refleksi diri

2
Refleksi diri Jika ditanya tentang refleksi diri, saya mencoba memulainya dengan mengulas keadaan/pengalaman saya dulu sebelum masuk kuliah di kedokteran UIN. Masuk di kedokteran merupakan suatu hal yang sangat membanggakan bagi diri saya sendiri dan juga orang tua. Sebenarnya saat itu saya belum mempunyai bayangan bagaimana sebenarnya UIN tersebut dan bagaimana belajar di kedokteran. Yang saya tahu adalah UIN dari namanya saja tercantum kata ISLAM, berarti khusus bagi muslim, dan kedokteran seperti kata orang – orang bahwa kedokteran itu susah dan tidak ada hari tanpa belajar, bukunya tebal – tebal. Dan ini membuat saya semakin penasaran, benarkah seperti itu.? Saya mencoba mencari tahu, setelah awal – awal tahun pertama kuliah dimulai akhirnya saya tahu bahwa sebagian dari perkataan orang – orang tersebut adalah benar. Bawha UIN memang khusus muslim dan kebanyakan mahasiswanya adalah lulusan MA dan Pesantren. Dan mengenai kedokteran apakah konotasinya menakutkan seperti kata orang tersebut, karena saya saat itu masih MABA jadi yang saya rasakan belum dikatakan begitu sulit. Tapi pikiran itu mulai muncul melihat dari perbedaan tugas PROPESA atau yang biasa disebut OSPEK, perbedaan tugas yang diberikan antara jurusan pendidikan dokter dengan jurusan kesehatan lain difakultas saya, dimana jurusan saya tersebut mendapat tugas yang lebih banyak dan lebih susah. Sampai saatnya sekarang saya di awal semester 5 ini merasakan bahwa belajar dikedokteran itu sangat susah sampai ada pepatah belajar dikedokteran itu adalah belajar seumur hidup (long life study). Saya yang merupakan lulusan SMA Negeri dengan modal ilmu keislaman yang dibilang sangat minim sekali,hanya berupa nilai – nilai dasar saja, saya bersyukur dapat mengembangkan ilmu tsb di UIN dan saya ada sedikit rasa menyesal kenapa dulu saya bukan lulusan pesantren, dan jawabannya karena pesantren msh kurang di daerah asal saya tersebut. Walaupun hanya lulusan SMA negeri dan rata – rata teman sekelas saya adalah lulusan pesantren dan MA, saya mencoba untuk belajar dan itu memberikan motivasi dan contoh perilaku buat saya. Pelajaran dgn unsur – unsur keislaman didalamnya memang sangat memberi nilai plus buat saya. Pengajaran – pengajaran seperti ini tidak didapatkan di

Upload: dadan-kurniawan

Post on 31-Jul-2015

162 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: Refleksi diri

Refleksi diri

Jika ditanya tentang refleksi diri, saya mencoba memulainya dengan mengulas keadaan/pengalaman saya dulu sebelum masuk kuliah di kedokteran UIN. Masuk di kedokteran merupakan suatu hal yang sangat membanggakan bagi diri saya sendiri dan juga orang tua. Sebenarnya saat itu saya belum mempunyai bayangan bagaimana sebenarnya UIN tersebut dan bagaimana belajar di kedokteran. Yang saya tahu adalah UIN dari namanya saja tercantum kata ISLAM, berarti khusus bagi muslim, dan kedokteran seperti kata orang – orang bahwa kedokteran itu susah dan tidak ada hari tanpa belajar, bukunya tebal – tebal. Dan ini membuat saya semakin penasaran, benarkah seperti itu.?

Saya mencoba mencari tahu, setelah awal – awal tahun pertama kuliah dimulai akhirnya saya tahu bahwa sebagian dari perkataan orang – orang tersebut adalah benar. Bawha UIN memang khusus muslim dan kebanyakan mahasiswanya adalah lulusan MA dan Pesantren. Dan mengenai kedokteran apakah konotasinya menakutkan seperti kata orang tersebut, karena saya saat itu masih MABA jadi yang saya rasakan belum dikatakan begitu sulit. Tapi pikiran itu mulai muncul melihat dari perbedaan tugas PROPESA atau yang biasa disebut OSPEK, perbedaan tugas yang diberikan antara jurusan pendidikan dokter dengan jurusan kesehatan lain difakultas saya, dimana jurusan saya tersebut mendapat tugas yang lebih banyak dan lebih susah. Sampai saatnya sekarang saya di awal semester 5 ini merasakan bahwa belajar dikedokteran itu sangat susah sampai ada pepatah belajar dikedokteran itu adalah belajar seumur hidup (long life study).

Saya yang merupakan lulusan SMA Negeri dengan modal ilmu keislaman yang dibilang sangat minim sekali,hanya berupa nilai – nilai dasar saja, saya bersyukur dapat mengembangkan ilmu tsb di UIN dan saya ada sedikit rasa menyesal kenapa dulu saya bukan lulusan pesantren, dan jawabannya karena pesantren msh kurang di daerah asal saya tersebut. Walaupun hanya lulusan SMA negeri dan rata – rata teman sekelas saya adalah lulusan pesantren dan MA, saya mencoba untuk belajar dan itu memberikan motivasi dan contoh perilaku buat saya. Pelajaran dgn unsur – unsur keislaman didalamnya memang sangat memberi nilai plus buat saya. Pengajaran – pengajaran seperti ini tidak didapatkan di universitas lain. Dengan adanya modul studi islam, dan dokter muslim disetiap modul – modul yang ada itu memberikan gambaran saya tentang bagaimana kita berprilaku islam dalam hkehidupan ini dan khususnya lagi dikaitkan dengan bidang kedokteran, dimana banyak hal- hal yang kontroversi yang diperdebatkan antara diperbolehkan atau tidaknya dalam islam tentang suatu perlakuan atau tindakan medis.

Jika ditanya ilmu tersebut apakah sudah teraplikasi kedalam diri anda?, jawabannya adalah ilmu – ilmu tersebut menambah wawasan saya, merubah mindset saya sungguh betapa besarnya karunia Allah SWT kepada kita semua, dan hingga merubah perilaku – perilaku saya. Saya mengambil contoh perilaku saya