reformasi pengelolaan data terpadu kesejahteraan sosial

102

Upload: others

Post on 10-Feb-2022

45 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Page 2: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Page 3: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

01

Page 4: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Hartono Laras

Sekretaris Jenderal Kemensos RI

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya buku Reformasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dapat diselesaikan. Buku ini menyajikan gambaran pengelolaan DTKS yang dimulai dari sejarah data terpadu, pengelolaan data, pengembangan kebijakan dan regulasi, pengembangan sistem, hingga pemanfaatannya untuk berbagai program penanganan fakir miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Buku ini menjelaskan reformasi pengelolaan DTKS secara lengkap, jelas, dan komprehensif, disertai ilustrasi, gambar, infografik, dan penjelasan narasi yang sederhana namun komunikatif sehingga mudah dipahami. Melalui buku ini diharapkan masyarakat luas menjadi tahu perjalanan DTKS yang begitu panjang dan masih terus berproses dimulai dari menyatukan data yang semula tersebar menjadi terintegrasi, harmonisasi berbagai peraturan yang ada, dan penyempurnaan sistem yang dilakukan terus menerus. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua dalam memahami DTKS, pengelolaannya, dan pemanfaatannya untuk berbagai program kesejahteraan sosial. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan buku ini baik pikiran, tenaga, penyediaan materi, maupun koreksinya sehingga buku ini dapat diselesaikan dengan baik.

Page 5: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Hartono Laras

Sekretaris Jenderal Kemensos RI

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya buku Reformasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dapat diselesaikan. Buku ini menyajikan gambaran pengelolaan DTKS yang dimulai dari sejarah data terpadu, pengelolaan data, pengembangan kebijakan dan regulasi, pengembangan sistem, hingga pemanfaatannya untuk berbagai program penanganan fakir miskin dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Buku ini menjelaskan reformasi pengelolaan DTKS secara lengkap, jelas, dan komprehensif, disertai ilustrasi, gambar, infografik, dan penjelasan narasi yang sederhana namun komunikatif sehingga mudah dipahami. Melalui buku ini diharapkan masyarakat luas menjadi tahu perjalanan DTKS yang begitu panjang dan masih terus berproses dimulai dari menyatukan data yang semula tersebar menjadi terintegrasi, harmonisasi berbagai peraturan yang ada, dan penyempurnaan sistem yang dilakukan terus menerus. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua dalam memahami DTKS, pengelolaannya, dan pemanfaatannya untuk berbagai program kesejahteraan sosial. Terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam penyusunan buku ini baik pikiran, tenaga, penyediaan materi, maupun koreksinya sehingga buku ini dapat diselesaikan dengan baik.

Said Mirza Pahlevi Kepala Pusdatin Kesos

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin mengamanatkan bahwa pemberian bantuan dan/atau pemberdayaan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus berdasarkan pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Oleh karena itu, diperlukan DTKS yang valid dan up to date agar bantuan dan/atau pemberdayaan yang diberikan dapat tepat sasaran. Saat ini DTKS dikelola oleh Kementerian Sosial RI melalui Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos). Pengelolaan DTKS oleh Kementerian Sosial RI dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu pendataan, verifikasi dan validasi, penetapan, dan penggunaan. Sejak DTKS dikelola oleh Kementerian Sosial RI, penetapan DTKS sudah dilakukan sebanyak delapan kali, yaitu pada tanggal 1 April 2016, 30 Mei 2017, 12 Desember 2017, 31 Mei 2018, 30 Januari 2019, 26 Juli 2019, 31 Oktober 2019, 29 Januari 2020 dan 26 Oktober 2020. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki kualitas DTKS diantaranya dengan melakukan cleansing data, pemadanan data, penerapan aturan validasi pada aplikasi verifikasi dan validasi DTKS, pencegahan moral hazard di lapangan, analisis kualitas data, dan pemanfaatan statistical learning dan machine learning. Buku Reformasi Pengelolaan DTKS memberikan gambaran komprehensif pengelolaan DTKS dimulai dari konsep dan definisi yang berkaitan dengan DTKS, reformasi/strategi pengelolaan data, kelembagaan dan arsitektur sistem. Harapan kami, buku ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai DTKS. Kami ucapkan terima kasih kepada tim penyusun dan semua pihak yang memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan buku di masa yang akan datang.

Page 6: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

04

Page 7: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

05DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

II. REFORMASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN DATAA. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATAB. MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMUTAKHIRAN DATAC. PENINGKATAN KUALITAS DATAD. METODE PENINGKATAN KUALITAS DATAE. BIMBINGAN TEKNIS SIKS-NG UNTUK PENGUATAN SDM PELAKSANA F. MEKANISME DISEMINASI DAN PENGGUNAAN DATA

III. KELEMBAGAAN

IV. DESAIN BESAR DTKS DAN ARSITEKTUR SISTEM

ANNEX

HAL

7

1313143242

4547

58

65

87

Page 8: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

06

Page 9: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

07

1

Pembangunan satu basis data terpadu kesejahteraan sosial untuk penetapan sasaran

program perlindungan sosial dan penanganan kemiskinan di Indonesia diawali dengan

kegiatan Pendataan Sosial Ekonomi atau PSE pada tahun 2005. Kegiatan ini

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan merupakan sensus kemiskinan

pertama di Indonesia. Data Terpadu hasil PSE ini digunakan untuk menentukan target

Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH yang

menyasar Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dilaksanakan mulai tahun 2007. Pilot

project dilaksanakan di 7 Provinsi dengan 500.000 RTSM. Selanjutnya setiap tiga

tahun data tersebut diperbaharui dan disebut sebagai Pendataan Program

Perlindungan Sosial (PPLS).

Penggunaan istilah PPLS berlaku sejak 2008 hingga 2011, selanjutnya tahun 2015

berubah nama menjadi Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT). Pendataan yang

dilakukan melalui PSE 2005 dan PPLS 2008 hanya mencakup Rumah Tangga Sangat

Miskin (RTSM), Rumah Tangga Miskin (RTM) dan Rumah Tangga Hampir Miskin

(RTHM), sedangkan untuk tahun 2011 pendataannya meluas dan mencakup data

rumah tangga yang lebih sejahtera. Data yang dikumpulkan dalam PPLS 2011 adalah

data 40 persen rumah tangga menengah ke bawah, yang mengandung informasi

lengkap nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran (RTS). Data yang terkumpul

kemudian diperingkat dengan menggunakan metode Proxy Means Test (PMT)1 oleh

BPS dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Pada PPLS

2011 ada penambahan jumlah rumah tangga yang menjadi target pemutakhiran data

karena daftar awal (prelist) PPLS 2011 memanfaatkan data hasil Sensus Penduduk

2010 sedangkan PPLS 2008 daftar awalnya berasal dari PSE 2005.

Selanjutnya BPS menyerahkan hasil PPLS tahun 2011 ke TNP2K untuk dijadikan Basis

Data Terpadu. Basis Data ini digunakan untuk menentukan target berbagai program

bantuan dan perlindungan sosial tahun 2012-2014. Dalam menentukan kategori Basis

Data Terpadu, TNP2K menggunakan pendekatan relatif, yaitu dengan menggunakan

1 Proxy Mean Test adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi dimana informasi karakter

rumah tangga atau individual berhubungan dengan tingkat kesejahteraan yang digunakan dalam algoritma formal untuk mewakili pendapatan, kesejahteraan atau kebutuhan rumah tangga.

I. PENDAHULUAN

1

Pembangunan satu basis data terpadu kesejahteraan sosial untuk penetapan sasaran

program perlindungan sosial dan penanganan kemiskinan di Indonesia diawali dengan

kegiatan Pendataan Sosial Ekonomi atau PSE pada tahun 2005. Kegiatan ini

dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan merupakan sensus kemiskinan

pertama di Indonesia. Data Terpadu hasil PSE ini digunakan untuk menentukan target

Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Program Keluarga Harapan (PKH). PKH yang

menyasar Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dilaksanakan mulai tahun 2007. Pilot

project dilaksanakan di 7 Provinsi dengan 500.000 RTSM. Selanjutnya setiap tiga

tahun data tersebut diperbaharui dan disebut sebagai Pendataan Program

Perlindungan Sosial (PPLS).

Penggunaan istilah PPLS berlaku sejak 2008 hingga 2011, selanjutnya tahun 2015

berubah nama menjadi Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT). Pendataan yang

dilakukan melalui PSE 2005 dan PPLS 2008 hanya mencakup Rumah Tangga Sangat

Miskin (RTSM), Rumah Tangga Miskin (RTM) dan Rumah Tangga Hampir Miskin

(RTHM), sedangkan untuk tahun 2011 pendataannya meluas dan mencakup data

rumah tangga yang lebih sejahtera. Data yang dikumpulkan dalam PPLS 2011 adalah

data 40 persen rumah tangga menengah ke bawah, yang mengandung informasi

lengkap nama dan alamat Rumah Tangga Sasaran (RTS). Data yang terkumpul

kemudian diperingkat dengan menggunakan metode Proxy Means Test (PMT)1 oleh

BPS dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Pada PPLS

2011 ada penambahan jumlah rumah tangga yang menjadi target pemutakhiran data

karena daftar awal (prelist) PPLS 2011 memanfaatkan data hasil Sensus Penduduk

2010 sedangkan PPLS 2008 daftar awalnya berasal dari PSE 2005.

Selanjutnya BPS menyerahkan hasil PPLS tahun 2011 ke TNP2K untuk dijadikan Basis

Data Terpadu. Basis Data ini digunakan untuk menentukan target berbagai program

bantuan dan perlindungan sosial tahun 2012-2014. Dalam menentukan kategori Basis

Data Terpadu, TNP2K menggunakan pendekatan relatif, yaitu dengan menggunakan

1 Proxy Mean Test adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi dimana informasi karakter

rumah tangga atau individual berhubungan dengan tingkat kesejahteraan yang digunakan dalam algoritma formal untuk mewakili pendapatan, kesejahteraan atau kebutuhan rumah tangga.

I. PENDAHULUAN

Page 10: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

08BUKU PUTIH 2020

2

kelompok desil (desil 1-4) sehingga bisa menentukan tingkat kemiskinan penduduk.

Pengelompokan data ini membantu dalam menentukan segmen populasi terbawah

yang layak mendapat bantuan.

Pada tahun 2015, basis data terpadu hasil pendataan PPLS 2011 diperbarui oleh BPS

melalui kegiatan Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT). Salah satu mekanisme

PBDT 2015 ini adalah Forum Konsultasi Publik (FKP) yang merupakan penajaman

PPLS 2011 untuk menghasilkan data yang lebih akurat. Data Terpadu hasil PBDT 2015

kemudian diolah oleh Tim Kelompok Kerja (Pokja) Data2 hingga mencapai 92.994.742

jiwa. Hasil pengolahan data ini diserahkan ke Kementerian Sosial (Kemensos) R.I

melalui Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos) sesuai

amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011.

Mulai tahun 2016 pengelolaan Data Terpadu berada di bawah Kemensos melalui

Pusdatin Kesos. Tanggung jawab pemutakhiran Data Terpadu diserahkan kepada

Pemerintah Daerah sesuai dengan Undang-Undang No 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah.

Untuk menunjang integrasi dan pengelolaan data kemiskinan yang handal, maka pada

tahun 2017 dibangunlah suatu sistem Informasi terpadu yang diberi nama Sistem

Informasi Kesejahteraan Sosial - Next Generation (SIKS-NG). Kemudian Data Terpadu

ini diberi nama Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak

Mampu (DT-PPFM dan OTM) sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 28

Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu

Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu. Selain mengelola data rumah

tangga miskin dan tidak mampu, SIKS-NG juga mengelola data Program Perlindungan

Sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Program Sembako (Program Beras

Sejahtera/Rastra dan Bantuan Pangan Non Tunai/BPNT), Penerima Bantuan Iuran

Jaminan Kesehatan (PBI JK), serta data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial

(PPKS)3. SIKS-NG terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan

2 Tim Kelompok Kerja Data terdiri dari berbagai Kementerian/Lembaga berdasarkan Kepmensos

32/HUK/2016 tentang Penetapan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin. 3 Istilah PPKS (Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial) adalah pengganti dari PMKS (Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial) berdasar Permensos 5/2019.

Page 11: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

09

3

teknologi informasi dengan target semua data kemiskinan nasional dan daerah

dapat terintegrasi secara sistematis dan diperbaharui secara dinamis.

Salah satu fase keberhasilan program tergantung pada

data yang akurat dan mudah diakses. Data itu hanya bisa

diolah di sistem yang terintegrasi dan mampu mengikuti

dinamika dalam penentuan sasaran

Aplikasi SIKS-NG merupakan sistem pengelolaan data yang dikembangkan oleh

Pusdatin Kesos Kemensos. Dibangun mulai pertengahan tahun 2017, SIKS-NG mulai

diperkenalkan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial melalui bimbingan

teknis (bimtek) secara nasional di Jakarta pada bulan Oktober 2017. Aplikasi ini dirilis

dalam 2 platform berbeda yaitu SIKS-NG Offline versi. 1.0 (berbasis desktop) dan

SIKS-NG Online (berbasis Web) beserta dengan logonya.

SIKS-NG Offline merupakan aplikasi pemutakhiran data yang tidak memerlukan

koneksi Internet secara terus-menerus. Aplikasi ini dapat digunakan dan

didistribusikan dari level kabupaten sampai ke level desa (yang telah ditetapkan oleh

Pemda Kabupaten/Kota) lengkap dengan data rumah tangga pada level wilayah yang

telah ditetapkan tersebut. SIKS-NG Offline merupakan aplikasi pengelolaan data

yang memudahkan petugas lapangan mengirimkan data hasil kunjungan lapangan ke

Pemda Kabupaten/Kota melalui SIKS-NG Online.

SIKS-NG Online adalah aplikasi berbasis Web yang hanya bisa diakses oleh petugas

Dinas Sosial Kabupaten/Kota (Supervisor dan Operator SIKS-NG) yang sudah

ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Kabupaten/Kota. Fungsi

aplikasi SIKS-NG Online adalah memudahkan pemerintah Kabupaten/Kota dalam

pemeriksaan hasil pemutakhiran data petugas lapangan dan mengesahkan usulan

pemutakhiran data tersebut untuk dikirimkan ke Kementerian Sosial R.I.

Tahun 2019 terjadi perubahan kebijakan nomenklatur data terpadu menjadi Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dituangkan melalui Peraturan Menteri

Sosial nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.

Melalui peraturan ini pengelolaan data terpadu diperluas bukan hanya mencakup data

3

teknologi informasi dengan target semua data kemiskinan nasional dan daerah

dapat terintegrasi secara sistematis dan diperbaharui secara dinamis.

Salah satu fase keberhasilan program tergantung pada

data yang akurat dan mudah diakses. Data itu hanya bisa

diolah di sistem yang terintegrasi dan mampu mengikuti

dinamika dalam penentuan sasaran

Aplikasi SIKS-NG merupakan sistem pengelolaan data yang dikembangkan oleh

Pusdatin Kesos Kemensos. Dibangun mulai pertengahan tahun 2017, SIKS-NG mulai

diperkenalkan kepada Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial melalui bimbingan

teknis (bimtek) secara nasional di Jakarta pada bulan Oktober 2017. Aplikasi ini dirilis

dalam 2 platform berbeda yaitu SIKS-NG Offline versi. 1.0 (berbasis desktop) dan

SIKS-NG Online (berbasis Web) beserta dengan logonya.

SIKS-NG Offline merupakan aplikasi pemutakhiran data yang tidak memerlukan

koneksi Internet secara terus-menerus. Aplikasi ini dapat digunakan dan

didistribusikan dari level kabupaten sampai ke level desa (yang telah ditetapkan oleh

Pemda Kabupaten/Kota) lengkap dengan data rumah tangga pada level wilayah yang

telah ditetapkan tersebut. SIKS-NG Offline merupakan aplikasi pengelolaan data

yang memudahkan petugas lapangan mengirimkan data hasil kunjungan lapangan ke

Pemda Kabupaten/Kota melalui SIKS-NG Online.

SIKS-NG Online adalah aplikasi berbasis Web yang hanya bisa diakses oleh petugas

Dinas Sosial Kabupaten/Kota (Supervisor dan Operator SIKS-NG) yang sudah

ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Sosial Kabupaten/Kota. Fungsi

aplikasi SIKS-NG Online adalah memudahkan pemerintah Kabupaten/Kota dalam

pemeriksaan hasil pemutakhiran data petugas lapangan dan mengesahkan usulan

pemutakhiran data tersebut untuk dikirimkan ke Kementerian Sosial R.I.

Tahun 2019 terjadi perubahan kebijakan nomenklatur data terpadu menjadi Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang dituangkan melalui Peraturan Menteri

Sosial nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.

Melalui peraturan ini pengelolaan data terpadu diperluas bukan hanya mencakup data

Salah satu fase keberhasilan program tergantungpada data yang akurat dan mudah diakses. Data itu hanya bisa diolah di sistem yang terintegrasi dan mampu mengikuti dinamika dalam penentuan sasaran.

Page 12: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

10Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

4

fakir miskin dan orang tidak mampu yang tinggal di rumah tangga saja tetapi juga

meliputi data kesejahteraan sosial lainnya seperti data penerima bantuan sosial, data

Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) baik yang tinggal di rumah tangga

maupun di luar rumah tangga seperti Lembaga kesejahteraan Sosial, dan data Potensi

dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Selanjutnya peran pemutakhiran atau

pelaksanaa verifikasi dan validasi DTKS merupakan tanggung jawab Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota dengan menggunakan SIKS-NG.4

Saat ini, penetapan DTKS oleh Menteri Sosial dilakukan setiap 2 kali dalam satu tahun.

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan, Menteri Sosial, dan

Menteri Dalam Negeri Nomor 360.1/KMK.07/2020, Nomor 1 Tahun 2020, Nomor

460-1750 Tahun 2020 tentang Dukungan Percepatan Pemutakhiran Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial Oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang ditetapkan pada

tanggal 28 Juli 2020, mulai bulan Agustus 2020 waktu penetapan data terpadu

mengalami perubahan yaitu 2 kali dalam setahun pada bulan April dan Oktober.5

SIKS-NG telah mengalami beberapa kali penyempurnaan fungsi dan fitur maupun

perbaikan kekurangan atau bugs berdasar masukan para pengguna.6 Lebih lanjut,

tahun 2019 mulai diperkenalkan SIKS-NG dengan platform Android atau SIKS-Droid.

Sistem ini memudahkan petugas pendata dalam melakukan verifikasi dan validasi data

saat melakukan kunjungan rumah tangga dengan menggunakan ponsel pintar

(smartphone) atau tablet tanpa harus mencetak di kertas daftar awal rumah tangga

yang akan dikunjungi (prelist).

Pada SIKS-Droid terdapat fitur-fitur penting yaitu fitur pengambilan foto kondisi rumah

seperti atap, lantai, dinding, identitas keluarga/rumah tangga serta fitur untuk merekam

koordinat lokasi bumi (geographical coordinates) rumah tangga dan lama waktu

4 Sesuai amanat UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin, UU nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah, dan Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi DT-PFM dan OTM.

5 Berikut adalah rincian SK Menteri Sosial terkait penetapan Data DT-PFM dan OTM). a. Tahun 2017 Kementerian Sosial telah menetapkan data terpadu sebanyak 2 kali melalui SK Menteri Sosial Nomor

57/HUK/2017 sebanyak 96.705.167 jiwa dan SK Menteri Sosial Nomor 163/HUK/2017 sebanyak 96.829.022 jiwa berbasis rumah tangga dan sebanyak 427.222 jiwa berbasis bukan rumah tangga.

b. Tahun 2018 satu kali penetapan melalui SK Menteri Sosial Nomor 71/HUK/2018 ditetapkan DT-PPFM dan OTM sebanyak 98.195.551 jiwa berbasis rumah tangga dan sebanyak 422.631 jiwa berbasis bukan rumah tangga.

c. Tahun 2019 dilakukan 3 kali penetapan melalui SK Menteri Sosial nomor 8/HUK/2019 sebanyak 99.359.312jiwa berbasis rumah tangga dan 509.041 jiwa berbasis bukan rumah tangga.SK Menteri Sosial nomor 84/HUK/2019 sebanyak 98.111.085 jiwa berbasis rumah tangga dan 582.931 jiwa berbasis bukan rumah tangga, dan SK Menteri Sosial nomor 133/HUK/2019 sebanyak 98.608.619 jiwa berbasis rumah tangga dan 615.646 jiwa berbasis bukan rumah tangga.

6 Ketika tulisan ini dibuat, versi SIKS-NG offline yang digunakan adalah versi 2.5.0

Page 13: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

11Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

5

wawancara (menit) secara otomatis. Fitur-fitur tambahan ini dapat membantu

penjaminan kualitas data yang dikumpulkan oleh petugas di lapangan. Misalnya,

petugas pemeriksa data (pengawas dan koordinator kecamatan) dapat memastikan

NIK dan nama yang dientri oleh petugas di lapangan sama dengan yang tertera pada

foto KTP atau kartu keluarga. Petugas lapangan "dipaksa" harus berkunjung langsung

ke rumah tangga sasaran karena mereka harus mengambil foto dan koordinat lokasi

bumi rumah tangga yang dikunjungi; hal ini dapat mencegah moral hazard petugas

pendata yang melakukan pengisian data tanpa mengunjungi rumah tangga sasaran.

Lebih jauh saat petugas berkunjung ke rumah tangga mereka harus melakukan

wawancara sesuai prosedur yang telah ditetapkan karena lama waktu wawancara

dicatat oleh sistem secara otomatis7.

Kesuksesan pengembangan sistem SIKS-NG dalam usaha pengentasan kemiskinan

akhirnya memperoleh apresiasi nasional lewat penghargaan Top 99 Inovasi Pelayanan

Publik yang diterima Kementerian Sosial dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Birokrasi. Di tahun yang sama, SIKS-NG mendapatkan sertifikat ISO

27001:20138 untuk kategori manajemen keamanan informasi.

7 Jika lama waktu wawancara jauh lebih panjang atau jauh lebih pendek dibandingkan dengan

waktu wawancara petugas lapangan lain di satu desa/kelurahan yang sama, maka petugas tersebut dapat diperiksa.

8 ISO 27001:2013 adalah standar internasional yang diakui secara global untuk mengelola risiko terhadap keamanan informasi. Standar ini mengadopsi pendekatan proses untuk menetapkan, menerapkan, operasi, pemantauan, pengkajian, memelihara, dan meningkatkan keamanan informasi di Pusdatin Kesos Kementerian Sosial. Dengan menerapkan standar ISO 27001:2013, organisasi atau perusahaan dapat melindungi dan memelihara kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi dan untuk mengelola serta mengendalikan risiko keamanan informasi pada organisasi atau perusahaan

Page 14: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

12Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

Gambar 1.1 Sejarah DTKS

Page 15: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

13Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

7

A. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATA

Berdasarkan episode pengelolaan data kesejahteraan sosial dan kemiskinan yang

telah dijabarkan di Bab I, Indonesia mulai menata program kemiskinan berdasarkan

data pada tahun 2005. Pada saat yang sama dikenalkan program jaminan sosial dan

bantuan sosial yang menargetkan keluarga paling miskin (bantuan langsung tunai dan

bantuan bersyarat) sebagai upaya pengentasan kemiskinan melalui perubahan pola

pikir dengan memberi akses pendidikan, kesehatan, dan selanjutnya kegiatan

ekonomi.

Langkah besar ini dalam prosesnya kemudian melahirkan beberapa peraturan dan

perubahan peraturan untuk memandu kegiatan pengelolaan data, baik itu meliputi

siapa yang melaksanakan program kesejahteraan sosial, target penerima jaminan dan

bantuan sosial, fokus pelaksanaan pengentasan kemiskinan serta upaya-upaya

pelaksanaan melalui pendekatan wilayah9. Langkah ini dianggap penting sebagai pilar

perubahan program pengentasan kemiskinan yang berbasis fakta yang dikumpulkan

di DTKS, terarah dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan kearifan lokal

dan keadilan berbasis wilayah. Pada perkembangan terakhir, keluarlah Peraturan

Presiden nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia (SDI), yang pada intinya

mendorong semua kebijakan diambil berdasarkan data. Aturan ini menjadi acuan bagi

pelaksanaan dan pedoman penyelenggaraan tata kelola data, ketersediaan data yang

akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, mudah diakses dan

dibagipakaikan antar instansi baik di instansi pusat maupun daerah. Sebagai dampak

dari kondisi ini, diharapkan mampu mendorong keterbukaan dan transparansi data,

serta mendukung sistem statistik nasional.

9 Rangkaian peraturan ini bisa dilihat di lembaran annex- Daftar Peraturan terkait Data Terpadu.

II. REFORMASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN DATA

7

A. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATA

Berdasarkan episode pengelolaan data kesejahteraan sosial dan kemiskinan yang

telah dijabarkan di Bab I, Indonesia mulai menata program kemiskinan berdasarkan

data pada tahun 2005. Pada saat yang sama dikenalkan program jaminan sosial dan

bantuan sosial yang menargetkan keluarga paling miskin (bantuan langsung tunai dan

bantuan bersyarat) sebagai upaya pengentasan kemiskinan melalui perubahan pola

pikir dengan memberi akses pendidikan, kesehatan, dan selanjutnya kegiatan

ekonomi.

Langkah besar ini dalam prosesnya kemudian melahirkan beberapa peraturan dan

perubahan peraturan untuk memandu kegiatan pengelolaan data, baik itu meliputi

siapa yang melaksanakan program kesejahteraan sosial, target penerima jaminan dan

bantuan sosial, fokus pelaksanaan pengentasan kemiskinan serta upaya-upaya

pelaksanaan melalui pendekatan wilayah9. Langkah ini dianggap penting sebagai pilar

perubahan program pengentasan kemiskinan yang berbasis fakta yang dikumpulkan

di DTKS, terarah dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan kearifan lokal

dan keadilan berbasis wilayah. Pada perkembangan terakhir, keluarlah Peraturan

Presiden nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia (SDI), yang pada intinya

mendorong semua kebijakan diambil berdasarkan data. Aturan ini menjadi acuan bagi

pelaksanaan dan pedoman penyelenggaraan tata kelola data, ketersediaan data yang

akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, mudah diakses dan

dibagipakaikan antar instansi baik di instansi pusat maupun daerah. Sebagai dampak

dari kondisi ini, diharapkan mampu mendorong keterbukaan dan transparansi data,

serta mendukung sistem statistik nasional.

9 Rangkaian peraturan ini bisa dilihat di lembaran annex- Daftar Peraturan terkait Data Terpadu.

II. REFORMASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN DATA

7

A. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATA

Berdasarkan episode pengelolaan data kesejahteraan sosial dan kemiskinan yang

telah dijabarkan di Bab I, Indonesia mulai menata program kemiskinan berdasarkan

data pada tahun 2005. Pada saat yang sama dikenalkan program jaminan sosial dan

bantuan sosial yang menargetkan keluarga paling miskin (bantuan langsung tunai dan

bantuan bersyarat) sebagai upaya pengentasan kemiskinan melalui perubahan pola

pikir dengan memberi akses pendidikan, kesehatan, dan selanjutnya kegiatan

ekonomi.

Langkah besar ini dalam prosesnya kemudian melahirkan beberapa peraturan dan

perubahan peraturan untuk memandu kegiatan pengelolaan data, baik itu meliputi

siapa yang melaksanakan program kesejahteraan sosial, target penerima jaminan dan

bantuan sosial, fokus pelaksanaan pengentasan kemiskinan serta upaya-upaya

pelaksanaan melalui pendekatan wilayah9. Langkah ini dianggap penting sebagai pilar

perubahan program pengentasan kemiskinan yang berbasis fakta yang dikumpulkan

di DTKS, terarah dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan kearifan lokal

dan keadilan berbasis wilayah. Pada perkembangan terakhir, keluarlah Peraturan

Presiden nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia (SDI), yang pada intinya

mendorong semua kebijakan diambil berdasarkan data. Aturan ini menjadi acuan bagi

pelaksanaan dan pedoman penyelenggaraan tata kelola data, ketersediaan data yang

akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, mudah diakses dan

dibagipakaikan antar instansi baik di instansi pusat maupun daerah. Sebagai dampak

dari kondisi ini, diharapkan mampu mendorong keterbukaan dan transparansi data,

serta mendukung sistem statistik nasional.

9 Rangkaian peraturan ini bisa dilihat di lembaran annex- Daftar Peraturan terkait Data Terpadu.

II. REFORMASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN DATA

Page 16: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

14Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

8

Satu Data Indonesia adalah upaya Pemerintah

Indonesia dalam mendorong pengambilan kebijakan

berdasarkan data. Untuk mewujudukan hal tersebut,

maka diperlukan pemenuhan atas data pemerintah

yang akurat, mutakhir, terpadu, terintegrasi, mudah

diakses dan dapat dibagipakaikan kembali oleh

pengguna data.

Untuk memperkokoh SDI, maka dibentuklah kelembagaan SDI yang terdiri dari Dewan

Pengarah, Forum SDI, Pembina Data, Walidata dan Produsen Data. Setiap Instansi

Pusat hanya memiliki 1 (satu) unit kerja yang melaksanakan tugas Walidata. Sebagai

tindak lanjut, Menteri Sosial telah menetapkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020

tentang Walidata dan Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.10

B. MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMUTAKHIRAN DATA

Seiring dengan perubahan kebijakan yang memberi ruang lebih lebar kepada

Pemerintah Daerah dalam mengelola program kesejahteraan sosial, terutama

menyangkut keabsahan data penerima manfaat, maka terjadi beberapa

perubahan kebijakan baik pola verifikasi dan validasi data maupun rentang

waktu pemutakhiran data sesuai dengan dinamika perubahan data penduduk,

baik dalam hal demografi, status sosial ekonomi maupun mobilitas.

10 Untuk lebih lengkap mengenai Permensos ini akan dijabarkan di Bab III. Kelembagaan.

Satu Data Indonesia adalah upaya Pemerintah Indonesia dalam mendorong pengambilan kebijakan berdasarkan data.

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka diperlukan pemenuhan atas data pemerintah yang akurat, mutakhir, terpadu, terintegrasi, mudah diakses dan dapat dibagipakaikan kembali oleh pengguna data.

8

Satu Data Indonesia adalah upaya Pemerintah

Indonesia dalam mendorong pengambilan kebijakan

berdasarkan data. Untuk mewujudukan hal tersebut,

maka diperlukan pemenuhan atas data pemerintah

yang akurat, mutakhir, terpadu, terintegrasi, mudah

diakses dan dapat dibagipakaikan kembali oleh

pengguna data.

Untuk memperkokoh SDI, maka dibentuklah kelembagaan SDI yang terdiri dari Dewan

Pengarah, Forum SDI, Pembina Data, Walidata dan Produsen Data. Setiap Instansi

Pusat hanya memiliki 1 (satu) unit kerja yang melaksanakan tugas Walidata. Sebagai

tindak lanjut, Menteri Sosial telah menetapkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020

tentang Walidata dan Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.10

B. MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMUTAKHIRAN DATA

Seiring dengan perubahan kebijakan yang memberi ruang lebih lebar kepada

Pemerintah Daerah dalam mengelola program kesejahteraan sosial, terutama

menyangkut keabsahan data penerima manfaat, maka terjadi beberapa

perubahan kebijakan baik pola verifikasi dan validasi data maupun rentang

waktu pemutakhiran data sesuai dengan dinamika perubahan data penduduk,

baik dalam hal demografi, status sosial ekonomi maupun mobilitas.

10 Untuk lebih lengkap mengenai Permensos ini akan dijabarkan di Bab III. Kelembagaan.

Page 17: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

15Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

9

Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS-

NG) dirancang untuk mengelola data secara akurat dan

terpadu, sehingga mampu mengikuti dinamika perubahan

data di lapangan. Sistem ini dapat digunakan terpasang

(online) dan tidak terpasang (offline) sehingga membantu

pengambil keputusan di daerah maupun pusat dalam

menentukan sasaran penerima bantuan yang tepat karena

data diperbaharui secara cepat mulai dari hulu (pengumpul

data) sampai ke hilir (diseminasi dan pemanfaatan data)/

Tentu saja ini akan mendukung program pengentasan

kemiskinan berjalan dengan efektif, efisien, terintegrasi dan

termonitor dengan baik.

1. MEKANISME PENGELOLAAN DATA

Sebagai acuan bagi para pelaksana melakukan kegiatan verifikasi dan validasi

data di Kabupaten/Kota agar sesuai dengan mekanisme yang ditetapkan dalam

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011, Kementerian Sosial menerbitkan

Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum

Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang

Tidak Mampu. Peraturan ini tidak saja berlaku sebagai petunjuk pelaksanaan,

akan tetapi ditujukan juga agar data yang diperoleh merupakan data calon

Agar kegiatan verifikasi dan validasi berjalan dengan optimal, maka disusunlah

struktur organisasi fungsional sebagai acuan koordinasi dan rentang tugas di

daerah kabupaten/kota. Setiap unsur dalam organisasi mempunyai tugas,

tanggung jawab, wewenang, dan haknya masing-masing.

Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next Generation (SIKS-NG) dirancang untuk mengelola data secara akurat dan terpadu, sehingga mampu mengikuti dinamika perubahan data di lapangan. Sistem ini dapat digunakan terpasang (online) dan tidak terpasang (offline) sehingga membantu pengambil keputusan di daerah maupun pusat dalam menentukan sasaran penerima bantuan yang tepat karena data diperbaharui secara cepat mulai dari hulu (pengumpulan data) sampai ke hilir (diseminasi dan pemanfaatan data). Tentu saja ini akan mendukung program pengentasan kemiskinan berjalan dengan efektif, efisien, terintegrasi dan termonitor dengan baik.

Page 18: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

16Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

10

Struktur organisasi kegiatan Verifikasi dan Validasi di tingkat daerah

kabupaten/kota dipimpin oleh Bupati/walikota setempat dengan ketentuan

sebagai berikut (lihat bagan).

Gambar 2.1 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (1/5)

Gambar 2.1 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (1/5)

Page 19: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

17Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

Gambar 2.2 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (2/5)

Page 20: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

18Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

Gambar 2.3 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (3/5)

Page 21: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

19Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

Gambar 2.4 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (4/5)

Page 22: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

20Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

Gambar 2.5 Struktur organisasi kegiatan verifikasi dan validasi (5/5)

Page 23: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

21Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

15

2. PELAKSANAAN VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA

Untuk menjalankan kegiatan secara teratur dan sistematis sesuai program yang

telah dirancang, para petugas verifikasi dan validasi mengikuti pelatihan yang

disebut bimbingan teknis (bimtek). Kegiatan ini diawali dengan melakukan pre-

test (ujian sebelum memulai bimtek) dan post-test (ujian setelah bimtek). Tujuan

ujian tersebut untuk mengukur kemampuan para peserta sebelum dan setelah

bimtek. Selain itu, alat ini dapat membantu pelatih dalam memahami tingkat

pengetahuan peserta atas penugasannya sehingga bisa menyusun program

pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi para peserta. Dinas Sosial dapat

bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) setempat dalam pelaksanaan

bimtek tersebut.

Kegiatan verifikasi dan validasi data dimulai dengan menyusun daftar awal

sasaran (prelist). Daftar awal sasaran ini disusun berdasarkan Penetapan DTKS

periode terakhir, usulan rumah tangga baru, dan pendaftaran aktif masyarakat di

setiap daerah kabupaten/kota. Daftar tersebut disusun berdasarkan lokasi tempat

tinggal yang rinci dimulai dari kecamatan, desa/kelurahan/nama lain, rukun warga,

rukun tetangga, dan jalan.

Jika pelaksanaan kegiatan dilakukan secara manual, maka daftar prelist dicetak

oleh tim Pengolahan Data tingkat daerah kabupaten/kota dibawah pengawasan

Koordinator Daerah Kabupaten Kota dan diserahkan ke petugas pengumpul data.

Namun jika menggunakan aplikasi SIKS-Droid, maka daftar dikirim ke perangkat

telepon pintar petugas yang telah ditetapkan dan terdaftar di SIKS-NG. Langkah

berikutnya, petugas verifikasi dan validasi melakukan koordinasi dengan aparat

desa dalam menyiapkan musyawarah desa/kelurahan/nama lain11. Dalam

pertemuan itu dibahas jadwal pelaksanaan forum musyawarah dan teknis

penyebaran undangan kepada tokoh masyarakat, ketua rukun warga/rukun

tetangga, bhabinkamtibmas12 dan lain sebagainya. Pelaksanaan forum

11 Biasa disebut dengan Musyawarah Desa/Musyawarah Kelurahan atau

Musdes/Muskel. 12 Bhabinkamtibmas atau Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

adalah anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas membina keamanan dan ketertiban masyarakat. Bhabinkamtibmas ditunjuk selaku pembina keamanan dan ketertiban masyarakat di desa/ kelurahan binaanya.

Page 24: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

22Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

16

musyawarah di tingkat desa/kelurahan/nama lain diharapkan dapat dihadiri oleh

para tokoh masyarakat, aparat desa/ kelurahan/nama lain.

Gambar 2.6 Mekanisme Verval

Gambar 2.6. Mekanisme Verval

Page 25: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

23Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

17

Sebelum forum musyawarah desa/kelurahan dimulai, kegiatan didahului dengan

konsultasi publik13. Dalam pelaksanaannya kedua kegiatan ini bisa dilakukan

secara bersamaan. Kegiatan dalam konsultasi publik adalah:

a. Petugas verifikasi dan validasi memberi penjelasan kepada aparat desa/ketua

rukun warga/rukun tetangga tentang maksud dan tujuan verifikasi dan validasi.

b. Menjelaskan tentang Data Prelist yang dibawa petugas verifikasi dan validasi.

c. Menjelaskan tujuan Forum Musyawarah, yaitu:

1) untuk membahas dan memastikan keberadaan dan status data keluarga

penerima manfaat yang ada dalam daftar.

2) untuk menetapkan usulan baru keluarga penerima manfaat.

Forum Musyawarah Desa/Kelurahan dimulai dengan mendiskusikan data awal

(prelist) dan data usulan baru untuk mencapai kesepakatan atas daftar rumah

tangga DTKS akhir sebelum melakukan kunjungan ke lapangan. Hasil

Musyawarah ini didokumentasikan ke dalam Berita Acara Forum Musyawarah

yang ditandatangani oleh aparat desa/kelurahan/nama lain dan tokoh masyarakat

yang hadir. Daftar rumah tangga hasil kesepatakan musdes/muskel ini dikirimkan

ke Dinas Sosial kabupaten/kota untuk diperiksa dan ditetapkan sebagai prelist

akhir.

Berdasar prelist akhir, petugas verifikasi dan validasi melakukan kunjungan

lapangan dan wawancara langsung ke rumah tangga sasaran. Proses perekaman

data (data entri) saat kunjungan rumah tangga dilakukan dengan dua cara yaitu

metode CAPI14 menggunakan ponsel pintar dan metode PAPI15 menggunakan

kertas dan pena/pensil.

Pada saat melakukan rekaman data lewar wawancara dan verifikasi data yang

diperoleh dari variavel kuesionner DTKS, petugas juga mengumpulkan data

pendukung yang meliputi koordinat lokasi bumi rumah, durasi pelaksanaan

13 Mekanisme ini telah dilakukan oleh BPS di PBDT 2015 dan masih diadopsi sampai

sekarang. 14 Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI) adalah metode pengumpulan data

tatap muka dimana petugas lapangan/pewawancara menggunakan komputer (tablet) atau ponsel pintar untuk mencatat/merekam fakta-fakta yang didapat dari lapangan.

15 Pen-and-Paper Interviewing (PAPI) adalah metode pengumpulan data tatap muka dimana petugas lapangan/pewawancara mencatat fakta-fakta yang didapat dari lapangan pada kuesioner yang sudah dicetak pada kertas.

Page 26: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

24Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

18

wawancara, membuat foto kartu tanda penduduk, kartu keluarga, tampak depan

rumah, kamar, toilet, dapur, lantai dan atap.

Tahapan pengolahan data hasil kunjungan lapangan sebagai berikut: a. Memeriksa Data Hasil Kunjungan. Petugas Pengawas memeriksa

kelengkapan dan kebenaran data dan dokumen yang telah dikumpulkan.

b. Memperbaiki Data. Jika dalam pemeriksaan ditemukan rumah tangga yang

memiliki data tidak lengkap, tidak konsisten atau meragukan maka pengawas

meminta Pengumpul Data memperbaiki data tersebut. Perbaikan data dapat

dilakukan dengan kunjungan ulang ke rumah tangga tersebut.

c. Merekam dan Membersihkan Data. Pada metode pengumpulan data

dengan PAPI, Petugas Data Entri melakukan perekaman data hasil kunjungan

rumah tangga (dari kuesioner DTKS) ke dalam SIKS-NG Offline. Saat

perekaman data ini juga dilakukan pembersihan data (data cleansing).

Kegiatan data cleansing mencakup membersihkan data dari karakter yang

Gambar 2.7 Tahapan Forum Musyawarah

18

wawancara, membuat foto kartu tanda penduduk, kartu keluarga, tampak depan

rumah, kamar, toilet, dapur, lantai dan atap.

Tahapan pengolahan data hasil kunjungan lapangan sebagai berikut: a. Memeriksa Data Hasil Kunjungan. Petugas Pengawas memeriksa

kelengkapan dan kebenaran data dan dokumen yang telah dikumpulkan.

b. Memperbaiki Data. Jika dalam pemeriksaan ditemukan rumah tangga yang

memiliki data tidak lengkap, tidak konsisten atau meragukan maka pengawas

meminta Pengumpul Data memperbaiki data tersebut. Perbaikan data dapat

dilakukan dengan kunjungan ulang ke rumah tangga tersebut.

c. Merekam dan Membersihkan Data. Pada metode pengumpulan data

dengan PAPI, Petugas Data Entri melakukan perekaman data hasil kunjungan

rumah tangga (dari kuesioner DTKS) ke dalam SIKS-NG Offline. Saat

perekaman data ini juga dilakukan pembersihan data (data cleansing).

Kegiatan data cleansing mencakup membersihkan data dari karakter yang

Gambar 2.7 Tahapan Forum Musyawarah

18

wawancara, membuat foto kartu tanda penduduk, kartu keluarga, tampak depan

rumah, kamar, toilet, dapur, lantai dan atap.

Tahapan pengolahan data hasil kunjungan lapangan sebagai berikut: a. Memeriksa Data Hasil Kunjungan. Petugas Pengawas memeriksa

kelengkapan dan kebenaran data dan dokumen yang telah dikumpulkan.

b. Memperbaiki Data. Jika dalam pemeriksaan ditemukan rumah tangga yang

memiliki data tidak lengkap, tidak konsisten atau meragukan maka pengawas

meminta Pengumpul Data memperbaiki data tersebut. Perbaikan data dapat

dilakukan dengan kunjungan ulang ke rumah tangga tersebut.

c. Merekam dan Membersihkan Data. Pada metode pengumpulan data

dengan PAPI, Petugas Data Entri melakukan perekaman data hasil kunjungan

rumah tangga (dari kuesioner DTKS) ke dalam SIKS-NG Offline. Saat

perekaman data ini juga dilakukan pembersihan data (data cleansing).

Kegiatan data cleansing mencakup membersihkan data dari karakter yang

Gambar 2.7 Tahapan Forum Musyawarah

Page 27: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

25Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

19

tidak sesuai dan memperbaiki format data16. Data yang sudah bersih

dikirimkan kepada Penanggungjawab Data yang berada di Dinas Sosial

kabupaten/kota17.

d. Pemadanan NIK. Pada saat data terkirim ke SIKS-NG Online, maka sistem

secara otomatis memeriksa NIK dan Nama apakah tercatat di basis data

penduduk dan catatan sipil yang dikelola Direktorat Jenderal Kependudukan

dan Pencatatan Sipil (Ditjen Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri. Jika NIK

dan Nama tidak valid maka sistem akan menolak data tersebut dan

Pemerintah Daerah harus memperbaiki NIK dan Nama agar sesuai dengan

yang tercatat di basis data Ditjen Dukcapil.

e. Memeriksa Data secara Online. Melalui SIKS-NG Online,

Penanggungjawab Data Dinas Sosial kabupaten/kota melakukan

pemeriksaan data per rumah tangga, baik data rumah tangga yang telah

diperbaiki dari hasil kunjungan lapangan maupun data rumah tangga yang

merupakan usulan baru dari hasil musdes/muskel yang juga sudah

dikunjungi oleh petugas lapangan.

f. Mengirim Data dilengkapi dengan Surat Pengesahan dari Bupati /

Walikota. Data yang sudah diperiksa dan valid dikirimkan ke Pusat Data dan

Informasi Kesejahteraan Sosial (Pusdatin Kesos) Kementerian Sosial R.I

dengan mengunggah surat pengesahan usulan hasil verifikasi dan validasi

data yang ditanda-tangani oleh bupati/walikota. Pengiriman data ini

dilakukan melalui SIKS-NG Online.

16 Pada pengumpulan data dengan metode CAPI, proses data cleansing dilakukan

otomatis oleh aplikasi SIKS-Droid pada saat perekaman data di lapangan. 17 Pada SIKS-NG Offline data hasil pemutakhiran dikirimkan dengan cara mengekspor

data tersebut ke berkas dan kemudian mengirimkan berkas tersebut ke Dinsos kabupaten/kota untuk diunggah ke SIKS-NG Online, sedangkan pada SIKS-Droid data dikirimkan langsung ke SIKS-NG Online setelah data tersebut disetujui oleh Pengawas atau Koordinator Kecamatan.

Page 28: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

26Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

!

!!

! ! ! ! 20

Setelah data hasil veri�kasi dan validasi terkumpul di Pusdatin Kesos, dilanjutkan

dengan pengolahan data internal yang meliputi :

!"#$"%&'( )&*"+","-&./-0/12 1""-&3"4"&5"671&89-:9-0&;","-0"-!

!"#$"%&'(A&B7,%&C30/37.7""0&6"+"&10+3%0"7&

!

!!

! ! ! ! 20

Setelah data hasil veri�kasi dan validasi terkumpul di Pusdatin Kesos, dilanjutkan

dengan pengolahan data internal yang meliputi :

!"#$"%&'( )&*"+","-&./-0/12 1""-&3"4"&5"671&89-:9-0&;","-0"-!

!"#$"%&'(A&B7,%&C30/37.7""0&6"+"&10+3%0"7&

!

!!

! ! ! ! 20

Setelah data hasil veri�kasi dan validasi terkumpul di Pusdatin Kesos, dilanjutkan

dengan pengolahan data internal yang meliputi :

!"#$"%&'( )&*"+","-&./-0/12 1""-&3"4"&5"671&89-:9-0&;","-0"-!

!"#$"%&'(A&B7,%&C30/37.7""0&6"+"&10+3%0"7&

Page 29: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

27Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

21

3. PELAKSANAAN PEMUTAKHIRAN DATA 2017-2019

Dalam proses pemutakhiran data, maka ada 2 pihak yang terlibat, yaitu

Pemerintah Pusat (Kemensos) dan Pemerintah Daerah. Berikut peran masing-

masing pihak:

a. Pemerintah Pusat – Kementerian Sosial

Sejak tahun 2017 Kementerian Sosial melalui Pusat Data dan Informasi

Kesejahteraan Sosial mulai melakukan perbaikan data dengan melaksanakan

verifikasi dan validasi data. Pelaksanaan kegiatan ini diutamakan pada

kabupaten/kota yang belum pernah memutakhirkan data atau tidak memiliki

anggaran untuk pemutakhiran data.

Pelaksanaan verifikasi dan validasi data ini sudah mulai menggunakan metoda

CAPI (Computer-Assisted Personal Viewing) yaitu teknik pengumpulan data

dengan menggunakan perangkat berbasis Android. Hal ini merupakan

terobosan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan verifikasi dan validasi dari

segi ketepatan pemutakhiran data, efisiensi biaya dan waktu pelaksanaan,

serta pemantauan pelaksanaan yang bisa diandalkan.

1) Verifikasi dan Validasi DTKS Tahun 2017

a) Daftar awal (prelist) penerima program perlindungan sosial yang belum

terdaftar dalam DTKS sebanyak 2.537.183 keluarga.

b) Data usulan baru sebanyak 1% dari prelist untuk keluarga dan anggota

keluarga penerima manfaat Program Perlindungan Sosial di luar DTKS.

Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data Tahun 2017 adalah

pada 7 (tujuh) kabupaten pada 3 (tiga) Provinsi yaitu:

1. Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut);

2. Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap);

3. Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Malang, Kabupaten Kediri dan

Kabupaten Probolinggo).

Waktu pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah 4 (empat) bulan.

Page 30: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

28Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

22

2) Verifikasi dan Validasi DTKS Tahun 2018

Pada pelaksanaan tahun ini, pemutakhiran DTKS dilakukan berdasarkan

Peraturan Menteri Sosial No 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum

Mekanisme Verifikasi Dan Validasi Data Terpadu.

a) Daftar awal (prelist) DTKS dengan jumlah 1.225.750 rumah tangga.

b) Data usulan baru untuk rumah tangga dan anggota rumah tangga

Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu di luar DTKS sebanyak 10%

sesuai hasil musyawarah desa/kelurahan.

Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 7

(tujuh) provinsi dan 28 Kabupaten/Kota, yaitu:

1. Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh

2. Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh

3. Kota Langsa, Provinsi Aceh

4. Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh

5. Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

6. Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara

7. Kota Sibolga, Provinsi Sumatera Utara

8. Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera Utara

9. Kabupaten Batu bara, Provinsi Sumatera Utara

10. Kabupaten Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara

11. Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau

12. Kabupaten Kampar, Provinsi Riau

13. Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau

14. Kota Pekanbaru, Provinsi Riau

15. Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan

16. Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan

17. Kabupaten Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan

18. Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan

19. Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan

20. Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan

21. Kota Makasar, Provinsi Sulawesi Selatan

22. Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur

23. Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur

Page 31: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

29Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

23

24. Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur

25. Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur

26. Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur

27. Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat

28. Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat

Waktu pelaksanaan verifikasi dan validasi data ini adalah 5 (lima) bulan.

3) Verifikasi dan Validasi DTKS Tahun 2019

a) Data Prelist awal berasal dari data peserta Penerima Bantuan Iuran

Jaminan Kesehatan (PBI JK) sebanyak 929.866 Rumah Tangga pada

4.132 kelurahan.

b) Data usulan rumah tangga baru didapatkan dari pelaksanaan

musyawarah kelurahan.

Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 21

(dua puluh satu) provinsi dan 104 (Seratus Empat) Kabupaten/Kota18

dengan waktu pelaksanaa 4 (empat) bulan.

b. Pemerintah Daerah

Pemerintah Daerah melalui Dinas Sosial Kabupaten/Kota melakukan

verifikasi dan validasi DTKS menggunakan aplikasi SIKS-NG. Setiap

Kabupaten/Kota menunjuk Penanggung Jawab Data (Supervisor DTKS)

dengan menggunakan Surat Keputusan Kepala (SK) Dinas Sosial dan

mengirimkan SK tersebut ke Pusdatin Kesos.

Berdasarkan SK tersebut Pusdatin Kesos membuatkan akun Penanggung

Jawab Data dan mengirimkan informasi akun SIKS-NG Online ke Dinas

Sosial. Penanggung Jawab Data login ke SIKS-NG Online untuk melakukan

hal-hal berikut:

1) Jika Pemerintah Daerah melaksanakan verifikasi dan validasi data dengan

menggunakan SIKS-NG Offline maka Penanggung Jawab Data dapat

mengunduh daftar awal (prelist) rumah tangga untuk diserahkan kepada

Pengumpul Data di kecamatan/kelurahan/desa. Dokumen yang diunduh

18Daftar bisa dilihat di Annex

Page 32: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

30Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

24

dapat dibaca oleh aplikasi SIKS-NG Offline yang dimiliki para Pengumpul

Data.

2) mengunggah dokumen hasil verifikasi dan validasi data yang dikirimkan

oleh Petugas Pengumpul Data di kecamatan/kelurahan/desa yang

merupakan hasil ekspor dokumen dari SIKS-NG Offline. Untuk menjaga

keamanan data, dokumen hasil ekspor ini terenkripsi dan hanya bisa

dibaca melalui login pada SIKS-NG Offline.

3) Memeriksa hasil verifikasi dan validasi dengan melihat data setiap rumah

tangga yang telah diunggah lengkap dengan berita acara musdel/muskel.

Jika data rumah tangga dinyatakan valid maka Penanggung Jawab Data

akan mencentang rumah tangga tersebut.

4) Mengunduh lampiran surat pengesahan usulan19 hasil verifikasi dan

validasi data yang berisikan jumlah rumah tangga yang dimutakhirkan,

jumlah rumah tangga usulan baru, jumlah rumah tangga yang tidak

ditemukan.

5) Mengunggah surat pengesahan usulan hasil verifikasi dan validasi data

yang telah ditanda-tangani oleh bupati/walikota20.

19 Untuk surat pengesahan usulan dibuat oleh Dinsos masing-masing daerah dengan

lampiran yang diunduh dari SIKS-NG. 20 Pengembangan SIKS-NG ke depan, bupati/walikota dapat membubuhkan tanda-tangan

digital melalui modul aplikasi SIKS-NG Digisign yang akan segera dirilis.

Page 33: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

31Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

25

Berikut daftar Kabupaten/Kota yang paling aktif melakukan pemutakhiran

DTKS dalam rentang tahun 2017 hingga periode Bulan Oktober 2020.

No Nama Provinsi

Nama Kabupaten

Jumlah Perbaikan

Jumlah Usulan

Jumlah Nonaktif

Jumlah Verval

Jumlah DTKS

1 Keplualan Riau

Karimun 13.440 1.877 281 15.317 15.307

2 Jawa Timur

Kota Blitar 7.317 55 482 7.372 7.381

3 DKI Jakarta

Kota Jakarta Pusat

46.024 3.136 1.727 49.160 49.474

4 DKI Jakarta

Kota Jakarta Timur

88.219 722 1.338 88.941 89.897

5 DKI Jakarta

Kota Jakarta Utara

81.588 2 2.428 81.590 84.148

6 DKI Jakarta

Kota Jakarta Selatan

73.744 3.096 1.671 76.840 79.261

7 DKI Jakarta

Kota Jakarta Barat

61.380 3.340 1.268 64.720 66.883

8 DKI Jakarta

Kepuluan Seribu

1.884 - 15 1.884 1.979

9 Kalimantan Selatan

Hulu Sungai Utara

26.504 - 391 26.504 27.908

10 Kalimantan Timur

Berau 7.097 8 292 7.105 7.547

Tabel 2.1 Daftar Kab/Kota paling aktif dalam pemutakhiran DTKS

Page 34: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

32Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

26

C. PENINGKATAN KUALITAS DATA

Untuk meningkatkan kualitas data, ditetapkanlah beberapa strategi antara lain:

penyatuan, pemadanan, pembersihan, analisa dan pemantauan kualitas data.

1. JENIS DATA DAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN DATA

Saat ini terdapat tiga jenis data program bantuan sosial dan subsidi yang dikelola

oleh Kementerian Sosial, yaitu: data Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

(PBI JK), data keluarga penerima manfaat Program Sembako, dan data keluarga

penerima manfaat Program Keluarga Harapan (PKH).

a. Program PBI JK dikelola oleh Kementerian Kesehatan sedangkan data

penerima program tersebut dikelola oleh Kementerian Sosial. Berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 1/HUK/2020 tentang Penetapan

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Tahun 2020, jumlah penerima

PBI JK adalah 96.8 juta jiwa21.

b. Program Keluarga Harapan (PKH) dikelola oleh Direktorat Jenderal

Perlindungan dan Jaminan Sosial yang meliputi 18% penduduk termiskin. Total

jumlah keluarga penerima manfaat program ini adalah 10 juta keluarga.

c. Program Sembako dikelola oleh Direktorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin

(PFM) Kementerian Sosial. Total keluarga penerima manfaat Program

Sembako adalah 19,6 juta keluarga yang meliputi 28% penduduk termiskin

dengan realisasi sebanyak 19.090.735 KPM atau 97% per September 2020.

Di masa awal pengelolaan data bantuan sosial dan subsidi, pengelolaan data

tersebut dilakukan secara terpisah sehingga menimbulkan beberapa masalah,

yaitu:

a. Penetapan keluarga penerima bantuan sosial/subsidi yang tidak optimal

karena sulit untuk mengetahui suatu keluarga telah menerima program atau

subsidi apa saja.

21 Menurut Permensos No. 21 Tahun 2019 tentang Persyaratan dan Tata Cara Perubahan

Data Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, sumber data untuk perubahan kepesertaan PBI JK adalah dari Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.

Page 35: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

33Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

27

b. Variabel atau atribut data bantuan sosial atau subsidi yang tidak sinkron atau

tidak lengkap sehingga pemeringkatan tingkat kesejahteraan rumah tangga

peserta program tidak dapat dilakukan.

Oleh karena permasalahan diatas, maka data program bantuan sosial atau subsidi

disatukan dalam DTKS, termasuk pengelolaan data pada satu satuan kerja

pengelola data di Kementerian Sosial.

2. PENYATUAN DAN PEMADANAN DATA BANSOS DAN SUBSIDI DENGAN

DTKS

Tahun 2017 telah dilakukan pemadanan data Program Beras Sejahtera (Rastra) dan

BPNT (Bantuan Sosial Pangan/BSP)22, Program Keluarga Harapan (PKH) ke dalam

DTKS oleh Pusdatin Kesos. Dari hasil pemadanan terdapat 806.080 keluarga PKH

(yang juga merupakan penerima Rastra/BPNT) yang tidak terdaftar pada DTKS dan

97.597 keluarga Rastra/BPNT (yang bukan PKH) yang tidak terdaftar di DTKS.

Pemadanan data penerima PKH dengan DTKS dilakukan dengan membandingkan

data setiap Anggota Rumah Tangga (ART) DTKS dengan data pengurus dan

anggota keluarga PKH, sedangkan untuk data penerima Rastra/BPNT dan data PBI

JK dipadankan diantara data pengurus/penerima dengan data setiap ART DTKS.

Untuk pemadanan data program dengan DTKS saat ini menggunakan acuan NIK.

22 Saat ini Program Rastra dan BPNTmenjadi Program Sembako dengan pemberian bantuan

non tunai Rp. 200 ribu per keluarga perbulan yang digunakan untuk pembelian sembako.

Page 36: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

34Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

28

Gambar 2.10 Keterpadanan Data Program Bansos dan DTKS tahun 2017

Gambar 2.11 Hubungan ideal cakupan dan mekanisme update data KPM

program bansos dan DTKS

Idealnya, seluruh penerima PKH juga merupakan penerima Program BSP dan

seluruh BSP juga merupakan peserta program PBI JK. Sementara itu, seluruh

peserta PKH, BSP, dan PBI JK harus tercatat di DTKS. Oleh karena itu, untuk

menyatukan data seluruh program Bantuan sosial/subsidi maka ditetapkan

kebijakan bahwa penetapan peserta program bantuan sosial/subsidi harus

Page 37: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

35Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

29

berdasarkan DTKS dan semua peserta program yang berada di luar DTKS harus

diverifikasi dan didaftarkan masuk ke dalam DTKS.

Dengan terintegrasinya data PKH, Rastra/BPNT (BSP), PBI JK, dan DTKS, maka

pemutakhiran atau perubahan data yang dilakukan oleh masing-masing program

tersebut akan otomatis memperbaharui data pada DTKS. Sebaliknya pemutakhiran

DTKS akan otomatis memperbaharui data program bansos/subsidi. Dengan begitu,

DTKS menjadi satu Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang menjadi rujukan dalam

pelaksanaan program bantuan sosial dan subsidi nasional23.

Keuntungan lain yang didapat dari integrasi data bansos/subsidi dengan DTKS

adalah sesuainya variabel-variabel data bansos/subsidi dengan DTKS sehingga

pemeringkatan keluarga/rumah tangga penerima bansos/subsidi dapat dilakukan.

Untuk menghasilkan data terpadu, seluruh data

penerima manfaat beragam program yang

dikumpulkan harus dipindahkan terlebih dahulu agar

memiliki variabel data yang seragam. Nomor Induk

Kependudukan (NIK) digunakan sebagai variabel acuan

untuk menghasilkan data yamg akurat. Keterpaduan

data semua program pengentasan kemiskinan ini

merupakan solusi bagi pemutakhiran data dinamis dan

tepat sasaran.

Saat ini, metode pemeringkatan penerima manfaat menggunakan metode Proxy

Mean Test (PMT)24 yang memprediksi pengeluaran per kapita per rumah tangga.

PMT dibangun menggunakan data SUSENAS dengan atribut konsumsi

23 Hal ini selaras dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa data

penerima program (kemiskinan dan kesejahteraan sosial) mengacu pada data terpadu. 24 Istilah "proxy means test" digunakan untuk menggambarkan situasi dimana informasi tentang

karakteristik rumah tangga atau individu yang berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan digunakan dalam algoritma formal untuk merepresentasikan nilai pendapatan (definisi World Bank).

Untuk menghasilkan data terpadu, seluruh data penerima manfaat beragam program yang dikumpulkan harus dipindahkan terlebih dahulu agar memiliki variabel data yang seragam. Nomer Induk Kependudukan (NIK) digunakan sebagai variabel acuan untuk menghasilkan data yang akurat.Keterpaduan data semua program pengentasan kemiskinan ini merupakan solusi bagi pemutakhiran data dinamis dan tepat sasaran.

29

berdasarkan DTKS dan semua peserta program yang berada di luar DTKS harus

diverifikasi dan didaftarkan masuk ke dalam DTKS.

Dengan terintegrasinya data PKH, Rastra/BPNT (BSP), PBI JK, dan DTKS, maka

pemutakhiran atau perubahan data yang dilakukan oleh masing-masing program

tersebut akan otomatis memperbaharui data pada DTKS. Sebaliknya pemutakhiran

DTKS akan otomatis memperbaharui data program bansos/subsidi. Dengan begitu,

DTKS menjadi satu Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang menjadi rujukan dalam

pelaksanaan program bantuan sosial dan subsidi nasional23.

Keuntungan lain yang didapat dari integrasi data bansos/subsidi dengan DTKS

adalah sesuainya variabel-variabel data bansos/subsidi dengan DTKS sehingga

pemeringkatan keluarga/rumah tangga penerima bansos/subsidi dapat dilakukan.

Untuk menghasilkan data terpadu, seluruh data

penerima manfaat beragam program yang

dikumpulkan harus dipindahkan terlebih dahulu agar

memiliki variabel data yang seragam. Nomor Induk

Kependudukan (NIK) digunakan sebagai variabel acuan

untuk menghasilkan data yamg akurat. Keterpaduan

data semua program pengentasan kemiskinan ini

merupakan solusi bagi pemutakhiran data dinamis dan

tepat sasaran.

Saat ini, metode pemeringkatan penerima manfaat menggunakan metode Proxy

Mean Test (PMT)24 yang memprediksi pengeluaran per kapita per rumah tangga.

PMT dibangun menggunakan data SUSENAS dengan atribut konsumsi

23 Hal ini selaras dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 yang menyebutkan bahwa data

penerima program (kemiskinan dan kesejahteraan sosial) mengacu pada data terpadu. 24 Istilah "proxy means test" digunakan untuk menggambarkan situasi dimana informasi tentang

karakteristik rumah tangga atau individu yang berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan digunakan dalam algoritma formal untuk merepresentasikan nilai pendapatan (definisi World Bank).

Page 38: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

36Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

30

(pengeluaran) dan karakteristik rumah tangga yaitu demografi, pendidikan,

pekerjaan, pengeluaran, fasilitas rumah, dan kepemilikan aset.

Tabel 2.2 memperlihatkan kelompok dan nama variabel yang digunakan dalam

pembuatan model PMT. Tabel ini juga memperlihatkan cakupan variabel data

program bantuan sosial dan keterpadanan variabel tersebut dengan variabel DTKS

sebelum integrasi data dilakukan. Karena data tiap program memiliki variabel yang

berbeda atau tidak lengkap, maka pemeringkatan menggunakan metode PMT ini

sulit dibangun.

Grup Variabel Nama Variabel

Pengeluaran 1. Pengeluaran Perkapita

Demografi

1. Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga 2. Jumlah Anggota Rumah Tangga 3. Usia Kepala Rumah Tangga 4. Usia Anggota Rumah Tangga 5. Status Perkawinan Kepala Rumah Tangga 6. Jumlah Anggota Rumah Tangga Dengan Rentang

Usia Tertentu (Dependency Ratio)

Pendidikan 1. Pendidikan SD, SMP, SMA+: Anggota Rumah Tangga

Pekerjaan 1. Sektor Pekerjaan 2. Status Pekerjaan

Fasilitas Rumah

1. Jenis Lantai 2. Jenis Atap 3. Jenis Dinding 4. Penerangan Utama 5. Sumber Air Minum 6. Sanitasi 7. Status Kepemilikan Rumah

Kepemilikan Aset

1. Sepeda 2. Sepeda Motor 3. Kulkas 4. Perahu 5. Telepon Rumah

Spasial/Wilayah 1. Indeks kesulitan Geografis

Tabel 2.2 Kelompok nama dan variabel

30

(pengeluaran) dan karakteristik rumah tangga yaitu demografi, pendidikan,

pekerjaan, pengeluaran, fasilitas rumah, dan kepemilikan aset.

Tabel 2.2 memperlihatkan kelompok dan nama variabel yang digunakan dalam

pembuatan model PMT. Tabel ini juga memperlihatkan cakupan variabel data

program bantuan sosial dan keterpadanan variabel tersebut dengan variabel DTKS

sebelum integrasi data dilakukan. Karena data tiap program memiliki variabel yang

berbeda atau tidak lengkap, maka pemeringkatan menggunakan metode PMT ini

sulit dibangun.

Grup Variabel Nama Variabel

Pengeluaran 1. Pengeluaran Perkapita

Demografi

1. Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga 2. Jumlah Anggota Rumah Tangga 3. Usia Kepala Rumah Tangga 4. Usia Anggota Rumah Tangga 5. Status Perkawinan Kepala Rumah Tangga 6. Jumlah Anggota Rumah Tangga Dengan Rentang

Usia Tertentu (Dependency Ratio)

Pendidikan 1. Pendidikan SD, SMP, SMA+: Anggota Rumah Tangga

Pekerjaan 1. Sektor Pekerjaan 2. Status Pekerjaan

Fasilitas Rumah

1. Jenis Lantai 2. Jenis Atap 3. Jenis Dinding 4. Penerangan Utama 5. Sumber Air Minum 6. Sanitasi 7. Status Kepemilikan Rumah

Kepemilikan Aset

1. Sepeda 2. Sepeda Motor 3. Kulkas 4. Perahu 5. Telepon Rumah

Spasial/Wilayah 1. Indeks kesulitan Geografis

Tabel 2.2 Kelompok nama dan variabel

Page 39: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

37Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

31

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka proses integrasi diawali dengan proses

pemadanan data sesuai variabel yang seragam. Untuk melengkapi data yang

belum sempurna, dilakukan pemutakhiran data di lapangan.

3. PEMADANAN NIK DENGAN DATA PENDUDUK DAN CATATAN SIPIL

Selain dikelola oleh Kementerian Sosial, data penerima bansos/subsidi juga dikelola

oleh Kementerian/Lembaga lain. Contohnya data Program Indonesia Pintar dan

Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) dan data penerima subsidi listrik PLN yang dikelola

oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Agar proses integrasi

data penerima bansos/subsidi yang dikelola beberapa pihak dapat berjalan dengan

lancar, data ART DTKS dan data penerima bansos/subsidi harus dilengkapi dengan

data Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dikelola oleh Ditjen Kependudukan

dan Catatan Sipil (Ditjen Dukcapil), Kementerian Dalam Negeri.

Meskipun tidak semua NIK ART DTKS dan NIK data penerima bansos/subsidi

tercatat dalam DTKS, sejak akhir tahun 2017 Pusat Data dan Informasi Kesos dan

Ditjen Dukcapil melakukan pemadanan NIK DTKS bersama. Pada saat itu,

ditemukan sekitar 23 juta jiwa NIK ART DTKS yang belum dapat dipadankan

dengan data NIK Dukcapil (NIK invalid). Ketidakpadanan ini karena NIK ART DTKS

bernilai kosong atau NIK terisi tetapi tidak sesuai format NIK Ditjen Dukcapil.

Tahun 2019 inisiasi Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) KPK terkait

validitas NIK ART DTKS dimulai. Sejak itu, pemadanan NIK DTKS dengan data NIK

Ditjen Dukcapil dilakukan secara berkala. Hasil pemadanan tersebut

memperbaharui DTKS mulai pada penetapan DTKS periode Januari 2019 sampai

dengan penetapan DTKS periode Oktober 2020. Pada penetapan DTKS periode

Oktober 2019, jumlah ART DTKS dengan NIK belum padan berjumlah 18 juta jiwa,

jauh berkurang dari NIK yang tak padan di masa awal.

Sebagai upaya percepatan perbaikan NIK DTKS pada bulan Januari 2020,

Kemensos R.I meluncurkan modul perbaikan NIK mandiri pada SIKS-NG. Tujuan

modul perbaikan NIK mandiri adalah untuk mendukung Pemerintah Daerah

Kabupaten/ Kota dalam melakukan perbaikan NIK dan/atau nama sehingga orang-

orang yang terdaftar pada DTKS di wilayahnya sesuai dengan yang tercatat pada

Page 40: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

38Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

32

basis data Ditjen Dukcapil. Perbaikan data NIK dan Nama yang telah dilakukan oleh

Pemerintah Daerah sampai dengan bulan April 2020 telah berhasil mengurangi NIK

DTKS invalid menjadi 16 juta jiwa25.

4. PEMBERSIHAN DATA

Pembersihan data merupakan proses analisa kualitas data dengan cara mengubah,

mengoreksi, atau menghapus data yang salah, tidak lengkap, tidak akurat, atau

memiliki format yang salah dalam basis data untuk menghasilkan data berkualitas

tinggi.

Berikut beberapa langkah-langkah yang telah dilakukan dalam cleansing DTKS:

a. Pembersihan data duplikat. Proses ini untuk menjamin tidak adanya data

ganda dengan cara membandingkan atribut identifier (ID) yang unik seperti ID

DTKS, ID ART DTKS, atau NIK. Proses pembersihan data ini juga memperhatikan

atribut pengenal lain seperti nama dan susunan anggota keluarga.

b. Parsing. Proses mengurai data untuk membersihkan data dari karakter atau

string yang tidak seharusnya ada.

c. Analisis Statistik. Dalam proses ini digunakan nilai-nilai statistik deviasi

standar, rata-rata, jangkauan, atau algoritma clustering. Salah satu fokus

cleansing data di DTKS adalah mengimputasi26 nilai variabel yang tidak terisi

(null). Isian tidak masuk akal atau diluar nilai referensi diperbaiki dengan

mengimputasi (mengganti) nilai-nilai tersebut dengan nilai statistik rata-rata

atau lainnya dengan menggunakan metode statistik. Rincian berkenaan dengan

aturan pembersihan data, bisa dilihat di Annex.

5. ANALISA KUALITAS DATA

Analisa kualitas data dilakukan 2 arah: internal dan eksternal.

25 Saat ini, Pusdatin Kesos sedang melakukan perbaikan NIK dan data catatan sipil yang

invalid dengan turun ke lapangan. Perbaikan ini dilakukan terhadap 12.6 juta ART DTKS. Diharapkan, pada akhir tahun 2020 jumlah ART DTKS yang memiliki NIK dan data kependudukan yang valid akan menjadi di atas 90%.

26 Imputasi data adalah substitusi nilai perkiraan untuk item data yang hilang atau tidak

konsisten.

Page 41: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

39Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

33

a. Analisa Konsistensi Internal Kualitas DTKS

Untuk menjamin kualitas data, aspek pertama yang harus dipastikan adalah

konsistensi pengolahan data internal yang mengikuti peraturan dan standar

umum yang berlaku. Apalagi masih terdapat data rumah tangga yang belum

pernah dimutakhirkan oleh kabupaten/kota.

Adapun langkah-langkah atau proses pemeriksaan konsistensi internal dapat

dilakukan sebagai berikut

:

Gambar 2.12 Langkah-langkah proses pemeriksaan konsistensis

Gambar 2.12 Langkah-langkah proses pemeriksaan konsistensis

Page 42: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

40Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

34

b. Analisa Konsistensi Eksternal Kualitas DTKS

Setelah konsistensi internal terjamin, barulah dapat dilakukan Pemeriksaan

konsistensi eksternal27. Hal ini penting karena beberapa hal, yaitu:

1) Pengumpulan data dilakukan dengan mendelegasikan kegiatan enumerasi

sesuai SOP yang berlaku kepada Pemerintah Daerah masing-masing.

Kegiatan ini berpotensi menimbulkan variasi kualitas pengumpulan data

meskipun metode dan prosedur sudah mengikuti SOP yang sudah

ditetapkan.

2) Bila ditemukan masalah dalam konsistensi eksternal, dapat dilakukan

evaluasi prosedural untuk melihat prosedur apa yang dapat berkontribusi

pada munculnya isu tersebut sehingga bisa diberikan solusinya.

3) Tujuan utama pengumpulan data DTKS adalah mengumpulkan data rumah

tangga miskin dan tidak mampu agar status kesejahteraannya dapat

diprediksi. Karenanya aspek aplikabilitas model yang digunakan pada data

DTKS musti menjadi perhatian penting. Bila data DTKS memiliki perbedaan

yang signifikan dengan data yang digunakan untuk membangun model,

akan sangat sulit menentukan prediksi sehingga berpotensi mengurangi

ketepatan dan akurasi sasaran penerima program bantuan sosial.

Dalam lingkungan statistik di Indonesia, data SUSENAS dari BPS menjadi

panduan untuk data sosial ekonomi. Ada dua kegiatan utama yang

menggunakan data SUSENAS sebagai acuan dan pembanding:

1) Membandingkan distribusi variabel karakteristik rumah tangga x di

SUSENAS dengan distribusi variabel serupa di Sensus, untuk memastikan

dan meyakinkan akan keterwakilan populasi dalam SUSENAS.

2) Melakukan perbandingan distribusi variabel karakteristik x dalam DTKS

dengan SUSENAS. Karena DTKS hanya memiliki data rumah tangga

miskin, maka tidak dapat dibandingkan dengan distribusi keseluruhan

SUSENAS yang mencakup seluruh populasi nasional. Untuk itu perlu

ditetapkan porsi SUSENAS (contoh: 40% terbawah) sebagai

perbandingan dengan DTKS. Tingkat perbandingan akan berbeda-beda

untuk setiap kabupaten sesuai dengan tingkat kemiskinan dan

27 Maksud dari data eksternal adalah data yang diperoleh di luar data asli hasil kegiatan

enumerasi yang dilakukan oleh petugas pengumpul data.

Page 43: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

41Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

35

kerentanan, mengacu pada garis-garis kesejahteraan yang telah

diperhitungkan oleh BPS.

6. PEMANTAUAN KUALITAS DATA

Kegiatan pemantauan kualitas pada pelaksanaan verifikasi dan validasi DTKS

antara lain mengamati perkembangan, kemajuan pelaksanaan tahapan dan

mengidentifikasi permasalahan sehingga dapat diupayakan solusinya.

Tujuan pemantauan ini adalah menilai efektivitas pelaksanaan verifikasi dan validasi

data dan melihat kesesuaiannya dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis

yang telah ditentukan.

Pemantauan kualitas dalam pelaksanaan verifikasi dan validasi DTKS terdiri dari:

1) Pemantauan kualitas Pelaksanaan Bimbingan Teknis Petugas Verifikasi

dan Validasi Data

Kegiatan pemantauan ini adalah mengamati pelaksanaan bimbingan teknis

untuk memastikan pelaksanaan Bimbingan Teknis berjalan sesuai harapan dan

tujuan yang telah ditetapkan. Hal-hal yang diamati antara lain sarana dan

prasarana yang sesuai dengan kebutuhan bimbingan teknis, jumlah peserta tiap

kelas, materi yang disampaikan, dan waktu pelaksanaan serta kapasitas

narasumber.

2) Pemantauan kualitas Pelaksanaan Musyawarah Desa/ Kelurahan

Untuk mengetahui dan memastikan pelaksanaan musyawarah

desa/kelurahan/nama lain dapat terlaksana dan berjalan dengan lancar, maka

perlu dilakukan pemantauan kualitas. Pemantauan kualitas terhadap

musyawarah desa/kelurahan/nama lain mencakup pemeriksaan terhadap

persiapan, mengamati dan memeriksa undangan yang hadir serta proses

jalannya musyawarah desa/kelurahan/nama Lain. Tindakan supervisi dan

koreksi perlu dilakukan untuk memperbaiki pelaksanaan kegiatan ini. Teknik

pemantauan kualitas kegiatan ini hanya untuk wilayah-wilayah tertentu saja

sesuai kebijakan.

3) Pemantauan kualitas Kunjungan Rumah Tangga

Pemantauan kualitas pelaksanaan kunjungan rumah tangga dilakukan dengan

melakukan kunjungan ulang ke rumah tangga yang telah diverifikasi dan validasi

Page 44: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

42Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

36

oleh petugas pengumpul data. Kegiatan pemantauan ini meliputi pemeriksaan

kelengkapan jawaban kuesioner, membandingkan hasil verifikasi dan validasi

yang dilakukan oleh petugas pengumpul data dengan kondisi nyata di lapangan

yang dilihat dan diamati oleh Petugas Pemantauan Kualitas. Kesalahan yang

ditemukan dan perbaikannya harus disampaikan kepada para Petugas

Pengumpul Data.

Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Verifikasi dan Validasi DTKS menjadi

tanggung jawab Pemerintah Pusat, provinsi, dan daerah kabupaten/kota.

Kegiatan pemantauan kualitas kunjungan rumah tangga dilakukan pada masa

awal pelaksanaan kunjungan rumah tangga oleh Petugas Pengumpul Data. Hal

ini agar jika ditemukan permasalahan maka permasalahan tersebut dapat

diselesaikan pada tahap awal sehingga tidak merembet sampai kegiatan

pemutakhiran data selesaia.

D. METODE PENINGKATAN KUALITAS DATA

Ada beberapa teknik meningkatkan kualitas DTKS, antara lain menggunakan aplikasi

spesifik dalam pengumpulan dan pengelolaan data, memanfaatkan metode

statistical learning dan teknologi machine learning28 dan melakukan tindakan

pengamanan data.

1. Meningkatkan Kualitas Data Lewat Aplikasi Spesifik (SIKS-NG Offline dan

SIKS-Droid)

Kegiatan ini dilakukan dengan mendefinisikan dan menanamkan aturan/rule

validasi baik perfield/teks isian maupun antar field/teks isian pada aplikasi.

Sebagai hasilnya, misalnya petugas lapangan tidak dapat mengirimkan data

apabila variabel-variabel yang wajib diisi belum terisi lengkap atau apabila isian

pada suatu field tidak konsisten dengan field terkait lain. Variabel-variabel yang

wajib diisi bisa dilihat rinciannya di Annex Validasi Data Rumah Tangga.

28 Perbedaan mendasar antara machine learning dan statistical learning terletak pada tujuannya. Model

machine learning dirancang untuk membuat prediksi seakurat mungkin. Sementara model statistical learning dirancang untuk membuat kesimpulan dari hubungan antar variabel yang dikumpulkan dari fakta dan alasan.

Page 45: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

43Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

37

2. Pemanfaatan Statistical Learning dan Machine Learning

Hal yang menjadi perhatian utama dalam setiap penetapan sasaran program

adalah kriteria penerima manfaat yang akan mendapat bantuan sosial. Hingga

saat ini, metode yang digunakan untuk menentukan tingkat kesejahteraan rumah

tangga pada DTKS adalah Proxy Mean Test (PMT). Metode ini mengurutkan para

calon penerima manfaat berdasar pengeluaran (konsumsi) rumah tangga. Karena

pembuatan model PMT menggunakan teknik regresi linear (mengasumsikan

bahwa terdapat hubungan yang linear diantara variabel terikat PMT dengan

variabel pengeluaran rumah tangga padahal tidak selalu demikian), maka model

PMT yang dihasilkan masih memiliki rata-rata inclusion error dan exclusion error

sekitar 29%29.

Untuk mengurangi tingkat kesalahan tersebut perlu dilakukan terobosan dalam

pembangunan model analisis yaitu dengan menggunakan metode machine

learning30. Keunggulan metode machine learning antara lain mampu

menghimpun data dengan ukuran yang besar dan rumit dengan banyak algoritma

untuk menemukan pola tersembunyi dari data pembelajaran yang tersedia. Model

yang dihasilkan tidak selalu linear tapi mengikuti data pembelajaran yang

diberikan kepada algoritma terpilih. Kemudian, data yang dihimpunnya pun bukan

saja data berupa statistik atau angka, namun data berupa gambar. Dari hasil kajian

yang dilakukan oleh Pusdatin Kesos, penggunaan metode machine learning

dalam memprediksi pengeluaran rumah tangga menghasilkan rata-rata Inclusion

dan exclusion error lebih kurang sebesar 25% dan jika menggunakan metode

classification learning rata-rata error tersebut bisa tekan menjadi rata-rata 22%.

Pada tahun 2021, Pusdatin Kesos akan memanfaatkan data pengolahan citra

satelit, foto karakteristik rumah tangga yang sudah tersedia di SIKS-Droid dan

29 Inclusion Error adalah kesalahan pemodelan yang menyebabkan rumah tangga yang seharusnya

tidak berhak menerima manfaat justru menjadi penerima manfaat sedangkan exclusion error adalah kesalahan pemodelan yang menyebabkan rumah tangga yang seharusnya berhak menerima manfaat tidak menerimanya. Untuk mengatasi masalah Ini, sebelum penetapan penerima program, unit pelaksana melakukan validasi calon penerima program ke lapangan seperti yang dilakukan untuk program PKH.

30 Machine Learning adalah merupakan metode analisis data yang mengotomatisasi pembuatan model analitik yang merupakan aplikasi dari kecerdasan buatan (AI). Metode ini memungkinkan sistem dapat belajar dari data, mengidentifikasi pola, dan membuat keputusan dengan intervensi manusia yang minimal.

Page 46: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

44Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

38

data pendukung lainnya serta dipadukan dengan algoritma yang dimiliki machine

learning (seperti Deep Learning) untuk menganalisa data bagi penemuan pola

yang lebih akurat dalam menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga31.

Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam analisis machine learning maka

akan semakin meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang memiliki

tingkat ketepatan sasaran program yang tinggi dan menjadikan DTKS sebagai

rujukan utama yang dapat diandalkan secara nasional.

Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam

analisis machine learning, akan semakin

meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang

memiliki tingkat ketepatan sasaran program yang

tinggi dan menjadikan DTKS sebagai rujukan utama

yang dapat diandalkan secara nasional.

3. Keamanan Data

Keamanan data menjadi perhatian utama dalam pengembangan SIKS-NG,

mengingat DTKS berisikan data demografi dan sosial ekonomi rumah

tangga/keluarga dan individu yang harus dijaga kerahasiaannya.

Upaya yang dilakukan untuk mengamankan data antara lain:

a. Mendapatkan sertifikasi ISO 27001 di tahun 2019 untuk keamanan data: yaitu

melindungi dan memelihara kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi

serta mengelola dan mengendalikan risiko informasi.

b. Melakukan autentikasi pada saat login aplikasi dan menerapkan captcha,

sehingga hanya pengguna pemilik kewenangan yang dapat mengakses

sistem dan data. Teknik ini juga berguna untuk menghindari pengguna palsu

(bot).

31 Kajian lain yang dilakukan oleh Pusdatin Kesos adalah pemanfaatan metode Machine Learning dalam

membantu penentuan kelayakan calon penerima bantuan untuk mendapatkan program bantuan tertentu atau kelayakan suatu keluarga penerima manfaat untuk digraduasi/dikeluarkan dari suatu program bantuan tertentu.

Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam analisis machine learning, akan semakin meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang memiliki tingkat ketepatan sasaran program yang tinggi dan menjadikan DTKS sebagai rujukan utama yang dapat diandalkan secara nasional.

38

data pendukung lainnya serta dipadukan dengan algoritma yang dimiliki machine

learning (seperti Deep Learning) untuk menganalisa data bagi penemuan pola

yang lebih akurat dalam menentukan tingkat kesejahteraan rumah tangga31.

Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam analisis machine learning maka

akan semakin meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang memiliki

tingkat ketepatan sasaran program yang tinggi dan menjadikan DTKS sebagai

rujukan utama yang dapat diandalkan secara nasional.

Semakin banyak jenis data yang dipadukan dalam

analisis machine learning, akan semakin

meningkatkan akurasi dalam pembuatan model yang

memiliki tingkat ketepatan sasaran program yang

tinggi dan menjadikan DTKS sebagai rujukan utama

yang dapat diandalkan secara nasional.

3. Keamanan Data

Keamanan data menjadi perhatian utama dalam pengembangan SIKS-NG,

mengingat DTKS berisikan data demografi dan sosial ekonomi rumah

tangga/keluarga dan individu yang harus dijaga kerahasiaannya.

Upaya yang dilakukan untuk mengamankan data antara lain:

a. Mendapatkan sertifikasi ISO 27001 di tahun 2019 untuk keamanan data: yaitu

melindungi dan memelihara kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi

serta mengelola dan mengendalikan risiko informasi.

b. Melakukan autentikasi pada saat login aplikasi dan menerapkan captcha,

sehingga hanya pengguna pemilik kewenangan yang dapat mengakses

sistem dan data. Teknik ini juga berguna untuk menghindari pengguna palsu

(bot).

31 Kajian lain yang dilakukan oleh Pusdatin Kesos adalah pemanfaatan metode Machine Learning dalam

membantu penentuan kelayakan calon penerima bantuan untuk mendapatkan program bantuan tertentu atau kelayakan suatu keluarga penerima manfaat untuk digraduasi/dikeluarkan dari suatu program bantuan tertentu.

Page 47: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

45Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

39

c. Menerapkan standar pembangunan dan pemeliharaan aplikasi dengan 3

tahapan utama, yaitu pengembangan, uji coba dan produksi. Dengan

pembagian tahapan ini, masing-masing personil/bagian tidak saling

mengganggu pekerjaan bagian lainnya (segregation of duties).

d. Pembangunan SIKS-NG Middleware atau Service Bus untuk menjembatani

aplikasi utama (front-end) dengan komponen basis data (back-end). Setiap

aplikasi harus menggunakan API atau Web Service yang terdapat di Service

Bus dengan token tertentu untuk mengakses data. Dengan begitu, pengguna

tidak bisa mengakses basis data secara langsung.

e. Melakukan diagnosa dan analisis kerentanan aplikasi secara rutin dengan

menggunakan software khusus pemindai kerentanan aplikasi web. Setiap

sistem aplikasi yang ada di Kemensos harus lolos dalam pemindaian oleh

software tersebut sehingga sehingga keamanan sistem aplikasi tersebut dapat

dijamin.

f. Menerapkan akses terbatas pada Data Center tempat pengelolaan aplikasi

dan server DTKS. Pintu menuju Data Center dilengkapi dengan akses

biometrik. Hal ini dilakukan untuk melindungi data dari terobosan pihak tertentu

yang tidak diinginkan.

g. Menggunakan perangkat firewall32 untuk melindungi DTKS dari akses yang

tidak diijinkan baik ke jaringan, server, basis data maupun aplikasi. Firewall

dapat mengontrol semua lalu lintas jaringan yang keluar masuk secara sah.

E. BIMBINGAN TEKNIS SIKS-NG UNTUK PENGUATAN SDM PELAKSANA DI

DAERAH

Sumber Daya Manusia merupakan komponen utama dalam pelaksanaan

pemutakhiran DTKS. Karenanya, penguatan SDM secara berkala perlu dilakukan

seiring dengan perkembangan teknologi dan sistem pada SIKS-NG. Penguatan ini juga

perlu dilaksanakan mengingat rotasi petugas (supervisor dan operator) di daerah yang

relatif tinggi.

32 Firewall adalah sistem keamanan jaringan yang memantau dan mengontrol lalu lintas jaringan yang

masuk dan keluar berdasarkan aturan keamanan yang telah ditentukan sebelumnya.

Page 48: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

46Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

40

Penguatan SDM sudah dilakukan sejak Agustus tahun 2017 dalam berbagai kegiatan,

antara lain:

1. Training of Trainer (TOT) di Pusdatin Kesos. Pelaksanaan TOT dijadwalkan secara

rutin dan diinformasikan melalui halaman resmi https://e-sertifikat.kemsos.go.id

yang bertempat di kantor Pusdatin Kesos Jakarta. Durasi kegiatan TOT adalah 1

hari untuk setiap modul materi. Modul materi yang tersedia adalah SIKS-Droid,

SIKS-NG Online dan Offline, SIKS-NG Modul PBI, SIKS-NG Modul LKS dan SIKS-

NG Modul SLRT.

2. Penguatan SDM Supervisor dan Operator daerah yang dilakukan secara terpusat

di provinsi. Bimbingan teknis ini diikuti oleh petugas SIKS-NG dari perwakilan

provinsi dan kabupaten/kota. Waktu penyelenggaran selama dua hari dengan

materi33 kebijakan mekanisme verifikasi dan validasi DTKS, dan teknis penggunaan

aplikasi SIKS-NG serta dilengkapi dengan Forum Discussion Grup (FGD).

3. Penguatan SDM sesuai permintaan atau undangan (On Demand) pemerintah

kabupaten/kota. Pusdatin Kesos mengirim tenaga pelatih ke daerah untuk

memberikan pembekalan dan pendalaman SIKS-NG selama beberapa hari.

Selain materi teknis, juga diberikan materi yang berkaitan dengan moral dan integritas

para petugas untuk mendukung kualitas dan keakuratan data yang lebih baik. Hal ini

penting mengingat kualitas data yang dikumpulkan di lapangan sangat bergantung

pada peran para petugas dalam menjalankan amanah yang diembannya. Kejadian

tidak terduga seperti pengisian data fiktif tanpa kunjungan ke lapangan maupun

kesalahan input data merupakan masalah yang dapat terjadi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, maka strategi yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Pada saat Bimtek ditekankan kepada Pengawas untuk mendampingi Petugas

Pengumpul Data di awal pendataan agar kesalahan dapat berkurang.

2. Menilai kesesuaian pelaksanaan tiap tahap Verifikasi dan Validasi data di

lapangan dengan standar yang telah ditentukan34. Pemantauan dilakukan secara

periodik untuk setiap tahapan Verifikasi dan Validasi Data

33 Verivali= verifikasi dan validasi 34 Standar pelaksanaan kegiatan Pemantauan telah ditetapkan pada Lampiran Peraturan

Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Penanganan Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu.

Page 49: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

47Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

41

3. Pelaksanaan verifikasi dan validasi di lapangan dilakukan dengan menggunakan

aplikasi SIKS-NG berbasis Android (SIKS-Droid) sehingga dapat dicatat secara

rinci dan presisi sesuai fakta yang ada di lapangan.

F. MEKANISME DISEMINASI DAN PENGGUNAAN DATA

Data yang telah dikumpulkan, diolah, dianalisa dan ditetapkan oleh Menteri Sosial

selanjutnya dibagikan ke pihak-pihak yang berkepentingan untuk beragam tujuan.

Agar semua data dapat dimanfaatkan sesuai tujuannya dan tetap terjaga keakuratan

dan kerahasiaannya, ditetapkanlah mekanisme diseminasi dan penggunaan data.

1. Diseminasi Data

Diseminasi data merupakan bagian dari tugas Pusdatin Kesos yang tertuang dalam

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2017 tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial. Perubahan Permensos ini adalah

merupakan penajaman dari tata kelola data, sistem dan teknologi Informasi di

Kemensos dimana Pusdatin Kesos sebagai satuan kerja yang melakukan

pengelolaan dan diseminasi DTKS termasuk sistem dan Infrastruktur

penunjangnya.

Kegiatan diseminasi data mencakup penyebaran dan promosi data kepada para

pengguna atau pemangku kepentingan data (konsumen data) baik yang berada di

internal Kemensos maupun di luar Kemensos. Kegiatan ini juga mencakup layanan

konsultasi data untuk memahami makna dan cara pemanfaatan data. Konsumen

data DTKS meliputi Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, Lembaga

Legislatif, organisasi masyarakat, lembaga pendidikan dan lembaga internasional.

Tujuan diseminasi data adalah agar pengguna dan pemangku kepentingan dapat

memperoleh informasi yang akurat dan cepat mengenai DTKS dan dapat

memanfaatkannya sesuai dengan kebutuhan.

Dalam melakukan tugas diseminasi data DTKS, Pusdatin Kesos

menggunakan beberapa cara antara lain dengan memberikan layanan

permohonan penggunaan data, layanan konsultasi secara tatap muka langsung

maupun melalui layanan video conference dengan para konsumen data, layanan

pemanfaatan aplikasi pengolah dan analisis data (melalui SIKS-NG Modul Business

Page 50: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

48Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

42

Intellgence/BI), keikutsertaan dalam kegiatan pameran, penerbitan buku, leaflet,

booklet, dan poster DTKS, penyebaran informasi mengenai DTKS melalui sosilisasi,

rakor, media sosial, pembangunan dan pengembangan situs web Pusdatin35 dan

situs web DTKS36, serta melakukan kunjungan langsung ke Pemerintah Daerah.

Berikut adalah gambaran lengkap tentang bentuk diseminasi DTKS yang dilakukan

oleh Pusdatin Kesos.

a. Diseminasi DTKS melalui layanan permohonan penggunaan data

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin dan

Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolan Data Terpadu

Kesejahteraan sosial mengamanatkan bahwa data terpadu kesejahteraan sosial

merupakan sumber data utama dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial

yang dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan oleh

Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Keterpaduan

data dan komplementaris di antara program menjadi kunci efektivitas

penanganan fakir miskin dalam memberikan bantuan, subsidi dan/atau

pemberdayaan sosial.

Saat ini, DTKS telah banyak digunakan oleh berbagai kepentingan untuk

ketepatan sasaran program. Penetapan sasaran program diperlukan agar

perencanaan, pelaksanaan dan penganggaran program dapat menjadi lebih

fokus, terarah dan efisien, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dalam Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial, penggunaan DTKS oleh Kementerian/Lembaga,

Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat telah diatur mekanismenya, sebagai

berikut:

35 http://pusdatin.kemensos.go.id 36 http://dtks.kemensos.go.id

Page 51: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

49Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

43

NoNo. Pengguna Tujuan Penggunaan

1 Kementerian Sosial Program Bantuan Sosial Sembako/BPNT, BST,

PKH

2 Kementerian Energi dan

Sumber Daya Manusia

Subsidi Listrik

3 Kementerian Kesehatan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan

4 Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan

Program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu

Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah)

5 Kementerian Agama Program Indonesia Pintar

6 Kementerian Kelautan dan

Perikanan

Bantuan Sosial untuk nelayan miskin

7 Kementerian Desa, PDT

dan Transmigrasi

Program Penanggulangan Fakir Miskin di wilayah

pedesaan, alokasi dana desa, penyusunan peta

ketahanan dan kerentanan pangan, Bantuan

Langsung Tunai Dana Desa (BLT DD)

8 Kementerian

ketenagakerjaan

Kegiatan penurunan pekerja anak, publikasi

dalam rangka Hari Disabilitas Internasional

9 Baznas dan Rumah Zakat Program Penanganan Fakir Miskin

10 Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia

Penelitian

11 Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan

Rakyat

Program peningkatan kualitas rumah tidak layak

huni, grand design housing dan real estate

information system

12 Kementerian Koperasi dan

Usaha Kecil dan Menengah

Program Kelompok Usaha Bersama

13 Badan Pertanahan Nasional Program pembuatan sertifikat tanah bagi fakir

miskin

14 Badan Pengelola

Transportasi Jabodetabek

Subsidi transportasi warga Jakarta tepat sasaran

15 BPJS Ketenagakerjaan Program perikanan tangkap dan budidaya,

Subsidi Upah

16 Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional

Aplikasi SEPAKAT

Page 52: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

50Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

44

Tabel 2.3 Pemanfaatan DTKS oleh K/L

No Pengguna Tujuan Penggunaan

17 Kementerian Pertanian Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan

Pangan, Program Pengentasan Daerah Rentan

Rawan Pangan, Program bantuan petani miskin

18 Kementerian Dalam Negeri Penetapan Kebijakan Social Safety Net

Pemerintah Daerah

19 Badan Nasional

Penanggulangan Bencana

Kebijakan Program Jaring Pengaman Sosial

untuk masyarakat terdampak Covid-19

20 Badan Nasional Pengelola

Perbatasan

Lokasi prioritas pengelolaan batas wilayah

negara dan kawasan perbatasan

21 Kepolisian Penanganan masalah kesejahteraan sosial,

pemetaan wilayah penerima bantuan sosial

covid-19

22 Badan Pengawasan

Keuangan Pembagunan

Pemeriksaan

23 Badan Pemeriksa

Keuangan

Pemeriksaan

24 Komisi Pemberantasan

Korupsi

Pemetaan kondisi data dan rekomendasi

perbaikan bagi daerah

25 Kementerian Keuangan Alokasi anggaran dana desa, pemetaan basis

data perpajakan, Program Pembiayaan Ultra

Mikro, Program Pemulihan Ekonomi Nasional

(PEN)

26 Kementerian

Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak

Evaluasi Pelaksanaan Penyelenggaraan

Perlindungan Anak

27 Badan Informasi Geopasial Penyusunan konsep integrasi spasial statistic

28 Manajemen Pelaksana

Kartu Prakerja

Program Kartu Prakerja

29 Gugus Tugas Covid-19 Penentuan Program Bantuan Sosial Covid-19

30 Kementerian Koordinator

Bidang Pembangunan

Manusia dan Kebudayaan

Koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian

pelaksanaan bantuan social dan subsidi

Page 53: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

51Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

45

Hingga saat ini pemerintah daerah menggunakan DTKS untuk melakukan

pemutakhiran data dan pemberian bantuan. DTKS juga digunakan oleh

kementerian/lembaga untuk berbagai kepentingan perencanaan,

penganggaran, pembangunan dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Adapun Kementerian/Lembaga yang telah menggunakan DTKS serta

pemanfaatannya sebagaimana berikut:

Selain itu, saat ini Pusdatin Kesos tengah mengembangkan dashboard37 Business

Intelligence (SIKS-NG Modul BI) yang bertujuan untuk memfasilitasi Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota untuk mengakses data, mengekslorasi data dan

melakukan analisis data kemiskinan. Dashboard ini menampilkan variabel-

variabel DTKS yang disajikan dengan berbagai filter yang dapat dipilih sesuai

kebutuhan dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan dan

perencanaan program yang lebih tepat sasaran. Terobosan ini merupakan suatu

upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan DTKS oleh Organisasi Perangkat

Daerah (OPD). Lebih lanjut, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu telah

37 Dashboards adalah sebuah tampilan visualisai data yang menampilkan berbagai metriks, angka

ataupun data visual. Tujuan utama dashboards adalah membantu pemakai dalam membuat keputusan yang tepat dan cepat berdasarkan dari data yang ada.

Gambar 2.13 Pengajuan penggunaan DTKS Gambar 2.13 Pengajuan penggunaan DTKS

45

Hingga saat ini pemerintah daerah menggunakan DTKS untuk melakukan

pemutakhiran data dan pemberian bantuan. DTKS juga digunakan oleh

kementerian/lembaga untuk berbagai kepentingan perencanaan,

penganggaran, pembangunan dan penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Adapun Kementerian/Lembaga yang telah menggunakan DTKS serta

pemanfaatannya sebagaimana berikut:

Selain itu, saat ini Pusdatin Kesos tengah mengembangkan dashboard37 Business

Intelligence (SIKS-NG Modul BI) yang bertujuan untuk memfasilitasi Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota untuk mengakses data, mengekslorasi data dan

melakukan analisis data kemiskinan. Dashboard ini menampilkan variabel-

variabel DTKS yang disajikan dengan berbagai filter yang dapat dipilih sesuai

kebutuhan dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan dan

perencanaan program yang lebih tepat sasaran. Terobosan ini merupakan suatu

upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan DTKS oleh Organisasi Perangkat

Daerah (OPD). Lebih lanjut, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu telah

37 Dashboards adalah sebuah tampilan visualisai data yang menampilkan berbagai metriks, angka

ataupun data visual. Tujuan utama dashboards adalah membantu pemakai dalam membuat keputusan yang tepat dan cepat berdasarkan dari data yang ada.

Gambar 2.13 Pengajuan penggunaan DTKS

Page 54: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

52Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

46

meminta akses Dashboard SIKS-NG Modul BI dan akses penuh layanan BI telah

diberikan.

b. Diseminasi DTKS Melalui Layanan Konsultasi Tatap Muka Langsung Dan

Video Conference

Untuk mendukung dan memberikan pemahaman dan kesadaran stakeholder akan

manfaat DTKS yang lebih besar dalam perencanaan dan penganggaran

pembangunan, implementasi kebijakan, pelaksanaan kebijakan serta kepentingan

penelitian, Pusdatin Kesos melakukan layanan konsultasi data yang dilakukan baik

secara tatap muka maupun video conference. Diseminasi dengan cara datang

langsung ke Pusdatin Kesos dan melalui layanan video conference dilakukan

dengan mekanisme sebagai berikut:

1) Kementerian/Lembaga/Instansi mengirimkan surat permohonan konsultasi data

ke e-mail [email protected]. Pemohon wajib mencantumkan jenis

layanan konsultasi data, via video conference atau tatap muka, dan contact

person serta jadwal konsultasi.

2) Petugas layanan data memeriksa dan melaporkan surat permohonan konsultasi

data yang masuk kepada pejabat yang berwenang.

3) Pejabat berwenang menelaah surat permohonan konsultasi data yang masuk.

Jika disetujui, pejabat berwenang menentukan petugas yang akan menerima

pemohon. Jika tidak, petugas layanan data akan menginformasikan kepada

pemohon untuk memperbaiki atau menerima penjadwalan ulang konsultasi

data.

4) Petugas layanan data menyampaikan informasi persetujuan konsultasi data

kepada pemohon melalui media komunikasi.

5) Melaksanakan konsultasi data sesuai jenis layanan dan jadwal yang telah

ditentukan.

6) Pemohon mengisi form survei kepuasan layanan yang disampaikan oleh

petugas layanan data setelah sesi konsultasi berakhir.

7) Pemohon wajib menyerahkan form survei kepuasan layanan data yang telah diisi

kepada petugas layanan data.

Page 55: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

53Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

47

c. Diseminasi DTKS melalui keikutsertaan dalam kegiatan pameran

Pameran yang rutin diikuti oleh Pusdatin Kesos setiap tahun adalah pameran dalam

rangka memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN). Dalam

pameran ini Pusdatin Kesos menampilkan produk-produk Pusdatin Kesos. Selain

pameran HKSN, Pusdatin Kesos juga mengikuti pameran yang diselenggarakan

oleh Kementerian/Lembaga lainnya.

d. Diseminasi DTKS melalui penerbitan buku, leaflet, booklet, dan poster

Pada tahun 2020 terdapat beberapa produk yang telah diterbitkan oleh Pusdatin

Kesos diantaranya leaflet SIKS-DATAKU, leaflet SIKS-Droid, leaflet Metadata

Kesos, poster Alur Menu Perbaikan NIK, poster mekanisme verifikasi dan validasi

DTKS, poster Layanan Terpadu DTKS, hasil survei kepuasaan layanan data dan

booklet buku saku DTKS. Semua produk ini dapat diunduh melalui situs web DTKS.

e. Diseminasi DTKS melalui media sosial

Gambaran mengenai jumlah pengikut dan jumlah publikasi di media sosial disajikan

pada infografik berikut:

Media sosial merupakan salah satu media yang digunakan oleh Pusdatin Kesos

untuk mendiseminasikan DTKS secara cepat. Media sosial dimaksud adalah

Instagram (@pusdatinkesos), Facebook, Twitter (@pusdatinkesos), dan Youtube.

Twitter 987 pengikut

Facebook 2.786 pengikut

Instagram 10.000 pengikut

Youtube 1,2ribu pengikut

Tabel 2.4 Jumlah pengikut sosial media per November 2020

Tabel 2.4 Jumlah pengikut sosial media per November 2020

47

c. Diseminasi DTKS melalui keikutsertaan dalam kegiatan pameran

Pameran yang rutin diikuti oleh Pusdatin Kesos setiap tahun adalah pameran dalam

rangka memperingati Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional (HKSN). Dalam

pameran ini Pusdatin Kesos menampilkan produk-produk Pusdatin Kesos. Selain

pameran HKSN, Pusdatin Kesos juga mengikuti pameran yang diselenggarakan

oleh Kementerian/Lembaga lainnya.

d. Diseminasi DTKS melalui penerbitan buku, leaflet, booklet, dan poster

Pada tahun 2020 terdapat beberapa produk yang telah diterbitkan oleh Pusdatin

Kesos diantaranya leaflet SIKS-DATAKU, leaflet SIKS-Droid, leaflet Metadata

Kesos, poster Alur Menu Perbaikan NIK, poster mekanisme verifikasi dan validasi

DTKS, poster Layanan Terpadu DTKS, hasil survei kepuasaan layanan data dan

booklet buku saku DTKS. Semua produk ini dapat diunduh melalui situs web DTKS.

e. Diseminasi DTKS melalui media sosial

Gambaran mengenai jumlah pengikut dan jumlah publikasi di media sosial disajikan

pada infografik berikut:

Media sosial merupakan salah satu media yang digunakan oleh Pusdatin Kesos

untuk mendiseminasikan DTKS secara cepat. Media sosial dimaksud adalah

Instagram (@pusdatinkesos), Facebook, Twitter (@pusdatinkesos), dan Youtube.

Twitter 987 pengikut

Facebook 2.786 pengikut

Instagram 10.000 pengikut

Youtube 1,2ribu pengikut

Tabel 2.4 Jumlah pengikut sosial media per November 2020

Page 56: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

54Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

48

Media ini menginformasikan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Pusdatin

Kesos baik dalam bentuk narasi maupun dokumentasi kegiatan. Selain itu, dalam

media sosial juga ditampilkan video dan infografik yang berkaitan dengan kegiatan

Pusdatin Kesos.

f. Diseminasi melalui situs web

Berikut situs website yang telah dibangun untuk tujuan diseminasi informasi

DTKS:

1) Situs web Pusdatin Kesos (https://pusdatin.kemsos.go.id) yang

menampilkan informasi mengenai profil, kinerja, layanan Pusdatin Kesos

dan informasi publik.

2) Situs web DTKS (https://dtks.kemensos.go.id) yang menampilkan

sejarah DTKS, dasar hukum/regulasi, informasi terkini, dashboard data

tertentu, layanan data, helpdesk, berita dari daerah, dan informasi yang

berhubungan dengan DTKS.

3) Situs web Dashboard BI (https://dashboard.kemensos.go.id) yang

menyediakan alat analisa DTKS bagi Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota. Dashboard ini menyajikan DTKS dari berbagai sudut

pandang diantaranya pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Dashboard

Ini juga menyajikan data berdasarkan jenis kerentanan yaitu penyandang

disabilitas, anak dan lanjut usia.

g. Diseminasi dengan melakukan kunjungan ke Pemerintah Daerah

Kunjungan yang dilakukan oleh Pusdatin Kesos ke Pemerintah Daerah

yang berkenaan dengan diseminasi data adalah kegiatan sosialisasi

Dashboard Business Intelligence DTKS dan pembagian publikasi policy

brief (Ringkasan Kebijakan). Dalam kegiatan ini Pusdatin Kesos melakukan

sosialisasi manfaat Dashboard Business Intelligence DTKS, simulasi

penggunaan Dashboard Business Intelligence DTKS, dan sekaligus

memberikan akses kepada Pemerintah Daerah untuk dapat menggunakan

Dashboard Business Intelligence DTKS. Pada kegiatan kunjungan ini

Pusdatin Kesos juga telah menyiapkan policy brief yang merupakan

Page 57: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

55Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

49

analisis terhadap Dashboard Business Intelligence DTKS serta

rekomendasi kebijakan yang dapat digunakan dan ditindaklanjuti oleh

Pemerintah Daerah.

2. MEKANISME PENGGUNAAN DATA

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin dan

Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolan Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial mengamanatkan bahwa data terpadu kesejahteraan

sosial merupakan sumber data utama dalam penyelenggaraan kesejahteraan

sosial yang dilaksanakan secara terarah, terpadu, dan berkelanjutan oleh

Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

Keterpaduan data dan komplementar antar program menjadi kunci efektivitas

penanganan fakir miskin dalam memberikan bantuan, subsidi dan/atau

pemberdayaan sosial.

Saat ini, DTKS telah banyak digunakan oleh berbagai kepentingan untuk

ketepatan sasaran program. Penetapan sasaran program diperlukan agar

perencanaan, pelaksanaan dan penganggaran program dapat menjadi lebih

fokus, terarah dan efesien, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Dalam Permensos Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data Terpadu

Kesejahteraan Sosial, penggunaan DTKS oleh Kementerian/Lembaga,

Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat telah diatur mekanismenya, sebagai

berikut :

Page 58: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

56Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

50

2.5 Mekanisme Penggunaan DTKS

Hingga saat ini, DTKS tidak hanya dimanfaatkan oleh Dinas Sosial

Kabupaten/Kota dalam pemutakhiran data, akan tetapi juga digunakan oleh

organisasi, K/L dan masyarakat.

Adapun K/L yang telah menggunakan DTKS sebagai berikut :

1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk subsidi Listrik.

2. Kementerian Kesehatan untuk Penerima Bantuan Iuran Jaminan

Kesehatan (PBI JK).

3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama

untuk Kartu Indonesia Pintar.

Kementerian / Lembaga

Pemerintah Daerah Perangkat Daerah Masyarakat

1. Mengajukan

permohonan

tertulis kepada

Menteri

2. Menandatangani

Berita Acara

Serah Terima

Data dan

menerima data

3. Melaporkan

secara tertulis

hasil

pemanfaatan

data kepada

Menteri

1. Dinas / Instansi

Sosial mengajukan

permohonan

tertulis kepada

Menteri melalui

aplikasi SIKS-NG

2. Menandatangani

Berita Acara Serah

Terima Data dan

menerima data dari

aplikasi SIKS NG

3. Melaporkan secara

tertulis hasil

pemanfaatan data

kepada Menteri

1. Mengajukan

permohonan tertulis

kepada Dinas /

Instansi Sosial

2. Dinas/Instansi

Sosial menyiapkan

data dan membuat

Berita Acara Serah

Terima Data

3. Pemohon

menandatangani

Berita Acara Serah

Terima Data dan

menerima data

4. Hasil penggunaan

data oleh perangkat

daerah dilaporkan

kepada Menteri

1. Mengajukan

permohonan

tertulis kepada

Menteri

2. Menandatangani

Berita Acara Serah

Terima Data dan

menerima data

3. Melaporkan secara

tertulis hasil

pemanfaatan data

kepada Menteri

50

2.5 Mekanisme Penggunaan DTKS

Hingga saat ini, DTKS tidak hanya dimanfaatkan oleh Dinas Sosial

Kabupaten/Kota dalam pemutakhiran data, akan tetapi juga digunakan oleh

organisasi, K/L dan masyarakat.

Adapun K/L yang telah menggunakan DTKS sebagai berikut :

1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk subsidi Listrik.

2. Kementerian Kesehatan untuk Penerima Bantuan Iuran Jaminan

Kesehatan (PBI JK).

3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama

untuk Kartu Indonesia Pintar.

Kementerian / Lembaga

Pemerintah Daerah Perangkat Daerah Masyarakat

1. Mengajukan

permohonan

tertulis kepada

Menteri

2. Menandatangani

Berita Acara

Serah Terima

Data dan

menerima data

3. Melaporkan

secara tertulis

hasil

pemanfaatan

data kepada

Menteri

1. Dinas / Instansi

Sosial mengajukan

permohonan

tertulis kepada

Menteri melalui

aplikasi SIKS-NG

2. Menandatangani

Berita Acara Serah

Terima Data dan

menerima data dari

aplikasi SIKS NG

3. Melaporkan secara

tertulis hasil

pemanfaatan data

kepada Menteri

1. Mengajukan

permohonan tertulis

kepada Dinas /

Instansi Sosial

2. Dinas/Instansi

Sosial menyiapkan

data dan membuat

Berita Acara Serah

Terima Data

3. Pemohon

menandatangani

Berita Acara Serah

Terima Data dan

menerima data

4. Hasil penggunaan

data oleh perangkat

daerah dilaporkan

kepada Menteri

1. Mengajukan

permohonan

tertulis kepada

Menteri

2. Menandatangani

Berita Acara Serah

Terima Data dan

menerima data

3. Melaporkan secara

tertulis hasil

pemanfaatan data

kepada Menteri

Page 59: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

57Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

51

4. Kementerian Sosial untuk Program Keluarga Harapan, Program Sembako,

Sistem Layanan dan Rujukan Terpadu (SLRT) dan bantuan Pemerlu

Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).

5. BPJS Tenaga Kerja DKI Jakarta untuk program perikanan tangkap dan

budidaya.

6. Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek untuk subsidi transportasi

warga Jakarta tepat sasaran.

7. Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk warga miskin nelayan.

8. Kementerian Desa untuk program PFM di wilayah perdesaan.

9. Badan Amil Zakat Nasional untuk program PFM.

10. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk pemeriksaan.

11. Kementerian Pertanian untuk program bekerja.

12. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk

peningkatan kualitas rumah tidak layak huni.

13. Kementerian koperasi dan UKM untuk Kelompok Usaha Bersama.

14. Kepolisian untuk penanganan masalah kesejahteraan sosial.

15. Badan Pertanahan Nasional untuk pembuatan sertifikat tanah bagi fakir

miskin.

16. Kementerian Sosial dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah

Teringgal, dan Transmigrasi untuk penyaluran bantuan sosial Covid-19.

Dengan terintegrasinya semua data program pengentasan

kemiskinan, para pengambil keputusan mudah melakukan

kerjanya dalam menentukan program apa saja yang efektif

dan tepat sasaran dalam meningkatkan kesejahteraan

rakyat tanpa terkecuali.

Dengan terintegrasinya semua data program pengentasan kemiskinan, para pengambil keputusan mudah melakukan kerjanya dalam menentukan program apa saja yang efektif dan tepat sasaran dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat tanpa kecuali.

Page 60: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

58Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

52

Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial telah

menetapkan besaran tugas dan fungsi Kementerian Sosial yang

diimplementasikan melalui Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Kementerian Sosial.

Permensos ini merupakan pengganti dari Permensos Nomor 20 Tahun 2015

untuk mengakomodasi perkembangan dan dinamika kebijakan yang diturunkan

melalui berbagai peraturan seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011

tentang Penanganan Fakir Miskin yang mengamanatkan Kementerian Sosial

sebagai leading sector terkait pengelolaan data fakir miskin.

Menyimak perkembangan lebih lanjut dengan terbitnya Peraturan Presiden nomor

39 Tahun 2019 berkenaan Satu Data Indonesia (SDI) dan dengan dibentuknya

Lembaga SDI yang terdiri dari Dewan Pengarah, Forum SDI, Pembina Data,

Walidata dan Produsen Data, maka Menteri Sosial menindaklanjuti hal tersebut

dengan menerbitkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020 tentang Walidata dan

Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.

Pada Permensos tersebut disebutkan bahwa Walidata Bidang Kesejahteraan

Sosial dilaksanakan oleh unit kerja di Kementerian Sosial yang mempunyai tugas

dan fungsi data dan informasi kesejahteraan sosial yang saat ini dipegang oleh

Pusdatin Kesos dan mempunyai tugas:

1. mengumpulkan, memeriksa kesesuaian data, dan mengelola data yang

disampaikan oleh produsen data sesuai dengan prinsip Satu Data Indonesia;

2. menyebarluaskan data, Metadata, memberi Kode Referensi, dan Data Induk di

Portal Satu Data Indonesia; dan

3. membantu Pembina Data dalam membina Produsen Data.

Produsen Data merupakan seluruh unit kerja di Kementerian Sosial yang

menghasilkan data di bidang kesejahteraan sosial dan menyampaikan data

kepada Walidata.

III. Kelembagaan

52

Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial telah

menetapkan besaran tugas dan fungsi Kementerian Sosial yang

diimplementasikan melalui Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Kementerian Sosial.

Permensos ini merupakan pengganti dari Permensos Nomor 20 Tahun 2015

untuk mengakomodasi perkembangan dan dinamika kebijakan yang diturunkan

melalui berbagai peraturan seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011

tentang Penanganan Fakir Miskin yang mengamanatkan Kementerian Sosial

sebagai leading sector terkait pengelolaan data fakir miskin.

Menyimak perkembangan lebih lanjut dengan terbitnya Peraturan Presiden nomor

39 Tahun 2019 berkenaan Satu Data Indonesia (SDI) dan dengan dibentuknya

Lembaga SDI yang terdiri dari Dewan Pengarah, Forum SDI, Pembina Data,

Walidata dan Produsen Data, maka Menteri Sosial menindaklanjuti hal tersebut

dengan menerbitkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020 tentang Walidata dan

Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.

Pada Permensos tersebut disebutkan bahwa Walidata Bidang Kesejahteraan

Sosial dilaksanakan oleh unit kerja di Kementerian Sosial yang mempunyai tugas

dan fungsi data dan informasi kesejahteraan sosial yang saat ini dipegang oleh

Pusdatin Kesos dan mempunyai tugas:

1. mengumpulkan, memeriksa kesesuaian data, dan mengelola data yang

disampaikan oleh produsen data sesuai dengan prinsip Satu Data Indonesia;

2. menyebarluaskan data, Metadata, memberi Kode Referensi, dan Data Induk di

Portal Satu Data Indonesia; dan

3. membantu Pembina Data dalam membina Produsen Data.

Produsen Data merupakan seluruh unit kerja di Kementerian Sosial yang

menghasilkan data di bidang kesejahteraan sosial dan menyampaikan data

kepada Walidata.

III. Kelembagaan

52

Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial telah

menetapkan besaran tugas dan fungsi Kementerian Sosial yang

diimplementasikan melalui Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 14

Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Kementerian Sosial.

Permensos ini merupakan pengganti dari Permensos Nomor 20 Tahun 2015

untuk mengakomodasi perkembangan dan dinamika kebijakan yang diturunkan

melalui berbagai peraturan seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011

tentang Penanganan Fakir Miskin yang mengamanatkan Kementerian Sosial

sebagai leading sector terkait pengelolaan data fakir miskin.

Menyimak perkembangan lebih lanjut dengan terbitnya Peraturan Presiden nomor

39 Tahun 2019 berkenaan Satu Data Indonesia (SDI) dan dengan dibentuknya

Lembaga SDI yang terdiri dari Dewan Pengarah, Forum SDI, Pembina Data,

Walidata dan Produsen Data, maka Menteri Sosial menindaklanjuti hal tersebut

dengan menerbitkan Permensos Nomor 7 Tahun 2020 tentang Walidata dan

Produsen Data Bidang Kesejahteraan Sosial.

Pada Permensos tersebut disebutkan bahwa Walidata Bidang Kesejahteraan

Sosial dilaksanakan oleh unit kerja di Kementerian Sosial yang mempunyai tugas

dan fungsi data dan informasi kesejahteraan sosial yang saat ini dipegang oleh

Pusdatin Kesos dan mempunyai tugas:

1. mengumpulkan, memeriksa kesesuaian data, dan mengelola data yang

disampaikan oleh produsen data sesuai dengan prinsip Satu Data Indonesia;

2. menyebarluaskan data, Metadata, memberi Kode Referensi, dan Data Induk di

Portal Satu Data Indonesia; dan

3. membantu Pembina Data dalam membina Produsen Data.

Produsen Data merupakan seluruh unit kerja di Kementerian Sosial yang

menghasilkan data di bidang kesejahteraan sosial dan menyampaikan data

kepada Walidata.

III. Kelembagaan

Page 61: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

59Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

53

Tugas Produsen Data diantaranya:

1. memberikan masukan kepada Pembina Data dan Menteri atau kepala Instansi

Pusat mengenai Standar Data, Metadata, dan Interoperabilitas Data;

2. menghasilkan Data sesuai dengan prinsip Satu Data Indonesia;

3. menyampaikan Data dan Metadata kepada Walidata.

Data yang dihasilkan oleh Produsen Data harus memenuhi Standar Data, dilengkapi

dengan Metadata38 dan memenuhi kaidah Interoperabilitas39 Data serta

menggunakan Kode Referensi atau Data Induk.

Untuk mendapatkan data kesejahteraan sosial yang terpadu dan akurat secara

nasional, diperlukan strategi yang cermat baik di data utama dan data pendukung

kegiatan penanggulangan kemiskinan. Selanjutnya strategi itu memerlukan

penyempurnaan baik dari sisi organisasi, sumber daya, mekanisme pengelolaan

data beserta infrastruktur pendukungnya, dan pengelolaan sistem informasi

pengelola data yang handal di Kementerian Sosial.

Dengan mempertimbangkan kondisi empirik atas permasalahan, kebutuhan

untuk menangani keluasan cakupan, dan kekhususan tugas dan fungsi maka

dipandang perlu penataan organisasi dan tata kerja untuk mewadahi tugas dan

fungsi pengelolaan data di bidang kesejahteraan sosial serta Sistem dan

Teknologi Informasi pendukung proses bisnis kegiatan Kementerian Sosial yang

mencakup:

1. Pengelolaan pengembangan Teknologi Informasi (TI), infrastruktur TI, dan

sistem informasi kesejahteraan sosial;

2. Pengumpulan, pengolahan, dan penyajian DTKS; dan

3. Diseminasi DTKS yang meliputi rujukan, analisis, dan layanan serta

penyebarluasan data.

38 Metadata adalah informasi terstruktur yang mendeskripsikan, menjelaskan, menemukan, atau

setidaknya menjadikan suatu informasi mudah untuk ditemukan kembali, digunakan, atau dikelola. Metadata sering disebut sebagai data tentang data atau informasi tentang informasi.

39 Interoperabilitas dalam organisasi berkaitan dengan kemampuan sistem dan aplikasi IT yang berbeda untuk saling berkomunikasi. Dengan kata lain, perangkat yang ada nantinya mampu bertukar dan menginterpretasi data yang dibagikan satu sama lain.

Page 62: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

60Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

54

STRUKTUR ORGANISASI

Untuk menguatkan organisasi dan tata kerja Pusdatin Kesos, serta mendukung

pengelolaan data dan informasi secara terintegrasi sebagaimana diamanatkan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin, perlu

dilakukan penataan organisasi dan tata kerja Pusdatin Kesos. Untuk mewujudkan itu,

pada tahun 2017 Organisasi dan tata kerja Pusdatin Kesos mengalami perubahan

dengan menambahkan dan mengubah nomenklatur jabatan struktural.

Sesuai Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 20 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Sosial sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Sosial Nomor 14 Tahun 2017, pada pasal 629 (1) Pusat Data dan Informasi

Kesejahteraan Sosial di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri melalui

Sekretaris Jenderal.

Adapun Struktur Organisasi Pusdatin Kesos tersebut terdiri dari:

1. Kepala Pusdatin Kesos

2. Bagian Tata Usaha, mempunyai tugas melaksanakan administrasi pusat. Bagian

Tata Usaha terdiri dari 2 (dua) sub bagian yaitu Sub Bagian Perencanaan dan

Keuangan dan Sub Bagian Umum. Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi:

a. pelaksanaan urusan perencanaan kegiatan dan anggaran;

b. pelaksanaan urusan keuangan; dan

c. pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian, tata persuratan, kearsipan,

perlengkapan, dan rumah tangga

3. Bidang Pengelolaan Data, melaksanakan tugas penyusunan kebijakan teknis dan

pengelolaan data kesejahteraan sosial. Bidang Pengelolaan Data terdiri dari 2

(dua) sub bidang yaitu Sub Bidang Pengumpulan Data dan Sub Bidang

Pengolahan dan Penyajian Data. Bidang Pengelolaan Data mempunyai fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengelolaan data

kesejahteraan sosial; dan

b. pelaksanaan pengelolaan data kesejahteraan sosial.

4. Bidang Diseminasi Data, melaksanakan penyusunan kebijakan teknis dan

pelaksanaan diseminasi data kesejahteraan sosial. Bidang Diseminasi Data terdiri

dari 2 (dua) sub bidang yaitu Sub Bidang Layanan Data dan Sub Bidang Promosi

Data. Bidang Diseminasi Data mempunyai fungsi:

Page 63: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

61Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

55

a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang diseminasi data

kesejahteraan sosial; dan

b. pelaksanaan diseminasi data kesejahteraan sosial.

5. Bidang Pengelolaan Sistem dan Teknologi Informasi, mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan kebijakan teknis serta pengelolaan sistem dan

teknologi informasi. Bidang Pengelolaan Sistem dan Teknologi Informasi terdiri

dari 2 (dua) sub bidang yaitu Sub Bidang Pengelolaan Sistem Informasi dan Sub

Bidang Pengelolaan Teknologi Informasi. Bidang Pengelolaan Sistem dan

Teknologi Informasi mempunyai fungsi:

a. penyiapan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengelolaan sistem dan

teknologi informasi; dan

b. pelaksanaan pengelolaan sistem dan teknologi informasi.

Secara rinci Struktur Organisasi Pusdatin Kesos dapat dilihat pada Gambar 3.1

berikut:

Page 64: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

62Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

Gambar 3.1 Struktur Kelembagaan

Page 65: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

63Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

57

Untuk mewujudkan tujuan strategis Pusdatin Kesos,

dirancang sasaran kegiatan. Berupa peningkatan

meningkatkan kualitas Data Terpadu Kesejahteraan

Sosial yang lengkap, akurat, dan tepat waktu. Juga

terciptanya sistem informasi layanan data terpadu

kesejahteraan sosial yang andal.

Salah satu tujuan strategis Kementerian Sosial adalah meningkatkan layanan

yang berkualitas oleh pelaku penyelenggara kesejahteraan sosial yang

profesional. Dari tujuan tersebut dibagi menjadi dua sasaran strategis yang salah

satunya meningkatkan kualitas DTKS. Indikator kinerja sasaran strategis

meningkatkan kualitas DTKS adalah Persentase (%) K/L/D yang memanfaatkan

DTKS dalam penyelenggaraan program penanggulangan kemiskinan.

Mengacu kepada kebijakan Kementerian Sosial, maka kebijakan Pusdatin Kesos

dalam meningkatkan kualitas DTKS melalui strategi-strategi sebagai berikut:

1. Peningkatan kualitas sistem informasi kesejahteraan sosial;

2. Peningkatan kualitas instrumen DTKS yang memasukkan indikator

kemiskinan dan kerentanan multi dimensi, serta pengembangan metode

perangkingan penduduk yang konsisten dengan sistem graduasi masing-

masing program;

3. Pendampingan kepada Pemerintah Daerah untuk pengendalian mutu dalam

proses verifikasi dan validasi dari segi kelembagaan di daerah, kapasitas

sumber daya manusia, serta pengembangan sistem pendataan, melalui (i)

pemantauan kualitas data; (ii) Pemberian bimbingan teknis ke daerah

terhadap mekanisme verifikasi dan validasi data; (iii) Sosialiasi DTKS secara

internal maupun eksternal kelembagaan;

4. Peningkatan keaktifan Pemerintah Daerah serta memastikan pengalokasian

anggaran verifikasi dan validasi data terpadu kesejahteraan sosial, melalui (i)

penyusunan raport keaktifan pendataan untuk setiap daerah, rapor ditujukan

kepada Gubernur/Walikota/Bupati; (ii) Redefinisi keaktifan pemutakhiran

Untuk mewujudkan tujuan strategis Pusdatin Kesos, dirancang sasaran kegiatan. Berupa peningkatan meningkatkan kualitas Data Terpadu Kesejahteraan Sosial yang lengkap, akurat, dan tepat waktu. Juga terciptanya sistem informasi layanan data terpadu kesejahteraan sosial yang andal.

Page 66: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

64Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

58

DTKS agar aa batas minimal data yang harus dilakukan pemutakhiran oleh

daerah; (iii) Insentif yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang

sosial bagi daerah yang aktif melakukan pemutakhiran data;

5. Peningkatan integrasi data terpadu baik secara program maupun sistem,

khususnya dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik), sistem informasi

Administrasi Kependudukan (Adminduk), sistem informasi Kesehatan yang

dimiliki oleh BPJS Kesehatan, sistem informasi pelanggan PLN, serta basis

data lain yang terkait dengan penyelenggaraan program penanggulangan

kemiskinan dan perlindungan sosial;

6. Peningkatan tata kelola kelembagaan melalui penguatan fungsi Tim

Koordinasi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) untuk

berkoordinasi dengan perangkat daerah terkait dalam hal pendataan,

pengaduan, dan pemanfaatan DTKS.

Menjadi pengelola Data Kesejahteraan Sosial yang

profesional dan andal, berbasis sistem dan teknologi

informasi.

Menjadi pengelola Data Kesejahteraan Sosial yang profesional dan andal, berbasis sistem dan teknologi informasi

Page 67: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

65Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

59

Sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019, DTKS terdiri dari tiga

komponen data utama, yaitu Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial

(PPKS), Data Penerima Bantuan dan Pemberdayaan sosial serta data Potensi

Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Data ini dikelola dengan aplikasi Sistem

Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS-NG) dan menjadi sumber data utama dalam

penyaluran program-program bantuan dan pemberdayaan sosial, baik yang

diselenggarakan oleh Kementerian Sosial maupun Kementerian/Lembaga lain.

A. DTKS SEBAGAI SATU DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Dalam pelaksanaan jaring pengaman sosial, beberapa negara sudah membangun

Sistem Informasi Perlindungan Sosial (Social Protection Information

System/SPIS) sebagai sarana pengelolaan register sosial (Social Registries)

maupun register penerima bantuan sosial (Beneficiaries Registries).

Social Registries adalah sistem informasi yang mendukung penjangkauan,

penerimaan, pendaftaran populasi dan penentuan kelayakan untuk mendapatkan

program bantuan dan pemberdayaan sosial, sedangkan Beneficiaries Registries

merupakan sistem informasi yang mendukung penentuan sasaran, penyaluran

dan pemantauan program-program bantuan maupun pemberdayaan sosial.

Kedua sistem ini biasanya berjalan bersama dan saling mendukung dalam satu

kesatuan Social Protection Information System.

DTKS sebagai sumber data utama pelaksanaan program-program jaring

pengaman sosial di Indonesia beserta sistem pengelolanya SIKS-NG, dari yang

semula masih berupa Social Registries (periode 2005-2017), saat ini sudah

menjadi sebuah Social Protection Information System ditambah dengan sistem

informasi pengelola data PSKS yang berkaitan erat dengan pelaksanaan

kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, SIKS-NG terdiri dari 3 (tiga) sub sistem

utama yaitu sistem informasi pengelola populasi/data calon penerima bantuan

dan pemberdayaan sosial atau Register Sosial, sistem informasi pengelola data

IV. DESAIN BESAR DTKS DAN ARSITEKTUR SISTEM

59

Sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019, DTKS terdiri dari tiga

komponen data utama, yaitu Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial

(PPKS), Data Penerima Bantuan dan Pemberdayaan sosial serta data Potensi

Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Data ini dikelola dengan aplikasi Sistem

Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS-NG) dan menjadi sumber data utama dalam

penyaluran program-program bantuan dan pemberdayaan sosial, baik yang

diselenggarakan oleh Kementerian Sosial maupun Kementerian/Lembaga lain.

A. DTKS SEBAGAI SATU DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Dalam pelaksanaan jaring pengaman sosial, beberapa negara sudah membangun

Sistem Informasi Perlindungan Sosial (Social Protection Information

System/SPIS) sebagai sarana pengelolaan register sosial (Social Registries)

maupun register penerima bantuan sosial (Beneficiaries Registries).

Social Registries adalah sistem informasi yang mendukung penjangkauan,

penerimaan, pendaftaran populasi dan penentuan kelayakan untuk mendapatkan

program bantuan dan pemberdayaan sosial, sedangkan Beneficiaries Registries

merupakan sistem informasi yang mendukung penentuan sasaran, penyaluran

dan pemantauan program-program bantuan maupun pemberdayaan sosial.

Kedua sistem ini biasanya berjalan bersama dan saling mendukung dalam satu

kesatuan Social Protection Information System.

DTKS sebagai sumber data utama pelaksanaan program-program jaring

pengaman sosial di Indonesia beserta sistem pengelolanya SIKS-NG, dari yang

semula masih berupa Social Registries (periode 2005-2017), saat ini sudah

menjadi sebuah Social Protection Information System ditambah dengan sistem

informasi pengelola data PSKS yang berkaitan erat dengan pelaksanaan

kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, SIKS-NG terdiri dari 3 (tiga) sub sistem

utama yaitu sistem informasi pengelola populasi/data calon penerima bantuan

dan pemberdayaan sosial atau Register Sosial, sistem informasi pengelola data

IV. DESAIN BESAR DTKS DAN ARSITEKTUR SISTEM

59

Sesuai Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019, DTKS terdiri dari tiga

komponen data utama, yaitu Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial

(PPKS), Data Penerima Bantuan dan Pemberdayaan sosial serta data Potensi

Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Data ini dikelola dengan aplikasi Sistem

Informasi Kesejahteraan Sosial (SIKS-NG) dan menjadi sumber data utama dalam

penyaluran program-program bantuan dan pemberdayaan sosial, baik yang

diselenggarakan oleh Kementerian Sosial maupun Kementerian/Lembaga lain.

A. DTKS SEBAGAI SATU DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Dalam pelaksanaan jaring pengaman sosial, beberapa negara sudah membangun

Sistem Informasi Perlindungan Sosial (Social Protection Information

System/SPIS) sebagai sarana pengelolaan register sosial (Social Registries)

maupun register penerima bantuan sosial (Beneficiaries Registries).

Social Registries adalah sistem informasi yang mendukung penjangkauan,

penerimaan, pendaftaran populasi dan penentuan kelayakan untuk mendapatkan

program bantuan dan pemberdayaan sosial, sedangkan Beneficiaries Registries

merupakan sistem informasi yang mendukung penentuan sasaran, penyaluran

dan pemantauan program-program bantuan maupun pemberdayaan sosial.

Kedua sistem ini biasanya berjalan bersama dan saling mendukung dalam satu

kesatuan Social Protection Information System.

DTKS sebagai sumber data utama pelaksanaan program-program jaring

pengaman sosial di Indonesia beserta sistem pengelolanya SIKS-NG, dari yang

semula masih berupa Social Registries (periode 2005-2017), saat ini sudah

menjadi sebuah Social Protection Information System ditambah dengan sistem

informasi pengelola data PSKS yang berkaitan erat dengan pelaksanaan

kesejahteraan sosial. Dengan kata lain, SIKS-NG terdiri dari 3 (tiga) sub sistem

utama yaitu sistem informasi pengelola populasi/data calon penerima bantuan

dan pemberdayaan sosial atau Register Sosial, sistem informasi pengelola data

IV. DESAIN BESAR DTKS DAN ARSITEKTUR SISTEM

Page 68: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

66Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

60

penerima bantuan dan pemberdayaan sosial atau beneficiaries registries dan

sistem informasi pengelola data PSKS. Data yang dikelola oleh SIKS-NG ini

menjadi sumber data utama dalam penyaluran program-program bantuan dan

pemberdayaan sosial baik yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial

maupun Kementerian/Lembaga lain.

Gambar 4.1 Tiga Kelompok Data dalam DTKS

Secara lebih rinci lagi, komponen-komponen DTKS tersebut terdiri dari :

1. Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), meliputi:

a. PPKS dalam rumah tangga yang berupa:

• Fakir miskin, adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber

mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi

tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak

bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

• Orang Tidak Mampu, adalah orang yang mempunyai sumber mata

pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan

dasar yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan

keluarganya.

Kedua data sudah mulai dikumpulkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun

2005 dan mulai berjalan menjadi social registries sejak tahun 2011 dan

dimutakhirkan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Sejak tahun 2017 mulai dikelola

dengan SIKS-NG yang memungkinkan dinas sosial kabupaten/kota dapat

melakukan pemutakhiran data maupun pengusulan rumah tangga miskin baru

setiap saat secara online.

60

penerima bantuan dan pemberdayaan sosial atau beneficiaries registries dan

sistem informasi pengelola data PSKS. Data yang dikelola oleh SIKS-NG ini

menjadi sumber data utama dalam penyaluran program-program bantuan dan

pemberdayaan sosial baik yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial

maupun Kementerian/Lembaga lain.

Gambar 4.1 Tiga Kelompok Data dalam DTKS

Secara lebih rinci lagi, komponen-komponen DTKS tersebut terdiri dari :

1. Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS), meliputi:

a. PPKS dalam rumah tangga yang berupa:

• Fakir miskin, adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber

mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi

tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak

bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

• Orang Tidak Mampu, adalah orang yang mempunyai sumber mata

pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan

dasar yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan

keluarganya.

Kedua data sudah mulai dikumpulkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun

2005 dan mulai berjalan menjadi social registries sejak tahun 2011 dan

dimutakhirkan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Sejak tahun 2017 mulai dikelola

dengan SIKS-NG yang memungkinkan dinas sosial kabupaten/kota dapat

melakukan pemutakhiran data maupun pengusulan rumah tangga miskin baru

setiap saat secara online.

Page 69: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

67Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

61

Gambar di bawah ini memperlihatkan mekanisme pemutakhiran rumah tangga

DTKS. Masing-masing alur proses dijelaskan sebagai berikut:

1. Supervisor atau Penanggung Jawab Data Dinas Sosial Kabupaten/Kota

mengunduh prelist rumah tangga untuk disimpan pada SIKS-NG Offline atau

mempublikasikan data rumah tangga ke petugas lapangan melalui SIKS-

Droid.

2. Prelist rumah tangga DTKS dibawa ke Musdes/Muskel untuk didiskusikan

kelayakan rumah tangga tersebut dalam DTKS.

3. Musdes/Muskel juga menerima pendaftaran rumah tangga miskin baru.

4. Petugas lapangan mengunjungi rumah tangga hasil musdes/muskel.

Kunjungan ini bisa menggunakan SIKS-Droid atau SIKS-NG Offline.

5. Hasil pemutakhiran data dikirimkan ke kabupaten/kota yang selanjutnya

disahkan dengan tanda tangan kepala daerah. Sebelum disahkan, melalui

SIKS-NG Online Penanggung Jawab Data/Supervisor memeriksa data dan

mencetak lampiran surat pengesahan. Proses pemeriksaan data ini didahului

dengan pemeriksaan NIK setiap individu secara otomatis oleh sistem ke data

Dukcapil.

6. Usulan hasil pemutakhiran data dikirimkan ke Kemensos (Pusdatin Kesos)

melalui SIKS-NG Online.

7. Pusdatin Kesos melakukan pengolahan data dengan merujuk ke data

administratif K/L lain seperti BPJS Kesehatan dan Ditjen Dukcapil.

Pengolahan data ini meliputi pemeringkatan rumah tangga DTKS.

8. Kemensos menerbitkan Surat Keputusan penetapan DTKS. DTKS hasil

penetapan ini digunakan untuk bantuan dan pemberdayaan sosial.

Page 70: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

68Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

62

Gambar 4.2 Mekanisme Pemutakhiran Data Rumah Tangga DTKS

b. PPKS di luar rumah tangga

• Anak terlantar

• Anak balita terlantar

• Anak yg memerlukan pengembangan fungsi sosial

• Anak jalanan

• Anak yang memerlukan perlindungan khusus

• Lanjut usia terlantar

• Penyandang disabilitas

• Korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

• Warga negara Indonesia migran korban perdagangan orang

• Korban trafficking

• Korban tindak kekerasan

• Bekas narapidana terorisme

• Wanita tuna susila

• Orang dengan HIV/AIDS

• Gelandangan

• Pengemis

• Kelompok minoritas

• Korban bencana alam

musyawarah desa/kelurahan

2. prelist data DTKS

Pemutakhiran data berbasis komunitas dgn pendaftaran

aktif masyarakat (SIKS-Droid)SLRT/Kantor Desa/Kelurahan/Dinsos

5. pengesahan kab/kota

Pemda prop/kab/kota Kecamatan Desa/Kelurahan/RW/RT

SK Bupati4. visit

16 unduh prelistvia SIKS-NG

DATA ADM

Dj Dukcapil

Kemendikbud

Dj Pajak

BPJS-Kes

BPJS-TK

BKN7. Pertukaran data

kunjungan rumah tangga(PSKS/petugas Desa)

3. daftar aktif

TOP 99Inovasi Pelayanan

Publik 2019

ISO 27001Information Security

Management

Satu Data Kesejahteraan Sosial DTKSBansos

& Dayasos

8. SK Mensos DTKS

62

Gambar 4.2 Mekanisme Pemutakhiran Data Rumah Tangga DTKS

b. PPKS di luar rumah tangga

• Anak terlantar

• Anak balita terlantar

• Anak yg memerlukan pengembangan fungsi sosial

• Anak jalanan

• Anak yang memerlukan perlindungan khusus

• Lanjut usia terlantar

• Penyandang disabilitas

• Korban penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya

• Warga negara Indonesia migran korban perdagangan orang

• Korban trafficking

• Korban tindak kekerasan

• Bekas narapidana terorisme

• Wanita tuna susila

• Orang dengan HIV/AIDS

• Gelandangan

• Pengemis

• Kelompok minoritas

• Korban bencana alam

musyawarah desa/kelurahan

2. prelist data DTKS

Pemutakhiran data berbasis komunitas dgn pendaftaran

aktif masyarakat (SIKS-Droid)SLRT/Kantor Desa/Kelurahan/Dinsos

5. pengesahan kab/kota

Pemda prop/kab/kota Kecamatan Desa/Kelurahan/RW/RT

SK Bupati

4. visit

16 unduh prelistvia SIKS-NG

DATA ADM

Dj Dukcapil

Kemendikbud

Dj Pajak

BPJS-Kes

BPJS-TK

BKN7. Pertukaran data

kunjungan rumah tangga(PSKS/petugas Desa)

3. daftar aktif

TOP 99Inovasi Pelayanan

Publik 2019

ISO 27001Information Security

Management

Satu Data Kesejahteraan Sosial DTKSBansos

& Dayasos

8. SK Mensos DTKS

Page 71: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

69Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

63

• Korban bencana sosial

• Perempuan rawan sosial ekonomi

• Keluarga yang memiliki masalah psikososial

• Komunitas adat terpencil

c. Penerima Bantuan dan Pemberdayaan Sosial

• Penerima Program Keluarga Harapan (PKH)

• Penerima Bantuan Program Sembako (BPNT & Rastra)

• Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI-JK)

• Penerima Bantuan Sosial Tunai (BST)

• Penerima Bantuan Rehabilitasi Sosial Anak, Lanjut Usia, Penyandang

Disabilitas, Tuna Sosial, KPO, Napza

• Penerima Bantuan Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT)

• Penerima Bantuan Bencana Sosial & Alam

• Penerima Program Indonesia Pintar (PIP)

• Penerima Program Bidik Misi

• Penerima Program Subsidi Listrik

2. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)

a. PSKS Perseorangan

• Pekerja Sosial

• Asisten Pekerja Sosial

• Pendamping Sosial

• Pekerja Sosial Masyarakat

• Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan

• Taruna Siaga Bencana

• Penyuluh Sosial Masyarakat

• Tenaga Pelopor Perdamaian

b. PSKS Keluarga

• KPM program bantuan sosial yang sudah mampu

• Keluarga yang mampu dan mau berkontribusi

c. PSKS Lembaga

• Karang Taruna

• Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga

• Lembaga Peduli Keluarga

Page 72: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

70Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

64

Data PSKS dan PPKS di Lembaga Kesejahteraan Sosial selanjutnya akan divalidasi

dan ditetapkan dalam DTKS sehingga bisa menjadi calon penerima bantuan dan

pemberdayaan sosial.

Gambar di bawah ini memperlihatkan alur pendaftaran PSKS dan PPKS di luar

rumah tangga. Pendaftaran dimulai dari PSKS yang digambarkan dalam kotak

merah di sebelah kiri. Tergantung jenisnya, pendaftaran PSKS baik berupa lembaga

maupun non lembaga dilakukan secara mandiri (secara online) atau oleh satuan

kerja terkait di Kementerian Sosial.

Gambar 4.2 Skema pendataan PSKS dan PPKS yang tinggal di luar rumah tangga

Setelah PSKS didaftarkan (dengan proses verifikasi berjenjang dari dinas sosial

kabupaten/kota sampai ke satuan kerja Kemensos terkait, PSKS yang berbentuk

lembaga yang memiliki penerima manfaat (PM) akan mendaftarkan para penerima

manfaat di lembaga mereka dengan login ke akun SIKS-NG. Selanjutnya, PPKS

yang sudah terdaftar dapat diusulkan untuk menerima bantuan melalui lembaga

kesejahteraan sosial tempat mereka bernaung. Diharapkan dengan mekanisme ini

64

Data PSKS dan PPKS di Lembaga Kesejahteraan Sosial selanjutnya akan divalidasi

dan ditetapkan dalam DTKS sehingga bisa menjadi calon penerima bantuan dan

pemberdayaan sosial.

Gambar di bawah ini memperlihatkan alur pendaftaran PSKS dan PPKS di luar

rumah tangga. Pendaftaran dimulai dari PSKS yang digambarkan dalam kotak

merah di sebelah kiri. Tergantung jenisnya, pendaftaran PSKS baik berupa lembaga

maupun non lembaga dilakukan secara mandiri (secara online) atau oleh satuan

kerja terkait di Kementerian Sosial.

Gambar 4.2 Skema pendataan PSKS dan PPKS yang tinggal di luar rumah tangga

Setelah PSKS didaftarkan (dengan proses verifikasi berjenjang dari dinas sosial

kabupaten/kota sampai ke satuan kerja Kemensos terkait, PSKS yang berbentuk

lembaga yang memiliki penerima manfaat (PM) akan mendaftarkan para penerima

manfaat di lembaga mereka dengan login ke akun SIKS-NG. Selanjutnya, PPKS

yang sudah terdaftar dapat diusulkan untuk menerima bantuan melalui lembaga

kesejahteraan sosial tempat mereka bernaung. Diharapkan dengan mekanisme ini

Page 73: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

71Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

65

maka PPKS akan mendapatkan akses yang lebih besar kepada layanan

pendaftaran.

Untuk menghasilkan data yang bermanfaat dan akurat

bagi penyelenggaraan sistem perlindungan sosial

nasional, perlu dilakukan pemutakhiran data secara

rutin dan berkesinambungan

B. ARSITEKTUR SIKS-NG

Sebagai sebuah sistem informasi, arsitektur SIKS NG terdiri dari empat elemen dasar

yaitu data dan informasi; perangkat lunak aplikasi; manajemen basis data; dan

infrastruktur teknologi informasi:

1. Data dan Informasi

Pengelolaan data dan informasi pada SIKS NG meliputi proses pengumpulan

data, pertukaran data serta pengamanan data:

a. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara seperti pengumpulan

data dari lapangan melalui kunjungan dari rumah ke rumah serta pendaftaran

aktif oleh individu ke petugas pengelola data di wilayahnya. Proses

pengumpulan data dapat melalui kuesioner kemudian diinput ke dalam sistem

secara offline maupun online dan dapat juga melalui perangkat mobile.

b. Pertukaran data dilakukan dengan data administasi K/L lain, seperti data

catatan sipil pada Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) pada

Kementerian Dalam Negeri, Data Pokok Pendidikan pada Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, data pajak pada Kementerian Keuangan, data

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan pada BPJS dan data pelanggan

listrik pada Kementerian ESDM. Data administrasi ini digunakan sebagai sarana

perbaikan dan verifikasi data yang didapat dari lapangan serta dapat

mengurangi jumlah data yang harus dimutakhirkan melalui kegiatan

pengumpulan data lapangan40.

40 Misalnya informasi tentang penerimaan bantuan sosial tidak perlu ditanyakan di lapangan

karena informasi tersebut bisa didapat dari data administratif.

Untuk menghasilkan data yang bermanfaat dan akurat bagi penyelenggaraan sistem perlindungan sosial nasional, perlu dilakukan pemutakhiran data secara rutin dan berkesinambungan.

65

maka PPKS akan mendapatkan akses yang lebih besar kepada layanan

pendaftaran.

Untuk menghasilkan data yang bermanfaat dan akurat

bagi penyelenggaraan sistem perlindungan sosial

nasional, perlu dilakukan pemutakhiran data secara

rutin dan berkesinambungan

B. ARSITEKTUR SIKS-NG

Sebagai sebuah sistem informasi, arsitektur SIKS NG terdiri dari empat elemen dasar

yaitu data dan informasi; perangkat lunak aplikasi; manajemen basis data; dan

infrastruktur teknologi informasi:

1. Data dan Informasi

Pengelolaan data dan informasi pada SIKS NG meliputi proses pengumpulan

data, pertukaran data serta pengamanan data:

a. Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara seperti pengumpulan

data dari lapangan melalui kunjungan dari rumah ke rumah serta pendaftaran

aktif oleh individu ke petugas pengelola data di wilayahnya. Proses

pengumpulan data dapat melalui kuesioner kemudian diinput ke dalam sistem

secara offline maupun online dan dapat juga melalui perangkat mobile.

b. Pertukaran data dilakukan dengan data administasi K/L lain, seperti data

catatan sipil pada Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) pada

Kementerian Dalam Negeri, Data Pokok Pendidikan pada Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan, data pajak pada Kementerian Keuangan, data

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan pada BPJS dan data pelanggan

listrik pada Kementerian ESDM. Data administrasi ini digunakan sebagai sarana

perbaikan dan verifikasi data yang didapat dari lapangan serta dapat

mengurangi jumlah data yang harus dimutakhirkan melalui kegiatan

pengumpulan data lapangan40.

40 Misalnya informasi tentang penerimaan bantuan sosial tidak perlu ditanyakan di lapangan

karena informasi tersebut bisa didapat dari data administratif.

Page 74: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

72Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

66

c. Perlindungan Data harus dilakukan karena DTKS memuat informasi pribadi

dari puluhan juta individu. Perlindungan data mencakup pengaturan akses

data, implementasi cyber security, serta penjaminan Confidentiality, Integrity

dan Avaliability Data. Untuk perlindungan data ini, Pusdatin Kesos telah

melakukan implementasi sesuai ISO 27001:2013 dan telah mendapatkan

sertifikasi ISO tersebut pada tahun 2019.

2. Perangkat Lunak Aplikasi

SIKS-NG sebagai perangkat lunak aplikasi pengelolaan DTKS terdiri dari

aplikasi front office serta back office:

a. Aplikasi Front-End: menyediakan tampilan antar muka dengan petugas

operator dan supervisor data serta individu dan K/L yang mengakses SIKS

NG. Aplikasi front-end memfasilitasi pendaftaran aktif individu maupun

Lembaga kesejahteraan sosial yang dimasukkan ke dalam DTKS;

pemutakhiran data individu maupun Lembaga yang sudah terdaftar pada

DTKS; monitoring progress pendaftaran maupun pemutakhiran data;

memvalidasi data hasil pendaftaran maupun pemutakhiran; serta

memverifikasi keabsahan data dengan mencocokkan ke data administrasi

kependudukan maupun data administrasi lain. Dalam SIKS NG, aplikasi front-

end ini dibangun dalam modul pengelolaan DTKS, modul Pengelolaan

Program Sembako, modul Pengelolaan PBI, modul Pengelolaan Data LKS dan

PPKS, modul SLRT serta modul Pengelolaan Bansos Tunai.

b. Aplikasi Back-end merupakan aplikasi pendukung aplikasi front-end yang

menyediakan koneksi dengan basis data serta proses validasi dan koneksi

dengan sistem lainnya. Aplikasi back-end ini dapat berupa middleware atau

Service Bus yang menghubungkan aplikasi dengan basis data, proses

validasi dan pembersihan data, transformasi data serta pertukaran data

dengan sistem lain.

Dengan perkembangan perangkat bergerak yang sangat pesat, Pusdatin

Kesos telah mengembangkan modul pengelolaan DTKS yang dapat dipasang

pada perangkat mobile terutama untuk proses pengumpulan dan validasi data

Page 75: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

73Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

67

di lapangan diantaranya melalui pengembangan SIKS Droid, SIKS Dataku (Data

Terpadu di Jemariku) serta SIKS Mobile. Untuk menjaga kualitas Perangkat lunak aplikasi SIKS-NG, Pusdatin Kesos

membangun 3 lingkungan pengembangan perangkat lunak yaitu:

Development, Testing, dan Production. Ketiga lingkungan tersebut dibangun

terpisah namun memiliki struktur dan spesifikasi yang identik, di mana aplikasi

yang akan dibangun diletakkan pada lingkungan Development terlebih dahulu.

Setelah aplikasi tersebut dirasa siap oleh programmer maka selanjutnya akan

diduplikasi ke lingkungan testing. Lingkungan development dan testing ini

memuat data ujicoba yang secara struktur data sama dengan lingkungan

production namun jumlahnya lebih sedikit dan informasi individunya sudah

dihilangkan. Pada tahapan Testing ini tim quality control (QC) akan melakukan

pengecekan mendalam mengenai fungsi-fungsi aplikasi apakah sudah sesuai

menghasilkan output yang ingin dicapai. Selanjutnya jika aplikasi sudah lulus

dari proses testing dilakukan pemeriksaan keamanan aplikasi dengan

perangkat lunak khusus dan jika lulus maka aplikasi atau modul tersebut sudah

dapat dipasang pada lingkungan production yang berisi data sebenarnya dan

diakses oleh semua pengguna SIKS-NG.

3. Manajemen Basis Data

Manajemen basis data meliputi integrasi data, interoptabilitas serta koordinasi

dengan data administrasi pada sistem lain yang pada akhirnya akan mendukung

pengembangan Business Intelligence (BI) dan analisis data. Manajemen basis

data ini selain mengikuti pengembangan aplikasi yang menerapkan tiga

lingkungan, juga menambahkan lingkungan baru untuk tahap pengolahan data,

yaitu data cleansing, data integrity, dan tahap penyajian data (BI, Online Analytical

Data Processing, pertukaran data).

Gambaran arsitektur SIKS-NG dalam konteks data dan informasi, perangkat lunak

aplikasi, dan manajemen basis data dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 76: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

74Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

68

Gambar 4.4. Arsitektur SIKS-NG

Gambar di atas menjelaskan bahwa arsitektur SIKS-NG terdiri dari 7 komponen

utama, yakni:

a. Koneksi antara aplikasi dengan basis data dengan menggunakan Middleware

atau Service Bus yang mengatur akses ke Basis Data Sistem (RDB, Data

Warehouse, Data Lake Technology) secara standar dan aman;

b. Proses verivali mandiri oleh pemda untuk memutakhirkan DTKS secara

periodik dengan mekanisme yang baku yang didukung oleh sistem TIK yang

handal dan terkini;

c. Pertukaran data dengan sumber data administratif yang dikelola oleh K/L lain

yang terkoneksi langsung ke sistem;

d. Pemanfaatan DKTS untuk penyelenggaraan program-program bantuan dan

pemberdayaan sosial serta monitoring realisasi penyaluran yang tersimpan

pada Basis Data Sistem melalui Integrated Data Service;

e. Layanan pemanfaatan data kesos untuk komunitas nasional dan internasional

yang dapat menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP ini

digunakan untuk pemeliharaan sistem dan pemutakhiran data oleh pemda;

f. Sistem penunjang pengambilan keputusan berupa Executive Dashboard,

Command Center serta OLAP;

g. Komponen-komponen pendukung sistem dari berbagai sisi, yaitu peraturan,

sumber daya manusia, organisasi, dan anggaran. Komponen-komponen ini

didukung oleh E-government yang handal.

68

Gambar 4.4. Arsitektur SIKS-NG

Gambar di atas menjelaskan bahwa arsitektur SIKS-NG terdiri dari 7 komponen

utama, yakni:

a. Koneksi antara aplikasi dengan basis data dengan menggunakan Middleware

atau Service Bus yang mengatur akses ke Basis Data Sistem (RDB, Data

Warehouse, Data Lake Technology) secara standar dan aman;

b. Proses verivali mandiri oleh pemda untuk memutakhirkan DTKS secara

periodik dengan mekanisme yang baku yang didukung oleh sistem TIK yang

handal dan terkini;

c. Pertukaran data dengan sumber data administratif yang dikelola oleh K/L lain

yang terkoneksi langsung ke sistem;

d. Pemanfaatan DKTS untuk penyelenggaraan program-program bantuan dan

pemberdayaan sosial serta monitoring realisasi penyaluran yang tersimpan

pada Basis Data Sistem melalui Integrated Data Service;

e. Layanan pemanfaatan data kesos untuk komunitas nasional dan internasional

yang dapat menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP ini

digunakan untuk pemeliharaan sistem dan pemutakhiran data oleh pemda;

f. Sistem penunjang pengambilan keputusan berupa Executive Dashboard,

Command Center serta OLAP;

g. Komponen-komponen pendukung sistem dari berbagai sisi, yaitu peraturan,

sumber daya manusia, organisasi, dan anggaran. Komponen-komponen ini

didukung oleh E-government yang handal.

Page 77: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

75Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

69

4. Infrastruktur Teknologi Informasi

Untuk mendukung pengelolaan data dan informasi, perangkat lunak aplikasi serta

basis data, diperlukan dukungan infrastruktur teknologi informasi yang handal dan

terjamin ketersediaannya setiap saat. Infrastruktur TI mencakup komponen-

komponen: Perangkat keras, perangkat lunak, dan brainware (SOP) dalam rangka

mendukung manajemen dan operasional perangkat TI.

Perangkat keras tersebut, secara garis besar terdiri dari perangkat pengolah data,

presentasi data, perangkat jaringan, Data Center (DC) dan Disaster Recovery

Center (DRC). Pusdatin Kesos dalam mengolah data, menyediakan Basis data

Engine, perangkat lunak ETL dan manajemen basis data berbasis Graphical User

Interface (GUI) maupun Command Line Interface (CLI), serta Personal Computer

(PC) maupun laptop dengan spesifikasi tinggi demi memperlancar pengolahan

data yang mencapai jutaan baris.

Kementerian sosial memiliki DC yang dibawah manajemen Pusdatin Kesos

dengan kapasitas yang cukup memadai, bahkan 2 tahun terakhir selalu

mendapatkan dukungan anggaran untuk peningkatan kapasitas. Fungsi DC ini mencakup pelayanan kebutuhan pengolahan DTKS dan hosting

penyelenggaraan sistem informasi dan teknologi informasi seluruh unit di

Kementerian Sosial. Hingga saat ini fasilitas DC yang dibangun oleh Kemensos

layak digunakan dalam mendukung pengelolaan DTKS dan akan terus

ditingkatkan guna mencapai standar DC Tier-3 implementasi atau Tier 4 design. DC Kementerian Sosial juga dilengkapi dengan Data Recovery Center (DRC) yang

saat ini ditempatkan secara collocation pada pihak ketiga dengan jarak lebih dari

771 km dari lokasi DC sehingga jika terjadi ketidak berfungsian pada DC akibat dari

bencana atau hal lain maka operasional aplikasi tidak akan terganggu karena

layanan akan dipindahkan secara otomatis ke DRC. Untuk mendukung percepatan proses pemutakhiran data di 514 kabupaten/kota

dan 34 provinsi serta di Balai dan Loka di bawah pengelolaan Kemensos, Pusdatin

Kesos juga menyediakan fasilitas jaringan komunikasi data melalui jalur internet

Fiber Optic dan V-Sat/Wireless (untuk daerah yang belum mendukung Fiber

Page 78: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

76Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

70

Optic). Jaringan ini disiapkan untuk mengurangi kendala jaringan bagi pemerintah

daerah dalam pelaksanaan pemutakhiran DTKS di daerahnya secara online ke

Pusdatin Kesos dengan menerapkan standar keamanan data.

Adapun topologi dari infrastruktur TI untuk pengelolaan SIKS-NG dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 4.5 Topologi Infrastruktur TI

Selain Perangkat keras dan perangkat lunak, Pusdatin Kesos juga didukung

dengan brainware yang memadai. Pusdatin Kesos memiliki brainware seperti

administrator, teknisi, programmer, manajer proyek serta konsultan untuk hal-hal

tertentu. Administrator bertanggung jawab mengelola sistem agar berjalan lancar

Teknisi bertanggung jawab untuk merawat dan mengatasi permasalahan sistem

ketika terjadi kerusakan. Programmer bertugas untuk menyiapkan sistem yang

diperlukan. Agar semua pekerjaan berjalan lancar, selain administrator, teknisi dan

programmer, diperlukan project manager yang memimpin dalam suatu project

pekerjaan. Dengan adanya project manager ini, diharapkan para pegawai yang

terlibat dalam pekerjaan, melaksanakan kewajibannya sesuai tanggungjawab

masing-masing. Selain project manager, dalam hal tertentu diperlukan konsultan

agar pekerjaan berjalan lancar. Konsultan yang diperlukan, memiliki keahlian

Page 79: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

77Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

71

khusus yang bisa memberikan nasehat atau konsultasi dalam menentukan

langkah pekerjaan.

C. PETA JALAN PENGEMBANGAN DAN CAPAIAN SIKS-NG

Pada awalnya SIKS-NG terdiri dari SIKS-NG Modul Bantuan Sosial Pangan (BSP).

Pemutakhiran Data Terpadu belum diakomodir di SIKS-NG versi awal. Baru pada

tahun 2018 SIKS-NG digunakan untuk memutakhirkan Data Terpadu dengan

menggunakan SIKS-NG Online dan SIKS-NG Offline. Selain untuk pemutakhiran

Data Terpadu, pada tahun 2018 telah dikembangkan SIKS-NG modul PBI. Modul ini

digunakan memutakhirkan data PBI yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan

dan Kementerian Kesehatan.

Gambar 4.6 Tampilan Halaman SIKS-NG Offline. SIKS-NG Offline ini selain

mendukung pemutakhiran DTKS, juga menyediakan fungsi untuk memutakhirkan

data BSP/BPNT

Page 80: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

78Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

72

Gambar 4.7 Tampilan Halaman SIKS-NG Online. Salah satu fungsi dari SIKS-NG Online

adalah sebagai tool untuk mengolah data yang diupload dari SIKS-NG Offline.

Gambar 4.8 Tampilan Halaman SIKS-NG Modul PBI. Modul ini memfasilitasi

penghapusan dan penggantian PBI yang terkoneksi langsung ke DTKS.

Page 81: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

79Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

73

Gambar 4.9 Tampilan Halaman SIKS-NG Modul PBI. Modul ini terkoneksi dengan data

Dukcapil Kemendagri untuk memeriksa validitas NIK dan Nama yang diajukan sebagai

calon PBI.

Seiring dengan waktu SIKS-NG dikembangkan dengan menambahkan modul-

modul lain yang terkait dengan Data Terpadu. Pada tahun 2019 telah

dikembangkan modul-modul aplikasi penting lain yaitu SIKS-NG Modul Business

Intelligence (BI), SIKS-Droid, SIKS-NG Modul PPKS, SIKS-NG Modul SLRT,

SIKS Dataku dan SIKS4DX.

SIKS-NG Modul BI

SIKS-NG Modul BI adalah modul aplikasi untuk mendukung eksplorasi data,

analisis data dan pengambilan keputusan. Data pada modul aplikasi ini tidak

hanya berasal dari DTKS tetapi juga berasal dari sumber data lain seperti data

Potensi Desa (Podes) BPS. Data dari berbagai sumber diolah menjadi banyak

Data Mart41 untuk memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan.

Saat ini tersedia BI yang berfokus pada aspek-aspek DTKS (pendidikan,

kesehatan, karakteristik rumah dan aset), rehabilitasi sosial (penyandang

disabilitas, anak dan lanjut usia), dan DTKS dari dilihat dari potensi desa.

41 Data mart adalah basis data yang berfokus pada lini bisnis, departemen, atau area subjek tertentu. Data mart

membuat data spesifik tersedia untuk sekelompok pengguna tertentu, yang memungkinkan pengguna tersebut dengan cepat mengakses wawasan penting tanpa membuang waktu untuk mencari di seluruh basis data yang ada.

Page 82: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

80Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

74

Gambar 4.11 Tampilan Halaman SIKS BI

Gambar 4.10 Tampilan Halaman Dashboard SIKS BI pada

https://dtks.kemensos.go.id/dashboard-dtks

SIKS-Droid

SIKS-Droid adalah modul yang berbasis Android untuk memutakhirkan DTKS.

SIKS-Droid bisa digunakan secara online ketika ada koneksi internet maupun

secara offline ketika tidak ada koneksi internet. SIKS-Droid dapat menggantikan

fungsi SIKS-NG Offline untuk memutakhirkan DTKS. Kelebihan dari SIKS-Droid

Page 83: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

81Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

75

adalah tidak perlu menggunakan kertas (paperless) sehingga pengolahan data

menjadi jauh lebih cepat dan kualitas data lebih terjamin.

Gambar 4.12 Tampilan aplikasi SIKSDroid pada perangkat mobile. Ini merupakan tampilan pertama sekali saat login ke aplikasi. Petugas yaitu Enumerator harus memasukkan User dan Password yang telah dibuat

oleh Petugas Korkab.

Gambar 4.13 Tampilan aplikasi SIKSDroid berbasis Web. SiksDroid berbasis web akan menampilkan peta/wilayah sehingga kelihatan lokasi dari wilayah pendataan serta bisa

menampilkan foto rumah tangga yang di mutakhirkan.

Page 84: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

82Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

76

SIKS-NG Modul PPKS

SIKS-NG Modul PPKS adalah modul aplikasi yang digunakan untuk mengelola

data PPKS yang berada di luar rumah tangga termasuk Lembaga Kesejahteraan

Sosial (LKS) di mana PPKS bernaung. Dengan Modul ini dapat dilakukan

pendaftaran LKS Induk dan LKS Layanan, serta pendaftaran para penerima

manfaat/PPKS dari masing-masing LKS layanan. Saat ini jenis data PPKS yang

telah didukung oleh SIKS NG Modul PPKS adalah data layanan anak, data layanan

lanjut usia dan data layanan disabilitas. Layanan yang sedang dikembangkan

adalah data layanan Napza dan data layanan Korban Perdagangan Orang.

Gambar 4.13 Tampilan Halaman PPKS Layanan

SIKS-NG Modul SLRT

SIKS NG Modul SLRT adalah modul aplikasi penanganan aduan dan keluhan

masyaratkat pada baik pada Sekretariat SLRT, Puskesos dan Fasilitator SLRT.

Penanganan aduan dan keluhan dilakukan secara berjenjang yaitu dari desa,

kecamatan, kabupaten, provinsi dan pusat (Kemensos). Namun dalam aduan

dan keluhan bisa diselesaikan di tingkat desa atau kabupaten maka

penanganannya tidak perlu dilanjutkan sampai jenjang lebih tinggi misalnya

provinsi atau pusat (Kemensos). Saat Ini SIKS-NG Modul SLRT terbagi dalam 2

platform yaitu Web yang digunakan oleh Sekretariat SLRT dan Puskesos dan

Android yang digunakn oleh Fasilitator SLRT.

Page 85: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

83Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

77

Terkait masyarakat yang menyampaikan keluhan belum terdaftar di dalam

DKTS, SIKS-NG modul SLRT bisa digunakan untuk mendaftarkan orang

tersebut sebagai data prelist untuk pemutakhiran DTKS periode berikutnya.

Kemudian untuk keluhan terkait bantuan, maka SIKS SLRT dapat diintegrasikan

dengan modul terkait bantuan seperti SIKS-NG Modul PBI dan SIKS-NG Modul

Program Sembako.

Gambar 4.12 Tampilan Halaman SIKS Modul SLRT Versi Web yang digunakan oleh

Sekretariat SLRT dan Puskesos untuk melayani keluhan dari masyarakat yang datang

mengadu.

Gambar 4.14 Tampilan Halaman SIKS Modul SLRT Versi Android yang digunakan

oleh Fasilitator SLRT untuk mencatat keluhan masyarakat dengan melakukan kunjungan

ke rumah atau tempat tinggal.

Page 86: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

84Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

78

SIKS Dataku

SIKS Dataku adalah aplikasi Android yang dapat digunakan oleh masyarakat

yang bisa diunduh di Playstore. Pada aplikasi ini bisa dilihat jumlah pemutakhiran

DTKS yang dilakukan oleh setiap kabupaten/kota, jumlah penerima bansos, dan

sebaran jumlah rumah tangga DTKS atau penerima bansos sampai tingkat

desa/kelurahan.

Gambar 4.15 Tampilan Halaman SIKS Dataku yang digunakan oleh masyarakat

untuk mendapatkan informasi terkait keaktifan pemerintah daerah dalam pemutakhiran

data serta mengetahui distribusi jumlah rumah tangga atau penerima bansos perjenis

wilayah

SIKS4DX

SIKS4DX merupakan aplikasi untuk melayani pertukaran data dengan

kementerian atau lembaga lain melalui teknologi web service42. Daftar web

service bisa dilihat pada aplikasi Ini. Selain Itu juga dapat digunakan untuk

memonitor penggunaan web service oleh kementerian atau lembaga lain dan

juga dapat mengontrol penggunaan tersebut.

42 Web Service adalah perangkat lunak yang diinstal pada server web yang menggunakan

protokol komunikasi standar dalam berkomunikasi dengan perangkat lunak yang dimiliki klien atau dengan program berbasis web lainnya. Web service ini memungkinkan pertukaran atau komunikasi data dintara dua sistem tanpa banyak campur tangan manusia.

Page 87: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

85Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

79

Gambar 4.16 Tampilan halaman SIKS4DX

Selain modul-modul aplikasi di atas, telah dikembangkan modul aplikasi

Cek Bansos. Modul aplikasi ini merupakan modul untuk memeriksa apakah

seseorang tercatat sebagai penerima bansos. Dengan modul ini

masyarakat bisa mengetahui apakah dirinya berhak mendapatkan bansos

atau tidak.

Pengembangan SIKS-NG pada tahun 2020 yang tidak kalah penting

adalah integrasi dengan sistem di luar Kemensos atau berbagai K/L lain.

Salah satunya adalah integrasi dengan Dukcapil melalui pemadanan data

NIK anggota rumah tangga yang ada di DTKS dengan data Dukcapil. Selain

dengan Dukcapil Kemendagri, integrasi lainnya adalah pertukaran data

dengan Kemendikbud. Integrasi ini dilakukan dengan memadankan

anggota rumah tangga DTKS dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik)

Kemendikbud. Pemadanan ini dilakukan berdasarkan data NIK dan nama.

Integrasi data lain yang sedang dalam proses pelaksanaan adalah integrasi

dengan data Ditjen Pajak Kemenkeu dan data BPJS Ketenagakerjaan.

Integrasi ini direncanakan dapat diselesaikan pada kuartal pertama tahun

2021.

Page 88: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

86Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

80

Gambar 4.17 Peta jalan Pengembangan SIKS NG

Pada tahun 2019, Hak Cipta Aplikasi SIKS-NG telah terdaftar di

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dan telah diterima oleh

Pusdatin Kesos.

Gambar 4. Hak Cipta Aplikasi SIKS-NG tahun 2019

Page 89: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

87Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

81

ANNEX I-REFERENSI DASAR HUKUM DALAM BUKU INI

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin;

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan

Iuran Jaminan Kesehatan sebagai mana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran

Jaminan Kesehatan;

7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2017 tentang Standar Nasional

Sumber Daya Manusia Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum

Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.

9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial.

annex

81

ANNEX I-REFERENSI DASAR HUKUM DALAM BUKU INI

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin;

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan

Iuran Jaminan Kesehatan sebagai mana telah diubah dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran

Jaminan Kesehatan;

7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 16 Tahun 2017 tentang Standar Nasional

Sumber Daya Manusia Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial.

8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 28 Tahun 2017 tentang Pedoman Umum

Verifikasi dan Validasi Data Terpadu Kesejahteraan Sosial.

9. Peraturan Menteri Sosial Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Data

Terpadu Kesejahteraan Sosial.

annex

Page 90: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

88Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

82

ANNEX II - DAFTAR ISTILAH

1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu,

dan/atau rentan terhadap risiko sosial agar dapat tetap hidup secara wajar.

2. Bantuan Sosial Pangan, yang selanjutnya disebut Bansos Pangan, adalah

program Bantuan Pangan Non tunai dan Program Bantuan Sosial Beras

Sejahtera (Rastra), yang pada tahun 2020 dikembangkan menjadi program

Sembako.

3. Data Terpadu adalah sistem data elektronik berisi data nama dan alamat

yang memuat informasi sosial, ekonomi, dan demografi dari individu dengan

status kesejahteraan terendah di Indonesia.

4. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial adalah data Fakir Miskin hasil

pendataan yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kegiatan statistik dan telah diverifikasi dan divalidasi

oleh Kementerian Sosial dan telah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.

5. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata

pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak

mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi

kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

6. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan pangan, sandang, perumahan,

kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan/ataupelayanan sosial.

7. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

8. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

9. Musyawarah Desa/Kelurahan adalah musyawarah antara badan

permusyawaratan desa/kelurahan/nama lain, pemerintah

desa/kelurahan/nama lain, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh

badan permusyawaratan desa/kelurahan/nama lain untuk menyepakati hal

yang bersifat strategis.

82

ANNEX II - DAFTAR ISTILAH

1. Bantuan Sosial adalah bantuan berupa uang, barang, atau jasa kepada

seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat miskin, tidak mampu,

dan/atau rentan terhadap risiko sosial agar dapat tetap hidup secara wajar.

2. Bantuan Sosial Pangan, yang selanjutnya disebut Bansos Pangan, adalah

program Bantuan Pangan Non tunai dan Program Bantuan Sosial Beras

Sejahtera (Rastra), yang pada tahun 2020 dikembangkan menjadi program

Sembako.

3. Data Terpadu adalah sistem data elektronik berisi data nama dan alamat

yang memuat informasi sosial, ekonomi, dan demografi dari individu dengan

status kesejahteraan terendah di Indonesia.

4. Data Terpadu Kesejahteraan Sosial adalah data Fakir Miskin hasil

pendataan yang dilakukan oleh lembaga yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kegiatan statistik dan telah diverifikasi dan divalidasi

oleh Kementerian Sosial dan telah berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah.

5. Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata

pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak

mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi

kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

6. Kebutuhan dasar adalah kebutuhan pangan, sandang, perumahan,

kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan/ataupelayanan sosial.

7. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

8. Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

9. Musyawarah Desa/Kelurahan adalah musyawarah antara badan

permusyawaratan desa/kelurahan/nama lain, pemerintah

desa/kelurahan/nama lain, dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh

badan permusyawaratan desa/kelurahan/nama lain untuk menyepakati hal

yang bersifat strategis.

Page 91: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

89Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

83

10. Orang Tidak Mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata

pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar

yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan

keluarganya.

11. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom.

12. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil

Presiden dan Menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

13. Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial adalah perseorangan, keluarga,

kelompok, dan/atau masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan, atau

gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga

memerlukan pelayanan sosial untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik

jasmani dan rohani maupun sosial secara memadai dan wajar.

14. Penanganan fakir miskin adalah upaya yang terarah, terpadu, dan

berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau

masyarakat dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pemberdayaan,

pendampingan, serta fasilitasi untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap

warga negara.

15. Pendataan adalah proses pengumpulan dan pemutakhiran data yang

berupa angka, teks, gambar, audio, dan/atau video, dilakukan dengan

metode diskusi, wawancara, dan pengamatan langsung.

16. Pengelolaan Data adalah kegiatan sistematis dalam pengaturan,

penyimpanan dan pemeliharaan data yang mencakup pendataan, verifikasi

dan validasi, dan penetapan data yang diperlukan untuk memastikan

aksesibilitas, kehandalan, ketepatan waktu, dan akuntabilitas data dalam

penggunaannya.

17. Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan

fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang

dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan

kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara

lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Page 92: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

90Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

84

18. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial adalah perseorangan,

keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dapat berperan serta untuk

menjaga, menciptakan, mendukung, dan memperkuat penyelenggaraan

kesejahteraan sosial.

19. Rumah Tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami

sebagian atau seluruh bangunan, biasanya tinggal bersama, dan makan dari

satu dapur.

20. Sistem Informasi Kesejahteraan Sosial Next-Generation yang

selanjutnya disingkat SIKS-NG adalah sistem informasi yang mendukung

proses Pengelolaan Data terpadu kesejahteraan sosial.

21. Verifikasi Data yang selanjutnya disebut Verifikasi adalah proses

pemeriksaan data untuk memastikan pendataan yang telah dilakukan sesuai

dengan prosedur yang telah ditetapkan dan memastikan data yang telah

dikumpulkan atau dimutakhirkan sesuai dengan fakta di lapangan.

22. Validasi Data yang selanjutnya disebut Validasi adalah proses pengesahan

data dengan memastikan dan memperbaiki data sehingga data valid atau

telah memenuhi aturan validasi.

Page 93: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

91Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

85

ANNEX III - DAFTAR PERATURAN TERKAIT PENGELOLAAN DATA

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir

Miskin;

Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata

pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak

mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi

kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah;

Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

sesuai dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu,

dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan

masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan

dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima

Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor

76 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor

101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan;

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI

Jaminan Kesehatan adalah Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagai

peserta program jaminan kesehatan.

Peraturan ini diterbitkan sebagai mandat dari ketentuan Pasal 14 ayat (3) dan

Pasal 17 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional mengatur penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial

85

ANNEX III - DAFTAR PERATURAN TERKAIT PENGELOLAAN DATA

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial;

Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material,

spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu

mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir

Miskin;

Fakir Miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata

pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak

mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi

kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah;

Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

sesuai dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;

Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang terarah, terpadu,

dan berkelanjutan yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan

masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan

dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial,

pemberdayaan sosial, dan perlindungan sosial.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima

Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor

76 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor

101 Tahun 2012 Tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan;

Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut PBI

Jaminan Kesehatan adalah Fakir Miskin dan Orang Tidak Mampu sebagai

peserta program jaminan kesehatan.

Peraturan ini diterbitkan sebagai mandat dari ketentuan Pasal 14 ayat (3) dan

Pasal 17 ayat (6) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional mengatur penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial

Page 94: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

92Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

86

Nasional yang meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja,

jaminan pensiun, jaminan hari tua, dan jaminan kematian bagi seluruh

penduduk melalui iuran wajib pekerja.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan

Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah;

a. Pasal 3:

Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui pendekatan wilayah

dimaksudkan

untuk:

1) memberikan arah agar Penanganan Fakir Miskin dilakukan secara

terpadu, terarah, dan berkesinambungan sehingga dapat

meningkatkan derajat kesejahteraan Fakir Miskin; dan

2) memberikan pedoman bagi pengambilan kebijakan yang berpihak

kepada peningkatan kesejahteraan Fakir Miskin, berbasiskan wilayah

dengan memperhatikan kearifan lokal.

b. Pasal 4:

Upaya Penanganan Fakir Miskin melalui pendekatan wilayah bertujuan:

1) terpenuhinya Kebutuhan Dasar Fakir Miskin agar memperoleh

kehidupan yang layak dan bermartabat yang dilaksanakan oleh

Menteri, menteri/pimpinan lembaga terkait sesuai dengan tugas dan

fungsinya;

2) meningkatnya kapasitas dan berkembangnya kemampuan dasar serta

kemampuan berusaha bagi Fakir Miskin; dan

3) terentaskannya Fakir Miskin dari kemiskinan.

7. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar

Pelayanan Minimal;

Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, perlu menetapkan

Peraturan Pemerintah tentang Standar Pelayanan Minimal.

8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang Standar Teknis

Pelayanan Dasar pada SPM Bidang Sosial di Daerah;

Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan mengenai Jenis dan Mutu

Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak

diperoleh setiap Warga Negara secara minimal.

87

ANNEX IV – DAFTAR PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN

VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA 2019

Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 21 (dua puluh satu) provinsi

dan 104 (Seratus Empat) Kabupaten/Kota.

Pelaksanaan Kegiatan

1 Banten Kota Tangerang Kota Serang Kota Tangerang Selatan Kota Serang Kota Cilegon Kab. Tangerang Kab. Pandeglang

2 Bengkulu Kota Bengkulu Kota Bengkulu Kab. Rejang Lebong Kab. Lebong

3 Jambi Kota Jambi Kota Jambi

Kab. Tanjung Jabung Barat

Kab. Tanjung Jabung Timur

4 Jawa Barat Kota Bekasi Kota Bandung Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Depok Kota Bogor Kab. Garut Kota Cimahi Kota Cirebon Kab. Subang Kab. Karawang Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab. Cianjur Kab. Cirebon

5 Jawa Tengah Kota Semarang Kota Semarang Kota Surakarta Kab. Wonosobo Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo Kota Pekalongan Kab. Cilacap

Page 95: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

93Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

87

ANNEX IV – DAFTAR PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN

VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA 2019

Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 21 (dua puluh satu) provinsi

dan 104 (Seratus Empat) Kabupaten/Kota.

Pelaksanaan Kegiatan

1 Banten Kota Tangerang Kota Serang Kota Tangerang Selatan Kota Serang Kota Cilegon Kab. Tangerang Kab. Pandeglang

2 Bengkulu Kota Bengkulu Kota Bengkulu Kab. Rejang Lebong Kab. Lebong

3 Jambi Kota Jambi Kota Jambi

Kab. Tanjung Jabung Barat

Kab. Tanjung Jabung Timur

4 Jawa Barat Kota Bekasi Kota Bandung Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Depok Kota Bogor Kab. Garut Kota Cimahi Kota Cirebon Kab. Subang Kab. Karawang Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab. Cianjur Kab. Cirebon

5 Jawa Tengah Kota Semarang Kota Semarang Kota Surakarta Kab. Wonosobo Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo Kota Pekalongan Kab. Cilacap

87

ANNEX IV – DAFTAR PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN

VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA 2019

Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan validasi data adalah pada 21 (dua puluh satu) provinsi

dan 104 (Seratus Empat) Kabupaten/Kota.

Pelaksanaan Kegiatan

1 Banten Kota Tangerang Kota Serang Kota Tangerang Selatan Kota Serang Kota Cilegon Kab. Tangerang Kab. Pandeglang

2 Bengkulu Kota Bengkulu Kota Bengkulu Kab. Rejang Lebong Kab. Lebong

3 Jambi Kota Jambi Kota Jambi

Kab. Tanjung Jabung Barat

Kab. Tanjung Jabung Timur

4 Jawa Barat Kota Bekasi Kota Bandung Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Depok Kota Bogor Kab. Garut Kota Cimahi Kota Cirebon Kab. Subang Kab. Karawang Kab. Bandung Kab. Bekasi Kab. Cianjur Kab. Cirebon

5 Jawa Tengah Kota Semarang Kota Semarang Kota Surakarta Kab. Wonosobo Kab. Wonogiri Kab. Sukoharjo Kota Pekalongan Kab. Cilacap

Page 96: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

94Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

88

6 Jawa Timur Kota Surabaya Kota Surabaya Kota Malang Kab. Jember Kota Probolinggo Kab. Banyuwangi Kota Kediri Kota Pasuruan Kab. Sidoarjo Kab. Blitar Kota Madiun Kab. Magetan

7 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin Kota Banjarmasin Kota Banjarbaru

8 Kalimantan Timur Kota Samarinda Kota Samarinda Kota Balikpapan Kab. Kutai Kartanegara

9 Kepulauan Riau Kota Batam Kota Batam Kota Tanjung Pinang Kab. Karimun

10 Lampung Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung Kota Metro

11 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram Kota Mataram

12 Riau Kota Dumai Kota Pekanbaru Kab. Bengkalis Kab.Pelalawan Kab.Siak

13 Sulawesi Selatan Kab. Gowa Kota Makassar Kab. Jeneponto Kab. Bone Kab. Wajo

Kab. Pangkajene Kepulauan

Kab. Maros Kota Pare Pare Kab. Sidenreng Rappang Kab. Takalar Kab. Bantaeng Kab. Tana Toraja

14 Sulawesi Tengah Kota Palu Kota Palu Kab. Poso Kab. Banggai Kab. Donggala

89

15 Sulawesi Tenggara Kota Kendari Kota Kendari Kab. Kolaka Kota Bau Bau Kab. Muna Kab. Kolaka Timur Kab. Konawe Kab. Buton Tengah Kab. Bombana

16 Sulawesi Utara Kota Manado Kota Manado Kota Bitung Kota Kotamobagu Kota Tomohon

17 Sumatera Barat Kota Padang Kota Padang 18 Sumatera Selatan Kota Palembang Kota Palembang

Kab. Banyuasin Kab. Musi Banyuasin Kota Pagar Alam Kab. Musi Rawas Utara

19 Sumatera Utara Kota Pematang Siantar Kota Medan Kab. Tapanuli Tengah Kota Tebing Tinggi Kota Padangsidimpuan Kab. Langkat Kab. Labuhanbatu Kab. Mandailing Natal Kota Binjai

20 Nusa Tenggara Timur Kab Kupang Kota Surabaya

Kab Timor Tengah Utara 21 Gorontalo Kota Gorontalo Kota Manado

Kab. Gorontalo

Page 97: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

95Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

88

6 Jawa Timur Kota Surabaya Kota Surabaya Kota Malang Kab. Jember Kota Probolinggo Kab. Banyuwangi Kota Kediri Kota Pasuruan Kab. Sidoarjo Kab. Blitar Kota Madiun Kab. Magetan

7 Kalimantan Selatan Kota Banjarmasin Kota Banjarmasin Kota Banjarbaru

8 Kalimantan Timur Kota Samarinda Kota Samarinda Kota Balikpapan Kab. Kutai Kartanegara

9 Kepulauan Riau Kota Batam Kota Batam Kota Tanjung Pinang Kab. Karimun

10 Lampung Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung Kota Metro

11 Nusa Tenggara Barat Kota Mataram Kota Mataram

12 Riau Kota Dumai Kota Pekanbaru Kab. Bengkalis Kab.Pelalawan Kab.Siak

13 Sulawesi Selatan Kab. Gowa Kota Makassar Kab. Jeneponto Kab. Bone Kab. Wajo

Kab. Pangkajene Kepulauan

Kab. Maros Kota Pare Pare Kab. Sidenreng Rappang Kab. Takalar Kab. Bantaeng Kab. Tana Toraja

14 Sulawesi Tengah Kota Palu Kota Palu Kab. Poso Kab. Banggai Kab. Donggala

89

15 Sulawesi Tenggara Kota Kendari Kota Kendari Kab. Kolaka Kota Bau Bau Kab. Muna Kab. Kolaka Timur Kab. Konawe Kab. Buton Tengah Kab. Bombana

16 Sulawesi Utara Kota Manado Kota Manado Kota Bitung Kota Kotamobagu Kota Tomohon

17 Sumatera Barat Kota Padang Kota Padang 18 Sumatera Selatan Kota Palembang Kota Palembang

Kab. Banyuasin Kab. Musi Banyuasin Kota Pagar Alam Kab. Musi Rawas Utara

19 Sumatera Utara Kota Pematang Siantar Kota Medan Kab. Tapanuli Tengah Kota Tebing Tinggi Kota Padangsidimpuan Kab. Langkat Kab. Labuhanbatu Kab. Mandailing Natal Kota Binjai

20 Nusa Tenggara Timur Kab Kupang Kota Surabaya

Kab Timor Tengah Utara 21 Gorontalo Kota Gorontalo Kota Manado

Kab. Gorontalo

Page 98: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

96Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

91

31 Data anggota rumah tangga harus diisi

32 Data anggota harus ada kepala Keluarga

33 Hanya Boleh ada 1 kepala rumah tangga

34 Periksa Nama kepala rumah tangga tidak ditemukan dalam data individu

90

ANNEX V DATA VARIABEL YANG DIVALIDASI

Validasi Data Rumah Tangga

1 Status Hasil vervali rumah tangga tidak boleh dikosongkan

2 Alamat tidak boleh dikosongkan

3 Nama tidak boleh dikosongkan

4 Jumlah ART tidak boleh dikosongkan

5 Jumlah Keluarga tidak boleh dikosongkan

6 Status kepemilikan bangunan tidak boleh dikosongkan

7 Status kepemilikan lahan tidak boleh dikosongkan

8 Luas lantai tidak boleh dikosongkan

9 Jenis Lantai tidak boleh dikosongkan

10 Jenis Dinding tidak boleh dikosongkan

11 Kondisi dinding tidak boleh dikosongkan

12 Jenis Atap tidak boleh dikosongkan

13 Kondisi atap tidak boleh dikosongkan

14 Sumber air minum tidak boleh dikosongkan

15 Cara peroleh air minum tidak boleh dikosongkan

16 Sumber penerangan tidak boleh dikosongkan

17 Besar Daya tidak boleh dikosongkan

18 Jika PLN: Nomor PLN tidak boleh dikosongkan

19 Bahan bakar masak tidak boleh dikosongkan

20 Fasilitas BAB tidak boleh dikosongkan

21 Jenis Kloset tidak boleh dikosongkan

22 Tempat Buang tinja tidak boleh dikosongkan

23 Aset tak bergerak (Lahan) tidak boleh dikosongkan

24 Luas lahan tidak boleh dikosongkan

25 Rumah lain tidak boleh dikosongkan

26 Data anggota rumah tangga harus diisi

27 Data anggota harus ada kepala rumah tangga

28 Luas lahan harus diinput

29 Jika sumber penerangan: PLN dan dengan meteran: ID PELANGGAN PLN HARUS

11 atau 12 DIGIT

30 Nomor kartu keluarga harus 16 digit

Page 99: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

97Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

91

31 Data anggota rumah tangga harus diisi

32 Data anggota harus ada kepala Keluarga

33 Hanya Boleh ada 1 kepala rumah tangga

34 Periksa Nama kepala rumah tangga tidak ditemukan dalam data individu

90

ANNEX V DATA VARIABEL YANG DIVALIDASI

Validasi Data Rumah Tangga

1 Status Hasil vervali rumah tangga tidak boleh dikosongkan

2 Alamat tidak boleh dikosongkan

3 Nama tidak boleh dikosongkan

4 Jumlah ART tidak boleh dikosongkan

5 Jumlah Keluarga tidak boleh dikosongkan

6 Status kepemilikan bangunan tidak boleh dikosongkan

7 Status kepemilikan lahan tidak boleh dikosongkan

8 Luas lantai tidak boleh dikosongkan

9 Jenis Lantai tidak boleh dikosongkan

10 Jenis Dinding tidak boleh dikosongkan

11 Kondisi dinding tidak boleh dikosongkan

12 Jenis Atap tidak boleh dikosongkan

13 Kondisi atap tidak boleh dikosongkan

14 Sumber air minum tidak boleh dikosongkan

15 Cara peroleh air minum tidak boleh dikosongkan

16 Sumber penerangan tidak boleh dikosongkan

17 Besar Daya tidak boleh dikosongkan

18 Jika PLN: Nomor PLN tidak boleh dikosongkan

19 Bahan bakar masak tidak boleh dikosongkan

20 Fasilitas BAB tidak boleh dikosongkan

21 Jenis Kloset tidak boleh dikosongkan

22 Tempat Buang tinja tidak boleh dikosongkan

23 Aset tak bergerak (Lahan) tidak boleh dikosongkan

24 Luas lahan tidak boleh dikosongkan

25 Rumah lain tidak boleh dikosongkan

26 Data anggota rumah tangga harus diisi

27 Data anggota harus ada kepala rumah tangga

28 Luas lahan harus diinput

29 Jika sumber penerangan: PLN dan dengan meteran: ID PELANGGAN PLN HARUS

11 atau 12 DIGIT

30 Nomor kartu keluarga harus 16 digit

Page 100: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

98Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

92

Validasi Data Anggota Rumah Tangga

1 NIK tidak boleh dikosongkan

2 Nama tidak boleh dikosongkan

3 Jenis kelamin tidak boleh dikosongkan

4 Tanggal lahir tidak boleh dikosongkan

5 Tanggal lahir tidak boleh melebihi hari ini

6 Nomor kartu keluarga tidak boleh dikosongkan

7 Hubungan kepala rumah tangga tidak boleh dikosongkan

8 Tidak boleh ada lebih dari 1 kepala rumah tangga

9 Nomor urut keluarga tidak boleh dikosongkan

10 Tidak boleh ada lebih dari 1 kepala keluarga dalam 1 keluarga

11 Status kawin tidak boleh dikosongkan

12 Jika kawin: ada akta nikah tidak boleh dikosongkan

13 Status ada di kartu keluarga tidak boleh dikosongkan

14 Ada kartu identitas tidak boleh dikosongkan

15 Jika wanita menikah: status hamil tidak boleh dikosongkan

16 Jenis disabilitas tidak boleh dikosongkan

17 Ada penyakit kronis tidak boleh dikosongkan

18 Partisipasi sekolah tidak boleh dikosongkan

19 Pendidikan tertinggi tidak boleh dikosongkan

20 Kelas tertinggi tidak boleh dikosongkan

21 Ijazah tertinggi tidak boleh dikosongkan

22 Status bekerja tidak boleh dikosongkan jika bekerja

23 Jumlah jam kerja tidak boleh dikosongkan

24 Lapangan usaha tidak boleh dikosongkan

25 Status pekerjaan tidak boleh dikosongkan

26 Status keberadaan anggota rumah tangga tidak boleh dikosongkan

27 NIK tidak lengkap/kurang dari 16 digit

28 Jenis kelamin kepala keluarga tidak boleh sama dengan suami/istri

92

Validasi Data Anggota Rumah Tangga

1 NIK tidak boleh dikosongkan

2 Nama tidak boleh dikosongkan

3 Jenis kelamin tidak boleh dikosongkan

4 Tanggal lahir tidak boleh dikosongkan

5 Tanggal lahir tidak boleh melebihi hari ini

6 Nomor kartu keluarga tidak boleh dikosongkan

7 Hubungan kepala rumah tangga tidak boleh dikosongkan

8 Tidak boleh ada lebih dari 1 kepala rumah tangga

9 Nomor urut keluarga tidak boleh dikosongkan

10 Tidak boleh ada lebih dari 1 kepala keluarga dalam 1 keluarga

11 Status kawin tidak boleh dikosongkan

12 Jika kawin: ada akta nikah tidak boleh dikosongkan

13 Status ada di kartu keluarga tidak boleh dikosongkan

14 Ada kartu identitas tidak boleh dikosongkan

15 Jika wanita menikah: status hamil tidak boleh dikosongkan

16 Jenis disabilitas tidak boleh dikosongkan

17 Ada penyakit kronis tidak boleh dikosongkan

18 Partisipasi sekolah tidak boleh dikosongkan

19 Pendidikan tertinggi tidak boleh dikosongkan

20 Kelas tertinggi tidak boleh dikosongkan

21 Ijazah tertinggi tidak boleh dikosongkan

22 Status bekerja tidak boleh dikosongkan jika bekerja

23 Jumlah jam kerja tidak boleh dikosongkan

24 Lapangan usaha tidak boleh dikosongkan

25 Status pekerjaan tidak boleh dikosongkan

26 Status keberadaan anggota rumah tangga tidak boleh dikosongkan

27 NIK tidak lengkap/kurang dari 16 digit

28 Jenis kelamin kepala keluarga tidak boleh sama dengan suami/istri

Page 101: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

99Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL BUKU PUTIH 2020

Page 102: Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIAL

100Reformasi pengelolaan DATA TERPADU KESEJAHTERAAN SOSIALBUKU PUTIH 2020

93