahan penataan
sekitar kawasan Pasar Sentral Raha, khususnya di Permukiman Nelayan Laino Pantai, sesuai dgn Misi KSNPP dgn pendekatan perlindungan dan perbaikan kualitas dan keseimbangan linkungan permukiman di kota Raha.
• Mengidentifikasi potensi yang dapat dikembangkan di Permukiman Nelayan L.P.
• Menemukan Arahan Pengembangan Potensi Permukiman Nelayan L.P.
BAB 2KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembangunan, Permukiman, dan Lingkungan• Pembangunan dalam konteks penataan dan
pengembangan wilayah adalah berbagai jenis kegiatan, baik yang mencakup sektor pemerintah maupunmasyarakat dilaksanakan dalam rangka memperbaikitingkat kesejahteraan hidup masyarakat (Santosa, 2000)
• perumahan bukanlah kata benda, melainkan kata kerjayang berkaitan dengan kondisi sosial dan ekonomipenghuni (Turner, 1972)
• Disebutkan dalam kutipan Turner (1972) bahwa peranpenghuni sangat dibutuhkan untuk terlibat dalam peranpembangunan permukiman
2.2 Pedoman Penataan dan PengembanganPerumahan dan Permukiman
• Studi mengenai penataan permukiman masyarakat ini memiliki acuan kepada isu-isu utama baik yang bersifat universal sesuai yang dicanangkan Habitat Agenda II maupun yang bersifat lokal dan sesuai dengan lokasi studi, yaitu dari Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman
• Wacana yang didapat dapat mengarahkan dan memberikan fokus jelas terhadap kriteria penataan yang ingin dicapai
2.2.1 Isu Utama dalam Habitat Agenda II• Perumahan Layak untuk Semua/Adequate Shelter for All• Permukiman yang Berkelanjutan/Sustainable Human
Settlement2.2.2 Pedoman Perumahan dan Permukiman di IndonesiaBerlandaskan UU No.4/1992 mengenai Perumahan danPermukiman, telah dikeluarkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) pada tahun 1999 sebagai suatu pedoman penyusunan kebijakan teknis, perencanaan, pemrograman, dan kegiatan yang terkait dengan Perumahan dan Permukiman.
Penelitian ini berpedoman pada visi KSNPP yaitu berusahamewujudkan perumahan yang layak untuk semua dalamlingkungan yang berkelanjutan melalui studi penataanpermukiman. Pengembangan potensi sumberdaya jugadipelajari berdasarkan misi KSNPP
2.3 Penataan dan Pengembangan Permukiman danLingkungan
2.3.1 Teori Penataan dan Pengembangan Kawasandengan Interaksi Dua Arah (Man – Environment Studies)Man-Environment Studies, yaitu sebuah studi mengenai hubungan saling menguntungkan (mutual interaction) antara manusia dengan lingkungan terbangun di sekitarnya (3 variabel) :1.Karakteristik manusia sebagai pembentuk karakter
lingkungan2.Lingkungan Fisik dan Manusia3.Mekanisme yang menghubungkan antara manusia
dengan lingkungan dalam interaksi dua arah
• Ada beberapa aspek fundamental yang melengkapi organisasi keruangan (Rapoport,1977), yaitu:1. Tatanan Ruang - Organization of space yaitu
merupakan tatanan lingkungan dan menciptakan hubungan antara manusia dengan lingkungannya
2. Tatanan berdasarkan Makna - Organization of meaning
3. Tatanan berdasarkan Waktu - Organization of time4. Tatanan berdasarkan Komunikasi - Organization of
communicationDari berbagai organisasi dalam lingkungan tersebut, penataan kawasan permukiman dalam studi ini dibatasi dalam lingkup organisasi ruang (space organization) saja. Hal ini disebabkan karena tujuan penelitian adalah mencari rumusan pola tatanan (space organization) sekaligus menjaga agar fokus studi tidak meluas
2.3.2 Definisi dan Prinsip Teori Empiris PraktisPenataan merupakan sebuah kegiatan membentuk benda,
energi, dan proses menuju sebuah kebutuhan dan keinginanyang dimiliki seorang atau sekelompok manusia (Van Der Ryn,
1996)Prinsip sustainable memiliki poin-poin sebagai acuan dalammelakukan analisa potensi, penataan, dan pengembangan dimasyarakat (Vales,1991) : Efisiensi Energi (Conserving Energy) Penyesuaian terhadap Iklim (Working with Climate) Membudayakan Daur Ulang (Minimizing New Resources) Menghargai Pengguna (Respect for Users) Menghargai Lingkungan (Respect for Site) Menyeluruh (Holism)
Respect for users dipilih sebagai fokus karena pendekatanterhadap studi penataan ini adalah keterlibatan masyarakatdalam pembangunan permukiman
2.3.3 Definisi dan Prinsip Teori FenomenologiPada dasarnya berbagai pola penciptaan tempat menghasilkan karakter permukiman menjadi beberapa tipe dasar dari organisasi ruang berikut (Norberg-Schulz, 1971):1. Tipe dasar Cluster2. Tipe dasar Row3. Tipe dasar Enclosurekarakter permukiman dapat dilihat dari organisasi ruangpermukiman (Rapoport ,1977):1.Orientasi permukiman mengelilingi central space
Gambar 2.2 Dwelling surrounding the central space; Terdapat bermacam bentuk pola permukiman denganorganisasi yang mirip
Gambar 2.3 Street related housing (kiri) dan waterfront housing(kanan)
2. Orientasi permukiman menyusuri jalan/along the streetsTerdapat dua macam organisasi dalam orientasi ini, yaiturumah berada di sepanjang jalan dan berseberangan denganrumah lain atau rumah berada di sepanjang jalan danberseberangan dengan unsur air (waterfront).
Gambar 2.4 The inside-out city; Orientasi ke dalam memilikidomain privat-publik
3. Orientasi kearah dalam (inside-out city)
2.4.1 Klasifikasi NelayanBerdasarkan kegiatan yang dilakukan, nelayan dibagi menjadi tiga kategori (Brata ,2005), yaitu:
• Nelayan Tani• Nelayan Pekerja• Nelayan Juragan2.4.2 Permukiman Pantai sebagai Tempat Tinggal NelayanBeberapa permukiman pantai dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Refshauge, 2003):• Kota Pantai/Coastal Cities - penduduk lebih dari 20,000
orang• Kampung Kota Pantai/Coastal Towns - 3,000-20,000 orang• Desa Pantai/Coastal Villages - jumlah populasi hingga
3,000 orang• Daerah Berpusat di Pantai/Inland Coastal Centres -• Permukiman Pantai Baru/New Coastal Settlements
2.4.3 Program Pemerintah terhadap Permukiman PesisirProgram pemerintah dalam usaha memperbaiki kehidupanpermukiman pesisir tercantum pada kebijakanDepkimpraswil, 2004 mengenai penataan ruang :
1. Perbaikan Kawasan Kumuh Nelayan2. Penyediaan Prasarana dan Sarana Desa-Desa
Pesisir/NelayanProgram pemerintah Kabupaten Muna mengenai penataanpermukiman pesisir tersebut diwujudkan dalam Masterplan Kabupaten Muna (RTRW Kabupaten Muna 2003-2013)untuk pengembangan daerah pesisir yang dimilikiKabupaten Muna. Sepanjang pantai Timur Kota Raha Kabupaten Muna akan ditetapkan sebagai kawasan lindung, suaka alam, budaya, fasilitas olah raga air, pengembangan kawasan budidaya & kawasan perdagangan
BAB 3METODA PENELITIAN
3.1 Identifikasi Variabel dari Ringkasan TeoriKlasifikasi variabel dari hasil kajian pustaka adalahsebagai berikut:• Variabel Tergantung/Terikat (Dependent Variable)
1. Potensi Lokasi Permukiman Nelayan2. Profil Penduduk dan Kegiatan3. Alternatif Kriteria Penataan berbasis Prinsip
Probabilisme• Variabel Bebas
1. Letak Geografis2. Topografi dan Iklim3. Kondisi Daerah Pantai
3.2 Strategi Penelitian
Metodologi atau format dari sebuah penelitiandidefinisikan oleh Creswell (1994) sebagai proseskeseluruhan dalam penelitian, dimulai dariidentifikasi masalah hingga analisa data denganpenggunaan metode-metode tertentu
Studi penataan ini bersifat empiris praktis, sehinggaakan digunakan strategi kualitatif dalam metodepenelitiannya
3.3 Taktik Penelitian• Pengumpulan Data
1. Kuisioner/Questionnaire2. Pengamatan/Observation3. Wawancara Mendalam/In Depth Interview4. Pengumpulan Data Sekunder5. Rekam Visual/Photograph
• Metoda Analisis1. memeriksa hasil data2. Mentabulasikan hasil jawaban3. Menyelidiki kemungkinan terjadinya inkonsistensi
dalam dataAnalisis dilakukan dengan memakai standar yang telah dikeluarkan oleh Departeman Pekerjaan Umum
• Penentuan Sampel
1. Kriteria Responden
• Nelayan laut dan memiliki jukung sendiri
• Nelayan laut dan tidak memiliki jukung sendiri(pandega)
• Petambak
• Pengolah dan penjual hasil tangkapan
• Pemilik industri rumah tangga hasil tangkapan
2. Jumlah Responden
jumlah total nelayan yang tergabung adalah 124 orang
Responden yang terlibat, baik dalam pengisiankuisioner, diskusi kelompok, dan wawancaramendalam berjumlah 40 orang (32.25%)
Gbr. Cara Pengambilan Data Responden
Responden diambil secara acak yg dapat mewakli dari tiap2 bagian lokasi t4 tinggal
3.4 Tahapan Penelitian• Tahap Pra Lapangano Melakukan pendalaman terhadap masalah yang sudah
dirumuskan dengan cara studi literatureo Merumuskan hipotesa dan menyusun rancangan penelitiano Menyiapkan instrumen penelitian berupa kegiatan
pengumpulan data (telah dijelaskan sebelumnya) untuk tahappekerjaan lapangan
• Tahap Pekerjaan Lapangano Melaksanakan pengumpulan data sekundero Melaksanakan kegiatan pengumpulan data
• Tahap Pengolahan Datao Melakukan analisis data dari yang telah dikumpulkano Menarik kesimpulan awal dari hasil penelitiano Melakukan pengujian kesimpulan awal dengan mengajukan
hasilnya kepada responden dan pihak terkaito Menarik kesimpulan akhiro Penyusunan laporan
BAB 4KONDISI LOKASI PENELITIAN
Gbr. Peta Prop. SultraGbr. Peta P. Sulawesi
Lokasi Penelitian
• Dalam menilai komponen lingkungan yang baik digunakanklasifikasi berdasarkan aspek fisik dan non fisik (Johan Silas, 1985). Aspek fisik meliputi letak geografis, lingkungan alam dan binaan, sarana dan prasarana lingkungan. Sedangkan aspek non fisikmeliputi aspek politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Peta Kelurahan Laiworu
Lokasi Penelitian
Desa Wakorambu
Desa Wawesa
Selat Buton
Yg Menjadi Nilai Lebih
PPI
Lokasi br Pasar Sentral
Jln LingkarPasar Sentral
Keberadaan berbagai prasarana dikel. Laiworu
Jln lingkungan
Jln lingkungan
Jln penghubung
Keberadaan berbagai sarana dikel. Laiworu
Ktr Kelurahan
Pasar Sentral
Sekolah Perikanan
Masjid
BAB 5ANALISA DAN PEMBAHASAN
Man-Environment Studies (Rapoport, 1977) - Sketsa di Laino Pantai
Penilaian KondisiFisik Permukiman(Eksisting)
Kondisi Fisik PermukimanIdeal sesuai MasyarakatLokal (Future)
Arahan PenataanKawasan
Permukiman(Output 1)
Penilaian KondisiNon-FisikPermukiman(Eksisting)
Kondisi Non-Fisik yang berpotensi untukdipertahankan dandikembangkanberdasarkan ArahanPenataan LingkunganFisik
ArahanPengembangan
Potensi Permukiman(Output 2)
Environtmen to Man
Man to Environtmen
5.1 Pencapaian Arahan Penataan Permukiman Nelayan LainoPantai
- Kebijakan Kimpraswil, 2002
- Pembangunan kondisi fisik merupakan salah satu dari aspek penataan permukiman yang layak tinggal (Johan Silas, 1985)
Kondisi fisik tersebut meliputi lokasi geografis, lingkungan alam dan binaan, serta sarana dan prasarana
Tahab-tahab :
1. Mengevaluasi Kondisi Eksisting; Standar Ditjen Cipta Karya (Dept. PU, 1975)
2. Mengevaluasi Permukiman Nelayan terhadap kriteria dan standar Departrmen PU yang berlaku secara Umum;
3. Mengevaluasi Keterlibatan Masyarakat; hasil wawancara dengan tokoh dan masyarakat setempat
5.1.1 Penilaian Kondisi Fisik Eksisting Permukiman Nelayan Laino Pantai
PERMUKIMAN
Kondisi Eksisting NilaiPerumahan nelayan cukup baik denganluasan rata-rata 7 m²/orang
3
Air bersih tidak tersedia di setiap rumah 2
Terdapat jalan setapak dari tanah yg tdk beraturan
2
Pematusan Ada, 25% panjang jalan 2
Tempat Sampah , Sampah tdk tertampung 2
MCK Dipakai oleh ≤ 2 keluarga 4
Balai desa Menampung semua` 5
Pasar, Jarak < 1km 5
Rata-rata 3,13
Tabel 5.2 Evaluasi Kondisi Eksisting Berdasarkan Kriteria Penilaian
Karena angka 3.3 lebih mendekati angka tiga, maka disimpulkan bahwa kondisi eksisting permukiman nelayan msh cukup baik.
Tabel 5.4 Evaluasi Kondisi Lingkungan Alam Berdasarkan KriteriaPenilaian
KONDISI LINGKUNGAN ALAM
Kondisi Eksisting Nilai
Bakau,> 40% Garis pantai
3
Pantai, Kecuraman < 20% 3
Lahan Desa, Terbangun ≥ 60%
3
Produktivitas Tanah < 40% 2
Rata-rata 2,75
Karena angka 2.75 lebih mendekati angka tiga, maka disimpulkan bahwa kondisi lingkungan alam di permukiman nelayan eksisting
masih masih cukup baik.
5.1.2 Pembahasan Kriteria Lingkungan Fisik Permukiman Nelayan berdasarkan Rencana Pemerintah, Standar, dan
Masyarakat
1. Lokasi Geografis
Hal yang dibutuhkan oleh masyarakat setempatmengenai lokasi permukiman mereka adalahkemudahan akses terhadap pantai dan penambatanperahu
2. Lingkungan Alam
Kesulitan yang dialami sebagian besar nelayan berkaitandengan keberadaan proyek Jalan Lingkar Kota adalahpenempatan perahu yang belum dirasakan aman
3. Lingkungan Binaan
Tabel 5.5 Preferensi Masyarakat mengenai Orientasi Ruang Permukiman
Variabel Preferensi Responden Teoritik
Lingkungan Binaan Berdasarkan Preferensi
Orientasi Ruang Permukiman
Perempuan Hadap Tetangga
Cluster: orientasi inside out
Laki-Laki Hadap Pantai>tetangga
Waterfront: orientasi jalan & Pantai
Nelayan Tangguh Hadap pantai>tetangga
Waterfront: orientasi jalan & Pantai
Petambak Hadap pantai=tetangga
Orientasi inside out
Pengolah Ikan Hadap pantai<tetangga
Cluster: orientasi inside out
Dari preferensi dan wacana literatur di atas :1. Aksebilitas yang baik antara tempat tinggal dengan pekerjaan2. Ruang pengolahan yang tidak menggangu kesehatan danmerusak lingkungan ruang permukiman nelayan.
• Orientasi waterfront, yaitu orientasi permukiman yang terhubung langsung dengan jalan dan unsur air akan sangatmendukung pekerjaan nelayan tangguh. Orientasi inside-out(terbalik/ke dalam) akan sangat pendukung pekerjaanpengolah ikan, karena central space yang menjadi orientasikedalam dapat menjadi ruang pengolahan ikan. Keduaorientasi tersebut tergabung dalam komposisi berulang dalamorganisasi ruang
• Gambar 5.2 Orientasi waterfront (kiri), orientasi inside-out(tengah), dan komposisi berulang dalam organisasi ruang(kanan)
• Sumber : Rapoport, 1977
4. Prasarana TransportasiKeberadaan jarak antar bangunan untuk pencegahankebakaran, jsebagai sarana ambulan atau pertolonganpertama, baik terhadap evakuasi kebakaran, bencana alam, maupun mereka yang mengalami sakit
5. Penyediaan Air BersihRespon terbesar dari masyarakat mengenai penyediaanprasarana pada rencana permukiman nelayan adalahpenyediaan air bersih
6. Sistem DrainaseMasyarakat memberikan respon atau keluhan mengenaisistem drainase karena hal ini sangat mengganggu aktivitas mereka, apalagi dimusim hujan
7. Sistem Pengolahan LimbahSistem pengolahan limbah (IPAL) belum tersedia di lokasieksisting
8. Pertamanan, Pemakaman, dan Kebersihan
Masyarakat memberikan respon atau keluhanmengenai sampah karena hal ini mengganggu aktivitas mereka
9. Sarana Ekonomi
Sarana ekonomi pada kondisi eksisting cukup baik. Terdapat Pasar sentral Raha yang merupakan pusat perdagangan Kabupaten Muna, PPI, serta toko –toko disekitar kawasan
Tabel 5.6 Arahan Penataan Lingkungan Fisik Permukiman Nelayan Laino Pantai
LOKASI GEOGRAFIS
Eksisting Kriteria ARAHAN
Terletak tepat di sebelah disebelah Barat Jalan Lingkar Kota Raha & di sebalah Utara Pasar Sentral Raha
Aksesibilitas ,Jangkauan terhadap garis pantai
Kemudahan aksesibilitas keluar dan ke dalam. Kemudahan nelayan dalam mencapai garis pantai dan kedekatan lokasi tempat tinggal dengan dermaga
LINGKUNGAN ALAM
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 3 (cukup)Hutan bakau >40% garis pantai. Kondisi tercampur dengan sampah.
Keberadaan konservasi hutan bakauPenetapan Garis Sempadan PantaiPerwilayahan fungsi kawasanTanggapan terhadap isu global warming
Hutan bakau diremajakan dengan pengadaan wetland setidaknya 60% garis pantaiGSP ditetapkan minimal 100 meter dari titik pasang tertinggiLebar daratan pantai 400-2 kmBeberapa aktivitas darat harus terlindung dari kemungkinan banjir karena semakin naiknya permukaan laut akibat pemanasan global
5.1.3 Arahan Penataan Kawasan Permukiman Nelayan di Kawasan Pasar Sentral Raha
LINGKUNGAN BINAAN
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 3 (cukup)Permukiman tumbuh secara tidak merataTidak semua rumah memiliki akses terhadap jalan
Struktur ruang permukiman yang mempertahankan ruang sosial
Organisasi ruang berbentuk cluster dengan mempertahankan ruang sosial didalamnyaOrientasi ganda pada setiap rumah yang penghuninya bekerja sebagai nelayan dan pengolah ikan (waterfront dan inside out clustering)
PRASARANA AIR BERSIH
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 2 (Kurang)Tidak semua warga mendapatkan air bersih melalui PDAM. Sebagian besar masih membeli dari penjual air keliling.
Akses terhadap air bersihPenyediaan air bersih menjadi fokus utama pada prasaran perencanaan permukima
Kemudahan mendapat air bersih adalah hak setiap orang. Pihak penyedia sebaiknya memudahkan penyediaan min. 50 liter/hari/orang
PRASARANA TRANSPORTASI
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 2(kurang)Jalan lingkungan terbuat dari aspal tetapi banyak yang rusak dan jalan setapak tidak beraturan
Kondisi/material pembuat jalanJalan tidak hanya sebagai sarana transportasi, namun juga sebagai pencegah perambatan kebakaran dan jalan ambulan
Pengadaan jalan yang lebar (minimal 5 m pada jalan lingkungan, dan 3 m pada jalan penghubung)Pencapaian jalan ke setiap rumah
PRASARANA PEMATUSAN/DRAINASE
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 2(kurang)Panjang sistem drainase 25% dari panjang jalan
Sistem drainase yang sesuai dengan kondisi daratan pantai
Perbaikan/pembangunan drainase, Dapat digunakan sistem drainase bentuk garpu sekaligus sebagai pola permukiman nelayan.
PRASARANA PENGOLAHAN LIMBAH
Eksisting Kriteria ARAHAN
Belum ada Sistem pengolahan yang sesuai dengan daratan pantai
Pengadaan Sistem IPAL dan dapat menggunakan teknologi UASB dan Johkasau yang cocok untuk daratan dengan muka air tanah tinggi
PRASARANA PERTAMANAN, PEMAKAMAN, KEBERSIHAN
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 2(kurang)Terdapat TPS yang tidak layak, pengangkutan dilakukan setiap hari tapi tidak optimal, tidak tersedianya bak sampah disetiap rumah. Lapangan bola voli dan sepak bola menggunakan lahan kosong.
Ketersediaan ruang terbukaKetersediaan petugas kebersihan dan TPS, serta kesadaran masyarakat
Ruang terbuka sebagai sarana olahraga Pengadaan TPS, pengangkutan dilakukan setiap hari, bak sampah di setiap rumah
PRASARANA PEMATUSAN/DRAINASE
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 5 (baik sekali)Terdapat pasar, pelelangan ikan, maupun distribusi hasil tangkapan atau pengolahan komoditi
Ketersediaan pasar, tempat pelelangan ikan, atau lokasi distribusi komoditi.
Penguatan sistem distribusi melalui koperasi nelayan
5.2.1 Penilaian Kondisi Non Fisik Eksisting PermukimanNelayan Laino Pantai sebagai Identifikasi Potensi
POTENSI EKONOMI (SUMBERDAYA ALAM)
Kondisi Eksisting Nilai
Kelapa 1
Sawah 1
Ikan 5
Udang 1
Kerang 5
Ikan Hias 1
Rata-rata 2.33
Tabel 5.8 Evaluasi Potensi Ekonomi (Sumberdaya Alam) BerdasarkanKriteria Penilaian
Karena angka 2.33 lebih mendekati angka 2, maka disimpulkan bahwa potensi sumberdaya alam di permukiman nelayan eksisting tergolong kurang
Tabel 5.10 Evaluasi Potensi Ekonomi (Sumberdaya Alam) Berdasarkan Kriteria Penilaian
Sumberdaya Manusia Kondisi Eksisting Nilai
Pendidikan
Lulus SD 19 org, diatas SD 7 org 1
Tidak Lulus SD 21 org 1
Rata-rata 1
angka satu (1) menyatakan kondisi buruk. Dapat disimpulkan bahwa kualitas sumberdaya manusia menurut tingkat pendidikan adalah buruk. Namun potensi sumberdaya manusia tidak hanya dilihat dari tingkat pendidikan, tetapi juga dari pengalaman sebagai nelayan dan karakteristik masyarakat
5.2.3 Arahan Pengembangan Potensi Permukiman Nelayan di Kawasan Pasar Sentral Raha
POTENSI KELEMBAGAAN NELAYAN (POLITIK)
Eksisting Kriteria ARAHAN
Belum terdapat lembaga (rukun) nelayan karenapemahaman minim
Keberadaan lembaga masyarakat lokalManfaat kelembagaan terhadap kehidupan masyarakat
Kelembagaan rukunnelayan perlu dibentukagar nelayan selalu terpacudalam persaingan sehat
POTENSI KEMANDIRIAN NELAYAN (EKONOMI)
Eksisting Kriteria ARAHAN
Pekerjaan kenelayanan didarat meliputi pengasapanikan dan penjual ikanPendapatan nelayan rata-rata 700rb-1 juta. Koperasi membantukehidupan ekonominelayan
Kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupKemandirian masyarakat dalam kehidupan ekonomi
Konsep smoked fish-to-go, yaitu proses-package-danpenjualan dilakukan dipermukiman nelayanPengadaan koperasinelayan
Tabel 5.11 Arahan Penataan Lingkungan Non Fisik Permukiman Nelayan Laino Pantai
POTENSI KEMASYARAKATAN (SOSIAL)
Eksisting Kriteria ARAHAN
Hasil Penilaian : 1 (Buruk)Tingkat pendidikan nelayansangat minimMelaut dan kegiatan nelayanlainnya dimulai sejak SDPribadi nelayan yang tekundan bekerja kerasPeran istri sangat besar dalamproses kenelayanan di darat
Kualitas Sumberdaya Manusia
Generasi muda nelayansebaiknya dibekalipendidikan formal mengenaikelautan. Jika mungkin sejakSD karena tidak bisa dijaminbahwa mereka dapatmengenyam pendidikanlebih tinggi dari itu kecualipendidikan bebas biaya
POTENSI KEUNIKAN DAN PARIWISATA (BUDAYA)
Eksisting Kriteria ARAHAN
Pekerjaan turun temurunMampu bekerjasama dalamtimKegiatan kemasyarakatanrutin dilakukanAktif dalam berbagai lombaperahu
Kegiatan unik untuk dilestarikan
Kegiatan lomba perahu dapat dijadikan point of interest.Ruang pengolahan diadakandengan pola per ruang untuk2-3 orang (pola bekerja didarat)
KESIMPULANArahan penataan sekitar kawasan Pasar Sentral Raha, khususnyadi permukiman nelayan Laino Pantai adalah sebagai berikut :1. Lokasi Geografis
• Aksebilitas memadai keluar dan kedalam permukiman• Aksebilitas nelayan terhadap shoreline melalui jalur khusus• Ketersidiaan dermaga yang dekat dengan permukiman
2. Lingkungan Alam• Penetapan Garis Sempadan Pantai min. 100 meter dari titik
pasang tertinggi• Penetapan Daratan Pantai dengan fungsi permukiman dan
pengolahan selebar 400m – 2 km dari GSP• Pemikiran terhadap isu pemanasan global dan antisipatif
terhadap kenaikan muka air laut.
3. Lingkungan Binaan (Ruang Permukiman)• Orientasi dua arah bagi permukiman nelayan tangguh dan
pengolah ikan, yaitu waterfront dan inside-out tersusun dalam komposisi ruang yang berulang (continuity of space)
• Penggunaan central space dalam cluster sebagai ruang pengolah dangan barrier tertentu
• Mempertahankan struktur ruang sosial yang telah terbentuk sebelumnya dalam permukiman eksisting.
4. Sarana dan Prasarana• Penyediaan air bersih di ruang permukiman dan ruang
pengolahan• Pengadaan jalan sebagai sarana transportasi sekaligus pencegah
perambatan kebakaran dan evakuasi melalui jarak yang telah ditetapkan
• Perbaikan/pengadaan drainase sesuai panjang jalan• Penyediaan sistem IPAL atau Sisitem UASP pada kawasan pesisir• Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah organik• Pengadaan Koperasi sebagai sarana ekonomi penduduk ekonomi
nelayan
Potensi yang dapat dikembangkan di permukiman Laino Pantai dan arahan pengembangan potensi kampung nelayan Laino Pantai adalah sebagai berikut:1. Potensi Kelembagaan Nelayan (Politik)
Mempertahankan kelembagaan lokal yang sudah ada, membentuk kelompok nelayan yang terorganisir dan memacu persaingan sehat serta pembinaan kenelayaan sejak dini
2. Potensi Kemandirian Nelayan (Ekonomi)Mengembangkan sentral Industri pengasapan melalui konsep smoke fish-to-go, yaitu proses, kemas dan jual dalam suatu area
3. Potensi Kemasyarakatan (Sosial)Mengasah kemampuan formal dan Informal kenelayanan sejak dini (eksrakulikuler tingkat SD)
4. Potensi Pariwisata (Budaya)Lomba Perahu yang semakin menarik karena dilalui jalan lingkar kota Raha sepanjang pantai.
Arahan penataan yang didapatkan dengan proses environtmental probalism mengahsilkan preferensi masyarakat sebagai berikut :Dari preferensi responden didapatkan bahwa pada ruang permukiman yang paling sesuai dengan pola kehidupan nelayan Laino Pantai adalah pola permukiman tepi pantai (waterfront) dan cluster. Perumahan waterfront mirip dengan perumahan tepi jalan, berorientasi kepada unsur air sebagai arah hadap. Pola perumahan tipe ini sangat sesuai dengan karakteristik nelayan yang setip hari melaut (nelayan tangguh). Sedangkan tipe cluster yaitu rumah dengan orientasi pada meeting space di tengah, sesuai untuk mereka yang bekerja sebagai pengolah ikan.
Saran - Saran
• Pemerintah Daerah Kabupaten Muna dengan secepatnya memperhatikan/menata Permukiman Nelayan Laino Pantai, dimana kawasan sekitarnya mempunyai potensi yang besar sebagai kawasan perdagangan dan wisata karena akan menjadi wajah sentral Kota Raha di waktu yang akan datang.
• Semoga segala kekurangan pada saat ini, menjadi bahan masukan bagi program yang sama untuk angkatan selanjutnya.
Sekian Terimakasih,Semoga TYME memberkati kita,
Wabilahi taufiq Walhidayah