rencana aksi kegiatan tahun 2020 - 2024

37
RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024 BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI KEMENTERIAN KESEHATAN

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

BIRO KERJA SAMA LUAR NEGERI

KEMENTERIAN KESEHATAN

Page 2: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

KATA PENGANTAR

Sesuai dengan Permenkes No 64 tahun 2015 Biro Kerja Sama Luar Negeri memiliki tugas

fungsi dan pokok melaksanakan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kerja

sama kesehatan luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan dan

menjalankan fungsi fungsi diantaranya adalah:

a. Penyiapan kordinasi pelaksanaan kerja sama luar negeri bilateral, regional, dan

multilateral di bidang kesehatan.

b. Penyiapan kordinasi dan fasilitasi hubungan luar negeri bilateral, regional, dan

multilateral di bidang kesehatan dan

c. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro

Sebagai Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan salah satu kewajiban Biro Kerja

Sama Luar Negeri dalam menjalani tugas pokok dan fungsinya sehari hari adalah menyusun

dokumen Rencana Aksi Kegiatan. Dokumen tersebut merupakan elaborasi dari dokumen

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 dan Rencana Aksi Program di

Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan. Meskipun dokumen Rencana Aksi Kegiatan

masih berupa perencanaan yang bersifat indikatif, namun beberapa bagian khususnya terkait

dengan rencana aksi telah bersifat operasional, yang dijadikan sebagai rujukan dalam

penyusunan kegiatan perencanaan dan anggaran di Biro Kerja Sama Luar Negeri selama

kurun waktu tahun 2020 - 2024.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya Biro Kerja Sama Luar Negeri diharapkan sebagai

gate entry kerjasama luar negeri di Kementerian Kesehatan, dan tentunya kerjasama luar

negeri diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran strategis Kementerian Kesehatan

sesuai dengan dokumen Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Namun demikian

dalam mengembangkan kerjasama luar negeri, juga memperhatikan kebijakan politik luar

negeri dimana Kementerian Luar Negeri merupakan leading sektor untuk hal tersebut. Oleh

karenanya dalam setiap pengembangan kerjasama luar negeri, disamping memperhatikan

kepentingan lintas unit utama di Kementerian Kesehatan, juga dibangun mekanisme forum

lintas Kementerian/Lembaga, untuk mendapatkan masukan dan pandangan sehingga posisi

Indonesia mendukung kepentingan nasional secara komprehensif.

Oleh karena itu dalam mengimplementasikan Rencana Aksi Kegiatan Biro Kerja Sama Luar

Negeri ini, diharapkan semua staf di lingkungan Biro Kerja Sama Luar Negeri senantiasa

Page 3: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

membangun jejaring kerja lintas unit utama dan lintas Kementerian/Lembaga kerjasama

dengan semangat reformasi birokrasi, sehingga peran Biro Kerja Sama Luar Negeri sebagai

salah satu unsur pendukung penyelenggaraan pembangunan nasional berjalan sebagaimana

yang diharapkan.

Akhir kata semoga segala daya upaya kita semua mendapatkan pahala dan hidayah dari Allah

SWT. Amin

Jakarta, 30 Juni 2020

Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri

Acep Somantri, SIP, MBA

Page 4: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara - negara lain dimulai sejak 17 Agustus

1945. ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Berbagai forum, baik bilateral,

regional maupun multilateral telah dirancang oleh Indonesia bersama-sama dengan negara-

negara sahabat dengan senantiasa mempromosikan bentuk kehidupan masyarakat yang

menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati, tidak mencampuri urusan dalam negeri

negara lain, penolakan penggunaan kekerasan serta konsultasi dan mengutamakan

konsensus dalam proses pengambilan keputusan.

Berbagai aktivitas telah dilakukan dan ditujukan untuk memperkokoh peranan Indonesia

dalam fora internasional yang tetap mengacu pada politik luar negeri RI yang bebas dan aktif.

Sejak masa kemerdekaan hingga kini politik luar negeri RI yang bebas-aktif masih dijalankan

dengan pendekatan all-directions foreign policy. Pada tataran praktis, hubungan dan kerja

sama yang baik semua negara diimplementasikan dengan semangat a million friends, zero

enemy. Pendekatan ini dipertajam dengan fokus Indonesia untuk menjadi jembatan (bridge

builder) atas berbagai kepentingan dan posisi dalam kancah internasional, sebagai wujud

kontribusi Indonesia bagi ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Saat ini Indonesia dipandang semakin memiliki posisi dan peranan yang penting di

tataran dunia internasional, prakarsa dan peran Indonesia di tingkat global sebagai bukti atas

eksistensi Indonesia dan menjadi modal dalam penyelenggaraan diplomasi pada fora

internasional. Modal ini merupakan hasil kerja keras untuk menjawab tantangan ke depan,

yakni menempatkan posisi Indonesia secara tepat atas isu-isu global dengan memanfaatkan

posisi strategis Indonesia secara maksimal bagi kepentingan nasional. Selain itu politik luar

negeri RI telah terbukti memberikan peluang dalam membangun hubungan baik dengan

negara-negara di dunia dan meningkatkan peranan Indonesia dalam berbagai organisasi

regional dan internasional, utamanya di ASEAN, PBB, G-20, APEC, ARF, GNB, OKI, ASEM,

FEALAC dan D-8. Selain itu, kebijakan luar negeri juga memprioritaskan isu-isu yang menjadi

kepentingan masyarakat, salah satunya adalah isu kesehatan.

Sesuai dengan arah kebijakan RPJMN 2020 – 2024 pembangunan kesehatan diarahkan

untuk meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama

penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong

peningkatan upaya promotif preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi. Selain

arah kebijakan tersebut terdapat beberapa strategi yang dituangkan dalam RPJMN

diantaranya adalah, peningkatan kesehatan ibu, anak, KB dan kesehatan reproduksi;

percepatan perbaikan gizi masyarakat, peningkatan pengendalian penyakit; pembudayaan

Page 5: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

gerakan masyarakat hidup sehat; serta pengawasan sistem kesehatan, pengawasan obat dan

makanan

Selain itu merujuk amanat RPJMN 2020 – 2024 maka dalam rencana strategis 2020 –

2024 Kementerian Kesehatan memiliki tujuan strategis diantaranya adalah peningkatan

cakupan kesehatan semesta yang bermutu; peningkatan status kesehatan masyarakat melalui

pendekatan siklus hidup; peningkatan pembudayaan masyarakat hidup sehat melalui

pemberdayaan masyarakat dan pengarusutamaan kesehatan; peningkatan pencegahan dan

pengendalian penyakit dan pengelolaan masyarakat; peningkatan sumber daya kesehatan

serta peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik

Biro Kerja sama Luar Negeri merupakan salah satu bagian yang bertanggung jawab

dalam pelaksanaan kerja sama luar negeri dan sebagai gate entry kerjasama luar negeri di

Kementerian Kesehatan, dan tentunya kerjasama luar negeri diarahkan untuk mendukung

pencapaian sasaran strategis Kementerian Kesehatan sesuai dengan dokumen Renstra

Kementerian Kesehatan Tahun 2020 - 2024. Namun demikian dalam mengembangkan

kerjasama luar negeri, juga memperhatikan kebijakan politik luar negeri dimana Kementerian

Luar Negeri merupakan leading sektor untuk hal tersebut. Oleh karenanya dalam setiap

pengembangan kerjasama luar negeri, disamping memperhatikan kepentingan lintas unit

utama di Kementerian Kesehatan, juga dibangun mekanisme forum lintas

Kementerian/Lembaga, untuk mendapatkan masukan dan pandangan sehingga posisi

Indonesia mendukung kepentingan nasional secara komprehensif. Berkaitan dengan hal

tersebut, dalam rangka mempermudah dan memastikan bahwa kerja sama luar negeri yang

dilakukan searah dengan pencapaian target secara nasional maka perlu di susun Rencana

Aksi Kegiatan sebagai peta jalan yang merangkum rencana aksi Biro Kerja Sama Luar Negeri

dalam periode 2020 – 2024 sehingga lebih terarah dan fokus terhadap pencapaian target

nasional.

yang khususnya terangkum dalam RPJMN dan Renstra 2020 – 2024.

B. Maksud Dan Tujuan

Maksud penyusunan Rencana Aksi Kegiatan Biro Kerja Sama Luar Negeri adalah

memberikan arah dan pedoman pada implementasi kegiatan yang dilakukan oleh Biro Kerja

Sama Luar Negeri pada periode 2020 – 2024.

Tujuan dari disusunnya Rencana Aksi Kegiatan Biro Kerja Sama Luar Negeri 2020 -2024

adalah sebagai peta jalan pelaksanaan kerja sama luar negeri 2020 – 2024 sehingga dapat

sejalan dan fokus terhadap capaian kesehatan nasional yang diamanahkan di dalam RPJM

dan Renstra 2020 – 2024.

Page 6: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Bab II.

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis

A. Visi

Visi Biro Kerja Sama Luar Negeri, merujuk pada visi Kementerian Kesehatan yakni “

Terwujudnya Masyarakat Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan untuk Menuju Indonesia

Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian berlandaskan Gotong Royong”

B. Misi

Guna mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia, Kemenkes menetapkan misi

sebagai berikut:

1. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh penduduk

Indonesia

2. Memberdayakan masyarakat dan mengarusutamakan pembangunan kesehatan

3. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan mutu sumberdaya kesehatan

4. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif

Tujuan Strategis Kementerian Kesehatan 2020 - 2024, yaitu:

1. Peningkatan cakupan kesehatan semesta yang bermutu

2. Peningkatan status kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup

3. Peningkatan pembudayaan masyarakat hidup sehat melalui pemberdayaan masyarakat

dan pengarusutamaan kesehatan

4. Peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan

kesehatan masyarakat

5. Peningkatan sumber daya kesehatan

6. Peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik

Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan, yaitu:

1. Meningkatnya ketersediaan fasyankes dan pelayanan kesehatan yang bermutu

2. Meningkatnya perbaikan pengelolaan BPJS kesehatan

3. Menurunnya kematian maternal dan neonatal

4. Meningkatnya status gizi balita

5. Meningkatnya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

6. Meningkatnya advokasi kesehatan dan aksi lintas sektor

Page 7: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

7. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit dengan mengutamakan

pendekatan faktor risko

8. Meningkatnya pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat

9. Meningkatnya akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan

10. Meningkatnya pemenuhan SDM kesehatan sesuai standar

11. Meningkatnya pembiayaan kesehatan

12. Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah

13. Meningkatnya efektivitas pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan dan

sistem informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan

14. Meningkatnya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih

C. Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan Biro Kerja Sama Luar Negeri tahun 2020 – 2024

Indikator Kinerja Kegiatan

Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2020 - 2024

Kegiatan Sasaran Indikator Tahun

2020 2021 2022 2023 2024

Peningkatan

Kerjasama

Luar Negeri

Meningkatkan

peran aktif

Indonesia dalam

kerja sama luar

negeri bidang

kesehatan dan

posisi Indonesia

dalam kerjasama

luar negeri bidang

kesehatan

Jumlah

perjanjian kerja

sama bilateral

bidang

kesehatan

yang

ditandatangani

3 4 4 5 5

Jumlah

prakarsa

Indonesia yang

menjadi hasil

pertemuan

regional dan

multilateral

bidang

kesehatan

5 5 6 6 7

Page 8: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Bab III

Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi

dan Kerangka Kelembagaan

A. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Kesehatan

Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2020-2024 merupakan

bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025,

yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud,

melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh

penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan

untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, secara adil dan merata, serta memiliki

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik lndonesia. Sasaran

pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat

kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya Umur Harapan Hidup,

menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi

gizi kurang pada balita. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan, maka

strategi pembangunan kesehatan 2005-2025 adalah: 1) pembangunan nasional berwawasan

kesehatan; 2) pemberdayaan masyarakat dan daerah; 3) pengembangan upaya dan

pembiayaan kesehatan; 4) pengembangan dan dan pemberdayaan sumber daya manusia

kesehatan; dan 5) penanggulangan keadaan darurat kesehatan.

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,

sehingga arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan merujuk kepada kebijakan dan

strategi pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan merupakan bagian pembangunan

bidang sosial budaya dan kehidupan beragama yang diarahkan untuk mencapai sasaran

peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang ditandai dengan meningkatnya IPM dan

Indeks Pembangunan Gender (IPG), yang didukung oleh tercapainya penduduk tumbuh

seimbang; serta makin kuatnya jati diri dan karakter bangsa.

Di dalam RPJMN 2020-2024 arah kebijakan bidang kesehatan adalah meningkatkan

pelayanan kesehatan semesta terutama penguatan pelayanan kesehatan dasar (primary

Health Care) dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif didukung inovasi

dan pemanfaatan teknologi. Arah sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat

kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan

kesehatan. Strategi pembangunan kesehatan 2020 – 2024 meliputi: 1. Peningkatan kesehatan

ibu, anak, KB, dan kesehatan reproduksi. 2. Percepatan perbaikan gizi masyarakat. 3.

Peningkatan pengendalian penyakit. 4. Pemberdayaan gerakan masyarakat hidup sehat

Page 9: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

(GERMAS). 5. Penguatan sistem kesehatan, pengawasan obat dan makanan.

Arah kebijakan Kementerian Kesehatan mengacu pada beberapa hal yakni: 1.

Peningkatan cakupan kesehatan semesta yang bermutu, dengan sasaran strategis

meningkatnya ketersediaan fasyankes dan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

meningkatnya perbaikan pengelolaan BPJS kesehatan. 2. Peningkatan status kesehatan

masyarakat melalui siklus hidup, dengan sasaran strategis menurunnya kematian maternal

dan neonatal kemudian meningkatnya status status gizi balita. 3. Peningkatan pembudayaan

masyarakat hidup sehat melalui pemberdayaan masyarakat pengarusutamaan kesehatan,

dengan sasaran strategis meningkatnya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

serta meningkatnya advokasi kesehatan dan aksi lintas sektor. 4. Peningkatan pencegahan

dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat, dengan

sasaran strategis meningkatnya pencegasahan dan pengendalian penyakit dengan

mengutamakan pendekatan faktor resiko serta meningkatnya pengelolaan kedaruratan

kesehatan masyarakat. 5. Peningkatan sumber daya kesehatan, dengan sasaran strategis

meningkatnya akses, kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat kesehatan dan

meningkatnya pemenuhan SDM kesehatan sesua standar serta meningkatnya pembiayaan

kesehatan.

B. Prioritas Politik Luar Negeri Indonesia

Sesuai dengan prioritas politik luar negeri Indonesia dalam 5 tahun ke depan diplomasi

Indonesia diharapkan dapat berhasil memperjuangkan kepentingan nasional dan terus dapat

berkontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia. Prioritas politik luar negeri Indonesia

akan bertumpu pada prioritas 4+1, diantaranya adalah:

1. Penguatan Diplomasi Ekonomi

Beberapa langkah strategis diantaranya adalah:

- Kapitalisasi penguatan pasar domestik

Indonesia merupakan pasar yang besar, dengan lebih dari 260 juta jiwa. Fakta ini harus

bisa menjadikan daya tawar Indonesia untuk menjalin kerja sama ekonomi yang saling

menguntungkan di tingkat bilateral maupun regional. Hal yang harus diwaspadai adalah

menjaga pasar domestik dari produk-produk yang masuk secara ilegal maupun

dengan dumping atau disubsidi pihak asing.

- Penguatan pasar tradisional dan terobosan pasar non-tradisional

Diplomasi akan terus bekerja untuk memperkokoh kerja sama ekonomi yang strategis dan

saling menguntungkan dengan pasar tradisional Indonesia. Sementara itu, langkah

terobosan juga akan dilakukan untuk menembus pasar non-tradisional lebih banyak

lagi."Setelah menembus pasar Afrika melalui Indonesia-Africa Forum dan Indonesia-Africa

Infrastructure Dialogue, BUMN dan swasta Indonesia akan terus melanjutkan penjajakan

hubungan dengan Afrika di bidang perdagangan barang dan jasa, serta investasi,

Page 10: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

termasuk pembangunan infrastruktur dan konstruksi di kawasan tersebut. Hal yang sama

juga dilakukan dengan pasar non-tradisional lainnya, yaitu Latin Amerika, Asia Selatan

dan Tengah, serta Timur Tengah dan Pasifik.

- Penguatan perundingan perdagangan dan investasi

Untuk memperkuat akses pasar dalam 5 tahun ke depan, penyelesaian berbagai

perundingan seperti Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), Free

Trade Agreement (FTA), Preferential Trade Agreement (PTA) dengan berbagai negara

akan dipercepat, dengan catatan akan bermanfaat bagi kepentingan nasional Indonesia

dan saling menguntungkan.

- Promosi terpadu perdagangan dan investasi serta mendorong outbound investment

Upaya untuk mengintegrasikan promosi perdagangan dan investasi akan terus dilakukan,

agar promosi lebih terarah dan menghasilkan hal yang konkrit. Promosi ke luar negeri

akan dilakukan secara sinergis dan sejalan dengan perbaikan iklim usaha dan investasi di

dalam negeri, baik di tingkat nasional maupun di daerah, sehingga memberikan hasil

nyata. Dengan mulainya ekspansi BUMN dan sektor swasta Indonesia, sudah waktunya

Indonesia juga mengembangkan kebijakan outbound investment ke luar negeri yang

sinergis dengan kepentingan ekonomi nasional, berbagai Bilateral Investment Treaty ke

depan juga akan difokuskan untuk melindungi investasi Indonesia di luar negeri secara

adil. Selain itu Indonesia juga akan memfokuskan pada sektor di mana Indonesia memiliki

nilai tambah, dengan mengembangkan ekosistem dan kebijakan yang mendukung

perkembangan industri pengolahan sumber daya alam.

- Menjaga kepentingan strategis ekonomi Indonesia, serta

- Mendorong ekonomi 4.0 yang meliputi industri digital, ekonomi kreatif dan

pengembangan SDM. Kebijakan mendorong ekonomi 4.0 ini diperlukan untuk

meningkatkan produktifitas berbagai industri di Indonesia, maupun membuka akses

bagi kelompok menengah ke bawah di pasar internasional, financial inclusion dan

ekonomi kreatif, sehingga pertumbuhan ekonomi nasional akan semakin tinggi dan

rata.

2. Diplomasi Perlindungan

Beberapa langkah strategis diantaranya

- Integrasi data WNI diluar negeri

- Perbaikan tata kelola menuju migrasi aman, regular dan teratur

Indonesia akan terus aktif di berbagai forum internasional terkait migrasi. Perbaikan tata

kelola tersebut dilakukan secara paralel, pada tingkat domestik, bilateral, kawasan

(ASEAN) dan tingkat internasional, baik pada tataran hulu dan tataran hilir

- Upaya pencegahan atau prevensi.

Page 11: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Salah satu upaya pencegahan adalah melalui penguatan edukasi publik. Penguatan

upaya preventif akan mengurangi risiko besarnya korban perdagangan manusia

3. Diplomasi Kedaulatan dan Kebangsaan

Penyelesaian batas-batas negara yang diintensifkan melalui perundingan. Selain itu, kerja

sama untuk menyebarkan toleransi, kemajemukan, dan demokrasi, sebagai indentitas

bangsa, serta kerja sama melawan radikalisme dan terorisme. Selain itu diplomasi

kedaulatan akan terus dipertebal karena kedaulatan Indonesia tidak dapat ditawar.

4. Meningkatkan Kontribusi dan Kepemimpinan Indonesia di Kawasan dan Dunia

Sampai akhir 2020, Indonesia masih akan menempati kursi anggota tidak tetap Dewan

Keamanan PBB. Isu kerja sama untuk melawan terorisme akan menjadi fokus keketuaan

Indonesia pada Agustus 2020.

Sementara itu, pada 2021-2022, Indonesia akan menjadi anggota Dewan HAM PBB.

Beberapa prioritas selama keanggotaan di Dewan HAM, antara lain:

1. Mendorong pemajuan dan perlindungan HAM, baik di tingkat kawasan maupun global.

2. Meningkatkan kapasitas negara-negara dalam penghormatan, pemajuan dan

perlindungan HAM

3. Memperkuat kemitraan yang sinergis dalam rangka pelaksanaan Rencana Aksi

Nasional HAM periode 2020-2024.

4. Mendorong Dewan HAM PBB agar lebih efisien dan efektif, lebih objektif, transparan,

adil, non-politis dan imparsial, serta membuka dialog dengan seluruh pihak dan

berorientasi pada hasil.

Di samping itu, pada 2020, Indonesia akan menjadi Ketua Foreign Policy and Global

Health (FPGH). Indonesia akan mengusung tema "Affordable Health Care."

Pada 2023, Indonesia akan menjadi Ketua ASEAN dan Ketua G-20. "ASEAN akan tetap

menjadi soko guru politik luar negeri Indonesia. ASEAN telah mengadopsi ASEAN Outlook

on the Indo-Pacific dan dalam 5 tahun ke depan, Indonesia ingin memastikan

implementasi kerja sama Indo-Pasifik akan berjalan. Selain itu, isu "women, peace and

security" akan tetap menjadi perhatian politik luar negeri Indonesia. Selain itu, upaya untuk

membentuk Network Asia Tenggara bagi negosiator dan mediator perempuan akan terus

dijalankan dan mengkaitkannya dengan jaringan di bagian dunia lainnya. Diplomasi

perdamaian dan kemanusiaan juga akan dilanjutkan, dengan tujuan memberikan

kontribusi konkrit penyelesaian masalah, diantaranya adalah penyelesaian masalah

Rakhine State, perdamaian di Afghanistan, perdamaian di Palestina, kerja sama dalam

rangka pencapaian SDGs, penyelesaian perundingan Code of Conduct (COC) di Laut

China Selatan, penguatan Promosi dan Perlindungan HAM di ASEAN melalui AICHR,

serta 'Interfaith, Intermedia, Youth and Culture dialogue'."

Page 12: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

5. Plus Satu

Memperkuat infrastruktur diplomasi, melalui Pembangunan Infrastruktur Fisik Diplomasi,

Penguatan Pemanfaatan Teknologi dan Informatika, serta Transformasi Digital. Digitalisasi

diplomasi akan meningkatkan efektifitas, kualitas dan interaksi dalam berbagai

pelaksanaan prioritas diplomasi.

C. Arah Kebijakan dan Strategi Biro Kerja Sama Luar Negeri

Arah kebijakan dan strategi pelaksanaan kegiatan kerja sama luar negeri, memperhatikan

fokus prioritas pembangunan kesehatan sebagaimana di arahkan dalam RPJMN Tahun 2020-

2024 dan Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024. Kerjasama luar negeri

dikembangkan juga untuk mendukung komitmen global dalam pembangunan kesehatan,

termasuk pencapaian SDGs bidang kesehatan. Namun demikian, sesuai dengan amanah

Undang-Undang tentang Hubungan Internasional dan Undang-Undang tentang perjanjian

internasional, dalam mengembangkan kerjasama internasional juga memperhatikan kebijakan

politik luar negeri, melalui koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri.

Pengembangan kerjasama dan diplomasi luar negeri bidang kesehatan dilakukan dengan

pendekatan multi track melalui kerjasama secara bilateral, regional, dan multilateral. Dalam

pengembangan kerjasama tersebut Biro Kerja Sama Luar Negeri berfungsi sebagai first gate

entry di Kementerian Kesehatan, termasuk dalam pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar

Negeri di Kementerian Kesehatan.

Untuk mendukung pencapaian Renstra Kementerian Kesehatan Biro Kerja Sama Luar

Negeri memiliki sasaran strategis yakni meningkatkan peran aktif Indonesia dalam kerja sama

luar negeri bidang kesehatan, dengan 2 indikator kinerja kegiatan yakni: 1) Jumlah perjanjian

kerja sama bilateral bidang kesehatan yang ditanda tangani dan 2) Jumlah prakarsa

Indonesian yang menjadi hasil pertemuan Regional dan Multilateral.

Untuk menjalankan kebijakan tersebut di atas, dilakukan dengan beberapa strategi,

yaitu :

1. Meningkatkan hubungan kerja sama bidang kesehatan secara bilateral antara

Republik Indonesia dengan negara lain.

Kerja Sama Bilateral merupakan kerja sama yang dilakukan antara dua negara untuk

mencapai suatu tujuan tertentu baik dalam rangka memenuhi kepentingan politik, ekonomi,

sosial, maupun kesehatan. Saat ini, Indonesia telah menjalin kerja sama bilateral dengan 162

negara serta satu teritori khusus yang berupa non-self governing territory. Peningkatan Kerja

Sama Bilateral Bidang Kesehatan ditujukan untuk mendukung program prioritas di

Kementerian Kesehatan selain itu penguatan kerja sama bilateral bidang kesehatan adalah

keharusan karena kesehatan telah lama menjadi isu yang bersifat lintas-batas. Indonesia

dapat memanfaatkan kerja sama bilateral dengan negara mitra untuk meningkatkan kapasitas

dan ahli teknologi maupun membuka akses pasar teknologi kesehatan. Dilain pihak Indonesia

Page 13: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

juga dapat membantu memenuhi kebutuhan negara mitra akan tenaga profesional di bidang

kesehatan, maupun kebutuhan produk kesehatan negara mitra.

Untuk memastikan tercapainya tujuan nasional Indonesia, kerja sama diplomatik dengan

negara-negara di dunia internasional ditekankan pada lingkaran konsentris (concentric circles)

yang terdiri dari tiga lingkaran. Lingkaran pertama adalah Association of Southeast Asian

Nations (ASEAN) yang merupakan pilar utama bangsa Indonesia dalam menjalankan politik

luar negerinya. Kemudian yang berada pada lingkaran konsentris kedua adalah ASEAN+3

(Jepang, China, Korea Selatan). Di luar hal tersebut, Indonesia juga mengadakan hubungan

kerja sama yang intensif dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa yang merupakan partner

utama ekonomi Indonesia. Dalam lingkaran konsentris yang ketiga, Indonesia mengakui

pentingnya menggalang kerja sama dengan like-minded developing countries. Dengan forum

forum tersebut Indonesia dapat menerapkan diplomasinya untuk memperkuat usaha bersama

dalam rangka menjembatani kesenjangan antara negara-negara berkembang dengan negara

maju.

Biro Kerja Sama Luar Negeri berperan sebagai gate entry kerjasama bilateral di

Kementerian Kesehatan, dengan mengkoordinasikan dan melakukan fasilitasi terhadap setiap

usulan kerjasama bilateral yang disampaikan oleh unit utama Kementerian Kesehatan,

termasuk UPT dan Kantor Daerah yang menjadi Satker berada langsung di bawah

Kementerian Kesehatan. Kerjasama bilateral dengan negara sahabat difokuskan kepada

upaya implementasi perjanjian internasional secara bilateral yang telah ditandatangani oleh

kedua belah pihak, sambil menjajaki peluang kerjasama bilateral lainnya dalam rangka

mendukung kepentingan nasional dan kepentingan Kementerian Kesehatan. Perjanjian

kerjasama dapat dilakukan dalam kerangka perjajian payung yang ditandatangani oleh

Kementerian Luar Negeri, dan atau kerjasama bilateral kesehatan yang berdiri sendiri setelah

mendapatkan full powers dari Menteri Luar Negeri. Namun demikian, setiap upaya dalam

melakukan kerjasama bilateral bidang kesehatan senantiasa berkoordinasi dengan

Kementerian Luar Negeri dan lintas Kementerian/Lembaga lainnya dalam forum

interkementerian

2. Meningkatkan peran dan kepemimpinan Indonesia di forum internasional baik

tingkat regional maupun multilateral

Kerja sama regional adalah kerja sama yang dilakukan oleh negara-negara yang berada di

suatu kawasan tertentu yang biasanya berdekatan. Tujuan kerja sama regional biasanya

sesuai kepentingan masing-masing negara. Namun secara umum untuk memajukan negara-

negara yang berada di suatu kawasan atau wilayah. Sedangkan Kerja sama multilateral

adalah kerja sama yang diselenggarakan oleh bangsa-bangsa di dunia tanpa memandang

wilayah atau perkembangan perekonomian suatu negara. Di tingkat regional saat ini kerja

sama luar negeri bidang kesehatan yang telah dilakukan adalah kerja sama melalui ASEAN, di

ASEAN merupakan first diplomacy. Kementerian Kesehatan telah terlibat secara langsung

Page 14: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

dalam pencapaian komunitas ASEAN 2015 melalui dua pilar utama, yaitu pilar ASEAN Sosio

Cultural Community (ASCC) dan pilar ASEAN Economic Community (AEC). Peran

Kementerian Kesehatan di ASCC antara lain mengimplementasikan Renstra Kesehatan di

ASEAN atau disebut juga ASEAN Strategic Plan on Health Development. Merujuk dokumen

tersebut, Indonesia mendapat mandat menjadi lead county beberapa isu kesehatan. termasuk

menginisiasi berbagai pertemuan internasional dan upaya lainnya pada isu kesehatan dimana

Indonesia menjadi lead country. Untuk itu Kementerian Kesehatan berkomitmen secara

aktif mengirimkan delegasinya baik pada pertemuan Konferensi Tingkat Menteri, Senior

Official Meeting, maupun pada level working group/task force. Disamping itu Kementerian

Kesehatan berkomitmen untuk berperan aktif dalam setiap perundingan perdagangan barang

dan jasa kesehatan, termasuk investasi sector kesehatan dalam kerangka ASEAN Free Trade

Area. Kerjasama kesehatan di ASEAN senantiasa memperhatikan dinamika kebijakan

kesehatan dalam negeri, tetapi disisi lain kebijakan dalam negeri diharapkan menyesuikan

kebijakan dalam negerinya sesuai dengan dinamika dalam rangka pembentukan ASEAN

Single Window. Pengembangan kerjasama kesehatan di ASEAN juga meliputi kerjasama

kesehatan antara ASEAN dengan Negara mitra wicaranya.

Beberapa sidang di ASEAN yang sifatnya governing diantaranya adalah AHMM / ASEAN

Healtlh Ministerial Meeting, SOMHD /ASEAN Senior Official Meeting on Health Development,

Working Groups (WG) / Task Forces (TF). Disamping ASEAN secara regional juga

dikembangkan kerjasama sub regional ASEAN yang wilayahnya berbatasan langsung dengan

Indonesia dalam forum BIMST (Brunai, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand). Pertemuan

dilakukan secara reguler setiap tahun untuk membahas isu kesehatan didaerah perbatasan

dan isu kesehatan terkait mobilitas penduduk lintas batas, dan isu lainnya yang menjadi

concern para pihak. Sedangkan dalam kerjasama ekonomi sektor kesehatan kepentingan

nasional Indonesia dinegosiakan melalui forum Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).

Kerjasama kesehatan di APEC dibahas dalam forum Health Working Group/HWG, dan LSIF

(Life Science and Innovative Forum).

Di forum multilateral Kementerian Kesehatan diharapkan meningkatkan perannya dalam

menggalang global health diplomacy, khususnya terkait dengan isu kesehatan yang menjadi

concern developing countries (DCs) dan least developing countries (LDCs), termasuk

kepentingan dalam negeri Indonesia khususnya terkait pencapaian delapan program prioritas.

Indonesia melalui berbagai forum diharapkan dapat melakukan lobby untuk melakukan

reformasi di WHO dan lembaga PBB lainnya yang terkait dengan isu kesehatan global

sehingga lebih berkeadilan, setara, dan menguntungkan semua pihak, khususnya terkait

dengan kepentingan DCs dan LDCs. Keberhasilan Indonesia dengan diadopsinya “The

Framework for Pandemic Influenza Preparadness: Sharing of Influenza Viruses and Acces to

Vaccines and other Benefit” sebagai resolusi WHA, merupakan titik tolak pengembangan

diplomasi Indonesia ditingkat multilateral. Dalam mendukung posisi Indonesia perlu dilakukan

Page 15: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

lobi dengan negara sahabat melalui forum FPGH, Selatan-Selatan, ASEAN, WHO SEARO,

OKI, dan like minded countries lainnya.

Dalam mengimplementasikan resolusi dan deklarasi WHO serta permasalahan kesehatan

di tingkat regional, Kementerian Kesehatan menjadi members dari WHO regional South East

Asian Region Organization (SEARO) yang beranggotakan sebelas negara yaitu Indonesia,

Thailand, Myanmar, India, Bangladesh, Timor Leste, PDR Korea, Bhutan, Maldives, Srilanka,

dan Nepal. WHO SEARO merupakan mitra strategis Kementerian Kesehatan, khususnya

terkait dengan dukungan kerjasama teknis (termasuk tenaga ahli kesehatan) dalam mengatasi

permasalahan kesehatan yang menjadi perhatian dunia dan permasalahan kesehatan

dikawasan regional. Pertemuan di WHO SEARO yang sifatnya governing yaitu SPPDM /High

Level Preparatory Meeting at Regional Level/SEARO, Health Ministerial Meeting (HMM) WHO

SEARO dan Regional Committee Meeting (RCM) WHO SEARO.

Selain itu Indonesia melalui Kementerian Kesehatan berupaya meningkatkan citra positif

Indonesia melalui kerjasama kesehatan melalui forum Selatan-Selatan, OKI, dan forum

internasional lainnya hal ini dilakukan seiring dengan meningkatnya status Indonesia sebagai

middle income countries dan adanya pengakuan internasional terhadap best practices

program kesehatan di Indonesia, menempatkan Kementerian Kesehatan pada posisi donors

country untuk program kesehatan tertentu. Indonesia juga diharapkan menjadi motor

penggerak pembangunan kesehatan di forum kerjasama Selatan-Selatan yang mayoritas

anggotanya adalah DCs dan LDCs, dengan memberikan bantuan teknis dalam kerangka alih

pengetahuan dan teknologi program kesehatan. Di forum OKI Indonesia juga diharapkan

menjadi lead karena secara umum pembangunan kesehatan diantara members OKI jauh lebih

baik. Citra positif tersebut merupakan modal untuk melobi DCs dan LDCs untuk mendukung

posisi Indonesia di forum multiateral dalam menghadapi kepentingan negara maju, bukan

hanya sebatas isu kesehatan saja tetapi mencakup isu ekonomi, politik, pertahanan dan

keamanan dan isu pembangunan lainnya. Intinya bantuan teknis kesehatan telah menjadi alat

diplomasi Indonesia di dunia internasional

3. Memperjuangkan kepentingan perdagangan sektor kesehatan dalam globalisasi

perdagangan di WTO dan Free Trade Area lainnya untuk untuk menjamin akses

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, dan kepentingan

ekonomi sektor kesehatan lainnya

Keanggotaan Indonesia di WTO secara langsung berimplikasi terhadap globalisasi aliran

bebas barang, jasa, maupun hak kekayaan intelektual bidang kesehatan. Untuk itu

Kementerian Kesehatan diharapkan mempunyai strategi yang bersifat multitack baik dalam

perdagangan multilateral di WTO, perdagangan regional di AFTA maupun APEC, serta

perdagangan secara bilateral melalui Free Trade Area (FTA) lainnya, yang mendukung

kepentingan ekspor dan impor perdagangan sektor kesehatan, sambil mengantisipasi

dampak negatif akibat globalisasi perdagangan melalui WTO dan FTA lainnya. Disamping itu

Page 16: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

perdagangan sektor kesehatan ditujukan untuk mendukung akses masyarakat terhadap

pelayanan yang berkualitas, tanpa mengabaikan kepentingan ekonomi Indonesia terhadap

peluang pasar internasional. Perlindungan terhadap genetic resources, traditional

knowledge, dan folklore (GRTKF) perlu diupayakan sebagai bagian dari rejim internasional,

yang dapat memberikan jaminan terhadap akses pelayanan kesehatan yang berkualitas,

khususnya akses terhadap obat-obatan yang affordable price serta mendukung

pengembangan industri farmasi dalam negeri.

4. Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi menuju reformasi birokrasi yang

berkesinambungan

Manajemen kerjasama luar negeri bidang kesehatan perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan

semangat reformasi birokrasi, termasuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan Pinjaman

dan Hibah Luar Negeri (PHLN). Sebagai bagian dari pengendalian intern di Kementerian

Kesehatan, Biro Kerja Sama Luar Negeri menjadi salah satu koordinator, khususnya terkait

dengan fasilitasi perjanjian internasional terkait PHLN dan registrasi PHLN di Kementerian

Keuangan. Dengan demikian diharapkan pengelolaan PHLN di Kementerian Kesehatan

sesuai dengan mekanisme APBN, dan penggunaannya dilakukan secara efektif dan efisien.

D. Program dan Kegiatan

Biro Kerja Sama Luar Negeri menjadi salah satu kegiatan dari Program Dukungan

Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya. Kegiatan yang dilaksanakan oleh

Biro Kerja Sama Luar Negeri adalah Peningkatan Kerjasama Luar Negeri Adapun sasaran

program yakni meningkatkan peran aktif Indonesia dalam kerja sama luar negeri bidang

kesehatan, dengan 2 indikator kinerja kegiatan yakni: 1) Jumlah perjanjian kerja sama

bilateral bidang kesehatan yang ditanda tangani dan 2) Jumlah prakarsa Indonesia yang

menjadi hasil pertemuan regional dan multilateral bidang kesehatan.

Bahwa sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka dan berdaulat,

pelaksanaan kerjasama dan hubungan luar negeri didasarkan pada asas kesamaan derajat

saling menghormati saling menguntungkan, dan saling tidak mencampuri urusan dalam

negeri masing-masing seperti yang tersirat di dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Sesuai dengan semangat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 salah satu tujuan

Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Kerjasama internasional bidang kesehatan senantiasa dikembangkan dengan

memperhatikan prioritas pembangunan kesehatan dan juga kebijakan politik luar negeri dan

hubungan luar negeri melalui koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri. Selain itu dalam

kerangka globalisasi perdagangan di WTO dan Free Trade Area lainnya, dimana perdagangan

barang/jasa/hak kekayaan intelektual sektor kesehatan merupakan salah satu primadona, Biro

Page 17: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Kerja Sama Luar Negeri senantiasa mengikuti mekanisme interkemeterian dibawah koordinasi

Kementerian Perdagangan.

Politik Luar Negeri adalah kebijakan, sikap, dan langkah Pemerintah Republik Indonesia

yang diambil dalam melakukan hubungan dengan negara lain, organisasi internasional, dan

subyek hukum internasional lainnya dalam rangka menghadapi masalah internasional guna

mencapai tujuan nasional. Sedangkan Hubungan Luar Negeri adalah setiap kegiatan yang

menyangkut aspek regional dan internasional yang dilakukan oleh Pemerintah di tingkat pusat

dan daerah, atau lembaga lembaganya, lembaga negara, badan usaha, organisasi politik,

organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat, atau warga negara Indonesia.

Sebagaiman dijelaskan sebelumnya, biasanya kerjasama internasional ditindaklanjuti dalam

sebuah dokumen kerjasama yang disebut dengan perjanjian internasional yang mengikat

Indonesia dan mitra internasionalnya. Perjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk

dan sebutan apapun, yang diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara tertulis oleh

Pemerintah Republik Indonesia dengan satu atau lebih negara, organisasi internasional atau

subyek hukum internasional lainnya,serta menimbulkan hak dan kewajiban pada Pemerintah

Republik Indonesia yang bersifat hukum publik. Sesuai dengan pengalaman selama ini, bentuk

pernjanjian internasional yang telah ditandatangani di Kementerian Kesehatan antara lain :

MoU, LoI, Subsidiary Arrangments, Implementing Arrangement, technical agreement, project

partnership agreement, agreed minutes, joint statement, dan deklarasi.

Untuk mendukung pencapaian sasaran program Biro Kerja Sama Luar Negeri yaitu

meningkatkan peran aktif Indonesia dalam kerja sama luar negeri bidang kesehatan,

dengan indikator kinerja yakni 1). Jumlah perjanjian kerja sama bilateral bidang kesehatan

yang ditanda tangani, dan 2). Jumlah prakarsa Indonesia yang menjadi hasil pertemuan

regional dan multilateral bidang kesehatan

1. Peningkatan Kerjasama Kesehatan Bilateral

Peningkatan kerjasama bilateral bidang kesehatan ditujukan untuk mendukung program

prioritas di Kementerian Kesehatan. Disamping itu kerjasama bilateral memperhatikan

kepentingan nasional Indonesia, termasuk kepentingan secara politik, ekonomi dan sosial

budaya. Dalam melaksanakan kerjasama bilateral, sesuai dengan prinsip perjanjian

internasional senantiasa berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri, dengan

memperhatikan kepentingan politik luar negeri Indonesia.

Biro Kerja Sama Luar Negeri berperan sebagai gate entry kerjasama bilateral di

Kementerian Kesehatan, dengan mengkoordinasikan dan melakukan fasilitasi terhadap setiap

usulan kerjasama bilateral yang disampaikan oleh unit utama Kementerian Kesehatan,

termasuk UPT dan Kantor Daerah yang menjadi Satker berada langsung di bawah

Kementerian Kesehatan.

Page 18: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Kerjasama bilateral dengan negara sahabat difokuskan kepada upaya penjajakan

terhadap negara negara lain untuk mendukung kepentngan nasional dan kepentingan

Kementerian Kesehatan dan implementasi perjanjian internasional secara bilateral yang telah

ditandatangani oleh kedua belah pihak. Perjanjian kerjasama dapat dilakukan dalam kerangka

perjajian payung yang ditandatangani oleh Kementerian Luar Negeri, dan atau kerjasama

bilateral kesehatan yang berdiri sendiri setelah mendapatkan full powers dari Menteri Luar

Negeri. Namun demikian, setiap upaya dalam melakukan kerjasama bilateral bidang

kesehatan senantiasa berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan lintas

Kementerian/Lembaga lainnya dalam forum interkementerian.

Pada tataran bilateral, Indonesia telah menyetujui kerja sama dalam bidang kesehatan

dengan 21 Negara. Area-area kerja sama yang menjadi prioritas diantaranya:

- Pencegahan dan pengendalian penyakit menular dan tidak menular;

- Penguatan sistem kesehatan;

- Peningkatan kapasitas SDM kesehatan;

- Pengembangan teknologi kesehatan, termasuk pengembangan e-Health;

- Pengiriman tenaga kesehatan;

- Kefarmasian dan alat kesehatan;

- Kesehatan di perbatasan;

- Jaminan Kesehatan Semesta (Universal Health Coverage/UHC)

Saat ini terdapat 21 nota kesepakatan/MoU bidang kesehatan yang telah ditanda tangani

oleh Indonesia dan negara mitra dan masih berlaku diantaranya adalah:

1. MOU KESEHATAN RI – AUSTRALIA (1992 – tak terbatas sampai diakhiri salah satu

pihak)

2. MOU KESEHATAN RI – BRUNEI DARUSSALAM (07-02-2015 s.d 2025)

3. MOU KESEHATAN RI – KERAJAAN ARAB SAUDI (01-03-2017 s.d 2027)

4. MOU KESEHATAN RI – KUBA (24-05-2017 s.d 2024)

5. MOU KESEHATAN RI – DENMARK (Mei 2017-2020)

6. MOU KESEHATAN RI – TIMOR LESTE (24-05-2017 s.d 2023)

7. MOU KESEHATAN RI – REPUBLIK KOREA (2017-2022)

8. MOU KESEHATAN RI – REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK (2017-2024)

9. MOU KESEHATAN RI – QATAR (18-10-2017 s.d 2029)

10. MOU KESEHATAN RI – INDIA (09 Oktober 2018 – 2021)

11. MOU KESEHATAN RI – IRAN (26 Oktober 2018 – 2024)

12. MOU KESEHATAN RI – BELANDA (6 November 2018 – 2028)

13. MOU KESEHATAN RI – AMERIKA SERIKAT (21 Mei 2019 – 2024)

14. MOU KESEHATAN RI – TURKI (21 Mei 2019 – 2024)

15. MOU KESEHATAN RI – SINGAPORE (22 Mei 2019 – 2022)

16. MOU KESEHATAN RI – KOLOMBIA (2019)

Page 19: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

17. MOU KESEHATAN RI – VIET NAM (30 Agustus 2019 – 2024)

18. MOU KESEHATAN RI – LAO PDR (30 Agustus 2019 – 2024)

19. MOU KESEHATAN RI – PAPUA NUGINI (20 September 2019 – 2025)

20. MOU KESEHATAN RI – MYANMAR (8 November 2019-2024)

21. MOU KESEHATAN RI – PERSATUAN EMIRAT ARAB (12 Januari 2020 – 2023)

Selain itu terdapat 5 nota kesepakatan/MoU bidang kesehatan yang telah berakhir,

diantaranya adalah:

1. MOU KESEHATAN RI – KAZAKHSTAN (1995 – 2001)

2. MOU KESEHATAN RI – UZBEKISTAN (1995 – 2005)

3. MOU KESEHATAN RI – JORDAN (2006 – 2013)

4. MOU KESEHATAN RI – SUDAN (2009 – 2012)

5. MOU KESEHATAN RI – MEKSIKO (2013 – 2019)

Sampai saat ini terdapat 7 Plan of Action yang telah ditanda tangani antara Indonesia

dengan negara mitra diantaranya adalah:

1. Plan of Action (PoA) RI – Republik Korea (2018 – 2022)

2. Plan of Action (PoA) RI – Timor Leste (2019 – 2023)

3. Plan of Action (PoA) RI – Iran (2019 – 2024)

4. Plan of Action (PoA) RI – Kuba (2019 – 2024)

5. Plan of Action (PoA) RI – Belanda (2019 – 2028)

6. Joint Action Plan (JAP) RI- Kerajaan Arab Saudi (2019 – 2027)

7. Plan of Action (PoA) RI – Brunei Darussalam (2019 – 2025)

Rencana Aksi kerjasama kesehatan bilateral antara lain :

a. Penyusunan draft/counter draft perjanjian internasional kerjasama bilateral

b. Koordinasi dengan lintas unit utama dalam menentukan substansi kerjasama

c. Koordinas dengan lintas Kementerian/Lembaga dalam penyusunan perjanjian

internasional

d. Penyusunan kertas posisi

e. Penyusunan telaah pimpinan

f. Penyiapan kertas posisi delegasi dan Statement Delegasi

g. Persiapan posisi Kemenkes pada berbagai Sidang Komisi Bersama dan Kunjungan

Kerja Menteri dan Pimpinan lainnya

h. Penyiapan bahan masukan untuk Kunjungan Presiden RI keluar negeri dan kunjungan

kerja Kepala Pemerintahan negara asing ke Indonesia;

i. Fasilitasi penandatangan perjanjian internasional kerjasama bilateral

j. Persiapan penyelenggaraan dan pelaporan pertemuan bilateral dengan negara

sahabat, pelaksanaan Sidang Komisi Bersama dan forum perundingan bilateral lainnya

k. Dokumentasi implementasi perjanjian internasional kerjasama bilateral

Page 20: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

l. Monitoring evaluasi implementasi perjanjian internasional kerjasama bilateral

m. Penyusunan analisis implementasi perjanjian internasional kerjasama bilateral

n. Melakukan negosiasi dan focal point bagi kerjasama dengan berbagai organisasi

kesehatan dalam kerangka kerjasama bilateral.

2. Peningkatan Kerjasama Kesehatan Regional

Kerjasama luar negeri bidang kesehatan di ASEAN merupakan first diplomacy.

Kementerian Kesehatan telah terlibat langsung dalam pencapaian komunitas ASEAN 2015

melalui dua pilar utama, yaitu pilar ASEAN Sosio Cultural Community (ASCC) dan pilar

ASEAN Economic Community (AEC). Peran Kementerian Kesehatan di ASCC antara lain

mengimplementasikan Renstra Kesehatan di ASEAN atau disebut juga ASEAN Strategic Plan

on Health Development. Merujuk dokumen tersebut, Indonesia mendapat mandat menjadi lead

county beberapa isu kesehatan. Beberapa sidang di ASEAN yang sifatnya governing adalah

AHMM / ASEAN Healtlh Ministerial Meeting, SOMHD /ASEAN Senior Official Meeting on

Health Development, Working Groups (WG) / Task Forces (TF). Sebagai kelanjutan dari

pencapaian komunitas ASEAN 2015 maka ASEAN telah menyepakati tujuannya bersama

menuju ASEAN Community Vision 2025 dan mengimplementasikan ASEAN Post-2015 Health

Development Agenda yang bertujuan mewujudkan masyarakat ASEAN yang sehat. Arah dan

kebijakan kerjasama sosial budaya ASEAN bidang kesehatan pun telah bertransisi, yang

sebelumnya kebijakan kerjasama itu dilakukan melalui sharing best practices, kini menjadi

bentuk nyata pelaksanaan kegiatan. Manfaat kerja sama tersebut dapat dirasakan langsung

oleh masyarakat, termasuk standardisasi kualitas pembangunan kesehatan di ASEAN. Kerja

sama sosial budaya sebagai peluang bagi Indonesia untuk mengisi kesenjangan di dalam

negeri dan ditujukan untuk mensinergikan kualitas pembangunan kesehatan pada beberapa

prioritas, yakni promosi gaya hidup sehat, penguatan sistem kesehatan dan akses pelayanan

kesehatan, pengendalian penyakit menular dan bahaya kesehatan lainnya, serta keamanan

pangan. Selain itu, kerja sama ekonomi ASEAN menuju perdagangan bebas produk

kesehatan diharapkan dapat meningkatkan keterjangkauan masyarakat terhadap harga obat

dan alat kesehatan. Sementara itu, perdagangan bebas jasa kesehatan diarahkan untuk

meningkatkan daya saing tenaga kesehatan Indonesia dan pemerataan fasilitas pelayanan

kesehatan.

Disamping ASEAN secara regional juga dikembangkan kerjasama sub regional ASEAN

yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Indonesia dalam forum BIMST (Brunai,

Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand). Pertemuan dilakukan secara reguler setiap tahun

untuk membahas isu kesehatan didaerah perbatasan dan isu kesehatan terkait mobilitas

penduduk lintas batas, dan isu lainnya yang menjadi concern para pihak. Pada pertemuan

BIMST ke-22 tahun 2019 Indonesia mendorong peningkatan kerjasama BIMST yang lebih

konkret yang dkemudian didukung oleh Brunei Darussalam yang menyatakan perlu adanya

Page 21: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

penyempurnaan mekanisme forum BIMST di masa mendatang. Pertemuan BIMST ke 22

menyepakati Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan ke 23 BIMST dan menjadi ketua forum

BIMST tahun 2020 – 2021. BIMST merupakan bentuk kerja sama lintas batas bidang

kesehatan antara Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand, yang

tujuan utamanya adalah untuk membahas isu-isu terkait kesehatan masyarakat lintas batas.

Forum ini akan memberikan kesempatan bagi negara anggota untuk berbagi keunggulan,

pengalaman dan tantangan yang dihadapi dalam menghadapi isu-isu kesehatan dan

menganalisa serta mengevaluasi bentuk kerja sama lintas-batas/regional yang telah terjalin

antar negara anggota BIMST.

Kerja Sama secara regional selanjutnya adalah APEC, kerjasama ekonomi sektor

kesehatan kepentingan nasional Indonesia dinegosiakan melalui forum Asia Pacific Economic

Cooperation (APEC). Kerjasama kesehatan di APEC dibahas dalam forum Health Working

Group/HWG, dan LSIF (Life Science and Innovative Forum). Tujuan utama APEC adalah

mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan di Asia Pasifik. Hal ini

dilakukan dengan mendorong dan memfasilitasi perdagangan dan investasi yang lebih bebas

dan terbuka di kawasan, serta meningkatkan kerja sama pengembangan kapasitas Ekonomi

anggota. Indonesia selalu berperan aktif dalam diplomasi ekonomi di forum APEC antara lain

melalui inisiatif terkait peningkatan akses pasar untuk produk perikanan, pertanian, kesehatan

dan kehutanan; serta meningkatkan kualitas pendidikan di daerah tertinggal melalui teknologi

digital. Beberapa inisiatif Indonesia tersebut telah berhasil disepakati dan mendapat

pembiayaan dari APEC. Kementerian Kesehatan RI berkesempatan menjadi co-host

penyelenggaraan APEC Quality Workshop & 4th APEC Blood Safety Policy Forum pada bulan

Desember 2017 lalu. Workshop dengan tema “Changing a Blood Establishment Culture to a

Culture of Change” dilaksanakan pada tanggal 11-12 Desember 2017 di Hotel Lumire Jakarta.

Seminar tersebut dihadiri 90 orang peserta yang berasal dari Indonesia Mexico, Pakistan,

Vietnam, China dan Filipina. Kegiatan selanjutnya adalah 4th APEC Blood Safety Policy

Forum yang dilaksanakan pada tanggal 13-14 Desember 2017 di ruang G.A. Siwabessy

Kemenkes. Kegiatan ini dihadiri 115 peserta yang berasal dari 16 negara APEC dan dibuka

oleh Menteri Kesehatan, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. Moeloek, Sp.M (K), Manfaat yang dapat

diambil Indonesia dari kedua kegiatan APEC diatas, khususnya bagi Komite Pelayanan Darah

adalah hasilnya dapat digunakan untuk penyusunan kebijakan atau strategi peningkatan mutu

pelayanan darah di Indonesia. Pada bidang kerja sama kesehatan dan lingkungan Indonesia

berperan aktif dan disepakati sebagai Ketua Asia Pacific Regional Forum Health and

Environment (APRFHE) periode 2020-2024. Forum ini memfokuskan pembahasan pada

peran Pemerintah dalam bidang kesehatan dan lingkungan dalam isu: Air Quality and Health;

Water, Sanitation, Hygiene and Health; Chemical, Waste and Health; Climate Change and

Health; Health Impact Assessment; Ecosystem and Health; Sustainable and Healthy Cities.

Pertemuan menghasilkan catatan tentang capaian dan tantangan bidang kesehatan dan

Page 22: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

lingkungan yang dihadapi oleh masing-masing negara serta rekomendasi untuk rencana tindak

lanjut Forum APRFHE ke depan

Rencana Aksi kerjasama kesehatan regional antara lain :

a. Penyusunan draft/counter draft perjanjian internasional kerjasama regional

b. Koordinasi dengan lintas unit utama dalam menentukan substansi kerjasama

c. Koordinas dengan lintas Kementerian/Lembaga dalam penyusunan perjanjian

internasional

d. Fasilitasi penandatangan perjanjian internasional kerjasama regional

e. Penyusunan telaah pimpinan untuk memberikan rekomendasi kebijakan posisi

Indonesia terhadap berbagai isu dan agenda kesehatan global pada berbagai

pertemuan regional yang sifatnya governing dan pertemuan negosiasi antara

pemerintah

f. Penyiapan kertas posisi delegasi dan Statement Delegasi

g. Persiapan posisi Kementerian Kesehatan pada sidang ASEAN, APEC, BIMST, dan

sidang regional lainnya, baik pada sidang Konferensi Tingkat Menteri, Senior Offcial

Meeting (SOM) maupun working group/task force

h. Penyiapan bahan masukan untuk Pertemuan KTT/KTM ASEAN dan KTT/KTM APEC;

i. Memberikan rekomendasi kebijakan posisi Indonesia terhadap berbagai isu dan

agenda pertemuan dan perundingan di berbagai forum internasional.

j. Penyiapan bahan masukan untuk Kunjungan Presiden RI keluar negeri dan kunjungan

kerja Kepala Pemerintahan negara asing ke Indonesia dalam kerangka kerjasama

regional;

k. Penyelenggaraan pertemuan internasional secara regional

l. Dokumentasi implementasi perjanjian internasional kerjasama regional

m. Monitoring evaluasi implementasi perjanjian internasional kerjasama regional

n. Penyusunan analisis implementasi perjanjian internasional kerjasama regional

3. Peningkatan Kerjasama Kesehatan Multilateral

Pengaruh fenomena global terhadap isu kesehatan serta sifatnya yang lintas batas

menjadi pendorong integrasi antara isu kesehatan dan politik luar negeri. Tantangan

tantangan kesehatan yang bersifat lintas batas tidak dapat diatasi oleh satu negara saja,

sehingga sangat penting semua aktor bekerja sama untuk membangun kolaborasi yang

lebih baik demi mengatasi masalah kesehatan global. Kolaborasi dapat mengambil banyak

bentuk dan didedikasikan untuk berbagai tujuan: mencegah dan mengendalikan wabah

penyakit; penelitian dan pengembangan; pengembangan kapasitas; perdagangan

internasional; serta pembentukan norma dan agenda dalam forum-forum multilateral.

Dalam forum multilateral, kolaborasi dilakukan melalui negosiasi dan diskusi sebagai

Page 23: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

sarana tata kelola global. World Health Organization (WHO) dan Global Health Security

Agenda (GHSA) merupakan beberapa forum yang menangani masalah kesehatan di

tingkat global. Dalam kolaborasi tersebut Kementerian Kesehatan diharapkan

meningkatkan perannya dalam menggalang global health diplomacy, khususnya terkait

dengan isu kesehatan yang menjadi concern developing countries (DCs) dan least

developing countries (LDCs), termasuk kepentingan dalam negeri Indonesia khususnya

terkait pencapaian delapan program prioritas. Indonesia melalui berbagai forum diharapkan

dapat melakukan lobby untuk melakukan reformasi di WHO dan lembaga PBB lainnya

yang terkait dengan isu kesehatan global sehingga lebih berkeadilan, setara, dan

menguntungkan semua pihak, khususnya terkait dengan kepentingan DCs dan LDCs.

Indonesia senantiasa mengambil peran aktif dalam kerja sama kesehatan internasional

salah satunya kerja sama secara multilateral. Dalam WHO, Indonesia berperan aktif dalam

perumusan resolusi “Pandemic Influenza Preparedness (PIP) Network: sharing influenza

viruses and access to vaccines and other benefits” yang mendorong pada pembentukan

Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) pada tahun 2011. Pada

tahun 2014, Indonesia telah menyatakan kesiapannya untuk mengimplementasikan

International Health Regulations (IHR) 2005. Dalam GHSA, Indonesia merupakan salah

satu negara Steering Group dan mengetuai Troika GHSA pada tahun 2016. Selain itu,

Indonesia juga menjadi lead country untuk Action Package Zoonotic Disease (Prevent-2)

dan menjadi contributing country untuk Action Package Anti-Microbial Resistance (Prevent-

1), Real-Time Surveillance (Detect-2), dan Linking Public Health with Law and Multisectoral

Rapid Response (Respond-2). Dalam forum multilateral lainnya, Indonesia bersama

dengan Brazil, Prancis, Norwegia, Senegal, Afrika Selatan dan Thailand membentuk

kelompok “Foreign Policy and Global Health” yang juga disebut dengan “Diplomacy

Health”. Kelompok ini berkomitmen menangani masalah-masalah kesehatan yang terkait

dengan kebijakan luar negeri dan telah menghasilkan beberapa resolusi dalam Sidang

Umum PBB sejak tahun 2008.

Indonesia juga telah memiliki BUMN produsen vaksin, yaitu Bio Farma. Bio Farma telah

memproduksi 12 jenis vaksin yang sudah diakui WHO dan produk-produk Bio Farma telah

digunakan di lebih dari 130 negara. Bio Farma memiliki beberapa peran strategis dalam

forum-forum internasional, di antaranya sebagai pengajar dalam WHO Global Training

Network: Third Country Training Program; Presiden Developing Countries Vaccine

Manufacturers Network (DCVMN); Board of Trustee dalam International Vaccine Institute;

serta Hub for Green Economy (Vaccine Innovation) dan OIC of the Vaccine Manufacturers

Group dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Khusus mengenai OKI, pada pertemuan

Menteri Kesehatan negara-negara OKI di tahun 2017, telah diputuskan bahwa negara-

negara OKI akan lebih mengandalkan sesama negara anggota OKI untuk memasok

vaksin. Terkait dengan hal tersebut, Bio Farma telah ditunjuk menjadi OIC Centre of

Page 24: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Excellence on Vaccines and Biotechnology Products. Selain itu, Bio Farma juga telah

berpartisipasi dalam berbagai kerja sama riset dan pengembangan serta transfer teknologi

dengan beberapa negara, misalnya Arab Saudi, Tunisia, dan Turki.

Rencana Aksi kerjasama kesehatan multilaeral antara lain :

a. Penyusunan draft/counter draft perjanjian internasional kerjasama multilateral, dan UN

bodies lainnya

b. Koordinasi dengan lintas unit utama dalam menentukan substansi kerjasama

c. Koordinas dengan lintas Kementerian/Lembaga dalam penyusunan perjanjian

internasional

d. Fasilitasi penandatangan perjanjian internasional kerjasama multilateral

e. Penyusunan telaah pimpinan untuk memberikan rekomendasi kebijakan posisi

Indonesia terhadap berbagai isu dan agenda kesehatan global pada berbagai

pertemuan regional yang sifatnya governing dan pertemuan negosiasi antara

pemerintah

f. Penyiapan kertas posisi delegasi dan Statement Delegasi

g. Persiapan posisi Kementerian Kesehatan pada sidang WHA, EB, UNGA sektor

keseharan, RC WHO-SEARO, dan sidang multilateral lainnya, baik pada sidang

Konferensi Tingkat Menteri, Senior Offcial Meeting (SOM) maupun working group/task

force

h. Penyiapan bahan masukan untuk Pertemuan KTT/KTM multilateral

i. Memberikan rekomendasi kebijakan posisi Indonesia terhadap berbagai isu dan

agenda pertemuan dan perundingan di berbagai forum internasional.

j. Penyiapan bahan masukan untuk Kunjungan Presiden RI keluar negeri dan kunjungan

kerja Kepala Pemerintahan negara asing ke Indonesia dalam kerangka kerjasama

multilateral

k. Penyelenggaraan pertemuan internasional secara multilateral atau regional SEARO

l. Dokumentasi implementasi perjanjian internasional kerjasama multilateral

m. Monitoring evaluasi implementasi perjanjian internasional kerjasama multilateral

n. Penyusunan analisis implementasi perjanjian internasional kerjasama multilateral

4. Fasilitasi Globalisasi Perdagangan Sektor Kesehatan dan Kerjasama Ekonomi

Lainnya

Kementerian Kesehatan juga berkomitmen untuk mendukung kebijakan pemerintah

dibawah koordinasi Kementerian Perdagangan dalam pengembangan kerjasama ekonomi

sektor kesehatan baik dalam kerangka perdagangan barang sektor kesehatan, jasa

kesehatan, investasi, maupun hak kekayaan intelektual. Pengembangan kerjasama

perdagangan internasional sektor kesehatan dilakukan secara multitrack melalui kerjasama

multilateral di WTO, regional, dan bilateral.

Page 25: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Kerjasama aliran bebas perdagangan sektor kesehatan dalam kerangka ASEAN Free Trade

Area (AFTA) ditujukan untuk mewujudkan ASEAN Economic Commnunity Tahun 2015.

Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk berperan aktif dalam setiap perundingan

perdagangan barang dan jasa kesehatan, termasuk investasi sektor kesehatan. Selain itu

ASEAN dalam juga mengembangkan kerjasama dengan negara mitra wicara mempunyai

Free Trade Area dalam kerangka ASEAN Free Trade Area. Kerjasama kesehatan di ASEAN

senantiasa memperhatikan dinamika kebijakan kesehatan dalam negeri, tetapi disisi lain

kebijakan dalam negeri diharapkan menyesuikan kebijakan dalam negerinya sesuai dengan

dinamika dalam rangka pembentukan ASEAN Single Window. Pengembangan kerjasama

kesehatan di ASEAN juga meliputi

Rencana Aksi kerjasama globalisasi perdagangan sektor antara lain :

a. Penyusunan draft/counter draft perjanjian internasional globalisasi perdagangan sektor

kesehatan di WTO, ASEAN dan Free Trade Area lainnya

b. Koordinasi dengan lintas unit utama dalam menentukan substansi kerjasama

c. Koordinas dengan lintas Kementerian/Lembaga dalam penyusunan perjanjian

internasional dan penandatangan perjanjian internasional

d. Penyusunan telaah pimpinan untuk memberikan rekomendasi kebijakan posisi

Indonesia terhadap berbagai isu perdagangan barang sesuai prinsip GATT,

perdagangan jasa sesuai prinsip GATS, dan perdagangan Hak Kekayaan Intelektual

sesuia prinsip TRIPS, serta mendukung kepentingan nasional dan kepentingan

Kementerian Kesehatan pada berbagai pertemuan multilateral, regional, maupun

bilateral

e. Penyiapan kertas posisi delegasi dan Statement Delegasi

f. Persiapan posisi Kementerian Kesehatan pada sidang WTO (terkait dengan GATT,

GATS, dan TRIPS), siding di ASEAN (terkait dengan ATIGA, AFAS, RCEP, ACIA), dan

siding bilateral lainnya baik pada sidang Konferensi Tingkat Menteri, Senior Offcial

Meeting (SOM) maupun working group/task force

g. Penyiapan bahan masukan untuk Pertemuan KTT/KTM multilateral

h. Memberikan rekomendasi kebijakan posisi Indonesia terhadap berbagai isu dan

agenda pertemuan dan perundingan di berbagai forum internasional.

i. Penyelenggaraan pertemuan internasional dalam kerangka globalisasi perdagangan

sektor jasa kesehatan

j. Dokumentasi implementasi perjanjian internasional dalam kerangka globalisasi

perdagangan sektor kesehatan

Page 26: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

k. Monitoring evaluasi implementasi perjanjian internasional kerjasama globalisasi

perdagangan sektor kesehatan

l. Penyusunan analisis implementasi perjanjian internasional kerjasama globalisasi

perdagangan sektor kesehatan

5. Penguatan reformasi birokrasi

Bahwa dalam pegembangan kelima rencana aksi tersebut di atas perlu didukung oleh

sumberdaya manusia yang kompeten dan handal, serta input sumberdaya lainnya sesuai

dengan prinsip good governance. Untuk itu perlu diciptakan budaya organisasi yang

berorientasi global sesuai dengan semangat reformasi birokrasi di Kementerian Kesehatan.

Rencana Aksi penguatan reformasi birokrasi antara lain :

a. Penyusunan dokumen delapan area perubahan reformasi birokrasi

b. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi perubahan pada delapan area perubahan

c. Perbaikan kualitas manajemen perbendaharaan dan pelaporan keuangan

d. Peningkatan kualitas SDM kesehatan sesuai dengan standar kompetensi jabatan dan

budaya kerja berorientasi mutu

e. Peningkatan kepuasan customer eksternal dan internal Biro Kerja Sama Luar Negeri

f. Sosialisasi dan monitoring evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi di Biro Kerja Sama

Luar Negeri

E. Pencapaian Target Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan Biro Kerja Sama Luar Negeri tahun 2020 – 2024

Indikator Kinerja Kegiatan

Biro Kerja Sama Luar Negeri, Tahun 2020 - 2024

Kegiatan Sasaran Indikator Tahun

2020 2021 2022 2023 2024

Peningkatan

Kerjasama

Luar Negeri

Meningkatkan

peran aktif

Indonesia dalam

kerja sama luar

negeri bidang

kesehatan dan

posisi Indonesia

dalam kerjasama

luar negeri bidang

kesehatan

Jumlah

perjanjian

kerja sama

bilateral

bidang

kesehatan

yang

ditandatan

gani

3 4 4 5 5

Jumlah

prakarsa

5 5 6 6 7

Page 27: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Indonesia

yang

menjadi

hasil

pertemuan

regional

dan

multilateral

bidang

kesehatan

Berdasarkan target indikator kinerja kegiatan Biro Kerja Sama Luar Negeri kegiatan

peningkatan kerja sama bilateral bidang kesehatan memiliki peran dalam pencapaian target

indikator pertama yakni:

Kegiatan Sasaran Indikator Tahun

2020 2021 2022 2023 2024

Peningkatan

Kerjasama

Luar Negeri

Meningkatkan

peran aktif

Indonesia dalam

kerja sama luar

negeri bidang

kesehatan dan

posisi Indonesia

dalam kerjasama

luar negeri bidang

kesehatan

Jumlah

perjanjian

kerja sama

bilateral

bidang

kesehatan

yang

ditandatan

gani

3 4 4 5 5

Total target jumlah perjanjian kerja sama bilateral bidang kesehatan yang ditandatangani

sampai tahun 2024 adalah 21 dokumen perjanjian. Adapun negara yang akan menjadi target

kerja sama Indonesia bidang kesehatan adalah negara yang dapat menunjang kepentingan

Indonesia.

Dalam melakukan hubungan atau praktik politik dengan negara lain, Indonesia memiliki

prioritas dengan cara melakukan kerja sama yang menunjang kepentingan Indonesia. Dengan

prinsip politik bebas bebas aktif, Indonesia tidak serta merta berperan aktif dalam kancah

internasional namun juga memiliki pertimbangan yang matang dalam melakukan hubungan

kerjasama yang mana akan memudahkan untuk mencapai kepentingan nasional. Prinsip

Lingkaran Konsentris (concentric circle) merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi

politik luar negeri Indonesia. Prinsip Lingkaran Konsentris mencerminkan pola penyusunan

Page 28: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

prioritas dalam praktek politik luar negeri sehingga mampu memberikan kontribusi optimal

terhadap pembangunan nasional. Di dalam Lingkaran Konsentris inilah Asia Tenggara dan

Pasifik Barat Daya menempati lingkaran terdalam yang bermakna. Berdasarkan Prinsip

Lingkaran Konsentris inilah Indonesia berusaha mewujudkan stabilitas politik dan keamanan

serta kerjasama antar negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Terdapat tiga dimensi yang

digunakan dalam lingkaran konsentris, pertama ialah dimensi regional yang berkaitan dengan

letak geografis Indonesia, kedua ialah dimensi organisasional yang merujuk pada posisi

Indonesia dalam tatanan internasional, dan ketiga ialah dimensi fungsional yang berupa peran

Indonesia dalam tatanan internasional, dalam membentuk lingkaran konsentris politik luar

negeri Indonesia, letak wilayah geografis, ideologi, ekonomi, politik, dan keamanan menjadi

dasar-dasar yang mempengaruhi hubungan diplomatik Indonesia dan aktivitas politik luar

negeri Indonesia. Indonesia memiliki wilayah lingkaran konsentris yang cukup luas dan dilihat

dari segi luas wilayah, Indonesia menjadi salah satu yang memiliki potensi sumber daya alam

yang melimpah.

Sedangkan terkait pencapaian target indikator kedua Biro kerja samaLuar Negeri, maka

kegiatan peningkatan kerja sama kawasan regional dan multilateral bidang kesehatan memiliki

peran dalam pencapaian target indikator kedua tersebut, yakni :

Kegiatan Sasaran Indikator Tahun

2020 2021 2022 2023 2024

Peningkatan

Kerjasama

Luar Negeri

Meningkatkan

peran aktif

Indonesia

dalam kerja

sama luar

negeri bidang

kesehatan dan

posisi Indonesia

dalam

kerjasama luar

negeri bidang

kesehatan

Jumlah

prakarsa

Indonesia

yang

menjadi

hasil

pertemuan

regional dan

multilateral

bidang

kesehatan

5 5 6 6 7

Peningkatan Kerja Sama Regional dan Multilateral Bidang kesehatan memiliki peran

dalam pencapaian target indikator kinerja kegiatan kedua yakni jumlah prakarsa Indonesia

yang menjadi hasil pertemuan regional dan multilateral bidang kesehatan, dan di tahun 2024

terdapat 29 jumlah prakarsa Indonesia yang ditargetkan menjadi hasil pertemuan regional dan

multilateral bidang kesehatan. Adapun hasil pertemuan regional dan multilateral bidang

Page 29: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

kesehatan yang ditargetkan adalah hasil pertemuan internasional dari keterlibatan aktif

Indonesia dalam organisasi internasional, baik tingkat regional maupun tingkat multilateral.

Beberapa organisasi internasional kawasan regional maupun multilateral dimana

Indonesia aktif di dalamnya diantaranya adalah :

Kerja Sama Regional ASEAN

Kerja sama kesehatan ASEAN dimulai sejak tahun 1980 dengan dibentuknya ASEAN Senior

Officials’ Meeting on Health Development (SOMHD) yang dilaksanakan setiap tahun dan

pertemuan tingkat Menteri Kesehatan ASEAN (ASEAN Health Ministers Meeting) setiap dua

tahun sekali. Kerja sama kesehatan di ASEAN berada di bawah naungan Pilar Kerja Sama

Sosial Budaya ASEAN. Adapun Visi ASEAN di bidang kesehatan yaitu: “A Healthy, Caring and

Sustainable ASEAN Community”. Sasaran strategi program utama bidang kesehatan tertuang

dalam ASCC Blueprint 2025. Salah satu outcome dari pertemuan AHMM adalah disepakatinya

naskah Joint Statement dan memberikan mandat kepada SOMHD untuk melaksanakan hasil

kesepakatan pada Joint Statement. AHMM juga mempunyai hak dan kewajiban untuk

menyepakati deklarasi bidang kesehatan yang dipandang penting untuk diajukan sebagai

masukan pada pertemuan KTT ASEAN. Adapun Health Related Strategic Measures dalam

ASEAN Socio-Cultural Community Blueprint 2025 terdapat dalam B.1.2: Equitable Access for

All; D.2.A: Safer ASEAN that is able to Respond to all Healthrelated Hazards including

Biological, Chemical and Radiological-nuclear, and Emerging Threats dan E3: Engender a

Cultural Entrepreneurship in ASEAN. Terdapat 42 strategic measures di dalam ASEAN Socio-

Cultural Community Blueprint 2025 yang sedang dalam proses realisasi melalui The ASEAN

Post-2015 Health Development Agenda (APHDA) yang disahkan oleh Para Menteri Kesehatan

ASEAN. Dokumen ini berisi tujuan, strategi, prioritas, dan rencana program ASEAN yang

berdasarkan pada SDGs untuk periode tahun pelaksanaan 2016-2020. Untuk mencapai visi

dan misi kerja sama kesehatan ASEAN, maka agenda kerja sama akan dititikberatkan pada 20

prioritas utama yang akan dikawal oleh 4 ASEAN Health Clusters (AHC). Adapun keempat

ASEAN Health Cluster, yaitu: 1) ASEAN Health Cluster 1: Promoting Healthy Lifestyle; 2)

ASEAN Health Cluster 2: Responding to All Hazards and Emerging Threats; 3) ASEAH Health

Cluster 3: Strengthening Health Systems and Access to Care; dan 4) ASEAN Health Cluster 4:

Ensuring Food Safety

Kerja Sama Regional: Asia Pacific Economic Cooperation (APEC)

APEC mendirikan Health Task Force (HTF) pada tahun 2003 untuk mengatasi ancaman

kesehatan yang berdampak terhadap perekonomian, perdagangan, serta keamanan anggota

APEC. Tahun 2007, HTF bertransformasi menjadi Health Working Group (HWG) yang memiliki

mandat untuk meningkatkan kesiapan dan respon, memperkuat sistem kesehatan, mendukung

masyarakat yang sehat, dan kerja sama antar sektor kesehatan baik pada forum APEC

Page 30: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

maupun dengan organisasi internasional lainnya. pada tanggal 2 November 2018.

Perkembangan saat ini menunjukkan bahwa HWG APEC telah mengindentifikasi intersessional

works terkait isu prioritas tahun 2018 dan menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dan

inovasi dalam mengatasi isu tersebut. Adapun isu prioritas HWG APEC di antaranya meliputi:

TB, kanker serviks, dan kesehatan jiwa.

WHO SEARO

WHO SEARO telah mencanangkan 8 (delapan) flagship SEARO di bawah kerangka GWP 13,

termasuk mengenai pengembangan kapasitas nasional dalam mencegah dan mengatasi AMR

serta meningkatkan skala pengembangan kapasitas terkait manajemen risiko di negara-negara

anggota. Selain itu, WHO SEARO secara khusus telah meluncurkan “South-East Asia

Regulatory Network Information Sharing Platform Gateway” pada pembukaan “2nd World

Conference on Access to Medical Products-Achieving SDGs 20130” di New Delhi, 9-11

Oktober 2018. Peluncuran platform ini merupakan tindak lanjut dari Delhi Declaration on

Improving Access to Essential Medical Products in the South-East Asia Region and Beyond

yang disepakati oleh Menteri Kesehatan negara-negara anggota WHO SEARO pada 71st

Session of the WHO Regional Committee for South-East Asia di New Delhi tahun 2018. Dalam

kaitan ini, platform ditujukan untuk information sharing mengenai penyusunan dan

implementasi regulasi untuk produk farmasi di negara-negara anggota WHO SEARO sehingga

mempermudah akses terhadap produk farmasi dan alat kesehatan yang berkualitas,

terjangkau, dan aman

World Health Organization (WHO)

WHO didirikan menyusul beberapa upaya kolaborasi internasional dalam mencegah

penyebaran penyakit antarnegara. Sejak tahun 1851 hingga 1900, telah diselenggarakan 10

(sepuluh) International Sanitary Conferences. 27 Pada tahun 1892, International Sanitary

Regulations disepakati. Tiga tahun setelah WHO dibentuk, International Sanitary Regulations

direvisi pada tahun 1951 yang kemudian juga direvisi pada tahun 1969 menjadi International

Health Regulations (IHR). Keputusan untuk disepakatinya IHR 1969 dikarenakan adanya

kebutuhan agar tiap negara memberikan laporan apabila terjadi wabah penyakit di negaranya.

Dalam rangka menciptakan sistem peringatan dan respon global yang efektif terhadap

pandemi, WHO membentuk Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN) pada

tahun 1969. GOARN merupakan kemitraan teknis dari institusi dan jaringan yang ada dalam

rangka mengumpulkan sumber daya manusia dan teknis untuk melakukan identifikasi,

konfirmasi dan respon yang cepat terhadap wabah internasional. Dalam periode 2000 hingga

2005, terdapat lebih dari 70 respon terhadap wabah internasional melalui mekanisme GOARN.

Pendekatan keamanan dalam menghadapi wabah penyakit global juga mulai diperkenalkan.

Pada tahun 2001, WHA mulai menggunakan konsep Global Health Security dalam WHA

Page 31: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Resolution 55.14. Global Health Security: Epidemic Alert and Response. Berdasarkan resolusi

tersebut, WHA kemudian mengeluarkan resolusi pada tahun 2002 yaitu WHA Resolution 55.16.

Global Public Health Response to Natural Occurrence, Accidental Release or Deliberate Use of

Biological and Chemical Agents or Radionuclear Material that Affect Health30. Resolusi ini

mencerminkan adanya kesadaran global terhadap ancaman bioterorisme setelah setahun

sebelumnya AS mengalami kejadian 9/11 di mana teroris berhasil menghancurkan World Trade

Center dan menyerang melalui penyebaran anthrax. Sehubungan dengan semakin besarnya

tantangan mengontrol penyebaran penyakit dikarenakan timbulnya penyakit baru dan semakin

intensnya pergerakan global hewan dan barang yang dapat menjadi agen penyebaran penyakit

infeksi, negara-negara memandang perlunya revisi IHR 1969. Pada tahun 2005, negara-negara

anggota WHO sepakat untuk merevisi IHR. IHR 2005 lebih memfokuskan pada respon cepat

sumber wabah dibandingkan pada upaya pencegahan penyebaran penyakit pada pelabuhan

dan bandara udara sebagaimana diatur dalam IHR 1969. Dalam IHR 2005, tiap negara

anggota wajib membentuk IHR Contact Point pada level nasional. IHR Contact Point ini

bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi pada tingkat nasional dan koordinasi dengan

WHO dalam menghadapi wabah yang tergolong sebagai Public Health Emergency of

International Concern (PHEIC). IHR 2005 juga mengharuskan negara-negara untuk memenuhi

“core capacity requirements” yang memungkinkan negara dapat mendeteksi, menilai,

melakukan notifikasi dan melaporkan terjadinya wabah. IHR 2005 mengharuskan tiap negara

memenuhi 8 (delapan) kapasitas, antara lain:

Core capacity 1: National legislation, policy and financing

Core capacity 2: Coordination and NFP communications

Core capacity 3: Surveillance

Core capacity 4: Response

Core capacity 5: Preparedness

Core capacity 6: Risk communication

Core capacity 7: Human resources

Core capacity 8: Laboratory

IHR 2005 sudah berlaku sejak tahun 2007 dan diharapkan semua negara anggota dapat

memenuhi core capacity requirements pada tahun 2012. Namun pada tahun 2014, hanya 64

negara yang sudah melakukan implementasi secara penuh dari ketentuan IHR 2005, 81 negara

meminta perpanjangan selama 2 tahun dan 48 negara tidak melakukan pelaporan. Lebih lanjut,

sebagai focal point isu kesehatan global, WHO melalui World Health Assembly ke-71 telah

menyepakati Thirteenth General Programme of Work untuk periode 2019−2023 (GPW 13).

GWP 13 ini menjadi napas baru dalam kerangka kerja sama kesehatan global yang dipimpin

oleh WHO karena WHO berkomitmen untuk memastikan terlaksananya implementasi SDGs

Tujuan 3 di setiap negara di dunia melalui perwujudan universal healthcare.

Page 32: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Global Health Security Agenda (GHSA)

Inisiatif kerja sama antarnegara GHSA dibentuk pada Februari 2014. Visi dari GHSA adalah

untuk menciptakan dunia yang aman dari ancaman kesehatan global yang diciptakan oleh

wabah penyakit infeksi baik yang terjadi secara alamiah, secara musibah atau secara

disengaja. Koordinasi kegiatan GHSA dilakukan oleh Steering Group yang beranggotakan

sepuluh negara yaitu Amerika Serikat, Chile, Finlandia, India, Indonesia, Italia, Kanada, Kenya,

Korea Selatan, dan Saudi Arabia. Keketuaan Steering Group dilaksanakan melalui mekanisme

Troika (3 negara secara bergantian). Troika pertama terdiri dari Amerika Serikat (memimpin

pada 2014), Finlandia (2015), dan Indonesia (2016). WHO, FAO, OIE, Interpol, ECOWAS, UN

Office for Disaster Risk Reduction (UNISDR), dan Uni Eropa bertindak sebagai mitra

konsultasi. Pada pertemuan High Level Event GSHA yang diselenggarakan di bulan September

2014 di Washington D.C., Amerika Serikat, disepakati 11 paket aksi yang dibagi dalam 3

kluster yaitu PREVENT, DETECT dan RESPOND. Tiap paket aksi memiliki target yang harus

dicapai selama 5 tahun, antara lain:

• Prevent 1: Antimicrobial Resistance

• Prevent 2: Zoonotic Disease

• Prevent 3: Biosafety and Biosecurity

• Prevent 4: Immunization

• Detect 1: National Laboratory System

• Detect 2 & 3: Real-Time Surveillance

• Detect 4: Reporting

• Detect 5: Workforce Development

• Respond 1: Emergency Operations Centers

• Respond 2: Linking Public Health with Law and Multisectoral Rapid Response

• Respond 3: Medical Countermeasures and Personnel Deployment Action Package

Pertemuan tingkat Menteri GHSA yang diselenggarakan di Uganda pada Oktober 2017 telah

menghasilkan Kampala Declaration di mana para anggota menyepakati mekanisme kerja sama

GHSA diperpanjang hingga 2024. Deklarasi tersebut ditindaklanjuti dengan penyusunan GHSA

2024 Framework. Pertemuan Tingkat Menteri GHSA ke-5 di Bali pada 6-8 November 2018

meluncurkan GHSA 2024 Framework dan menghasilkan Bali Declaration. GHSA 2024

Framework menetapkan visi, misi, prinsip utama, mandat, struktur tata kelola, dan tujuan

strategis GHSA hingga tahun 2024, sedangkan Bali Declaration merupakan bentuk dukungan

negara-negara anggota terhadap GHSA 2024 Framework dan juga komitmen negara-negara

dan semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan kapasitas dan bekerja sama dengan

mengacu pada pendekatan One Health. Dalam pertemuan tersebut, negara-negara juga

menyepakati perlunya untuk terus meningkatkan kapasitas nasional dalam menghadapi

ancaman keamanan kesehatan melalui peningkatan kerja sama multipihak, meningkatkan

penguatan kelembagaan di pusat dan daerah, mendorong pengarusutamaan isu-isu kesehatan

Page 33: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

global ke dalam agenda pembangunan nasional demi menyediakan pendanaan yang cukup,

serta mendorong sosialisasi dan simulasi pandemi untuk melatih kesiapan. Beberapa hal baru

yang diterapkan dalam kerangka kerja GHSA tersebut di antaranya: kemitraan multisektoral di

antara negara, institusi multilateral, dan aktor nonpemerintah; dibentuknya sekretariat untuk

mendukung fungsi administrasi dan logistik; dibentuknya kerangka akuntabilitas untuk

mengukur kemajuan komitmen dan dampaknya; serta ditetapkannya proses konsultasi oleh

seluruh anggota GHSA untuk menentukan dan meninjau peta jalan setiap 5 tahun. Dalam

GHSA 2024 Framewok, disepakati bahwa dibutuhkan sebuah struktur dan proses kolaborasi

yang lebih jelas untuk memperluas kerja sama dalam komunitas GHSA.

GHSA 2024 memiliki tujuan strategis yang terukur yang harus dicapai pada 31 Desember 2023,

antara lain: 1. Promosi kerangka kerja yang relevan untuk keamanan kesehatan; 2.

Meningkatkan dukungan pendanaan domestik dan mitra internasional untuk memperkuat dan

mempertahankan kapasitas untuk mencegah, mendeteksi dam merespon wabah penyakit

menular, termasuk penguatan sistem kesehatan 3. Memperkuat dan mendukung keterlibatan

multipihak dan komitmen untuk keamanan kesehatan; 4. Meningkatkan sharing best practices

dan lesson learned, mendukung penggunaan dan pengembangan perangkat dan kebijakan

yang diperlukan; dan 5. Memperkuat akuntabilitas seluruh anggota di bawah GHSA.

Group of 20 (G20)

Di bawah kepemimpinan Jerman di tahun 2017, isu kesehatan global menjadi salah satu isu

prioritas G20. Hal ini dibuktikan dengan untuk pertama kalinya menteri-menteri kesehatan dari

negara anggota G20 melakukan pertemuan di bawah kerangka G20 di Berlin pada tahun 2017.

Pada kesempatan ini, menteri-menteri kesehatan mendeklarasikan Berlin Declaration of the

G20 Health Ministers Together Today for a Healthy Tomorrow. Deklarasi ini menyepakati

pentingnya peran G20 sebagai forum kerja sama ekonomi internasional untuk mengatasi

permasalahan kesehatan global. Peran ini dipandang relevan karena ancaman-ancaman

kesehatan global, seperti wabah, penyakit menular, dan AMR dapat merugikan

keberlangsungan hidup masyarakat global dan secara tidak langsung dapat merugikan

perekonomian global. Di samping itu, deklarasi juga menekankan bahwa tantangan kesehatan

global tidak dapat diatasi oleh satu negara, regional, atau sektor saja. Untuk itu, diperlukan

kerja sama untuk mendukung respons global yang terkoordinasi. Menteri-menteri kesehatan

G20 menegaskan komitmennya untuk berkontribusi dalam joint commitment and action serta

kerja sama secara dekat dengan WHO, termasuk dalam memperkuat kerja sama dalam

peningkatan Kapasitas Kesehatan Global. Menindaklanjuti komitmen tersebut, para menteri

kesehatan negara G20 di bawah kepemimpinan Argentina juga kembali mengeluarkan

deklarasi pada tanggal 4 Oktober 2018 di Mar del Palta, Argentina. Deklarasi ini secara spesifik

berusaha untuk menggarisbawahi komitmen negara-negara G20 dalam mengatasi masalah

AMR, gizi anak, penguatan sistem kesehatan, dan sistem kesehatan yang responsif terhadap

Page 34: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

bencana dan pandemi.

Organisasi Kerja Sama Islam (OKI)

Kerangka kerja sama kesehatan pada Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ditetapkan dalam

OIC Strategic Health Programme of Action 2014-2023 (OIC-SHPA) yang diadopsi pada saat

pelaksanaan The 4th Session of the Islamic Conference of Ministers of Health di Jakarta, 22-24

Oktober 2013. OIC-SHPA memuat visi OKI untuk memperkuat sistem pelayanan kesehatan

dan meningkatkan kondisi kesehatan di negara-negara anggota OKI, utamanya melalui

fasilitasi dan knowledge transfer di bidang kesehatan. Terdapat 6 (enam) area tematik yang

menjadi landasan kerja sama kesehatan di bawah kerangka OIC-SHPA, yaitu: 1) penguatan

sistem kesehatan; 2) kontrol dan pencegahan penyakit; 3) kesehatan ibu dan anak; 4) teknologi

obat, vaksin, dan medis; 5) respons dan intervensi gawat darurat; 6) riset, pendidikan,

informasi, dan advokasi. Menteri kesehatan dari seluruh negara anggota OKI melaksanakan

pertemuan setiap dua tahun sekali Untuk memastikan optimalisasi pelaksanaan kerja sama di 6

(enam) area tematik ini. Indonesia telah menjadi tuan rumah pertemuan The First Meeting of

Heads of National Medicines Regulatory Authorities (NMRAs) from OIC Member Countries

yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-22 November 2018. Tujuan

diselenggarakannya pertemuan tersebut adalah untuk mendorong tukar pikiran di antara

negara-negara anggota OKI, agar anggota OKI menjadi self reliance dalam hal vaksin.

Pertemuan tersebut dihadiri oleh sekitar 33 negara anggota OKI dan sejumlah organisasi

internasional, termasuk WHO, United Nations International Children’s Emergency Fund

(UNICEF), Statictical, Economic, and Social Research and Training Centre for Islamic

Countries (SESRIC), Standard and Metrology Institute for the Islamic Countries (SMIIC), dan

Islamic Development Bank (IsDB). Pertemuan tersebut mengadopsi dua dokumen: Pertama,

Draft Jakarta Declaration yang memuat prinsip dasar, komitmen dan dukungan OKI terhadap

penguatan kolaborasi di antara regulator bagi ketersediaan obat yang bermutu, aman, dan

berkhasiat di negara OKI dan Kedua, Plan of Action yang memuat sejumlah rencana aksi

tindak lanjut pertemuan.

Developing Eight (D-8)

Developing Eight (D-8) didirikan melalui Deklarasi Istanbul yang dihasilkan oleh Konferensi

Tingkat Tinggi (KTT) ke-1 D-8 pada 15 Juni 1997 di Istanbul, Turki. Deklarasi Istanbul memuat

tujuan, prinsip-prinsip, dan bidang-bidang kerja sama D-8, yaitu peace instead of conflict,

dialogue instead of confrontation, justice instead of double-standards, equality instead of

discrimination, dan democracy instead of oppression. D-8 terdiri dari 8 (delapan) negara

berkembang, yaitu Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki.

Pada mulanya, pembentukan D-8 dimaksudkan untuk menghimpun kekuatan negara-negara

Islam anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) guna menghadapi ketidakadilan dan sikap

Page 35: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

mendua negara-negara Barat. Namun, dalam perkembangannya, D-8

bertransformasi menjadi kelompok yang tidak bersifat eksklusif keagamaan dan ditujukan untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat negara anggotanya melalui pembangunan ekonomi

dan sosial. D-8 ingin meningkatkan posisi negara anggotanya dalam perekonomian dunia,

memperluas dan menciptakan peluang-peluang baru dalam bidang perdagangan, memperkuat

tercapainya aspirasi negara anggotanya dalam proses pembuatan keputusan pada tingkat

global, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat negara-negara anggotanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, kerja sama D-8 difokuskan pada peningkatan intra-trade di

antara negara-negara anggotanya. Pada tahun 1999 – 2007, nilai intra-trade negara-negara D-

8 meningkat lebih dari 200 persen (dari USD 14.5 miliar menjadi USD 49 miliar). Walau cukup

signifikan, jumlah ini belum melebihi 5 persen dari total perdagangan negara anggota D-8

dengan dunia. Oleh karena itu, diharapkan pada akhir dekade kedua kerja samanya (2018),

intra-trade D-8 dapat meningkat menjadi 15 - 20 persen dari total perdagangan negara

anggotanya dengan dunia, atau mencapai USD 500 miliar.

Pada KTT D-8 ke-5 tahun 2006 di Bali, Indonesia telah menerima keketuaan D-8 dari Iran

untuk periode 2006 - 2008. Pada kesempatan KTT tersebut, negara-negara D-8 juga telah

membubuhkan tanda tangan pada 2 naskah Persetujuan yang dimaksudkan untuk

memfasilitasi perdagangan di antara negara anggota, yaitu D-8 Preferential Trade Agreement

(PTA) dan Multilateral Agreement among D-8 Member Countries on Administrative Assistance

in Customs Matters (AACM).

Sebagai ketua D-8 pada periode tersebut, Indonesia telah berhasil melakukan revitalisasi D-8

yang antara lain ditandai dengan meningkatnya jumlah kegiatan dalam kerangka D-8 secara

signifikan dengan diselenggarakannya 31 kegiatan (15 di antaranya diadakan oleh Indonesia).

Tiga hal yang dapat dianggap sebagai pencapaian utama pada masa keketuaan Indonesia

adalah:

1. Upaya peningkatan status Sekretariat D-8 dari Office of Executive Director melalui

interim arrangement Sekretariat D-8 di mana 3 negara anggota D-8 masing-masing

mengirimkan Sekjen (Indonesia), Direktur (Iran), dan Ahli Ekonomi (Turki)

2. Perumusan Roadmap D-8 (2008 - 2018) yang difasilitasi oleh Indonesia di Bangka

Belitung pada bulan April 2008.Penyelesaian pembahasan PTA D-8 beserta annexes-

nya secara menyeluru

3. Penyelesaian pembahasan PTA D-8 beserta annexes-nya secara menyeluruh.

Page 36: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024

Bab IV. PENUTUP

Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2020-2024 ini

diharapkan dapat digunakan menjadi pedoman pada seluruh proses manajemen mulai

dari tahapan perencanaan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan tahunan.

Dengan demikian output dan outcome yang dihasilkan oleh Biro Kerja Sama Luar Negeri

mendukung tercapainya sasaran strategis pembangunan kesehatan periode 2020-2024.

Dokumen ini diharapkan dapat direview setiap dua tahun sekali, untuk menyesuaikan

dengan dinamika pembangunan kesehatan yang dilaksanakan termasuk dinamika

kerjasama internasional.

Pelaksanaan Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Biro Kerja Sama Luar Negeri Tahun 2020-

2024 ini membutuhkan partisipasi dan kerjasama dengan lintas unit utama di

Kementerian Kesehatan dan lintas Kementerian/Lembaga khususnya Kementerian Luar

Negeri, Sekretariat Negara, dan Kementerian Keuangan. Dengan demikian diharapkan

kegiatan yang diselenggaraan oleh Biro Kerja Sama Luar Negeri menjadi katalisator

percepatan pencapaian target prioritas pembangunan kesehatan di Kementerian

Kesehatan sebagaimana diamanahkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan Tahun

2020-2024.

Page 37: RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2020 - 2024