rencana induk pengembangan (rip)eki.febi.uinsu.ac.id/assets/file/rip_eki_full2.pdf · bersama 6...
TRANSCRIPT
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN
(RIP)
PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
ii
KATA PENGANTAR
Sebagai sebuah bahagian dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam (FEBI) UIN SU yang sedang berkembang pesat dan berada di
tengah sebuah transisi institusional, Program Studi (Prodi) Ekonomi
Islam sangat memerlukan adanya kejelasan arah perkembangan.
Adanya kejelasan arah ini menjadi lebih penting dari biasanya, sebab
kelembagaan FEBI yang mendukung UIN SU dalam mencapai visi dan
misinya Prodi Ekonomi Islam memberikan kontribusinya yang terarah
dan terkoordinasi menuju ke titik tersebut. Karena itu, terselesaikannya
Rencana Induk Pengembangan (RIP) Program Studi Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SU Medan 2016-2025 ini
patut disyukuri oleh semua.
RIP ini memberikan dua hal bagi Prodi Ekonomi Islam, yaitu:
pertama memberikan kejelasan kepada semua warga Prodi Ekonomi
Islam dan umumnya FEBI UIN SU dan juga kepada masyarakat luas
tentang rencana-rencana yang sedang berlangsung dan diupayakan
realisasinya di Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU pada setiap tahun
dari masa 2016-2025; dan kedua, RIP ini akan memungkinkan semua
warga Prodi Ekonomi Islam memosisikan diri dalam berbagai program
yang ada diiringi dengan memberikan kontribusi terbaik bagi
perkembangan Prodi secara khusus dan secara umum bagi FEBI UIN
SU. Dengan kata lain RIP ini memberi kejelasan arah dan sekaligus
kejelasan peran bagi segenap warga Prodi Ekonomi Islam Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara.
iii
Akhirnya, dengan mengharapkan pertolongan dari Allah swt.
RIP ini diluncurkan dengan harapan akan membantu mempermudah
pencapaian cita-cita perkembangan Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN
SU ke masa mendatang. Amin.
Medan, Desember 2015
Ketua Jurusan Ekonomi Islam,
Isnaini Harahap, MA
NIP. 197507202003122002
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Landasan Hukum
C. Sistematikan Penyusunan
1
3
5
BAB II PROFIL PROGRAM STUDI EKONOMI
ISLAM
A. Sejarah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
B. Sejarah Prodi Ekonomi Islam
C. Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam
D. Nilai-nilai Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam
E. Visi Prodi Ekonomi Islam
F. Misi Prodi Ekonomi Islam
G. Tujuan Prodi Ekonomi Islam
H. Sasaran Prodi Ekonomi Islam
7
29
34
35
37
38
38
39
BAB III ANALISIS LINGKUNGAN
A. Kondisi Lingkungan Internal
B. Kondisi Lingkungan Eksternal
40
42
BAB IV ARAH PENGEMBANGAN
A. Tahapan Penetapan Sasaran dan
Pengembangan
B. Kebijakan, Strategi Pengembangan dan
Indikator Kinerja
45
48
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2014,
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatera Utara Medan resmi
berubah menjadi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU)
Medan. Perubahan status ini membawa banyak perubahan besar bagi
UIN Sumatera Utara Medan, termasuk perubahan pada bidang-bidang
kajian keilmuan, tidak hanya berkenaan dengan ilmu-ilmu keagamaan,
namun juga ilmu-ilmu umum. Jumlah fakultas yang sebelumnya ada 4
(empat) bertambah menjadi 8 (delapan), yaitu: Syariah dan Hukum
(FSH), Ushuluddin dan Studi Islam (FUSI), Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK), Dakwah dan Komunikasi (FDK), Ekonomi dan
Bisnis Islam (FEBI), Ilmu Sosial (FIS), Sains dan Teknologi (FST), dan
Kesehatan Masyarakat FKM).
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam disingkat FEBI merupakan
Fakultas yang masih tergolong sangat muda di lingkungan UIN
Sumatera Utara. FEBI UIN Sumatera Utara diresmikan oleh Menteri
Agama pada tanggal 19 November 2013 di UIN Alauddin Makasar
bersama 6 (enam) FEBI lainnya se-Indonesia. Jejak kehadiran FEBI di
UIN Sumatera Utara sebenarnya telah dimulai dari keberadaan program
studi D-III Perbankan Syariah pada tahun 1997 dan diikuti dengan
dibukanya Program Studi S1 Ekonomi Islam. Kedua Program Studi ini
yang menjadi cikal bakal kelahiran FEBI yang sebelumnya berada di
bawah naungan Fakultas Syari’ah (yang sempat berubah nama menjadi
2
Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam). Karena perkembangannya yang
sangat cepat, maka kedua program studi ini kemudian disapih di bawah
fakultas tersendiri dan diberikan nama Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam (FEBI) UIN Sumatera Utara.
Program Studi Ekonomi Islam FEBI UIN Sumatera Utara
berdiri sejak tahun 2002. Pendirian program studi ini berawal dari
pendirian Forum Kajian Ekonomi dan Perbankan Islam (FKEBI) yang
merupakan lembaga non-struktural di IAIN Sumatera Utara pada
tahun 1990. Pada tanggal 25 s/d 28 Oktober 1993 IAIN Sumatera
Utara bekerja sama dengan Universitas Islam Antarbangsa (UIA)
Malaysia dan Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM)
melaksanakan “Seminar dan Workshop Ekonomi Islam” di Asrama
Haji Medan. Seminar ini tercatat sebagai seminar pertama tentang
Ekonomi Islam di luar Pulau Jawa. Hasil seminar tersebut adalah
pembukaan program studi Ekonomi Islam di Fakultas Syariah IAIN
SU.
Prodi Ekonomi Islam ternyata mendapat sambutan yang sangat
baik, terutama dari Departemen Agama. Sambutan tersebut dituangkan
dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Nomor DJ.II/158/2004 tanggal 27 Mei 2004 tentang Izin
Penyelenggaraan Program Studi Ekonomi Islam Program Sarjana (S-1)
pada Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara Medan. Izin
penyelenggaraan kemudian diperpanjang berdasarkan SK Direktur
Jenderal Pendidikan Islam No. Dj.I/362/2009 Tanggal 30 Juni Tahun
2009 jo SK Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam No 1223
Tahun 2012 tentang perpanjangan izin penyelenggaraan program studi
strata 1 pada PTAIN.
3
Berdasarkan Keputusan BAN-PT No.001/BAN-PT/Ak-
XIII/S1/IV/2010, Program Studi Sarjana Ekonomi Islam sudah
terakreditasi B dan pada tahun 2015 ketika akreditasi ulang, Program
Studi Ekonomi Islam memperoleh Akreditasi A sesuai dengan
Keputusan BAN-PT No. 1122/SK/BAN-PT/Akred/S/X/2015 yang
berlaku dari tanggal 31 Oktober 2015 sampai 31 Oktober 2020.
Pengembangan Program Studi Ekonomi Islam perlu rencana
yang terarah dan tersusun rapi agar sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Rencana Induk Pengembangan (RIP) Program Studi Perbankan
Syariah 2016-2025 ini disusun sebagai blue print dan pemberi arah
bagi pengembangan Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN Sumatera Utara
untuk masa dua puluh lima tahun ke depan. RIP ini di samping disusun
berdasarkan RIP UIN SU dan RIP atau Blue Print FEBI juga telah
mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
berdasarkan analisis objektif dan kritis terhadap kondisi nyata sedang
berjalan yang kemudian dijadikan sebagai dasar bagi perumusan
kebijakan, program, dan kegiatan Prodi Perbankan Syariah FEBI UIN
Sumatera Utara 2016-2025.
B. Landasan Hukum
RIP Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN SU 2016-2025 ini disusun mengacu kepada peraturan
perundang-undangan sebagai berikut :
a. Undang–undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,
Tentang Sistem Pendidikan Nasional;
b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012,
Tentang Pendidikan tinggi;
4
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
Pemerintah 2010, Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 tahun 2010, Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaran Pendidikan;
d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2005, Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4502)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2012, Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2005, Tentang Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5340);
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 90 Tahun
2010, Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5178);
f. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:
PER/08/M.PAN/1/2007, Tentang Pedoman Organisasi Satuan
Kerja di Lingkungan Instansi Pemerintah Yang Menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
g. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
71/PMK.02/2013, Tentang Pedoman Standar Biaya, Standar
Struktur Biaya, dan Indeksasi Dalam Penyusunan Rencana
Kerja dan Anggaran kemneterian/Lembaga;
5
h. Keputusan Menteri Agama RI Nomor: B.II/3/12847 Tahun
2013, Tentang Pengangkatan Rektor UIN-SU;
i. Keputusan Menteri Agama RI Nomor:
In.07/B.Ia/Kp.07.6/01/2014, Tentang Pengangkatan Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN-SU;
j. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian
Agama RI Nomor 1267 Tahun 2015 tentang Izin Penyelenggaraan
Program Studi pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara Medan Tahun 2015 pada tanggal 2 Maret 2015;
k. Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor:
B.90/Un.11.R/B.I.3.b/KP.07.6/12/2016 tentang pengang-katan
Ketua Jurusan dan ketua Program Studi Periode 2016-2020.
C. Sistematika Penyusunan
Bab 1 Memuat Pendahuluan mengungkap tentang latar
belakang penyusunan RIP, landasan hukum penyusunan dan
sistematika penyusunan.
Bab 2 Profil Program Studi Ekonomi Islam, berisi tentang
sejarah ringkas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, sejarah Prodi, visi,
misi dan tujuan FEBI, nilai dasar FEBI, visi dan misi, tujuan dan
sasaran Prodi Ekonomi Islam.
Bab 3 Memuat Analisis Lingkungan. Mengungkap berbagai
kondisi yang terdapat di lingkungan, baik internal maupun eksternal,
berupa peluang untuk dieksploitasi, dan tantangan yang harus mendapat
perhatian. Di sisi internal, disajikan berbagai kekuatan dan beberapa
kelemahan yang dimiliki Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN Sumatera
Utara.
6
Bab 4 Arah Pengembangan (road-map). Pada bab ini, disajikan
analisis untuk memprediksi situasi yang akan terjadi di masa datang
serta arah pengembangan Prodi Ekonomi Islam ke depan sesuai dengan
kondisi yang paling mungkin terjadi. Serta strategi dasar, kebijakan
dasar dan indikator kinerja, baik untuk kegiatan utama maupun
kegiatan pendukung, yang diperlukan untuk memastikan Prodi
Ekonomi Islam telah melangkah dalam arah yang benar untuk
mencapai kondisi sebagaimana yang diinginkan dalam arah
pengembangannya.
7
BAB II
PROFIL PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
A. Sejarah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Lahirnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera
Utara (FEBI UIN SU) tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangan gerakan dan pemikiran ekonomi Islam di Sumatera
Utara. Sejak tahun 1993, IAIN Sumatera Utara (saat ini telah menjadi
UIN Sumatera Utara) menjadi salah satu lembaga pendidikan tinggi
agama Islam pertama yang secara serius mengembangkan kajian
ekonomi Islam. Tidak saja dalam bentuk pendidikan dan pelatihan,
tetapi juga IAIN Sumatera Utara masuk pada wilayah gerakan
sosialisasi ekonomi syariah di masyarakat.
Keterlibatan IAIN Sumatera Utara secara langsung dalam
pengembangan ekonomi Islam di Sumatera Utara membuat lembaga ini
menjadi dipercaya pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama R.I.
untuk menjadi penyelenggara pendidikan tinggi ekonomi Islam.
Sampai saat ini, IAIN Sumatera Utara telah menyelenggarakan
pendidikan tinggi ekonomi Islam, mulai dari tingkat diploma, sarjana
(Strata 1) sampai program doktor (Strata 3). Tidak itu saja, dalam
rangka transformasi atau alih status IAIN Sumatera Utara menuju UIN
Sumatera Utara Kementerian Agama juga menetapkan keunggulan dan
kekhasan UIN Sumatera Utara pada ekonomi Islam.
Satu hal yang harus disadari, apa yang dicapai oleh UIN
Sumatera Utara saat ini dalam bentuk kepercayaan yang tinggi baik
dari masyarakat dan juga pemerintah, merupakan hasil dari perjalanan
sejarah panjang keterlibatan UIN Sumatera Utara dalam
8
mengembangkan ekonomi Islam. Pemahaman yang utuh tentang
sejarah kelahiran FEBI penting untuk diketahui. Dengan cara ini, kita
bisa menangkap semangat awal lahirnya jurusan/prodi Ekonomi Islam
yang kemudian bermetamorfosis menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam IAIN Sumatera Utara.
Sejarah lahirnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Sumatera Utara setidaknya dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu:
Periode pertama adalah periode awal yang memuat sejarah lahirnya
gerakan dan pemikiran ekonomi Islam di Sumatera
Utara;
Periode Kedua adalah institusionalisasi pendidikan Tinggi Ekonomi
Islam; dan
Periode Ketiga adalah Pengukuhan dan penguatan posisi ekonomi
Islam ke dalam Fakultas.
Lebih lanjut periodesasi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:
1. Periode Sejarah Lahirnya Gerakan dan Pemikiran
Ekonomi Islam di Sumatera Utara (Tahun 1993-2000)
Setidaknya ada dua faktor yang mendasari lahirnya gerakan
ekonomi syari’ah di Sumatera Utara. Pertama, faktor internal dalam
negeri yang berimbas ke Sumatera Utara khususnya kota Medan.
Kedua, faktor eksternal luar negeri, khususnya dinamika perkembangan
pendidikan dan peraktik ekonomi Islam di Malaysia. Respons dari
kedua peristiwa ini melahirkan apa yang disebut dengan gerakan
ekonomi syari’ah.
Pada tahun 1990-an muncul isu lemak babi di dalam penyedap
makanan Ajinomoto. Peristiwa ini menimbulkan keprihatian
dikalangan pemikir-pemikir ekonomi Sumatera Utara, sebut saja
9
misalnya Prof. H.S. Hadibroto, Prof. Bahauddin Darus (Keduanya dari
Fakultas Ekonomi USU) dan H.S Pulungan Dirut PTPN. Ada keinginan
dari tokoh-tokoh tersebut untuk membuat lembaga kajian atau
setidaknya media untuk berdiskusi dan membicarakan beragam
persoalan umat Islam. Sebagai pemikir yang peduli, mereka menyadari
betul dampak dari penggunaan lemak babi dalam makanan tertentu.
Perkumpulan “tokoh-tokoh senior” yang peduli itu terwujud.
Mereka kerap berkumpul dan melaksanakan pengajian-pengajian.
Beberapa ulama diundang untuk memberikan tausiah atau mengkaji
beberapa persoalan kegamaan, khususnya isu-isu aktual. Namun
sayangnya, seringkali pengajian-pengajian itu tidak sepenuhnya bisa
memberi jawaban yang memuaskan. Sebagai ilmuan umum mereka
tentu memerlukan penjelasan keagamaan yang rasional dan
kontekstual. Mereka menginginkan sebuah pencerahan yang bersumber
dari ajaran-ajaran agama.
Kendatipun saat itu mereka mendapatkan ceramah agama dari
kalangan ustadz-ustadz yang ada di kota Medan, namun penjelasan
para ustadz dan ulama tersebut tidak memuaskan dahaga intelektual
mereka. Bisa jadi hal ini disebabkan karena metode para ulama yang
masih menggunakan cara-cara pesantren atau maktab, untuk tidak
menyebutnya secara tradisional, bagi mereka tidak sepenuhnya bisa
menjawab persoalan riel yang mereka hadapi. Mereka sesungguhnya
membutuhkan ahli agama yang tidak saja dapat menjelaskan Islam
secara rasional tetapi juga kontekstual. Sehingga Islam benar-benar
membumi dan dapat merespon persoalan riel yang dihadapi
masyarakat.
10
Keresahan ini terjawab ketika dua orang cendikiawan Islam
Sumatera Utara yang berkiprah di IAIN Sumatera Utara kembali
setelah meyelesaikan studi S3 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Dr. M. Yasir Nasution,
ahli Filsafat dan Hukum Islam serta Dr. M. Ridwan Lubis, ahli dalam
bidang Pemikiran Islam. Keduanya diundang ke dalam berbagai
pengajian untuk memberikan pencerahan terhadap senior dan tokoh-
tokoh yang haus akan ilmu agama. Kedatangan dua orang Doktor baru
UIN Sumatera Utara tersebut berhasil menjawab kegelisahan mereka
selama ini. Kajian-kajian yang dikembangkan tidak lagi bercorak
normatif-doktrinal, tetapi juga rasional-kontekstual. Tidak berlebihan
jika dikatakan mereka seakan menemukan “penjelasan baru tentang
agama”.
Di dalam kajian-kajian tersebut, isu-isu kemasyarakatan terus
berkembang, termasuk problema makanan yang dihadapi oleh umat
Islam. Gagasan ini terus digulirkan dan semakin meluas ke beberapa
lembaga perguruan tinggi lainnya, termasuklah UMSU, UISU, IKIP
(sebelum menjadi UNIMED) dan tentu saja IAIN Sumatera Utara. Dari
beberapa kali perbincangan ada kesepakatan di antara para pakar untuk
membentuk lembaga atau forum kajian yang di dalamnya isu-isu
ekonomi ditela’ah dan diperbincangkan. Tentu saja pada saat itu belum
terbayangkan apa yang dimaksud dengan ekonomi Islam atau ekonomi
syari’ah. Diskursus yang berkembang baru pada wacana Islam dan
ekonomi. Jika ada yang lebih maju dari hal tersebut, hanya sekedar
dalam penggunaan istilah yang dipakai untuk membahas isu ekonomi
tertentu lalu ditambahkan dengan frasa “perspektif Islam”, “perspektif
Alquran” dan sesekali menggunakan frasa “perspektif ekonomi Islam”.
11
Setelah terjadi kebulatan tekad untuk melahirkan forum kajian
tersebut, muncul masalah baru. Pertanyaan besar saat itu adalah, di
mana markas atau lembaga kajian ekonomi itu ditempatkan.
Kendatipun mereka mewakili perguruan tinggi masing-masing namun
tidak ada yang siap untuk menjadi “tuan rumah” atau markas kajian itu.
Sampai akhirnya, IAIN Sumatera Utara yang saat itu dipimpin oleh
Drs. H. Nazri Adlani selaku Rektor, bersedia menjadi tempat
berkumpul tokoh-tokoh untuk mendiskusikan persoalan umat
khususnya yang berkenaan dengan masalah ekonomi.
Dr. M. Yasir Nasution didaulat untuk memimpin lembaga yang
kemudian diberi nama Forum Kajian Ekonomi dan Perbankan Islam di
singkat FKEBI. Pilihan terhadap Dr. M. Yasir Nasution sebenarnya
sangat sederhana saja. Bukan karena beliau ahli dalam ekonomi Islam.
Bahkan dalam pengakuannya, pada mulanya Prof. M. Yasir Nasution
sendiri adalah orang yang skeptis terhadap ekonomi Islam. Satu-
satunya alasan mengapa harus Prof. M.Yasir Nasution, itu hanya
karena beliau orang dalam atau orang IAIN Sumatera Utara. Saat itu
Dr. M. Yasir Nasution menjabat sebagai Dekan Fakultas Syari’ah untuk
periode 1991-1996. Tentu saja Rektor pada waktu itu ingin agar
lembaga yang baru ini tetap dalam kendalinya. Jika FKEBI dipimpin
oleh orang luar, pastilah Rektor akan kesulitan untuk memantau dan
mengarahkan lembaga tersebut.
Pada saat yang sama, di Malaysia wacana ekonomi Islam
sedang menemukan momentumnya. Di saat kajian ekonomi Islam
masih asing di Indonesia, di negeri jiran itu berbagai jenis seminar,
workshop ekonomi Islam kerap digelar. Bahkan mereka sudah
mempraktikkan ekonomi Islam dalam bentuk industri keuangan
12
syari’ah seperti lembaga perbankan Islam. Demikian juga halnya
dalam bentuk pendidikan tinggi ekonomi Islam. Beberapa perguruan
tinggi di Malaysia seperti IIUM dan Kolej Insaniyyah kerap
melaksanakan konfrensi dan seminar-seminar ekonomi Islam. Mereka
juga telah menyelenggarakan pendidikan tinggi ekonomi Islam dengan
menggunakan model Islamisasi Ilmu yang digagas oleh Isma’il Raji’
Al-Faruqi dan Syed Naquib Al-Attas. Tidak jarang, kegiatan seminar
dan workshop ekonomi Islam di Malaysia juga mengundang pakar-
pakar ekonomi konvensional dari Indonesia. Dalam satu kegiatan
ekonomi Islam, Dr. M. Yasir Nasution melalui Prof. Bahauddin Darus
diundang untuk mengikuti kegiatan Seminar ekonomi Islam di
Malaysia. Sejak saat itulah Dr. M. Yasir Nasution mulai bersentuhan
dengan isu-isu ekonomi Islam.
Dalam pengakuannya, Dr. M. Yasir Nasution mulai mengenal
ekonomi Islam sejak mengikuti kegiatan di negeri jiran itu. Beliau
bertemu dengan pakar-pakar ekonomi Islam dunia seperti Fahim Khan,
M. Umer Chapra dan dialog-dialog konstruktif pun terus berlangsung.
Perlahan namun pasti Dr. M. Yasir Nasution mulai melihat titik terang
ekonomi Islam dan perbedaannya dengan sistem ekonomi lainnya.
Sebagai orang yang terdidik dalam ilmu-ilmu keislaman, tidak sulit
bagi Dr. M. Yasir Nasution untuk memahami prinsip-prinsip ekonomi
Islam. Agaknya tidak berlebihan jika dikatakan, Malaysia telah
memperkenalkan kepada Dr. M. Yasir Nasution ekonomi Islam kendati
dalam bentuknya yang amat sederhana.
Kondisi ini tentu berbeda dengan apa yang terjadi di Indonesia.
Entah mengapa gaung ekonomi Islam tidak terlalu berkembang.
Walaupun secara apologetik kita bisa saja berkata, wacana atau
13
diskursus ekonomi yang dikaitkan dengan Islam telah lama
berlangsung di nusantara. Dimulai dari era yang paling awal perjalanan
bangsa ini. Gagasan-gagasan para tokoh besar seperti Muhammad
Hatta, Syafruddin Prawiranegara, Cokro Aminoto, dan tokoh lainnya
menjadi bukti bahwa wacana ekonomi Islam telah lama muncul di
Indonesia.
Kendati kita terlambat, namun beberapa pakar Islam Indonesia
berkesempatan untuk mengikuti secara dekat dinamika intelektual
kajian ekonomi Islam di Malaysia. Sebut saja misalnya, M. Syafi’i
Antonio yang memang sedang studi di IIUM. Sedangkan dari Medan
terdapat sosok Prof. Bahauddin Darus yang tidak saja “membawa”
orang IAIN Sumatera Utara untuk ikut dalam wacana besar ekonomi
Islam dunia tetapi memperkenalkan kepada mereka tentang keberadaan
Forum Kajian Ekonomi dan Perbankan Islam (FKEBI).
Pilihan Rektor IAIN Sumatera Utara terhadap Dr. M. Yasir
Nasution ternyata tidak salah. Di samping Dr. M. Yasir Nasution
adalah sarjana Syari’ah yang mumpuni tenryata juga memiliki minat
terhadap kajian ekonomi syari’ah. Setelah mengikuti sebuah kegiatan
ekonomi Islam di Malaysia, Dr. M. Yasir Nasution pun segera
membangun jaringan dengan perguruan tinggi Malaysia yang saat itu
telah lebih dahulu menyelenggarakan pendidikan tinggi ekonomi Islam.
Demikianlah, hasilnya adalah terselenggaranya kegiatan Workshop
Ekonomi Islam yang pertama di Medan bahkan mungkin yang pertama
di Indonesia.
Agaknya pakar-pakar Malaysia melihat Medan adalah wilayah
yang sangat potensial untuk berkembangnya ekonomi Islam. seakan
membawa misi “Islamisasi ekonomi Indonesia,” beberapa universitas
14
di Malaysia seperti IIUM dan Kolej Insaniyah bermaksud
melaksanakan seminar bersama ekonomi Islam. Tawaran untuk
melaksanakan workshop ekonomi Islam bersama diajukan kepada Dr.
M. Yasir Nasution sebagai perwakilan orang Indonesia yang saat itu
berada di Malaysia. Atas izin Rektor, Dr. M. Yasir Nasution menjawab
tantangan Malaysia untuk melaksanakan seminar bersama.
Sepulangnya Dr. M. Yasir Nasution dari Malaysia,
kepanitianpun disusun. Tidak ada cara lain bagi Dr. M. Yasir Nasution
kecuali menggunakan orang-orang Syari’ah. Pilihan jatuh kepada Dr.
Amiur Nuruddin, MA, Dosen Syari’ah yang sangat energik dan
memiliki pemikiran yang futuristik untuk didaulat sebagai ketua
panitia. Beberapa dosen Fakultas Syari’ah sebut saja Drs. Palit Muda
Harahap, Drs. Syu’aibun, ikut terlibat secara aktif dalam menyukseskan
acara tersebut. Sepertinya memang sudah ditakdirkan Allah SWT, Dr.
Amiur Nuruddin yang pada saat itu juga belum berkenalan secara
intesnif dengan ekonomi Islam, akhirnya menjadi tokoh nasional dalam
pengembangan ekonomi Islam. Beliau menjadi as-sabiquna al-
awwalun sebagai guru besar ekonomi Islam di Indonesia. Demikianlah,
panitia bekerja siang malam untuk mensukseskan acara seminar
ekonomi Islam pertama di Indonesia, setidak-tidaknya di luar Jawa.
Penting dicatat, seminar itu berlangsung pada era orde baru. Di saat
Islam phobia masing menguat.
Tepat tanggal 25-28 Oktober 1993, Seminar dan Workshop
Ekonomi Islam bekerjasama dengan Universitas Islam Antar Bangsa
(IIUM) dan Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM) dapat digelar.
Ketua Panitia Seminar tersebut dijabat Dr. Amiur Nuruddin (sekarang
Profesor). Hadir sebagai nara sumber pada saat itu adalah, Zakaria Man
15
(UIA), Syed Omar Bin Syed Agil, Aidit bin Haji Ghazali, Syed Abdul
Hamid Al-Junaid, Syed Othman Alhabsi (IKIM), Dziyauddin bin Haji
Ahmad (UIA). Sedangkan dari Indonesia sebagai nara sumber hadir
pula, Muhammad Syafi’i Antonio.
Seminar dan Workshop itu menjadi sejarah baru bagi
perkembangan gerakan dan pemikiran ekonomi Islam tidak saja di
Sumatera Utara tetapi juga di Indonesia dengan melahirkan tiga
kesimpulan penting. Pertama, perumusan kurikulum dan
Pemasyarakatan Ilmu Ekonomi Islam dalam rangka pembukaan
Fakultas Ekonomi Islam. Kedua, Perlunya pendirian lembaga-lembaga
keuangan syari’ah. Ketiga, Perlunya membangun kerjasama antar
lembaga. 1
Di luar tiga kesimpulan dan rekomendasi yang telah dicapai,
Seminar yang pada mulanya dicurigai pemerintah Orde Baru dan
dikhawatirkan sebagai bagian gerakan negara Islam, ternyata menjadi
spirit bagi FKEBI untuk terus bekerja dan melakukan terobosan-
terobosan dalam rangka pengembangan kajian ekonomi Islam. FKEBI
saat itu ingin membuktikan Seminar dan Workshop bukanlah sebatas
mengumpulkan bahan-bahan atau makalah Seminar. Lebih dari itu,
FKEBI ingin seminar yang penuh resiko itu dapat melahirkan sesuatu
yang bermakna bagi bangsa dan agama. Tegasnya, bagaimana
menindaklanjuti hasil-hasil seminar tersebut menjadi sesuatu yang
nyata.
1Amiur Nuruddin (Direktur FKEBI) “FKEBI-IAIN Sumatera Utara : Merajut
Potensi Ekonomi Membangun Kekuatan Umat” dalam Pengantar untuk buku,
Ekonomi dan Bank Syari’ah Pada Milenium Ketiga, Medan, IAIN. Press dan FKEBI,
2002, h. xii-xiii.
16
Tindak lanjut yang sangat konkrit adalah terlaksananya Diklat
(Pendidikan dan Latihan) bagi calon pengelola Bank Perkreditan
Rakyat Syari’ah (BPRS) yang saat ini telah berganti nama menjadi
Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah. Kegiatan tersebut dikatakan sukses
karena berhasil melahirkan beberapa BPRS. Sebut saja BPRS Kafalatul
Ummah (1994) di Medan, BPRS Amanah Bangsa (1994) di Pematang
Siantar, BPR Al-Washliyyah (1994) di Tanjung Morawa Deli Serdang,
BPRS Gebu Prima (1996) di Deli Serdang, dan BPRS Puduarta Insani
(1996) di Tembung Deli Serdang.
Penting dicatat, seminar yang bersejarah tersebut
diselenggarakan setelah MUI berhasil melahirkan bank Syari’ah
pertama di Indonesia. Menurut Adiwarman Karim, upaya MUI untuk
mendorong lahirnya Bank Syari’ah sudah berlangsung sejak tahun
1990. Bahkan pendirian Bank Syari’ah tersebut telah pula
ditandatangani pada 1 November 1991, tetapi belum dapat beroperasi
karena undang-undang perbankan belum memungkinkan. Ketika UU
No.7 Tahun 1992 diterbitkan pada 1 April 1992, tepat satu bulan
kemudia 1 Mei 1992, bank Syari’ah pertamapun beroperasi.2
Pada tahun 1998, FKEBI bekerjasama dengan perguruan tinggi
yang ada di Kota Medan menyelenggarakan Seminar Bank Islam
dengan menghadirkan pakar ekonomi Syari’ah, sebelumnya bekerja di
IDB, Karnaen Perwataatmaja. Seminar tersebut berlangsung di Hotel
Garuda Plaza Medan. Tidak saja mengandalkan pemikir dan ahli
ekonomi Islam Indonesia, FKEBI bekerjasama dengan pemerintah
Propinsi berhasil mendatangkan pakar-pakar ekonomi Islam
2Adiwarman A Karim, “Silent Giant from the East” dalam Gatra, No.48
Tahun XIII, h. 12
17
Internasional. Sebut saja misalnya, Prof. Dr. M.A. Mannan, Prof. Dr.
Masudul Alam Choudry, Monzer Khaf, Prof. Dr. Azmi Omar, dll.
Tentu tidak pada tempatnya untuk menyebutkan semua seminar
yang dilaksanakan FKEBI ataupun IAIN Sumatera Utara di lembaran
ini. Namun yang jelas, FKEBI sangat menyadari, yang diperlukan saat
itu adalah memberikan pemahaman dan kesadaran kepada umat Islam
akan arti penting ekonomi Islam. Kendati secara normatif, ajaran
ekonomi Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ajaran
Islam, namun dalam sejarahnya dimensi ekonomi ini jauh tertinggal.
Tidaklah mengherankan jika umat Islam lebih memahami aspek-aspek
akidah, ibadah dengan segala cabangnya, politik Islam (siyasah)
dibanding dengan ajaran ekonomi Islam. Pada gilirannya, tragedi
sejarah ini membentuk cara berpikir dikotomik dikalangan umat.
Ekonomi diyakini bukan bagian dari ajaran Islam. Ekonomi adalah
sesuatu yang bersifat dari luar yang diinjeksikan ke dalam Islam.
Cara berpikir yang keliru ini tentu saja perlu dibongkar dan
diluruskan. Sarana yang cepat dan efektif adalah lewat Seminar, diskusi
dan pertemuan-pertemuan resmi lainnya. Kendatipun tetap disadari,
seminar juga tidak menjamin umat akan memiliki pemahaman yang
utuh tentang ekonomi Islam. Setidaknya, lewat acara tersebut,
diskursus ekonomi Islam cepat berkembang dan menjadi wacana di
tengah-tengah masyarakat.
Sedangkan untuk jangka panjang, sosialisasi dan
pengintegrasian ajaran ekonomi Islam ke dalam diri umat Islam
sekaligus dalam rangka menyiapkan Sumber Daya Insani (SDI) yang
tangguh untuk mengisi kebutuhan industri keuangan syari’ah, tentu saja
membutuhkan program yang sistematis, terencana dan komprehensif.
18
Satu-satunya cara yang paling baik adalah dengan menyelenggarakan
pendidikan tinggi Ekonomi Islam. Dalam hal ini, IAIN Sumatera Utara
dipandang paling siap dan paling mungkin untuk memulainya.
Tonggak sejarah yang cukup penting setelah tahun 1998 di
IAIN Sumatera Uatara adalah berdirinya program Diploma Dua (D-II)
Manajemen Perbankan dan Keuangan Syari’ah. Saat itu Dr. Amiur
Nuruddin, MA menjabat sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Syari’ah.
ia sangat bersungguh untuk membuka program baru tersebut. Program
ini ditingkatkan mejadi Program Diploma tiga (D-III). Tidak terlalu
terang bagaimana proses berdiri dan beralihnya Pogram Diploma Dua
(D-II) ke Diploma Tiga (D-III). Izin yang mereka kantongipun
hanyalah dalam bentuk izin prinsip dan bersifat lisan. Demikianlah,
bukan Dr. Amiur Nuruddin, MA, saat itu menjadi pembantu Dekan,
namanya jika tidak berani melakukan terobosan-terobosan akademik.
Keyakinan adalah modalnya bahwa ekonomi Syari’ah harus
diwujudkan ke dalam sebuah proses pendidikan yang tersistem dan
berkesinambungan.
Kehadiran Diploma Tiga (D-III) MPKS yang berada di Fakultas
Syari’ah kala itu mendapat sambutan yang sangat hangat dari
masyarakat. Program Diploma ini menjadi idola baru di tengah-tengah
calon-calon mahasiswa. Di Program ini seakan mereka melihat masa
depannya dengan sangat jelas. Hal ini terlihat dari partisipasi pelamar
atau calon mahasiswa yang ingin melanjutkan studinya ke Perguruan
Tinggi. Kendatipun programnya adalah Diploma, bukan strata S1, tidak
menghalangi peminat untuk memilihnya.
Tidak jelas benar kapan mulainya, yang pasti di FKEBI IAIN
Sumatera Utara terbentuk satu tim yang sangat solid. Seakan-akan
19
membentuk generasi ekonomi Islam di IAIN Sumatera Utara setelah
dua tokoh utama tersebut, muncul nama-nama Drs. Syu’aibun, M,
Hum, Drs. Agustianto, Sugianto, Abdi Rahmat, Dani Budianto dan
Ibrahim Siregar. Mereka adalah generasi muda setelah Dr. M. Yasir
Nasution dan Dr. Amiur Nuruddin, MA, sebagai generasi yang
pertama. Pada perkembangan berikutnya, lahir pula tenaga-tenaga baru,
sebut saja misalnya, Saidurrahman, Muhammad Ramadhan, Azhari
Akmal Tarigan, Muhammad Yafiz, Muhammad Ridwan. Generasi
selanjutnya muncul pula nama-nama Isnaini Harahap, Zuhrinal
M.Nawawi, Andre Soemitra, Marliyah, Yusrizal dan lain-lain.
Masuknya alumni-alumni luar, semisal USU yang selanjutnya
menjadi dosen di Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara menambah
kekuatan dalam gerakan ekonomi Islam. Sebut saja misalnya
Saparuddin Siregar (alumni akuntansi USU). Beliau akhirnya
ditugaskan Rektor IAIN Sumatera Utara untuk memimpin BPRS
Puduarta Insani yang merupakan milik IAIN Sumatera Utara.
Sampai saat ini lapisan generasi ekonomi Islam di Sumatera
Utara ini memiliki ikatan yang kuat. Mereka sangat menyadari,
tanggung jawab mujahid al-iqtishad bukan sebatas mengembangkan
ilmu ekonomi Islam tetapi juga mensosialisasikan ekonomi Islam di
tengah-tengah masyarakat.
2. Priode Institusionalisasi Pendidikan Tinggi Ekonomi Islam
(Tahun 2000-2013)
IAIN Sumatera Utara dalam hal ini FKEBI memandang perlu
untuk menyelenggarakan kegiatan yang sifatnya masif. Melibatkan
seluruh komponen masyarakat Islam Sumatera Utara. Menggeser
ekonomi Islam dari ranah wacana menjadi aksi nyata. Dukungan yang
20
diberikan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara T. Rizal Nurdin selaku
Gubernur Sumatera Utara, diwujudkan dalam bentuk Gerakan
Pencanangan Ekonomi Syari’ah yang momentumnya bersamaan
dengan kegiatan 1 Muharram. Pesan yang ingin disampaikan lewat
kegiatan tersebuta adalah semangat Muharram menjadi energi bagi
umat Islam untuk hijrah dari ekonomi konvensional (kapitalisme)
menuju ekonomi Islam.
Keterlibatan orang nomor satu di Sumatera Utara itu
memberikan efek yang luar biasa. Ekonomi Islam tidak lagi menjadi
gerakan pinggiran. Diselenggarakan oleh hanya sekelompok orang-
orang yang peduli. Akan tetapi gerakan ekonomi Islam menjadi
gerakan yang terbuka dengan dukungan sepenuhnya dari pemerintah
propinsi. Adalah H. Kasim Siyo yang saat itu menjabat sebagai asisten
Gubernur menjadi media atau penghubung efektif FKEBI IAIN
Sumatera Utara dengan Gubernur. Sangat disyukuri saat itu, Gubernur
Sumatera Utara sangat mendukung segala kegiatan FKEBI apakah
seminar dan workshop ekonomi Islam sampai pada kegiatan massal-
kolosal seperti pencanangan ekonomi syari’ah.
H. Rizal Nurdin (alm.) memiliki komitmen yang tinggi buat
ekonomi Islam. Hampir semua kegiatan FKEBI beliau hadir,
mencurahkan gagasan dan pemikiran-pemikirannya untuk
pengembangan ekonomi Islam di Sumatera Utara. Jika ditelusuri lebih
jauh apa yang membuat gubernur yang lembut itu setuju dengan
ekonomi Islam, ternyata dalam pemikirannya ekonomi Islam adalah
ekonomi yang pro terhadap kesejahteraan rakyat lebih-lebih rakyat
kecil. Kata kuncinya, ekonomi Islam adalah ekonomi kerakyatan. Pada
saat yang sama, pendidikan tinggi ekonomi Islam yang dikelola IAIN
21
Sumatera Utara lewat Program Studi Ekonomi Islam di Fakultas
Syari’ah, terus mengalami perkembangan yang signifikan. Program
Studi Diploma kendati masih diminati mahasiswa namun dipandang
belum cukup. Jika Diploma menghasilkan tenaga-tenaga vokasi yang
terampil dalam mengelola industri keuangan syari’ah, maka Program
Strata S1 diharapkan dapat menghasilkan tenaga terdidik dan
menguasai teori ekonomi Islam dan dalam tingkat tertentu menguasai
peraktiknya.
Momentum pentingnya adalah pada tahun 2002, Program Studi
Ekonomi Islam Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara berdiri. Prodi
Ekonomi Islam ini ternyata mendapat sambutan yang sangat baik,
terutama dari Departemen Agama R.I. Respons positif itu dituangkan
dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam
Nomor DJ.II/158/2004 tanggal 27 Mei 2004 tentang Izin
Penyelenggaraan Program Studi Ekonomi Islam Program Sarjana (S-1)
Pada Fakultas Syariah IAIN Sumatera Utara Medan. Agaknya prodi
ekonomi Islam pada Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera Utara adalah
program studi yang tertua di Indonesia. Artinya, belum banyak IAIN di
Indonesia yang membuka prodi baru ini.
Satu hal yang menarik untuk kasus pendidikan tinggi ekonomi
Islam di IAIN Sumatera Utara adalah, program pasca sarjana (PPS)
strata 2 prodi Ekonomi Islam ternyata lebih dahulu lahir ketimbang
program S1 nya. Program S2 IAIN Sumatera Utara lahir pada tahun
2000 dengan jumlah mahasiswa angkatan pertama sebanyak 20 orang.3
3Di dalam SK Dirjen Pembinaan Kelembagaan agama Islam No. E/293/1997,
tanggal 26 Desember 1997 disebutkan nama programnya Program Studi Islam dan
Ekonomi.
22
Program S1 Ekonomi Islam lahir dua tahun setelah lahirnya S2,
tepatnya tahun 2002 dengan jumlah mahasiswa pertama sebanyak 39
orang.
Pada periode ini, diskursus ekonomi Islam tidak lagi sebatas
pada gerakan sosialisasi ke masyarakat. tetapi mulai bergerak ke arah
pengembangan studi ekonomi Islam. Muncul pertanyaan-pertanyaan
baru yang tentu saja membutuhkan jawaban serius dari para ahli. Apa
sesungguhnya hakikat ekonomi Islam tersebut? bagaimana bentuknya?
Apa perbedaannya dengan ekonomi konvensional? Selanjutnya muncul
pula pertanyaan bagaimana mengajarkannya kepada mahasiswa?
Kendatipun pada saat itu formulasi integrasi keilmuan ekonomi
Islam belum jelas untuk tidak mengatakan belum tanpak sama sekali,
namun yang jelas pada masa itu teori-teori ekonomi sudah mulai
dimuati dengan prinsip-prinsip keislaman. Setidaknya dimensi etik
Islam mulai mendapat tempat dalam kajian ekonomi. Ayat-ayat
ekonomi mulai dikaitkan dengan kajian-kajian ekonomi pada
umumnya. Sebut saja misalnya, kaitan ayat-ayat konsumsi dengan
larangan untuk israf atau berlebih-lebihan. Studi tentang riba tidak lagi
dikaji dalam dimensi hukumnya saja tetapi mulai dihubungkan dengan
masalah-masalah ekonomi kontemporer.
Prodi Ekonomi Islam, dalam hal ini Fakultas Syari’ah, yang saat
itu dekannya dijabat oleh Dr. Amiur Nuruddin, MA beserta tim lainnya
yang selama ini cukup aktif mulai menyadari bahwa persoalan
kurikulum ekonomi Islam tidak bisa dipandang sederhana. Perlu upaya-
upaya serius untuk perumusannya. Jujur diakui, pada saat itu Sumber
Daya Manusia (SDM) fakultas Syari’ah sangat kurang sekali.
Diperlukan tenaga-tenaga luar yang benar-benar dapat membantu
23
fakultas syari’ah dalam memperkuat proses pendidikan dan pengajaran
ekonomi Islam. Demikianlah, prodi Ekonomi Islam yang sejak awal
pendiriannya menggunakan jasa konsultan ahli terus membangun
jaringan dan komunikasi dengan para ahli. Beberapa pakar yang
diminta pemikirannya dalam perumusan ekonomi Islam sejak awal
berdirinya adalah, Ir. Adiwarman A. Karim, SE, MBA, MAEP dari
Karim Business Consulting yang berkedudukan di Jl. K. H. Mas
Mansyur, Batavia Tower, Lt 14 Kav. 126 Jakarta. Selanjutnya Prof.
Dr. Mohd. Azmi Omar dari Islamic International University Malaysia
(IIUM) di Malaysia dan Prof. Sofyan Syafri Harahap, SE.Ak, MASc,
Phd, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Direktur Islamic Economic and
Finance (IEF) Universitas Trisakti Jakarta. Tugas konsultan terutama
membantu dalam menyusun kerangka kurikulum dan silabus mata
kuliah pokok prodi Ekonomi Islam.
Keterlibatan para pakar ekonomi Islam yang berkaliber
internasional menambah percaya diri IAIN Sumatera Utara untuk terus
mengembangkan ekonomi Syari’ah. Beberapa pakar ekonomi Islam
secara berkesinambungan turut serta memberikan kontribusi
pemikirannya kepada IAIN Sumatera Utara. Seiring dengan itu,
pertumbuhan bank-bank syari’ah di kota Medan juga turut menambah
semaraknya diskursus ekonomi Islam di kota Medan.
Menyadari ketersedian sumber daya ekonomi Islam menjadi
keniscayaan, pimpinan Fakultas terus mendorong dosen-dosennya
untuk segera melanjutkan studi S3 ekonomi Islam baik di luar negeri
ataupun di dalam negeri. Pimpinan Fakultas menyadari bahwa untuk
masa mendatang, program studi ekonomi Islam tentu tidak bias
bersandar dengan tenaga-tenaga luar. IAIN Sumatera Utara harus
24
segera menyiapkan sumber daya manusianya sendiri untuk
menyongsong perkembangan studi ekonomi syari’ah yang diyakini
akan berkembang pesat.
3. Priode Pengukuhan dan Penguatan Posisi Ekonomi Islam
ke dalam Fakultas (Tahun 2013- Sekarang)
Seiring dengan komitmen IAIN Sumatera Utara untuk
melakukan alih status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN)
Sumatera Utara, maka IAIN Sumatera Utara mulai mempersiapkan
pembentukan dan pembukaan fakultas-fakultas baru. Sebagaimana
yang tertera di dalam UU Pendidikan Tinggi No 12 tahun 2012, pasal
59 ayat 2 tentang Universitas dinyatakan, Universitas merupakan
Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan
dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun
ilmu Pengetahuan dan/atau Tekhnologi dan jika memenuhi syarat,
universitas dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. Sedangkan
yang dimaksud dengan institut adalah, Perguruan Tinggi yang
menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan
pendidikan vokasi dalam sejumlah rumpun ilmu pengetahuan dan/atau
tekhnologi tertentu dan jika memenuhi syarat, institus dapat
menyelenggarakan pendidikan profesi.
Penegasan UU Pendidikan Tinggi tentang Universitas
sesungguhnya memberikan peluang bagi IAIN Sumatera Utara untuk
mengembangkan rumpun ilmu baru dan tidak hanya sebatas rumpun
ilmu agama saja. Berbeda dengan institut yang kewenangan
pengembangan rumpun ilmunya sedikit terbatas dan relatif sulit. Atas
dasar itu pula, IAIN Sumatera Utara harus segera mempersiapkan
pembukaan fakultas-fakultas baru, baik dalam upaya pengembangan
25
ilmu-ilmu agama ataupun rumpun ilmu yang selama ini berada di
bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Beberapa
Fakultas baru yang diharapkan dapat dibuka ketika IAIN Sumatera
Utara beralih status menjadi UIN Sumatera Utara adalah Fakultas Sain
dan Teknologi, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Kesehatan Masyarakat
dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Dari sekian Fakultas baru tersebut, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam merupakan satu-satunya Fakultas yang paling mungkin
proses pembukaannya lebih cepat direalisasikan. Beberapa alasannya
adalah IAIN Sumatera Utara telah memiliki program studi ekonomi
Islam untuk tingkat Strata satu dan Program Diploma tiga manajemen
dan perbankan syari’ah. Dengan kata lain, untuk Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam yang belum ada hanyalah wadah yang lebih luas. Tentu
saja maksudnya adalah Fakultasnya. Sedangkan mahasiswa, dosen dan
kurikulumnya telah terformat dan terstruktur dengan baik. Bahkan lebih
dari itu, jurusan ekonomi Islam dan Program Diploma tiga juga telah
memiliki tradisi akademik yang relatif mapan. Sebut saja misalnya, tata
pamong, tata pelaksanaan ujian komprehensif, munaqasyah, magang
dan sebagainya. Yang dibutuhkan jurusan dan Program Diploma tiga
hanya payung yang lebih besar dan itu adalah fakultas ekonomi dan
bisnis Islam.
Proses terus berlanjut dan berita baiknya adalah ternyata
kelahiran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam ternyata tidak bersangkut
paut dengan perubahan status IAIN Sumatera Utara menjadi UIN
Sumatera Utara. Artinya, tanpa perlu menunggu UIN, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam dapat direalisasikan. Ini disebabkan karena
Ekonomi Islam sebagaimana halnya Syari’ah, Tarbiyah, Dakwah,
26
Ushuluddin dan Adab berada dalam rumpun ilmu agama yang
sesungguhnya menjadi kewenangan kementerian agama. Tegasnya
bukan menjadi kewenangan kementerian pendidikan dan kebudayaan.
Berbeda halnya jika UIN Sumatera Utara bermaksud untuk membuka
Fakultas-fakultas rumpun ilmu non agama. Sebut saja misalnya
Fakultas Sains dan Tekhnologi atau Fakultas Ilmu Sosial.
IAIN Sumatera Utara segera mempersiapkan diri untuk
menyongsong lahirnya Fakultas Baru. Sebenarnya pimpinan Fakultas
Syari’ah khususnya sejak masa Prof. Dr. Nur A Fadhil Lubis,
dilanjutkan Dr. M. Jamil dan puncaknya pada masa Dr. Saidurrahman,
MA, keinginan untuk menyapih Jurusan Ekonomi Islam sudah mulai
menguat. Beberapa diskusi terbatas dengan mengkaji maslahat dan
mudharatnya banyak dilakukan. Sayangnya, keinginan itu belum
menemukan momentumnya yang tepat.
Sampai pada satu waktu, Wakil Rektor I Prof. Dr. Hasan Asari,
MA meminta Dekan Fakultas Syari’ah Dr. Saidurrahman, M.Ag dan
Dr. Azhari Akmal Tarigan, MA selaku ketua jurusan ekonomi Islam
untuk mempersiapkan proposal alih status Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam. Maka sejak saat itu, perangkat jurusan mulai bekerja
keras untuk menyiapkan proposal tersebut. Waktu yang diberikan
kepada jurusan tidak lebih satu minggu. Tim penyusun proposal atas
nama Isnaini Harahap, MA, Yusrizal, M.Si, Ahmad Syakir, Zuhrinal
M. Nawawi, Hotbin Hasugian bahu- membahu untuk mempersiapkan
proposal tersebut. Akhirnya pada waktu yang telah ditetapkan, proposal
tersebut selesai dan segera diserahkan kepada Pembantu Rektor I Prof.
Dr. Hasan Asari, MA.
27
Tidak lama berselang, Dekan Fakultas Syari’ah dan Ketua
Jurusan Ekonomi Islam didampingi Sekretaris Jurusan, Isnaini
Harahap, MA diminta untuk mempresentasekan Proposal tersebut
dihadapan Kepala Biro Ortala Kemenag RI, Drs. Muhammad Syahman
Sitompul, SE, Ak dan tim. Ketua Jurusan mendapat giliran setelah
Rektor dan Pembantu Rektor I mempresentasikan perkembangan alih
status IAIN Sumatera Utara menuju UIN Sumatera Utara.
Pertemuan itu penting bagi perkembangan alih status Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam. Dikatakan penting karena pertemuan
tersebut yang menjadi perkenalan awal Ketua Jurusan dengan Drs. M.
Syahman Sitompul yang memegang peran penting dibalik proses
lahirnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Setelah itu pekerjaan
besarnya adalah bagaimana memastikan perjalanan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam IAIN Sumatera Utara bersama Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam di UIN dan IAIN lainnya dapat mulus dan akhirnya
disahkan oleh menteri Agama. Dalam hal ini yang paling
bertanggungjawab mengawalnya di pusat adalah Drs. M. Syahman
Sitompul yang saat itu masih aktif menjabat sebagai Kepala Biro Ortala
Kemenag RI.
Revisi proposal menjadi aktivitas yang tidak terhindarkan.
Ketua Jurusan bersama Ahmad Syakir harus bermalam di Kemenag
Gedung Ortala lantai IV untuk menuntaskan Proposal FEBI. Lagi-lagi
peran Drs. M. Syahman Sitompul, SE, Ak, menjadi signifikan. Beliau
tidak saja mengawal perjalanan proposal tersebut tetapi juga membantu
agar proposal yang dihasilkan menjadi kuat dan meyakinkan pihak
kementerian terkait.
28
Satu hal yang penting dicatat dan menjadi bagian dari sejarah
Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam yang indah, proses alih status
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam berjalan dengan sangat mulus.
Pelepasan Jurusan Ekonomi Islam dan Diploma III Perbankan Syari’ah
ke Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam tidak menimbulkan masalah
sedikitpun. Tidak ada perdebatan dan tidak pula konflik. Fakultas induk
dalam hal ini Dekan Fakultas Syari’ah dengan penuh jiwa besar
melepas mahasiswa/i Jurusan dan Prodi Diploma III beserta dosen-
dosen jurusan yang jumlahnya 37 orang. Hal ini tentu berbeda dengan
beberapa UIN, yang proses perpindahan dan pelepasannya
menimbulkan gesekan-gesekan yang tidak bisa dipandang sederhana.
Demikianlah setelah menunggu beberapa bulan lamanya,
akhirnya pada tanggal 19 November 2013, PMA No 81 Tahun 2013
tentang Organisasi Tata Kerja IAIN Sumatera Utara ditanda-tangani
Menteri Agama. PMA itu sesungguhnya menjadi penanda bahwa FEBI
telah resmi berdiri. Pada pasal dinyatakan bahwa Fakultas yang ada di
lingkungan IAIN Sumatera Utara salah satunya adalah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam.
Selanjutnya, pada tanggal 14 Desember 2013, FEBI IAIN
Sumatera Utara bersama dua UIN, Alauddin Makasar dan Sunan
Kalijaga Jogjakarta dan tiga IAIN, Raden Fatah Palembang, Walisongo
Semarang dan Surakarta FEBI sebagai fakultas baru diresmikan
berdirinya oleh Bapak Surya Dharma Ali selaku Menteri Agama.
Delegasi dari IAIN Sumatera Uatar yang hadir pada saat itu adalah
Prof. Dr. Hasan Asari, MA, Dr. Saidurrahman, MA dan Dr. Azhari
Akmal Tarigan, MA.
29
Sejak diresmikannya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Sumatera Utara di Makasar, pimpinan IAIN Sumatera segera merespon
dan melakukan persiapan-persiapan dengan pembukaan Fakultas Baru
tersebut baik dalam hal penyiapan perangkat keras ataupun perangkat
lunaknya. Tidak kalah pentingnya, Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera
Utara juga melakukan persiapan-persiapan pelepasan, mulai dari
pelepasan mahasiswa dari Fakultas Syari’ah dan termasuk dosen-
dosennya. Yang patut disyukuri adalah, pelepasan tersebut berlangsung
dengan cukup baik dan elegan tanpa ada gesekan apapun. Ini
menunjukkan jiwa besar pimpinan Fakultas Syari’ah IAIN Sumatera
Utara. Pelepasan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Sumatera
Utara dari Fakultas Syariah ditandai dengan pengangkatan Dr. Azhari
Akmal Tarigan, M.Ag sebagai Dekan pertama yang menakhodai
fakultas tersebut. Saat ini Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam terus
berkembang di bawah payung UIN Sumatera Utara dan telah
mengelola 7 (tujuh) jurusan/program studi, yaitu: S2 Perbankan
Syariah, Ekonomi Islam, Akuntansi Syariah, Perbankan Syariah,
Asuransi Syariah, Manajemen, dan D-III Perbankan Syariah.
B. Sejarah Prodi Ekonomi Islam
Program Studi Ekonomi Islam Fakultas Syariah IAIN Sumatera
Utara berdiri sejak tahun 2002. Pendirian program studi ini berawal
dari pendirian Forum Kajian Ekonomi dan Perbankan Islam (FKEBI)
yang merupakan lembaga non-struktural di IAIN Sumatera Utara. Sejak
berdirinya tahun 1990 sampai dengan saat ini FKEBI selalu responsif
untuk mengembangkan Ekonomi Islam. Aktifitas dan kegiatan lembaga
ini terfokus pada pada kajian, penelitian, penerbitan, pelatihan dalam
30
rangka pengembangan ilmu ekonomi Islam dan pengabdian kepada
masyarakat.
Diawali oleh beberapa kunjungan timbal balik antara pejabat
IAIN Sumatera Utara dengan pejabat Universitas Islam Antarbangsa
(UIA) Malaysia dan Institut Kefahaman Islam Malaysia (IKIM), pada
tanggal 25 s/d 28 Oktober 1993 dilaksanakanlah “Seminar dan
Workshop Ekonomi Islam” yang bertempat di Asrama Haji Medan.
Seminar ini tercatat sebagai seminar pertama tentang Ekonomi Islam
di luar Pula Jawa.
Menindak lanjuti salah satu Action Plan dari Seminar dan
Workshop di atas, yaitu mensosialisasikan ekonomi Islam dan
mengembangkan ilmunya, maka FKEBI sebagai bahagian dari IAIN
Sumatera Utara mulai melakukan wujud nyata dengan berbagai
kegiatan sosialisasi ekonomi Islam bekerjasama dengan berbagai pihak,
termasuk dunia perbankan syariah
Pengembangan ekonomi Islam tidaklah lengkap apabila tidak
diikuti dengan pengembangan dunia pendidikan. Karena itu IAIN SU
mulai mendirikan program studi – program studi dibawah disiplin Ilmu
ekonomi Islam. Tahun 1997, Fakultas Syariah IAIN SU dipercayakan
untuk mendirikan Program Studi Diploma Tiga (D-3) “Manajemen
Perbankan dan Keuangan Syari’ah”. Tenaga dosen program studi ini
mayoritas berasal dari luar IAIN, yaitu sarjana ekonomi dan praktisi
perbankan dan keuangan. Pada tahun ajaran 2003 minat mahasiswa
memasuki Prodi ini meningkat sehingga diterima sebanyak 2 lokal
(sebelumnya hanya satu lokal).
Perkembangan praktik ekonomi Islam, seperti perbankan
syari’ah, asuransi syari’ah dan sektor ril syari’ah, di samping minat
31
masyarakat terhadap program D-3 sebelumnya semakin meningkat,
maka Fakultas Syari’ah pada tahun 2002 membuka program studi
Ekonomi Islam untuk program strata satu. Prodi Ekonomi Islam
ternyata mendapat sambutan yang sangat baik, terutama dari
Departemen Agama. Sambutan tersebut dituangkan dalam Surat
Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam Nomor
DJ.II/158/2004 tanggal 27 Mei 2004 tentang Izin Penyelenggaraan
Program Studi Ekonomi Islam Program Sarjana (S-1) Pada Fakultas
Syariah IAIN Sumatera Utara Medan. Berdasarkan SK tersebut, maka
IAIN Sumatera Utara secara resmi telah dapat mengelola program studi
Strata-1 Ekonomi Islam pada Fakultas Syariah.
Pada Program Studi Ekonomi Islam ini dipelajari teori-teori
ekonomi sebagaimana halnya yang dipelajari pada program studi
ekonomi di perguruan tinggi umum, Namun demikian teori-teori
ekonomi yang diajarkan diberi muatan prinsip-prinsip keislaman
disamping juga terdapat tambahan beberapa mata kuliah dasar umum
bagi perguruan tinggi agama. Untuk menjaga kualitas program, prodi
Ekonomi Islam sejak awal pendiriannya menggunakan jasa konsultan
yang kapabel dalam bidang ekonomi Islam. Pada awal pendiriannya,
konsultan yang turut membantu prodi ini adalah Ir. Adiwarman A.
Karim, SE, MBA, MAEP dari Karim Business Consulting yang
berkedudukan di Jl. K. H. Mas Mansyur, Batavia Tower, Lt 14 Kav.
126 Jakarta dan Prof. Dr. Mohd. Azmi Omar, Deputy Rector Islamic
International University Malaysia (IIUM) di Malaysia. Tugas konsultan
terutama membantu dalam menyusun kerangka kurikulum dan silabus
mata kuliah pokok prodi Ekonomi Islam ini.
32
Pada awal pendiriannya, prodi Ekonomi Islam dikembangkan
dengan kekhususan perbankan syari’ah. Hal ini disebabkan
perkembangan ekonomi Islam dalam praktiknya saat itu yang sangat
berkembang dan terus akan berkembang adalah perbankan syari’ah
yang tentu saja membutuhkan banyak sumber daya yang mempunyai
keahlian di bidangnya.
Berdasarkan tuntutan diversifikasi pasar dalam bidang ekonomi
Islam, maka sejak tahun akademik 2006/2007 prodi Ekonomi Islam
dikembangkan dengan membuka dua konsentrasi lagi. Jika pada
awalnya prodi ini hanya satu konsentrasi, yaitu Perbankan Syari’ah,
maka sejak tahun ini bertambah menjadi tiga. Konsentrasi baru tersebut
adalah konsentrasi Akuntansi dan Keuangan Syari’ah dan konsentrasi
Manajemen Syari’ah. Untuk menjaga kualitas dua konsentrasi tersebut,
prodi Ekonomi Islam menggunakan jasa konsultan Prof. Sofyan Syafri
Harahap, SE.Ak, MASc, Phd, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan
Direktur Islamic Economic and Finance (IEF) Universitas Trisakti
Jakarta.
Pada masa selanjutnya, konsentrasi yang ada di Jurusan
Ekonomi Islam berubah menjadi Program Studi tersendiri ditambah
dengan konsentrasi Ilmu Ekonomi Syariah (IES) tahun 2014. Pada
tahun 2015, izin penyelenggaraan Program Studi Akuntansi Syariah
dikeluarkan oleh Kementerian Agama dan pada tahun berikutnya, tahun
2016. keluar izin untuk penyelenggaraan Program Studi Perbankan
Syariah dan Asuransi Syariah. Ketiga konsentrasi yang ada di Jurusan
Ekonomi Islam tersebut pada giliran selanjutnya menjadi cikal bakal
dari lahirnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
33
Sejak berdirinya, Pengelolaan Program Studi Ekonomi Islam
telah melalui beberapa periode dengan teamwork sebagai berikut.
1. Periode 1 (2002 – 2004)
Ketua Jurusan : Dr. Faisar Ananda, MA
Sekretaris Jurusan : Drs. Azwani Lubis, MA
2. Periode 2 (2004 – 2008)
Ketua Jurusan : Dra. Sri Sudiarti, MA
Sekretaris Jurusan : Drs. Milhan Yusuf (2004 – 2006)
: Drs. Sugianto (2006 – 2008)
Ka. Laboratorium : Nurlaila, SE., MA
Staf Umum : Isnaini Harahap, MA
Staf Kons. EPS : Hendra Harmain, SE, M.Pd.
Staf Kons. AKS : Kamilah, SE.Ak., M.Si.
Staf Kons. EMS : M. Irwan Padli Nasution, ST, MM.
3. Periode 3 (2009 – 2013)
Ketua Jurusan : Dr. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag
Sekretaris Jurusan : Andri Soemitra, MA (2009 – 2010)
: Isnaini Harahap, MA (2010 – 2013)
Ka. Laboratorium : Isnaini Harahap, MA (2009 – 2010)
: Zuhrinal M. Nawawi, MA (2011– 2013)
Staf Kons. EPS : Ahmad Syakir, MA.
Staf Kons. AKS : Hotbin Hasugian, M.Si
Staf Kons. EMS : Annio Indah Lestari, M.Si
Staf Akademik : Saparuddin Lubis
4. Periode 4 (2013 – 2014)
Ketua Jurusan : Isnaini Harahap, MA
Sekretaris Jurusan : Dr. M. Ridwan, MA
34
Ka. Laboratorium : Zuhrinal M. Nawawi, MA
Ka. Prodi EPS : Ahmad Syakir, MA.
Ka. Prodi AKS : Hotbin Hasugian, M.Si
Ka. Prodi EMS : Yusrizal, M.Si
Staf Akademik : Saparuddin Lubis
5. Periode 5 (2014 – 2016)
Ketua Jurusan : Isnaini Harahap, MA
Sekretaris Jurusan : Marliyah, MA
Pada periode ini Jurusan Ekonomi Islam berada di bawah
naungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Ketua Prodi untuk
EPS, AKS, dan EMS ditiadakan. Tahun 2015, AKS membentuk
jurusan tersendiri, tahun 2016 EPS membentuk jurusan
tersendiri, dan tahun 2018 lahir jurusan Manajemen.
6. Periode 6 (2017-2020)
Ketua Jurusan : Dr. Marliyah, M.Ag
Sekretaris Jurusan : Dr. Hj. Yenni Samri Juliati Nasution,
MA (2017- 2019)
Imsar, M.Si (2019-2020)
C. Visi dan Misi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
1. Visi
Berdasarkan visi Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera
Utara, yaitu Masyarakat Pembelajar Berdasarkan Nilai-Nilai Islam
(Islamic Learning Society). Berdasarkan visi UIN SU tersebut,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara memiliki
visi “Masyarakat Pembelajar yang Unggul dalam Pendidikan dan
35
Pengajaran, Penelitian, Pengabdian Masyarakat di Bidang
Ekonomi dan Bisnis Islam di Asia Tenggara Tahun 2039”
2. Misi
Adapun Misi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Sumatera Utara adalah:
1. Membangun sistem dan atmosfir akademik untuk
menghasilkan lulusan yang islami, berkompetensi, dan
berkatakter wirausaha.
2. Mengintegrasikan ilmu ekonomi dan bisnis berbasis Islam ke
dalam tridharma perguruan tinggi.
3. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang ekonomi dan Bisnis Islam melalui
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
4. Membangun tata kelola fakultas yang berorientasi pada
layanan yang memuaskan.
5. Melakukan kerjasama yang produktif dan konstruktif dengan
berbagai lembaga yang mendukung pencapaian visi fakultas.
D. Nilai-nilai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara memiliki
nilai-nilai dasar yang menjadi dasar filosofi perjalanan dan
pengembangannya. Nilai-nilai dasar itu adalah al-nama’ (bertumbuh),
al-tazkiyah (suci) dan al-falah (bahagia-sejahtera).
1. Al-Nama’ (bertumbuh). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Sumatra Utara akan terus tumbuh dan berkembang untuk mencapai
keunggulannya (excellence) baik dalam bidang pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian keada masyarakat.
36
2. Al-Tazkiyah (suci). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Sumatra Utara menyadari bahwa ekonomi dan bisnis Islam pada
hakikatnya adalah ekonomi ketuhanan (ilahiyyah). Nilai-nilai
ilahiyyah tersebut sejatinya harus terwujud dalam setiap langkah dan
perjalanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatra Utara,
baik itu pada sikap seluruh civitas akademika (mahasiswa, tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan) maupun pada pengelolaannya
lembaga.
3. Al-Falah (Bahagia). Al-Falah merupakan tujuan akhir dari
penerapan ekonomi dan bisnis Islam. Al-falah memiliki makna luas,
mencakup kebahagian kehidupan dunia-akhirat, material-spiritual,
individu dan sosial. Hal ini sekaligus menjadi tujuan dari
penyelenggaran tridharma perguruan tinggi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sumatra Utara.
Dari nilai dasar tersebut kemudian diturunkan sejumlah budaya
kerja yang menjadi ruh dan semangat juang seluruh civitas akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara. Adapun
budaya kerja tersebut adalah sebagai berikut:
1. Relijiusitas, yang berarti bahwa segala aktifitas yang kita lakukan
sepenuhnya bertujuan untuk meningkatkan derajat kekhalifan kita di
bumi serta menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Relijiusitas yang semakin meningkat akan meningkatkan etos kerja
dan semangat untuk terus produktif.
2. Integritas, yang berarti bahwa semua aktifitas yang dilakukan harus
menyeleraskan hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik dan
benar. Ini berarti bahwa sivitas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
37
UIN Sumatera Utara harus menjadi sosok yang dapat dipercaya
dalam semua tindakannya.
3. Profesionalitas, yang berarti bahwa pekerjaan yang dilakukan harus
dilakukan secara disiplin, kompeten, dan tepat waktu dengan hasil
terbaik. Dalam hal ini, kerja harus dilakukan secara ikhlas, tuntas
dan cerdas.
4. Inovasi, yang berati bahwa seluruh sivitas Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Sumatera Utara harus terus mampu melakukan
inovasi terarah dan terukur. Inovasi seperti ini akan melahirkan
berbagai terobosan baru yang lebih baik serta meningkatkan
efisiensi dan efektitas pelayanan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sumatera Utara kepada masyarakat.
5. Tangggung Jawab, yang berarti bahwa pekerjaan itu harus dilakukan
secara tuntas dan konsekuen.
6. Keteladanan, yang berarti bahwa semua sivitas Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara mampu menjadi contoh yang
baik bagi orang lain.
7. Marhamah, (Menumbuhkan Kasih Sayang), yang berarti bahwa
sivitas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara
melakukan amanah yang diemban dengan penuh kasih sayang baik
sesama rekan dan masyarakat. Keakraban yang dilakukan dalam
nuansa produktif dan saling mendukung.
E. Visi Prodi Ekonomi Islam
Visi Program Studi tidak dapat dilepaskan dengan visi Fakultas.
Demikian pula visi Prodi Ekonomi Islam merupakan turunan dari visi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Berdasarkan visi Fakultas di atas,
38
maka visi Prodi Ekonomi Islam adalah: “Masyarakat Pembelajar yang
unggul dalam Pendidikan dan Pengajaran, Penelitian, dan
Pengabdian di Bidang Ekonomi Islam di Indonesia Tahun 2025”.
F. Misi Prodi Ekonomi Islam
Misi Program Studi Ekonomi Islam juga tidak dapat dilepaskan
dan merupakan turunan dari misi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
Berdasarkan visi Fakultas di atas, maka visi Prodi Ekonomi Islam
adalah:
1. Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran
di bidang ekonomi Islam secara komprehensif dengan
pendekatan integratif-trandisipliner.
2. Meningkatkan dan mengembangkan penelitian dan pengkajian
di bidang ekonomi Islam dalam rangka pengembangan konsep
dan implementasi ekonomi Islam di tengah masyarakat.
3. Melaksanakan pengabdian masyarakat yang terencana,
terprogram, dan berkesinambungan untuk mendorong
perkembangan ekonomi Islam dalam kehidupan masyarakat
4. Menjalin kerjasama secara produktif dengan berbagai lembaga
dalam rangka memperkokoh program studi ekonomi Islam.
G. Tujuan Prodi Ekonomi Islam
1. Menghasilkan lulusan yang profesional dalam ilmu ekonomi
Islam, bermoral, berbudi pekerti, dan mempunyai integritas
yang tinggi dalam pengembangan ilmu ekonomi Islam;
39
2. Menghasilkan lulusan di bidang ekonomi Islam yang mampu
melaksanakan penelitian dan menganalisis berbagai persoalan
di masyarakat;
3. Menghasilkan lulusan dalam bidang ekonomi Islam terutama di
bidang perencanaan, baik dalam lembaga bisnis maupun non
bisnis
4. Menghasilkan lulusan yang cakap dalam mengimplementasikan
ilmunya dan senantiasa berusaha mengabdikan diri untuk
masyarakat
H. Sasaran Prodi Ekonomi Islam
Sasaran pokok yang akan dicapai oleh Program Studi Ekonomi
Islam dalam kurun waktu 2014-2025 adalah sebagai berikut:
1. 2014-2016: Good University Governance
2. 2017-2019: Peningkatan Kualitas Dosen dan Pengembangan
Riset Ekonomi Islam
3. 2020-2022: Peningkatan Kualitas Lulusan dan Peningkatan
Pengabdian Masyarakat
4. 2023-2025: Kerjasama Internasional
40
BAB III
ANALISIS LINGKUNGAN
A. Kondisi Lingkungan Internal
Kondisi lingkungan internal dapat mempengaruhi
perkembangan Prodi Ekonomi Islam. Kondisi lingkungan internal
dapat diidentifikasi kepada dua kelompok besar, yaitu meliputi
kelemahan dan kekuatan.
1. Kelemahan
Beberapa kelemahan Prodi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam UIN SU Medan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Adanya kesenjangan kemampuan di kalangan dosen dalam
menerapkan metode dan teknik pembelajaran, khususnya
dalam pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan
belajar-mengajar;
b. Rasio dosen dan mahasiswa yang belum ideal sebagai
dampak adanya peningkatan jumlah peminat;
c. Kegiatan riset dan pengembangan yang masih didominasi oleh
kajian teoritis, sementara untuk kajian terapan dan kebijakan
yang hasilnya siap untuk digunakan masih sangat terbatas;
d. Penguasaan bahasa asing bagi dosen dan tenaga kependidikan
masih lemah;
e. Minimnya kemampuan dosen untuk mempublikasikan dan
mempersentasikan karya-karya ilmiah di tingkat internasional;
f. Belum tersusunnya rencana strategis bidang pengabdian
masyarakat pada prodi di FEBI UIN SU Medan;
41
g. Belum sempurnanya sarana/prasaran fisik yang menunjang
budaya akademis;
2. Kekuatan
Beberapa kekuatan Prodi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN SU Medan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Memiliki jumlah sumber daya manusia (SDM) pendidik
(dosen) yang memadai, dengan kualifikasi doktor dan
magister;
b. Mayoritas dosen telah memiliki sertifikat pendidik
professional;
c . Prodi Ekonomi Islam adalah Prodi yang menggabungkan dua
disiplin ilmu yaitu ekonomi umum dan syariah;
d. Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN SU Medan telah
menerapkan kebijakan nasional kurikulum berbasis Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), sesuai dengan
kepres No 08 tahun 2012;
e. Kurikulum sesuai dengan visi, misi, sasaran dan tujuan Prodi
yang disesuaikan dengan kebutuhan stakholder;
f. Adanya dukungan pendanaan rutin dari Kementerian Agama
RI dalam bentuk BOPTN dalam bidang penelitian;
g. Adanya jurnal ilmiah yang terbit secara berkala;
h. Adanya tenaga-tenaga peneliti/dosen mampu melaksanakan
penelitian untuk tingkat nasional;
i. Semakin meningkatnya kemampuan para dosen untuk
menulis dan mempublikasikan karya-karya ilmiah mereka di
tingkat nasional dan internasional;
42
j. Sistem informasi administrasi mahasiswa yang terintegrasi
dengan unit kerja di lingkungan fakultas maupun rektorat;
k. Adanya kepercayaan masyarakat untuk bermitra dengan Prodi
Ekonomi Islam UIN SU Medan dalam bidang
pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat.
B. Kondisi Lingkungan Eksternal
Di samping kondisi lingkungan internal di atas yang meliputi
kelemahan dan kekuatan, beberapa kondisi lingkungan eksternal juga
mempengaruhi perkembangan Prodi Ekonomi Islam. Kondisi
lingkungan ekternal dapat diidentifikasi kepada dua kelompok besar,
yaitu tantangan dan peluang.
1. Tantangan
Beberapa kondisi di lingkungan eksternal Prodi Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SU Medan yang dapat
dijadikan tantangan di antaranya adalah:
a. Bertambahnya jumlah perguruan tinggi yang menawarkan
program studi yang sama semakin meningkatkan persaingan;
b. Tuntutan globalisasi dan perkembangan informasi yang
mengharuskan Prodi Ekonomi Islam meningkatkan kualitas
penelitian dan karya ilmiah dalam rangka pengembangan dan
aplikasi ilmu;
c. Era informasi dan teknologi UIN SU Medan untuk
meningkatkan kualitas dan skill tenaga pendidik dan peneliti
professional;
43
d. Penerapan KKNI yang mengharuskan seluruh Perguruan
Tinggi untuk mampu menghasilkan karya yang kompetitif
secara regional dan global;
e. Tradisi menulis dan publikasi ilmiah masih rendah di
kalangan tenaga pendidik;
f. Benturan kultur masyarakat desa dan kota mengakibatkan
cultural shock bagi mahasiswa yang berasal dari luar kota;
g. Perubahan pasar yang sangat turbulent menuntut standar
kompetensi lulusan yang qualified dan survive.
2. Peluang
Beberapa kondisi di lingkungan eksternal Prodi Ekonomi Islam
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SU Medan yang dapat
dijadikan peluang di antaranya adalah:
a. Praktik ekonomi dan bisnis yang berbasis syari’ah saat ini di
Indonesia semakin berkembang;
b. Komitmen pemerintah, perbankan dan lembaga keuangan dan
bisnis syari’ah, serta masyarakat dalam pengembangan
perbankan syariah semakin baik;
c. Perkembangan aplikasi-aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi yang dapat dimanfaatkan dalam proses pendidikan
dan pembelajaran;
d. Meningkatnya animo mahasiswa ke Prodi Ekonomi Islam;
e. Semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap tenaga-
tenaga ahli yang memiliki wawasan luas dan skill di bidang
ekonomi Islam;
44
f. Perkembangan masyarakat Muslim Indonesia di era IPTEK
saat ini sangat membutuhkan berbagai penelitian dari
bidang keislaman dengan pendekatan inter dan transdisiplin
untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi;
g. Perkembangan praktik ekonomi dan bisnis syariah sangat
dinamis sehingga kurikulum berpeluang untuk disesuaikan;
h. Efektivitas pembelajaran akan meningkat dengan terbukanya
akses informasi dan metoda pembelajaran active learning;
i. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi mendukung
interaksi suasana akademik antar civitas akademika:
j. Peluang untuk membuka jaringan pendanaan dengan instansi
luar untuk kerjasama penelitian dan pengabdian masyarakat;
k. Dukungan dari pimpinan UIN SU dan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam dalam pengadaan fasilitas penunjang pendidikan.
45
BAB IV
ARAH PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI
A. Tahapan Penetapan Sasaran Pengembangan
Arah pengembangan Program Studi Ekonomi Islam Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SU Medan periode 2016-2025
dilakukan dengan mempertimbangkan faktor lingkungan internal Prodi
Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SU Medan
periode 2016-2025, baik kekuatan maupun kelemahan dan lingkungan
eksternal baik peluang maupun tantangan. Dengan segenap aspek yang
dimiliki UIN SU Medan berkomitmen untuk menangkap setiap peluang
dengan tetap mengantisipasi tantangan yang dihadapi.
Penetapan sasaran dan pengembangan Program Studi Ekonomi
Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN SU Medan periode
2016-2025 yang menekankan pada penguatan keahlian dan
pengembangan Ekonomi Islam berimplikasi pada penataan institusi di
lingkungan Prodi Ekonomi Islam. Realisasi dari program unggulan ini
menjadi tanggungjawab semua elemen kampus civitas akademika,
mulai dari pimpinan, dosen, dan mahasiswa. Sasaran yang hendak
dicapai oleh Prodi Ekonomi Islam dituangkan dalam Rencana Induk
Pengembangan (RIP) Prodi Ekonomi Islam FEBI UIN Sumatera Utara
tahun 2016-2025. RIP ini disusun dalam 3 (tiga) tahapan (milestones)
sebagai berikut:
46
Gambar 1.1. Milestone Pencapain Sasaran Prodi Ekonomi Islam
1. Tahun 2016-2019 (Penguatan Lembaga, SDM dan
Publikasi)
Visi Program Studi Ekonomi Islam adalah “Masyarakat
Pembelajar yang unggul dalam Pendidikan dan Pengajaran,
Penelitian, dan Pengabdian di Bidang Ekonomi Islam di Indonesia
Tahun 2025”. Visi Program Studi Ekonomi Islam tersebut merupakan
turunan dan konsistensi dari visi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sumatera Utara, yakni “Masyarakat pembelajar yang unggul
dalam pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat
di bidang ekonomi dan bisnis Islam di Asia tenggara Tahun 2039”.
Masyarakat pembelajar dalam visi di atas bermakna bahwa
sivitas akademika Prodi Ekonomi Islam yang terdiri dari tenaga
pendidik, tenaga kependidikan dan mahasiswa merupakan insan-insan
2016-2019 (Penguatan Lembaga, SDM, dan Publikasi)
2019-2022 (Akreditasi Unggul)
2022-2025 (AUN QA)
47
yang menjadikan belajar sebagai tuntutan dan sikap hidup dalam
kehidupan sehari-harinya. Unggul dalam visi di atas dimaksudkan
bahwa Prodi Ekonomi Islam telah mendapatkan nilai A akreditasi
nasional dan terakreditasi internasional seperti AUN QA Tahun 2025
serta menjadi referensi, baik dalam bidang pendidikan, penelitian
maupun pengabdian masyarakat baik bagi Prodi-Prodi di lingkungan
UIN SU maupun Prodi Ekonomi Islam di Indonesia pada tahun 2025.
Pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dalam visi di atas adalah
bahwa keilmuan pada Prodi Ekonomi Islam adalah keilmuan dengan
pendekatan transdisipliner, yaitu ilmu-ilmu ekonomi dan perbankan
terintegrasi dengan ilmu-ilmu keIslaman (kesyari’ahan). Sedangkan
penelitian dan pengabdian di bidang Ekonomi Islam bermakna bahwa
penelitian dilakukan untuk mengembangkan keilmuan ekonomi Islam
yang akan digunakan untuk kemaslahatan dan pemberdayaan
masyarakat.
Untuk mencapai visi tersebut, Tahap I pencapaian sasaran Prodi
Ekonomi Islam adalah penguatan kelembagaan, SDM dan publikasi
dosen.
2. Tahun 2019-2022 (Akreditasi Nasional Unggul)
Sebagaimana yang telah dijelaskan di muka, Pada tahap I tahun
2016-2018, Prodi Ekonomi Islam berketatapan hati untuk
mengukuhkan penguatan kelembagaan, SDM dan publikasi. Oleh
karena itu penguatan sasaran tersebut difokuskan kepada pengelolaan
kelembagaan Prodi, SDM dan publikasi sehingga menciptakan budaya
akademik yang mengarah kepada mutu dan kualitas tidak hanya
kuantitas.
48
Tahapan selanjutnya, setelah budaya akademik terbangun
dengan kokoh maka akan tercipta apa yang disebut dengan iklim
akademik yang mantap. Orientasi warga kampus hanyalah belajar
dalam maknanya yang luas. Pada gilirannya warga kampus dan
masyarakat akan menjadi produktif. Tidak ada waktu yang berlalu
tanpa aktivitas yang bermakna. Sehingga pada tahap ini akreditasi
prodi telah mendapatkan nilai unggul yang didasarkan nilai-nilai dan
budaya akademik tersebut.
3. Tahun 2022-2025 (AUN QA)
Pada tahap III ini kebijakan sasaran Prodi Ekonomi Islam
difokuskan untuk memperoleh pengakuan internasional dengan
memperoleh akreditasi dari AUN QA.
B. Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Kebijakan dan strategi pengembangan untuk mencapai visi
Prodi, sebagaimana dalam penetapan sasaran, maka kebijakan dan
strategi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap I pencapaian sasaran Prodi Ekonomi Islam adalah
penguatan kelembagaan, SDM dan publikasi dosen dengan
kebijakan sebagai berikut:
a. Pengelolaan Prodi
1) Administrasi akademik berbasis internet mencapai 75%;
2) Informasi akademik dan kemahasiswaan 75% berbasis
internet;
3) Nilai akreditasi Prodi A.
b. Mahasiswa
49
1) Penyelesaian mata kuliah per semester sebesar 90%;
2) IPK rata-rata semester di atas atau sama dengan 3,00
mencapai 75%;
3) Prestasi non akademik tingkat lokal 6 dan tingkat
nasional 2 per tahun serta tingkat internasional 1 per dua
tahun.
c. Dosen
1) Peningkatan kualifikasi akademik dosen (50% S-3) dan
tenaga kependidikan (30% S-2);
2) Penerapan metode pembelajaran berpusat mahasiswa
(student learning centre) mencapai 75 %;
3) Menghasilkan penelitian minimal 1 buah per dosen per
tahun dan publikasi karya ilmiah dalam jurnal
terakreditasi, Nasional dan Internasional minimal 4 per
pertahun;
4) Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat baik oleh
Prodi sebagai institusi maupun oleh dosen secara
individual.
b. Tahap II pencapaian sasaran Prodi Ekonomi Islam adalah
terlaksananya budaya akademik dengan sasaran tercapainya
akreditasi Prodi di level unggul. Di antara kebijakan untuk
mencapai sasaran tersebut adalah:
a. Pengelolaan Prodi
1) Administrasi akademik berbasis internet mencapai
100%;
2) Informasi akademik dan kemahasiswaan 100% berbasis
internet;
50
3) Nilai akreditasi Prodi Unggul.
b. Mahasiswa
1) Penyelesaian mata kuliah per semester sebesar 95%;
2) IPK rata-rata semester di atas atau sama dengan 3,00
mencapai 85%;
3) Prestasi non akademik tingkat lokal 10 dan tingkat
nasional 6 per tahun serta tingkat internasional 4 per dua
tahun.
c. Dosen
1) Peningkatan kualifikasi akademik dosen (80% S-3) dan
tenaga kependidikan (50% S-2);
2) Penerapan metode pembelajaran berpusat mahasiswa
(student learning centre) mencapai 95 %;
3) Menghasilkan penelitian minimal 2 buah per dosen per
tahun dan publikasi karya ilmiah dalam jurnal
terakreditasi Nasional dan terindeks bereputasi
Internasional minimal 5 per pertahun;
4) Meningkatkan pengabdian kepada masyarakat baik oleh
Prodi sebagai institusi maupun oleh dosen secara
individual terutama kolaborasi.
c. Tahap III pencapaian sasaran Prodi Ekonomi Islam adalah
memperoleh pengakuan internasional dengan memperoleh
akreditasi dari AUN QA. Untuk mencapai sasaran tersebut,
maka kebijakan-kebijakan yang harus dilakukan adalah:
a. Pengelolaan Prodi
51
1) Administrasi akademik berbasis internet mencapai
100%;
2) Informasi akademik dan kemahasiswaan 100% berbasis
internet;
3) Prodi terakreditasi AUN QA.
b. Mahasiswa
1) Penyelesaian mata kuliah per semester sebesar 95%;
2) IPK rata-rata semester di atas atau sama dengan 3,00
mencapai 90%;
3) Prestasi non akademik tingkat lokal 15 dan tingkat
nasional 10 per tahun serta tingkat internasional 6 per
dua tahun.
c. Dosen
1) Peningkatan kualifikasi akademik dosen (100% S-3) dan
tenaga kependidikan (80% S-2);
2) Penerapan metode pembelajaran berpusat mahasiswa
(student learning centre) mencapai 100 %;
3) Menghasilkan penelitian minimal 2 buah per dosen per
tahun dan publikasi karya ilmiah dalam jurnal
terakreditasi Nasional dan terindeks bereputasi
Internasional minimal 6 per tahun;
4) Meningkatkan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat baik oleh Prodi sebagai institusi maupun
oleh dosen secara individual terutama kolaborasi
internasional.