regionalisme berarti kedaerahan

7
Regionalisme berarti kedaerahan/ sifat kedaerahan (j.m echols dan hasan shadily, 1982, 474) Saat kita mencari arti kata Regionalisme kita akan membuat asumsi dengan menyebut Region dan Isme, Region adalah Daerah dan Isme adalah paham. memang tidak salah, namun kurang tepat. Regionalisme bukan suatu wujud dari sikap kedaerahan namun muncul sebagai akibat dari koreksi terhadap maraknya penyeragaman wujud bangunan di seluruh dunia sehingga kita tidak lagi mengenal lagi mana budaya kita, dan mana budaya tetangga kita. artinya kita tidak mengenal lagi mana budaya asli daerah/ Negara kita dengan Daerah/ Negara lain. akibatnya banyak sekali salah kaprah dalam menentukan/ memutuskan segala sesuatu dalam membangun. seperti desain bangunan, bahan bangunan, pola – pola ruang,dsb. mereka tinggal dalam kotak – kotak dari beton dengan atas nama modern, efisiensi, efisiensi,dll, dan toh akhirnya kembali mencoba mendefinisikan kembali arti makna ideruang, bentuk,dsb yang kemudian mencoba melahirkan satu misi baru dalam berarsitektur, yakni yang disebut dengan arsitektur Regionalis/ regionalisme dalam arsitektur. Pengertian Regionalisme dalam Arsitektur Regionalisme dalam arsitektur merupakan sutu gerakan dalam arsitektur yang menganjurkan penampilan bangunan yang merupakan hasil senyawa dari internasionalisme dengan pola cultural dan teknologi modern dengan akar, tata nilai dan nuansa tradisi yang masih di anut oleh masyarakat setempat. Karakteristik/ Ciri-ciri Adapun ciri – ciri daripada arsitektur regionalis adalah sebagai berikut : Menggunakan bahan bangunan local dengan teknologi modern Tanggap dalam mengatasi pada kondisi iklim setempat Mengacu pada tradisi, warisan sejarah serta makna ruang dan tempat Mencari makna dan substansi cultural, bukan gaya/ style sebagai produk akhir. kemunculannya juga bukan merupakan ledakan daripada sikap emosional sebagai respon dari ketidak berhasilan dari arsitektur modern dalam memenuhi keinginan masing – masing individu di dunia, akan tetapi lebih pada proses pencerahan dan evaluasi terhadap kesalahan – kesalahan pada masa arsitektur modern. Maksud dan Tujuan Regionalisme dalam Arsitektur menurut Wiranto Maksud dan tujuan daripada regionalisme dalam arsitektur ini adalah

Upload: ismi-korompot

Post on 26-Sep-2015

15 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

m m

TRANSCRIPT

Regionalisme berarti kedaerahan/ sifat kedaerahan(j.m echols dan hasan shadily, 1982, 474)Saat kita mencari arti kata Regionalisme kita akan membuat asumsi dengan menyebut Region dan Isme, Region adalah Daerah dan Isme adalah paham. memang tidak salah, namun kurang tepat. Regionalisme bukan suatu wujud dari sikap kedaerahan namun muncul sebagai akibat dari koreksi terhadap maraknya penyeragaman wujud bangunan di seluruh dunia sehingga kita tidak lagi mengenal lagi mana budaya kita, dan mana budaya tetangga kita. artinya kita tidak mengenal lagi mana budaya asli daerah/ Negara kita dengan Daerah/ Negara lain. akibatnya banyak sekali salah kaprah dalam menentukan/ memutuskan segala sesuatu dalam membangun. seperti desain bangunan, bahan bangunan, pola pola ruang,dsb. mereka tinggal dalam kotak kotak dari beton dengan atas nama modern, efisiensi, efisiensi,dll, dan toh akhirnya kembali mencoba mendefinisikan kembali arti makna ideruang, bentuk,dsb yang kemudian mencoba melahirkan satu misi baru dalam berarsitektur, yakni yang disebut dengan arsitektur Regionalis/ regionalisme dalam arsitektur.Pengertian Regionalisme dalam ArsitekturRegionalisme dalam arsitektur merupakan sutu gerakan dalam arsitektur yang menganjurkan penampilan bangunan yang merupakan hasil senyawa dari internasionalisme dengan pola cultural dan teknologi modern dengan akar, tata nilai dan nuansa tradisi yang masih di anut oleh masyarakat setempat.Karakteristik/ Ciri-ciriAdapun ciri ciri daripada arsitektur regionalis adalah sebagai berikut : Menggunakan bahan bangunan local dengan teknologi modern Tanggap dalam mengatasi pada kondisi iklim setempat Mengacu pada tradisi, warisan sejarah serta makna ruang dan tempat Mencari makna dan substansi cultural, bukan gaya/ style sebagai produk akhir.kemunculannya juga bukan merupakan ledakan daripada sikap emosional sebagai respon dari ketidak berhasilan dari arsitektur modern dalam memenuhi keinginan masing masing individu di dunia, akan tetapi lebih pada proses pencerahan dan evaluasi terhadap kesalahan kesalahan pada masa arsitektur modern.Maksud dan Tujuan Regionalisme dalam Arsitektur menurut WirantoMaksud dan tujuan daripada regionalisme dalam arsitektur ini adalah untuk menciptakan arsitektur yang kontekstual yang tanggap terhadap kondisi lokal.Setiap tempat dan ruang tertentu memiliki potensi fisik, sosial, dan ekonomi dan secara kultur memiliki batas batas arsitektral maupun sejarah.Dengan demikian arsitektur regionalis seperti halnya arsitektur tropis, senantiasa mengacu pada tradisi, warisan sejarah serta makna ruang dan tempat.Misi Regionalisme dalam ArsitekturRegionalisme dalam ini mempunyai suatu misi yakni mengembalikan benang merah, suatu kesinambungan masa dahulu dengan masa sekarang dan masa sekarang dengan masa yang akan datang melalui kekhasan budaya yang dimiliki serta untuk mengimbangi dari kerusakan budaya akibat dari berbagai macam kekuatan sistem produksi baik rasionalisme, birokrasi, pengembangan skala besar maupun internasional style(Andy Siswanto,Ir., Msc. M. Arch dan Eko Budiharja, Prof. Ir., Msc., 1997, 130)Sasaran Regionalisme dalam ArsitekturAdapun sasaran daripada Arsitektur Regionalis ini adalah Masayarakat, Para Aktor Pembangun Arsitektur dan Perkotaan baik swasta maupun aparat birokrasi pemerintah.1. Sasaran bagi Masyarakat yang akan membangunKepada masyarakat di harapkan memiliki sensifitas dalam membangun maupun menilai lingkungan di sekitarnya, yakni dengan :. Penampilan bangunan rumahnya sedikit banyak mencerminkan adanya regionalisme. Memberikan penilaian positif dan mendukung bangunan yang terdapat paham regionalisme Sasaran bagi Arsitek bangunan dan perkotaanSebesar apapun gerakan regionalisme tetap saja, stake holder dalam hal ini pemerintah merupakan penentu kebijakan tertinggi. oleh sebab itulah perlu usaha upaya guna menyamakan persepsi bersama antara aktor pembangun swasta maupun birokrasi pemerintah sehingga tercipkan suatu persamaan gerak dan pacuan dalam memboomingkan gagasan regionalisme ini. Sasaran bagi Tim jati diri ArsitekturTim jati diri merupakan tim yang memiliki kompetensi kerja dan wawasan yang cukup tinggi di harapkan mampu memberikan arahan yang tepat dalam proses gerakan Arsitektur Regionalisme iniArah Gerakan RegionalismeGerakan Regionalisme secara pragmatis dapat disimpulkan bahwa gerakan ini mengarah pada pemenuhan kepuasan dan ekspresi jati diri yang mengacu pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. oleh sebab itu perlu ada definisi yang mengarahkan ini sehingga memiliki batas kebijakan yang dapat dipertanggung jawabkan seperti halnya idealisme yang telah dibangun.1. Tidak bertentangan dengan konsep pembangunan berkelanjutanGerakan Regionalisme ini di tujukan selain berbicara pada tataran aspek konseptual yang berhubungan engan aspek budaya setempat, desain bangunan, simbolisasi, ornamen, dsb juga berbicara pada tataran upaya dan strategi guna membuat bangunan ini bertahan sepanjang kurun waktu tertentu sehingga dapat menjadi contoh pada masa mendatang.Hal ini bisa dilakukan dengan memilih bahan bahan bangunan yang tanggap terhadap kondisi iklim lokal daerah yang berbeda beda antara satu dengan yang lain, pengatasan desain bangunan dan teknologi yang di pakai serta kondisi kenyaman ruang dan bangunan sehingga selain awet juga tidak terjadi disfungsi kegiatan di dalamnya bahkan ditinggalkan oleh penghuninya.2. Perangkai budaya masa lalu, sekarang dan masa depanGerakan Regionalisme pada bangunan ini merupakan supaya upaya bagaimana suatu bangunan dapat dimaknai bukan saat dimana bangunan itu di buat/ kontemporer akan tetapi bagaimana bangunan itu dapat dimaknai keberadaannya dan tetap kontekstual sampai kapanpun. bagaimana upaya yang dilakukan? yakni dengan memasukkan unsur sejarah yang memberikan makna monumental di dalamnya, dimana hal ini adalah unsur yang mampu membangkitkan semangat serta kesadaran identitas daerahnya, dengan dipadukan dengan gaya internasional dan teknologi modern yang mampu memberikan makna serta nilai nilai universal dan rasional, hal ini adalah unsur yang mampu memberikan gairah kesepahaman universal dan persamaan budaya internasional.3. Di tunjang oleh kemakmuran masyarakatMenurut Andy Siswanto, dalam melihat definisi dari kritikus Kenneth Frampton dalam jurnal Perspecta, Yale University (20 -11-1982) mengandung pengertian bahwa Ekspresi rehioanlisme di tunjang oleh taraf kemakmuran yang memadai atau dengan kata lain, di butuhkan biaya yang tinggi karena di tunjang dengan tekanik yang modern.Artinya bahwa dalam membangun pola pola gerakan regionalisme dalam bangunan ini mempunyai konsekuensi pada besarnya anggaran yang di keluarkan guna memenuhi aspek aspek/ syarat syarat yang harus di penuhi dalam membangun bangunan yang memuat ciri ciri regionalis ini seperti dalam pemilihan bahan bangunan, teknik yang di pakai, desain bangunan yang tidak hanya asal asalan, namun di dasarkan pada sebuah sikap penuh idealisme serta dapat di pertanggung jawabkan.Arah Gerakan Regionalisme di IndonesiaKita bisa melihat di sekeliling kita, bahwa bangunan yang kemudian di sebut sebagai bangunan yang memuat aspek aspek regionalisme adalah bangunan bangunan dengan bahan serta teknik modern yang beratapkan joglo atau limasan, jadi seolah seolah penggolongan bangunan ini hanya di dasarkan pada bentuk luar bangunan serta ragam budaya tradisional yang di tawarkan dan telah dimilki oleh masyarakat sebelumnya.Menurut Eko Budiharjo(1997), arus regionalisme di Indonesia seolah masih tergantung pada vernakularisme. gerakan regionalisme di Indonesia juga masih cenderung hanya meniru bentuk fisik, ragam dan gaya gaya tradisional yang sudah di miliki oleh masyarakat setempat.(diculik dari TA mba Sri P. makasih ya mba Sri..:mr

Tan Hock Beng, dalam bukunya Tropical Architecture and Interiors : Tradition-Based design of Indonesia-Malaysia-Singapore-Thailand ( 1994) menyatakan bahwa : Regionalisme dapat didefinisikan sebagai suatu kesadaran untuk membuka kekhasan tradisi dalam merespon terhadap tempat dan iklim, kemudian melahirkan identitas formal dan simbolik ke dalam bentuk kreatif yang baru menurut cara pandang tertentu dari pada lebih berhubungan dengan kenyataan pada masa itu dan berakhir pada penilaian manusia. Hanya ketika kita mengenali bahwa tradisi kita merupakan sebuah warisan yang berevolusi sepanjang zaman akan dapat menemukan keseimbangan antara identitas regional dan internasional. Para arsitek perlu untuk memutuskan prinsip yang mana masih layak untuk saat ini dan bagaimana cara yang terbaik untuk menyatukan metode persyaratan untuk bangunan modern dan metode konstruksi pada umumnya. Pada kenyataannya ada beberapa pandangan yang jelas sekali dan ada yang tidak jelas. Pada awalnya regionalisme telah dihubungkan pada pandangan identitas ( Frampton, dan Buchanan ). Pengertian ini timbul karena keterpaksaan menerima tekanan modernisme yang menciptakan universalism (Buchanan); melalaikan kualitas kehidupan (Spence) atau jiwa ruang(Yang); dan mengambil kesinambungan (Abel). Arsitektur tradisional tidak menyatu dalam desain modern. Karena arsitektur tradisional mungkin memiliki karakteristik sendiri untuk setiap wilayah; menciptakan kualitas kehidupan terbaik dalam sebuah masyarakat tradisional dan menjadi sangat responsif atas kondisi geografis dan iklim dalam suatu tempat tertentu; dan menunjukkan sebuah kesinambungan dalam hasil karya arsitektural dari masa lalu ke masa kini. Tapi bukanlah suatu cara yang sederhana untuk mengangkat arsitektur tradisional. Pengangkatan arsitektur tradisional ke dalam desain modern membutuhkan pengertian yang luas dan terbuka atas budaya internasional (Chardirji). Berdasarkan hal diatas arsitektur regional oleh para arsitek di atas dapat disimpulkan sebuah definisi yang lebih lengkap yang mana definisi ini dapat diterima untuk segala jaman, yaitu definisi menurut Tan Hock Beng. Berdasarkan definisi Tan Hock Beng dapat diklasifikasikan dalam 6 strategi regionalisme, yaitu : 1. Memperlihatkan identitas tradisi secara khusus berdasarkan tempat/daerah dan iklim. 2. Memperlihatkan identitas secara formal dan simbolik ke dalam bentuk baru yang lebih kreatif. 3. Mengenalnya sebagai tradisi yang sesuai untuk segala zaman. 4. Menemukan kebenaran yang seimbang antara identitas daerah dan internasional. 5. Memutuskan prinsip mana yang masih layak/patut untuk saat ini (aktual). 6. Menggunakan tuntutan-tuntutan teknologi modern, dari hal yang tradisional digunakan sebagai elemen-elemen untuk langgam modern. Copy and WIN : http://ow.ly/KfYkt Sebagian besar proyek digambarkan dalam literatur pada regionalisme sebagai sebuah bangunan kecil terutama bangunan individu dalam plural area. Masalahnya bahwa arsitektur modern telah mencoba untuk memecahkan permasalahan yang ada di Algeria; yaitu, bagaimana menyediakan sejumlah besar tipe-tipe bangunan yang berbeda, bagian-bagian rumah secara cepat dan rendah biaya pada penyediaannya Bagaimana untuk mencapai keselarasan (kesesuaian) dengan sumber-sumber dimana tidak mencukupi untuk merespon kebutuhan dengan cepat bagi penyediaan perluasan bangunan. Kenza Boussora (Algeria) Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Boussora dapat disimpulkan bahwa tujuan dari regionalisme, dalam beberapa kasus, kemunculannya tidak dapat diterapkan, karena adanya ketidaksesuaian atau ketidakcocokan antara tujuan dan hubungan secara khusus yang mana sebuah bangunan didirikan. Boussora mengambil contoh-contoh permasalahan di Algeria yang mana tidak sesuai dengan tujuan dari regionalisme. Dua diantaranya adalah seperti yang disebutkan dibawah ini: Chris Abel, dalam Perubahan Regional ( The Architectural Review, November 1986 ) menyatakan bahwa : Regionalisme berusaha untuk melihat kembali arsitektur Modernisme yang nampak, yaitu secara berkesinambungan dalam memberi tempat antara bentuk bangunan masa lalu dengan masa sekarang. Rory Spence Dalam sebuah artikel yang berjudul The Concept of Regionalism Today : Sydney and Melbourne considered as contrasting phenomena ( Transition : Discourse on Architecture, July 1985 ), Rory menyatakan bahwa : Regionalisme dalam arsitektur merupakan bagian dari seluruh pengarahan kembali atas kualitas hidup, sebagai penentangan terhadap penghapusan paham perluasan ekonomi dan kemajuan material dalam hal pembiayaan. Hal ini lebih memusatkan perhatian pada para pengguna bangunan daripada penyediaan perluasan ekonomi dan material. Seharusnya hal ini juga dibedakan dengan jelas dari keraguan yang berlebihan atas sebuah konsep arsitektur nasional. Peter Buchanan( dalam bukunya The Architectural Review, Mei 1983 ) Regionalisme adalah kesadaran diri yang terus menerus, atau pencapaian kembali, dari identitas formal atau simbolik. Berdasar atas situasi khusus dan budaya lokal mistik, regionalisme merupakan gaya bahasa menuju kekuatan rasional dan umum arsitektur modern. Seperti budaya lokal itu sendiri regionalisme lebih sedikit diperhatikan dengan hasil secara abstrak dan rasional. Dan lebih dengan penambahan fisik, lebih dalam dan nuansa pengalaman hidup Frampton ( dalam bukunya Modern Architecture and the Critical Present, 1982 ) Regionalisme tidak bermaksud menunjukkan Vernakuler sebagai suatu hasil hubungan interaksi iklim, budaya, dan hasil karya manusia, akan tetapi lebih pada mengidentifikasikan Regional yang tujuannya telah dihadirkan kembali dan disediakan dalam jumlah tertentu. Regionalisme tertentu, pendefinisiannya pada hasil eksplisit atau implisit antara masyarakat dan pernyataan arsitektural, maka antara kondisi awal ekspresi regional tidak hanya kemakmuran lokal tetapi juga rasa yang kuat akan identitas. Rapoport Rapoport menyatakan bahwa Regionalisme meliputi berbagai tingkat daerah dan kekhasan, dia menyatakan bahwa secara tidak langsung identitas yang diakui dalam hal kualitas dan keunikan membuatnya berbeda dari daerah lain. Hal ini memungkinkan mengapa arsitektur Regional sering diidentifikasikan dengan Vernakuler, yang berarti sebuah kombinasi antara arsitektur lokal dan tradisional ( asli ). William Curtis Seorang sejarahwan Willian Curtis melihat Regionalisme dalam arsitektur sebagai respon alami terhadap hegemoni Barat yang berusaha menciptakan suatu arsitektur yang lunak dan mirip (serupa) didalam pengembangan pusat-pusat urban (kota) yang sangat cepat di Dunia Ketiga. William Curtis yang merefleksikan jalan pemikiran ini, mencatat bahwa disana ada momentum pertemuan suasana hati yang menolak reproduksi yang fasih menurut formula internasional dan yang sekarang mencari kontinuitas di dalam tradisi lokal.2 KONSEP DAN PRINSIP RANCANG PEMIKIRAN PARA ARSITEK TERHADAP ARSITEKTUR REGIONALISME Secara geografis, setiap wilayah/region memiliki ciri kedaerahan yang berbeda-beda, bergantung pada budaya setempat, iklim dan teknologi yang ada. Karenanya, setiap arsitek di berbagai daerah di seluruh dunia pun memiliki pemikiran tersendiri atas sebuah teori regionalisme. Regionalisme bukan sebuah gaya, melainkan sebuah aliran pemikiran tentang arsitektur1.

Copy and WIN :http://ow.ly/KfYkt

Arsitektur vernakularadalaharsitekturyang terbentuk dari proses yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Vernakular, berasal dari vernacullus yang berarti lokal,pribumi. Pembentukan arsitektur berangsur dengan sangat lama sehingga sikap bentuknya akan mengakar. Latar belakang indonesia yang amat luas dan memiliki banyak pulau menyebabkan perbedaan budaya yang cukup banyak dan arsitektur merupakan salah satu parameter kebudayaan yang ada di indonesia karena biasanya arsitektur terkait dengan sistem sosial, keluarga, sampai ritual keagamaan.