rencana pembangunan jangka panjang kabupaten

168
Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor : 11 Tahun 2011 Tanggal : 25 Nopember 2011 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2005-2025

Upload: phungtu

Post on 15-Jan-2017

253 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Lampiran : Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Nomor : 11 Tahun 2011 Tanggal : 25 Nopember 2011

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

TAHUN 2005-2025

Page 2: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN I - 1

1.1. Latar Belakang I - 1

1.2. Dasar Hukum Penyusunan I - 2

1.3. Hubungan RPJP dengan Dokumen-Dokumen Perencanaan Lainnya

I - 5

1.4. Sistematika Penulisan I - 6

1.5. Maksud dan Tujuan I - 7

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

II – 1

2.1. Aspek Geografi dan Demografi II - 1

2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat II - 15

2.3. Aspek Pelayanan Umum II - 29

2.4. Aspek Daya Saing II - 53

BAB III ANALISIS ISU-ISU STARATEGIS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005-2025

III - 1

3.1. Permasalahan Pembangunan III - 1

3.2. Isu-isu Strategis III - 12

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2005 -2025

IV - 1

4.1. Visi IV - 1

4.2. Misi IV - 1

BAB V ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005–2025

V - 1

5.1. Arah Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005-2025

V - 1

5.2.Tahapan dan Skala Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005-2025

V - 38

BAB VI PENUTUP VI - 1

Page 3: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 I - 1

1.1. Latar Belakang

Dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan Peraturan pelaksanaannya diperlukan suatu pedoman yang memberikan

arah pembangunan yang hendak dilaksanakan untuk meningkat

kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pelayanan umum dan

meningkatkan daya saing daerah. Pembangunan diselenggarakan dengan

berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan,

berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga

keseimbangan kemajuan materil dan spirituil. Untuk itu diperlukan suatu

dokumen perencanaan, yang disusun melalui lima pendekatan dalam seluruh

rangkaian perencanaan, yaitu: (1) politik; (2) teknokratik; (3) partisipatif; (4)

atas-bawah (top-down); dan (5) bawah-atas (bottom-up). Selain itu

Perencanaan Pembangunan Daerah perlu disusun secara sistematis, terarah,

terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN) dan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional menentukan bahwa RPJP Daerah memuat visi, misi,

dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Provinsi dan

RPJP Nasional. Secara lebih teknis RPJP Daerah diatur dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

RPJP ini merupakan kesinambungan dari perencanaan pembangunan

daerah yang ada sebelumnya yang memberikan arah, acuan dan sebagai

landasan pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dala kurun waktu

dua puluh tahun ke depan.

Pendahuluan Bab 1

Page 4: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 I - 2

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

Dasar Hukum dalam penyusunan Rencana Pembangunan jangka

panjang (RPJP) Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah:

1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah

Tingkat II Sarolangun Bangko, Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan

Mengubah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan

Daerah Otonom Kabupaten di Provinsi Sumatera Tengah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 2755);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4389);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonsia Nomor 4437)

sebagaimana telah dua kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59.

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4438);

Page 5: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 I - 3

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional Tahun 2005–2025 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4739);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah

Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4690);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005

Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4578);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4587);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588);

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang

Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tentang

Tata Cara Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor

82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

15. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2006 Tentang

Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran

Page 6: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 I - 4

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4737);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4741);

18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 tentang

Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 Tentang Dana Dekosentrasi

dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4816);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4817);

21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang

Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Rencana Pembangunan Daerah.

Page 7: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 I - 5

1.3. Hubungan RPJP dengan Dokumen-Dokumen Perencanaan Lainnya.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN), mengaturkan bahwa penyusunan RPJP

daerah harus dilakukan dengan mengacu pada RPJP Nasional. Hal ini guna

menjamin sinergisitas antar pembangunan nasional dan pembangunan

daerah dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi pembangunan nasional.

Dilain sisi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

adalah merupakan acuan dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) disamping dengan memperhatikan RPJM

Nasional. Secara grafis, keterkaitan antara RPJP Nasional dengan RPJP dan

RPJMD dapat dilihat pada gambar berikut.

15

Alur Perencanaan dan Penganggaran

RPJM

Daerah

RPJP

Daerah

RKP RPJM

Nasional

RPJP

Nasional

RKP

Daerah

Renstra

KL

Renja -

KL

Renstra

SKPD

Renja -

SKPD

RAPBN

RAPBD

RKA-KL

RKA -SKPD

APBN

RincianAPBN

APBD

RincianAPBD

Diacu

PedomanDijabar

kanPedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Diperhatikan

Dijabarkan

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Pedoman

Diacu

Diacu

Diserasikan melalui Musrenbang

UU SPPN

Pem

erin

tah

Pu

sat

Pem

erin

tah

Da

era

h

UU KN

Page 8: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 I - 6

1.4. Sistematika Penulisan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung

Barat tahun 2005-2025 disusun dalam tata urut sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan RPJP dengan Dokumen-Dokumen Perencanaan

Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan

1.5. Maksud dan Tujuan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

2.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.2. Aspek Kesejahteraan Rakyat 2.3. Aspek Pelayanan Umum 2.4. Aspek Daya Saing BAB III ANALISIS ISU-ISU STARATEGIS PEMBANGUNAN JANGKA

PANJANG TAHUN 2005-2025

3.1. Permasalahan Pembangunan 3.2. Isu-isu Strategis

BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2005 -2025

4.1. Visi 4.2. Misi

BAB V ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG TAHUN 2005–2025

5.1. Arah Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005-2025

5.2.Tahapan dan Skala Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005-2025

BAB VI PENUTUP

Page 9: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 I - 7

1.5. Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Tahun 2005 – 2025, selanjutnya disebut RPJPD, adalah dokumen

perencanaan pembangunan daerah periode 20 (dua puluh) tahun terhitung

sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025, ditetapkan dengan maksud

memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam

penyusunan RPJMD, masyarakat, dan dunia usaha di dalam mewujudkan

cita-cita dan tujuan daerah sesuai dengan visi, misi, dan arah pembangunan

yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku

pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu

dengan lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

Page 10: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 1

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Tanjung Jabung Barat adalah salah satu Kabupaten yang terletak di

Pantai Timur Provinsi Jambi, tepatnya antara 0o53’ – 01o41’ Lintang Selatan

dan antara 103o23’ – 104o21’ Bujur Timur. Berdasarkan letak geografisnya

Kabupaten Tanjung Jabung Barat berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Batanghari

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Selat Berhala dan

Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batanghari dan Kabupaten

Tebo.

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Gambaran Umum Kondisi Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

Bab 2

Page 11: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 2

Sebelum dilakukan pemekaran, secara administrasi dan politik,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat tergabung dengan Kabupaten Tanjung

Jabung Timur, yang ketika itu terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan dengan

120 (seratus dua puluh) desa/kelurahan. Setelah dilakukan pemekaran

Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari 5 (lima) kecamatan, yaitu

Kecamatan Tungkal Ilir, Tungkal Ulu, Pengabuan, Betara dan Merlung

dengan jumlah desa sebanyak 52 (lima puluh dua) desa dan 5 (lima)

kelurahan. Luas wilayah keseluruhan adalah seluas 5.503,5 Km2 atau sekitar

± 26,68 % dari total luas Provinsi Jambi.

Dan untuk lebih jelasnya luas wilayah Kabupaten Tanjung Jabung

Barat per kecamatan dan jumlah Kelurahan/Desa dapat dilihat pada Tabel

berikut.

Tabel 2.1. Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Sebelum Pemekaran Kecamatan Tahun 2007.

No Kecamatan Ibukota Luas Penduduk Kelurahan/Desa

(Km) (Jiwa) Kel. Desa Jml.

1 Tungkal Ulu PelabuhanDagang 1.576,40 55.411 1 16 17

2 Merlung Merlung 1.601,60 32.036 - 19 19

3 Tungkal Ilir Kuala Tungkal 252,90 44.799 4 7 11

4 Pengabuan Teluk Nilau 1.197,80 81.621 - 8 8

5 Betara Mekar Jaya 874,80 31.593 - 9 9

Jumlah 5.503,50 245.460 5 59 64

Sumber : Tanjab Barat dalam Angka 2007

Kondisi sebagaimana digambarkan dalam Tabel 2.1. merupakan

pembagian wilayah administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebelum

pemekaran kecamatan. Setelah pemekaran kecamatan dalam Kabupaten

Tanjung Jabung Barat tahun 2008 sebagaimana ditetapkan dalam Perda

Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Kecamatan Tebing Tinggi,

Kecamatan Batang Asam, Kecamatan Renah Mendaluh, Kecamatan Muara

Papalik, Kecamatan Seberang Kota, Kecamatan Bram Itam, Kecamatan

Kuala Betara dan Kecamatan Senyerang. Jumlah kecamatan dimekarkan

menjadai 13 kecamatan, dan desa dimekarkan menjadi 70 desa/kelurahan

seperti terlihat pada Tabel 2.2 dibawah.

Page 12: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 3

Tabel 2.2.

Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Setelah Pemekaran Kecamatan Tahun 2008.

Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan Luas (Km2)

Penduduk (Jiwa)

Desa Kelurahan Jumlah

1. Tungkal Ulu Pelabuhan Dagang 345,69 12,049 6 1 7

2. Merlung Merlung 311,65 12,986 7 1 8

3. Batang Asam Kebun Dusun 1.042,37 17,209 5 1 6

4. Tebing Tinggi Tebing Tinggi 342,89 23,659 4 1 5

5. Renah Mendaluh Lubuk Kambing 473,72 10,568 5 1 6

6. Muara Papalik Rantau Badak 336,38 8,191 4 1 5

7. Pengabuan Teluk Nilau 440,13 23,392 3 1 4

8. Senyerang Senyerang 426,63 22,147 6 1 7

9. Tungkal Ilir Tungkal IV Kota 100,31 62,210 2 4 6

10. Bram Itam Bram Itam Kiri 312,66 15,762 3 1 4

11. Seberang Kota Tungkal V 121,29 9,932 3 1 4

12. Betara Mekar Jaya 570,21 20,982 3 1 4

13. Kuala Betara Betara Kiri 185,89 11,659 3 1 4

Jumlah 5.009,82 250,746 54 16 70

Sumber : Tanjab Barat dalam Angka 2008

Setelah pemekaran kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat

tahun 2008 sebagaimana ditetapkan dalam Perda Nomor 8 Tahun 2008,

jumlah kecamatan meningkat dari 5 kecamatan menjadi 13 kecamatan, jumlah

kelurahan meningkat dari 5 kelurahan menjadi 16 kelurahan, sedangkan

jumlah desa berkurang dari 59 menjadi 54 desa. Namun secara keseluruhan

jumlah desa/kelurahan meningkat dari 64 desa/kelurahan menjadi 70

desa/kelurahan.

Adapun jumlah kecamatan dan desa/kelurahan setelah pemekaran

adalah sebagaimana digambarkan pada tabel berikut.

Page 13: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 4

Tabel 2.3. Nama dan Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

NO KECAMATAN IBU KOTA DESA/KELURAHAN

1 TUNGKAL ILIR Tungkal IV Kota 1. Kel. Tungkal IV. Kota

2. Kel. Tungkal III

3. Kel. Tungkal Harapan

4. Kel. Tungkal II

5. Desa Tungkal I

6. Desa Teluk Sialang 2 SEBERANG KOTA Tungkal V 1. Kel. Tungkal V

2. Desa Tungkal IV. Desa

3. Desa Kuala Baru

4. Desa Teluk Pulai Raya 3 BRAM ITAM Bram Itam Kiri 1. Desa Bram Itam Kiri

2. Desa Bram Itam Kanan

3. Desa Tanjung Senjulang

4. Desa Pembengis 4 TUNGKAL ULU Pelabuhan Dagang 1. Kel. Pelabuhan Dagang

2. Desa Badang

3. Desa Tanjung Tayas

4. Desa Kuala Dasal

5. Desa Pematang Pauh

6. Desa Taman Raja

7. Desa Brasau 5 TEBING TINGGI Tebing Tinggi 1. Desa Tebing Tinggi

2. Desa Purwodadi

3. Desa Suka Damai

4. Desa Adi Jaya

5. Desa Kelagian 6 BATANG ASAM Kebun -Dusun 1. Desa Dusun Kebun

2. Desa Sri Agung 3. Desa Suban 4. Desa Tanjung Bojo 5. Desa Kampung Baru 6. Desa Lubuk Bernal

7 MERLUNG Merlung 1. Desa Merlung 2. Desa Lubuk Terap 3. Desa Penyabungan 4. Desa Tanjung Paku 5. Desa Tanjung Benanak 6. Desa Bukit Harapan 7. Desa Adi Purwa 8. Desa Pinang Gading

8 RENAH MENDALUH Lubuk Kambing 1. Desa Lubuk Kambing 2. Desa Pulau Pauh 3. Desa Rantau Benar 4. Desa Lampisi 5. Desa Cinta Damai 6. Desa Sungai Rotan

9 MUARA PAPALIK Rantau Badak 1. Desa Rantau Badak 2. Desa Dusun Mudo 3. Desa Intan Jaya 4. Desa Bukit Indah 5. Desa Kemang Manis

Page 14: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 5

NO KECAMATAN IBU KOTA DESA/KELURAHAN

10 BETARA Mekar Jaya 1. Desa Mekar Jaya 2. Desa Makmur Jaya 3. Desa Pematang Lumut 4. Desa Serdang Jaya

11 KULATA BETARA Betara Kiri 1. Desa Betara Kiri 2. Desa Sungai Dualap 3. Desa Betara Kanan 4. Desa Sungai Gebar

12 PENGABUAN Teluk Nilau 1. Kel. Teluk Nilau 2. Desa Parit Pullin 3. Desa Sungai Serindit 4. Desa Mekar Jati

13 SENYERANG Senyerang 1. Desa Senyerang 2. Desa Sungai Kayu Aro, 3. Desa Teluk Ketapang 4. Desa Sungai Rambai 5. Desa Margo Rukun 6. Desa Lumahan 7. Desa Kempas Jaya

Sumber: Setda Kab. Tanjung Jabung Barat, 2009

Secara topografi Kabupaten Tanjung Jabung Barat terletak di daerah

dataran rendah dengan ketinggian antara 10–500 meter dari permukaan laut.

Tabel 2.4.

Rata-rata Ketinggian Ibukota Kecamatan dari Permukaan Air Laut Dirinci menurut Wilayah Tanah Usaha dalam Km2 Tahun 2008.

Kecamatan

Ketinggian dari Permukaan Laut Jumlah 0-25 m

(Ha) 25-500 m

(Ha) >500 m

(Ha)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tungkal Ulu - 160.529 4.870 165.399

2. Merlung - 98.783 7.040 105.823

3. Batang Asam * * * *

4. Tebing Tinggi * * * *

5. Renah Mendaluh * * * *

6. Muara Papalik * * * *

7. Pengabuan 87.1553 - - 87.155

8. Senyerang * * * *

9. Tungkal Ilir 56.255 - - 56.255

10 Bram Itam * * * *

11. Seberang Kota * * * *

12. Betara 76.650 - - 76.650

13. Kuala Betara * * * *

Jumlah 220.060 259.312 11.910 491.282

% 44,79 52,78 2,42 100,00

*) Data masih bergabung dengan kecamatan induk Sumber : 1.Badan Pertanahan Nasional Kab. Tanjung Jabung Barat

2.Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2008

Page 15: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 6

Berdasarkan lereng dan ketinggian, maka disusunlah Wilayah Tanah

Usaha yang merupakan arahan teknis, areal-areal mana yang dapat dan

boleh diusahakan tanpa mengganggu dan merusak sumber daya alam,

terutama tanah dan air.

Untuk membangun Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang berbasis

pertanian dengan orientasi agribisnis dan agroindustri yang bermuara pada

Ekonomi Kerakyatan, maka kabupaten ini dibagi dalam 3 (tiga) wilayah.

1. Wilayah Basah, di wilayah ini dikembangkan padi, sayur-sayuran, palawija

tambak/kolam keramba dan pengembangan peternakan unggas, terutama

bebek.

2. Wilayah Basah/Kering, pengembangan padi, palawija termasuk sayur-

sayuran dan ternak seperti kambing dan ayam.

3. Wilayah Kering, pengembangan ternak besar dan perkebunan.

Berdasarkan klasifikasi dan luas lereng, maka wilayah Kabupaten

Tanjung Jabung Barat dapat dibagi menjadi empat klasifikasi kemiringan yaitu

0 - 2% dimana wilayah yang terluas berada di Kecamatan Pengabuan dan

Betara, total luas wilayah dengan kemiringan tersebut adalah 269.055 Ha

atau 54,77 persen dari total wilayah. Klasifikasi 2-15% seluas 147.830 Ha

atau 30,09 persen dari total wilayah, kemudian klasifikasi 15-40% seluas

53.857 Ha atau 10,96 persen dan klasifikasi diatas 40 persen seluas 20.540

Ha atau 4,18 persen dari total wilayah.

Page 16: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 7

Tabel 2.5. Klasifikasi dan Luas Lereng Menurut Kecamatan di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2008.

Kecamatan

Klasifikasi dan Luas Lereng Jumlah

(Ha) 0 - 2 % (Ha)

2 – 15 % (Ha)

15 – 40 % (Ha)

> 40 % (Ha)

1. Tungkal Ulu 58.780 64.819 23.370 18.430 165.399

2. Merlung 630 74.546 28.537 2.110 105.823

3. Batang Asam * * * * *

4. Tebing Tinggi * * * * *

5. Renah Mendaluh * * * * *

6. Muara Papalik * * * * *

7. Pengabuan 86.735 420 - - 87.155

8. Senyerang * * * * *

9. Tungkal Ilir 51.070 4.855 330 - 56.255

10 Bram Itam * * * * *

11. Seberang Kota * * * * *

12. Betara 71.840 3.190 1.620 - 76.650

13. Kuala Betara * * * * *

Jumlah 269.055 147.830 53.857 20.540 491.282

% 54,77 30,09 10,96 4,18 100,00

*) Data masih bergabung dengan kecamatan induk Sumber : 1.Badan Pertanahan Nasional Kab. Tanjung Jabung Barat

2.Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2008

Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat jenis tanah dan

penyebarannya di masing-masing kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat. Sebagian besar atau 65,03 persen jenis tanah di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat adalah jenis tanah podzolik, kemudian 14,52 persen adalah

jenis tanah organosol dan 11,98 persen adalah tanah endapan sebagaian

besar jenis tanah ini terdapat Kecamatan Tungkal Ilir, Pengabuan dan Betara.

Jenis tanah ini relatif lebih subur, sehingga sesuai untuk sektor pertanian,

terutama untuk padi, sayur-sayuran dan tanaman muda lainnya. Selanjutnya

untuk jenis tanah gleisol luasnya hanya 8,47 persen atau 41.630 Ha,

Page 17: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 8

sedangkan untuk jenis tanah andosol dan latosol tidak terdapat diseluruh

kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Tabel 2.6.

Penyebaran Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008.

Kecamatan

Jenis Tanah

Jumlah

Organosol Tanah

Endapan Podzolik Gleisol Andosol Latosol

(Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8

1. Tungkal Ulu 20.000 12.000 125.249 8.150 - - 165.399

2. Merlung - - 105.823 - - - 105.823

3. Batang Asam * * * * * * *

4. Tebing Tinggi * * * * * * *

5. Renah Mendaluh * * * * * * *

6. Muara Papalik * * * * * * *

7. Pengabuan 30.600 - 29.525 27.030 - - 87.155

8. Senyerang * * * * * * *

9. Tungkal Ilir 11.130 28.105 15.070 1.950 - - 56.255

10 Bram Itam * * * * * * *

11. Seberang Kota * * * * * * *

12. Betara 9.620 18.737 43.793 4.500 - - 76.650

13. Kuala Betara * * * * * * *

Jumlah 71.350 58.842 319.460 41.630 - - 491.282

% 14,52 11,98 65,03 8,47 100

*) Data masih bergabung dengan kecamatan induk Sumber : 1.Badan Pertanahan Nasional Kab. Tanjung Jabung Barat

2.Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2008

Kabupaten ini beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 26.9o C,

suhu minimun adalah 21,9oC dan maksimum 32o C. Curah hujan rata-rata

berkisar antara 2000– 3500 mm/tahun atau rata berkisar antara 223–241,6

mm/bulan dengan hari hujan berkisar antara 11–13 hari/bulan. Artinya

distribusi hujan bulanan cukup merata. Puncak bulan basah terjadi pada

bulan Nopember– Januari dan bulan kering pada bulan Juni sampai dengan

Agustus sebagaimana daerah lain yang ada di Provinsi Jambi.

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Pengembangan wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat terdiri dari

kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Page 18: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 9

a. Kawasan Lindung

Kawasan lindung yaitu kawasan yang berfungsi utama melindungi

kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya

binaan, nilai sejarah, dan budidaya bangsa untuk kepentingan pembangunan

yang berkelanjutan.

Luas kawasan lindung di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah

45.831,72 Ha, atau 8,33 % dari luas areal Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Luas dan penyebaran masing-masing kawasan lindung dapat dilihat pada

Tabel 2.7. dibawah ini.

Tabel 2.7. Luas Kawasan Lindung Kabupaten Tanjung Jabung Barat

NO JENIS KAWASAN PERKIRAAN LUAS (HA)

% THD LUAS KAB.

I KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KAWASAN BAWAHANNYA

15.965,00 2,90

1 Hutan Lindung Gambut 15.965,00 2,90

II KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT

20.989,00 3,81

1 Sempadan Pantai 14.000,00 2,54

2 Sempadan Sungai 6.989,00 1,27

III KAWASAN SUAKA ALAM DAN CAGAR BUDAYA

8.877,72 1,62

1 Taman Nasional Bukit Tigapuluh 8.790,72 1,60

2 Cagar Alam Hutan Bakau Pantai Timur 87,00 0,02

LUAS KAWASAN LINDUNG 45.831,72 8,33

LUAS WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

500.982,00

Sumber : Hasil Analisis, 2010

b. Kawasan Budidaya

Kawasan budidaya yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi

utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam,

sumberdaya binaan, dan sumberdaya manusia.

Page 19: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 10

Tabel 2.8. Luas Kawasan Budidaya Kabupaten Tanjung Jabung Barat

No Jenis Kawasan Perkiraan Luas (Ha)

% thd luas Kab.

1 Hutan Produksi 171.165,14 31,53

2 Hutan Produksi Terbatas 44.082,69 8,12

3 Pertanian dan Non Pertanian 302.853,60 55,78

LUAS KAWASAN BUDIDAYA 518.101,43 95,43

LUAS WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

500.982,00

Sumber : Hasil Analisis, 2010

Dalam kawasan budidaya terdapat pula kawasan andalan yang

merupakan keterpaduan dan keterkaitan berbagai kegiatan produksi dan

kawasan fungsional yang mempunyai dampak terhadap perkembangan

perekonomian daerah.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Menurut data/informasi yang diperoleh bencana alam yang

dikategorikan besar dan yang menimbulkan korban jiwa belum pernah

terjadi, dalam kurun waktu beberapa tahun ini, Secara umum wilayah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dikenali memiliki beberapa potensi

bahaya yang dapat menimbulkan bencana yakni potensi bencana banjir yang

sering terjadi di Desa Lubuk Bernai dan sepanjang sungai di Betara Kiri, serta

potensi bencana kebakaran yang sering dialami di Kota Kuala Tungkal.

2.1.4. Demografi

Jumlah penduduk merupakan modal dasar dalam pembangunan,

namun jumlah penduduk yang besar jika tidak diikuti dengan peningkatan

kualitasnya justru dapat menjadi beban pembangunan. Oleh karena itu

masalah kependudukan harus mendapat perhatian yang serius, sehingga

dapat dimanfaatkan secara optimal sebagai modal pembangunan.

Pada tahun 2007 penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat

berjumlah 245.460 jiwa. Dilihat dari sisi pertumbuhannya, tingkat

pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat relatif tinggi,

dengan rata-rata pertumbuhan tahun 2003-2007 sebesar 1,90%. Mengenai

Page 20: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 11

jumlah dan perkembangan penduduk Tanjung Jabung Barat per kecamatan

dapat digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.9.

Jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat perkecamatan Sebelum Pemekaran Kecamatan Tahun 2002-2007

No Kecamatan Penduduk (Jiwa) Pert.

Rata-rata (%) 2003 2004 2005 2006 2007

1 Tungkal Ulu 50.833 52.641 54.907 55.297 55.411 2,18

2 Merlung 27.747 26.995 30.046 32.684 32.036 3,66

3 Tungkal Ilir 43.332 78.526 78.545 80.934 44.799 0,84

4 Pengabuan 76.749 44.694 44.727 44.781 81.621 1,55

5 Betara 29.027 31.957 33.022 31.528 31.593 2,14

Jumlah 227.688 234.813 241.247 245.224 245.460 1,90

Sumber: BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2007

Dilihat dari pertumbuhan penduduk perkecamatan, antara satu

kecamatan dengan yang lainnya tidak sama, dengan tingkat pertumbuhan

tertinggi berada di Kecamatan Merlung (3,66) dan terendah di Kecamatan

Tungkal Ilir (0,84%). Secara umum tingkat pertumbuhan rata-rata penduduk

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode 2003-2007 dapat

dikatakan cukup tinggi yaitu sebesar 1,90% pertahun. Sedangkan

pertumbuhan penduduk selama periode 2003-2008 sebesar 1,95%, artinya

pertumbuhan rata-ratanya lebih tinggi dibanding periode 2003-2007.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini tidak saja disebabkan oleh tingkat

kelahiran, akan tetapi juga disumbang oleh migrasi penduduk dari luar ke

dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebagai akibat semakin

membaiknya kondisi perekonomian dan sosial di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.

Setelah dilakukan pemekaran kecamatan pada tahun 2008,

penyebaran penduduk per kecamatan semakin baik, hanya Kecamatan

Tungkal Ilir yang kepadatan penduduknya relatif tinggi yaitu 620,18 jiwa per

KM2 dengan penyebaran penduduk sebesar 24,81 persen dari total penduduk

Kabupaten Tanjung Jabung Barat ada di Kecamatan Tungkal Ilir.

Page 21: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 12

Tabel 2.10. Banyaknya Penduduk, Kepadatan dan Penyebaran Penduduk serta Luas

Wilayah Menurut Kecamatan dalam Kab. Tanjung Jabung Barat 2008.

Kecamatan

Penduduk

Kepadatan Penduduk Per Km2

Penyebaran Penduduk

(%)

Luas Daerah/Area

(Km2)

1. Tungkal Ulu 12.049 34,85 4.81 345,69

2. Merlung 12.986 41,67 5.18 311,65

3. Batang Asam 17.209 16,51 6.86 1.042,37

4. Tebing Tinggi 23.659 69,00 9.44 342,89

5. Renah Mendaluh 10.568 22,31 4.21 473,72

6. Muara Papalik 8.191 24,35 3.27 336,38

7. Pengabuan 23.392 53,15 9.33 440,13

8. Senyerang 22.147 51,91 8.83 426,63

9. Tungkal Ilir 62.210 620,18 24.81 100,31

10. Bram Itam 15.762 50,41 6.29 312,66

11. Seberang Kota 9.932 81,89 3.96 121,29

12. Betara 20.982 36,80 8.37 570,21

13. Kuala Betara 11.659 62,72 4.65 185,89

Jumlah Total

250.746 50,05 100.00 5.009,82

Sumber: BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009.

Perkembangan jumlah penduduk yang cepat akan berpengaruh

terhadap tingkat kepadatan pada suatu wilayah. Berkenaan dengan hal ini,

dengan luas wilayah 5.503,5 km2, dan jumlah penduduk pada tahun 2008

sebesar 250.746 jiwa, maka dilihat dari sisi kepadatannya termasuk daerah

yang belum padat penduduknya, yaitu rata-rata 50 jiwa per Km.

Meskipun demikian dilihat dari trend perkembangannya cenderung

semakin meningkat kepadatannya, dimana pada tahun 2007 tingkat

kepadatan penduduknya sebesar 44,6 penduduk per km2, pada tahun 2008

meningkat menjadi 50,05 per km2. Perkembangan kepadatan penduduk di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2003-2008 dapat dilihat pada tabel

berikut.

Page 22: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 13

Tabel 2.11. Kepadatan Penduduk di Kabupaten Tanjab Barat

Tahun 2003-2008.

No Tahun Jumlah Penduduk Kepadatan

1 2003 227.688 41,4

2 2004 234.813 42,6

3 2005 241.247 43,8

4 2006 245.224 44,6

5 2007 245.460 44,6

6 2008 250.746 50,05

Sumber : BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009

Dilihat dari sisi jenis kelamin dan kelompok umur, perkembangan

penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama periode 2003-2008 dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel. 2.12.

Jumlah Penduduk Kabupaten Tanjab Barat Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2003-2008.

No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2003 122.481 105.207 227.688

2 2004 118.779 116.034 234.813

3 2005 129.019 112.228 241.247

4 2006 126.351 118.873 245.224

5 2007 125.298 120.162 245.460

6 2008 132.113 118,633 250.746

Sumber : BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009

Berdasarkan data tersebut, maka perkembangan penduduk berdasar

jenis kelamin menunjukkan, bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar di

banding dengan jumlah penduduk perempuan. Pada tahun 2006 penduduk

perempuan terdiri dari 48,48% sedang penduduk laki-laki 51,52%, kemudian

pada tahun 2007 jumlah penduduk perempuan persentasenya meningkat

menjadi 48,95%, sedangkan penduduk laki-laki menurun menjadi 51,05% dari

Page 23: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 14

total penduduk. Pada tahun 2008 rasio penduduk laki-laki meningkat menjadi

52,69 persen, sedangkan rasio penduduk perempuan menurun menjadi 47,31

persen.Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan jumlah penduduk laki-laki

secara signifikan dibandingkan penduduk laki-laki.

Dilihat dari kelompok umur, penduduk Kabupten Tanjung Jabung

Barat pada tahun 2008 dapat digambarkan dalam tabel berikut.

Tabel 2.13.

Jumlah Penduduk Kab.Tanjab Barat Berdasarkan Jenis Kelamin dan kelompok umur Tahun 2008.

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

(1) (2) (3) (4)

0 - 4 14.501 13.942 28.443

5 - 9 13.291 12.802 26.093

10 - 14 13.713 11.566 25.279

15 - 19 13.531 12.545 26.076

20 - 24 11.729 11.353 23.082

25 - 29 11.121 11.086 22.207

30 - 34 11.617 10.720 22.337

35 - 39 10.906 8.864 19.770

40 - 44 8.567 7.248 15.815

45 - 49 6.772 5.154 11.926

50 - 54 5.906 4.670 10.576

55 - 59 3.268 2.726 5.994

60 - 64 2.963 2.071 5.034

65 - 69 1.761 1.526 3.287

70 - 74 1.273 1.190 2.463

75 + 1.194 1.170 2.364

Jumlah Total

132.113 118.633 250.746

Sumber: BPS Kabupaten Tanjab Barat tahun 2009

Berdasarkan data di atas, maka sebagian besar penduduk Kabupaten

Tanjung Jabung Barat tergolong dalam kelompok penduduk usia remaja

10-14 tahun 11,73%, balita 0-4 tahun sebesar 10,74% dan anak-anak 5-9

tahun sebesar 10,32%. Jika dikaitkan dengan usia produktif dapat dikatakan,

bahwa sebagian besar penduduk merupakan kelompok penduduk pada usia

tidak produktif. Di sisi lain sebagian besar merupakan penduduk usia sekolah

dan rentan terhadap masalah kesehatan.

Page 24: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 15

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1. Perekonomian Daerah

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator dari dampak

kebijaksanaan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari

pertumbuhan berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung

menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah,

indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah

dicapai dan berguna untuk menentukan arah pembangunannya dimasa yang

akan datang.

Kondisi ekonomi makro pada tahun 2007 dan 2008 telah memberikan

fondasi yang relatif baik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Tanjung Jabung Barat pada tahun 2009 ini. Pertumbuhan ekonomi pada

tahun 2007 sebesar 7,94%, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan

karena krisis global dimana harga terhadap komoditi perkebunan mengalami

penurunan sehingga pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan menjadi

5,99%. Demikian juga pertumbuhan sektoral kelompok primer diperkirakan

juga meningkat dari 9,65% tahun 2007 menjadi 9,76% tahun 2008.

Pertumbuhan sektoral kelompok sekunder dan tersier diperkirakan juga

meningkat masing-masing dari 6,18% dan 8,10% tahun 2007 menjadi 6,27%

dan 8,31% tahun 2008.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama tahun

2004-2008, yang ditunjukkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

atas dasar harga konstan tahun 2000 rata-rata pertumbuhannya sebesar 7,42

persen dengan migas. Sedangkan rata-rata pertumbuhan PDRB tanpa migas

selama periode yang sama sebesar 6,60 persen pertahun.

Berdasarkan data diatas, maka dapat dikatakan kontribusi sektor

migas telah berkontribusi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan

PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 dengan dan tanpa migas

periode 2004-2008.

Page 25: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 16

Tabel 2.14 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Atas Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 – 2008 (Juta Rupiah)

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 344.268,56 368.162,18 397.001,08 430.208,43 459.866,69

2. Pertambangan & Penggalian 157.000,42 184.166,50 208.379,04 233.571,07 252.264,49

3. Industri Pengolahan 531.197,88 548.550,22 579.419,89 612.610,09 632.890,23

4. Listrik, Gas & Air Bersih 6.446,05 7.297,83 8.168,86 8.898,96 9.678,91

5. Bangunan 13.344,25 15.634,12 18.450,55 21.962,35 24.998,89

6. Perdag., Hotel & Restoran 231.185,72 251.572,45 278.077,93 307.421,43 333.294,80

7. Pengangkutan & Komunikasi 51.060,73 55.176,45 60.060,16 65.601,50 71.662,80

8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh 31.177,97 32.400,30 33.620,15 34.921,91 37.152,97

9. Jasa-Jasa 135.348,68 155.303,40 163.020,65 170.140,82 176.440,33

PDRB Dengan Migas 1.501.030,26 1.618.263,45 1.746.198,31 1.885.336,56 1.998.250,11

PDRB Tanpa Migas 1.357.157,28 1.449.331,08 1.545.346,83 1.657.842,69 1.752.229,76

Sumber: BPS Kab. Tanjab Barat, 2009

PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan migas menurut harga

konstan, tahun 2004 adalah sebesar Rp 1.501,03 milyar, tahun 2008 sebesar

Rp. 1.998,25 milyar, atau naik sebesar Rp 497,22 milyar atau angka ini naik

sebesar 33,13 % dibandingkan dengan tahun 2004 atau naik rata-rata

sebesar 7,42 % pertahun, sedangkan PDRB tanpa migas menurut harga

konstan pada tahun 2004 sebesar Rp 1.357,16 milyar, pada tahun 2008

meningkat menjadi Rp.1.752,33 milyar, atau tumbuh rata-rata sebesar 6,59%

pertahun .

Page 26: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 17

Tabel. 2.15. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 (%)

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 GR (%)

1. Pertanian 5,40 6,94 7,83 8,36 6,89 7,51

2. Pertambangan & Penggalian 35,96 17,30 13,15 12,09 8,00 12,59

3. Industri Pengolahan 2,00 3,27 5,63 5,73 3,31 4,48

4. Listrik, Gas & Air Bersih 13,57 13,21 11,94 8,94 8,76 10,70

5. Bangunan 32,29 17,16 18,01 19,03 13,83 16,99

6. Perdag., Hotel & Restoran 4,64 8,82 10,54 10,55 8,42 9,58

7. Pengangkutan & Komunikasi 7,80 8,06 8,85 9,23 9,24 8,84

8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh 7,32 3,92 3,76 3,87 6,39 4,48

9. Jasa-Jasa 18,17 14,74 4,97 4,37 3,70 6,85

PDRB Dengan Migas 7,95 7,81 7,91 7,97 5,99 7,42

PDRB Tanpa Migas 5,46 6,79 6,62 7,28 5,69 6.60

Keterangan GR = Pertumbuhan Rata-rata (%) Sumber: BPS Kab.Tanjab Barat, 2009

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat

tahun 2003-2007 untuk PDRB dengan Migas rata-rata sebesar 7,91% dan

tanpa Migas sebesar 6,54%. Laju pertumbuhan tertinggi adalah sektor

bangunan rata-rata sebesar 21,47%, sektor pertambangan dan Penggalian

rata-rata sebesar 19,26%, sementara Industri Pengolahan mengalami laju

pertumbuhan terendah selama periode 2004-2008 yaitu rata-rata sebesar

4,14% pertahun.

Jika dibandingkan laju pertumbuhan ekonomi antara Kabupaten

Tanjung Jabung Barat dan Provinsi Jambi, dengan Migas, selama tahun

2004-2008, maka pertumbuhan ekonomi Tanjung Jabung Barat lebih tinggi

yaitu rata-rata sebesar 7,42 persen, sedangkan Provinsi Jambi hanya

mencapai 5,91 persen. Namun pertumbuhan PDRB harga konstan tanpa

migas, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi relatif lebih tinggi yaitu rata-rata

sebesar 6,66 persen, sedangkan Kabupaten Tanjung Jabung Barat tanpa

migas rata-rata sebesar 6,54 persen pertahun pada periode yang sama.

Page 27: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 18

Tabel. 2.16. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab. Tanjung Jabung Barat dan

Provinsi Jambi Tahun 2004-2008 (Juta Rupiah).

Uraian PDRB 2004 2005 2006 2007 2008 GR (%)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Dgn Migas 1.501.030,26 1.618.263,45 1.746.198,31 1.885.336,56 1.998.250,11 7,42

Pert. (%) 7,95 7,81 7,91 7,97 5,99

Tp Migas 1.357.157,28 1.449.331,08 1.545.346,83 1.657.842,69 1.752.229,76 6,60

Pert. (%) 5,46 6,79 6,62 7,28 5,69

Provinsi Jambi

Dgn Migas 11.953.885 12.619.972 13.363.622 14.275.161 15.296.726,8 6,36

Pert. (%) 5,38 5,57 5,89 6,82 7,16

Tp Migas 10.509.102 11.175.333 11.788.959 12.775.067 13.715.412,4 6,88

Pert. (%) 6,47 6,34 5,49 8,36 7,36

Keterangan GR = Pertumbuhan Rata-rata (%) Sumber: BPS Kab.Tanjab Barat, 2009 dan BPS Provinsi Jambi, 2009

Tabel 2.17. memperlihatkan bahwa persentase kontribusi sektor migas

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat lebih tinggi di banding dengan Provinsi

Jambi, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat menjadi modal

utama bagi pengembangan daerah, namun perlu upaya peningkatan

infrastruktur untuk dapat meningkatkan investasi di sektor tersebut.

b. Struktur Ekonomi

Perubahan struktur ekonomi pada hakekatnya muncul sebagai

konsekuensi logis dari adanya perbedaan laju pertumbuhan antara sektor

produksi dan komponen permintaan agregat. Proses perubahan struktur itu

sendiri dapat diidentifikasi melalui pergeseran kegiatan ekonomi, yakni dari

sektor primer ke sektor industri, utilitas dan jasa. Keempat kelompok sektor

utama ini masing-masing memiliki tingkat produktivitas, laju pertumbuhan

produksi, dan laju pertumbuhan proporsi terhadap PDRB yang berbeda satu

sama lainnya. Pada tabel berikut dapat dilihat perkembangan Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tanjung Jabung Barat Atas

Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 – 2008.

Page 28: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 19

Tabel 2.17. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004 – 2008 (Juta Rupiah)

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 577.052 656.449 719.865 832.114 1.007.712

2. Pertambangan & Penggalian 321.477 519.664 620.387 798.722 1.003.418

3. Industri Pengolahan 764.753 897.221 987.772 1.136.901 1.260.245

4. Listrik, Gas & Air Bersih 15.189 18.748 22.331 27.571 32.809

5. Bangunan 21.579 27.272 39.689 51.349 64.492

6. Perdag., Hotel & Restoran 338.321 380.740 422.500 494.634 628.693

7. Pengangkutan & Komunikasi 80.690 91.349 106.633 122.901 143.648

8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh. 60.921 75.701 80.683 89.436 104.469

9. Jasa-Jasa 266.799 318.204 355.647 393.469 434.316

PDRB Dengan Migas 2.446.780 2.985.348 3.355.506 3.947.097 4.679.802

PDRB Tanpa Migas 2.148.625 2.493.907 2.767.435 3.184.801 3.720.954

Sumber: BPS Kab. Tanjab Barat, 2009

PDRB dengan migas atas harga berlaku pada tahun 2004 sebesar Rp

2.446,78 milyar, tahun 2008 sebesar 4.679,80 milyar, atau meningkat Rp

2.233,02 milyar selama kurun waktu 5 tahun. Sedangkan PDRB tanpa migas

tahun 2004 sebesar Rp 2.148,63 milyar, tahun 2008 sebesar Rp 3.720,95

milyar atau meningkat Rp 1.572,33 milyar. Perbandingan ini menunjukkan

bahwa ekploitasi sumberdaya minyak dan gas yang selama ini diupayakan

oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung

Barat bekerjasama dengan pihak swasta telah berkontribusi walaupun relatif

masih kecil dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Pada tabel

berikut dapat dilihat kontribusi masing-masing sektor dalam PDRB Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku

Periode 2004-2008.

Page 29: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 20

Tabel. 2.18. Kontribusi Sektor Ekonomi Dalam PDRB Kab. Tanjung Jabung Barat

Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2008 (%).

LAPANGAN USAHA 2004 2005 2006 2007 2008 SR (%)

1. Pertanian 23,58 21,99 21,45 21,08 21,53 21,93

2. Pertambangan & Penggalian 13,14 17,41 18,49 20,24 21,44 18,14

3. Industri Pengolahan 31,26 30,05 29,44 28,80 26,93 29,30

4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,62 0,63 0,67 0,70 0,70 0,66

5. Bangunan 0,88 0,91 1,18 1,30 1,38 1,13

6. Perdag., Hotel & Restoran 13,83 12,75 12,59 12,53 13,43 13,03

7. Pengangkutan & Komunikasi 3,30 3,06 3,18 3,11 3,07 3,14

8. Keu. Persewaan, & Jasa Persh 2,49 2,54 2,40 2,27 2,23 2,39

9. Jasa-Jasa 10,90 10,66 10,60 9,97 9,28 10,28

PDRB Dengan Migas 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

PDRB Tanpa Migas 87,81 83,54 82,47 80,69 79,51

Sumber: BPS Kab.Tanjab Barat, 2009. Keterangan SR= Kontribusi rata-rata (%)

Selama periode 2004-2008 telah terjadi pergeseran struktur ekonomi

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Urutan tiga besar sektor terbesar

pembentuk PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004 adalah

sektor industri pengolahan (31,26%), sektor pertanian (23,58%), sektor

perdagangan, hotel dan restoran (13,83%). Pada tahun 2008 urutan tiga

besar adalah sektor industri pengolahan (29,30%), sektor pertanian

(21,93%), dan sektor pertambangan dan penggalian (18,14%).

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sektoral di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat selama periode 2004-2008, maka kontribusi sektor juga

mengalami perkembangan yang relatif cepat, hal ini dapat dilihat dari

kontribusi sektor pertanian dari 23,58 persen tahun 2004 menurun menjadi

21,93 persen tahun 2008. Sedangkan sektor pertambangan mengalami

kenaikan dari 13,14 persen tahun 2004 menjadi 18,14 persen tahun 2008.

Keadaan ini memperlihatkan terjadi pergeseran struktur ekonomi di sektor

primer. Kontribusi sektor industri pengolahan juga mengalami penurunan dari

31,26 persen tahun 2004 menjadi 29,30 persen tahun 2008, namun satu hal

yang menggembirakan kontribusi sektor jasa mengalami peningkatan dari

10,90 persen pada tahun 2004 menjadi 10,28 persen pada tahun 2008, sektor

lain yang mengalami peningkatan adalah sektor bangunan dari 0,88 persen

Page 30: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 21

tahun 2004 menjadi 1,13 persen tahun 2007, sedangkan sektor lainnya

kontribusinya relatif tetap.

Disisi lain kontribusi sektoral kelompok primer pada tahun 2008 relatif

meningkat yaitu dari 40,52% tahun 2007 meningkat menjadi 40,52% tahun

2008. Demikian juga kelompok tersier meningkat dari 28,29% tahun 2007

menjadi 28,31% tahun 2008. Namun kontribusi sektoral kelompok sekunder

menurun dari 31,27% tahun 2007 menjadi 31,17% tahun 2008.

Keadaan ini menggambarkan terjadi perubahan kontribusi sektoral

yang mengarah kepada peningkatan sektor primer terutama tambang dan

sektor jasa. Hal ini berarti terjadi perubahan kesempatan kerja dari sektor

pertanian ke sektor jasa. Jika hal ini berjalan sesuai dengan teori, maka

tingkat penyerapan tenaga kerja akan lebih tinggi yang juga dibarengi dengan

peningkatan pendapatan perkapita masyarakat.

Penurunan kontribusi sektor pertanian pada PDRB Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dari 23,46% tahun 2003 menjadi 21,40% tahun 2007, yang

disebabkan antara lain dari kurang bergairahnya sektor pertanian dewasa ini

karena tidak seimbangnya biaya produksi dengan pendapatan petani akibat

menurunnya nilai tukar komoditi pertanian terhadap produk manufaktur,

sementara alat-alat dan kebutuhan pertanian semakin mahal, disisi lain

subsidi input maupun subsidi output di tingkat petani semakin berkurang

bahkan terjadi penghapusan subsidi di beberapa sektor pertanian.

Sektor Pertambangan dan Penggalian dari tahun ketahun

menunjukkan peningkatan yang sangat tajam dalam kontribusi PDRB

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dari 6,41% tahun 2003 meningkat menjadi

19,05% pada tahun 2007 atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar

17,47% selama periode 2003-2007. Hal ini disebabkan banyaknya investor

asing yang berminat menanamkan investasinya dalam sektor Pertambangan

dan Penggalian di Kabupaten Tanjung Barat.

Kontribusi sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan dengan

kontribusi rata-rata 30,65% tetapi sektor ini masih sebagai sektor

penyumbang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Kebutuhan masyarakat akan Listrik, Gas dan Air Bersih terus

meningkat sesuai dengan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung

Page 31: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 22

Barat. Hal ini disebabkan masyarakat ingin mendapatkan kehidupan yang

layak nyaman dan sejahtera. Berkenaan dengan itu pertumbuhan dibidang

Listrik, Gas dan Air Bersih mengalami peningkatan kontribusi pada PDRB dari

0,44% tahun 2003 menjadi 0,71% pada tahun 2007 atau kontribusi rata-rata

sebesar 0,65%.

Kontribusi di sektor Bangunan terhadap PDRB Kabupaten Tanjung

Jabung Barat relatif konstan, namun dari pembangunan gedung-gedung di

Merlung, Tebing Tinggi dan Kota Kuala Tungkal cukup pesat, terutama

kebutuhan akan bangunan perumahan untuk hunian, bangunan gedung-

gedung perkantoran, industri, pertokoan dan lain-lain. Pertumbuhan sektor ini

juga akan meningkatkan pendapatan pemerintah dari pajak dan retribusi

bangunan.

Kontribusi di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tidak mengalami

pertumbuhan yang berarti, bahkan mengalami penurunan yaitu dari 16,75%

pada tahun 2003, turun menjadi 12,73% di tahun 2007 atau kontribusi rata-

rata sebesar 13,40%. Hal ini menunjukkan bahwa krisis ekonomi masih

berdampak pada sektor perdagangan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Pengangkutan dan Komunikasi merupakan salah satu penunjang bagi

meningkatnya perekonomian daerah. Masyarakat membutuhkan sarana

pengangkutan dan komunikasi dalam melakukan interaksi dengan daerah lain

untuk memasarkan produk-produk unggulan serta potensi yang ada di daerah

tersebut. Namun jalan Jambi-Kuala Tungkal yang rusak berat telah

menurunkan arus barang dan jasa dari Jambi ke Kuala Tungkal dan

sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi di sektor Pengangkutan dan

Komunikasi pada PDRB Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami

penurunan dari 3,45% tahun 2003 menjadi 3,16% pada tahun 2007 dengan

kontribusi rata-rata sebesar 3,23%. Dengan demikian infrastruktur jalan yang

rusak tersebut telah berpengaruh pada sektor perdagangan, hotel dan

restoran serta sektor pengangkutan dari Kuala Tungkal ke kota lainnya.

Kontribusi di sektor Keuangan Persewaan dan Jasa persewaan

mengalami sedikit peningkatan terhadap PDRB Kabupaten Tanjung Jabung

Barat. Hal ini dikarenakan penerimaan retribusi daerah dan penerimaan pajak

daerah semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi daerah.

Page 32: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 23

Pertumbuhan rata-rata pertahunnya sebesar 2,38%, dimana pada tahun

2003 kontribusinya sebesar 2,04% dan naik menjadi 2,30% pada tahun 2007.

Banyaknya Jasa Industri, Jasa Tenaga Kerja dan Nilai Investasi yang

terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah meningkatkan nilai PDRB

bagi daerah tersebut. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor jasa rata-rata

pertahunnya sebesar 10,44%, dimana kontribusinya pada tahun 2003

sebesar 8,25% meningkat menjadi 10,10% pada tahun 2007.

Minyak dan Gas Bumi merupakan suatu potensi yang besar bagi

modal dasar pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Dengan

kekayaan alam itu banyak investor luar dan dalam negeri berniat

menanamkan modalnya di daerah tersebut. Hal ini akan mendatangkan

devisa yang besar bagi pemerintah daerah pada masa mendatang.

c. PDRB Per Kapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat

PDRB per kapita sebagai satu salah indikator untuk mengetahui tingkat

kesejahteraan masyarakatnya. Lebih jauh penggunaan indikator ini dapat

memberi pentunjuk sampai sejauhmana keberhasilan pemerintah daerah

dalam memanfaatkan anggaran pembangunan dan belaja daerah (APBD)

secara efektif dan efisien untuk meningkat pendapatan perkapita

masyarakatnya.

Dalam konteks pembangunan ekonomi di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat selama tahun 2003-2007 PDRB perkapita menunjukkan perkembangan

yang sangat berarti, dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB

perkapita, kemampuan keuangan daerah, tingkat investasi, perkembangan

industri dan sebagainya. Namun demikian harus dilihat hubungan kemajuan

ekonomi tersebut dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara

keseluruhan. Pada Tabel 2.15. dibawah ini dapat dilihat perkembangan PDRB

perkapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat baik berdasarkan harga berlaku

maupun harga konstan tahun 2000.

Page 33: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 24

Tabel. 2.19. Perkembangan PDRB Perkapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Berdasarkan Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2004 - 2008 (Ribu Rupiah)

PDRB Perkapita Harga Berlaku

2004 2005 2006 2007 2008 GR (%)

Dengan Migas 10,420 12,375 13,683 16,080 18,664 15,69

Pertumbuhan (%) 24,68 18,76 10,58 17,52 16,06

Tanpa Migas 9,150 10,338 11,285 12,975 14,840 12,85

Pertumbuhan (%) 11,59 12,97 9,17 14,97 14,37

PDRB Perkapita Harga Konstan 2000

2004 2005 2006 2007 2008 GR (%)

Dengan Migas 6,392 6,708 7,121 7,681 7,969 5,67

Pertumbuhan (%) 6,98 4,93 6,16 7,86 3,75

Tanpa Migas 5,780 6,008 6,302 6,754 6,988 4,86

Pertumbuhan (%) 1,45 3,94 4,90 7,18 3,47

Sumber : BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004-2008 Ket. GR = Pertumbuhan rata-rata (%)

PDRB perkapita harga berlaku Kabupaten Tanjung Jabung Barat

dengan migas pada tahun 2003 mencapai Rp 8.541,7 juta meningkat menjadi

Rp 15.516,8 juta tahun 2007 atau tumbuh rata-rata sebesar 16,09 persen

pertahun, sedangkan tanpa migas hanya tumbuh sebesar 19,53 persen. Hal

ini menunjukkan peranan sektor migas dalam pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat relatif besar dan terus meningkat.

PDRB perkapita harga konstan tahun 2000 Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dengan migas pada tahun 2003 sebesar Rp 6.107,2 juta

meningkat menjadi Rp 7.936,7 juta tahun 2007 atau tumbuh rata-rata sebesar

6,77 persen pertahun selama periode tersebut. Kemudian PDRB perkapita

tanpa migas pada tahun 2003 sebesar Rp 2.160 juta meningkat menjadi Rp

6.979 juta tahun 2007 atau tumbuh rata-rata sebesar 34,07 persen pertahun.

Keadaan ini memperlihatkan pertumbuhan ekonomi kabupaten Tanjung

Jabung Barat sebesar 7,91 persen pertahun telah mampu meningkat PDRB

perkapita Kabupaten Tanjung Jabung Barat baik dengan harga berlaku

maupun harga konstan ataupun baik tanpa migas ataupun dengan migas.

Page 34: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 25

d. Kestabilan Harga (Inflasi)

Tingkat kestabilan harga (inflasi) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

pada tahun 2006 menurun tajam dibanding inflasi tahun 2005 yang mencapai

16,62 persen. Dengan mengacu pada Indeks Harga 9 Bahan Pokok pada

bulan Januari tahun 2006 sebesar 130,77. Indeks harga 9 bahan pokok

tersebut terus mengalami peningkatan dan pada bulan desember tahun 2006

sebesar 138,50 atau meningkat sebesar 7,73 atau pertumbuhan indeks harga

9 bahan pokok di Kuala Tungkal meningkat rata-rata 0,59 persen perbulan.

Kenaikan harga BBM pada bulan Oktober tahun 2005 dan bulan Mei

tahun 2008 juga telah mempengaruhi daya beli masyarakat, sehingga secara

kumulatif inflasi tahun 2005 mencapai 16,50 persen. Namun laju inflasi tahun

2006 telah turun menjadi 10,66 persen, dan tingkat inflasi pada tahun 2007

sebesar 6,50 persen, penurunan tingkat inflasi ini didorong oleh faktor-faktor

eksternal yang semakin baik. Laju inflasi tahun 2008 ini diperkirakan lebih

tinggi dari tahun 2006 yaitu sekitar 8,5 persen, namun tingkat inflasi Tanjung

Jabung Barat ini lebih rendah dari tingkat inflasi Provinsi Jambi. Kondisi ini

didorong oleh pertumbuhan sektor produksi Kabupaten Tanjung Jabung Barat

yang relatif baik serta didorong oleh faktor-faktor eksternal yang semakin baik

dibandingkan Provinsi Jambi. Pada tabel berikut dapat dilihat tingkat

kestabilan harga pada Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2004-2008.

Tabel 2.20.

Kestabilan Harga Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

DESKRIPSI Realisasi

2004 2005 2006 2007 2008

Kestabilan Harga:

- Inflasi Nasional (%)

- Inflasi Provinsi Jambi

- Inflasi Kab. Tanjung Jabung Barat

6,40

7,25

7,45

17,11

16,50

16,62

6,60

10,66

7,73

6,50

7,44

6,50

11,10

11,57

8,30

Sumber : BPS Indonesia, BPS Provinsi Jambi 2007, 2008 dan 2009

Kenaikan harga BBM sebesar 20-30% pada bulan Mei tahun 2008,

secara langsung telah meningkatkan harga-harga kebutuhan bahan pokok,

biaya transportasi dan biaya-biaya lainnya, sekaligus juga telah meningkatkan

Page 35: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 26

jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun

2008 ini yang telah mencapai 17.701 rumah tangga. Kenaikan harga-harga ini

secara langsung telah mendorong peningkatan inflasi, sehingga tingkat inflasi

tahun 2008 ini akan lebih tinggi dari tahun 2007. Oleh karena itu Pemerintah

Daerah perlu mengkaji dan menerapkan strategi dan kebijakan yang tepat

untuk menekan kenaikan tingkat inflasi melalui manajemen inflasi yang tepat.

Pemerintah daerah harus dapat menahan laju kenaikan inflasi dan secara

bertahap diharapkan dapat diturunkan menjadi 5 - 6 persen pada tahun 2011,

sehingga tingkat inflasi menjadi rendah. Dengan tingkat inflasi yang rendah

dan stabil diharapkan tingkat pertumbuhan ekonomi akan relatif lebih tinggi

dan berkualitas, sehingga dapat mengurangi jumlah rumah tangga miskin.

Pencapaian sasaran inflasi tersebut harus didukung oleh relatif stabilnya

harga-harga melalui penyediaan barang-barang kebutuhan masyarakat, hal

ini juga dapat terbantu jika nilai kurs rupiah relatif stabil dan tingkat suku

bunga yang relatif rendah dan stabil.

Inflasi pada tahun 2008 ini diperkirakan akan meningkat dampak dari

krisisis global yang bermula dari Negara Amerika Serikat, pada bulan Oktober

2008 ini nilai kurs rupiah sudah berada diatas Rp 10.000,- perdollar dan

tingkat inflasi nasional sudah diatas 2 digit. Demikian juga dengan tingkat

inflasi Provinsi Jambi sampai bulan Oktober 2008 ini sudah mencapai 12

persen, namun tingkat inflasi Kabupaten Tanjung Jabung Barat diperkirakan

pada tahun 2008 ini tidak melampaui 2 digit atau dibawah 10 persen.

2.2.2. Pendidikan

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan subyek dan sekaligus obyek

pembangunan, mencakup seluruh siklus hidup manusia sejak kandungan

hingga akhir hayat. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus

menjadi perhatian penting. Program pembanguan SDM yang dilakukan di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama ini telah mampu meningkatkan

kualitas SDM menjadi semakin baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya

indek pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dari

68,2 di tahun 2002 menjadi 70,2 di tahun 2004, 71,06 tahun 2006 dan 71,44

pada tahun 2007 (Sumber BPS, 2008).

Page 36: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 27

Meskipun terjadi peningkatan IPM Kabupten Tanjung Jabung Barat,

namun perkembangan tersebut sangat rendah, di tambah lagi dilihat dari

baseline pertumbuhannya memang masih rendah, akibatnya dibandingkan

dengan IPM Kabupaten lainnya dalam provinsi Jambi, IPM Kabupaten

Tanjung Jabung Barat berada pada posisi menempatai urutan ke 5 dari

sepuluh kabupaten kota dalam Provinsi Jambi. Rendahnya IPM Kabupaten

Tanjung Jabung Barat membawa konsekuensi pada rendahnya kualitas dan

produktifitas penduduk. Oleh karena itu tantangan ke depan adalah

bagaimana meningkatkan pembangunan, terutama pembangunan di bidang

kependudukan, kesehatan, pendidikan dan peningkatan pendapatan

masyarakat.

Taraf pendidikan penduduk di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat

dilihat dari indikator angka melek huruf, rata-rata lama bersekolah dan

partisipasi pendidikan berdasarkan usia sekolah. Mengenai angka melek

huruf penduduk usia 10 tahun ke atas, pada tahun 2007, angka melek huruf

penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat rata-rata sebesar 97,90%. Rata-

rata lama bersekolah penduduk usia 10 tahun ke atas, pada tahun 2007

mencapai selama 7,50 tahun. Kemampuan membaca masyarakat Tanjung

Jabung Barat 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.153.

Tabel 2.21. Kemampaun membaca penduduk berumur 10 tahun ke atas Kabupaten

Tanjung Jabung Barat tahun 2008

Kemampuan Membaca

Jenis Kelamin

Jumlah %

Laki-Laki % Perempuan %

Huruf Latin 90.199 51,58 84.656 48,42 174.855 89.37

Huruf Arab 48.814 52,55 44.076 47,45 92.890 4.75

Huruf Lainnya 1.596 67,61 765 32,39 2.361 1.21

Tidak Dapat 1.919 20,97 7.233 79,03 9.151 4.68

(Sumber : Susenas 2008, BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat)

Page 37: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 28

2.2.3. Kepemudaan dan Budaya

Untuk bidang kepemudaan dan olahraga belum adanya prestasi

tingkat nasional ataupun internasional yang berhasil dicapai oleh atlet dan

pemuda dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Untuk itu program

pembangunan kepemudaan dan olahraga diarahkan untuk meningkatkan

capaian prestasi olahraga dan serta menciptakan kualitas dan partisipasi

pemuda dalam pembangunan.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki kekayaan budaya yang

sangat beragam dan potensial untuk dikembangkan sehingga budaya

tersebut kedepan dapat menjadi penciri dan cermin kemajuan Kabupaten

Tanjung Jabung Barat.

2.2.4. Agama

Agama memegang peran penting dalam pelaksanaan pembangunan,

oleh karean itu pembangunan kehidupa beagama terus digalakkan di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bahkan agama merupakan salah satu pilar

dalam pembangunan Tanjung Jabung Barat. Mengeni komposisi pemeluk

agama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat digambarkan sebagai

berikut. Jumlah penduduk kabupaten Tanjung Jabung Barat sampai tahun

2007 berjumlah 245.460 jiwa, berdasarkan agama yang dianut, terdapat

jumlah penduduk yang beragama Islam sebanyak 20.7828 jiwa (85%), yang

beragama Kristen Katolik sebanyak 967 jiwa, Kristen Protestan 2136, yang

beragama Budha dan Hindu sebanyak 912 jiwa dan lain-lain sebanyak

Khonghuchu 1.021 jiwa.

Sampai dengan tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung

Barat telah membantu sebanyak 270 Masjid dan 256 Mushola, 3 buah Gereja

dan 1 Vihara serta memberikan bantuan oprasional kepada sekolah MI dan

Pesantren serta memberikan insentif terhadap penyelenggaraan pengajian

antara Magrib dan Isya dan juga memberikan bantuan insentif untuk imam,

khatib, bilal, dan odim masjid di ibu kota kecamatan dalam Kaupaten Tanjung

Jabung Barat.

Jumlah masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang

melaksanakan ibadah haji dari tahun ke tahun sesuai dengan jumlah koata

yang diperoleh Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pada tahun 2005, jumlah

Page 38: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 29

jemaah haji Kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 367 orang,

selanjutnya pada tahun 2006 dan 2007 naik masing-masing sebanyak 241

dan 254 orang.

Meskipun telah banyak kemajuan yang dicapai dalam pembangunan

dibidang keagamaan, namun dalam upaya penciptaan kualitas kehidupan

beragama masih ditemui berbagai permasalahan seperti: a) Masih

kurangnya Pemahaman, Penghayatan, dan Pengamalan Ajaran Agama di

Masyarakat; b) Belum optimalnya Pelayanan Kehidupan Beragama; c)

Kurang berperannya lembaga-lembaga sosial keagamaan, dan d) Belum

optimalnya kerukunan antar dan intern umat beragama.

2.3. Aspek Pelayanan Umum

2.3.1 Pendidikan

Sebaran jumlah sekolah, murid dan Guru berdasarkan tingkat sekolah

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat disajikan pada Tabel 2.155. Dari data

tersebut terlihat bahwa terjadi kesenjangan yang sangat tajam antara jumlah

murid Taman Kanak-kanak (TK) dengan murid Sekolah Dasar. Jumlah murid

TK jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan murid SD sehingga dapat

diduga bahwa akses untuk mendapatkan pendidikan dini (TK) masih sangat

terbatas di Tanjung Jabung Barat. Kondisi ini diperkuat dengan jumlah

sekolah TK yang juga jauh lebih sedikit dibandingkan dengan sekolah SD.

Perbandingan antara jumlah murid SD dan SMTP juga jauh berbeda,

dapat diduga bahwa angka putus sekolah setelah menamatkan SD cukup

tinggi di Tanjung Jabung Barat. Demikian juga dengan murid yang

melanjutkan pendidikan dari SMTP ke SMTA. Data ini juga didukung bahwa

lama bersekolah rata-rata penduduk Tanjung Jabung Barat adalah 7,50 tahun

Page 39: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 30

Tabel 2.22. Banyaknya Gedung Sekolah, Murid dan Guru Menurut Tingkat Sekolah

dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2007/2008

Tingkat Sekolah Sekolah Murid Guru

Taman Kanak-kanak 30 1.349 93

Sekolah Dasar 203 36.534 2.082

S M P 47 7.256 524

S M A 18 4.196 350

Jumlah

2007/2008 298 49.335 3.049

2006/2007 296 48.863 …

2005/2006 290 48.672 2.299

2004/2005 270 44.157 2.071

2003/2004 261 44.938 2.102

2002/2003 258 43.227 2.044

(Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

Sebaran sekolah, gedung dan ruang belajar pada masing-masing

kecamatan di Tanjung Jabung Barat disajikan pada Tabel 2.157. Dari Tabel

tersebut terlihat bahwa fasilitas pendidikan dari tingkat TK hingga SMTA

terbanyak ditemukan di Kecamatan Tungkal Ilir dan Tungkal Ulu. Kecamatan

yang paling sedikit memiliki fasilitas pendidikan adalah Muara Papalik, Bram

Itam, Seberang Kota dan Kuala Batara.

Page 40: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 31

Tabel 2.23. Banyaknya Gedung dan Ruang Belajar

Menurut tingkat Sekolah (Negeri dan Swasta) dan Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2007/2008.

Kecamatan

J u m l a h Sekolah Dasar

J u m l a h SLTP

J u m l a h SLTA

Gedung Ruang Gedung Ruang Gedung Ruang

1. Tungkal Ulu 11 64 7 * * *

2. Merlung 10 77 6 * * *

3. Batang Asam 12 64 2 * * *

4. Tebing Tinggi 16 110 2 * * *

5. Renah Mendaluh 10 59 3 * * *

6. Muara Papalik 10 74 0 * * *

7. Pengabuan 25 123 7 * * *

8. Senyerang 23 469 1 * * *

9. Tungkal Ilir 31 225 9 * * *

10. Bram Itam 11 62 - * * *

11. Seberang Kota 10 53 - * * *

12. Betara 18 97 7 * * *

13. Kuala Betara 17 82 1 * * *

Jumlah 2007/2008 204 1.559 * * * *

2006/2007 200 1.205 36 313 18 126

2005/2006 203 1.206 - 17 99

2004/2005 201 1.111 18 114 17 89

2003/2004 195 1.078 20 206 15 67

2002/2003 195 1.392 15 163 12 68

)* data tidak tersedia (Sumber: Tanjung Jabung Dalam Angka, 2009)

Tanjung Jabung Barat dalam Angka tahun 2008 menunjukkan bahwa

jumlah ruang belajar di Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih didominasi

oleh ruang belajar tingkat Sekolah Dasar yang diikuti oleh Sekolah Tingkat

Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA). Walaupun demikian,

perbandingan antara ruang belajar untuk usia dini, dasar dan menengah

masih sangat jauh. Untuk itu perlu kembali dibangun fasilitas fisik sekolah

khususnya ruang belajar untuk sekolah menengah (SLTP dan SLTA) dan

pendidikan usia dini.

Kecuali sarana fisik berupa ruang belajar, sekolah baik yang baru

dibangun ataupun yang telah ada harus juga dilengkapi dengan fasilitas

perpustakaan dengan koleksi buku yang mencukupi, ruang praktikum dengan

Page 41: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 32

peralatan yang memadai dan tenaga pengajar yang memenuhi secara

kualitas dan kuantitas.

Data Tanjung Jabung Barat Dalam Angka 2007, menunjukkan

perbandingan antara murid dan guru untuk sekolah dasar di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat masih cukup tinggi dimana rata-rata satu orang guru

harus membimbing 20 murid. Sedangkan untuk tingkat pendidikan usia dini,

SLTP dan SLTA sudah lebih baik yaitu 12 : 1 untuk Taman Kanak-Kanak; 17 :

1 untuk tingkat SLTP dan 7 : 1 untuk SLTA. Tetapi harus diingat bahwa

perbandingan yang cukup baik ini bukan dikarenakan oleh jumlah guru yang

telah mencukupi tetapi lebih dikarenakan jumlah siswa pada tingkat

pendidikan tersebut yang masih sedikit. Dengan adanya upaya peningkatan

peran pendidikan pada usia dini, dan sekolah menengah khususnya maka

penambahan tenaga guru masih diperlukan.

Untuk Pendidikan Tinggi telah berdiri satu Sekolah Tinggi dengan

nama Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nadwah di Kuala Tungkal, sampai

tahun 2008 telah diterima sebanyak 677 orang mahasiswa yang kuliah di

Tanjung Jabung Barat dengan rincian sebagai mana disajikan pada Tabel

2.157. Data tersebut menunjukkan bahwa cukup besar minat masyarakat

Tanjung Jabung Barat untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi.

Tabel 2.24.

Banyaknya Mahasiswa pada Perguruan Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Jenis Kelamin Tahun 2007/2008

Tahun Masuk Laki-laki Perempuan Jumlah 2000 / 2001 32 19 51

2001 / 2002 30 15 45

2002 / 2004 31 10 41

2004 / 2005 22 8 30

2005 / 2006 49 22 71

2006 / 2007 115 87 202

2007/ 2008 102 135 237

Jumlah 381 296 677

(Sumber: Tanjung Jabung Dalam Angka, 2009)

Selain pendidikan yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan

Nasional, terdapat sistem pendidikan lain yang dibina oleh Departemen

Agama. Data Gedung dan ruang belajar pada masing-masing tingkat

pendidikan masdrasah (Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah) disajikan pada

Page 42: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 33

Tabel 2.158. Dari data tersebut terlihat bahwa pendidikan yang dibina oleh

Departemen Agama ini cukup diminati oleh masyarakat. Sedangkan data

mengenai pesantren, jumlah Guru dan Santrinya di Tanjung Jabung Barat

ditampilkan pada Tabel 2.158.

Tabel 2.25. Banyaknya Gedung dan Ruang Belajar Menurut tingkat Sekolah

Madrasah dan Kecamatan dalam Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2006/2007

Kecamatan

Ibtidaiyah Tsanawiyah Aliyah

Gedung Ruang Gedung Ruang Gedung Ruang

Tungkal Ulu 20 68 3 12 1 3

Merlung 9 31 1 3 1 3

Tungkal Ilir 53 230 15 59 7 39

Pengabuan 63 218 14 42 5 16

Betara 38 140 10 31 3 9

Jumlah

2006/2007 183 687 43 147 17 70

2005/2006 182 717 46 153 16 68

2004/2005 182 593 45 144 16 62

2003/2004 179 988 45 165 16 62

2002/2003 174 989 33 156 14 56

(Sumber: Tanjung Jabung Dalam Angka, 2008)

2.3.2 Kesehatan

Gambaran umum derajat kesehatan masyarakat kecuali dapat dilihat

dari ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan juga dapat dilihat dari

sebaran dan pola penyakit. Berkenaan dengan penyakit yang diderita

masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sangat bervariatif. Dari

sepuluh jenis penyakit yang menonjol terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat, didominasi oleh ISPA sebesar 27,4 % diikuti oleh penyakit kulit akibat

alregi dan infeksi serta tekanan darah tinggi. Diare menempati posisi enam

dengan persentase 7,1% (Tanjung Jabung Dalam Angka, 2009).

Page 43: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 34

Data Kesehatan Tanjung Jabung Barat menunjukkan bahwa

perkembangan pembangunan sarana kesehatan selama tahun 2004-2008

tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan, hanya jumlah puskemas yang

bertambah dari 10 menjadi 16 buah. Jumlah dan sebaran klinik KB,

puskemas, dan puskesmas pembantu pada masing-masing kecamatan di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada Tabel 2.149.

Tabel 2.26. Banyaknya Rumah Sakit Umum dan Puskesmas Menurut Kecamatan di

KabupatenTanjung Jabung Barat Tahun 2008.

Kecamatan Klinik KB Puskesmas Puskesmas Pembantu

1. Tungkal Ulu 1 1 5

2. Merlung 1 1 5

3. Batang Asam 3 1 4

4. Tebing Tinggi 3 2 5

5. Renah Mendaluh 2 1 4

6. Muara Papalik 3 2 4

7. Pengabuan 1 1 5

8. Senyerang 2 1 7

9. Tungkal Ilir 7 2 7

10. Bram Itam 2 1 6

11. Seberang Kota - 1 4

12. Betara 3 1 7

13. Kuala Betara 3 1 5

Jumlah 2008 31 16 68

2007 31 10 68

2006 31 10 68

2005 31 10 66

2004 31 10 66

(Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

Dari data tersebut telihat bahwa penyebaran saran kesehatan berupa

klinik KB, Puskesmas, dan Puskesmas Pembantu yang cukup merata pada

semua kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat sementara rumah

Page 44: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 35

sakit umum dapat ditemukan di kecamatan Tungkal Ilir sebagai ibukota

Kabupaten.

Tabel 2.27. Banyaknya Bidan dan Dokter Praktek Menurut Kecamatan dan Status di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008.

Kecamatan Bidan

Praktek Dokter

Perawat Umum Spesialis Gigi

1. Tungkal Ulu 27 14 0 4 31

2. Merlung 16 8 0 1 7

3. Batang Asam * * * * *

4. Tebing Tinggi * * * * *

5. Renah Mendaluh * * * * *

6. Muara Papalik * * * * *

7. Pengabuan 15 6 0 0 15

8. Senyerang * * * * *

9. Tungkal Ilir 47 8 2 5 45

10. Bram Itam * * * * *

11. Seberang Kota * * * * *

12. Betara 17 4 0 0 18

13. Kuala Betara * * * * *

Jumlah

2008 122 40 2 10 116

2007 … 36 2 13 77

2006 4 22 2 5 …

2005 23 15 2 3 36

2004 33 23 0 6 122

* Data masih tergabung ke dalam data kecamatan induk (Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

Secara umum, tenaga kesehatan terutama Dokter spesialis dan Dokter

gigi masih sangat terbatas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Untuk

seluruh Kabupaten hanya terdapat 2 orang dokter spesialis dan 10 dokter

gigi. Jumlah dokter gigi ini menurun dari tahun 2007 sebanyak 13 orang.

Meskipun terjadi peningkatan jumlah tenaga (SDM) kesehatan terutamabidan

dan perawat, tetapi jumlah yang ada saat ini masih belum memadai untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Jumlah dokter umum yang ada di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah 40 orang dengan jumlah penduduk

di tahun 2008 sebanyak 250.746 jiwa, berarti satu dokter melayani hampir

Page 45: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 36

6269. Rata-rata rasio jumlah penduduk dan dokter ini sedikit meningkta dari

tahun 2007 sebesar 6.818 orang penduduk; jumlah dokter spesialis 2 orang

sehingga satu orang dokter spesialis melayani 125373 orang; jumlah dokter

gigi 13 orang sehingga satu orang dokter gigi harus melayani 25074 orang,

naik dari tahun 2007 sebesar 18881,54 orang. Dengan perbandingan yang

sedemikian adalah mustahil masyarakat Tanjung Jabung Barat akan

mendapat pelayanan kesehatan yang baik.

Berdasarkan kondisi tersebut, pembangunan sarana kesehatan dan

penempatan tenaga medis terutama dokter spesialis merupakan program

prioritas untuk Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sehingga masyarakat dapat

memperoleh layanan kesehatan yang baik yang menjadi hak mereka.

Penambahan dokter ini juga akan secara langsung meningkatkan pelayanan

rumah sakit daerah Tanjung Jabung Barat sehingga masyarakat tidak perlu

lagi keluar daerah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

dan keterbatasan tenaga paramedis yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat juga dapat dilihat dari jumlah bayi yang dilahirkan dengan pertolongan

dukun yang masih sangat tinggi. Pada tahun 2007 terdapat 16.777 bayi yang

mendapat pertolongan dukun pada saat kelahiran atau 63,66% dari jumlah

bayi yang lahir pada tahun tersebut. Terjadi perubahan prilaku masyarakat

pada tahun 2008 dimana terjadi penurunan persentase bayi yang

kelahirannya ditolong oleh dukun menjadi 55,28% sebaliknya terjadi

peningkatan jumlah bayi yang dalam proses persalinannya ditolong oleh

Dokter dan Bidan. Walaupun demikian persentase bayi yang lahir dengan

bantuan Dukun masih cukup tinggi.

Jumlah akseptor Keluarga Berencana (KB) tahun 2008 di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat adalah sebanyak 44.277 orang. Jumlah ini meningkat

dari 39.714 orang pada tahun 2007. Data tersebut menunjukkan bahwa 70,65

keluarga yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjadi peserta

program Keluarga Berencana (KB). Jumlah ini meningkat dari 68,8% pada

tahun 2007. Jumlah ini masih harus ditingkatkan sehingga pertambahan

penduduk dapat lebih ditekan dan kualitas hidup masyarakat dapat lebih

meningkat. Penyebaran jumlah akseptor KB pada masing-masing kecamatan

Page 46: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 37

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel

2.28.

Tabel 2.28. Jumlah Akseptor KB Aktif Menurut Kecamatan dan Alat Kontrasepsi

yang Digunakan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2003 – 2007

Kecamatan IUD Pil Kondom Suntikan Implant MO Jumlah

1. Tungkal Ulu 117 1.096 20 1.162 459 31 2.885

2. Merlung 240 507 7 684 235 30 1.703

3. Batang Asam 72 1.106 21 1.412 482 31 3.124

4. Tebing Tinggi 121 1.120 23 1.662 476 36 3.438

5. Renah Mendaluh 82 516 6 876 251 28 1.759

6. Muara Papalik 86 521 7 841 249 32 1.736

7. Pengabuan 209 1.470 30 1.357 642 14 3.722

8. Senyerang 292 1.472 43 1.556 682 16 4.061

9. Tungkal Ilir 309 2.524 57 2.133 329 47 5.399

10. Bram Itam 303 2.616 61 2.217 339 50 5.586

11. Seberang Kota 316 2.706 63 2.175 341 46 5.647

12. Betara 107 1.100 38 779 474 6 2.504

13. Kuala Betara 136 1.121 47 912 491 6 2.713

Jumlah 2008 2.390 17.875 423 17.766 5.450 373 44.277

2007 2.368 15696 377 15.999 4.900 374 39.714

2006 2.444 17.279 327 16.343 4.461 357 41.229

2005 2.441 15.277 241 15.367 4.109 356 37.791

2004 2.436 14.399 274 14.906 3.779 359 36.149

(Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

2.3.3 Infrastruktur Daerah

a. Infrastruktur transportasi

Panjang jalan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2008

adalah 1.545,975 Km. Terdiri dari jalan dalam kondisi baik 238,261 Km, jalan

sedang 564,951 Km, jalan rusak 470,029 Km, dan jalan rusak berat 238,604

Km (Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009). Dari data terlihat bahwa

secara umum kondisi jalan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dalam kondisi

sedang dan rusak. Jalan dalan kondisi baik hanya 15,41% dari total panjang

Page 47: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 38

jalan yang ada sedangkan jalan yang rusak dan rusak berat mencapai

45,84%.

Di lihat dari persentase jalan yang rusak dan rusak berat yang cukup

tinggi dan panjang jalan dengan permukaan tanah yang masih dominan maka

kedepan pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat tetap harus

memperioritaskan perbaikan dan peningkatan prasarana jalan. Sebaran

kondisi jalan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.28.

Tabel 2.28. Panjang Jalan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Kecamatan

(km) dan Kondisi Jalan Tahun 2008

Kecamatan Baik Sedang Rusak Rusak Berat Jumlah

1. Tungkal Ulu 95,670 232,950 324,488 38,824 689,332

2. Merlung 72,430 91,360 34,272 5,420 209,582

3. Batang Asam * * * * *

4. Tebing Tinggi * * * * *

5. Renah Mendaluh * * * * *

6. Muara Papalik * * * * *

7. Pengabuan 22,055 52,485 26,500 92,520 199,050

8. Senyerang * * * * *

9. Tungkal Ilir 25,242 77,420 27,820 68,500 215,462

10 Bram Itam * * * * *

11. Seberang Kota * * * * *

12. Betara 22,864 110,736 56,949 39,340 232,549

13. Kuala Betara * * * * *

Jumlah 2008 238,261 564,951 470,029 238,604 1.545,975

2007 190,976 513,210 461,773 256,174 1.456,263

2006 176,912 470,480 427,490 235,948 1.349,870

2005 162,738 464,336 411,090 226,650 1.294,514

2004 - - - - 1.225,549

*) Data masih bergabung dengan kecamatan induk (Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

Sementara itu panjang jalan kabupaten menurut jenis permukaannya

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengalami perkembangan. Pada tahun

2004 panjang jalan memiliki jenis permukaan aspal hanya sekitar 262,00 Km

Page 48: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 39

permukaan kerikil 278,56 Km, dan yang masih memiliki jenis permukaan

tanah sekitar 670,27 Km. Sedangkan untuk tahun 2008 panjang jalan yang

memiliki jenis permukaan aspal meningkat menjadi 387,17 km, jenis

permukaan kerikil sepanjang 473,50 km dan jenis permukaan tanah turun

menjadi 639,88 km.

Tabel 2.29.

Panjang Jalan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut Kecamatan dan Jenis Permukaan Jalan Tahun 2008.

Kecamatan Aspal Kerikil / Koral

Tanah Beton Jumlah

1. Tungkal Ulu 171,157 209,778 300,400 8,000 689,335

2. Merlung 88,427 73,120 42,330 5,700 209,577

3. Batang Asam * * * * *

4. Tebing Tinggi * * * * *

5. Renah Mendaluh * * * * *

6. Muara Papalik * * * * *

7. Pengabuan 20,720 27,800 138,400 12,130 199,050

8. Senyerang * * * * *

9. Tungkal Ilir 70,646 49,243 80,300 15,273 215,462

10. Bram Itam * * * * *

11. Seberang Kota * * * * *

12. Betara 36,220 113,559 78,450 4,320 232,549

13. Kuala Betara * * * * *

Jumlah 2008 387,17 473,500 639,880 45,423 1.545,973

2007 356,119 456,761 603,930 39,453 1.456,263

2006 327,396 442,324 546,950 33,200 1.349,870

2005 310,871 416,493 537,450 29,700 1.294,514

2004 262,006 278,564 670,274 15,705 1.225,549

*) Data masih bergabung dengan kecamatan induk (Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

Tabel 2.29. menunjukkan sebaran jenis permukaan jalan pada setiap

kecamatan di Kabuten Tanjung Jabung Barat tahun 2008. Dari Tabel tersebut

terlihat bahwa kecamatan Tungkal Ulu, Pengabuan dan Tungkal Ilir

merupakan kecamatan yang memiliki persentase jalan dengan permukaan

tanah masih dominan. Jalan dengan jenis permukaan kerikil/koral juga masih

Page 49: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 40

cukup banyak ditemukan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang mencapai

473,30 km (30,63%). Untuk pembangunan ke depan kondisi jalan yang

sedemikian harus mendapat perhatian.

Kecuali ruas jalan, untuk menunjang kelancaran transportasi barang

dan jasa juga diperlukan infrastruktur jembatan yang memadai. Sampai

dengan tahun 2008 jumlah jembatan dengan kontruksi besi/beton di

kabupaten Tanjung Jabung Barat sebanyak 63 buah, dan jembatan dengan

konstruksi kayu masih sebanyak 127 buah. Sedangkan gorong-gorong

dengan konstruksi besi/beton mencapai 852 buah dan 129 buah gorong-

gorong dengan konstruksi kayu. Untuk sebaran jumlah jembatan dan gorong

berdasarkan konstruksinya di masing-masing kecamatan di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada Tabel 2.30. Pada Tabel tersebut

terlihat bahwa masih cukup banyak jembatan yang memiliki konstruksi kayu.

Jembatan jenis ini harus ditingkatkan kemampuannya dan masih perlunya

dibangun jembatan-jembatan baru untuk memperlancar transportasi barang

dan jasa di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Tabel 2.30.

Banyaknya Jembatan dan Gorong-Gorong Menurut Kecamatan dan Jenis Konstruksi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

Kecamatan

Jembatan Gorong-gorong

Konstruksi Besi/Beton

Konstruksi

Kayu

Konstruksi Besi/Beton

Konstruksi

Kayu

1. Tungkal Ulu 11 11 86 -

2. Merlung 17 8 108 -

3. Batang Asam * * * *

4. Tebing Tinggi * * * *

5. Renah Mendaluh * * * *

6. Muara Papalik * * * *

7. Pengabuan 2 54 164 55

8. Senyerang * * * *

9. Tungkal Ilir 23 23 376 28

10 Bram Itam * * * *

11. Seberang Kota * * * *

12. Betara 10 31 118 46

Page 50: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 41

13. Kuala Betara * * * *

Jumlah 2008 63 127 852 129

2007 56 125 850 129

2006 46 102 740 113

2005 44 94 596 113

2004 41 89 587 113

*) Data masih bergabung dengan kecamatan induk (Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009).

Selain transportasi darat, transportasi sungai dan laut juga penting bagi

perkembangan dan kemajuan masyarakat Tanjung Jabung Barat. Hal ini

disebabkan sebagian banyak wilayah dan desa-desa di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat berada di pinggiran sungai dan laut. Data kegiatan Lalu Lintas

Kapal, Penumpang dan Barang Melalui Dermaga LLASDP di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2008, ditampilkan pada Tabel 2.163.

Tabel 2.31. Lalu Lintas Kapal, Penumpang dan Barang Melalui Dermaga LLASDP di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008.

Bulan

Kapal (Buah)

Penumpang (Orang)

Barang (Ton)

Datang

Berangkat

Datang

Berangkat

Bongkar

Muat

Januari 1.320 1.326 12.580 12.627 755 572

Februari 1.361 1.363 14.699 14.873 758 501

Maret 1.369 1.375 15.013 14.706 795 677

April 1.468 1.451 17.463 17.367 997 783

Mei 1.446 1.458 14.868 14.319 1197 1.317

Juni 1.342 1.315 13.026 12.941 868 1.169

Juli 1.327 1.306 12.661 12.585 769 1.052

Agustus 1.302 1.310 12.644 12.241 779 681

September 1.557 1.562 26.951 25.909 1637 1.590

Oktober 1.389 1.382 22.685 22.296 1418 1.393

November 1.444 1.453 24.326 22.209 1515 1.530

Desember 1.217 1.218 22.436 21.704 1318 1.314

Jumlah 2008 16.542 16.519 209.352 203.777 12.806 12.579

2007 11.681 11.663 200.298 180.069 17.664 18.192

2006 4.417 4.482 37.876 37.755 229.687 223.007

2005 2.654 2.568 25.798 27.725 128,9 139,3

2004 4.079 4.058 20.492 19.534 4.183 3.833

(Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

Page 51: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 42

Data Tabel 2.31. menunjukkan bahwa kegiatan transportasi baik

barang maupun penumpang sepanjang tahun 2008 cukup ramai. Hal ini

berarti bahwa transportai sungai dan laut sangat penting dalam menunjang

perekonomian masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Biaya

transportasi sungai dan laut relatif lebih murah dibandingkan dengan alat

transportasi lain. Keunggulan komperatif ini jika dimanfaatkan dengan baik

akan memberikan keuntungan besar bagi masyarakat. Dengan biaya

transportasi yang murah maka harga jual hasil usaha masyarakat akan lebih

tinggi sementara harga komoditi konsumsi masyarakat akan lebih rendah.

Keuntungan dua sisi ini akan sangat membantu meringankan beban ekonomi

masyarakat.

b. Perhubungan

Upaya peningkatan kualitas transportasi baik darat (jalan), sungai dan

laut harus diikuti oleh upaya peningkatan manajemen pengelolaan

transportasi. Peningkatan ini kecuali untuk menekan tingkat kerusakan

fasilitas infrastruktur transportasi juga untuk memberikan pelayanan publik

yang lebih baik. Peningkatan pelayanan ini kecuali untuk meningkatkan

kenyamanan juga untuk meningkatkan keselamatan pemakai jalan.

Keselamatan ini menjadi penting karena peningkatan kualitas jalan biasanya

akan diikuti dengan peningkatan angka kecelakaan lalu lintas dan

pelanggaran oleh pengguna jalan.

Untuk tahun 2008, terjadi kecelakaan lalulintas sebanyak 57 kali

dengan rincian korban 38 orang luka ringan, 36 orang luka berat dan 44

orang meninggal dunia. Angka ini meningkat dari tahun 2007 dimana terjadi

34 kali kecelakaan lalulintas dengan rincian korban 11 orang luka ringan, 13

orang luka berat dan 27 orang meninggal dunia (Tanjung Jabung Barat dalam

Angka, 2009).

c. Infrastruktur air bersih, listrik dan telepon

Berdasarkan data Tanjung Jabung Barat dalam Angka tahun 2009,

Kemampuan produksi air bersih tahun 2008 mencapai 585.414 m3. Produksi

ini meningkat dibandingkan dengan produksi tahun 2007 sebesar 568.664

m3. Produksi air bersih tersebut hanya dapat memenuhi kebutuhan 1720

Page 52: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 43

rumah tangga (2,75%). Akses untuk mendapatkan air minum yang memadai

hanya dinikmati oleh 6.301 rumah tangga atau 10,16 % dari jumlah rumah

tangga Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang mencapai 62.670 KK. Sumber

air minum tersebut antara lain Ledeng, sumur pompa dan air kemasan.

68,86% rumah tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih

memanfaatkan air hujan sebagai sumber air bersih (Tabel 2.32).

Permasalahan ini harus segera dipecahkan dengan penyediaan sarana

air bersih yang terjangkau bagi seluruh masyarakat karena air bersih

merupakan kebutuhan vital yang akan menentukan tingkat kesehatan

masyarakat.

Tabel 2.32.

Rumah tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat menurut sumber air minum tahun 2008

Sumber Air Minum Jumlah Persentase

1. Ledeng/Pompa/Air Kemasan 6.301 10,16

2. Sumur/Mata Air terlindung 5.378 8,67

3. Sumur/Mata Air Tak Terlindung 3.782 6,10

4. Air Sungai 3849 6,21

5. Air Hujan 42710 68,86

Total 62.020 100,00

(Sumber : Susenas 2009, BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat)

Pembangunan sarana dan jaringan air bersih tentu harus menjadi

prioritas pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat lima tahun

kedepan. Apalagi jika dilihat bahwa terjadi pertumbuhan jumlah penduduk

yang cukup signifikan. Pada tahun 2008 jumlah penduduk Tanjung Jabung

Barat mencapai 250.746 jiwa. Dengan pertambahan penduduk dalam kurun

waktu 2000 – 2007 rata-rata 2,43% pertahun (Tanjung Jabung Barat dalam

Angka, 2009), maka kebutuhan air bersih tentu semakin bertambah.

Penyediaan air bersih tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga

tetapi juga akan memenuhi kebutuhan industri dan dunia usaha. Dengan

semakin berkembangnya Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang dipicu oleh

perkembangan dunia usaha dan industri tentu harus diimbangi dengan

Page 53: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 44

penyediaan air bersih yang mencukupi baik secara kualitatif maupun

kuantitatif.

Kecuali air bersih, listrik juga merupakan kebutuhan dasar saat ini.

Penggunaan energi listrik untuk penerangan di wilayah pedesaan di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih relatif sedikit. Berdasarkan data

tahun 2007, Jumlah daya listrik yang di produksi PLN (Perusahaan Listrik

Negara) sebesar 29.180.580 Kwh. Produksi ini meningkat menjadi

31.630.134 kwh pada tahun 2008. Sementara jumlah pelanggan mencapai

15.280 termasuk industri dan perkantoran (Tanjung Jabung Barat Dalam

Angka, 2009). Pengguna energi listrik PLN menurut jumlah rumah tangga di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2008 baru mencapai 37,89 % yang

meningkat dari 22,27 % di tahun 2007. Sedangkan 30,02% rumah tangga

menggunakan listrik non PLN sisanya menggunakan sumber energi lain untuk

penerangan (Susenas 2009, BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat).

Berdasarkan data tersebut walaupun terjadi peningkatan dari tahun

2007, terlihat bahwa masih sangat terbatas kemampuan Pemerintah Tanjung

Jabung Barat dalam menyediakan tenaga listrik bagi kebutuhan masyarakat.

Padahal listrik tidak hanya penting bagi kebutuhan rumah tangga tetapi

sangat vital bagi industri dan dunia usaha. Pengusaha dan penanam modal

biasanya menjadikan ketersediaan tenaga listrik sebagai salah satu

pertimbangan utama dalam menentukan usahanya pada suatu daerah.

Perkembangan sarana kelistrikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat

dilihat pada Tabel 2.33. berikut:

Tabel 2.33.

Perkembangan Sarana Kelistrikan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004 – 2008

2004 2005 2006 2007 2008

Produksi Terjual (Kwh)

28.409.951 26.335.340 29.791.456 29.180.580 31.630.134

Jumlah Pelanggan

* 12.713 13.335 14.729 15.280

(Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

Telepon memegang peranan penting dalam peningkatan arus

informasi serta menunjang pembangunan dan peningkatan kesejahteraan

Page 54: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 45

masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Pemakaian fasilitas telepon di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya mencapai 8,5% atau 5.303 rumah

tangga sedangkan pemakai telpon seluler mencapai 59,30% atau 36.778

rumah tangga (Susenas 2009, BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat). Data

ini menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap sarana komunikasi

telpon terutama telpon kabel masih sangat terbatas. Sedangkan pemakain

telepon seluler mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan

dengan tahun 2007.

d. Perumahan

Dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi (2,43%) di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat maka kebutuhan akan perumahan akan

semakin tinggi pula. Sementara kemampuan pemerintah daerah untuk

menyediakan perumahan masih rendah. Hal ini terlihat dari masih banyak

terdapat perumahan yang tidak layak huni terutama bagi golongan penduduk

miskin. Rumah tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat umumnya

memiliki rumah dengan dinding tembok hanya 15,49%, rumah dengan dinding

kayu mencapai 83,88% dan rumah dengan dinding bambu 0,26% (Susenas

2009, BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat). Untuk itu peran pihak

pemerintah dan swasta dalam pembangunan perumahan sangat dibutuhkan

untuk menyediakan perumahan yang layak bagi penduduk.

Disamping itu menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan

permukiman khususnya daerah perkotaan dan meningkatnya kawasan

kumuh juga menjadi permasalahan yang harus diantisifasi ke depan. Untuk

memenuhi kebutuhan perumahan bagi penduduk maka tantangan yang

dihadapi adalah: harga rumah semakin mahal akibat dari naiknya harga

bahan bangunan. Masyarakat umumnya lebih memilih membangun lokasi

permukiman di tepi sungai dan dipinggir jalan raya sehingga akan

menimbulkan hunian yang kumuh dan tidak bersih, yang berakibat dapat

menurunkan kualitas lingkungan perumahan.

Data hasil SUSENAS 2009 menunjukkan bahwa 74,24 % rumah

tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki rumah sendiri

Page 55: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 46

sedangkan sisanya mengontrak dan menyewa (8,15%); 8,80% tinggal di

rumah dinas; dan 3,80 % tinggal di rumah milik orang tua atau saudara.

Data Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di kabupaten Tanjung Jabung

Barat tahun 2007 didominasi oleh pembangunan tempat usaha sebanyak 104

yang diikuti oleh rumah tinggal sebanyak 31 dan bangunan pertokoan 23 izin.

Walaupun demikian masih sangat sedikit penduduk Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dalam membangun rumah untuk tahun tersebut yang hanya 26

buah. Data jumlah IMB yang dikeluarkan selama tahun 2003 - 2008 di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat berdasarkan jenis bangunannya dapat

dilihat pada Tabel 2.34.

Tabel 2.34. Jumlah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Yang Dikeluarkan oleh Kantor

Pengelolaan Pasar, Kebersihan, dan Tata Bangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tahun Bangunan Pertokoan

Bangunan Tempat Usaha

Bangunan Tempat Tinggal

2008 10 88 43

2007 23 104 31

2006 6 119 25

2005 34 162 31

2004 45 99 47

2003 42 99 47

(Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam Angka, 2009)

Data SUSENAS 2008 juga menunjukkan bahwa hanya 73,88% rumah

tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang memiliki fasilitas buang air

besar sendiri. Sisanya sebanyak 2,91% menggunakan fasilitas tersebut

secara bersama;1,94% menggunakan fasilitas buang air besar umum dan

21,27% tidak memiliki fasilitas untuk buang air besar. Dari data tersebut

diatas terlihat bahwa masih banyak upaya pembangunan yang harus

dilakukan untuk menciptakan rumah yang sehat dengan lingkungan yang

sehat pula.

Page 56: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 47

e. Pemerintahan Umum

1. Perangkat Dareah

Sebagai penjabaran PP No. 41 Tahun 2007, di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat telah dibentuk tiga Perda, yaitu Nomor 13 Tahun 2008

Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan

Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tanjung Jabung

Barat; Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Nomor 14

Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah

Kabupaten Tanjung Jabung Barat; Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata

Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Tabel 2.35. Nama dan Jumlah Kelembagaan Daerah di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Tahun 2008.

NO KATAGORI NAMA LEMBAGA

I Dinas Daerah 1. Dinas Pendidikan; 2. Dinas Kesehatan; 3. Dinas Pekerjaan Umum; 4. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset

Daerah; 5. Dinas Perhubungan, Informatika & Komunikasi; 6. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 7. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 8. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Promosi

Daerah; 9. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; 10. Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan

Pariwisata; 11. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura; 12. Dinas Perikanan dan Kelautan; 13. Dinas Kehutanan; 14. Dinas Perkebunan; 15. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral; 16. Dinas Peternakan.

II Lembaga Teknis Daerah

1. Inspektorat ; 2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan

Penanaman Modal ; 3. Badan Kepegawaian Daerah ; 4. Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Masyarakat dan Perempuan; 5. Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan

Masyarakat; 6. Badan Lingkungan Hidup Daerah; 7. Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan dan

Kehutanan;

Page 57: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 48

8. Kantor Penelitian dan Pengembangan Daerah; 9. Kantor Ketahanan Pangan; 10. Kantor Penanggulangan Kebakaran; 11. Kantor Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan Tata

Bangunan; 12. Kantor Pengolahan Data Elektronik, Perpustakaan,

Kearsipan dan Dokumentasi; 13. Kantor Satuan Polisi Pamong Praja; 14. Rumah Sakit Umum Daerah.

III Sekretariat Daerah 1. Sekretariat Daerah 2. Sekretariat DPRD

Berdasarkan 3 (tiga) Perda kelembagaan daerah tersebut di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat saat ini terdapat 16 dinas daerah, 14

lembaga teknis daerah, dan 2 sekretariat, dengan jumlah keseluruhan 32 (tiga

pulu dua satuan kerja perangkat daerah (SKPD). Jumlah SKPD tersebut

mengalami penambahan jika dibanding kelembagaan daerah yang ada

sebelumnya. Banyaknya jumlah SKPD di satu sisi merupakan kebutuhan

untuk dapat meningkatkan kinerja pemerintahan daerah dalam rangka

pelayanan masyarakat, namun di sisi lain dapat berdampak pada peningkatan

anggaran opersional.

2. Jumlah Pegawai

Pegawai atau aparatur pemerintah daerah merupakan ujung tombak

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat, oleh

karena itu kecukupan julah dan kualitas sangat vital untuk jalannya

pemerintahan daerah. Sesusai dengan perkembangan urusan dan pelayanan

pemerintah daerah, maka jumlah aparatur pemerintah daerah cenderung

berkembang jumlahnya. Mengenai keadaan perkembangan jumlah pegawai

pemda kab. tanjung jabung barat digambarkan dalam Tabel 2.36. berikut.

Tabel 2.36.

Jumlah Pegawai Pemda Kab. Tanjung Jabung Barat Menurut Status Kepegawaian Tahun 2005 – 2008.

Tahun Jumlah Pegawai

Gol I Gol II Gol III Gol IV Jumlah

2005 33 887 1932 225 3077

2006 27 803 2040 276 3146

2007 58 1.115 2.007 640 3820

2008 64 1166 1999 705 3934

Page 58: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 49

Dalam rangka pelayanan publik rasio jumlah pegawai dengan jumlah

penduduk menjadi penting. Karena semakin tinggi rasionya maka akan

semakin banyak jumlah masyarakat yang terlayani. Dari data jumlah pegawai

pada Tabel 2.37. tersebut jika dibandingkan dengan jumlah penduduk

Kabupaten Tanjung Barat, maka rasionya adalah sebagaimana terlihat dalam

tabel berikut.

Tabel 2.37. Rasio Jumlah Pegawai Pemda dengan Jumlah penduduk Kab. Tanjung

Jabung Barat Menurut Status Kepegawaian Tahun 2005 – 2008

Tahun Jumlah

Penduduk Jumlah Pegawai Rasio

2005 241.247 3077 1:78

2006 245.224 3146 1:77

2007 245.460 3820 1:64

2008 250,746 3934 1:63

Dari data tersebut menunjukkan bahwa rasio jumlah penduduk dengan

jumlah pegawai daerah adalah 1:78 pada tahun pada tahun 2005, 1:77 pada

tahun 2006, 1:64 pada tahun 2007 dan 1:63 pada tahun 2008. Kondisi ini

menunjukkan tren peningkatan rasio pegawai daerah dibanding dengan

jumlah penduduk.

Berkenaan dengan kelembagaan daerah dan aparatur daerah, terdapat

dua persoalan mendasar, pertama, apakah dengan jumlah pegawai daerah

telah memapu mengisi kelembagaan daerah yang bertambah? Jika tidak

maka akan ditemui beberapa posisi dalam struktur kelembagaan daerah yang

tidak terisi. Apakah dengan jumlah kelembagaan dan pegwai daerah tersebut

telah mempu memberikan pelanyanan publik secara baik, yang biayasanya

diukur dengan menggunakan indek kepuasan masyarakat (IKM)? Dua hal

tersebut merupakan tantangan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat ke depan.

f. Ketentraman dan Ketertiban

Ketertiban dan ketentraman (tamtib) merupakan prasyarat bagi

terselenggaranya kegiatan pembangunan dan menjamin terpeliharanya hasil-

Page 59: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 50

hasil pembangunan. Oleh karena itu pemeliharaan trantib senatiasa menjadi

perhatian. Sehubungan dengan hal tersebut, kondisi tantib, khususnya

kejahatan yang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat cenderung masih

tinggi dengan dan berkembang secara fluktuatif. Dengan angka tertinggi

pada tahun 2006, yaitu mencapai 234 kejadian, namun kondisi tersebut turun

sedikit pada tahun 2007 demikian pula pada tahun 2008 menjadi 219. Secara

lengkap perkembangan Tramtib dari tahun 2003-2008 adalah mana tertuang

dalam tabel berikut.

Tabel 2.38. Banyaknya Peristiwa Kejahatan yang Dilaporkan dan Diselesaikan di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2003-2008

Tahun Dilaporkan Diselesaikan Tingkat

Penyelesaian(%)

Trend (%)

2003 155 108 69,67 -

2004 244 138 54,91 + 36,47

2005 382 210 54,97 + 36,12

2006 234 155 66,23 - 38,74

2007 231 145 62,77 -1,29

2008 219 157 71,68 -5,47

Sumber : POLRES Kabupaten Tanjung Jabung

Dari data tersebut dalam Tabel 2.38., dari sisi perkembangan jumlah

kriminalitas dari tahun 2003-2005 terjadi peningkatan jumlah kriminalitas,

masing-masing 36,47% pada tahun 2004 dan 36,12% pada tahun 2005.

Namun sejak tahun 2006 sampai tahun 2007 terus mengalami penurunan

jumlah kriminalitas masing-masing 38,74% pada tahun 2006 dan 1,29% pada

tahun 2007. Pada tahun 2008 menurun lagi sebesar 5,47%. Sedangkan dari

sisi tingkat penyelesaian kasus-kasus kriminalitas dari tahun 2003 dan 2004

mengalami penurunan prosentase penyelesaian, yaitu dari 69,67 menjadi

54,91. namun semenjak tahun 2004 terus mengalami peningkatan menjadi

54,97 pada tahun 2005 dan. 66,23 pada tahun 2006. Sayangnya pada tahun

2007 kembali mengalami penurunan menjadi 62,77. Namun pada tahun 2008

meningkat menjadi 71,68.

Page 60: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 51

Gambaran di data tersebut jika dibandingkan dengan jumlah penduduk,

maka dapat diukur indek kriminalitas sebagai berikut :

Tabel. 2.39.

Indek Kriminalitas Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2008.

Tahun Jumlah

Penduduk Julah Kejahatan

Dilaporkan Indek

Kejahatan

2005 241.247 382 15,83

2006 245.224 234 9,54

2007 245.460 231 9,41

2008 250,746 219 8,74

Berdasarkan Tabel 2.39. tersebut terlihat ada kecenerungan

penurunan indek kejahatan di Kabupaten Tajung Jabung Barat dari 15,83

tahun 2005 menjadi 9,54 tahun 2006 menjadi 9,41 di tahun 2007. Pada tahun

2008 mencapai 8,74 yang merupakan angka terendah selam lima tahun

terakhir. Angka tersebut terjadi karena didukung dengan kondisi sosial

ekonomi yang juga cendrung membaik. Namun kondisi tersebut dapat saja

berubah ketika faktor sosial ekonomi dan politik kurang kondusif.

Berkenaan dengan kegiatan trantib, salah satu unsur penunjang adalah

adanya aparat trantib. Berkenaan dengan aparat Tramtib di Kabupaten

Tanjung Barat dapat digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 2.40. Banyaknya Anggota Linmas, Kamra, Wanra Dan Hansip Pada Kawamil

Hansip Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004-2008

Tahun Matrik Linmas PAM Pimilu

2004 2.517 60 2.437

2005 - 60 1.305

2006 - 352 -

2007 3.620 249 -

2008 - 287 1198

Page 61: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 52

g. Perizinan

Diantara pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah daerah

adalah pelayanan perizinan. Dari berbagai jenis perizinan yang diberikan di

antaranya adalah izin bangunan. Mengenai realisasi perizinan dapat dilihat

perkembangannya berdsarkan Tabel. 2.40. berikut ini.

Tabel. 2.40. Jumlah Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dikeluarkan oleh

Kantor Pengelolaan Pasar, Kebersihan, dan Tata Bangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2003 – 2008.

Tahun Jenis Bangunan

Bangunan Pertokoan

Bangunan Tempat Usaha

Bangunan Tempat Tinggal

2003 42 99 47

2004 45 99 47

2005 34 162 31

2006 6 119 25

2007 23 104 31

2008 10 88 43

Sumber : Kantor Pengelolaan Pasar, Kebersihan dan Tata Bangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Berkenaan dengan perizinan, yang menjadi persoalan adalah

mengenai kemudahan dan kejelasan prosedur, waktu penyelesaian dan

biaya. Berkenaan dengan perizinan ini terdapat sejumlah Perda yang menjadi

landasan bagi prosedur dan pungutan daerah dalam perizinan. Pada saat ini

belum setiap perizinan dirasakan mudah dan dapat menunjang inverstasi

daerah. Oleh karena itu tantangan ke depan adalah bagaimana supaya setiap

Perda perizinan ramah terhadap kegiatan investasi.

h. Pertanahan

Tanah merupakan modal dasar dalam pembangunan daerah. Sebagai

daerah agraris masyarakat masih sangat tergantung dengan keberadaan dan

kepemilikan tanah. Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat saat ini masih

banyak ditemui konflik yang berobyekkan tanah. Hal ini terkait degan

tataguna tanah dan status hukum penguasaan atau pemilikan tanah. Oleh

karena itu adanya kejelasan mengenai hal tersebut menjadi penting.

Page 62: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 53

Berkenaan degan hal tersebut, dalam rangka tertib administrasi

pertanahan telah diberikan status penguasaan tanah, yang

perkembangannya dapat dilihat pada tabel Tabel. 2.176. berikut.

Tabel. 2.41. Banyaknya Persil Tanah yang Diberikan Berdasarkan

Surat Keputusan Hak Pakai, Hak Guna Banagunan, Hak Milik Tanah di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2003-2008

Tahun

Hak Milik Hak Guna Bangunan

Hak Pakai

Banyaknya Persil

Luas Tanah (m2)

Banyaknya Persil

Luas Tanah (m2)

Banyaknya Persil

Luas Tanah (m2)

2003 1.923 1.468.239 2 171.579 10 274.642

2004 1.299 125.997 4 72.067 4 54.015

2005 34 33,5883 4 38.061 12 101.428

2006 511 3.104.942 3 168.770 16 99.651

2007 219 1.285.065 3 10.085 25 250.340

2008 1.561 2.637.469 3 3.309 6 40.207

Sumber : Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2.4. Aspek Daya Saing

2.4.1. Pertanian

a. Kontribusi Sektor Pertanian

Seberapa jauh peran sektor pertanian dalam pembangunan Kabupaten

Tanjab Barat, dapat dilihat melalui Produk Domestik Regional Bruto

Kabupaten Tanjab Barat, sebagaimana tercermin pada Tabel 2.41 di

dibawah terlihat bahwa walaupun tidak terlalu dominan kontribusi sektor

pertanian masih cukup berperan dalam mendukung perekonomian wilayah

Kabupaten Tanjab Barat selama kurun waktu 2000-2008. Pada tahun 2000

sektor pertanian mampu menyumbang sebesar 23,85% dari total PDRB

Kabupaten Tanjab Barat dan sampai pada tahun 2007 terlihat menurun

menjadi 22,82%. Walaupun kontribusi sektor pertanian ini terus menurun,

namun secara riil PDRB nya terus meningkat dari Rp. 266.243,18 juta tahun

tahun 2000 menjadi Rp. 459,866.69 juta tahun 2008 dengan rata-rata

pertumbuhan mencapai 7,07%.

Page 63: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 54

Kalau ditelusuri lebih lanjut dalam sektor pertanian sampai tahun 2008

ternyata sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 21,3 terhadap

Produk Domestik Regional Bruto kepada Kabupaten Tanjung Jabung Barat

atas dasar harga berlaku rata-rata. Sumbangan sub sektor perkebunan

memberikan kontribusi tertinggi di sektor pertanian dengan sumbangan rata-

rata sebesar 10,19 pada tahun 2008. Kalau dilihat lebih jauh peningkatan

kontribusi ini tidak terlepas dari perkembangan yang siknifikan dari

perkebunan sawit, kelapa, karet dan pinang.

Page 64: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II - 55

Tabel 2.41. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2008 (Juta rupiah)

LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005*) 2006**) 2007***) 2008 GR (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

1. PERTANIAN 266.243,58 284.243,48 309.197,40 326.642,35 344.268,56 368.162,18 397.001,08 430.208,43 459,866.69 8,34

a. Tanaman Bahan Makanan 73.733,41 75.307,04 80.308,89 86.412,37 91.389,72 92.543,77 99.287,24 107.546,42 117,968.56 6,51

b. Tanaman Perkebunan 97.957,29 109.894,90 124.325,46 142.013,29 161.162,97 184.349,43 198.942,01 215.935,66 225,964.56 14,11

c, Peternakan dan Hasil-hasilnya 16.143,14 16.506,05 18.075,59 20.531,94 22.324,46 23.185,60 25.257,93 27.605,45 30,135.56 9,37

d. K e h u t a n a n 48.253,15 48.229,28 47.945,08 37.019,38 27.379,81 25.400,33 26.753,06 28.272,56 30,315.65 -8,54

e. Perikanan 30.156,58 34.306,22 38.542,37 40.665,37 42.011,60 42.683,05 46.760,85 50.848,34 55,482.36 9,12

Page 65: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-56

Tabel 2.42. Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2008

LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005*) 2006**) 2007 ***) 2008 GR

(%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. PERTANIAN 23,85 22,21 23,46 24,73 23,58 21,99 21.40 21.08 21.53 -1,79

a. Tanaman Bahan Makanan 6,6 6,02 6,1 5,85 5,52 5,05 4.96 4.98 5.29 -4,34

b. Tanaman Perkebunan 8,77 8,71 9,77 10,96 11,38 11,06 10,62 10.39 10.19 3,12

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,45 1,27 1,24 1,25 1,23 1,16 1.22 1,23 1,31 -2,45

d. K e h u t a n a n 4,32 3,61 3,4 2,73 1,86 1,56 1,49 1,42 1,48

-16,76

e. Perikanan 2,7 2,6 2,94 3,94 3,59 3,16 3,11 3,06 3,26 2,39

Tabel 2.43. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2007

LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005*) 2006**) 2007***)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. PERTANIAN 100,00 106,76 116,13 122,69 129,31 138,28 149,11 161,58

a. Tanaman Bahan Makanan 100,00 102,13 108,92 117,20 123,95 125,51 134,66 145,86

b. Tanaman Perkebunan 100,00 112,19 126,92 144,97 164,52 188,19 203,09 220,44

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 100,00 102,25 111,97 127,19 138,29 143,63 156,46 171,00

d. K e h u t a n a n 100,00 99,95 99,36 76,72 56,74 52,64 55,44 58,59

e. Perikanan 100,00 113,76 127,81 134,85 139,31 141,54 155,06 168,61

Tabel 2.44. Indeks Berantai Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2007

LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005*) 2006**) 2007***)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. PERTANIAN - 112,93 125,00 127,96 119,99 113,76 109,66 109,59

a. Tanaman Bahan Makanan - 110,58 119,93 116,31 118,82 111,61 110,55 111,91

b. Tanaman Perkebunan - 120,33 132,81 136,10 130,69 118,57 108,19 108,78

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya - 106,47 115,95 122,17 123,51 114,70 119,45 111,54

d. K e h u t a n a n - 101,41 111,31 97,48 85,88 102,21 107,77 105,81

e. Perikanan - 116,51 134,08 162,80 114,46 107,50 110,73 109,74

Page 66: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-57

Tabel 2.45. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2000-2007

LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005*) 2006**) 2007***)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. PERTANIAN - 106,76 108,78 105,64 105,40 106,94 107,83 108,36

a. Tanaman Bahan Makanan - 102,13 106,64 107,60 105,76 101,26 107,29 108,32

b. Tanaman Perkebunan - 112,19 113,13 114,23 113,48 114,39 107,92 108,54

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya - 102,25 109,51 113,59 108,73 103,86 108,94 109,29

d. K e h u t a n a n - 99,95 99,41 77,21 73,96 92,77 105,33 105,68

e. Perikanan - 113,76 112,35 105,51 103,31 101,60 109,55 108,74

Sedangkan pada sektor tanaman pangan dan bahan makanan yang

menunjukkan sumbangannya dalam menopang perekonomian yang terus

menurun dari 6,60% sejak tahun 2000 menjadi 5,29% pada tahun 2008 atau

rata penuruan mencapai 1,79%. Penurunan ini kelihatannya perlu mendapat

perhatian yang serius dari pemerintah Kabupaten Tanjab Barat ke depan.

Sedangkan untuk sektor Kehutanan kontribusinya terlihat PDRB riil

terlihat menurun dari Rp. 48.253,15 juta tahun 2000 menjadi Rp. 30,315.65

tahun 2008 atau turun sampai -8,54%. Sedangkan kontribusinya juga terlihat

kecendrungan sangat menurun dari 4,32% tahun 2000 menjadi 1,48% tahun

2008. Keadaan penurunan ini juga seiring dengan kontribusi sector kehutanan

provinsi Jambi pada tahun 2007 dalam menopang perekonomian. Penurunan

ini juga memberikan “early warning” (peringatan dini) bagi kita bahwa dimasa

mendatang kita tidak bisa berharap banyak lagi dari sector kehutanan ini

dalam menopang perekonomian daerah. Terlebih lagi sangat menguatnya

issu lingkungan dan pembangunan berkelanjutan dewasa ini. Kondisi kritis

kehutanan kita selama ini pada hakekatnya tidak terlepas dari sisitim

Page 67: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-58

pengelolaan hutan yang hanya berorientasi pada Produksi tanpa

memperhatiakan rehabilitasi dan konservasi hutan sehingga mempengaruhi

‘water balance’ atau keseimbangan pasokan air. Konservasi dan rehabilitasi

hutan merupakan pilihan prioritas yang tidak dapat ditawarkan lagi pada

sector kehutanan ini.

Kegiatan sub-sektor peternakan dalam 8 tahun terakhir (2000-2008)

terlihat perkembangannya secara riil PDRB nya terus meningkat dari Rp.

16.143,14 juta tahun tahun 2000 menjadi Rp. 30,135.56 juta tahun 2008

namun kontribusinya terhadap nilai tambah sektor pertanian cenderung

menurun dalam kurun waktu 2000-2008 dari 1,45% menjadi 1,31% atau

secara rata-rata terus menurun yakni mencapai -2.45. Penurunan kontribusi

sektor peternakan ini disebabkan sangat pesatnya peningkatan kontribusi

sektor-sektor lain. Untuk sektor perikanan merupakan sektor yang

memperlihatkan perkembangan yang positif. Hal ini terlihat dengan

meningkatnya pertumbuhan riil PDRB perikanan dari dari Rp. 30.156,58

juta menjadi Rp. 55,482.36 juta tahun 2008 atau 9,12%. Kenaikan ini seiring

dengan meningkatanya kontribusi sektor ini dari 2,7% tahun 2000 menjadi

3,26% tahun 2008 atau naik secara rata-rata 2,39%.

b. Tanaman Pertanian dan Tanaman Pangan

Luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah dan ladang

Kabupaten Tanjab Barat dapat dilihat pada Tabel 2.46..

Page 68: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-59

Tabel 2.46. Luas panen, Produksi dan Produkstivitas Padi Sawah dan Ladang

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2003-2008.

Keterangan 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pert.

Rata-rata (%)

Jumlah Pddk Tanjab Barat

227.688 229.737 235.700 237.547 245.460 250,746 1,95

Luas Panen Sawah (Ha)

14.362 13.929 13.902 14.291 17.473 17.519 4,05

Luas Panen Ladang (Ha)

1.148 1.711 1.427 1.647 1.791 1.554 6,24

Total Luas Panen 15.510 15.640 15.329 15.938 19.264 19.073 4,22

Produksi padi Sawah (ton)

49.190 48.564 48.247 49.297 61.990 60.686 4,29

Produksi padi Ladang (ton)

2.715 4.280 3.343 3.771 4.131 3.680 6,27

Total produksi padi GKG (ton)

51.905 52.844 51.590 53.068 66.121 64.366 4,40

Produktivitas sawah (ton/Ha)

3,43 3,49 3,47 3,45 3,55 3,46 0,17

Produktivitas ladang (ton/Ha)

2,36 2,50 2,34 2,29 2,31 2,0 -3,26

Sumber: Tanjab Barat dalam Angka 2003-2007

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa telah terjadi peningkatan jumlah

penduduk Kabupaten Tanjab Barat dari 227.688 jiwa tahun 2003 menjadi

250,746 jiwa tahun 2008 dengan laju pertumbuhan 1,95% pertahun.

Peningkatan jumlah penduduk ini terlihat seiring dengan meningkatnya

kinerja hasil pertanian (padi, sawah dan ladang) terutama di tahun 2007.

Kenaikan ini tidak terlepas dari naiknya produktivitas padi sawah dan

meningkatnya luas panen padi sawah dan ladang dari 15.510 Ha pada tahun

2003 menjadi 19.073 Ha tahun 2008 dengan laju kenaikan mencapai 4,22%.

Kenaikan ini sangat berkontribusi terhadap total produksi padi yang naik dari

51.905 ton GKG tahun 2003 menjadi 64.366 ton tahun 2008 atau naik secara

Page 69: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-60

rata-rata 4,40%. Kenaikan ini sangat mendukung program swasembada di

Kab. Tanjung Jabung Barat.

Untuk ke depan adanya gejolak harga pangan dunia terutama beras

peningkatan produksi padi ini harus dipertahankan.

c. Ketersedian Beras di Konsumsi

Kalau ditelusuri lagi dalam hal penyedian beras yang tersedia

dikonsumsi untuk masyarakat Kabupaten Tanjab Barat, terlihat bahwa sejak

tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 sudah mencukupi kebutuhannya

sendiri sebagaimana terlihat pada Tabel 2.47. dibawah ini bahkan cendrung

surplus.

Pada Tabel 2.47. terlihat bahwa sampai akhir tahun 2007 perbandingan

antara beras kebutuhan 28.147 Ton tahun 2007 dengan tersedia dikonsumsi

mencapai 41.048 ton tahun 2007 menjadikan Kabupaten Tanjab Barat

mengalamii kelebihan sebanyak 12.901 ton beras untuk tahun 2007. Surplus

tersebut menjadikan Kabupaten Tanjab Barat masih layak dikatakan lumbung

beras di Provinsi Jambi. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa

hasil pertanian khusus padi sawah yang diperoleh selama periode tahun 2003

sampai 2007 sangat berlebih sehingga terjadinya surplus beras.

Page 70: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-61

Tabel 2.47.

Ketersedian Beras Kabupaten Tanjab Barat Tahun 2003-2008.

Keterangan 2003 2004 2005 2006 2007

2008 Pert.

Rata-rata (%)

Jumlah Pddk Tanjab Barat

227.688 229.737 235.700 237.547 245.460 250,746 1,90

(Pertengahan Tahun)

Produksi Padi (GKG) 51.905 52.844 51.590 53.068 66.121 64.366 6,24

Produksi beras (ton) 32.804 33.397 32.605 33.539 41.788 40.679,36 6,24

Tersedia beras dikonsumsi di rumah tangga (Ton)

32.223 32.806 32.028 32.945 41.048 6,24

Kebutuhan beras Konsumsi (TON) per tahun

28.743 29.002 29.755 27.240 28.147 -0,52

Plus/minus (Ton) 3.490 3.163 2.273 5.705 12.901 38,66

Persentase kelebihan dari kebutuhan konsumsi (%)

12,14 10,67 7,64 20,94 45,83 39,39

Tersedia beras dikonsumsi/kap/thn (kap/thn/kg)

12,14 10,67 7,64 20,94 45,83 39,39

Tersedia beras dikonsumsi/kap/thn (kap/thn/kg)

141,52 126,24 135,89 138,69 167,23 4,26

Kabupaten Tanjab Barat

Kebutuhan beras Konsumsi dikonsumsi/kap/thn (kg)-

126,24 126,24 126,24 114,67 114,67 -2,37

Provinsi Jambi

Sumber: Tanjab Barat dalam Angka 2003-2008

Dari perspektif swasembada pangan (beras) kondisi tersebut perlu

dipertahankan, karena dalam terminologi swasembada pangan yang ideal

adalah ketersediaan beras sampai tingkat rumah tangga paling tidak 90-95%

harus dapat disediakan secara mandiri di Kabupaten Tanjab Barat. Dengan

capaian ini, untuk ke depan diperlukan strategi dan upaya untuk mencukupi

mempertahankan prestasi dari sisi ketersediaan pangan khususnya beras di

masa mendatang.

Berdasarkan Tabel 2.48. terlihat daerah yang sangat potensial untuk

menghasilkan beras secara berturut-turut adalah Kecamatan Pengabuan dan

diikuti oleh Kecamatan Betara dan Tungkal Ilir.

Untuk melihat secara rinci daerah penghasil beras di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dapat dilihat pada Tabel 2.48. dibawah ini.

Page 71: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-62

Tabel 2.48.

Luas Panen dan Produksi Tanaman Padi Sawah dan Ladang Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008.

No Kecamatan

Luas Panen Produksi (Ton) Produksi

(Ha) GKG (Ton) GKG

Sawah Ladang Ladang+

Sawah Ladang Sawah+

Sawah Ladang

1 Tungkal Ulu 1.461 339 1.800 5.147 885 6.032

2 Merlung 6 1.215 1.221 19 2.795 2.814

3 Tungkal Ilir 2.613 0 2.613 8.910 0 8.910

4 Pengabuan 10.509 0 10.509 36.707 0 36.707

5 Betara 2.930 0 2.930 9.903 0 9.903

Jumlah 17.519 1.554 19.073 60.686 3.680 64.366

Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam angka 2008

Dalam rangka swasembada pangan terutama beras di Kabupaten

Tanjab Barat, ke depan diperlukan upaya intensifikasi padi disamping usaha

ekstensifikasi salah satunya bisa saja dengan pemanfaatan lahan tidur untuk

meningkatkan produksi padi terutama di lima kecamatan potensial penghasil

padi di Kabupaten Tanjab Barat.

d. Luas Panen, Produksi dan Produkstivitas Palawija

Untuk melihat luas panen dan produksi palawija dapat dilihat pada

Tabel 2.49. Kalau diperhatikan kecenderungan perkembangan luas panen

palawija di Kabupaten Tanjab Barat (Tabel 2.49), secara umum dapat

dikatakan terjadi kenaikan luas panen palawija di Kabupaten Tanjab Barat

Kenaikan luas panen ini berdampak terjadinya kenaikan produksi

palawija secara keseluruhan. Namun kenaikan ini tidak selalu diikuti oleh

kenaikan produktivitas palawija dimana produktivitas ubi kayu, ubi jalar,

Page 72: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-63

kacang hijau dan kacang tanah mengalami penurnan. Penrunan ini

diperkirakan terkait tidak digunakannya bibit unggal dalam pertanian palawija.

Namun kondisi demikian dari perspektif ketahanan pangan introduksi

bibit unggul dan dengan pertanian yang tepat perlu dipkirkan dimasa

mendatang.

Tabel 2.49.

Luas Panen Palawija di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2003 – 2008

Uraian Produksi Rata-rata

Pert. (%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Luas Panen (Ha)

a. Jagung 300 387 427 333 445 684 17,92

b. Kedelai 120 74 39 112 203 408 27,73

c. Ubi Kayu 174 154 169 142 204 218 4,61

d. Ubi Jalar 53 63 63 60 77 77 7,76

e. Kacang Hijau 26 25 25 19 30 31 3,58

f. Kacang Tanah 31 36 34 39 64 66 16,32

g. Sayur-sayuran 270 456 441 453 556 667 19,83

Produksi (kw)

a. Jagung 6368 8370 8850 7140 9500 14.830 18,42

b. Kedelai 1156 820 420 1.078 1.980 5.040 34,24

c. Ubi Kayu 15.397 13.240 14.210 10.107 17.310 18.240 3,45

d. Ubi Jalar 3822 4563 4557 4.342 5450 5.390 7,12

e. Kacang Hijau 260 260 270 190 299 310 3,58

f. Kacang Tanah 333 390 37 420 685 720 16,67

g. Sayur-sayuran 4442,5 7620 7590 11.874 15.593 13.488 24,87

Produktivitas (Kw/Ha)

a. Jagung 21,2 21,6 20,7 21,44 21,35 21.68 0,45

b. Kedelai 9,6 11,1 10,8 9,62 9,75 12.35 5,17

c. Ubi Kayu 88,4 86 84 71,18 84,85 83.67 -1,09

d. Ubi Jalar(kw/Ha) 72,11 72,4 72,3 72,36 70,78 70.00 -0,59

e. Kacang Hijau 10 10,04 10,8 10.00 9,97 10.00 0,00

f. Kacang Tanah 10,74 10,8 10.90 10,7 10,7 10.91 0,31

g. Sayur-sayuran (kw/Ha)

16,45 16,7 12,7 26,21 28,04 20.22 4,21

Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam angka 2003-2007

Page 73: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-64

Untuk ke depan permasalahan penurunan luas panen palawija ini perlu

dicarikan solusinya misalnya dengan subsidi output produk palawija agar

petani bergairah lagi untuk menanamnya dan sekaligus dapat meningkatkan

pendapatan petani dan kesejahteraannya.

Berdasarkan Tabel 2.50. terlihat bahwa untuk penanaman jagung

cukup tersebar dan terbanyak ditanam di Kecamatan Merlung dan diikuti oleh

kecamatan Tungkal Ilir dan Tungkal Ulu. Sedangkan untuk komoditi Kedele

terbesar terdapat di Kecamatan Merlung. Untuk kacang hijau sebanyak 228

Ha di tanam di kecamatan Merlung. Untuk ke depan dalam rangka

meningkatan ketahanan pangan (swasembada) dapat dilakukan peningkatan

produksi dan produktivitas palawija di daerah potensial penghasil palawija

melalui intensifikasi dan ekstensifikasi tanaman palawija.

Tabel 2.50.

Produksi Panen Palawija Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

No Kecamatan

Luas Panen (Ha)

Jagung Kacang Kedelai

Ketela Pohon

Ketela Rambat

Kacang Tanah

Kacang Hijau

1 Tungkal Ulu 1.660 350 4.720 1760 310 50

2 Merlung 2.630 1.070 4.930 2880 294 228

3 Tungkal Ilir 2.460 560 2.360 380 61 0

4 Pengabuan 1.310 0 4.380 430 0 21

5 Betara 1.440 0 920 0 20 0

Jumlah 9.500 1.980 17.310 5450 685 299

Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam angka 2008

2.4.2. Peternakan

a. Populasi Ternak

Berdasarkan Tabel 2.51. terlihat bahwa terjadi kenaikan populasi sapi

dari 6.554 ekor tahun 2003 menjadi 8.726 ekor tahun 2008 dengan laju

Page 74: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-65

kenaikan 5,89% per tahun. Namun untuk ternak kerbau dimana juga terjadi

penurunan populasi ternak kerbau dari 1.169 ekor tahun 2003 menjadi 1004

ekor tahun 2008 dengan laju penurunan -3,00% per tahun. Penurunan juga

terjadi pada ternak babi dengan penurunan -5,48% rata-rata per tahun.

Kenaikan populasi ternak juga terjadi pada kambing dari 9.906 ekor

tahun 2003 menjadi 19.485 ekor tahun 2008 dengan laju kenaikan 14,49% per

tahun. Hal yang sama juga terjadi pada Domba dimana terjadi kenaikan dari

798 ekor tahun 2003 menjadi 1.041 ekor tahun 2008 dengan laju kenaikan

5,46% per tahun Terjadinya peningkatan populasi ini perlu dipertahankan

dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani di Kabupaten Tanjab

Barat.

Tabel 2.51.

Jumlah Populasi Ternak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2003- 2008 (Ekor)

JENIS TERNAK

(Ekor)

TAHUN Pert. Rata-rata

(%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Sapi 6.554 6.737 7.048 7.493 7.959 8.726 5,89

Kerbau 1.169 1087 972 982 838 1004 -3,00

Kambing 9.906 10.499 10.099 12.516 16.218 19.485 14,49

Domba 798 668 522 653 912 1.041 5,46

Babi 786 318 490 561 636 593 -5,48

Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam angka 2008

Sedangkan untuk populasi Unggas secara umum terjadi penurunan

dengan penurunan terendah terjadi pada Ayam buras dimana pada tahun

2003 menjacapai 571.762 ekor menjadi 505.675 ekor pada tahun 2008.

Penurunan ini terjadinya karena merebaknya kasus flu burung yang juga

berjangkit di Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Page 75: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-66

Tabel 2.52 Jumlah Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tahun 2000- 2008 (Ekor)

Jenis Ternak Tahun

GR (%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Pedaging 195.464 248.244 357.822 119.739 95.418 100.189 -12,51

Petelur - - 1.805 555 855 -

Buras 571.762 306.945 306.072 443.354 601.731 505.675 -2,43

Itik 313.785 725.217 144.900 167.514 201.601 98.352 -20,71

Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam angka 2008

b. Pemotongan dan Produksi daging ternak

Sapi

Berdasarkan Tabel 2.53. terlihat bahwa terjadi kenaikan yang cukup

tinggi pada sapi, kerbau dan kambing kecuali untuk ternak Domba dan Babi.

Untuk kerbau terjadi tingkat pemotongan yang sangat tajam dari 21 ekor tahun

2003 menjadi 188 ekor tahun 2008 atau terjadi kenaikan 55,02%. Sedangkan

untuk sapi juga terjadi kenaikan dari 806 ekor tahun 2003 menjadi 2032 ekor

tahun 2008 atau naik sebesar 20,31%. Terutama untuk kerbau kenaikan

angka pemotongan ini juga akan berakibat terjadinya penurunan populasi

kerbau di Kabupaten Tanjung Barat.

Disamping itu dalam hal pemotongan ini yang perlu diwaspadai adalah

terjadinya pemotongan hewan betina produktif yang akan dapat

mempengaruhi percepatan penurunan populasi ternak.

Tabel 2.53.

Jumlah Pemotongan Ternak (Ekor) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2003-2008.

Jenis Ternak Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 GR (%)

Kerbau 21 54 972 126 168 188 55,02

Sapi 806 803 963 1.286 1.890 2032 20,31

Kambing 1.051 1.041 1,955 2.730 1.245 4280 32,42

Domba 71 55 70 129 22 103 7,72

Babi 300 596 705 158 125 144 -13,65

Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam angka 2003-2008

Page 76: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-67

Tabel 2.54. Jumlah Pemotongan Ternak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Menurut Jenis Ternak Tahun 2008

Kecamatan District

Kerbau Buffalo

S a p i Cattle

Kambing Goat

Domba Sheep

Babi Pig

1. Tungkal Ulu 161 541 995 0 94

2. Merlung 24 72 985 75 0

3. Tungkal Ilir 3 1.155 1050 3 50

4. Pengabuan 0 169 1100 0 0

5. Betara 0 95 150 25 0

Jumlah 2008 188 2032 4280 103 144

Selanjutnya untuk kedaan tahun 2008 pemotongan ternak kerbau

terbanyak terdapat kecamatan Tungkal Ulu, sapi terbanyak di Tungkal Ilir,

sedangan untuk kambing terbanyak di Pengabuan, ternak domba di Merlung,

dan Babi terbanyak di Tungkal Ulu.

Ternak Unggas

Produksi Daging Unggas ternak terlihat meningkat sangat tajam dari

1.437.591 kg tahun 2003 menjadi 2.167.744 kg tahun 2007 atau naik 10,81%,

kemudian terjadi penurunan lagi menjadi menjadi 1.975.621 sehingga secara

rata-rata terjadi peningkatan sampai tahun 2008 menjadi 6,56%. Keadaan

yang sama terjadi pada komoditas telur, juga terjadi kenaikan produksi dari

5.739.602 butir tahun 2003 menjadi 13.777.839 butir tahun 2007 atau naik

24,47%, dan kemudian terjadi penurunan kembali tahun 2008 menjadi

10.333.890. Penurunan produksi ini kalau kita lihat mulai terjadi sejak tahun

2006.

Page 77: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-68

Tabel 2.55. Produksi Daging Ayam Dan Telur Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tahun 2003-2008 (Ekor)

Komoditi

Tahun GR (%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Daging (Kg) 1.437.591 1.016.095 703.387 520.425 2.167.744 1.975.621 6,56

Telur (Butir) 5.739.602 13.842.798 3.867.444 14.585.016 13.777.839 10.333.890 12,48

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tabel 2.56. Produksi Daging Ternak Unggas Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tahun 2003-2008 (Kg)

Jenis Ternak Tahun

GR (%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Ayam Buras 565.476 102.478 101.886 223.433 323.649 436.856 -5,03

Pedaging 872.115 739.188 601.501 296.992 1.174.083 1.538.765 12,03

Itik 29.065 6.927 20.231 63.032 79.569 64.223,88 17,18

Produksi ayam daging dari ayam pedaging dan Itik terjadi kenaikan

yang sangat signifikan dimana untuk pedaging meningkat dari 872.115 kg

menjadi 1.538.765 kg atau naik 12,03% tahun 2008. Kenaikan ini seiring

dengan produksi daging itik dari 20.065 kg menjadi 64.223,88 kg atau naik

17,18% tahun 2008 (namun terlihat ada gejala penurunan produksi yang

cukup signifikan dari tahun 2007 ke tahun 2008).

Page 78: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-69

Tabel 2.57. Produksi Daging Ternak Unggas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak Tahun 2008 (Kg)

Kecamatan Ayam Buras Ayam

Pedaging Ayam

Petelur Itik

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tungkal Ulu 94.864 230.000 - 14.266.63

2. Merlung 157.299 102.048 - 23.750

3. Tungkal Ilir 81.979 1.122.527 - 10.532.25

4. Pengabuan 48.302 12.756 - 9.500

5. Betara 54.412 71.434 - 6.175

Jumlah 2008 436.856 1.538.765 … 64.223,88

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tabel 2.58.

Produksi Daging Ternak Besar (Kg) Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Menurut KecamatanDan Jenis Ternak Tahun 2003-2008

Komoditi Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 2008 GR (%)

Kerbau 3.801 8.889 12.674 20.739 276.528 30.418,08 51,58

Sapi 131.834 125.028 204.156 200.261 294.273 316.344 19,13

Kambing 46.789 11.597 21.778 30.412 13.695 47.080 0,12

Domba 3.934 606 771 1.421 243 1.102 -22,47

Babi 28.429 28.310 32.538,50 7.505 5.937 6.840 -24,79

Selanjutnya untuk produksi daging ternak besar terlihat terjadi kenaikan

pada kerbau dan Sapi. Untuk Kerbau produksi dagingnya meningkat dari

3.801 kg tahun 2003 menjadi 30.418,08 kg tahun 2008. Sedangkan untuk sapi

terjadi peningkatan dari 131.834 kg tahun 2003 menjadi 316.344 kg tahun

2008 atau naik sebesar 19,13%. Kenaikan produksi daging ini erat kaitannya

dengan meningkatnya jumlah pemotongan kerbau dan sapi.

Page 79: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-70

Tabel 2.59. Produksi Daging Ternak Besar Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak di

KabupatenTanjung Jabung Barat Tahun 2008

Kecamatan District

Kerbau Buffalos

(Kg)

Sapi Cattle (Kg)

Kuda Horse

(Kg)

Kambing Goat (Kg)

Domba Sheep (Kg)

Babi Pig (Kg)

(1) (2) (3) (4) (2) (3) (4)

1. Tungkal Ulu 26.434.76 84.195 0 10.945 0 4.465

2. Merlung 3.983.32 11.280 0 10.835 826.5 0

3. Tungkal Ilir 0 179.834 0 11.550 0 2.375

4. Pengabuan 0 26.321 0 12.100 0 0

5. Betara 0 14.714 0 1.650 275.5 0

Jumlah 2008 30.418,08 316.344 0 47080 1102 6840

Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2.4.3 Perkebunan

a. Luas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Tanjab Barat

Untuk melihat perkembangan luas tanaman perkebunan di

Kabupaten Tanjab Barat dapat dilihat pada Tabel 2.60. di bawah ini.

Pada Tabel 2.60. secara umum dapat dikatakan bahwa telah terjadi

penurunan luas lahan beberapa komoditi perkebunan di kabupaten Tanjab

Barat seperti karet dan kelapa. Komoditi yang menunjukkan indikasi positif

dalam perkembangan luas lahannya adalah kelapa sawit dan Pinang. Hal

yang menarik terjadi pada komoditi pinang dimana terjadinya kenaikan

perkembangan luas lahan yang sangat signifikan dari 2.508,8 Ha tahun 2005

menjadi 8,309.6 Ha tahun 2008 dengan laju pertumbuhan 48,47% per tahun.

Page 80: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-71

Tabel 2.60. Jumlah Luas dan ProduksiTanaman Perkebunan di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2005 – 2008

Uraian

Produksi ( Ton)

2005 2006 2007 2008 Rata-rata Pert.(%)

Luas Tanam (Ha)

a. Karet 15.458 15.317,5 16.697,1 16,214.5 1,59

b. Kelapa 55.610,6 51.501,1 54.663,7 53,475.1 -1,28

c. Kelapa Sawit 13.332,9 14.600,5 25.595,5 28,644.0 28,70

d. Kopi 2.378,8 2.100,3 2.306,8 2,304.3 -1,05

e. Pinang 2.508,8 2.634,7 7.936,5 8,309.6 48,47

Produksi (ton)

a. Karet 4.511,7 9.544,7 5.888 14,026.6 45,40

b. Kelapa 59.763,1 79.585,1 50.742,9 58,810.9 -0,53

c. Kelapa Sawit 10.961,7 80.230,4 28.836,1 29,514.9 38,66

d. Kopi 1.054,3 2.234,8 948,2 943.7 -3,59

e. Pinang 2.640,5 4.933,2 12.222,2 9,903.1 80,99

Sumber: Tanjung Jabung Barat dalam angka 2005-2008

Seiring dengan peningkatan luas lahan ini juga terjadi peningkatan

produksi hampir semua komoditi perkebunan di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat kecuali kelapa dan kopi. Hal terlihat dengan meningkatkatnya produksi

karet dari 4.511,70 ton tahun 2005 menjadi 14,026.6 ton tahun 2008 dengan

laju pertumbuhan 45,40% per tahun. Peningkatan produksi yang sangat

signifikan terjadi pada kelapa sawit dari 10.961,70 ton tahun 2005 menjadi

29,514.9 ton tahun 2008. Hal yang sama juga terjadi pada produski pinang

yang meningkat dari 2.640,5 ton tahun 2005 menjadi 9,903.1 ton tahun 2008

(terjadi peningkatan yang sangat peningkatan dengan angka rata-rata 80,99%

per tahun). Perkembangan ini cukup menarik disimak dan diperkirakan

perkembangan yang pesat dari luas tanaman pinang ini dapat disebabkan

masih membaiknya harga pinang di pasaran global.

Page 81: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-72

Tabel 2.61 Pendapatan Bruto Petani Perkebunan Tahun 2006

No Komoditi Produksi

(Ton)

Harga Rata-Rata Di Tingkat

Petani ( Rp/Kg )

Pendapatan Bruto Petani ( Rp X 000 )

Bentuk Produksi

1. Karet 5.981 5.500 32.895.500 Slab

2. Kelapa

Sawit 99.083 1.200 118.899.600 TBS

3. K e l a p a 51.959 850 44.165.150 Kopra

4. Cassiavera - - - -

5. K o p i 1.393 15.000 20.895.000 Biji Kering

6 Pinang 2.561 2.500 6.402.500 Biji Kering

JUMLAH 160.977 25.050 223.257.750

Tabel 2.62 Pendapatan Bruto Petani Perkebunan Tahun 2007.

No. Komoditi Produksi

(Ton)

Harga Rata-Rata Di Tingkat

Petani ( Rp/Kg )

Pendapatan Bruto Petani ( Rp X 000 )

Bentuk Produksi

1. Karet 8.537 6.500 55.490.500 Slab

2. Kelapa

Sawit 183.200 1.400 256.480.00

TBS

3. K e l a p a 50.743 900 45.668.700 Kopra

4. Cassiavera - - - -

5. K o p i 94.813 1.400 132.738.200 Biji Kering

6 Pinang 3.343 4.500 15.043.500 Biji Kering

JUMLAH 340.636 14.700 505.420.900

Page 82: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-73

Tabel 2.63 Pendapatan Bruto Petani Perkebunan Tahun 2008

No. Komoditi Produksi

(Ton)

Harga Rata-Rata Di Tingkat

Petani ( Rp/Kg )

Pendapatan Bruto Petani ( Rp X 000 )

Bentuk Produksi

1. Karet 6.315 7.500 47.362 Slab

2. Kelapa Sawi 180.165 650 117.107.250 TBS

3. K e l a p a 51.960 1000 51.960.00 Kopra

4. Cassiavera - - - -

5. K o p i 1.393 16.000 22.288.00 Biji Kering

6 Pinang 3.343 4.500 15.043.500 Biji Kering

JUMLAH 243.176 29.650 253.761.250

Namun walaupun terjadi saat ini pada tahun 2008 dengan adanya

krisis global sehingga permintaan CPO dunia menurun menjadikan

pendapatan bruto petani juga sangat menurun di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat dari 505, 42 miliar tahun 2007 menjadi 253, 761 miliar tahun 2008 atau

turun sebanyak 49,79%. Keadaan ini berakibat berganda sehingga

mempengaruhi perekonomian di Prov. Jambi umumnya dan Kabupaten

Tanjung Jabung Barat khususnya.

2.4.4. Kehutanan

Untuk melihat perkembangan luas lahan kawasan hutan dan produksi

hasil hutan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dapat dilihat pada Tabel

2.130. dan Tabel 2.64. berikut ini.

Page 83: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-74

Tabel 2.64. Jumlah Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2003-2008

NO Fungsi Hutan Luas (Ha)

GR (%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Hutan PPA/Suaka Marga Satwa -

2 Hutan lindung Gambut 16.056 16.056 16.056,10 16.056,10 16.056,10 16.056.10 0,00

3 Hutan Produksi Terbatas 41.955 41.955 41.955 41.955 41.955 41.955 0,00

4 Hutan Produksi Tetap 182.091 178.605,60 178.605,60 178.605,60 178.605,60 178.605.6 -0,39

5 Kawasan Budidaya Perta. & Non Pertanian

297.520 297.520,00 - - - -

6 Taman Nasional Berbak - - - - -

7 Tanaman Hutan Rakyat (Tahura) - - - - -

8 Cagar Alam Pantai Timur 85 85 85 85 85 85 0,00

9

Taman Nasioanal Bukit Tiga Puluh 12643 12643 9900 9900 9900 9.900 -4,77

550.350 550.350 246.601,70 246.601,70 246.601,70 246.601.7 -14,83

Tabel 2.65. Produksi Kayu Hutan, Hasil Hutan dan Jenis Produksi di Kabupaten

TanjungJabung Barat Tahun 2003 – 2008

Jenis Produksi Produksi Hasil Hutan (Ton)

2003 2004 2005 2006 2007 2008 GR (%)

Kayu Bulat (btg) 45.048,50 9.667,64 7.447,26 10.359,23 22.742,50 607.40 -57,74

Bahan Baku Serpih (btg) 1.237.125,37 1.997.821 1.338.862,30 2.199.075,74 262.293,91 199.4194.49 10,02

Kayu Gergajian (kpg) 9.993,73 4.030,11 1.738,24 3.505,45 5.121,24 849,0058 -38,93

Kayu Lapis (kpg) 189.587,95 101.654,40 106.347,13 153.978,53 72.820,55 50.245,1389 -23,32

-

Black Surf Film (kpg) - - - -

Moulding (kpg) 326,1505 49,6327 195,3157 316,2727 - -1,01

Block Board/Lamin Board Nihil Nihil 1.416,19 1.295,69 - -8,51

Block Board/Lamin Board (kpg) Nihil Nihil 1.416,19 1.295,69 - -8,51

Container Flooring (kpg) 252.750,29 133.505,34 334,522 75.259,10 57.116,61 28.786,7178 -35,24

Pulp (ton) 982.594,74 671.714,27 601.057,00 616.244,00 565.859,00 586.846,89 -9,80

Multilayer Engginering -

Eucalyptus 44.298,65

Arang (ton) --

Tissue (ton) 6.929.299,25 3.682,0340 -100,00

Rotan (ton) -

Film Fice 12.320,62 19.567,01 15.279,84 21.368,25 30.535,1724 19,93

Page 84: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-75

Berdasarkan Tabel diatas terlihat bahwa jumlah Hutan produksi tetap

mengalami penurunan dari 182.091Ha tahun 2003 menjadi 178.605.6 Ha

tahun 2008 dengan laju pertumbuhan -0,39% per tahun, Cagar alam pantai

timur luas masih tetap 85 Ha sampai tahun 2008, serta Hutan lindung Gambut

juga tetap 16.056 Ha sampai tahun 2008. Penurunan jumlah hutan produksi

terbatas ini tidak terlepas dari sifat pengelolaannya yang tidak berwawasan

lingkungan tanpa memperhatikan keberlanjutannya.

2.4.5. Perikanan

Produksi ikan di Tanjung Jabung Barat terlihat bahwa secara umum

terjadi peningkatan produksi dari 21.597 ton tahun 2003 menjadi 23.711,2 ton

tahun 2008.

Tabel 2.66. Perkembangan Pencapaian Hasil Perikanan Tahun 2003-2008

No Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Pertumb.

(%)

Produksi (ton)

a. Perikanan Laut 19.875,9 20.265,5 20.017,5 20.471,8 21.254,1 21.077.5 1,18

b. Perikanan Perairan Umum 643,50 685,00 641,8 673,3 717,6 739.8 2,83

c Budidaya Kolam 50,2 47,1 52,2 56,6 60,01 287.3 41,75

d Budiaya Tambak 1.028,00 1.080,00 1035,8 1074,9 1103,9 1.606.6 59,48

Jumlah 21.597,60 22.077,60 21.747,30 22.276,60 23.135,61 23.711,2 1,88

Sumber : Tanjab Barat Dalam Angka; 2008

Untuk Produksi Perikanan Laut meningkat dari 19.875,9 ton tahun 2003

menjadi 21.077.5 tahun 2008 atau naik 1,18%. Sedangkan Untuk Ikan

Perairan umum meningkat dari 643,50 ton tahun 2003 menjadi 739.8 ton

tahun 2008 atau naik sebesar 2,83%. Hal yang sama juga terjadi pada

Budidaya Ikan Kolam dimana terjadi kenaikan dari 50,2 ton tahun 2003

menjadi 287,3 ton tahun 2008 atau naik 41,75%. Kemudian produksi ikan

budidaya tambak juga terjadi kenaikan dari 1.028 ton tahun 2003 menjadi

1.606.6 ton tahun 2008 atau terjadi peningkatan rata-rata sebesar 59,48% tiap

tahun.

Page 85: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-76

Tabel 2.67. Jumlah Alat Tangkap Perikanan Laut Menurut Kecamatan

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

Jenis Alat Kecamatan

Jumlah Tungkal Ilir Betara

1. Lamparan Dasar 82 0 82

2. Dogol 54 13 67

3. Sondong 66 105 171

4. Fish Net 11 0 11

5. Jaring Insang Hanyut 333 160 493

6. Jaring Insang Tetap 37 0 37

7. Bagan/Kelong 10 6 16

8. Togok 221 46 267

9. Rawai 0 0 0

10 Pengumpul Kerang 14 0 14

11 Alat Lainnya 0 0 0

Jumlah 2008 791 330 1.121

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tabel 2.68. Produksi Perikanan Laut di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun

2008

No Kecamatan Produksi (Ton) GR

(%) 2003 2004 2005 2006 2007 2088

1 Tungkal Ilir 18.260,2 18.599,5 18.665,5 19.065,9 19.787,3 14.872.5 -4,02

2 Betara 1.615,7 1.666,0 1.352 1.405,4 1.466,8 62.04.8 107,43

Total Kabupaten

19.875,9 20.265,5 20.017,5 20.471,8 21.254,1 21.077.5 1,18

Page 86: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-77

Tabel 2.69 Produksi Perikanan Laut Menurut Kecamatan dan Jenis Ikan di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

Jenis Ikan Kecamatan

Jumlah Tungkal Ilir Betara

(1) (2) (3) (4)

1 Tenggiri 847.2 353.4 1,200.6

2 Bawang Putih 235.2 98.1 333.3

3 Bawang Hitam 291.1 121.4 412.5

4 Sebelah 1,007.4 420.3 1,427.7

5 Parang-parang 897.0 374.2 1,271.2

6 Gulama 835.6 348.6 1,184.2

7 Cepak 16.5 6.9 23.4

8 Senangin 314.3 131.1 445.4

9 Rucah 666.4 278.0 944.4

10 Malung 17.3 7.2 24.5

11 Belanak 16.7 7.0 23.7

12 Kembung 7.7 3.2 11.0

13 Kerang 100.9 42.1 143.1

14 Ikan Lain 1,943.9 811.0 2,754.9

15 Udang Dogol 2,155.8 899.4 3,055.2

16 Udang Putih 150.4 62.7 213.1

17 Udang Kapur 538.1 224.5 762.7

18 Udang Potong 230.5 96.2 326.7

19 Udang Kuning 590.8 246.5 837.3

20 Udang Peci 95.5 39.9 135.4

21 Udang Es 179.4 74.8 254.3

22 Udang Ketak 377.7 157.6 535.3

23 Udang Rebus 152.9 63.8 216.7

24 Udang Pepay 157.0 65.5 222.4

25 Udang Tenggek 136.9 57.1 194.0

26 Udang Agogo 77.6 32.4 110.0

27 Udang Galah 3.0 1.3 4.3

28 Udang Lain 1,402.3 585.0 1,987.3

29 Cumi-cumi 1,427.4 595.5 2,022.9

30 Udang Es 179.4 74.8 254.3

31 Udang Ketak 377.7 157.6 535.3

Jumlah 2008 14.872.5 6.204.8 21.077.5

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Page 87: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-78

a. Luas Areal Usaha Perikanan

Perkembangan usaha perikanan di Kabupaten Tanjung Barat dapat

dilihat pada Tabel 2.70 dibawah ini.

Tabel 2.70.

Perkembangan Usaha Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Periode Tahun 2000-2004

No Jenis Alat 2003 2004 2005 2006 2007 2008 GR (%)

A R.Tangga Perikanan (RTP) 651 651 651 668 719 788 3,89

B Armada (buah)

1 Jukung 112 116 116 116 120 139 4,41

2 - Perahu Kecil 287 291 291 297 319 329 2,77

- Perahu Besar 106 109 109 126 146 156 8,03

3 Motor Tempel / Kapal Motor 62 62 62 66 71 79 4,97

4 Tanpa Perahu 84 84 84 84 84 88 0,93

Berdasarkan Tabel 2.70. terlihat terjadinya peningkatan jumlah RTP

perikanan dari 651 tahun 2003 menjadi 788 RTP tahun 2008 atau naik

sebesar 3,89. Seiring dengan peningkatan RTP perikanan ini juga terjadi

peningkatan jumlah perahu kecil dari 287 buah tahun 2003 menjadi 329 buah

tahun 2008 atau naik 2,77%. Hal yang sama juga terjadi pada motor tempel

dari 62 buah tahun 2003 menjadi 79 buah tahun 2008 atau naik sebesar

3,97%.

Tabel 2.71. Rumah Tangga Perikanan Perairan Umum Menurut Kecamatan Dan Jenis

Alat Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

Uraian Kecamatan

Jlh Tkl Ilir

Betara Pengabuan Tkl Ulu

Merlung

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A. RUMAH TANGGA PERIKANAN (RTP)

165 168 138 162 155 788

B. ARMADA (BUAH) 170 173 130 162 156 791

1. Jukung 18 25 22 26 48 139

2. Perahu

- Kecil 98 85 44 29 73 329

- Sedang 26 37 47 31 15 156

3. Motor Tempel / Kapal Motor

28 26 17 8 0 79

4. Tanpa Perahu 0 0 0 68 20 88

Page 88: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-79

b. Produksi Perikanan

Perkembangan Alat Tangkap ikan di Kabupaten Tanjung Barat dapat

dilihat pada Tabel 2.71. di bawah ini

Tabel 2.71.

Perkembangan Alat tangkap Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Barat Periode Tahun 2003 – 2008

No

Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 2008 GR (%)

1 Jaring Insang Hanyut 249,90 262,40 209 201 768 221 -2,43

2 Jaring Insang Tetap 25,90 24,90 33 44 201 100,00

3 Anco 6,90 12,70 21 30 46 75 61,15

4 Serok 12,10 7,20 12 55 41 100,00

5 Rawai / Pancing 20,90 22,00 32 51 68 107 38,63

6 Sero / Belat 213,50 222,00 92 92 73 105 -13,23

7 Jermal 0,00 0,00 - - 92

8 Bubu 55,80 60,50 114 114 118 141 20,37

9 Alat lainnya 71,00 72,40 149 129 129 171 19,22

Jumlah 656,00 684,10 662 716 1536 820 4,56

Perkembangan alat tangkap meningkat dari 656,00 buah tahun 2003

menjadi 1535 buah tahun 2007 atau naik rata-rata sebesar 23,70, tetapi

kemudian terjadi penurunan pada tahun 2008 menjadi 820 buah, sehingga

pertumbuhan rata-rata menjadi hanya sebesar 4,56% pertahun sampai tahun

2008. Penurunan yang cukup besar ini perlu diwaspadai oleh dinas terkait di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat .

Tabel 2.72. Jumlah Alat Tangkap Perairan Umum, Produksi Dan Jenis Alat Menurut

Kecamatan Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

Uraian Kecamatan

Jumlah Tkl Ilir Betara Pengabuan Tkl Ulu Merlung

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A. Banyaknya Alat (Unit) 246 258 118 119 79 820

1. Jaring Insang Hanyut 89 56 26 22 28 221

2. Anco 28 29 18 0 0 75

3. Togok 35 46 0 0 0 81

4. Jala 55 35 0 0 0 90

5. Rawai / Pancing 14 18 29 28 18 107

6. Sero / Belat 25 55 25 0 0 105

7. Bubu 0 19 20 69 33 141

Page 89: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-80

Produksi Ikan perairan umum

Dari Tabel 2.73 terlihat jumlah produksi ikan perairan umum meningkat

dari 643,50 ton tahun 2003 menjadi 739.8 ton tahun 2008, dimana produksi

tertinggi terjadi di kecamatan Betara dan di Tungkal Ilir, seperti disajikan pada

Tabel 2.143.

Tabel 2.73. Jumlah Produksi Jenis Ikan Perairan Umum di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2003-2008

No Jenis Ikan Produksi (Ton)

Gr (%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Baung 65,40 68,40 65,3 66,2 70,5 100.4 8,62

2 Sepat Siam 18,40 20,70 22,0 26,4 28,4 141.5 50,38

3 Gabus 28,30 28,20 30,6 36,0 37,9 71.4 20,33

4 Toman 21,30 22,00 26,8 33,9 36,4 74.8 28,56

5 Lele 43,10 55,40 48,6 49,0 52,3 21.2 -13,23

6 Jelawat 11,30 11,90 13,1 13,3 14,6 4.7 -16,09

7 Betutu 2,10 3,50 5,1 5,4 5,9 31.7 72,09

8 Tambakan 22,10 23,20 22,6 25,8 28,3 24.8 2,33

9 Belida 20,10 21,50 24,6 25,1 26,5 48.9 19,46

10 Lais 48,30 49,50 48,9 47,9 53,5 53.1 1,91

11 Ikan Lainnya 193,30 172,90 168,1 164,2 173,1 19.8 -36,60

12 Udang Galah 105,10 112,70 97,4 101,6 106,5 128.2 4,05

13 Udang Lainnya 64,70 69,50 68,7 78,5 83,7 19.3 -21,49

Jumlah 643,50 685,00 641,8 673,3 717,6 739.8 2,83

Selanjutnya produksi perikanan di perairan umum menurut Kecamatan

di Kabupaten Tanjab Barat dapat dilihat pada table 2.144. dibawah ini.

Tabel 2.74. Jumlah Produksi Perikanan di Perairan Umum Menurut Kecamatan di

Kab. Tanjab Barat Tahun 2003-2008

No Kecamatan Produksi (Ton)

2003 2004 2005 2006 2008 GR % 1 Tungkal Ulu 86,50 118,50 106,8 116,2 126.0

7,81

2 Merlung 66,40 77,80 69,2 73,7 121.9 12,92

3 Tungkal Ilir 168,10 169,30 158,60 161,5 174.6 0,76

4 Pengabuan 110,70 112,10 106,7 124,0 148.3 6,02

5 Betara 211,80 207,30 200,5 197,9 169.0 -4,41

Total Kabupaten 643,50 685,00 641,8 673,3 739.8 1,51

Page 90: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-81

Ikan Budidaya Kolam

Secara umum terlihat produksi Ikan Budidaya Kolam dapat terlihat

pada Tabel 2.75 berikut ini. Pada Tabel 2.145. Terlihat bahwa terjadi

kenaikan produksi Ikan Kolam dari 50,2 ton tahun 2003 menjadi 287,3 ton

tahun 2008 atau terjadi kenaikan rata-rata pertahun sebesar 41,75%.

Tabel 2.75. Produksi Budidaya Kolam Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2003-2008

No Budidaya

Kolam Produksi (Ton)

GR (%) 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Produksi (Ton)

50,2 47,1 52,2 56,6 60,01 287.3 41,75

Tabel 2.76. Rumah Tangga Budidaya Kolam dan Luas Pemeliharaan Menurut

Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

Uraian

Kecamatan

Jumlah

Tkl Ilir Betara Pengabuan Tkl Ulu Mer lung

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

A. Rumahtangga Perikanan (RTP) 142 149 165 247 317 1020

a. s/d 0,1 Ha 110 126 131 194 283 844

b. 0,1 – 0,3 Ha 24 15 28 41 25 133

c. 0,3 – 0,5 Ha 6 7 2 10 3 28

d. > 0,5 Ha 2 1 4 2 6 15

B. Luas Pemeliharaan (Ha) 9.8 10.2 10.7 17.0 17.3 65.0

a. s/d 0,1 Ha 4.2 2.9 3.0 5.6 10.7 26.4

b. 0,1 – 0,3 Ha 2.6 3.2 3.9 6.3 2.5 18.5

c. 0,3 – 0,5 Ha 1.9 2.1 1.7 3.1 1.1 9.9

d. > 0,5 Ha 1.1 2.0 2.1 2.0 3.0 10.2

C. Produksi (Ton) 56.0 63.1 52.7 53.2 62.3 287.3

a. Mujair 0,11 0,42 0,85 0,64 0,85 2,87

b. Gurami 0,32 0,42 0,74 1,38 0,95 3,81

c. Nila 3,81 4,45 4,56 9,87 9,23 31,92

d. Sepat Siam 0,95 0,95 0,85 0,42 0,32 3,49

e. Tambakan 0,11 0,32 0,74 1,17 0,74 3,08

f. Patin/Lele 2,22 1,91 2,65 3,50 1,70 11,98

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Page 91: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-82

Produksi Ikan Budidaya Tambak

Berdasarkan Tabel 2.77. di bawah ini untuk produksi ikan di

Kabupaten Tanjab Barat terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari 1028

ton ton tahun 2003 menjadi 11.03,9 Ton tahun 2007 atau terjadi kenaikan

sebesar 1,80%. Kenaikan ini terlihat disebabkanterjadinya kenaikan produksi

ikan Bandeng dari 244,10 ton tahun 2003 menjadi 420,5 ton tahun 2007 atau

naik sebesar 14,56%. Pada tahun 2008 tidak diperoleh data rinci per jenis

ikan seperti pada tahun 2007, namun terlihat kenaikan yang cukup tinggi pada

ikan bandeng, namun ada juga penurunan pada produksi udang putih.

Tabel 2.77. Jumlah Produksi Ikan Budidaya Tambak di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat Tahun 2003 – 2008

No Jenis Ikan Produksi (Ton)

Gr (%)

2003 2004 2005 2006 2007 2008

1 Bandeng 244,10 258,90 336,0 373,4 420,5 1.285.4 39,41

2 Belanak 45,90 48,20 54,9 57,2 45 - -0,49

3 Kakap 35,00 37,00 46,4 43,5 29,5 - -4,18

4 Ikan Lain 83,30 92,90 67,9 68,5 57,6 - -8,81

5 Udang Windu 187,20 195,60 83,3 59,1 45,7 - -29,71

6 Udang Putih 247,90 255,80 265,2 277,3 306,2 240.9 -0,57

7 Udang Api-api 184,60 191,60 182,1 195,9 199,4 - 1,95

8. Ikan Lainnya 80,3

Jumlah 1.028,00 1.080,00 1035,8 1074,9 1103,9 1,80

Page 92: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-83

Tabel 2.78. Jumlah Rumah Tangga Perikanan, Luas Pemeliharaan dan Produksi Budidaya Tambak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

Uraian Kecamatan

Jumlah Tungkal Ilir Betara

(1) (2) (3) (4)

A. Rumah Tangga Perikanan (RTP) 335 79 414

a. < 2 Ha 17 7 24

b. 2-5 Ha 298 69 367

c. 5-10 Ha 20 3 23

B. Jumlah Tenaga Kerja (Orang) 670 158 828

C. Luas (Ha) 842.2 177.8 1020.0

a. < 2 Ha 20.4 12.6 33.0

b. 2-5 Ha 704.3 138.2 842.5

c. 5-10 Ha 117.5 27.0 144.5

D Produksi 1194.9 411.7 1606.6

Bandeng 956 329.4 1285.4

Ikan Lainnya 59.7 20.6 80.3

Udang Putih 179.2 61.7 240.9

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanjung Jabung Barat

2.4.6. Pertambangan

Potensi lain yang dimiliki Tanjung Jabung Barat adalah sumberdaya

tambang yang meliputi jenis bahan galian terdapat di daerah ini dan tersebar

di kecamatan-kecamatan dalam wilayah Tanjung jabung Barat. Meski

demikian, hanya sebagian kecil potensi tambang tersebut yang sudah diolah,

antara lain minyak di kecamatan Betara dan Pengabuan serta batu dan pasir

di kecamatan Tungkal Ulu. Pemanfaatannya terkesan kurang optimal, bahkan

terdapat kecenderungan penguasaan yang tidak berkeadilan dan

mengabaikan lingkungan, padahal jika prasarana dan sarana menuju sentra

produksi cukup baik dan lancar serta didukung oleh infrastruktur yang jelas,

Page 93: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-84

sektor ini akan dapat memberikan sumbangan yang semakin besar terhadap

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Potensi pertambangan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang paling

menonjol adalah terdiri dari Minyak Bumi, Gas dan Batubara. Bahan tambang

tersebut termasuk kategori golongan Bahan Galian Golongan ”A”. Bahan

tambang yang sudah diexploitasi adalah Minyak Bumi, sedang bahan

tambang lainnya masih dalam tahap penelitian dan inventarisasi potensi.

a. Minyak Bumi

Lokasi tambang Minyak yang berproduksi adalah terletak di Kecamatan

Betara dan Kecamatan Tungkal Ilir dengan perkiraan kapasitas cadangan

Potensi Deposit sebesar 12.712.537,74 m3 sedangkan lokasi lainnya masih

dalam tahap explorasi.

b. Gas

Lokasi tambang Gas yang berproduksi juga terletak di Kecamatan Betara

dan Kecamatan Tungkal Ilir dengan perkiraan kapasitas cadangan Potensi

Deposit sebesar 890.000 MMSCF sedangkan lokasi lainnya masih dalam

tahap explorasi.

c. Batu Bara

Lokasi tambang Batu Bara yang masih dalam tahap Eksplorasi terletak di

Kecamatan Merlung yaitu di Desa Lubuk Kambing dengan luas areal

sekitar 2.044,796 Ha dan Kecamatan Tungkal Ulu yaitu di Desa Lubuk

Bernai dengan luas areal sekitar 5.151 Ha.

Untuk lebih jelasnya penyebaran potensi tambang di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dapat dilihat pada Tabel 2.79. dibawah ini.

Page 94: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-85

Tabel 2.79. Penyebaran Potensi Pertambangan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tahun 2008

No Kecamatan Kelurahan/

Desa Jenis

Tambang Keterangan

1. 2. 3. 4.

Tungkal Ulu Merlung Betara Tungkal Ilir

1 1. Lubuk Bernai

1. Lubuk Kambing 1. Betara 1. Teluk Nilau

1. Batu Bara 1. Batu Bara 1.Minyak Bumi 2. Gas 1.Minyak Bumi

Eksplorasi Eksplorasi Produksi Rencana Pemboran

Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Tanjung Jabung Bara 2008

Pada tabel berikut dapat dilihat potensi bahan galian di masing-masing kecamatan

Tabel 2.80. Potensi Bahan Galian Menurut Kecamatan

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

Kecamatan

Potensi Bahan Galian (M3)

Galian Tanah Urug

Galian Pasir

Galian Kerikil

Galian Batu Split

Jumlah

1. Tungkal Ulu - - - 50000 50.000

2. Merlung 28.402 7.000 33.002 - 68.404

3. Batang Asam - 14.000 10.000 64000 88.000

4. Tebing Tinggi 539.322,28 - - - 539.322.28

5. Renah Mendaluh 4.000 - 4.000 - 8.000

6. Muara Papalik - - - - -

7. Pengabuan - - - - -

8. Senyerang - - - - -

9. Tungkal Ilir - - - - -

10. Bram Itam - - - - -

11. Seberang Kota - - - - -

12. Betara 378.200 - - - 378.200

13. Kuala Betara - - - - -

Jumlah 2008 949.924,28 21.000 47.002 114000 1.131.926,28

2007 369.766,5 3.000 76.000 448.766,5 Sumber: Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2009

Page 95: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-86

Tabel 2.81. Luas Potensi Bahan Galian Menurut Kecamatan Di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2008

Kecamatan

Luas Potensi Bahan Galian (Ha) Jumlah Galian

Tanah Urug Galian Pasir

Galian Kerikil

Galian Batu Split

1. Tungkal Ulu - - - 10 10

2. Merlung √ √ √ - 14,47

3. Batang Asam - √ √ √ 17

4. Tebing Tinggi 20,44 - - - 20,44

5. Renah Mendaluh √ - √ - 2

6. Muara Papalik - - - - -

7. Pengabuan - - - - -

8. Senyerang - - - - -

9. Tungkal Ilir - - - - -

10. Bram Itam - - - - -

11. Seberang Kota - - - - -

12. Betara 23,79 - - - 23,79

13. Kuala Betara - - - - -

Jumlah 2008 87,7

Sumber: Bagian Ekonomi Setda Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2009

2.4.7. Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanjung Jabung Barat

pada tahun 2006 dan 2007 telah mampu mendorong perkembangan jumlah

koperasi dari 291 unit tahun 2006 meningkat menjadi 304 unit tahun 2007

atau tumbuh sebesar 4,47 % dan pada tahun 2009 diperkirakan tumbuh

sebesar 4,5 persen atau menjadi 318 unit. Sedangkan jumlah anggota

berdasarkan data BPS Tanjung Jabung Barat Tahun tidak mengalami

peningkatan dari tahun 2006 sehingga jumlahnya tetap 34.399 orang tahun

2007. Namun pada tahun 2009 jumlah anggota diperkirakan meningkat

sebesar 5% atau menjadi 36.119 orang. Pada Tabel dibawah dapat dilihat

Page 96: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-87

perkembangan jumlah dan anggota Koperasi menurut kecamatan dan jenis

koperasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2004-2008.

Tabel 2.82.

Banyaknya Koperasi dan Anggota Koperasi Menurut Kecamatan dan Jenis Koperasi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004-2008

Kecamatan Koperasi Anggota J u m l a h

KUD Non KUD K U D Non KUD

Koperasi Anggota

1. Tungkal Ulu 1 17 - 1.166 18 1.166

2. Merlung 5 7 3.023 144 12 3.167

3. Batang Asam 3 9 1.654 186 12 1.840

4. Tebing Tinggi 5 29 2.153 17.237 34 19.390

5. Renah Mendaluh 3 12 1.030 245 15 1.275

6. Muara Papalik 3 6 1.511 123 9 1.634

7. Pengabuan 1 8 26 167 9 193

8. Senyerang 3 10 116 223 13 339

9. Tungkal Ilir 1 132 26 2.904 133 2.930

10 Bram Itam - 14 - 283 14 283

11. Seberang Kota - - - - - -

12. Betara 1 22 64 481 23 545

13. Kuala Betara 1 12 22 264 13 286

Jumlah Total

2008 27 278 9.625 23.423 305 33.048

2007 27 277 10.456 23.943 291 34.399

2006 27 264 10.456 23.943 291 34.399

2005 27 257 9.721 23.335 284 33.056

2004 27 238 9.427 22.857 265 32.284

Sumber: Tanjung Jabung Barat Dalam Angka, 2009

Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat banyaknya koperasi, jumlah

simpanan, permodalan, volume usaha dan sisa hasil usaha menurut

kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada Tahun 2003-2007.

Page 97: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-88

Tabel 2.83. Banyaknya KUD, Jumlah Simpanan, Permodalan, Volume Usaha dan

Sisa Hasil Usaha Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2004-2008

Kecamatan

KUD (Unit)

Simpanan (Rp.000)

Permodalan (Rp.000)

Volume Usaha (Rp.000)

S H U (Rp.000)

1. Tungkal Ulu 1 - - - -

2. Merlung 5 42.935 767.500 13.811.091 276.223

3. Batang Asam 3 59.176 400.503 8.286.655 165.733

4. Tebing Tinggi 5 63.894 834.563 11.064.341 221.287

5. Renah Mendaluh 3 73.844 97.657 8.033.761 160.675

6. Muara Papalik 3 36.932 304.305 8.883.388 177.668

7. Pengabuan 1 2.349 33.617 36.716 734

8. Senyerang 3 7.901 64.583 65.385 1.308

9. Tungkal Ilir 1 3.506 14.587 14.785 296

10 Bram Itam - - - - -

11. Seberang Kota - - - - -

12. Betara 1 8.603 43.717 47.737 955

13. Kuala Betara 1 8.914 28.818 29.918 598

Jumlah 2008 27 308.054 2.589.850 50.273.777 1.005.477

2007 27 392.511 2.808.001 67.005.334 559.214

2006 27 320.969 2.518.000 65.431.377 550.342

2005 27 305.008 2.122.200 61.715.978 490.742

2004 27 248.593 800.800 55.471.392 423.500

Sumber: BPS, Tanjung Jabung Barat Dalam Angka, 2009

Page 98: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-89

Tabel 2.84. Banyaknya Koperasi, Jumlah Simpanan, Permodalan, Volume Usaha dan

Sisa Hasil Usaha Menurut Kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008.

Kecamatan

Koperasi (Unit)

Simpanan (Rp.000)

Permodalan (Rp.000)

Volume Usaha

(Rp.000)

S H U (Rp.000)

1. Tungkal Ulu 17 308.641 617.282 771.603 63.149

2. Merlung 7 154.281 308.562 385.704 21.571

3. Batang Asam 9 182.451 364.902 456.128 32.806

4. Tebing Tinggi 29 77.110 154.220 192.775 96.387

5. Renah Mendaluh 12 44.841 89.682 112.103 56.051

6. Muara Papalik 6 81.076 162.152 202.694 101.347

7. Pengabuan 8 93.364 186.728 140.046 28.009

8. Senyerang 10 112.481 140.601 168.722 48.303

9. Tungkal Ilir 132 772.688 965.860 1.156.032 33.180

10 Bram Itam 14 81.957 102.446 122.936 24.587

11. Seberang Kota - - - - -

12. Betara 22 110.601 138.251 165.902 3.318

13. Kuala Betara 12 60.339 75.424 90.509 1.083

Jumlah 2008 278 2.079.830 3.306.110 3.965.154 509.791

2007 277 1.150.686 1.124.621 5.274.897 273.696

2006 264 2.765.626 3.464.545 7.962.309 579.799

2005 284 2.441.830 2.208.926 4.854.727 452.084

2004 238 2.441.830 2.208.926 4.854.727 452.084

Jumlah permodalan mengalami penurunan dari Rp 3,464 milyar tahun

2006 menjadi Rp 1,124 milyar tahun 2007 atau turun sebesar 208,06%,

namun pada tahun 2009 jumlah modal diperkirakan dapat meningkat sebesar

Rp 6,5 miliar atau tumbuh sebesar 87,64% dari tahun 2006. Volume usaha

juga mengalami penurunan dari Rp 7,962 milyar tahun 2006 menjadi Rp 5,274

milyar tahun 2007 atau turun sebesar 33,75% dan pada tahun 2011

diperkirakan meningkat menjadi Rp 10 milyar atau naik 89,6% dari tahun

2007. Peningkatan jumlah koperasi, anggota, jumlah simpanan, permodalan,

volume usaha dan sisa hasil usaha pada tahun 2011 nanti diharapkan dapat

menggerakkan ekonomi kerakyatan sekaligus dapat meningkatkan

Page 99: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-90

pemerataan pendapatan antar masyarakat di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.

2.4.8. Industri Kecil, Menengah dan Besar

Peranan industri kecil dalam perekonomian nasional dan daerah sangat

penting karena mampu menyerap sebagian besar tenaga kerja sehingga

dapat mewujudkan pemerataan kesempatan berusaha dan pemerataan

pendapatan. Sementara itu industri kecil kenyataannya adalah sangat

heterogen karena meliputi berbagai kegiatan sektor ekonomi, seperti

pertanian, peternakan, perikanan, industri pengolahan, angkutan dan

perdagangan serta jasa.

Heterogenitas usaha kecil seperti tersebut di atas cukup menyulitkan

bagi pendataannya, sehingga tidak mengherankan hingga saat ini masih

dirasakan Kelangkaan Data tentang usaha kecil. Kendati berdasarkan

beberapa penelitian sebelumnya telah dapat diidentifikasi paling tidak ada tiga

ciri khas usaha kecil yaitu: (1) mempunyai derajat kebebasan yang relatif lebih

tinggi dalam memilih masuk ke atau ke luar dari pasar dibandingkan dengan

usaha skala menengah dan besar; (2) mempunyai adaptasi relatif tinggi untuk

melakukan inovasi bisnis yang disesuaikan dengan perubahan pasar, kadang-

kadang dengan membuat barang tiruan; dan (3) dalam menjalankan

usahanya memiliki overhead costs yang relatif rendah sehingga survive

terhadap kompetisi. Pada tabel berikut dapat dilihat banyaknya perusahaan

industri menurut jenis industri di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun

2004-2007.

Page 100: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-91

Tabel 2.85. Banyaknya Perusahaan Industri Menurut Jenis Industri di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2004-2008

Jenis Industri 2004 2005 2006 2007 2008

1. Industri Formal 85 88 85 86 89

2. Industri Non Formal 125 139 200 208 210

2. Industri Kimia, Agro & Hasil Hutan Formal

159 154 148 158 159

4. Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan Non Formal

295 329 656 737 839

5. Industri Besar 29 29 - - 3

Jumlah 693 739 1.089 1.189 1.300

Sumber: Tanjung Jabung Barat Dalam Angka, 2008

Di sektor Industri kecil dan menengah terjadi peningkatan jumlah

industri dari 1.089 unit pada tahun 2006 menjadi 1.189 unit pada tahun 2007

atau meningkat sebesar 9,18 %, jumlah tenaga kerja dari 3.048 orang pada

tahun 2006 menjadi 3.281 orang pada tahun 2007 atau meningkat 7,64 %.

Selanjutnya pada tahun 2011 jumlah industri kecil diperkirakan akan

meningkat sebesar 25% dari tahun 2007 sehingga menjadi 1.486 unit, jumlah

tenaga kerja diperkirakan meningkat sebesar 30% dari tahun 2007 sehingga

menjadi 4.265 orang.

Tabel 2.86. Banyaknya Jumlah Tenaga Kerja Menurut Jenis Industri di Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2004-2008

Jenis Industri 2004 2005 2006 2007 2008

1. Industri Formal 220 227 205 207 215

2. Industri Non Formal 327 345 438 449 445

3. Industri Kimia, agro & hasil hutan formal

695 717 674 702 704

4. Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan Non Formal

548 658 1.731 1.923 1.759

5. Industri Besar 2.870 2.870 - - 91

Jumlah 4.660 4.817 3.048 3.281 3.218

Sumber: Tanjung Jabung Barat Dalam Angka, 2007

Page 101: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-92

Disadari bahwa terdapatnya sektor informal dan usaha kecil pada

hakekatnya adalah dampak proses pembangunan, yang dengan

meningkatnya sektor industri di daerah urban dan menyempitnya lahan

pertanian dan kesempatan kerja di daerah rural yang telah mendorong

“penganggur” mencari pekerjaan ke daerah perkotaan dan terdorong ke sektor

tersier (Mier, Gerald M. 1989, pp. 112: drifted into the tertiary sector and what

has come to be called the informal sector), maka sikap pertanian yang sangat

tergantung pada waktu dan perilaku tradisional masih inheren pada para

pengusaha kecil umumnya, yang misalnya melakukan perhajatan kalau

berhasil panen besar, yang ternyata menghambat pengembangan usaha kecil

dengan bantuan pinjaman keuangan perbankan sebagai panen besar.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa usaha kecil dan menengah

relatif memiliki kekuatan dibandingkan usaha besar dalam menghadapi

goncangan. Oleh karena itu, upaya-upaya identifikasi peluang investasi pada

usaha berskala kecil dan menengah menjadi semakin penting. Pembangunan

sektor industri dengan isian impor (import content) yang tinggi telah membawa

kegagalan pada sektor industri di Indonesia. Oleh karena itu pembangunan

sektor industri yang mengutamakan bahan-bahan lokal selain akan

menghemat devisa akan mempunyai kaitan (linkages) yang kuat baik

kebelakang maupun kedepan seperti misalnya pembangunan agrobisnis yang

sangat cocok dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

2.4.9. Tenaga Kerja

Berdasarkan hasil SUSENAS Tahun 2007, jumlah penduduk usia kerja

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat berjumlah 198.751 orang yang terdiri dari

107.835 orang (54,26 persen) penduduk angkatan kerja dan sisanya 90.916

orang (45,74 persen) penduduk bukan angkatan kerja. Dari total penduduk

usia kerja 52,92 persen diantaranya bekerja (105.184 orang), mencari

pekerjaan sebesar 1,34 persen (2.651 orang), sedang sekolah sebesar 9,28

Page 102: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-93

persen (18.436 orang), mengurus rumah tangga sebesar 32,01 persen

(63.627 orang) dan yang lainnya sebesar 4,45 persen (8.853 orang).

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) merupakan perbandingan

antara penduduk angkatan kerja dengan penduduk usia kerja. Menurut hasil

SUSENAS Tahun 2007, TPAK Kabupaten Tanjung Jabung Barat tercatat

54,26 persen. Dalam hal ini peran ganda perempuan baik dari segi reproduksi

maupun produksi mempengaruhi rendahnya partisipasi perempuan dalam

angkatan kerja.

Tabel 2.87 Perkembangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tahun 2006-2007

KARAKTERISTIK JUMLAH PENDUDUK PERSENTASE

ANGKATAN KERJA : 106.116 62,08

1. Bekerja 105.734 61,86

2. Mencari Pekerjaan 382 0,22

BUKAN ANGKATAN KERJA : 64.815 37,92

3. Sekolah 5.760 3,37

4. Mengurus Rumah Tangga 55.855 32,68

5. Lainnya 3.200 1,87

TOTAL 170.931 100,00

Pada tabel 2.87. dapat dilihat perkembangan ketenagakerjaan di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2006-2007.

Page 103: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-94

Tabel 2.88. Perkembangan Ketenagakerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Tahun 2006-2007

Sektor

Tahun Pertumbuhan (%)

2006 2007

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

Angkatan Kerja (AK) 77.904 34.512 112.416 67.801 40.034 107.835 0,12 16,0 4,08

Bekerja 72.508 29.920 102.428 81.597 23.587 105.184 12,15 (21,2) 2,7

Mencari Kerja 5.396 4.592 9.988 1.432 1.219 2.651 (73,46) (73,45) (73,46)

Bukan AK 9.708 49.940 59.648 14.797 76.119 90.916 52,4 53 27,6

Sekolah 6.136 5.960 12.096 9.352 9.084 18.436 52,4 52,4 52,4

Mengurus RT 184 41.560 41.744 280 63.347 63.627 52,17 52,4 52,42

Lainnya 3.388 2.420 5.808 5.164 3.689 8.853 52,42 52,44 52,42

Jumlah TK 87.612 84.452 172.064 111.977 86.774 198.750 27,8 2,75 15,51

TPAK 82,76 35,43 59,53 60,55 46,14 54,26 26,83 30,22 22,49

Unemployment 6,93 13,31 8,88 2,11 3,04 2,41 (69,46) (77,42) (72,2)

Sumber: Tanjung Jabung Barat Dalam Angka, 2008

Penduduk yang bekerja berdasarkan hasil SUSENAS Tahun 2007

berjumlah 105.184 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 70,73 persen

terserap pada sektor primer (sektor pertanian, peternakan, perkebunan,

kehutanan dan sektor pertambangan dan penggalian), 9,6 persen terserap

pada sektor tersier (sektor perdagangan, sektor keuangan, sektor

angkutan/komunikasi, dan sektor jasa), sedangkan sisanya sebanyak 19,7

persen bekerja pada sektor sekunder (sektor industri pengolahan, sektor listrik

gas, dan air minum serta sektor bangunan). Tidak ada peberbedaan yang

cukup berarti antara lapangan usaha yang pekerjanya laki-laki dengan pekerja

wanita kecuali lapangan usaha konstruksi, perdagangan, angkutan/

komunikasi dan jasa. Pada tabel 2.29 dapat dilihat kesempatan kerja menurut

lapangan usaha di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2006-2007.

Page 104: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-95

Tabel 2.89. Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2008

Lapangan Usaha Utama Jumlah Penduduk Persentase

1. Pertanian,perkebunan, kehutanan,

perburauan dan perikanan 64.670 61,16

2. Pertambangan dan penggalian 615 0,58

3. Industri pengolahan 4.127 3,90

4. Listrik, gas dan air minum 118 0,11

5. Kontruksi 2.907 2,75

6. Perdagangan, rumah makan dan jasa

akomodasi 16.624 15,72

7. Angkutan, pergudangan dan komunikasi 4.651 4,40

8. Lembaga keuangan, real estate, usaha

persewaan, jasa perusahaan 235 0,22

9. Jasa kemasyarakatan, sosial dan

perorangan 9.440 8,93

10. Lainnya 2.348 2,22

Total 105.734 100,00

Tabel 2.90. Kesempatan Kerja Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2006-2007

Sektor

Tahun Pertumbuhan

2006 2007

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

1. Pertanian 53.760 18.684 72.444 52.662 21.731 74.393 (2,04) 16,3 2,69

2. Industri 13.316 6.844 20.160 14.556 6.047 20.703 9,31 (11,65) 2,69

3. Jasa 5.432 4.392 9.824 7.141 2.947 10.088 31,46 (32,9) 2,69

JUMLAH 72.508 29.920 102.428 74.359 30.725 105.184 2,55 2,69 2,69

Sumber: Tanjung Jabung Barat Dalam Angka, 2007

Selanjutnya jika dilihat dari status pekerjaan, berdasarkan hasil

SUSENAS Tahun 2007 yang berusaha sendiri ada sebanyak 24,18 persen,

berusaha dibantu pekerja tidak tetap 17,12 persen, berusaha dibantu pekerja

tetap 6,17 persen, buruh / pekerja dibayar sebesar 3,13 persen, pekerja

Page 105: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-96

bebas di pertanian 1,25 persen, pekerja bebas di non pertanian 1,90 persen

dan bekerja tidak dibayar 18,30 persen. Pada tabel 2.18 dapat dilihat

kesempatan kerja menurut status pekerjaan di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat tahun 2006-2007.

Tabel 2.91. Kesempatan Kerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2006-2007

Sektor

Tahun Pertumbuhan

2006 2007

Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh Lk Pr Jlh

1. Formal 11.652 7.668 19.320 11.966 7.878 19.840 2,69 2,69 2,69

2. Informal 60.856 22.252 83.108 62.493 22.851 85.344 2,69 2,69 2,69

JUMLAH 72.508 29.920 102.428 74.459 30.725 105.184 2,69 2,69 2,69

Sumber: (BPS Kabupaten Tanjung Jabung Barat, 2008) Berdasarkan tabel 2.91 tersebut, total pekerja yang bekerja di sektor

formal pada tahun 2007 sebesar 18,86 persen atau sebanyak 19.840 orang,

sedangkan yang bekerja di sektor informal sebesar 81,14 persen atau

sebanyak 85.344 orang. Dengan demikian peranan sektor informal dalam

penyerapan tenaga kerja relatif besar dan terus meningkat yaitu dari 83.108

orang tahun 2006 meningkat menjadi 85.344 orang tahun 2007.

Indikator yang berhubungan dengan permasalahan ketenagakerjaan

selain kesempatan kerja adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT). Secara

matematis TPT merupakan persentase jumlah penduduk yang mencari kerja

terhadap angkatan kerja. Jumlah penduduk yang sedang mencari pekerjaan

di Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun 2006 tercatat 9.450 orang,

atau dengan kata lain tingkat pengangguran di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat adalah 5,11 persen, pada tahun 2007 jumlah penganggguran terbuka

menurun menjadi 9.200 orang atau 6,0 persen dari angkatan kerja, tingkat

pengangguran terbuka tahun 2008 diperkirakan sebesar 9.000 orang, atau

Page 106: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-97

sekitar 5,00 persen dari angkatan kerja. Namun dengan krisis global pada

saat ini, diperkirakan tingkat pengangguran akan meningkat menyusul

anjloknya harga komoditi perkebunan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

seperti Kelapa sawit, Karet, Kelapa dan Pinang. Untuk lebih jelasnya data

tingkat penyerapan tenaga kerja dimasing-masing sektor serta kecamatan

dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.92. Jumlah Pekerja Menurut Kecamatan dan Sektor Lapangan Usaha di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2007

Kecamatan Jumlah Pekerja

Pertanian Industri Jasa Lainnya Jumlah

1. Tungkal Ulu 15.380 1.148 1.337 6.115 23.980

2. Merlung 8.236 160 711 3.192 12.299

3. Tungkal Ilir 22.990 1.705 1.984 8.910 35.589

4. Pengabuan 12.676 940 1.094 4.913 19.623

5. Betara 8.619 439 3.341 744 13.143

Jumlah 2007 67.901 4.392 8.467 23.874 104.634

2006 67.460 4.949 6.107 25.647 104.163

Sumber: Tanjab Barat dalam Angka, 2007

Tabel 2.93.

Jumlah Pekerja Menurut Kecamatan dan Sektor Lapangan Usaha di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2008

Kecamatan District

Jumlah Pekerja Number of Employers

Pertanian Agricultures

Industri Industries

Jasa Services

Lainnya Others

Jumlah Total

1. Tungkal Ulu ... ... 2.145 ... ...

2. Merlung 1.559 260 ... ... 1.819

3. Batang Asam 249 ... ... ... 249

4. Tebing Tinggi 4.099 2.186 384 70 6.739

5. Renah Mendaluh ... ... ... ... ...

6. Muara Papalik ... ... ... ... ...

7. Pengabuan ... ... ... ... ...

Page 107: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 II-98

8. Senyerang ... ... ... ... ...

9. Tungkal Ilir ... ... 166 118 566

10. Bram Itam ... ... ... ... ...

11. Seberang Kota ... ... ... ... ...

12. Betara ... ... 58 159 390

13. Kuala Betara ... ... ... ... ...

Jumlah Total

2008 ... ... ... ... ...

2007 67.901 4.392 8.467 23.874 104.634

2006 67.460 4.949 6.107 25.647 104.163

Sumber: Tanjab Barat Dalam Angka, 2008

Dengan target pertumbuhan optimis pada 8,15 persen yang disertai

dengan kebijakan makro ekonomi seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka

diharapkan pada tahun 2009 sektor ekonomi mampu menyerap minimal

sekitar 500 – 700 tenaga kerja. Daya serap tenaga kerja tertinggi diperkirakan

tetap berada pada sektor pertanian yaitu sekitar 200-300 tenaga kerja.

Sedangkan sektor industri diharapkan mampu menyerap sekitar 200 tenaga

kerja. Yang perlu menjadi catatan disini adalah dengan perhatian penuh dari

pemerintah daerah dalam pengembangan industri agro untuk produk

sekunder berorientasi ekspor maka diharapkan sektor industri mampu

menyerap lebih banyak tenaga kerja. Disamping kedua sektor tersebut, sektor

perdagangan dan jasa juga diharapkan sebagai salah satu sektor prospek

yang memberi sumbangan meningkat dalam penyerapan tenaga kerja.

Diharapkan selama tahun 2009, sektor ini mampu menyerap sekitar 100

tenaga kerja.

Page 108: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 1

3.1. Permasalahan Pembangunan

3.1.1. Pertanian

Pembangunan sektor pertanian di Tanjung Jabung Barat

diprioritaskan terutama untuk peningkatan produksi guna memenuhi

kebutuhan daerah Tanjung Jabung Barat sendiri, dan juga untuk

memenuhi kebutuhan komoditas pertanian secara umum di Jambi.

Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah peningkatan pendapatan

yang dapat dilakukan tidak hanya melalui peningkatan produksi, tetapi

juga melalui peningkatan kualitas dan nilai tambah sektor (value

added) pertanian.

Adapun hasil identifikasi permasalahan sektor pertanian

secara umum di Tanjung Jabung Barat adalah :

1. Semakin menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk

Domestik Regional Bruto (atas dasar harga berlaku) yang

menunjukkan pertumbuhan yang negatif.

2. Semakin turunnya jumlah produksi pada sub sektor peternakan

terutama unggas dan sapi yang menujukkan tren penurunan

produksi. Hal ini akan berdampak serius karena disamping itu

semakin tinggi jumlah populasi ternak yang dipotong di daerah

Tanjung Jabung Barat. Hal ini akan mengakibatkan Tanjung

Jabung Barat akan kekurangan pada sub sector ini, dan diharuskan

mendatangkan komoditisa ternak dari daerah lain.

3. Sub sektor perkebunan mengalami penurunan produksi pada

komoditi kelapa dan kopi. Komoditi kelapa dan kopi adalah

komoditi yang banyak diusahakan oleh masyarakat pertanian kecil.

Penurunan produksi pada komoditi ini berarti penurunan tingkat

pendapatan rakyat. Hal yang sebaliknya terjadi pada komoditas

pekebunan lainnya seperti kelapa sawit atau karet (yang banyak

Analisis Isu-Isu Strategis

Pembangunan Jangka Panjang

Tahun 2005–2025

Bab 3

Page 109: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 2

diusahakan oleh perusahaan perkebunan) yang menunjukkan tren

kenaikan yang cukup baik.

4. Pada sub sektor kehutanan terjadi penurunan yang sangat

significant pada hamper semua komodias kehutanan seperti kayu

bulat, bahan gergajian, kayu lapis, container flooring, pulp, dan

tissue. Hal ini berarti sektor kehutanan tidak lagi menjadi

penyumbang PDRB bagi Tanjung Jabung Barat, seharusnya sektor

ini cukup banyak menyerap tenaga kerja dan menghasilkan

pendapatan bagi masyarakat dan daerah Tanjabar sendiri.

5. Pada sub sektor perikanan Laut Tanjung Jabung Barat juga

menghadapi permsalahan secara umum pada penurunan produksi

terutama pada Kecamatan Tungkal Ilir. Walaupun pada

Kecamatan lain terjadi peningkatan produksi, namun peningkatan

tersebut tidak terlalu besar dibandingkan potensi perikanan daerah

ini.

6. Jumlah produksi budidaya tambak pada sektor perikanan

mengalami penurunan produksi yang cukup besar pada beberapa

jenis ikan seperti belanak, kakap, udang windu dan udang putih.

7. Keterbatasan dana yang tersedia menjadi salah satu masalah yang

dihadapi dalam mewujudkan berbagai kegiatan dalam

pembangunan Aspek Ketersediaan dan Kelembagaan Pangan di

wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Karena keterbatasan

dana yang tersedia, belum semua keluarga miskin pada masing

masing desa tersebut menerima sentuhan pemberdayaan secara

langsung.

8. Upaya pemberdayaan desa sasaran belum sepenuhnya dapat

diharapkan berlangsung sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini

terutama karena upaya pemberdayaan masih terbatas dilakukan

oleh Badan Bimas Ketahanan pangan dan secara sporadis

didukung oleh sejumlah instansi dalam lingkup sektor pertanian,

itupun masih dengan kegiatan pemberdayaan yang masih sangat

terbatas. Peluang keterlibatan instansi terkait dalam melakukan

Page 110: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 3

pemberdayaan desa mandiri pangan sebenarnya sangat terbuka

sebab program aksi desa Mandiri Pangan secara legal dilakukan

oleh Pokja Ketahanan pangan yang beranggotakan seluruh SKPD

terkait dan telah dibentuk pada setiap tingkat pemerintahan. Upaya

pemecahan terhadap Permasalahan pokok pengembangan desa

Mandiri Pangan ini selanjutnya akan diupayakan melalui koordinasi

pokja ketahanan pangan yang lebih bersinergi sehingga semua

SKPD terkait memprogramkan kegiatannya pada Program Aksi

Desa Mandiri Pangan.

9. Masalah lainnya yang dihadapi dalam rangka memberdayakan

desa beresiko rawan pangan menjadi desa mandiri pangan adalah

masih rendahnya tingkat kesahihan hasil analisis cadangan pangan

masyarakat yang dilakukan. Permasalahan ini dapat terjadi karena

metode penghitungan dalam kegiatan analisis yang dilakukan

masih menggunakan metode konvensional. Upaya pemecahan

terhadap permasalahan ini akan diupayakan dengan cara

berkoordinasi dengan BPS.

10. Permasalahan utama yang dihadapi dalam aspek Distribusi dan

Stabilisasi Harga Komoditas Pangan Pokok di wilayah Kabupaten

Tanjab Barat adalah sistem perguliran dana yang belum dapat

terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Waktu jatuh tempo dan

periode pengembalian LUEP yang seringkali tidak konsisten

dengan waktu panen komoditi bahan pangan ditengarai sebagai

pemicu utama tidak tercapainya target perguliran dana LUEP

sebagaimana yang diharapkan. Upaya pemecahan masalah

ketidaklancaran perguliran dana yang dapat dilakukan diantaranya

adalah dengan menanamkan komitmen yang tinggi terhadap

pengguna dana LUEP sehingga proses pengembalian dana dapat

berjalan sebagaimana mestinya. Permasalahan lain yang dijumpai

dalam pelaksanaan kegiatan Stabilisasi Harga Komoditas Primer

melalui DPM-LUEP adalah ketidak sinkronan waktu pencairan dana

dan kebutuhan dana. Sebagai misal, DPM-LUEP yang ditujukan

Page 111: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 4

untuk stabilisasi harga komoditas jagung terpaksa tidak

termanfaatkan dan dikembalikan ke Kas Daerah karena waktu

pencairan yang lebih lambat dari waktu panen. Permasalahan ini

tentunya akan dapat diatasi melalui percepatan proses pencairan

dana DPM-LUEP dengan memperhatikan waktu musim panen

komoditas primer yang membutuhkan stabilisasi harga.

11. Pada dasarnya kegiatan pengembangan pertanian penghasil

komoditas bebas residu (Prima-3) telah dilaksanakan dan

disosialisasikan kepada petani di sejumlah daerah di wilayah

Kabupaten Tanjab Barat. Namun karena sistem usaha tani ini

masih dilakukan dalam skala usaha yang relatif kecil sehingga

membutuhkan biaya operasional yang cukup besar. Dampak

ikutannya adalah biaya produksi rata-rata menjadi besar. Animo

masyarakat untuk mengkonsumsi Prima-3 yang belum sepenuhnya

muncul menyebabkan harga komoditas Prima-3 dirasakan masih

cukup mahal khususnya bagi kelompok masyarakat menengah ke

bawah.

3.1.2. Kelautan dan Perikanan

Salah satu sektor yang cukup potensi untuk meningkatkan

ekspor nonmigas di Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sektor

perikanan. Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki

potensi perikanan yang cukup besar. Sektor perikanan telah

menunjukkan eksistensinya selama krisis moneter terutama dalam

keberlanjutan bisnis dan penyerapan tenaga kerja. Dalam tiga tahun

terakhir jumlah unit pengolahan hasil perikanan secara nasional

meningkat hampir setengahnya.

Sedangkan untuk sarana dan prasarana perikanan di wilayah

Tanjung Jabung Barat potensinya cukup besar namun belum

dimanfaatkan secara optimal. Secara umum permasalahan dan

kendala yang dihadapi sektor perikanan saat ini dan ke depan adalah:

Page 112: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 5

1. Relatif masih rendahnya tingkat kesejahteraan nelayan dan cukup

tingginya angka kemiskinan petani dan nelayan;

2. Semakin menyempitnya areal wilayah tangkapan yang dikuasasi

nelayan, karena peralatan/kapal dan teknologi yang dimiliki

teringgal jauh dengan nelayan asing yang masuk ke perairan

Jambi;

3. Sangat terbatasnya akses nelayan terhadap permodalan

4. Masih rendahnya penguasaan teknologi dan kualitas SDM nelayan;

5. Pengelolaan sumberdaya perikanan belum optimal dilakukan,

6. Terdapatnya penurunan hasil budidaya perikanan sedangkan

pemanfaatan hasil tangkapan perairan umum belum optimal, serta

7. Lemahnya infrastruktur yang ada di sektor perikanan,

8. Di bidang pemasaran, masih dihadapi masalah tingginya tingkat

kerusakan dari produksi perikanan, karena belum tersediannya

coldstroge untuk penyimpanan dan angkutan perikanan tersebut

kedaerah pemasaran.

9. Terbatasnya sarana dan prasarana penunjang usaha perikanan,

seperti armada penangkapan, cold storge, jenis alat tangkap.

10. Sebagian besar masih merupakan nelayan tradisional dan struktur

armada perikanan di domonasi oleh skala kecil.

11. Merebaknya pencurian ikan dan terjadinya over fishing, serta pola

penangkapan yang merusak ekosistem pesisir dan laut.

12. Untuk sub sektor perikanan, peningkatan produksi baik untuk

perikanan laut maupun tambak yang mengalami penurunan

produksi perlu mendapat perhatian sehingga perolehan atau

produksi jauh dibawah potensi hasil yang seharusnya didapat.

Program yang dilakukan adalah memperbaiki alat tangkat

perikanan (kapal dan jaring) atau fasiltas laiinya. Hal yang sama

juda dilakukan pada perikanan budidaya tambak. Pemerintah

daerah dapat membantu dengan memfasilitasi pinjaman atau

memberikan penjaman dengan fasilitas bungan yang disub sidi.

Page 113: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 6

Sedangkan permasalahan khusus yang dihadapi adalah

sebagai berikut :

1. Masih ada oknum masayarakat yang menggunakan alat tangkap

ikan terlarang seperti menggunakan tuba/setrum dan pencurian

ikan di laut oleh Kapal Asing.

2. Keterbatasan modal usaha sehingga kegiatan usaha pembudidaya

ikan belum mencapai skala ekonomi

3. Aplikasi teknologi budidaya ikan belum merata, sehingga produksi

budidaya belum memenuhi standar ekspor dari segi kualitas,

kuantitas dan kontinuitas.

4. Pengembangan usaha budidaya sebagian masih berpencar, belum

menerapkan konsep usaha kawasan sehingga sangat menyulitkan

dalam pembinaan dan pengawasan.

5. Terbatasnya tenaga penyuluh teknologi perikanan, khususnya

tenaga pendamping teknologi yang berada di lapangan.

6. Tingkat keterampilan dan pendidikan nelayan dan pembudidaya

ikan masih rendah, baik keterampilan liar yang dilakukan oleh

oknum masyarakat.

7. Masih adanya kegiatan penambangan liar yang dilakukan oleh

oknum masyarakat (PETI).

Kendala yang dihadapi dalam pencapaian kinerja di bidang

perikanan ini adalah:

1. Lemahnya proses koordinasi dan sinkroniasi program/kegiatan

kurang efisien.

2. Terbatasnya jumlah petugas dan penyuluh yang berpendidikan

Kelautan dan Perikanan.

3. Panjang dan lamanya proses penyusunan kegiatan APBD sehingga

menyebabkan terlambatnya pencairan dana APBD dan kegiatan

dilapangan.

4. Tidak terealisasinya dana dekonsentrasi untuk Dana Penguatan

Modal (DPM) pengembangan budidaya sehingga pencapaian target

pegembangan mengalami kemunduran.

Page 114: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 7

3.1.3. Investasi dan Perdagangan

1. Hambatan iklim investasi dari kebijakan pemerintah (biokrasi),

maupun lingkungan usaha (perizinan investasi, peraturan daerah,

pemungutan liar dan gangguan keamanan)

2. Kurangnya dukungan prasarana infrastruktur pendukung investasi.

3. Investasi PMA dan PMDN di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

sebagian besar berkaitan dengan sumberdaya alam yang

berdampak pada lingkungan seperti industri pulp, migas dan

tambang.

4. Belum berkembangnya institusi kerjasama antar daerah dalam

menyaring investasi.

5. Pertumbuhan volume dan nilai ekspor secara rata-rata berfluktuasi

dan trendnya sedikit mengalami penurunan selama periode 2004-

2008.

6. Hambatan perdagangan intra wilayah yang disebabkan oleh

birokrasi dan infrastruktur.

7. Kinerja perdagangan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat masih

didominsi oleh komoditi primer perkebunan dan perikanan.

8. Masih lemahnya sistem kerja sama untuk pengembangan

sektor/komoditi unggulan daerah

9. Terbatasnya infrastruktur transportasi darat (kualitas & kuantitas)

untuk mendorong sistem distribusi barang dan meningkatkan

perdagangan antar provinsi dan intra kabupaten/kota (jalan Kuala

Tungkal – Jambi relatif jelek).

10. Mitra dagang utama Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah

Kepulauan Riau, Riau dan Sumatera Selatan sedangkan ekspor

sebagian besar ke Singapura dan Malaysia.

11. Kapasitas pelayanan Pelabuhan laut dan pelabuhan udara perlu

ditingkatkan menjadi pelabuhan internasional sehingga dapat

mendorong aktivitas ekspor-impor di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.

Page 115: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 8

Permasalahan pokok yang menyebabkan penurunan kinerja

ekspor di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, yaitu berkenaan dengan :

1. Biaya ekonomi tinggi.

2. Rendahnya infrastuktur ekspor seperti pelabuhan, peti kemas dan

angkutan kapal laut serta rendahnya infrastruktur jalan ke

pelabuhan.

3. Ketergantungan pada produk primer (nilai tambah rendah),

penurunan ekspor produk kayu olahan dan karena keterbatasan

bahan baku, berpengaruh besar terhadap kinerja ekspor Kabupaten

Tanjung Jabung Barat.

4. Masih besarnya ketergantungan pasar ekspor pada negara tertentu

seperti Singapura

5. Keragaman ekspor yang masih rendah

6. Meningkatnya hambatan non tarif.

7. Belum optimalnya pemberian insentif dan fasilitasi

8. Keterbatasan dan menurunnya kualitas infrastruktur

9. Lemahnya sistem jaringan informasi pasar ekspor terutama dalam

mendukung peningkatan daya saing ekspor.

3.1.4. Ketenagakerjaan

1. Jumlah Penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada tahun

2007 telah mencapai sebesar 245.460 orang, dimana 111.762

orang atau 48 persen merupakan angkatan kerja.

2. Angkatan kerja yang bekerja relatif besar yaitu mencapai 106.713

orang, dengan tingkat pendidikan minimal SLTA/Sederajat

mencapai 16,65%.

3. Tenaga kerja di sektor perkebunan, tanaman pangan, perikanan

yang merupakan sektor basis di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

mempunyai produktivitas yang relatif tinggi.

4. Tenaga kerja yang bekerja sebagian besar mempunyai tingkat

ketrampilan dan keahlian yang relatif rendah.

Page 116: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 9

5. Tingkat penguasaan teknologi masih relative rendah, disisi lain

penyerapan tenaga kerja lebih mengarah kepada penguasaan

informasi teknologi (IT).

6. Belum ada Balai Latihan atau Lembaga pelatihan tenaga kerja yang

berkompeten dalam meningkatkan ketrampilan dan skill tenaga

kerja di kabupaten Tanjung Jabung Barat.

3.1.5. Keuangan Daerah

1. Ketergantungan keuangan daerah pada pembiayaan dari pusat

masih relatif tinggi, hal ini dapat berpengaruh pada penyusunan

anggaran pembangunan daerah.

2. Sumber pendapatan daerah saat ini masih tergantung pada

aktivitas usaha disektor primer, sehingga nilainya relatif kecil.

3. Lemahnya SDM di bidang keuangan daerah, sehingga kurang

inovasi dan lemah dalam mengimplementasikan suatu kebijakan

ataupun peraturan yang baru.

4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat wajib pajak terhadap

peranan PKB dan BBN-KB sebagai sumber dana pembangunan

daerah.

3.1.6. Pendidikan, Kepemudaan dan Budaya

Secara umum, kondisi pendidikan, kepemudaan dan budaya di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat masuk dalam kategori rendah hal ini

ditandai dengan berbagai indikator dan permasalahan yang masih

banyak ditemui di lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa

permasalahan bidang pendidikan secara umum adalah sebagai

berikut:

1. Indeks Pembangunan Manusia masih tergolong rendah; menempati

urutan ke 5 dari 10 Kabupaten/Kota di Jambi dan urutan 157 secara

nasional pada tahun 2006.

Page 117: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 10

2. Mayoritas penduduk Kabupaten Tanjung Jabung Barat hanya

berpendidikan paling tinggi Sekolah Dasar (54,71%)

3. Peserta didik untuk pendidikan tingkat menengah (SLTP dan SLTA)

dan tinggi yang masih sangat terbatas.

4. Jumlah dan penyebaran tenaga pendidik yang masih kurang dan

tidak merata.

5. Sarana dan prasarana pendidikan seperti gedung sekolah,

laboratorium, perpustakaan yang masih sangat terbatas.

6. Belum adanya pencapaian prestasi olahraga dan bidang

kepemudaan lain ditingkat nasional dan internasional.

7. Budaya dan kesenian masih belum dikelola dan dikembangkan

dengan baik sehingga potensi yang ada belum termanfaatkan

secara aktual.

3.1.7. Kesehatan

Fakta dan permasalahan bidang kesehatan untuk Kabupaten

Tanjung Jabung Barat disajikan sebagai berikut:

1. Sarana dan prasarana kesehatan seperti puskesmas dan

puskemas pembantu yang masih terbatas terutama untuk

kecamatan yang baru dimekarkan.

2. Jumlah tenaga medis yang masih terbatas bahkan beberapa

kecamatan belum ada sama sekali tenaga medis seperti bidan

desa, perawat apalgi dokter.

3. Jumlah tenaga Dokter terutama Dokter spesialis yang belum

mencukupi.

4. Animo masyarakat untuk berobat di puskemas masih rendah.

5. Kualitas layanan kesehatan pada rumah sakit umum daerah dan

puskesmas masih perlu ditingkatkan.

6. Peserta Keluarga Berencana baru mencapai 70,65% dari total

rumah tangga di tahun 2008.

Page 118: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 11

3.1.8. Infrastruktur Daerah

Fakta dan permasalahan bidang infrastruktur daerah di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah sebagai berikut:

1. Presentase jalan dengan kondisi rusak dan rusak berat pada jalan

kabupaten di kabupaten Tanjung Jabung Barat sangat tinggi.

2. Panjang jalan yang memiliki jenis permukaan aspal hanya 25,04%

sedangkan persentase jalan dengan permukaan tanah sebesar

41,39%. Sisanya merupakan jalan dengan jenis permukaan kerikil.

3. Penyebaran jalan dengan kualitas baik dengan permukaan aspal

masih belum merata untuk semua kecamatan dan desa di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Sehingga masih banyak Desa

yang belum menikmati kelancaran transportasi terutama jika musim

penghujan.

4. Fluktuasi debit air sungai selama musim kemarau dan hujan sangat

tinggi. Sehingga menjadi faktor penghambat transportasi sungai.

5. Masih terbatasnya kualitas dan kuantitas infrastruktur pendukung

trasnportasi yang lain seperti pelabuhan/dermaga untuk

transportasi laut/sungai dan jembatan.

6. Fasilitas LLAJ yang masih sangat terbatas

7. Persentase rumah tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

yang menikrati fasilitas air minum, listrik dan telpon masih sangat

rendah.

8. Persentase Rumah tangga di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

yang memiliki rumah dengan dinding kayu dan bambu masih cukup

banyak (83,88%).

Page 119: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 12

3.2. Isu-isu Strategis

Krisis keuangan global yang bermula dari krisis keuangan di Amerika

Serikat pada akhir tahun 2008, telah berdampak pada ekonomi nasional dan

daerah. Ekonomi masyarakat belum pulih benar akibat kenaikan harga BBM

pada awal tahun 2008, yang mencapai 30-80%. Walaupun diawal tahun 2009

pemerintah telah menurunkan harga BBM sekitar 20-30%, namun ekonomi

masyarakat masih stagnan karena tingkat suku bunga perbankan masih

relatif tinggi. Berkenaan dengan itu pemerintah melalui Bank Indonesia telah

berupaya menurunkan suku bunga, melalui penurunan SBI kelevel 6,25% di

akhir tahun 2009 ini. Penurunan tingkat suku bunga ini diharapkan dapat

menggairahkan sektor riil, sehingga dapat mendorong penciptaan lapangan

kerja baru. Namun krisis keuangan global telah menciptakan satu siklus mata

rantai ekonomi yang berdampak juga pada sektor pertanian dan perkebunan

yang menjadi tulang punggung ekonomi (back bone) masyarakat terutama di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Hal ini ditandai dengan penurunan harga

TBS dan harga karet Bokar. Padahal kedua komoditas unggulan ini menjadi

motor penggerak ekonomi masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Akibatnya daya beli masyarakat menurun dan krisis ekonomi mulai muncul

kembali baik dipedasaan maupun perkotaan di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.

Melemahnya permintaan terhadap komoditi-komoditi primer seperti

CPO, Crumb rubber, kakao dan komoditi primer lainnya, telah menyebabkan

penurunan harga-harga hasil-hasil perkebunan seperti Tandan buah sawit

(TBS) dan Karet. Penurunan harga-harga telah mempengaruhi tingkat

pendapatan dan daya beli masyarakat khususnya di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat. Disisi lain faktor pengungkit untuk mendorong peningkatan

ekonomi masyarakat belum tumbuh, karena masih rendahnya tingkat

investasi baik dari pemerintah maupun swasta. Rendahnya tingkat investasi

dan menurunnya tingkat permintaan dari komoditi perkebunan tersebut,

menyababkan sebagian tenaga kerja telah ada yang di PHK atau di

rumahkan, sehingga perluasan kesempatan kerja dan tingkat pengangguran

menjadi isu strategis kedepan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kenaikan

Page 120: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 13

BBM beberapa waktu yang lalu telah berkontribusi terhadap peningkatan

biaya transportasi yang pada akhirnya menjadi beban ekonomi masyarakat.

Pengaruh dari kenaikan harga BBM dan krisis keuangan global yang mulai

terjadi pada akhirnya akan berdampak pada kemiskinan dan meningkatnya

masalah-masalah sosial. Dengan demikian masalah kemiskinan menjadi isu

yang strategis untuk diperhatikan sebagai dampak dari krisis tersebut baik

sekarang maupun dimasa datang. Implikasi kemiskinan akan mempengaruhi

derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat untuk mengikuti pendidikan

dasar. Oleh karena kemampuan ekonomi masyarakat menurun akibat krisis

yang akan masih berlangsung tersebut maka masalah gizi dan sanitasi

lingkungan yang buruk akan berdampak terhadap turunnya derajat kesehatan

masyarakat dan sebaliknya akan meningkat kasus-kasus gizi buruk dan daya

tahan kesehatan masyarakat terhadap penyakit. Disamping itu kemiskinan

juga akan menurunkan kemampuan masyarakat wajib belajar guna

memenuhi standar minimal pendidikan dasar.

Pada sisi Keuangan Daerah yang tercermin di dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tanjung Jabung Barat,

dijelaskan bahwa sumber pembiayaan pembangunan diperoleh dari berbagai

sumber diantaranya berasal dari pendapatan asli daerah, berupa sisa lebih

perhitungan anggaran tahun yang lalu, pajak dan retribusi daerah, bagi hasil

pajak dan bagi hasil bukan pajak, dana perimbangan berupa dana alokasi

umun dan penerimaan lain-lain yang sah. Dari semua penerimaan tersebut

yang memberikan kontribusi yang cukup besar berasal dari instansi yang

lebih tinggi atau bantuan dari pemerintah pusat, sedangkan sumber

penerimaan daerah yang berasal dari penerimaan sendiri (PDS) masih terlalu

kecil dibandingkan dengan bantuan pusat. Hal ini menunjukkan bahwa,

Kabupaten Tanjung Jabung Barat selama ini dalam pembiayaan administrasi

pemerintahan dan pembangunannya masih sangat tergantung dari

pemerintah pusat, terutama untuk belanja pegawai berupa gaji, yang masih

diharapkan dari pemerintah pusat.

Keterbatasan sumber pembiayaan pembangunan menyebabkan

kurangnya dana pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur fisik dasar.

Page 121: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 III - 14

Akibatnya infrastruktur fisik dasar seperti jalan raya telah menunjukan

penurunan kualitas sehingga menggangu percepatan aktivitas ekonomi dan

pengembangan wilayah. Kebutuhan akan infrastruktur dasar yang baik dan

berlanjut kualitas maupun kuantitasnya untuk saat sekarang dan masa datang

masih tinggi.

Pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan telah berdampak

rusaknya lingkungan hidup. Disamping itu eksploitasi sumberdaya alam yang

tidak memperhatikan lingkungan hidup juga telah merusak tatanan ekonomi

karena bersifat eksploratif sehingga nilai tambah yang dihasilkan minimal dan

hanya dapat dinikmati dalam waktu yang terbatas. Disamping itu biaya

pemulihan sumber daya alam akibat kerusakan tersebut dan perubahan

perilaku masyarakat membutuhkan biaya dan waktu yang cukup lama.

Page 122: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

IV-1

4.1. VISI

Dengan memperhatikan situasi dan kondisi Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Jabung pada masa lalu dan saat ini, tantangan yang

dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta dengan memperhitungkan

modal dasar yang dimiliki dan amanat UU No 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Propinsi

Jambi dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, maka Visi

Pembangunan Tanjung Jabung Barat Tahun 2005–2025 adalah:

TANJUNG JABUNG BARAT MAJU, BERDAYA SAING,

ADIL DAN SEJAHTERA

Visi Pembangunan Kabupten Tanjung Jabugn Barat ini merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari dari visi Pembangunan Nasional

Propinsi Jambi Tahun 2005-2025 dan Visi Pembangunan Nasional Tahun

2005–2025 yang kesemuanya secara sistematik dan sinergis diarahkan

pada pencapaian tujuan nasional sebagaimana tertuang dalam

Pembukaan UUD 1945.

4.2. MISI

Untuk mewujudkan visi pembangunan tersebut ditempuh melalui 5

(lima) misi pembangunan Tanjung Jabung Barat sebagai berikut:

1. Mewujudkan SDM yang berkualitas dan berahlak mulia, dengan

mengedepankan pembangunan pendidikan dan kesehatan yang

berkualitas dan berkeadilan, pengendalian jumlah penduduk,

meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek, meningkatnya

kualitas kualitas kehidupan beragama, mengembangkan budaya yang

berbasis iptek dan kearifan lokal.

Visi Dan Misi Pembangunan Kabupaten

Tanjung Jabung Barat Tahun 2005 - 2025

Bab 4

Page 123: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

IV-2

2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan infrastruktur yang berkualitas,

melalui pembangunan transportasi jalan, jembatan, terminal,

pelabuhan, pengairan, listrik, telpon, infrastruktur sosial dan infra

struktur ekonomi yang maju serta mampu mendukung kegiatan

perekonomian dan pengembangan wilayah secara terpadu.

3. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas yang

berbasis pada agroindustri dan SDA, dengan memperkuat

perekonomian daerah berbasis keunggulan komperatif masing-masing

wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan

sistem produksi, distribusi dan pelayanan serta memperkuat ekonomi

kerakyatan yang berbasis agribisnis;

4. Mewujudkan masyarakat dan pemerintahan yang baik dan menjunjung

tinggi supremasi hukum, melalui peningkatan kelembagaan dan

budaya demokrasi yang lebih kokoh; memperkuat peran masyarakat

sipil; memperkuat kualitas otonomi daerah; menjamin pengembangan

media dan kebebasan media dalam mengkomunikasikan kepentingan

masyarakat; melakukan pembenahan substansi hukum, struktur

hukum dan mebudayakan budaya hukum serta menegakkan hukum

secara adil, konsekuen, tidak diskriminatif, dan memihak pada rakyat

kecil dan dengan menjmin keamanan dan ketentraman.

5. Mewujudkan pembangunan daerah yang merata, berkeadilan dan

berwawasan lingkungan, dengan mengurangi kesenjangan sosial

secara menyeluruh, keberpihakan kepada masyarakat, kelompok dan

wilayah/daerah yang tertinggal, menanggulangi kemiskinan secara

bertahap, menyediakan akses yang sama bagi masyarakat terhadap

berbagai pelayanan sosial serta sarana dan prasarana ekonomi, dan

menghapuskan diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan

termasuk diskriminasi gender. Menjaga keseimbangan antara

pemanfaatan dan keberlanjutan SDA dan lingkungan hidup, dengan

tetap menjaga fungsi, daya dukung dan kenyamanan dalam kehidupan

di masa kini dan masa yang akan datang, melalui pemanfaatan ruang

yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial

dan ekonomi, dan upaya konservasi; pemanfaatan ekonomi SDA dan

Page 124: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

IV-3

lingkungan yang berkesinambungan; pengelolaan SDA dan lingkungan

hidup untuk mendukung kualitas kehidupan, memberikan keindahan

dan kenyamanan kehidupan; pemeliharaan dan pemanfaatan

keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.

Page 125: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-1

5.1. Arah Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Tanjung

Jabung Tahun 2005-2025

5.1.1. Arah Umum Pembangunan Jangka Panjang

Tujuan pembangunan jangka panjang Tanjung Jabung Barat tahun

2005-2025 yang ingin dicapai adalah terwujudnya Tanjung Jabung Barat

yang maju, Berdaya Saing, adil dan sejahtera yang merupakan bagaian

integral dari tujuan pembangunan Propinsi Jambi dan pembangunan

nasional menuju masyarakat adil dan makmur dalam NKRI berdasarkan

Pancasila dan UUD 1945. Bertitik tolak dari tujuan pembangunan

tersebut, maka pembangunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada 20

tahun mendatang diarahkan pada tercapainya sasaran-sasaran pokok

sebagai berikut:

A. Terwujudnya sumberdaya manusia yang berkualitas dan berahlak

mulia, ditunjukkan oleh :

1. Meningkatnya kualitas SDM, termasuk peran perempuan dalam

berbagai bidang pembangunan yang ditandai dengan

meningkatnya indek pembangunan manusia (IPM) dengan nilai

indek 75,3 dan indek pembangunan jender (IPG), serta

menurunnya laju pertumbuhan penduduk dengan rata-rata

pertumbuhan 1,5%.

2. Meningkatnya kualitas kehidupan beragama, yang ditandai oleh

meningkatnya keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang

Maha Esa, toleran, dan mampu mengaktualisasikan niali-nialai

moralitas agama dalam kehiduan sehari-hari.

Arah, Tahapan, dan Prioritas

Pembangunan Jangka Panjang Tahun

2006–2026

Bab 5

Page 126: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-2

3. Makin mantapnya budaya daerah yang tercermin dari

meningkatnya peradaban, harkat dan martabat serta kearifan lokal,

meningkatnya penghargaan terhadap keragaman budaya,

termasuk kesenian daerah dan meningkatnya budaya yang

berorientasi Iptek.

B. Terwujudnya pemenuhan kebutuhan infrastruktur yang

berkualitas, ditandai oleh:

1. Terbangunnya jaringan infrastruktur perhubungan antar moda

(darat, sungai dan laut) yang handal dan terintegrasi satu sama

lain. Persentase jalan dalam kondisi baik mencapai 30%.

2. Terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang sesuai kebutuhan,

termasuk hampir sepenuhnya elektrifikasi rumah tangga dan

elektrifikasi perdesaan dapat terpenuhi dengan persentase rumah

tangga mencapai 85,20%.

3. Terbangunnya jaringan infrastruktur informasi dan komunikasi yang

mencapai seluruh wilayah kabupaten.

4. Terwujudnya konservasi sumber daya air yang mampu menjaga

keberlanjutan fungsi sumber daya air dan terpenuhinya kebutuhan

air bersih bagi penduduk. Persentase rumah tangga yang dapat

mengakses air bersih diproyeksikan mencapai 80,10% pada tahun

2026.

5. Terpenuhinya kebutuhan infrastruktur ekonomi dan sosial yang

berkualitas.

C. Tewujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas

yang berbasis pada agroindustri dan SDA , ditunjukkan oleh:

1. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan

sehingga pendapatan per kapita pada tahun 2025 mencapai sekitar

US$ 7.500, dengan tingkat pengangguran yang rendah dan jumlah

penduduk miskin tidak lebih dari 2 persen, dan angka

pengangguran 3% dari angkatan kerja.

Page 127: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-3

2. Terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berbasis

ekonomi kerakyatan dan keunggulan kompetitif. Sektor pertanian

dalam arti luas dan pertambangan menjadi basis aktivitas ekonomi

yang dikelola secara efisien dan menghasilkan komoditi berkualitas,

agro industri menjadi motor penggerak perekonomian, serta jasa

yang perannya meningkat dengan kualitas pelayanan lebih bermutu

dan berdaya saing.

D. Terwujudnya masyarakat dan pemerintahan yang baik dan

menjunjung tinggi supremasi hukum, yang ditandai oleh:

1. Terwujudnya pemerintahan yang baik yang ditandai dengan

meningkatnya etika dan profesionalisme birokrasi, sehingga

mampu mendukung pembangunan daerah.

2. Terwujudnya demokrasi pada berbagai aspek kehidupan politik

yang dapat diukur dengan adanya pemerintah yang berdasarkan

hukum, birokrasi yang profesional dan netral, masyarakat sipil,

masyarakat politik dan masyarakat ekonomi yang mandiri.

3. Terwujudnya sistem hukum daerah, yang tercermin dari

pembentukan peraturan daerah yang mencerminkan nilai-nilai

sosial, hirarkhi peraturan perundang-undangan dan asas-asas

hukum universal; struktur hukum yang efektif dan efisien dan

budaya hukum yang mantap.

4. Membaiknya ketaatan dan penghormatan terhadap hukum dan

HAM serta semakin kokohnya supremasi hukum yang

mencerminkan kebenaran, keadilan, dan aspiratif.

5. Membaiknya kondisi keamanan, ketertiban dan ketentraman dalam

masyarakat yang tercermin dari meningkatnya kualitas layanan

terhadap korban; semakin efektifnya penangan kejahatan dan

pelanggaran serta menurunnya kejahatan dan pelanggaran.

E. Tewujudnya pembangunan daerah yang merata, berkeadilan dan

berwawasan lingkungan, ditandai oleh:

Page 128: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-4

1. Tingkat pembangunan yang semakin merata ke seluruh wilayah

Tanjung Jabung Barat.

2. Terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan

masyarakat, termasuk berkurangnya kesenjangan antar wilayah,

antar kelompok dan gender, serta terpenuhi kebutuhan hunian

yang layak bagi seluruh masyarakat.

3. Kemandirian pangan dapat dipertahankan pada tingkat aman dan

dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya instrumen

jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga.

4. Membaiknya pengelolaan, pendayagunaan SDA dan pelestarian

lingkungan hidup, yang tercermin dari terpeliharanya fungsi dan

daya dukung lingkungan, terjaminnya rehabilitasi dalam

mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi secara serasi,

seimbang dan lestari.

5. Terpeliharanya kekayaan keragaman jenis dan kekhasan SDA

untuk mewujudkan nilai tambah dan daya saing daerah, serta

sebagai modal pembangunan daerah.

6. Meningkatnya kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat

dalam pengelolaan SDA dan pelestarian fungsi lingkungan hidup

untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan.

5.1.2. Rincian arah Umum Pembangunan Jangka Panjang

5.1.2.1. Mewujudkan SDM Yang Berkualitas Dan Berahlak Mulia

Pembangunan SDM pembangunan SDM diarahkan pada peningkatan

kualitas SDM yang ditandai dengan meningkatnya IPM dan IPG, serta

tercapainya penyebaran penduduk yang merata, tumbuh seimbang.

1. Pengendalian jumlah dan laju pertumbuhan penduduk

diarahkan pada pengurangan laju pertumbuhan penduduk melalui

peningkatan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi yang terjangkau, bermutu dan efektif menuju

terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas. Penataan

Page 129: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-5

persebaran dan mobilitas penduduk diarahkan menuju persebaran

penduduk yang lebih seimbang sesuai dengan daya dukung dan

daya tampung lingkungan melalui pemerataan pembangunan

ekonomi dan wilayah dengan memperhatikan budaya serta

pembangunan berkelanjutan. Sistem administrasi kependudukan

penting pula dilakukan untuk mendukung perencanaan dan

pelaksanaan serta mendorong terakomodasinya hak penduduk

dan perlindungan sosial.

2. Pembangunan pendidikan diarahkan untuk meningkatkan harkat,

martabat dan kualitas manusia agar mampu produktif, mandiri,

dan berakhlak mulia serta mampu bersaing di era global.

Pelayanan pendidikan yang mencakup semua jalur, jenis dan

jenjang disediakan secara bermutu dan terjangkau disertai dengan

pembebasan biaya pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

meminimalkan biaya pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

Penyediaan pelayanan pendidikan disesuaikan dengan potensi

daerah, kebutuhan pembangunan sosial ekonomi daerah di masa

depan termasuk untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan melalui pendalaman penguasaan teknologi. Untuk

memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan bagi penduduk

usia produktif yang jumlahnya semakin besar disediakan

pendidikan dan latihan yang sesuai perkembangan iptek agar dapat

meningkatkan kualitas hidup dan produktivitas penduduk. Angka

partisipasi murni (APM) dan Angka Partisipasi kasar (APK)

diproyeksikan mencapai 99,99% pada tahun 2026.

3. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat melalui peningkatan upaya kesehatan,

pembiayaan kesehatan, SDM kesehatan, obat dan perbekalan

kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan manajemen kesehatan.

Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika

kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan

lingkungan, kemajuan iptek, dan globalisasi dengan semangat

kemitraan, dan kerjasama lintas sektor. Perhatian khusus diberikan

Page 130: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-6

pada pengembangan budaya hidup sehat melalui peningkatan

perilaku dan kemandirian masyarakat, dan pada upaya promotif

dan preventif. Persentase rumah tangga berprilaku hidup bersih

ditahun 2026 diproyeksikan mencapai 92,10% dan rasio tenaga

paramedis 13,10%.

4. Pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak diarahkan

pada peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan, serta

kesejahteraan dan perlindungan anak di berbagai bidang

pembangunan; penurunan tindak kekerasan, eksploitasi, dan

diskriminasi terhadap perempuan dan anak; serta penguatan

kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender, termasuk

penyediaan data dan statistik gender.

5. Pembangunan pemuda diarahkan pada peningkatan kualitas dan

partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan terutama di

bidang ekonomi, sosial budaya, iptek dan politik. Pembangunan

olahraga diarahkan pada peningkatan budaya olahraga dan

prestasi olahraga di kalangan masyarakat.

6. Pembangunan iptek diarahkan untuk pada penguasaan dan

penerapan Iptek yang mampu mendorong peningkatan

kesejahteraan masyarakat, kemandirian dan daya saing daerah.

7. Pembangunan kehidupan beragama diarahkan untuk

mewujudkan fungsi dan peran agama sebagai landasan moral dan

etika dalam pembangunan, membina akhlak mulia, memupuk etos

kerja, menghargai prestasi, dan menjadi kekuatan pendorong guna

mencapai kemajuan dalam pembangunan daerah. Pembangunan

kehidupan beragama diarahkan pula untuk memantapkan

kerukunan inter dan antar umat beragama dengan meningkatkan

rasa saling percaya dan harmonisasi antar dan inter umat

beragama sehingga tercipta suasana kehidupan beragama yang

soleh, toleran, dan harmonis.

8. Pembangunan budaya daerah diarahkan pada pengembangan

budaya inovatif yang berorientasi iptek dengan memperhatikan

Page 131: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-7

nilai-nilai kearifan lokal agar masyarakat menguasai iptek serta

mampu bersaing di era persaingan global, melalui pengembangan

budaya membaca dan menulis, masyarakat pembelajar,

masyarakat yang cerdas, kritis, dan kreatif dalam rangka

pengembangan tradisi iptek, bersamaan dengan itu diupayakan

merubah budaya konsumtif menjadi budaya produktif. Bentuk-

bentuk pengungkapan kreativitas, antara lain melalui kesenian

daerah, olah raga didorong untuk mewujudkan keseimbangan

aspek material, spiritual dan emosional.

5.1.2.2. Mewujudkan Pemenuhan Kebutuhan Infrastruktur Yang

Berkualitas

A. Pembangunan Transportasi secara umum sebagai katalisator

dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan

wilayah dan pemersatu wilayah. Untuk itu pembangunan

transportasi daerah diarahkan:

a. Mendorong pemerataan pembangunan dengan melayani

kebutuhan transportrasi masyarakat luas dengan harga

terjangkau baik di perkotaan maupun di perdesaan.

b. Meningkatkan kualitas pelayanan jasa transportasi secara

efisien, andal, berkualitas, aman dan nyaman secara

berkesinambungan dan ramah lingkungan sesuai dengan

standart pelayanan yang di persyaratkan sehingga akan

melancarkan mobilitas distribusi barang dan jasa.

c. Terciptanya sistem distribusi regional dan nasional yang

mampu memberikan pelayanan pendistribusian hasil produksi

rumah tangga dan industri kecil maupun menengah sehingga

kegiatan perekonomian masyarakat dapat berkembang terus,

d. Membuka sentra-sentra produksi yang berskala besar dan

daerah-daerah yang masih terisolasi sehingga akan

mendorong pertumbuhan sektor-sektor ekonomi. Dengan

Page 132: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-8

demikian akan tercapai pemerataan pembangunan keseluruh

wilayah.

e. Menciptakan jaringan pelayanan secara inter dan antar moda

angkutan melalui pembangunan prasarana dan sarana

transportasi untuk meningkatkan jaringan transportasi antara

desa-kota dan antara daerah produksi-pemasaran secara

memadai yang akan memberikan dampak efesiensi dari segi

waktu dan biaya,

f. Melakukan pemeliharaan rutin dan berkala bagi jalan-jalan

yang sudah ada serta memelihara daerah milik jalan dan

memberikan rambu-rambu lalu-lintas yang cukup untuk

memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna lalu-

lintas.

g. Khusus untuk daerah-daerah yang terkena bencana seperti

longsoran, banjir, gempa bumi dan lain sebagainya akan

dilakukan program rehabilitasi sarana dan prasarana

transportasi dan pembinaan sumber daya manusia yang

terpadu dengan program-program sektor lainnya dan rencana

pengembangan tata wilayah.

h. Membangun prasarana jembatan yang memadai untuk

mempermudah penyebrangan arus lalu-lintas yang dipisahkan

oleh sungai.

i. Membangun dermaga-dermaga penyebrangan untuk

mempercepat dan memperlancar pergerakan muatan barang

dan penumpang bagi pengguna lalu-lintas angkutan sungai.

j. Mendorong seluruh stakeholders untuk berpartisipasi dalam

penyediaan pelayanan transportasi mulai dari tahap

perencanaan, pembangunan hingga pada pengoperasiannya,

k. Menghilangkan segala macam bentuk monopoli dan pungutan

liar agar dapat memberikan alternatif pilihan bagi pengguna

jasa;

Page 133: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-9

l. Mempertahankan keberpihakan pemerintah daerah sebagai

regulator terhadap pelayanan kepada masyarakat,

m. Menyatukan persepsi dan langkah para pelaku penyedia jasa

transportasi dalam konteks pelayanan transportasi yang

prima;

B. Pembangunan Perumahan adalah pemenuhan kebutuhan hunian

bagi masyarakat melalui terciptanya pasar primer yang sehat,

efisien, akuntabel, tidak diskriminatif dan terjangkau oleh seluruh

lapisan masyarakat. Untuk itu pembangunan perumahan diarahkan

pada :

a. Peningkatan kualitas lingkungan, peningkatan fasilitas dan

bantuan teknis perbaikan rumah pada kawasan kumuh, desa

tradisional, desa nelayan, dan desa eks-transmigrasi.

b. Tersedianya perumahan dan lahan bagi masyarakat

berpendapatan rendah minimal tersedianya Rumah Sangat

Sederhana (RSS) , Rumah Sederhana (RS) dan rumah susun

sederhana sewa (Rusunawa)

c. Penyusunan Norma, Standart, Pedoman dan Manual (NSPM)

dalam pembangunan perumahan masyarakat miskin di

perkotaan.

d. Melakukan penataan, peremajaan dan revitalisasi bagi

daerah-daerah pemukiman yang kumuh sehingga akan

memberikan kebutuhan penyediaan prasarana dan sarana

dasar bagi kawasan rumah sederhana yang sehat, sebagai

dasar bagi pengembangan kawasan siap bangun.

e. Ketersediaan sarana perumahan dan permukiman, antara lain

air minum yang bersih dan sanitasi yang sehat secara luas

dan merata.

f. Terciptanya iklim yang kondusif yang mampu menarik investor

maupun pengembang untuk membangun fasilitas perumahan

yang sehat , nyaman dan asri.

Page 134: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-10

g. Memfasilitasi pembiayaan prasarana dan sarana lingkungan

perumahan melalui pembangunan perumahan yang bertumpu

pada masyarakat.

h. Meningkatkan kualitas pelayanan prasarana dan sarana

lingkungan pada kawasan kumuh perkotaan dan pesisir /

nelayan.

i. Pengembangan pola subsidi yang tepat sasaran, efisien dan

efektif

j. Mengembangkan lembaga yang bertanggungjawab dalam

pembangunan perumahan dan permukiman pada semua

tingkatan pemerintahan serta fasilitasi pelaksanaan penataan

ruang kawasan permukiman yang transparan dan partisipatif.

k. Menciptakan kepastian hukum dalam bermukim (tinggal) serta

fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan yang

tanggap terhadap bencana.

C. Meningkatnya pencemaran lingkungan akibat meningkatnya jumlah

sampah yang berasal dari rumah tangga (domestik) dan non rumah

tangga yang dibuang kesungai merupakan salah satu kendala

dalam menciptakan hidup yang sehat. Oleh sebab itu, penanganan

persampahan dan drainase diarahkan :

a. Meningkatkan kesadaran seluruh pihak yang terlibat terhadap

pentingnya peningkatan pengelolaan dan pelayanan

persampahan dan drainase,

b. Terbebasnya saluran-saluran drainase dari sampah sehingga

mampu meningkatkan fungsi saluran drainase sebagai saluran

air hujan dan berkurangnya genangan air permanen

c. Memberikan ruang yang kondusif bagi masyarakat dan dunia

usaha untuk berperan secara aktif dalam pelayanan

persampahan, tidak hanya dibidang transportasinya tapi juga

dalam pengelolaan tempat pembuangan akhir (TPA).

Page 135: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-11

d. Meningkatkan kualitas SDM pengelola persampahan melalui

pendidikan, pelatihan dan perbaikan pelayanan kesehatan,

e. Meningkatkan kinerja pengelola TPA dengan sistim sanitary

landfill

D. Transportasi jalan merupakan moda transportasi utama yang

berperan penting dalam mendukung pembangunan daerah serta

mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia

maupun distribusi komoditi perdagangan dan industri.

Pembangunan Prasarana Jalan dan Jembatan diarahkan;

a. Memprioritaskan pembangunan jalan yang kondisinya rusak

berat dan rusak ringan terutama di sentra-sentra produksi

berskala besar di seluruh wilayah Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.

b. Melakukan monitoring secara berkala terhadap perkembangan

dan pertumbuhan arus lalu-lintas baik terhadap volume

maupun terhadap kemampuan daya dukung jalan, sehingga

mempermudah melakukan pemeliharaan dan peningkatan

pembangunan jalan tersebut.

c. Terpeliharanya dan meningkatnya daya dukung, kapasitas,

maupun kualitas pelayanan prasarana jalan untuk daerah-

daerah yang perekonomiannya berkembang pesat.

d. Rehabilitasi/pemeliharaan rutin dan berkala terhadap jalan-

jalan yang sudah ada di seluruh wilayah.

e. Peningkatan / pembangunan jalan-jalan arteri primer dan

strategis di kawasan perkotaan terutama untuk mengurangi

kemacetan arus lalu-lintas.

f. Meningkatkan kinerja pelayanan parasarana jalan dengan

mengoptimalkan potensi yang ada termasuk pembangunan

prasarana jalan dengan pemanfaatan teknologi

pengembangan jalan.

Page 136: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-12

g. Mensinkronkan keterpaduan sistim jaringan jalan dengan

kebijakan rencana tata ruang wilayah dan meningkatkan

keterpaduan dengan jaringan prasarana lainnya.

h. Melakukan koordinasi yang jelas dan tepat secara terpadu

antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten untuk

memperjelas hak dan kewajiban dalam penanganan

prasarana jalan termasuk jalan Nasional, jalan Provinsi dan

jalan Kabupaten yang ada di wilayah Kabupaten Tanjung

Jabung Barat,

i. Mengembangkan sikap profesionalisme dan kemandirian

institusi serta SDM penyelengara prasarana jalan,

j. Memprioritaskan pembangunan jembatan yang dapat memicu

pengembangan wilayah dan membuka wilayah-wilayah yang

terisolir di seluruh Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang

banyak dipisahkan oleh sungai.

k. Mengikut sertakan seluruh aspek dalam masyarakat untuk ikut

berpartisipasi dalam pemeliharaan dan pembangunan jalan

sehingga akan timbul kesadaran untuk memiliki dan rasa

tanggungjawab terhadap tersedianya prasarana jalan,

E. Transportasi Laut mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat untuk

meningkatkan peran dan pangsa pasar pelayaran nasional baik

pada angkutan dalam negeri maupun kegiatan ekspor-impor. Untuk

itu pembangunan transportasi laut diarahkan :

a. Meningkatkan peran dan standar pelayanan armada

Pelabuhan Kuala Tungkal menjadi pelayaran nasional baik

untuk angkutan dalam negeri maupun ekspor-impor sehingga

pelabuhan Kuala Tungkal menjadi pintu gerbang arus

perekonomian Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

b. Rehabilitasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang

ada di pelabuhan Kuala Tungkal.

Page 137: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-13

c. Mengurangi bahkan menghapuskan segala macam bentuk

pungutan-pungutan liar (tidak resmi) di pelabuhan dalam

proses bongkar muat barang.

d. Memenuhi standar pelayaran internasional guna

meningkatkan keselamatan pelayaran baik selama pelayaran

maupun pada saat berlabuh dan bongkar muat barang di

pelabuhan Kuala Tungkal.

e. Merestrukturisasi peraturan dan perundang-undangan serta

kelembagaan di subsektor transportasi laut guna menciptakan

kondisi yang mampu menarik minat investor dalam

pembangunan prasarana transportasi laut.

f. Pengembangan sistem informasi tentang kelayak-lautan kapal

serta peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)-nya dengan

pelatihan dan verifikasi kelayak-lautan kapal.

F. Air Bersih merupakan kebutuhan pokok bagi manusia untuk

melangsungkan kehidupan dan meningkatkan kesejahteraannya

sehingga mampu hidup sehat, bersih dan produktif. Pembangunan

Sarana Air Bersih diarahkan :

a. Menjamin tersedianya air minum yang sehat, bersih dan layak

untuk dikonsumsi oleh masyarakat.

b. Membangun dan meningkatkan sarana pendukung seperti

Water Treatment Project (WTP = Bangunan pengolahan air

bersih ) serta bangunan penyimpanan cadangan air bersih di

saat debit air rendah.

c. Meningkatnya kemampuan pemenuhan kebutuhan air bagi

rumah tangga, permukiman, pertanian dan industri dengan

perioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat dan

pertanian rakyat

d. Terkendalinya pemanfaatan air tanah dan mencegah

terjadinya pencemaran air sehingga menghindari terjadinya

potensi konflik air.

Page 138: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-14

e. Meningkatkan akses masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung

Barat terhadap air minum perpipaan melalui peningkatan

kapasitas produksi dan pelayanan air minum.

f. Memberikan kemudahan-kemudahan bagi konsumen seperti

harga jual yang murah dan terjangkau bagi golongan ekonomi

lemah,

g. Meningkatkan kesadaran seluruh stakeholder terhadap

pentingnya peningkatan pelayanan serta pemakaian yang

efisien terhadap air minum,

h. Meningkatkan kinerja pengelola air minum PDAM atau BUMD

pengelola air minum dengan melakukan pengembangan

teknologi tepat guna dalam melayani kebutuhan masyarakat.

i. Penataan dan penguatan sistem pengolahan data dan

informasi dilakukan secara terencana dan dikelola secara

berkesinambungan sehingga tercipta basis data yang tepat

dan akurat sebagai acuan dasar untuk perencanaan

pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.

j. Meningkatkan kualitas SDM pengelola air minum melalui

pendidikan dan pelatihan yang terpadu ,

k. Mengurangi tingkat kebocoran dan in-efisiensi baik teknis

maupun non teknis hingga mencapai ambang batas normal.

l. Pengembangan, pengelolaan dan konservasi sungai dan

sumber air lainnya untuk mewujudkan pengelolaan jaringan

irigasi, rawa, serta jaringan pengairan lainnya dalam rangka

mendukung program ketahanan pangan, sehingga

kemampuan pemenuhan kebutuhan air untuk pertanian dapat

meningkat.

m. Pemberdayaan petani pemakai air terutama dalam

pengelolaan jaringan irigasi dan bangunan penampung air

sederhana lainnya seperti waduk untuk meningkatkan

pendapatan hasil pertanian.

Page 139: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-15

G. Pembangunan Kelistrikan diarahkan pada pengembangan

kemampuan pemenuhan kebutuhan tenaga listrik daerah dan

peningkatan kemampuan pelayanannya. Peningkatan kemampuan

kebutuhan listrik diarahkan kepada;

a. Penyediaan energi listrik yang dapat dinikmati oleh seluruh

lapisan masyarakat Kabupaten Tanjung Jabung Barat minimal

100 Watt setiap individu penduduk sesuai dengan kebutuhan

minimal standard Nasional,

b. Melakukan peningkatan kapasitas pembangkit melalui

rehabilitasi dan repowering pembangkit yang sudah ada

maupun pembangunan pembangkit baru yang diarahkan pada

peningkatan efisiensi, penggunaan bahan bakar yang lebih

murah,

c. Peningkatan partisifasi investasi swasta, pemerintah daerah,

koperasi dan masyarakat dalam menyediakan sarana dan

prasarana ketenagalistrikan.

d. Peningkatan sarana dan prasarana produksi, peningkatan

fungsi kelembagaan, peningkatan mutu sumber daya manusia

(SDM) dan penguasaan teknologi serta peningkatan peran serta

masyarakat akan kesadaran untuk hidup hemat akan energi.

e. Penyesuaian tarif secara bertahap dan sistematis sampai

mencapai nilai keekonomiannya.

f. Mencari sumber-sumber baru di wilayah potensial untuk

dibangun pembangkit tenaga listrik termasuk penggunaan

mikrohidro (pembangkit listrik mini) terutama di wilayah

pedesaan.

g. Membangun jaringan infrastruktur listrik sampai pelosok

pedesaan sehingga diharapkan terjadi peningkatan kemampuan

jangkauan pelayanan kebutuhan listrik baik untuk kepentingan

industri maupun untuk kepentingan rumah tangga dapat

terwujud secara lebih merata.

Page 140: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-16

h. Menghindari sekecil mungkin tingkat losses dan in-efisiensi

yang sangat berpotensi merugikan keuangan negara.

H. Dalam era globalisasi dimana informasi mempunyai nilai ekonomi,

kemampuan untuk mendapatkan, memanfaatkan dan mengolah

informasi mutlak dimiliki oleh suatu daerah untuk memicu

pertumbuhan ekonomi dan sekaligus meningkatkan daya saing

daerah. Untuk itu pembangunan Telematika diarahkan pada;

a. Tersedianya jaringan komunikasi dan informasi yang

menjangkau seluruh wilayah sehingga akan menghilangkan

kesan masih adanya daerah yang terisolir.

b. Tersedianya jaringan dan saluran komunikasi, baik berupa

saluran telepon rumah tangga, telepon umum dan bekerjasama

dengan swasta dalam peningkatan kapasitas sambungan

telepon dan komunikasi berupa warung telekomunikasi (wartel),

telepon selluler dan beberapa produk telekomunikasi lainnya,

c. Memberikan informasi yang seluas-luasnya bagi masyarakat

terhadap perkembangan pembangunan sehingga terjadi

pemerataan informasi yang seimbang antara masyarakat desa

dan perkotaan,

d. Memberikan tingkat pendidikan non formal yang bermanfaat dan

bermutu terutama melalui siaran radio dan televisi sehingga

akan meningkatkan pengetahuan dan SDM bagi masyarakat

yang tidak mendapatkan pendidikan formal.

e. Memberikan informasi yang cepat, tepat, benar dan transparan

terhadap segala kejadian yang ada sehingga tidak menimbulkan

interpretasi yang berbeda dalam menyikapi issue-issue yang

berkembang di dalam masyarakat.

f. Meningkatnya arus globalisasi dan informasi dengan

berteknologi tinggi berimbas pada peningkatan pengetahuan

dan pemahaman masyarakat terhadap potensi pemanfaatan

telematika sehingga masyarakat harus mampu menyerap dan

Page 141: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-17

memilih informasi yang bermanfaat dan benar bagi dirinya

sendiri.

g. Menciptakan iklim investasi dan berusaha yang kondusif, serta

menyehatkan dan meningkatkan kinerja penyelenggara

telematika

h. Pemanfaatan aplikasi berbasis teknologi informasi dengan

metode tepat guna dalam rangka mengurangi kesenjangan

digital.

I. Pembangunan Sarana dan Prasarana juga diarahkan pada;

a. Konsep pengembangan Tata Ruang akan memperluas

perkembangan dari pusat-pusat pertumbuhan sebagai pusat

kegiatan sentra produksi, dikaitkan dengan pengembangan

sistem transportasi yang mempunyai pengaruh kuat dalam

membentuk integritas wilayah khususnya dalam mendorong

pertumbuhan kawasan ini menjadi Kawasan Sentra Produksi

(KSP) secara terpadu dan terintegrasi guna mengantisipasi

potensi-potensi yang ada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.

b. Pembangunan fisik dan non-fisik di daerah terpencil serta

peningkatan dan pengembangan infrastruktur transportasi dan

komunikasi dari dan ke daerah-daerah terpencil sehingga akan

mengurangi keterisoliran daerah-daerah yang penduduknya

miskin dan terbelakang,

c. Dalam penataan pemanfaatan wilayah diarahkan pada

reorientasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW-K)

Tanjung Jabung Barat yang memperhatikan dampaknya

terhadap keberadaan suku terbelakang dalam kawasan

perencanaan.

d. Konsep Rencana Tata Ruang sebagai acuan koordinasi dan

sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah perlu

dilakukan peninjauan kembali dengan mengakomodasi

perubahan-perubahan yang terjadi baik perubahan ekonomi,

Page 142: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-18

asumsi-asumsi, strategi maupun arah kebijakan dalam

pengelolaan ruang wilayah dan harus dilakukan dengan

mempertimbangkan keberkelanjutannya dengan tata ruang

yang baru.

5.1.2.3. Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Yang Tinggi Dan

Berkualitas Yang Berbasis Pada Agroindustri Dan SDA

1. Perekonomian dikembangkan dengan memperkuat perekonomian

daerah yang berorientasi pasar. Untuk itu dilakukan transformasi

bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif SDA

menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif. Interaksi

antar wilayah didorong dengan membangun keterkaitan sistem

produksi, distribusi dan pelayanan prima. Upaya-upaya tersebut

dilakukan dengan prinsip-prinsip dasar: mengelola secara

berkelanjutan peningkatan produktivitas daerah melalui

penguasaan, penyebaran, penerapan, dan penciptaan (inovasi)

iptek menuju ekonomi berbasis pengetahuan; mengelola secara

berkelanjutan kelembagaan ekonomi yang melaksanakan praktik

terbaik dan kepemerintahan yang baik, dan mengelola SDA secara

berkelanjutan.

2. Perekonomian dikembangkan berlandaskan prinsip demokrasi

ekonomi dengan memperhatikan kepentingan daerah dan nasional

sehingga terjamin kesempatan berusaha dan bekerja bagi seluruh

masyarakat dan mendorong tercapainya penanggulangan

kemiskinan. Pengelolaan kebijakan perekonomian perlu

memperhatikan secara cermat dinamika pasar dengan

mengutamakan kelompok masyarakat yang masih lemah, menjaga

kemandirian perekonomian daerah.

3. Kelembagaan ekonomi dikembangkan sesuai dinamika kemajuan

ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah

yang baik di dalam menyusun kerangka regulasi dan perijinan yang

efisien, efektif, dan non-diskriminatif; menjaga persaingan usaha

secara sehat dan meningkatkan perlindungan konsumen, daya

Page 143: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-19

saing; merumuskan strategi dan kebijakan pengembangan,

penguasaan dan penerapan teknologi sesuai dengan kebutuhan

pengembangan perekonomian daerah, dan meningkatkan daya

saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di berbagai

wilayah sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan kegiatan

ekonomi daerah serta memperkuat basis ekonomi.

4. Optimalisasi peran pemerintah daerah sebagai fasilitator, regulator,

dan katalisator pembangunan guna meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pelayanan publik, terciptanya lingkungan usaha yang

kondusif dan berdaya saing, serta terjaganya keberlangsungan

mekanisme pasar.

5. Struktur perekonomian daerah diperkuat dengan mendudukkan

sektor industri berbasis agribisnis sebagai motor penggerak yang

didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan, dan

pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien,

modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif,

yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik,

agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh.

6. Pengembangan iptek untuk perekonomian daerah diarahkan dalam

rangka mendukung daya saing daerah. Hal ini dilakukan melalui

peningkatan penguasaan dan penerapan secara luas iptek di

dalam kegiatan ekonomi.

7. Kebijakan pasar kerja diarahkan untuk mendorong terciptanya

sebanyak mungkin lapangan kerja formal dan informal serta

meningkatkan kesejahteraan pekerja. Pasar kerja yang kompetitif,

hubungan industrial yang harmonis dengan perlindungan yang

layak, keselamatan kerja yang memadai, serta terwujudnya proses

penyelesaian industrial yang memuaskan semua pihak. Selain itu,

pekerja diharapkan mempunyai produktivitas yang tinggi sehingga

dapat bersaing serta menghasilkan nilai tambah yang tinggi melalui

pengelolaan pelatihan dan program-program pelatihan yang

strategis untuk efektivitas dan efisiensi peningkatan kualitas tenaga

kerja sebagai bagian integral dari investasi SDM. Sebagian besar

pekerja akan dibekali dengan pengakuan kompetensi profesi

Page 144: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-20

sesuai dinamika kebutuhan industri dan dinamika persaingan

regional dan global.

8. Investasi diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

daerah yang relatif tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas

dengan mewujudkan iklim investasi yang kondusif; mendorong

penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan daya

saing perekonomian daerah; serta meningkatkan kapasitas

infrastruktur fisik dan sarana pendukung lainnya.

9. Peningkatan efisiensi, modernisasi, rantai nilai dan nilai tambah

sektor primer terutama sektor pertanian dalam arti luas, perikanan,

dan pertambangan didorong agar mampu bersaing di pasar lokal,

regional dan internasional serta untuk memperkuat basis produksi

sektor primer di daerah. Hal ini merupakan faktor strategis untuk

mendorong pembangunan perdesaan, pengentasan kemiskinan

dan keterbelakangan, dan ketahanan pangan. Semua ini harus

dilaksanakan secara terencana dan cermat untuk menjamin

terwujudnya transformasi seluruh elemen perekonomian daerah ke

arah lebih maju dan lebih kokoh di era otonomi.

10. Peningkatan efisiensi, modernisasi, dan nilai tambah hasil pertanian

dalam arti luas dan perikanan diarahkan untuk meningkatkan

kesejahteraan petani dan nelayan melalui pengembangan

agribisnis dan industri perikanan yang dinamis dan efisien, yang

melibatkan partisipasi aktif petani dan nelayan. Hal ini dicapai

melalui revitalisasi kelembagaan, optimalisasi sumber daya, dan

pengembangan SDM pelaku usaha agar mampu meningkatkan

daya saing melalui peningkatan produktivitas serta merespon

permintaan pasar dan memanfaatkan peluang usaha. Selain

bermanfaat bagi peningkatan pendapatan masyarakat pedesaan

pada umumnya, upaya ini dapat menciptakan diversifikasi

perekonomian perdesaan yang pada gilirannya meningkatkan

sumbangannya di dalam pertumbuhan perekonomian daerah.

Perhatian perlu diberikan pada upaya-upaya perlindungan

terhadap sistem perdagangan dan persaingan yang tidak adil.

Page 145: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-21

11. Pembangunan industri diarahkan untuk mewujudkan industri

berbasis agribisnis yang berdaya saing baik di pasar lokal, regional

maupun internasional dengan struktur industri yang sehat dan

berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi daerah.

Struktur industri dalam hal penguasaan usaha akan disehatkan

dengan meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi

pasar lainnya melalui penegakan persaingan usaha yang sehat dan

prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar (good

corporate governance). Struktur industri dalam hal skala usaha

akan diperkuat dengan menjadikan industri kecil dan menengah

sebagai basis industri daerah yang sehat, mampu tumbuh, dan

terintegrasi dalam matarantai pertambahan nilai dengan industri

hilirnya dan dengan industri berskala besar.

12. Agroindustri yang berdaya saing dibangun dengan basis

keunggulan komparatif yaitu sebagai daerah yang mempunyai

potensi SDA yang besar. Untuk itu pembangunan agroindustri

selama 20 tahun mendatang akan diselenggarakan berdasarkan 5

(lima) tahap utama: (1) membangun landasan pertanian yang

kokoh melalui pengembangan subsistem agrobisnis hulu (up-

stream agribusiness); (2) mengembangkan subsistem usaha tani

(on-farm agribusiness) melalui pemberdayaan masyarakat

pertanian dalam pemanfaatan teknologi dan informasi pertanian,

pemnafaatan teknologi yang unggul dan berkelanjutan

(technoware); (3) mengembangkan subsistem agribisnis hilir (down-

stream agribusiness) yang dapat meningkatkan nilai tambah (added

value) dan daya saing produk pertanian; (4) mengembangkan

subsistem pemasaran (on-farm agribusiness) yang dapat

menunjang peningkatan penjualan, pendayagunaan sistem

informasi pasar baik lokal maupun ekspor; (5) mengembangkan

sistem jasa penunjang (supporting institution) sehingga dapat

mendukung peningkatan produk pertanian terutama yang

berorientasi ekspor.

13. Dalam rangka memperkuat daya saing perekonomian secara

global, perlu pembangunan agroindustri membangun fondasi

Page 146: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-22

kegiatannya dengan menciptakan lingkungan usaha mikro (lokal)

yang dapat merangsang tumbuhnya rumpun industri yang sehat

dan kuat dengan 3 (tiga) prinsip dasar: (1) Pengembangan rantai

pertambahan nilai melalui diversifikasi produk (pengembangan ke

hilir), pendalaman struktur ke hulunya, atau pengembangan secara

menyeluruh (hulu-hilir); (2) Penguatan hubungan antarindustri yang

terkait secara horizontal termasuk industri pendukung dan industri

komplemennya, serta penguatan hubungan dengan kegiatan sektor

primer dan jasa yang mendukungnya; dan (3) Penyediaan berbagai

infrastruktur bagi peningkatan kapasitas kolektif yang antara lain

meliputi sarana dan prasarana fisik (transportasi, komunikasi,

energi, serta sarana dan prasarana teknologi; prasarana

pengukuran, standardisasi, pengujian, dan pengendalian kualitas

(Metrology, Sandardization, Testing, and Quality/MSTQ); serta

sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan tenaga kerja

industri.

14. Jasa, termasuk jasa konstruksi dan perbankan daerah,

dikembangkan sesuai dengan kebijakan pengembangan ekonomi

daerah agar mampu mendukung secara efektif peningkatan

produksi dan daya saing regional dan global dengan menerapkan

sistem dan standar pengelolaan sesuai dengan standar praktik

terbaik nasional, yang mampu mendorong peningkatan ketahanan

serta nilai tambah perekonomian daerah, dan yang mampu

mendukung kepentingan strategis di dalam pengembangan SDM

daerah dan keprofesian, penguasaan dan pemanfaatan teknologi,

dan pengembangan keprofesian tertentu, serta mendukung

pengentasan kemiskinan dan pengembangan kegiatan

perekonomian perdesaan.

15. Perdagangan luar negeri diarahkan untuk mendukung

perekonomian daerah agar mampu meningkatkan ekspor untuk

mendorong pertumbuhan ekonomi melalui: (a) peningkatan daya

saing dan akses pasar ekspor (b) pengembangan spesifikasi lokal,

standar produk barang dan jasa yang berkualitas ekspor yang

Page 147: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-23

didukung dengan ketersediaan fasilitasi perdagangan internasional

yang representatif.

16. Perdagangan antar daerah diarahkan untuk memperkokoh sistem

distribusi yang efisien dan efektif dan menjamin kepastian

berusaha untuk mewujudkan: (a) berkembangnya kelembagaan

perdagangan yang efektif dalam perlindungan konsumen dan

persaingan usaha secara sehat, (b) terintegrasinya aktivitas

perekonomian daerah dan terbangunnya kesadaran penggunaan

produksi lokal, (c) meningkatnya perdagangan antar wilayah, dan

(d) terjaminnya ketersediaan bahan pokok dengan harga yang

terjangkau.

17. Kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan

ekonomi dan meningkatkan citra daerah, dan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lokal, serta perluasan kesempatan kerja.

Pengembangan kepariwisataan memanfaatkan secara arif dan

berkelanjutan keragaman pesona keindahan alam dan potensi

budaya daerah yang dapat mendorong kegiatan ekonomi dan

terkait dengan pengembangan budaya bangsa.

18. Pengembangan UMKM dan Koperasi diarahkan untuk menjadi

pelaku ekonomi yang berbasis agribisnis dan berdaya saing dalam

penyediaan barang dan jasa kebutuhan masyarakat banyak,

sehingga mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam

perubahan struktural dan memperkuat perekonomian daerah.

Untuk itu, pengembangan UMKM dan koperasi dilakukan melalui

peningkatan kompetensi perkuatan kewirausahaan dan

peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya

peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan

dan penerapan teknologi tepat guna dalam iklim usaha yang sehat.

Pengembangan UMKM secara nyata akan berlangsung terintegrasi

dalam agribisnis, termasuk yang mendukung ketahanan pangan,

serta perkuatan daya saing industri melalui pengembangan rumpun

agroindustri, penerapan teknologi tepat guna, dan peningkatan

kualitas SDM.

Page 148: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-24

19. Sektor perbankan daerah dikembangkan agar senantiasa memiliki

kemampuan dalam mendukung perekonomian daerah, termasuk

peningkatan kontribusi Lembaga Jasa Keuangan Non-Bank dalam

penguatan permodalan, sesuai dengan kebutuhan investasi dan

karakteristik jasa keuangan. Selain itu, semakin beragamnya

lembaga keuangan akan memberikan alternatif pendanaan lebih

banyak bagi seluruh lapisan masyarakat.

20. Perbaikan pengelolaan keuangan daerah bertumpu pada sistem

anggaran yang transparan, bertanggung jawab, dan dapat

menjamin peningkatan nilai guna. Dalam rangka meningkatkan

kemandirian keuangan daerah, maka ketergantungan dengan

pemerintah pusat dan pinjaman luar negeri perlu dikurangi secara

proporsional, sementara sumber pendapatan asli daerah terus

ditingkatkan efektivitasnya. Kepentingan utama pembiayaan

pemerintah daerah adalah penciptaan pembiayaan pembangunan

yang dapat menjamin kemampuan peningkatan pelayanan publik

baik di dalam penyediaan pelayanan dasar, prasarana dan sarana

fisik serta ekonomi, dan mendukung peningkatan daya saing

ekonomi daerah.

5.1.2.4. Terwujudnya masyarakat dan pemerintahan yang baik dan

menjunjung tinggi supremasi hukum.

1. Penataan peran pemerintah daerah dan masyarakat

dititikberatkan pada pembentukan kemandirian dan penguatan

peran masyarakat, penataan pranata-pranata kemasyarakatan,

lembaga hukum dan lembaga politik daerah untuk membangun

kemandirian masyarakat dalam mengelola berbagai potensi konflik

sosial yang merusak.

2. Penataan proses politik dititikberatkan pada proses

pengalokasian/representasi kekuasaan yang diwujudkan dengan:

(a) meningkatkan secara terus menerus kualitas proses dan

mekanisme seleksi publik yang lebih terbuka aspiratif dan adil bagi

para pejabat politik dan publik; (b) Mewujudkan komitmen politik

Page 149: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-25

yang tegas terhadap pentingnya kebebasan media massa,

keleluasaan berserikat, berkumpul, dan menyatakan pendapat

setiap warga berdasarkan aspirasi politiknya masing-masing.

3. Pengembangan budaya politik dititikberatkan pada proses

penanaman nilai-nilai demokratis yang diupayakan melalui

penciptaan kesadaran budaya dan penanaman nilai-nilai politik

demokratis terutama penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai

persamaan, anti kekerasan, serta nilai-nilai toleransi, melalui

berbagai wacana dan media.

4. Peningkatan peranan komunikasi dan informasi yang

ditekankan pada proses pencerdasan masyarakat dalam kehidupan

politik yang dilakukan dengan: (a) Mewujudkan kebebasan pers

yang lebih mapan, terlembaga, dan bertanggungjawab serta

menjamin hak masyarakat luas untuk berpendapat dan mengontrol

jalannya penyelenggaraan pemerintahan daerah secara cerdas

dan demokratis; (b) Mewujudkan pemerataan informasi yang lebih

luas dengan mendorong munculnya media-media massa daerah

yang independen; (c) Menciptakan jaringan informasi yang lebih

bersifat interaktif antara masyarakat dan kalangan pengambil

keputusan politik untuk menciptakan kebijakan yang lebih mudah

dipahami masyarakat luas; (d) Menciptakan jaringan teknologi

informasi dan komunikasi yang mampu menghubungkan seluruh

jaringan informasi yang ada di pelosok daerah.

5. Pembangunan hukum dan peraturan perundang-undangan

daerah diarahkan kepada upaya mewujudkan sistem hukum daerah

yang mampu berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan

ketertiban, kedilan, kesejahteraan, dan sarana untuk melakukan

pembangunan, yang mencakup pembangunan materi hukum,

struktur hukum hukum, serta perwujudan budaya hukum yang

tinggi dalam rangka mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil

dan demokratis.

6. Pembentukan peraturan perundang-undangan daerah dilalkukan

dengan memperhatikan nilai-nilai sosial, adat istiadat, agama dan

Page 150: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-26

kepentingan masyarakat luas serta dapat menjamin terciptanya

kepastian, keadilan, kemanfaatan dan perlindungan hak asasi

manusia, dan hirarkhi peraturan perundang-undangan baik vertikal

maupun horizontal, serta asas-asas hukum universal, dilakukan

secara terencana yang disusun dalam Program legislasi daerah

(Prolegda).

7. Pengembangan budaya hukum sehingga tercipta ketaatan dan

penghormatan terhadap hukum HAM dilakukan dengan melakukan

: (a) penyuluhan hukum secara intensif, mengembangkan hukum

adat; (b) keteladanan tokoh panutan (c) penerapan dan pelayanan

hukum secara adil; (c penegakan hukum yang tegas dan

manusiawi untuk mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum

serta perlindungan terhadap hak asasi manusia.

8. Pembangunan pemerintahan daerah diarahkan pada terwujudnya

tata pemerintahan yang baik dan bersih (good Governance and

clean Goverment), dengan aparat yang memiliki pofesionalisme

tinggi dan mampu memberikan pelayanan prima, serta

menghilangkan kemungkinan terjadinya tindak pidana korupsi,

dicapai dengan penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang

baik pada semua tingkat dan lini pemerintahan dan pada semua

kegiatan; pemberian sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

peningkatan instensitas dan efektivitas pengawasan aparatur

melalui pengawasan internal, pengawasan fungsional dan

pengawasan masyarakat; peningkatan etika birokrasi dan budaya

kerja serta pengetahuan dan pemahaman terhadap prinsip-prinsip

ketatapemerintahan yang baik.

9. Pembangunan keamanan dan ketertiban diarahkan pada

terwujudnya keamanan dan ketertiban masyarakat, tegaknya

hukum, serta terciptanya situasi yang kondusif bagi pembangunan

daerah, diupayakan melalui penataan sistem keamanan yang

handal, peningkatan kualitas aparat keamanan dan peningkatan

partisipasi masyarakat.

Page 151: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-27

5.1.2.5. Tewujudnya pembangunan daerah yang merata, berkeadilan

dan berwawasan lingkungan

1. Percepatan pembangunan daerah dan pertumbuhan kawasan

strategis didorong sehingga dapat mengembangkan daerah-

daerah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah

pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa

mempertimbangkan batas administrasi, tetapi lebih ditekankan

pada pertimbangan keterkaitan matarantai proses agroindustri.

Upaya ini dapat dilakukan melalui pengembangan produk

unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi,

sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antarsektor, antar

pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat dalam

mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah.

2. Pertumbuhan daerah perkotaan dikendalikan dalam suatu sistem

wilayah pembangunan perkotaan yang terpadu, nyaman, efisien

dalam pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan

yang berkelanjutan, melalui: (1) Penerapan manajemen

perkotaan yang meliputi optimasi dan pengendalian pemanfaatan

ruang serta pengamanan zona penyangga; (2) Pengembangan

kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan seperti industri

jasa keuangan, perbankan, asuransi, dan lain-lain; serta

peningkatan kemampuan pembiayaan daerah perkotaan; dan (3)

Revitalisasi kawasan kota meliputi pengembalian fungsi kawasan

melalui membangun kembali kawasan; peningkatan kualitas

lingkungan fisik, sosial, budaya; serta penataan kembali

pelayanan fasilitas publik, terutama pengembangan sistem

transportasi yang terintegrasi antarmoda.

3. Keberpihakan pemerintah daerah ditingkatkan untuk

mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal dan terpencil

sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan

berkembang secara lebih cepat dan dapat mengejar

ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. Pendekatan

pembangunan yang perlu dilakukan melalui pembangunan

Page 152: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-28

infrastruktur dasar, pemberdayaan masyarakat secara langsung

melalui skema pemberian kredit murah, termasuk jaminan

pelayanan publik dan keperintisan, perlu pula dilakukan

penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan kawasan

strategis dalam satu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi.

4. Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah di

Kabupaten Tanjung Jabung Barat ditingkatkan, sehingga

diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai motor

penggerak pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya, maupun

dalam melayani kebutuhan warganya. Pendekatan pembangunan

yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi kebutuhan

pelayanan dasar perkotaan seseuai dengan tipologi kota masing-

masing.

5. Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan

dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara

sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan merupakan keterkaitan

dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu ‘sistem

wilayah pengembangan ekonomi’. Peningkatan keterkaitan

tersebut memerlukan adanya perluasan dan diversifikasi aktivitas

ekonomi dan perdagangan (non-pertanian) di pedesaan yang

terkait dengan pasar di perkotaan.

6. Pembangunan perdesaan didorong melalui: pengembangan

agropolitan; peningkatan kapasitas SDM di perdesaan khususnya

dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya;

pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan

produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat

dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi

yang saling komplementer dan saling menguntungkan;

peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga keuangan,

kesempatan kerja dan teknologi tepat guna; penggalian dan

pengembangan potensi masyarakat (SDM) sehingga kawasan

perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya

alamnya saja; pengendalian harga dan kebijakan perdagangan

Page 153: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-29

yang berpihak ke produk pertanian, terutama terhadap harga dan

upah.

7. Pembangunan daerah dilakukan secara berkelanjutan dengan

memanfaatkan rencana tata ruang sebagai landasan atau acuan

kebijakan spasial bagi pembangunan lintas sektor maupun

wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan

seimbang. Rencana Tata Ruang Wilayah disusun secara hirarkis

dari tingkat Provinsi, Kabupaten, dan Kota.

8. Penerapan sistem pengelolaan pertanahan yang efisien, efektif,

serta melaksanakan penegakan hukum terhadap hak atas tanah

dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi,

demokrasi dan menghormati hak-hak adat. Selain itu, perlu

dilakukan penyempurnaan penguasaan, pemilikan, penggunaan,

dan pemanfaatan tanah serta penciptaan insentif/disinsentif

perpajakan yang sesuai dengan luas, lokasi, dan penggunaan

tanah agar masyarakat golongan ekonomi lemah dapat lebih

mudah mendapatkan hak atas tanah. Peningkatan upaya

penyelesaian sengketa pertanahan baik melalui kewenangan

administrasi, peradilan, maupun penyelesaian sengketa alternatif

(di luar pengadilan).

9. Pengembangan kapasitas pemerintah daerah terus ditingkatkan

melalui peningkatan kapasitas aparat, peningkatan kapasitas

kelembagaan daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah

termasuk upaya peningkatan kemitraan dengan masyarakat dan

swasta dalam pembiayaan pembangunan daerah; penguatan

lembaga legislatif. Selain itu, pemberdayaan masyarakat akan

terus menerus ditingkatkan melalui: peningkatan pengetahuan

dan keterampilan; peningkatan akses pada modal usaha dan

SDA; pemberian kesempatan luas untuk menyampaikan aspirasi

terhadap kebijakan dan peraturan yang menyangkut kehidupan

mereka; peningkatan kesempatan dan kemampuan untuk

mengelola usaha ekonomi produktif yang mendatangkan

kemakmuran dan mengatasi kemiskinan.

Page 154: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-30

10. Peningkatan kerja sama antar daerah kabupaten/kota akan terus

ditingkatkan dalam rangka memanfaatkan keunggulan komparatif

maupun kompetitif masing-masing daerah; menghilangkan ego

pemerintah kabupten/kota yang berlebihan, serta menghindari

timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik. Pembangunan kerja

sama antar daerah melalui sistem jaringan antar daerah akan

sangat bermanfaat sebagai sarana berbagi pengalaman, saling

berbagi keuntungan dari kerja sama, maupun saling berbagi

dalam memikul tanggung jawab pembiayaan secara proporsional,

baik dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana dan

prasarana, maupun untuk pembangunan lainnya.

11. Sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan

dan kemandirian pangan daerah dengan mengembangkan

kemampuan produksi lokal yang didukung kelembagaan

ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan

kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga yang cukup, baik

dalam jumlah maupun mutu dan gizinya, aman, merata, dan

terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang

beragam.

12. Pembangunan koperasi didorong berkembang luas sesuai

kebutuhan menjadi wahana yang efektif untuk meningkatkan

posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya, baik produsen

maupun konsumen di berbagai sektor kegiatan ekonomi,

sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam

upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi

masyarakat. Sementara itu, pemberdayaan usaha mikro menjadi

pilihan strategis untuk meningkatkan pendapatan kelompok

masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka mengurangi

kesenjangan pendapatan dan kemiskinan, melalui peningkatan

kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta

sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan dan

pembinaan usaha.

13. Dalam rangka pembangunan yang berkeadilan, pembangunan

SDM juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar

Page 155: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-31

pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung termasuk

masyarakat miskin dan yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal

dan wilayah bencana.

14. Pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan pada peningkatan

jangkauan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang berkualitas

termasuk pemberdayaan sosial yang tepat guna bagi masyarakat

penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), serta

penyediaan sarana pelayanan sosial yang memadai.

15. Pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana

pendukungnya diarahkan pada: (1) Penyelenggaraan

pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak

dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh

prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan

berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri dan

efisien; (2) Penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta

prasarana dan sarana pendukungnya yang mandiri, mampu

membangkitkan potensi pembiayaan yang berasal dari

masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan kerja, serta

meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan

(3) Pembangunan pembangunan perumahan beserta prasarana

dan sarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan

keseimbangan lingkungan hidup.

16. Pengentasan kemiskinan diarahkan pada penghormatan,

perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara

bertahap dengan mengutamakan prinsip kesetaraan dan non

diskriminasi. Sejalan dengan proses demokratisasi, pemenuhan

hak dasar rakyat diarahkan pada peningkatan pemahaman

tentang pentingnya perwujudan hak-hak dasar rakyat. Kebijakan

penanggulangan kemiskinan juga diarahkan pada peningkatan

mutu penyelenggaraan otonomi daerah sebagai bagian dari

upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin.

17. Pendayagunaan SDA yang terbarukan, seperti hutan, pertanian,

perikanan, dan perairan, dikelola dan dimanfaatkan secara

rasional, optimal, efisien, dan bertanggung jawab dengan

Page 156: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-32

mendayagunakan seluruh fungsi dan manfaat secara seimbang.

Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis,

diarahkan pada upaya untuk merehabilitasi dan memulihkan daya

dukungnya, selanjutnya diarahkan pada pemanfaatan jasa

lingkungan sehingga tidak semakin merusak dan menghilangkan

kemampuannya sebagai modal bagi pembangunan yang

berkelanjutan. Hasil atau pendapatan yang berasal dari

pemanfaatan SDA terbarukan diinvestasikan kembali guna

menumbuhkembangkan upaya pemulihan, rehabilitasi, dan

pencadangan untuk kepentingan generasi sekarang maupun

generasi mendatang.

18. Pengelolaan SDA yang tidak terbarukan seperti bahan tambang,

mineral dan sumber daya energi diarahkan untuk tidak

dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan sebagai

input untuk proses produksi berikutnya yang dapat menghasilkan

nilai tambah yang optimal. Outputnya diarahkan untuk dijadikan

sebagai kapital kumulatif. Hasil atau pendapatan yang diperoleh

dari kelompok SDA ini diarahkan untuk percepatan pertumbuhan

ekonomi dengan diinvestasikan pada sektorsektor lain yang

produktif, juga untuk upaya reklamasi, konservasi, dan

memperkuat pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi

alternatif dan atau bahan substitusi yang terbarukan seperti

biomassa, biogas, mikro hidro, dan energi matahari yang lebih

ramah lingkungan. Di samping itu, pengembangan energi juga

mempertimbangkan harga energi yang memperhitungkan biaya

produksi dan menginternalisasikan biaya lingkungan, serta

kemampuan ekonomi masyarakat. Dengan demikian,

pembangunan energi terus diarahkan kepada

penganekaragaman energi, konservasi energi, dengan

memperhatikan pengendalian lingkungan hidup. Pengembangan

energi juga dilaksanakan dengan memperhatikan komposisi

penggunaan energi yang optimum bagi tiap jenis energi.

19. Pelestarian sumber daya air diarahkan untuk menjamin

keberlanjutan daya dukungnya dengan menjaga kelestarian

Page 157: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-33

fungsi daerah tangkapan air dan keberadaan air tanah;

mewujudkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan

melalui pendekatan demand management yang ditujukan untuk

meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dan konsumsi

air dan pendekatan supply management yang ditujukan untuk

meningkatan kapasitas dan keandalan pasokan air;

memperkokoh kelembagaan sumber daya air untuk meningkatkan

keterpaduan dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

20. Meningkatkan nilai tambah atas pemanfaatan SDA tropis yang

unik dan khas. Diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil

SDA terus dikembangkan agar mampu menghasilkan barang dan

jasa yang memiliki nilai tambah yang tinggi, termasuk untuk

pengembangan mutu dan harga yang bersaing dalam merebut

persaingan global. Arahan ini harus menjadi acuan bagi

pengembangan industri yang berbasis SDA, di samping tetap

menekankan pada pemeliharaan SDA yang ada dan sekaligus

meningkatkan kualitas dan kuantitasnya. Perhatian khusus

diberikan kepada masyarakat lokal agar dapat memperoleh akses

yang memadai dan menikmati hasil dari pemanfaatan SDA yang

ada di wilayahnya. Dengan demikian pembangunan ke depan

tidak hanya berlandaskan pada peningkatan pertumbuhan

ekonomi semata, tetapi juga keberpihakan kepada aspek sosial

dan lingkungan.

21. Kebijakan pengembangan SDA yang khas pada setiap wilayah

dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh, serta

memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk mendukung

pembangunan yang berkelanjutan. Peningkatan partisipasi

masyarakat akan pentingnya pemanfaatan SDA dan lingkungan

hidup dilakukan melalui pemberdayaan terhadap berbagai

institusi sosial dan ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan

terhadap hak-hak adat dan ulayat atas SDA. Pengelolaan SDA di

kawasan tertinggal diberikan perhatian khusus agar dapat

dikembangkan potensinya untuk percepatan pembangunan

Page 158: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-34

wilayah, namun tetap mengedepankan aspek keberlanjutan bagi

generasi mendatang. Untuk itu diperlukan tata ruang wilayah

yang mantap disertai penegakan hukumnya untuk menjadi

pedoman pemanfaatan SDA yang optimal dan lestari.

22. Kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan memberikan

ruang untuk mengembangkan kemampuan dan penerapan sistem

deteksi dini, sosialisasi dan diseminasi informasi secara dini

terhadap ancaman kerawanan bencana alam berupa banjir dan

kebakaran hutan dan lahan kepada masyarakat. Untuk itu perlu

ditingkatkan identifikasi dan pemetaan daerah-daerah rawan

bencana banjir dan kebakaran agar dapat diantisipasi secara dini

sejak sebelum terjadi. Hal ini dapat memberikan manfaat besar

bagi masyarakat dan memberikan perlindungan terhadap

manusia dan harta benda dengan perencanaan wilayah yang

peduli/peka terhadap bencana alam banjir dan kebakaran.

23. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dalam

rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik

diperlukan penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang

berkelanjutan secara konsisten di segala bidang. Pembangunan

ekonomi diarahkan pada pemanfaatan jasa lingkungan yang

ramah lingkungan sehingga tidak mempercepat terjadinya

degradasi dan pencemaran lingkungan. Pemulihan dan

rehabilitasi kondisi lingkungan hidup diprioritaskan pada upaya

untuk meningkatkan daya dukung lingkungan dalam menunjang

pembangunan berkelanjutan.

24. Peningkatan kapasitas pengelolaan SDA dan lingkungan hidup

perlu didukung oleh peningkatan kelembagaan pengelola SDA

dan lingkungan hidup; penegakan hukum lingkungan yang adil

dan tegas; sistem politik yang kredibel dalam mengendalikan

konflik; SDM yang berkualitas; perluasan penerapan etika

lingkungan; serta asimilasi sosial budaya yang semakin mantap,

sehinggga lingkungan dapat memberikan kenyamanan dan

keindahan dalam kehidupan. Selanjutnya cara pandang terhadap

lingkungan hidup yang berwawasan etika lingkungan perlu

Page 159: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-35

didorong melalui internalisasi ke dalam kegiatan produksi dan

konsumsi, dan menanamkan nilai dan etika lingkungan dalam

kehidupan sehari-hari termasuk proses pembelajaran sosial, serta

pendidikan formal pada semua tingkatan.

25. Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan

hidup diarahkan terutama bagi generasi muda, sehingga tercipta

SDM yang berkualitas yang peduli terhadap isu SDA dan

lingkungan hidup. Dengan demikian ke depan mereka mampu

berperan sebagai penggerak bagi penerapan konsep

pembangunan berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

5.2. Tahapan dan Skala Priotas Pembangunan Jangka Panjang

Kabupaten Tanjung Jabung Tahun 2005-2025

Pencapaian visi, misi dan sasaran pokok pembangunan jangka

panjang dilakukan melalui pentahapan dan skala prioritas yang akan

menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah

(RPJMD). Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan

urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan secara

berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka

mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang. Setiap

sasaran pokok dalam enam misi pembangunan jangka panjang dapat

ditetapkan prioritasnya dalam masing-masing tahapan. Prioritas masing-

masing misi dapat diperas kembali menjadi prioritas utama. Prioritas

utama menggambarkan makna strategis dan urgensi permasalahan. Atas

dasar tersebut, tahapan dan skala prioritas utama dapat disusun sebagai

berikut.

5.2.1 RPJM ke-1

Pada intinya, tahap petama ini adalah tahap persiapan dan

pembentukan modal dasar pembangunan untuk tahap berikutnya.

Kabupaten Tanjung Jabung Barat pada dasarnya sudah melaksanakan

pembangunan yang berkelanjutan sejak awal terbentuknya. Oleh

karenanya, pemahaman pembentukan modal dasar pembangunan dalam

Page 160: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-36

konteks ini, adalah persiapan dan pembentukan modal dasar

pembangunan guna mewujudkan Visi Pembangunan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Tahun 2005-2025 yaitu Tanjung Jabung Barat Maju,

Berdaya Saing, Adil dan Sejahtera.

Berlandaskan pelaksanaan dan pencapaian pembangunan tahap

sebelumnya, RPJM I diarahkan untuk menata kembali dan membangun di

segala bidang yang ditujukan untuk menciptakan Tanjung Jabung Barat

yang maju dan berdaya saing, adil dan sejahtera.

Tanjung Jabung Barat yang adil dan sejahtera ditandai dengan

meningkatnya keadilan dan penegakan hukum; terbentuknya

kelembagaan sosial politik yang demokratis, meningkatnya kesetaraan

gender di berbagai bidang pembangunan; meningktanya kesadaran akan

supremasi hukum dan hak-hak asasi manusia, pelayanan kepada

masyarakat makin membaik, konsistensi seluruh peraturan daerah dengan

peraturan dan perundang-undangan yang lebih tinggi; serta tertatanya

kelembagaan birokrasi dalam mendukung percepatan terwujudnya tata

kepemerintahan yang baik.

Meningkatnya kesejahteraan masyarakat Tanjung Jabung Barat

ditandai dengan menurunnya angka pengangguran dan jumlah penduduk

miskin sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas;

berkurangnya kesenjangan antarwilayah; meningkatnya kualitas sumber

daya manusia, yang didukung oleh pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi; dan membaiknya pengelolaan sumber daya alam dan mutu

lingkungan hidup. Kondisi itu dicapai dengan mendorong pertumbuhan

ekonomi melalui penciptaan iklim yg lebih kondusif, termasuk membaiknya

infrastruktur. Percepatan pembangunan infrastruktur lebih didorong

melalui peningkatan peran swasta dengan meletakkan dasar-dasar

kebijakan dan regulasi serta reformasi dan restrukturisasi kelembagaan,

terutama untuk sektor transportasi, energi dan kelistrikan, serta pos dan

telematika. Bersamaan dengan itu dilaksanakan revitalisasi kelembagaan

pusat-pusat pertumbuhan yang memiliki lokasi strategis, antara lain

kawasan ekonomi khusus (KEK) dan kawasan andalan.

Page 161: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-37

Tanjung Jabung Barat yang maju dan berdaya saing ditnadai oleh

peningkatan kualitas sumber daya manusia, antara lain, ditandai oleh

meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM) dan indeks

pembangunan gender (IPG) yang diarahkan untuk membangun bangsa

yang berkarakter cerdas, adil dan beradab, berkepribadian nasional,

tangguh, kompetitif, bermoral, dan berdasarkan falsafah Pancasila yang

dicirikan dengan watak dan perilaku manusia dan masyarakat Indonesia

yang beragama, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, berbudi luhur, toleran terhadap keberagaman, bergotong-

royong, patriotik, dinamis, dan berorientasi iptek; meningkatkan kualitas

dan akses masyarakat terhadap pelayanan pendidikan dan kesehatan;

meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan perempuan dan anak; dan

mengendalikan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk.

Bersamaan dengan hal tersebut ditingkatkan Pengendalian

pencemaran dan kerusakan lingkungan didukung oleh meningkatnya

kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup dan menyadari

keadaan wilayah yang rawan bencana sehingga makin peduli dan

antisipatif. Hal itu didukung oleh pengembangan kelembagaan dan

peningkatan kapasitas di setiap tingkatan pemerintahan dalam rangka

mencegah dampak kerusakan lingkungan hidup dan meminimalkan

dampak bencana.

5.2.2 RPJM ke-2

Berlandaskan pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-1,

RPJM ke-2 ditujukan untuk lebih memantapkan penataan kembali di

segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber

daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi

serta penguatan daya saing perekonomian.

Sejalan dengan meningkatnya kesadaran dan penegakan hukum,

tercapainya kesadaran akan supremasi hukum dan hak asasi manusia,

serta kelanjutan penataan regulasi daerah. Sejalan dengan itu, tatanan

sosial yang lebih demokratis semakin meningkat ditandai dengan

Page 162: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-38

membaiknya pelaksanaan otonomi daerah serta kuatnya peran

masyarakat sipil dan partai politik dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah. Selanjutnya, kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat,

transparan, dan akuntabel makin meningkat yang ditandai dengan

terpenuhinya standar pelayanan minimum di semua unit organisasi

pelayanan publik.

Kesejahteraan rakyat terus meningkat ditunjukkan oleh antara lain

meningkatnya pendapatan per kapita; menurunnya angka kemiskinan dan

tingkat pengangguran sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas disertai dengan berkembangnya lembaga jaminan sosial;

meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat; meningkatnya derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat; meningkatnya kesetaraan gender;

meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan, dan perlindungan

anak; terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk; menurunnya

kesenjangan kesejahteraan antarindividu, antarkelompok masyarakat, dan

antarwilayah; dipercepatnya pengembangan pusat-pusat pertumbuhan

potensial di perdesaan; serta makin mantapnya nilai-nilai baru yang positif

dan produktif dalam rangka memantapkan budaya daerah sebagai

bagaian dari budaya bangsa.

Daya saing perekonomian meningkat melalui penguatan industri

hilir sejalan dengan penguatan pembangunan pertanian dan peningkatan

pembangunan kelautan dan sumber daya alam lainnya serta

meningkatnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

percepatan pembangunan infrastruktur dengan lebih meningkatkan kerja

sama antara pemerintah dan dunia usaha; peningkatan kualitas dan

relevansi pendidikan; serta penataan kelembagaan ekonomi yang

mendorong prakarsa masyarakat dalam kegiatan perekonomian. Kondisi

itu didukung oleh pengembangan jaringan infrastruktur transportasi, dan

telematika; peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, khususnya

bioenergi, tenaga angin, dan tenaga surya untuk kelistrikan; serta

pengembangan sumber daya air dan pengembangan perumahan dan

permukiman.

Dalam kerangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan,

pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup

Page 163: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-39

makin berkembang melalui penguatan kelembagaan dan peningkatan

kesadaran masyarakat yang ditandai dengan berkembangnya proses

rehabilitasi dan konservasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang

disertai dengan menguatnya partisipasi aktif masyarakat; terpeliharanya

keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam tropis lainnya

yang dimanfaatkan untuk mewujudkan nilai tambah, daya saing daerah,

serta modal pembangunan daerahl pada masa yang akan datang;

mantapnya kelembagaan dan kapasitas antisipatif serta penanggulangan

bencana serta terlaksananya pembangunan kelautan sebagai gerakan

yang didukung oleh semua sektor. Kondisi itu didukung dengan

meningkatnya kualitas perencanaan tata ruang wilayah serta konsistensi

pemanfaatan ruang dengan mengintegrasikannya ke dalam dokumen

perencanaan pembangunan terkait dan penegakan peraturan dalam

rangka pengendalian pemanfaatan ruang.

5.2.3 RPJM ke-3

Berlandaskan pencapaian dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-2,

RPJM ke-3 ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara

menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya

saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya

alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan ilmu dan

teknologi yang terus meningkat.

Sejalan dengan makin mantapnya pelembagaan nilai-nilai

demokrasi dengan menitikberatkan pada prinsip toleransi, nondiskriminasi

dan kemitraan dan semakin mantapnya pelaksanaan desentralisasi dan

otonomi daerah. Bersamaan dengan itu kesadaran dan penegakan hukum

dalam berbagai aspek kehidupan berkembang makin mantap serta

profesionalisme birokrasi daerah makin mampu mendukung

pembangunan daerah.

Kesejahteraan rakyat terus membaik, meningkat sebanding dengan

tingkat kesejahteraan negara-negara berpenghasilan menengah, dan

merata yang didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang

berkualitas yang disertai terwujudnya lembaga jaminan sosial. Kualitas

Page 164: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-40

sumber daya manusia terus membaik ditandai oleh meningkatnya kualitas

dan relevansi pendidikan, termasuk yang berbasis keunggulan lokal dan

didukung oleh manajemen pelayananan pendidikan yang efisien dan

efektif; meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;

meningkatnya kesetaraan gender; meningkatnya tumbuh kembang

optimal, serta kesejahteraan dan perlindungan anak; tercapainya kondisi

penduduk tumbuh seimbang; dan budaya daerah sebagai bagaian dari

budaya bangsa.

Pelaksanaan pembangunan berkelanjutan yang semakin mantap

dicerminkan oleh terjaganya daya dukung lingkungan dan kemampuan

pemulihan untuk mendukung kualitas kehidupan sosial dan ekonomi

secara serasi, seimbang, dan lestari; terus membaiknya pengelolaan dan

pendayagunaan sumber daya alam yang diimbangi dengan upaya

pelestarian fungsi lingkungan hidup dan didukung oleh meningkatnya

kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat; serta semakin

mantapnya kelembagaan dan kapasitas penataan ruang.

Daya saing perekonomian daerah semakin kuat dan kompetitif

dengan semakin terpadunya industri hilir pertanian, kelautan dan sumber

daya alam lainnya secara berkelanjutan; terpenuhinya ketersediaan

infrastruktur yang didukung oleh mantapnya kerja sama pemerintah dan

dunia usaha, makin selarasnya pembangunan pendidikan, ilmu

pengetahuan dan teknologi dan industri serta terlaksananya penataan

kelembagaan ekonomi untuk mendorong peningkatan efisiensi,

produktivitas, penguasaan dan penerapan teknologi oleh masyarakat

dalam kegiatan perekonomian.

Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang

ditandai oleh berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi;

terpenuhinya pasokan tenaga listrik yang handal dan efisien sesuai

kebutuhan sehingga elektrifikasi rumah tangga dan elektrifikasi perdesaan

dapat tercapai, terselenggaranya pelayanan telematika yang efisien dan

modern guna terciptanya masyarakat informasi; terwujudnya konservasi

sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya

air dan pengembangan sumber daya air serta terpenuhinya penyediaan

air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Selain itu,

Page 165: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-41

pengembangan infrastruktur perdesaan akan terus dikembangkan,

terutama untuk mendukung pembangunan pertanian. Sejalan dengan itu,

pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan

sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat karena

didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan

berkelanjutan, efisien, dan akuntabel.

5.2.4 RPJM ke-4

Berlandaskan pencapaian dan sebagai keberlanjutan RPJM ke-3,

RPJM ke-4 ditujukan untuk mewujudkan Tanjung Jabung Barat yang

maju, berdaya saing, adil, dan sejahtera melalui percepatan

pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya

struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif di

berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan berdaya saing.

Kelembagaan politik dan hukum di tingkat lokal telah tercipta

ditandai dengan terwujudnya konsolidasi demokrasi yang kokoh dalam

berbagai aspek kehidupan politik serta penghargaan terhadap supremasi

hukum dan hak-hak asasi manusia. Terwujudnya tata kepemerintahan

yang baik, bersih dan berwibawa yang berdasarkan hukum, serta birokrasi

yang profesional dan netral; terwujudnya masyarakat sipil, masyarakat

politik, dan masyarakat ekonomi yang mandiri, serta terwujudnya

kemandirian daerah dalam konstelasi nasional dan regional.

Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat ditunjukkan oleh

makin tinggi dan meratanya tingkat pendapatan masyarakat dengan

jangkauan lembaga jaminan sosial yang lebih menyeluruh; mantapnya

sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing, antara lain

ditandai oleh meningkat dan meratanya akses, tingkat kualitas, dan

relevansi pendidikan seiring dengan makin efisien dan efektifnya

manajemen pelayanan pendidikan; meningkatnya kemampuan Iptek;

meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat;

meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan

anak; dan terwujudnya kesetaraan gender; bertahannya kondisi dan

penduduk tumbuh seimbang. Sejalan dengan tingkat kemajuan bangsa,

sumber daya manusia Indonesia diharapkan berkarakter cerdas, tangguh,

Page 166: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-42

kompetitif, berakhlak mulia, bermoral yang dicirikan dengan watak dan

perilaku manusia dan masyarakat yang beragama, beriman, dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, toleran terhadap

keberagaman, bergotong royong, patriotik, dinamis dan berorientasi Iptek.

Kesadaran, sikap mental, dan perilaku masyarakat makin mantap dalam

pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup

untuk menjaga kenyamanan dan kualitas kehidupan sehingga masyarakat

mampu berperan sebagai penggerak bagi konsep pembangunan

berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

Struktur perekonomian makin maju dan kokoh ditandai dengan

daya saing perekonomian yang kompetitif dan berkembangnya

keterpaduan antara industri, pertanian, kelautan dan sumber daya alam,

dan sektor jasa. Lembaga dan pranata ekonomi telah tersusun, tertata,

serta berfungsi dengan baik. Kondisi itu didukung oleh keterkaitan antara

pelayanan pendidikan, dan kemampuan Iptek yang makin maju sehingga

mendorong perekonomian yang efisien dan produktivitas yang tinggi; serta

berkembangnya usaha dan investasi. Sejalan dengan itu, pertumbuhan

ekonomi yang semakin berkualitas dan berkesinambungan dapat dicapai

sehingga pendapatan perkapita pada tahun 2025 mencapai US$ 7.500,

dengan tingkat pengangguran yang rendah dan jumlah penduduk miskin

tidak lebih dari 2%, dan angka pengangguran kurang dari 3% jika dihitung

dari angkatan kerja. Kondisi maju dan sejahtera makin terwujud dengan

terselenggaranya jaringan transportasi dan telematika yang andal bagi

seluruh masyarakat yang menjangkau seluruh pelosok wilauah

kabupaten; tercapainya elektrifikasi perdesaan dan elektrifikasi rumah

tangga; serta terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan

prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang didukung

oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan,

efisien, dan akuntabel.

Dalam rangka memantapkan pembangunan yang berkelanjutan,

keanekaragaman hayati dan kekhasan sumber daya alam terus dipelihara

dan dimanfaatkan untuk terus mempertahankan nilai tambah dan daya

saing dan keunggulan daerah serta meningkatkan modal pembangunan

daerah pada masa yang akan datang.

Page 167: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

V-43

Page 168: RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN

Rancangan RPJP Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025

VI-1

Rencana pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2005-2025 yang berisi, visi, misi

dan arah pembangunan daerah, merupakan pedoman bagi pemerintah

daerah dan masyarakat di dalam penyelenggaraan pembangunan

Kabupaten Tanjung Jabung Barat 20 tahun ke depan sebagai bagian

integral dari pembangunan Provinsi Jambi dan pembangunan nasional.

RPJPD ini juga menjadi arah dan pedoman di dalam penyusunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) lima

tahunan dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahunan.

Keberhasilan pembangunan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat

dalam mewujudkan visi TANJUNG JABUNG BARAT MAJU, BERDAYA

SAING, ADIL DAN SEJAHTERA perlu didukung oleh : (1) Komitmen

yang kuat dari kepemimpinan yang bersih, baik dan demokratis; (2)

Konsistensi dalam kebijakan dan implementasinya; (3) Partisipasi

masyarakat dan dunia usaha secara aktif.

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

dto

USMAN ERMULAN

Penutup

Bab 6