refrat uveitis anterior1(1)
TRANSCRIPT
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 1/24
BAB I
PENDAHULUAN
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea ( iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan
berbagai penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami
inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi1.
Peradangan pada uvea dapat hanya mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris
yang disebut iritis. Bila mengenai badan tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut
iridosiklitis atau disebut juga dengan uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering.
Dan bila mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis1.
Pola pernyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknik
pemeriksaan laboratorium sebagai sebagai sarana penunjang diagnostik. Lebih dari dari 75%
uveitis endogen tidak diketahui penyebabnya, namun 37% kasus diantaranya ternyata
merupakan reaksi imunologik yang berhubungan dengan uveitis anterior meliputi: spondilitis
ankilosa, sindroma reiter, arthritis, psoriatika, penyakit Crohn, colitis ulserativa dan penyakit
Whipple. Keterkaitan antara uveitis anterior dengan spondilitis ankilosa pada pasien dengan
predisposisi genetic HLA-B27 positif pertama kali dilaporkan oleh Brewerton et al.
Insiden uveitis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan uveitis anterior.
Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait. Di Amerika Serikat,
uveitis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah retinopati diabetik dan degenerasi
macular. Umur bervariasi antara usia prepubertas sampai 50 tahun1.
Morbiditas akibat uveitis terjadi karena terbentuknya sinekia posterior sehingga
menimbulkan peningkatan tekanan intra okuler dan gangguan pada nervus optikus. Selain itu,
dapat timbul katarak akibat penggunaan steroid.2 Oleh karena itu, diperlukan penanganan
uveitis yang meliputi anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang
menyeluruh, pemeriksaan penunjang dan penanganan yang tepat.1
1
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 2/24
BAB II
UVEITIS ANTERIOR
II.1 Anatomi dan Fisiologi Uvea
Uvea merupakan lapisan vaskuler berpigmen dari dinding bola mata yang terletak antara
korneasklera dan neuroepitelium. Uvea terdiri dari tiga bagian, yaitu iris, badan siliaris, dan
koroid. 7 (Gambar 1)
Gambar 1. Anatomi uvea5
Iris
Iris merupakan membran yang berwarna, berbentuk sirkular yang ditengahnya
terdapat lubang yang dinamakan pupil. Iris berpangkal pada badan siliar dan merupakan
pemisah antara bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan iris warnanya
sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut
kripti. Jaringan otot iris terusun longgar dengan otot polos yang berjalan melingkari pupil
(sfingter pupil) dan radial tegak lurus pupil (dilator pupil). Iris menipis di dekat perlekatannya
dengan badan siliar dan menebal di dekat pupil. Pembuluh darah di sekeliling pupil disebut
sirkulus minor dan yang berada dekat badan siliar disebut sirkulus mayor. Iris dipersarafi oleh
2
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 3/24
nervus nasoiliar cabang dari saraf cranial III yang bersifat simpatik untuk midriasis dan
parasimpatik untuk miosis.
Korpus Siliaris
Korpus siliaris merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai sistem eksresi
dibelakang limbus. Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai koroid terdiri
atas otot-otot siliar dan prosesus siliaris. Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi.
Khoroid
Koroid merupakan bagian posterior dari uvea yang terletak antara retina dan sklera.
Terdapat tiga lapisan vaskuler koroid, yaitu vaskuler besar, sedang, dan kecil. Pada bagian
interna koroid dibatasi oleh membran Bruch, sedangkan di bagian luar terdapat
suprakoroidal.9 (Gambar 2)
Gambar 2. Lapisan koroid6
Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris anterior dan posterior yang berasal dari
arteri oftalmika. Vaskularisasi iris dan badan siliaris berasal dari sirkulus arteri mayoris iris
yang terletak di badan siliaris yang merupakan anastomosis arteri siliaris anterior dan arteri
siliaris posterior longus. Vaskularisasi koroid berasal dari arteri siliaris posterior longus dan
brevis.7
Fungsi dari uvea antara lain :
1. Regulasi sinar ke retina
2. Imunologi, bagian yang berperan dalam hal ini adalah khoroid
3. Produksi akuos humor oleh korpus siliaris
3
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 4/24
4. Nutrisi
5. Filtrasi
II.2 Definisi
Uveitis diartikan sebagai peradangan dari ‘uveal tract’, lapisan pembuluh darah mata
yang terdiri dari iris, korpus siliar, dan khoroid. Inflamasi dari struktur ini biasanya diikuti
oleh inflamasi jaringan sekitarnya, termasuk kornea, sklera, vitreous, retina, dan nervus
optikus10.
II.3 Epidemiologi
Penderita umumnya berada pada usia 20-50 tahun. Setelah usia 70 tahun, angka
kejadian uveitis mulai berkurang. Pada penderita berusia tua umumnya uveitis diakibatkan
oleh toksoplasmosis, herpes zoster, dan afakia. Bentuk uveitis pada laki-laki umumnya
oftalmia simpatika akibat tingginya angka trauma tembus dan uveitis nongranulomatosa
anterior akut. Sedangkan pada wanita umumnya berupa uveitis anterior kronik idiopatik dan
toksoplasmosis.6
II.4 Klasifikasi
Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara
anatomis, klinis, etiologis, dan patologis.10
1) Klasifikasi anatomis
Yaitu berdasarkan seberapa besar bagian uvea yang terkena. Menurut Standardization
of Uveitis Nomenclatur (SUN) Working Group pada tahun 2005 membuat suatu system
klasifikasi secara anatomis suatu uveitis.
Tipe Fokus inflamasi Meliputi
Uveitis anterior COA Iritis
Iridosiklitis
Siklitis anterior
Uveitis intermediat Vitreus Pars planitis
Siklitis posterior
Hialitis
Uveitis posterior Retina dan koroid Koroid fokal, multifokal atau
4
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 5/24
difus
Korioretinitis
Retinokoroiditis
Retinitis
Neuroretinitis
Pan uveitis COA, vitreus, retina dan
koroid
a) Uveitis anterior
- Iritis : inflamasi yang dominan pada iris
- Iridosiklitis : inflamasi pada iris dan pars plicata
b) Uveitis intermediet : inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer
c) Uveitis posterior : inflamasi bagian uvea di belakang batas basis vitreus
d) Panuveitis : inflamasi pada seluruh uvea
Gambar 3. Klasifikasi uveitis secara anatomis 8
2) Klasifikasi klinis
a) Uveitis akut : onset simtomatik terjadi tiba-tiba dan berlangsung selama < 6 minggu
b) Uveitis kronik : uveitis yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun tahun,
seringkali onset tidak jelas dan bersifat asimtomatik
3) Klasifikasi etiologis
5
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 6/24
a) Uveitis eksogen : trauma, invasi mikroorganisme atau agen lain dari luar tubuh
b) Uveitis endogen : mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh
- Berhubungan dengan penyakit sistemik, contoh: ankylosing spondylitis
- Infeksi: Yaitu infeksi bakteri (tuberkulosis), jamur (kandidiasis), virus (herpes
zoster), protozoa (toksoplasmosis), atau roundworm (toksokariasis)
- Uveitis spesifik idiopatik: Yaitu uveitis yang tidak berhubungan dengan penyakit
sistemik, tetapi memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dari bentuk lain
(sindrom uveitis Fuch)
- Uveitis non-spesifik idiopatik: Yaitu uveitis yang tidak termasuk ke dalam
kelompok di atas.
4) Klasifikasi patologis
a) Uveitis non-granulomatosa : infiltrasi dominan limfosit pada koroid
b) Uveitis granulomatosa : koroid dominan sel epiteloid dan sel-sel
raksasa multinukleus (Gambar 4)
Gambar 4. Klasifikasi patologis uveitis: (a) non-granulomatosa; (b) granulomatosa 11
Non- granulomatosa Granulomatosa
6
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 7/24
Onset Akut Tersembunyi
Sakit Nyata Tidak ada atau ringan
Fotofobia Nyata Ringan
Penglihatan
kaburSedang Nyata
Merah sirkum
corneal Nyata Ringan
Keratik
presipitatPutih halus Kelabu besar
Pupil Kecil dan tidak teratur Kecil dan tidak teratur
Sinekia
posteriorKadang Kadang
Nodul iris Kadang Kadang
Tempat Uvea anterior Uvea anterior dan
posterior
Perjalanan Akut Kronik
Rekurens Sering Kadang
a. Uveitis Granulomatosa
Istilah patologik yang digunakan dalam uveitis di klinik yang ditandai adanya nodul
iris Koeppe atau Busaccca, presipitat-presipitat jenis motton fat.
Disangka akibat invasi mikrobakteri yang patogen kejaringan uvea, meskipun
kumannya sering tidak diketemukan sehingga diagnosa ditegakan berdasarkan keadaan
klinis saja. Timbulnya tidak akut. Reaksi seluler lebih hebat daripada reaksi vaskuler.
Karenanya injeksi silier tidak hebat. Iris bengkak, menebal, gambaran bergarisnya kabur.
Dipermukaannya didapat benjolan-benjolan. Dipinggir pupil juga didapat benjolan yang
disebut Koepe nodul. Keratik presipitat besar-besar, kelabu, disebut mutton fat deposit.
Coa, keruh seperti awan, lebih banyak sel dari pada fibrin. Badan kaca: keruh. Rasa sakit
sedang, fotofobia sedikit. Visus terganggu hebat oleh karena media yang dilalui cahaya
banyak terganggu. Keadaan ini terutama mengenai uvea posterior. Patologis anatomis
nodul, terdiri dari sel raksasa, sel epiteloid dan limfosit.9,10
7
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 8/24
b. Uveitis Non Granulomatosa
Uveitis tanpa nodul iris ataupun presipitat keratik, paling sering. Diduga akibat alergi,
karena tak pernah ditemukan kumannya dan sembuh dengan pemberian kortikosteroid.
Timbulnya sangat akut. Reaksi vaskuler lebih hebat dari reaksi seluler sehingga injeksinya
hebat (banyak pembuluh darah). Diiris tak tampak benjolan. Sinekhia posterior halus-
halus, oleh karena hanya sedikit mengandung sel. Cairan coa mengandung lebih banyak
fibrin daripada sel. Badan kaca tak banyak kekeruhan. Rasa sakit lebih hebat, juga
fotofobia dan visus banyak terganggu. Pada stadium akut karena banyak mengandung
fibrin dapat terbentuk hipopion. Lebih banyak mengenai uvea anterior. Patologis
anatomis: diiris dan badan silia didapatkan sel plasma dan sel-sel mononuklear.9,10
c. Uveitis Campuran
Disini didapatkan campuran dari kedua gejala tersebut. 10
II.5 Patofisiologi5,6
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu infeksi
atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma tembus
okuli, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat toksik yang
diproduksi oleh mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh diluar mata.Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitivitas
terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam (antigen endogen).
Dalam banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius. Sehubungan dengan hal
ini peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah munculnya
mekanisme hipersensitivitas. Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood
Aqueous Barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor
akuos. Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu
partikelpartikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall).
8
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 9/24
Gambar 5. Patofisiologi uvea
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk
presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea.
Apabila presipitat keratik ini besar disebut mutton fat .
Pada proses peradangan yang lebih akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang
didalam bilik mata depan (BMD) yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam
BMD, dikenal dengan hifema. Akumulasi sel-sel radang dapat juga terjadi pada perifer pupil
yang disebut Koeppe nodules, bila dipermukaan iris disebut Busacca nodules.
Gambar 6. Uveitis anterior : (a) mutton-fat keratic precipitates, nodul Koeppe dan
Busacca; (b) nodul Busacca pada iris dan mutton-fat KP di bagian inferior 12
Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblast dapat menimbulkan perlekatan antara iris dengan
kapsul lensa bagian anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun antara iris dengan
endotel kornea yang disebut dengan sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada
bagian tepi pupil, yang disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang,
disebut oklusio pupil. Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya trabekular
oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata belakang dan akan mendorong iris
ke depan yang tampak sebagai iris bombe. Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin
meningkat dan akhirnya terjadi glaukoma sekunder. Pada fase akut terjadi glaukoma
sekunder karena gumpalan-gumpalan pada sudut bilik mata depan, sedangkan pada fase
lanjut glaukoma terjadi karena adanya seklusio pupil.
9
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 10/24
Gambar 7. Iris Bombé 9
Pada kasus yang berlangsung kronis dapat terjadi gangguan produksi akuos humor
yang menyebabkan penurunan tekanan bola mata sebagai akibat hipofungsi badan siliar.
II.6 Gejala Klinis5,9,12
a. Gejala subyektif
1) Nyeri :
Uveitis anterior akut
Nyeri disebabkan oleh iritasi saraf siliar bila melihat cahaya dan penekanan saraf
siliar bila melihat dekat. Sifat nyeri menetap atau hilang timbul. Lokalisasi nyeri bola
mata, daerah orbita dan kraniofasial. Nyeri ini disebut juga nyeri trigeminal. Intensitas
nyeri tergantung hiperemi iridosiliar dan peradangan uvea serta ambang nyeri pada
penderita, sehingga sulit menentukan derajat nyeri.
Uveitis anterior kronik
Nyeri jarang dirasakan oleh penderita, kecuali telah terbentuk keratopati bulosa akibat
glaukoma sekunder.
2) Fotofobia dan lakrimasi
Uveitis anterior akut
Fotofobia disebabkan spasmus siliar bukan karena sensitif terhadap cahaya. Lakrimasi
disebabkan oleh iritasi saraf pada kornea dan siliar, jadi berhubungan erat dengan
fotofobia.
Uveitis anterior kronik
Gejala subjektif ini hampir tidak ataupun ringan.
3) Penglihatan kabur
Derajat kekaburan bervariasi mulai dari ringan-sedang, berat atau hilang timbul,
tergantung penyebab.
Uveitis anterior akut
10
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 11/24
Disebabkan oleh pengendapan fibrin, edema kornea, kekeruhan aquos dan badan kaca
depan karena eksudasi sel radang dan fibrin.
Uveitis anterior kronik
Disebabkan oleh karena kekeruhan lensa, badan kaca dan kalsifikasi kornea.b. Gejala objektif
Pemeriksaan dilakukan dengan lampu celah, oftalmoskopik direk dan indirek, bila
diperlukan angiografi fluoresen atau ultrasonografi.
1) Injeksi Silier
Gambaran merupakan hiperemi pembuluh darah siliar sekitar limbus, berwarna
keunguan.
Uveitis anterior akut
Merupakan tanda patognomonik dan gejala dini. Bila hebat hiperemi dapat meluas
sampai pembuluh darah konjungtiva.
Uveitis anterior hiperakut
Selain dari hiperemi dapat disertai gambaran skleritis dan keratitis marginalis.
Hiperemi sekitar kornea disebabkan oleh peradangan pada pembuluh darah siliar depan
dengan reflex aksonal dapat difusi ke pembuluh darah badan siliar.
Gambar 7. Injeksi siliar 8
2) Perubahan kornea
Keratik presipitat
11
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 12/24
Terjadi karena pengendapan sel radang dalam bilik mata depan pada endotel kornea
akibat aliran konveksi akuos humor, gaya berat dan perbedaan potensial listrik endotel
kornea. Lokalisasi dapat di bagian tengah dan bawah dan juga difus.
Keratik presipitat dapat dibedakan :
• Baru dan lama : Jika baru berbentuk bundar dan berwarna putih.Lama akan
mengkerut, berpigmen dan lebih jernih.
• Jenis sel : Leukosit berinti banyak kemampuan aglutinasi rendah, halus keabuan.
Limfosit kemampuan beraglutinasi sedang dan membentuk kelompok kecil bulat
batas tegas, putih. Makrofag kemampuan aglutinasi tinggi tambahan lagi sifat
fagositosis membentuk kelompok lebih besar dikenal sebagai mutton fat.
• Ukuran dan jumlah sel : Halus dan banyak terdapat pada iritis dan iridosiklitis akut,
retinitis/koroiditis, uveitis intermedia.
Gambar 8. Presipitat Keratik 8
Mutton fat berwarna kebuan dan agak basah. Terdapat pada uveitis granulomatosa
disebabkan oleh tuberculosis, sifilis, lepra, vogt-koyanagiharada dan simpatik oftalmia. Juga
ditemui pada uveitis non-granulomatosa akut dan kronik yang berat. Mutton fat dibentuk oleh
makrofag yang bengkak oleh bahan fagositosis dan sel epiteloid berkelompok atau bersatu
membentuk kelompok besar. Pada permulaan hanya beberapa dengan ukuran cukup besar
dengan hidratasi dan tiga dimensi, lonjong batas tidak teratur. Bertambah lama membesar dan
menipis serta berpigmen akibat fagositosis pigmen uvea, dengan membentuk daerah jernih
pada endotel kornea. Pengendapan Mutton fat sulit mengecil dan sering menimbulkan
perubahan endotel kornea gambaran merupakan gelang keruh di tengah karena pengendapan
pigmen dan sisa hialin sel.
3) Kelainan kornea Uveitis anterior akut
12
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 13/24
Keratitis dapat bersamaan uveitis dengan etiologi tuberculosis, sifilis, lepra, herpes
simpleks, herpes zoster atau reaksi uvea sekunder terhadap kelainan kornea.
Uveitis anterior kronik
Edema kornea disebabkan oleh perubahan endotel dan membran Descement danneovaskularisasi kornea. Gambaran edema kornea berupa lipatan Descement dan
vesikel pada epitel kornea.
4) Bilik mata
Kekeruhan dalam bilik mata depan mata disebabkan oleh meningkatnya kadar
protein, sel dan fibrin.
4.1. Efek Tyndall
Menunjukan adanya peradangan dalam bola mata. Pengukuran paling tepat dengan
tyndalometri.
• Uveitis anterior akut
Kenaikan jumlah sel dalam bilik mata depan sebanding dengan derajat peradangan
dan penurunan jumlah sel sesuai dengan penyembuhan pada pengobatan uveitis
anterior.
• Uveitis anterior kronik
Terdapat efek Tyndall menetap dengan beberapa sel menunjukan telah terjadi
perubahan dalam permeabilitas pembuluh darah iris. Bila terjadi peningkatan efek
Tyndall disertai dengan eksudasi sel menunjukkan adanya eksaserbasi
peradangan.
4.2. Sel
Sel berasal dari iris dan badan siliar. Pengamatan sel akan terganggu bila efek Tyndall
hebat. Pemeriksaan dilakukan dengan lampu celah dalam ruangan gelap dengan celah
1 mm dan tinggi celah 3 mm dengan sudut 45o. dapat dibedakan sel yang terdapat
dalam bilik mata depan.
Jenis sel : Limfosit dan sel plasma bulat, mengkilap putih keabuan. Makrofag lebih
besar, warna tergantung bahan yang difagositosis. Sel darah berwarna merah.
4.3. Fibrin
Dalam humor akuos berupa gelatin dengan sel, berbentuk benang atau bercabang,
warna kuning muda, jarang mengendap pada kornea.
4.4. Hipopion
13
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 14/24
Merupakan pengendapan sel radang pada sudut bilik mata depan bawah. Hipopion
dapat ditemui pada uveitis anterior hiperakut dengan sebukan sel leukosit berinti banyak.
Gambar 9.Hipopion 9
5) Iris
5.1. Hiperemi iris
Gambaran bendungan dan pelebaran pembuluh darah iris kadang-kadang tidak terlihat
karena ditutupi oleh eksudasi sel. Gambaran hipremi ini harus dibedakan dari rubeosis
iridis dengan gambaran hiperemi radial tanpa percabangan abnormal.
5.2. Pupil
Pupil mengecil karena edema dan pembengkakan stroma iris karena iritasi akibat
peradangan langsung pada sfingter pupil. Reaksi pupil terhadap cahaya lambat
disertai nyeri.
5.3. Nodul Koeppe
Lokalisasi pinggir pupil, banyak, menimbul, bundar, ukuran kecil, jernih, warna putih
keabuan. Proses lama nodul Koeppe mengalami pigmentasi baik pada permukaan atau
lebih dalam.
5.4. Nodul Busacca
Merupakan agregasi sel yang terjadi pada stroma iris, terlihat sebagai benjolan putih
pada permukaan depan iris. Juga dapat ditemui bentuk kelompok dalam liang setelah
mengalami organisasi dan hialinisasi. Nodul Busacca merupakan tanda uveitis
anterior granulomatosa.
14
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 15/24
a)Bussaca’s Nodules b)Koeppe’s Nodules
Gambar 10
5.5. Granuloma iris
Lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan nodul iris. Granuloma iris merupakan
kelainan spesifik pada peradangan granulomatosa seperti tuberculosis, lepra dan lain-
lain. Ukuran lebih besar dari kelainan pada iris lain. Terdapat hanya tunggal, tebal
padat, menimbul, warna merah kabur, dengan vaskularisasi dan menetap. Bila
glaucoma hilang akan meninggalkan parut karena proses hialinisasi dan atrofi
jaringan.
5.6. Sinekia iris
Merupakan perlengketan iris dengan struktur yang berdekatan pada uveitis anterior
karena eksudasi fibrin dan pigmen, kemudian mengalami proses organisasi sel radang
dan fibrosis iris. Sinekia posterior merupakan perlengketan iris dengan kapsul depan
lensa. Perlengketan dapat berbentuk benang atau dengan dasar luas dan tebal. Bila
luas akan menutupi pupil, dengan pemberian midriatika akan berbentuk bunga. Bila
eksudasi fibrin membentuk sinekia seperti cincin, bila seklusio sempurna akan
memblokade pupil (iris bombe). Kelainan ini dapat dijumpai pada uveitis
granulomatosa atau non-granulomatosa, lebih sering bentuk akut dan subakut, dengan
fibrin cukup banyak. Ditemui juga pada bentuk residif bila efek Tyndall berat.
Sedangkan sinekia anterior merupakan perlengketan iris dengan sudut irido-kornea,
jelas terlihat dengan gonioskopi. Sinekia anterior timbul karena pada permukaan blok
pupil sehingga akar iris maju ke depan menghalangi pengeluaran akuos, edema dan
pembengkakan pada dasar iris, sehingga setelah terjadi organisasi dan eksudasi pada
sudut iridokornea menarik iris kearah sudut. Sinekia anterior bukan merupakan
gambaran dini dan determinan uveitis anterior, tetapi merupakan penyulit peradangankronik dalam bilik mata depan.
15
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 16/24
Sinekia anterior Sinekia posterior
Gambar 11
5.7. Oklusi pupil
Ditandai dengan adanya blok pupil oleh seklusio dengan sel-sel radang pada pinggir
pupil.
5.8. Atrofi iris
Merupakan degenerasi tingkat stroma dan epitel pigmen belakang. Atrofi iris dapat
difus, bintik atau sektoral. Atrofi iris sektoral terdapat pada iridosiklitis akut
disebabkan oleh virus, terutama herpetic.
5.9. Kista iris
Jarang dilaporkan pada uveitis anterior. Penyebab ialah kecelakaan, bedah mata dan
insufisiensi vaskular. Kista iris melibatkan stroma yang dilapisi epitel seperti pada
epitel kornea.
6) Perubahan pada lensa.
6.1. Pengendapan sel radang.
Akibat eksudasi ke dalam akuos diatas kapsul lensa terjadi pengendapan pada kapsullensa. Pada pemeriksaan lampu celah ditemui kekeruhan kecil putih keabuan, bulat,
menibul, tersendiri atau berkelompok pada permukaan lensa.
6.2. Pengendapan pigmen
Bila terdapat kelompok pigmen yang besar pada permukaan kapsul depan lensa
menunjukkan bekas sinekia posterior yang telah lepas. Sinekia posterior yang
menyerupai lubang pupil disebut cincin dari Vossius.
6.3. Perubahan kejernihan lensaKekeruhan lensa disebabkan oleh toksik metabolik akibat peradangan uvea dan proses
degenerasi-proliferatif karena pembentukan sinekia posterior. Luas kekeruhan
tergantung pada tingkat perlengketan lensa-iris, berat dan lamanya penyakit.
7) Perubahan dalam badan kaca
Kekeruhan badan kaca timbul karena pengelompokan sel, eksudat fibrin dan sisa
kolagen, didepan atau belakang, difus, berbentuk debu, benang, menetap atau bergerak.
Agregasi terutama oleh sel limfosit, plasma dan makrofag.
16
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 17/24
8) Perubahan tekanan bola mata
Tekanan bola mata pada uveitis dapat hipotoni, normal atau hipertoni. Hipotoni
timbul karena sekresi badan siliar berkurang akibat peradangan. Normotensi menunjukkan
berkurangnya peradangan pada bilik mata depan. Hipertoni dini ditemui pada uveitis
hipertensif akibat blok pupil dan sudut iridokornea oleh sel radang dan fibrin yang
menyumbat saluran Schlemm dan trabekula.
II.7 Diagnosis
Uveitis sering berhubungan dengan penyakit sistemik lainnya, oleh sebab itu, ada
baiknya dilakukan anamnesis yang komprehensif serta pemeriksaan fisik yang menyeluruh
pada setiap pasien dengan inflamasi intraokuler. Pemeriksaan yang menyeluruh tersebut
dapat membantu dalam penentuan diagnosis yang tepat sehingga faktor penyebab dapat
ditangani dengan baik.9,10
Anamnesis7,9,10
Riwayat penyakit sekarang; meliputi onset, gejala yang timbul, perjalanan penyakit dan
gejalanya serta perawatan yang telah didapat.
Riwayat penyakit mata sebelumnya; apakah ada episode penyakit dengan gejala yangsama sebelumnya, terapi dan respon terapi yang telah didapat, riwayat trauma atau
operasi pada mata sebelumnya.
Riwayat penyakit lain sebelumnya; riwayat penyakit-penyakit sistemik (terutama
sarkoidosis, juvenile rhematoid arthritis, AIDS, tuberkulosis, dan sifilis), riwayat
penggunaan obat-obatan (terutama obat-obatan imunosupresif).
Riwayat sosial; meliputi pola diet sehari-hari, pola seksual dan penggunaan obat-obatan
terlarang. Data demografik; seperti: usia, ras dan jenis kelamin.
Riwayat geograf; seperti: tempat lahir, lingkungan tempat tinggal, dan apakah sehabis
melakukan perjalanan ke luar kota atau luar negeri.
Riwayat penyakit keluarga; penyakit-penyakit sistemik yang menular dalam keluarga
(seperti: tuberkulosis), riwayat menderita uveitis dalam keluarga.
Tinjauan sistemik :
- Umum : demam, berat badan, malaise, keringat malam
- Rheumatologi : arthralgia, low back pain, joint stiffness
17
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 18/24
- Dermatologi : rash, alpecia, vitiligo, gigitan serangga
- Neurologi : tinitus, sakit kepala, meningismus, parestesia, paralisis
- Respiratori : sesak nafas, batuk, dan produksi sputum
- Gastrointstinal : diare, melena
- Genitourinaria : disuria, ulkus genitalia, balanitis
Pemeriksaan Fisik 7,9,10
Evaluasi tanda-tanda vital, periksa ketajaman penglihatan, periksa gerakan bola mata,
periksa setiap jaringan bola mata dengan slit lamp, lakukan pemeriksaan funduskopi, dan
ukur tekanan bola mata.
II.8 Diagnosis Banding 4,9
NO TANDA KONJUNGTIVITS
AKUT
IRIDOSKLITIS
AKUT
GLAUKOMA
AKUT
KERATITIS
1. Sakit Tidak atau hanya
sedikit
Sedang, trauma
mengenai mata
dan yang diurus
oleh N.II
Hebat,
diseluruh
bulbus okuli
dan yang diurus
oleh N.V,
injeksikonjungtiva
dan episklera
Sedikit
2. Injeksi Injeksi
konjungtiva
Terutama
injeksi
perikornea
Injeksi
konjungtiva,
perikornea dan
episklera
Injeksi
perikornea
3. Pupil Normal Miosis irreguler Lebar,lonjong Normal,miosis
4. Reflek
cahaya
Normal Berkurang Berkurang
sampai tidak
ada
Kuat
5. Media
refraksi
Jernih Kornea keruh
(kreatik
prespitat dan
edema),
COA:sel
radang,
Kornea keruh
karena oedema,
lensa:katarak
stadium lanjut,
COA dangkal
Kornea keruh
karena adanya
infiltrat, COA
normal
18
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 19/24
pupil:oklusio,
lensa:katarak,
badan kaca:sel
radang
6. Visus Baik Sedang Buruk Berkurang
7. Timbulnya Perlahan Perlahan Tiba-tiba Perlahan
8. Gejala
sistemik
Tidak ada Sedikit Muntah-
muntah
-
9. Pemeriksaan
sekret
Ditemukan
kuman penyebab
Tidak
ditemukan
kuman
penyebab
Tidak
ditemukan
kuman
penyebab
Tidak
ditemukan
kuman
penyebab
10. TIO Normal N,tinggi,turun Tinggi sekali Normal
II.9 Pemeriksaan Penunjang7,9,10
1. Flouresence Angiografi
FA merupakan pencitraan yang penting dalam mengevaluasi penyakit korioretinal dan
komplikasi intraokular dari uveitis posterior. FA sangat berguna baik untuk intraokular
maupun untuk pemantauan hasil terapi pada pasien. Pada FA, yang dapat dinilai adalah
edema intraokular, vaskulitis retina, neovaskularisasi sekunder pada koroid atau retina, N.
optikus dan radang pada koroid.
2. USG
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan keopakan vitreus, penebalan retina dan pelepasan
retina
3. Biopsi Korioretinal
Pemeriksaan ini dilakukan jika diagnosis belum dapat ditegakkan dari gejala dan
pemeriksaan laboratorium lainnya
Pemeriksaan laboratorium mendalam umumnya apalagi kalau jenisnya non
granulomatosa atau jelas berespon dengan terapi non spesifik. Sedangkan pada uveitis
anterior yang tetap tidak responsive harus diusahan untuk menemukan diagnosis
etiologinya.
II.10 Penatalaksanaan
19
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 20/24
Tujuan utama penatalaksanaan uveitis adalah mengobati proses inflamasi pada mata
secara efektif serta meminimalkan komplikasi yang mungkin timbul baik dari penyakitnya itu
sendiri maupun dari terapi yang diberikan. Agar tujuan pengobatan dapat dicapai, maka
diperlukan pemeriksaan yang baik, karena, beberapa kondisi memerlukan tindakan tertentu
seperti pemberian obat kortikosteroid, sedangkan pada kondisi lain tidak dianjurkan karena
penggunaan kortikosteroid jangka panjang akan menyebabkan pembentukan katarak dan
meningkatkan tekanan intraokuler.7,9,10
Mydriatic dan Cycloplegic
Pengobatan topikal ini digunakan untuk mengatasi spasme siliare yang biasanya muncul
pada uveitis anterior akut dan untuk melepaskan sinekia posterior yang terbentuk dan/atau
mencegah perkembangan sinekia baru.
Obat-obatan yang bersifat long acting seperti homatropine, scopolamine atau atropine,
digunakan untuk mengatasi spasme siliare; sedangkan obat-obatan yang durasi kerjanya lebih
singkat seperti tropicamide atau cyclopentolate digunakan untuk mencegah pembentukan
sinekia posterior pada pasien yang menderita iridocyclitis kronik serta mengurangi gejala
fotofobia.
Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan terapi primer pada pasien uveitis. Kortikosteroid menekan
kerja sistem imun serta memiliki efek anti-inflamasi melalui beberapa mekanisme.
Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, melalui injeksi periokular atau intravitreal atau
diberikan secara sistemik.
Pemberian secara topikal diutamakan pada pasien dengan uveitis anterior. Penetrasi
menuju segmen posterior pada pemberian topikal sangat buruk, kecuali bila pasien tersebut
pseudofakia atau afakia. Secara umum, kortikosteroid yang dianjurkan pada pemberian
topikal adalah prednisolon asetat. Pemakaian kortikosteroid harus dengan indikasi yang
spesifik, seperti pengobatan inflamasi aktif di mata dan mengurangi inflamasi intra okuler di
retina, koroid dan N.optikus.
AINS (Anti Inflamasi Non-Steroid)
Dapat berguna sebagai terapi pada inflamasi post operatif, tapi kegunaan AINS dalam
mengobati uveitis anterior endogen masih belum dapat dibuktikan. Pemakaian OAINS yang
20
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 21/24
lama dapat mengakibatkan komplikasi seperti ulkus peptikum, perdarahan traktus digestivus,
nefrotoksik dan hepatotoksik.
Imunomodulator
Terapi imunomodulator digunakan pada pasien uveitis berat yang mengancam
penglihatan yang sudah tidak merespon terhadap kortikosteroid. Imunomodulator bekerja
dengan cara membunuh sel limfoid yang membelah dengan cepat akibat reaksi inflamasi.
Indikasi digunakannya imunomodulator adalah :
1. Inflamasi intraocular yang mengancam penglihatan pasien.
2. Gagal dengan terapi kortikosteroid.
3. Kontra indikasi terhadap kortikosteroid.
Sebelum diberikan imunomodulator, harus benar-benar dipastikan bahwa uveitis
pasien tidak disebabkan infeksi, atau infeksi di tempat lain, atau kelainan hepar atau kelainan
darah. Dan sebelum dilakukan informed concent.
Analgetika
Analgetik dapat diberikan secara sistemik terutama diberikan pada kasus uveitis non
granulomatosa, karena biasanya pasien mengeluhkan nyeri.
II.11 Komplikasi7,9,10,12
Komplikasi dari uveitis dapat berupa :
1. Glaucoma, peninggian tekanan bola mata
Pada uveitis anterior dapat terjadi sinekia posterior sehingga mengakibatkan
hambatan aliran aquos humor dari bilik posterior ke bilik anterior. Penupukan cairan ini
bersama-samadengan sel radang mengakibatkan tertutupnya jalur dari out flow aquos humor
sehigga terjadi glaucoma. Untuk mencegahnya dapat diberikan midriatika.
2. Katarak
Kelainan polus anterior mata seperti iridosiklitis yang menahun dan penggunaan
terapi kortikosteroid pada terapi uveitis dapat mengakibatkan gangguan metabolism lensa
sehingga menimbulkan katarak. Operasi katarak pada mata yang uveitis lebih komplek lebih
sering menimbulkan komplikasi post operasi jika tidak dikelola dengan baik. Sehingga
dibutuhkan perhatian jangka panjang terhadap pre dan post operasi. Operasi dapat dilakukan
setelah 3 bulan bebas inflamasi. Penelitian menunjukan bahwa fakoemulsifikasi dengan
penanaman IOL pada bilik posterior dapat memperbaiki visualisasi dan memiliki toleransi
yang baik pada banyak mata dengan uveitis.
21
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 22/24
Prognosis penglihatan pasien dengan katarak komplikata ini tergantung pada
penyebab uveitis anteriornya. Pada Fuchs heterochromic iridocyclitis operasi berjalan baik
dengan hasil visualisasi bagus. Sedangkan pada tipe lain (idiopatik, pars planitis, uveitis
associated with sarcoidosis, HSV, HZF, syphilis, toksoplasmosis, spondylo arthopathies)
menimbulkan masalah, walaupun pembedahan dapat juga memberikan hasil yang baik.
3. Neovaskularisasi
4. Ablasio retina
Akibat dari tarikan pada retina oleh benang-benang vitreus.
5. Kerusakan N.optikus
6. Atropi bola mata
7. Edem Kisoid Makulae
Terjadi pada uveitis anterior yang berkepanjangan.
II.12 Prognosis
Prognosis dari uveitis anterior ini tergantung dari etiologi atau gambaran
histopatologinya. Pada uveitis anterior non granulomatosa gejala klinis dapat hilang dalam
beberapa hari hingga beberapa minggu dengan pengobatan, tetapi sering terjadi kekambuhan.
Pada uveitis anterior granulomatosa inflamasi dapat berlangsung berbulanbulan hingga
bertahunan, kadang-kadang terjadi remisi dan eksaserbasi. Pada kasus ini dapat timbul
kerusakan permanen walaupun dengan pemberian terapi terbaik.
BAB III
KESIMPULAN
22
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 23/24
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan
berbagai penyebab. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami
inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Uveitis anterior merupakan radang iris dan
badan siliar bagian depan atau pars plikata, yang disebabkan oleh gangguan sistemik di
tempat lain, yang secara hematogen dapat menjalar ke mata atau timbul karena reaksi alergi
mata.
Uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang dari 6 minggu dan dikatakan
sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu. Laboratorium sangat dibutuhkan guna mendapatkan
sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis. Penatalaksanaan yang utama untuk untuk
uveitis tergantung pada keparahan dan bagian organ yang terkena dan prognosis kebanyakan
kasus uveitis anterior berespon dengan baik jika dapat didiagnosis secara awal.
DAFTAR PUSTAKA
23
8/3/2019 refrat uveitis anterior1(1)
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-uveitis-anterior11 24/24
1. Riordan Paul – Eva et al : ”Anatomi dan Embriologi Mata” dalam : Riordan Paul –
Eva, et al : ”Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum”. Jakarta : EGC, edisi 17, 2009 :
hal 1-27
2. Ilyas, Sidarta : ”Anatomi dan Fisiologi mata” dalam ”Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI, Edisi 3, 2008. Hal 1-12
3. Harper, Richard A et al : ”Lensa” dalam : Riordan Paul – Eva, et al : ”Vaughan &
Asbury Oftalmologi Umum”. Jakarta : EGC, edisi 17, 2009 : hal 169-177
4. Ilyas, S, Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta : 2004
5. Schlaegel TF, Pavan-Langston D. Uveal Tract: Iris, Ciliary Body, and Choroid In:
Pavan-Langston D, editors. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 2nd
Edition,Boston: Little, Brown and Company, 1980. 143-144.
6. Ronald ES, Robert AN. Uveitis : A Clinical Approach to Diagnosis and Management
2nd Ed. New York: Williams & Wilkins, 1989.
7. Roque MR. Uveitis 2010; https://reader009.{domain}/reader009/html5/0506/5aee971e2d090/5aee97
tanggal 25 Maret 2011)
8. Vaughan, D. G.; Asbury, T. Oftalmologi Umum edisi 17 . Widya Medika. Jakarta:
2010
9. Kanski JJ. Retinal Vascular Disorders in Clinical Ophthalmology: A Systematic
Approach. 3rd Edition. Oxford: Butterworth-Heinemann Ltd, 1994. 152-200.
10.El-Asrar AMA, Struyf S, Van den Broeck C, et al. 2010. Expression of chemokines
and gelatinase B in sympathetic ophthalmia.
http://www.nature.com/.../fig_tab/6702342f1.html (diakses tanggal 25 Maret 2011)
11.WebMD. Uveitis, Anterior, Nongranulomatous 2011; http://www.emedicine.com.
(diakses tanggal 25 Maret 2011)
12.Ilyas, Sidarta : ”Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata”. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2009.
Hal 258