referensi

80
Kamis, 18 Agustus 2011 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASTOIDITIS BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan kesehatan. Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah ditetapkan. Demakian halnya untuk masing – masing bidang pelayanan, salah satunya adalah bagian bedah, sehingga komplikasi pasca pembedahan dapat dihindari. Kondisi kesehatan masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau bisa disebut mastoiditis kronis. Di Amerika Serikat dan negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah, sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di negara-negara berkembang. Usia paling umum terkena adalah 6-13 bulan, Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh dan beresiko terkena penyakit mastoiditis. Di negara indonesia belum diketahui secara jelas persentasi kejadian dari pada mastoiditis ini, tetapi negara kita merupakan negara berkembang menuju negara yang maju yang masih rentan dan beresiko tinggi terhadap penyakit ini. Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan antibiotic per oral minimal selama 2 minggu. Jika pemberian antibiotic tidak memberikan hasil untuk mengatasi masalah ini, dilakukan mastoidiktomi (pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah). Walaupun angka kejadian dari penyakit mastoiditis di Indonesia ini mulai berkurang dari tahun ketahunnya namun hal ini merupakan

Upload: rica-novianita

Post on 26-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

oretoret

TRANSCRIPT

Page 1: referensi

Kamis, 18 Agustus 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASTOIDITIS

BAB 1PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Setiap individu berhak atas taraf hidup yang memadai bagi kesejahteraan dirinya maupun keluarganya, termasuk diantaranya sandang pangan, perumahan dan perawatan kesehatan. Pelayanan dirumah sakit diupayakan menuju standar mutu yang telah ditetapkan. Demakian halnya untuk masing – masing bidang pelayanan, salah satunya adalah bagian bedah, sehingga komplikasi pasca pembedahan dapat dihindari. Kondisi kesehatan masyarakat saat ini memungkinkan terjadinya perubahan pada pola penyakit. Salah satunya adalah penyakit yang menyerang telinga atau bisa disebut mastoiditis kronis.

Di Amerika Serikat dan negara maju lain, kejadian dari mastoiditis cukup rendah, sekitar 0,004%, meskipun lebih tinggi di negara-negara berkembang. Usia paling umum terkena adalah 6-13 bulan, Laki-laki dan perempuan sama-sama terpengaruh dan beresiko terkena penyakit mastoiditis. Di negara indonesia belum diketahui secara jelas persentasi kejadian dari pada mastoiditis ini, tetapi negara kita merupakan negara berkembang menuju negara yang maju yang masih rentan dan beresiko tinggi terhadap penyakit ini. Pengobatan biasanya diawali dengan pemberian suntikan antibiotik lalu disambung dengan antibiotic per oral minimal selama 2 minggu. Jika pemberian antibiotic tidak memberikan hasil untuk mengatasi masalah ini, dilakukan mastoidiktomi (pengangkatan sebagian tulang dan pembuangan nanah).

Walaupun angka kejadian dari penyakit mastoiditis di Indonesia ini mulai berkurang dari tahun ketahunnya namun hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa disepelekan karena apabila tidak ditangani dengan tepat maka klien akan mengalami gangguan pendengaran yang bersifat kronis dan sangat mengganggu kenyamanan,    hal inilah yang menjadi dasar kenapa penulis mengangkat makalah ini. Dan diharapkan kepada pembaca untuk bisa memahami secara umum maupun secara khusus tentang penyakit mastoiditis dan dapat mengaplikasikannya di kehidupan yang nyata.

B.     Tujuan

Page 2: referensi

1.      Tujuan UmumDengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami gambaran umum tentang Mastoiditis dan mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Mastoiditis.

2.      Tujuan KhususAdapun tujuan khususnya adalah:a.              Mengetahui tentang pengertian Mastoiditisb.              Mengetahui tentang anatomi fisiologis Mastoiditisc.              Mengetahui tentang etiologi dari Mastoiditisd.             Mengetahui tentang klasifikasi dari mastoiditise.              Mengetahui tentang patofisiologi dan pathwey dari Mastoiditisf.               Mengetahui tentang manifestasi klinis Mastoiditisg.              Mengetahui tentang komplikasi Mastoiditis

h.    Mengetahui tentang penatalaksanaan baik penatalaksanaan medis maupun penatalaksanaan keperawatan dari mastoiditisi.                Mengetahui tentang pemeriksaan penunjang Mastoiditisj.                Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Mastoiditis

 BAB IITINJAUAN TEORI

A.    DefinisiMastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga

tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalahsegala proses peradangan pada sel- selmastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).

Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama.Mastoiditis marupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel – sel mastoid udara yang melekat ditulang temporal. (  Reeves, 2001 )

Mastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat,menim bulkan peradangan dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis). (Parakrama, 2006)

B.     Anatomi fisiologis

Page 3: referensi

     Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar, tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada trimester pertengahan kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk sampai pubertas. Secara embriologi telinga luar dan tengah berasal dari celah brankial pertama dan kedua, sedangkan telinga dalam berasal dari plakoda otik. Sehingga suaru bagian dapat mengalami kelainan, sementara bagian lain berkembang normal. Pada kebanyakan kasus telinga luar dan tengah mengalami kelainan kongenital bersama-sama, sedangkan koklea berkembang normal. Hal ini memungkinkan rehabilitasi pendengaran pada kebanyakan kelainan telinga kongenital.

1.      Telinga bagian luar (Auris Eksterna)b.      Aurikula (Daun Telinga)

Menampang gelombang suara yang datang dari luar masuk ke dalam telinga.c.       Meatus Akustikus Eksterna

Saluran penghubung aurikula dengan membran timpani, panjangnya ± 2,5 cm terdiri dari tulang rawan dan tulang keras. Saluran ini mengandung rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat khususnya menghasilkan sekret – sekre berbentuk serum.

d.      Membrane TimpaniAntara telinga luar dan telinga tengah terdapat selaput gendang telinga yang disebut membrane timpani  

2.      Telinga Bagian Tengah (Auris Media)a.       Cavum Timpani

Rongga didalam tulang temporalis terdapat 3 buah tulang pendengaran yang terdiri dari malius, inkus dan stapes yang melekat pada bagian dalam membrane timpani dan bagian dasar tulang Stapes membuka pada fenestra ovalise.

b.      Antrum TimpaniMerupakan rongga tidak teratur yang agak luas terletak dibagian samping dari cavum timpani. Antrum timpani dilapisi oleh mukosa merupakan lanjutan dari lapisan mukosa cavum timpani, rongga ini berhubungan dengan beberapa rongga kecil yang disebul sellula mastoid yang terdapat dibelakang bawah antrum didalam tulang temporalis dan andanya hubungan ini dapat mengakibatkan menjalarnya proses radang.

c.       Tuba Auditiva EaustakiSaluran tulang rawan yang panjangnya ± 3,7 cm berjalan miring ke bawah agak ke depan, dilapisi oleh lapisan mukosa.

3.      Telinga bagian dalam (Auris Interna)Serangkaian saluran bawah dikelilingi oleh cairan dinamakan perilimfe.

a.              Vestibulum

Page 4: referensi

Bagian tengah labirintus osseous pada vestibulum ini membuka fenestra ovale dan venestra rotundum dan pad abagian belakang atas menerima muara canalis semnisirkularis

b.      CochleaBerbentuk seperti rumah siput, pada cochlea ini ada 3 pintu yang menghubungkan cochlea dengan vestibullum, cavum timpani dan canalis cochlearis.

c.       Labirintus Membranosus1.      Utrichulus

Bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada tempatnya oleh jaringan ikat, disini terdapat saraf (nervus akustikus) pada bagian depan dan sampingnya ada daerah yang lonjong disebut makula akustica utricula

2.      Sachulus3.      Duktus Semi Sirkularis4.      Duktus Cochlearis

C.    EtiologiMastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang

dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi .Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoidPenyebab lain dari Mastoiditis antara lain:

1.      terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut2.      Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Berkaitan

dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut  yaitu streptococcus pnemonieae.3.      Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis,streptococcus group-

A dan staphylococcus aureus ,streptococcus aureus. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus pnemonieae.

D.    KlasifikasiKlasifikasi dari mastoiditis antara lain:

  Acute mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis media akut suppurative.

  Chronic mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit telinga kronis.  Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.  Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di organ tubuh yang

lain.

E.     PatofisiologiPenyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak ditangani dengan

baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara mastoid

Page 5: referensi

      Mastoiditis  kronik  dapat  mengakibatkan  pembentukan kolesteatoma yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantung luar yang akan berisi kulit yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat melekat  kestruktur telinga tengah  dan  mastoid. Bila  tidak  ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan     paralisisnervus fasialis. Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat erusi telinga dalam) dan absesotak .

Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik, peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna). Pada  bentuk maligna  peradangan  berlanjut  ke  dalam  tulang tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, absissubdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkin juga terjadi hidrosefalus

Mastoiditis dapat  terjadi  pada  pasien-pasien  imunosupresi atau  mereka  yang menelantarkan  otitis  media  akut  yang dideritanya. Penyakit ini berkaitan dengan   virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang lazim adalah sama dengan penyebab  otitis  media  akut  yaitu streptococcus  hemlytiens, pneumococcus,   sthapilococcus  aureus  lalbus,  streptococcusviridans.

Kuman aerobPathway :Gram negative : proteus, pseudomonas spp E colli, kuman anaerobBakterioides sppTimbul Infeksi pada telingaEksogen infeksi dari luar melalui perforosi membrane tympaniRinogen dari penyakit ronggga hidung dan sekitarnyaEndogen alergi,DM, TBC paruPeradangan pada MastoidMastoiditisNyeriGangguan rasa nyaman NyeriTimbul suara dengingCemasGangguan pendengaranGangguan KomunikasiKemerahan pada mastoidKerusakan jaringan/dikontinuitas jaringanHipertemiKeluarnya pushPenurunan harga diri

Page 6: referensi

F.     Manifestasi KlinisAdapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:

1.         Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

2.         Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.

3.         demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.

G.    KomplikasiKomplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik  adalah

1.      Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi gendang telinga  dengan cairan yang terus menerus keluar.

2.      Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema

3.      Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.

4.      Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak

H.    PenatalaksanaanA.    Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis klien dengan mastoiditis antara lain:1.      Pemberian antibiotik sistemik

Diberikan beberapa minggu sebelum operasi dapat mengurangi atau menghentikan supurasi aktif dan memperbaiki hasil pembedahan.

2.      Pembedahana.    Timponoplasti

Adalah rekonstruksi bedah pada mekanisme pendengaran ditelinga tengah, dengan memperbaiki membrana tympanica melindungi finestra cochlease dari tekanan suara. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk menyelamatkan dan memulihkan pendengaran, dengan congkok membran timpani dengan rekonstruksi telinga tengah. Sedangkan tujuan skundernya adalah untuk mempertahankan atau memperbaiki pendengaran (timpanoplasti) bilamana mungkin. Terdapat berbagai teknik timpanoplasti yang berbeda yaitu pencangkokan (kulit, fasia, membran timpani homolog) dan rekonstruksi (osikula homolog, kartilago dan aloplastik).

Page 7: referensi

b.      MastoidektomiAdalah pembedahan pada tulang mastoid. Tujuan dilakukan mastoidektomi adalah untuk menghilangkan jaringan infeksi, menciptakan telinga yang kering dan aman.

B.     Penatalaksanaan keparawatanPenatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain:

1.      Perawatan Pre-operasiPerawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijatwalkan untuk menjalani tympanoplasty.

2.      Perawat post operasiRendaman antiseptik gauze (an antiseptic-soaked gauze) sepertilodoform gauze (nauga-uze) dimalut dalam kanal audiotori.

3.      Terapi konservatifYaitu menasehati unuk menjaga telinga agar tetap kering serta membersihkan telinga dengan penghisap secara berhati-hati ditempat praktek.

4.      Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid.

C.    Pemeriksaan Penunjang1.       Pemeriksaan Darah2.       Foto Mastoid3.       Kultur Bakteri Telinga4.       MRI5.       CT Scant6.       Radiologi7.       Tympanocintesis & myringotomi

D.    Pengkajian keperawatan

pengkajian yang dilakukan antara lain:1.      Keluhan utama

Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang engan sekala nyeri 62.      Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.

3.      Riwayat kesehatan dahuluAdanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.

4.      Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik yang didapat:

a.       Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)b.      Kemerahan pada kompleks mastoidc.       Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir

Page 8: referensi

d.      Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)e.       Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)f.       Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain

Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

E.     Diagnosa keperawatan

diagnosa keperawatan yang muncul pada mastoiditis antara lain:1.      Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran.2.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.3.      Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi.4.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi sensori auditoris.5.      Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.6.      Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.7.      Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.8.      Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.

F.     Intervensi dan Rasional1.      Perubahan sensori/persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan pendengaran

Tujuan       : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu mendengar dengan baikKriteria Hasil    : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum                     b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

No Intervensi Rasional

1. Kaji tentang ketajaman pendengaran

Menentukan seberapa baik tingkat pendengaran klien

2. Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat

Untuk menjamin keuntungan maksimal

3. Bantu pasien berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan membicarakannya hal tersebut

Untuk memaksimalkan pendengaran

2.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasiTujuan          : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh dapat normal (360-370C)

Page 9: referensi

Kriteria Hasil:  a.  Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)                         b. Kulit tidak teraba hangat                         c. Wajah tidak tampak merah                         d. Tidak terjadi dehidrasi

No Intervensi Rasional

1. Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien

2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien

3. Ajarkan kompres hangat dan banyak minum

Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti cairan tubuh yang hilang

4. Kolaborasi dengan pemberian antipiretik

Untuk menurunkan panas

3.      Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mendengar petunjuk auditoris

Tujuan       : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat berkomunikasi dengan baik

Kriteria Hasil        :  a.       Pasien terlibat dalam proses komunikasi

                 b.       Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibir

                 c.       Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan

No Intervensi Rasional

1. Berbicara jelas dan tegas tanpa bergerak

Membantu pasien merangsang komunikasi verbal

2. Kurangi kegaduhan lingkungan Mempermudah pasien dalam mendengar

3. Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan pasien tentang perilaku yang memudahkan membaca gerak bibir

Untuk merangsang komunikasi verbal

4. Bila menggunakan alat bantu dengar, kenakan pada telinga yang tidak dioperasi

Mempermudah pasien mendengar sehingga dapat lancar dalam berkomunikasi

4.      Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan

Page 10: referensi

Tujuan       : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi

Kriteria Hasil    : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang

                           b. Skala nyeri turun

                           c. Wajah pasien tampak rileks

No Intervensi Rasional

1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, intensitas

Mengetahui ketidakefektifan intervensi

2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi dan ciptakan lingkungan yang tenang

Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri dan mengurangi nyeri

4. Kolaborasi pemberian analgesik, antibiotika, dan anti inflamasi sesuai indikasi

Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan mengurangi peradangan sehingga mempercepat penyembuhan

5.      Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah terhadap jaringan.Tujuan     : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi dapat hilang atau teratasiKriteria Hasil    : a.  Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

No Intervensi Rasional

1. Observasi keadaan umum pasien selama 24 jam

Mengetahui keadaan umum pasien

2. Anjurkan pentingnya cuci tangan dan mencuci telinga luar

Mencegah penularan penyakit

3. Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi

4. Kolaborasi pemberian antibiotik profilaksis

Agar dapat membunuh kuman, sehingga tidak menularkan penyakit terus-menerus

6.      Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedahTujuan     : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ansietas berkurang

Kriteria Hasil       : a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontra impuls, penahanan mutilasi diri secara konsisten dan substansial

                      b.  Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif

Page 11: referensi

No Intervensi Rasional

1. Informasikan pasien tentang peran advokat perawat intra operasi

Kembangkan rasa percaya/ hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing

2. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukan penundaan prosedur pembedahan

Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur/ zat-zat anestesi

3. Cegah pemajan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada tulang operasi

Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan untuk melatih kontrol

4. Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang

Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit

5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas

6. Berikan obat sesuai petunjuk, misal; zat-zat sedatif, hipnotis

Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan; meningkatkan kemampuan koping

7.      Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi cideraKriteria Hasil  : Tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional

1. Cegah infeksi telinga tengah Agar kerusakan pendengaran tidak meluas

2. Meminimalkan tingkat kebisingan di unit perawatan intensif

berhubungan dengan kehilangan pendengaran

3. Lakukan upaya keamanan seperti ambulasi terbimbing

Untuk mencegah pasien jatuh akibat vertigo/ gangguan keseimbangan

4. Kolaborasi dengan pemberian Mengurangi nyeri kepala sehingga

Page 12: referensi

obat antiemetika dan outivertigo sesuai indikasi, misalnya antihistamin

terhindar dari jatuh

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN

A.    KasusNy. S berusia 40 tahun opnam di RS respati  yogyakarta sejak 1 hari yang lalu klien datang

dengan keluhan pendengaran telinga kiri dan kanan  menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun yang lalu, klien juga mengatakan terasa nyeri pada kedua tulang telinga bagian belakang, skala nyeri 6, dan klien mengeluh telinga kanan dan kiri 1 bulan terakhir sering basah karena keluar cairan dari  dalam telinga, dari hasil pengkajian didapatkan TTV: TD 130/80 mmHg, nadi 84x/mnt,RR 24x/menit, suhu 38,8oC, klien mengatakan badannya terasa demam dan kepalanya kadang- kadang  pusing Kemerahan pada kompleks mastoid, Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dan pus.

Hasil pemerikasaan penunjang didapatkan:         Ct scant         : ada kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam. Yang memperlihatkan

penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah di samping dalam rongga mastoid.         Foto Ro: Mastoiditis bilateral tipe sklerotik.          Otoskopi: terlihat infeksi telinga tengah

B.   Pengkajian KeperawatanA.    Pengkajian

Tanggal Masuk : 18 agustus 2011Jam      : 8.45 WIB                 NamaPerawat              : ViktorinusTanggalPengkajian      : 18 agustus 2011Jam Pengkajian           : 09:00

1.    BiodataPasien                                  Nama                                                :Ny. sUmur                                     : 45 tahunAgama                                  : IslamSuku                                      : JawaPendidikan                            : SD

Page 13: referensi

Pekerjaan                              :Ibu Rumah TanggaStatus pernikahan                 :MenikahAlamat                                  :Jl.patimura no 64 B sleman.DiagnosaMedis                     :mastoiditis

Penanggungjawab  Nama                                                :Tn, PUmur                                     : 50 tahunAgama                                  : IslamSuku                                      : JawaPendidikan                            : SMAPekerjaan                              :wiraswataStatus pernikahan                 :menikahAlamat                                  :Jl.patimura no 64 B sleman.Hubungandenganpasien       :Suami

2.    Keluhan Utama

Klien mengatakan pendengaran telinga kanan dan kiri menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun.

3.      RiwayatKesehatan  Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri pada kedua telinga bagian belakang, dan 1 bulan ini telinga kanan dan kiri sering basah akibat keluarnya cairan dari dalam telinga.

  Riwayat Penyakit Dahulu :Tuli konduksi, perforasi membran timpani/perforasi sub total. Klien tidak memiliki riwayat alergi.

  Riwayat penyakit keluarga        :Keluarga klien tidak mempunyai riwayat penyakit keluarga seperti hipertensi, DM, asma, penyakit jantung koroner.

Genogram

Keterangan:      : Perempuan      : laki-laki      : pasien      : tinggal satu rumah

4.    Basic Promotion Physiology of health

Page 14: referensi

a.       Aktivitas dan latihan:Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan tes pendengaran,

b.      Tidur dan istirahatSebelum:                         Lama Tidur      : 8-9 jam                         Tidur siang       : Ya

Selama sakit:                         Lama tidur       : 4 jam                         Tidur siang       : ya

c.       Kenyamanan dan nyeriPaliatif dan profokatif  : nyeri terjadi  saat klien beraktivitas dan berkurang saat klien duduk dan istrahat

Quality         : nyeri tekanRegion          : nyeri pada bagian belakang telinga kiri dan kananScale             : 6Time             :0-10 menit nyeri hilang timbul

d.      NutrisiSebelum:

1)      Frekuensi makan                       : 3x12)      BB/TB                                      : 50kg/155cm3)      Jenis makanan                           : Padat4)      Makanan yang di sukai             : Sate5)      Makanan pantang                     : Tidak ada makanan pantang6)      Nafsu makan                            : Porsi makan selalu di habiskan7)      Masalah pencernaan                 : Tidak ada masalah pencernaan8)      Diit RS                                     : Tidak ada program diet dari RS

Selama sakit:1)      Frekuensi makan                      : 3x12)      BB/TB                                     : 50  kg/155cm3)      IMT                                         :20,414)      BB dalam satu bulan terakhir  : tidak ada penurunan berat badan5)      Jenis makanan                          : Padat6)      Makanan yang disukai             : Sate7)      Makanan pantang                    : makanan yang asin-asin8)      Nafsu makan                           : Porsi makan tidak di habiskan9)      Masalah pencernaan                : tidak ada masalah pencernaan10)  Diit RS                                                : tidak ada program diet RS11)  Kebutuhan pemenuhan ADL makan : Mandiri

Page 15: referensi

e.       Cairan, elektrolit dan asam basaSebelum:

1)      Frekuensi minum/24jam           : 1500-1600cc2)      Turgor kulit                               :  Elastis          

Selama sakit:1)      Frekuensi minum/24jam        : 1000cc2)      Turgor kulit                           : Tidak elastis3)       

f.       OksigenasiSesak nafas                 : TidakBatuk                          : TidakSputum                        : TidakNyeri dada                  : TidakRR                               : 24x/mnitKedalaman Napas       : Inspirasi dalamIrama                           : Reguler

g.      Eliminasi urinSebelum:

1)      Penggunaan Kateter          : Tidak ada penggunaan kateter2)      Warna                                : Bening

Selama sakit:1)      Penggunaan Kateter          : Tidak ada penggunaan kateter2)      Warna                                : urine bening

h.      Eliminasi fekalSebelum dirawat:Klien mengatakan BAB lancar sebelum sakit dan tidak diareSelama dirawat :Klien mengatakan BAB lancar sebelum sakit dan tidak diare

i.        Sensori persepsi dan kognitifGgn penglihatan           : Tidak

Ggn pendengaran         : Ya klien kesulitan dalam mendengar pembicaraan     orang lainGgn penciuman         : TidakGgn sensori taktil      : TidakGgn pengecapan       : Tidak

Page 16: referensi

5.    Pemeriksaan fisika.         Keadaan umum

Kesadaran         : ComposmetisGCS                  : 15 ; (E4 V6 M5)Vital Sign          :TD               :130/80 mmHg                          Nadi             : 84x/mnit                          Irama            : reguler                          Kekuatan      : kuatRespirasi            : 24x/mnitIrama                 : teraturSuhu                  : 38,80C

b.        KepalaKulit                  : Bersih tidak ada lesi,dan sianosisMuka                 : simetris, Tidak ada lesi dan sianosisMata                  : Konjungtiva               : anemis                                    : Sclera                         : anikterik                          : Pupil                           : Isokor                          : Reflek Cahaya           : Positif                         Hidung              : Simetris Kiri kanan, tidak ada sumbatanMulut                : Gigi                : tidak ada karies gigi                          : Bibir               : Mukosa bibir lembabTelinga              : Simetris, ada penumpukan serumen,pus, ada pembengkakan pada kedua telinga bagian belakang dan tampak kemerahan dan nyeri.

c.       Leher                  :Simetris tidak ada pembesran kelenjar Tiroid, maupun pembesaran JVP, tidak ada kesulitan menelan

d.        DadaBentuk              : Simetris                          : Pulmo : Inspeksi         : Bentuk dada Ki/ka Simetris

: Palpalsi           :Taktil fremitus Ki/Ka dan                       pengembangan dada sama                                       : Perkusi          : sonor                                       : Auskultasi     : tidak ada bunyi napas tambahan

                                   Cor       : Inspeksi         : Ictus cordis tidak terlihat: Palpasi            : tidak ada pembesaran pada jantung di mid axila

                                                : Perkusi          : redup

Page 17: referensi

                                                : Auskultasi     : tidak ada bunyi jantung tambahan

e.         AbdomenInspeksi              : simetrisAuskutasi           : peristaltik usus 15x/mnit

Palpasi                 : Tidak ada pembesaran Hepar, ada benjolan di perut bagian bawah saat di palpasi benjolan teraba padat benjolan menetap, diameter 1cmPerkusi               : Suara tymphani

f.         Genitalia            : tidak terkaji

g.        Rektum             : tidak terkaji

h.        EkstremitasAtas                  ROM Kanan     : derajat 5 (normal)ROM Kiri          : derajat 5 (normal)Bawah              ROM Kanan     : derajat 5 (normal)ROM Kiri          : derajat 5( normal)Capilarry reffil  : < 2 detikROM Ka/ki       : AktifAkral                 : hangat

6.      Psiko sosio budaya dan spiritualPsikologi:perilaku verbal pasien kurang komunikatif . keadaan emosi pasien  tidak stabil karena ia merasa cemas dengan kondisinya. Klien mudah tersinggungSosio :Klien kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya, bicara dengan klien harus keras dan menggunakan isyarat dengan tangan, jarak harus dekat dengan klien.

Budaya :Dalam  kesehariannyan klien berbahasa jawa.Spiritual:  Klien beragama islam. Ia selalu rajin beribadah.

7.      Pemerikasaan penunjang

  Foto Ro: Mastoiditis bilateral tipe sklerotik. 

Page 18: referensi

  Ct scant  : ada kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam. Yang memperlihatkan penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah di samping dalam rongga mastoid.

  Otoskopi: terlihat infeksi telinga tengah8.      Terapi/Pengobatan  Infus RL 20 tts/mnt.

  Klindamycin 3x300 mg.

  Mefenamat acid 3x500 mg k/p

ANALISA DATA

TGL/JAM DATA FOKUS ETIOLOGI PROBLEM

18 agust 2011

09.15 wib

DS:P  : nyeri terjadi  saat klien beraktivitas dan

berkurang saat klien duduk dan istrahatQ: nyeri tekanR:  nyeri pada bagian belakang telinga kiri

dan kananS: 6T: 0-10 menit nyeri hilang timbulDO :TTV: TD 130/80 mmHg, N 84x/mnt, RR 24x/mnt

Agen injuri biologis

Nyeri kronis

18 agust 2011

09.15 wib

DS:      Klien mengeluh pendengaran telinga kiri

dan kanan  menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun yang lalu, dan klien mengeluh telinga kanan dan kiri 1 bulan terakhir sering basah karena keluar cairan dari  dalam telinga

      Klien mengatakan kepalanya kadang- kadang  pusing

DO:      Keluarnya cairan dari kedua telinga klien

baik bening maupun berupa lendir dan pus

      TTV: TD 130/80 mmHg, nadi

Perubahan presepsi sensori

Gangguan sensori/persepsi

(auditoris)

Page 19: referensi

84x/mnt,RR 24x/menit, suhu 38,8oC,      Hasil pemerikasaan penunjang

didapatkan:

       Ct scant         : ada kelainan telinga tengah, mastoid dan telinga dalam. Yang memperlihatkan penebalan mukosa dalam rongga telinga tengah di samping dalam rongga mastoid.

       Foto Ro: Mastoiditis bilateral tipe sklerotik. 

       Otoskopi: terlihat infeksi telinga tengah

18 agust 2011

09.15 wib

DS:  klien mengatakan badannya terasa

demamDO:

  badan klien terasa panas, TTV: TD 130/80mmHg, N 110x/mnt, Suhu 38,8oC

proses inflamasi Hipertermi

Prioritas Diagnosa

1.      Nyeri berhubungan agen injuri biologis ditandai dengan, P  : nyeri terjadi  saat klien beraktivitas dan berkurang saat klien duduk dan istrahat, Q: nyeri tekan, R: nyeri pada bagian belakang telinga kiri dan kanan, S: 6, T: 0-10 menit nyeri hilang timbul,TTV: TD 130/80 mmHg, N 84x/mnt, RR 24x/mnt

2.        Gangguan  sensori/persepsi (auditoris) b.d Perubahan presepsi sensoriditandai dengan Klien mengeluh pendengaran telinga kiri dan kanan  menurun/tidak mendengar sejak 2 tahun yang lalu, dan klien mengeluh telinga kanan dan kiri 1 bulan terakhir sering basah karena keluar cairan dari  dalam telinga, klien mengatakan kepalanya kadang- kadang  pusing. Keluarnya cairan dari kedua telinga klien baik bening maupun berupa lendir dan pusing.TTV: TD 130/80 mmHg, nadi 84x/mnt,RR 24x/menit, suhu 38,8oC,

3.    Hipertermi b.d proses penyakit yang ditandai dengan klien mengatakan badannya terasa demam, badan klien terasa panas.

TTV: TD 130/80mmHg, N 110x/mnt, Suhu 38,8oC.

Page 20: referensi

RENCANA TINDAKAN

NO DIAGNOSATUJUAN DAN

KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONALTTD/

NAMA

1 Nyeri berhubungan agen injuri biologis

Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam nyeri klien dapat teratasi dengan kriteria hasil;

1.      Klien mengatakan nyeri berkurang dengan sekala nyeri dari 6 ke 3

2.      Klien tampak rileks

3.      TTV dalam batas normal TD:110-120/70-80 mmhgN:60-100

1.    Kaji skala nyeri klien

2.    Lakukan pemeriksaan fisik telinga

3.    Ajarkan tehnik relaksasi

4.    Kolaborasikan dengan dokter pemberian analgetik

1.     Untuk mengetahui tingkatan nyeri yg dirasakan klien.

2.     Untuk mengetahui keadaan dan kondisi telinga klien

3.     Untuk mengurangi rasa nyeri yg dirasakan klien

4.     Untuk mengatasi rasa nyeri,sehingga nyeri dapat berkurang dalam pemberian obat

klmpk 2

2. Gangguan  sensori/persepsi (auditoris) b.d Perubahan persepsi sensori

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam penurunan sensori persepsi dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1.      Klien mengatakan sudah tidak

1.      pantau dan dokumentasikan perubahan status neurologis pasien

2.      lakukan pemeriksaan fisik telinga

3.      kolaborasikan untuk pemberian alat bantu poendengaran

1.      untuk mengetahui adanya perrubahan terhadap status neurologis pasien

2.      untuk mengetahui keadaan umum telinga klien dan mengurangi pengeluaran

klmpk 2

Page 21: referensi

pusing lagi,2.      Klien

mengatakan sudah dapat mendengar kembali

3.      Hasil pemeriksaan fisik telinga dalam rentang normal

cairan3.      membantu klien

untuk mendengar

3. Hipertermi b.d proses penyakit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam hipertermi dapat diatasi dengan kriteria hasil:

1.      Klien mengatakan sudah tidak demam lagi

2.      Badan klien tidak panas lagi

3.      TTV dalam rentang normal,  suhu 36,5-37,5oC, TD 110-120/70-80 mmHg N 60-100

1.      Monitor suhu tubuh klien

2.      Lakukan kompres hangat

3.      Anjurkan klien menggunakan pakaian yang tipis

4.      Kolaborasihan dengan dokter untuk pemberian antipiretik

1.      Untuk mengetahui penurunan suhu tubuh klien

2.      Membantu menurunkan suhu tubuh klien

3.      Untuk menurunkan hipertermi

4.      Agar suhu tubuh klien kembali normal

klmpk 2

CATATAN PERKEMBANGAN 1

Page 22: referensi

NO TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASINAMA/

TTD

1. 18 Agustus 2011

09.15 wib

1.        Mengkaji skla nyeri klien

S: klien mengatakan nyeri berkurang

skala nyeri 3 klien tampak rileks

2.         Melakukan pemeriksaan fisik telingaS : -O: klien mau untuk dilakukan pemeriksaan fisik3.        Mengajarkan tekhnik relaksasi

S: klien mengatakan mau diajarkan tehnik relaksasi

O: klien tampak mengerti semua yang diajarkan

4.         Berkolaborasikan dengan dokter pemberian analgetikS:-

O: klien mau menerima terapi analgesik

18 Agustus 2011

13.00 WIBS: Klien mengatakan sudah tidak

merasa nyeri lagi

O: Skala nyeri klien 3, klien tampak rileks

A: Tujuan tercapai

P: Intervensi dihentikan

klmpk 2

2. 18 Agustus 2011

09.30 wib

1.      Memantau dan dokumentasikan perubahan status neurologis pasienS:-O: status gizi klien baik

2.      Melakukan pemeriksaan fisik telingaS:-

O: Telinga klien sedikit kemerahan dan masih ada oedema

3.      Berkolaborasi untuk pemberian alat bantu pendengaran.S:-

18 Agustus 2011

13.00 WIBS: Klien sudah dapat mendengar

walaupun belum bisa mendengar secara efektif

O: Telinga klien sedikit kemerahan dan masih ada oedema

A: Tujun belum tercapai

P: Intervensi  1,2  dilanjutkan

klmpk 2

Page 23: referensi

O: klien menerima alat bantu pendengaran

3. 18 Agustus 2011

09.50 wib

1.      Memonitoring suhu tubuh klienS:O: suhu tubuh klien dalam rentang normal (37,5oC)

2.      Melakukan kompres hangatS: klien mengatakan mau dikompres

hangatO: klien menerima kompres hangat

3.         Menganjurkan klien menggunakan pakaian yang tipisS:-O: klien melakukan semua yang dikatakan perawat

4.      Berkolaborasihan dengan dokter untuk pemberian antipiretikS:-O: klien menerima analgesik

18 Agustus 2011

13.00 WIB

S:  Klien mengatakan sudah tidak demam lagi

O: Suhu tubuh klien sudah kembali normal  (36,5 – 37,50 C)

A: Tujuan tercapai

P: Intervensi dihentikan

klmpk 2

CATATAN PERKEMBANGAN II

NO TANGGAL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI NAMA/TTD

2 19 Agustus 2011

13.00 WIB1.      Memantau dan

dokumentasikan perubahan status

19 Agustus 2011

19.45 WIBS: Klien sudah dapat

klmpk 2

Page 24: referensi

neurologis pasienS:-O: status gizi klien baik

2.      Melakukan pemeriksaan fisik telingaS:-

O: Telinga klien tidak merah dan tidak ada oedem

3.      Berkolaborasi untuk pemberian alat bantu pendengaran.S:-O: klien menerima alat bantu pendengaran

mendengar walaupun belum bisa mendengar secara efektif

O: telinga klien sudah tidak kemerahan dan oedem

A: Tujun tercapai

P: Intervensi  1,2 dihentikan

Page 25: referensi

BAB IVPENUTUP

a.      KesimpulanMastoiditis adalah sel-sel udara mastoid sering kali terlibat, menimbulkan peradangan

dan nekrosis tulang yang terlokalisasi dan ekstensif (osteomyelitis)Mastoiditis diakibatkan oleh menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi

dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoid. Mastoiditis kronik dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitel skuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna)

Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang telah diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik

b.      SaranPenulis menghimbau kepada semua pembaca pada umumnya dan mahasiswa S1

keperawata universitas Respati yogyakarta  pada khususnya agar selalu menjaga kebersihan telinga dari virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang terkena otitis harus diobati secara tuntas agar tidak terjadi infeksi pada prosesus mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih parah.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, G.L, 1997, BOIES Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGCCandra, S. P, 2006, Ringkasan Patologi Anatomi, Jakarta: EGCSmeltzer, S. C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Jakarta: EGCWilkinson, J. M, 2007, Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil

NOC, Jakarta: EGChttp://ndrie-askep.blogspot.com/2009/08/askep-mastoiditis.html

Diposkan oleh yudiarpandi di 22.32  http://yudiarpandi01.blogspot.com/2011/08/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html

Page 26: referensi

Askep Mastoiditis

diposting oleh nuzulul-fkp09 pada 12 October 2011

di Kep Sensori dan Persepsi - 2 komentar

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) MASTOIDITISBAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Mastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati secara tidak memadai

dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara

dengan osteoporosis hiperemik, nekrosis karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan

pembentukan empiema. Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada anak yang mengalami

pemecahan membran timpani secara spontan selama otitis media dan yang kemudian

mengalami nyeri telinga yang makin mendenyut dengan bertambahnya volume cairan

purulen yang keluar dari telinga. Demam dapat berlangsung terus menerus meskipun telah

mendapat antibiotik.

Dari catatan medis di salah satu rumah sakit di Jakarta Pusat sepanjang Januari 2004 sampai

Desember 2005 didapatkan 95 pasien dengan mastoiditis akut. Hanya pasien yang belum

mendapatkan pengobatan baik topikal ataupun sistemik sekurangnya 5 hari terakhir yang

dilakukan dalam penelitian. Angka kejadian mastoiditis rata-rata 27 tahun termuda 5 tahun

dan tertua 70 tahun terbanyak antara 21-30 tahun (36,8%) terhadap kesamaan distribusi

gender dalam penelitian ini (laki-laki 53,7% dan wanita 46,3%).(anonim, 2008)

Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan

otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari

organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak

segera tertangani akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.

Kelompok mencoba memaparkan tentang konsep mastoiditis beserta asuhan

keperawatannya dengan harapan dapat berguna bagi mahasiswa maupun praktisi

kesehatan sebagai salah satu sumber referensi.

1.2  Rumusan Masalah

Apa konsep teori dari mastoiditis dan bagaimana proses keperawatan klien dengan

mastoiditis?

 

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Page 27: referensi

Menjelaskan tentang konsep dan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada klien

dengan mastoiditis.

1.3.2        Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari mastoiditis

2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari mastoiditis

3. Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari mastoiditis

4. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari mastoiditis

5. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari mastoiditis

6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari mastoiditis, meliputi :

1. Pengkajian

2. Diagnosa keperawatan

3. Perencananaan Intervensi Keperawatan

4. WOC

1.4 Manfaat

Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan

keperawatan pada klien dengan mastoiditis, serta mampu mengimplementasikannya dalam

proses keperawatan.

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Definisi

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.

Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya

perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama

kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin

banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di

belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum ( Sumber, tahun)

2.2 Etiologi

Menurut Reeves (2001: 19) etiologi mastoiditis adalah:

1. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-

sel udara mastoid

2. Mastoiditis dapat terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut

Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

Page 28: referensi

1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang

dideritanya

2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut 

yaitu streptococcus pnemonieae.

Bakteri penyebab lain  ialah Streptococcus hemolytikus (60%), Pneumococcus (30 %),

staphylococcus albus, Streptococcus  viridians, H. Influenza

2.3  Manifestasi Klinis

Menurut George (1997: 106) manifestasi klinis pada penderita mastoiditis antara lain:

1. Demam biasanya hilang dan timbul.

2. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam telinga,

dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.

3. Gangguan pendengaran sampai dengan kehilangan pendengaran.

4. Membran timpani menonjol berisi kulit yang telah rusak dan bahas sebaseus (lemak).

5. Dinding posterior kanalis menggantung.

6. Pembengkakan postaurikula.

7. Temuan radiologis yaitu adanya apasifikasi pada sel-sel udara mastoid oleh cairan

dan hilangnya trabukulasi normal sel-sel tersebut.

8. Keluarnya cairan yang melimpah melalui liang telinga dan berbau.

 

2.4  Patofisiologi

Mastoiditis umumnya disebabkan oleh Infeksi

oleh streptococcus (60%),pneumococcus (30%), staphylococcus aureus/albus, s. viridians, H.

influezae. Bakteri ini menyerang telinga bagian luar kemudian menjalar ke cavum tympani.

Cavum tympani mengalami peradangan.  Eksudat mulai terakumulasi. Kemudian infeksi

menjalar ke tulang mastoid, mastoid menjadi meradang. Peradangan mastoid ini bisa

menjadi 4 macam yaitu jenis I yaitu mastoiditis disertai nanah dan jaringan granulasi, jenis II

mastoiditis dan kolesteatom, mastoiditis campuran (campuran jenis 1 dan 2), Mastoiditis

yang sklerotik .

Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan nanah semakin meningkat,

kemudian dapat menimbulkan edema dan ulserasi dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya

eksudat dan nanah menekan pembuluh darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis

dan granulasi ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa mengalami peradangan

(osteitis).  Peningkatan akumulasi eksudat di telinga bagian dalam. Eksudat bercampur

nanah mencoba mencari jalan keluar. Komplikasi selanjutnya  abses subperiosteum.

 

Page 29: referensi

2.5  Penatalaksanaan

Terapi

Harus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per oral dalam dosis besar,

karena organisme penyebabnya mungkin Streptococcus β-hemoliticus atau Pneumococcus.

H .influenza. Tetapi harus juga sesuai  dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.

 

Pembedahan 

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada

respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total

yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-

lihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran.

Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian

yang lain. 

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang semuanya atau

ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga te-ngah.

Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah

(syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah sam-

ping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping

(syaraf kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis

media purulen yang kronis dan luka infeksi.

Mastoidektomi

1. Mastoidektomi Sederhana

Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek mastoid dari arah permukaan

luarnya, membuang jaringan patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak,

menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila tersumbat. Masteidoktomi simple

yang lengkap harus membuang seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut sino-dura,

sel mastoid di tegmen mastoid, dan sampai seluruh sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada

mastoidektomi simple untuk OMSK, jarang sekali dibutuhkan  mastoidektomi simple

lengkap, cukup hanya membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila

tersumbat, sedangkan sel pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.

Dibedakan menjadi :

1. Operasi  pada jaringan lunak

Operasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang akan dipakai, apakah enaural

atau retroartikuler.

Page 30: referensi

1. Operasi pada bagian tulang

Mastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid dengan tetap

memperetahankan keutuhan tulang dinding belakang liang telinga.

Mastoidektomi Superfisial

Patokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea temporalis, spina Henle,

segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor

yang paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang diirigasi lebih dahulu agar

serbuk tulang tidak bertebangan. Irigasi juga berguna untuk meredam panas yang

ditimbulkan gesekan mata bor dengan tulang.

Mastoidektomi dalam

Antrum Mastoid

Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus dituju pada setiap

mastoidektomi karena ruangan ini berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang

menghubungkan rongga mastoid dengan kavum timpani. Dengan melanjutkan pengeboran

langsung di belakang liang telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi

tipis, juga dengan melakukan pengeboran di rongga mastoid bertepatan dengan tegmen

mastoid, maka di sebelah dalam segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum

mastoid.

Aditus ad Antrum

Aditus ad antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian anterior-superior pertemuan

dinding belakang liang telinga dengan tegmen mastoid.

Fosa Indikus

Fosa indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian tulang prosesus zigomatikus

yang menutupi antrum.

2.   Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuh

Timpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty, modified radical

mastoidectomy, open method tympanoplasty) adalah modifikasi dari mastoidektomi radilkal.

Mastoidektomi radikal yang klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di

rongga mastoid, meruntuhkan dinding belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel

mastoid yang mempunyai drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel

mastoid di sudut sino-dura, di daerah segitiga Trautman. Mukosa kavum timpani juga

dibuang seluruhnya, muara tuba eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud

tindakan ini adalah untuk membuang seluruh jaringan patologis dan meninggalkan kavitas

Page 31: referensi

operasi yang kering. Mukosa sel-sel mastoid atau kavum timpani yang tertinggal akan

meninggalkan kavitas operasi yang basah yang rentan terhadap peradangan.

Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi radikal, maka diusahakan

pembersihan total sel-sel mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-

tulang pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan sebersih-bersihnya.

Tuba eustachius tetap dipertahankan, bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup

jaringan patologis. Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis baik berupa

tandur (free fascia graft) ataupun sebagai jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga

rekonstruksi tulang-tulang pendengaran.   

Perawatan Post Operasi

Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-

uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural,

dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-an

dan kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing. Klien

tetap dalam posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post

operasi. Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan. Umumnya

klien melaporkan mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal dilepaskan. Sampai saat

itu, perawat menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan

pendengaran pada klien dan melakukan percakapan langsung pada telinga yang tidak

terganggu. Perawat melatih klien mengenai perawatan post operasi 

 

2.6 Asuhan Keperawatan

      2.6.1 Pengkajian

1. Keluhan utama

Rasa nyeri di telinga.

1. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik

nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang

berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.

1. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.

1. Pemeriksaan fisik

Page 32: referensi

1. Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)

2. Kemerahan pada kompleks mastoid

3. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dari telinga tengah

ke auditory canal

4. Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

5. Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

6. Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain

7. Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

 

1. Pemeriksaan Penunjang

2. Laboratorium

Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan. Specimen

tersebut  harus dikirim untuk kultur  kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining,

dan asam-cepat staining.

b . CT Scan dan MRI

untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid

c. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan, diikuti

dengan terapi antibiotik.

d. Culturing cairan telinga tengah sebelum antimicrobial therapy adalah keharusan.

1. Review Of System pada klien Mastoiditis

1. B1 Breath              : -

2. B2 Blood               : sekresi nanah

3. B3 Brain                : pusing

4. B4 Bladder            : -

5. B5 Bowel              : mual

6. B6 Bone                : nyeri  pada tulang mastoid

2.6.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada mastoiditis antara lain:

1. Nyeri akut berhubungan dengan  peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi

2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.

3. Perubahan  persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran.

4. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.

Page 33: referensi

5. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi

6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

2.6.3        Intervensi

 

1. Nyeri akut berhubungan dengan  peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi

Kriteria Hasil        : a. Pasien mengatakan nyeri berkurang

                           b. Skala nyeri turun

                           c. Wajah pasien tampak rileks

No Intervensi Rasional1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi,

intensitasMengetahui ketidakefektifan intervensi

2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri 

3. Ajarkan teknik relaksasi dan ciptakan lingkungan yang tenang

Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri dan mengurangi nyeri

4. Kolaborasi pemberian analgesik, antibiotika, dan anti inflamasi sesuai indikasi

Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan mengurangi peradangan sehingga mempercepat penyembuhan

 

1. 2.      Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

Tujuan      : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh dapat

normal (360-370C)

Kriteria Hasil        : a.  Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)

                           b. Kulit tidak teraba hangat

                           c. Wajah tidak tampak merah

                           d. Tidak terjadi dehidrasi

No Intervensi Rasional1. Pantau  input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien3. Ajarkan kompres hangat dan

banyak minumUntuk menurunkan panas tubuh dan mengganti cairan tubuh yang hilang

4. Kolaborasi dengan pemberian antipiretik

Untuk menurunkan panas

 

Page 34: referensi

1. 3.      Perubahan sensori/ persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan

pendengaran

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu

mendengar dengan baik

Kriteria Hasil  : a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum

                          b. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

No Intervensi Rasional1. Kaji tentang ketajaman

pendengaranMenentukan seberapa baik tingkat pendengaran klien

2. Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat

Untuk menjamin keuntungan maksimal

3. Bantu pasien berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan membicarakannya hal tersebut

Untuk memaksimalkan pendengaran

 

1. 4.      Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan  jaringan.

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi

dapat hilang atau teratasi

Kriteria Hasil  :  Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

No Intervensi Rasional1. Observasi keadaan umum pasien

selama 24 jamMengetahui keadaan umum pasien

2. Anjurkan pentingnya cuci tangan Mencegah penularan penyakit3. Ajarkan prosedur mencuci telinga

luarMencegah infeksi berlanjut

4. Kolaborasi pemberian antibiotik profilaksis

Agar dapat membunuh kuman, sehingga tidak menularkan penyakit terus-menerus

 

1. Resiko cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak

terjadi cidera

Kriteria Hasil  : pasien tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional1. Cegah infeksi telinga berlebih Agar kerusakan penedengaran tidak meluas2. 

Meminimalkan tingkat kebisingan di unit perawatan

Berhubungan dengan kehilangan pendengaran 

Page 35: referensi

 3. 4.

intensifLakukan upaya keamanan seperti ambulasi terbimbingKolaborasi dengan pemberian obat antiemetika 

 Untuk mencegah pasien jatuh akibat gangguan keseimbanganMengurangi nyeri kepala sehingga terhindar dari jatuh

          

 

1. 6.      Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

Tujuan            : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ansietas

berkurang

Kriteria Hasil  : a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontra impuls,

penahanan mutilasi diri secara konsisten dan substansial

                          b.        Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif

No Intervensi Rasional1. Informasikan pasien tentang

peran advokat perawat intra operasi

Kembangkan rasa percaya/ hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing

2. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukan penundaan prosedur pembedahan

Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur/ zat-zat anestesi

3. Cegah pemajan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada tulang operasi

Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan untuk melatih kontrol

4. Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang

Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit

5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas

6. Berikan obat sesuai petunjuk, misal; zat-zat sedatif, hipnotis

Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan; meningkatkan kemampuan koping

 

2.6.4        WOC

 DOWNLOAD : WOC MASTOIDITIS

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Page 36: referensi

Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani.

Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya

perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama

kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin

banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di

belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum.

3.2 Saran

Penulis menghimbau kepada semua pembaca agar selalu menjaga kebersihan telinga dari

virus agar kuman, sebaliknya apabila seorang terkena otitis harus diobati secara tuntas agar

tidak terjadi infeksi pada prosesus mastoiditis yang dapat komplikasi yang lebih parah.

 

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J.  2001. Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : Bagian Ilmu Kesahatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Reeves, C.J.2001.Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika

Smeltzer, S. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta:

EGC

Wilkinson, J. M. 2007. Buku Ajar Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria

Hasil NOC. Jakarta: EGC

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35549-Kep%20Sensori%20dan%20Persepsi-Askep%20Mastoiditis.htmlnuzulul zulkarnain

Page 37: referensi

Jumat, 31 Mei 2013

Makalah KMB III ASKEP MASTOIDITIS

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH IIIASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS

Di susun oleh :Azhar Dwi Puspa

Tingkat:II Reguler

PRODI KIMIA 17JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA IIITAHUN 2013

BAB IPENDAHULUAN

   A.   Latar BelakangMastoiditis terjadi sebagai komplikasi otitis media akut yang diobati secara tidak memadai dan merupakan perluasan infeksi ke dalam sistem sel udara mastoid yang berisi udara dengan osteoporosis hiperemik, nekrosis karena tekanan dinding-dinding sel tulang dan pembentukan empiema. Munculnya mastoiditis biasanya terjadi pada

Page 38: referensi

anak yang mengalami pemecahan membran timpani secara spontan selama otitis media dan yang kemudian mengalami nyeri telinga yang makin mendenyut dengan bertambahnya volume cairan purulen yang keluar dari telinga. Demam dapat berlangsung terus menerus meskipun telah mendapat antibiotik.Mastoiditis dapat terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Penyakit ini agaknya berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab yang hampir sama dengan penyebab otitis media akut. Bila tidak segera tertangani akan terjadi komplikasi serius seperti meningitis dan abses otot.Kelompok mencoba memaparkan tentang konsep mastoiditis beserta asuhan keperawatannya dengan harapan dapat berguna bagi mahasiswa maupun praktisi kesehatan sebagai salah satu sumber referensi.

   B.   Tujuan Penulisan1.    Mahasiswa mampu memahami definisi dari mastoiditis2.    Mahasiswa mampu memahami etiologi dari mastoiditis3.    Mahasiswa mampu memahami klasifikasi dari mastoiditis4.    Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari mastoiditis5.    Mahasiswa mampu memahami Manifestasi klinis dari mastoiditis6.    Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari mastoiditis7.    Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan dari mastoiditis8.    Mahasiswa mampu memahami pemeriksaan penunjang dari mastoiditis9.    Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari mastoiditis, meliputi :a.    Pengkajianb.    Diagnosa keperawatanc.    Perencananaan Intervensi Keperawatand.    Implementasi Keperawatane.    Evaluasi

Page 39: referensi

BAB IITINJAUAN TEORI

   A.   Pengertian Mastoiditis            Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis.( Brunner dan Suddarth, 2000).            Mastoiditis kronis adalah suatu infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol dibelakang telinga)yang berlangsung cukup lama. Mastoiditis marupakan peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari otitis media kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara yang melekat ditulang temporal.            Mastoiditis merupakan peradangan tulang mastoid, biasanya berasal dari kavum timpani. Perluasan infeksi telinga bagian tengah yang berulang ulang dapat menyebabkan timbulnya perubahan pada mastoid berupa penebalan mukosa dan terkumpulnya eksudat. Lama kelamaan terjadi peradangan tulang (osteitis) dan pengumpulan eksudat/nanah yang makin banyak,yang akhirnya mencari jalan keluar. Daerah yang lemah biasanya terletak di belakang telinga, menyebabkan abses superiosteum.

   B.   Etiologi MastoiditisMastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi. Menyebarnya infeksi dari telinga bagian tengah, infeksi dan nanah mengumpul di sel-sel udara mastoidPenyebab lain dari Mastoiditis antara lain:

1.    Terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut

Page 40: referensi

2.    Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut  yaitu streptococcus pnemonieae.

3.    Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis, streptococcus group-A dan staphylococcus aureus,streptococcus aureus. Bakteri yang biasanya muncul pada penderita mastoiditis anak-anak adalah streptococcus pnemonieae.

   C.   KlasifikasiKlasifikasi dari mastoiditis antara lain:

1.    Akut mastoiditis, biasa terjadi pada anak-anak, sebagai komplikasi dari otitis media akut suppurative.

2.    Kronik mastoiditis, biasanya berkaitan dengan cholesteatome dan penyakit telinga kronis.

3.    Incipient mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat langsung di bagian mastoid.4.    Coalescent mastoiditis, inflamasi yang terjadi akibat komplikasi dari infeksi di organ

tubuh yang lain.

   D.   Patofisiologi            Penyakit mastoiditis pada umumnya diawali dengan otitis media yang tidak ditangani dengan baik. Biasanya otitis terjadi 2-3 minggu setelah otitis media akut infeksi dan nanah menggumpal disel-sel udara mastoid.            Mastoiditis  kronik  dapat  mengakibatkan  pembentukan kolesteatoma yang merupakan pertumbuhan kulit ke dalam (epitelskuamosa) dari lapisan luar membran timpani ke tengah. Kulit dari membran timpani lateral membentuk kantung luar yang akan berisi kulit yang telah rusak dan baha sebaseur. Kantung dapat melekat kestruktur telinga tengah  dan  mastoid. Bila  tidak  ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralisis nervus fasialis. Kehilangan pendengaran sensori neural dan atau gangguan keseimbangan (akibat erusi telinga dalam) dan abses otak .            Mastoiditis terjadi sebagai lanjutan dari otitis media supuratik kronik, peradangan dari rongga telinga tengah menjalar ke tulang mastoid melalui saluran aditus adantrum. Mastoiditis dibagi menjadi 2 macam, yaitu bentuk jinak (benigna) dan bentuk ganas (maligna). Pada  bentuk  maligna  peradangan  berlanjut  ke  dalam tulang tengkorak (intrakranial) sehingga dapat terjadi meningitis, absissubdural, abses otak, tromboflebitis sinus, lateralis, serta mungkin juga terjadi hidrosefalus.            Mastoiditis dapat  terjadi  pada  pasien-pasien  imunosupresi atau  mereka yang  menelantarkan  otitis  media  akut  yang dideritanya. Penyakit ini berkaitan dengan   virulensi dari organisme penyebab. Organisme penyebab yang lazim adalah sama dengan penyebab  otitis  media  akut  yaitu streptococcus  hemlytiens,

Page 41: referensi

pneumococcus,   sthapilococcus  aureus  lalbus,  streptococcusviridans. Bakteri ini menyerang telinga bagian luar kemudian menjalar ke cavum tympani. Cavum tympani mengalami peradangan.  Eksudat mulai terakumulasi. Kemudian infeksi menjalar ke tulang mastoid, mastoid menjadi meradang. Peradangan mastoid ini bisa menjadi 4 macam yaitu jenis I yaitu mastoiditis disertai nanah dan jaringan granulasi, jenis II mastoiditis dan kolesteatom, mastoiditis campuran (campuran jenis 1 dan 2), Mastoiditis yang sklerotik .            Bila mastoiditis ini terus berlanjut maka akumulasi eksudat dan nanah semakin meningkat, kemudian dapat menimbulkan edema dan ulserasi dibeberapa tempat. Akibat selanjutnya eksudat dan nanah menekan pembuluh darah dan penekanan ini menyebabkan nekrosis dan granulasi ruang abses. Tulang bagian dalam juga bisa mengalami peradangan (osteitis).  Peningkatan akumulasi eksudat di telinga bagian dalam. Eksudat bercampur nanah mencoba mencari jalan keluar. Komplikasi selanjutnya  abses subperiosteum.

   E.   Manifestasi KlinisAdapun manifestasi dari penyakit mastoiditis antara lain:

1.    Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

2.    Gejala dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.

3.    Demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar.

4.    Nyeri cenderung menetap dan berdenyut, terletak di sekitar dan di dalam telinga, dan mengalami nyeri tekan pada mastoid.

Mastoiditis Koalesens AkutPada kasus mastoiditis yang tidak terobati, terdapat demam, nyeri , dan gangguan pendengaran menyertai ottitis media akut. Membrana timpani menonjol keluar; dinding posterior kanalis menggantung, pembengkakakn postaurikula mendorong pinna keluar dan kedepan, dan nyeri tekan mastoid terutama di posterior dan sedikit diatas liang telinga ( segitiga Macewen) . Pemeriksaan radiologis pada mastoiditis koalesens menunjukkan adanya opasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabekulasi normal dari sel-sel tersebut. Hilangnya kontur dari masing-masing sel,

Page 42: referensi

membedakannya dengan hasil radiologis otitis media serosa dimana kontur sel tetap utuh.Mastoiditis dapat terjadi pada pasien imunosupresi atau penderita yang mtidak mengobati otitis media akut yang dideritanya.Penyakit ini berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab. Organisme yang lazim menyebabkan mastoiditis sama halnya dengan penyebab otitis media akut.Penatalaksanaan awal berupa miringotomi yang cukup lebar, biakan dan antibiotik yang sesuai diberikan secara intravena. Bila gambaran radiologis menunjukkan hilangnya pola trabekuler atau adanya progresi penyakit, harus dilakukan mastoidektomi lengkap dengan segera untuk mencegah komplikasi serius seperti petrositis, labirintitis, meningitis dan abses otak.Infeksi Kronik Pada Telinga Tengah dan MastoidKarena telinga tengah berhubungan dengan mastoid, maka otitis media kronik seringkali disertai dengan mastoiditis kronik. Kedua peradangan ini dapat dianggap aktif dan inaktif.

   F.    KomplikasiKomplikasi yang terjadi bila mastoiditis tidak ditangani dengan baik  adalah

1.    Petrositis yaitu infeksi pada tulang disekitar tulang telinga tengah peforasi gendang telinga  dengan cairan yang terus menerus keluar.

2.    Labyrintitis yaitu peradangan labyrint ini dapat disertai dengan kehilangan pendengaran atau vertigo disebut juga otitis imtema.

3.    Meningitis yaitu peradangan meningen (ragdang membran pelindung sistem saraf) biasanya penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme.

4.    Abses otak yaitu kumpulan nanah setempat yang terkumpul dalam jaringan otak.

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan telinga tengah. Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya kemampuan klien untuk melihat ke arah samping/lateral (syaraf kranial VI) dan menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII). Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media purulen yang kronis dan luka infeksi.

   G.   PenatalaksanaanPenatalaksanaan Medis

1.    TerapiHarus segera dilakukan, dan pemberian antibiotik secara IV dan per oral dalam dosis besar, karena organisme penyebabnya mungkinStreptococcus β-hemoliticus

Page 43: referensi

atau Pneumococcus. H .influenza. Tetapi harus juga sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi.

2.    Pembedahan Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari. Mastoidektomy radikal/total yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan ossicles dan membran timpani sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh jaringan yang terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain.

a.    Mastoidektomi1)    Mastoidektomi Sederhana

Masteidoktomi sederhana adalah tindakan membuka kortek mastoid dari arah permukaan luarnya, membuang jaringan patologis seperti pembusukan tulang atau jaringan lunak, menemukan antrum dan membuka aditus ad-antrum bila tersumbat. Masteidoktomi simple yang lengkap harus membuang seluruh sel-sel mastoid termasuk yang di sudut sinodura, sel mastoid di tegmen mastoid, dan sampai seluruh sel-sel mastoid di mastoid tip. Pada mastoidektomi simple untuk OMSK, jarang sekali dibutuhkan  mastoidektomi simple lengkap, cukup hanya membuang jaringan patologik dan membuka aditus ad antrum bila tersumbat, sedangkan sel pneumatisasi mastoid yang masih utuh tidak perlu dibuang.Mastoidektomi dibedakan menjadi :

a)    Operasi  pada jaringan lunakOperasi pada jaringan lunak tergantung pendekatan yang akan dipakai, apakah enaural atau retroartikuler.

b)    Operasi pada bagian tulangMastoidektomi simple adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid dengan tetap memperetahankan keutuhan tulang dinding belakang liang telinga.

2)    Mastoidektomi SuperfisialPatokan pada tahap ini adalah dinding belakang liang telinga, linea temporalis, spina Henle, segitiga Mc.Ewen, prosesus mastoid.pada tahap ini mata bor yang dipakai adalah mata bor yang paling besar. Sebelum pengeboran, permukaan tulang diirigasi lebih dahulu agar serbuk tulang tidak bertebangan. Irigasi juga berguna untuk meredam panas yang ditimbulkan gesekan mata bor dengan tulang.

3)    Mastoidektomi dalama)    Antrum mastoid adalah ruang di rongga mastoid yang harus dituju pada setiap

mastoidektomi karena ruangan ini berhubungan langsung dengan aditus ad antrum yang menghubungkan rongga mastoid dengan kavum timpani. Dengan melanjutkan pengeboran langsung di belakang liang telinga dengan menjaga dinding liang telinga tetap utuh tetapi tipis, juga dengan melakukan pengeboran di rongga mastoid

Page 44: referensi

bertepatan dengan tegmen mastoid, maka di sebelah dalam segitiga imajiner Mc.Ewen akan ditemukan antrum mastoid.

b)    Aditus ad Antrum dapat ditemukan dengan menyusuri bagian anterior-superior pertemuan dinding belakang liang telinga dengan tegmen mastoid.

c)    Fosa Indikus paling mudah dicapai dengan mengebor bagian tulang prosesus zigomatikus yang menutupi antrum.

4)    Mastoidektomi Radikal dan Timpanoplasti dinding runtuhTimpanoplasti dinding runtuh (canal wall down tympanoplasty, modified radical mastoidectomy, open method tympanoplasty) adalah modifikasi dari mastoidektomi radilkal. Mastoidektomi radikal yang klasik adalah tindakan membuang seluruh sel-sel mastoid di rongga mastoid, meruntuhkan dinding belakang liang telinga, pembersihan seluruh sel mastoid yang mempunyai drainage ke kavum timpani, yaitu pembersihan total sel-sel mastoid di sudut sino-dura, di daerah segitiga Trautman. Mukosa kavum timpani juga dibuang seluruhnya, muara tuba eustachius ditutup dengan tandur jaringan lunak. Maksud tindakan ini adalah untuk membuang seluruh jaringan patologis dan meninggalkan kavitas operasi yang kering. Mukosa sel-sel mastoid atau kavum timpani yang tertinggal akan meninggalkan kavitas operasi yang basah yang rentan terhadap peradangan.Pada timpanoplasti dinding runtuh, seperti pada mastoidektomi radikal, maka diusahakan pembersihan total sel-sel mastoid. Bedanya adalah mukosa kavum timpani dan sisa tulang-tulang pendengaran dipertahankan setelah proses patologis dibersihkan sebersih-bersihnya. Tuba eustachius tetap dipertahankan, bahkan dibersihkan agar terbuka bila tertutup jaringan patologis. Kemudian kavitas operasi ditutup dengan fasila m.temporalis baik berupa tandur (free fascia graft) ataupun sebagai jabir fasia m.temporalis. Dilakukan juga rekonstruksi tulang-tulang pendengaran.

Penatalaksanaan KeperawatanPenatalaksanaan keperawatan pada klien dengan mastoiditis antara lain:

1.    Perawatan Pre-operasi Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijatwalkan untuk menjalani tympanoplasty.

2.    Post operasi Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze (Nuga-uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular atau endaural, dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing dijaga/dipertahankan kebersih-an dan kekeringannya. Perawat menggunakan teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam posisi datar dengan telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi. Terapi antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan. Umumnya klien melaporkan mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal dilepaskan. Sampai saat itu, perawat

Page 45: referensi

menggunakan teknik komunikasi khusus karena adanya gangguan pendengaran pada klien dan melakukan percakapan langsung pada telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien mengenai perawatan post operasi.

3.    Pemberian bubuk atau obat tetes yang biasanya mengandung antibiotik dan steroid.

   H.   Pemeriksaan Penunjang1.    Laboratoriuma.    Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan, bila

diperoleh, harus dikirim untuk budaya untuk kedua bakteri aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat staining.Jika selaput anak telinga yang sudah berlubang, kanal eksternal dapat dibersihkan, dan contoh yang segar drainase cairan diambil. Perawatan harus diambil untuk mendapatkan cairan dari telinga dan bukan eksternal kanal. Budaya dan kelemahan dari pengujian isolates dapat membantu memodifikasi terapi antibiotik empiris awal. Hasil benar budaya dikumpulkan untuk kedua aerobik dan anaerobic bakteri panduan yang pasti harus pilihan terapi.

1.    Gram noda yang dapat contoh awalnya panduan empiris antimicrobial therapy.2.    Darah budaya harus diperoleh.3.    Dasar yang CBC count dan sedimentasi menilai ditentukan kemudian untuk

mengevaluasi keefektifan dari terapi.4.    Memperoleh cairan tulang belakang untuk evaluasi jika intracranial perpanjangan

proses diduga.2.    CT Scan dan MRI

Yang sensitif dari CT di mastoiditis akut adalah 87-100%. Anda mungkin terlalu sensitif karena setiap AOM memiliki komponen radang mastoid. Segera CT scan intracranial kapanpun diperlukan adalah perpanjangan atau komplikasi yang dicurigai. Bukti yang digambarkan oleh mastoiditis Tampilan kekaburan atau kerusakan yang mastoid garis besar dan penurunan atau hilangnya ketajaman dari sel udara mastoid bertulang septa. Dalam kasus di mana CT scan menunjukkan kesuraman dari udara sel, yang technetium-99 bone scan adalah membantu dalam mendeteksi osteolytic perubahan.Plain radiography yang diandalkan, dan hasil temuan gejala klinis ketinggalan di belakang. Di daerah-daerah di dunia di mana CT scan tidak segera tersedia, plain radiography dari mastoids mengungkapkan clouding udara dari sel-sel dengan kerusakan tulang di ASM. Dalam sebagian besar kasus, radiography mencukupi untuk membuat diagnosis tetapi tidak sensitif dalam differentiating tahapan dari penyakit dan gagal mengungkapkan apex kaku dalam setiap detail besar.Temuan berikut ini digunakan untuk membedakan AOM dan / atau tanpa osteitis akut mastoiditis kronis dan mastoiditis akut :

Page 46: referensi

a.    Clouding atau kekaburan dari sel udara mastoid dan telinga tengah dapat hadir. Hal ini disebabkan oleh kobaran pembengkakan dari mucosa dan dikumpulkan cairan.

b.    Hilangnya ketajaman atau visibilitas mastoid dinding sel karena demineralization, atrophia, atau kebekuan dari bertulang septa

c.    Kekaburan mastoid atau distorsi dari garis besar, mungkin dengan cacat terlihat dari tegmen atau mastoid bozonty

d.    Peningkatan bidang formasi abscesse.    Ketinggian dari periosteum dari proses mastoid atau lekuk bokong berhubung dgn

tengkorakf.     Osteoblastic aktivitas di mastoiditis kronisg.    MRI lebih sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau CT temuan yang

bernada intracranial komplikasi. Namun, MRI tidak secara rutin digunakan untuk mengevaluasi mastoid.

h.    MRI adalah standard untuk evaluasi menyebelah lunak jaringan, khususnya struktur intracranial, untuk mendeteksi dan ekstra-aksial cairan koleksi dan vascular yang terkait masalah.

i.      MRI adalah membantu dalam perencanaan bedah perawatan efektif.3.    Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan, diikuti

dengan terapi antibiotik.4.    Culturing tengah-cairan telinga sebelum antimicrobial therapy adalah keharusan.

Meskipun penggunaan mikroskop operasi yang dirancang secara khusus dan sedotan perangkap memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu.

5.    Kanal yang mensterilkan dengan antiseptik. Dengan anak terkendali, aspirate cairan dari anterior setengah dari selaput anak telinga.6. Melakukan lumbar menusuk tulang belakang dan keran jika intracranial perpanjangan dari infeksi diduga.

1.    Pemeriksaan Darah2.    Foto Mastoid3.    Kultur Bakteri Telinga4.    MRI dan CT Scan

untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid5.    Radiologi6.    Tympanocintesis & myringotomi

I.      Asuhan Keperawatana.    Pengkajian keperawatan

pengkajian yang dilakukan antara lain:1.       Keluhan utama

Page 47: referensi

Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang dengan sekala nyeri 62.       Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid. Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di telinga dan demam hilang timbul.

3.       Riwayat kesehatan dahuluAdanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.

4.       Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik yang didapat:

a.    Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)b.    Kemerahan pada kompleks mastoidc.    Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendird.    Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)e.    Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)f.     Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain5.       Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnyab.    Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada mastoiditis antara lain:1.    Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaran.2.    Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.3.    Risiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi.4.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi sensori

auditoris.5.    Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan.6.    Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.7.    Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.8.    Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.

c.    Rencana Keperawatan1.    Perubahan sensori/persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan pendengaran

Tujuan           :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu mendengar dengan baikKriteria Hasil :a. Pasien mengalami potensial pendengaran maksimumb. Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

No Intervensi Rasional

1. Kaji tentang ketajaman pendengaran

Menentukan seberapa baik tingkat pendengaran klien

Page 48: referensi

2. Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat

Untuk menjamin keuntungan maksimal

3. Bantu pasien berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan membicarakannya hal tersebut

Untuk memaksimalkan pendengaran

2.    Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasiTujuan          :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh dapat normal (360 – 370C)

Kriteria Hasil :a.    Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)b.    Kulit tidak teraba hangatc.    Wajah tidak tampak merahd.    Tidak terjadi dehidrasi

3.   Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mendengar petunjuk auditoris

Tujuan           :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat berkomunikasi dengan baik

Kriteria Hasil :a.    Pasien terlibat dalam proses komunikasib.    Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibirc.    Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan

No Intervensi Rasional

1. Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien

2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien

3. Ajarkan kompres hangat dan banyak minum

Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti cairan tubuh yang hilang

4. Kolaborasi dengan pemberian antipiretik

Untuk menurunkan panas

Page 49: referensi

No. Intervensi Rasional

1. Berbicara jelas dan tegas tanpa bergerak

Membantu pasien merangsang komunikasi verbal

2. Kurangi kegaduhan lingkungan Mempermudah pasien dalam mendengar

3. Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan pasien tentang perilaku yang memudahkan membaca gerak bibir

Untuk merangsang komunikasi verbal

4. Bila menggunakan alat bantu dengar, kenakan pada telinga yang tidak dioperasi

Mempermudah pasien mendengar sehingga dapat lancar dalam berkomunikasi

4.   Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahanTujuan       :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasiKriteria Hasil    :

a.    Pasien mengatakan nyeri berkurangb.    Skala nyeri turunc.    Wajah pasien tampak rileks

No Intervensi Rasional

1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi, intensitas Mengetahui ketidakefektifan intervensi

2. Berikan posisi yang nyaman Mengurangi nyeri

3. Ajarkan teknik relaksasi dan ciptakan lingkungan yang tenang

Mengalihkan perhatian pasien terhadap nyeri dan mengurangi nyeri

4. Kolaborasi pemberian analgesik, antibiotika, dan anti inflamasi sesuai indikasi

Dapat mengurangi nyeri, membunuh kuman dan mengurangi peradangan sehingga mempercepat penyembuhan

5.   Risiko infeksi berhubungan dengan pemasangan graft, trauma bedah terhadap jaringan.

Tujuan           :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi dapat hilang atau teratasi

Page 50: referensi

Kriteria Hasil    : a.  Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

No Intervensi Rasional

1. Observasi keadaan umum pasien selama 24 jam

Mengetahui keadaan umum pasien

2. Anjurkan pentingnya cuci tangan dan mencuci telinga luar

Mencegah penularan penyakit

3. Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi

4. Kolaborasi pemberian antibiotik profilaksis

Agar dapat membunuh kuman, sehingga tidak menularkan penyakit terus-menerus

6.   Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedahTujuan     :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ansietas berkurang

Kriteria Hasil       :a. Menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontra impuls, penahanan

mutilasi diri secara konsisten dan substansial                      b.  Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif

No Intervensi Rasional

1. Informasikan pasien tentang peran advokat perawat intra operasi

Kembangkan rasa percaya/ hubungan, turunkan rasa takut akan kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing

2. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukan penundaan prosedur pembedahan

Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap prosedur/ zat-zat anestesi

3. Cegah pemajan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun pada tulang operasi

Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan ketidakmampuan untuk melatih kontrol

4. Berikan petunjuk/ penjelasan yang Ketidakseimbangan dari

Page 51: referensi

sederhana pada pasien yang tenang proses pemikiran akan membuat pasien menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan berbelit-belit

5. Kontrol stimulasi eksternal Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas

6. Berikan obat sesuai petunjuk, misal; zat-zat sedatif, hipnotis

Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan; meningkatkan kemampuan koping

7.   Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.      Tujuan           :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi cidera

Kriteria Hasil  : Tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional

1. Cegah infeksi telinga tengah Agar kerusakan pendengaran tidak meluas

2. Meminimalkan tingkat kebisingan di unit perawatan intensif

berhubungan dengan kehilangan pendengaran

3. Lakukan upaya keamanan seperti ambulasi terbimbing

Untuk mencegah pasien jatuh akibat vertigo/ gangguan keseimbangan

4. Kolaborasi dengan pemberian obat antiemetika dan outivertigo sesuai indikasi, misalnya antihistamin

Mengurangi nyeri kepala sehingga terhindar dari jatuh

BAB IIITINJAUAN KASUS

   A.   Kasus

Tn. K, usia 15 tahun datang ke klinik THT dengan keluhan utama nyeri dibelakang telinga. Nyeri dirasakan sejak 5 hari yang lalu, skala  nyeri 8. Keluhan lain : pusing (+), panas badan (+), pendenganan menurun. Riwayat masa lalu pernah keluar cairan dari

Page 52: referensi

kedua telinga berbau, sudah berobat ke Puskesmas.  Hasil pemeriksaan fisik : didapat kemerahan dan menonjol pada bagian mastoid telinga kiri, panas (+).

PengkajianData Subjektif

-       Klien mengeluh nyeri dibelakang telinga sejak 5 hari yang lalu dengan skala 8-       Klien mengeluh pusing, badan panas, pendengaran menurun-       Klien mengatakan pernah keluar cairan dari kedua telinga dan berbau.

Data Objektif-       Terdapat kemerahan dan menonjol pada bagian mastoid telinga kiri pasien-       Teraba panas

Diagnosa keperawatana.    Perubahan persepsi/sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan pendengaranb.    Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasic.    Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsisensori auditorid.    Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringane.    Resiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksi.

Rencana tindakana.    Perubahan sensori/persepsi (auditoris) berhubungan dengan kerusakan pendengaran

Tujuan           :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu mendengar dengan baikKriteria Hasil :

1)    Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum2)     Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

No Intervensi Rasional

1. Kaji tentang ketajaman pendengaran

Menentukan seberapa baik tingkat pendengaran klien

2. Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat

Untuk menjamin keuntungan maksimal

3. Bantu pasien berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan membicarakannya hal tersebut

Untuk memaksimalkan pendengaran

b.    Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasiTujuan          :

Page 53: referensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu tubuh dapat normal (360 – 370C)

Kriteria Hasil :1)    Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)2)    Kulit tidak teraba hangat3)    Wajah tidak tampak merah4)    Tidak terjadi dehidrasi

c.   Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi sensori auditoris

Tujuan           :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien dapat berkomunikasi dengan baik

Kriteria Hasil :Pasien terlibat dalam proses komunikasi

1)    Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibir2)    Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang diajarkan

No. Intervensi Rasional

1. Berbicara jelas dan tegas tanpa bergerak

Membantu pasien merangsang komunikasi verbal

2. Kurangi kegaduhan lingkungan Mempermudah pasien dalam mendengar

3. Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan pasien tentang perilaku yang memudahkan membaca gerak bibir

Untuk merangsang komunikasi verbal

4. Bila menggunakan alat bantu dengar, kenakan pada telinga yang tidak dioperasi

Mempermudah pasien mendengar sehingga dapat lancar dalam berkomunikasi

No Intervensi Rasional

1. Pantau input dan output Untuk mengetahui balance cairan pasien

2. Ukur suhu tiap 4-8 jam Untuk mengetahui perkembangan klien

3. Ajarkan kompres hangat dan banyak minum

Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti cairan tubuh yang hilang

4. Kolaborasi dengan pemberian antipiretik

Untuk menurunkan panas

Page 54: referensi

d.    Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringanTujuan           :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko infeksi dapat hilang atau teratasi

Kriteria Hasil    : a.  Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

No Intervensi Rasional

1. Observasi keadaan umum pasien selama 24 jam

Mengetahui keadaan umum pasien

2. Anjurkan pentingnya cuci tangan dan mencuci telinga luar

Mencegah penularan penyakit

3. Lakukan perawatan graft Mencegah infeksi

4. Kolaborasi pemberian antibiotik profilaksis

Agar dapat membunuh kuman, sehingga tidak menularkan penyakit terus-menerus

e.    Resiko cidera berhubungan dengan bahaya lingkungan infeksiTujuan           :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi cidera

Kriteria Hasil  : Tidak mengalami cidera fisik

No Intervensi Rasional

1. Cegah infeksi telinga tengah Agar kerusakan pendengaran tidak meluas

2. Meminimalkan tingkat kebisingan di unit perawatan intensif

berhubungan dengan kehilangan pendengaran

3. Lakukan upaya keamanan seperti ambulasi terbimbing

Untuk mencegah pasien jatuh akibat vertigo/ gangguan keseimbangan

4. Kolaborasi dengan pemberian obat antiemetika dan outivertigo sesuai indikasi, misalnya antihistamin

Mengurangi nyeri kepala sehingga terhindar dari jatuh

Apa tindakan yang dilakukan?Tindakan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat perawat.

Page 55: referensi

DAFTAR PUSTAKA

Suddarth, Bruner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

Diposkan oleh Azhar Dwi Puspa   di 03.13 http://azhardwipuspa.blogspot.com/2013/05/makalah-kmb-iii-askep-mastoiditis.html7.50 pm

Page 56: referensi

ASKEP MASTOIDITISLeave a replyBAB IITINJAUAN TEORITIS  

1. A.    DEFINISI

 

Mastoiditis adalah peradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lappisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel- sel mastoid udara ( mastoid air cells) yang melekat ditulang temporal.

 

 

1. B.    ETIOLOGI

 

Kuman aerob :

Positif gram  : S. Pyogenes, S. Albus. Negatif gram : Proteus spp, Pseudomonas spp, E. Coli, kuman anaerob. Bakterioides spp

  

1. C.    MANIFESTASI KLINIK

 

v  Keluar cairan dari telinga tengah.

v  Nyeri pada telinga tengah dan belakang telinga.

v  Hilangnya pendengaran.

v  Daun telinga terdorong ke depan lateral bawah.

v  Bengkak pada mastoid.

v  Nyeri tekan pada planum mastoid.

Page 57: referensi

v  Perforasi membrane tympani.

v  Secret mukopurulen.

v  Demam.

v  Sakit kepala

v  Edema.

  

1. D.    PATOFISIOLOGI

 

Kuman masuk telinga melalui lubang telinga dan tuba eustacii sehingga menyebabkan infeksi. Infeksi telinga luar oleh stafilococcus, bakteri gram negatif, dan jamur. Infeksi terjadi pada selaput rongga telinga, bengkak dan getah radang mengisi saluran pendengaran. Rasa sakit terjadi karena tekanan pada kulit yang sensitif. Nyeri menjadi hebat karena tidak ada ruang untuk menggelembung dalam saluran yang bertulang.

 

Peradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut dapat menjalar ke mukosa antrum mastoid. Bila terjadi gangguan pengaliran sekret melalui aditus antrum dan epitimpanikum menimbulkan penumpukan sekret di antrum, sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan sel – sel mastoid.

  

1. E.    PENATALAKSANAAN

 

Penanganan lokal meliputi pembersihan hati –  hati telinga menggunakan mikroskop dan alat pengisap. Pemberian tetes antibiotika atau pemberian bubuk antibiotika sering membantu bila ada cairan purulen. Antibiotika sistemik biasanya tidak diresepkan kecuali pada pada infeksi akut. Biasanya gejala umum dapat berhasil diatasi dengan pemberian antibiotik, kadang diperlukan miringotomi.

 

Berbagai prosedur pembedahan dapat dilakukan bila dengan penanganan obat tidak efektif. Pembedahan yang dilakukan meliputi timpanoplasti dan mastoidektomi.

Page 58: referensi

a)     Timpanoplasti

Tujuan timpanoplasti adalah mengembalikan fungsi telinga tengah, menutup lubang perforasi telinga tengah, mencegah infeksi berulang, dan memperbaiki pendengaran. Timpanoplasti dilakukan melalui kanalis auditorius eksternus, baik secara transkanal atau melalui insisi post aurikuler.

Ada lima timpanoplasti, yaitu tipe I ( miringoplasti) dirancang untuk menutup lubang perforasi pada membarana timpani. Prosedur II – V meliputi perbaikan yang lebih intensif struktur telinga tengah.

b)    Mastoidektomi

Mastoidektomi perlu dilakukan jika terdapat kekambuhan atau nyeri tekan persisten, demam, sakit kepala. Tujuan pembedahan mastoid adalah untuk mengangkat kolesteoma ( kulit membran timpani yang membentuk kantong berisi kulit rusak ), mencapai telinga yang aman, kering dan sehat. Bila mungkin osikulus direkonstruksi selama prosedur pembedahan awal. Mastoidektomi dilakukan melalui insisi post-aurikuler, dan infeksi dihilangkan dengan mengambil sel udara mastoid. Nervus fasialis dapat terancam bahaya selama pembedahan mastoid, meskipun jarang cidera.

Begitu pasien terbangun dari pembiusan harus diperhatikan setiap tanda paresis fasialis.

Bila terjadi kelemahan fasial, balutan mastoid harus dilonggarkan dan pas

dikembalikan ke meja operasi. Luka dibuka dan nervus fasialis didikompresi untuk

melonggarkan kanalis tulang yang mengelilingi nervus fasialis.

  

1. F.    TERAPI

 

1. Tipe tubo timpanal stadium aktif:

v  Antibiotika: ampisillin/amoxilin ( 3-4 X 500 mg oral), klindamisin ( 3X150 mg-300 mg oral ) perhari selama 5-7 hari.

v  Pengobatan sumber infeksi dirongga hidung dan sekitarnya.

v  Pengobatan alergi jika ada latar belakang alergi.

1. Tipe degeneratif

Page 59: referensi

v  Atikoantrotomi

v  Timpanoplastik

1. Tipe metaplastik/ campuran.

v  Mastoidektomi radikal

v  Mastoidektomi radikal dan rekonstruksi.

  BAB IIIASKEP TEORITIS

 

 

1. A.    Pengkajian

a)     BiodatA

Umur : Rata-rata usia yang terkena penyakit mastoiditis antara 6-13 bulan

Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan sama-sama bisa terkena penyakit mastoiditis

b)    Keluhan Utama.

Nyeri di belakang telinga.

c)     Riwayat Penyakit Sekarang

Sedang menderita otitis media akut / kronik.

d)    Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah menderita otitis media akut, maupun kronik.

e)     Pola Fungsi Kesehatan

Pola istirahat dan tiduR

Nyeri yang diderita klien dapat mengakibatkan pola istirahat dan tidurnya terganggu

Pola aktivitaS

Page 60: referensi

f)      Nyeri yang dialami klien dapat membatasi gerak.Pemeriksaan Anamnesis.

Otoskopi terlihat infeksi TT

g)    Pemeriksaan Penunjang.

Periksa Darah Foto Mastoid Kultur Bakteri Telinga

  

1. B.    Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan

 a)     Perubahan persepsi/sensori berhubungan dengan obstruksi, infeksi di telinga tengan

atau kerusakan di syaraf pendengaran.

 

Hasil yang diharapkan: Klien akan mengalami peningkatan persepsi/sensori  pendengaran sampai pada tingkat fungsional. 

NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.

 

 

 

 

 

2.

 

 

 

Kaji tanda-tanda awal kehilangan pendengaran.

 

 

 

 

 

a.     Bersihkan serumen yang tersembunyi dengan cara irigasi.

b.     Pastikan bahwa klien tidak mengalami perforasi pada membran timpaninya atau tidak mengalami otitis media.

c.     Hangatkan cairan untuk irigasi sesuai dengan su-hu  tubuh.

 

Diagnosa awal terhadap kea-daan telinga atau terhadap masalah-masalah pendengar-an yang ada memungkinkan pemberian intervensi sebelum pendengaran rusak secara permanen.

 

Serumen yang letaknya ter-sembunyi dapat menyebab-kan tuli konduktif sehingga menambah masalah pende-ngaran yang sudah ada.

 

 

 

Penghentian terapi antibiotik sebelum waktunya dapat me-nyebabkan organisme sisa berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.

 

Keefektifan alat pendengaran tergantung pada tipe ganggu-an/ketulian, pemakaian serta perawatannya yang tepat.

Page 61: referensi

 

 

3.

 

 

 

 

4.

 

 

5.

Instruksikan klien untuk menghabiskan seluruh do-sis antibiotik yang diresepkan (baik itu antibiotik sistemik maupun lokal).

 

 

 

Ajarkan klien untuk menggunakan dan merawat alat pendengaran secara tepat.

 

Instruksikan klien untuk menggunakan  teknik-tek-nik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya ketulian lebih jauh.

Apabila penyebab pokok ke-tulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilin-dungi.

 

b)    Rasa cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk berkomunikasi. 

 

Hasil yang diharapkan: Klien akan menyatakan bahwa rasa cemas mengenai komu

nikasi yang terganggu berkurang dan akan lebih pandai dalam menggunkan alternatif

teknik komunikasi.

 

NO

INTERVENSI KEPER

AWATAN RASIONAL

1.

 

2.

Demonstrasikan aktifitas yang dapat meningkatkan pemahaman terhadap komunikasi verbal.

 – Atur posisi perawat langsung didepan klien.

 – Yakinkan wajah anda (perawat) dan wajah klien berada dalam pencahayaan yang cukup.

Menunjukkan kepada klien bahwa dia dapat berkomuni-kasi dengan efektif tanpa menggunakan alat khusus, se- hingga dapat mengurangi ra-sa cemasnya.

 

 

Page 62: referensi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

 

 – Dapatkan perhatian klien terlebih dahulu  sebe-lum anda mulai bicara.

 – Atur jarak anda sedekat mungkin dengan klien.

 – Gunakan nada suara yang normal.

 – Jangan berteriak.

 – Jauhkan tangan & benda lain dari mulut anda ke-tika berbicara dengan klien (karena dapat meng-halangi  klien untuk melihat gerak bibir anda).

 – Apabila memungkinkan, lakukan percakapan di ruang pribadi/tertutup tanpa ada gangguan suara luar.

 –  Validasikan dengan klien mengenai pemahaman-nya terhadap pernyataan perawat dengan cara: suruh klien untuk mengulangi atau menjelaskan kembali pernyataan tersebut dengan mengguna-kan kata-kata klien sendiri.

 – Gunakan indera atau media lain selama ber-komunikasi, seperti:

    © Gerakan tangan.

    © Perubahan/mimik wajah.

    © Sentuhan.

    © Gambar-gambar.

    © Tulisan.

 

Jujur kepada klien ketika mendiskusikan mengenai kemungkinan kemajuan dari  fungsi pendengaran nya  untuk mempertahankan harapan klien dalam berkomunikasi.

 

Kaji kemampuan klien dalam membaca & menulis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harapan-harapan yang tidak realistik tidak dapat mengura-ngi kecemasan, justru malah menimbulkan ketidakpercaya an klien terhadap perawat.

 

Komunikasi dengan cara me-nulis  dapat efektif dalam mempertahankan kemandiri-an klien, harga diri serta kon-tak sosialnya; bagaimanapun komunikasi dengan cara ini tidak nyaman atau tidak me-mungkinkan bagi klien yang minim keterampilan memba-ca & menulisnya.

Memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling tepat untuk kehi-dupannya sehari-hari disesu-aikan dengan tingkat kete-rampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas &

Page 63: referensi

 

 

4.

 

 

 

 

 

 

 

5.

 

 

 

 

 

6.

 

 

Beritahukan/kenalkan pada  klien semua alternatif metode komunikasi (seperti bahasa isyarat & membaca bibir) dengan langkah yang tepat untuk masing-masing klien.

 

 

 

Berikan informasi mengenai kelompok yang juga pernah mengalami gangguan seperti yang dialami klien untuk memberikan dukungan kepada klien.

 

 

Berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia yang  dapat membantu klien.

frustasinya.

 

Dukungan dari beberapa orang yang memiliki penga-laman yang sama akan sangat membantu klien.

 

Agar klien menyadari sum-ber-sumber apa saja yang ada disekitarnya yang dapat men- dukung dia untuk berkomu-nikasi.

 

 

c)     Kerusakan berkomunikasi berhubungan dengan efek kehilangan pendengaran

Kriteria hasil:

Memakai alat bantu dengar (jika sesuai). Menerima pesan melalui metoda pilihan (misal: komunikasi tulisan, bahasa lam-

bang, berbicara dengan jelas pada telinga yang “baik”.

 

Page 64: referensi

 

 

NO INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1.

 

 

 

 

 

2

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dapatkan apa metode komunikasi yang diinginkan & catat pada rencana perawatan metode yang diguna-kan oleh staf dan klien, seperti:

© Tulisan.

© Berbicara.

© Bahasa isyarat.

 

Kaji kemampuan untuk menerima pesan secara ver-bal.

a. Jika ia dapat mendengar pada satu telinga, ber-bicara dengan perlahan & dengan jelas langsung ke telinga yang baik (hal ini lebih baik daripada berbicara dengan keras).

-          Tempatkan klien dengan telinga yang baik berhadapan dengan pintu.

-          Dekati klien dari sisi telinga yang baik.

b.  Jika klien dapat membaca ucapan:

-          Lihat langsung pada klien & bicaralah lam- bat & jelas.

-          Hindari berdiri didepan cahaya karena dapat menyebabkan klien tidak dapat membaca bibir anda.

c.  Perkecil distraksi yang dapat menghambat kon- sentrasi klien.

-          Minimalkan percakapan jika klien kelelah-an atau gunakan komunikasi tertulis.

-          Tegaskan komunikasi penting dengan me-nuliskannya.

d.  Jika ia hanya mampu bahasa isyarat, sediakan penerjemah.  Alamatkan semua komunikasi pada klien, tidak kepada penterjemah.  Jadi seolah-olah perawat sendiri yang langsung berbicara kepada klien dengan mengabaikan keberadaan penterjemah.

 

Gunakan faktor-faktor yang meningkatkan pende-ngaran dan pemahaman.

 ©  Bicara dengan jelas, menghadap individu.

 © Ulangi jika klien tidak memahami seluruh isi pembicaraan.

Dengan mengetahui metode komunikasi yang diinginkan oleh klien maka metode yang akan digunakanketerbatasan klien.

 

 

Pesan yang ingin disampai-kan oleh perawat kepada kli-en dapat diterima dengan ba-ik oleh klien.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 65: referensi

 

 

 

 

 

 

3.

 

 

©       Gunakan rabaan & isyarat untuk meningkatkan komunikasi.

©       Validasi pemahaman individu dengan menga- jukan pertanyaan yang memerlukan jawaban lebih dari “ya” atau “tidak”.

 

 

 

 

 

 

 

 

Memungkinkan komunikasi dua arah antara perawat de-ngan klien dapat berjalan de-ngan baik & klien dapat me-nerima pesan perawat secara tepat.

http://reginayuneva.wordpress.com/2012/11/12/askep-mastoiditis/