rencana kerja - e-renggar.kemkes.go.id · rumah sakit jiwa / rumah sakit paru / rumah sakit mata;...
TRANSCRIPT
DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018
RENCANA KERJARENCANA KERJARENCANA KERJARENCANA KERJA
DINAS KESEHATAN PROVDINAS KESEHATAN PROVDINAS KESEHATAN PROVDINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN INSI SUMATERA SELATAN INSI SUMATERA SELATAN INSI SUMATERA SELATAN
TAHUN 201TAHUN 201TAHUN 201TAHUN 2019999
LKPJ Bidang Kesehatan Tahun 2018 Ii
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan 3 BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN
2.1 Kondisi Umum SKPD 5 2.1.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi 5 2.1.2 Susunan Kepegawaian dan Aset yang Dikelola 8 2.2
Evaluasi Pencapaian Program tahun lalu dan Perkiraan Tahun Berjalan
10
2.2.1. 2.2.2.
Mortalitas Morbiditas
11 21
2.2.3. Status Gizi 32 2.2.4. Keadaan Lingkungan 40 2.2.5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat 50 2.2.6. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 55 2.2.7. Pelayanan Kesehatan 59 2.2.8. Sumber Daya Kesehatan 72 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 32 2.3 IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH 74 2.3.1. Identifikasi Masalah 74 2.3.2. Pemecahan Masalah 75 BAB III SASARAN, INDIKATOR SASARAN DAN PROGRAM
DALAM RENSTRA-SKPD
3.1. Sasaran Strategis 77 3.2. Program 77 3.2. Indikator Sasaran 78 BAB IV KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
4.1. Rencana Program 85 BAB V PENUTUP 5 Penutup 90
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Pendahuluan
Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-
tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya,
guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah, Pasal 27 yaitu :
(1) SKPD menyusun Renja-SKPD.
(2) Rancangan Renja-SKPD disusun dengan mengacu pada rancangan awal
RKPD, Renstra-SKPD, hasil evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan program serta
kegiatan yang berasal dari masyarakat.
(3) Rancangan Renja-SKPD memuat kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
(4) Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi program
dan kegiatan yang sedang berjalan, kegiatan alternatif atau baru, indikator
kinerja, dan kelompok sasaran yang menjadi bahan utama RKPD, serta
menunjukkan prakiraan maju.
Paradigma penganggaran berbasis kinerja mengharuskan proses perencanaan dan
proses penganggaran menjadi proses yang saling terkait dan harus seimbang.
Penganggaran tidak bisa disusun tanpa proses perencanaan terlebih dahulu dan sebaliknya
perencanaan perlu mempertimbangkan ketersediaan dana dan kelayakan ekonomi agar
realistis.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 2
Perencanaan pada dasarnya adalah proses yang berjalan secara terus menerus dan
merupakan daur pemecahan masalah yang berulang [problem solving cycle] dalam
mewujudkan perubahan fenomena-fenomena tertentu yang semakin lama semakin baik
sesuai dengan tujuan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan di tingkat
provinsi. Secara umum perencanaan terdiri dari 4 (empat) proses atau tahapan standar,
yaitu:
1. Mengkaji di mana atau pada posisi apa keberadaan kita pada saat sekarang
ini
2. Menentukan ke mana kita menuju atau ingin menjadi seperti apa kita pada
suatu saat nanti,
3. Menentukan bagaimana atau kegiatan apa yang perlu dilakukan agar kita
dapat sampai pada kondisi seperti yang kita inginkan tersebut, dan
4. Menentukan Sumberdaya/Biaya untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut.
Empat tahapan standar perencanaan tersebut harus diikuti/dilaksanakan oleh para
perencana kesehatan di daerah sebagai upaya untuk meningkatkan mutu perencanaan dan
penganggaran kesehatan, antara lain agar perencanaan tersebut berbasis pada kenyataan
(evidence based planning) serta penganggaran tersebut berorientasi pada pencapaian suatu
kinerja tertentu (anggaran berbasis kinerja).
Dalam kerangka perencanaan pembangunan kesehatan nasional, Dinas Kesehatan
Provinsi dalam penyusunan perencanaan kesehatan harus memperhatikan hirarki
kebijakan yang lebih tinggi dalam administrasi Negara seperti RPJM Nasional, Renstra
Kementrian Kesehatan, MDGs, Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan kebijakan
Desentralisasi, termasuk beberapa peraturan perundang-undangan diantaranya No 25
tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) , PP 8 tahun
2008 dan PP No. 58 tahun 2005, Permendagri No. 13 tahun 2006 serta Inpres No. 7 tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Selain itu, perencanaan
yang disusun juga harus sejalan dengan RPJMD Provinsi yang telah disusun.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan
berkewajiban untuk membuat Rencana Kerja (Renja) dalam rangka untuk mencapai visi
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 3
dan misi yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis 5 (lima) tahunan dalam bentuk
penjabaran program dan kegiatan tahunan. Renstra dan Renja Dinas Kesehatan harus
mengacu kepada Prioritas dan Fokus Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan.
Fokus Pembangunan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019
terkait dengan bidang kesehatan adalah Menjamin akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan berkualitas melalui Revitalisasi Sarana & Tenaga Kesehatan (Puskesmas,
Poskesdes, Pondok Bersalin Desa, Posyandu, Pos KB, Toga, Kadarzi, Prilaku Hidup
Sehat), Memfasilitasi Dokter Keluarga Mandiri. Membangun Prilaku masyarakat Hidup
Sehat secara partisipatif dan Pembentukan Program Kesehatan Kewilayahan (Desa /
Kelurahan Sehat)
Program prioritas yang akan dilaksanakan dalam tahun 2019 adalah :
1) Program Perbaikan Gizi Masyarakat;
2) Program Pencegahan Penanggulangan Penyakit Menular;
3) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat;
4) Program Pengembangan Lingkungan Sehat;
5) Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan;
6) Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit /
Rumah sakit Jiwa / Rumah Sakit Paru / Rumah Sakit Mata;
7) Program Obat dan Perbekalan Kesehatan;
8) Program Peningkatan Keselamatan Ibu melahirkan dan Anak.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 4
Berdasarkan uraian di atas, maka Renja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan tahun 2019 disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN
2.1. Kondisi Umum SKPD
2.2. Evaluasi Pencapaian Program Tahun Lalu dan Perkiraan
Tahun Berjalan
2.3. Identifikasi Masalah (masalah dan tantangan utama SKPD)
BAB III SASARAN, INDIKATOR SASARAN DAN PROGRAM DALAM
RENSTRA-SKPD
3.1. Sasaran dan Indikator Sasaran
3.2. Program
BAB IV KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
BAB V PENUTUP
LAMPIRAN
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 5
BAB II
PERKEMBANGAN DAN PERMASALAHAN
2.1. Kondisi Umum SKPD
2.1.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
2.1.1.1. Tugas Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 76 Tahun 2016 tentang
Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan pasal 4,
maka tugas Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan adalah melaksanakan
kewenangan daerah provinsi dan tugas pembantuan yang ditugaskan kepada
daerah Provinsi.
2.1.1.2. Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Sesuai dengan pasal 4 Peraturan Gubernur Nomor 76 tahun 2016, Fungsi Dinas
Kesehatan adalah :
1. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian,
alat kesehatan serta sumber daya kesehatan;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan
serta sumber daya kesehatan;
3. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian,
alat kesehatan serta sumber daya kesehatan;
4. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Dinas
Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota;
5. Pengelolaan Barang Milik Negara yang menjadi tanggung jawab Dinas
Kesehatan Provinsi;
6. Pelaksanaan administrasi dinas sesuai dengan lingkup tugasnya;
7. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Kepala Daerah terkait dengan
bidang kesehatan.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 6
2.1.1.3. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 45 Tahun 2017,
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan seperti bagan
dibawah ini :
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 7
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN,
Dra. LESTY NURAINY, Apt.,M.Kes PEMBINA UTAMA MUDA IV/C
NIP. 196207031989032002
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATSUMBER DAYA MANUSIA KESEHATSUMBER DAYA MANUSIA KESEHATSUMBER DAYA MANUSIA KESEHATANANANAN
YUSNITA SATYAFITRI, SKM., M.M.
NIP. 197506061999032002 (III/d)
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS KESEHATAN
PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2018
KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG
SUMBER DAYA KESEHATANSUMBER DAYA KESEHATANSUMBER DAYA KESEHATANSUMBER DAYA KESEHATAN
Drs. MUHAMMAD RIZAL, Apt. NIP. 196212291989031008 (IV/b)
KEPALA SEKEPALA SEKEPALA SEKEPALA SEKSI KSI KSI KSI
KEFARMASIANKEFARMASIANKEFARMASIANKEFARMASIAN
Ir. DAVID SIMANJUNTAK, M.Si. NIP. 196109181985011002 (IV/a)
SEKRETARISEKRETARISEKRETARISEKRETARISSSS
dr.H. TRISNAWARMAN, M.Kes. NIP. 196609092006041008 (IV/a)
KEPALA SEKSIKEPALA SEKSIKEPALA SEKSIKEPALA SEKSI ALAT KESEHATANALAT KESEHATANALAT KESEHATANALAT KESEHATAN
TERRY SUCIATI NINGRUM, ST., M.Si. NIP. 197406061998032003 (IV/a)
KEPALA KEPALA KEPALA KEPALA SEKSISEKSISEKSISEKSI
PELAYANAN KESEHATAN PRIMERPELAYANAN KESEHATAN PRIMERPELAYANAN KESEHATAN PRIMERPELAYANAN KESEHATAN PRIMER
dr. UKE VERONIKA NIP. 197802232006042012 (III/d)
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKANPELAYANAN KESEHATAN RUJUKANPELAYANAN KESEHATAN RUJUKANPELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
M. IFAN FAHRIANSYAH, SKM. NIP. 198102272005011005 (III/d)
KEPALA SEKSIKEPALA SEKSIKEPALA SEKSIKEPALA SEKSI PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONALPELAYANAN KESEHATAN TRADISIONALPELAYANAN KESEHATAN TRADISIONALPELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
Shella Oktarina, S.KM, MM NIP. 19731008 199703 2 001 (III/d)
KEPALA SUBKEPALA SUBKEPALA SUBKEPALA SUB BAGIANBAGIANBAGIANBAGIAN
PERENCANAAN, EVALUASI DAN PERENCANAAN, EVALUASI DAN PERENCANAAN, EVALUASI DAN PERENCANAAN, EVALUASI DAN PELAPORANPELAPORANPELAPORANPELAPORAN
DEDY IRAWAN, SKM., M.KM.
NIP. 198202152005011003 (III/d)
KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG
PELAYANAN KESEHATANPELAYANAN KESEHATANPELAYANAN KESEHATANPELAYANAN KESEHATAN
dr. WIDYA ANGGRAINI, MARS. NIP. 197604062009022004 (III/d)
KEPALA DINASKEPALA DINASKEPALA DINASKEPALA DINAS
Dra.LESTY NURAINY, Apt., M.Kes. PEMBINA UTAMA MUDA IV/c
NIP. 196207031989032002
KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKITPENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKITPENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKITPENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
FERRY YANUAR, SKM., M.Kes.
NIP. 197607132009021002 (III/d) ............................................
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
KESEHATAN KELUARGA DAN GIZIKESEHATAN KELUARGA DAN GIZIKESEHATAN KELUARGA DAN GIZIKESEHATAN KELUARGA DAN GIZI MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT
dr. LISA MARNIYATI, M.KM.
NIP. 198203102006042008 (III/d)
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI SURVEILANS DAN IMUNISASISURVEILANS DAN IMUNISASISURVEILANS DAN IMUNISASISURVEILANS DAN IMUNISASI
H. YUSRI, SKM.
NIP. 197605221996031002 (III/c)
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIANPENCEGAHAN DAN PENGENDALIANPENCEGAHAN DAN PENGENDALIANPENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PENYAKIT PENYAKIT PENYAKIT
MENULARMENULARMENULARMENULAR
H. MUYONO, S.Sos, M.Kes NIP.196607151988031008 (IV/a)
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
PROMOSIPROMOSIPROMOSIPROMOSI KESEHATANKESEHATANKESEHATANKESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT
H.IMAM SUBROTO, SKM., M.Kes.
NIP. 197610071996031001 (III/d)
KEPALA SEKSIKEPALA SEKSIKEPALA SEKSIKEPALA SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN, KESEHATAN KESEHATAN LINGKUNGAN, KESEHATAN KESEHATAN LINGKUNGAN, KESEHATAN KESEHATAN LINGKUNGAN, KESEHATAN
KERJAKERJAKERJAKERJA DAN OLAHRAGADAN OLAHRAGADAN OLAHRAGADAN OLAHRAGA
MARTINDRA MIRLANSYAH, S.KM NIP. 196603201988021001 (III/d)
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWATIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWATIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWATIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWA
dr.H. ICON HARIZON
NIP. 198407032009021004 (III/d)
LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR SUMATERA SELATAN NOMOR : 45 TAHUN 2017 TANGGAL : 24 Oktober 2017
KEPALA SUBKEPALA SUBKEPALA SUBKEPALA SUB BAGIANBAGIANBAGIANBAGIAN
KEUANGANKEUANGANKEUANGANKEUANGAN
Suciati, SE, M.Si
NIP. 19690203 199203 2 005 (III/c
KEPALA SUBKEPALA SUBKEPALA SUBKEPALA SUB BAGIANBAGIANBAGIANBAGIAN
UMUM DAN KEPEGUMUM DAN KEPEGUMUM DAN KEPEGUMUM DAN KEPEGAWAIANAWAIANAWAIANAWAIAN
H. SIRWAN SANUSI, SE., M.Si.
NIP. 196311151983121001 (IV/a)
KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONALJABATAN FUNGSIONALJABATAN FUNGSIONALJABATAN FUNGSIONAL
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KESEHATANKESEHATANKESEHATANKESEHATAN MASYARAKATMASYARAKATMASYARAKATMASYARAKAT
H. FERY FAHRIZAL, SKM., M.KM.
NIP. 196802101990031001 (IV/a)
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 8
2.1.2. Susunan Kepegawaian dan Aset yang Dikelola
2.1.2.1. Susunan Kepegawaian
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan mempunyai pegawai sebanyak 222 orang. Rincian dan jumlah pegawai berdasarkan pendidikan, pangkat / golongan dan jenis pendidikan, dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1 Distribusi Pegawai Dinas Kesehatan Berdasarkan Pendidikan
Tahun 2018
No. Tingkat Pendidikan Jenis Kelamin
Laki - Laki Perempuan 1. S-3/ DOKTOR 0 0 2. S-2/PASCA SARJANA 21 23 3. S-1/SARJANA 31 75 4. DIPLOMA IV 0 4 5. DIPLOMA III/SARMUD 3 21 6. DIPLOMA II 0 0 7. DIPLOMA I 0 1 8. SLTA 27 13 9. SLTP 1 0 10. SD 2 0
Total 85 137
Tabel 2 Distribusi Pegawai Dinas Kesehatan Berdasarkan Pangkat/Golongan
Dan Jenis Kelamin Tahun 2018
No. Pangkat / Golongan Jumlah Pegawai
Jumlah Laki-Laki Wanita
1. Golongan IV 12 13 25 2. Golongan III 57 122 179 3. Golongan II 15 3 18 4. Golongan I 0 0 0
Jumlah 84 138 222
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 9
Tabel 3 Distribusi Pegawai Dinas Kesehatan Berdasarkan Jenis Tenaga
Dan Jenis Kelamin Tahun 2018
No. Jenis Tenaga Jumlah Pegawai
Jumlah Laki-Laki Wanita
1. Dokter Umum 0 2 2 2. Dokter Gigi 0 0 0 3. Apoteker 0 3 3 4. Asisten Apoteker 0 6 6 5. Penyuluh Kesehatan 2 5 7 6. Perawat 0 5 5 7. Perawat Gigi 0 1 1 8. Bidan (D3/D4) 0 2 2 9. Pranata Lab 1 0 1 10. Epidemiologi 1 0 1 11. Nutrisionis 2 3 5 12. Jafung Umum 71 97 168
Jumlah 77 124 201
2.1.2.2. Aset yang Dikelola
Dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat, Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan telah ditunjang/memiliki sarana prasarana yang cukup memadai.
Sarana dan prasarana serta aset ini dikelola langsung oleh Dinas Kesehatan Provinsi. Sampai
dengan tahun 2018, kondisi sarana dan aset yang dimiliki adalah sebagai berikut
Tabel 4 Jumlah Kendaraan Dinas/Operasional
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2018
No. Nama / Jenis Aset Jumlah Keterangan
1. Mobil Jabatan 24 Ka.Dinkes 2. Mobil OPS 5 Bidang/Seksi 3. Mobil OPS Embarkasi Haji 1 4. Mobil Ambulance 14 5. Mobil RSK Mata Masyarakat 0 6. Mobil RSK Paru-Paru 5 7. Mobil Bapelkes Prov.Sumsel 2 8. Mobil AKL Prov. Sumsel 3 9. Mobil BKOKM 7 10. Mobil Apoteker 1 11. Mobil PMI 1 12. Mobil Gigi dan Mulut 4
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 10
Selain dari aset berupa mobil/kendaraan Dinas tersebut diatas, Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Selatan juga mengelola aset dalam bentuk gedung dan tanah yang tersebar
dan digunakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi , dimana gedung dan bangunan tersebut
berlokasi ; perkantoran Dinkes Prov. Sumsel dan UPT, rumah dinas, BTKL, Akper Depkes,
PPK, Gudang Vaksin, Sumur, Rumah Sakit, Poskesdes, Pustu dan Puskesmas. Total aset
tanah yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan adalah sebanyak 12 bidang.
Pada tahun 2018 ini, untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kesehatan,
seperti telah disampaikan diatas telah dilaksanakan pembangunan Rumah Sakit Umum
Provinsi Sumatera Selatan, untuk membantu kelancaran operasional, Dinas Kesehatan
Provinsi juga memiliki sebanyak 116 unit kendaraan roda dua/sepeda motor. Aset lain yang
dimiliki oleh Dinas Kesehatan adalah berupa alat-alat medis yang terutama digunakan di
RSK Mata Masyarakat dan RSK Paru untuk menunjang pelayanan kesehatan serta berbagai
alat non medis lainnya.
2.2. Evaluasi Pencapaian Program tahun lalu dan Perkiraan Tahun Berjalan
Pengukuran keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dapat dilihat dari
beberapa indikator, seperti derajat kesehatan, Indikator Hasil Antara dan Indikator Proses dan
Masukan.
Situasi Derajat Kesehatan tergambar dari Angka mortalitas, Angka morbiditas Angka
Usia Harapan Hidup (UHH), dan Status Gizi Balita. Angka mortalitas meliputi Angka
Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita. Sementara
data angka kesakitan (morbiditas) penduduk diperoleh terutama berasal data yang
dikumpulkan dari sarana pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, hasil survey atau studi dan dari masyarakat.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 11
2.2.1 Mortalitas
2.2.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Grafik 2.1 Jumlah Kematian Bayi di Sumatera Selatan Tahun 2018 dibandingkan dengan Target RPJMD Tahun 2018
0
20
40
60
80
100
Target RPJMD
2018
Realisasi RPJMD
2018
Jumlah Kematian Bayi 100 51
Jumlah Kematian Bayi
Berdasarkan data laporan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) jumlah kematian
bayi di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 sebanyak 51 orang, jumlah ini lebih rendah
dibandingkan target tahun 2018 sebanyak 100 orang. Dengan demikian indikator kinerja
jumlah kematian bayi pada tahun 2018 telah mencapai target akhir RPJMD tahun 2018
dengan persentase capaiannya sebesar 149%. Jumlah kematian bayi pada tahun 2018
sebanyak 51 orang dari total 161.210 kelahiran hidup. Jumlah ini mengalami penurunan
dibanding tahun 2017 sebanyak 98 orang. Pencapaian penurunan jumlah kematian bayi di
Sumatera Selatan merupakan lokal spesifik dihitung jumlah per orang bukan per 1.000
kelahiran hidup sehingga tidak bisa secara langsung dibandingkan dengan capaian Nasional.
Perhitungan AKB melalui sensus penduduk juga hanya menggambarkan angka nasional yaitu
32 per 100.000 KH dan belum bisa menggambarkan AKB per Provinsi. Dilihat dalam 5 tahun
terakhir jumlah kematian bayi mengalami fluktuatif seperti terlihat pada tabel berikut :
Grafik 2.2 Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 - 2018
92
197
8798
51
tahun 2014 tahun 2015 2016 2017 2018
Jumlah Kematian Bayi
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 12
Grafik 2.3 Jumlah Kematian Bayi di Provinsi Sumatera Selatan Menurut Kabupaten / Kota Tahun 2018
0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 24 5 6 6 7
16
51
0
10
20
30
40
50
60
Target : 100
Jumlah kematian bayi tertinggi terjadi di kabupaten OKU sebanyak 16 orang,
kemudian diikuti oleh kabupaten Muara Enim 7 orang dan kabupaten Musi Rawas dan Kota
Palembang masing-masing sebanyak 6 orang. Jumlah kematian bayi terendah terjadi di
kabupaten Lahat, OKU Selatan, Empat Lawang, Kota Pagar Alam dan Lubuk masing-masing
sebanyak 1 orang, sedangkan untuk kabupaten OKI, Musi Banyuasin, OKU Timur, PALI dan
kota Prabumulih tidak ada laporan kematian Bayi. Penyebab utama kematian bayi di provinsi
sumatera selatan adalah Pneumonia dan Diare.
Tercapainya indikator ini
dikarenakan semakin mudahnya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
dengan adanya program Jamsoskes Sumsel
Semesta dan JKN (BPJS Kesehatan),
sudah terbentuknya Puskesmas PONED,
semakin meningkatnya cakupan
pemeriksaan bayi baru lahir, cakupan
imunisasi yang semaikn baik, semakin
baiknya cakupan gizi anak bayi dan balita serta semakin meningkatnya kualitas pelayanan
kesehatan secara keseluruhan diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi. Beberapa
faktor penghambat dalam menurunkan angka kematian bayi antara lain kurangnya sarana dan
prasarana kegawatdaruratan di Puskesmas, akses menuju fasilitas pelayanan kesehatan
dibeberapa daerah masih sulit dijangkau, sistem rujukan maternal dan neonatal yang belum
berjalan optimal dan belum meratanya SDM kesehatan yang berkompeten.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 13
Berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi ini karena
kematian bayi telah menjadi program prioritas nasional dan merupakan komitmen global
yang dicantumkan dalam SDG’s (Sustainable Development Goals). Peranan dan keterlibatan
sektor lain untuk ikut serta berperan dalam penurunan angka kematian bayi juga terus
ditingkatkan. Beberapa program dan kegiatan yang masih menjadi prioritas untuk masa yang
akan datang adalah :
a) perencanaan percepatan Meningkatkan pelaksanaan pemantauan PWS KIA dan
surveilans kematian bayi dan balita di tingkat kabupaten/kota;
b) Berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sektor mulai dari tingkat provinsi,
kabupaten/kota sampai ke tingkat desa dan kelurahan untuk menyusun strategi
penurunan kasus kematian ibu dan bayi;
c) Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan sampai dengan tingkat desa dan
kelurahan melalui penempatan bidan di setiap desa dan pembangunan Poskesdes;
d) Meningkatkan kompetensi/kapasitas teknis tenaga kesehatan dalam hal pelayanan
pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan dan penanganan bayi baru lahir melalui
pelatihan dan pertemuan teknis program;
e) Penerapan Program Desa Siaga juga diharapkan akan dapat menekan angka kematian
bayi;
f) Integrasi BKB (Bina Keluarga Balita), Pendidikan Anak Usia Dina (PAUD) dan
Posyandu;
g) Konsorsium kerja sama dengan perguruan tinggi dan swasta untuk meningkatkan
kualitas hidup anak dan penurunan kematian;
2.2.1.2. Angka Kematian Balita (AKABA)
Grafik 2.4 Jumlah Kematian Balita di Sumatera Selatan Tahun 2018 dibandingkan dengan Target RPJMD Tahun 2018
0
10
20
30
40
50
Target RPJMD 2018 Realisasi RPJMD 2018
44
29
Jumlah Kematian Balita di Sumatera Selatan
Tahun 2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 14
Berdasarkan data laporan program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) jumlah kematian
Balita di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 sebanyak 29 orang, jumlah ini sudah lebih
rendah dibandingkan target tahun 2018 sebanyak 44 orang. Dengan demikian indikator
kinerja jumlah kematian Balita pada tahun 2018 telah mencapai target akhir RPJMD tahun
2018 dengan persentase capaiannya sebesar 134%. Jumlah kematian Balita pada tahun 2018
sebanyak 29 orang, jumlah ini mengalami penurunan jika dibanding tahun 2017 sebanyak 48
orang kematian Balita. Trend jumlah kematian Balita selama 5 tahun terakhir terlihat
berfluktuatif seperti pada grafik berikut :
Grafik 2.5 Jumlah Kematian Balita di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 - 2018
40
55
39
48
29
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Jumlah Kematian Balita di Sumatera Selatan Tahun
2014 - 2018
Jumlah Kematian Balita di Sumatera Selatan Tahun 2017
Grafik 2.6 Jumlah Kematian Balita di Provinsi Sumatera Selatan per Kabupaten / Kota Tahun 2018
0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 2 2 24 4
10
29
0
5
10
15
20
25
30
35
Target : 44
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 15
Jumlah kematian Balita tahun 2018 tertinggi kabupaten OKU sebanyak 10 orang,
dikikuti kota Palembang dan kabupaten Musi Rawas masing-masing sebanyak 4 orang.
Jumlah kematian Balita terendah di kota Prabumulih, kota Pagar ALam dan kota Lubuk
Linggau masing-masing sebanyak 1 orang, sedangkan kabupaten OKI, Lahat, Musi
Banyuasin, OKU Selatan, OKU Timur dan PALI tidak ada laporan kematian Balita.
Penyebab terbesar kematian Bayi di Sumatera Selatan adalah Diare dan Pneumonia.
Beberapa program dan kegiatan yang masih menjadi prioritas untuk menurunkan
angka kematian Balita antara lain :
a. Pelaksanaan pemantauan PWS KIA dan surveilans kematian balita di tingkat
kabupaten/kota;
b. Meningkatkan koordinasi lintas sektor dan lintas program balita terintegrasi,
pelaksanaan supervisi dan bimbingan teknis untuk meningkatkan kemampuan
tenaga kesehatan di kabupaten/kota;
c. Peningkatan akses terhadap pelayanan kesehatan sampai dengan tingkat desa dan
kelurahan melalui penempatan bidan di setiap desa dan pembangunan Poskesdes;
d. Penerapan Program Desa Siaga juga diharapkan akan dapat menekan angka
kematian bayi dan Balita;
e. Integrasi BKB (Bina Keluarga Balita), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan
Posyandu;
f. Program Manajemen Tumbuh kembang Balita sakit dan Manajemen Tumbuh
kembang Balita;
g. konsorsium kerja sama dengan perguruan tinggi dan swasta untuk meningkatkan
kualitas hidup anak dan penurunan kematian.
Sedangkan faktor yang masih penghambat terhadap penurunan jumlah kematian
Balita di Sumatera Selatan adalah masih rendahnya kepatuhan petugas dalam memberikan
pelayanan kesehatan anak Balita yang sesuai standar, akses menuju fasyankes masih sulit
dijangkau, sarana dan prasarana kegawatdaruratan di Puskesmas yang masih kurang, petugas
yang sudah dilatih berpindah bagian/ tempat kerja, pengaruh faktor budaya yang masih
bertentangan dengan kesehatan.
2.2.1.3. Umur Harapan Hidup (UHH)
Angka harapan hidup adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh
seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 16
mortalitas yang berlaku di lingkngan masyarakatnya. Angka harapan hidup merupakan alat
untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada
umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang
rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program
sosial lainnya termasuk kesehatan ibu dan anak, kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan
kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Grafik 2.7 Angka Harapan Hidup di Sumatera Selatan Tahun 2018 dibandingkan dengan Target Tahun 2018
60
65
70
75
80
85
Target RPJMD
2018
Realisasi 2018
Angka Harapan Hidup 80,1 69,16
Angka Harapan Hidup
Berdasarkan data dari BPS Provinsi Sumatera Selatan capaian indikator kinerja
Angka Harapan Hidup belum dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Angka Harapan
Hidup (AHH) Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 di targetkan 80,30 tahun dan
terealisasi sebesar 69,18 tahun dengan realisasi capaian sebesar 86,15% dengan demikian
angka harapan hidup belum dapat mencapai target akhir RPJMD tahun 2018. Jika
dibandingkan dengan angka harapan hidup nasional sebesar 71,06 tahun maka capaian angka
harapan hidup di Sumatera juga masih dibawah capaian nasional.
Rendahnya capaian indikator ini karena terlalu tinggi dalam menetapkan target di
tahun 2018. Dimana pada tahun 2016 target RPJMD angka harapan hidup di Sumatera
Selatan hanya sebesar 70,9 tahun namun di tahun 2017 dan tahun 2018 target RPJMD angka
harapan hidup naik menjadi 80,1 tahun dan 80,4 tahun, terjadi penambahan usia harapan
hidup sebesar 9,4 tahun dalam waktu 2 tahun.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 17
Grafik 2.8 Angka Harapan Hidup Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 – 2018
68,93
69,1469,16
69,18 69,18
68,80
68,85
68,90
68,95
69,00
69,05
69,10
69,15
69,20
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Angka Harapan Hidup
Angka harapan hidup dalam lima tahun terakhir mengalami kenaikan setiap tahunnya.
Pada tahun 2014 angka harapan hidup di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 68,93 tahun naik
menjadi 69,18 tahun pada tahun 2018, namun kenaikan tersebut tidak signifikan dimana
hanya ada peningkatan 0,02 tahun.
Grafik 2.9 Angka Harapan Hidup di Provinsi Sumatera Selatan per Kabupaten / Kota Tahun 2018
64,3264,72 64,99 65,25
65,87 66,24
67,34 67,66 67,7 68,04 68,14 68,14 68,36 68,44 68,6469,18
69,6770,1
6162636465666768697071
Target 2018 : 80,3
Angka harapan hidup per kabupaten/kota tertinggi di Sumatera Selatan yaitu kota
Palembang sebesar 70,1 tahun dan Prabumulih sebesar 69,67 tahun lebih besar dari angka
harapan hidup provinsi Sumatera Selatan sebesar 69,18 tahun, sedangkan 15 kab/kota lainnya
masih dibawah angka harapan hidup provinsi. Angka harapan hidup terendah yaitu kab.
Empat Lawang sebesar 64,32 tahun, kab. Ogan Ilir sebesar 64,72 tahun dank ab. Musi Rawas
Utara sebesar 64,99 tahun.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 18
Berbagai upaya dilakukan untuk menaikkan angka harapan hidup, mulai dari
peningkatan akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sampai ke
peningkatan kualitasi pelayanan kesehatan serta melalui perubahan perilaku masyarakat untuk
hidup bersih dan sehat, peningkatan kualitas kesehatan lingkungan, peningkatan akses air
bersih, pengentasan masalah gizi buruk dan kurang gizi, pelayanan ibu melahirkan dan bayi
yang semuanya bermuara pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan peningkatan
angka harapan hidup. Upaya-upaya dibidang kesehatan tersebut hendakknya pula didukung
oleh lintas sektor, dukungan infrastruktur (jalan, air bersih, listrik dll) dan segenap lapisan
masyarakat serta dengan semakin membaiknya indikator sosial ekonomi masyarakat dan
meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat akan dapat mempercepat bertambahnya angka
harapan hidup di Provinsi Sumatera Selatan.
2.2.1.3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Grafik 2.10 Jumlah Kematian Ibu di Sumatera Selatan Tahun 2018 dibandingkan dengan Target RPJMD Tahun 2018
110
115
120
125
130
135
Target RPJMD
2018
Realisasi RPJMD
2018
Jumlah Kematian Ibu 134 119
Jumlah Kematian Ibu
Angka kematian Ibu untuk Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 ditargetkan 134
orang dan terealisasi 119 orang atau sebesar 111,19%. Jika dilihat grafik jumlah kematian ibu
melahirkan selama 3 tahun terakhir mengalami penurunan namun sedikit meningkat pada
tahun 2018. Pencapaian penurunan jumlah kematian ibu di Sumatera Selatan lokal spesifik
dihitung jumlah per orang bukan per 100.000 kelahiran hidup sehingga tidak bisa secara
langsung dibandingkan dengan capaian Nasional. Perhitungan AKI melalui sensus penduduk
juga hanya menggambarkan angka nasional yaitu 346 per 100.000 KH, belum bisa
menggambarkan AKI per Provinsi.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 19
Jumlah kematin ibu di provinsi Sumatera Selatan tahun 2014 sebanyak 155 orang,
naik menjadi 164 orang kematian pada tahun 2015, turun menjadi 142 orang pada tahun 2016
dan turun lagi menjadi 107 orang tahun 2017 dan naik menjadi 119 orang pada tahun 2018
seperti terlihat pada grafik di bawah.
Grafik 2.11 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan
di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 – 2018
155164
142
107
119
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Jumlah Kematian Ibu
Grafik 2.12 Jumlah Kematian Ibu Melahirkan di Provinsi Sumatera Selatan per Kabupaten /
Kota Tahun 2018
1 2 3 3 3 4 4 5 6 8 8 10 10 12 12 13 15
119
0
20
40
60
80
100
120
140
Target : 134
Jumlah Kematian Ibu melahirkan tahun 2018 tertinggi terjadi di kabupaten Banyuasin
sebanyak 15 orang, kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 13 orang dan kabupaten Musi
Rawas sebanyak 12 orang, Sedangkan jumlah kematian ibu maternal terendah terjadi di kota
Prabumuli sebanyak 1 orang, kota Pagar Alam sebanyak 2 orang, kabupaten Empat Lawang
sebanyak 3. Adapun penyebab terbesar kematian ibu melahirkan di Sumatera Selatan adalah
Perdarahan dan Hipertensi.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 20
Tercapainya indikator ini disebabkan karena
semakin baiknya fasilitas kesehatan di daerah, akses
ke fasilitas kesehatan yang semakin baik dengan
adanya program Jamsoskes Sumsel Semesta, JKN,
Jampersal dan rumah tunggu kelahiran di kab/kota.
Penanganan persalinan yang semakin baik dengan
meningkatnya persentase persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan yang kompoten, deteksi dini
faktor resiko oleh tenaga kesehatan, sistem rujukan yang semakin baik, kerjasama dukun beranak
dengan bidan dimana dukun beranak tidak menolong persalinan tetapi mengantarkan ibu bersalin ke
bidan atau tenaga kesehatan yang kompoten.
Berbagai upaya terus dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi ini karena
kematian bayi telah menjadi program prioritas nasional dan merupakan komitmen global
yang dicantumkan dalam SDG’s (SustainableDevelopment Goals). Peranan dan keterlibatan
sektor lain untuk ikut serta berperan dalam penurunan angka kematian ibu terus ditingkatkan.
Beberapa program yang masih menjadi prioritas untuk masa yang akan datang adalah :
1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, khususnya untuk
ibu hamil terutama melalui pembangunan Pos Kesehatan Desa dan Pos Kesehatan
Kelurahan serta penempatan bidan yang tinggal di desa;
2. Pelaksanaan program P4K (Program Perencanaan Persalinan dan Penanganan
Komplikasi);
3. Kunjungan antenatal pertama (K1) sedapat mungkin dilakukan pada trimester
pertama, guna mendorong peningkatan cakupan kunjungan antenatal empat kali
(K4);
4. Pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor risiko 4 terlalu (terlalu
muda, terlalu sering, terlalu rapat dan terlalu tua);
5. Pelaksanaan Ante Natal Care (ANC) yang terintegrasi untuk ibu hamil ,termasuk
pemeriksaan HIV/AIDS, Malaria, Cacingan dan penyakit infeksi menular lainnya
secara terintegrasi dan pelaksanaan kelas ibu hamil dengan melibatkan keluarga
dan masyarakat;
6. Pelaksanaan Audit Maternal Perinatal (AMP) di tingkat kabupaten/kota;
7. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam kesehatan reproduksi responsive
gender harus ditingkatkan untuk meningkatkan Health Care Seeking Behaviour.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 21
2.2.2. Morbiditas
Situasi morbiditas atau kesakitan di Provinsi Sumatera Selatan tergambar dari
beberapa indikator sebagai berikut :
2.2.2.1. Kabupaten / Kota yang Eliminasi Malaria
Kab/ Kota yang Eliminasi Malaria di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018
ditargetkan 11 Kab/Kota persen dan terealisasi 9 Kab/Kota atau sebesar 81,82 persen.
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian belum
mencapai target yang ditetapkan.
Target Sumsel Eliminasi Malaria Tahun 2020 (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
293/MENKES/SK/I Tahun 2009 Tentang Eliminasi Malaria)
Tahun 2014 Tahun 2017 Tahun 2018
� Palembang � Prabumulih � Pagar Alam � Ogan Komering Ilir � Ogan Ilir � Empat Lawang � Banyuasin
� PALI Lubuk Linggau
2.2.2.2. Sucsess Rate TBC
Sucess Rate TBC di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 ditargetkan 85
persen dan terealisasi 87 persen atau sebesar 102,35 persen. Jika dibandingkan dengan
target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian sudah melebihi dari target yang
ditetapkan.
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, Sucess Rate TBC di Provinsi Sumatera
Selatan mengalami fluaktif dari 94,09 persen tahun 2014 turun menjadi 86 persen
pada tahun 2015 kemudian naik menjadi 88 persen pada tahun 2016 dan turun menjadi
87 persen pada tahun 2017, seperti terlihat pada grafik berikut ;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 22
Grafik 2.13 Sucess Rate TBC di Provinsi Sumatera Selatan Selama 4 (empat) Tahun 2014 s/d 2017
Dilihat dari grafik diatas Sucsess Rate TBC Tahun 2018 sebesar 87% menurun dari
tahun sebelumnya sebesar 88%.
Succes pada tahun 2017 mencapai 87% dari target kinerja yang ditetapkan sebesar
85%. Jika dibandingkan dengan target kinerja diatas, maka hasil capaian pada tahun 2017
sudah melebihi dari target yang ditetapkan. Jika dibandingkan dengan capaian program pada
tahun 2016 sebesar 88%, maka capaian pada tahun 2017 ini mengalami fluaktif.
Keberhasilan pengobatan tahun 2018 tidak dapat dilihat karena keberhasilan Pengobatan ini
dapat dilihat setelah penderita melakukan pengobatan selama 6 - 9 bulan makanya
pengobatan baru sampai tahun 2016. Upaya yang dilakukan dalam Succes Rate TBC yaitu :
1. Penguatan kepemimpinan program TB di kabupaten/kota
a. Regulasi eliminasi TB, peningkatan pembiayaan
b. Koordinasi dan sinergi program
2. Peningkatan akses layanan TB yang bermutu “TOSS-TB”
a. Peningkatan jejaring layanan TB melalui PPM (public-private mix)
b. Penemuan aktif berbasis masyarakat
c. Inovasi diagnosis TB
3. Pengendalian Faktor risiko TB
4. Promosi lingkungan dan hidup sehat
5. Pencegahan infeksi dan profilaksis
6. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam pengendalian TB
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 23
7. Penguatan manajemen program
8. Penelitian dan pengembangan inovasi program
9. Pengendalian biaya katastrofik layanan TB
10. Koordinasi dengan lintas Sektor spt : Dinsos, PUCK (perbaikan perumahan), PMD
(pemberdayaan masy. Desa)
2.2.2.3. Insidance Rate DBD
Insidance Rate DBD di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 ditargetkan 49
/100.000 dan terealisasi 29/100.000 atau sebesar 168,96 persen. Jika dibandingkan dengan
target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian sudah melebihi dari target yang
ditetapkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, Insidance Rate DBD di Provinsi Sumatera
Selatan mengalami fluaktif dari 19 /100.000 tahun 2014 naik menjadi 42,5 /100.000
pada tahun 2015 kemudian naik lagi menjadi 48 /100.000 pada tahun 2016 kemudian turun
menjadi 18 /100.000 dan naik menjadi 29/100.000 pada tahun 2018, seperti terlihat pada
grafik berikut ;
Grafik 2.14 Insidance Rate DBD di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Insidance Rate DBD di Provinsi Sumatera Selatan pada
tahun 2018 sebesar 29/100.000 meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 18/100.000.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 24
Grafik 2.15 CFR (Case Fatality Rate) DBD Provinsi Sumatera Selatan 2018
Grafik 2.16 Distribusi Kasus DBD Per Kab/Kota Provinsi Sumatera Selatan 2017-2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 25
Situasi Demam Berdarah di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 terjadi
peningkatan kasus dibandingkan tahun 2017. Pada tahun 2018 jumlah kasus mencapai 2.396
kasus (IR sebesar 29/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 26 kematian
(CFR 1.09%). Sementara Pada tahun 2017 jumlah kasus mencapai 1.452 kasus (IR sebesar
18/100.000 penduduk) dengan jumlah kematian sebanyak 16 kematian (CFR 0,48%) .
Penyebab utama terjadinya penyebarluasan penyakit DBD berkaitan erat dengan beberapa
factor antara lain :
Masih banyak nya nyamuk penular DBD yang terdapat di lingkungan
pemukiman;
Belum membudayanya PSN-DBD dalam masyarakat sehingga menimbulkan
tingginya populasi nyamuk penular DBD;
Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang DBD;
Keterlambatan dalam mendiagnosa;
Terbatasnya dana.
Upaya yang harus dilakukan, antara lain :
1. Perlunya kepedulian dari pemerintah dalam pemberantasan DBD sampai di
tingkat kelurahan;
2. Kerja sama lintas sektoral dalam pengendalian DBD;
3. Perlunya kesadaran dalam tiap rumah tangga untuk melakukan psn aktif ;
4. Perlu diaktifkannya POKJA tingkat desa sampai provinsi untuk pengendalian
DBD.
2.2.2.4. Case Dectetion Rate per 100.000 penduduk
Case Detection Rate TBC di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 ditargetkan
50 persen dan terealisasi 46 persen atau sebesar 92 persen. Jika dibandingkan dengan target
yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian belum mencapai target yang ditetapkan.
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, Case Detection Rate TBC di Provinsi
Sumatera Selatan mengalami fluaktif dari 45,05 persen tahun 2015 turun menjadi 25
persen pada tahun 2016 kemudian naik menjadi 44 persen pada tahun 2017 dan naik lagi
menjadi 46 persen pada tahun 2018, seperti terlihat pada grafik berikut ;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 26
Grafik 2.17 Case Detection Rate TBC di Provinsi Sumatera Selatan Selama 4 (empat) Tahun 2015 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Case Detection Rate TBC di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 sebesar 46% berarti meningkat dari tahun 2017 sebesar 44%
Grafik 2.18 Capaian Penemuan Kasus TBC Case Detection Rate
Tahun 2016 S/D 2018 Provinsi Sumatera Selatan
Capaian penemuan kasus Baru atau Case Detection Rate Program TB Tahun 2018
Di Provinsi Sumatera Selatan didapat 3 kabupaten/kota telah melampaui target 50%.
Capaian penemuan kasus Baru atau Case Detection Rate Program TB Tahun 2018 di Provinsi
Sumatera Selatan didapat 3 kabupaten/kota telah melampaui target 50%, antara lain : Kota
Lubuk Linggau, Kabupaten Muara Enim dan Ogan Ilir. Sedangkan 14 Kabupaten/Kota lainya
belum mencapai target terutama Kabupaten Empat Lawang yg CDRnya 26%. Untuk Capaian
Provinsi Sumatera Selatan 46% , berarti pencapaiannya belum mencapai target diinginkan
50%.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 27
Rendahnya Cakupan Case Detection Rate adalah:
1. Kepatuhan dan keterampilan petugas yang masih rendah.
2. Kurang meratanya keterampilan tenaga laboratorium di setiap UPK.
3. Mutasi petugas dan tugas rangkap.
4. Kurangnya alat penunjang kegiatan program.
5. Keterbatasan dana dan belum optimalnya pemberdayaan mitra kerja.
6. Belum seluruhnya Rumah Sakit dan DPS melaksanakan strategi DOTS
Upaya yang harus dilakukan, antara lain:
a) Perencanaan Pelatihan Pengelola Program P2TB bagi petugas di UPK dan
Rumah Sakit;
b) Perencanaan Melakukan pelatihan bagi Tenaga Laboratorium di UPK dan
Rumah Sakit;
c) Menghimbau kepada pejabat yang berwenang untuk mengurangi mutasi petugas
minimal 3 tahun mengelola program TB;
d) Melakukan pengadaan alat penunjang program P2TB;
e) Melakukan advokasi dan memberdayakan mitra kerja dan lintas sektor ;
f) Melakukan Kerjasama dengan Rumah sakit dan DPS untuk melaksanakan
strategi DOTS
2.2.2.5. Prevalensi HIV / AIDS
Prevalensi HIV / AIDS di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 ditargetkan
0.5 persen dan terealisasi 0.3 persen atau sebesar 166,66 persen. Jika dibandingkan dengan
target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian sudah melebihi dari target yang
ditetapkan.
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, Prevalensi HIV / AIDS di Provinsi Sumatera
Selatan dari tahun 2015 s.d tahun 2018 sudah melebihi dari target yang ditetapkan < 0,5
yaitu 0,3, seperti terlihat pada grafik berikut ;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 28
Grafik 2.19 Prevalensi HIV / AIDS di Provinsi Sumatera Selatan Selama 4 (empat) Tahun 2015 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Prevalensi HIV / AIDS di Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2018 sebesar 0,3 berarti sudah mencapai target yang ditetapkan.
Pada bulan Januari sampai dengan Desember 2018 pengidap HIV dan penderita AIDS
banyak ditemukan pada laki-laki dbandingkan perempuan, hal ini menujukkan bahwa laki-
laki lebih berisiko tertular HIV dibandingkan dengan perempuan karena pola prilaku seks
laki-laki yang suka membeli seks tanpa menggunakan kondom.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 29
Secara kumulatif pengidap HIV lebih banyak pada kelompok usia 20 – 29 tahun, untuk kasus
AIDS lebih banyak pada kelompok usia 30-39 tahun, pada saat usia produktif sehingga
penting sekali upaya pencegahan di fokuskan kepada kelompok usia 15- 24 tahun dengan
memberikan edukasi yang baik dengan menjelaskan HIV-AIDS sehingga dapat mencegah
infeksi baru HIV.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 30
2.2.2.6. Cakupan Penemuan Pneumonia Balita
Cakupan Penemuan Pneumonia Balita di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 ditargetkan 80 persen dan terealisasi 39.24 persen atau sebesar 49,05 persen. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian belum mencapai dari target yang ditetapkan.
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, Cakupan Penemuan Pneumonia Balita di Provinsi Sumatera Selatan mengalami fluaktif dari 22,33 persen tahun 2014 naik menjadi 59,4 persen pada tahun 2015 kemudian turun menjadi 44,86 persen pada tahun 2016 dan turun lagi menjadi 39,24 persen pada tahun 2018, seperti terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.20 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita di Provinsi Sumatera Selatan Selama 4 (empat) Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas cakupan penemuan balita dalam kurun waktu empat tahun
mengalami penurunan dari tahun 2018 sebesar 39,24 % menurun dari tahun sebelumnya
sebesar 44,86%.
Pada tahun 2018 jumlah penemuan kasus Pneumonia Balita pada Program P2 ISPA
Provinsi Sumatera Selatan adalah 12.707 kasus atau sebesar 39,24 % dari target dimana
perkiraan penemuan penderita sebanyak 32.383 balita. Pada kasus pneumonia golongan umur
<1 tahun sebanyak 3.934 kasus (35,12 %) dan untuk golongan umur 1-5 tahun sebanyak
7.265 kasus (64,87 %) dari seluruh kasus pneumonia. Pada Pneumonia berat untuk golongan
umur <1 tahun sebanyak 553 kasus (36,67%) dan pada golongan umur 1-5 tahun sebanyak
955 kasus (63,32%) dari seluruh kasus Pneumonia Berat. Dilihat dari realisasi cakupan
penderita Pneumonia berdasarkan target penemuan yang ada persentase tertinggi dicapai oleh
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 31
kabupaten Muara Enimsebanyak 1.997 kasus (88,97 %) sedangkan kabupaten terendah yaitu
Kota Muratara dan Kota Lubuk Linggau sebesar 0 (0%). Belum dapat disimpulkan bahwa
rendahnya penemuan ini didasari oleh memang tidak terdapatnya penderita atau kurang
aktifnya petugas dalam melakukan penemuan kasus.
Cakupan Pneumonia balita di Sumatera Selatan pencapaiannya Desember 2018
sebesar 39,24%, berarti pencapaiannya belum mencapai target yang diinginkan 80%.
Rendahnya cakupan penemuan pneumonia dikarenakan;
a. Masih ada puskesmas yang belum tahu dengan perubahan sasaran pneumonia
Balita dan indikator program ISPA pada tahun 2018
b. Kepatuhan dan keterampilan petugas yang masih rendah dalam deteksi dini
Pneumonia Balita dan belum mendapatkan dukungan dari dokter di puskesmas
tentang tatalaksana standar ISPA/Pneumonia
c. Kurangnya kesadaran untuk mengirim laporan tepat waktu dan lengkap dari bulan
Januari sampai Desember 2018.
d. Adanya under reported yaitu kesalahan dalam pengklasifikasian diagnosa ISPA
e. Adanya tugas rangkap petugas atau pengelola program ISPA di kab/kota.
f. Kurangnya alat penunjang kegiatan program.
g. Keterbatasan dana.
h. Belum optimalnya pemberdayaan mitra kerja sehingga sumber data kasus
Pneumonia Balita masih berbasis Puskesmas.
i. Masih minimnya kerja sama dan koordinasi dengan lintas program dan lintas
sektoral
Upaya yang harus dilakukan adalah :
1. Perencanaan Pelatihan Manajemen P2 ISPA bagi petugas pengelola program ISPA
kab/ kota
2. Pengadaan dan pendistribusian logistik program ISPA.
3. Mengintensifkan sistem pelaporan.
4. Sosialisasi penyakit ISPA di masyarakat
5. Membangun dan meningkatkan jejaring dengan sarana kesehatan di wilayah kerja
Dinas Kesehatan provinsi/kab/kota/puskesmas untuk pengumpulan data kasus
pneumonia.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 32
6. Meningkatkan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektoral mengenai
pengendalian ISPA khususnya disaat musim kabut asap akibat kebakaran hutan
dan lahan
2.2.3. Status Gizi
2.2.3.1 Prevalensi Balita Dengan Berat Badan Rendah (Angka Gizi Buruk)
Grafik 2.21 Prevalensi Gizi Buruk di Sumatera Selatan Tahun 2018
dibandingkan dengan Target RPJMD Tahun 2018
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
Target RPJMD
2018
Realisasi RPJMD
2018
Prevalensi Gizi Buruk 1 0,04
Prevalensi Gizi Buruk
Prevalensi gizi buruk di Provinsi Sumatera Selatan dari tahun ke tahun terus
mengalami penurunan. Berdasarkan hasil penimbangan rutin di Posyandu selama tahun 2018
diketahui bahwa prevalensi gizi buruk di Sumatera Selatan sebesar 0,04%. Dari data tersebut
jika dibandingkan dengan target tahun 2018 kurang dari 1% maka persentase capaian angka
gizi buruk telah mencapai target akhir RPJMD dengan persentase capaian sebesar 100%.
Angka gizi buruk nasional berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 sebesar 3,9%,
jika dibandingkan dengan capaian nasional maka capaian provinsi Sumatera Selatan sebesar
0,04% lebih baik dari capaian nasional.
Grafik 2.22 Jumlah Kasus Gizi Buruk di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014 – 2018
276
162
248
277
313
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Prevalensi Gizi Buruk
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 33
Jumlah kasus gizi buruk pada tahun 2018 mengalami kenaikan dalam empat tahun
terakhir. Pada tahun 2014 jumlah kasus gizi buruk di Sumatera Selatan sebanyak 276 orang,
turun menjadi 162 orang pada tahun 2015 lalu naik menjadi 248 orang pada tahun 2016 dan
naik kembali menjadi 277 orang pada tahun 2017 dan naik lagi menjadi 313 orang pada tahun
2018. Pada tahun 2018 jumlah kasus gizi buruk tertinggi terjadi di kabupaten OKU Timur
sebanyak 95 orang, kabupaten Muara Enim 30 orang dan kabupaten Musi Rawas sebanyak 28
orang, sedangkan jumlah kasus gizi buruk yang terendah terdapat di kota Palembang
sebanyak 1 orang dan Kabupaten Musi Banyuasin sebanyak 2 orang dan kab. OKU serta kota
Lubuk Linggau masing-masing sebanyak 3 orang, sedangkan di kabupaten Musi Rawas
Utara tidak ada laporan kasus gizi buruk.
Permasalahan gizi, khususnya gizi buruk sangat
dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor diluar
kesehatan maupun faktor kesehatan. Faktor diluar
kesehatan yang mempengaruhi gizi buruk seperti sosial
ekonomi penduduk, kebiasaan dan adat istiadat serta
pola asuh. Faktor kesehatan antara lain monitoring
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita
masih kurang, kunjungan rumah rawat
jalan/pengawasan pasien pulang masih kurang, balita
dengan masalah gizi disertai penyakit penyerta
sebagaian besar dari keluarga miskin
Adapun upaya-upaya yang dilakukan untuk terus menurukan kasus gizi buruk antara
lain :
a) Meningkatkan cakupan penimbangan rutin setiap bulan di Posyandu;
b) Meningkatkan penyuluhan kesehatan dan peningkatan kesadaran bagi orang tua
dalam penyediaan makanan yang sehat dan berimbang;
c) Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang gizi;
d) Peningkatan kemandirian masyarakat untuk dalam hal penyediaan makanan
bergizi bersama kelompok PKK;
e) Pemberian makanan tambahan pendamping ASI bagi keluarga miskin dan
pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK keluarga miskin;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 34
f) Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu melalui
pembentukan Poskesdes, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan ,penguatan
puskesmas dan pembentukan tim kesehatan keliling di daerah terpencil;
g) Memperbaiki pola asuh pemeliharaan bayi seperti promosi pemberian ASI
Ekslusif selama enam bulan.
h) Meningkatkan peran lintas sektor dan lintas program dalam upaya penurunan
kasus gizi buruk.
2.2.3.2 Persentase Balita Gizi Kurang
Grafik 2.23 Persentase Balita Gizi Kurang Tahun 2018 di Sumatera Selatan
0
2
4
6
8
10
12
Target RPJMD
2018
Realisasi
RPJMD 2018
Persentase Balita Gizi Kurang 7 10,2
Persentase Balita Gizi Kurang
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2018 di 17 kabupaten/kota se
Sumatera Selatan, 510 cluster (kelurahan/desa) dengan jumlah sampel Balita usia 0-59 bulan
n = 5.584 Balita, diketahui bahwa persentase gizi kurang pada tahun 2018 di Sumatera
Selatan sebesar 10,2%. Jika dibandingkan dengan target akhir RPJMD tahun 2018 sebesar
7% maka persentase capaian tahun 2018 belum mencapai target yang ditetapkan dengan
persentase capaian sebesar 54,29%. Angka gizi kurang nasional berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar tahun 2018 sebesar 13,8%, jika dibandingkan dengan capaian nasional
maka capaian provinsi Sumatera Selatan sebesar 10,2% lebih baik dari capaian nasional.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 35
Grafik 2.24 Persentase Balita Gizi Kurang di Sumatera Selatan Tahun 2014 – 2018
18,6
12,8
11,210,2 10,2
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Persentase Balita Gizi Kurang
Trend Persentase Balita gizi kurang dalam empat tahun terakhir mengalami
penurunan. Pada tahun 2014 sebesar 18,6%, turun menjadi 12,8% pada tahun 2015, turun lagi
menjadi 12,8% pada tahun 2016 kemudian turun kembali menjadi 10,2% pada tahun 2017
dan tetap pada 10,2% pada tahun 2018. Pada tahun 2018 persentase Balita gizi kurang
tertinggi pada kabupaten Ogan Ilir, kabupaten Musi Rawas Utara dan kabupaten Lahat
dengan masing-masing capaian sebesar 14,6%, 14,1% dan 13,5%. Sedangkan persentase
Balita gizi kurang terendah pada kota Prabumulih, kabupaten OKU dan kabupaten Muara
Enim dengan masing-masing capaian sebesar 6,6%, 7,4% dan 7,5%.
Masalah gizi kurang dan gizi buruk pada balita penyebabnya tidak hanya fakor
kesehatan saja tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor diluar kesehatan seperti faktor sosial
ekonomi dan faktor budaya. Upaya-upaya yang dilakukan adalah untuk terus menekan
prevalensi gizi kurang di tengah masyarakat dan mencegah kasus gizi kurang tersebut
berlanjut menjadi kasus gizi buruk, terutama pada bayi dan balita karena akan berpengaruh
terhadap pertumbuhannya. Berbagai upaya yang dilakukan untuk terus menurukan kasus gizi
buruk antara lain :
a) Penimbangan rutin setiap bulan di Posyandu;
b) Penyuluhan kesehatan dan peningkatan kesadaran bagi orang tua dalam
penyediaan makanan yang sehat dan berimbang;
c) Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang gizi;
d) Peningkatan kemandirian masyarakat untuk dalam hal penyediaan makanan
bergizi bersama kelompok PKK;
e) Meningkatkan cakupan pemberian ASI Ekslusif pada bayi dan Balita;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 36
f) Pemberian makanan tambahan pendamping ASI bagi keluarga miskin dan
pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK keluarga miskin;
g) Meperkuat ketahanan pangan dan berkerja sama dengan lintas sektor dalam hal
meningkatkan kemandirian pemenuhan kebutuhan pangan pada keluarga miskin.
2.2.3.3 Persentase Stunting pada Anak Balita
Grafik 2.25 Persentase Stunting Pada Anak Balita dibandingkan Target RPJMD Tahun 2018 di Sumatera Selatan
0
5
10
15
20
25
30
Target RPJMD
2018
Realisasi
RPJMD 2018
Peresntase Stunting pada anak
Balita28 22,8
Persentase Stunting pada anak Balita
Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek atau sangat pendek. Stunting terjadi
akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam waktu lama pada masa janin hingga 2
tahun pertama kehidupan seorang anak (Black et al., 2008). Anak dengan stunting memiliki
IQ 5-10 poin lebih rendah dibanding dengan anak yang normal (Grantham-McGregor et al.,
2007). Stunting pada balita merupakan factor risiko meningkatnya angka
kematian, menurunkan kemampuan kognitif dan perkembangan motorik rendah serta fungsi-
fungsi tubuh yang tidak seimbang. Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
2018 di 17 kabupaten/kota se-Sumatera Selatan, 510 cluster (kelurahan/desa) dengan jumlah
sampel Balita usia 0-59 bulan n = 5.584 Balita, diketahui bahwa persentase stunting pada
anak Balita di Sumatera Selatan tahun 2018 sebesar 22,8%. Jika dibandingkan dengan target
akhir RPJMD tahun 2018 sebesar 28% maka capaian tahun 2018 telah mencapai target yang
ditetapkan dengan persentase capaian sebesar 118,57%. Angka stunting nasional berdasarkan
hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 sebesar 30,8%, jika dibandingkan dengan capaian
nasional maka capaian stunting provinsi Sumatera Selatan sebesar 22,8% lebih baik dari
capaian nasional.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 37
Grafik 2.26 Persentase Stunting pada Balita di Sumatera Selatan Tahun 2014 – 2018
26,324,5
19,3
22,8 22,8
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Persentase Stunting pada anak Balita
Peresntase Stunting pada anak Balita
Persentase Stunting pada Balita dalam lima tahun terakhir mengalami trend penurunan
namun sedikit naik pada tahun 2017 dan 2018. Pada 2014 angka stunting sebesar 26,3%,
kemudian turun menjadi 24,5% pada tahun 2015, turun lagi menjadi 19,30 pada tahun 2016
kemudian naik sedikit menjadi 22,8% pada tahun 2017 dan tetap sebesar 22,8% pada tahun
2018.
Grafik 2.27 Prevalensi Stunting pada Balita per Kab/Kota di Sumatera Selatan Tahun 2014 – 2018
Pada tahun 2018 persentase Stunting pada Balita tertinggi pada kabupaten Banyuasin
sebesar 32,8%, kabupaten Musi Rawas Utara sebesar 32,8% dan kabupaten Ogan Ilir sebesar
29,5%. Sedangkan persentase Stunting pada Balita terendah pada kota Palembang sebesar
14,5%, kabupaten Muara Enim sebesar 14,9% dan kota Lubuk Linggau sebesar 18,9%
Stunting disebabkan oleh banyak faktor baik secara faktor langsung dan tak langsung.
Faktor langsung ditentukan oleh asupan makanan, berat badan lahir dan penyakit. Sedangkan
factor tak langsung seperti factor ekonomi, budaya, pendidikan dan pekerjaan, fasilitas
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 38
pelayanan kesehatan. Faktor social ekonomi saling berinteraksi satu dengan yang lainnya
seperti masukan zat gizi, berat badan lahir dan penyakit Infeksi pada anak. Anak-anak yang
mengalami stunting disebabkan kurangnya asupan makanan dan penyakit yang berulang
terutama penyakit infeksi yang dapat meningkatkan kebutuhan metabolic serta mengurangi
nafsu makan sehingga berdampak terjadi ketidaknormalan dalam bentuk tubuh pendek
meskipun faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk tumbuh normal. Upaya yang
perlu dilakukan untuk terus menekan stunting pada Balita antara lain :
a. Penimbangan rutin setiap bulan di Posyandu;
b. Penyuluhan kesehatan dan peningkatan
kesadaran bagi orang tua dalam penyediaan
makanan yang sehat dan berimbang;
c. Peningkatan pemberdayaan masyarakat
dalam bidang gizi;
d. Peningkatan kemandirian masyarakat untuk
dalam hal penyediaan makanan bergizi bersama kelompok PKK;
e. Pemberian makanan tambahan pendamping ASI bagi keluarga miskin dan pemberian
makanan tambahan bagi ibu hamil KEK keluarga miskin;
f. Pemenuhan kebutuhan gizi pada ibu hamil;
g. Memonitor pertumbuhan dan perkembangan anak;
h. Suplementasi vitamin A;
i. Penanganan lebih lanjut untuk anak gizi buruk;
j. Suplementasi Fe dan folat untuk ibu hamil.
2.2.3.4 Persentase bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif
Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan yang Mendapat ASI Eklusif pada tahun
2018 ditargetkan 47 persen dan terealisasi 60,7 persen atau sebesar 129,15 persen. Jika
dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian sudah
melebihi dari target yang diinginkan .
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
yang Mendapat ASI Eklusif mengalami fluktuaktif dari 63,44 persen tahun 2014 turun
menjadi 61 persen di tahun 2015 turun lagi menjadi 59,38 persen pada tahun 2016 turun
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 39
menjadi 58,23 persen pada tahun 2017 kemudian naik menjadi 60,7 persen pada tahun
2018 seperti terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.28 Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan yang Mendapat ASI Eklusif
di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima ) Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Persentase Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan yang Mendapat
ASI Eklusif yang ada di Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 60,7%,berarti sudah
melebihi dari target Nasional sebesar 59,5% (Kesmas, Kemkes RI, 2017) yang tertinggi Kota
Palembang sebesar 74,7% dan yang terendah Kab. Muratara sebesar 40,4%.
Walaupun persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eklusif sudah
melebihi dari target tapi pemberian ASI Eklusif belum optimal, dikarenakan :
1. Ibu & Keluarga kurang mendapatkan
informasi tentang ASI Eksklusif dari
petugas kesehatan sehingga perlu adaya
Konselor ASI;
2. Tingkat pendidikan, usia, status bekerja
ibu, pengetahuan ibu tentang pentingnya
ASI Eksklusif
3. Keluarga / masyarakat & gencarnya
Promosi Susu Formula oleh Produsen Susu kepada Konsumen yang dilakukan
oleh Petugas Kesehatan;
4. Program ASI Eksklusif yang dilaksanakan Bidan di Puskesmas ternyata belum
optimal;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 40
5. Kurangnya tempat fasilitas Khusus Laktasi di tempat kerja dan tempat Sarana
Umum;
6. Lemahnya Perencanaan Terpadu dalam Program PP – ASI
7. Kurangnya intensitas dan kontinuitas dari Kegiatan PP – ASI ditingkat Pelayanan
maupun Masyarakat;
8. Lemahnya penerapan sanksi terhadap pelanggaran Peraturan Perundang –
Undangan yang terkait dengan PP – ASI;
9. Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu & Bayi (RSSIB) belum semua
berjalan sebagaimana mestinya ( dari 17 Kab/Kota yang sudah melaksanakan
RSSB hanya 12 Kab/Kota).
Upaya yang dilakukan agar Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
Eksklusif meningkat, antara lain :
1. Perlu ada ruang laktasi di tempat kerja untuk memberikan kesempatan pada ibu
menyusui untuk memberikan ASI atau memerah ASI;
2. Perlu upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI baik melalui
penyuluhan atau konseling;
3. Perlu ada koordinasi atau komitmen dengan sarana kesehatan yang melayani
persalinan untuk melaksanakan IMD, rawat gabung dan pemberian ASI;
4. Perlu ada suatu kelompok peduli ASI yang siap membantu semua kesulitan yang
dialami oleh ibu menyusui sehingga kegagalan selama proses menyusui bisa
dihindari;
5. Agar 17 Kab / Kota telah melaksanakan Program Rumah Sakit Sayang Ibu &
Bayi.
2.2.4. Keadaan Lingkungan
Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih tergolong rendah. Hal ini
dapat dilihat dari indeks penyakit yang ada dimasyarakat, diantaranya adalah kasus diare
yang masih cukup tinggi. Salah satu penyebab dari kondisi tersebut adalah kondisi kesehatan
lingkungan yang kurang memenuhi syarat, terutama bagi sebagian penduduk yang tinggal di
pedesaan dan daerah perkotaan (bantaran sungai). Mereka belum bisa memenuhi standar
hidup bersih dan sehat yang terlihat dari rendahnya cakupan penduduk yang menggunakan
dan memanfaatkan sarana kesehatan lingkungan.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 41
2.2.4.1 Persentase Kab/ Kota yang Melakukan Pengawasan Kualitas Air Minum
Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan Kualitas Air Minum pada tahun 2018 ditargetkan 45 persen dan terealisasi 87,24 persen atau sebesar 193,87 persen. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil capaian sudah melebihi dari target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan Kualitas Air Minum mengalami fluaktif dari 61,01 persen tahun 2014 naik menjadi 67,92 persen pada tahun 2015, kemudian naik lagi pada tahun 2016 sebesar 74,02 dan turun pada tahun 2017 sebesar 70,08 dan naik pada tahun 2018 sebesar 87,24 persen seperti terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.29 Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan Kualitas Air Minum di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan Kualitas
Air Minum yang ada di Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 87,24%,berarti melebihi
dari target Nasional sebesar 72,04% (Kesmas, Kemkes RI, 2017) Pencapaiannya yang sudah
mencapai 100% adalah Kabupaten Muara Enim, Musi Rawas, Banyuasin, OKUS dan
OKUT.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengawasan kualitas air minum, antara lain:
a. Peningkatan layanan air minum untuk penduduk perdesaan/perkotaan melalui
PDAM & air minum yang dikelola masyarakat pada ketersediaan air baku dengan
memperhatikan azas keadilan dan daya beli;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 42
b. Perlu pengembangan sumber –sumber air terlindung yang dikelola masyarakat
seperti sumur gali & penampungan air hujan terutama di perdesaan agar
mempercepat peningkatan sumber air Improved;
c. Upaya peningkatan Sanitasi melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
terus dilakukan karena dapat mengurangi pencemaran mikrobiologi air;
d. Peningkatan kejarsama dan kemitraan antar pemangku kepentingan dalam bidang
air minum & sanitasi yang dimotori oleh Kelompok Kerja Air Minum &
Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL);
e. Sosialisasi kepada masyarakat melalui berbagai media bahwa air minum kemasan
da nisi ulang adalah sumber air yang tidak Improved ;
f. Peraturan Perundang – Undangan di bidang pengamanan Kualitas Air Minum perlu
segera disesuaikan dengan ilmu pengetahuan dan adanya dampak perubahan iklim
yang cenderung meningkatkan wilayah rawan air.
2.2.4.2 Persentase Kab / Kota yang Melakukan Pengawasan Tempat – Tempat Umum
Sehat
Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan TTU pada tahun 2018
ditargetkan 76 persen dan terealisasi 81,70 persen atau sebesar 107,50 persen. Jika
dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil capaian sudah
melebihi dari target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, persentase Kab/Kota yang Melakukan
Pengawasan TTU mengalami fluaktif dari 84,6 persen tahun 2014 tetap menjadi 84,6
persen pada tahun 2015, kemudian naik pada tahun 2016 sebesar 85,2 dan turun pada
tahun 2017 sebesar 82 dan turun lagi pada tahun 2018 sebesar 81,70 persen seperti
terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.30 Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan TTU di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 43
Dilihat dari grafik diatas Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan TTU
yang ada di Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 81,7%,berarti melebihi dari target
Nasional sebesar 54,01% (Kesmas, Kemkes RI, 2017). dan pencapaiannya melebihi dari
target yang diinginkan 76% tapi pencapaiannya menurun dari tahun 2017 sebesar 84%,
hal ini dikarenakan capaian Kab ogan ilir mengalami penurunan yang sangat jauh dari
93% menjadi 19,83% dikarenakan ketidak sesuaian Form IKL yang lama. Persentase
Kab/Kota yang melaksanakan TTU yang tertinggi pencapaiannya pada Kab Lahat sebesar
99.34% sedangkan capaian terendah ialah Kab Musirawas Utara dengan capaian 14.78%,
tapi pencapaiannya menurun dari tahun 2017 sebesar 84%, hal ini dikarenakan capaian
Kab ogan ilir mengalami penurunan yang sangat jauh dari 93% menjadi 19,83%
dikarenakan ketidak sesuaian Form IKL yang lama. Persentase Kab/Kota yang
melaksanakan TTU yang tertinggi pencapaiannya pada Kab Lahat sebesar 99.34%
sedangkan capaian terendah ialah Kab Musirawas Utara dengan capaian 14.78%.
Upaya yang dilakukan agar peningkatan tetap mencapai indikator ini antara lain : 1. Peningkatan presentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra
pemerintah suatu daerah dan dapat
dijadikan pusat pembelajaran bagi
daerah lain dalam pembinaan PHBS di
tempat-tempat umum,
2. Peningkatan pemahaman dan
kepatuhan para pengelola tempat-
tempat umum untuk memenuhi
persyaratan kesehatan melalui
pembinaan, sosialisasi, pelatihan serta pemberian reward dan punishment kepada
pengelola tempat-tempat umum,
3. Peningkatan kemampuan para pengelola program penyehatan lingkungan
ditingkat dinas kesehatan kabupaten/kota sampai dengan Puskesmas sehingga
dapat melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap tempat-tempat umum
tersebut,
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 44
4. Lingkungan menjadi lebih bersih, indah dan sehat sehingga meningkatkan citra
tempat umum dan meningkatkan pendapatan bagi tempat-tempat umum sebagai
akibat dari meningkatnya kunjungan pengguna tempat-tempat umum.
2.2.4.3 Persentase Kab / Kota yang Melakukan Pengawasan TPM
Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan TPM pada tahun 2018
ditargetkan 26 persen dan terealisasi 9,97 persen atau sebesar 38,35 persen. Jika
dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil capaian belum
mencapai dari target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, persentase Kab/Kota yang Melakukan
Pengawasan TPM mengalami fluaktif dari 67,40 persen tahun 2014 turun menjadi 63,88
persen pada tahun 2015, kemudian naik pada tahun 2016 sebesar 64,43 persen dan naik
lagi pada tahun 2017 sebesar 71persen dan turun pada tahun 2018 sebesar 9,97 persen
seperti terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.31 Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan TPM di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan TPM
yang ada di Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 9,97%,berarti belum mencapai dari
target Nasional sebesar 18,04% (Kesmas, Kemkes RI, 2017). Pencapaiannya yang tertinggi
pada Kab. OKU sebesar 40,90%. Rendahnya pencapaiannya dikarenakan beberapa factor
antara lain;
a. Pelaksanaan tidak mencakup kepada pedagang berskala kecil;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 45
b. Tidak tersosialisasinya/ kurangnya penyuluhan tentang pengolahan makanan yang
higienis ke TPM;
c. Kurangnya pengetahuan untuk melakukan tindakan produksi secara higienis dan
sehat ;
d. Sulitnya akses internet dan sedikitnya penjamah yang memiliki sertifikat penjamah
makanan.
Upaya yang dilakukan Kab/Kota dalam pengawasan Tempat Pengolahan Makanan
(TPM), antara lain :
1. Meningkatnya koneksi jaringan internet untuk E-monev HSP dan Data yg sudah
di IKL oleh sanitarian puskesmas dalam e-monev dengan kategori MS maka kab/
kota melakukan pelatihan penjamah, pelatihan baik untuk pengelola program HSP
Kabupaten maupun puskesmas;
2. Undang-Undang tentang Makanan mutlak diperlukan agar lebih efektif dalam
pelaksanaan pengawasan makanan;
3. Sanksi terhadap pelanggaran lebih kuat termasuk tuntutan pidana akan tidak sulit
dilaksanakan ;
4. Melakukan Pembinaan terhadap Produsen Makanan Minuman;
5. Sosialisasi pada Konsumen & Distribusi Makanan minuman;
6. Monev terhadap Produsen Makanan minuman Industri Rumah Tangga.
2.2.4.4 Jumlah Desa / Kelurahan yang Melaksanakan STBM
Jumlah Desa / Kelurahan yang Melaksanakan STBM pada tahun 2018 ditargetkan
1611 desa dan terealisasi 2004 desa atau sebesar 124,39 persen. Jika dibandingkan
dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil capaian sudah melebihi dari
target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, Jumlah Desa / Kelurahan yang Melaksanakan
STBM mengalami fluaktif dari 750 desa tahun 2014 naik menjadi 1075 desa pada
tahun 2015, kemudian turun pada tahun 2016 sebesar 868 desa dan naik pada tahun 2017
sebesar 1685 desa dan naik lagi pada tahun 2018 sebesar 2004 desa seperti terlihat pada
grafik berikut ;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 46
Grafik 2.31 Jumlah Desa / Kelurahan yang Melaksanakan STBM di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Jumlah Desa / Kelurahan yang Melaksanakan STBM yang
ada di Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 2004 desa,berarti belum mencapai dari target
Nasional sebesar 39616 desa (Kesmas, Kemkes RI, 2017).
Pemerintah menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek sanitasi lain yang saling
berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu :
(1) Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS),
(2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS),
(3) Pengelolaan Air Minum dan
Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT),
(4) Pengamanan Sampah Rumah
Tangga (PS-RT), dan
(5) Pengamanan Limbah Cair Rumah
Tangga (PLC-RT).
Pendekatan STBM terdiri dari tiga strategi yang harus dilaksanakan secara seimbang
dan komprehensif, yaitu:
1) peningkatan kebutuhan sanitasi,
2) peningkatan penyediaan akses sanitasi, dan
3) penciptaan lingkungan yang kondusif.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 47
2.2.4.5 Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Kerja
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan Kerja pada tahun 2018
ditargetkan 84 persen dan terealisasi 79,47 persen atau sebesar 94,61 persen. Jika
dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil capaian belum
mencapai dari target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan
Kesehatan Kerja mengalami fluaktif dari 70 persen tahun 2014 turun menjadi 53 persen
pada tahun 2015, kemudian naik pada tahun 2016 sebesar 80 persen dan turun pada tahun
2017 sebesar 70,58 persen dan naik pada tahun 2018 sebesar 79,47 persen seperti terlihat
pada grafik berikut ;
Grafik 2.32 Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan Kerja di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan
Kerja yang ada di Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 79,47%, berarti meningkat dari
tahun sebelumnya sebesar 70,58%. Kabupaten/ Kota Dengan capaian tertinggi ialah
Kabupaten PALI, Muratara, dan Kota Prabumulih mencapai 100%, sedangkan dengan
capaian terendah ialah kabupaten OKUS dengan capaian 31,58%. Rendahnya pencapaian
puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja dikarenakan:
1. Adanya reorganisasi yang mengakibatkan berubahnya pemegang program di
puskesmas;
2. Terbatasnya SDM pengolah data di lingkup Kesehatan Kerja;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 48
3. Program Kesehatan Kerja belum dianggap sebagai program yang penting di
Puskesmas maupun di Kabupaten / Kota;
4. Sebagian puskesmas belum
menjalankan/ menerapkan SOP
Kesehatan Kerja;
5. SDM Puskesmas belum memahani
kewenangannya sebagai penanggung
jawab kesehatan berdasarkan konsep
kewilayahan termasuk bertanggung
jawab pada kesehatan pekerja di dalam
perusahaan yang ada di wilayah kerja Puskesmas;
6. Minimnya alokasi anggaran bahkan tidak adanya dukungan terhadap Kesehatan
Kerja di puskesmas yang bersumber dari APBD;
7. Banyaknya Puskesmas yang belum memahami peruntukan dana-dana yang tersedia
di Puskesmas dapat digunakan untuk mendukung kegiatan kesehatan kerja seperti
dana BOK;
8. Belum adanya penghargaan bagi petugas kesehatan kerja di Puskesmas.
9. Koordinasi yang belum terbentuk dengan baik dengan LS terkait.
Upaya yang dilaksanakan dalam Kesehatan Kerja adalah :
Perlunya konsolidasi dan koordinasi dalam perencanaan yang baik dan perhitungan
yang akurat, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan kesehatan kerja;
Perlunya mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kesehatan kerja ke dalam kegiatan
pokok Puskesmas;
Perlunya melakukan pelatihan-pelatihan yang berkesinambungan berkaitan dengan
kegiatan kesehatan kerja, karena faktor utama yang mempengaruhi perkembangan
suatu program yaitu SDM yang tersedia;
Perlunya melakukan advokasi terhadap pimpinan Puskesmas melalui Dinas
Kesehatan yang belum paham mengenai masalah kesehatan kerja secara detail;
Perlunya mengoptimalkan fungsi bimbingan teknis bidang Kesehatan Kerja kepada
Puskesmas berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan UPTD;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 49
Perlunya mengupayakan integrasi pencacatan dan pelaporan kesehatan kerja di
dalam sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas;
Perlunya mensinergikan kegiatan kesehatan kerja pada kegiatan utama seperti gizi,
kesehatan ibu dan kesehatan anak seperti gizi pada pekerja, kesehatan pada ibu
pekerja.
2.2.4.6 Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Olahraga
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan Olahraga pada tahun 2018
ditargetkan 76 persen dan terealisasi 60,70 persen atau sebesar 79,87 persen. Jika
dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil capaian belum
mencapai dari target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan
Kesehatan Olahraga mengalami fluaktif dari 82 persen tahun 2014 naik menjadi 100
persen pada tahun 2015, kemudian turun pada tahun 2016 sebesar 90,90 persen dan turun
lagi pada tahun 2017 sebesar 47,50 persen dan naik pada tahun 2018 sebesar 60,70
persen seperti terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.33 Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan Olahraga
di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan Kesehatan
Olahraga yang ada di Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 60,70% berarti meningkat
dari tahun sebelumnya sebesar 47,5%. Untuk persentase tertinggi ialah kabupaten Pali,
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 50
Muratara, Kota Prabumulih dan Palembang, dengan capaian 100% dan cakupan terendah
ialah kabupaten Musi rawas dengan persentase 21,05%. Rendahnya pencapaian puskesmas
yang menyelenggarakan kesehatan olahraga dikarenakan :
1. Kurangnya pemahaman tenaga kesehatan tentang pentingnya program Kesehatan
Olahraga;
2. Pengelola Kesehatan Olahraga pada umumnya tenaga baru yang belum memiliki
pengetahuan terkait Kesehatan Olahraga;
3. Minimnya alokasi anggaran bahkan tidak adanya dukungan terhadap Kesehatan
Olahraga di puskesmas yang bersumber dari APBD;
4. Banyaknya Puskesmas yang belum memahami peruntukan dana-dana yang
tersedia di Puskesmas dapat digunakan untuk mendukung kegiatan kesehatan
olahraga seperti dana BOK
5. Bimbingan teknis dan sistem pelaporan yang belum berjalan secara terpadu dan
tersistem;
6. Belum adanya penghargaan bagi petugas kesehatan olahraga di Puskesmas;
7. Olahraga belum merupakan gaya hidup di masyarakat.
2.2.5. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2.2.5.1 Persentase Desa Siaga Aktif Purnama dan Mandiri
Persentase Desa Siaga Aktif Purnama dan Mandiri pada tahun 2018 ditargetkan 35
persen dan terealisasi 36,38 persen atau sebesar 103,94 persen. Jika dibandingkan dengan
target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian sudah melebihi dari target yang
diinginkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, persentase Desa Siaga Aktif Purnama dan
Mandiri sesuai kebutuhan mengalami flutuaktif dari 28,64 persen tahun 2014 turun
menjadi 25,06 persen di tahun 2015 naik menjadi 30,10 persen pada tahun 2016 naik lagi
33,61 persen pada tahun 2017 dan naik lagi menjadi 36,38 persen pada tahun 2018 seperti
terlihat pada grafik berikut ;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 51
Grafik 2.34 Persentase Desa Siaga Aktif Purnama dan Mandiri di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima )
Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Persentase Desa Siaga Aktif Purnama dan Mandiri yang ada di
Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 36,38%,berarti meningkat dari tahun sebelumnya
sebesar 33,61%.
Meningkatnya capaian Persentase Desa Siaga Aktif Purnama & mandiri adalah ;
Adanya komitmen yang besar dari Pemerintah baik Pusat, Provinsi maupun
Kabupaten /Kota dalam pelayanan masyarakat;
Forum masyarakat desa/ kelurahan sudah berjalan secara teratur;
Mobilisasi kader kesehatan sangat tinggi;
Keberadaan UKBM yang dapat
dilaksanakan ;
Surveilans berbasis masyarakat
Penanggulangan bencana dan kedaruratan
kesehatan
Penyehatan Lingkungan
Tercapainya (terakomodasikannya)
pendanaan untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan serta
dari masyarakat dan dunia usaha;
Adanya Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 52
Adanya kewenangan yang luas dari Pemerintah Desa/ Kelurahan untuk mengatur
dan mengembangkan pelayanan dasar yang ada di wilayah masing - masing ;
Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif;
Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka atau
memberikan pelayanan setiap hari;
Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
2.2.5.2 Persentase Rumah Tangga Ber – PHBS
Persentase Rumah Tangga Ber - PHBS pada tahun 2018 ditargetkan 60 persen dan
terealisasi 64 persen atau sebesar 106,67 persen. Jika dibandingkan dengan target yang
ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil capaian sudah melebihi dari target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, persentase Rumah Tangga Ber - PHBS
mengalami fluaktif dari 64,3 persen tahun 2014 naik menjadi 67,6 persen pada tahun
2015 tapi turun pada tahun 2016 sebesar 67,5 persen kemudian turun lagi pada tahun 2017
sebesar 64,92 dan turun lagi pada tahun 2018 sebesar 64 persen seperti terlihat pada grafik
berikut ;
Grafik 2.35 Persentase Rumah Tangga Ber - PHBS di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima)
Tahun 2014 s/d 2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 53
Dilihat dari grafik diatas Persentase Rumah
Tangga Ber - PHBS yang ada di Sumatera Selatan
Tahun 2018 sebesar 64%,berarti menurun dari
tahun sebelumnya sebesar 64,9%. Persentase
Rumah Tangga Ber-PHBS pencapaiannya tertinggi
pada Kabupaten Banyuasin sebesar 74,6% dan
yang terendah pada Kabupaten Mura sebesar
31,3%.
Penyebab peningkatan persentase rumah tangga ber- PHBS antara lain:
a. Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan khususnya PHBS;
b. Peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya lingkungan sehat dan perilaku
sehat sehingga meningkatkan derajat kesehatan;
c. Peningkatan penyuluhan dan pemantauan pola PHBS;
d. Masyarakat memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan & mampu
mengembangkan kesehatan yang bersumber dari masyarakat;
e. Peningkatan penghasilan / pendapatan yang layak.
2.2.5.3 Persentase Posyandu Aktif
Persentase Posyandu Aktif pada tahun 2018 ditargetkan 60 persen dan terealisasi
61,01 persen atau sebesar 101,68 persen. Jika dibandingkan dengan target yang
ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil capaian sudah melebihi dari target yang
diinginkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, persentase Posyandu Aktif mengalami fluaktif
dari 59,69 persen tahun 2014 naik menjadi 62,35 persen pada tahun 2015, kemudian naik
lagi pada tahun 2016 sebesar 66,91 dan naik lagi pada tahun 2017 sebesar 67,07 dan turun
pada tahun 2018 sebesar 61,01 persen seperti terlihat pada grafik berikut ;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 54
Grafik 2.36 Persentase Posyandu Aktif di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Persentase Posyandu Aktif yang ada di Sumatera Selatan
Tahun 2018 sebesar 60,01%,berarti melebihi dari target Nasional sebesar 56,57% (Kesmas,
Kemkes RI, 2017) yang tertinggi Kota Pagar Alam sebesar 98,46% dan yang terendah
pencapaiannya pada Kabupaten Pali sebesar 19,67%.
Walaupun posyandu sudah melebihi dari target yang diinginkan tapi pengembangan
posyandu belum optimal, hal ini dikarenakan :
a. Posyandu adalah UKBM yang melibatkan banyak Lintas Sektor, dan saat ini
masih banyak anggapan bahwa posyandu merupakan milik Dinas Kesehatan,
sehingga keterlibatan Lintas Sektor masih minim begitu pula pemerintah
Desa/Kelurahan maupun kecamatan.
b. Forum Kelompok Kerja Operasional Pos Pelayanan Terpadu banyak yang belum
terbentuk baik ditingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan,
sehingga koordinasi tidak berjalan, begitu pula dengan pembinaan ketingkat
kabupaten, kecamatan dan desa/kelurahan menjadi terkendala.
c. Kegiatan Posyandu terfokus pada penimbangan bayi dan balita yaitu pada
pengisian KMS, sedangkan kegiatan-kegiatan lain tidak terlalu diperhatikan;
d. Sebagian Posyandu di suatu wilayah kerja Puskesmas tidak menerapkan sistem 5
meja dengan baik meski jumlah kader ada 5 orang hal ini dikarenakan tidak ada
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 55
pembagian tugas antar kader dan terkadang kader yang datang dalam kegiatan
posyandu sedikit;
e. Kurangnya motivasi ibu balita (masyarakat) untuk dapat ke posyandu karena
keterbatasan waktu/ pekerjaan;
f. Sarana dan prasarana sebagian Posyandu yang minim hanya ada timbangan bayi
dan dewasa;
g. Kurangnya peningkatan revitalisasi posyandu disetiap wilayah dalam hal ini
Puskesmas
2.2.6. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
2.2.6.1. Persentase Rumah Sakit Terakreditasi
Persentase Rumah Sakit Terakreditasi pada tahun 2018 sebesar 64 persen. Jika
dibandingkan dengan target casecading/ pohon kinerja tahun 2018 sebesar 65 persen maka
persentase capaian tahun 2018 adalah sebesar 98,46 persen, dengan kata lain indikator
kinerja persentase Rumah Sakit Terakreditasi belum mencapai dari target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, persentase Rumah Sakit Terakreditasi
mengalami peningkatan dari 4 persen tahun 2015 naik menjadi 20 persen di tahun 2016
naik lagi menjadi 48 persen pada tahun 2017 dan naik lagi menjadi 64 persen pada tahun
2018 seperti terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.37 Persentase Rumah Sakit Terakreditasi di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2015 s/d 2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 56
Dilihat dari grafik diatas Persentase Rumah Sakit Terakreditasi yang ada di Sumatera
Selatan Tahun 2018 sebesar 64% berarti melebihi dari target Nasional sebesar 53,47%
(Ditjen Pelkes, 2017). Walaupun sudah melebihi dari target nasional tapi belum mencapai
target yang ditetapkan. RSUD yang terakreditasi 16 RS (64%) sedangkan yang belum
terakreditasi 36% (9 RS). Kendala yang terjadi di karenakan
� Belum cukup SDM, Sarana, prasarana dan Alat Kesehatan yang masih kurang,
serta belum adanya Dana.
Upaya yang harus dilakukan :
o Rumah Sakit yang belum Akreditasi dapat membuat komitmen untuk di
akreditasi, sehingga di harapkan semua Rumah Sakit dapat terakreditasi dan
memberikan pelayanan BPJS. Melakukan Pembinaan Akreditasi RS versi SNARS
Edisi I.
2.2.6.2 Persentase Puskesmas yang Terakreditasi
Persentase Puskesmas Terakreditasi pada tahun 2018 sebesar 90,13 persen. Jika
dibandingkan dengan target casecading / pohon kinerja tahun 2018 sebesar 70 persen maka
persentase capaian tahun 2018 adalah sebesar 141,61 persen, dengan kata lain indikator
kinerja persentase Puskesmas Terakreditasi sudah melebihi dari target yang ditetapkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, persentase Puskesmas Terakreditasi
mengalami peningkatan dari 7,6 persen tahun 2014 naik menjadi 20,54 persen di tahun
2015 naik lagi menjadi 28,7 persen pada tahun 2016 dan naik lagi menjadi 64,65 persen
pada tahun 2017 dan naik lagi menjadi 99,13 persen pada tahun 2018 seperti terlihat pada
grafik berikut ;
Grafik 2.38 Persentase Puskesmas Terakreditasi di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 57
Dilihat dari grafik diatas Persentase Puskesmas Terakreditasi yang ada di Sumatera
Selatan Tahun 2018 sebesar 99,13% berarti melebihi dari target Nasional sebesar 42,98%
(Ditjen Pelkes, 2017).
Hal ini berarti pada tahun 2018 indikator ini sudah melebihi dari target yang
ditetapkan sebesar 70%. Keberhasilan indikator ini adalah :
1. Tersedianya dana DAK Non Fisik dan Fisik untuk Akreditasi Puskesmas di
Kabupaten / Kota;
2. Dukungan Kadinkes Kabupaten / Kota;
3. Dukungan sumber daya puskesmas yang
akan diakreditasi;
4. Melakukan pelatihan akreditasi
puskesmas di Kabupaten / Kota;
5. Pembinaan akreditasi pada Dinas
Kesehatan di Kabupaten /Kota.
Upaya yang dilakukan :
� Memotivasi secara moral dan nyata terhadap puskesmas yang disiapkan untuk
akreditasi agar mau dilakukan survey.Motivator tersebut antara lain adalah tim
pendamping Kabupaten/ Kota, dinas kesehatan Kab/Kota maupun dinas kesehatan
provinsi
� Perlu dilakukan advokasi ke Bupati, Ketua DPRD Kab/Kota, Kepala Badan
Perencanaan Daerah Kab/Kota, Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah Kab/Kota mengenai pentingnya Akreditasi Puskesmas
� Mempercepat proses penyusunan dokumen dan implementasinya dengan
melibatkan penanggung jawab program terkait di Dinas Kesehatan Kab/Kota dan
Dinas Kesehatan Provinsi.
2.2.6.3 Persentase Produk dan Sarana Produksi Distribusi Alkes dan PKRT yang
memenuhi Syarat
Persentase Produk dan Sarana Produksi Distribusi Alkes dan PKRT yang memenuhi
Syarat pada tahun 2018 ditargetkan 47 persen dan terealisasi 16,95 persen atau sebesar
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 58
36,06 persen. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil
capaian ini belum mencapai dari target yang ditetapkan.
Jika dilihat dalam dua tahun terakhir, Persentase Produk dan Sarana Produksi
Distribusi Alkes dan PKRT yang memenuhi Syarat di Provinsi Sumatera Selatan mengalami
peningkatan dari 6,25 persen tahun 2017 dan naik menjadi 16,95 persen pada tahun
2018, seperti terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.39 Persentase Produk dan Sarana Produksi Distribusi Alkes dan PKRT yang Memenuhi Syarat di Provinsi Sumatera Selatan Selama 2 (dua)
Tahun 2017 s/d 2018
Persentase Produk dan Sarana Produksi Distribusi Alkes dan PKRT yang Memenuhi
syarat di Sumatera Selatan Tahun 2018 pencapaiannya sebesar 16,95%, berarti
pencapaiannya belum mencapai target yang diinginkan. Rendahnya pencapaian tersebut
dikarenakan :
� Terdapat sarana penyalur alat kesehatan yang tidak memiliki ketersediaan barang
alat kesehatan sesuai jenis alkes yang disalurkan dalam gudang yang telah
disediakan;
� Masih banyak perusahaan penyalur alkes yang belum melakukan pelaporan yang
berbasis on-line karena belum pernah mengikuti pelatihan dan pembekalan
langsung ke Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan;
� Terdapat banyak Sarana penyalur Alat Kesehatan dan PKRT belum memiliki
SOP dalam melakukan pekerjaannya;
� Terdapat beberapa sarana penyalur Alat Kesehatan melakukan penyimpanan alat
kesehatan dengan cara penumpukan dus melebihi standar yang telah ditentukan
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 59
sehingga dapat mempengaruhi kualitas alat kesehatan khususnya pada posisi
paling bawah.
Upaya yang harus dilakukan antara lain :
Menyarankan kepada pemilik sarana dalam peningkatan pengetahuan dan
pemahanan bagi Penanggung Jawab Teknis tentang peraturan perundang-
undangan terkait dengan Produksi, Izin Edar dan Penyaluran alat kesehatan &
PKRT dalam rangka peningkatan mutu, keamanan dan manfaat alat kesehatan
yang di produksi maupun yang didistribusikan;
Melakukan pembinaan pengawasan dan pengendalian pada sarana Produksi dan
Distribusi Alat Kesehatan dan PKRT secara berkala sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang terkait.
2.2.7. Pelayanan Kesehatan
2.2.7.1. Persentase Persalinan di Fasilitas Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan yang
Kompeten
Persentase pertolongan persalinan di Fasilitas Kesehatan oleh tenaga kesehatan yang
kompeten pada tahun 2018 ditargetkan 87 persen dan terealisasi 88,4 persen atau sebesar
101,61 persen. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil
capaian ini sudah melebihi dari target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, persentase pertolongan persalinan di
Fasilitas Kesehatan oleh tenaga kesehatan yang kompeten mengalami peningkatan dari 80
persen tahun 2015 naik menjadi 83 persen pada tahun 2016 naik lagi menjadi 88 persen
pada tahun 2017 dan naik lagi menjadi 88,4 persen pada tahun 2018 seperti terlihat pada
grafik berikut :
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 60
Grafik 2.40 Persentase Pertolongan Persalinan di Fasilitas Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan yang Kompeten di Provinsi Sumatera Selatan
Selama 4 (empat ) Tahun 2015 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Persentase Persalinan di Fasilitas Kesehatan oleh Tenaga
Kesehatan yang ada di Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 88,4%,berarti sudah
melebihi dari target Nasional sebesar 79,3% (Riskesdas 2018) yang tertinggi di kota
prabumulih (100%) dan kota palembang (98,8%) dan yang terendah Kab. Muratara (56,2%)
Upaya yang dilakukan untuk peningkatan persentase pertolongan persalinan di
Fasilitas Kesehatan oleh tenaga kesehatan yang kompeten adalah :
1. Menyediakan akses & pelayanan kegawatdaruratan kebidanan & bayi baru lahir
dasar di tingkat Puskesmas (PONED), serta pelayanan kegawatdaruratan obstetric
& neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK);
2. Penyediaan anggaran terkait dengan Jampersal & Jamkesmas yang telah
bertransformasi ke dalam Sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
3. Meningkatnya cakupan ANC (ante natal care) sehingga ibu hamil bersalin ke
tenaga kesehatan;
4. Menetapkan kebijakan tentang seluruh persalinan harus ditolong oleh tenaga
kesehatan & diupayakan di fasilitas kesehatan;
5. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melakukan persalinan dengan bantuan
tenaga kesehatan atau di fasilitas kesehatan, penggunaan stiker P4K (Program
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 61
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) yang sudah berjalan dengan
baik;
6. Promosi oleh tenaga kesehatan dan kader PKK tentang persalinan di Fasilitas
Kesehatan;
7. Peningkatan penempatan tenaga kesehatan, sampai dengan tingkat desa, yaitu
dengan penempatan bidan di desa yang benar-benar tinggal didesa, pembangunan
Poskesdes dan pelaksanaan program Desa Siaga yang meningkatkan akses
masyarakat termasuk ibu hamil terhadap pelayanan kesehatan dan berbagai
program lainnya.
2.2.7.2. Persentase Desa yang Mencapai UCI
Persentase Desa Universal Child Imunisation pada tahun 2018 ditargetkan 90 persen
dan terealisasi 94,1 persen atau sebesar 104,44 persen. Jika dibandingkan dengan target
yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian indikator ini sudah melebihi dari target
yang ditetapkan.
Jika dilihat dalam lima tahun terakhir, Persentase Desa Universal Child Imunisation
mengalami fluaktif dari 93,5 persen persen tahun 2014 naik menjadi 95 persen pada
tahun 2015 kemudian turun menjadi 91 persen pada tahun 2016 kemudian naik menjadi 92,6
persen dan naik lagi menjadi 94,1 persen pada tahun 2018, seperti terlihat pada grafik
berikut ;
Grafik 2.41 Persentase Desa Universal Child Imunisation di Provinsi Sumatera Selatan 5 (lima) Tahun 2014 s/d 2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 62
Dilihat dari grafik diatas persentase Desa Universal Child Imunisation di Provinsi
Sumatera Selatan tahun 2018 sebesar 94,1% meningkat dari tahun 2017 sebesar 92,6%.
Dalam 3 tahun terakhir cakupan UCI Desa di Provinsi Sumatera Selatan mengalami
peningkatan dan masih diatas target nasional. Jika dilihat dari kabupaten/kota masih ada
kabupaten yang 3 tahun berturut-turut cakupan UCI desa dibawah target yaitu kabupaten
Empat Lawang pada tahun 2016 (53,2%), tahun 2017 (78,8%), dan tahun 2018 (78,8%) serta
di tahun 2018 kabupaten Muara Enim hanya mencapai 67,2 %. Hal ini perlu mendapat
perhatian lebih lanjut, apalagi sebagian petugas imunisasi kabupaten/kota dan puskesmas
baru dimutasi dan belum dilatih mengenai program imunisasi, baik teknis program maupun
cold chain. Selain itu juga sarana dan prasarana sebagian sudah disediakan dari provinsi.
Upaya yang dilakukan untuk Meningkatkan Persentase Desa yang mencapai UCI
adalah :
1. Strategi : pemerataan UCI memanfaatkan PWS, Area Spesific Implementation,
pendekatan resiko, meningkatkan mutu pelayanan, efisiensi dg vaksin kombinasi,
dan meningkatkan kemitraan;
2. Peningkatan kapasitas SDM pengelola program imunisasi;
3. Manajemen yg baik pengelolaan program imunisasi terutama di tingkat
Puskesmas;
4. Tercapainya Imunisasi dasar secara lengkap;
5. Adanya koordinasi lintas sector dan program;
6. Tersedianya fasilitas & infrastruktur yang adekuat;
7. Kesadaran & pengetahuan masyarakat dalam memberikan Imunisasi Lengkap di
tempat fasilitas kesehatan;
8. Pemberdayaan masyarakat melalui TOGA, TOMA, aparat desa & kader;
9. Petugas Puskesmas melakukan sweeping dan penyuluhan.
2.2.7.3. Imunisasi Dasar Lengkap
Imunisasi Dasar Lengkap pada tahun 2018 ditargetkan 95 persen dan terealisasi
99.3 persen atau sebesar 104,53 persen. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan
pada tahun 2018, maka hasil capaian indikator ini sudah melebihi dari target yang ditetapkan.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 63
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, Imunisasi Dasar Lengkap mengalami
peningkatan dari 95 persen persen tahun 2015 naik menjadi 98,8 persen pada
tahun 2016 kemudian naik lagi menjadi 99 persen pada tahun 2017 dan naik lagi
menjadi 99,3 persen pada tahun 2018, seperti terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.42 Imunisasi Dasar Lengkap di Provinsi Sumatera Selatan 4 (empat) Tahun 2015 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Imunisasi Dasar Lengkap di Sumatera Selatan Tahun 2018 sebesar 99,3%,berarti melebihi dari target Nasional sebesar 90,8% (P2P, Kemkes RI, 2017).
Grafik 2.43 Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016 - 2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 64
Jika dilihat dari cakupan imunisasi dasar lengkap provinsi Sumatera Selatan
mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2016 : 98,8%, tahun 2017 : 99% dan pada tahun
2018 cakupan IDL mencapai 99,3%, tetapi cakupan tersebut tidak merata jika dilihat per
Kabupaten/Kota, masih ada Kabupaten/Kota cakupan IDL dibawah target seperti kabupaten
Empat Lawang dimana 3 tahun terakhir tidak mencapai target yaitu pada tahun 2016 (82%),
tahun 2017 (81,3%), tahun 2018 (79,5%) dan kabupaten Muara Enim dalam 2 tahun
terakhir cakupan IDL tidak pernah mencapai target yaitu pada tahun 2017 (89,9%), tahun
2018 (88,7%), sedangkan kabupaten/kota yang lain cakupan masih berfluktuasi. Hal ini
disebabkan rotasi petugas imunisasi di puskesmas yang tinggi sehingga petugas yang baru
belum banyak memahi program imunisasi.
2.2.7.4. Persentase Posbindu Penyakit Tidak Menular (PTM) Aktif
Persentase Posbindu PTM Aktif di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018
ditargetkan 40 persen dan terealisasi 63,7 persen atau sebesar 159,25 persen. Jika
dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian sudah
melebihi dari target yang ditetapkan.
Jika dilihat dalam tiga tahun terakhir, Persentase Posbindu PTM Aktif di Provinsi
Sumatera Selatan mengalami peningkatan dari 22,23 persen tahun 2016 naik menjadi
42,47 persen pada tahun 2017 dan naik lagi menjadi 63,7 persen pada tahun 2018, seperti
terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.44 Persentase Posbindu PTM Aktif di Provinsi Sumatera Selatan Selama 3 (tiga) Tahun 2016 s/d 2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 65
Dilihat dari grafik diatas persentase Posbindu Aktif dalam kurun waktu 3 tahun semakin meningkat berarti sudah sebagaian Kab/Kota mempunyai Posbindu PTM Aktif.
Pencapaiannya yang tertinggi Kota Pagar Alam sebesar 182,86%, Kota Prabumulih sebesar 135,14%, Kota Lubuk Linggau sebesar 106,94% dan yang terendah Kabupaten Empat Lawang sebesar 10,26% dan Kabupaten OKU Selatan sebesar 26,98%. Walaupun posbindu aktif sudah melebihi dari target yang diinginkan tapi masih ada masalah dalam posbindu aktif, antara lain ;
� Ketersediaan alat Posbindu KIT masih terbatas � Kader Posbindu PTM desa masih banyak yang belum terlatih � Sosialisasi Posbindu PTM pada pemerintahan desa /kelurahan masih belum
optimal Upaya yang dilakukan untuk peningkatan persentase desa yang melaksanakan
Posbindu Penyakit Tidak Menular yaitu ; � Peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM � Memberikan penyuluhan dan upaya agar tidak sampai menjadi masyarakat yang
beresiko terkena penyakit PTM � Mengontrol dan menjaga kesehatan secara optimal baik dengan upaya preventif
seperti penyuluhan dan kuratif melalui sistem rujukan Posbindu PTM ke Puskesmas
� Mengembangkan dan memperkuat kegiatan deteksi dini (skrining) faktor risiko penyakit tidak menular
� Melakukan advokasi dan sosialisasi program pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
� Meningkatkan monitoring pelaksanaan kegiatan program pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular
� Mengembangkan dan memperkuat sistem pembiayaan program pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular.
2.2.7.5. Persentase Puskesmas Pandu Penyakit Tidak Menular (PTM)
Persentase Puskesmas Pandu PTM di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 ditargetkan 40 persen dan terealisasi 92,7 persen atau sebesar 231,75 persen. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil capaian sudah melebihi dari target yang ditetapkan.
Jika dilihat dalam tiga tahun terakhir, Persentase Puskesmas Pandu PTM di Provinsi Sumatera Selatan mengalami fluaktif dari 26,77 persen tahun 2016 naik menjadi 93 persen pada tahun 2017 dan turun menjadi 92,7 persen pada tahun 2018, seperti terlihat pada grafik berikut ;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 66
Grafik 2.45 Persentase Puskesmas Pandu PTM di Provinsi Sumatera Selatan Selama 3 (tiga) Tahun 2016 s/d 2018
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pengendalian Terpadu PTM di Sumatera
Selatan Tahun 2018 pencapaiannya sebesar 92,7%, berarti pencapaiannya sudah melebihi
dari target yang diinginkan 40%. Hampir semua Kabupaten yang melaksanakan Pengendalian
Terpadu PTM dan hanya 4 Kabupaten yang belum melaksanakan Pengendalian Terpadu
PTM yaitu ;
1. Muara Enim
2. OKUS
3. Ogan Ilir
4. Palembang
Walaupun pencapaiannya sudah melebihi dari target tapi masalah masih ada pada
Pandu PTM antara lain;
Pada indikator pandu PTM belum semua Puskesmas memiliki Poli PTM
Kerjasama lintas program dalam tatalaksan PTM belum berjalan dengan baik
2.2.7.6 Pemeriksaan HIV pada Populasi usia diatas 15 tahun
Pemeriksaan HIV pada Populasi Usia Diatas 15 Tahun di Provinsi Sumatera Selatan
pada tahun 2018 ditargetkan 40.000 orang dan terealisasi 47.103 orang atau sebesar 117,76
persen. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018, maka hasil
capaian sudah melebihi dari target yang ditetapkan.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 67
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, Pemeriksaan HIV pada Populasi Usia Diatas
15 Tahun di Provinsi Sumatera Selatan mengalami fluaktif dari 18.253 orang tahun 2015
turun menjadi 12.289 orang pada tahun 2016 kemudian naik menjadi 36.500 orang pada
tahun 2017 dan naik lagi menjadi 47.103 orang pada tahun 2018, seperti terlihat pada grafik
berikut ;
Grafik 2.46 Pemeriksaan HIV pada Populasi Usia Diatas 15 Tahun di Provinsi Sumatera Selatan
Selama 4 (empat) Tahun 2015 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Pemeriksaan HIV pada Populasi Usia Diatas 15 Tahun di
Provinsi Sumatera Selatan dalam kurun waktu 4 tahun terakhir semakin banyak berarti
banyak masyarakat yang memeriksa HIV diatas usia 15 tahun.
Analisa Situasi Epidemi HIV-AIDS dan Infeksi Menular Seksual di Sumatera Selatan
dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2018, sebagai berikut :
1). Data Januari sampai dengan Desember 2018
a. Infeksi HIV : 435 kasus
b. Penderita AIDS : 246 Penderita
2). Data Kumulatif dari 1995 sampai dengan Desember 2018 :
a. Pengidap HIV : 1.565 Pengidap
b. Penderita AIDS : 1.681 Penderita
Pemeriksaan HIV pada populasi usia diatas 15 tahun sampai Desember 2018
pencapaiannya 47.103 orang, berarti pencapaiannya sudah melebihi dari target 40.000 orang.
Walaupun pencapaian sudah melebihi dari target tapi masih banyak masalah, antara lain;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 68
• Persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memilki pengetahuan komprehensif
tentang HIV-AIDS untuk mendapatkan data tersebut perlu dilakukan survei dengan
menyebarkan kuesioner kepada kelompok usia 15-24 tahun dengan sampel 250
sampel, sebaiknya kegiatan ini dapat di dukung oleh APBD Provinsi Sumatera
Selatan, dengan tempat sasaran 17 Kabupaten/Kota;
• Masih terbatasnya fasyankes yang mampu melakukan layanan HIV;
• Masih minimnya APBD II di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk program HIV-
AIDS dan IMS, terutama untuk sharing reagen rapid tes HIV,reagen IMS dan obat-
obatan IMS sebagai penunjang operasional layanan KTS dan IMS. Dan juga
tingginya turn over Pengelola Program HIV-AIDS Kabupaten/Kota.
Upaya yang harus dilakukan antara lain ;
• On The job Training petugas puskesmas mengenai pemeriksaan HIV sehingga
diharapkan semua petugas laboratorium puskesmas bisa melakukan pemeriksaan
HIV minimal penggunaan rapid I;
• Pengadaan dan pendistribusian logistik program HIV/AIDS dan IMS:
• Mencegah penularan HIV ke anak-anak, Provinsi dan Kab/Kota perlu
melaksanakan tes HIV dan konseling HIV yang diprakarsai oleh penyedia
kesehatan.
2.2.7.7 Persentase Masyarakat yang Terlayani oleh PSC Kab/Kota
Persentase Masyarakat yang Terlayani oleh PSC Kab/Kota pada Tahun 2018 sebesar 15
persen. Jika dibandingkan dengan Casecading/pohon kinerja tahun 2018 sebesar 30
persen maka capaian tahun 2018 adalah sebesar 50 persen, dengan kata lain indikator
kinerja ini belum mencapai dari target yang ditetapkan.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 69
Grafik 2.47 Persentase Masyarakat yang terlayani oleh PSC Kab/Kota
45
30
15
yang harus
dicapai
target
pacaian 2017
capaian 2018
Dari diagram diatas persentase masyarakat yang terlayani oleh PSC di Sumatera
Selatan Tahun 2018 pencapaiannya sebesar 15%, berarti pencapaiannya belum mencapai
target yang diinginkan 30%. Rendahnya pencapaian masyarakat yang terlayani oleh PSC
dikarenakan :
• Belum banyak masyarakat yang mengetahui layanan PSC 119;
• Keterbatasan sarana seperti ambulance PSC dan tenaga kesehatan yang
mempengaruhi efektifitas pelyanan yang diberikan;
• Belum adanya call center baik terintegrasi dengan call center 119 pusat maupun
no telepon khusus di kab/kota masing masing.
Upaya yang dilakukan agar masyarakat terlayani oleh PSC adalah :
� Memotivasi PSC Kab/Kota agar aktif mensosialisasikan keberadaan pelayanan
PSC 119;
� Secara bertahap disarankan untuk melengkapi sarana dan prasarana seperti
gedung ataupun ambulance, baik ambulance roda 4, ambulance roda 2 maupun
ambulance kapal untuk wilayah perairan;
� Melengkapi SDM sesuai kebutuhan;
� Mengupayakan Call center 119 baik yang terintegrasi dengan pusat atau paling
tidak no telepon khusus wilayahnya;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 70
� Seperti ambulance PSC dan tenaga kesehatan yang ada juga mempengaruhi
efektifitas pelayanan yang diberikan. Serta belum adanya Call center baik
yang terintegrasi dengan call center Pusat maupun No. Telepon Khusus di
Kab/Kota masing masing.
2.2.7.8 Indeks Keluarga Sehat
Indeks Keluarga Sehat pada tahun 2018 sebesar 0,18 persen. Jika dibandingkan
dengan target casecading / pohon kinerja Tahun 2018 sebesar 0,22 persen maka persentase
capaian tahun 2018 adalah sebesar 81,82 persen, dengan kata lain indikator kinerja Indeks
Keluarga Sehat belum mencapai target yang diinginkan.
Jika dilihat dalam dua tahun terakhir, Indeks Keluarga Sehat mengalami penurunan
dari 0,18 persen tahun 2018 turun dari tahun 2017 sebesar 0,2 seperti terlihat pada grafik
berikut ;
Grafik 2.48 Indeks Keluarga Sehat di Provinsi Sumatera Selatan Selama 2 (dua)
Tahun 2017 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Indeks Keluarga Sehat di Provinsi Sumatera Selatan Tahun
2018 sebesar 0,18 berarti melebihi dari target Nasional sebesar 0,16 (Data PISPK, 2017), tapi
walaupun sudah melebihi dari target nasional, IKS Sumatera Selatan belum dikatakan Sehat
karena IKS dikatakan sehat rangenya 0,6 – 0,8.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 71
Rendahnya pencapaian Indeks Keluarga Sehat dengan pendekatan keluarga , antara
lain :
a. Wilayah kerja PKM yang belum registrasi ulang menghambat pengisian data di
aplikasi;
b. SK PIS-PK yang ditandatangani Kepala Daerah (Gubernur, Bupati/Walikota)
belum ada;
c. Mutasi Fasilitator Kab/Kota ;
d. Kurangnya komitmen Kapus
dalam Pelaksanaan PISPK;
e. Belum memprioritaskan PIS-PK
(Menjalankan proses akreditasi
PKM, dan kegiatan pelayanan
lainnya);
f. Kurangnya pemahaman nakes tentang aplikasi KS, analisa data PISPK;
g. Laporan yang disampaikan Kab/Kota tidak tepat waktu;
h. Beberapa Kab/Kota tidak ada pendanaan khusus PISPK (Pendanaan Prokesga,
Pencetakan PIN Kesga dan Operasional Lapangan), Kurangnya pemahaman
pemanfaatan dana BOK, kapitasi dll;
i. Belum dilakukan monev terpadu berjenjang dalam tahap-tahap pelaksanaan
PISPK;
j. Warga yang tidak berada di rumah pada jam kerja Puskesmas, sehingga harus
dikunjungi di luar jam kerja (sore/malam hri, hari libur);
k. Warga tidak menerima dikunjungi nakes Puskesmas;
l. Beberapa daerah tidak stabil jaringan internetnya.
Upaya yang dilakukan dalam Indeks Keluarga Sehat dalam pendekatan keluarga,
antara lain :
1. Memberikan feedback rutin (WA grup, email);
2. Melakukan bimtek berkala melalui koordinasi dan integrasi program
yankesprimertrad (registrasi PKM, PKB, dll);
3. Mengupayakan advokasi kepala daerah untuk pembuatan SK PISPK;
4. Mengupayakan monev terpadu lintas program.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 72
2.2.8. Sumber Daya Kesehatan
2.2.8.1. Persentase Fasyankes yang Memiliki SDMK sesuai Standar
Persentase Fasyankes yang Memiliki Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)
sesuai Standar pada tahun 2018 ditargetkan 60 persen dan terealisasi 21,76 persen atau
sebesar 36,27 persen. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018 ,
maka hasil capaian ini belum mencapai dari target yang ditetapkan.
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, Persentase Fasyankes yang Memiliki Sumber
Daya Manusia Kesehatan (SDMK) sesuai Standar di Provinsi Sumatera Selatan mengalami
fluaktif dari 57 persen tahun 2015 naik menjadi 81,74 persen pada tahun 2016
kemudian turun menjadi 67,87 persen pada tahun 2017 dan turun lagi menjadi 21,76
persen pada tahun 2018, seperti terlihat pada grafik berikut ;
Grafik 2.49 Persentase Fasyankes yang Memiliki Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDK) sesuai Standar di Provinsi Sumatera Selatan
Selama 4 (empat) Tahun 2015 s/d 2018
Dilihat dari grafik diatas Persentase Fasyankes yang Memiliki Sumber Daya
KesehatanManusia (SDMK) sesuai Standar pada tahun 2018 sebesar 21,76% menurun dari
tahun 2017 sebesar 67,87%. Rendahnya Fasyankes yang Memiliki SDMK sesuai Standar
tahun 2018 dikarenakan :
� Secara Keseluruhan Puskesmas yang memenuhi keseluruhan Tenaga Kesehatan
(9 Nakes )pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 yang menjadi standar
Puskesmas masih sangat rendah berjumlah 48 Puskesmas (14,08%). Ketika
Puskesmas tidak memiliki Satu saja dari sembilan Tenaga Kesehatan yang ada
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 73
pada Permenkes tersebut maka Puskesmas blm memenuhi standar. Sementara
ada beberapa Puskesmas yang memiliki tenaga yang berlebih dari standar. Hal
ini menunjukkan adanya Pendistribusian Tenaga Kesehatan yang tidak merata
pada fasilitas pelayanan Kesehatan di Puskesmas;
� Rumah sakit yang sesuai dengan standar mengacu pada Permenkes Nomor 56
tahun 2014 tentang klasifikasi Rumah Sakit. Menurut Indikator Kinerja, Rumah
Sakit Kelas C yang memenuhi Standar Permenkes 56 tahun 2014 di Provinsi
sumatera Selatan ada 2 (25%).
2.2.8.2 Persentase SDM Kesehatan yang Memiliki STR (Surat Tanda Registrasi)
Persentase Persentase SDM Kesehatan yang Memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) pada tahun 2018 ditargetkan 50 persen dan terealisasi 73,21 persen atau sebesar 146,42 persen. Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada tahun 2018 , maka hasil capaian ini sudah melebihi dari target yang ditetapkan.
Jika dilihat dalam empat tahun terakhir, Persentase SDM Kesehatan yang Memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) di Provinsi Sumatera Selatan mengalami fluaktif dari 93,28 persen tahun 2014 turun menjadi 55,68 persen pada tahun 2015 kemudian naik menjadi 86,06 persen pada tahun 2016 kemudian turun lagi menjadi 77,23 persen dan turun lagi menjadi 73,21 persen pada tahun 2018, seperti terlihat pada grafik berikut
Grafik 2.50 Persentase SDM Kesehatan yang Memiliki STR (Surat Tanda Registrasi) di Provinsi Sumatera Selatan Selama 5 (lima)
Tahun 2014 s/d 2018
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 74
Dilihat dari grafik diatas Persentase Persentase SDM Kesehatan yang Memiliki STR
(Surat Tanda Registrasi) pada tahun 2018 sebesar 73,21% menurun dari tahun 2017 sebesar
77,23%. Peningkatan capaian tersebut adalah Jumlah tenaga kesehatan yang STR lebih
banyak dari usulan STR karena ;
Pengusulan STR banyak yang tidak melalui MTKP sehingga data usulan tidak ada
di MTKP;
Semua STR yang sudah selesai dikirim melalui MTKP;
Banyak STR yang dicetak 2x (double cetak).
2.3. IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH
2.3.1. IDENTIFIKASI MASALAH
Hambatan atau masalah dalam pelaksanaan Program Pembangunan Kesehatan dari
tahun 2014 - 2018 hanya berupa hambatan yang bersifat non teknis, dan itupun relatif dapat
diatasi dengan baik, dan tidak sampai mengganggu kelancaran pelaksanaan program
kesehatan. Secara umum, pencapaian indikator program kesehatan pada tahun 2014 - 2018 ini
sudah dapat mencapai target yang ditetapkan serta terlihat adanya peningkatan pencapaian
indikator program kesehatan dari tahun ke tahun tapi walaupun banyak peningkatan indicator
masih ada kendala yaitu
a. Penyediaan Anggaran untuk kegiatan Prioritas / mempunyai daya ungkit belum
optimal & belum tepat sasaran;
b. Penempatan tenaga kesehatan yang kurang merata sehingga terjadi penumpukan
tenaga kesehatan di suatu tempat & kekurangan ditempat lain, kurangnya
pemberian reward dan punishment kepada pegawai, Kompetensi / skill tenaga
kesehatan, mobilitas / perpindahan tenaga kesehatan masih cukup tinggi dengan
tidak ada pengganti di tempat asal (apalagi yang sudah dilatih) dan tenaga teknis;
c. Belum adanya Peraturan Daerah / Peraturan Gubernur yang mengatur tentang
ASI Ekslusif dan penurunan Stunting;
d. Masih Kurangnya tempat Laktasi ibu menyusui di tempat – tempat umum dan
Lintas sector;
e. Rendahnya kepatuhan petugas dalam memberikan pelayanan sesuai standar;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 75
f. Ketersediaan data yang belum lengkap & valid membuat pemetaan surveilans
sulit dilakukan;
g. Belum banyak masyarakat yang mengetahui Layanan PSC 119, hal ini
disebabkan kurangnya sosialisasi keberadaan pelayanan PSC 119;
h. Banyak sarana penyalur alat kesehatan dan PKRT belum memiliki SOP dalam
melakukan pekerjaanya, beberapa sarana penyalur Alat Kesehatan melakukan
penyimpanan alat kesehatan dengan cara penumpukan dus melebihi standar yang
telah ditentukan sehingga dapat mempengaruhi kualitas alat kesehatan khususnya
pada posisi paling bawah;
i. Dalam pendataan Indeks Keluarga Sehat, belum menginput data karena usulan
username & Password dari Pusdatin belum ada jawaban dan tidak lengkap
anggota pada saat wawancara/ keluarga menolak di wawancara;
j. Belum adanya regulasi yang disesuaikan dengan permasalahan di tiap daerah
sehingga kebijakan yang diambil tidak sepenuhnya berefek pada tujuan yang
ingin dicapai, sebagaian besar regulasi hanya berfokus pada akibat (kuratif &
rehabilitatif) dan mengenyampingkan pentingnya mengintervensi penyebab denga
usaha promotif dan preventif.
2.3.2. PEMECAHAN MASALAH
Upaya yang dapat dilakukan sebagai berikut;
a. Perlu dilakukan analisis kegiatan berdasarkan data capaian program sehingga
mendapatkan prioritas kegiatan yang mempunyai daya ungkit ;
b. Perlu adanya pemerataan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia
kesehatan untuk menunjang penyelenggaraan pembangunan kesehatan pada suatu
tempat, memberikan reward dan punishment kepada pegawai, Pelatihan tenaga
kesehatan ( tenaga
c. Tenaga kesehatan yang dilatih minimal selama tiga tahun tidak dimutasi dan usulan
penambahan tenaga teknis;
d. Perlu adanya Peraturan Daerah/ Peraturan Gubernur untuk penurunan Stunting dan
pengaturan ASI Eklusif;
e. Diupayakan adanya tempat laktasi untuk ibu menyusui di lintas sector dan tempat –
tempat umum;
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 76
f. Ketersediaan data yang valid dan tepat waktu, maka perlu dikembangkan sistem
informasi kesehatan yang terintegrasi dan on line pada semua level fasilitas
pelayanan kesehatan baik di Puskesmas, Kabupaten sampat ke tingkat Provinsi.
Keberhasilan tersebut perlu didukung penyiapan fasilitas dan tenaga yang berkaitan
dengan pengelolaan data;
g. Memotivasi PSC Kab/Kota agar aktif mensosialisasikan keberadaan pelayanan
PSC 119 kepada masyarakat;
h. Agar alat kesehatan dan PKRT sesuai standard dan peraturan perundang-undangan,
perlu dilakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pada sarana produksi
dan distribusi alat kesehatan & PKRT secara berkala sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
i. Follow up surat usulan yang dikirimkan ke Pusdatin dan Sosialisasi ke desa untuk
jadwal pendataan;
j. Perlu adanya kebijakan dalam memecahkan suatu masalah agar tujuan dapat
tercapai dengan terfokus pada promotif & preventif.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 77
BAB III SASARAN, INDIKATOR SASARAN DAN PROGRAM
DALAM RENSTRA-SKPD
3.1. Sasaran Strategis
Sasaran pembangunan kesehatan pada tahun 2019, sesuai dengan Cascading / pohon
kinerja Dinas Kesehatan yang disusun hasil asistensi bersama Bappeda, Inspektorat dan Biro
Organisasi Setda Provinsi Sumatera Selatan, meliputi :
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan Berbasis Masyarakat;
2) Meningkatnya Peran Aktif Masyarakat dalam Membudayakan Perilaku Hidup
Sehat;
3) Meningkatnya Kualitas Kesehatan Lingkungan;
4) Meningkatnya Pelayanan Kesehatan Kerja dan Olahraga;
5) Tersedianya Fasyankes sesuai Standar;
6) Meningkatnya Kepesertaan JKN dan Kesehatan Rujukan;
7) Meningkatnya Akses Pelayanan Kesehatan oleh Nakes & Kesehatan Tradisional;
8) Meningkatnya Surveilans dan Imunisasi;
9) Menurunnya Kejadian Penyakit Menular Langsung dan Vektor;
10) Meningkatnya Upaya Pengendalian dan Deteksi Dini Penyakit Tidak Menular
(PTM), Kesehatan Jiwa dan NAPZA;
11) Meningkatnya Pelayanan Kefarmasian di Fasyankes;
12) Meningkatnya Pengendalian dan Pengawasan Alat Kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT);
13) Tersedianya Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) sesuai Standar.
3.2. Program
Sesuai dengan kebutuhan, pada tahun 2019 dan mengacu kepada Permendagri Nomor
13 Tahun 2006, maka untuk tahun anggaran 2019 telah disusun sebanyak 17 program dan
105 kegiatan. Program yang disusun sesuai dengan program prioritas yang telah ditetapkan
serta untuk mencapai indikator dan target program kesehatan yang telah ditentukan. Total
Belanja Langsung Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan yang diusulkan pada tahun
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 78
anggaran 2019 untuk pelaksanaan keseluruhan program dan kegiatan tersebut adalah sebesar
Rp. 330.656.046.000.-
Program kesehatan pada tahun 2019 yang disusun dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1. Kode dan Nama Program Dinas Kesehatan Tahun 2019
KODE REKENING PROGRAM KEGIATAN
1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
4 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
5 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
6 Program Upaya Kesehatan Masyarakat
7 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
8 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
9 Program Pengembangan Lingkungan Sehat
10 Program Pencegahan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
11 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
12 Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru – Paru/Rumah Sakit Mata
13 Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit/Rumah Sakit Jiwa/Rumah Sakit Paru – Paru/Rumah Sakit Mata
14 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
15 Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan
16 Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak
17 Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan BLUD
3.3. Indikator Sasaran
Sesuai dengan Cascading / pohon kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan,
ada 13 sasaran yang ingin dicapai dan dan telah dilengkapi dengan indikator beserta targetnya
untuk masing-masing sasaran tersebut. Pencapaian terhadap indikator sasaran tersebut telah
dijabarkan menjadi target kinerja sasaran yang akan dicapai setiap tahunnya. Program dan
kegiatan yang disusun pada tahun anggaran 2019 telah mengacu kepada upaya untuk
mencapai seluruh sasaran tersebut.
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 79
Sasaran dan indikator sasaran serta target yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan pada
tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Sasaran, Indikator Sasaran, Target & Program
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2019
Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama Target Tahun
2019 Penanggung
Jawab Meningkatnya
Pelayanan Kesehatan Berbasis
Masyarakat
1
Persentase Persalinan di Fasilitas Kesehatan oleh Tenaga Kesehatan yang Berkompeten
87% Bidang
Kesehatan Masyarakat
2 Persentase Bayi dan Balita yang Mendapat Pemantauan Tumbuh Kembang
70%
3 Prevalensi Stunting pada Balita
20%
4 Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan Antenatal ke – 4 (K4)
96%
5 Persentase Bayi yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan KN1
87%
6 Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita
70%
7 Persentase Anak Didik Kelas 1,7 dan 10 yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
69%
8 Persentase Lansia yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan
80%
9 Persentase Anak Balita yang diukur Berat Badan (D/S)
78%
10 Persentase Bayi Usia Kurang 6 Bulan yang mendapat ASI Ekslusif
47%
11 Persentase Remaja Putri yang mendapatkan Tablet Tambah Darah
25%
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 80
Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama Target Tahun
2019 Penanggung
Jawab Meningkatnya
Peran Aktif Masyarakat
dalam Membudayakan Perilaku Hidup
Sehat
1 Persentase Desa Siaga Aktif Purnama dan Mandiri
35%
2 Persentase Rumah Tangga Ber- PHBS
65%
3 Persentase Posyandu Aktif 70%
Meningkatnya Kualitas
Kesehatan Lingkungan
1 Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan Kualitas Air Minum
70%
2 Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan TTU
82%
3 Persentase Kab/Kota yang Melakukan Pengawasan TPM
32%
4 Jumlah Desa/ Kelurahan yang Melaksanakan STBM
2156 Desa/ Kelurahan
Meningkatnya Pelayanan
Kesehatan Kerja dan Olahraga
1 Persentase Kab/Kota yang Melaksanakan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
43,87%
2 Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Kerja
84%
3 Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Olahraga
76%
Tersedianya Fasyankes sesuai
Standar 1
Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Terakreditasi
75% Bidang
Pelayanan Kesehatan
2 Persentase Rumah Sakit Terakreditasi
100%
3 Persentase Puskesmas Terakreditasi
80%
4 Jumlah Rumah Sakit Umum Daerah yang Siap Diakreditasi
6 RS
5 Jumlah Puskesmas yang Siap Diakreditasi
79 PKM
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 81
Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama Target Tahun
2019 Penanggung
Jawab Meningkatnya
Kepesertaan JKN dan Kesehatan
Rujukan
1 Universal Coverage Jaminan Kesehatan
100%
2 Persentase Masyarakat yang Memiliki Jaminan Kesehatan
70%
3 Persentase Masyarakat yang Terlayani oleh PSC Kab/Kota
30%
4 Cakupan Rumah Sakit yang Melaksanakan Pelayanan sesuai Standar
100%
5 Cakupan Pelayanan Kesehatan Haji
100%
6 Jumlah Kab/Kota yang Integrasi ke Program JKN
17 Kab/ Kota
7 Persentase Peserta PPU JKN 20%
8 Persentase Peserta PBPU Mandiri JKN
15%
9 Persentase Rumah Sakit Mampu PONEK
80%
10 Cakupan Dinas Kesehatan Kab/Kota untuk Pembentukan PSC 119
100%
11 Hasil Pemeriksaan yang Diinput di Siskohatkes
100%
Meningkatnya Akses Pelayanan Kesehatan oleh
Nakes & Kesehatan Tradisional
1 Indeks Keluarga Sehat 0.22
2
Persentase Puskesmas yang Mencapai Total Coverage Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
98%
3 Persentase Kab/Kota yang Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Tradisional
80%
4 Persentase Puskesmas yang Melakukan Kunjungan Rumah Keluarga Sehat
60%
5 Persentase Puskesmas yang Telah Melakukan sesuai Standar
80%
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 82
Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama Target Tahun
2019 Penanggung
Jawab 6 Persentase Puskesmas yang
Telah Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Tradisional
75%
Meningkatnya Surveilans dan
Imunisasi
1 Imunisasi Dasar Lengkap 95%
Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit
2 Persentase Desa Universal Child Imunisation
90%
3 Persentase Masyarakat yang Terdampak KLB & Bencana yang Dilayani Kesehatan
100%
4 Persentase Kasus KLB yang Ditangani Kurang dari 24 Jam
100%
5 Persentase Bayi Usia 0 – 11 Bulan yang Mendapatkan Antigen Imunisasi Dasar
95%
6 Persentase Anak yang Mendapatkan Imunisasi Lanjut
70%
Menurunnya Kejadian Penyakit
Menular Langsung dan
Vektor
1 Prevalensi HIV / AIDS < 0,5 2 Case Detection Rate TBC 50%
3 Kab/ Kota yang Eliminasi Malaria
11 Kab/Kota
4 Pemeriksaan HIV pada Populasi Usia diatas 15 Tahun
40.000 Orang
5 Persentase Penderita HIV yang Diobati
52%
6 Insidance Rate DBD 49/100.000
7 Kasus Baru Kusta yang Menyelesaikan Pengobatan Tepat Waktu
90%
8 Cakupan Penemuan Pneumonia Balita
80%
9 Sucsess Rate TBC 85%
10 Jumlah Kab/Kota yang Melaksanakan Deteksi Dini Hepatitis B pada Ibu Hamil
60%
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 83
Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama Target Tahun
2019 Penanggung
Jawab
11 Jumlah Kab/Kota yang Melaksanakan Pengendalian Vektor Terpadu
17 Kab/ Kota
12 Persentase Kab/Kota dengan Kebijakan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik
40%
13 Lyssa pada Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
0
14
Jumlah Kab/Kota yang Endemis yang Angka Mikrofilaria Rate Kurang dari 1 Persen
4 Kab / Kota
Meningkatnya Upaya
Pengendalian dan Deteksi Dini
Penyakit Tidak Menular (PTM), Kesehatan Jiwa
dan NAPZA
1 Persentase Posbindu PTM Aktif
50%
2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Jiwa pada ODGJ
80%
3 Cakupan Pengguna NAPZA yang Mendapat Rehab Medis
15%
4 Persentase Puskesmas Pandu PTM
40%
5 Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kesehatan Jiwa
100%
6 Persentase Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) Aktif
15%
Meningkatnya Pelayanan
Kefarmasian di Fasyankes
1 Persentase Fasyankes yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar
60% Bidang Sumber Daya Kesehatan
2 Persentase Puskesmas yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian sesuai Standar
70%
Meningkatnya Pengendalian dan Pengawasan Alat Kesehatan dan
Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)
1 Persentase Produk dan Sarana Produksi Distribusi Alkes dan PKRT yang Memenuhi Syarat
15%
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 84
Sasaran Strategi Indikator Kinerja Utama Target Tahun
2019 Penanggung
Jawab 2 Persentase Sarana Produksi
dan Distribusi Alkes yang Memenuhi Syarat Cara Produksi Alat Kesehatan yang Baik (CPAKB) dan Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik (CDAKB)
60%
3
Persentase Produk Alkes dan PKRT yang Memenuhi Syarat Kesehatan Berdasarkan Jumlah Alkes dan PKRT yang di Sampling
75%
Tersedianya Sumber Daya
Manusia Kesehatan
(SDMK) sesuai Standar
1
Persentase Fasyankes yang Memiliki Sumber Daya Kesehatan (SDK) sesuai Standar
60%
2 Persentase Fasyankes yang Memiliki SDMK sesuai Standar dan Kompetensi
55%
3 Persentase Fasyankes yang Memiliki SDMK sesuai Standar
60%
4 Persentase SDM Kesehatan yang Memiliki STR (Surat Tanda Registrasi)
50%
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 85
BAB IV KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
4.1. Rencana Program
Mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 tahun 2006, tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka berdasarkan kategori Fungsi, maka program
dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2019 adalah sebagai berikut :
KODERING PROGRAM / KEGIATAN
1 2
1 PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat
2 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik 3 Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan 4 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor 5 Penyediaan Alat Tulis Kantor 6 Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
7 Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
8 Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan 9 Penyediaan Makanan dan Minuman
10 Penyediaan Jasa Pendukung Administrasi Teknis/Perkantoran
11 Penyediaan Jasa Tutor SKJ
12 Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam Daerah, Ke Luar Daerah dan Luar Negeri
2 PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA APARATUR
1 Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
2 Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional
3 Pemeliharaan Rutin / Berkala Peralatan dan Perlengkapan Rumah Tangga
4 Pemeliharaan Rutin / Berkala Peralatan dan Perlengkapan Kantor
5 Rehabilitasi Sedang/Berat Gedung Kantor
6 Rehabilitasi Balai Pelatihan Kesehatan Program DAK Penugasan
Bidang Kesehatan
7 Pengadaan Sarana dan Prasarana Balai Pelatihan Kesehatan Program DAK Penugasan Bidang Kesehatan
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 86
KODERING PROGRAM / KEGIATAN
1 2
3 PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA APARATUR
1 Pendidikan dan Pelatihan Formal 2 Pelatihan Jabatan Fungsional
3 Benchmarking Perencanaan Pembangunan Perangkat Daerah (DID Kinerja Perencanaan Terbaik)
4 Capacity Building SDM Aparatur Bidang Perencanaan (DID Kinerja Perencanaan Terbaik)
5 Benchmarking Peningkatan SAKIP Perangkat Daerah (DID Kinerja SAKIP dengan Nilai A)
6 Bimbingan Teknis SAKIP Perangkat Daerah (DID Kinerja SAKIP dengan Nilai A)
7 Penyusunan Analisis Jabatan
4 PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN
1 Penyusunan Renstra
5 PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
1 Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
2 Pembangunan Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Program DAK Bidang Kesehatan
6 PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
1 Pemilihan Sekolah Sehat Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
2 Pemilihan Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat Provinsi
3 Pengembangan Aplikasi Daftar Informasi Publik (DIP) Berbasis
Website dan Basis Data untuk Pelayanan Publik pada Website Dinkes Prov. Sumsel
4 Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu PSC 119
5 Peningkatan Pengawasan Rumah Sakit oleh Badan PengawasRumah Sakit Provinsi Sumatera Selatan
6 BantuanOperasional Kesehatan (BOK) Provinsi Sumatera Selatan Program DAK Non Fisik Bidang Kesehatan
7 Pengadaan Ambulance Motor bagi PSC 119
8 Pembinaan dan Pemantapan Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
9 Pembinaan dan Pemantapan Pelaksanaan PIS – PK di Puskesmas
10 Pelaksanaan Hari Kesehatan Nasional
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 87
KODERING PROGRAM / KEGIATAN
1 2
11 Pengembangan Pelayanan Kesehatan Tradisional
12 Pembinaan dan Pendampingan Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan Daerah Generik di Kab/Kota
13 Peningkatan Pelayanan Kesehatan bagi Pengungsi Korban Bencana dan KLB
14 Lomba Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi Tingkat Provinsi
15 Distribusi Logistik Haji
16 Rapat Koordinasi Evaluasi SPGDT PSC 119
7 PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
1 Pertemuan Koordinasi Pokjanal Posyandu Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
2 Orientasi Pemberdayaan Masyarakat Bagi Kader Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
3 Pembinaan, Pendampingan dan Penilaian Posyandu Berprestasi Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
4 Revitalisasi Posyandu
5 Penyebarluasan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Perilaku Hidup Sehat melalui Berbagai Media
6 Lomba Desa / Kelurahan Ber – PHBS Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
8 PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
1 Workshop Pencegahan dan Penurunan Stunting
2 Fokus Group Discussion Akselerasi Program 1000 HPK di Kab/Kota
3 Penanggulangan Stunting Program DAK Penugasan Bidang Kesehatan
9 PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT
1 Pembinaan Kabupaten Kota Sehat
2 Pengadaan Cetakan Jamban Sehat dan Murah
3 Percepatan Peningkatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
10 PROGRAM PENCEGAHAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DAN TIDAK MENULAR
1 Penyemprotan/ Fogging Sarang Nyamuk 2 Pembinaan Imunisasi dan Pengelolaan Vaksin
3 Penyelidikan epidemiologi Kejadian Luar Biasa (KLB)
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 88
KODERING PROGRAM / KEGIATAN
1 2
4 Pemantapan Layanan HIV / AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual dan Hepatitis
5 Pre Assesment Eliminasi Malaria 6 Penemuan dan Pelacakan Dini Kasus Kusta melalui Sero Survei
7 Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan TB di Kab/Kota
8 Monitoring dan Evaluasi Posbindu PTM
9 Peningkatan Posbindu PTM
10 Peningkatan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara melalui Skreening Inspeksi Visual Asam Asetat dan CBE
11 Skrining Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
12 Pembinaan Assement Penyalahguna Napza
13 Peningkatan Penanganan Orang dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan Pasung
14 Deteksi Dini Gangguan Indera Penglihatan dan Kebutaan
11 PROGRAM STANDARISASI PELAYANAN KESEHATAN
1 Pembinaan dan Fasilitasi Akreditasi RS Versi SNARS Edisi 1 2017
2 Pembinaan Teknis Akreditasi Klinik dan DPM
3 Pertemuan Sosialisasi BLUD Puskesmas bagi Pengelola Program Dinas Kesehatan Kab/Kota
4 Uji Kompotensi Tenaga Kesehatan
5 Tenaga Kesehatan Penugasan Khusus Nusantara Sehat Dinkes Provinsi Sumatera Selatan
12 PROGRAM PENGADAAN, PENINGKATAN SARANA DAN PRASARA RS, RS JIWA, RS PARU DAN RS MATA
1 Pembangunan rumah sakit provinsi
2 Pengadaan alat-alat kesehatan rumah sakit
3 Pengadaan Ambulance / Mobil Jenazah
4 Pengadaan meubelair rumah sakit
5 Pengadaan Peralatan Rumah Tangga Rumah Sakit
6 Pengadaan Alat – Alat Kesehatan Rumah Sakit Program DAK Bidang Kesehatan
7 Pengadaan Makan dan Minum Pasien Rumah Sakit
8 Pengadaan RunWheel untuk RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan
9 Pengadaan Peralatan Kantor Rumah Sakit
10 Pengadaan IT Rumah Sakit
11 Pengadaan Mobil Ambulance / Mobil Jenazah Program DAK
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 89
KODERING PROGRAM / KEGIATAN
1 2
Bidang Kesehatan
13 PROGRAM PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARA RS, RS JIWA, RS PARU DAN RS MATA
1 Pemeliharaan Rutin Berkala Rumah Sakit 2 Pemeliharaan Rutin Berkala Peralatan Rumah Sakit
14 PROGRAM KEMITRAAN PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN
1 Advokasi dan Sosialisasi Program Jaminan Kesehatan Nasional
2 Rapat Koordinasi Teknis Pelaksanaan Program JKN Provinsi dan Kab/ Kota
3 Rekonsiliasi Kepesertaan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Daerah
4 Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan JKN – KIS di Kab/Kota
15 PROGRAM PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN KESEHATAN MAKANAN
1 Pengawasan Keamanan dan Kesehatan Pangan Menjelang Hari –
Hari Besar Agama 2 Pengadaan Test Kit Keamanan Makanan dan Minuman
16 PROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN KESELAMATAN IBU DAN ANAK
1 Lomba Balita Sehat Indonesia Tingkat Provinsi
2 Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi pada Kab/Kota dengan Jumlah Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Tinggi
3 Pembinaan Pelaksanaan Penanganan Kegawatdaruratan Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir
4 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Bayi, Balita dan Remaja sesuai Standar di Puskesmas
5 Cetak Daftar Tilik Pelayanan ANC sesuai Standar untuk 17 Kab/Kota
17 PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN BLUD
1 Penyediaan Pelayanan Kesehatan BLUD RS Mata 2 Penyediaan Pelayanan Kesehatan BLUD RS Paru
3 Penyediaan Pelayanan Kesehatan BLUD RS Gigi Mulut 4 Penyediaan Pelayanan Kesehatan BLUD RSUD Siti Fatimah 5 Penyediaan Pelayanan Kesehatan BLUD Bapelkes
RENJA DINAS KESEHATAN 2019 90
BAB V P E N U T U P
Dengan ridha dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Rencana Kerja Dinas Kesehatan
(Renja) Tahun 2019 dapat disusun. Renja-SKPD disusun dengan mengacu pada RKPD,
Cascading / Pohon Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan, hasil evaluasi
pelaksanaan program dan kegiatan periode sebelumnya, masalah yang dihadapi, dan usulan
program serta kegiatan yang berasal dari masyarakat. Renja-SKPD ini memuat kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Program dan
kegiatan sebagaimana dimaksud meliputi program dan kegiatan yang sedang berjalan,
kegiatan alternatif atau baru, indikator kinerja, dan kelompok sasaran yang menjadi bahan
utama RKPD, serta menunjukkan prakiraan maju.
Renja Dinas Kesehatan ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian upaya Dinas Kesehatan dalam kurun waktu satu
tahun, yaitu pada tahun 2019. Penyusunan Renja ini dilakukan sedemikian rupa sehingga
hasil pencapaiannya dapat diukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan
kinerja tahunan Dinas Kesehatan.
Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Renja ini disampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya. Tentunya Renja Dinas Kesehatan Tahun 2019 ini dapat
dilaksanakan dan mencapai tujuannya, bila dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja
keras dari segenap aparatur kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan. Penerapan nilai-nilai yang dianut dan dijunjung tinggi oleh Dinas Kesehatan,
diharapkan dapat memacu semangat aparat Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan Renja ini.
Palembang, Juli 2018
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 15Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Meningkatnya Pelayanan Administrasi Perkantoran
100 % 37.090.673.000 100 % 49.277.620.300
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
1 Penyediaan Jasa Surat Menyurat Kantor OPD Jumlah jasa pengiriman surat-menyurat di kantor Dinkes dan UPT
2100 Surat dan Metarai
15.000.000 2100 Surat dan Metarai
15.000.000
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2 Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber Daya Air dan Listrik
Kantor OPD Jasa rekening komunikasi, sumberdaya air dan listrik Dinkes dan UPT yang dibayarkan
59 Rekening 4.200.000.000 59 Rekening 13.200.000.000
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
3 Penyediaan Jasa Administrasi Keuangan
Kantor OPD Jumlah Pengelola Keuangan di Dinkes dan UPT
30 Orang 46.200.000 30 Orang 46.200.000
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
4 Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
Kantor OPD Jumlah penyedia jasa kebersihan kantor untuk Dinkes
6 Gedung/ Kantor
6.138.408.000 6 Gedung/ Kantor
6.752.248.800
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
5 Penyediaan Alat Tulis Kantor Kantor OPD Jumlah jenis alat tulis kantor bagi Dinkes dan UPT
38 Jenis 624.865.000 38 Jenis 687.351.500
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
6 Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
Kantor OPD Jumlah jenis bahan cetakan (formulir, blanko, buku, kartu) dan penggandaan di Dinkes dan UPT
60 Jenis 565.000.000 60 Jenis 621.500.000
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
7 Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
Kantor OPD Jumlah jenis komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor di Dinkes dan
8 Jenis 332.000.000 8 Jenis 365.200.000
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
8 Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan
Kantor OPD Jumlah jenis bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan di Dinkes dan UPT
3 Jenis 40.000.000 3 Jenis 44.000.000
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
9 Penyediaan Makanan dan Minuman
Kantor OPD Jumlah makanan dan minuman rapat di Dinkes dan UPT
50 kali rapat 300.000.000 50 kali rapat 330.000.000
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
10 Penyediaan Jasa Pendukung Administrasi Teknis/Perkantoran
Kantor OPD Jumlah jasa tenaga honorer dan tenaga PTT (dokter, dokter gigi dan bidan) di Dinkes dan UPT
540 orang 23.790.000.000 540 orang 26.169.000.000
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
11 Penyediaan Jasa Tutor SKJ Kantor OPD Jumlah jasa tutor SKJ Dinkes dan UPT
6 Orang 79.200.000 6 Orang 87.120.000
Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
12 Koordinasi dan Konsultasi ke Dalam Daerah, Ke Luar Daerah dan Luar Negeri
Sumsel, Jakarta, dll
Frekuensi koordinasi dan konsultasi ke dalam daerah, ke luar daerah dan luar negeri
476 Kali 960.000.000 476 Kali 960.000.000
6
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
TABEL 5.2DAFTAR USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2019
DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN
KET
Prakiraan Maju 2020
Page 1
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Terpenuhinya Sarana dan Prasarana Perkantoran dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan tugas pokok organisasi
100% 4.685.000.000 100 % 4.333.500.000
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
1 Pengadaan Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Kantor OPD Jumlah jenis peralatan dan perlengkapan kantor untuk Dinkes dan UPT
4 Jenis (AC, Laptop, printer,
PC)
485.000.000 4 Jenis 533.500.000
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
2 Pengadaan Kendaraan Dinas Operasional
Kantor OPD Jumlah kendaraan dinas dan operasional bagi RSUD Prov. Sumsel dan Dinas Kesehatan
3 Unit 900.000.000 3 Unit 900.000.000
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
3 Pengadaan Mobil Jabatan Kantor OPD Jumlah mobil jabatan untuk direktur RSUD Prov. Sumsel
1 Unit 400.000.000 1 Unit -
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
4 Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional
Kantor OPD Jumlah kendaraan dinas dan operasional bagi Dinkes dan UPT yang beroperasi secara baik dan nyaman
71 Unit Mobil dan 125 unit
Motor
1.500.000.000 71 Unit kendaraan roda 4 dan 125 unit
kendaraan roda 2
1.500.000.000
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
5 Pemeliharaan Rutin/Berkala Peralatan dan Penglengkapan Rumah Tangga
Kantor OPD Frekuensi pengizian ulang tabung oksigen dan tabung gas
632 Kali 150.000.000 632 Kali 150.000.000
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
6 Pemeliharaan Rutin / Berkala Peralatan dan Perlengkapan Kantor
Kantor OPD Jumlah jenis peralatan dan perlengkapan kantor Dinkes dan UPT yang beroperasi secara baik
10 Jenis 250.000.000 10 Jenis 250.000.000
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
7 Rehabilitasi sedang/berat gedung kantor
Dinkes, Bapelkes
Jumlah gedung kantor Dinkes dan Bapelkes yang direhabilitasi
2 Gedung/ kantor
1.000.000.000 2 Gedung/ kantor
1.000.000.000
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Meningkatnya Kapasitas Sumber Daya Aparatur
85% 449.480.000 90% 469.428.000
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
1 Pendidikan dan pelatihan formal Sumsel dan Luar Daerah
Jumlah karyawan Dinkes dan UPT yang mengikuti kursus-kursus singkat dan pelatihan
50 Orang 250.000.000 10 Orang 250.000.000
Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
2 Pelatihan jabatan fungsional Sumsel Jumlah tenaga kesehatan yang mendapatkan pelatihan jabatan fungsional adminkes
120 Orang 199.480.000 120 Orang 219.428.000
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan dan Capaian Kinerja Keuangan
Tersedianya Pelaporan Kinerja dan keuangan yang baik dan tepat waktu
100% 50.000.000 100 % -
Page 2
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan dan Capaian Kinerja Keuangan
1 Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan tahun 2019 - 2023
Sumsel Jumlah dokumen Renstra Dinas Kesehatan tahun 2019 - 2023
1 Dokumen 50.000.000 1 Dokumen -
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin Sesuai Kebutuhan
100% % 10.420.768.000 100% 11.462.844.800
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
1 Pengadaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Kantor OPD Item Jumlah item obat dan perbekalan kesehatan untuk RSUD Prov. Sumsel, RS Khusus Paru, RS Khusus Gigi dan Mulut, balai pengobatan Korpri, dan Program Lainnya
450 Item 10.000.000.000 450 Item 11.000.000.000
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
2 Pemantauan dan Evaluasi terhadap standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas
17 Kab/Kota Jumlah kabupaten/kota yang di pantau dan dibina tentang layanan kefarmasian di Puskesmas
17 kab/kotta 150.000.000 17 kab/kotta 165.000.000
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
3 Peningkatan kemampuan SDM dalam rangka melakukan Inspeksi sarana, Surveilance produk dan pengawasan perizinan sarana.
Sumsel Jumlah SDM yang meningkat kemampuannya dalam melakukan inspeksi sarana, surveilance produk dan pengawasan perizinan sarana
45 Orang 120.768.000 45 Orang 132.844.800
Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
4 Inspeksi sarana Produksi Alkes dan PKRT dan sarana Penyalur Alat Kesehatan
17 Kab/Kota Jumlah Sarana Produksi Alkes-PKRT dan sarana PAK yang dibina dan diawasi
75 Sarana 150.000.000 75 Sarana 165.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan Olah Raga
130 3.401.701.000 180 3.741.871.100
Persentase Kab/kota yang telah melaksanakan Upaya Kesehatan Kerja
90% 100%
Cakupan Kab/kota yang melaksanakan program bina yankestradkom, alternatif dan komplementer
96% 98%
Page 3
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas VII dan X
60% 60%
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
1 Pelatihan Manajemen keperawatan RS
Sumsel pelatihan di Bapelkes. Target ditambah atau anggaran dirasionalisasi
Jumlah Peserta Pelatihan Manajemen keperawatan RS
30 org 150.000.000 30 org 165.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
2 Peningkatan Pengawasan Rumah sakit oleh Badan Pengawas RS Provinsi Sumatera Selatan
17 Kab/Kota ada pergub. Honorarium sekitar 400jt. Operasional tim dan kunjungan lapangan
Jumlah Rumah Sakit Peningkatan Pengawasan Rumah sakit oleh Badan Pengawas RS Provinsi Sumatera Selatan
65 RS 650.000.000 65 RS 715.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
3 Review Pelayanan PONEK di Rumah Sakit
Sumsel penurunan kematian ibu d rs. Rasionalisasi anggaran. Lokasi harus jelas.
Jumlah RS yang direview pelayanan PONEK nya
62 RS 100.000.000 62 RS 110.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
4 Penguatan Kapasitas SDM dalam pelayanan Tranfusi darah di Rumah Sakit
Sumsel target diperbaiki. Jumlah SDM yang ditingkatkan kapasitas dalam pelayanan Tranfusi darah di RS
30 org 150.000.000 30 org 165.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
5 Penilaian Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB)
Sumsel Rasionalisasi anggaran Jumlah RS yang dinilai 30 Rs 150.000.000 30 Rs 165.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
6 Pelatihan BTCLS Bagi Petugas Public Safety Center 119
Sumsel digabung dengan keg diatas
Pelatihan BTCLS Bagi Petugas Public Safety Center 119
40 org 240.650.000 40 org 264.715.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
7 Pengadaan Ambulance motor bagi PSC 119
Sumsel Jumlah Ambulance motor PSC 119
4 Unit 75.000.000 4 Unit 82.500.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
8 Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu PSC 119
Kantor OPD ini adalah kegiatan operasional tim PSC
Jumlah SDM PSC yang difasilitasi operasional kegiatan
18 Orang 85.000.000 12 Orang 93.500.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
9 Distribusi Logistik Haji 17 Kab/Kota Jumlah Kab/kota terdistribusi Logistik Haji
17 kab/Kota 80.000.000 17 kab/Kota 88.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
10 Pemilihan Tenaga Kesehatan Teladan
17 Kab/Kota Jumlah Tenaga kesehatan dinilai kinerjanya dari 9 kategori profesi
153 orang 350.000.000 153 orang 385.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
11 Pembinaan dan Pemantapan Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota
17 Kab/Kota Jumlah kabupaten/kota yang melaksanaan SPM bidang kesehatan
17 Kab/kota 86.165.000 17 Kab/kota 94.781.500
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
12 Pembinaan dan Pemantapan Pelaksanaan PIS-PK di PuskesmaS
17 Kab/Kota Jumlah Puskesmas yang diintervensi implementasi PIS-PK
34 Puskesmas 79.730.000 34 Puskesmas
87.703.000
Page 4
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
13 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Tradisional di Puskesmas
17 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota dilakukan pembinaan kelompok asuhan mandiri kesehatan tradisional
17 Kab/kota 76.420.000 17 Kab/Kota 84.062.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
14 Orientasi Kader Pos UKK Sumsel Jumlah peserta kader orientasi Kesehatan Kerja
50 orang 60.994.000 67.093.400
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
15 Pelayanan Kes.Olahraga (BBTT) di Luar Gedung & Institusi di Kota Palembang
Sumsel Frekuensi pelayanan kesehatan olahraga BBTT
80 Kali 44.680.000 80 Kali 49.148.000
16 Pemeriksaan Kebugaran Jasmani Bagi Karyawan/ti di Institusi Pemerintah
Sumsel Jumlah Karyawan/ti Pemerintah yang diperiksa Kebugaran
1500 Orang 195.944.000 1500 Orang 215.538.400
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
17 Seminar Pembudayaan Masyarakat Beraktivitas Fisik Agar Sehat dan Bugar
Sumsel Jumlah peserta Seminar Pembudayaan Masyarakat Beraktivitas Fisik agar Sehat dan Bugar
100 Orang 39.718.000 100 Orang 43.689.800
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
18 Pelayanan Kes.Olahraga pada penderita penyakit tidak menular
Sumsel Jumlah masyarakat dan PNS penderita PTM yang dibina/terapi melalui aktifitas fisik/latihan fisik
100 Orang 40.000.000 100 Orang 44.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
19 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Bagi pengungsi korban bencana
17 Kab/Kota Jumlah pelayanan kesehatan bagi pengungsi korban bencana
17 kali 228.320.000 17 Kab/Kota 251.152.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
20 Lomba Sekolah Sehat tk. Propinsi 17 Kab/Kota Lomba dilaksanakan di 4 jenjang pendidikan (TK/PAUD, SD, SMP, SMA)
Jumlah pemenang lomba sekolah sehat
12 sekolah 100.000.000 12 sekolah 110.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
21 Pembinaan Kesehatan Kerja bagi UKK sektor informal
17 Kab/Kota Jumlah puskesmas yang dibina kesehatan kerja UKK sektor informal
34 puskesmas 74.080.000 17 Kab/Kota 81.488.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
22 Pengembangan Aplikasi Daftar Informasi Publik (DIP) Berbasis Website dan Basis Data untuk Pelayanan Publik pada Website Dinkes Prov. Sumsel
Kantor OPD Jumlah website Dinkes yang menyediakan data informasi publik lebih aman
1 Website 35.000.000 1 Website 38.500.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
23 Workshop SIKDA Generik bagi petugas SIK kab/kota dan Puskesmas
50 Orang Jumlah pentugas SIK yang dilatih dan mampu mengoperasionalkan aplikasi SIKDA Generik
50 orang 115.000.000 50 orang 126.500.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
24 Rapat Kerja Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019
Sumsel jika memungkinkan akan diadakan di hotel menunggu arahan lebih lanjut dari TAPD
Jumlah peserta rapat kerja kesehatan daerah
150 Orang 110.000.000 150 Orang 121.000.000
Program Upaya Kesehatan Masyarakat
25 Pembinaan dan pendampingan pelaksanaan SIKDA Generik di Kab/kota
17 Kab/Kota Jumlah kabupaten/kota yang melaksanaan SIKDA Generik
17 Kab/kota 85.000.000 17 Kab/kota 93.500.000
Page 5
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Persentase Rumah Tangga ber-PHBS
80% 1.294.454.000 80% 1.423.899.400
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1 Pertemuan Koordinasi Pokjanal Posyandu tingkat provinsi Sumatera Selatan
Sumsel Jumlah peserta lintas sektor pertemuan koordinasi pokjanal posyandu tingkat prov Sumsel (2 kali)
70 orang 46.394.000 70 orang 51.033.400
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
2 Peningkatan Kapasitas Kader UKBM
4 kab/kota Jumlah Kader UKBM yang terlatih (kader desa/kel siaga, kader posyandu, kader PHBS, dsb)
120 orang 188.060.000 120 Orang 206.866.000
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
3 Kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat kepada masyarakat
3 Kab/Kota kegiatan ini adalah pendampingan usulan 1b simlaras dan sudah diusulkan di form 2
Jumlah masyarakat yang mengikuti kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
1800 orang (600 orang x 3
kab/kota)
250.000.000 5 Tema 275.000.000
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
4 Peningkatan Kapasitas SDM Promkes di Puskesmas
Sumsel Jumlah SDM Promosi Kesehatan di Puskesmas Terlatih
120 orang 110.000.000 120 Orang 121.000.000
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
5 Penyebarluasan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Perilaku Hidup Sehat melalui berbagai Media
Sumsel, 17 Kab/Kota
rasionalisasi anggaran menjadi 850.000.000
Jumlah Penyebarluasan Komunikasi, Informasi dan Edukasi Perilaku Hidup Sehat Melalui Media
3 Media 250.000.000 3 Media 275.000.000
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
6 Pembinaan, pendampingan dan Penilaian Posyandu Berprestasi Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
17 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota Pemenang Posyandu Berprestasi Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
3 Kab/Kota 150.000.000 3 Kab/Kota 165.000.000
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
7 Pembinaan dan Penilaian Desa / Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
17 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota Pemenang Penilaian Desa/Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
3 Kab/Kota 150.000.000 3 Kab/Kota 165.000.000
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
8 Penilaian dan Pendampingan Desa/Kelurahan PHBS Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
17 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota Pemenang Penilaian Desa/Kelurahan PHBS Tingkat Provinsi Sumatera Selatan
3 Kab/Kota 150.000.000 3 Kab/Kota 165.000.000
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Persentase Stunting pada anak Balita
< 20% 353.301.000 0,9% 388.631.100
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
1 Wokshop LP/LS Kajian masalah dan intervensi gizi
Lahat, Banyuasin, Muratara
Jumlah dokumen intervensi masalah gizi
3 dokumen 111.080.000 3 kab 122.188.000
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
2 FGD Akselerasi Program 1000 HPK di Kab/Kota
Lahat, Banyuasin, Muratara
Jumlah dokumen akselerasi program 1.000 HPK
3 dokumen 111.200.000 3 kab 122.320.000
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
3 Monitoring dan Evaluasi Pendistribusian Obat Program Gizi (TTD,Kapsul Vit.A dan PMT)
17 Kab/kota Jumlah kab/kota yang dilakukan monev
17 kab/kota 131.021.000 17 kab/kota 144.123.100
Page 6
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Persentase Rumah Sehat
80% 1.440.493.000 80% 1.034.542.300
Persentase Tempat Tempat Umum Sehat
80% 80%
Persentase Desa yang Melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
80% 80%
Persentase kab/Kota Yang Melaksanakan KKS (Kabupaten/ Kota Sehat)
80% 80%
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
1 Penguatan Program Higiene Sanitasi Pangan (HSP)
17 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota yang mendapatkan Bimbingan Teknis, Evaluasi dan Monitoring Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Program Higiene Sanitasi Pangan (HSP)
17 Kab/Kota 101.500.000 17 Kab/Kota 111.650.000
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
2 Pembinaan dan Pengawasan Higiene Sanitasi Sekolah Menengah di Kab/Kota
17 Kab/Kota Jumlah Sekolah Menengah yang dibina dan diawasi kesehatan lingkungannya
34 sekolah 101.500.000 17 Kab/Kota 111.650.000
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
3 Orientasi Teknis Penyehatan air Sumsel Jumlah peserta yang mengikuti orientasi teknis penyehatan air
30 orang 51.395.000 30 orang 56.534.500
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
4 Orientasi RPAM Komunal Sumsel Jumlah peserta yang mengikuti orientasi RPAM Komunal
50 orang 60.995.000 50 orang 67.094.500
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
5 Pembinaan Kab/Kota Sehat (KKS) 17 Kab/Kota rasionalisasi anggaran menjadi 150.000.000 diganti dengan kegiatan
Jumlah penjernihan air di daerah terkena bencana banjir
17 Kab/Kota 150.000.000 17 Kab/Kota 165.000.000
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
6 Pelatihan Petugas tentang klinik sanitasi
17 Kab/Kota Jumlah Petugas yang terlatih klinik sanitasi
41 orang 54.163.000 41 orang 59.579.300
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
7 Penjaringan Lomba Duta Lingkungan Sehat dan Natural Leader Program Sanitasi Total Berbasi Masyarakat (STBM)
17 Kab/Kota Jumlah Kabupaten/kota Penjaringan Duta lingkungan sehat dan natural leader sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
17 Kab/Kota 164.220.000 17 Kab/Kota 180.642.000
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
8 Pengadaan Cetakan Jamban Sehat dan Murah
17 Kab/Kota Jumlah Cetakan Jamban di 17 Kab/Kota Provinsi Sumatera Selatan
50 unit 500.000.000 50 unit -
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
9 Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di sekolah
17 Kab/Kota Jumlah Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun pada sekolah di 17 Kabupaten/Kota
17 kali 155.320.000 17 Kab/Kota 170.852.000
Page 7
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
10 Pengelolaan Limbah Medis di Sarana Kesehatan
17 Kab/Kota Jumlah sarana kesehatan yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai standar
65 sarana kesehatan
101.400.000 65 sarana kesehatan
111.540.000
Annual Parasit Incidence (API)
0,5 2.254.435.000 0,5 2.479.878.500
Angka Keberhasilan Pengobatan Penyakit TB BTA (+)
91% 91
Angka Kesakitan DBD per 100.000 penduduk
47 47
Persentase Puskesmas yang melaksanakan pelayanan Pandu PTM
50% 146
Persentase desa yang mencapai UCI
95% 95%
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
1 Pembinaan imunisasi dan pengelolaan vaksin
17 Kab/Kota rasionalisasi anggaran Jumlah kab/kota yang dibina tentang pengelolaan vaksin
17 Kab/Kota 150.000.000 17 Kab/Kota 165.000.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
2 Penemuan dan Pelacakan Kasus HIV/AIDS
Palembang, OI, OKI, Lubuk Linggau, Lahat dan Mura
Jumlah Kab/Kota dilakukan penemuan dan pelacakan kasus HIV/AIDS
Palembang, OI, OKI, Lubuk Linggau, Lahat dan Mura
110.000.000 Palembang, OI, OKI, Lubuk Linggau, Lahat dan Mura
121.000.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
3 Pengadaan Reagen pemeriksaan HIV/AIDS
Sumsel Jumlah Reagen unruk rapid tes HIV-AIDS dan IMS
170 box 225.000.000 170 box 247.500.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
4 Pembinaan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) DBD
17 Kab/Kota Jumlah Kab / Kota yang melaksanakan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) DBD
17 Kab/Kota 135.604.000 17 Kab/Kota 149.164.400
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
5 Penyemprotan/Fogging Sarang Nyamuk
17 Kab/Kota rasionalisasi anggaran berdasarkan data kab/kota yang belum menganggarkan
jumlah fogging fokus pada daerah dengan kasus DBD tinggi
80 focus 256.000.000 135 fokus 281.600.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
6 Pembinaan Penatalaksanaan ISPA 17 kab/kota Jumlah kab/kota dilakukan pembinaan penatalaksanaan ISPA di kab/kota
3 kab/kota (Palembang,
OKI, OI)
52.200.000 3 kab/kota 57.420.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
7 Pre Assesment Eliminasi Malaria 4 Kab/kota Jumlah Kab/Kota yang dinilai kesiapan eliminasi malaria
4 Kab/Kota (Mura, Muara
Enim, Pali, Lubuklinggau)
84.000.000 4 Kab/Kota 92.400.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Page 8
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
8 Survei kecacingan di kab/ kota 8 Kab/Kota Jumlah kab/kota yang dilakukan survei kecacingan
8 Kab/Kota (Muba,
Banyuasin, Lahat, OKUS,
OKI, OI, Palembang, Muratara)
62.220.000 8 Kab/Kota 68.442.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
9 Penemuan dan pelacakan dini kasus kusta melalui sero survei
14 kab/kota rasionalisasi anggaran karena disesuaikan dengan kab/kota yang masih tinggi status kustanya
Jumlah kab/kota yang dilakukan penemuan dan pelacakan dini kasus kusta
14 kab/kota 100.000.000 14 kab/kota 110.000.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
10 Monitoring evaluasi pelaksanaan TB di Kab/Kota
17 kab/kota rasionalisasi anggaran Jumlah kab/kota yang dilakukan Monitoring evaluasi pelaksanaan TB
17 kab/kota 100.000.000 17 kab/kota 110.000.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
11 Monitoring Dan evaluasi Posbindu PTM
17 Kab/Kota Jumlah kab/kota yang dibina tentang pengelolaan Posbindu PTM
17 Kab/Kota 100.000.000 17 Kab/Kota 110.000.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
12 Skreening IVA dan CBE OKU, Pagaralam, MURA, Lubuk Linggau
Jumlah perempuan usia 30-50 yang melaksanakan deteksi dini kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
4 kab/kota (OKU,
Pagaralam, MURA, Lubuk
Linggau)
100.000.000 6 kab/kota 110.000.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
13 Bimbingan Teknis Penerapan Perda KTR
17 Kab/Kota Jumlah kab/kota yang menerapkan perda KTR
17 Kab/Kota 100.000.000 17 Kab/Kota 110.000.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
14 Pembinaan tentang kanker dan kelainan darah
17 Kab/Kota judul kegiatan diganti dengan Pembinaan tentang kanker dan kelainan darah
Jumlah kab/kota yang dibina tentang program kanker dan kelainan darah
17 Kab/Kota 100.000.000 17 Kab/Kota 110.000.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
15 Pelatihan Asssment Penyalahguna Napza
17 Kab/Kota Jumlah peserta yang dilatih dalam assement penyalahgunaan NAPZA
40 orang 39.377.000 40 orang 43.314.700
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
16 Pelatihan Tenaga Verifikator IPWL Puskesmas
17 Kab/Kota Jumlah peserta verifikator terlatih
40 orang 39.377.000 40 orang 43.314.700
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
17 Pelatihan Deteksi Dini Gangguan Jiwa bagi Tenaga Kesehatan di Puskesmas
17 Kab/Kota Jumlah tenaga kesehatan yang melayani kesehatan jiwa
40 orang 39.377.000 40 orang 43.314.700
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
18 Penjaringan Gangguan Jiwa dan Pasung
17 Kab/Kota Jumlah Kab/Kota yang dilakukan penjaringan ODGJ
17 Kab/Kota 64.140.000 17 Kab/Kota 70.554.000
Page 9
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
19 Monitoring dan Evaluasi Program Kesehatan Jiwa dan Napza
17 Kab/Kota Kabupaten/Kota yang menjalankan program kesehatan jiwa dan Napza
17 Kab/Kota 64.140.000 17 Kab/Kota 70.554.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
20 Penyelidikan Epidemiologi KLB Sumsel Jumlah KLB yang dilakukan Penyelidikan & Penanggulangan
10 Lokasi 183.000.000 10 Lokasi 201.300.000
Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak Menular
21 Pembinaan Surveilans Epidemiologi
17 Kab /Kota rasionalisasi anggaran Jumlah Kab/Kota yang dilakukan asistensi Terpadu, pelaksanaan Ewars dan teknis surveilans PD3I
17 Kab/Kota 150.000.000 17 Kab/Kota 165.000.000
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Terakreditasi
80% 542.206.000 35% 596.426.600
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
1 Pembinaan dan Fasilitasi Akreditasi RS Versi SNARS Edisi 1 2017
17 Kab / Kota Jumlah RSUD Kab/Kota yang dilakukan telaah terhadap pemenuhan standar akreditasi RS
22 RSUD 150.000.000 RSUD 165.000.000
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
2 Lokakarya Pendampingan Instrumen Akreditasi bagi Pendampingan Kab/Kota
Sumsel Jumlah peserta ynag melakukan pendampingan akreditasi bagi pendampingan Kab/Kota
60 Orang 64.428.000 60 orang 70.870.800
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
3 Pendampingan validasi data ASPAK RS dan Puskesmas di Kab/Kota
Kab / Kota Jumlah Kab/Kota yang melakukan validasi data ASPAK RS dan Puskesmas
17 Kab/Kota 100.000.000 17 Kab/Kota 110.000.000
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
4 Pembinaan Teknis Akreditasi klinik dan DPM
Kab / Kota Jumlah Kab/Kota yang dibina akreditasi klinik dan DPM
17 Kab/Kota 100.000.000 17 Kab/Kota 110.000.000
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
5 Pertemuan Kapasitas pendampingan akreditasi klinik dan DPM
Sumsel Jumlah peserts yang melakukan pendampingan akreditasi klinik dan DPM
60 Orang 77.778.000 60 orang 85.555.800
Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
6 Penyusunan Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan dan Profil SDM Kesehatan
Sumsel Jumlah dokumen Kompetensi SDM Kesehatan
1 dokumen 50.000.000 1 dokumen 55.000.000
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Terakreditasi
80% % 145.500.000.000 95% 41.200.000.000
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
1 Pembangunan rumah sakit provinsi
RSUD Prov. Sumsel
Lanjutan Pembangunan Gedung Rumah Sakit Provinsi Finishing
1 RS 65.000.000.000 - -
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru
2 Rehabilitasi bangunan rumah sakit RS Mata, RS Paru
rehab penambahan ruangan pelayanan RS. Mata, dan rehab
Jumlah bangunan rumah sakit yang direhabilitasi dan beroperasional dengan baik
2 RS 41.000.000.000 1 RS 4.000.000.000
Page 10
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
3 Pengadaan alat-alat kesehatan rumah sakit
RSUD Prov. Sumsel
anggaran akan disesuaikan dengan usulan di APBN
Jumlah alat kesehatan untuk RSUD Prov. Sumsel yang terpenuhi alat kesehatannya
1 RS 30.000.000.000 1 RS 30.000.000.000
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
4 Pengadaan mobil ambulance/mobil jenazah
RSUD Prov. Sumsel
Jumlah mobil ambulance dan mobil jenazah untuk RSUD Prov. Sumsel
4 Unit 2.000.000.000 1 RS -
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
5 Pengadaan peralatan kantor rumah sakit
RSUD Prov. Sumsel
Rasionalisasi anggaran dilihat berdasarkan pra rka dan progres dari pembangunan RS
Jumlah alat kantor untuk RSUD Prov. Sumsel yang terpenuhi kebutuhannya
1 RS 1.000.000.000 1 RS 1.000.000.000
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
6 Pengadaan peralatan rumah tangga rumah sakit
RSUD Prov. Sumsel
Jumlah alat rumah tangga untuk RSUD Prov. Sumsel yang terpenuhi kebutuhannya
1 RS 2.500.000.000 1 RS 2.500.000.000
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
7 Pengadaan bahan logistik rumah sakit
RSUD Prov. Sumsel
Jumlah bahan-bahan logistik rumah sakit yang terpenuhi kebutuhannyan dan terpenuhinya makan-minum pasien di rumah sakit
3 RS 2.700.000.000 1 RS 2.700.000.000
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
8 Pengadaan meubelair rumah sakit RSUD Prov. Sumsel
Jumlah meubelairnya RSUD Prov. Sumsel yang terpenuhi kebutuhannya
1 RS 1.000.000.000 1 RS 1.000.000.000
Program Pengadaan, Peningkatan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
9 Ambulance Air Desa Sungai Sibur Kec. Cengal Kab. OKI
Kab. OKI Jumlah ambulance air untuk desa Sungai Sibur Kec. Cengal Kab. OKI
1 Unit 300.000.000 - - Dana Aspirasi Hj. Lindawati Alikonang
Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
Persentase Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Terakreditasi
80% % 500.000.000 95% 550.000.000
Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS, RS Jiwa, RS Paru dan RS Mata
1 Pemeliharaan rutin berkala rumah sakit
RSUD Prov. Sumsel
Jumlah rumah sakit UPT Dinkes yang beroperasional dengan baik
1 RS 500.000.000 - 550.000.000
Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Universal Coverage Jaminan Kesehatan
95% 210.000.000 100% 231.000.000
Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
1 Pengawasan Ketaatan Rujukan Puskesmas dan rumah sakit
rasionalisasi anggaran berdasarkan pra rka
Jumlah kab/kota yang dilakukan pengawasan rujukan Puskesmas dan rumah sakit
17 Kab/Kota 100.000.000 17 Kab/Kota 110.000.000
Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
2 Pertemuan forum komunikasi JPKM
Jumlah peserta pertemuan forum JPKM
44 Orang 110.000.000 44 Orang 121.000.000
Page 11
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan
Persentase Industri Rumah Tangga Pangan(IRTP) yang telah mempunyai izin edar
90% 180.000.000 100% 198.000.000
Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan
1 Pengawasan dan Pengendalian Keamanan dan Kesehatan Makanan Industri Rumah Tangga
17 Kab/Kota Jumlah produk makanan IRTP yang diawasi
80 Jenis 80.000.000 80 Jenis 88.000.000
Program Pengawasan dan Pengendalian Kesehatan Makanan
2 Pengawasan Keamanan dan Kesehatan Pangan menjelang Hari-Hari Besar Agama
17 Kab/Kota Jumlah produk makanan yang diawasi
30 Jenis 100.000.000 30 Jenis 110.000.000
Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak
Persentase Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
100% % 977.230.000 100% 1.074.953.000
Jumlah Kematian Ibu Maternal (102 / 100.000 KH)
134 % 134
Jumlah Kematian Bayi (34 / 1000 KH)
100 % 100
Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak
1 Pendampingan ibu hamil risti pada kab/kota dengan jumlah AKI AKB tinggi
Banyuasin, OKU, OKUT, Musi Banyuasin
Jumlah ibu hamil risti yang didampingi
4 Kab (Banyuasin,
OKU, OKUT, Musi
Banyuasin)
400.000.000 4 Kab 440.000.000
Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak
2 Cetak daftar tilik pelayanan ANC sesuai standar untuk 17/kab/kota
17 Kab/Kota Jumlah daftar tilik yang dicetak 183.660 eks 100.000.000 1 Jenis 110.000.000
Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak
3 Pembinaan Pelayanan Kes bayi sesuai standar di puskesmas
17 Kab/Kota Jumlah Kab/kota yang dibina 17 Kab/Kota 77.230.000 17 Kab/Kota 84.953.000
Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak
4 Lomba Balita Sehat Tingkat Provinsi
Sumsel Jumlah pemenang lomba balita 6 org 100.000.000 6 org 110.000.000
Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak
5 Pengadaan bahan penunjang program (bagan dinding MTBS, modul SDIDTK, skrining kit SDIDTK)
Sumsel rasionalisasi anggaran Jumlah bahan penunjang program yang dilakukan pengadaan
1200 bahan (3 jenis)
100.000.000 3 Jenis 110.000.000
Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak
6 Pembinaan Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan remaja
17 Kab/Kota Jumlah Kab/kota yang dibina 17 Kab/Kota 100.000.000 17 Kab/Kota 110.000.000
Program Peningkatan Pelayanan Keselamatan Ibu dan Anak
7 Pembinaan Rumah Tunggu Kelahiran
17 Kab/Kota Jumlah Kab/kota yang dibina 17 Kab/Kota 100.000.000 17 Kab/Kota 110.000.000
Page 12
Tolok Ukur Target Tolok Ukur Target Pagu Indikatif (Rp.) Target
Capaian Pagu (Ribu)
5 7 8 9 10 11 12 13 14 156
Indikator Kinerja Program/Outcome
Indikator Kinerja Kegiatan/OutputProgram Nomenklatur Kegiatan
Lokasi (kab/kota)
Rencana Tahun 2019
KET
Prakiraan Maju 2020
Program Penanganan Keluarga Berencana
Persentase PUS yang menjadi Perserta KB Aktif
70% 150.000.000 70% 165.000.000
Rasio antara kebutuhan KB dan KB yang tidak terpenuhi (Unmet Need KB)
5,0% 5,0%
Total Fertility Rate (TFR)
2,0 2,0
Program Penanganan Keluarga Berencana
1 Fasilitasi dan Pembinaan Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana
17 Kab/Kota rasionalisasi anggaran Jumlah kabupaten/kota dengan cakupan CPR rendah yang dilakukan pembinaan dan fasilitasi program KB
17 Kab/Kota 150.000.000 17 Kab/Kota 165.000.000
akan ditambahkan kegiatan lagi terkait KB
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan BLUD
Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit BLUD Dinas Kesehatan
100% 112.456.305.000 100% 123.701.935.500
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan BLUD
1 Penyediaan Pelayanan Kesehatan BLUD RS Khusus Mata Masyarakat
RSK Mata Masyarakat
Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Khusus Mata Masyarakat
1 RS 53.751.000.000 1 59.126.100.000
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan BLUD
2 Penyediaan Pelayanan Kesehatan BLUD RS Khusus Paru
RS Khusus paru
Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Khusus Paru
1 RS 5.005.305.000 1 5.505.835.500
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan BLUD
3 Penyediaan Pelayanan Kesehatan BLUD RS Khusus Gigi dan Mulut
RSK Gigi dan Mulut
Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit KhusuS Gigi dan Mulut
1 RS 3.700.000.000 1 4.070.000.000
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan BLUD
4 Penyediaan Pelayanan Kesehatan BLUD RSUD Provinsi Sumatera Selatan
RSUD Prov. Sumsel
Meningkatnya Mutu Pelayanan Kesehatan Di RSUD Prov. Sumsel
1 RS 50.000.000.000 1 55.000.000.000
321.956.046.000 242.329.530.600
321.460.102.000 495.944.000
321.956.046.000
-
Page 13