refleksi kebijakan anggaran desa untuk perbaikan hutan dan lahan

8

Click here to load reader

Upload: jari-indonesia-borneo-barat

Post on 21-Jan-2018

66 views

Category:

Environment


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refleksi kebijakan anggaran desa untuk perbaikan hutan dan lahan

Refleksi Kebijakan

Anggaran Desa Untuk

Perbaikan Hutan dan

Lahan Faisal Riza

Manajer Program JARI Bornoe Barat

Page 2: Refleksi kebijakan anggaran desa untuk perbaikan hutan dan lahan

Kewenangan Desa dalam Pengelolaan

Sumber Daya Alam

REGULASI SEKTORAL SDA

DALAM DESA

Desa

UU 23 /2014 Pemerintahan

Daerah

UU 39/2014 Perkebunan

UU 41 / 1999 Kehutanan

UU 4 / 1999 Pertambangan

MINERBA

UU 1 /2014 PESISIR

UU 21 /2014

PANAS BUMI

UU 37/2014 KONSERVASI

TANAH DAN AIR

UU 19/2013 perlindungan

dan pemberdayaan

petani

Catatan :

Tapal batas desa dalam konsesi perkebunan

dan kawasan hutan

Luas wilayah perkebunan diatur oleh

Kabupaten

Hutan Desa sebagai peluang

Wewenang Pengelolaan sumber daya air

adalah milik provinsi

Pengelolaan tanah dan air wewenang

Pemda Kabupaten

Perlindungan petani wewenang pemda

kabupaten

Page 3: Refleksi kebijakan anggaran desa untuk perbaikan hutan dan lahan

STRUKTUR APB Desa

APB Desa

1. PENDAPATAN

1.1. PADesa

1.2. Transfer

1.3. Pendapatan Lain-Lain

2. BELANJA

2.1. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

2.2. Pelaksanaan Pembangunan Desa

2.3. Pembinaan Kemasyarakatan Desa;

2.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa

2.5. Tak Terduga

3. PEMBIAYAAN

3.1. Penerimaan Pembiayaan

3.2. Pengeluaran Pembiayaan

Page 4: Refleksi kebijakan anggaran desa untuk perbaikan hutan dan lahan

PENDAPATAN DESA

Pendapatan Desa adalah semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan

hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa

1.1. PADesa

1.1.1. Hasil Usaha

1.1.2. Hasil Aset

1.1.3. Swadaya, Partisipasi, Gotong royong

1.1.4. Lain-Lain PADesa

1.2. TRANSFER

1.2.1. Dana Desa

1.2.2. BHPR Daerah

1.2.3. ADD

1.2.4. Ban Keu APBD Prov

1.2.5. Ban Keu APB Kab.

1.3. PENDAPATAN LAIN-LAIN

1.3.1. Hibah dan Sumbangan dari pihak

ketiga yang tidak mengikat

1.3.2. Lain-lain pendapatan Desa yang

sah

Page 5: Refleksi kebijakan anggaran desa untuk perbaikan hutan dan lahan

Anatomi Belanja APBDes

• Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

• Pelaksanaan Pembangunan Desa

• Pembinaan Kemasyarakatan

• Pemberdayaan Masyarakat

70 %

• Penghasilan Tetap dan Tunjangan Kepala Desa

• Operasional Pemerintah Desa

• Tunjangan dan Operasional BPD

• Insentif RT / RW

30 %

Page 6: Refleksi kebijakan anggaran desa untuk perbaikan hutan dan lahan

Belanja yang bersumber dari ADD dan DD

ADDBelanja

Penyelenggaraan Pemerintahan

Belanja Pembangunan

Belanja Pembinaan

Belanja Pemberdayaan

DD

Pembangunan

Pemberdayaan

Page 7: Refleksi kebijakan anggaran desa untuk perbaikan hutan dan lahan

Penggunaan ADD dan DD dalam

perspektif Pengelolaan SDA

Alokasi Dana Desa

ADD dalam konteks SDA tercantum

dalam Pelestarian Lingkungan Hidup,

Meliputi :

Penghijauan

Pembuatan Terasering

Pemeliharaan Hutan Bakau

Perlindungan Mata Air

Pembersihan DAS

Perlindungan Terumbu Karang

Kegiatan Lainnya yang sesuai

Dana Desa

DD dalam Konteks SDA tercantum dalam

Pembangunan Prasarana Lingkungan,

Meliputi :

Kesiapsiagaan Menghadapai Bencana Alam

Penanganan Bencana Alam

Penanganan Kejadian Luar biasa

Pelestarian Lingkungan Hidup

Page 8: Refleksi kebijakan anggaran desa untuk perbaikan hutan dan lahan

Catatan

Pengalokasian APBDes dalam rangka pengelolaan Sumber daya alam

semata sebagai ‘pelengkap’ dari sisa kewenangan yang diberikan

mandat oleh UU sektoral (UU Perkebunan, UU Kehutanan, UU

Pengelolaan Sumber Air, UU Perlindungan Petani, UU Penggunaan

Tanah dan Air dll )

Aturan Pengalokasian Anggaran Desa untuk Pengelolaan Sumber Daya

Alam akan lebih berdampak menggunakan pendekatan “Kawasan “

Karena Dampak kerusakan Sumber daya alam tidak mengenal wilayah

administratif

Perlu ada “afirmasi anggaran” bagi Desa yang mendapat Dampak dari

kerusakan sumber daya alam (merubah formula DD, ADD dan atau

Bantuan Keuangan Kabupaten dan Provinsi )

Kelompok Perempuan di tingkat tapak menjadi kelompok strategis

yang perlu terus didorong keterlibatannya