rehabilitasi kanker

19
BAB 1 Fasilitas Rehabilitasi Pasien Kanker di Batu (Gracia Agustina T. dan Ir. Frans Soehartono, Ph.D) 1.1 Pendahuluan Penderita penyakit kanker di Indonesia mencapai 4,3 orang / 1000 penduduk. Pada tahun 2010 penderita kanker di Indonesia mencapai 1,02 juta jiwa dari 237,6 juta jiwa. Di sisi lain jumlah dokter subspesialis kanker juga minim (sumber : Harian Kompas edisi senin, 6 September 2012 : 1 juta jiwa idap kanker) Di tuliskan juga oleh peneliti dari segi pelayanan kesehatan yang terfokus pada penyakit kanker juga masih sangat sedikit dan masih dalam tahap kuratif. Tahap kuratif adalah tahap dimana sebuah pelayanan kesehatan hanya mengobati penyakit saja. Tidak sampai dalam tahap promotif, preventif, dan rehabilitative. Bagi pasien yang berhasil bertahan hidup di sebut dengan survivor kanker. Tetapi sebenarnya tindakan medis dalam penanganan penyakit kanker tidak hanya sebatas mengobati penyakit kanker dan di nyatakan dorman (terbebas dari penyakit kanker) saja. Perlu di lakukan lagi penanganan lanjutan pasca operasi bagi penderita kanker sebagai upaya penyembuhan psikologis pasien, dikarenakan tidaklah cukup

Upload: grandnm

Post on 25-Nov-2015

95 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

rehabilitasi kanker

TRANSCRIPT

BAB 1 Fasilitas Rehabilitasi Pasien Kanker di Batu(Gracia Agustina T. dan Ir. Frans Soehartono, Ph.D)

1.1 PendahuluanPenderita penyakit kanker di Indonesia mencapai 4,3 orang / 1000 penduduk. Pada tahun 2010 penderita kanker di Indonesia mencapai 1,02 juta jiwa dari 237,6 juta jiwa. Di sisi lain jumlah dokter subspesialis kanker juga minim (sumber : Harian Kompas edisi senin, 6 September 2012 : 1 juta jiwa idap kanker)Di tuliskan juga oleh peneliti dari segi pelayanan kesehatan yang terfokus pada penyakit kanker juga masih sangat sedikit dan masih dalam tahap kuratif. Tahap kuratif adalah tahap dimana sebuah pelayanan kesehatan hanya mengobati penyakit saja. Tidak sampai dalam tahap promotif, preventif, dan rehabilitative.Bagi pasien yang berhasil bertahan hidup di sebut dengan survivor kanker. Tetapi sebenarnya tindakan medis dalam penanganan penyakit kanker tidak hanya sebatas mengobati penyakit kanker dan di nyatakan dorman (terbebas dari penyakit kanker) saja. Perlu di lakukan lagi penanganan lanjutan pasca operasi bagi penderita kanker sebagai upaya penyembuhan psikologis pasien, dikarenakan tidaklah cukup saat di lakukan penanganan pengidap penyakit kanker hanya ranah fisik-nya saja.Dengan tujuan tersebut, jurnal ini memperlihatkan bagaimana penulis melakukan metode perancangan fasilitas rehabilitasi kanker yang berada di kota batu. Peneliti membuat proses perancangan yang menghasilkan sebuah desain fasilitas rehabilitasi kanker.Pendekatan yang di lakukan oleh peneliti adalah Healing Architecture dengan batasan dari teori Prof. Bryan Lawson yang mempunyai pokok pembahasan (1) Spatial Legibility (2) Privacy, Dignity, Company (3) View and Nature (4) Environment (5) Appearance. Pendalaman yang di lakukan peneliti adalah lebih ke arah karakter ruang dalam fasilitas ini karena karakter ruang sangat berpengaruh pada kondisi psikologis pasien.

1.2 Kajian TeoriTeori yang di jadikan pegangan penulis dan di gunakan di jurnal ilmiah ini sebagai batasan adalah teori mengenai Healing Architecture yang di kembangkan oleh Prof. Bryan Lawson yang mempunyai inti pokok pembahasan (1) Spatial Legibility (2) Privacy, Dignity, Company (3) View and Nature (4) Environment (5) Appearance.

1.3 MetodeMetode yang di lakukan penulis pada jurnal ini menggunakan metode deskriptif, survey, dan analisis. Peneliti memulai tahap perancangan dengan melakukan metode survey tapak yang kemudian di analisa dengan pegangan pada teori-teori tentang rehabilitasi kanker dengan konsep healing architecture. Proses analisa dan perancangan yang di lakukan dengan cara mendeskripsikan tahap demi tahap prosesnya.

1.4 Hasil dan PembahasanTahap awal peneliti mengemukakan tentang latar belakang mengapa dia melakukan perancangan fasilitas rehabilitasi kanker. Peneliti melihat bahwa kondisi yang terjadi sekarang di Indonesia pelayanan akan pasien penyakit kanker masih sangat kurang, dari segi pelayanan maupun fasilitasnya. Dari segi pelayanan pasien penyakit kanker masih hanya dalam tahap kuratif saja belum sampai menyentuh tahap yang lainnya, yaitu promotif, preventif, dan rehabilitative. Serta daari segi fasilitas yang ada, di Indonesia baru sekitar 4 rumah sakit khusus kanker yang ada, sedangkan jumlah pengidap penyakit kanker tiap tahun semakin naik. Pada tahun 2010 saja sudah mencapai angka 1,02 juta jiwa masyarakat Indonesia yang mengidap penyakit kanker. Oleh karena itu di perlukan fasilitas rehabilitasi kanker sebagai media penyembuhan bagi pasien pengidap penyakit kanker agar dapat menyentuh semua tahap sampai pada tahap rehabilitative.Peneliti memilih tapak di daerah Batu, Jawa Timur di karenakan Kota Batu mempunyai karakteristik yang sangat mendukung di galakkannya healing architecture. Kondisi kota Batu sudah mencapai kenyamanan suhu yang baik bagi pasien rehabilitasi kanker.

Pendekatan DesainPeneliti menggunakan healing architecture dalam pendekatan desai yang dia gunakan. Healing Architecture yang sudah di kembangkan oleh Prof. Bryan Lawson, yang mempunyai pokok inti pembahasan:1. Spatial LegibilitySpatial Legibity terfokus pada sirkulasi dalam pencapaian antar ruang. Karena menurut Prof. Bryan Lawson, sirkulasi capaian antar ruang sangat mempengaruhi dalam mengurangi depresi pasien.

2. Privacy, Dignity, and CompanyPokok ini berhubungan dengan ruang-ruang, baik itu ruang bersama bersama maupun personal sebagai media interaksi social seorang pasien. Hal ini dapat meningkatkan memberikan efek penyembuhan saat dimana pasien bebas memilih ruang yang sesuai dengannya tetapi tetap menjaga interaksi social dimanapun dia berada.

3. View and NatureView and nature di maksudkan agar tiap-tiap ruang pokok yang ada dalam fasilitas rehabilitas kanker dapat berhubungan langsung dengan ruang luar. Karena menurut Prof. Bryan Lawson, view alam dan kontak fisik dapat menyegarkan pikiran dan mengurangi depresi.

4. EnvironmentEnvironment disini di maksudkan dengan semua yang berhubungan dengan kenyamanan fisik yang di timbulkan di ruang-ruang fasilitas rehabilitas medic. Dimana tiap-tiap ruang harus mempunyai kenyamanan dalam hal pencahayaan, suhu, penghawaan, dan kebisingan.

5. AppearanceKarakter ruang yang ingin di timbulkan dalam fasilitas rehabilitasi kanker ini adalah suasana yang dapat mendekatkan pasien kepada alam, sehingga dapat memberikan efek kesembuhan pada pasien. Baik ruang tertutup maupun terbuka.

Pendekatan DesainPendekatan desain yang di fokuskan oleh peneliti adalah tentang karakter ruang, karena karakter ruang ini sangat berdampak pada kondisi psikologis pasien. Karakter ruang yang tepat akan membuat seorang pasien terbantu dalam meringankan beban psikologinya dan membantu tercapainya tujuan fasilitas rehabilitasi ini.Terdapat 3 aspek karakter ruang yang harus di perhatikan, yaitu pemilihan material, warna, dan pencahayaan di dalam ruangan.

1. MaterialDalam pemilihan material, yang di pertimbangkan adalah karakter, kemudahan dalam perawatan, pengaruh bagi kesehatan, serta daya tahan material. Seperti, parket kayu yang mempunyai karakter alami dan hangat, dan tidak mengahantarkan dingin bila tersentuh kulit.

2. WarnaPeneliti memilih warna hijau dan coklat sebagai warna utama dalam pewarnaan ruang. Hijau di karenakan dapat melambangkan kesembuhan, alam, relaksasi, dan pertumbuhan. Dan hijau merupakan warna yang paling mudah di tangkap oleh mata karena berada di tengah spectrum sehingga mata tidak cepat lelah.Pemilihan warna coklat karena melambangkan kehangatan, ketenangan jasmani, dan kepenuhan batin. Warna coklat juga dapat meningkatkan ketenangan dan perasaan damai sehingga pasien merasa lebih merasa aman dan nyaman di dalam ruangan.

3. PencahayaanJenis pencahayaan sangat mempengaruhi karakter ruang yang muncul. Jenis pencahayaan untuk kamar tidur dan ruang makan serta ruang rekreasi kebanyakan dipilih indirect light untuk menghindari glare. Untuk drop-ceiling dipilih lampu PHILIPS TD-L 15W/830 karena pencahayaan dari lampu TL akan lebih merata dibandingkan tipe bulb.

BAB II

2.1Biografi PenelitiDalam penulisan biografi peneliti, terdapat dua nama yaitu Gracia Agustina dan Ir. Frans Soehartono, Ph.D.Gracia Agustina adalah dosen magang di Universitas Petra. Dia adalah lulusan dari SMA Petra 1 pada tahun 2008 dan memulai karir sebagai mahasiswa jurusan Arsitektur di Petra Christian University pada tahun 2009.Ir. Frans Soehartono, Ph.D adalah seorang dosen tetap di Petra Christian University. Mengawali karir kuliah sebagai mahasiswa angkatan pertama di Jurusan Arsitektur Petra Christian University pada tahun 1970, dan menjadi seorang sarjana muda lulusan pertama dari Jurusan Arsitektur pada tahun 1975, yang kemudian menjadi lulusan University of Queensland di Australia pada tahun 1986.

2.2Urgensi TopikPelayanan kesehatan yang saat ini masih sangat kurang maksimal tetapi dia anggap cukup dan di takutkan hal ini malah dapat menjadi pola pikir masyarakat tentang pelayanan kesehatan yang di tawarkan kepada masyarakat terutama dalam spesialisasi penyakit kanker. Peneliti mengangkat topik bagaimana sebuah fungsi pelayanan kesehatan dapat memberikan sebuah pelayanan yang memuat aspek promotif, adventif, kuratif, dan rehabilitative. Bagaimana sebuah pelayanan kesehatan hanya memberikan salah satu aspek saja, tentu saja proses penyembuhan yang di lakukakan akan tidak maksimal. Untuk itu peneliti berupaya memberikan solusi bagaimana sebuah fungsi pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan yang maksimal kepada pasien. Sehingga pasien dapat mengalami kesembuhan tidak dari segi fisik saja tapi juga psikologis.

2.3OriginalitasDalam jurnal ilmiah ini, di lakukan oleh peneliti dari tahap survey, analisa, sampai perancangan. Data yang di dapat dari peneliti merupakan data lapangan yang peneliti sendiri yang lakukan, sampai dari pengelompokan data hingga analisa sehingga originalitas dari jurnal ini bisa di bilang orisisnil di karenakan jurnal ilmiah ini merupakan hasil dari penelitian lapangan.

2.4Alur Berpikir PenelitiLatar Belakang Penelitian dan Perancangan Fasilitas Rehabilitasi KankerPemilihan Lokasi yang tepat sebagai fasilitas pasien rehabilitasi kankerAnalisa Tapak dan Program Tapak berdasarkan lokasi dan deskripsi proyekPermasalahan desain yang timbul dan menciptakan desain fasilitas membantu mempercepat penyembuhan secara fisik maupun psikologis Pendekatan Desain dengan konsep Healing ArchitecturePendalaman Desain dalam Karakter Ruang yang terbentukDESAIN Fasilitas Rehabilitasi Kanker

2.5Kontribusi StudiDalam jurnal yang di tulis Gracia Agustina T. dan Ir. Frans Soehartono, Ph.D, lebih bersifat mencobamencari solusi dari permasalahan atau fenomena yang berkembang di Indonesia tentang pelayanan kesehatan masyarakat khususnya dalam subspesialis kanker.

Saran untuk peneliti lain

Penelitian bertujuan untuk mengkaji dan mengkritisi, serta memberikan pandangan dan solusi dalam menyikapi sebuah permasalahan, dan tentu punya harapan untuk di kaji ulang dan di kembangkan penelitian tentang Fasilitas Rehabilitasi Kanker.

Saran untuk masyarakat

(1) Dalam memaksimalkan fungsi pelayanan kesehatan di Indonesia tidak hanya dari fasilitasnya itu sendiri, tetapi di butuhkan adanya kerja sama dari masyarakat selaku pengguna jasa pelayanan kesehatan(2) Di harapkan kesadaran masyarakat akan bahayanya penyakit kanker dan tidak cukup hanya dilakukan pengobatan, perlunya fasilitas rehabilitasi sebagai media penyembuh segi psikologi seorang pasien.

BAB III

3.1 Diskusi TeoritikTopik yang di angkat oleh jurnal utama di gunakan sebagai dasar pijakan berpikir mengenai pembangunan rumah sakit, baik secara metode dan proses perancangan. Untuk itu di harapkan dapat mengkaji pemahaman tentang pembangunan Fasilitas Rehabilitasi Kanker dari sudut pandang atau komparasi dari jurnal-jurnal yang lain.

Jurnal Utama merupakan proses pembangunan Fasilitas Rehabilitasi Kanker yang menekankan kepada konsep Healing Architecture yang penekanannya pada ruang dalam.

Jurnal Pendukung 1Pada penelitian ini membahas tentang peran warna sebagai Healing Environment sebagai proses penyembuhan. Hal yang dapat mendukung jurnal utama adalah bagaimana memang konsep healing architecture bisa di lakukan, mengadopsi dari ilmu psikologi sebagai media penyembuh yang di terapkan pada bangunan. Dan hal ini sangat cocok di jadikan sebuah konsep pembangunan Rumah Sakit atau fasilitas Rehabilitasi, karena media alam merupakan factor kesembuhan pasien yang utama.

Jurnal Pendukung 2Penelitian ini membahas tentang penataan zoning dan sirkulasi pada RS Paru Malang. Apabila di kaitkan dengan healing architecture. Konsep peletakan zoning dan sirkulasi merupakan salah satu media penyembuh seorang pasien. Sirkulasi dan penataan zoning ruang yang baik dapat memudahkan akses seorang pasien maupun pengunjung dalam berjalan.

Jurnal pendukung 3Penelitian ini berfokus pada keselamatan dan keamanan seorang pasien. Di kaitkan dengan pembangunan fasilitas dengan konsep healing architecture, keselamatan dan keamanan seorang pasien sangat di prioritaskan. Konsep ini termasuk ke dalam sebuah standar pelayanan kesehatan.

Jurnal pendukung 4Secara teoritis jurnal ini tidak memberikan kontribusi apapun pada jurnal utama karena kajiannya focus kepada kebutuhan di tempat tersebut.

Jurnal pendukung 5Penelitian ini berfokus pada skala pencahayaan yang baik di interior rumah sakit. Dalam hal ini sangat berhubungan dengan heal architecture, di karenakan menurut Dr. Bryan Lawson pencahayaan merupakan efek pelengkap dalam menenangkan seorang pasien rehabilitasi, serta penguatan karakter tergantung pada pencahayaan sebuah ruangan. Karakter yang timbul ini berekasi pada rasa nyaman seseorang saat berada di sebuah ruangan.

3.2 Diskusi MetodologisMetode dalam jurnal utama adalah metode survey, analisa, serta deskriptif kuantitatif. Pertimbangan ini di gunakan karena jurnal bersifat mengkaji teori untuk menemukan tujuan berupa teori dan konsep mengenai fasilitas rehabilitasi kanker dengan konsep healing architecture.

Dari keseluruhan jurnal, sebagian besar menggunakan metode survey dan analisa serta penguatan data berupa standar-standar. Dalam hal ini di karenakan pembangunan rumah sakit merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sudah di atur oleh Negara, sehingga standar nasional sudah mempunyai patokannya. Yang di lakukan oleh peneliti adalah mengembangksn sesuai dengan lokasi yang akan di bangun, sehingga pemaparan metode hamper secara keseluruhan menggunakan metode survey dan analisis.

3.3 Diskusi Analisis dan PembahasanKajian yang bertujuan untuk menggali dasar dan mengemukakan teori dijadikan sebagai langkah awal atau dasar pijakan untuk menentukan arah penelitian yang menghasilkan konseptualisasi dan strategi baik bersifat community based ataupun strategi pembangunannya.

Hasil pembahasan yang mengkaitkan healing architecture dalam pembangunan rumah sakit merupakan solusi efektif dalam melakukan pelayanan kesehatan agar dapat memenuhi 4 aspek pelayanan kesehatan yaitu promotif, adventif, kuratif, dan rehabilitative. Dengan kewajiban pelayanan kesehatan memberikan pelayanan dari segi fisiologi maupun psikologi.

BAB IV4.1 TabulasiKODE JURNALJURNAL UTAMAJURNAL 1JURNAL 2JURNAL 3JURNAL 4JURNAL 5

JUDUL JURNAL ILMIAHFasilitas Rehabilitasi Pasien Kanker di Batu

Peran Warna PadaInterior Rumah Sakit Berwawasan Healing Environment Terhadap Proses Penyembuhan Pasien RUMAH SAKIT KHUSUS PARU DI MALANGPENGARUH TATA RUANG BANGSAL RUMAH SAKIT JIWA TERHADAP KESELAMATAN DAN KEAMANAN PASIEN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK DI LUWUK

PENCAHAYAAN PADA INTERIOR RUMAH SAKIT: STUDI KASUS RUANG RAWAT INAP UTAMA GEDUNG LUKAS, RUMAH SAKIT PANTI RAPIH, YOGYAKARTA

PENULISGracia Agustina T. dan Ir. Frans Soehartono, Ph.D Sriti Mayang Sari

Ryan Adhi Pranata, Ali Soekirno, Edi Hari P.

Titien Saraswati

Stephanie Tatimu, dan Dosen Ir. J. Loekito Kartono, MAAdi Santosa

TEORIHEALING ARCHITECTUREHEALING ARCHITECTURE-HEALING ARCHITECTURE-HEALING ARCHITECTURE

METODEDeskriptif AnalitisSURVEY-ANALISISDeskriptif Deskriptif kualitatifSURVEY-ANALISISSURVEY-ANALISISSURVEY-ANALISIS

HASILHasil yang didapat memiliki kontribusi yang saling melengkapi serta konsep desain yang mampu mengarahkan pengguna untuk ffisik dan psikologi

KONTRIBUSI PENELITIANTeori sebagai pijakanTeori sebagai pijakanMetode yang aplikatifTeori dan paradigma-studi kasusTeori sebagai pijakan dan strategiTeori sebagai pijakan

4.2 KelebihanJurnal utama merupakan acuan konsep healing architecture pada perancangan bangunan rumah sakit, dan menggunakan konsep healing architecture pada beberapa aspek yakni soning dan interior. Jurnal pendukung memberi konsepsi dan solusi lebih mendetail berupa gagasan desain dan konsep.

4.3 KekuranganDalam jurnall utama kurang dibahas secara detail konsep perancangan yang di lakukan penulis. Padahal sebenernya dari proses desain yang detail itu kita bisa memantau lebih dalam tentang healing architecture pada bangunan rumah sakit.